• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dukung UNAIR Menuju 500 Dunia, Sinergi UKM Genjot Prestasi di Catur Wulan Pertama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dukung UNAIR Menuju 500 Dunia, Sinergi UKM Genjot Prestasi di Catur Wulan Pertama"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Dukung UNAIR Menuju 500

Dunia, Sinergi UKM Genjot

Prestasi di Catur Wulan

Pertama

UNAIR NEWS – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UNAIR yang

tergabung dalam Forum Komunikasi (Forkom) UKM, dengan tegas mendukung langkah UNAIR untuk terus maju di peringkat dunia. Beragam prestasi dalam berbagai kejuaraan dan bentuk kegiatan yang dilakukan, menjadi satu bukti serta tekad UKM mendukung langkah universitas untuk berbenah ke arah yang lebih baik. Dalam catur wulan pertama kepengurusan UKM di tahun 2016 ini, tercatat sudah beragam kegiatan dan puluhan kejuaraan baik tingkat regional, nasional, dan bahkan internasional telah diraih oleh unit yang bermarkas di Student Center (SC) Kampus C UNAIR.

“Dari 37 UKM yang ada di UNAIR, di empat bulan berjalannya kepengurusan sudah puluhan kegiatan dan prestasi diraih di masing-masing bidang,” ujar Disih Sugianti selaku sekretaris Forkom UKM.

Menambahkan pernyataan sekretaris Forkom, M. Aminuddin Gufron selaku ketua Forkom UKM menjelaskan, bahwa mengenai sinergi UKM dalam mendukung UNAIR untuk menuju 500 kampus dunia sejatinya merupakan hal yang lumrah, pasalnya UKM sendiri merupakan bagian penting dari UNAIR. Baginya nama UNAIR bisa lebih dikenal dengan peran UKM yang merupakan wadah bagi mahasiswa untuk menunjukkan eksistensi UNAIR melalui beragam kegiatan dan prestasi.

“UKM siap bersinergi karena kami sadar bahwa UKM bagian tak terpisahkan dari UNAIR, selain itu unit ini mengemban tugas dalam pengembangan soft skill khususnya minat dan bakat, hal

(2)

ini untuk keseimbangan prestasi akademik mahasiswa UNAIR yang tentunya menjadi bagian utama dalam meningkatkan reputasi UNAIR,” jelasnya.

Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan tersebut juga menambahkan, bahwa langkah yang diambil Forkom ini juga bisa dijadikan langkah untuk meningkatkan kesadaran para pengurus UKM dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

“Sinergi ini saya harap bisa memicu semangat aktivis UKM untuk meningkatkan prestasi di bidangnya masing-masing, selain itu kami juga berharap dengan ini bisa berkegiatan bersama sebagai upaya kolaborasi baik antar UKM atau ormawa di luar UKM,” imbuhnya.

Aktivis UKM Pramuka tersebut juga berharap, dengan langkah yang dilakukan oleh UKM ini, kedepan UNAIR bisa mencapai segala target yang ingin dicapai sedini mungkin.

“Semoga melalui usaha yg diridhai Allah dan sesuai dengan motto Excellence with Morality, peringkat UNAIR bisa terus meningkat, dan jangan lupa juga untuk terus berbenah di segala aspek,” pungkasnya. (*)

Penulis : Nuri Hermawan Editor : Dilan Salsabila

Formara Gelar Bakti Sosial di

Tanah Asal

UNAIR NEWS – Sebagai bentuk kepedulian mahasiswa pada tanah

kelahirannya, Forum Mahasiswa Madura Universitas Airlangga (Formara) mengadakan beragam kegiatan yang didedikasikan bagi

(3)

perkembangan masyarakat Madura. Kegiatan dikemas sedemikian rupa, terdiri dari Formara “Goes to School”, try out SBMPTN untuk siswa SMA/SMK/sederajat, bakti sosial, pengabdian desa, talkshow, hingga expo perguruan tinggi.

Bakti sosial diadakan di Dusun Kangenan, Desa Langkap, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan. Bentuk kegiatan bakti sosial ini terdiri dari pelatihan kewirausahaan, cek kesehatan, nonton film bersama, cek kesehatan anak, dan pembagian sembako. Kali ini, Formara menghadirkan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur untuk membimbing warga sekitar dalam memberikan materi serta pelatihan seputar kewirausahaan.

Pelatihan kewirausaan diadakan agar masyarakat lebih paham bagaimana menopang hasil pertanian maupun perikanan mereka agar menghasilkan laba yang memuaskan. Disamping untuk memastikan hasil alam mereka sendiri agar dapat dijual secara maksimal, pada pelatihan kewirausahaan ini diberikan pengetahuan mengenai bagaimana mengawali sebuah usaha. Pelatihan ini bermanfaat bagi masyarakat yang sedang berencana untuk mengawali karir sebagai wirausahawan.

Pada bakti sosial kali ini, cek kesehatan gratis juga diberikan pada masyarakat desa yang masih minim fasilitas kesehatan. Beberapa cek kesehatan dilakukan, seperti pemeriksaan tensi darah, pengecekan gula darah, kolestrol, dan asam urat. Pengecekan kesehatan sederhana ini dilakukan mengingat warga desa berusia lanjut termasuk banyak yang mengalami masalah kesehatan tersebut. Selain cek kesehatan, diadakan pula pemeriksaan mata bagi anak-anak dan dewasa.

(4)

Salah satu kegiatan FORMARA, senam bersama warga desa (Foto: Istimewa)

“Daripada saya harus pergi ke dokter untuk melakukan cek kesehatan, biayanya cukup tinggi. Apalagi kalau ke dokter pergi ke kota dulu,” kata salah seorang warga yang memanfaatkan fasilitas cek kesehatan gratis yang diadakan Formara.

Tak berhenti pada pemeriksaan kesehatan secara gratis, tim Formara juga mengadakan pembagian obat-obatan secara gratis. Pada pembagian obat ini, Formara bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Bangkalan sebagai pemasok subsidi obat.

Kegiatan abdi desa selanjutnya dilakukan dengan mengadakan nonton bareng alias nobar bersama siswa SD dan SMP. “Negeri Lima Menara” menjadi pilihan tontonan rame-rame. Film ini dipilih karena syarat akan nilai-nilai moral, dan setting pada film memiliki budaya yang sesuai dengan masyarakat Madura.

(5)

“Negeri Lima Menara” dapat diandalkan sebagai film yang menginspirasi para remaja dalam menuntut ilmu.

Kegiatan abdi desa selanjutnya yaitu gosok gigi dan cuci tangan bersama yang diperuntukkan khusus bagi anak-anak. Kegiatan ini bertujuan membangun kemandirian dan ketelatenan anak sejak dini, serta membiasakan mereka untuk menjaga kesehatan dengan rajin melakukan cuci tangan dan gosok gigi. Bagi sembako juga dilakukan kepada masyarakat desa. Pengabdian desa ditutup dengan acara senam dan jalan sehat bersama seluruh warga desa.

Talkshow “Formara Menginspirasi” diadakan di Pamekasan dengan pembicara Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pamekasan, serta Akhmad Jayadi selaku dosen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR. Talkshow bertempat di Pendopo Pamekasan pada Minggu (7/2), dan dibuka langsung oleh Sekertaris Daerah Pamekasan, serta diikuti oleh masyarakat Pamekasan tanpa dibebankan biaya.

Selanjutnya, diadakan pula Expo kampus yang diikuti oleh belasan perguruan tinggi baik swasta maupun negeri. Expo kampus ini bertujuan memberikan wawasan serta berbagi informasi mengenai kuliah di perguruan tinggi.

(6)

T i m p a n i t i a d a r i F O R M A R A b e r f o t o b e r s a m a ( F o t o : Istimewa)Mahasiswa

Sebagai bentuk rangkaian acara terakhir yang menjadi acara puncak Formara 2016, bertempat di Aula Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI) Sampang, digelar berbagai macam hiburan yang unik dan menarik. Diantaranya penampilan tari tradisional, band modern, dan teater “Badai”. Pada acara ini ditampilkan pula juara dari lomba akustik dan hadrah.

Acara puncak Formara 2016 menghadirkan penyanyi ibukota Irwan, jebolan D’Academy 2 Indosiar yang sekaligus putra Madura.

“Kami sangat bersyukur atas keberhasilan Dies Natalis Formara 2016 ini. Semoga bisa memberi manfaat terhadap masyarakat Madura secara luas, meskipun belum seluruhnya. Kami akan terus memberikan dedikasi bagi Madura,” ujar Fahmi, Ketua Umum Formara 2016. (*)

(7)

Penulis : Humas Formara

Editor : Binti Q. Masruroh

Ratusan

Pelari

Bertabur

Serbuk

Fosfor

Meriahkan

Pembukaan Dekan Cup FKUA

UNAIR NEWS – Geliat acara “Dekan Cup” Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga tahun 2016 kali ini begitu terasa ketika pembukaannya digelar di halaman kampus, Sabtu (9/4) malam. Pada puncak momen “opening session”, digelar lomba lari sejauh lima kilometer berkeliling ke sejumlah lokasi di dalam Kota Surabaya, dan diikuti seribu orang peserta.

Keruan saja, panitia sempat dilanda panik dan pesimis ketika tiba-tiba hujan turun pada saat-saat pembukaan “Dekan Cup 2016”. Perasaan was-was ini dibenarkan oleh ketua panitia Almer Deta Tarandha. Bagaimana tidak, gelaran di halaman depan FKUA itu sempat terlihat “lesu” akibat sepinya pengunjung. Sebanyak 36 tanent food market lengkap dengan sajian kulinernya hampir saja meragukan keberlangsungan acara ini. Bahkan di panggung, penampilan sejumlah band pun jadi terkesan kurang “greget”.

Namun tampaknya, malam itu euforia ditakdir mengalahkan cuaca. Perlahan pengunjung terus merangsek. Sampai akhirnya acara opening Dekan Cup yang dibuka resmi oleh Wakil Dekan III FKUA Prof. Dr. Ni Made Mertaniasih, dr., MS., Sp.MK, dipadati ratusan pengunjung dari civitas akademika FK dan masyarakat. Acara semakin “menggila” ketika ratusan pengunjung itu

(8)

mengikuti “Glow Run”, lomba lari sepanjang lima kilometer. Rutenya: dari RSUD Dr. Soetomo, Stasiun Gubeng lama, SMA komplek Surabaya, Grand City, dan kembali di garis finish di FKUA. Serunya, para peserta ini dibekali panitia lampu UV khusus dan panitia membagi-bagikan serbuk fosfor kepada peserta lari.

Dengan antusias, mereka melumuri wajah, tangan, kaki dan pakaian yang mereka kenakan dengan serbuk fosfor. Tentu saja ini menjadi pengalaman tak biasa bagi peserta. Mereka bisa tampil “menyala” di malam hari sambil lari-lari keliling Kota Surabaya.

Usai mencapai garis finish, panitia mengumumkan 10 pelari terbaik dan mendapat bingkisan. Diantaranya adalah anak-anak dan remaja. Sambil menunggu peserta juga dimanja dengan penampilan sejumlah band, seperti ITS Jazz, Amygcapella, Endorphin Band, VD Band, Meddance FK UNAIR, dsb. Pengunjung juga memanjakan lidah dengan kuliner di area food market.

“Dimana-mana rame, tambah malam tambah rame, khususnya area booth foto. Pengunjung rela antre untuk bisa berfoto seru-seruan disana,” kata Almer D.T.

Meriahnya acara tentu menjadi kepuasan tersendiri bagi panitia, walau misi utama kegiatan ini tidak sekedar hingar-bingar kemeriahan. Almer mengatakan, misi perayaan Dekan Cup ini untuk mengakrabkan masyarakat dengan aktivitas olahraga lari yang amat bermanfaat untuk kesehatan.

Ketua Divisi Acara, Rama Perwira Irnanda menambahkan, Dekan Cup adalah acara tahunan FKUA. Tujuannya untuk mempererat persahabatan dan keakraban antar-mahasiswa, dosen, dan civitas FKUA melalui berbagai kegiatan lomba yang mengasah sportifitas.

” K e t i k a a d a b a n y a k p e s e r t a d a r i n o n - c i v i t a s y a n g berpartisipasi, tentu acara ini sekaligus menjadi media promosi untuk masyarakat, bahwa FKUA setiap tahun bisa

(9)

menggelar kegiatan seru seperti ini,” kata Rama.

Dalam rangkaian Dekan Cup selama April-Mei 2016 digelar beberapa pertandingan olahraga, seperti Futsal, Basket, Badminton, Renang, Voli, Tenis Meja, Tenis, Billiard, Catur, dan Tarik Tambang. Lomba yang bukan olahraga juga ada, yaitu lomba fotografi, FK Idol, Band, Amazing Race, Memasak, PES, Game Online (CS+DOTA), Islamic Competition, dan Cerdas Cermat. Hadiah kepada pemenang lomba akan disampaikan pada penutupan Dekan Cup 2016 yang akan digelar pada 20 Mei 2016. Jika tahun lalu penutupan Dekan Cup dimeriahkan oleh penampilan Tulus Band, tahun ini rangkaian Dekan Cup 2016 akan dimeriahkan oleh penampilan Band NAIF & GAC. (*)

Penulis : Sefya Hayu Istighfaricha Editor : Bambang Bes.

UNAIR Pupuk Harapan

Siswa-Siswi SMA untuk Lanjutkan

Pendidikan

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga masih menjadi tempat

kunjungan favorit bagi siswa-siswi yang duduk di bangku SMA. Melalui Pusat Infromasi dan Humas (PIH), Senin (11/4), UNAIR kembali menerima kunjungan dari SMAN 1 Dawurblandong, Mojokerto. Sebanyak 240 murid disertai dengan 15 staf guru pendamping berkunjung untuk menggali informasi seputar dunia kampus. Namun pada acara kunjungan yang diadakan di Aula Kahuripan kampus C UNAIR tersebut, masih ada beberapa siswa-s i siswa-s w i y a n g b e l u m m e m i l i k i m i n a t u n t u k m e l a n j u t k a n pendidikannya setelah lulus dari SMA. Banyak alasan yang

(10)

mendasari hal tersebut, salah satunya adalah rasa takut untuk tidak lolos seleksi.

“Banyak murid kami yang ingin masuk UNAIR tapi belum berhasil, sehingga menjadi ketakutan tersendiri bagi anak didik kami,” ujar Erti, salah satu guru pendamping SMAN 1 Dawurblandong. Erti juga memahami, sebagai guru yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam mengurusi studi pascasekolah siswa, UNAIR merupakan salah satu kampus favorit yang diidamkan oleh lulusan SMA dari berbagai daerah di Indonesia, sehingga memungkinkan UNAIR untuk menerima mereka yang memiliki kelengkapan prestasi akademik maupun non-akademik yang baik. “Kebanyakan, sertifikat yang dimiliki oleh murid kami berupa sertifikat seni, bukan sertifikat sejenis olimpiade, jadi masih kalah dibandingkan murid sekolah lain yang sudah memiliki sertifikat sejenis olimpiade,”tambahnya.

Menanggapi hal tersebut, Rida Yutmani Melinda selaku staf Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) UNAIR menjelaskan bahwa, UNAIR akan tetap menerapkan sikap adil dalam setiap seleksi calon mahasiswa baru.

“Apapun jenis sertifikatnya akan menjadi perhitungan dalam seleksi calon mahasiswa, karena itu merupakan bukti prestasi yang diraih oleh seorang murid,” ujar Rida.

Rida juga menambahkan bahwa rekam jejak mahasiswa UNAIR dari alumni SMA terkait juga memiliki pengaruh bagi sekolahnya.

“Kalau ada kakak senior yang meneruskan kuliahnya di UNAIR, itu akan ada pengaruhnya bagi sekolahnya dulu, kalau ternyata anaknya baik atau dapat IP tinggi, bisa jadi nilai tambah bagi murid sekolah SMA tersebut,” pungkasnya.

Penulis : Dilan Salsabila Editor: Nuri Hermawan

(11)

Berbekal Ketekunan, Muhammad

Rusdinal

Singkirkan

600

Pesaing di Ajang Lomba Bisnis

UNAIR NEWS – Sibuk dengan urusan kuliah dan organisasi bukan

menjadi penghalang untuk terus menjalankan hobinya sebagai pelaku bisnis. Hal inilah yang tengah dilakoni oleh Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR 2016, Muhammad Rusdinal Muslih. Di tengah kesibukannya menjadi pucuk pimpinan organisasi mahasiswa di FEB UNAIR, ia tidak menelantarkan hobinya untuk menjajal beragam bisnis. Sejak awal kuliah, mahasiswa yang kerap disapa Rusdi ini telah menjajal beragam usaha, meski kerap gagal dan rugi ia senantiasa terus berupaya mengambil pelajaran berharga dari proses belajarnya tersebut.

Berbekal pengalaman jatuh bangun dalam menjalankan roda bisnis di tengah kuliah, Rusdi akhirnya memberanikan diri untuk mengikuti tantangan dari Cleo. Perusahaan produk air minum dalam kemasan ini membuka tantangan bagi seluruh mahasiswa yang ada di Jawa Timur untuk mengikuti kompetisi yang melibatkan beberapa kriteria.

“Dalam kompetisi tersebut ada tujuh tantangan yang harus saya jalani agar bisa meraih hadiah utama,” ujarnya.

Mahasiswa kelahiran 20 Januari 1995 tersebut menjelaskan, tujuh tantangan yang harus dihadapi meliputi beberapa kriteria penilaian, mulai dari cara menjual produk, keaktifan dalam kepanitian di kampus, nilai UAS, IPK, dan beragam proposal kegiatan yang disetujui oleh perusahaan juga tidak luput dari penilaian.

(12)

“Jadi selain tantangan menjual produk, kegiatan di kampus juga masuk dalam kategori, tiap kategori ada poin nilainya, mulai 5 hingga 15 poin, baru nanti diakumulasikan jadi satu dan jika bisa mencapai target baru dinyatakan menang,” jelasnya.

Mahasiswa Akuntansi tersebut juga menambahkan bahwa untuk mendapatkan hadiah utama senilai 5 juta rupiah, peserta harus mampu mengumpulkan 350 poin.

“Alhamdulillah, dari 600 mahasiswa yang mengikuti tantangan tersebut, saya bisa meraih 350 poin,” imbuhnya.

Ditanya mengenai kiat untuk bisa menjadi satu-satunya peserta yang mampu menembus poin yang ditargetkan, Rusdi menuturkan bahwa perlunya sebuah tekad yang kuat dan strategi yang matang, baik dalam proses menjual produk atau kegiatan-kegiatan kampus yang masuk dalam penilaian. Ia juga menambahkan bahwa banyak pelajaran yang didapat dari kegiatan yang berlangsung selama lebih dari empat bulan tersebut.

“Di sini saya benar-benar belajar bagaimana menghadapi orang, karena terjun di lapangan ya saya belajar bertemu beragam orang, sembari kuliah memang agak kualahan, apalagi saat itu juga mendapat amanah menjadi ketua BEM,” imbuhnya.

Meski terlihat sepele, ia mengakui bahwa banyak kesulitan yang dihadapi selama proses berlangsung. Namun baginya pelajaran berharga seperti mempraktikan secara langsung ilmu yang didapat di kampus menjadi kepuasan tersendiri.

“Secara praktik benar-benar menerapkan ilmu di kampus, mulai cara komunikasi, akuntansi penghitungan, mengatur strategi pasar, dan harus bisa bermain harga, serta yang terpenting bagaimana menghargai orang lain,” pungkasnya.

Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila

(13)

Skripsinya Sempat Ditolak

Lima Kali, Esti Putri Jadi

Wisudawan Terbaik FISIP

UNAIR NEWS – Maju terus pantang mundur. Setidaknya ungkapan

itulah yang melandasi Esti Putri Anugrah ketika mengerjakan penelitian skripsi. Ia mengajukan judul skripsi untuk kali kelima. Akhirnya, skripsi berjudul ”Analisis Wacana tentang Citra Perpustakaan di Kalangan Masyarakat” yang berhasil diterima oleh dosen pembimbingnya, dan akhirnya juga mengantarkannya lulus dengan predikat wisudawan terbaik.

Dara kelahiran Tulungagung 2 Maret 1994 ini berhasil lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,94 dari program studi S-1 Ilmu Informasi dan Perpustakaan (IIP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR).

“Awalnya, saya nggak yakin mau membahas masalah citra perpustakaan dengan menggunakan metode analisis wacana. Namun dengan modal nekat, saya yakin kalau kita banyak membaca dan belajar, skripsi ini pasti bisa diselesaikan,” katanya.

Menurutnya, informasi yang tersebar di internet tentang perpustakaan cukup sering dikonsumsi kalangan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat harus mempunyai kemampuan literasi media dalam menyerap informasi-informasi yang tersebar di internet. Selain itu, untuk meng-counter citra buruk yang beredar, pihak perpustakaan harus melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki citra.

Selama menjalani kuliah, Esti juga menghabiskan waktunya dengan berbagai kegiatan kemahasiswaan. Ia tercatat sebagai anggota pada Himpunan Mahasiswa IIP, Sie Kerohanian Islam

(14)

FISIP UNAIR, dan pernah juga menjadi tim editor jurnal Palimpsest pada Departemen IIP FISIP UNAIR.

Selain berorganisasi, ia juga pernah meraih prestasi sebagai juara I pada lomba yang diadakan oleh Forum Komunitas Masyarakat Sadar Arsip (FKMSA). Semasa kuliah ia juga pernah bergabung dengan tim penelitian dosen.

“Dalam wawancara untuk penelitian itu saya bertugas mewawancarai informan dari anak-anak sampai dewasa tentang minat baca di masyarakat,” kata Esti. (*)

Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masroroh

Pesona

Airlangga,

Ajang

Keakraban

Sekaligus

Peluncuran Buku 37 Profil UKM

UNAIR NEWS – “Semangat Dadi Juara”, sebuah motto yang tidak

asing bagi warga Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Airlangga (UKM UNAIR). Motto yang sejatinya menjadikan semangat untuk para mahasiswa agar terus menorehkan prestasi gemilang bagi UNAIR.

Pada 30 Maret silam, bertempat di Student Center (SC) UNAIR, UKM UNAIR mengadakan kegiatan bertajuk “Pesona Airlangga”. Pada acara tersebut digelar pentas dari masing-masing UKM dan dilanjutkan dengan “Lontongan Bareng” bersama warga UKM. Acara tersebut juga dihadiri oleh Wakil Rektor I, Direktur Kemahasiswaan, serta koordinator UKM. Untuk memeriahkan acara, panitia sengaja mendatangkan komedian sekaligus selebgram,

(15)

D_kadoor.

Acara “Pesona Airlangga” melibatkan seluruh warga UKM UNAIR. Acara ini sekaligus sebagai bukti kekeluargaan yang selama ini terjalin antara 37 UKM di UNAIR. Selain sebagai ajang keakraban bagi warga UKM, acara ini juga menjadi ajang launching buku dengan judul “Tirta Cakra Buana”. Buku ini berisi profil dari 37 UKM di UNAIR, dan diresmikan secara langsung oleh Wakil Rektor I, Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D., Sp.PD., K-GH., FINASIM.

“Ahamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah. Buku “Tirta Cakra Buana” luar biasa. Hidup mahasiswa UNAIR! Saya bangga sekali. Luar biasa. Teruskan berkarya setiap waktu anda bisa. Buat supaya semakin berkreasi luar biasa,” kata Prof Djoko.

Melihat antusiasme para mahasiswa dari 37 UKM, Gufron selaku ketua Forum Komunikasi UKM (FORKOM UKM 2016) optimis bisa bersinergi untuk berprestasi dan saling membantu mewujudkan UNAIR masuk peringkat 500 besar dunia.

“Di sini kontribusi UKM sangat banyak dalam menyumbangkan prestasi. Maka dari itu, FORKOM selalu mewadahi usulan dan keluhan dari UKM supaya selalu semangat dalam menorehkan prestasi. Kedepan masih ada acara Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminal), display UKM, dan “Buku Tirta Cakra Buana Jilid II” insyaallah. Demi mendukung semua itu, target saya tahun ini agar lebih banyak lagi mahasiswa yang bergabung dalam UKM UNAIR, supaya lebih banyak prestasi yang ditorehkan,” ujar Gufron. (*)

Penulis : Disih Sugianti

(16)

Ekoturisme Harus Kembangkan

Wisata Alam dan Berdayakan

Ekonomi Lokal

UNAIR NEWS – Pemberdayaan masyarakat adalah faktor penting

dalam menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan. Pernyataan itulah yang bisa disimpulkan dari pelaksanaan “Seminar Ekoturisme: Conservation through Responsible Tourism”, yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa Pecinta Alam (WANALA) Universitas Airlangga, di Aula Kahuripan, Kantor Manajemen UNAIR, Kampus C Mulyorejo Surabaya, Minggu (10/4).

Konsep ekoturisme banyak dikenal oleh masyarakat. Namun, tak banyak yang bisa mengartikan atau memahami konsep ekoturisme sendiri. Nurdin Razak, pengajar pada prodi D-III Pariwisata, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR, mengatakan ada tiga ciri ekoturisme, yaitu konservasi alam, memberdayakan masyarakat lokal melalui ekonomi, dan edukasi. Sayangnya, wacana ekoturisme yang terlanjur beredar hanyalah mengacu pada wisata alam. Padahal, konsep ekoturisme yang terpenting adalah pemberdayaan masyarakat. Ia contohkan bagaimana melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan pariwisata Taman Nasional Baluran, Jawa Timur.

“Saya ubah perspektif dia. Contohnya ada tukang ojek. Saya bilang ke dia, kalau ada sarang elang, beritahu ke saya lalu saya kasih uang Rp 150 ribu. Dengan begitu, dia akan menunda untuk memburu sarang elang itu. Begitu seterusnya, sampai saya berhasil mendatangkan pengunjung untuk melihat sarang burung tersebut,” tutur Nurdin.

Bagi Nurdin, warga juga perlu diberdayakan dengan kompetensi dan pengetahuan untuk memaksimalkan potensi kekayaan alam dan kekhasan lokal di tempat mereka tinggal. Bila warga sudah

(17)

memiliki kompetensi yang dibutuhkan, warga akan memberikan pelayanan terbaik kepada para turis.

“Ketika warga sudah bisa berbahasa Inggris, misalnya, ia akan memandu turis mancanegara. Ia kenalkan lingkungan alam itu kepada turis. Ia bisa mengajak turis berkeliling untuk melihat aktivitas warga. Nantinya disitu turis akan mendapatkan pengalaman baru alias transfer knowledge. Apabila turis merasa senang, kemungkinan mereka akan berkunjung lagi ke tempat yang sama,” ujar Nurdin.

Nurdin Razak, pengajar D-III Pariwisata, FISIP UNAIR dalam seminar “Ekoturisme” yang diselenggarakan UKM WANALA, Minggu (10/4). (Foto: Bambang Bes)

Wisata bahari juga bisa dikelola dengan mengedepankan konsep ekoturisme. Ada banyak peluang yang bisa digarap dengan memanfaatkan kekayaan pesisir, bawah laut, dan budaya daerah pesisir. Ia mengambil contoh kapal kebanggaan suku Bugis, Pinisi. Kalau para turis bisa diajak untuk berpartisipasi atau sekadar melihat cara pembuatan kapal, itu bagus.

(18)

Namun sekali lagi ia tegaskan bahwa konsep ekoturisme tidak sekadar tentang wisata menikmati alam bebas, tetapi bagaimana melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi melestarikan lingkungan dan menjaga kearifan lokal.

KONSERVASI GAJAH DAN EKONOMI LOKAL

Alumni Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UNAIR, Drh. Erni Suyanti Musabine, yang dikenal secara luas sejak tahun 2007 menyelamatkan belasan harimau Sumatera yang terancam punah– juga memberikan presentasinya. Ia sepakat dengan konsep ekoturisme tadi, alumni FKH UNAIR tahun 1994 ini menegaskan bahwa masyarakat sekitar adalah benteng terakhir dalam pelestarian alam. Jadi, salah satu strategi untuk menjaga kelestarian alam adalah menjalankan konsep ekoturisme.

Perempuan yang akrab disapa Yanti ini menunjuk contoh beberapa kegiatannya selama bertugas pada Wildlife Conservation Veterinarian, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu. Ia dan timnya pernah membuat program yang dinamai Work Camp, yaitu program wisata yang melibatkan turis mancanegara untuk mengikuti aktivitas mahout atau pawang gajah.

“Pada program ini, kami mengajak turis asing bekerja sebagai relawan untuk konservasi gajah Sumatera dengan mengikuti aktivitas mahout. Para turis ini kami ajak ikut memandikan gajah, memberikan susu kepada anak gajah, dan merawat gajah sebagaimana yang dilakukan oleh mahout,” kata perempuan kelahiran Nganjuk (Jawa Timur) ini.

Pada program work camp itulah ia melibatkan masyarakat sekitar sebagai pemandu, dan memasak makanan untuk turis. Yanti juga punya alasan sama dengan Nurdin, yaitu sasarannya memutar roda ekonomi masyarakat local sebagai nilai plus ekoturisme.

Selain dua pembicara, seminar ini juga menghadirkan perwakilan Greenpeace Indonesia sebagai salah satu Non Government Organization (NGO) yang bergerak di bidang lingkungan hidup.

(19)

Dari Greenpeace diwakili oleh Annisa Rahmawati. Greenpeace juga memamerkan 14 buah foto yang bercerita tentang deforestasi dan masyarakat yang menolak kerusakan lingkungan. (*)

Penulis : Defrina Sukma Satiti Editor : Bambang Bes

Shafia

Khairani

Ingin

Berkontribusi untuk Tanah

Kelahiran

UNAIR NEWS – Meniti karir sebagai dosen, seorang pengajar,

tampaknya menjadi tujuan karir Shafia Khairani. Itulah yang hendak digapai oleh Shafia, setelah terpilih sebagai wisudawan terbaik jenjang S-2, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga. Ia lulus S2 dari program studi Ilmu Penyakit dan Kesehatan Masyarakat Veteriner.

”Syukur kalau dapat berkesempatan untuk berkontribusi kepada almamater tercinta ini. Nanti begitu ada lowongan menjadi dosen, semoga saja saya diberi kesempatan,” kata wisudawan dengan IPK 3,96 yang nyaris sempurna itu.

Demi mencapai impiannya itu, gadis kelahiran Lombok 21 Oktober 1991 ini tak sekadar mengandalkan nilai ijazahnya, tapi ia merasa cukup matang dalam mempersiapkan modal kompetensi untuk menjadi seorang guru. Semasa kuliah S-1 Pendidikan Dokter Hewan di FKH UNAIR tahun 2010, Shafia juga menjadi wisudawan terbaik jenjang sarjana pada wisuda periode Maret 2014.

(20)

Berprestasi FKH UNAIR selama tiga periode berturut-turut yaitu tahun 2011, 2012, dan 2013. Kemudian pernah menjadi asisten dosen di Departemen Patologi, dan Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UNAIR tahun 2012-2013. Ia juga hobi menulis dan sering mengikuti lomba menulis di level nasional maupun internasional. Antara lain pernah menjuarai ajang ”Essay Scientific Meeting” di Universitas Indonesia (UI).

“Menang nggak menang itu urusan belakangan, yang penting menulis,” katanya.

Dalam penelitian tesisnya, Shafia mengangkat permasalahan tentang cacing hati (Fasciola gigantica) pada sapi berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi dan histopatologi. Ia ungkapkan bahwa prevalensi cacing hati mencapai angka 99%.

“Sejak skripsi itu, saya selalu melakukan penelitian di Lombok. Saya memiliki prinsip bahwa di mana pun saya berada atau ditugaskan nantinya, saya tetap bisa berkontribusi untuk tanah kelahiran saya meskipun tanpa harus kembali ke sana,” kata Shafia bertekad bulat. (*)

Penulis : Sefya Hayu Istigfaricha Editor : Bambang Bes

Rumah

Sakit

UNAIR

Deklarasikan Tekad Menuju

Akreditasi Paripurna

UNAIR NEWS – Sebagai komitmen untuk menjadi truly teaching

hospital dan menjalankan Tri Darma Perguruan Tinggi, Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) terus melakukan perbaikan

(21)

di segala bidang. Diantaranya dengan mengembangkan kualitas kinerja rumah sakit untuk mencapai akreditasi paripurna.

Untuk tujuan akreditasi itulah, RSUA mendeklarasikan “Komitmen Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien”, hari Minggu, (10/4) pagi, di halaman Kantor Manajemen (Rektorat) UNAIR. Deklarasi dihadiri para pejabat direktorat, jajaran direktur, pimpinan fakultas, pimpinan unit dan lembaga, semua tenaga RSUA, termasuk masyarakat sekitar kampus.

“Dalam rangka mengembangkan kualitas kinerja rumah sakit maka diadakan akreditasi rumah sakit. Salah satu syarat akreditasi itu ialah menyelenggarakan deklarasi mengenai peningkatan mutu dan keselamatan pasien,” ujar Prof. Dr. Nasronudin, dr., Sp.PD-KPTI, Direktur RSUA.

Pada deklarasi tersebut disosialisasikan pula budaya kerja dan budaya melayani masyarakat sebagai prinsip RSUA menjadi rumah sakit percontohan. Pada deklarasi tadi, juga dilakukan penandatanganan spanduk berukuran 2×10 meter yang ditandatangani pimpinan RSUA, pimpinan universitas, pimpinan fakultas dan lembaga, serta seluruh staf RSUA, beberapa pengawas, dan tokoh masyarakat.

“Hasil tanda tangan ini akan diabadikan secara permanen di RSUA. Ini merupakan bagian dari sejarah pengembangan RSUA, agar visi untuk menjadi rumah sakit terkemuka di tingkat nasional dan internasional, nanti betul-betul dapat terealisasikan,” kata Guru Besar FK UNAIR itu.

Saat ini RSUA termasuk kategori RS kelas C. Padahal, kata Prof Nasron, RSUA tidak sesuai jika masih masuk dalam kategori kelas C. Karena berdasarkan kenyataan yang ada, bangunan fisik dan fasilitas yang ada sudah layak masuk kategori kelas B.

“Kita berharap naik ke kelas B supaya tingkat rujukan semakin tinggi. Karena faktanya, yang datang di RSUA banyak sekali. Kita masih kelas C, tapi pasien yang datang dengan kualifikasi kelas B. Untuk masuk kategori B sebenarnya sudah layak,”

(22)

katanya.

Berbagai upaya yang dilakukan misalnya menyiapkan 15 bab kelompok kerja (Pokja). Ada 1.218 elemen dari 15 bab Pokja yang harus lolos penilaian. Sebanyak 15 Pokja itu diantaranya meliputi Pokja mengenai kepemimpinan, akses penerimaan dan pelayanan pasien, fasilitas dan perawatan, juga pelayanan medik. Semua usaha itu untuk mencapai akreditasi paripurna. Proses akreditasi akan dilakukan pada 17-19 Mei 2016. Penilaian akan dilakukan oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit Nasional (KARS), lembaga independen yang diberi kepercayaan oleh Kementerian Kesehatan RI.

Pihaknya kini terus berupaya mengembangkan kualitas RSUA menjadi lebih baik. Bersama staf, ia senantiasa membangun komitmen bersama untuk terus maju dan berkembang. Berbagai hal yang akan terus dibenahi, seperti struktur organisasi, tupoksi tata kelola rumah sakit, perawatan alat-alat, serta perbaikan lingkungan fisik di semua unit pelayanan. Selain itu, pihaknya juga terus menggerakkan mindset staf untuk bergerak lebih cepat menuju akreditasi. (*)

Penulis : Binti Q. Masroroh Editor : Bambang Bes.

Referensi

Dokumen terkait