MOTOR 4 LANGKAH 225 cc
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata S-1 Pada Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh :
Ganang Puguh Satria
20140130162
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
MOTOR 4 LANGKAH 225 cc
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Derajat
Strata S-1 Pada Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh :
Ganang
Puguh
Satria
20140130162
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
“ Kepal Tangan tundukan kepala, dalam hati Bismillah Rahman ir-Rahim aku bias aku berjuang ”
PERTAMAX PLUS PADA MOTOR EMPAT LANGKAH 225 cc“ ini dapat saya
selesaikan. Laporan tugas akhir ini dibuat guna memenuhi salah satu persyaratan
untuk mencapai program Strata-1 (S1) pada jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Dalam Tugas Akhir ini penyusun dibantu oleh banyak pihak oleh karena itu melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, serta Nabi Muhammad
SAW yang selalu jadi panutan terbaik baik penyusun.
2. Kepada kedua orang tua dan keluarga besarku tercinta yang senatiasa
mendoakan dan memberikan motivasi serta kasih sayang sehingga Tugas
Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Bapak Novi Caroko, S.T. ,M.T. Selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Bapak Teddy Nurcahyadi, S.T., M.T. Selaku Dosen Pembimbing I yang
telah membantu membimbing selama Tugas Akhir berjalan.
5. Bapak Wahyudi, S.T., M.T. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membantu membimbing selama Tugas Akhir berjalan.
6. Ibu Harini Sosiati, S.T., M.Eng. Selaku Dosen Penguji Tugas Akhir yang
telah memberikan semua masukan baik kritik maupun saran.
7. Kepada kedua orang tua dan keluarga besar tercinta yang senatiasa
mendoakan dan memberikan motivasi serta kasih sayang sehingga Tugas
Akhir ini dapat terselesaikan.
8. Kepada seluruh teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu
khususnya dan semua pihak pada umumnya.
Yogyakarta, 10 January 2017
Penyusun
GANANG PUGUH SATRIA
HALAMAN MOTTO... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GRAFIK... xiii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
ABSTRAK... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah... 3
1.3. Batasan Masalah... 3
1.4. Tujuan Penelitian... 4
1.5. Manfaat Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Tinjuan Pustaka... 5
2.2. Landasan Teori... 7
2.2.1. Motor Bakar... 7
2.2.2. Sistem Kerja Motor Bakar... 8
2.3. Prinsip Kerja Motor Bakar ... 8
2.3.1 Motor Pembakaran Luar (ECE)... 8
2.3.2 Motor Pembakaran Dalam (ICE)... 8
2.3.3 Prinsip Langkah Kerja Motor Bensin 2 Langkah... 9
2.4.4. Cincin Torak... 15
2.4.5. Pena Torak... 16
2.4.6. Batang Penggerak... 16
2.4.7. Poros Engkol... 17
2.4.8. Roda Gaya Atau Roda Penerus... 17
2.4.9. Bak Mesin... 17
2.5. Reaksi Kimia Pada Proses Pembakaran... 17
2.6. Pembakaran Pada Motor Bensin... 18
2.7. Bahan Bakar... 19
2.7.1. Cara Menentukan Angka Oktan Bahan Bakar... 20
2.7.2. Hubungan Antara Angka Oktan Bahan Bakar... 20
2.7.3. Pengaruh Bahan Bakar Terhadap Tekanan Masuk dan Perbandingan Kompresi... 21
2.8. Jenis Bahan Bakar... 21
2.8.1. Premium... 21
2.8.2. Pertamax Plus... 23
2.8.3. Ethanol... 24
2.8.4. Bahan Bakar Alternatif... 27
2.9. Pengaruh Kerja Mesin Bensin... 28
2.9.1. Angka Oktan... ...29
2.9.2. Nilai Kalor... 29
2.9.3. Volatility... 29
2.9.4. Titik Nyala (Flash Point)... 30
2.10.a.3...Karbon
Dioxida (CO2) ... 31
2.10.a.4...Oksigen (O2) ... 31
2.10.a.5...Hidrokar bon (HC)... 31
2.11 Rasio Bensin Ethanol... 32
2.12 Parameter Petunjuk Perhitungan... 32
2.11.1Torsi (T)... 32
2.11.2Daya... 32
2.11.3Konsumsi Bahan Bakar... 32
BAB III DASAR TEORI 3.1. Jenis Penelitian... 34
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 34
3.3. Bahan Dan Alat Penelitian... 34
3.3.1. Bahan-Bahan Dalam Penelitian... 34
3.3.2. Alat-Alat Dalam Penelitian... 34
3.3.3. Spesifikasi Mesin Penelitian... 37
3.4. Diagram Alir Pengujian... 38
3.4.1. Diagram Alir Pengujian Daya Dan Torsi... 38
3.4.2. Diagram Alir Pengujian Konsumsi Bahan Bakar... 39
3.4.3. Diagram Alir Pengujian Emisi Gas Buang... 41
3.5. Pengujian Untuk Kerja Mesin... 43
3.5.1. Pengujian Untuk Kerja Mesin Torsi dan Daya... 43
3.6. Persiapan Pengujian... 44
4.2.1. Hasil Pengujian Torsi
...
...
48
4.2.2. Hasil Pengujian Daya
...
...
51
4.2.3. Data Hasil Pengujian Emisi Gas Buang
...
...
54
4.3. Konsumsi Bahan Bakar (KBB)... 64
4.3.1. Hasil Nilai mf
...
...
64
4.3.2. Hasil Nilai SFC
...
...
66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema gerakan torak 2 langkah... 9
Gambar 2.2. Skema gerakan torak 4 langkah...11
Gambar 2.3. Langkah Hisap...12
Gambar 2.8. Cincin Torak...15
Gambar 2.9. Batang Penggerak dan poros Engkol...16
Gambar 2.10. Karburator...18
Gambar 3.1. Computer...34
Gambar 3.2. StopWatch...35
Gambar 3.3. Thermometer...35
Gambar 3.4. Gas Analyzer...35
Gambar 3.5. Dyanometer...36
Gambar 3.6. Tacnometer...36
Gambar 3.7. Buret...36
Gambar 3.8. Gelas Ukur...37
Gambar 3.9. Diagram Alir Penggujian Torsi dan Daya...38
Gambar 3.10. Diagram Alir Penggujian Konsumsi Bahan Bakar...40
Gambar 3.11. Diagram Alir Penggujian Emisi Gas Buang...41
Gambar 3.12. Skema Alat Uji Daya Motor...43
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Spesifikasi Premium...22
Tabel 2.2. Spesifikasi Pertamax plus...24
Tabel 2.3. Spesifikasi Ethanol...26
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Daya Pertamax Plus Murni, Premium-Ethanol 5%, Premium-Ethanol 10%,
dan Premium-Ethanol 15%...51
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Emisi Gas Buang Pertamax Plus Murni, Premium-Ethanol 5%, Premium-Ethanol 10%,
dan Premium-Ethanol 15% Terhadap CO
... 57
Tabel 4.4. Hasil Pengujian Emisi Gas Buang Pertamax Plus Murni, Premium-Ethanol 5%, Premium-Ethanol 10%,
dan Premium-Ethanol 15% Terhadap CO2
... 58
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Emisi Gas Buang Pertamax Plus Murni, Premium-Ethanol 5%, Premium-Ethanol 10%,
dan Premium-Ethanol 15% Terhadap HC
... 60
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Emisi Gas Buang Pertamax Plus Murni, Premium-Ethanol 5%, Premium-Ethanol 10%,
dan Premium-Ethanol 15% Terhadap λ ... 63
Tabel 4.8. Hasil data konsumsi bahan bakar terhadap (mf)
... 64
Tabel 4.9. Hasil data konsumsi bahan bakar terhadap (SFC)
Pertamax Plus Murni, Premium-Ethanol 5%,
Premium-Ethanol 10%, dan Premium-Ethanol 15%...50
Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Daya Dengan Variasi Bahan Bakar Pertamax Plus Murni, Premium-Ethanol 5%,
Premium-Ethanol 10%, dan Premium-Ethanol 15%...53
Gambar 4.3. Hasil Data CO Pengujian Emisi Gas Buang Bahan Bakar Pertamax Plus Murni, Premium-Ethanol 5%,
Premium-Ethanol 10%, dan Premium-Ethanol 15%...57
Gambar 4.4. Hasil Data CO2 Pengujian Emisi Gas Buang Bahan Bakar
Pertamax Plus Murni, Premium-Ethanol 5%,
Premium-Ethanol 10%, dan Premium-Ethanol 15%...58
Gambar 4.5. Hasil Data HC Pengujian Emisi Gas Buang Bahan Bakar Pertamax Plus Murni, Premium-Ethanol 5%,
Premium-Ethanol 10%, dan Premium-Ethanol 15%...60
Gambar 4.6. Hasil Data O2 Pengujian Emisi Gas Buang Bahan Bakar
Pertamax Plus Murni, Premium-Ethanol 5%,
Premium-Ethanol 10%, dan Premium-Ethanol 15%...62
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ATAU SATUAN
ARTI
kW Satuan Kilo Watt
Hp Satuan Horse Power
Rpm Satuan Rotasi Per- Menit
TMA Titik Mati Atas
TMB Titik Mati Bawah
ECE External Combustion Engine
ICE Internal Combustion Engine
CFR Coordination Fuel Research
RON Research Octane Number
IWWC International Word Wide Fuel Charater
EFI Electronic Fuel Injection
VVTI Variable Valve Timming Inteligent
VTI Variable Transitif Linguistik
% Satuan Persen
NOX Nitrogen Oksida
O2 Oksigen
λ Lamda
T Torsi
P Daya
SFC Konsumsi Bahan Bakar Spesifik
mf Konsumsi Bahan Bakar
DAFTAR LAMPIRAN
1...
Lampiran Hasil Pengujian Torsi Dan Daya
2...
Lampiran Hasil Pengujian Emisi Gas Buang
3...
Table Torsi dan Daya
4...
Tabel Emisi Gas Buang
5...
Foto Pengujian
8...
xv ABSTRAK
Populasi kendaraan di Indonesia yang berbahan bakar minyak (BBM) setiap tahunnya semakin meningkat sedangkan cadangan minyak sendiri semakin menipis. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan bahan bakar alternative yang ramah lingkungan sebagai pengganti BBM untuk kendaraan, salah satu bahan bakar alternative adalah penggunaan ethanol sebagai campuran bahan bakar motor. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan bakar ethanol sebagai campuran premium yang hamper setara dengan pertamax plus perlu dilakukan penelitian yang akurat.
Pada penelitian ini yang diuji nilai torsi (N.m) dan daya (kW), emisi gas buang (CO, CO₂, HC, O₂,dan λ), dan nilai konsumsi bahan bakarnya (mf dan SFC) untuk variasi bahan bakar pertamax plus murni, ethanol 5%, premium-ethanol 10%, dan premium-premium-ethanol 15%. Pengujian ini menggunakan kecepatan yang berbeda seperti: torsi dan daya dari 4000 (rpm) sampai 115000 (rpm) dan emisi gas buang 4000 (rpm), 6000 (rpm), 8000 (rpm), dan 9000 (rpm). Alat yang digunakan dalam pengujian untuk torsi dan daya adalah dynanometer, sedangkan emisi gas buang adalah gas analyzer.
Hasil dari penelitian ini didapat yang hampir atau paling mendekati sama adalah pertamax plus murni dan premium-ethanol 5% dengan torsi 16,41 (N.m) pada 7938 (rpm) dan 8224 (rpm), daya 15.1 (kW) pada 9115 (rpm) dan 9368 (rpm) untuk pertamax plus murni sedangkan untuk premium-ethanol 5% torsi 16,36 (N.m) pada 7965 (rpm) dan dayanya 14,8 (kW) pada 9047 (rpm) dan 9333 (rpm).
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari fakta dan data yang ada menunjukan bahwa pemakaian bahan bakar fosil mendekati masa dimana bahan bakar mulai sedikit, jumlah cadangan semakin menipis, harga yang tidak stabil (kecenderungan terus meningkat) maka untuk lebih efisien dalam penggunaannya perlu mencari sumber/bahan bakar baru yang dapat digunakan sebagai gantinya. Sumber bahan bakar alternative yang ramah lingkungan serta dapat diperbaharui. Untuk kemungkinan terburuk dampak pemakaian bahan bakar fosil, setidaknya ada beberapa alternatif jalan keluarnya. Salah satunya adalah dengan penggunaan ethanol sebagai campuran bahan bakar di kendaraan. (Pria, 2009)
Pertamax plus memiliki nilai oktan yang besar. Namun harga pertamax plus yang agak mahal, sehingga penggunaannya sering diabaikan dan hal tersebut berpengaruh terhadap performa yang dihasilkan. Dalam menyikapi hal ini diperlukan adanya bahan bakar alternatif untuk mengatasinya. Bahan bakar
alternative tersebut adalah ethanol yang di campur dengan premium untuk menghasilkan peforma yang hampir setara dengan pertamax plus. (Siswo, 2013)
Ethanol merupakan hasil fermentasi yang berasal dari tumbuhan seperti jagung, gandum, kentang, tebu, dan lain-lain. Dipilihnya ethanol sebagai bahan bakar campuran alternative karena ehtanol mudah didapatkan dipasaran murah tidak mengandung logam dan tidak membentuk senyawa oksida yang berbahaya bagi lingkungan. Selain itu, ethanol juga dapat meningkatkan angka oktan dari bahan bakar. Ethanol memiliki angka oktan lebih tinggi dari pada bensin yaitu
research octanenumber108.
alternative yang ramah lingkungan. Ethanol yang dicampur dengan premium nantinya akan diuji pengaruhnya terhadap performa mesin. (Siswo, 2013)
Penelitian terdahulu seperti ; Margono (2003), Muklisanto (2003), Hartono (2007), Apriyanto (2008), dan Heru (2012) melakukan penelitian perbandingan bahan bakar dengan campuran ethanol pada premium dengan menggunakan motor 4 langkah berkecepatan dibawah 225 cc, oleh karena itu dapat dibandingan dengan penelitian ini dan disimpulkan bahwa penelitian ini memiliki kelebihan dikarenakan menggunakan motor yang 225 cc yang berpengaruh terhadap kompresi yang lebih tinggi dan menyebapkan dalam hal torsi lebih besar sehingga ketersedian mesin untuk berkerja lebih baik daripada penelitian terdahulu, sedangkan untuk dayanya lebih besar juga sehingga usaha yang dilakukan oleh mesin dalam hal laju kendaraan lebih bagus. Dalam hal konsumsi bahan bakar lebih baik dikarenakan oktan yang lebih tinggi dari pertamax plus murni dan performa mesin yang lebih bagus akibat bahan bakar tersebut. Pada penelitian Siswo (2013) menggunakan motor dengan 250 cc dan pengaruh campuran ethanol pada premium, dalam hal ini torsi dan daya yang didapat lebih besar dari penelitian ini tetapi untuk konsumsi bahan bakar yang didapat lebih besar sehingga membuat kendaran lebih cepat menghabiskan bahan bakar dikarenakan kompresi yang lebih tinggi, dalam hal mesin Siswo (2013) menggunakan system kendaraan injeksi dalam perawatannya lebih susah dibandingkan system dengan karburator.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, permasalahan dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ethanol dapat meningkatkan angka oktan dari bahan bakar dan ramah lingkungan ?
2. Apakah pertamax plus murni yang memiliki angka oktan lebih tinggi dibandingkan dengan premium dapat memberikan kinerja yang lebih baik jika digunakan pada motor bakar ?
3. Bagaimana pengaruh penggunaan camuran premium dengan ethanol sebagai bahan bakar pada motor empat langkah perluh diketahui ?
4. Bagaimana perbandingan kinerja premium-ethanol terhadap kinerja pertamax plus murni ?
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas dalam laporan penelitian ini tidak menyimpang dari judul yang telah ditetapkan maka perlu dibuat adanya batasan masalah agar hasil yang dicapaikan lebih fokus. Batasan masalah yang digunakan disini sebaga iberikut:
1. Bahan bakar yang digunakan adalah pertamax plus murni dan campuran premium-ethanol dengan variasi kandungan ethanol 5%, 10%, 15%. 2. Penelitian dilakukan pada sepeda motor Yamaha Scorpio Z 225 cc
dengan menggunakan kompresi standar.
3. Pengambilan data dimulai pada putaran mesin terendah dan dilanjutkan dengan menaikkan kecepatan putar sampai dengan dicapainya kecepatan putar maksimum.
4. Sistem pengapian dalam keadaan standar.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruhpenggunaan bahan bakar pertamax plus murni terhadap kinerja motor 4 langkah 225 cc.
2. Mengetahui pengaruh penggunaan bahan bakar premium murni terhadap kinerja motor 4 langkah 225 cc.
3. Mengetahui pengaruh penggunaan bahan bakar premium-ethanol 5%, premium-ethanol 10%, dan premium-ethanol 15% terhadap kinerja motor 4 langkah 225 cc.
4. Mengetahui perbandingan kinerja mesin dengan berbagai variasi campuran premium-ethanol, premium murni, dan pertamax plus murni dalam hal torsi dan daya
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Memperoleh data kinerja motor 225 cc berupa torsi dan daya, konsumsi bahan bakar, dan emisi gas buang dengan bahan baka rpertamax plus murni, ethanol 5%, ethanol 10%, dan premium-ethanol 15%.
2. Memperkaya khasanah ilmiah bidang otomotif dan bahan bakar.
Arismunandar (2002) penilitian yang dilakukan oleh menghasilkan data-data
dan kesimpulan yang menunjukan ongka oktan pada bahan bakar digunakan
sebagai pedoman untuk mengatur periode penundaan (delay period) waktu nyala api busi untuk merambat ke bagian yang paling jauh dari busi. Bensin dengan
angka oktan yang tinggi mempunyai periode penundaan yang panjang. Namun
demikian, penggunaan bahan bakar dengan angka oktan yang tinggi tidak
memberikan perbaikan effisiensi dan daya jika digunakan untuk mesin yang
dirancang untuk menggunakan bahan bakar dengan bilangan oktan yang rendah. Margono (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh pemakaian
campuran bahan bakar premium etanol terhadap untuk kerja motor empat
langkah. Hasil penelitian menunjukkan pada campuran E10% terjadi kenaikan
yang signifikan ; torsi lebih besar 7,6%, daya lebih besar 7,8%, tekanan efektif
rata rata lebih besar 7,87% konsumsi bahan bakar spesifik lebih kecil 14,2% dan
efisiensi termal lebih besar 7,1% bila dibandingkan dengan penggunaan premium
murni.
Muklisanto (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh variasi campuran
premium dan ethanol pada variasi rasio mainjet terhadap kinerja mesin 4 langkah
110 cc. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil sebagai berikut, pada variasi
ethanol torsi tertinggi campuran premium 90% dan etanol 10% sebesar 7,1 N.m
pada putaran mesin 5000 rpm dan daya tertinggi oleh campuran premium 90%
dan ethanol 10% sebesar 3,717 kW pada putaran 5000 rpm
Hartono (2007) melakukan penelitian tentang penggunaan bahan bakar
premium, pertamax dan pertamax plus. Hasil penelitian menunjukkan torsi
maksimum dicapai pada bensin pertamax sebesar 7,52 Nm pada 6118 rpm, di ikuti
pertamax plus 7,41 Nm pada 5931 rpm, dan bensin premium 7,41 Nm pada 5958
rpm. Sedangkan daya maksimum pada bensin pertamax sebesar 6,80 HP pada
7434 rpm, diikuti premium 6,74 HP pada 7672 rpm, lalu pertamax plus sebesar
6,73 HP pada 7317 rpm. Untuk konsumsi bahan bakar spesifik minimal dimiliki
pertamax plus sebesar 0,11 HP pada 5250 rpm, diikuti bensin pertamax sebesar
0,12 HP pada 4750 rpm, kemudian bensin premium sebesar 0,12 kg/kW pada
5250 rpm.
Apriyanto (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh pemakaian
campuran bahan bakar premium-etanol terhadap untuk kerja motor empat
langkah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan E15%
menghasilkan nilai torsi tertinggi sebesar 9,2 Nm. Mengalami peningkatan
sebesar 8,2% nilai daya sebesar 5,77 kW, mengalami peningkatan sebesar
29,57%, nilai BMEP tertinggi sebesar 1.115,52 kpa, mengalami peningkatan
sebesar 29,57% nilai SFC terendah sebesar 0,152% mengalami peningkatan
sebesar 63,15% dan nilai efisiensi thermis tertinggi sebesar 50,20% mengalami
peningkatan sebesar 64,47% yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan
bahan bakar premium murni.
Heru purwanto (2012) perbandingan premium dan pertamak tehadapa unjuk
kerja mesin motor supra pit tahun 2004. Membahas tentang penggunaan bahan
bakar premium dan pertamax untuk pengukuran performa mesin yang meliputi
putaran mesin,daya dan konsumsi bahan bakar spesifik yang dilakukan pada gap
busi 0,4 mm, 0,5 mm, 0,6 mm, 0,7 mm dan 0,8 mm. Penilitian yang dilakukan
menghasilkan data-data dan kesimpulan yang menunjukan adanya peningkatan
performa motor bakar terhadap bahan bakar pertamax. Peningkatan performa
motor bakar dengan bahan bakar pertamax ini disebabkan karena adanya nilai
oktan yang lebih besar dari pada bahan bakar premium. Dengn mengunakan
dynamometer di labratorium konversi energy teknik mesin unib.
Siswo Utomo (2013) melakukan penelitian tentang komparasi performa
motor kawasaki ninja 250R 2012 berbahan bakar biopremium dan pertamax-plus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penggunaan biopremium E30 pada motor
Kawasaki Ninja 250 R 2012 lebih baik dibandingkan dengan pertamax-plus dari
segi performa motor. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan torsi optimal menjadi
1,79 kgf.m dengan persentase penurunan sebesar 0,15% pada 10500 rpm. Daya
efektif optimal menjadi 27,67 PS dengan persentase peningkatan sebesar 4,05%
persentase penurunan sebesar 12,86% pada 12500 rpm. Tekanan efektif rata-rata
optimal menjadi 9,07 kg/cm² dengan persentase peningkatan sebesar 0,82% pada
10000 rpm.
Ahmad Wahyudi (2014) penilitian yang dilakukan oleh menghasilkan
data-data dan kesimpulan yang menunjukan adanya peningkatan performa motor bakar
terhadap bahan bakar campuran etanol. Peningkatan performa motor bakar dengan
bahan bakar campuran etanol ini disebabkan karena adanya nilai oktan yang lebih
besar dari pada bahan bakar premium.
Campuran bahan bakar etanol memiliki nilai "E" yang menjelaskan
persentase bahan bakar etanol di dalam campuran tersebut. Misalnya, E85 artinya
adalah 85% etanol anhidrat dan 15% bensin. Brazil adalah negara dengan
produksi bahan bakar etanol kedua terbesar di dunia, sekaligus pengekspor
terbesar bahan bakar etanol. (Riberio, 1997)
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Motor Bakar
Motor bakar adalah salah satu jenis dari mesin kalor, yaitu mesin yang
mengubah energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah tenaga
kimia bahan bakar menjadi tenaga mekanis. Energi diperoleh dari proses
pembakaran, proses pembakaran dan juga perubahan energi tersebut dilaksanakan
di dalam mesin dan dilakukan di luar mesin. (Yaswaki dan Murdhana, 1998)
Motor bakar torak (Gambar 2.1) mempergunakan beberapa silinder yang di
dalamnya terdapat torak yang bekerja translasi yang diakibatkan oleh proses
pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen dari udara di dalam silinder.
Pembakaran yang dihasilkan tersebut dapat menggerakkan torak dengan gerakan
translasi yang dibantu oleh batang penggerak yang dihubungkan dengan poros
engkol. (Surbakti, 1985)
Pada motor bakar torak tidak terdapat proses pemindahan kalor gas
cukup sederhana, lebih kompak, dan lebih ringan dibanding dengan mesin
pembakaran luar (mesin uap). Karena itu, penggunaan motor bakar sangat banyak
dan menguntungkan, penggunaan motor bakar dalam masyarakat antara lain
adalah dalam bidang transportasi, penerangan, produksi dan sebagainya.
(Surbakti, 1985)
2.2.2 Sistem Kerja Motor Bakar
Motor Bakar berdasarkan macam proses kerjanya atau menurut jumlah
langkah tiap siklusnya dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu
a. Motor pembakaran luar atau external combustion engine
(ECE).
b. Motor pembakaran dalam atau internal combustion engine
(ICE).
2.3 Prinsip Motor Bakar
2.3.1 Motor Pembakaran Luar atau External Combustion Engine (ECE).
Motor pembakaran luar adalah proses pembakaran bahan bakar terjadi di
luar mesin, sehingga untuk melakukan pembakaran digunakan mesin tersendiri.
Panas dari hasil pembakaran bahan bakar tidak langsung diubah menjadi tenaga
gerak, tetapi terlebih dahulu melalui media penghantar, kemudian diubah menjadi
tenaga mekanik. (Arismunandar, 1998)
Keunggulan motor pembakaran luar:
1. Dapat memakai semua bentuk bahan bakar.
2. Dapat memakai bahan bakar yang bermutu rendah.
3. Cocok untuk melayani beban-beban besar dalam satu poros.
4. Lebih cocok dipakai untuk daya tinggi.
2.3.2 Motor Pembakaran Dalam atau Internal Combustion Engine (ICE).
Proses pembakaran motor bensin 4 langkah terjadi secara periodik, yaitu
piston bergerak akibat adanya ledakan (pembakaran) dalam ruang bakar antara
campuran bahan bakar dan udara yang dipicu oleh bunga api yang terpercik dari
batang penghubung ( connecting rod ). Pasokan bahan bakar ke ruang bakar menggunakan dua katup, yaitu katup isap dan katup buang. (Arismunandar, 1998)
Motor pembakaran dalam dibagi menjadi dua jenis utama yaitu motor
bensin (otto) dan motor diesel. Perbedaan kedua motor tersebut yaitu jika motor bensin menggunakan bahan bakar bensin atau sejenis, sedangkan motor diesel
menggunakan bahan bakar solar. Perbedaan yang utama juga terletak pada sistem
penyalaannya, dimana pada motor bensin digunakan busi sebagai sistem
penyalaannya sedangkan pada motor diesel memanfaatkan suhu kompresi yang
tinggi untuk dapat membakar bahan bakar solar. (Arismunandar, 1998)
2.3.3 Prinsip Langkah Kerja Motor Bensin 2 Langkah
Motor bakar dua langkah adalah mesin yang pembakarannya dilakukan
dengan dua kali gerakan piston dan satu kali putaran poros engkol. Pada dasarnya
prinsip kerja motor 2 tak sangat simpel atau sederhana. Pada satu siklus
pembakaran terjadi dua kali langkah piston. sangat berbeda sekali dengan prinsip
kerja motor 4 tak. Pada motor 4 tak terjadi 4 langkah pada satu siklus
pembakaran. walaupun sama-sama memiliki 4 proses, langkah isap, langkah
tekanan atau ekspansi, langkah putar atau tenaga dan langkah buang yang diteruskan ke saluran buang atau knalpot. (Suratman, 2002)
2.3.3.1 Langkah Isap
Torak bergerak dari TMA (titik mati atas) ke TMB (titik mati bawah),
piston bergerak dari TMA ke TMB maka akan terjadi penekanan pada ruang bilas
yang ada di bawah piston. Sebelum ruang bilas terbuka oleh torak, di dalam bak
mesin terjadi kompresi terhadap campuran bahan bakar dengan udara. Saat piston
bergerak melewati lubang exhaust, gas yang berada pada ruang bakar akan keluar melalui lubang exhaust. saat piston melalui lubang intake maka gas dalam ruang bilas yang terpompa oleh piston akan masuk ke dalam ruang bakar, dan saat
langkah ini gas dari sisa pembakaran akan terdorong keluar melalui exhaust.
(Suratman, 2002)
2.3.3.2 Langkah Kompresi
Torak bergerak dari TMB ke TMA, Piston yang bergerak dari TMB ke
TMA akan melakukan penghisapan campuran bahan bakar, udara, dan pelumas
(oli samping). Setelah piston melewati lubang intake dan lubang exhaust maka piston akan melakukan langkah kompresi yang akan menghasilkan tekanan pada
ruang bakar. Piston akan terus menekan sampai TMA, dan pada tepat berada di
TMA. Campuran bahan bakar dan udara yang sudah mendapat tekanan yang
dasyat dari piston akan terbakar oleh api yang dipercikkan oleh busi. Setelah
terjadi ledakan pada ruang bakar maka akan diteruskan ke langkah tenaga, dan
tenaga disalurkan ke sistem transmisi. (Suratman, 2002)
2.3.3.3 Langkah Kerja dan Ekspansi
Pada langkah ini terjadi langkah usaha dan buang yang terjadi pada saat
yang tidak bersamaan, jadi langkah usaha dahulu kemudian setelah saluran bilas
dan saluran buang terbuka terjadi langkah buang yang terjadi pada langkah ini
adalah :
a. Sebelum piston mencapai TMA, busi akan memercikkan bunga api
listrik sehingga campuran udara dan bahan bakar akan terbakar
b. Sesaat setelah saluran hisap tertutup kemudian saluran hisap dan
saluran buang terbuka maka campuran bahan bakar dan udara yang
berada diruang engkol akan mendorong gas sisa hasil pembakaran
melalui saluran bilas ke saluran gas buang.
c. Motor pembakaran dalam adalah proses pembakarannnya
berlangsung di dalam motor bakar, sehingga panas dari hasil
pembakaran langsung bisa diubah menjadi tenaga mekanik.
2.3.3.4 Langkah Buang
Sebelum torak mencampai TMB, saluran buang terbuka dan gas sisi
membakar mengalir terbuang ke luar.Pada saat yang bersamaan campuran bahan
bakar dengan udara masuk ke dalam ruang bakar melalui rongga bilas. Langkah
usaha/kerja berakhir sampai saat lubang pembuangan terbuka. Gas sisa
pembakaran segera keluar. Pada saat gerak menuju TMB tersebut, torak membuka
lubang pembilasan, sehingga campuran bahan bakar dan udara yang baru segera
menggantikan sisa gas pembakaran dalam silinder. Proses penggantian gas sisa
pembakaran dalam silinder ini disebut sebagai proses pembilasan. Pada proses
pembilasan, sebagai campuran bahan bakar dengan udara ikut keluar silinder
bersama gas buang. (Suratman, 2002)
2.3.4 Prinsip Langkah Kerja Motor 4 Langkah
Motor bakar bensin empat (4) langkah merupakan suatu mesin yang
dalam satu siklus kerjanya terdiri dari langkah hisap, langkah kompresi, langkah
kerja, langkah buang. Prinsip kerja motor bakar empat langkah adalah sebagai
Gambar 2.2. Langkah Kerja Motor Bensin 4 Langkah (Teknik Konversi Energi, 2011)
2.3.4.1 Langkah Hisap :
Langkah ini diawali dengan pergerakan piston dari titik mati atas
(TMA) menuju (TMB), katup isap terbuka dan katup buang tertutup. Melalui
katup isap, campuran bahan bakar bensin-udara masuk ke dalam ruang bakar.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3. (Agus, 2014)
Gambar 2.3. Langkah Hisap (Pudjanarsa, 2008)
2.3.4.2 Langkah Kompresi
Poros engkol berputar menggerakan torak ke TMA setelah mencapai
TMB, katup masuk dan katup buang tertutup. Campuran udara bahan bakar
dikompresikan, tekanan dan temperatur di dalam silinder meningkat, sehingga
campuran ini mudah terbakar. Proses pemampatan ini disebut juga langkah
tekan, yaitu ketika torak bergerak dari TMB menuju TMA dan kedua katup
Gambar 2.4. Langkah Kompresi (Pudjanarsa, 2008) 2.3.4.3 Langkah Kerja atau Ekspansi
Dikala berlangsungnya langkah kerja ini, kedua katup tertutup. Pada
waktu torak mencapai TMA timbulah loncatan bunga api listrik dari busi dan
membakar campuran udara-bahan bakar yang bertekanan dan bertemperatur
tinggi sehingga timbul ledakan, akibatnya torak terdorong menuju TMB
sekaligus menggerakkan poros engkol sehingga diperoleh kerja mekanik. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.5. (Agus, 2014)
Gambar 2.5. Langkah Kerja (Pudjanarsa, 2008)
2.3.4.4 Langkah Pembuangan
Setelah mencapai TMB poros engkol menggerakkan torak ke TMA,
volume silinder mengecil. Pada saat langkah buang katup masuk tertutup dan
katup buang terbuka. Torak menekan gas sisa pembakaran ke luar silinder.
Beberapa saat sebelum torak mencapai TMA katup isap mulai terbuka dan
beberapa saat setelah bergerak ke bawah katup buang sudah menutup. Gerakan
silinder, sehingga siklus tersebut terjadi secara berulang. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 2.6. (Agus, 2014)
Gambar 2.6. Langkah Buang (Pudjanarsa, 2008)
2.4 Bagian Utama Motor Bakar 2.4.1 Blok Silinder
Silinder adalah sebagai tempat pembakaran campuran bahan bakar dengan
udara untuk mendapatkan tekanan dan tempertur yang tinggi. Bahan logam yang di pergunakan adalah bahan yang berkualitas baik sehingga tahan lama, tahan
gesekan , serta tahan terhadap temperatur tinggi. (Daryanto, 2008) Blok silinder berfungsi sebagai :
1. Tempat bergeraknya piston.
2. Tempat pertukaran gas sisa pembakaran dengan gas baru. 3. Tempat dudukan sirip sirip pendingin atau mantel air
4. Sebagai tempat lubang masuk, lubang transfer, dan lubang buang.
2.4.2 Kepala Silinder
Bagian teratas dari kontruksi mesin adalah kepala silinder yang berfungsi
sebagai penutup lubang silinder pada blok silinder. Kepala silinder dibuat dari
logam aluminium paduan agar tahn pada temperatur yang tinggi dan mempunyai masanya ringan. (Northop, 1995)
2.4.3 Torak
Torak dibuat dari bahan yang bermutu tinggi, torak harus kuat ringat dan
tahan akan temperatur tinggi. Fungsi torak adalah sebagai alat pengisap bahan
bakar, mengkompresikan bahan bakar, menampung tenaga atau gaya expansi gas
Torak atau piston terbuat dari bahan alumunium paduan yang mempunyai sifat :
1. Ringan.
2. Penghantar panas yang baik. 3. Pemuaian kecil
4. Tahan terhadap keausan akibat gesekan.
5. Kekuatan yang tinggi terutama pada temperatur tiinggi.
Gambar 2.7. Torak (Suratman, 2002 )
2.4.4 Cincin Torak
Cincin torak adalah cincin yang memisakan dua bagian, yaitu Torak dan
Silinder. Fungsi cincin torak adalah untuk mempertahankan kerapatan antara torak
dan silinder agar tidak ada kebocoran gas dari ruang bakar ke dalam bak mesin.
Cincin torak juga berfungsi membantu pengontrolan lapisan minyak pelumas di
dinding silinder. Cincin torak dibuat dari besi tuang atau baja campuran dan
digunakan sebagai penekan arah radial ke dinding silinder untuk membentuk
suatu sil atau perapar antara silinder dan torak. (Aditya, 2013)
Gambar 2.8. Cincin Torak (Suratman, 2002 )
Cincin torak terbagi 2 jenis dasar :
Cincin kompresi yang secara normal di pasang pada bagian atas terdiri
dari dua cincin. Pada dasarnya cincin kopresi berfungi untuk
memisahkan (perapat) agar mencegah gas dalam ruang pembakaran
melewati bak mesin. 2. Ring Pengontrol
Ring pengontrol ini dipasang pada bagian bawah dan merupakan ring
tunggal yang berfungsi untuk meratakan minyak pada dinding silinder
dan mengalirkan kembali ke panci oli. Ring oli pada dasarnya terdiri
dari tiga jenis, yaitu :
1. Ring oli besi tuang, yang dibuat satu buah
2. Ring oli bentuk segmen terdiri dari dua atau empat buah
3. Satu ekspander atau pengembangan yang di pasang pada belakang segmen, berfungsi sebagai pendorong keluar pada dinding silinder.
2.4.5 Pena Torak
Pena torak berfungsi sebagai pengikat torak terhadap penggerak. Selain itu,
pena torak juga berfungsi sebagai pemindah tenaga torak ke batang penggerak
agar gerak bolak-balik dar torak dapat diubah menjadi gerak berputar pada poros
engkol. Pena torak trbuat dari bahan baja paduan yang bermutu tinggi agar tahan
terhadap beban yang sangat besar. (Aditya, 2013)
2.4.6 Batang Penggerak
Batang pengerak menghunbungkan torak atau piston ke poros engkol.
Batang penggerak memindahkan gaya torak dan memutar poros engkol. Ketika
berhubungan dengan poros engkol. Batang penggerak mengubah gerakan
bolak-balik torak ke dalam gerakan putaran dari poros engkol dan roda gigi. Batang
penggerak pada umumnya dibuat dari bahan campuran baja bermutu tinggi dan
Gambar 2.9. Batang Penggerak dan Poros Engkol (Suratman, 2002 )
2.4.7 Poros Engkol
Pada umumnya poros engkol di buat dari bahan baja. Poros engkol
berfungsi mengubah gerakan bolak-balik yang diterima dari torak menjadi
gerakan berputar, pada poros engkol biasanya terdapat counte weight yang befungsi untuk membalance gaya-gaya yang tidak seimbang dari komponen poros
engkol. Bagian poros engkol yang berfungsi sebagai poros dibuat journal yang ditumpu oleh dua buah lempengan bantalan yang disebut bantalan utama (main bearing). Bantalan utama juga berfungsi sebagai penumpu dari poros engkol agar tidak mudah terpuntir dan berubah bentuk. (Aditya, 2013)
2.4.8 Roda Gaya atau Roda Penerus.
Berputarnya poros engkol secara terus menerus adalah akibat adanya tenaga
gerak (energi kinetik) yang disimpan pada roda penerus sebagai kelebihan pada
saat langkah kerja. Roda penerus atau disebut juga roda gila. (Aditya, 2013)
2.4.9 Bak Mesin
Bak mesin merupakan tempat pennempatan poros engkol dan gigi transmisi.
Bak mesin umumnya dibuat dari bahan logam alumunium paduan. Pada jenis
motor 2 langkah pada bagian bak mesinya terdapat saluran yang dihubungkan
mesin merupakan tempat minyak pelumas sekaligus juga sebagai pendingin
minyak pelumas di dalam sirkulasinya. (Aditya, 2013)
2.5 Reaksi Kimia pada Proses Pembakaran
Pembakaran dapat didefinisikan sebagai proses/reaksi oksidasi yang sangat
cepat antara bahan bakar (fuel) dan oksidator dengan menimbulkan nyala dan panas. Bahan bakar merupakan segala substansi yang melepaskan panas ketika
dioksidasi dan secara umum mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H),
oksigen (O), nitrogen (N), dan sulfur (S). Sementara oksidator adalah segala
substansi yang mengandung oksigen (misalnya udara) yang akan bereaksi dengan
bahan bakar (Mahandari, 2010). Campuran ideal untuk pembakara antara udara
dan masing-masing senyawa penyusun bensin dapat dihitung dari masa relatif
masing-masing atom dan kesetimbangan reaksi kimia. Masa relatif atom-atom
penyusun bensin dan oksigen adalah (Susantya, 2007): a. Carbon (C) = 12
b. Hidrogen (H) = 1 c. Oxygen (O) = 16
Persamaan reaksi kesetimbangan untuk proses pembakaran sempurna dari
bensin adalah sebagai berikut: 2C8H18 + 25O2 →16CO2 + 18 H2O
2.6 Pembakaran pada Motor Bensin
Pembakaran didalam ruang bakar (combustion chamber) suatu motor bakar merupakan gabungan suatu proses fisika dan proses kimia yang kompleks,
meliputi persiapan pembakaran, perkembangan pembakaran, dan proses setelah
pembakaran. Proses tersebut tergantung dari jenis dan kecepatan reaksi kimia,
keadaan panas dan pertukaran masa selama proses, serta perambatan panas ke
sekelilingnya. (Faisal Dasuki, 1977)
Karburator merupakan sebuah alat dan merupakan bagian dari sistem bahan
bakar yang berfungsi untuk mencampur bahan bakar dan udara yang dibuat kabut
sebelum masuk silinder. Karburator mengatur pemasukan, pencampuran, dan
pengabutan bahan bakar ke dalam arus udara sehingga didapatkan campuran yang
menentukan baik atau buruknya performa mesin pada kendaraan. (Faisal Dasuki, 1977)
Gambar 2.10. Karburator 2.7 Bahan Bakar
Bahan bakar merupakan gabungan senyawa hidrokarbon yang diperoleh
dari alam maupun secara buatan. Bahan bakar cair umumnya berasal dariminyak
bumi. Dimasa yang akan datang, kemungkinan bahan bakar cair yang berasal dari
oil shale, tar sands, batubara dan biomassa akan meningkat. Minyak bumi merupakan campuran alami hidrokarbon cair dengan sedikit belerang, nitrogen,
oksigen, sedikit sekali metal, dan mineral. (Wiratmaja, 2010)
Dengan kemudahan penggunaan, ditambah dengan efisiensi thermis yang lebih tinggi, serta penanganan dan pengangkutan yang lebih mudah, menyebabkan
penggunaan minyak bumi sebagai sumber utama penyedia energi semakin
meningkat. Secara teknis, bahan bakar merupakan sumber energi yang terbaik,
mudah ditangani, mudah dalam penyimpanan dan nilai kalor pembakarannya
cenderung konstan. Salah satu kekurangan bahan bakar ini adalah harus
menggunakan proses pemurnian yang cukup komplek. Bahan bakar adalah bahan
yang apabila di bakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan
sendirinya, disertai dengan pengeluaran kalor yang dapat terbakar misalnya:
kertas, kain, batu bara, minyak tanah, bensin dan sebagainya. (Wiratmaja, 2010)
Untuk melalukan pembakaran diperlukan 3 (tiga) unsur, yaitu :
a. Bahan bakar
b. Oksigen
Panas atau kalor yang timbul karena pembakaran bahan bakar tersebut
disebut hasil pembakaran. Kriteria umum yang harus dipenuhi bahan bakar yang
akan digunakan dalam motor bakar adalah sebagai berikut:
a. Proses pembakaran bahan bakar dalam silinder harus secepat mungkin
dan panas yang dihasilkan harus tinggi.
b. Bahan bakar yang digunakan harus tidak meninggalkan endapan atau
deposit setelah pembakaran karena akan menyebabkan kerusakan pada
dinding silinder.
c. Gas sisa pembakaran harus tidak berbahaya pada saat dilepas ke
atmosfer.
Karakteristik utama yang diperlukan dalam bensin adalah sifat
pembakarannya. Sifat pembakaran ini biasanya diukur dengan angka oktan.
Angka oktan merupakan ukuran kecenderungan bensin untuk mengalami
pembakaran tidak normal yang timbul sebagai ketukan mesin. Semakin tinggi
angka oktan suatu bahan bakar, semakin berkurang kecenderungannya untuk
mengalami ketukan dan semakin tinggi kemampuannya untuk digunakan pada
rasio kompresi tinggi tanpa mengalami ketukan. (Wiratmaja, 2010)
2.7.1 Cara Menentukan Angka Oktan Bahan Bakar
Cara menetukan angka oktan bahan bakar adalah dengan mengadakan
perbandingan bahan bakar tertentu dengan bahan bakar satandar dengan
mememakai mesin CFR (coordination fuel research). Mesin CFR merupakan sebuah mesin silinder tunggal dengan perbandingan kompresi 4:1 sampai 14:1.
(Hariyanto, 2010)
Bahan Bakar Standar :
a. Iso oktane trimetyl pentane (C7H18)
Iso oktane adalah bahan bakar dengan kcenderungan detonasi kecil bahan bakar inilah yang mempunyai angka oktan 100.
b. Normal heptane (C7H16)
Bahan bakar yang mempunyai kecenderungan detonasi besar, bahan
mesin CFR. Pengetesan dilakukan dengan cara bahan bakar dalam mesin
dan perbandingan kompresi dinaikan perlahan lahan hingga diperoleh
ketukan (Knocking) tertentu atau pembacaan detonasi dari sebuah detektor
variasi.
2.7.2 Hubungan Antara Angka Oktan dengan Pembakaran
Pada intinya segala usaha untuk memperkecil kecenderungan detonasi
adalah suatu usaha untuk memperpanjang waktu antara terjadinya loncatan listrik
pada busi dan saat terjadi nyala pembakaran atau memperpendek waktu yang
dilakukan oleh nyala api untuk mencapai bagian terjauh dari busi.
Bahan bakar dengan bilangan angka oktan tinggi baik digunakan motor
bensin dengan perbandingan kompresi tinggi. Sebagai mana diketahui salah satu
cara untuk menaikan efisinsi motor adalah dengan menaikan komprsi, maka
dengan mempergunakan bahan bakar beroktan tinggi, hambatan yang sebagaian
besar disebabkan detonasi berangsur-angsur dapat diatasi. Jadi bahan bakar
beroktan tinggi, berarti untuk memperbaiki kesempurnaan pembakaran dan untuk
mengatur saat penyalaan pembakaran dalam hubungannya dengan perbaikan
terhadap ketahanan detonasinya (Arismunandar, 2002)
2.7.3 Pengaruh Bahan Bakar terhadap Tekanan Masuk dan Perbandingan
Kompresi
Untuk mesin yang tanpa supercharger, tekanan masuk direncanakan mendekati atmosfer pada katub terbuka penuh, bahan bakar dengan oktan tinggi
dapat mempertinggi efisinsi mesin. Sedangkan untuk mesin yang bekerja dengan
supercharger, tekanan masuk direncanakan lebih dari satu atmosfer. Tekanan masuk diperoleh dengan jalan menekan udara atmosfer masuk ke dalam silinder selama langkah isap dengan pompa udara (blower dan konpresor). (Wikipedia, 2012)
2.8 Jenis Bahan Bakar
Premium adalah senyawa organik yang dibutuhkan dalam suatu
pembakaran dengan tujuan untuk mendapatkan energi atau tenaga. Bahan bakar
premium sering digunakan sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor.
Premium merupakan campuran komplek senyawa-senyawa hidrokarbon yang memiliki titik didih sekitar 40˚C sampai 180˚C. Bahan bakar ini sering disebut
juga dengan gasoline atau petrol. Penggunaan premium dalam mesin berkompresi tinggi akan menyebabkan mesin mengalami knocking sehingga premium di dalam mesin kendaraan akan terbakar dan meledak tidak sesuai dengan gerakan piston.
Premium memiliki Research Octane Number (RON) sebesar 88. (www.pertamina.com, 2008)
Tabel. 2.1. Spesifikasi Premium (Keputusan Dirjen Migas No. 940/34/DJM/2002)
No Sifat MIN MAX
1 Angka oktan riset RON 88
-2 Kandungan Timbal (Pb)(gr/lt) - 0,30
3 Distilasi
10% Vol penguapan (0C) - 74
50% Vol penguapan (0C) 88 125
90% Vol penguapan (0C) 180
Titik Didih akhir (0) - 205
Residu (% Vol) 2.0
4 Tekanan Uap (kpa) - 62
5 Getah purawa (mg/100ml) - 5
6 Periode induksi (menit) 360
-7 Sulfur bilah tembaga (% massa) - 0.002
8 Korosi bilah tembaga (menit) Kelas 1
9 Uji dokter Negatif
10 Warna Kurang 2
Bensin premium mempunyai sifat anti ketukan yang baik dan dapat dipakai
pada mesin kompresi tinggi pada saat semua kondisi. Sifat-sifat penting yang
diperhatikan pada bahan bakar bensin adalah :
1. Kecepatan menguap (volatility)
2. Kualitas pengetukan (kecenderungan berdetonasi)
3. Kadar belerang
5. Titik nyala
6. Berat jenis
2.9.2 Pertamax Plus
Pertamax plus adalah bahan bakar minyak produksi pertamina. Pertamax
plus, seperti hal nya pertamax dan premium, adalah produk BBM dari pengolahan
minyak bumi, dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses pengolahan
dikilang minyak. Pertamax plus merupakan bahan bakar yang sudash memenuhi
standar performa international word wide fuel charter (IWWC). Pertamax plus
adalah bahan bakar yang memiliki rasio kompresi minimal 10,5 serta
menggunakan teknologi electronic fuel injection (EFI), variable valve timing inteligent (VVTI), (VTI), turbochargers, dan catalityc converters. (www.pertamina.com, 2008)
Pertamax plus mempunyai keunggulan seperti : a. Bebas timbal.
b. Oktan atau (RON) yang lebih tinggi dari pertamax, pertalite, dan premium.
c. Karena memiliki oktan tinggi, maka pertamax plus bisa menerima tekanan pada mesin berkompresi tinggi. Sehingga dapat bekerja
dengan optimal pada gerakan piston. Hasilnya, tenaga mesin yang
menggunakan Pertamax Plus lebih maksimal, karena BBM
digunakan secara optimal.
d. Bisa membersihkan timbunan pada fuel injector, inlet valve, ruang bakar yang dapat menurunkan performa mesin kendaraan dan
mampu melarutkan air di dalam tangki mobil sehingga dapat
mencegah karat dan korosi pada saluran dan tangki bahan bakar.
Walaupun memiliki nilai oktan tinggi akan kurang efektif bila di
Tabel 2.2. Spesifikasi Pertamax Plus (Keputusan Dirjen Migas No.940/34/DJM/2002)
No Sifat Min Max
1 Angka oktana riset RON 95.0
-2 Kandungan Pb(gr/lt) - 0,013
3 Distilasi
10 % Vol Penguapan (C) - 70
50% Vol penguapan(C) 77 110
90% Vol penguapan(C) 130 180
Titik didih akhir(C) - 205
Residu (%Vol) - 2.0
4 Tekanan uap reid pada 37,8 C(psi) 45 60
5 Getah purawa(mg/100 ml) - 5
6 Periode induksi(menit) 480
-7 kandungan belerang(%massa) - 0,002
8 Korosi bilah tembaga(3jam/50C) Kelas I
9 Uji dokter atau belerang mecapatan Negativ
10 Warna Merah
2.8.3 Ethanol
Ethanol yang diproduksi dari bahan baku berupa biomassa ataupun
limbahnya yang diproduksi dengan teknologi biokimia, melalui proses fermentasi
bahan baku. Pada dasarnya, bioethanol dan ethanol adalah zat yang sama. Ethanol
atau etil alkohol merupakan senyawa organik dengan struktur kimia C2H5OH (Ashriyani, 2009).
Sebagai bahan bakar pada motor, etanol mempunyai sifat-sifat yang
dibutuhkan, seperti: nilai oktan yang tinggi, mampu diperbaharui, menghasilkan
emisi polutan yang lebih rendah. Sedangkan sifat-sifat yang kurang mendukung
sebagai bahan bakar motor otto adalah: nilai kalor yang hanya sekitar 2/3 dibandingkan gasoline, higroskopis dan dapat bercampur air dengan segala
perbandingan sehingga dapat menyebabkan korosi maupun pemisahan.
proses destilasi. Sebagai bahan baku digunakan tanaman yang mengandung pati,
ligno selulosa dan sukrosa. Dalam perkembangannya produksi ethanol yang
paling banyak digunakan adalah metode fermentasi dan destilasi. (Rahmawati,
2010)
Menurut Fitriana (2009), substrat yang dapat difermentasikan menjadi
Ethanol ada tiga, yaitu :
a. Bahan bergula (sugary materials) : tebu dan sisa produknya (molase dan
bagase). Gula bit, tapioka, kentang manis, sorgum manis, dan lain-lain.
b. Bahan-bahan berpati (starchy materials) : tapioka, maizena, barley, gandum, padi, dan kentang. Jagung dan ubi kayu adalah dua kelompok substrat yang menarik perhatian. Sebanyak 11,7 kg tepung jagung dapat dikonversi menjadi
7 liter ethanol.
c. Bahan-bahan lignoselulosa (lignosellulosic material) : sumber selulosa dan lignoselulosa berasal dari limbah pertanian dan kayu. Akan tetapi , hasil
ethanol dari lignoselulosa sedikit karena kekurangan teknologi untuk
mengkonversi gula pentosa menjadi ethanol. Sebanyak 409 liter ethanol dapat
diproduksi dari 1 ton lignoselulosa. Proses produksi etanol/bioetanol yang
menggunakan bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat ,
dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) yang larut air. Glukosa dapat dibuat dari patipatian proses pembuatan glukosa dapat dibedakan berdasarkan zat pembantu yang dipergunakan, yaitu hidrolisis asam
dan hidrolisis enzim. Diantara kedua jenis hidrolisis tersebut , saat ini
hidrolisis enzim lebih banyak dikembangkan, daripada hidrolisis asam
misalnya dengan asam sulfat (Fitriana, 2009). Dalam proses konversi
karbohidrat menjadi gula (glukosa) dilakukan dengan penambahan air dan enzim, kemudian dilakukan proses peragian atau fermentasi gula menjadi ethanol dengan menambahkan yeast atau ragi.
Menurut Natsir (2013), bietanol memiliki karakteristik yang lebih baik
dibandingkan dengan bensin berbasis petrokimia karena beberapa hal :
a. Bioethanol mengandung 35% oksigen, sehingga dapat meningkatkan
b. Bioethanol memiliki nilai oktan yang lebih tinggi sehingga dapat
menghentikan fungsi bahan aditif seperti metal tetra butyl eter dan tetra
etil timbale.
c. Bioethanol memiliki nilai oktan (ON) 96-113, sedangkan nilai oktan
bensin hanya 85-96.
d. Bioethanol bersih bersifat ramah lingkungan, karena gas buangannya
rendah terhadap senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai karbon
monoksida, nitrogen oksida, dan gas-gs rumah kaca.
e. Bioethanol mudah terurai dan aman karena tidak mencemari air.
f. Bioethanol dapat diperbaharui (renewable energy) dan proses produksinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan proses produksi bensin.
Tabel 2.3. Data Sfesifikasi Etanol (Sumber, Merek KgaA, 2013)
No Karakteristik Satuan
1 Temperatur penyalaan 4250C
2 Kelarutan di dalam air ( 200C ) larut
3 Titik leleh -1170C
4 Massa molar 46.07 g/mol
5 Densitas 0.805 – 0.812 g/cm3 ( 200C )
6 Angka Ph 7.0 (10 g/l, H2O, 200C)
7 Titik didih 780C (1013 hPa)
8 Tekanan uap 59 hPa
9 Batasan Ledakan 3.5 – 15%(V)
10 Titik nyala 170C
Terdapat beberapa cara penggunaan ethanol untuk campuran gasoline sebagai berikut :
1. Hydrous ethanol (95 % Volume), yaitu etanol yang mengadung sedikit air. Campuran ini digunakan langsung sebagai pengganti gasoline Pada kendaraan dengan mesin yang sudah dimodifikasi.
2. Anhyrous ethanol atau (dehydrated ethanol), yaitu etanol bebas air dan paling tidak memiliki kemurnian 99%. Etanol ini dapat dicampur dengan
campuran etanol antara 5-10%, bahan bakar ini langsung digunakan pada
mesin kendaraan tanpa perly ada modifikasi. Campuran yang umum digunakan adalah 10% etanol dan 90% gasoline, Campuran Bioethanol
dengan kadar lebih kendaraan yang dimodifikasi, yang dikenal dengan
nama Flexible fuel vehicle. Modifikasi umumnya dilakukan pada tangki BBM kendaraan dan sistem injeksi BBM.
2.8.4 Bahan Bakar Alternatif
Bahan bakar alternatif adalah bahan bakar yang dapat digunakan untuk
menggantikan bahan bakar konvensional. Bahan bakar ini umumnya menghasilkan lebih sedikit emisi gas buang kendaraan yang mengakibatkan kabut
asap, polusi udara dan pemanasan global. Sebagian besar bahan bakar alternatif
tidak diturunkan dari bahan bakar fosil yang merupakan sumber daya terbatas karena bahan bakar alternatif dapat membantu negara memenuhi kebutuhan energi secara lebih mandiri. Bahan bakar alternatif mempunyai sifat dapat diperbaharui sehingga tidak tergantung dengan bahan bakar fosil yang semakin menipis. Pada bahan bakar alternatif ini mudah didapat di lingkungan sekitar,
karena bahan bakar ini dihasilkan dari sari pati atau bahan yang mengandung gula.
Bahan bakar alternatif tersebut yaitu ethanol. (Wikipedia, 2012)
2.9 Pengaruh Kerja Mesin Bensin 2.9.1 Angka Oktan
Angka Oktan adalah suatu bilangan yang menunjukkan sifat anti ketukan,
atau yang lebih dikenal dengan kata lain denotasi (knocking). Makin tinggi angka oktan maka semakin berkurang untuk terjadinya denotasi (knocking), maka campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan oleh torak menjadi lebih
baik sehingga tenaga motor akan lebih besar dan pemakaian bahan bakar menjadi
lebih hemat atau ekonomis. Cara menentukan angka oktan bahan bakar ialah
standar. Yaitu dengan menggunakan mesin CFR (coordination fuel research). Mesin CFR merupakan sebuah mesin silinder tunggal dengan perbandingan
kompresi yang dapat diukur dari sekitar 4:1 sampai dengan 14:1. Terdapat dua
metode dasar yang umum digunakan yaitu research method mengunakan mesin motor CFR F-1, yang hasilnya disebut dengan research octane number (RON) dan motor method yang menggunakan mesin motor CFR F-2 dimana hasilnya disebut dengan motor octane number (MON). Research method menghasilkan gejala ketukan lebih rendah dibandingkan motor research. (Tommy, 2014)
Nilai oktan yang harus dimiliki oleh bahan bakar ditampilkan dalam (Tabel
4.2.) berikut :
Tabel 2.4. Angka oktan untuk bahan bakar (www.pertamina.com)
Jenis Bahan Bakar Angka Oktan
Premium 88
Pertalite 90
Pertamax 92
Pertamax Plus 95
Pertamax Turbo 98
Bensol 100
Ethanol 108
2.9.2 Nilai Kalor
Nilai kalor adalah suatu angka yang menyatakan jumlah panas/kalori
yang dihasilkan dari proses pembakaran sejumlah tertentu bahan bakar dengan
udara/oksigen. Selain boros bahan bakar, tentu saja akan menyebabkan performa
yang tidak maksimal dari mesin tersebut. Mesin akan mengambil
sebanyak-banyaknya bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan kinerjanya, akan tetapi tetap
tidak mencukupi kebutuhan kinerja mesin. Suatu kondisi ideal terjadi bila dengan
jumlah bahan bakar yang normal, mesin telah mendapat energi yang cukup. Nilai
kalor suatu bahan bakar menunjukkan seberapa besar energi yang terkandung
didalamnya. Nilai kalor ethanol sekitar 67% nilai kalor bensin, hal ini karena
adanya oksigen dalam struktur ethanol. Berarti untuk mendapatkan energi yang
etanol juga mengakibatkan campuran menjadi lebih miskin atau jika dibandingkan
dengan bensin, sehingga campuran harus dibuat lebih kaya untuk mendapatkan
unjuk kerja yang diinginkan. Nilai oktan yang tinggi tidak memberikan tenaga
yang lebih terhadap performa mesin. Bisa saja bahan bakar dengan nilai oktan
yang tinggi, namun tenaga yang dihasilkan tetap kurang. Hal ini karena bukan
nilai oktan yang memberikan energi, melainkan nilai kalor. Kalor yang
terkompresi sempurna akan menghasilkan energi maksimal, yang akan
mendorong piston lebih kuat sehingga memberikan performa terbaik. (Wikipedia,
2010)
2.9.3 Volatility
Volatility suatu bahan bakar menunjukkan kemampuanya untuk menguap. Sifat ini penting, karena jika bahan bakar tidak cepat menguap maka bahan bakar
akan sulit tercampur dengan udara pada saat terjadi pembakaran. Zat yang sulit
menguap tidak dapat digunakan sebagai bahan bakar mesin, meskipun memiliki
nilai kalor yang besar. Namun demikian bahan bakar yang terlalu mudah menguap
juga berbahaya karena mudah terbakar. (Jurnaldinamis vol II, 2009)
Keekonomisan suatu bahan bakar secara langsung tergantung dari seberapa
kaya campuran udara bahan bakarnya dan hal ini tergantung dari seberapa ukuran
main jet pada karburator. Ethanol memerlukan campuran yang lebih kaya dari
pada bensin, tetapi karena bilangan oktanya yang lebih tinggi maka pembakaran
etanol lebih efisien. Untuk mengetahiu secara detail tingkat keekonomisan ethanol
jika dibandingkan dengan bensin tentunya diperlukan kajian dan penelitian lebih
mendalam. (Jurnaldinamis vol II, 2009)
2.9.4 Titik Nyala (Flash Point)
Titik nyala adalah suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan
bakar minyak dimana akan timbul penyalaan api sesaat, apabila pada permukaan
minyak didekatkan pada nyala api. Titik nyala ini diperlukan sehubungan dengan
adanya pertimbangan-pertimbangan mengenai keamanan dari penimbunan
nyala tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam persyaratan pemakaian bahan
bakar minyak untuk mesin diesel atau ketel uap. (Wikipedia, 2010)
2.10 Emisi Gas Buang
Emisi gas buang didefinisikan sebagai zat atau unsur dari pembakaran di
dalam ruang bakar yang dilepas ke udara yang ditimbulkan oleh kendaraan
bermotor. Pembakaran di ruang bakar yang tidak sempurna menyebabkan emisi
yang bersifat polutan, seperti HC, CO, NOx, Pb SOx, dan lainnya. (Akbar, 2011)
2.10.1 Carbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida adalah gas yang relative tidak stabil dan cenderung
bereaksi dengan unsur lain. Karbon monoksida, dapat diubah dengan mudah
menjadi CO2 dengan bantuan sedikit oksigen dan panas. Gas CO bersifat racun, dapat menimbulkan rasa sakit pada mata, saluran pernafasan, dan paru-paru.
(Akbar, 2011)
2.10.2 Nitrogen Oksida (NOx)
Senyawa NOx adalah ikatan kimia antara unsur nitrogen dan oksigen.
Dalam kondisi normal atmosphere, nitrogen adalah gas inert yang amat stabil
yang tidak akan berikatan dengan unsur lain. Senyawa NOx ini sangat tidak stabil
dan bila terlepas ke udara bebas, akan bereaksi dengan oksigen untuk membentuk
NO2. Inilah yang amat berbahaya karena senyawa ini amat beracun dan bila terkena air akan membentuk asam nitrat. (Akbar, 2011)
2.10.3 Karbon Dioksida (CO2)
Konsentrasi CO2 menunjukkan secara langsung status proses pembakaran di ruang bakar. Semakin tinggi maka semakin baik. (Akbar, 2011)
2.10.4 Oksigen (O2)
Konsentrasi dari oksigen di gas buang kendaraan berbanding terbalik
dengan konsentrasi CO2. Untuk mendapatkan proses pembakaran yang sempurna, maka kadar oksigen yang masuk ke ruang bakar harus mencukupi untuk setiap
2.10.5 Hidrokarbon (HC)
Bensin adalah senyawa hidrokarbon, jadi setiap HC yang didapat di gas
buang kendaraan menunjukkan adanya bensin yang tidak terbakar dan terbuang
bersama sisa pembakaran. Apabila suatu senyawa hidrokarbon terbakar sempurna
(bereaksi dengan oksigen) maka hasil reaksi pembakaran tersebut adalah
karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Walaupun rasio perbandingan antara udara dan bensin AFR (Air to Fuel Ratio) sudah tepat dan didukung oleh desain ruang bakar mesin saat ini yang sudah mendekati ideal, proses pembakaran dan
menyebabkan emisi HC pada ujung knalpot cukup tinggi. (Akbar, 2011)
2.11 Rasio Bensin Ethanol
Rasio bensin ethanol dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada
bensin yang diyakni bakal habis tambang. Ethanol mengandung 35% oksigen,
sehingga meningkatkan efisiensi pembakaran dan dapat menaikan angka oktan.
ethanol juga bisa terurai sehingga mengurangi emisi gas buang.
Untuk memudahkan mengtahui persentase campuran bensin dengan bioethnol, maka diberi kode Bio (karena mengadung campuran bioethnol ) dan
nilai persentase ethnol pada campuran tersebut. Campuran ethol 5% dan bensin % diberi nama Bio5, ethnol 10% dan besin 90% diberi nama Bio 10 dan seterusnya.
(Wikipedia, 2010)
2.12 Parameter Petunjuk Perhitungan 2.12.1 Torsi (T)
Torsi adalah indikator baik dari ketersedian mesin untuk kerja. Torsi
didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada jarak momen dan apabila
dihubungkan dengan kerja dapat ditunjukan. (Heywood, 1988).
2.12.2 Daya (P)
didefinisikan sebagai laju kerja mesin, ditunjukkan dengan persamaan
(Heywood,1988). Dalam hal ini daya secara normal diukur dalam kW, tetapi
satuan HP masih digunakan juga, dimana :
1HP = 0,7457 kW
1 kW = 1,341 HP
2.12.3 Konsumsi Bahan Bakar
Konsumsi bahan bakar spesifik adalah pemakaian bahan bakar yang terpakai perjam untuk setiap daya yang dihasilkan pada motor bakar. Konsumsi bahan bakar spesifik didefinisikan dengan persamaan (Arismunandar, 2002) :
SFC =
mf P (
kg
kWh) ...
(2.1)
Dengan
mf = Laju aliran bahan bakar masuk mesin
mf =
b t .
3600
1000. ρbb(
kg jam)
b = volume buret yang dipakai dalam pengujian (cc)
t = waktu yang diperlukan untuk pengosongan buret dalam detik (s)
Ρbb = massa jenis bahan bakar
Ρbensin = 0.74 kg/I
Jenis penelitiannya adalah tentang perbandingan premium-ethanol dengan pertamax plus murni untuk mengetahui torsi daya, emisi gas buang dan konsumsi bahan bakar untuk motor 225 cc.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Laboratorium Teknik Mesin, Universitas Muhammadyah Yogyakarta 2. Workshop Teknik Mesin, Universitas Negeri Yogyakarta
3. Hendriansyah Moto tech Yogyakarta
3.3 Bahan dan Alat Penelitian
3.3.1 Bahan-bahan dalam Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, Bahan Bakar 1. Premium
2. Pertamax plus murni 3. Ethanol
3.3.2 Alat-alat dalam Penelitian
Alat-alat pendukung yang digunakan dalam pengambilan data, sebagai berikut :
1. Computer
Computer berfungsi sebagai akuisasi dari data Dynotes
Gambar 3.1. Computer
2. StopWatch
StopWatch adalah alat menghitung waktu. Sekaligus menghitung konsumsi bahan bakar.
Gambar 3.2. StopWatch
3. Thermometer
Thermometer alat untuk mengukur suhu
Gambar 3.3. Thermometer
4. Gas Analyzer
Gas Analyzer adalah Suatu peralatan instrumentasi yang digunakan
untuk mengukur komposisi dan proporsi dari suatu campuran gas.
Gambar 3.4. Gas Analyzer
5. Dynamometer
Gambar 3.5. Dynamometer
6. Tachometer
Tachometer berfungsi sebagai untuk mengukur putaran mesin
Gambar 3.6. Tachometer
7. Burret
Buret ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur volume bahan bakar
Gambar 3.7. Burret
8. Gelas Ukur
Gambar 3.8. Gelas Ukur
3.3.3 Spesifikasi Mesin Penelitian
Mesin yang digunakan untuk penelitian ini adalah sepeda motor bensin 4 langkah dengan sepeda motor Scorpio Z 225 cc, berikut ini spesifikasi dari mesin penelitin :
Jenis kendaraan : Yamaha Scorpio Z 225 cc
Tipe Mesin : 4 Langkah, 2 Valve SOHC, Berpendingin Udara
Jumlah / Posisi Silinder : Cylinder Tunggal / Tegak
Volume Silinder : 223 cm
Diameter x Langkah : 70,0 mm × 58,0 mm
Rasio Kompresi : 9,5 : 1
Daya Maksimum : 13.40 kW / 8000 rpm ( STD ) Torsi Maksimum : 17.5 Nm / 6500 rpm ( STD ) Sistem Starter : Electric Starter dan Kick Starter
Sistem Pelumasan : Basah
Kapasitas Oli Mesin : Total : 1,4 Liter / Penggantian Berkala : 1,2 Liter
Sistim Bahan Bakar : Karburator BS30 x 1
Tipe Kopling : Basah, Kopling Manual, Multiplat Tipe Transmisi : Return, 5 Kecepatan
Pola Pengoperasian Transmisi : 5 Kecepatan ( N – 1 – 2 – 3 – 4 – 5 )
3.4 Diagram Alir Pengujian
Penelitian dilakukan dengan prosedur sebagai mana ditunjukan pada diagram alir berikut :
3.4.1 Pengujian Torsi dan Daya