• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI 3 JENIS BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH HONDA BLADE 110 CC BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX 95

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI 3 JENIS BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH HONDA BLADE 110 CC BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX 95"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI 3 JENIS BUSI

TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN

KINERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH HONDA BLADE

110 CC BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX 95

TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

ERLANGGA BAGUS FIANDRY 2012 013 0228

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI 3 JENIS BUSI

TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN

KINERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH HONDA BLADE

110 CC BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX 95

TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

ERLANGGA BAGUS FIANDRY 2012 013 0228

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Erlangga Bagus Fiandry

NIM : 2012 013 0228

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir yang berjudul: “PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI 3 JENIS BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH HONDA BLADE 110 CC BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX 95” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan pada instansi manapun, serta bukan karya tiruan atau jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan sesadar-sadarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik apabila ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Yogyakarta, 01 Desember 2016 Yang menyatakan,

Erlangga Bagus Fiandry

(4)

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah,6-8)

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-mujadilah 11)

“Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk merubah dunia.” (Nelson Mandela)

“Memulai dengan penuh keyakinan.”

“Menjalankan dengan penuh keikhlasan.”

“Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan.”

“Jadilah diri sendiri dan jangan takut untuk melangkah, karena sebesar apapun jaraknya pasti selalu dimulai dengan langkah pertama.”

“ If you fall a thousand times, stand up millions of times because you don’t know how close you’re to success.”

“Don’t put off doing a job because nobody knows whether we can meet tomorrow or not.”

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur, tugas akhir ini saya persembahkan untuk :

1. Ayah dan Ibuku tercinta, Suparlan, S.H. dan Erma Wahyuningsih, S.H., Terima kasih atas support-nya baik materil maupun non-materil, bimbingan, kasih sayang, kesabaran, kepercayaan selama ini, sehingga aku mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini. Semoga dimasa depan kelak aku dapat berguna dan membuatmu bangga.

2. Falia Keysya Adkharizka, adikku yang telah memberikan motivasi untuk sukses semuda mungkin, saya harap kamu lebih sukses daripada saya saat ini, semoga kamu bisa meraih apa yang kamu cita-citakan.

3. Keluarga Besar, yang memberikan saran, support dan do’a nya. Sehingga Tugas Akhir ini dapat berjalan lancar.

4. Teddy Nurcahyadi, S.T., M.Eng. dan Tito Hadji Agung Santoso, S.T., M.T. Selaku dosen pembimbing, saya ucapkan terimakasih atas bimbingan, saran, dan nasihat bapak selama ini yang telah sabar dan selalu membantu sehingga saya bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini sampai selesai.

5. Wahyudi, S.T., M.T. Selaku dosen penguji Tugas Akhir ini.

6. Abdul Rahman, S.T., Banu Dwi Setiawan, Yosa Wahyu Saputra, Ricky Eko Julianto, Sumardi, Wawan Hartanto, S.T., Taufik Wahyudi, S.T., Ahmad Faz Fero, Ahmad Yulizal, Muhammad Ali Nurdin, dan Yoganis Al-Ayubi yang bersedia motornya digunakan untuk penelitian Tugas Akhir ini.

7. Teman-teman Teknik Mesin UMY angkatan 2012 khususnya kelas D, kelas paling akhir di tahun itu dan semua angkatan yang selalu memberi dukungan satu sama lain “M Forever”.

8. Semua pihak yang telah mendukung penelitian ini, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu saya ucapkan terima kasih.

(6)

DAFTAR ISI

(7)

2.2.5.1. Baterai ... 16

3.3.1. Diagram Alir Pengujian Percikan Bunga Api ... 42

3.3.2. Diagram Alir Pengujian Daya dan Torsi ... 44

3.3.3. Diagram Alir Pengujian Konsumsi Bahan Bakar ... 46

(8)

3.6. Skema Alat Uji... 51

3.6.1. Skema Alat Uji Daya Motor ... 51

3.7. Prinsip Kerja Alat Uji ... 52

3.8. Metode Pengujian ... 52

3.9. Metode Pengambilan Data ... 53

3.10. Metode Perhitungan Torsi, Daya, dan Konsumsi Bahan Bakar ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Percikan Bunga Api Busi ... 54

4.2. Hasil Pengujian Kinerja Mesin ... 57

4.2.1. Torsi ... 57

4.2.2.Daya ... 63

4.2.3.Perbandingan Nilai Torsi dan Daya Pada Spesifikasi Motor Dengan Hasil Penelitian ... 70

4.2.4.Konsumsi Bahan Bakar ... 71

4.3. Perhitungan ... 73

4.4. Perbandingan Hasil Pengujian Karakteristik Percikan Bunga Api Dengan Pengujian Kinerja Mesin ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil pengujian Dynotest Busi DENSO Standard Berbahan Bakar Premium.

Lampiran 2. Hasil pengujian Dynotest Busi NGK Platinum Berbahan Bakar Premium.

Lampiran 3. Hasil pengujian Dynotest Busi DURATION Double Iridium Berbahan Bakar Premium.

Lampiran 4. Hasil pengujian Dynotest Busi DENSO Standard Berbahan Bakar Pertamax 95.

Lampiran 5. Hasil pengujian Dynotest Busi NGK Platinum Berbahan Bakar Pertamax 95.

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.18. Diagram Alir Pengujian Percikan Bunga Api Pada Busi ... 42

Gambar 3.19. Diagram Alir Pengujian Torsi dan Daya ... 44

(11)

Gambar 3.21. Skema Alat Uji Daya Motor ... 51 Gambar 4.1. Percikan Bunga Api Busi ... 55 Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Torsi dengan Variasi 3 jenis busi, Busi

DENSO Standar, NGK Platinum, dan DURATION Double Iridium, Menggunakan Bahan Bakar Premium ... 60 Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Torsi dengan Variasi 3 jenis busi, Busi

DENSO Standar, NGK Platinum, dan DURATION Double Iridium, Menggunakan Bahan Bakar Pertamax 95 ... 60 Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Torsi Pada Busi Denso Standar Dengan

Variasi 2 jenis Bahan Bakar ... 62 Gambar 4.5. Grafik Perbandingan Torsi Pada Busi NGK Platinum Dengan

Variasi 2 jenis Bahan Bakar ... 62 Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Torsi Pada Busi DURATION Double

Iridium Dengan Variasi 2 jenis Bahan Bakar ... 63 Gambar 4.7. Grafik Perbandingan Daya dengan Variasi 3 jenis busi, Busi

DENSO Standar, NGK Platinum, dan DURATION Double Iridium, Menggunakan Bahan Bakar Premium ... 66 Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Daya dengan Variasi 3 Jenis Busi, Busi

DENSO Standar, NGK Platinum, dan DURATION Double Iridium, Menggunakan Bahan Bakar Pertamax 95 ... 66 Gambar 4.9. Grafik Perbandingan Daya Pada Busi DENSO Standar

Dengan Variasi 2 jenis Bahan Bakar ... 68 Gambar 5.0. Grafik Perbandingan Daya Pada Busi NGK Platinum Dengan

Variasi 2 jenis Bahan Bakar ... 69 Gambar 5.1. Grafik Perbandingan Daya Pada Busi DURATION Double

Iridium Dengan Variasi 2 jenis Bahan Bakar ... 69 Gambar 5.2. Grafik Perbandingan Volume Konsumsi Bahan Bakar dengan

(12)

Gambar 5.3. Grafik Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar dengan Variasi 3 jenis busi yaitu busi DENSO Standar, NGK Platinum, dan DURATION Double Iridium Menggunakan Bahan Bakar Premium dan Pertamax 95 ... 75

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Data Hasil Pengujian Percikan Bunga Api Dengan Variasi

3 Jenis Busi ... 56 Tabel 4.2. Perbandingan Nilai Torsi Dengan Variasi 3 Jenis Busi Berbahan

Bakar Premium ... 57 Tabel 4.3. Perbandingan Nilai Torsi Dengan Variasi 3 Jenis Busi Berbahan

Bakar Pertamax 95 ... 58 Tabel 4.4. Perbandingan Nilai Daya Dengan Variasi 3 Jenis Busi Berbahan

Bakar Premium ... 64 Tabel 4.5. Perbandingan Nilai Daya Dengan Variasi 3 Jenis Busi Berbahan

Bakar Pertamax 95 ... 65 Tabel 4.6. Perbandingan Nilai Torsi dan Daya ... 70 Tabel 4.7. Data Konsumsi Bahan Bakar Menggunakan Bensin Premium ... 71 Tabel 4.8. Data Konsumsi Bahan Bakar Menggunakan Bensin

Pertamax 95 ... 71 Tabel 4.9. Data Konsumsi Bahan Bakar Menggunakan Bensin Premium ... 74 Tabel 5.0. Data Konsumsi Bahan Bakar Menggunakan Bensin

Pertamax 95 ... 74 Tabel 5.1. Perbandingan Hasil Pengujian Percikan Bunga Api dengan Hasil

(14)

DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH

(15)

DC = Directing Current (arus searah). Ah = ampere hours.

fps = frame per sekon.

K = Kelvin.

P = tekanan.

(16)
(17)

Pengaruh Penggunaan Variasi 3 Jenis Busi Terhadap Karakteristik Percikan

Bunga Api Dan Kinerja Motor Honda Blade 110 cc Berbahan Bakar

Premium Dan Pertamax 95. Erlangga Bagus Fiandry, 2016.

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. e-mail: rangga.baguz@yahoo.co.id

ABSTRAK

Seiring dengan perkembangan jaman dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), maka dibutuhkan kendaraan yang memiliki unjuk kerja mesin yang baik dan konsumsi bahan bakar yang minimum. Dengan demikian upaya untuk mendapatkan unjuk kerja mesin yang baik salah satunya dengan memperbaiki kualitas pembakaran yang terjadi di dalam ruang bakar. Dengan pembakaran yang lebih baik tersebut maka efisiensi dari kinerja suatu mesin pasti akan meningkat, salah satunya dari konsumsi bahan bakar. Hal ini tentunya sangat diharapkan dapat tercipta pada era modern saat ini. Penelitian dilakukan dengan menggunakan mesin bensin 4 langkah 1 silinder dengan merk Honda Blade 110 cc tahun 2011.

Parameter proses penelitian ini adalah pada putaran mesin ± 2700 rpm untuk uji percikan bunga api dan putaran mesin 4250-9750 rpm untuk pengujian Torsi dan Daya. Kemudian dilakukan pengujian konsumsi bahan bakar menggunakan buret dengan jarak tempuh ± 2,5 km. Analisa dilakukan dengan melihat nilai kenaikan torsi, daya, dan konsumsi bahan bakarnya terhadap penggunaan 3 jenis busi yaitu busi DENSO Standar, NGK Platinum, dan DURATION Double Iridium.

Nilai torsi dan daya mengalami kenaikan seiring dengan putaran mesin yang semakin meningkat. Pada pengujian torsi diperoleh hasil bahwa busi DURATION Double Iridium memiliki nilai torsi dan daya tertinggi yaitu sebesar 10,26 Nm pada putaran 5747 rpm dan 9,3 HP pada putaran 7029 rpm sedangkan jumlah konsumsi bahan bakarnya yaitu sebesar 66,4 km/L untuk bahan bakar pertamax 95.

(18)

The Effect Of Variation in The Use Of Three Types Spark Plugs on The

Characteristic and Performance Of Spark Honda’s Blade Motorcycle 110 cc

With Premium and Pertamax 95 Fuel.

Erlangga Bagus Fiandry, 2016.

Engineering Faculty of Muhammadiyah University of Yogyakarta. e-mail: rangga.baguz@yahoo.co.id

ABSTRACT

Along with the development of science and technology (Science and

Technology), then needed a vehicle that has a good engine performance and minimum fuel consumption. Therefore, to obtain good engine performance either by improving the quality of combustion in the combustion chamber. With better combustion is then the efficiency of the performance of a machine will inevitably increase, one of the fuel consumption. This is certainly highly expected to be created in the modern era. The study was conducted using 4 stroke petrol engine 1 cylinder with the brand Honda Blade 110 cc in 2011.

The process parameters of this study are at the engine speed ± 2700 rpm for the test sparks and 4250-9750 rpm spin machine to test the torque and power. Then testing fuel consumption using a burette with a distance of ± 2.5 km. The analysis was done by looking at the value of the increase in torque, power and fuel consumption to the use of three types of plugs that Standard DENSO spark plugs, NGK Platinum, and Double DURATION Iridium.

Rated torque and power increase as engine speed increases. In the torsion test result that plugs DURATION Double Iridium has the highest torque and power value that is equal to 10.26 Nm at 5747 rpm rotation and a 9.3 HP at 7029 rpm rotation while the amount of fuel consumption is 66.4 km / L for materials pertamax fuel 95.

Keywords : Motor Fuel, Spark Plug, Ignition system, Torque, Power, and Consumption Fuel

(19)

   

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan jaman dan semakin berkembangnya

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), maka di butuhkan kendaraan yang

memiliki unjuk kerja yang baik dan konsumsi bahan bakar yang minimum.

Dengan demikian upaya untuk mendapatkan unjuk kerja mesin yang baik

salah satunya dengan memperbaiki kualitas pembakaran yang terjadi di

dalam ruang bakar, baik itu motor bensin 4 langkah maupun 2 langkah.

Dalam proses pembakaran pada motor bakar, bahan bakar dan udara

tercampur di dalam ruang bakar dan busi digunakan sebagai alat untuk

menghasilkan percikan bunga api. Besar kecilnya percikan bunga api busi

sangat menentukan kualitas pengapian dan juga pembakaran yang

dihasilkarn sehingga pengapian dan pembakaran yang optimal dapat

meningkatkan kinerja motor yang didukung pula oleh kualitas bahan dan

komponen yang digunakan serta waktu pengapian yang tepat pada saat

terjadinya proses pembakaran. (Nurdianto, 2015).

Setiap jenis busi memiliki karakteristik percikan dan warna bunga api

yang berbeda, begitu juga dengan nilai Torsi, Daya, dan Konsumsi Bahan

Bakar yang dihasilkan pun berbeda. Untuk membuktikan hal tersebut maka

perlu dilakukan penelitian menggunakan variasi 3 jenis busi, Busi DENSO

Standar, Busi NGK Platinum, dan Busi DURATION Double iridium dengan

bahan bakar premium dan pertamax 95. Tiga jenis busi tersebut memiliki

perbedaan pada elektroda nya. Busi platinum menggunakan elektroda

berbahan platinum dan busi iridium menggunakan elektroda berbahan

iridium.

Dalam proses pembakaran yang terjadi di dalam ruang bakar ini akan

menghasilkan indikator berupa nilai torsi (N.m), daya (HP), dan konsumsi

bahan bakar (Km/l) dari suatu motor bensin. Selama proses pembakaran,

(20)

bahan bakar dan udara yang belum terbakar atau terjangkau oleh bunga api.

Api yang dihasilkan busi pada ruang pembakaran bergerak sangat cepat

tetapi temperatur disekitar dinding ruang bakar cukup rendah. Hal ini

mengakibatkan campuran bahan bakar dan udara di daerah yang memiliki

temperatur rendah tersebut menjadi gagal terbakar (quenching zone).

Campuran bahan bakar yang tidak terbakar tersebut kemudian terdorong

keluar oleh torak menuju ke saluran buang.

Untuk mencapai proses pembakaran tersebut ada satu sistem yang

mempunyai peran sangat penting yaitu sistem pengapian. Sistem pengapian

adalah salah satu sistem yang ada di dalam motor bensin yang menjamin

agar motor dapat bekerja. Sistem pengapian ini berfungsi untuk

menimbulkan bunga api dengan menggunakan koil pengapian (ignition coil)

yang kemudian didistribusikan ke busi melalui kabel tegangan tinggi untuk

membakar campuran bahan bakar yang sudah dikompresikan di dalam

silinder. Sistem pengapian harus dapat menghasilkan loncatan bunga api,

saat menghasilkannya pun harus tepat. Pada saat motor mengalami

perubahan beban atau kecepatan, sistem pengapian harus bisa menyesuaikan

sehingga motor dapat bekerja dengan sempurna. Ada beberapa gangguan

yang sering terjadi bila pengapian tidak sesuai antara lain : mesin sukar

hidup saat mesin dalam keadaan dingin dan terjadi ledakan dari knalpot.

(Apriaman, 2006).

Penggunaan jenis bahan bakar juga berpengaruh terhadap kinerja

yang dihasilkan oleh motor bakar itu sendiri, karena setiap jenis bahan bakar

memiliki angka RON yang berbeda. Angka RON ini sebagai salah satu

acuan dari beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi bahan bakar,

karena tidak semua motor bensin baik itu 4 langkah maupun 2 langkah di

setting untuk menggunakan bahan bakar dengan nilai RON yang tinggi dari

pabrikan nya. Meskipun pada teori nya semakin besar nilai RON-nya maka

pembakaran yang terjadi di ruang bakar akan semakin baik sehingga gas sisa

dari hasil pembakaran tersebut semakin minimum dan akan mengurangi

(21)

   

 

dari kinerja suatu mesin pasti akan meningkat, salah satunya dari konsumsi

bahan bakar. Hal ini tentunya sangat diharapkan dapat tercipta pada era

modern saat ini. Atas dasar latar belakang inilah, maka pada laporan

penelitian ini dilakukan pembahasan dengan judul “Pengaruh Penggunaan

Variasi 3 Jenis Busi Terhadap Karakteristik Percikan Bunga Api dan

Kinerja Motor Honda Blade 110 cc Berbahan Bakar Premium dan

Pertamax 95”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang penelitian di atas, maka

dirumuskan beberapa permasalahan yang ada sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik percikan bunga api yang dihasilkan dari 3

jenis busi pada motor Honda Blade 110 cc ?

2. Bagaimana perbandingan penggunaan variasi 3 jenis busi terhadap

konsumsi bahan bakar pada motor Honda Blade 110 cc ?

3. Bagaimana unjuk kerja mesin yang meliputi Daya dan Torsi dengan

variasi 3 jenis busi berbahan bahan bakar premium dan pertamax 95

pada motor Honda Blade 110 cc ?

1.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa masalah, agar lebih

terarah dan sistematis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Batasan

yang digunakan untuk memfokuskan penelitian ini adalah :

1. Menggunakan motor bensin 4 langkah dengan volume silinder 110 cc

dengan merk Honda Blade.

2. Penggunaan variasi busi Standar (DENSO U20EPR9), Platinum (NGK

CPR8EAGP-9), dan Double iridium (DURATION 071Z).

3. Menggunakan CDI dan koil standar.

4. Pengujian yang dilakukan menggunakan bahan bakar premium dan

(22)

5. Parameter yang diamati adalah daya, torsi, dan konsumsi bahan

bakar.

6. Motor yang digunakan untuk penelitian adalah motor yang masih

standar pabrikan.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik percikan bunga api yang dihasilkan oleh busi

pada motor honda blade 110cc dengan (CDI, KOIL, dan AKI) standar,

dengan 3 variasi busi yaitu busi Standar (DENSO U20EPR9),

Platinum (NGK CPR8EAGP-9), dan Double iridium (DURATION

071Z).

2. Mengetahui perbandingan konsumsi bahan bakar dengan variasi 3

jenis busi, yaitu busi standar (DENSO U20EPR9), Platinum (NGK

CPR8EAGP-9), dan Double iridium (DURATION 071Z) motor

Honda Blade 110 cc.

3. Mengetahui kinerja motor Honda Blade 110 cc, baik menggunakan

bahan bakar premium maupun pertamax 95 dengan variasi 3 jenis busi,

yaitu busi standar (DENSO U20EPR9), Platinum (NGK

CPR8EAGP-9), dan Double iridium (DURATION 071Z), terhadap Daya dan Torsi

pada motor Honda Blade 110 cc.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Menambah pengetahuan tentang nama dan jenis komponen pada

sistem pengapian, konstruksi, fungsi, dan cara kerja sistem pengapian

pada sepeda motor Honda Blade 110 cc.

2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat

(23)

   

 

3. Dapat mengetahui kinerja motor dengan menggunakan variasi busi dan

variasi bahan bakar.

4. Sebagai masukan bagi pemilik sepeda motor Honda blade 110 cc

dalam mengatasi gangguan pada sistem pengapian.

5. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk

penelitian dan pengembangan selanjutnya.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika laporan penelitian ini memuat tentang isi bab yang

dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penelitian, batasan masalah,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang hasil penelitian terdahulu yang dapat diambil dari

jurnal, disertasi, tesis dan skripsi yang aktual. Selain itu juga berisi

landasan teori yang meliputi konsep-konsep yang relevan dengan

permasalahan yang akan diteliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang diagram alur penelitian, alat dan bahan yang

digunakan dalam penelitian. Menjelaskan juga kendala-kendala yang

dihadapi selama penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

(24)

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang dapat

berguna bagi pembaca maupun peneliti dalam pengembangan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Setyono (2014), meneliti tentang pengaruh penggunaan variasi busi

terhadap performa motor bensin torak 4 langkah 1 silinder Honda Supra-X

125 cc. Hasil penelitian menunjukkan kenaikan torsi, daya, Bmep, dan

effisiensi thermal. Untuk busi platinum sebesar 4,84%, 6,43%, 6,43%, dan

6,08%. Untuk busi iridium 8,42%, 12,02%, 12,02%, dan 13,10%. Penurunan

Sfc, emisi gas buang CO dan HC. Untuk busi platinum sebesar 5,68%,

5,64%, dan 8,46%. Untuk busi iridium 11,43%, 7,48%, dan 11,15%.

Mulyono (2015), meneliti tentang pengaruh penggunaan dan

perhitungan efisiensi bahan bakar premium dan pertamax terhadap unjuk

kerja motor bakar bensin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa torsi

maksimum dicapai pada bensin pertamax, campuran 50% (premium dan

pertamax), dan premium masing-masing sebesar 116.15 Nm pada putaran

2000 rpm, 99.93 Nm pada putaran 2500 rpm, dan 67.53 Nm pada putaran

2500 rpm. Sedangkan daya maksimum juga pada bensin pertamax, bensin

campuran, dan bensin premium masing-masing sebesar 6.6 HP pada putaran

4000 rpm dan 4500 rpm, 6.5 HP pada putaran 3500-4500 rpm, 6.4 HP pada

putaran 5500 rpm. Untuk konsumsi bahan bakar spesifik minimal dimiliki

pertamax, bensin campuran, dan premium masing-masing sebesar 0.41

kg/kwh pada putaran 3500-5500 rpm, sebesar 0.48 kg/kwh pada putaran 5500

rpm, sebesar 0.53 kg/kWh pada putaran 3500-4500 rpm.

Machmud (2013), meneliti tentang pengaruh penggunaan variasi

untuk derajat pengapian terhadap kinerja mesin Honda Supra NF 100 D.

Hasil yang didapat dari derajat pengapian standar, derajat pengapian yang

dimajukan 3°, derajat pengapian yang dimajukan 6° masing-masing

(26)

Nurdianto (2015), meneliti tentang pengaruh variasi tingkat panas

busi terhadap performa mesin dan emisi gas buang sepeda motor 4 tak. Hasil

yang diperoleh sebagai berikut : busi sedang dapat menaikkan performa

mesin dan menurunkan emisi gas buang kendaraan, jika menggunakan

busi panas dapat menyebabkan terjadinya pre-ignition dan performa akan

turun dan emisi gas buang meningkat, karena busi panas memiliki

karakteristik melepas panas yang rendah. Penggunaan busi NGK C7HSA

pada sepeda motor Honda New Supra Fit 2006 lebih baik daripada busi

Denso U22FS-U, Denso U16FS-U, dan NGK C6HSA.

Prabowo (2005), meneliti tentang sistem pengapian CDI pada Honda

GL PRO 1997. Beberapa komponen yang memiliki peran sangat penting

seperti : baterai, kunci kontak, koil pulsa (Pick up coil), unit CDI, koil

pengapian, dan busi. Kerusakan yang biasa terjadi pada sistem pengapian

adalah bunga api yang dihasilkan busi tidak baik (kemerah-merahan dan

menyebar). Bila busi tidak menghasilkan bunga api atau menghasilkan bunga

api tetapi kurang baik maka dapat dipastikan sistem pengapian mengalami

kerusakan.

2.2. Dasar Teori

2.2.1. Pengertian Motor Bakar

Motor bakar adalah motor penggerak mula yang pada prinsipnya

adalah sebuah alat yang mengubah energi kimia menjadi energi panas

dan diubah ke energi mekanis. Saat ini motor bakar masih menjadi

pilihan utama untuk dijadikan sebagai penggerak mula. Karena itu, usaha

untuk menciptakan motor bakar yang menghasilkan kemampuan tinggi

terus diusahakan oleh manusia. Kemampuan tinggi untuk mesin ditandai

dengan adanya daya dan torsi yang dihasilkan tinggi tetapi kebutuhan

bahan bakar rendah. Motor bakar terbagi menjadi 2 (dua) jenis utama,

(27)

Motor bakar bensin yaitu motor bakar yang menggunakan bahan

bakar bensin, parafin atau gas (bahan yang mudah terbakar dan mudah

menguap). Campuran udara dan bahan bakar masuk ke dalam silinder

dan dikompresikan oleh torak dengan tekanan sekitar 8-15 Kg/m2. Bahan

bakar dinyalakan oleh sebuah loncatan bunga api listrik oleh busi dan

terbakar cepat sekali di dalam udara kompresi tersebut. Kecepatan

pembakaran melalui campuran bahan bakar dengan udara berkisar 10-25

m/s. Suhu udara naik hingga 2000-2500 oC dan tekanannya mencapai

30-40 Kg/m2. Sedangkan Motor bakar diesel yaitu motor bakar yang

menggunakan bahan bakar yang lebih berat yakni minyak diesel (solar).

Proses pembakaran motor diesel berbeda prosesnya dengan proses

pembakaran motor bensin, pada motor diesel diawali dengan udara bersih

masuk melalui langkah hisap, kemudian bahan bakar dimasukan pada

silinder setelah udara terlebih dahulu dimampatkan oleh piston.

Kemudian bahan bakar solar yang sudah berbentuk kabut diinjeksikan

oleh injektor pada ruang silinder. Karena kabut bahan bakar mudah

terbakar, maka pada ruang bakar terjadi pembakaran yang dikompresikan

oleh torak sehingga tekanan naik hingga 30-50 Kg/cm2, suhu udara naik

hingga 700-900 oC, suhu udara kompresi terletak di atas suhu udara

penyala bahan bakar. Bahan bakar disemprotkan ke dalam udara

kompresi yang panas kemudian terbakar, tekanan naik sehingga

mencapai 70-90 Kg/cm2. (Trihandoko, 2012)

Salah satu komponen yang mempunyai peran cukup penting

dalam proses pembakaran pada motor bensin adalah busi (spark plug).

Busi ini dipasang di atas silinder pada mesin pembakaran dalam (ICE).

Pada bagian tengah busi terdapat electrode yang dihubungkan dengan

kabel ke lilitan penyala (ignition coil) di luar busi dan dengan ground

pada bagian bawah busi. Busi ini berfungsi untuk menghasilkan percikan

bunga api listrik dengan menggunakan tegangan tinggi yang dihasilkan

(28)

membakar campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan di

dalam ruang bakar.

Busi terdiri dari beberapa bagian seperti electrode positip,

electrode negatip, insulator/isolator, dan terminal busi. Tegangan yang

diperlukan agar busi dapat memercikkan bunga api listrik adalah

sekitar 10.000-20.000 volt. Sistem pengapian ini sangat berpengaruh

pada tenaga atau energi yang dibangkitkan oleh mesin. (Prabowo, 2005)

2.2.2. Prinsip Kerja Motor Bakar Torak

Berdasarkan tempat pembakaran bahan bakarnya mesin kalor

terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Motor pembakaran luar

Mesin pembakaran luar atau sering disebut sebagai Eksternal

Combustion Engine (ECE) yaitu dimana proses pembakarannya

terjadi di luar mesin, energi termal dari gas hasil pembakaran

dipindahkan ke fluida kerja mesin. Hal-hal yang dimiliki pada mesin

pembakaran luar yaitu :

a. Dapat memakai semua bentuk bahan bakar.

b. Dapat memakai bahan bakar bermutu rendah.

c. Cocok untuk melayani beban-beban besar dalam satu

poros.

d. Lebih cocok dipakai untuk daya tinggi.

Contohnya adalah turbin uap.

2. Motor pembakaran dalam

Mesin pembakaran dalam atau sering disebut sebagai Internal

Combustion Engine (ICE), yaitu suatu mesin dengan proses

pembakarannya berlangsung di dalam motor bakar itu sendiri

sehingga gas pembakaran yang terjadi sekaligus berfungsi sebagai

fluida kerja. Hal-hal yang dimiliki pada mesin pembakaran dalam

(29)

a. Pemakaian bahan bakar irit

b. Berat tiap satuan tenaga mekanis lebih kecil

c. Kontruksi lebih sederhana, karena tidak memerlukan ketel

uap, kondesor, dan sebagainya.

Pada umumnya mesin pembakaran dalam dikenal dengan nama

motor bakar.

2.2.3. Siklus Termodinamika

Proses termodinamika dan kimia yang terjadi di dalam motor

bakar torak sangat kompleks untuk dianalisis. Untuk mempermudah

proses analisis tersebut perlu diberikan gambaran tentang suatu keadaan

yang ideal. Untuk menganalisis motor bakar digunakan siklus udara

sebagai siklus yang ideal. Di dalam siklus udara terdapat 3 jenis siklus,

yaitu :

1. Siklus udara volume-konstan (siklus Otto).

2. Siklus udara tekanan-konstan (siklus Diesel).

3. Siklus udara tekanan-terbatas (siklus gabungan).

Siklus udara volume konstan (siklus Otto). Siklus ini dapat

digambarkan dengan grafik P vs v seperti berikut :

(30)

Sifat ideal yang dipergunakan serta keterangan mengenai proses

siklusnya adalah sebagai berikut :

1. Fluida kerja dianggap sebagai gas ideal dengan kalor spesifik yang

konstan;

2. Langkah isap (0-1) merupakan proses tekanan-konstan;

3. Langkah kompresi (1-2) ialah proses isentropik;

4. Proses pembakaran volume-konstan (2-3) dianggap sebagai proses

pemasukkan kalor pada volume konstan;

5. Langkah kerja (3-4) ialah proses isentropik;

6. Proses pembuangan (4-1) dianggap sebagai proses pengeluaran kalor

pada volume-konstan;

7. Langkah buang (1-0) ialah proses tekanan-konstan;

8. Siklus dianggap ‘tertutup’, artinya siklus ini berlangsung dengan

fluida kerja yang sama; atau gas yang berada di dalam silinder pada

titik 1 dapat dikeluarkan dari dalam silinder pada waktu langkah

buang, tetapi pada langkah isap berikutnya akan masuk sejumlah

fluida yang sama.

2.2.4. Sistem Kerja Motor Bakar

2.2.4.1. Motor Bensin 4 Langkah

Motor bensin 4 langkah adalah motor yang setiap 1 siklus

kerjanya diselesaikan dalam empat kali gerak bolak-balik langkah

piston atau dua kali putaran poros engkol (crank shaft). Posisi

tertinggi pada gerakan piston disebut titik mati atas (TMA)

(31)

Gambar 2.2. Skema Gerakan Torak 4 langkah (Sumber : Arismunandar, 2002)

Prinsip kerja motor 4 langkah sebagai berikut :

1. Langkah Hisap :

a. Torak bergerak dari TMA ke TMB.

b. Katup masuk terbuka, katup buang tertutup.

c. Campuran bahan bakar dengan udara yang telah tercampur di

dalam karburator masuk ke dalam silinder melalui katup masuk.

d. Saat torak berada di TMB katup masuk akan tertutup.

2. Langkah Kompresi :

a. Torak bergerak dari TMB ke TMA.

b. Katup masuk dan katup buang kedua-duanya tertutup sehingga

gas yang telah dihisap tidak keluar pada waktu ditekan oleh

torak yang mengakibatkan tekanan gas akan naik.

c. Beberapa saat sebelum torak mencapai TMA busi mengeluarkan

bunga api listrik.

d. Gas bahan bakar yang telah mencapai tekanan tinggi terbakar.

e. Akibat pembakaran bahan bakar, tekanan akan naik menjadi

(32)

3. Langkah Kerja atau Ekspansi :

a. Saat ini kedua katup masih dalam keadaan tertutup.

b. Gas terbakar dengan tekanan yang tinggi akan mengembang

kemudian menekan torak turun ke bawah dari TMA ke TMB.

c. Tenaga ini disalurkan melalui batang penggerak, selanjutnya

oleh poros engkol diubah menjadi gerak berputar (rotasi).

4. Langkah Buang :

a. Katup buang terbuka, katup masuk tertutup.

b. Torak bergerak dari TMB ke TMA.

c. Gas sisa hasil pembakaran terdorong oleh torak keluar melalui

katup buang ke lingkungan.

2.2.4.2. Motor bensin 2 langkah

Motor bensin 2 langkah adalah mesin yang proses

pembakarannya dilakukan pada satu kali putaran poros engkol yang

berakibat dua kali langkah piston. Berikut ini adalah gambar skema

gerakan torak 2 langkah :

Gambar 2.3. Skema Gerakan Torak 2 Langkah

(33)

Prinsip kerja motor 2 langkah sebagai berikut :

1.Langkah Hisap :

a. Torak bergerak dari TMA ke TMB.

b. Pada saat saluran bilas masih tertutup oleh torak, di dalam bak

mesin terjadi kompresi terhadap campuran bensin dengan udara.

c. Di atas torak, gas sisa pembakaran dari hasil pembakaran

sebelumnya sudah mulai terbuang keluar saluran buang.

d. Saat saluran bilas sudah terbuka, campuran bensin dengan udara

mengalir melalui saluran bilas lalu masuk ke dalam ruang bakar.

2. Langkah Kompresi :

a. Torak bergerak dari TMA ke TMB.

b. Rongga bilas dan rongga buang tertutup, terjadi langkah kompresi

dan setelah mencapai tekanan tinggi busi memercikkan bunga api

listrik untuk membakar campuran bensin dengan udara tersebut.

c. Pada saat yang bersamaan, di bawah (di dalam bak mesin) bahan

bakar dan udara yang baru masuk kedalam bak mesin melalui

saluran masuk.

3. Langkah Kerja atau Ekspansi :

a. Torak kembali dari TMA ke TMB akibat tekanan besar yang

terjadi pada waktu pembakaran bahan bakar.

b. Saat itu torak turun sambil mengkompresi bahan bakar baru di

dalam bak mesin.

4. Langkah Buang :

a. Menjelang torak mencapai TMB, saluran buang terbuka dan gas

sisa pembakaran mengalir terbuang keluar.

b. Pada saat yang sama bahan bakar dan udara baru masuk ke dalam

(34)

c. Setelah mencapai TMB kembali, torak mencapai TMB untuk

mengadakan langkah sebagai pengulangan dari yang dijelaskan

diatas.

2.2.5. Sistem Pengapian

Sistem pengapian adalah suatu sistem yang ada dalam setiap

motor bensin yang digunakan untuk membakar campuran bahan bakar

dan udara yang ada di dalam ruang bakarnya.

Pada sepeda motor urutan sistem pengapian dapat dijelaskan

menjadi beberapa tahap yaitu penyediaan dan penyimpanan energi

listrik di baterai, penghasil tegangan tinggi, menyalurkan tegangan

tinggi ke busi, dan pelepasan bunga api pada elektroda busi. Tanpa

adanya tahapan tersebut maka pembakaran dalam sebuah motor bensin

tidak akan terjadi. (Prabowo, 2005)

Dalam sistem pengapian terdiri dari bagian-bagian yang penting

yaitu sebagai berikut :

2.2.5.1. Baterai

Baterai merupakan sumber arus bagi lampu-lampu pada

kendaraan. Selain itu baterai juga berfungsi sebagai sumber arus pada

sistem pengapian. Prinsip kerja dari baterai adalahpada saat kutup

positif (timbal oksida) dan kutup negatif (timbal) bereaksi dengan

larutan elektrolit (asam sulfat) maka akan terjadi pelepasan muatan

elektron. Elektron yang bergerak dari kutub negatif ke kutub itu akan

(35)

Gambar 2.4. Konstruksi baterai (Sumber : Jama, 2008)

2.2.5.2. CDI (Capacitor Discharge Ignition)

Sistem pengapian CDI ini terbukti lebih menguntungkan dan

lebih baik dibanding sistem pengapian konvensional (menggunakan

platina). Dengan sistem CDI, tegangan pengapian yang dihasilkan

lebih besar (sekitar 40 kV) dan stabil sehingga proses pembakaran

campuran bahan bakar dan udara bisa berpeluang semakin

sempurna. Prinsip kerja pengapian Capacitor Discharge Ignition

(CDI) DC Baterai memberikan suplai tegangan 12 Volt ke sebuah

inverter (bagian dari unit CDI). Kemudian inverter akan

menaikkan tegangan menjadi sekitar 350 volt. Tegangan 350 volt ini

selanjutnya akan mengisi kondensor/kapasitor. Ketika dibutuhkan

percikan bunga api busi, pick-up coil akan memberikan sinyal

elektronik ke switch (saklar) S untuk menutup. Ketika saklar telah

menutup, kondensor akan mengosongkan (discharge) muatannya

dengan cepat melalui kumparan primer koil pengapian, sehingga

terjadilah induksi pada kedua kumparan koil pengapian tersebut.

(36)

DC ini adalah arus pertama kali dihasilkan oleh kumparan pengisian

akibat putaran magnet yang selanjutnya di searahkan dengan

menggunakan kiprok (Rectifier) kemudian dihubungkan ke baterai

untuk melakukan proses pengisian (Charging System). (Prabowo,

2005).

Dari baterai arus ini dihubungkan ke kunci kontak, CDI unit,

koil pengapian dan ke busi. Dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.5. Sirkuit Sistem Pengapian CDI dengan Arus DC (Sumber : Jama, 2008)

2.2.5.3. Koil Pengapian

Koil pengapian berfungsi untuk mengubah arus yang

diterima dari CDI menjadi tegangan tinggi untuk menghasilkan

loncatan bunga api listrik pada celah busi. Arus listrik yang datang

dari generator ataupun baterai akan masuk ke dalam koil. Arus

ini mempunyai tegangan sekitar 12 Volt dan oleh koil tegangan

ini akan dinaikkan sampai mencapai tegangan sekitar 10.000

Volt. Koil mempunyai dua kumparan yaitu kumparan primer dan

sekunder yang dililitkan pada plat besi tipis yang bertumpuk.

Pada gulungan primer mempunyai kawat yang dililitkan dengan

(37)

lilitan. Sedangkan pada kumparan sekunder mempunnyai lilitan kawat

dengan diameter 0,05 sampai 0,08 mm dengan jumlah lilitan sebanyak

20.000 lilitan. Karena perbedaan pada jumlah gulungan atau lilitan

pada kumparan primer dan sekunder maka pada kumparan sekunder

akan timbul tegangan kira-kira 10.000 Volt. Arus dengan tegangan

tinggi ini timbul akibat terputus-putusnya aliran arus pada

kumparan primer yang mengakibatkan tegangan induksi pada

kumparan skunder. Karena hilangnya medan magnet ini terjadi

saat terputusnya arus listrik pada kumparan primer, maka dibutuhkan

suatu saklar atau pemutus arus. Dalam hal ini bisa memakai platina

(contact breaker) atau sistem CDI. (Prabowo, 2005).

Gambar 2.6. Koil Pengapian Tipe Moulded (Sumber : Jama, 2008)

2.2.5.4. Busi

Busi adalah suatu alat yang dipergunakan untuk meloncatkan

bunga api listrik di dalam silinder ruang bakar. Bunga api listrik ini

akan diloncatkan dengan perbedaan tegangan 10.000 volt diantara

kedua kutup elektroda dari busi. Karena busi mengalami tekanan,

temperatur tinggi dan getaran yang sangat keras, maka busi dibuat

dari bahan-bahan yang dapat mengatasi hal tersebut. Pemakaian

(38)

mesin tersebut. Jenis busi pada umumnya dirancang menurut keadaan

panas dan temperatur didalam ruang bakar. Secara garis besar busi

dibagi menjadi tiga yaitu busi dingin, busi sedang (medium type)

dan busi panas.

Busi dingin adalah busi yang menyerap serta melepaskan

panas dengan cepat sekali. Jenis ini biasanya digunakan untuk

mesin yang temperatur dalam ruang bakarnya tinggi. Busi panas

adalah busi yang menyerap serta melepaskan panas dengan lambat.

Jenis ini hanya dipakai untuk mesin yang temperatur dalam ruang

bakarnya rendah. (Prabowo, 2005).

Gambar bagian-bagian dari busi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.7. Konstruksi busi (Sumber : Jama, 2008)

Pada setiap jenis busi memiliki kemampuan tersendiri dalam

menghasilkan besar kecilnya percikan dan warna bunga api yang

(39)

bentuk elektroda busi. Bunga api yang dihasilkan busi mempunyai

warna masing-masing dan mempunyai temperatur yang berbeda pada

tiap warna yang dihasilkan. Beberapa warna dan temperatur yang

dihasilkan pada busi adalah sebagai berikut :

Gambar 2.8.Colour Temperature Chart

(Sumber : http://tutorials.lifeinedit.com/tag/color-temperature/)

2.2.6. Proses Pembakaran

Proses pembakaran adalah suatu reaksi kimia cepat antara bahan bakar

(hidrokarbon) dengan oksigen dari udara. Proses pembakaran ini tidak

berlangsung sekaligus tetapi memerlukan waktu dan terjadi dalam

beberapa tahap.

Pada saat langkah hisap atau torak bergerak dari TMA menuju TMB

maka katup masuk akan terbuka dan mengalirkan bahan bakar yang telah

bercampur dengan oksigen selama berada didalam karburator ke dalam

silinder. Beberapa derajat sebelum torak mencapai titik mati atas (TMA)

busi akan memercikkan bunga apinya dan bahan bakar mulai terbakar dan

(40)

tersebut terjadi dalam suatu proses pengecilan volume (selama itu torak

masih bergerak menuju TMA) maka pada grafik ditandai dengan garis

lurus yang menanjak. Torak bergerak kembali sampai beberapa derajat

sudut engkol setelah TMA, tekanannya masih bertambah besar tetapi laju

kenaikan tekanannya berkurang. Hal ini disebabkan karena kenaikan

tekanan yang seharusnya terjadi dikompensasi oleh bertambah besarnya

volume ruang bakar sebagai akibat bergeraknya torak dari TMA menuju

TMB. Laju kenaikan tekanan yang terlalu tinggi tidaklah dikehendaki

karena dapat menyebabkan beberapa kerusakan. Maka haruslah

diusahakan agar periode persiapan pembakaran terjadi

sesingkat-singkatnya sehingga belum terlalu banyak bahan bakar yang siap untuk

terbakar selama waktu persiapan pembakaran. Hal lain yang perlu

diperhatikan juga adalah tekanan maksimum yang diperoleh pada saat

pembakaran, karena erat sekali hubungannya dengan tingkat efisiensi

bahan bakar. Supaya diperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya, pada

umumnya diusahakan agar tekanan maksimum terjadi pada saat torak

berada diantara 15-20 derajat setelah TMA.

Gambar 2.9. Grafik Tekanan vs Sudut Engkol

(41)

2.2.7. Bahan Bakar

Bahan bakar bensin adalah hasil dari pemurnian nephta, yang

komposisinya dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk motor bakar.

Yang dimaksud nephta adalah semua jenis minyak ringan (light oil) yang

memiliki sifat antara bensin (gasoline) dan kerosin. Bensin sangat mudah

menguap pada 40 oC sebanyak 30-60 % dan pada 100 oC sebanyak 80-90

%. Massa jenis bensin berkisar 715-780 kg/m3. Sifat mudah menguap itu

antara lain mengakibatkan bensin setelah dikabutkan menjadi

tetesan-tetesan halus, sehingga dapat disalurkan ke dalam silinder oleh aliran

udara. Setelah dimurnikan bensin yang dijual diberi beberapa bahan

tambahan atau aditif untuk memperbaiki sifat-sifatnya agar tidak

menggumpal apabila disimpan dalam waktu yang lama. Bensin pertamina

yang dipasarkan adalah premium, pertalite, pertamax, dan pertamax 95.

2.2.7.1. Premium

Premium adalah bensin yang telah diberi TEL (Tetra Ethyl Lead)

dan bernilai oktan 88. Premium merupakan bahan bakar minyak jenis

distilat berwarna kekuningan yang jernih. Bensin premium mempunyai

sifat anti ketukan yang baik dan dapat digunakan pada mesin dengan

batas kompresi hingga 9,0 : 1 pada semua jenis kondisi. Bensin premium

produk pertamina memiliki kandungan maksimum : Sulfur (S) 0,05 %,

Bensin pertalite dianjurkan digunakan untuk kendaraan yang mempunyai

perbandingan kompresi tinggi (9,1 : 1 sampai 10,0 : 1). Pada bahan bakar

(42)

dari timbunan deposit pada fuel injector dan ruang pembakaran. Bahan

bakar pertamax sudah tidak menggunakan campuran timbal sehingga

dapat mengurangi racun gas buang kendaraan bermotor seperti Nitrogen

Oksida dan Karbon Monoksida. Bensin pertamax berwarna kebiruan dan

memiliki kandungan maksimum Sulfur (S) 0,05 %, Oksigen (O) 2,72 %,

Pewarna 0,13 gr/100 �, Tekanan uap 45-60 kPa, Titik didih 205 oC, dan

Massa jenis (suhu 15 oC) 715-780 kg/m3.

2.2.7.3. Pertamax

Pertamax merupakan jenis bahan bakar dengan angka oktan 92.

Bensin pertamax dianjurkan digunakan untuk kendaraan yang

mempunyai perbandingan kompresi tinggi (9,1 : 1 sampai 10,0 : 1). Pada

bahan bakar pertamax ditambahkan zat aditif sehingga mampu

membersihkan mesin dari timbunan deposit pada fuel injector dan ruang

pembakaran. Bahan bakar pertamax sudah tidak menggunakan campuran

timbal sehingga dapat mengurangi racun gas buang kendaraan bermotor

seperti Nitrogen Oksida dan Karbon Monoksida. Bensin pertamax

berwarna kebiruan dan memiliki kandungan maksimum Sulfur (S) 0,05

%, Oksigen (O) 2,72 %, Pewarna 0,13 gr/100 �, Tekanan uap 45-60 kPa,

sampai 11,0 : 1 untuk menghindari detonasi (knocking). Bensin pertamax

95 memiliki kandungan maksimum Sulfur (S) 0,05 %, Oksigen (O) 2,72

%, Pewarna 0,13 gr/100 �, Tekanan uap 45-69 kPa, Titik didih 205 oC,

(43)

2.2.8. Angka Oktan

Angka oktan dari setiap jenis bahan bakar memiliki nilai yang

berbeda-beda. Angka oktan merupakan salah satu hal penting yang harus

dimiliki oleh bahan bakar bensin, karena berhubungan dengan ketahanan

terhadap penyalaan spontan. Dengan kata lain, bahwa angka oktan bahan

bakar merupakan ukuran kemampuan anti knock-nya. Skala 0-100 dibuat

dengan menetapkan harga nol (0) untuk n-heptana (bahan bakar yang

mudah mengalami knock) dan harga seratus (100) untuk iso-oktana (bahan

bakar yang tahan terhadap knock). Suatu bahan bakar dengan oktana 95

mempunyai unjuk kerja ekuivalen dengan suatu campuran 95 % volume

iso-oktana dan 5 % volume n-heptana.

Secara umum bahan bakar yang memiliki angka oktan tinggi memang

baik untuk pembakaran tetapi apabila sesuai dengan perbandingan kompresi

yang dimiliki oleh suatu mesin tersebut. Suatu mesin kendaraan dirancang

sesuai dengan kebutuhannya, karena tidak semua mesin cocok

menggunakan bahan bakar yang memiliki angka oktan tinggi. Unjuk kerja

dari suatu mesin tidak akan mengalami peningkatan yang signifikan jika

menggunakan bahan bakar dengan angka oktan yang tinggi tetapi pada

mesin tersebut memiliki angka perbandingan kompresi yang rendah.

2.2.9. Parameter Performa Mesin dan Emisi Gas Buang Kendaraan

Bermotor.

Menganalisa performa mesin berfungsi untuk mengetahui torsi,

daya, dan konsumsi bahan bakar dari mesin tersebut. (Nurdianto, 2015).

Beberapa parameter performa mesin dapat dilihat dari berbagai hal

(44)

2.2.9.1. Torsi

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat

dynamometer, secara teori dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

:

Daya poros dapat dirumuskan sebagai berikut:

(45)

2.2.9.3. Konsumsi Bahan Bakar

Secara sistematik konsumsi bahan bakar dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

K

bb

=

!

!

Keterangan :

Kbb : Konsumsi bahan bakar [km/L]

s : Jarak yang ditempuh [km]

(46)

BAB III

mesin JBB2E121290 dan nomor rangka MH1JBE17BK121951, yang

masih standar pabrikan dan menggunakan bahan bakar premium dan

pertamax 95 dengan spesifikasi sebagai berikut :

1). Spesifikasi Mesin

Kopling : Ganda, otomatis, sentrifugal,

tipe basah

Starter : Electric starter & kick starter

Busi : ND U20EPR9S

NGK CPR6EA-9S

(47)

2). Spesifikasi Kelistrikan

Aki (ACCU) : Baterai 12 V – 3,5 Ah (tipe MF)

Sistem pengapian : DC - CDI, Baterai

3). Kapasitas

Kapasitas tangki bahan bakar : 3,7 Liter

Kapasitas minyak pelumas mesin : 0,8 liter pada penggantian

periodik

Transmisi : 4 kecepatan rotari / bertautan

tetap

Pola pengoperan gigi : Rotari/ bertautan tetap

4). Dimensi

Tipe suspensi depan : Teleskopik

Tipe suspensi belakang : Lengan ayun dengan shock

(48)

Gambar 3.1. Sepeda Motor Honda Blade 110 cc

2. Baterai

Baterai pada sepeda motor Honda Blade 110 cc Tahun 2011

merupakan baterai original dari pabrikan sepada motor Honda yang

dipakai sebagai sumber arus lampu-lampu dan sistem pengapian.

Apabila mesin sudah dihidupkan maka tugas dari baterai akan diambil

alih oleh kumparan pengisian.

1). Spesifikasi Baterai

Merk : GS Astra

Tipe : GTZ5S MF (Maintenance Free)

(49)

Gambar 3.2. Baterai

3. CDI ( Capacitor Discharge Ignition )

CDI (Capacitor Discharge Ignition), pada sepeda motor Honda

Blade 110 cc Tahun 2011 merupakan CDI original dari pabrikan sepada

motor Honda yang digunakan sebagai sistem pengapian.

1). Spesifikasi CDI

Tipe : CDI standar

Vin : ± 12 V

Vout : ± 350 V

(50)

4. Koil (Ignition Coil)

Koil Standar Honda Blade 110 cc Tahun 2011 merupakan koil

original dari pabrikan sepeda motor Honda, dimana memiliki performa

yang terbatas untuk penggunaan harian.

1). Spesifikasi Koil

Tipe : Koil standar tipe moulded

NPrimer : ± 200 Lilitan

NSekunder : ± 20000 Lilitan

Vin : ± 350 V

Vout : ± 10000-20000 V

Gambar 3.4. Koil (Ignition Coil)

5. Busi (Spark Plug)

Dalam penelitian ini menggunakan variasi 3 jenis busi yang

berbeda, yaitu Busi Standar (DENSO U20EPR9), Busi Platinum (NGK

(51)

Gambar 3.5. 3 Jenis Busi

1). Busi Standar (DENSO U20EPR9)

Busi standar (DENSO U20EPR9), merupakan busi yang

direkomendasikan oleh pabrikan sepeda motor Honda. Busi tipe

standar mempunyai diameter elektroda sebesar 1,5 sampai dengan 2

mm.

(52)

2). Busi Platinum (NGK CPR8EAGP-9) 

Pada dasarnya busi tipe platinum mempunyai fungsi yang sama

dengan busi pada umumnya, perbedaanya terdapat pada diameter pada

elektroda. Diameter elektroda pada busi platinum adalah 1,1 mm,

yang berarti lebih kecil dibandingkan dengan busi standar dengan

diameter 2,5 mm. Busi platinum dilengkapi dengan lapisan platinum

pada bagian ujung elektroda dengan tujuan untuk memperpanjang usia

pemakaian.

Gambar 3.7. Busi platinum (NGK CPR8EAGP-9)

3). Busi Double Iridium (DURATION 071Z)

Busi double iridium (DURATION 071Z), Busi iridium

mempunyai fungsi dan tujuan yang sama dalam sistem pengapian,

yaitu meneruskan arus tegangan tinggi dari koil yang digunakan untuk

memercikan bunga api busi pada langkah akhir kompresi. Perbedaan

busi iridium dengan standar terletak pada diameter elektroda, pada

busi iridium diameter yang dimiliki lebih kecil diantara busi standar

(53)

Gambar 3.8. Double iridium (DURATION 071Z)

6. Bahan Bakar

Bahan bakar merupakan suatu zat cair yang digunakan sebagai

salah satu komponen yang harus dimiliki didalam motor bensin. Karena

tanpa adanya bahan bakar maka proses pembakaran tidak akan terjadi.

Gambar 3.9. Bahan Bakar Bensin

(54)

3.1.2. Alat Penelitian

1. Alat Uji Percikan Bunga Api Pada Busi

Alat uji percikan bunga api pada busi, adalah alat yang digunakan

untuk mengetahui karter busi atau besarnya percikan bunga api yang

dihasilkan oleh busi.

Gambar 3.10. Alat penguji percikan bunga api pada busi

2.Tachometer

Tachometer merupakan alat yang sering kita jumpai dalam

kehidupan sehari-hari khususnya dalam dunia teknik. Alat ini berfungsi

untuk mengukur putaran yang dihasilkan oleh mesin uji percikan bunga

api pada busi dengan satuan rpm.

1). Spesifikasi

Merk : Teclock.

Tipe : Analog.

(55)

Gambar 3.11. Tachometer

3. Kamera Casio Exilim

Kamera merupakan alat yang digunakan untuk menangkap suatu

gambar dari suatu objek. Dalam penelitian ini kamera berfungsi untuk

mengambil gambar dan video percikan bunga api pada busi pada saat

dilakukan pengujian karakteristik bunga api.

1). Spesifikasi Casio Exilim EX-ZR1500

Besar Piksel Efektif : 16,1 Megapixel

Jumlah Gambar Per Detik : 30 fps, 15 fps, 10 fps,

5 fps, 3 fps

Kecepatan Pengambilan Gambar : 15-1/2000 detik (untuk

kecepatan tinggi dapat

mencapai 1/25000)

(56)

Gambar 3.12. Kamera Casio Exilim

4. Dynamometer

Dynamometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur torsi

dan daya yang dapat dihasilkan oleh suatu mesin.

(57)

5.Personal Computer (PC)

Personal komputer merupakan seperangkat komputer yang

digunakan sebagai alat untuk mengolah data yang dikirimkan oleh

Dynamometer.

Gambar 3.14. Personal Computer

6. Burret Dengan Volume Maksimal 50 mL

Burret merupakan alat ukur yang berfungsi sebagai pengganti

tangki standar agar volume bahan bakar yang digunakan dapat

diketahui dengan lebih akurat dan mudah.

1). Spesifikasi

Merk : Pyrex

Tipe : Glass Stopcock

(58)

Gambar 3.15. Burret

7. Tangki Mini 250 mL.

Tangki mini merupakan alat yang digunakan untuk menuangkan

bahan bakar ke dalam Burret agar lebih mudah.

1). Spesifikasi

Bahan : Plastik

Vmax : 250 mL

(59)

8.Stopwatch

Stopwatch adalah alat ukur untuk menghitung waktu pengambilan

data dan konsumsi bahan bakar.

1). Spesifikasi

Merk : Diamond.

Tipe : Analog 2 knop.

Ketelitian : 0,1 detik.

Gambar 3.17. Stopwatch

3.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

b. Mototech, Jalan Ringroad Selatan, Banguntapan Yogyakarta.

(60)

3.3. Diagram Alir Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan sesuai dengan prosedur yang

ditunjukkan pada diagram alir berikut :

3.3.1. Diagram Alir Pengujian Percikan Bunga Api Pada Busi

   

Pengaturan putaran mesin uji percikan bunga api pada busi Menghidupkan Mesin

A

B

Persiapan alat dan bahan :

1. Persiapan Pengujian

2. Pengadaan alat dan bahan Mulai

Kondisi 1-3 :

Kondisi 1 : mesin standar, busi DENSO Standar

Kondisi 2 : mesin standar, busi NGK Platinum

Kondisi 3 : mesin standar, busi DURATION

Double Iridium

(61)

Gambar 3.18. Diagram Alir Pengujian Percikan Bunga Api Pada Busi

B

A

Mematikan Mesin 

Penggantian busi

Semua kondisi

sudah dilakukan

pengujian ?

Analisis perbandingan gambar dan video

hasil pengujian

Kesimpulan dan Saran

Selesai 

Pengambilan hasil pengujian :

Gambar dan Video

Tidak

(62)

3.3.2. Diagram Alir Pengujian Daya dan Torsi

Menghidupkan Mesin Persiapan alat dan bahan :

1. Persiapan Pengujian

2. Pengadaan alat dan bahan

B

Posisi transmisi gigi 1-3 Mulai 

A

Kondisi 1-3 berbahan bakar premium :

Kondisi 1 : mesin standar, busi DENSO Standar

Kondisi 2 : mesin standar, busi NGK Platinum

Kondisi 3 : mesin standar, busi DURATION Double Iridium

Kondisi 4-6 berbahan bakar pertamax 95 :

Kondisi 4 : mesin standar, busi DENSO Standar

Kondisi 5 : mesin standar, busi NGK Platinum

Kondisi 6 : mesin standar, busi DURATION Double Iridium

Data Output (rpm, HP, Nm) di dapat dari komputer pada

(63)

Gambar 3.19. Diagram Alir Pengujian Torsi dan Daya

A

B

Mematikan Mesin

Service ringan menyeluruh

Semua mesin sudah

dilakukan pengujian ?

 

Analisis dan pengolahan data torsi dan daya

Kesimpulan dan Saran

Selesai 

Tidak

(64)

3.3.3. Diagram Alir Pengujian Konsumsi Bahan Bakar

 

Persiapan alat dan bahan :

1. Honda Blade 110 cc

2. Buret 50 mL

3. Busi Standar (DENSO U20EPR9)

4. Busi Platinum (NGK CPR8EAGP-9)

5. Busi Double Iridium (DURATION 071Z)

6. Bahan bakar premium dan pertamax 95

(65)

Gambar 3.20. Diagram Alir Pengujian Konsumsi Bahan Bakar n = 4250, 5000, 6000, 7000, 8000, 9000, 9750 rpm

Posisi gigi Transmisi 1-4

Mematikan Mesin

Penggantian busi

Semua kondisi

sudah dilakukan

pengujian ?

Analisis dan pengolahan data konsumsi bahan bakar

Kesimpulan dan Saran

Selesai 

B

A

Tidak

Ya Pencatatan hasil pengujian data :

(66)

3.4. Persiapan Pengujian

Persiapan awal sebelum dilakukannya penelitian adalah memeriksa alat

dan mesin kendaraan yang akan diuji, agar pada saat pengujian akan

diperoleh data atau hasil yang akurat. Langkah-langkah pemeriksaan

meliputi :

1. Sepeda Motor

Sebelum dilakukan pengujian sepeda motor harus diperiksa terlebih

dahulu. Mesin, komponen lainnya, dan oli mesin harus dalam keadaan

bagus dan normal sesuai dengan kondisi standar. Dalam pengujian mesin

harus dalam keadaan stedy terlebih dahulu.

2. Alat Ukur

Alat ukur seperti gelas ukur, burret, dan stopwatch, sebelum

digunakan harus dipastikan dalam kondisi normal atau dapat disebut

dengan kalibrasi alat.

3. Bahan Bakar

Dalam pengujian ini bahan bakar diisi terlebih dahulu pada gelas

ukur kemudian dituangkan ke dalam burret. Gunakan bahan bakar

secukupnya dengan jenis bahan bakar premium dan pertamax 95.

3.5. Tahapan Pengujian

3.5.1. Pengujian Percikan Bunga Api Busi

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan pada proses

pengujian dan pengambilan data percikan bunga api pada busi sebagai

berikut :

1. Mempersiapkan peralatan yang digunakan dalam proses

pengujian, diantaranya : Charger baterai, Multitester,

Tachometer.

2. Melakukan pemeriksaan terhadap alat pengujian sistem

(67)

3. Menyiapkan bahan uji seperti, CDI standar, koil standar, dan 3

jenis busi.

4. Menempatkan CDI, koil, dan busi pada alat pengujian.

5. Melakukan pengujian dan pengambilan data berupa gambar

dan video percikan bunga api dengan menggunakan kamera

berkecepatan tinggi.

6. Melakukan pemeriksaan ulang terhadap alat pengujian.

7. Membersihkan dan merapikan tempat pengujian setelah selesai

melakukan pengujian.

3.5.2. Pengujian Daya dan Torsi

Proses pengujian dan pengambilan data daya dan torsi dengan

3. Mempersiapkan alat seperti Dynometer, busi Denso Standard,

busi NGK Platinum, busi DURATION DoubleIridium.

4. Mempersiapkan bahan bakar premium dan pertamax 95 pada

tangki kendaraan sebelum melakukan pengujian.

5. Penggantian variasi 3 jenis busi.

6. Menempatkan sepeda motor pada tempat pengujian yaitu pada

unit Dynamometer.

7. Melakukan pengujian dan pengambilan data daya dan torsi

sesuai dengan prosedur.

8. Membersihkan dan merapikan tempat setelah melakukan

(68)

3.5.3. Pengujian Konsumsi Bahan Bakar

Proses pengujian dan pengambilan data konsumsi bahan bakar

premium dan pertamax 95 dengan cara uji jalan yang melalui

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan alat ukur seperti gelas ukur, tangki mini,

stopwatch, motor Honda blade standar, busi Denso Standard,

busi NGK Platinum, busi DURATION Double Iridium.

2. Mengisi bahan bakar premium dan pertamax 95 secara

bergantian pada tangki mini sebelum melakukan pengujian.

3. Penggantian variasi 3 jenis busi.

4. Melakukan pengujian dengan mengendarai sepeda motor di

jalan raya.

5. Melakukan pengambilan data konsumsi bahan bakar dengan

sesuai prosedur uji jalan.

(69)

3.6. Skema Alat Uji

Skema alat uji dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

3.6.1. Skema Alat Uji Daya Motor

Gambar 3.21. Skema alat uji daya motor.

Keterangan gambar:

1. Personal Computer (PC) 5. Penahan motor

2. Torsimeter 6. Sepeda motor

3. Tachometer 7. Dynamometer

(70)

3.7. Prinsip Kerja Alat Uji.

1. Prinsip Kerja Alat Penguji Percikan Bunga Api pada Busi

Prinsip kerja alat pengujian percikan bunga api ini mirip seperti

prinsip kerja sistem pengapian DC pada motor bensin. Namun alat ini

menggunakan motor listrik sebagai penggerak flywheel magneto-nya.

Magnet pada flywheel tersebut menyentuh pulser, kemudian pulser akan

mengirimkan pulsa ke CDI. Kemudian CDI mengalirkan arus listrik

menuju koil, kemudian koil menaikkan tegangan listrik dan

mengalirkannya ke busi, kemudian busi akan menghasilkan percikan

bunga api.

2. Dynamometer

Dynamometer terdiri dari suatu rotor yang digerakkan oleh motor

yang akan diukur dan berputar dalam medan magnet. Kekuatan medan

magnetnya dikontrol dengan mengubah arus sepanjang susunan kumparan

yang ditempatkan pada kedua sisi rotor. Rotor ini berfungsi sebagai

konduktor yang memotong medan magnet. Karena pemotongan medan

magnet tersebut maka terjadi arus dan arus diinduksikan dalam rotor

sehingga rotor menjadi panas.

3.8. Metode Pengujian

Sebelum pengujian torsi dan daya dilakukan, untuk menghasilkan

hasil pengujian yang optimal dan valid maka bahan uji harus dalam

kondisi baik. Sepeda motor harus diservis terlebih dahulu secara

menyeluruh, dan juga alat-alat yang akan digunakan dalam pengujian

harus dilakukan kalibrasi terlebih dahulu. Aspek keselamatan merupakan

hal yang paling utama yang harus diperhatikan dalam suatu pengujian.

Gambar

Gambar 2.3. Skema Gerakan Torak 2 Langkah (Sumber : Satibi, 2013)
Gambar bagian-bagian dari busi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.9. Grafik Tekanan vs Sudut Engkol
Gambar 3.5. 3 Jenis Busi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Torsi dan daya yang dihasilkan pada penggunaan bahan bakar pertamax menghasilkan torsi dan daya paling tinggi dibanding dengan bahan bakar premium dan pertalite, hal ini

Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian kajian tentang perbandingan premium – etanol dengan pertamax pada motor 4 langkah 225 cc yaitu pada pencampuran bahan bakar

Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian tentang penggunaan bahan bakar bensin premium, pertamax, dan pertamax plus untuk meneliti daya dan torsi yang dihasilkan,

Pada uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa busi DENSO IU27 memiliki nilai torsi tertinggi yaitu 10.63 rpm dengan putaran mesin 4860 rpm, di bandingkan dengan 7 busi

Hasil pengujian kinerja motor setelah porting dan polishing lubang intake dan exhaust dengan menggunakan bahan bakar Pertamax (Gambar 4.1) menghasilkan torsi maksimum

Dari hasil penelitiann komsumsi bahan bakar spesifik, menggunakan premium, pertalite dan pertamax menunjukkan komsumsi bahan bakar premium lebih tinggi dari pada

Dalam penelitian ini akan mencoba untuk menganalisis campuran bahan bakar premium dengan nilai Oktan 88 dengan pertamax plus yang mempunyai nilai Oktan 95

Hasil pengujian mengenai pengaruh penggunaan bahan bakar premium, pertamax dan pertamax plus terhadap unjuk kerja motor bakar bensin dimana mereka melakukan