• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMIKIRAN MUHAMMAD NEJATULLAH SIDDIQI TENTANG ETIKA DISTRIBUSI DAN PRODUKSI DALAM AKTIVITAS EKONOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMIKIRAN MUHAMMAD NEJATULLAH SIDDIQI TENTANG ETIKA DISTRIBUSI DAN PRODUKSI DALAM AKTIVITAS EKONOMI"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

LINDA PAPUANGAN

NPM : 20130730019

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu pada

Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam

Universitas Muhamadiyah Yogyakarta

Oleh:

LINDA PAPUANGAN

NPM :20130730019

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii











































Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

(QS. Al-Baqarah 2: 286)





Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

(QS Alam Nasyrah 94: 6)











“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholatmu sebagai penolongmu, sesunggunya Allah beserta orang-orang yang sabar”.

(4)

iii

Persembahan teruntuk :

Kedua orang tuaku

Ayahanda Drs. Hi. Irianto

Papuangan. M. Pd.J. dan

ibundah Hj. Hadija Saleh

Kaka Wisda Papuangan. S.E

dan adik-adiku, Rahmat

Papuangan. S.Pi, Nurlela

Papuangan, Widia Ningsih.

Amd. Keb, Hidayat

Papuangan, Barkah

Papuangan, Basid

Papuangan.

Spesial Ikmal Umsohy S.H,

telah banyak membantu

penulis.

Almamater Tercinta

(5)

iv

hanya dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis masih memiliki kesempatan untuk

menyelesaikan skripsidengan Judul “PEMIKIRAN MUHAMMAD NEJATULLAH SIDDIQI

TENTANG ETIKA DISTRIBUSI DAN PRODUKSI DALAM AKTIVITAS EKONOMI”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyakmembantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa mereka skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Cipto. M.A Selaku Rektor Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Dr. Mahli Zaenudin Tago. M.Si Selaku Dekan Fakultas Agama Islam.

3. Bapak Syarif Asa’ad. S.EI, MSI Selaku Ketua Program Studi Ekonomi dan Perbankan Islam. 4. Bapak Mukhlis Rahmanto, Lc. M.A, Selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi dan

Perbankan Islam.

5. Bapak Drs. Hi. Muhsin Hariyanto, M. Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu dan bimbingannya dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak Drs. Moh. Mas’udi, M.Ag selaku penguji yang telah menguji dan membimbing sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(6)

v

10. Buat Ikmal Umsohy S.H., terima kasih atas bantuan selama ini yang telah banyak meluangkan waktu selama membantu Penulis.

11. Keluargaku di Yogyakarta Nirmala Yajid, Rahmat Mustari, Adik Masita, Adik Amel, Adik Mirna yang banyak membantu penulis.

12. Keluarga besar dan para Sahabat-sahabatku HMI AVICENNA UMY Mukrim, Ramadan, Sugi, Iswan Rendi, Syahid, Vita, Indera, Icut dan yang tak bisa ku sebut semuanya telah banyak memberikan dukungan, tenaga, bantuan selama ini.

13. Buat teman-teman EPI A 2013 Endang, Nia, Mimi, Desi dan yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.

Atas segala keredahan hati, dengan tulus dan ikhlas penulis hanya bisa mendoakan semoga Allah SWT, membalas semua amal dan kebaikan semua yang telah diberikan kepada penulis sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan Skripsi ini.

Yang Menyatakan

(7)

vi

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRAC ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Kerangka Teori ... 18

G. Metode Penelitian ... 24

H. Sistematika Pembahasan ... 26

(8)

vii

...

A. Pengertian Etika Distribusi dan Etika Produksi ... 34

1. Pengertian Etika Distribusi ... 36

2. Pengertian Etika Produksi ... 39

B. Tujuan Distribusi dan Produksi ... 41

1. Tujuan Distribusi ... 41

2. Tujuan Produksi ... 42

C. Faktor-faktor Distribusi dan Produksi ... 44

1. Faktor Distribusi ... 44

2. Faktor Produksi ... 46

BAB IV. KONSEP MUHAMMAD NEJATULLAH SIDDIQI TENTANG ETIKA DISTRIBUSI DAN PRODUKSI ... 52

A. Konsep Muhammad Nejatullah Siddiqi tentang Etika Distribusi ... 52

B. Konsep Muhammad Nejatullah Siddiqi tentang Etika Produksi ... 61

C. Konsep Muhammad Nejatullah Siddiqi tentang Aktivitas Ekonomi ... 65

BAB V. PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

(9)
(10)

ix

MuhammadNejatullah Siddiqi dengan tujuan untuk mendeskrpsikan tentang Etika Distribusi dan Produksi dalam Aktivitas Ekonomi.

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah penelitian pustaka (Library Research), dan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode deskriptif Kualitatif. Sedangkan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kualitatif

Setelah melakukan penelitian secara mendalam atas pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiqi, terkait dengan konsep distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi, dalam kerangka tersebut dibangun berdasar pada Al-Qur’an dan as-sunnah.Hasil penelitiannya menunjukan bahwa jika maksimasi laba tak lagi merupakan motif utama, maupun konsep rasionalitas memiliki arti yang berbeda. Kerja samadengan produsen lain untukmencapai tujuan-tujuan sosial, agar menjadi norma sehingga mengharuskan adanya akses yang lebih besar kepada informasi dalam sistem ekonomi Islam. Barang haram tidak akan diproduksi, barang mewah akan di minimalisasi dan kebutuhan pokok akan ditingkatkan produksinya, sementara praktik perdagangan yang jujur akan menghasilkan pahala, sekalipun setiap produsen individual diasumsikan telah memiliki sifat yang diinginkan mengikuti panduan keadilan dan kebajikan. Negara diharap hadir dalam setiap setiap kegiatan-kegiatan agar menjamin penyediaan keperluan dasar dengan pengawasan sesuai aturan-aturan yang berlaku, sehinggamenanamkan sifat-sifat kejujuran dalam setiap aktivitas pasar agar kesemuanya didasari dengan pelaku baik dan jujur dalam aktivitas distribusi dan produksi untuk mepunyai kewajiban dan tanggungjawab sesuai dengan etika yang berlaku.

(11)

x Economic Activity.

The type of research used in writing this undergraduate thesis is the Library Research, and in collecting data, researcher used a qualitative descriptive method. While the analysis used in this study is qualitative analysis.

After conducting in-depth research, the framework of the thoughts of Muhammad Nejatullah Siddiqi, associated with the distribution and production concept in economic activity, were built based on the Quran and as-Sunnah. The research result shows that profit maximization is no longer the prime motive, nor the concept of rationality which has different meaning. The cooperation with other manufacturers to achieve social goals, in order to become the norm, requires greater access to information in the economic system of Islam. Illegal goods will not be produced, luxury goods will be minimized and the production of staples will be increased, while fair trade practices will produce reward, although each individual producer is assumed to have had the desired properties following the guidelines of justice and virtue. Countries are expected to be present in each of all the activities in order to ensure the provision of basic necessities to the supervision according to the applicable rules, thus instilling traits of honesty in any market activity that are all based on the good and honest behaviors in the distribution and production activity to have obligations and responsibility in accordance with the ethics.

(12)
(13)
(14)
(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu keunikan ajaran Islam adalah mengajarkan kepada penganutnya untuk melakukan praktik ekonomi berdasarkan norma dan etika Islam. Bahkan, diakui oleh para ekonomi muslim atau non muslim dalam Islam diajarkan nilai-nilai dasar ekonomi yang bersumber pada ajaran tauhid. Nilai-nilai dasar ekonomi yang paling fundamental adalah keseimbangan, kesatuan, tanggung jawab, dan keadilan merupakan nilai-nilai dalam bidang ekonomi Islam. (Khaerul, 2013: 12)

(16)

Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa ekonomi syariah bersifat normatif, tetapi merupakan penggabungan antara yang normatif dan yang positif. Metode pengkajiannya pun merupakan penggabungan antara deduktif dan induksi.

Pedoman normatif ini membawa dampak yang serius terhadap teori dan praktik ekonomi syariah. Dalam ekonomi syariah terdapat dua konsep dasar yang paling berkaitan, yaitu keadilan dan efesiensi.

Prinsip keadilan yang menunjukan perbedaan yang mendasar antara ilmu ekonomi syariah dan ilmu ekonomi konvensional terletak pada pandangan tentang pertumbuhan dan distribusi. Di kalangan sebagian besar ahli ekonomi konvensional, pertumbuhan merupakan prioritas ekonomi. Saving dari sebagian besar masyarakat, termaksud golongan menegah ke

bawah dan perusahaan-perusahaan adalah suatu keharusan untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Diharapkan terhadap seluruh atau sebagian besar anggota masyarakat. pandangan ini mendapat kritik dari sebagian ekonomi, karena berdasarkan studi empirik, orang-orang kaya yang diuntungkan dengan prioritas pertumbuhan itu tidak selalu melakukan saving atau investasi, sehingga pertumbuhan tidak selalu signifikan merangsang produksi barang dan jasa untuk kebutuhan lokal. (Khaerul, 2013: 12-16)

(17)

prioritas karena dipandang sebagai economical necessity, sementara distribusi yang adil dipandang sebagai ethical necessity saja. Sebagai keharusan yang bersifat etis distribusi diserahkan pada kesadaran etis para pengusaha saja.

Dalam Islam, pertumbuhan dan distribusi harus dilaksanakan secara simultan, tanpa memprioritaskan salah satu dari yang lain. pertumbuhan merupakan suatu keharusan yang dapat dilihat dari pemerintah untuk menigkatkan produktivitas dan investasi. Melalui zakat, sebagian (2,5 % - 20 %) pendapatan perseorangan dan perusahaan harus didistribusikan kepada mereka yang membutuhkannya sebagai modal usaha, pelunasan kredit, dan kebutuhan lain dalam rangka menghindari penumpukan harta dikalangan segelintir orang, yang dilarang di dalam firman Allah Swt QS Al-Hasyr, 59: 7.

























Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota. Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

(18)

dan semacamnya. Hal ini tidak hanya berlaku pada kegiatan bisnis an-sich, tetapi juga pada aktivitas yang berkaitan pada bisnis itu juga, seperti: auditing dan sebagainya. (Khaerul, 2013: 12-16)

Adapun etika bisnis Islami mengatur segala bentuk kepemilikan, pengelolaan, dan pendistribusian harta antar individu dan kelompok secara proporsional. Etika bisnis Islami menolak tegas segala bentuk praktik monopoli, eksploitasi, dan diskriminasi serta pengabaian hak dan kewajiban antar individu dan kelompok.

M. Dawam Raharjo menjelaskan bahwa ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi konvensional. Ekonomi Islam mengajarkan prinsip-prinsip ekonomi yang memiliki muatan ajaran agama, etika, dan moralitas, sedangkan ekonomi konvensional dibangun oleh peradaban barat berlandaskan nilai-nilai kebebasan dan sekularisme. Kritik utama terhadap visi ekonomi Islam adalah sistem ekonomi Islam bisa tidak diakui sebagai ilmu, melainkan sebuah ideologi.

(19)

kekayaan (property). Pada gilirannya, tidak akan muncul kesenjagan ekonomi ataupun prilaku ekonomi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat. (Khaerul, 2013: 12-16)

Sistem ekonomi Islam memiliki beberapa misi, pertama, melaksanakan aqidah dan syariat dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Kedua, mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan ekonomi, yaitu kemakmuran secara efisien. Ketiga, memberdayakan dan mengembangkan potensi ekonomi umat sebagai basis kekutan ekonomi, baik dalam skala nasional dan regional maupun global. Atas dasar itu, pemberdayaan sistem ekonomi global dapat dilakukan dengan dua cara: pertama, melakukan pengkajian teoritis dan penelitian empiris bagi pengembangan ilmu ekonomi Islam dan penerapannya dilapangan. Kedua, mempraktikan semua jenis teori dan konsep ekonomi Islam dalam berbagai pranata atau lembaga keuangan syari’ah baik bank

maupun non bank.

Pola hubungan antara agama dan ekonomi dalam Islam telah melahirkan prinsip umum, bahwa untuk tercapainya tingkat kesejahteraan di bidang ekonomi, setiap orang tidak hanya diberi kebebasan untuk melakukan berbagai kegiatan ekonomi (muamalah madiyah) tetapi juga harus mempertimbangkan etika bisnis (muamalah al-adabiyah) yang berpijak pada prinsip dan asas-asas ekonomi Islam. (Khaerul, 2013: 12-16)

(20)

cara dalam memenuhi kebutuhan hidup, baik diperoleh melalui jerih payah dan usaha yang sungguh-sungguh, atau dengan jalan yang tidak di duga dan di sangka, hal inilah yang di maksud ekonomi dalam kehidupan manusia. firman Allah dalam (QS Al-Baqarah, 2: 168).















Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terjadi dibumi, dan jaganlah kamu menggikuti langkah-langkah syeitan karena sesungguhnya syeitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Produksi dan distribusi merupakan bagian yang paling penting dan berarti dalam menentukan kemakmuran suatu bangsa dan taraf penghidupan penduduknya Al-Qur’an atau pun Sunnah meletakkan penekanan yang sangat besar terhadap produksi dan distribusi kekayaan.

(21)

kepentingan masyarakat (masalah amanah), produksi kebutuhan dasar masyarakat pencipta serta pemberlakuan harga rendah untuk barang-barang esensial.

Jika maksimasi laba tak lagi merupakan motif utama maupun konsep rasionalitas memiliki arti yang berbeda, kerja sama (sebagai lawan dari persaingan sampai mati) dengan produsen lain dengan tujuan mencapai tujuan-tujuan sosial akan menjadi norma sehingga mengharuskan adanya akses yang lebih besar kepada imformasi dalam sistem ekonomi Islam. Barang haram tidak akan di produksi, barang mewah akan minimalisir dan kebutuhan pokok akan di tingkatkan produksinya sementara praktek perdagangan yang jujur akan di dorong oleh pahala, sekalipun setiap produsen individual diasumsikan telah memiliki sifat yang diinginkan mengikuti panduan keadilan dan kebajikan. Negara masih di harap untuk menjamin penyediaan keperluan dasar dan mengawasi berlakunya kejujuran di pasar. (Siddiqi, 1996: 54)

(22)









Artinya: Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan dia maha mengetahui segala sesuatu.

Manusia harus berusaha mengoptimalkan segala kemampuannya yang Allah Swt berikan, seorang muslim tidak akan kecil hati bahwa Allah tidak akan memberi rezeki padanya dan Allah Swt berfirman dalam QS Fushshilat, 41: 31.









Artinya: Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.

(23)

maksimum dengan jalan mengatur penggunaan faktor-faktor produksi dan distribusi seefesien mungkin.

Usaha memaksimumkan keuntungan dapat di capai dengan cara yang paling efesien, dalam praktiknya bagi setiap perusahaan pemaksimuman keuntungan belum tentu merupakan satu-satunya tujuan, seorang pengusaha muslim terikat oleh beberapa aspek dalam melakukan produksi dan distribusi. dari paparan di atas maka penulis mengambil inisiatif bahwa permasalan ini sangat menarik untuk di teliti, oleh sebab itu penulis mengangkat judul tentang: Pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiqi Tentang Etika Distribusi Dan Produksi Dalam Aktivitas Ekonomi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diambil adalah: Apa pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiqi tentang etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengemukakan pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiqi tentang etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi.

D. Manfaat Penilitian

1. Manfaat Teoritik

(24)

kesejahteraan sosial, faktor-faktor pendukungnya dan menemukan satu konsep terhadap pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiqi tentang etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi.

2. Manfaat Praktik

Bagi akademisi: semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi para akademisi untuk memperkaya wawasan keilmuan dan dapat berdampak posistif bagi pemikiran-pemikiran mereka.

Bagi masyarakat: semoga skripsi ini dapat meberikan pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang keadilan dalam etika distribusi dan produksi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang berkaitan dengan sistem ekonomi Islam telah banyak dilakukan oleh para cendekiawan dan ekonom, khususnya pemerhati ekonomi Islam namun, penelitian ini berfokus pada objek pemikiran Muhammad Nejatullah Sidiqqi tentang etika distribusi dan produksi, peneliti berupaya melakukan penelitian yang lebih dari peneliti-peneliti sebelumnya, peneliti menemukan kajian etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi yang menggulas dua masalah tersebut, sebagai berikut:

Tabel 1.

Peneliti Terdahulu tentang Distribusi dan Produksi

(25)

1. Muhammad Syaifullah

Konsep Produksi dalam Ekonomi Islam Perspektif Ibnu Khaldun (2009)

(26)

produksi menurut ibnu khaldun adalah bekerja secara riil, kesetia kawanan (antar kelompok dengan kelompok lainya), berdasarkan sunnatullah (kerja secara nyata, mengeluarkan keringat, bertransaksi dengan jelas dan ada wujudnya).

2. Rahmawati Muin Sistem Distribusi dalam Perspektif Ekonomi Islam (2005)

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui tentang konsep distribusi, prinsip distribusi dalam Islam dan metode yang di pakai deskriptif eksploratif.

3. Rian Maulana Konsep Distribusi Menurut

Muhammad Baqir Ash-Shadr (2003)

(27)
(28)

tersebar diudara (burung dan oksigen), kekayaan alam yang tersembunyi (air terjun yang bisa menghasilkan tenaga listrik yang dapat dialirkan melalui kabel ke titik manapun), juga kekayaan alam lainnya serta 4). faktor turunan berupa modal dan kerja, kesemuanya itu merupakan kekayaan yang diperlukan dalam proses produksi.

4. Fahrudin Sukarno Etika Produksi Perspektif

Ekonomi Islam (2010).

Pembahasan dalam penelitian ini konsep produksi Islam berangkat dari status manusia sebagai ‘adb dan khalifah fi

al-ardh. Seperti halnya

(29)
(30)

Allah Swt. 5). Landasan moral yang terpatri dalam diri manusia. 6). Kewajiban mendistribusikan harta kekayaan bagi kemaslahatan masyarakat.

Demikian yang membedakan dengan penilitian-penilitian terdahulu yaitu: pada prinsipnya Muhammad Syafullah, dengan judul Konsep Produksi dalam Ekonomi Islam Perpektif Ibnu Khaldun bagaimana untuk mencapai suatu taraf produksi yang berjalan lancar karna manusia selaku pelaku dan faktor utama dalam kehidupan itu sendiri sehingga dapat mencapai suatu baik itu faktor akumulasinya, modal dan organisasinya yang bekerja secara riil.

Rahmawati Muin, dengan judul Sistem Distribusi dalam Perspektif Ekonomi Islam, dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui suatu konsep distribusi, prinsip distribusi dalam Islam secara universal sesuai dengan metode yang dipakai deskriptif eksploratif yang lebih memfokuskan kepada sistem ekonomi Islam dalam prespektifnya.

(31)

produksi. Baik dalam pembahasannya faktor produksi yang dalam pembahasannya lebih memfokuskan empat kategori baik itu tanah, sungai, laut maupun faktor modal kerjanya dalan suatu proses produksi.

Fakrudin Sukarno, dengan judul produksi prefektif ekonomi Islam, lebih menyinggung sifat dan status manusia sebagai khalifah dimuka bumi sebagaimana dalam pandangan Al-Qur’an yang secara filsofis manusia memiliki derajat dan kemanpuan juga mempunyai kewajiban-kewajibannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mencapai suatu kemaslahatan berkehidupan.

Sesuai dengan konsep yang diangkat dengan judul tema: “Pemikiran

Muhammad Nejatullah Siddiqi tentang Etika Distribusi dan Produksi dalam Aktivitas Ekonomi” maka penelitian yang diangkat adalah penelitian

kepustakaan (normatif), pembahasan difokuskan tentang apa etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi merupakan suatu kebutuhan yang menjadi keharusan dalam kehidupan sehari-hari yang harus diterapkan tidak terlepas pada suatu landasan hukum baik itu Al-Qur’an dan as-Sunnah yang menjadi sumber utama dalam penerapannya.

(32)

bekerja sama antara sekelompok individu-individu, menolong dan bekerja sama agar berlaku adil dengan mengembangkan produksi (tanah, modal dan keahlian).

Mereka juga setuju, bahwa masalah-masalah ekonomi kontenporer membutuhkan pemecahan baru maka, di sini peneliti hanya melanjutkan pada pemikiran yang dikonsepkan Muhammad Nejatullah Siddiqi dengan etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi lebih menekankan bahwa kebutuhan akan adanya persatuan antara fiqh dan ilmu ekonomi dengan menggunakan analisis modifikasi neoklasik dalam orientasi nilai dan mengungkapkan peran atau campur tangan negara agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan serta bisa berlaku jujur untuk mensejahterakan masyarakat.

(33)













Artinya“Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu sekalian dimuka bumi dan kami adakan bagimu di muka (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur”.

F. Kerangka Teori

1. Etika Distribusi

Distribusi berasal dari kata “distribution”, yang mempunyai arti

menyalurkan, dengan demikian definisi dari distribusi adalah proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen.

Etika dalam distribusi antara lain:

a. Selalu menghiasi amal dengan niat ibadah dan ikhlas. b. Transparan, dan barangnya halal serta tidak membahayakan. c. Adil, dan tidak mengerjakan hal-hal yang dilarang di dalam Islam. d. Tolong-menolong, toleransi dan sedekah.

e. Tidak melakukan pameran barang yang menimbulkan persepsi. f.

Tidak pernah lalai ibadah karena kegiatan distribusi.

g. Ikhtikar dilarang karena akan menyebabkan kenaikan harga.

(34)

i. Distribusi kekayaan yang meluas, Islam mencegah penumpukan kekayaan pada kelompok besar dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada seluruh lapisan masyarakat.

j. Kesamaan Sosial, maksudnya dalam pendistribusian tidak ada diskriminasi atau berkasta-kasta, semuanya sama dalam mendapatkan ekonomi. (Mustafa dkk, 2006: 119)

2. Etika Produksi

Produksi berasal dari bahasa Inggris "production", yang artinya menciptakan atau membuat. Jadi definisi dari kegiatan produksi adalah suatu kegiatan menciptakan atau menambah nilai guna barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Etika dalam berproduksi yaitu sebagai berikut: a.

Peringatan Allah Swt akan kekayaan alam.

b. Etika berproduksi dalam lingkaran yang halal. Sendi utamanya dalam berproduksi adalah bekerja, berusaha bahkan dalam proses yang memproduk barang dan jasa yang toyyib, termasuk dalam menentukan target yang harus dihasilkan dalam berproduksi.

(35)

d. Etika dalam berproduksi memanfaatkan kekayaan alam. juga sangat tergantung dari nilai-nilai sikap manusia, nilai pengetahuan, dan keterampilan. Dan bekerja sebagai sendi utama produksi yang harus dilandasi dengan ilmu dan syariah Islam.

Khalifah di muka bumi tidak hanya berdasarkan pada aktivitas menghasilkan daya guna suatu barang saja melainkan bekerja dilakukan dengan motif kemaslahatan untuk mencari keridhaan Allah Swt. Namun secara umum etika dalam Islam tentang muamalah, maka tampak jelas dihadapan kita empat nilai utama, yaitu rabbaniyah, akhlaq, kemanusiaan dan pertengahan. Nilai-nilai ini menggambarkan kekhasan (keunikan) yang utama bagi ekonomi Islam, bahkan dalam kenyataannya merupakan kekhasan yang bersifat menyeluruh yang tampak jelas pada segala sesuatu yang berlandaskan ajaran Islam.

Makna dan nilai-nilai pokok yang empat ini memiliki cabang, buah, dan dampak bagi seluruh segi ekonomi dan muamalah Islamiah di bidang harta berupa produksi, konsumsi, dan distribusi. (Mustafa Dkk, 2006: 101) 3. Aktivitas Ekonomi

Istilah ekonomi berasal dari bahasa latin econ dan nomos. Jika dilihat berdasarkan kata-kata diatas, memang tidak ditemui dalam Al-Qur’an tetapi jika dilihat dalam kamus modern bahasa arab yang ditulis oleh Hans

(36)

arab qashada, tentunya perkataan yang searti dengan kata-kata tersebut dapat di cari dengan mudah dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

Dengan melihat kepada istilah qashada dalam ayat dan di bandingkan dengan inti pengertian ekonomi, maka persepsi yang memandang bahwa Al-Qur’an tidak mebicarakan masalah ekonomi adalah tidak benar atau dengan kata lain masih juga meragukan Islam baik memiliki sistem ekonomi maupun tidak. (Syukri Iska 2012: 127)

Secara potensial Allah telah menyediakan sumber daya alam secara cukup guna dieksploitasi bagi kepentingan kehidupan manusia. Aktivitas bekerja secara bertanggungjawab dan penuh perhitungan adalah sesuatu yang mutlak dalam mengelola dan memanfaatkan semua kekayaan alam di dunia ini. (Imamuddin 2001: 19)

(37)

Adapun beberapa aktivitas ekonomi dalam Islam antara lain sebagai berikut :

1. Mengakui hak memiliki (baik secara individu atau umum)

Sistem ekonomi Islam mengakui hak seseorang untuk memiliki apa saja yang dia inginkan dari barang-barang produksi, misalnya ataupun barang-barang konsumsi. Dan dalam waktu bersamaan mengakui juga kepemilikan umum. Dalam hal ini ekonomi Islam memadukan antara

maslahat individu dan maslahat umum. Tampaknya inilah

satu-satunya jalan untuk mencapai keseimbangan dan keadilan di masyarakat.

2. Kebebasan ekonomi bersyarat

(38)

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dari kebebasan-kebebasan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Memperhatikan halal dan haram dalam ketentuan hukum-hukum Islam.

b. Komitmen terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan syariat Islam.

c. Tidak menyerahkan pengelolaan harta kepada orang-orang yang bodoh, gila dan lemah.

d. Hak untuk bersyarikat (saling memiliki) dengan tetangga atau mitra kerja.

e. Tidak dibenarkan mengelola harta pribadi yang merugikan kepentingan orang banyak.

3. At-takaful al-ijtima’i (kebersamaan dalam menanggung suatu

kebaikan).

Dalam kerangka ekonomi Islam adalah kebersamaan yang timbal balik antar sesama anggota masyarakat dalam pemerintahan dengan masyarakat baik dalam kondisi lapang maupun sempit untuk mewujudkan kesejahteraan atau dalam mengantisipasi suatu bahaya.

Jadi, aktivitas ekonomi adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutukan hidupnya dan untuk mencari kebutuhan hidup manusia mencari hidup sesuai dengan kemampuan mereka.

(39)

1. Jenis Penelitian

Metode sebagaimana dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud. Sementara itu berdasarkan jenisnya merupakan suatu kajian yang digolongkan kepada jenis kepustakaan atau dikenal dengan metode kualitatif (Library Research). Metode penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan

Bogdan dan Taylor sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Maleong, 2011: 4)

2. Sumber Penelitian

Sumber penelitian ini adalah buku-buku karangan Muhammad Nejatullah itu sendiri dan dari buku-buku pendukung lainnya. Ditinjau dari segi metodologinya yang bersifat kepustakaan, yang berhubungan dengan objek permasalahan yang akan diteliti, sumber-sumber yang dimaksud adalah:

a. Sumber primer, yaitu buku-buku a). Muahammad Nejatullah Siddiqi, Muslim Economic Thunking: A Survey of Conteporary Literature atau

Pemikiran Ekonomi Islam Suatu Tinjauan Penulisan Semasa

Terjemahan Mohd, Amin bin Abdullah.

b. Sumber sekunder, yaitu data yang diperoleh dari riset perpustakaan (Library Research), dokumen-dokumen, serta bahan-bahan tersier

(40)

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan primer dan bahan sekunder yang secara langsung menyinggung tentang etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi baik dalam bentuk buku atau artikel-artikel dan lainnya, dan yang menjadi data sekunder adalah sebagai berikut : a). Mohamed Aslam Haneef. 2010. Pemikiran

Ekonomi Islam Kontenporer Analisis Komparatif Terpilih, Jakarta:

Rajawali Pers. b). Nur Chamid. 2010. Jejak Langkah Sejarah

Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. c). Ismail.

Keuangan dan Investasi Syari’ah Sebuah Analisa Ekonomi, Cet I,

SKETSA. d). Adnan Mahmud, Dkk. 2005. Pemikiran Islam

Kontenporer di Indonesia, Pustaka Pelajar. e). Imamudin Yuliadi.

2007. Ekonomi Islam Filosofi, Teori dan Implementasi, Cet II (edisi revisi) Yogyakarta: LPPI. f). Mustafa Edwin Nasution. 2010.

Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, Cet I, Jakarta: Kencana. g).

Muhammad Sharif Chaundhry. 2012. Sistem Ekonomi Islam: Prinsip

dasar, edisi Pertama, Jakarta: Kencana. h). Syuksi Iska. 2012. Sistem

Perbankan di Indonesia, cet I, Yogyakarta: Fajar Media Press. i). Hi.

M. Arifin Hamid. 2006. Membumikan Ekonomi Syari’ah di Indonesia, Jakarta: eLSAS. j). Khaerul Umam. 2013.Pasar Modal syari’ah dan

Praktik Modal Syari’ah, Cet I, bandung: Cv. Pustaka Setia. k). M.

(41)

Bhakti Wakaf, Yogyakarta. Cet. ke -1. m). Rozalinda, 2014. Ekonomi

Islam: Teori dan Aplikasinya pada aktivitas Ekonomi, Ed I. Cet I.

Jakarta: rajawali Pers.

3. Metode Analisis

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis menggunakan metode Deskriptif Kualiatif, yaitu mengumpulkan data-data, keterangan, pendapat-pendapat yang bersifat umum dan kemudian ditarik kesimpulan khusus dari data-data tersebut, untuk menggambarkan secara tepat masalah yang diteliti dengan menganalisa data tersebut sebelumnya.

H. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam skripsi ini terbagi menjadi 5 Bab. Pada masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab dengan mengetengahkan pembahasan yang saling berkesinambungan antara satu dan yang lainnya.

Bab pertama, merupakan bab pengantar yang menyajikan beberapa sub bab, yakni latar belakang masalah, yang mengetengahkan latar belakang timbulnya masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini, dan pentingnya penelitian ini dilakukan, selain itu merupakan sebab-sebab (alasan) mengapa suatu masalah atau hal ini menarik untuk diteliti. Alasan tersebut dapat diperinci menjadi alasan objektif dan alasan subjektif.

(42)

penelitian adalah peryataan jawaban atas pertanyaan mengapa penelitian ini dilakukan. Sedangkan manfaat penelitian adalah pada intinya, menguraikan seberapa jauh kebergunaan dan kontribusi hasil penelitian.

Selanjutnya pada subbab kajian pustaka adalah memaparkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah membahas masalah etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi. Selanjutnya kerangka teori di sini adalah yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan.

Pada subbab metodologi. Dipaparkan metodologi penelitian dalam memecahkan permasalahan yang diangkat, sehingga permasalahan dapat diselesaikan dengan tuntas. Begitu pula dengan subbab sistematika pembahasan mengetahkan sistematika penulisan penyelesaian masalah dalam penelitian ini.

Bab kedua, membahas biografi Muhammad Nejatullah Siddiqi, pendidikan serta karya-karya yang telah beliau keluarkan untuk memperkenalkan beliau kepada masyarakat.

(43)

Bab keempat, merupakan bagian analisis pemikiran Muhammad Nejatulallah Siddiqi tentang etika distribusi dan produksi dalam aktivitas ekonomi. Dalam bab empat ini akan dibahas konsep distribusi, konsep produksi yang di ambil dari pemikiran Muhammad Nejatullah Siddiqi itu sendiri, serta aktivitas ekonomi.

(44)

30

BAB II

BIOGRAFI MUHAMMAD NEJATULLAH SIDDIQI

A. Kelahiran dan Pendidikan Muhammad Najatullah Siddiqi

Muhammad Nejatullah Siddiqi di lahirkan di Gorakhpur, India pada tahun 1931, beliau memperoleh pendidikan awalnya di Darsahg Jama’at -i-Islam. Ranpur dan kemudian, pendidikan universitas di muslim University Aligragh, dia mulai menulis tentang Islam dan ekonomi Islam pada waktu

belum ada literatur tentang itu. kontribusinya ke jurnal-jurnal di pertengahan tahun lima puluhan kemudian di terbitkan dalam karya-karya awalnya dalam ekonomi Islam, Yakni. Some Aspects of the Islamic Economic (1970) dan The Economic Enterprise in Islam (1972).

Kombinasi antara pendidikan Barat dan Islam terlihat dalam karya-karya baik dalam bahasa Inggris ataupun yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berikutnya, sekalipun mengakui berbagai pendekatan kepada ekonomi Islam ia telah memilih untuk memakai suatu pendekatan yang menggunakan alat-alat analisis yang telah ada khususnya mazhab sintesis neoklasik-Keynesian namun tetap konsisten dengan nilai-nilai Islam, prinsip- prinsip hukum dan fiqh.

(45)

otoritas di dalam ekonomi Islam, mewakili pemikiran ekonomi Islam

‘mainstream’ saat ini.

Karir akademiknya bermula di Universitas Aligarh, di situlah akhirnya ia ditunjuk sebagai profesor dan kepala Departemen of Islamic Studies, dan kemudian sebagai Reader In Economics di universitas yang sama, diakhir tahun tujuh puluhan, ia bergabung dengan King Abdul Azis University di Jeddah di mana ia salah satu pelopor yang mendirikan International Center For In Islamic Ekonomic.

Sebelum bergabung pada Universitas King Abdul Azis, Jeddah, sebagai guru besar dalam bidang ekonomi di pusat kajian internasional tentang ekonomi Islam, beliau pernah menjadi guru besar dan pimpinan, jurusan studi Islam dan beberapa tahun sebagai rader dalam bidang ekonomi pada Universitas Aliragh. Pada awal karir akademisnya beliau telah meluncurkan atau mengedit sebuah jurnal penelitian triwulan tentang pemikiran Islam, sekarang sebagai editor jurnal pemikiran ekonomi Islam (Jeddah). (Haneef 2010: 37)

B. Karya – karya Muhammad Nejatullah Siddiqi

(46)

Contemporary Literature atau Pemikiran Ekonomi Islam: Suatu Tinjauan

Penulisan Semasa b). Survey on Muslim Economic Though (1981). c).

Economic Enterprise in Islam. d). Some Aspects of the Islamic Economi. e).

Kemitraan Usaha dan Bagi Hasil 1996. f). Issues In Islamic Banking. g).

Insurance in an Islamic Economy. h). Islam’s Theory of Property (urdu). i).

Jurnal “Islamic Banking and Finace in Theory and Practice”, Islamic

Economy Studies, Vol. 13 No. 2. 2006. j). An Overview Of Public Borrowing

in Early Islamic History. k). Studies in Islamic Economic. International

Center 1980/1400. l). Role of the State in the Economiy. Islamic Economic

Series-20 1996/1416 H.

Muhammad Nejatullah Siddiqi berkonsentrasi terutama sekali pada uang, perbankan dan isu-isu finansial terkait selama lebih dari sepuluh tahun terakhir, dia telah menjadi pendukung utama profit-sharing, dan equity participation dengan menyarankan bahwa kedua metode operasional itu

haruslah dapat menggantikan transaksi-transaksi berdasar bunga yang ada, dia telah menulis sejumlah buku tentang ekonomi pada tahun 1982. Muhammad Nejatullah Siddiqi dianugrahi King Faisal International frize for Islamic Studies karena sumbangannya di bidang ekonomi Islam.

(47)

membuang minat terbarunya tentang uang dan perbankan, karena memang berada di luar ruang lingkup studi kita.

Muhammad Nejatullah Siddiqi bermaksud secara umum bahwa pandangan dunia seseorang itulah yang menentukan pencarian ekonomi orang itu bukan sebaliknya. Jadi sebagaimana Mannan, ia juga menolak determinisme (paham yang menganggap setiap kejadian atau tindakan baik menyangkut jasmani maupun rohani, merupakan konsekuensi kejadian sebelumnya dan ada di luar dugaan) ekonomi marx. Bagi Muhammad Nejatullah Siddiqi (1978:p.2) ekonomi Islam itu modern, memanfaatkan teknik produksi terbaik bagi metode organisasi yang ada, sifat Islamnya terletak pada basis hubungan antara manusia, di samping pada sikap dan kebijakan - kebijakan sosial yang membentuk sistem tersebut.

Ciri utama yang membedakan perekonomian Islam dan sistem-sistem ekonomi modern, menurut Muhammad Nejatullah Siddiqi (1988a:p108) adalah bahwa di dalam suatu kerangka Islam kemakmuran dan kesejateraan ekonomi merupakan sarana untuk mencapai tujuan spiritual dan moral, oleh karenanya Muhammad Nejatullah Siddiqi mengusulkan modifikasi teori neoklasik konvensional dan peralatannya untuk mewujudkan perubahan dalam orientasi nilai penataan kelembagaan dan tujuan yang hendak dicapai.

(48)

lapar, dari rasa takut serta penguasaan oleh siapapun selain Allah Swt, ia merupakan sarana bagi terwujudnya hubungan persaudaraan yang saling mencintai dengan orang lain dengan secara umum.

(49)

35

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG ETIKA DITRIBUSI DAN PRODUKSI

A. Pengertian Etika Distribusi dan Etika dan Produksi

Pengertian etika Secara etimologi dalam bahasa Yunani adalah

“ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan. Etika

biasannya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa latin yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya

“Mores” yang berarti juga adat kebiasaan atau cara pandang hidup

seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (Kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk etika dan moral lebih kurang sama pentingnya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaiaan perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk mengkaji sistem nilai yang berlaku.

Istilah lain yang indentik dengan etika, yaitu: susilah (Sansekerta), lebih menunjukan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (Sila) yang lebih baik, begitu juga ahklaq, berarti moral, dan etika berarti ilmu ahklaq. Etika dipandang sebagai suatu cabang filsafat yang khusus

(50)

Menurut K. Bertens dalam buku Etika, merumuskan pengertian etika kepada tiga pengertian juga, yaitu:

a. Pengertian dari nilai-niai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

b. Pengertian dari kumpulan asas atau nilai-nilai moral atau kode etik. c. Etika merupakan sebagai ilmu tentang baik dan buruk.

sMenurut Ahmad Amin memberikan batasan bahwa etika atau akhlaq adalah ilmu yang menjelaskan arti yang baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

Yang membedakan Islam dengan materialisme ialah bahwa Islam tidak pernah memisahkan ekonomi dengan etika, sebagaimana ia tidak pernah memisahkan ilmu dengan ahklaq, politik dengan etika, perang dengan etika dan kerabat sedarah sedaging dengan kehidupan Islam. Islam adalah Risalah yang diturunkan Allah Swt melalui rasul untuk membenahi ahklak manusia.

(51)

“Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan ahklak mulia, Islam juga tidak memisahkan agama dengan negara dan materi dengan spritual sebagaimana yang di lakukan eropa dengan konsep sekalarismenya, Islam juga berbeda dengan konsep kapitalisme yang

memisahkan akhlak dengan ekonomi.”

Manusia muslim individu maupun kelompok dalam lapangan ekonomi atau bisnis, di satu sisi diberi kebebasan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, namun di sisi lain ia terikat dengan iman dan etika sehingga ia tidak bebas dan mutlak dalam menginvestasikan modalnya atau membelanjakan hartanya.

Masyarakat muslim tidak bebas tanpa kendali dalam memproduksi segala sumber daya alam, mendistribusikannya dan mengkonsumsinya, ia terikat dengan buhul aqidah dan etika mulia. (Yusuf Qardawi, 1997: 51)

(52)

Untuk menjamin terwujudnya kemaslahatan individu dan masyarakat, sistem ekonomi Islam menyediakan beberapa landasan teoritis, sebagai berikut:

a. Keadilan ekonomi. b. Jaminan sosial.

c. Pemanfaatan sumber-sumber daya ekonomi produktif secara efisiensi. (Mawardi, 2007: 23)

1. Pengertian Etika Distribusi

Pengertian distribusi adalah suatu proses (sebagian hasil penjualan produk) kepada faktor-faktor produk yang ikut menentukan pendapatan. Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan distribusi adalah penyaluran barang ketempat-tempat.

(53)

Sementara Anas Zarqa mengemukakan bahwa definisi distribusi itu sebagai suatu transfer dari pendapatan kekayaan antara individu dengan cara pertukaran (melalui pasar) atau dengan cara lain, seperti warisan, shadaqah, wakaf dan zakat. Jadi, konsep distribusi menurut pandangan Islam ialah peningkatan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar di antara golongan tertentu saja serta dapat memberikan kontribusi kearah kehidupan manusia yang baik.

Pengerian etika distribusi yang dijelaskan dalam beberapa poin antara lain sebagai berikut :

a. Selalu menghiasi amal dengan niat ibadah dan ikhlas. b. Transparan, dan barangnya halal serta tidak membahayakan. c. Adil, dan tidak mengerjakan hal-hal yang dilarang di dalam Islam.

d. Tolong menolong, toleransi dan sedekah.

e. Tidak melakukan pameran barang yang menimbulkan persepsi. f. Tidak pernah lalai ibadah karena kegiatan distribusi. (Sofyan S.

Harahap, 2011: 140)

(54)

h. Mencari keuntungan yang wajar. Maksudnya kita dilarang mencari keuntungan yang semaksimal mugkin yang biasanya hanya mementingkan pribadi sendiri tanpa memikirkan orang lain.

i. Distribusi kekayaan yang meluas, Islam mencegah penumpukan kekayaan pada kelompok kecil dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada seluruh lapisan masyarakat.

j. Kesamaan Sosial, maksudnya dalam pendistribusian tidak ada diskriminasi atau berkasta-kasta, semuanya sama dalam mendapatkan ekonomi. (Akhmad dan Mujahidin, 2010: 21) Pada prinsip dan tujuannya etika distribusi mempunyai arti sebagimana didefinisikan distribusi adalah proses menyalurkan baik itu

amalan ibadah dll. Hal ini bersumber pada ajaran syar’i yang di

(55)

perintahNya, sehingga segala yang dilakukan harus sesuai dengan apa yang digariskan. (Ghofr Noor, 2013: 63)

2. Pengertian Etika Produksi

Etika produksi adalah aturan normatif yang mengandung sistem nilai dan prinsip moral yang merupakan pedoman bagi karyawan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya dalam perusahaan. Agregasi dari perilaku karyawan yang beretika kerja merupakan gambaran etika kerja karyawan dalam perusahaan. Karena itu etika kerja karyawan secara normatif di turunkan dari etika bisnis.

Konsekuensinya etika tidak di terapkan atau ditujukan untuk para karyawan saja. Artinya kebijakan manajemen yang menyangkut karyawan seharusnya pula beretika, misalnya keadilan dan keterbukaan dalam hal kompensasi, karir, dan evaluasi kinerja karyawan. Jadi setiap keputusan etika dalam perusahaan tidak saja dikaitkan dengan kepentingan manajemen tetapi juga karyawan.

(56)

agar bersikap jujur dan tulus dalam memproduksi produknya, sehingga masing-masing pihak tidak ada yang merasa dirugikan karena setiap perancangan produk tidak lepas dari penilaian etika.

Muhammad Nejatullah Siddiqi menyatakan bahwa sistem produksi dalam Islam harus di kendalikan oleh kriteria objektif maupun subjektif, kriteria yang objektif akan tercermin dalam bentuk kesejahteraan, yang dapat di ukur dari segi uang dan kriteria subjektif dalam bentuk kesejahteraan yang dapat di ukur dari segi etika, ekonomi yang di dasarkan atas perintah-perintah kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah, jadi dalam Islam keberhasilan dalam sebuah sistem ekonomi tidak hanya di sandarkan dari segala sesuatu yang bersifat materi saja, tapi bagaimana agar setiap aktivitas ekonomi termasuk produksi bisa menerapkan nilai–nilai norma, etika atau dengan kata lain adalah ahlak yang baik dalam berproduksi, sehingga tujuan kemaslahatan umum bisa tercapai dengan aktivitas produksi yang sempurna.

(57)

800 gram justru itu adalah suatu penipuan. Atau misalnya kita menulis isi dalam kemasan ada 100 buah, tapi ternyata hanya ada 99 buah, hal itu juga sama-sama penipuan. ( http://sakir-88.blogspot.com/2011/11/makalah-investasi-islam-di-bidang-riil.html)

Namun secara umum etika dalam Islam tentang muamalah Islam, maka tampak jelas dihadapan kita empat nilai utama, yaitu rabbaniyah, akhlak, kemanusiaan dan pertengahan. Nilai-nilai ini menggambarkan

kekhasan (keunikan) yang utama bagi ekonomi Islam, bahkan dalam kenyataannya merupakan kekhasan yang bersifat menyeluruh yang tampak jelas pada segala sesuatu yang berlandaskan ajaran Islam.

Makna nilai-nilai pokok yang empat ini memiliki cabang, buah, dan dampak bagi seluruh segi ekonomi dan muamalah Islamiah di bidang harta berupa produksi, konsumsi, sirkulasi, dan distribusi. (http://sakir 88.blogspot.com/2011/11/makalah-investasi-islam-di-bidang-riil.html)

B. Tujuan Distribusi dan Produksi 1. Tujuan Distribusi

(58)

orang memiliki modal untuk berdagang, tapi ia tetap berusaha agar pertukaran barang itu berjalan atas prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Tetap mengumpulkan antara kepentingan individu dan

kepentingan masyarakat. Antara dua penyelenggara muamalat tetap ada keadilan dan harus tetap ada kebebasan ijab kabul dalam akad-akad.

b. Tetap berpengaruhnya rasa cinta dan lemah lembut. c. Jelas dan jauh dari perselisihan. (H. Muh. Said, 2008: 91) Tujuan Distribusi dalam Ekonomi Islam.

a. Tujuan Dakwah, yakni dakwah kepada Islam dan menyatukan hati kepadanya.

b. Tujuan Pendidikan, tujuan pendidikan dalam distribusi adalah seperti dalam QS At-Taubah, 9: 103 yang bermaksud menjadikan insan yang berakhlak karimah.















(59)

Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.

c. Tujuan sosial, yakni memenuhi kebutuhan masyarakat serta keadilan dalam distribusi sehingga tidak terjadi kerusuhan dan perkelahian.

d. Tujuan Ekonomi, yakni pengembangan harta dan pembersihannya, memberdayakan SDM, kesejahteraan ekonomi dan penggunaan terbaik dalam menempatkan sesuatu. (H. Muh. Said.2008: 93-94)

2. Tujuan Produksi

Pada dasarnya, pekerjaan duniawi tidak hanya bermanfaat bagi individu pelakunya, tetapi juga penting juga untung mencapai kemaslahatan masyarakat secara umum. Tidak logis jika di dalam kehidupan di dunia ini manusia selalu mengambil tanpa pernah memberi apapun kepada orang lain atau masyarakat, baik berbentuk ilmu maupun tenaga.

Seseorang muslim diminta bekerja untuk hidupnya, sebagaimana ia diminta bekerja untuk hari akhiranya. Ia meminta kepada tuhannya agar diberikan kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Bagi seorang muslim bekerja dunia adalah wajib duniawi.

(60)

a. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu secara wajar.

Dampak diwajibkannya bekerja bagi individu oleh Islam adalah dilarang meminta-minta, megemis dan mengharapkan belas kasihan orang. Mengemis tidak dibenarkan kecuali dalam tiga kasus: menderita kemiskinan yang melilit, memiliki utang yang menjerat, dan diyahmurhiqah (menanggung beban melebihi kemampuan untuk menebus pembunuhan).

b. Pemenuhan kebutuhan keluarga.

Bekerja diwajibkan demi terwujudnya keluarga sejahtera. Islam mensyariatkan seluruh manusia untuk bekerja, baik laki-laki ataupun wanita, sesuai dengan profesi masing-masing. “laki-laki penjaga bagi keluarganya dan ia bertanggung jawab atas asuhannya, wanita pengasuh bagi rumah suaminya dan ia bertanggung jawab atas asuhannya. Cukuplah dosa seseorang karena menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya dalam memberi makan. (QS. Al-Jumuah, 62: 10).

(61)

Artinya: Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, yang Maha Suci, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

c. Bekal untuk generasi mendatang.

Walaupun seseorang tidak membutuhkan pekerjaan karena seluruh kebutuhannya hidupnya telah tersedia, baik untuk dirinya maupun untuk keluargannya, ia tetap wajib bekerja untuk masyarakat sekitar. Karena masyarakat telah meberikan sumbangsih yang tidak sedikit kepadannya. Maka masyarakat mengambil darinya sebanyak apa yang di berikan kepadanya. d. Bantuan kepada masyarakat dalam rangka beribadah kepada Allah.

e. Menurut Ibnu Khaldun dan beberapa ulama lainnya berpendapat, kebutuhan manusia dapat digolongkan kepada tiga kategori, yaitu dharuriyah, hajjiyat, tahsiniyat. (Mawardi, 2007: 67-68)

C. Faktor – Faktor Distribusi dan Produksi 1. Faktor Distribusi

(62)

modern tentang distribusi merupakan suatu teori yang menetapkan harga jasa produksi. Untuk itu ia berusaha menemukan nilai jasa dari berbagai faktor produksi dan nilai-nilai etik tentang kepemilikan faktor-faktor produksi.

Muhammad Anas Zarqa (1995) mengatakan, ada beberapa faktor yang menjadi dasar redistribusi, yaitu tukar menukar (excanger), kebutuhan (need), kekuasaan (power), sistem sosial dan nilai etika (social system and ethical valus). Sejalan dengan prinsip pertukaran antara lain seseorang mendapatkan yang wajar dan adil sesuai dengan kinerja dan kontribusi yang diberikan. (Euis Amalia, 2009: 117)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan distribusi meliputi: a. Faktor Pasar

Dalam lingkup faktor ini, saluran distribusi dipengaruhi oleh pola pembelian konsumen, yaitu jumlah konsumen, letak geografis konsumen, jumlah pesanan dan kebiasaan dalam pembelian.

(63)

Pertimbangan dari segi barang bersangkut-paut dengan nilai unit, besar dan berat barang, mudah rusaknya barang, standar barang dan pengemasan.

c. Faktor Perusahaan

Pertimbangan yang diperlukan di sini adalah sumber dana, pengalaman dan kemampuan manajemen serta pengawasan dan pelayanan yang diberikan.

(https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.php? ver=12&idmateri=49&lvl1=8&lvl2=6&lvl)

2. Faktor Produksi

(64)

produksi adalah pendapatan (revenue), yang akan di terima perusahaan dan biaya (cost) yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produksi tersebut. Adapun faktor-faktor produksi itu terbagi atas lima macam yaitu:

a. Tenaga kerja terkait langsung dengan tuntunan hak milik melalui produksi.

Tenaga kerja merupakan faktor pendayaguna dari faktor produksi sebelumnya, oleh karena itu sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang integral, maka faktor tenaga kerjapun mendapatkan perhatian sistem ekonomi Islam.

b. Manajemen, karena adanya tuntunan leadersip dalam Islam, manajemen dalam perspektif Islam merupakan landasan sistem yang mengantarkan kepada keberhasilan sebuah kegiatan ekonomi.

c. Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamana manusia. (Yusuf Qardawi, 1997: 98)

(65)

a) Tanah

Tanah disini mengandung arti yang sangat luas termaksud semua sumber yang kita peroleh dari udara, laut, gunung dan sebagainya, sampai dengan keadaan geografis, angin dan iklim terkandung dalam tanah. Al-Qur’an menggunakan kata tanah dengan maksud yang berbeda. Manusia diingatkan berkali-kali supaya menggunakan benda-benda yang bersifat keduniaan yang diciptakan bagi faedah mereka. Pada hakekatnya seluruh alam ini berperan memberikan faedahnya kepada manusia, jadi mereka boleh menggunakan sumber yang tersembunyi dan berpotensi untuk memuaskan kehendak yang tidak terbatas. (Afzalur Rahman, 1995: 225)

b)Bumi (Tanah)

(66)









Artinya: Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari Keadaan semula dan Allah berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.

Maksusd dari ayat di atas ialah di mana, Adam dan hawa dengan tipu daya syaitan memakan buah pohon yang dilarang itu, yang mengakibatkan keduanya keluar dari surga, dan Allah menyuruh mereka turun ke dunia. yang dimaksud dengan syaitan di sini ialah iblis yang disebut dalam surat Al Baqarah ayat 34 dan juga maksud Keadaan semula ialah kenikmatan, kemewahan dan kemuliaan hidup dalam surga.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ini kesenangan tersebut termaksud di dalamnya semua keperluan manusia yang timbul pada hari ini atau masa yang akan datang. Alam menjamin kepada manusia suatu sumber yang tetap di bumi untuk memenuhi keperluanya yang senantiasa bertambah pada setiap peringkat kehidupan di dunia ini. Sekiranya berlaku keadaan tanah yang memberikan daya distribusi yang rendah akibat penggunaan yang intensif atau lain-lain sebab.

(67)

Bumi ini dipenuhi oleh mineral yang tidak kekal kekayaan yang lain. Al-Qur’an menyinggung tentang peranan logam bersih berdasarkan firman Allah Swt dalam QS Al-Hadiid, 57: 25. (Afzalur Rahman, 1995: 226-227).





Referensi

Dokumen terkait

Penulis mencoba mengkomparasikan antara pemikiran ekonomi Islam dan ekonomi Austria dalam memandang permasalahan ini.fractional reserve banking merupakan sistem perbankan modern

Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia Allah yang tak terhingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”PEMIKIRAN MUHAMMAD HATTA TENTANG EKONOMI KERAKYATAN DITINJAU

Faktor produksi adalah segala sesuatu yang di perlukan untuk menghasilkan produksi, faktor produksi ini antara lain meliputi bahan baku, bahan penolong, teknologi

Keluarga besar HMI FAI UMY (Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) menjadi tempat kedua untuk menimba ilmu yang telah

Afzhalurrahman dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (Muhammad as A Trader) dan dalam bukunya Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2 mengemukakan bahwa yang dimaksud

Penulis mencoba mengkomparasikan antara pemikiran ekonomi Islam dan ekonomi Austria dalam memandang permasalahan ini.fractional reserve banking merupakan sistem perbankan modern

Aktivitas dan prilaku ekonomi tidak terlepas dari karakteristik manusianya, pola prilaku, bentuk aktivitas dan pola kecenderungan terkait dengan pemahaman manusia terhadap

Maka akan terlihat suatu persaingan yang tidak seimbang antara produsen yang tidak menggunakan teknologi dan produsen yang menggunakan teknologi dalam aktivitas produksinya.36