• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Rancang Bangun Aplikasi Manajemen Aset Tetap Pada Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Rancang Bangun Aplikasi Manajemen Aset Tetap Pada Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN APLIKASI MANAJEMEN ASET

TETAP PADA RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI

SURABAYA

TUGAS AKHIR

Program Studi

S1 Sistem Informasi

Oleh :

LATIEF ANAS AKHMADI

07410100263

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA SURABAYA

(2)

ix DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Aset Tetap ... 7

2.2 Manajemen Aset ... 8

2.2.1 Pengertian Manajemen Aset ... 8

2.2.2 Tujuan Manajemen Aset ... 9

2.2.3 Siklus Manajemen Aset... 9

2.2.4 Pengendalian Aset ... 11

2.3 Depresiasi ... 12

(3)

x

2.5 Siklus Hidup Pengembangan Sistem ... 17

2.6 Metoda Pengujian Sistem ... 19

2.6.1 Black Box Testing ... 20

2.6.2 White Box Testing ... 20

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 22

3.1 Analisis Sistem ... 22

3.1.1 Identifikasi Masalah ... 23

3.1.2 Analisis Kebutuhan Sistem ... 33

3.2 Perancangan Sistem ... 34

3.2.1 Desain Sistem Umum ... 34

3.2.2 Desain Sistem Terinci ... 66

3.3 Desain Uji Coba ... 78

3.3.1 Desain Uji Coba Fungsi Aplikasi ... 79

3.3.2 Desain Uji Coba Perhitungan Penyusutan ... 83

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM ... 84

4.1 Implementasi Sistem ... 84

4.1.1 Seleksi Sistem ... 84

4.1.2 Uji Fungsi Aplikasi ... 85

4.1.3 Uji Coba Perhitungan Penyusutan ... 100

4.2 Evaluasi Sistem ... 103

BAB V PENUTUP ... 111

(4)

xi

5.2 Saran ... 112

(5)

xii

Tabel 1.1 Kondisi Peralatan Medis dan Non Medis ... 2

Tabel 1.2 Rekapitulasi Lokasi Unit Pemakai ... 2

Tabel 1.3 Rekapitulasi Biaya Perolehan ... 2

Tabel 2.1 Peralatan Medis ... 7

Tabel 2.2 Peralatan Non Medis ... 8

Tabel 3.1 Golongan Barang ... 55

Tabel 3.2 Bidang Barang... 55

Tabel 3.3 Kelompok Barang ... 56

Tabel 3.4 Sub Kelompok Barang ... 56

Tabel 3.5 Sub Sub Kelompok Barang ... 57

Tabel 3.6 Kelompok Ruang ... 58

Tabel 3.7 Ruang ... 58

Tabel 3.8 Pegawai ... 59

Tabel 3.9 Penerimaan ... 59

Tabel 3.10 Penerimaan Detail ... 60

Tabel 3.11 Detail Barang ... 60

Tabel 3.12 Mutasi... 61

Tabel 3.13 Mutasi Detail ... 61

Tabel 3.14 Pemeliharaan ... 62

Tabel 3.15 Kondisi ... 62

Tabel 3.16 Penghapusan... 63

(6)

xiii

Tabel 3.18 Penjadwalan ... 64

Tabel 3.19 Tipe Pemeliharaan... 65

Tabel 3.20 Supplier ... 65

Tabel 3.21 Perolehan ... 66

Tabel 3.22 Uji Coba Inventarisasi Aset Tetap ... 79

Tabel 3.23 Uji Coba Kartu Inventaris Ruang... 79

Tabel 3.24 Uji Coba Laporan Perolehan ... 79

Tabel 3.25 Uji Coba Daftar Inventaris ... 80

Tabel 3.26 Uji Coba Penjadwalan ... 80

Tabel 3.27 Uji Coba Input Hasil Pemeliharaan ... 80

Tabel 3.28 Uji Coba Penghapusan ... 81

Tabel 3.29 Uji Coba Sisa Masa Pakai ... 81

Tabel 3.30 Uji Coba Perhitungan Depresiasi. ... 82

Tabel 3.31 Uji Coba Laporan Rencana Pengadaan. ... 82

Tabel 3.32 Uji Coba Laporan Rencana Pengadaan. ... 82

Tabel 3.33 Desain Uji Coba Perhitungan Nilai Penyusutan dan Nilai Buku. ... 83

Tabel 4.1 Hasil uji coba perhitungan depresiasi tahun 2011 ... 101

Tabel 4.2 Hasil uji coba perhitungan depresiasi tahun 2012 ... 101

Tabel 4.3 Hasil uji coba perhitungan depresiasi tahun 2013 ... 101

Tabel 4.4 Hasil uji coba perhitungan depresiasi tahun 2014 ... 102

Tabel 4.5 Hasil uji coba perhitungan depresiasi tahun 2015 ... 102

Tabel 4.6 Rekapitulasi hasil uji coba perhitungan depresiasi hingga tahun 2015 ... 102

Tabel 4.7 Hasil Uji Coba Inventarisasi Aset Tetap ... 105

(7)

xiv

Tabel 4.11 Hasil Uji Coba Penjadwalan ... 106

Tabel 4.12 Hasil Uji Coba Input Hasil Pemeliharaan ... 106

Tabel 4.13 Hasil Uji Coba Penghapusan... 107

Tabel 4.14 Hasil Uji Coba Sisa Masa Pakai ... 107

Tabel 4.15 Hasil Uji Coba Perhitungan Depresiasi ... 107

Tabel 4.16 Hasil Uji Coba Laporan Rencana Pengadaan ... 108

Tabel 4.17 Hasil Uji Coba Laporan Rencana Penghapusan ... 108

(8)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Siklus Hidup Pengelolaan Aset ... 11

Gambar 2.2 Komposisi Daftar Aset ... 12

Gambar 2.3 Siklus Hidup Pengembangan Sistem... 18

Gambar 3.1 Document Flow Inventarisasi Peralatan ... 25

Gambar 3.2 Document Flow Pemeliharaan Terjadwal ... 28

Gambar 3.3 Document Flow Pemeliharaan Tidak Terjadwal ... 30

Gambar 3.4 Document Flow Penghapusan Peralatan ... 32

Gambar 3.5 Desain System Flow Inventarisasi Peralatan ... 36

Gambar 3.6 Desain System Flow Pemeliharaan Terjadwal ... 38

Gambar 3.7 Desain System Flow Pemeliharaan Tidak Terjadwal ... 39

Gambar 3.8 Desain System Flow Penghapusan Peralatan ... 40

Gambar 3.9 Diagram Input Proses Output Proses Pengolahan Data Master ... 41

Gambar 3.10 Diagram Input Proses Output Proses Inventaris ... 42

Gambar 3.11 Diagram Input Proses Output Proses Penjadwalan Perawatan ... 43

Gambar 3.12 Diagram Input Proses Output Proses Pemeliharaan Aset Tetap ... 44

Gambar 3.13 Diagram Input Proses Output Proses Penghapusan Aset Tetap ... 45

Gambar 3.14 Diagram Input Proses Output Proses Pembuatan Laporan ... 46

Gambar 3.15 Context Diagram Aplikasi Manajemen Aset Tetap ... 47

Gambar 3.16 DFD Level 0 Aplikasi Manajemen Aset Tetap ... 48

Gambar 3.17 DFD Level 1 Inventarisasi ... 49

Gambar 3.18 DFD Level 1 Penjadwalan Perawatan ... 49

(9)

xvi

Gambar 3.22 Conceptual Data Model Aplikasi Manajemen Aset Tetap. ... 53

Gambar 3.23 Physical Data Model Aplikasi Manajemen Aset Tetap ... 54

Gambar 3.24 Desain Interface Inventarisasi Peralatan ... 67

Gambar 3.25 Desain Interface Pemeliharaan Terjadwal ... 68

Gambar 3.26 Desain Interface pemeliharaan tidak terjadwal. ... 69

Gambar 3.27 Desain Interface Penghapusan Peralatan... 70

Gambar 3.28 Desain Interface Laporan Penerimaan ... 71

Gambar 3.29 Desain Interface Laporan Penerimaan Versi Media Cetak. ... 71

Gambar 3.30 Desain Interface Kartu Inventaris Ruang ... 72

Gambar 3.31 Desain Interface Daftar Inventaris ... 73

Gambar 3.32 Desain Interface Daftar Inventaris Versi Cetak ... 73

Gambar 3.33 Desain Interface Jadwal Pemeliharaan ... 74

Gambar 3.34 Desain Interface Laporan Sisa Masa Pakai ... 75

Gambar 3.35 Desain Interface Laporan Sisa Masa pakai Versi Cetak ... 75

Gambar 3.36 Desain Interface Laporan Depresiasi ... 76

Gambar 3.37 Desain Interface Laporan Depresiasi Versi Cetak ... 77

Gambar 3.38 Desain Interface Laporan Rencana Pengadaan ... 77

Gambar 3.39 Desain Interface Laporan Rencana Penghapusan ... 78

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Kasus 1Inventarisasi Perolehan Aset Tetap ... 87

Gambar 4.2 Hasil Pengujian Kasus 2Inventarisasi Perolehan Aset Tetap ... 88

Gambar 4.3 Hasil Pengujian Kasus 3 Kartu Inventaris Ruang ... 89

(10)

xvii

Gambar 4.5 Hasil Pengujian Kasus 5 Laporan Daftar Inventaris ... 91

Gambar 4.6 Hasil Pengujian Kasus 6 Penjadwalan Pemeliharaan ... 92

Gambar 4.7 Hasil Pengujian Kasus 7 Penjadwalan Perawatan... 92

Gambar 4.8 Hasil Pengujian Kasus 8 Input Pemeliharaan Aset Tetap ... 94

Gambar 4.9 Hasil Pengujian Kasus 9 Hasil Pemeliharaan Aset Tetap ... 94

Gambar 4.10 Hasil Pengujian Kasus 9 Laporan Pemeliharaan... 95

Gambar 4.11 Hasil Pengujian Kasus 10 Penghapusan Aset Tetap. ... 96

Gambar 4.12 Hasil Pengujian Kasus 11 Penghapusan Aset Tetap. ... 97

Gambar 4.13 Hasil Pengujian Kasus 12 Laporan Sisa Masa Pakai ... 97

Gambar 4.14 Hasil Pengujian Kasus 13 Perhitungan Depresiasi ... 98

Gambar 4.15 Hasil Pengujian Kasus 14 Laporan Perencanaan Pengadaan ... 99

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya merupakan salah satu instansi

yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Untuk memberikan

pelayanan kesehatan yang maksimal, Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya

membutuhkan berbagai peralatan medis maupun non medis untuk menunjang

kegiatan operasional rumah sakit. Peralatan tersebut, merupakan aset penting bagi

rumah sakit dimana jumlah serta jenisnya akan selalu bertambah seiring dengan

berkembangnya rumah sakit. Dengan semakin banyak peralatan medis dan non

medis yang dimiliki maka semakin besar pula dana yang diperlukan untuk

pembelian serta pemeliharaan peralatan tersebut. Mengingat besarnya dana yang

diperlukan untuk pembelian dan pemeliharaan peralatan medis dan non medis maka

Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya membutuhkan manajemen aset yang baik

agar peralatan yang dimiliki dapat digunakan secara maksimal sampai dengan akhir

masa pakai yang telah ditentukan. Hal ini juga untuk mencegah terjadinya

pembelian kembali peralatan medis dan non medis sebelum habis masa pakai.

Berdasarkan hasil observasi pada proses manajemen aset lebih spesifik

berupa peralatan medis dan non medis yang diterapkan Rumah Sakit Islam

Jemursari Surabaya. Saat ini proses pencatatan manajemen data peralatan medis

dan non medis masih dilakukan secara manual. Hal ini menyebabkan beberapa data

peralatan medis dan non medis tidak tercatat secara lengkap, seperti tidak

(12)

2

dari peralatan yang dimiliki serta tidak tercatatnya biaya perolehan peralatan medis

dan non medis. Berikut tabel rekapitulasi kondisi pencatatan peralatan medis dan

non medis.

Tabel 1.1 Kondisi Peralatan Medis dan Non Medis

Kondisi Aset Jumlah Persentase Tidak Tercatat 4951 72,37%

Baik 812 11,87%

Dipakai 950 13,89%

Rusak 57 0,83%

Tidak Dipakai 71 1,04%

Sumber : Rekapitulasi Inventaris (Unit Rumah Tangga RSIJS, 2013).

Berikut tabel rekapitulasi pencatatan lokasi unit pemakai peralatan medis dan non

medis.

Tabel 1.2 Rekapitulasi Lokasi Unit Pemakai

Pemakai Aset Jumlah Persentase Tidak Tercatat 3890 56,86%

Tercatat 2951 43,14%

Sumber : Rekapitulasi Inventaris (Unit Rumah Tangga RSIJS, 2013).

Berikut tabel rekapitulasi biaya perolehan peralatan medis dan non medis.

Tabel 1.3 Rekapitulasi Biaya Perolehan

Biaya Perolehan Aset Jumlah Presentase

Tidak Tercatat 892 13,04%

Tercatat 5949 86,96%

Sumber : Rekapitulasi Inventaris (Unit Rumah Tangga RSIJS, 2013).

Sampai dengan Maret 2013, tercatat 6841 peralatan medis dan non medis

yang dimiliki oleh Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. Dari 6841 peralatan,

72.37% tidak diketahui kondisi peralatan tersebut serta 56.86% tidak tercatat di

mana peralatan tersebut digunakan. Kondisi ini tentunya perlu mendapat perhatian

mengingat besaran dana yang digunakan untuk memperoleh peralatan medis dan

(13)

peralatan dapat mengakibatkan pelayanan kesehatan tidak optimal bahkan bisa

menyebabkan jatuhnya korban jiwa apabila peralatan yang tidak diketahui

kondisinya tersebut merupakan peralatan medis yang belum siap pakai atau rusak.

Selain hal tersebut, tidak adanya pencatatan mengenai masa pakai serta depresiasi

dari setiap peralatan yang dimiliki mengakibatkan pihak manajemen kesulitan

untuk mengetahui peralatan yang mendekati masa pakai serta berapa beban biaya

yang ditanggung peralatan medis dan non medis selama tahun berjalan. Selain

permasalahan tersebut, pihak manajemen mengalami kesulitan dalam mengetahui

berapa kali peralatan medis dan non medis tersebut diperbaiki serta perbaikan apa

saja yang pernah dilakukan. Hal ini disebabkan tidak adanya data history perbaikan

yang pernah dilakukan sehingga mengakibatkan pihak manajemen kesulitan dalam

menentukan apakah peralatan tersebut masih layak diperbaiki atau tidak. Tentunya

akan memakan waktu yang cukup lama jika harus memeriksa berkas perbaikan

yang pernah dilakukan satu persatu.

Berdasarkan uraian tersebut, maka Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya

memerlukan sebuah perangkat lunak khusus untuk membantu pihak manajemen

dalam mengelola peralatan medis dan non medis yang dimiliki. Aplikasi tersebut

harus dapat mencatat setiap peralatan medis dan non medis secara lengkap terkait

dengan data kondisi serta lokasi pemakai dari peralatan medis dan non medis yang

dimiliki. Aplikasi yang dibangun juga harus dapat menyajikan sisa masa pakai serta

nilai depresiasi pada peralatan medis dan non medis. Informasi ini berguna untuk

mengetahui sisa masa pakai aset serta biaya depresiasi yang ditanggung oleh

peralatan medis dan non medis. Aplikasi yang dibangun juga dapat mengingatkan

(14)

4

yang telah dilakukan dimana pencatatan itu nantinya dapat menjelaskan berapa kali

peralatan medis dan non medis mengalami kerusakan beserta biaya pemeliharaan

yang dikeluarkan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana Merancang dan Membangun

Aplikasi Manajemen Aset Tetap pada Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya.”

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka batasan masalah yang dapat

diambil adalah sebagai berikut :

1. Aset tetap yang akan dibahas merupakan peralatan medis dan non medis.

2. Proses manajemen aset tetap yang akan dibahas meliputi kegiatan

inventarisasi, pemeliharaan, penghapusan serta perhitungan depresiasi aset

tetap.

3. Metode perhitungan penyusutan nilai aset tetap menggunakan metode saldo

menurun.

4. Pemeliharaan aset tetap yang dilakukan tidak menambah masa pakai.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah

menghasilkan Rancang Bangun Aplikasi Manajemen Aset Tetap pada Rumah Sakit

(15)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat dari penyusunan penelitian ini adalah:

1. Aplikasi yang dibangun diharapkan mampu membantu pihak manajemen

rumah sakit untuk menertibkan pencatatan peralatan medis dan non medis yang

digunakan secara lengkap.

2. Aplikasi yang dibangun diharapkan mampu membantu pihak manajemen

dalam menyajikan informasi sisa masa pakai serta nilai depresiasi dari

peralatan medis dan non medis yang dimiliki.

3. Aplikasi yang dibangun diharapkan mampu membantu pihak manajemen

dalam melakukan perawatan berkala dengan menyediakan pengingat

perawatan terhadap peralatan medis dan non medis yang dimiliki serta

mencatat pemeliharaan yang telah dilakukan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang ala digunakan dalam penulisan tugas akhir ini

adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang diambilnya topik Tugas Akhir,

rumusan masalah, batasan masalah atau ruang lingkup pekerjaan

Tugas Akhir, tujuan dari Tugas Akhir, manfaat dari Tugas Akhir dan

Sistematika Penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini berisikan tentang kajian teoritis mengenai konsep dasar dan

(16)

6

manajemen aset, depresiasi, penggolongan dan kodifikasi, siklus

hidup pengembangan sistem dan testing software.

Bab III : Analisis dan Perancangan Sistem

Bab ini berisi penjelasan tentang tahap-tahap yang dikerjakan dalam

penelitian yang terdiri dari identifikasi masalah, pembuatan

document flow Inventarisasi, document flow Pemeliharaan

Peralatan, document flow Pengapusan Peralatan, system flow

Inventarisasi, system flow Pemeliharaan Peralatan, system flow

Penghapusan Peralatan, diagram Input Proses Output, context

diagram, data flow diagram, entity relationship diagram baik

conceptual data model maupun physical data model, struktur basis

data, desain antarmuka dan desain uji coba.

Bab IV : Implementasi dan Evaluasi Sistem

Bab ini berisi penjelasan tentang proses implementasi aplikasi

manajemen aset tetap dari desain perancangan yang telah dibuat dan

mengevaluasi aplikasi sesuai dengan uji coba yang telah

direncanakan.

BAB V : Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Saran yang dimaksud adalah

saran terhadap kekurangan aplikasi yang ada kepada pihak lain yang

ingin meneruskan topik Tugas Akhir ini. Tujuannya adalah agar

pihak lain dapat menyempurnakan aplikasi sehingga bisa menjadi

(17)

7

2.1 Aset Tetap

Menurut Jusup (2011), Aset tetap adalah sumber daya yang memiliki

empat karakteristik yaitu: (1) berujud atau memiliki ujud (bentuk atau ukuran

tertentu), (2) digunakan dalam operasi perusahaan, (3) mempunyai masa manfaat

jangka panjang, dan (4) tidak dimaksudkan untuk diperjual-belikan. Aset semacam

ini biasanya memiliki masa pemakaian yang lama dan diharapkan dapat memberi

manfaat pada perusahaan selama bertahun-tahun. Manfaat yang diberikan aset tetap

umumnya semakin lama semakin menurun, kecuali manfaat yang diberikan oleh

tanah.

Berdasarkan laporan rekapitulasi inventaris Maret 2013, aset tetap yang

dimiliki Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya terbagi menjadi dua jenis yaitu aset

tetap berupa peralatan medis dan non medis. Menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, Peralatan medis adalah peralatan yang digunakan

untuk keperluan diagnosa, terapi rehabilitasi dan penelitian medik baik secara

langsung maupun tidak langsung. Berikut contoh peralatan medis:

Tabel 2.1 Peralatan Medis

No Nama Barang Merk / Type Tahun Jml Harga

Satuan Total

1

Gynecoloqy Examination

PT. Orto

(18)

8

Peralatan non medis adalah peralatan yang digunakan untuk mendukung

keperluan tindakan medis. Berikut contoh peralatan non medis:

Tabel 2.2 Peralatan Non Medis

No Nama Barang Merk / Type Tahun Jml Harga

Satuan Total

1 Akman Gantung 2000 1 Rp 450.000 Rp 450.000 2 Pengisi Kapsul 1 Rp 130.500 Rp 130.500 3 Intercom 2 Line CM 201 2007 1 Rp 225.000 Rp 225.000 4 Kursi Lipat NN Chitose 2006 70 Rp 142.000 Rp 9.940.000 5 Komputer 2006 2 Rp 4.300.000 Rp 8.600.000 Sumber : Rekapitulasi Inventaris (Unit Rumah Tangga RSIJS, 2013).

Kepemilikan aset tetap pada rumah sakit berupa peralatan medis dan non

medis merupakan keputusan yang penting bagi rumah sakit. Peralatan tersebut

harus dijaga agar peralatan medis dan non medis yang digunakan selalu dalam

kondisi yang baik, mengganti fasilitas yang sudah rusak atau aus akibat pemakaian,

dan menambah peralatan medis dan non medis jika diperlukan.

2.2 Manajemen Aset

2.2.1 Pengertian Manajemen Aset

Menurut pemerintahan South Australia dalam Hidayat (2012), manajemen

aset merupakan proses untuk mengelola permintaan dan panduan akuisisi,

penggunaan dan pembuangan aset untuk membuat sebagian besar potensi layanan

pengiriman dan mengelola risiko dan biaya selama umur hidup aset. Sedangkan

menurut Departemen Transportasi Amerika Serikat dalam Hidayat (2012),

manajemen aset adalah proses sistematis guna memelihara, memperbarui, dan

mengoperasikan biaya yang timbul dari aset secara efektif. Dari definisi-definisi

(19)

mencakup proses perencanaan dan monitoring aset fisik selama umur

penggunaannya oleh suatu departemen atau bagian. Manajemen aset akan

memudahkan perusahaan untuk menyimpan daftar aset, semua dokumen

pembelian, biaya-biaya, jumlah, lokasi, pengguna aset, serta akumulasi depresiasi

dan nilai buku yang berlaku dari aset yang dimiliki.

2.2.2 Tujuan Manajemen Aset

Tujuan utama dari manajemen aset adalah membantu entitas (organisasi)

dalam memenuhi tujuan penyediaan pelayanan secara efektif dan efisien. Beberapa

ciri manajemen aset yang efektif dan efisien antara lain:

1. Memaksimalkan manfaat aset dengan memastikan bahwa aset digunakan dan

dipelihara secara layak.

2. Mengurangi kebutuhan aset baru dengan mengadopsi solusi non-aset (seperti

leasing, outsourcing dan sebagainya).

3. Memperoleh nilai uang yang lebih besar melalui penilaian ekonomi.

4. Mengurangi pengadaan aset yang tidak diperlukan.

5. Memfokuskan perhatian pada hasil dengan memberikan pembebanan tanggung

jawab, akuntabilitas dan keperluan pelaporan secara jelas.

2.2.3 Siklus Manajemen Aset

Pengelolaan Aset tetap selama masa hidupnya melalui beberapa fase

perjalanan atau lebih sering disebut siklus manajemen aset. siklus manajemen aset

(20)

10

1. Siklus Pengadaan

Siklus di mana suatu aset dibeli, dibangun, atau dibuat. Pada siklus ini

setiap perolehan aset yang dilakukan harus dicatat dengan jelas tanggal perolehan,

cara perolehan, harga, jumlah serta informasi lain terkait dengan perolehan aset.

2. Siklus Operasi

Siklus di mana suatu aset digunakan untuk tujuan yang telah ditetapkan

seperti siapa unit kerja serta di mana saja aset tersebut digunakan sehingga untuk

setiap mutasi yang terjadi perlu dicatat. Pada Siklus ini mungkin diselingi dengan

pemeliharaan, pembaharuan atau perbaikan yang dilakukan secara periodik, serta

penggantian atas aset yang rusak dalam periode penggunaannya sehingga

memerlukan pencatatan terhadap pemeliharaan yang terjadi. Pada siklus ini juga

diperlukan pencatatan mengenai depresiasi yang ditanggung oleh aset pada tiap

tahunnya. Depresiasi dibutuhkan sebagai pengakuan atas pemakaian dari aset

selama kurun waktu tertentu.

3. Siklus Penghapusan

Siklus yang dilakukan ketika umur ekonomis atau masa pakai suatu aset

telah habis, aset mengalami rusak berat,aset tidak diperlukan atau aset hilang.

4. Siklus Perencanaan

Siklus yang merupakan proses lanjutan dimana output informasi dari

setiap fase digunakan sebagai input kebutuhan permintaan terhadap suatu aset

(21)

Berikut gambar fase-fase yang dilalui suatu aset selama masa hidupnya

antara lain:

Sumber: Manajemen Aset Privat dan Publik (Hidayat, 2012)

Gambar 2.1 Siklus Hidup Pengelolaan Aset

Tambahan umur dari suatu aset memiliki implikasi yang penting bagi

manajer program penyediaan pelayanan. Keputusan pengadaan yang didasarkan

pada harga pembelian yang paling rendah tetapi mengabaikan potensi biaya operasi,

dapat mengakibatkan total biaya yang lebih tinggi selama umur hidup aset.

2.2.4 Pengendalian Aset

Tujuan utama dari manajemen aset adalah membantu organisasi dalam

memenuhi tujuan penyediaan pelayanan secara efektif dan efisien. Hal ini

mencakup panduan pengadaan, penggunaan dan penghapusan aset. Tujuan

Pengadaan Penghapusan

Perencanaan Operasi

(Acouisition)

(Operation)

(Disposal)

(22)

12

manajemen aset ini akan tercapai apabila pihak manajemen dapat mengendalikan

dan memantau semua aset yang dimiliki. Agar manajemen dapat mengendalikan

serta memantau aset yang dimiliki maka perlu dibuat kebijakan serta prosedur yang

memadai. Kebijakan serta prosedur yang dibuat harus mencakup kegiatan

operasional, seperti prosedur pencatatan aset, verifikasi (stok-take), dan

penghapusan aset dari pencatatan. Selain hal tersebut pihak manajemen juga harus

dapat menyediakan daftar aset yang memadai yang digunakan sebagai dasar dari

sistem informasi manajemen aset dan berisikan data-data relevan yang dibutuhkan.

Daftar aset harus memuat data non-keuangan atas pengadaan, identitas,

akuntabilitas, kinerja dan penghapusan aset. berikut gambaran dari daftar aset yang

diperlukan.

 Nilai Historis  Nilai

Sumber: Manajemen Aset Privat dan Publik (Hidayat, 2012)

Gambar 2.2 Komposisi Daftar Aset

2.3 Depresiasi

Menurut Jusup (2011), Depresiasi adalah proses pengalokasian biaya

perolehan aset tetap menjadi beban selama masa manfaatnya dengan cara yang

(23)

dilakukan penandingan antara pendapatan dan beban. Depresiasi adalah proses

pengalokasian biaya perolehan, bukan proses penilaian aset. perubahan harga aset

tetap yang terjadi di pasar, tidak perlu dicatat dalam pembukuan, karena aset tetap

dimiliki untuk digunakan, bukan untuk dijual kembali. Oleh karena itu nilai buku

aset (Biaya perolehan - akumulasi depresiasi), bisa berbeda dengan harga pasar.

Selama masa pemakaian, kemampuan suatu aset untuk menghasilkan

pendapatan dan jasa biasanya semakin menurun, baik secara fisik maupun

fungsinya. Penurunan karena faktor fisik terjadi karena pemakaian dan keausan,

sehingga secara fisik aset tetap terlihat menurun. Penurunan dari segi fungsi karena

aset menjadi tidak memadai dan ketinggalan jaman. Suatu aset dikatakan tidak

memadai lagi, jika aset tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan saat ini dan masa

datang.

2.3.1 Faktor-Faktor Dalam Perhitungan Depresiasi

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi dalam perhitungan depresiasi,

yaitu:

1. Biaya Perolehan

Merupakan semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan aset

dan pengeluaran-pengeluaran lain hingga aset siap untuk digunakan. Biaya-biaya

yang dapat dimasukkan sebagai biaya perolehan seperti harga beli tunai, biaya

pengangkutan, biaya asuransi dalam pengangkutan, biaya perakitan dan

pemasangan.

Masalah yang mungkin muncul dalam menentukan biaya perolehan

(24)

14

apabila terjadi pembelian dalam satu paket maka biaya perolehan dari pembelian

paket tersebut harus dialokasikan ke masing-masing peralatan yang bersangkutan.

2. Masa Manfaat

Masa manfaat atau disebut juga umur aset atau umur ekonomis, adalah

jangka waktu pemakaian aset yang diharapkan oleh perusahaan. Masa manfaat

dapat dinyatakan dalam satuan waktu, unit aktivitas (misal jam kerja mesin), atau

satuan hasil yang diharapkan dari suatu aset.

Masa manfaat adalah suatu taksiran. Dalam membuat taksiran, manajemen

mempertimbangkan berbagai faktor, seperti rencana penggunaan aset, perkiraan

reparasi dan pemeliharaan, dan kerentanan terhadap ketinggalan jaman.

Pengalaman masa lalu sangat berguna dalam memutuskan taksiran masa manfaat.

Untuk suatu aset yang sejenis, perusahaan yang satu dapat membuat taksiran yang

berbeda dibandingkan perusahaan lainnya.

3. Nilai Residu

Nilai residu atau nilai sisa, adalah taksiran nilai tunai aset pada akhir masa

manfaat aset tersebut. nilai ini bisa didasarkan pada taksiran nilai aset sebagai

barang bekas, atau bisa juga atas dasar taksiran bila aset ditukar dengan aset lain di

akhir masa manfaat. Seperti halnya masa manfaat, nilai residu juga merupakan

suatu taksiran. Dalam membuat taksiran, manajemen mempertimbangkan rencana

penggunaan aset dan pengalaman masa lalu dengan aset serupa.

2.3.2 Metoda Depresiasi

Menurut Soemarso dalam Wira (2011), Depresiasi dapat dicatat dan

(25)

1. Metode Penyusutan Garis Lurus

Metode garis lurus lebih melihat aspek waktu daripada aspek kegunaan.

Dalam metode penyusutan garis lurus, beban penyusutan untuk tiap tahun nilainya

sama besar dan tidak dipengaruhi dengan hasil atau output yang diproduksi. Berikut

perhitungan tarif penyusutan untuk metode garis lurus.

Metode penyusutan ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan

dari metode ini adalah:

a. Mudah digunakan dalam praktek.

b. Lebih mudah dalam menentukan tarif penyusutan.

Kelemahan dari metode penyusutan ini adalah:

a. Beban pemeliharaan dan perbaikan dianggap sama setiap periode.

b. Manfaat ekonomis aktiva setiap tahun sama.

c. Beban penyusutan yang diakui tidak mencerminkan upaya yang digunakan

dalam menghasilkan pendapatan.

d. Laba yang dihasilkan setiap tahun tidak menggambarkan tingkat pengembalian

yang sesungguhnya dari umur kegunaan aktiva dalam matching, principle,

beban penyusutan harus proporsional pada penghasilan yang dihasilkan.

2. Saldo Menurun

Dalam metode ini, biaya penyusutan makin menurun dari tahun ke tahun.

Pembebanan yang makin menurun didasarkan pada anggapan bahwa semakin tua, Biaya Perolehan - Nilai Residu

(26)

16

kapasitas aktiva tetap dalam memberikan jasanya juga semakin menurun. Dalam

metode saldo menurun, biaya penyusutan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Tarif penyusutan dalam metode saldo menurun dapat dengan mudah

dihitung sebagai 100% dibagi dengan taksiran masa manfaat. Misalnya, apabila

taksiran masa manfaat adalah 5 tahun, maka tarif penyusutan adalah:

Biaya penyusutan dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

Dimana Akumulasi penyusutan awal memiliki nilai nol. Aktiva tetap yang

bersangkutan tidak boleh disusutkan sampai di bawah nilai sisa. Apabila nilai buku

telah mendekati nol, maka aktiva tetap yang bersangkutan telah mendekati masa

manfaatnya.

3. Unit Produksi

Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban penyusutan

berdasarkan pada proporsi penggunaan aktiva yang sebenarnya. Metode

penyusutan ini menggunakan hasil produksi sebagai dasar pengalokasian beban

penyusutan untuk tiap periode. Dalam metode ini beban penyusutan diperlakukan

sebagai beban variabel sesuai dengan unit produksi yang dihasilkan tiap periode

akuntansi, bukan beban tetap seperti dalam metode penyusutan garis lurus (Straight

Line Method). Kelemahan dari metode ini adalah sama seperti kelemahan yang

terdapat pada metode jam jasa.

100%

5 2 X 20% = 40%

Tarif Penyusutan = 2 x =

(27)

2.4 Penggolongan dan Kodefikasi

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007,

Penggolongan adalah kegiatan untuk menetapkan secara sistematik mengenai

Barang Milik Negara ke dalam golongan, bidang, kelompok, subkelompok dan

sub-sub kelompok. Dan kodefikasi adalah pemberian kode Barang Milik Negara sesuai

dengan penggolongan masing-masing Barang Milik Negara. Berikut tata cara

penggolongan dan kodifikasi:

Satu angka/digit pertama : menunjukkan kode Golongan Barang.

Dua angka/digit kedua : menunjukkan kode Bidang Barang.

Dua angka/digit ketiga : menunjukkan kode Kelompok Barang.

Dua angka/digit keempat : menunjukkan kode Sub Kelompok Barang.

Tiga angka/digit kelima : menunjukkan kode Sub-Sub Kelompok Barang.

2.5 Siklus Hidup Pengembangan Sistem

Menurut Hartono (2005) Siklus Hidup Pengembangan Sistem adalah suatu

tahapan yang dilewati dari mulai sistem direncanakan sampai dengan dioperasikan

dan dipelihara. Seluruh tahap yang dilewati dapat diartikan sebagai sebagai

serangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh pemakai sistem informasi untuk

mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi. Berikut Gambar

(28)

18

Sumber : Analisis dan Desain Sistem Informasi (Hartono, 2005).

Gambar 2.3 Siklus Hidup Pengembangan Sistem.

Adapun tahapan-tahapan dari penerapan System Development Life Cycle

(SDLC) adalah sebagai berikut:

1. Analisis Sistem

Pada tahap ini penganalisis menguraikan suatu sistem informasi yang utuh

ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan

mengevaluasi permasalahan, kesempatan, hambatan yang terjadi dan

kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga diusulkan perbaikan – perbaikannya.

2. Desain Sistem Secara Umum

Tujuan dari tahapan ini adalah memberikan gambaran secara umum kepada

user tentang sistem yang baru. Pada tahap ini penganalisis merancang

komponen-komponen sistem informasi dengan tujuan untuk dikomunikasikan kepada user.

Komponen sistem informasi yang didesain adalah model, output, input, database, Kebijakan dan perencanaan sistem

Analisis sistem

Desain sistem secara umum

Desain sistem terinci

Seleksi sistem

Implementasi sistem

Perawatan sistem

Awal proyek sistem

Pengembangan

(29)

teknologi dan kontrol. Alat yang digunakan untuk menggambarkan komponen

tersebut adalah bagan alir sistem dan diagram arus data.

3. Desain Sistem Terinci

Pada tahap ini penganalisis memberikan gambaran akan bentuk dari

output-output yang akan dibuat.

4. Seleksi Sistem

Pada tahap ini penganalisis perlu menseleksi komponen fisik sistem yang

perlu dimiliki agar sistem yang telah didesain dapat diimplementasikan. Komponen

fisik sistem ini berupa perangkat keras dan perangkat lunak.

5. Implementasi Sistem

Pada tahap ini, sistem yang telah dianalisis dan didesain secara rinci akan

diimplementasikan sehingga sistem dapat dioperasikan. Pada tahap ini termasuk

juga kegiatan menulis kode program jika tidak menggunakan paket perangkat

lunak.

2.6 Metode Pengujian Sistem

Menurut Fatta (2007), beberapa test case harus dilaksanakan dengan

beberapa perbedaan strategi transaksi, query, atau jalur navigasi yang mewakili

penggunaan sistem yang tipikal, kritis atau abnormal. Isu kunci pada

pengembangan sistem adalah pemilihan test case yang cocok, sekecil dan secepat

mungkin untuk meyakinkan para perilaku sistem secara detil. Pengujian harus

mencakup unit testing yang mengecek validasi dari prosedur dan fungsi secara

independen dari komponen sistem yang lain. Kemudian modul testing harus

(30)

20

modul sudah berjalan dengan baik, termasuk eksekusi dari beberapa modul yang

saling berelasi.

Menurut Fatta (2007), pengujian unit digunakan untuk menguji setiap

modul untuk menjamin setiap modul menjalankan fungsinya dengan baik.

2.6.1 Black Box Testing

Menurut Fatta (2007), black box testing dilakukan tanpa pengetahuan detil

struktur internal dari sistem atau komponen yang dites. Biasanya disebut juga

sebagai behavioral testing, specification-based testing, input/output testing atau

functional testing. Black box testing berfokus pada kebutuhan fungsional pada

software, berdasarkan pada spesifikasi kebutuhan dari software.

Dengan adanya black box testing, perekayasa software dapat

menggunakan sekumpulan kondisi masukan yang dapat secara penuh memeriksa

keseluruhan kebutuhan fungsional pada suatu program. Black box testing bukan

teknik alternatif daripada white box testing. Lebih daripada itu, black box testing

merupakan pendekatan pelengkap dalam mencakup error dengan kelas yang

berbeda dari metode white box testing.

2.6.2 White Box Testing

Menurut Fatta (2007), white box testing bisa disebut juga glass box atau

clear box testing. White box testing adalah suatu metode desain test case yang

menggunakan struktur kendali dari desain procedural. Metode desain test case

untuk dapat menjamin:

(31)

2. Semua logika keputusan dapat dites dengan jalur yang salah dan atau jalur yang

benar.

3. Semua loop dapat dites terhadap batasannya dan ikatan operasionalnya.

4. Semua struktur internal data dapat dites untuk memastikan validitasnya.

Seringkali white box testing diasosiasikan dengan pengukuran cakupan tes

(test coverage metrics), yang mengukur persentase jalur-jalur dari tipe yang dipilih

(32)

22

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem

Pada tahap ini penganalisis akan menguraikan proses bisnis manajemen

aset tetap spesifik kepada peralatan medis dan non medis yang sedang berjalan pada

Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. Tujuan dari penguraian proses bisnis ini

adalah untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada, memahami bagaimana

proses tersebut berjalan serta siapa pelaku dari proses tersebut berjalan. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui kebutuhan sistem yang diperlukan.

Pada Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya akan dikembangkan aplikasi

manajemen aset tetap. Aplikasi ini dikembangkan karena adanya permasalahan

yang dialami Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya terkait dengan pengelolaan

data aset tetap yang dimiliki. Permasalahan-permasalahan ini dapat mengakibatkan

tidak optimalnya proses pelayanan kesehatan yang disebabkan karena tidak

tercatatnya kondisi serta lokasi pemakaian dari aset tetap yang digunakan.

Penggunaan aset tetap yang mendekati atau telah melewati masa pakai, tidak dapat

mengetahui beban biaya penggunaan atau depresiasi atas aset tetap yang dimiliki

dan kendala dalam mengetahui pemeliharaan apa saja yang pernah dilakukan

terhadap aset tetap yang dimiliki. Permasalahan-permasalahan tersebut akan terus

(33)

3.1.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan observasi pada proses bisnis manajemen aset lebih spesifik

berupa peralatan medis dan non medis yang diterapkan Rumah Sakit Islam

Jemursari Surabaya. Saat ini pencatatan dan manajemen data dari peralatan medis

dan non medis masih dilakukan secara manual. Proses bisnis manajemen aset ini

meliputi inventarisasi, pemeliharaan dan penghapusan peralatan medis dan non

medis.

Unit Rumah Tangga merupakan unit yang berperan dalam memantau

penggunaan serta kondisi dari peralatan medis dan non medis yang dimiliki Rumah

Sakit Islam Jemursari Surabaya. Dalam menjalankan peran tersebut, Unit Rumah

Tangga harus memiliki informasi yang akurat mengenai semua peralatan medis dan

non medis yang dimiliki. Terdapat tiga proses utama yang dilakukan Unit Rumah

Tangga dalam memantau peralatan medis dan non medis yang dimiliki. Proses

tersebut adalah proses inventarisasi, proses pemeliharaan barang yang didukung

oleh Unit Pemeliharaan Sarana serta proses penghapusan peralatan medis dan non

medis.

A. Document Flow Inventarisasi Peralatan

Proses inventarisasi merupakan proses pencatatan data peralatan medis

dan non medis yang diperoleh serta pencatatan lokasi penggunaan dari peralatan

tersebut. Proses ini dimulai dari diterimanya berita acara serah terima peralatan oleh

Unit Rumah Tangga dari unit pemakai serta faktur pengadaan. Berdasarkan berita

acara serta faktur tersebut, Unit Rumah Tangga akan mencatat perolehan peralatan

(34)

24

peralatan yang baru diperoleh akan dibuatkan label barang berdasarkan nomor

pengelompokan barang dan nomor registrasi yang telah ditentukan. Nomor

pengelompokan dan nomor registrasi ini akan menjadi identitas dari peralatan

tersebut. Setelah pemberian label maka peralatan tersebut akan dicatat kembali ke

dalam Kartu Inventaris Ruang sesuai dengan ruang yang akan menggunakan

peralatan medis dan non medis tersebut. Kartu inventaris ruang ini digunakan acuan

untuk mengetahui berapa nomor registrasi terakhir setiap kelompok barang. Kartu

ini akan dibuat rangkap dua dan ditandatangani oleh penanggung jawab ruang, Unit

Rumah Tangga, serta Manajer Umum. Buku inventaris harian ini juga digunakan

untuk membuat laporan rekapitulasi / daftar inventaris yang nantinya akan

diserahkan kepada Manajer Umum. Document flow inventarisasi peralatan dapat

(35)

Inventarisasi Peralatan

Unit Ruang Terkait

Unit Rumah Tangga Manajer Umum

Mulai Faktur dan Berita Acara Penerimaan

Rekapitulasi / Daftar Inventaris

Gambar 3.1 Document Flow Inventarisasi Peralatan

Permasalahan yang muncul dari proses inventarisasi peralatan ini, hasil

pencatatan aset tetap lebih spesifik pada peralatan medis dan non medis tidak

tercatat secara lengkap. Seperti tidak diketahui kondisi dari peralatan tersebut, di

mana peralatan digunakan, berapa jumlah peralatan yang dimiliki dan berapa biaya

perolehan dari setiap peralatan medis dan non medis. Salah satu hal yang

menyebabkan tidak lengkapnya pencatatan tersebut karena terdapat peralatan yang

tidak memiliki identitas peralatan. Unit Rumah Tangga kesulitan untuk mengetahui

(36)

26

berapa nomor registrasi terakhir, Unit Rumah Tangga harus melihat semua Kartu

Inventaris Ruang. Tidak diketahuinya nomor identitas peralatan ini mengakibatkan

pihak Unit Rumah Tangga kesulitan dalam memantau kondisi serta lokasi dari

penggunaan dari satu peralatan medis dan non medis. Hal ini tentunya juga

mengakibatkan tidak akuratnya data inventaris yang dimiliki Unit Rumah Tangga.

Selain permasalahan tersebut, proses inventarisasi ini juga tidak memiliki

pencatatan masa pakai atau manfaat serta nilai depresiasi dari setiap peralatan medis

dan non medis yang dimiliki. Dampak dari tidak adanya pencatatan masa pakai dan

nilai depresiasi, mengakibatkan Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya tidak dapat

mengetahui peralatan yang mendekati atau telah habis masa pakai serta berapa

beban biaya guna yang ditanggung peralatan medis dan non medis selama tahun

berjalan. Dengan adanya perhitungan depresiasi ini Rumah Sakit Islam Jemursari

Surabaya dapat melakukan penandingan antara pendapatan yang diperoleh atas

penggunaan peralatan yang dimiliki dengan beban biaya penggunaannya.

B. Document Flow Pemeliharaan Peralatan

Proses pemeliharaan terbagi menjadi 2 proses, yaitu proses pemeliharaan

terjadwal dan proses pemeliharaan tidak terjadwal. Proses pemeliharaan terjadwal

merupakan proses pemeliharaan terhadap peralatan medis dan non medis yang

dimiliki secara berkala. Proses ini dimulai dari Unit Pemeliharaan Sarana yang

melihat jadwal pemeliharaan yang sebelumnya telah dibuat. Dari jadwal tersebut

Unit Pemeliharaan Sarana akan memeriksa peralatan apa saja yang berada di ruang

yang akan dilakukan pemeliharaan berdasarkan Kartu Inventaris Ruang. Setelah itu

(37)

sendiri atau melalui pihak eksternal. Jika dilakukan oleh pihak eksternal maka Unit

Pemeliharaan Sarana akan mengajukan permintaan pemeliharaan melalui pihak

eksternal kepada Manajer Umum. Permintaan itu akan diperiksa oleh Manajer

Umum dan jika dibutuhkan maka pemeliharaan melalui pihak eksternal dapat

langsung dilaksanakan. Jika dilakukan oleh Unit Pemeliharaan Sarana sendiri,

maka peralatan medis dan non medis tersebut akan dilakukan pemeliharaan atau

perawatan berkala. Apabila hasil dari pemeliharaan peralatan tidak layak maka Unit

Ruang Terkait diminta untuk mengajukan formulir permintaan perbaikan. Formulir

tersebut akan diserahkan kepada Unit Rumah Tangga dan akan disesuaikan dengan

catatan Kartu Inventaris Ruang. Unit Pemeliharaan Sarana juga akan menerima

formulir permintaan perbaikan yang akan diarsipkan dan digunakan untuk membuat

laporan rekapitulasi pemeliharaan. Jika peralatan tidak bermasalah maka akan

langsung dicatat ke dalam laporan rekapitulasi pemeliharaan yang nantinya laporan

ini akan dilaporkan kepada Manajer Umum. Document flow dari proses

(38)

28

Pemeliharaan Terjadwal

Unit Pemeliharaan Sarana Unit Ruang Terkait Manajer Umum Unit Rumah Tangga

P

Gambar 3.2 Document Flow Pemeliharaan Terjadwal

Sedangkan proses pemeliharaan tidak terjadwal terjadi, jika terdapat

peralatan yang tidak dapat digunakan berdasarkan laporan dari unit ruang pemakai

peralatan dalam bentuk formulir permintaan perbaikan. Berdasarkan laporan

tersebut Unit Pemeliharaan Sarana akan melihat apakah peralatan tersebut akan

(39)

perusahaan lain, maka Unit Pemeliharaan Sarana akan mengajukan permintaan

perbaikan eksternal kepada Manajer Umum. permintaan tersebut akan divalidasi.

Jika perbaikan dilakukan oleh Unit Pemeliharaan Sarana sendiri maka peralatan

tersebut akan diperbaiki. Apabila alat tidak dapat diperbaiki maka formulir

permintaan perbaikan yang diterima dari Unit Terkait akan digandakan dan akan

diserahkan kepada Unit Rumah Tangga. Jika peralatan masih dapat dipakai maka

akan langsung dicatat ke dalam rekapitulasi pemeliharaan dan akan diserahkan

kepada Manajer Umum. Document flow dari proses pemeliharaan tidak terjadwal

(40)

30

Pemeliharaan Tidak Terjadwal

Unit Ruang Terkait Unit Pemeliharaan Sarana Manajer Umum Unit Rumah Tangga

Gambar 3.3 Document Flow Pemeliharaan Tidak Terjadwal

Permasalahan yang muncul dari proses pemeliharaan ini adalah pihak

manajemen sulit untuk mengetahui pemeliharaan apa saja yang pernah dilakukan

serta berapa biaya yang telah di keluarkan untuk memelihara suatu peralatan. Hal

ini terjadi karena tidak adanya pencatatan secara historis terhadap pemeliharaan

(41)

manajemen kesulitan dalam menentukan apakah peralatan medis dan non medis

masih layak untuk diperbaiki atau tidak.

C. Document Flow Penghapusan Peralatan

Proses penghapusan merupakan proses menghapus peralatan yang sudah

tidak dimiliki oleh Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. Proses ini bertujuan

untuk menghapus peralatan-peralatan yang telah menurun daya gunanya serta untuk

menghindari pemakaian peralatan medis dan non medis yang telah melampaui batas

waktu kegunaannya. Proses ini diawali dari Unit Rumah Tangga yang mengetahui

adanya peralatan medis dan non medis yang perlu dihapus. Peralatan tersebut akan

dikonsultasikan dengan penanggung jawab dari Unit Ruang Terkait. Selanjutnya

penanggung jawab ruang akan memeriksa peralatan-peralatan yang akan dihapus

dan akan mengusulkannya kepada Manajer Umum. Apabila disetujui, maka

penghapusan akan dilaksanakan. Document flow dari proses penghapusan peralatan

(42)

32

Penghapusan Peralatan

Unit Ruang Terkait

Unit Rumah Tangga Manajer Umum

P

Lap PenghapusanBerita Acara Penghapusan

Gambar 3.4 Document Flow Penghapusan Peralatan

Pada proses ini, pihak manajemen kesulitan dalam mengetahui peralatan

(43)

ini disebabkan tidak adanya perhitungan sisa masa pakai serta tidak adanya

rekapitulasi dari penghapusan peralatan yang digunakan. Dampaknya, manajemen

kesulitan dalam mengevaluasi peralatan yang pernah dimiliki apakah sudah

digunakan secara optimal atau belum.

3.1.2 Analisis Kebutuhan Sistem

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, Rumah Sakit Islam

Jemursari Surabaya mengalami permasalahan dalam menertibkan pencatatan

terhadap aset tetap yang dimiliki lebih spesifik berupa peralatan medis dan non

medis. Penertiban ini dimaksudkan untuk melengkapi pencatatan identitas dari

peralatan serta data-data dari peralatan medis dan non medis. Selain itu Rumah

Sakit Islam Jemursari Surabaya juga mengalami kendala dalam mengetahui sisa

masa pakai dan nilai depresiasi dari peralatan medis dan non medis yang dimiliki.

hal ini terjadi karena dalam pencatatan yang sekarang dilakukan tidak mencatat

mengenai rencana masa pemakaian peralatan dan tidak adanya perhitungan

depresiasi. Dan juga dalam proses pemeliharaan peralatan yang dimiliki pihak

manajemen Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya sulit untuk mengetahui

pemeliharaan apa saja yang pernah dilakukan terhadap suatu peralatan dan berapa

biaya yang dikeluarkan selama masa pemeliharaan.

Dalam menangani permasalahan tersebut maka diperlukan aplikasi khusus

yang dapat melakukan pendataan aset tetap berupa peralatan medis dan non medis

secara lengkap sehingga akan memudahkan Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya

dalam memantau aset yang dimiliki dengan data yang akurat. Aplikasi yang

(44)

34

depresiasi untuk setiap peralatan medis dan non medis yang dimiliki. Selain itu

aplikasi yang dibangun harus dapat menyajikan informasi tentang pemeliharaan apa

saja yang pernah dilakukan terhadap suatu peralatan medis dan non medis.

3.2 Perancangan Sistem

Perancangan sistem yang dilakukan terdiri dari desain sistem secara

umum, desain sistem terinci dan desain uji coba yang akan diujikan terhadap

aplikasi yang dibangun untuk memastikan bahwa aplikasi yang dibangun sesuai

dengan tujuan yang diharapkan.

3.2.1 Desain Sistem Umum

Desain sistem umum ini merupakan gambaran umum tentang sistem

aplikasi manajemen aset yang akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan

fungsional sistem. Gambaran umum tersebut meliputi System Flow, Desain Input

Proses Output, Data Flow Diagram, Entity Relationship Diagram Meliputi

Conceptual Data Model dan Physical Data Model, dan aplikasi yang akan

dikembangkan.

A. System Flow

Pada tahap ini, penganalisis akan menggambarkan alur antara data, proses

dan laporan ke dalam bentuk system flow. System flow yang akan digambarkan

antara lain system flow inventarisasi peralatan, system flow pemeliharaan terjadwal

(45)

A.1 System Flow Inventarisasi Peralatan

Pada proses pengembangan sistem inventarisasi ini dimulai dari

penerimaan faktur serta berita acara penerimaan peralatan oleh Unit Rumah

Tangga. Berdasarkan dokumen tersebut Unit Rumah Tangga akan memasukkan

data penerimaan aset tetap. Berdasarkan nama aset tetap yang dimasukkan, sistem

akan mencari nomor kelompok dari aset tetap tersebut dan membentuk nomor

registrasi terakhir yang terdaftar pada kelompok aset tetap tersebut. Nomor

kelompok dan nomor registrasi yang terbentuk akan digunakan sebagai identitas

dari aset tetap tersebut. Setelah terbentuk identitas aset tetap, selanjutnya data

penerimaan aset tetap tersebut akan disimpan ke dalam database beserta dengan

menyimpan data penempatan lokasi penggunaan aset tetap tersebut. Berdasarkan

data yang terdapat pada proses inventarisasi ini dapat menghasilkan informasi

Kartu Inventaris Ruang, laporan penerimaan, dan rekapitulasi inventaris. System

(46)

36

Inventarisasi Peralatan

Unit Rumah Tangga Unit Ruang Terkait Manajer Umum

P

h

as

e

Mulai

Faktur dan Berita Acara Penerimaan Pembuatan ID Aset

Tetap

Kelompok Aset Tetap

Ruang

Rekapitulasi / Daftar Inventaris

Pembuatan Lap. Penerimaan

Pembuatan Rekapitulasi / Daftar

Inventaris Penerimaa

n

Selesai

(47)

A.2 System Flow Pemeliharaan Terjadwal

Pada proses pengembangan sistem pemeliharaan terjadwal ini dimulai dari

Unit Pemeliharaan Sarana membuat jadwal pemeliharaan terhadap peralatan yang

dimiliki. setelah pembuatan jadwal tersebut selesai, Unit Pemeliharaan Sarana akan

selalu mendapatkan informasi mengenai kapan waktu untuk melakukan

pemeliharaan terjadwal pada setiap peralatan yang dimiliki. Setelah melakukan

pemeliharaan sesuai dengan jadwal yang berjalan, Unit Pemeliharaan Sarana akan

memasukkan hasil pemeriksaan ke dalam sistem. Setelah itu proses pemeliharaan

selesai manajer umum dapat langsung melihat laporan kondisi aset tetap, laporan

pemeliharaan yang pernah dilakukan, laporan rencana pengadaan dan laproran

rencana penghapusan. Laporan tersebut akan digunakan sebagai bahan evaluasi

apakah peralatan tersebut masih layak untuk dipelihara atau tidak dan merencakan

pengadaan aset yang jumlahnya dibawah standar siap pakai. System flow dari proses

(48)

38

Pemeliharaan Terjadwal

Unit Pemeliharaan Saranan Manajer Umum

P Pencarian Data Aset

Tetap

Lap. Kondisi Aset Tetap

(49)

Sedangkan pada proses pemeliharaan tidak terjadwal, diawali dari

penerimaan formulir permintaan perbaikan oleh Unit Ruang Terkait atau pemakai

dari peralatan yang dilaporkan kepada Unit Pemeliharaan Sarana. Berdasarkan

formulir tersebut Unit Pemeliharaan Sarana akan memeriksa dan memperbaiki

peralatan tersebut dan akan mencatat hasil pemeliharaan ke dalam sistem. System

flow dari proses pemeliharaan tidak terjadwal ini dapat dilihat pada gambar 3.7.

Pemeliharaan Tidak Terjadwal

Unit Pemeliharaan Sarana

Unit Ruang Terkait Manajer Umum

P

Lap. Kondisi Aset Tetap

(50)

40

A.3 System Flow Penghapusan Peralatan

Penghapusan Peralatan

Gambar 3.8 Desain System Flow Penghapusan Peralatan

Pada proses pengembangan penghapusan peralatan ini, diawali dari

Manajer Utama yang memberikan laporan rencana penghapusan kepada Unit

Rumah Tangga. Laporan tersebut akan dilaksanakan dan dari proses pelaksanaan

(51)

acara tersebut Unit Rumah Tangga mencari data aset tetap yang akan dihapus.

Setelah mendapatkan data aset tetap yang dicari Unit Rumah Tangga akan

memperbarui data aset tetap tersebut. Setelah proses penghapusan selesai manajer

umum dapat langsung melihat laporan penghapusan. System flow dari proses

penghapusan ini dapat dilihat pada gambar 3.8.

B. Diagram Input Proses Output

Model sistem yang diusulkan dapat dijelaskan dalam diagram Input Proses

Output. Diagram Input Proses Output merupakan seri diagram fungsional dan

masing-masing diagram dihubungkan dengan salah satu fungsi sistem.

B.1 Proses Pengolahan Data Master

Proses Pengolahan Data Master

In

(52)

42

Proses Pengolahan Data Master digunakan untuk memasukkan,

mengupdate dan menghapus data master. Input dari proses ini adalah Data

Kelompok Aset Tetap, Data Tipe Perolehan, Data Tipe Pemeliharaan, Data Ruang,

Data Suplier, Data Kondisi, dan Data Pegawai. Hasil dari proses ini adalah Master

Ruang, Master Suplier, Master Kondisi, Master Pegawai, Master Kelompok Aset,

Master Perolehan, dan Master Tipe Pemeliharaan. Diagram Input Proses Output

dari proses pengolahan data master ini dapat dilihat pada gambar 3.9

B.2 Proses Inventaris

Proses Inventaris

Gambar 3.10 Diagram Input Proses Output Proses Inventaris

Proses inventarisasi ini bertujuan untuk mendata semua data peralatan

medis dan non medis yang diperoleh serta lokasi peralatan. Pada setiap lokasi

(53)

peralatan medis dan non medis yang digunakan. Input dari proses ini adalah Master

Ruang, Master Suplier, Master Kelompok Aset, Master Perolehan, dan Data

Perolehan Aset tetap. Hasil dari proses ini adalah Data Mutasi dan Data

Penerimaan. Diagram Input Proses Output dari proses inventaris ini dapat dilihat

pada gambar 3.10

B.3 Proses Penjadwalan Perawatan

Proses Penjadwalan Perawatan

Gambar 3.11 Diagram Input Proses Output Penjadwalan Perawatan

Pada proses penjadwalan perawatan ini digunakan untuk merencanakan

pemeliharaan untuk setiap peralatan dam bentuk jadwal. perawatan berkala yang

perlu dilakukan pada peralatan medis dan non medis. Input dari proses ini adalah

Master Kelompok Aset Tetap, Master Tipe Pemeliharaan, Data penerimaan, Data

(54)

44

Pemeliharaan. Diagram Input Proses Output dari proses Penjadwalan Perawatan ini

dapat dilihat pada gambar 3. 11

B.4 Proses Pemeliharaan Aset Tetap

Proses Pemeliharaan Aset Tetap

In

Gambar 3.12 Diagram Input Proses Output Pemeliharaan Aset Tetap

Pada proses pemeliharaan aset tetap ini digunakan untuk mencatat hasil

pemeliharaan yang pernah dilakukan pada setiap peralatan medis dan non medis.

Input dari proses ini adalah Data hasil Pemeliharaan Peralatan, Data penerimaan,

Master Kelompok Aset Tetap, Master Kondisi, Master Pegawai, Master Ruang,

Master Tipe Pemeliharaan, Data Mutasi, dan Data Penjadwalan. Hasil dari proses

ini adalah data pemeliharaan peralatan. Diagram Input Proses Output dari proses

(55)

B.5 Proses Penghapusan

Gambar 3.13 Diagram Input Proses Output Penghapusan Aset Tetap

Pada proses penghapusan ini bertujuan untuk menghapus peralatan medis

dan non medis yang tidak digunakan oleh pihak manajemen Rumah Sakit Islam

Jemursari Surabaya. Input dari proses ini adalah Data penerimaan, Master

Kelompok Aset Tetap, Master Ruang, Data Mutasi dan Data penghapusan

Peralatan. Hasil dari proses ini adalah Data Penghapusan. Diagram Input Proses

(56)

46

B.6 Proses Pembuatan Laporan

Proses Pembuatan Laporan

Gambar 3.14 Diagram Input Proses Output Pembuatan Laporan

Proses ini digunakan untuk menghasilkan informasi berupa laporan yang

terbentuk dari data-data yang telah dimasukkan. Input dari proses ini adalah Data

penerimaan, Master Kelompok Aset Tetap, Master Ruang, Data Mutasi, Data

Pemeliharaan, Data Penghapusan, Master Perolehan dan Master Suplier. Hasil dari

proses ini adalah Laporan Perolehan Aset Tetap, Daftar Inventaris, Jadwal

Perawatan, Laporan Kondisi Aset tetap, Laporan Rencana Pengadaan, Laporan

Rencana Penghapusan, Laporan Depresiasi, Laporan Sisa Masa Pakai, Kartu

(57)

Diagram Input Proses Output dari proses Pembuatan Laporan ini dapat dilihat pada

gambar 3.14

C. Data Flow Diagram

Penggambaran sistem Menggunakan Data Flow Diagram (DFD) dimulai

dari context diagram. Context diagram dapat didekomposisi lagi menjadi level

rendah untuk mengambarkan sistem lebih rinci.

C.1 Context Diagram

Context diagram rancang bangun aplikasi manajemen aset tetap ini terdiri

dari 3 (tiga) entitas, yaitu : Unit Rumah Tangga, Unit Pemeliharaan Sarana, dan

Manajer Umum. Entitas-entitas tersebut, memberikan masukan kepada sistem dan

menerima keluaran dari sistem. Gambar dari Context diagram dari aplikasi

manajemen aset tetap dapat dilihat pada gambar 3.15.

Jadwal Perawatan

Lap. Rencana Peng hapusan Lap. Rencana Peng adaan

Lap. Penghapusan Lap Sisa M asa Pakai

Lap. Depresiasi

Lap. Kondisi Aset tetap Lap. Pemeliharaan

Lap. Perolehan Aset Tetap

Data Hasil Pemeliharaan Data Kelompok Aset Tetap

1

Aplikasi M anajemen Aset Tetap

+

Gambar 3.15 Context Diagram Aplikasi Manajemen Aset Tetap

C.2 DFD Level 0 Aplikasi Manajemen Aset tetap

Pada data flow diagram (DFD) level 0 pada aplikasi manajemen aset tetap

(58)

48

perawatan, pemeliharaan, penghapusan, dan pembuatan laporan. DFD level 0 pada

aplikasi manajemen aset tetap dapat dilihat pada gambar 3.16.

Gambar 3.16 DFD Level 0 Aplikasi Manajemen Aset Tetap Dt Kelompok As et

Dt Ruang Dt Kelompok As et

[Lap. Depresias i] [Lap Sisa Masa Pakai]

[Lap. Pemeliharaan] [Lap. Perolehan Aset Tetap]

[Lap. Peng hapus an] [Lap. Kondis i Aset tetap]

[Lap. Rencana Peng adaan] [Lap. Rencana Peng hapusan] [Jadwal Perawatan]

Dt J enis Pemeliharaan

[Data Tipe Pemeliharaan]

Dt Pemeliharaan Dt M utasi Dt Penerimaan

Dt Kelompok As et Dt Ruang Dt Supplier Dt Peg awai Dt Tipe Perolehan Dt Penerimaan

Dt Kelompok As et Dt Ruang Dt M utasi

[Data Peng hapusan]

Dt Ruang Dt Kelompok As et Dt Peg awai [Data Hasil Pemeliharaan]

Dt Peg awai [Data As et Tetap]

Dt Pemeliharaan Dt Kondisi

Dt Tipe Perolehan Dt Supplier Dt Kelompok As et

Dt J enis Pemeliharaan

Dt Kondisi [Data Kelompok Aset Tetap]

[Data Tipe Perolehan] Dt J enis Pemeliharaan

Dt Penerimaan

Dt Penjadwalan Dt J enis Pemeliharaan

Dt M utasi

Peng hapus an Aset Tetap

12 Peng hapus an

Manajer

Peng olahan Data Master

(59)

C.3 DFD Level 1 Proses Inventarisasi

DFD Level 1 inventarisasi memiliki tiga proses yaitu, pembuatan id aset

tetap, proses penempatan lokasi penggunaan, dan proses penyimpanan penerimaan

aset tetap. Gambar dari DFD level 1 pada proses inventarisasi dapat dilihat pada

gambar 3.17.

4 Supplier 5 Perolehan

6 Penerimaan 7 Mutasi

1

Gambar 3.17 DFD Level 1 Proses Inventarisasi

C.4 DFD Level 1 Proses Penjadwalan Perawatan

DFD Level 1 proses penjadwalan Pemeliharaan memilik dua sub proses,

yaitu proses pencarian aset tetap, dan pencatatan jadwal pemeliharaan. DFD level

1 proses penjadwalan pemeliharaan dapat dilihat pada gambar 3.18.

Dt Kelompok Aset

(60)

50

C.5 DFD Level 1 Proses Pemeliharaan Aset Tetap

Gambar 3.19 DFD Level 1 Proses Pemeliharaan Aset Tetap

DFD Level 1 proses pemeliharaan aset tetap memilik tiga sub proses, yaitu

proses pencarian aset tetap, pencatatan hasil pemeliharaan aset tetap, dan pencarian

jadwal perawatan. DFD level 1 proses pemeliharaan dapat dilihat pada gambar

3.19.

C.6 DFD Level 1 Proses Penghapusan Aset Tetap

DFD level 1 proses penghapusan memiliki proses pencarian aset tetap, dan

perbarui data inventaris. DFD level 1 proses penghapusan dapat dilihat pada

Gambar 3.20 DFD Level 1 Proses Penghapusan Aset Tetap

[Dt Kondis i]

Penc arian Aset Tetap

1.4.2 Penc atatan Has il

(61)

C.7 DFD Level 1 Proses Pembuatan Laporan

Gambar 3.21 DFD Level 1 Proses Pembuatan Laporan

DFD level 1 proses pembuatan laporan memiliki delapan proses, yaitu

proses pembuatan laporan inventaris, pencarian jadwal perawatan, pembuatan

[Lap. Rencana Peng adaan] [Lap. Rencana Peng hapusan]

Dt Tipe Perolehan [Lap Sisa Masa Pakai]

Dt Ruang Dt M utasi

Dt Penerimaan Dt Kelompok Aset

[Lap. Depresiasi] Dt Penerimaan

Dt Kelompok Aset [Dt Peng hapusan]

[Lap. Peng hapusan] Dt Kondisi

Dt Pemeliharaan

[Lap. Kondisi Aset tetap] [Lap. Pemeliharaan] [Lap. Perolehan Aset Tetap]

[Dt Kondisi] Perhitung an Sisa

(62)

52

laporan pemeliharaan, pembuatan laporan penghapusan, perhitungan depresiasi,

perhitungan sisa masa pakai dan pembuatan laporan perencanaan. DFD level 1

proses pembuatan laporan perencanaan dapat dilihat pada gambar 3.21.

D. Entity Relationship Diagram

Entity Relationship Diagram (ERD) digunakan untuk menggambarkan

pemrosesan dan hubungan data-data yang digunakan dalam sistem. Dalam

perancangan sistem ini terdapat beberapa entitas yang saling terkait untuk

menyediakan data yang dibutuhkan oleh sistem yang disajikan dalam bentuk

conceptual data model (CDM) dan physical data model (PDM).

D.1 Conceptual Data Model

Pada aplikasi manajemen aset tetap ini terdapat 20 tabel, yang terdiri dari

12 tabel master yaitu: Golongan Barang, Bidang Barang, Kelompok Barang, Sub

Kelompok Barang, Sub Sub Kelompok Barang, Perolehan, Supplier, Pegawai,

Kelompok Ruang, Ruang, Tipe Perawatan, dan Kondisi. Tabel transaksi sebanyak

8 tabel yaitu Penerimaan, Penerimaan Detil, Detil Barang, Mutasi, Penjadwalan,

Perawatan, Penghapusan, dan Penghapusan Detil. Desain Conceptual Data Model

(63)

Gambar 3.22 Conceptual Data Model (CDM) Aplikasi Manajemen Aset Tetap pada Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya.

D.2 Physical Data Model

Berdasarkan Conceptual Data Model yang ada dapat dibuat Physical Data

Model (PDM). Physical Data Model (PDM) dari aplikasi manajemen aset tetap ini

memiliki 21 tabel, terdiri dari 12 tabel master dan 9 tabel transaksi. Desain dari

Physical Data Model (PDM) dari Aplikasi Manajemen Aset Tetap ini dapat dilihat

pada gambar 3.23.

(64)

54

Gambar 3.23 Physical Data Model (PDM) Aplikasi Manajemen Aset Tetap pada Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya.

KO DE_BARANG = KO DE_BARANG NO _REGI ST RASI = NO _REGI ST RASI

KO DE_MUTASI = KO DE_MUTASI KO DE_GO LO NG AN = KO DE_GO LO NG AN

KO DE_BI DANG = KO DE_BI DANG KO DE_KELO MPO K = KO DE_KELO MPOK KO DE_SUB_KELO MPO K = KO DE_SUB_KELO MPO K KO DE_GO LO NG AN = KO DE_GO LO NG AN

KO DE_BI DANG = KO DE_BI DANG KO DE_KELO MPO K = KO DE_KELO MPOK

KO DE_KELO MPO K_RUANG = KO DE_KELO MPOK_RUANG LO KASI = LO KASI

KO DE_KO NDI SI = KO DE_KONDI SI

KO DE_BARANG = KO DE_BARANG NO _REGI ST RASI = NO _REGI ST RASI

KO DE_TI PE_PEMELI HARAAN1 = KODE_TI PE_PEMELIHARAAN1

KO DE_BARANG = KO DE_BARANG NO _REGI ST RASI = NO _REGI ST RASI KO DE_BARANG = KO DE_BARANG NO _REGI ST RASI = NO _REGI ST RASI KO DE_PENGHAPUSAN = KODE_PENG HAPUSAN

KO DE_BARANG = KO DE_BARANG

KO DE_PENERI MAAN = KODE_PENERIMAAN

KO DE_SUPPLI ER = KO DE_SUPPLI ER KO DE_PEROLEHAN = KODE_PERO LEHAN

KO DE_RUANG = KODE_RUANG

NI P = NI P

JUM LAH varc har(50)

KETERANGAN varc har(200)

KODE_KELOM POK varc har(50)

NAMA varc har(200)

MASA_MANFAAT int KELOMPOK_RUANG

KODE_KELOM POK_RUANG varc har(4)

LOKASI varc har(3)

KODE_PENERIM AAN varc har(10)

KODE_PEROLEHAN varc har(10)

KODE_PENERIM AAN varc har(10)

NO_SERI varc har(50)

KODE_RUANG_TUJ UAN varc har(50)

PENGHAPUSAN

KODE_KELOM POK_RUANG varc har(4)

LOKASI varc har(3)

NAMA varc har(200)

SUB_KELOM POK_BARANG

KODE_GOLONGAN varc har(50)

KODE_BIDANG varc har(50)

KODE_KELOM POK varc har(50)

KODE_SUB_KELOMPOK varc har(50)

KODE_KELOM POK varc har(50)

Gambar

Gambar 3.1 Document Flow Inventarisasi Peralatan
Gambar 3.2 Document Flow Pemeliharaan Terjadwal
Gambar 3.3 Document Flow Pemeliharaan Tidak Terjadwal
Gambar 3.4 Document Flow Penghapusan Peralatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data modifikasi mesin perontok padi tersebut adalah: penggantian jenis material pisau perontok yang berbentuk runcing dan tidak mudah aus, menambahkan pengayak agar mesin

 Peserta didik dalam kelompok diminta untuk melakukan percobaan besaran-besaran kalor sesuai dengan langkah-langkah pada LKS (Lampiran 1 Pertemuan 3)..  Peserta didik

Berikut ini kajian hasil-hasil utama dari studi yang dilakukan Abadi (2001) untuk sistem autoparametrik yang memuat osilator tereksitasi sendiri... Bunga

Tutkimusongelmaa lähestyttiin tutkimuskysymyksien avulla: millaisia suunnittelutapoja oppilas on käyttänyt, onko oppilaan suunnitelma itse tehty, onko oppilas muokannut

[r]

Sementara itu, untuk misi dan tujuan Prodi D3 Kebidanan merupakan uraian lebih rinci dari visi yang telah dijabarkan, yang secara ringkas dijelaskan bahwa Prodi D3

Posisi bayi juga menjadi salah satu factor pendukung perlekatan yang baik. Tehnik menyusui yang benar sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap ASI, oleh karena itu usahakan

Kami berharap prosiding ini dapat digunakan sebagai dokumentasi karya ilmiah para peneliti dan praktisi dalam bidang kesehatan khususnya kedokteran nuklir yang