UNJUK KERJA MOTOR 2 LANGKAH 135 CC
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Sarjana Strata-1
Pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh : ILHAM HAFIZZULLAH
20100130025
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I. PENDAHULAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 2
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI ... 4
2.1 Kajian Pustaka ... 4
2.2 Dasar Teori... 5
2.2.1 Pengertian Motor Bakar ... 5
2.2.2 Prinsip Kerja Motor Bakar ... 6
2.2.2.1 Motor Bensin 4 Langkah ... 6
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
2.2.5 Kestabilan Kimia dan Kebersihan Bahan Bakar ... 22
2.2.6 Sistem Pembakaran ... 22
2.2.7 Efisiensi Bahan Bakar dan Efisiensi Panas ... 23
2.2.8 Sistem Pengapian ... 24
2.2.9 Dynamometer Test ... 24
2.2.9.1 Manfaat Umum Penggunaan Dynamometer ... 26
2.2.10 Perhitungan Torsi, Daya dan Konsumsi Bahan Bakar
3.6 Parameter Yang Digunakan Dalam Perhitungan ... 43
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
3.8 Metode Pengujian ... 45
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 46
4.1 Perhitungan ... 46
4.2 Pembahasan Hasil Pengujian Daya dan Torsi Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertalite dan Pertamax... 48
4.2.1 Torsi (N.m) ... 48
4.2.2 Daya (HP) ... 50
4.3 Pembahasan Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar (mf) Terhadap Pengaruh Penggunaan Pada Bahan Bakar Premium, Pertalite, dan Pertamax ... 51
4.4 Pembahasan Hasil Pengujian Emisi Gas Buang Terhadap Pengaruh Penggunaan Pada Bahan Bakar Premium, Pertalite dan Pertamax ... 54
4.4.1 Karakteristik Emisi Gas Buang CO Pada Bahan Bakar Premium, pertalite dan pertamax ... 54
4.4.2 Karakteristik Emisi Gas Buang CO₂ Pada Bahan Bakar Premium, pertalite dan pertamax ... 56
4.4.3 Karakteristik Emisi Gas Buang HC Pada Bahan Bakar Premium, pertalite dan pertamax ... 58
4.4.4 Karakteristik Emisi Gas Buang O₂ Pada Bahan Bakar Premium, pertalite dan pertamax ... 60
4.4.5 Karakteristik Emisi Gas Buang λ Pada Bahan Bakar Premium, pertalite dan pertamax ... 62
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
5.1 Kesimpulan ... 64
5.2 Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir 20100130025 Tahun 2016
KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR PREMIUM, PERTALITE DAN PERTAMAX TERHADAP
UNJUK KERJA MOTOR 2 LANGKAH 135 CC Ilham hafizzullah
INTISARI
Pada mesin 2-langkah peran bahan bakar sangatlah penting untuk meningkatkan performa mesin. Untuk mendapatkan kinerja mesin yang maksimal maka dilakukan pengujian bahan bakar premium, pertalite dan pertamax. Maka dalam hal ini perlu dilakukan penelitian tentang kinerja mesin yang dihasilkan jika kondisi mesin menggunakan bahan bakar premium, pertalite dan pertamax.
Dalam penelitian ini diambil data Torsi (T), Daya (P), konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang dengan kondisi mesin standar. Pengambilan data Torsi (T) dan Daya (P) menggunakan metode throttle spontan adalah motor ditarik bukaan throttle secara spontan mulai dari 4000 RPM sampai 10000 RPM. Tahapan dalam throttle spontan ini pertama-tama motor dihidupkan kemudian dimasukkan presneling 1 sampai dengan 4, kemudian throttle dipertahankan pada 4000 RPM setelah stabil pada 4000 RPM baru throttle secara spontan sampai 10.000 RPM.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Torsi tertinggi pada bahan bakar pertamax yaitu 18,63 N.m pada putaran 8739 rpm dan 8750 rpm. Daya tertinggi pada bahan bakar pertamax yaitu 23,7 HP pada putaran 9245 rpm. Torsi dan daya yang dihasilkan pada penggunaan bahan bakar pertamax menghasilkan torsi dan daya paling tinggi dibanding dengan bahan bakar premium dan pertalite, hal ini terjadi karena bahan bakar pertamax memiliki angka oktan 92. Semakin tinggi angka oktan suatu bahan bakar maka semakin besar kecenderungan mesin tidak mengalami ketukan (knocking). Dengan demikian pembakaran menjadi lebih sempurna sehingga torsi dan daya yang dihasilkan lebih tinggi.
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Setiap tahun pemilik kendaraan bermotor semakin bertambah dengan
jumlah yang tidak sedikit baik sepeda motor maupun mobil. Disetiap keluaran
terbaru memiliki kelebihan-kelebihan yang ditawarkan, tapi tidak menutup
kemungkinan juga ada kelemahannya. Contoh motor 2 langkah yang masih
digemari banyak orang karena memiliki akselerasi kecepatan yang baik, daya
yang besar, getarannya kecil, konstruksi sederhana sehingga perawatan mesin
lebih mudah, oli mesin knalpotnya lebih awet.
Selain itu motor 2 langkah juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya
pemakaian bahan bakar lebih boros, polusi yang ditimbulkan lebih banyak karena
mengeluarkan asap yang tebal, pelumasan pada dinding silinder kurang sempurna
sehingga memerlukan oli pelumas tambahan. Kendaraan bermotor sekarang sudah
berkembang, dimana kendaraan-kendaraan modern tersebut diproduksi dengan
rasio kompresi yang tinggi, oleh karena itu motor membutuhkan kandungan oktan
yang tinggi agar mendapatkan effisiensi termal yang lebih baik, sementara itu
premium memiliki kandungan oktan yang rendah dan bahkan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan motor tersebut, apalagi dengan motor-motor bertenaga
besar.
Untuk mendapatkan rasio kompresi yang tinggi perlu bahan bakar dengan
oktan yang tinggi pula agar tidak terjadi knocking pada motor. Seharusnya
motor-motor modern tersebut menggunakan bahan bakar dengan kandungan oktan yang
tinggi agar mendapatkan effisiensi termal yang baik.
Pertamina mengeluarkan beberapa produk yang dipasarkan di Indonesia,
yaitu premium dengan kandungan oktan 88, pertalite dengan kandungan oktan 90,
dan pertamax dengan kandungan oktan 92. Maka perlu diadakannya peralihan
penggunaan bahan bakar yang mampu untuk memenuhi kebutuhan motor
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
kebutuhan motor tersebut karena memiliki kandungan oktan tertinggi, sehingga
motor dapat bekerja dengan performa maksimal.
Tetapi pada kenyataannya masih banyak yang menggunakan bahan bakar
premium, hal ini dikarenakan adanya subsidi dari pemerintah sehingga harga
premium tersebut menjadi jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga
pertalite dan pertamax. Sementara itu pemerintah menggalakkan masyarakat
untuk menggunakan bahan bakar non subsidi.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana performa mesin 2 langkah 135 cc jika menggunakan
bahan bakar premium, pertalite dan pertamax.
2. Seberapa besar selisih kinerja motor 2 langkah 135 cc jika
dibandingkan ketika menggunakan bahan bakar premium, pertalite dan
pertamax.
3. Bagaimana emisi gas buang motor 2 langkah 135 cc jika menggunakan
bahan bakar premium, pertalite dan pertamax.
1.3 Batasan Masalah
Untuk memfokuskan pembahasan pada penelitian ini, maka ruang lingkup
pembahasannya dipersempit dengan memberikan batasan-batasan masalah
sebagai berikut :
1. Motor yang digunakan pada penelitian ini adalah Yamaha RX King 135
cc.
2. Pengujian menggunakan bahan bakar premium, pertalite dan pertamax.
3. Pengambilan data torsi, daya, dan SFC pada posisi gear ke 5.
4. Alat uji Dynotest di Mototech Yogyakarta.
5. Unsur-unsur yang diamati adalah Torsi, Daya, Emisi gas buang, Konsumsi
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui perbandingan torsi, daya, dan konsumsi bahan bakar pada
kinerja motor 2 langkah 135 cc jika menggunakan bahan bakar premium,
pertalite, dan pertamax.
2. Mengetahui perbandingan emisi gas buang yang dihasilkan dari bahan
bakar premium, pertalite, dan pertamax terhadap kinerja motor 2 langkah
135 cc.
1.5 Manfaat
Dari hasil penelitian dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Pemilihan bahan bakar yang tepat untuk kendaraan bermotor.
2. Mengetahui unjuk kerja motor mesin 2 langkah 135 cc.
3. Memberikan informasi kepada peneliti dan masyarakat tentang pengaruh
penggunaan bahan bakar terhadap karakteristik unjuk kerja pada mesin 2
langkah 135 cc.
4. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar acuan untuk memodifikasi
sistem penyuplai bahan bakar dari sistem karburator menjadi injeksi dan
pengembangan selanjutnya.
5. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Setiawan, 2011, melakukan penelitian "Studi Eksperimental Tentang
Kinerja Motor 2 Langkah 150 cc". Adapun hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan pada putaran mesin rendah, gaya yang tercatat kecil, semakin tinggi
putaran mesin gaya yang tercatat semakin besar. Torsi puncak sebesar 14,55 Nm
pada putaran mesin 8800 RPM dan daya terbesar terjadi sebesar 17,97 HP pada
putaran mesin 8800 Rpm. SFC terbaik sebesar 0,422 kg/kW.jam pada putaran
mesin 10000 RPM.
Apriliyani, 2002, melakukan penelitian "Pengaruh Pemakaian Bahan
Bakar Premium Pertamax Dan Bensol Terhadap Unjuk Kerja Mesin Dua
Langkah". Adapun hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemakaian bahan
bakar Pertamax dan Bensol mesin akan mengalami kenaikan Torsi, Daya dan
tekanan effektif rata-rata. Pada putaran 6000 rpm pemakain bahan bakar Pertamax
meningkat Torsi 0,21 Nm, Daya 0,31 kW, tekanan effektif rata-rata 11,39 kPa,
dan SFC 0,0097 kg/kWh terhadap pemakaian bahan bakar Premium. Pemakaian
bahan bakar Bensol meningkatkan Torsi 1,26 Nm, Daya 0,79 kW dan tekanan
effektif rata-rata 70,88 kPa dan SFC 0,0206 kg/kWh terhadap pemakaian bahan
bakar Premium.
Mahendro, 2010, melakukan penelitian "Pengaruh Pemakaian Bahan
Bakar Shell Super, Petronas Primax 92 Dan Pertamax Terhadap Unjuk Kerja
Motor Empat Langkah". Adapun hasil dari penelitian tersebut menggunakan
metode gas spontan bahan bakar Petronas Primax 92 menghasilkan daya, torsi
BMEP tertinggi. Kinerja rata-rata terdapat perbedaan ± 2,5% antara penggunaan
bahan bakar yang satu dengan yang lain. Sedangkan dengan metode gas per rpm
bahan bakar Petronas Primax 92 menghasilkan daya tertinggi dan bahan bakar
Shell Super menghasilkan torsi dan BMEP tertinggi. Kinerja rata-rata terdapat
perbedaan ± 7,3% antara penggunaan bahan bakar yang satu dengan yang lain.
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
perbedaan ± 9,7% antara bahan bakar yang satu dengan yang lain. Effisiensi
termal (ηbt) tertinggi diperoleh menggunakan Shell Super. Perbandingan
effisiensi termal (ηbt) terdapat perbedaan ± 4% antara bahan bakar yang satu
dengan yang lain. Dari pemaparan diatas dapat dapat diambil kesimpulan
penggunaan bahan bakar yang paling effisien dalam konsumsi bahan bakar
menggunakan Shell Super, tapi jika menginginkan akselerasi yang cepat dapat
menggunakan bahan bakar Petronas Primax 92.
Tarmuji, 2010, melakukan peneletian"Investigasi Pengaruh Penggantian
Sistem Suplai Bahan Bakar Dan Komponen Pengapian Terhadap Daya, Torsi,
Konsumsi Bahan Bakar, Emisi Gas Buang Dan Kebisingan Suara Pada Motor
Empat Langkah 110 cc". Adapun hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Daya
maksimal pada putaran 8000 RPM, konsumsi bahan bakar (mf) pada kondisi ini lebih irit, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) rendah karena daya torsi rendah,
tingkat kebisingan suara knalpot terukur pada kisaran aman untuk pendengaran
manusia, karena nilai kebisingan sekitar 91.82 dB yang masih diperoleh dalam
waktu 2 jam. Hal ini konstruksi knalpot standart terdapat sekat-sekat peredam
suara sehingga suaranya menjadi nyaring.
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Pengertian Motor Bakar
Motor bakar adalah salah satu jenis mesin kalor, yaitu mesin yang
mengubah energy termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah tenaga
kimia bahan bakar menjadi tenaga mekanis. Sebelum menjadi tenaga mekanis,
energi kimia bahan bakar diubah dulu menjadi energy termal atau panas melalui
pembakaran bahan bakar dengan udara. Pembakaran ini ada yang dilakukan di
dalam mesin kalor itu sendiri dan ada juga yang dilakukan di luar mesin kalor.
Motor bakar terbagi menjadi 2 (dua) jenis utama, yaitu motor diesel dan
motor bensin. Perbedaan umum terletak pada sistem penyalaannya. Penyalaan
pada motor bensin terjadi karena loncatan bunga api listrik yang dipercikkan oleh
busi atau juga sering disebut Spark Ignition Engine, sedangkan pada motor diesel
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
bakar disemprotkan oleh Nozzle atau juga sering disebut Compression Ignition
Engine. Persyaratan ini dapat terpenuhi apabila perbandingan kompresi yang
digunakan cukup tinggi, yaitu berkisar 12-25. (Arismunandar, 1988).
Motor bakar dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam, yaitu sebagai
berikut:
a. Berdasarkan sistem pembakarannya
a) Motor pembakaran dalam
Mesin pembakaran dalam atau sering disebut sebagai Internal
Combustion Engine (ICE), yaitu dimana proses pembakarannya
berlangsung di dalam motor bakar itu sendiri sehingga gas
pembakaran yang terjadi sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja.
b) Motor pembakaran luar
Motor pembakaran luar atau sering disebut Eksternal Combustion
Engine (ECE) yaitu dimana proses pembakaran terjadi di luar
mesin, energi dari gas hasil pembakaran dipindahkan ke fluida
kerja mesin.
2.2.2 Prinsip Kerja Motor Bakar
Prinsip kerja motor bakar dibedakan menjadi 2 yaitu motor 4 langkah dan 2
langkah.
2.2.2.1 Motor Bensin 4 Langkah
Motor bensin 4 langkah (Four stroke engine) adalah sebuah mesin dimana
untuk menghasilkan sebuah tenaga memerlukan empat proses langkah naik-turun
piston, dua kali rotasi kruk as, dan satu putaran camshaft. Dapat diartikan juga
sebagai motor yang setiap satu kali pembakaran bahan bakar memerlukan 4
langkah dan 2 kali putaran poros engkol, dapat dilihat pada (Gambar 2.2) sebagai
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Gambar 2.1 Skema Gerakan Torak 4 langkah (Sumber: Arismunandar, 2005)
Prinsip kerja motor 4 langkah dapat dijelaskan sebagai berikut :
Langkah hisap :
Gambar 2.2 Skema langkah hisap torak motor 4 langkah (Sumber: Arismunandar, 2005)
Prosesnya sebagai berikut:
Torak bergerak dari TMA ke TMB
Katup masuk terbuka, katup buang tertutup
Campuran bahan bakar dengan udara yang telah tercampur di dalam karburator masuk ke dalam silinder melalui katup masuk (katup inlet).
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Langkah kompresi :
Gambar 2.3 Skema langkah kompresi torak motor 4 langkah (Sumber: Arismunandar, 2005)
Tujuan dari langkah kompresi adalah untuk meningkatkan temperatur
sehingga campuran udara-bahan bakar dapat bersenyawa. Pada proses ini pemicu
bunga api berasal dari percikan api busi.
Prosesnya sebagai berikut:
Torak bergerak dari TMB ke TMA.
Katup masuk dan katup buang kedua-duanya tertutup sehingga gas yang telah dihisap tidak keluar pada waktu ditekan oleh torak yang
mengakibatkan tekanan gas akan naik.
Beberapa saat sebelum torak mencapai TMA busi mengeluarkan api.
Gas bahan bakar yang telah mencapai tekanan tinggi terbakar.
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Langkah kerja / ekspansi :
Gambar 2.4 Skema Langkah Kerja (ekspansi) torak motor 4 langkah (Sumber: Arismunandar, 2005)
Prosesnya sebagai berikut:
Katup masuk dan katup buang dalam keadaan tertutup.
Gas terbakar dengan tekanan yang tinggi akan mengembang kemudian menekan torak turun ke bawah dari TMA ke TMB.
Tenaga ini disalurkan melalui batang penggerak, selanjutnya oleh poros engkol diubah menjadi gerak berputar.
Langkah pembuangan :
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Langkah buang menjadi sangat penting untuk menghasilkan operasi kinerja
mesin yang lembut dan efisien. Piston bergerak mendorong gas sisa pembakaran
keluar dari silinder menuju pipa knalpot. Proses ini harus dilakukan dengan total,
dikarenakan sedikit saja terdapat gas sisa pembakaran yang tercampur bersama
pemasukkan gas baru akan mengurangi potensial tenaga yang dihasilkan.
Prosesnya sebagai berikut:
Katub buang terbuka, katub masuk tertutup.
Torak bergerak dari TMB ke TMA.
Gas sisa pembakaran terdorong oleh torak keluar melalui katup buang. 2.2.2.2 Motor Bensin 2 Langkah
Motor bensin 2 langkah adalah mesin yang proses pembakarannya
dilaksanakan dalam satu kali putaran poros engkol atau dalam dua kali gerakan
piston.
Gambar 2.6 Skema Gerakan Torak 2 Langkah (Sumber : Jama, 2008 )
Gambar di atas merupakan kerja pada motor 2 langkah. Jika piston bergerak
naik dari titik mati bawah ke titik mati atas maka saluran bilas dan saluran buang
akan tertutup. Dalam hal ini bahan bakar dan udara dalam ruang bakar
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
engkol, beberapa derajat sebelum piston mencapai titik mati atas, busi akan
meloncatkan api sehingga terjadi pambakaran bahan bakar.
Prinsip kerja dari motor 2 langkah :
Langkah hisap :
Torak bergerak dari TMA ke TMB.
Pada saat saluran bilas masih tertutup oleh torak, dalam bak mesin terjadi kompresi terhadap campuran bensin dengan udara.
Di atas torak, gas sisa pembakaran dari hasil pembakaran sebelumnya sudah mulai terbuang keluar saluran buang.
Saat saluran bilas terbuka, campuran bensin dengan udara mengalir melalui saluran bilas terus masuk kedalam ruang bakar.
Langkah kompresi :
Torak bergerak dari TMB ke TMA.
Rongga bilas dan rongga buang tertutup, terjadi langkah kompresi dan setelah mencapai tekanan tinggi busi memercikkan bunga api listrik untuk
membakar campuran bensin dengan udara.
Pada saat yang bersamaan, di bawah (di dalam bak mesin) bahan bakar yang baru, masuk dalam bak mesin melalui saluran masuk.
Langkah kerja/ekspansi :
Torak kembali dari TMA ke TMB akibat tekanan besar yang terjadi pada waktu pembakaran bahan bakar
Saat itu torak turun sambil mengkompresi bahan bakar baru di dalam bak mesin.
Langkah buang :
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Pada saat yang sama bahan bakar baru masuk ke dalam ruang bahan bakar melalui rongga bilas.
Setelah mencapai TMB kembali, torak mencapai TMB untuk mengadakan langkah sebagai pengulangan dari yang dijelaskan di atas.
2.2.3 Sistem Pada Motor Bakar 2.2.3.1 Sistem Bahan Bakar
Motor bensin merupakan jenis dari motor bakar, motor bensin kebanyakan
dipakai sebagai kendaraan bermotor yang berdaya kecil seperti mobil, sepeda
motor, dan juga untuk motor pesawat terbang. Pada motor bensin selalu
diharapkan bahan bakar dan udara itu sudah tercampur dengan baik sebelum
dinyalakan oleh busi. Pada motor bakar sering memakai sistem bahan bakar
menggunakan karburator. Pada gambar (2.7) diterangkan skema sistem
penyaluran bahan bakar.
Gambar 2.7 Skema sistem penyaluran bahan bakar (Sumber: Arismunandar, 2005)
Pompa bahan bakar memompakan bahan bakar dari tangki bahan bakar ke
karburator untuk memenuhi jumlah bahan bakar yang harus tersedia tersedia
dalam karburasi. Pompa ini terutama dipakai apabila letak tangki lebih rendah dari
pada letak karburator. Untuk membersihkan bahan bakar dari kotoran yang dapat
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
karburator, digunakan saringan atau filter. Sebelum masuk ke dalam saringan,
udara mengalir melalui karburator yang mengatur pemasukan, percampuran, dan
pengabutan bahan bakar ke dalam, sehingga diperoleh perbandingan campuran
bahan bakar dengan dengan udara yang sesuai dengan keadaan beban dan
kecepatan poros engkol. Penyempurnaan percampuran bahan bakar udara tersebut
berlangsung baik di dalam saluran isap maupun di dalam silinder sebelum
campuran itu terbakar. Campuran itu haruslah homogen serta perbandinganya
sama untuk setiap silinder, campuran yang kaya (rich fuel) diperlukan dalam
keadaan tampa beban dan beban penuh sedangkan campuran yang miskin (poor
fuel) diperlukan untuk oprasi normal.
2.2.3.2 Bahan Bakar
Bahan bakar (fuel) adalah segala sesuatu yang dapat terbakar, misalnya :
kertas, kayu, minyak tanah, batu bara, bensin, dan sebagainya. Untuk melakukan
pembakaran diperlukan beberapa unsur, yaitu :
a. Bahan bakar
b. Udara
c. Suhu untuk mulai pembakaran
Terdapat beberapa jenis bahan bakar, antara lain :
a. Bahan bakar padat
b. Bahan bakar cair
c. Bahan bakar gas
Kriteria umum yang harus dipenuhi bahan bakar yang akan digunakan
untuk motor bakar adalah sebagai berikut :
a. Proses pembakaran bahan bakar dalam silinder harus secepat
mungkin dan panas yang dihasilkan harus tinggi.
b. Bahan bakar yang digunakan harus tidak meninggalkan endapan
atau deposit setelah proses pembakaran terjadi karena akan
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
c. Gas sisa pembakaran harus tidak berbahaya pada saat dilepaskan
ke atmosfer.
Karakteristik paling utama yang diperlukan dalam bahan bakar bensin
adalah sifat pembakaranya. Dalam pembakaran normal, campuran uap bensin dan
udara harus terbakar seluruhnya secara teratur dalam suatu front nyala yang
menjalar dengan rata dari busi pada mesin. Sifat pembakaran bensin biasanya
diukur dengan angka oktan.
2.2.3.2.1 Premium
Bahan bakar bensin adalah pemurnian dari naptha yang komposisinya
dapat digunakan untuk bahan bakar. Naptha adalah semua jenis minyak ringan
(light oil) yang memiliki sifat antara bensin (gasoline) dan kerosin. Kata bensin
berasal dari kata benzene (C6H6) bagian dari minyak bumi mentah yang berupa
campuran bahan hidrokarbon. Bensin sangat mudah menguap yaitu pada suhu 40o
C sebanyak 30-16 % kepadatan sekitar 700-750 kg/m, sifat mudah menguap
mempunyai akibat bahwa setelah dikabutkan menjadi tetesan-tetesan halus yang
dapat disalurkan ke dalam silinder oleh aliran udara. Bensin yang dapat
dipasarkan diberi tambahan zat aditif untuk memperbaiki sifat-sifat agar tidak
mudah menggumpal bila disimpan lama.
Bensin untuk motor-motor automobile terdiri dari campuran fluida sebagai
berikut:
a. Straight run naptha yaitu minyak bumi yang mendidih sampai suhu
400oF.
b. Reformed naptha diperoleh dengan cara pengolahan termis.
c. Casing head gasoline diperoleh dari hasil proses distilisasi kering gas
alam (natural gas).
Bahan bakar jenis distilat berwarna kekuning-kuningan yang jernih.Warna
kuning tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan. Penggunaan premium pada
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
9 Uji dokter atau belerang mercapatan 0,00
10 Warna kuning 2
(Sumber : Keputusan Dirjen Migas No. 940/34/DJM/2002)
Bensin premium mempunyai sifat anti ketukan yang baik dan dapat
dipakai pada mesin kompresi tinggi pada saat semua kondisi. Sifat-sifat yang
perlu dipertahankan pada bahan bakar bensin adalah :
a. Kecepatan menguap (volatility)
b. Kualitas pengetukan (kecenderungan berdetonasi)
c. Kadar belerang
d. Titik nyala
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Bahan bakar mesin merupakan persenyawaan hidrokarbon yang diolah
dari minyak bumi. Untuk mesin bensin dipakai bensin dan untuk mesin diesel
disebut minyak diesel atau sering disebut solar. Sedangkan premium adalah
bensin dengan mutu yang diperbaiki. Unsur utama bensin adalah carbon (C) dan
hydrogen (H).
Bensin terdiri dari octane (C8H18) dan nepthane (C7H16). Pemilihan bensin
sebagai bahan bakar berdasarkan pertimbangan dua kualitas, yaitu nilai kalor
(calorific value) yang merupakan sejumlah energy panas yang bisa digunakan
untuk menghasilkan kerja/usaha dan volatility yang mengukur seberapa mudah
bensin akan menguap pada suhu rendah. Dua hal tadi perlu dipertimbangkan
karena semakin tinggi nilai kalor, volatilitynya akan turun, padahal volatility yang
rendah dapat menyebabkan bensin susah untuk terbakar.
Perbandingan campuran bensin dan udara harus ditentukan sedemikian
rupa agar bisa diperoleh efisiensi dan pembakaran yang sempurna. Secara tepat
perbandingan campuran bensin dan udara yang ideal (perbandingan
stoichiometric) untuk proses pembakaran yang sempurna pada mesin adalah 1 :
14,7. Namun pada prakteknya, perbandingan campuran optimum tersebut tidak
bisa diterapkan terus menerus pada setiap keadaan oprasional, contohnya saat
putaran ideal (langsam) dan beban penuh kendaraan mengkonsumsi campuran
udara bensin bisa mendekati yang ideal. Dikatakan campuran kurus/miskin, jika di
dalam campuran bensin dan udara tersebut terdapat lebih dari 14,7 prosentase
udara. Sedangkan jika kurang dari angka trsebut disebut campuran kaya/gemuk.
Untuk mengetahui apakah campuran bahan bakar yang masuk kedalam
ruang bakar mempunyai rasio yang tepat, bisa melihat kondisi motor di bagian
ruang bakar dan performa saat dinyalakan.
Campuran yang terlalu kurus/miskin, bisa ditandai dengan kondisi sebagai
berikut:
a. Electrode pada busi berwarna putih.
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
c. Mesin terasa cepat panas dan sulit dihidupkan.
d. Mesin terjadi detonasi.
Campuran yang terlalu gemuk/kaya, bisa ditandai dengan kondisi sebagai berikut:
a. Electrode pada busi berwarna hitam dan basah.
b. Gas buang berwarna hitam
c. Bahan bakar sangat boros
d. Putaran mesin tidak stabil
e. Banyak deposit karbon di dalam ruang bakar
f. Mesin sulit untuk dinyalakan
Campuran yang tepat akan menghasilkan pembakaran yang sempurna
sehingga busi berwarna coklat keabu-abuan dan kering, deposit karbon tidak
banyak terbentuk, putaran mesin stabil dan mesin mudah dinyalakan.
2.2.3.2.2 Pertalite
Pertalite adalah bahan bakar minyak terbaru dari Pertamina dengan RON
90. Pertalite dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses
pengolahannya di kilang minyak. Pertalite diluncurkan tanggal 24 Juli 2015 sebagai varian baru bagi konsumen yang menginginkan BBM dengan kualitas di atas Premium, tetapi dengan harga yang lebih murah daripada Pertamax.
Harga pertalite dijual perdana dengan harga promo Rp 8.400/liter per 21 Juli 2015, sehingga berselisih lebih tinggi sebesar Rp 1.100/liter dengan Premium (pada waktu itu). Pertalite diuji coba di 101 SPBU yang tersebar pada sekitar wilayah Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya. Selain itu, Pertalite memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan Premium. Pertalite direkomendasikan untuk kendaraan yang memiliki kompresi 9,1-10,1 dan mobil keluaran tahun 2000 ke atas, terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan Electronic Fuel Injection (EFI) dan catalytic converters (pengubah katalitik).
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
88.Sehingga sesuai digunakan untuk kendaraan roda dua, hingga kendaraan multi purpose vehicle ukuran menengah. Hasil uji yang dilakukan Pertamina, untuk kendaraan seperti Toyota Avanza/Daihatsu Xenia, satu liter Pertalite mampu menempuh jarak 14,78 Km. Sementara, satu liter Premium mampu menempuh jarak 13,93 Km.
Tabel 2.2 Spesifikasi Pertalite
NO Sifat Min Max
1 Angka oktana riset RON 90
2 Kandungan Pb (gr/lt) -Injeksi timbal tidak diijinkan -Dilaporkan
9 Korosi bilah tembaga (merit) Kelas 1
10 Sulfur mercaptan 0,002
11 Warna Hijau
(Sumber :Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 313 Tahun 2013 tentang Spesifikasi BBM RON 90)
Untuk membuat Pertalite komposisi bahannya adalah nafta yang memiliki RON 65-70, agar RON-nya menjadi RON 90 maka dicampurkan HOMC (High Octane Mogas Component), HOMC bisa juga disebut Pertamax, percampuran
HOMC yang memiliki RON 92-95, selain itu juga ditambahkan zat aditif EcoSAVE. Zat aditif EcoSAVE ini bukan untuk meningkatkan RON tetapi agar mesin menjadi bertambah halus, bersih dan irit.
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
1. Pelarut dry cleaning (pencuci) 2. Pelarut karet
3. Bahan awal etilen
4. Bahan bakar jet dikenal sebagai JP-4
b. HOMC (High Octane Mogas Component), merupakan produk naphtha
(komponen minyak bumi) yang memiliki struktur kimia bercabang dan ring (lingkar) berangka oktan tinggi (daya bakar lebih sempurna dan instant cepat), Oktan diatas 92, bahkan ada yang 95, sampai 98 lebih. Kebanyakan merupakan hasil olah lanjut Naphtha jadi ber-angka oktane tinggi atau hasil perengkahan minyak berat menjadi HOMC. Terbentuknya oktane number tinggi adalah hasil perengkahan katalitik ataupun sintesa catalityc di reaktor kimia Unit kilang RCC/FCC/RFCC atau Plat Forming atau proses polimerisasi katalitik lainnya.
2.2.3.2.3 Pertamax
Pertamax merupakan merupakan bahan bakar ramah lingkungan
(unleaded) dengan nilai oktan yang tinggi hasil dari penyempurnaan produk
Pertamina sebelumnya. Formula barunya yang terbuat dari bahan baku berkualitas
tinggi memastikan mesin kendaraan bermotor bekerja dengan baik, lebih
bertenaga, “knock free”, rendah emisi, dan memungkinkan menghemat konsumsi
bahan bakar. Pertamax ditunjukan untuk kendaraan yang mengharuskan
penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan tanpa timbale (unleaded).
Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi di atas
tahun 1990 terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic
fuel injection dan catalytic converter. Bagi pengguna kendaraan yang diproduksi
tahun 1990 tetapi menginginkan peningkatan kinerja mesin kendaraanya juga
dapat menggunakan produk ini. Pertamax memiliki nilai oktan 92 dengan
stabilitas oksidasi yang tinggi dan kandungan olefin, aromatic dan benzene pada
level yang rendah sehingga menghasilkan pembakaran yang sempurna pada
mesin. Dilengkapi dengan adiktif generasi 5 dengan sifat detergency yang
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
bersih untuk menjaga kinerja mesin tetap optimal. Pertamax sudah tidak
menggunakan campuran 20 timbal dan metal lainya yang sering digunakan pada
bahan bakar lain untuk meningkatkan nilai oktan sehingga pertamax merupakan
bahan bakar yang bersahabat dengan lingkungan atau ramah lingkungan.
Tabel 2.3 Spesifikasi Pertamax
9 Uji dokter atau belerang mercapatan 0,00
10 Warna Biru 2
(Sumber : Keputusan Dirjen Migas No. 940/34/DJM/2002)
2.2.4 Angka Oktan
Angka oktan adalah suatu bilangan yang menunjukan sifat anti
ketukan/detonasi. Semakin tinggi angka oktan suatu bahan bakar maka semakin
besar kecenderungan mesin tidak mengalami ketukan. Angka oktan suatu bahan
bakar dapat ditentukan dengan bantuan mesin CFRE (Cooperative Fuel Research
Engine), dimana bahan bakar dibandingkan dengan bahan bakar rujukan yang
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
oktan bensin yang didefinisikan sama dengan persentase iso-oktan dalam bahan
bakar rujukan yang memberikan intensitas yang sama pada mesin uji.
Besar angka oktan bahan bakar tergantung pada presentase iso-oktan
(C8H18) dan normal heptana (C7H16) yang terkandung di dalamnya. Bensin yang
cenderung ke arah sifat heptane normal disebut bernila oktan rendah (angka oktan
rendah) karena mudah berdetonasi, sebaliknya bahan bakar yang lebih cenderung
kearah sifat iso-oktan (lebih sukar berdetonasi) dikatakan bernilai oktan tinggi
(angka oktan tinggi). Misalnya, suatu bensin dengan angka oktan 90 akan lebih
sukar berdetonasi daripada dengan bensin beroktan 70. Jadi kecenderungan bensin
untuk berdetonasi dinilai dari angka oktanya iso-oktan murni diberi indeks 100,
sedangkan heptana normal murni diberi indeks 0. Dengan demikian, suatu bensin
dengan angka oktan 90 berarti bahwa bensin tersebut mempunyai kecenderungan
berdetonasi sama dengan campuran yang terdiri atas 90% volume iso-oktan dan
10% volume heptana normal.
Untuk mendapat bensin dengan angka oktan cukup tinggi, produsen bensin
dapat menempuh dengan beberapa cara, antara lain :
a. Menambah aditif peningkat angka oktan seperti timbal-tetra-etil (TEL)
dan timbal-tetra-metil (TML). Namun penambahan zat-zat aditif ini
mengakibatkan gas-gas hasil pembakaran bensin dari kendaraan
mengandung timbal yang pada konsentrasi tertentu dapat menimbulkan
pencemaran dan mengganggu kesehatan.
b. Menggunakan komponen beroktan tinggi sebagai bahan ramuan,
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Tabel 2.4 Angka oktan untuk bahan bakar NO Jenis Bahan Bakar Angka Oktan
1 Premium 88
2.2.5 Kestabilan Kimia dan Kebersihan Bahan Bakar
Kestabilan kimia bahan bakar sangat penting, karena berkaitan dengan
kebersihan bahan bakar yang selanjutnya berpengaruh terhadap sistem
pembakaran dan sistem saluran.Pada temperature tinggi, sering terjadi polimer
yang berupa endapan-endapan gum. Endapan gum (getah) ini berpengaruh kurang
baik terhadap sistem saluran, misalnya pada katup-katup dan saluran bahan bakar.
2.2.6 Sistem Pembakaran
Secara umum pembakaran didefinisikan sebagai reaksi kimia atau reaksi
kesenyawaan bahan bakar dengan oksigen. Mekanisme pembakaran sangat
dipengaruhi oleh keadaan dari keseluruhan proses pembakaran, sebagaimana
diketahui bahwa bensin mengandung unsure-unsur karbon dan hidrogen.
Ada 3 teori mengenai terbentuknya hidrogen tersebut :
a. Hidrokarbon terbakar bersama-sama dengan oksigen sebelum karbon
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
b. Karbon terbakar lebih dahulu daripada oksigen.
c. Senyawa hidrokarbon terlebih dahulu bergabung dengan oksigen dan
membentuk senyawa (hidroxilasi) yang kemudian dipecah secara
thermis(Yaswaki, K, 1994).
Dalam pembakaran hidrokarbon tidak terjadi gejala apabila kondisinya
memungkinkan untuk proses hidroxilasi, hal ini akan terjadi apabila campuran
terdahulu (premixture) antara bahan bakar dengan udara mempunyai waktu yang
cukup, sehingga memungkinkan masuknya oksigen ke dalam senyawa
hidrokarbon (Yaswaki, K, 1994).
Bila oksigen dan hidrokarbon ini tidak tercampur dengan baik, maka akan
terjadi proses crackingdimana akan timbul asap, pembakaran semacam ini disebut
pembakaran tidak normal.
Ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi pada pembakaran motor bensin :
a. Pembakaran normal, dimana bahan bakar akan dapat terbakar seluruhnya
pada saat dan kendaraan yang dikehendaki.
b. Pembakaran tidak normal, dimana bahan bakar tidak ikut terbakar atau
tidak terbakar sama-sama pada saat dan keadaan yang dikehendaki.
2.2.7 Efisiensi Bahan Bakar dan Efisiensi Panas
Nilai kalor (panas) bahan bakar perlu diketahui, agar neraca kalor dari
motor dapat dibuat. Efisiensi atau tidak kerjanya suatu motor, ditinjau atas dasar
nilai kalor bahan bakarnya.Nilai kalor mempunyai hubungan dengan berat
jenis.Pada umumnya makin tinggi berat jenis maka makin rendah nilai
kalornya.Pembakaran dapat berlangsung dengan sempurna, tetapi juga dapat tidak
sempurna.
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
a. Kerugian panas dalam motor menjadi besar, sehingga efisiensi motor
menjadi turun, usaha dari motor menjadi turun pada penggunaan bahan
bakar yang tetap.
b. Sisa pembakaran dapat menyebabkan pegas-pegas piston melekat pada
alurnya, sehingga tidak berfungsi lagi sebagai pegas torak.
c. Sisa pembakaran dapat pula melekat pada lubang pembuangan antara
katup dan dudukanya, terutama pada katup buang, sehingga katup tidak
menutup dengan rapat.
d. Sisa pembakaran yang telah menjadi keras yang melekat antara piston dan
dinding silinder menghalangi pelumasan, sehingga piston dan silinder
mudah aus.
Efisiensi bahan bakar dan efisiensi panas sangat menentukan bagi efisiensi
motor itu sendiri. Setiap motor mempunyai efisiensi yang berbeda-beda.
2.2.8 Sistem Pengapian
Fungsi pengapian adalah memulai pembakaran atau menyalakan campuran
bahan bakar dan udara pada saat dibutuhkan, sesuai dengan beban dan putaran
motor. Sumber api diambil dari tenaga listrik tegangan tinggi yang dapat
memercikan letusan api di antara elektroda busi. Sedangkan listrik tegangan tinggi
tersebut diperoleh dengan memanfaatkan magnet atau kumparan induksi dalam
koil.
2.2.9 Dynamometer Test
Dyno/dynamometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur
tenaga/kekuatan, gaya puntir (torsi). Contohnya adalah, tenaga yang dihasilkan
oleh mesin, yang dapat dihitung dengan mengukur secara simultan torsi dan
kecepatan rotasi per menit RPM (Revolutions Per Minute).
Dalam tulisan pertama telah dijelaskan bahwa horsepower merupakan
kemampuan untuk mengusung beban selama periode tertentu dan Torsi
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
sehingga memiliki sudut relatif yang mempengaruhi besarnya gaya yang
dihasilkan dalam suatu masa.
Gambar 2.8 Mesin dynamometer test
Manfaat utama dari alat dynamometer (dyno) adalah untuk mendapatkan
nilai torsi (torque) dan horsepower (HP) yang dihasilkan oleh mesin pada
RPM (Revolutions Per Minute) tertentu.
Mengetahui nilai torsi dan horsepower pada RPM tertentu sangat penting
diketahui di ajang motorsport. Hal ini agar para tuner dan pembalap tahu kondisi
mesin yang digunakan, baik sebelum dimodifikasi ataupun peningkatan nilai Torsi
dan HP setelah dilakukan modifikasi. Hal ini sangat penting mulai saat
penyetingan mesin hingga komponen yang ada dan tersambung dari flywheel
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Gambar 2.9 Torsi (Torque) dan Horsepower (HP) pada RPM tertentu (http://mobil.sportku.com)
2.2.9.1 Manfaat Umum Penggunaan Dynamometer
Pengetesan lewat Dynometer memberikan beberapa manfaat antara lain:
Aman, karena pengetesan mesin dari RPM paling rendah hingga RPM
tertinggi pada gigi transmisi perbandingan 1:1, dilakukan menggunakan
mesin dynamometer (dyno), dan bukan dilakukan di jalan umum.
Hasil yang pasti, karena pengetesan dilakukan dengan menggunakan
parameter testing yang dibuat khusus untuk mencari hasil Torsi dan
Horsepower
Pada bererapa mesin Dyno, tersedia spesifikasi kendaraan OEM, sehingga
operator Dyno tinggal memilih jenis kendaraaan dan tipe mesin
Pada bererapa mesin Dyno, tersedia Weather Station, dimana pengetesan
menggunakan suhu udara, tekanan udara yang sama dan konsisten,
sehingga alat Dyno mampu memberikan hasil Torsi dan Horsepower yang
akurat
Dengan menggunakan parameter yang konsisten, maka pengetesan dapat
dilakukan berulang kali dengan kondisi yang sama dan konsisten sehingga
alat Dyno mampu memberikan hasil lebih akurat
Hasil yang konsisten, karena kondisi pengetesan dapat dibuat konsisten
dengan melakukan setting suhu udara, tekanan udara dan berbagai
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Hasil dari Dyno ini dapat memperlihatkan kondisi mesin sebenarnya,
apakah mesin tersebut dalam kondisi pembakaran sempurna, dan berbagai hal
lainnya.Dengan adanya report untuk kebutuhan standard, maka pemilik kendaraan
dapat melakukan tuning sehingga performa kendaraan dapat kembali sesuai
dengan spesifikasi pabrik.
2.2.10 Perhitungan Torsi, Daya, dan Konsumsi Bahan Bakar Spesifik
Torsi adalah indicator baik dari ketersediaan mesin untuk kerja. Torsi
didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada jarak momen dan apabila
dihubungkan dengan kerja dapat ditunjukan dengan (Heywood, 1988):
T = F . L ………..(2.1)
T1 (Torsi Water Break Dynamometer ) = F . L (N.m)
T2 (Torsi Motor) = T1 : rasio gigi (N.m)
Dengan: T : torsi (N.m)
F : gaya yang terukur pada dynamometer (kgf)
L : x = panjang lengan pada dynamometer (0,21m)
Rasio gigi = 3,115
Daya adalah besar usaha yang dihasilkan oleh mesin tiap satuan waktu,
didefinisikan sebagai laju kerja mesin, ditunjukan dengan persamaan (Jhon B.
Heywood, 1988):
P = ……….(2.2)
Dengan : P : daya (W)
n : putaran mesin/dynamometer(RPM)
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Dalam hal ini daya secara normal diukur dalam kW, tetapi satuan HP
masih digunakan juga, dimana :
1HP = 0,7457 (kW)
1kW = 1,341 (HP)
Konsumsi bahan bakar spesifik adalah pemakaian bahan bakar yang
terpakai perjam untuk setiap daya yang dihasilkan pada motor bakar. Konsumsi
bahan bakar spesifik didefinisikan dengan persamaan (Aris munandar, 2002):
SFC = ………(2.3)
Dengan: ṁf =laju aliran bahan bakar masuk mesin
ṁf = pbb (kg/jam)
b = volume buret yang dipakai dalam pengujian (cc)
t = waktu yang diperlukan untuk pengosongan buret dalam
detik (s)
ρbb = massa jenis bahan bakar
ρbensin = 0,74 kg/l
P = daya mesin (kW)
Nilai kalor mempunyai hubungan berat jenis pada umumnya semakin
tinggi berat jenis maka semakin rendah kalornya. Pembakaran dapat berlangsung
dengan sempurna, tetapi juga dapat tidak sempurna. Jika bahan bakar tidak
mengandung bahan-bahan yang tidak dapat terbakar, maka pembakaran akan
sempurna sehingga hasil pembakaran berupa gas pembakaran saja.
Panas yang keluar dari pembakaran dalam silinder, motor akan
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
memperoleh tekanan yang lebih tinggi juga. Tetapi bilamana bahan bakar tidak
terbakar dengan sempurna, sebagian bahan bakar itu akan tersisa. Dengan
demikian akan terjadi pembakaran gas yang tersisa, apabila dibiarkan lama
kelamaan akan menjadi liat bahkan menjadi keras. Akibatnya, panas yang terjadi
tidak banyak, sehingga suhu dari gas pembakaran turun dan tekanan gas akan
turun juga. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembakaran yang kurang sempurna
dapat berakibat :
1. Kerugian panas dalam motor jadi besar, sehingga efisiensi motor menjadi
turun. Usaha dari motor turun juga pada penggunaan bahan bakar yang
tetap.
2. Sisa pembakaran terdapat juga pada lubang pembuangan antara katup dan
dudukannya, terutama pada katub buang sehingga katub tidak dapat
menutup dengan rapat. Sisa pembakaran yang telah menjadi keras yang
melekat antara torak dan dinding silinder menghalangi pelumasan,
sehingga torak dan silinder mudah aus.
3. Nilai kalor mempunyai hubungan berat jenis pada umumnya semakin
tinggi berat jenis maka semakin rendah kalornya. Pembakaran dapat
berlangsung dengan sempurna, tetapi juga dapat tidak sempurna. Jika
bahan bakar tidak mengandung bahan-bahan yang tidak dapat terbakar,
maka pembakaran akan sempurna sehingga hasil pembakaran berupa gas
pembakaran saja.
4. Panas yang keluar dari pembakaran dalam silinder, motor akan
memanaskan gas pembakaran sedemikian tinggi, sehingga gas-gas itu
memperolehtekanan yang lebih tinggi. Tetapi bilamana bahan bakar tidak
terbakar dengan sempurna, sebagian bahan bakar itu akan tersisa, dengan
demikian akan terjadi pembakaran gas yang tersisa, apabila dibiarkan lama
kelamaan akan menjadi liat bahkan menjadi keras. Akibatnya, panas yang
terjadi tidak banyak, sehingga suhu dari gas pembakaran turun dan tekanan
gas akan turun juga. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembakaran yang
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
5. Kerugian panas dalam motor menjadi bertambah, sehingga efisiensi motor
menjadi turun.
6. Sisa pembakaran terdapat pada lubang pembuangan antara katup dan
dudukannya, terutama pada katup buang sehingga katup tidak dapat
menutup dengan rapat.
2.2.11 Emisi Gas Buang
Emisi gas buang adalah sisa gas hasil pembakaran yang keluar melalui
saluran buang atau kenalpot, gas yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dibagi
menjadi tiga:
Dalam proses ini, yang terjadi adalah CO2. Apabila unsure-unsur oksigen
tidak cukup akan terjadi proses pembakaran yang tidak sempurna sehingga
karbon di dalam bahan bakar terbakar dalam suatu proses sebagai berikut:
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Pada kenyataanya gas CO yang dikeluarkan oleh mesin kendaraan banyak
dipengaruhi oleh perbandingan campuran dari jumlah suplai antara udara
dengan bahan bakar (setingan karburator) yang dihisap oleh mesin (A/F).
Jadi untuk mengurangi CO, perbandingan campuran ini harus dibuat kurus
(exses air), tetapi akibat lain HC dan NOx lebih mudah timbul serta output
mesin menjadi berkurang.
2. HC
Dari gas buang HC dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Bahan bakar yang tidak terbakar dan keluar menjadi gas hidrokarbon.
2. Bahan bakar terpecah karena reaksi panas berubah menjadi gugusan HC
yang lain, yang keluar bersama gas buang.
Berikut ini adalah sebab-sebab utama timbulnya HC:
a. Sekitar dinding-dinding ruang bakar yang bertemperatur rendah,
temperature itu tidak mampu melakukan pembakaran.
b. Adanya overlap (kedua valve sama-sama terbuka), jadi merupakan gas
pembilas.
3. NOx
Bila terjadi unsur-unsur N2 dan O2 pada temperature 1800-2000 oC akan
terjadi reaksi sebagai berikut:
N2O22NO
Gas NO dalam udara bebas berubah menjadi NO2, dalam pembakaran
mesin pada temperature 2000 oC gas NO akan terbuka. NOx dalam gas
buang terdiri dari 95% NO, 3-4% NO2 dan sisanya N2O, N2O3 dan
sebagainya.
Untuk memudahkan menganalisa kondisi mesin ada penjelasan sebagai
berikut ini:
1. CO tinggi: AFR terlalu kaya ( < 1.00). Secara umum CO menunjukan
angka efisiensi dari pembakaran di ruang bakar. Tingginya CO karena
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
2. Normal CO: AFR dekat atau tetap pada titik ideal (AFR 14,7 atau λ=
1.00) maka emisi CO tidak akan lebih dari 1% untuk sistem injeksi dan
2.5 untuk sistem karburator.
3. CO rendah: Sebenarnya tidak ada batasan dimana CO dikatakan terlalu
rendah. Konsumsi CO terkadang masih terlihat normal walaupun
campuran yang sangat kurus.
4. HC tinggi: Menunjukan adanya kelebihan bensin yang tidak terbakar
karena kegagalan sistem pengapian atau pembakaran yang tidak
sempurna. Konsentrasi HC diukur dalam satuan PPM (part per million).
Penyebab umumnya adalah sistem pengapian tidak sempurna, ada
kebocoran di intake manifold atau AFR.
5. Konsentrasi Oksigen: Menunjukan jumlah udara yang masuk ke ruang
bakar berbanding dengan jumlah bensin. Angka ideal berkisar 1%
hingga 2%.
6. Konsentrasi oksigen tinggi: AFR terlalu kurus.
7. Konsentrasi oksigen rendah: AFR terlalu kaya.
8. Konsentrasi CO2 tinggi: AFR berada dekat atau tepat pada kondisi
ideal.
9. Konsentrasi CO2 rendah: AFR terlalu kurus atau terlalu kaya dan
kebocoran pada exhaust system.
10. Konsentrasi senyawa NOx: Termasuk nitrit oksida (NO) dan nitrat
oksida (NO2) terbentuk bila temperatur ruang bakar mencapai lebih dari
2500oF (1350oC) dan bila mesin mendapat beban berat.
11. Konsentrasi NOx tinggi: AFR terlalu kurus.
12. Konsentrasi NOx rendah: Umumnya NOx adalah 0 PPM saat mesin
ideal.
Standar emisi gas buang pada umumnya pada kendaraan dapat dibagi
menjadi 3 kategori, yaitu:
1. System Carburator
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
3. System catalyst
Berikut ini adalah emisi gas buang standard EURO (Tedjo, 2013)
1. Emisi CO (Carbon Monoxide)
Mesin Carb : 1,5-3,5%
EFI : 0,5-1,5%
Cat : 0,0-0,2%
2. Emisi HC (hydro carbon)
Mesin Carb : 200-400 ppm
EFI : 50-200 ppm
Cat : 0-50 ppm
3. Emisi CO2 (carbondioxide)
Mesin Carb : 12-15%
EFI : 12-16%
Cat : 12-17%
4. Emisi O2 (oxygen)
Mesin Carb : 0,5-2%
EFI : 0,5-2%
Cat : 0%
Standar Indonesia (Tedjo, 2013)
Mesin Carb : Max CO 3,5%
Max HC 800% ppm
EFI : Max CO 2,5%
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat
3.1.1 Bahan Penelitian
1. Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin 2 langkah 135
cc dengan data sebagai berikut :
Gambar 3.1 Yamaha Rx King 135 cc
Tipe Mesin : 2 Langkah
Diameter x Langkah : 58,0 x 50,0 mm
Volume Silinder : 135 cc
Perbandingan Kompresi : 6,9 : 1
Kopling : Manual, Basah, Multiplat
Susunan Silinder : Satu/Miring
Gigi Transmisi : 5 Kecepatan
Pola Pengoperasian Gigi : 1-N-2-3-4-5
Karburator : VM 26 x 1 MIKUNI
Kapasitas Oli Samping : 1 Liter
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Busi : BP 8HS-10
Sistem Pengapian : CDI
Sistem Pelumas : Autolube
2. Bahan bakar yang digunakan pada penelitian ini adalah :
Bahan Bakar Premium
Gambar 3.2 Bahan Bakar Premium
Bahan Bakar Pertalite
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Bahan Bakar Pertamax
Gambar 3.4 Bahan Bakar Pertamax
3.1.2 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Dinamometer adalah alat yang untuk mengukur torsi sebuah mesin
Gambar 3.5 Dinamometer
2. Laptop berfungsi sebagai akuisasi dari data Dinamometer
3. Tachometer adalah alat untuk mengukur putaran mesin
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Gambar 3.6 Buret
5. Stop watch adalah alat menghitung waktu komsumsi bahan bakar
Gambar 3.7 Stop watch
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Gambar 3.8 Thermometer
7. Blower berfungsi sebagai mendinginkan mesin motor dalam pengujian.
3.2. Diagram Alir Penelitian
Penelitian dilakukan dengan prosedur sebagaimana ditunjukkan pada diagram
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Mulai
Setting motor dan dynamometer
Variasi bahan bakar : Premium, Pertalite dan Pertamax
Variasi kecepatan putaran : 4000 rpm – 10000 rpm
Gambar 3.9 Flowchart Pengujian Daya dan Torsi Menghidupkan Mesin
Persiapan alat dan bahan
Data Output (Kecepatan putaran, Daya, Torsi) didapat dari computer
Mematikan Mesin
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Pengolahan Data dan Analisa Data Daya dan Torsi
Pembahasan
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Mulai
Setting motor dan Burret
Variasi bahan bakar : Premium, Pertalite dan Pertamax
Variasi kecepatan putaran : 4000 rpm – 10000 rpm
Gambar 3.10 Flowchart Pengujian mf dan SFC Menghidupkan Mesin
Persiapan alat dan bahan
Pencatatan data hasil pengujian: waktu dan bahan bakar
Mematikan Mesin
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Pengolahan Data dan Analisa Data mf dan SFC
Pembahasan
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Mulai
Setting motor dan mesin emisi
Variasi bahan bakar : Premium, Pertalite dan Pertamax
Variasi kecepatan putaran : 4000 rpm – 10000 rpm
Gambar 3.11 Flowchart Pengujian Emisi Gas Buang Menghidupkan Mesin
Persiapan alat dan bahan
Data Output (RPM, CO, CO2, HC, O2, λ) didapat dari computer
Mematikan Mesin
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Pengolahan Data dan Analisa Data Perbandingan Emisi Gas Buang
Pembahasan
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
3.3 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di HENDRIANSYAH-MARGO MOTOR
CENTER untuk pengujian konsumsi bahan bakar, di Laboratorium Teknik UNY
untuk pengujian emisi gas buang, dan di Mototech Yogyakarta untuk pengujian
torsi dan daya.
3.4 Persiapan Pengujian
Persiapan awal yang harus diperhatikan sebelummelakukan penelitian atau
percobaan adalahkeadaan alat dan mesin yang digunakan supaya data yang
diperoleh lebih akurat dan teliti.Adapun langkah-langkah meliputi :
1. Sepeda motor
Sepeda motor sebelum digunakan untuk pengujian harus diperiksa
terlebih dahulu. Mesin, komponen motor lainnya, dan oli mesin harus
dalam keadaan bagus dan berada pada jumlah yang sudah diatur oleh
pabrik pembuatnya. Dalam pengujian mesin harus dalam keadaan steady
terlebih dahulu.
2. Karburator
Karburator yang akan digunakan harus diperiksa terlebih dahulu.
Terutama kotoran yang menempel pada main jet dan pilot jet harus
dibersihkan dahulu agar mendapatkan hasil yang tepat pada penelitian.
3. Knalpot
Knalpotdipasang pada dudukan gas buang. Pemasangan harus
benar-benar kencang dan rapat. Jangan ada gas yang bocor karena akan
mempengaruhi tekanan gas buang yang keluar dari knalpot. Yaitu dengan
memasangkan perpak knalpot.
4. Alat Ukur
Alat ukur sebelum dipakai diperiksa keadaan normalnya atau
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
3.5 Tahap Pengujian
Proses pengujian dan pengambilan data dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sabagai berikut :
1. Mempersiapkan alat ukur seperti stopwatch, tachometer, dan
thermometer.
2. Mengisi tangki bahan bakar dengan bahan bakar, system saluran
bahan bakar dari tangki, burret sampai karburator diperiksa,
dipastikan tidak terjadi kebocoran.
3. Menempatkan sepeda motor pada unit dinamometer.
4. Melakukan pengujian daya, torsi, dan SFC sesuai prosedur yang
ditentukan, dengan mencacat waktu pemakaian bahan bakar pada
burret ukur.
5. Mencacat semua hasil pengujian, kemudian menghitung dalam bentuk
pemakaian bahan bakar spesifik (SFC).
6. Membersihkan bahan, alat, dan tempat kerja.
3.6 Parameter Yang Digunakan Dalam Perhitungan Parameter yang digunakan dalam perhitungan adalah :
1. Torsi (T), terukur pada hasil percobaan.
2. Daya mesin (P), terukur pada hasil percobaan.
3. Pengujian konsumsi bahan bakar (sfc)
3.7 Skema Alat Uji
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
A. Skema alat uji motor
Gambar 3.12 Skema alat uji motor
Keterangan gambar :
1.Mesin 6. Penahan motor
2. Knalpot 7. Laptop
3. Dinamometer 8. Torsimeter
4. Indikator petunjuk bahan bakar 9. Tachometer
5. Karburator
B. Prinsip Kerja Alat Uji (Dynamometer)
Dynamometer terdiri dari suatu rotor yang digerakkan oleh motor
yang akan diukur dan berputar dalam medan magnet. Kekuatan medan
magnetnya dikontrol dengan mengubah arus sepanjang susunan kumparan
yang ditempatkan pada kedua sisi rotor. Rotor ini berfungsi sebagai
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
magnet tersebut maka terjadi arus dan arus diinduksikan dalam rotor
sehingga rotor menjadi panas.
3.8 Metode Pengujian
A. Metode throtle spontan
Metode throtle spontan adalah motor ditarik bukaan throtle secara
spontan mulai dari 4000 RPM sampai 10000 RPM. Tahapan dalam throtle
spontan ini pertama-tama motor dihidupkan kemudian dimasukan presnaling
1 sampai dengan 4, kemudian throtle dipertahankan pada 4000 RPM setelah
stabil pada 4000 RPM baru throtle secara spontan sampai 10.000 RPM. Hasil
pengujian dari metode ini adalah daya dan torsi yang dikeluarkan dari
dynotest.
B. Metode throtle per RPM
Metode throtle per RPM adalah motor ditarik bukaan throtle dari 4000
RPM kemudian dinaikan 10.000 RPM secara bertahap sampai dengan 10.000
RPM. Tahapan hampir sama dengan cuma yang membedakan throtle dibuka
secara bertahap. Pada metode ini grafik dari Dynotest tidak dapat dikeluarkan
hanya daya dan torsi yang terlihat. Karena grafik hanya terlihat dengan
metode throtle spontan. Hasil pengujian ini dengan metode ini adalah daya
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan
pengumpulan data meliputi daya, torsi dan konsumsi bahan bakar. Data yang
dikumpulkan meliputi data spesifikasi obyek penelitian dan hasil pengujian. Data
tersebut diolah dengan perhitungan untuk mendapatkan variable yang diinginkan
kemudian dilakukan pembahasan. Berikut ini merupakan proses pengumpulan
data, perhitungan, danpembahasan.
4.1 Perhitungan
1. Torsi (T), terukur pada hasil pengujian.
2. Daya (P), terukur padahasil pengujian.
Prata-rata = 6.67 HP
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Tabel 4.1 Berat Jenis Bahan Bakar Premium, Pertalite, dan Pertamax
(Sumber : ww.otosip.com/2016)
Premium Pertalite Pertamax
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Rumus menghitung kapasitas mesin :
Dimana :
V = volume silinder
D = diameter torak
S = langkah torak (stroke)
Rumus menghitung rasio kompresi :
Rk =
Dimana :
Rk = rasio kompresi
Vs = volum silinder
Vrb = volum ruang bakar
4.2 Pembahasan Hasil Pengujian Daya dan Torsi Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertalite dan Pertamax
4.2.1 Torsi (N.m)
Grafik 4.1 menunjukkan grafik hubungan antara kecepatan putar mesin
(rpm) dan torsi (N.m) dengan kondisi mesin standar menggunakan bahan bakar
yang berbeda yaitu bahan bakar premium, pertalite dan pertamax. Torsi tertinggi
diperoleh pada bahan bakar pertamax yaitu 18,63 N.m pada putaran 8739 rpm dan
8750 rpm, diikuti pertalite 18,47 N.m pada putaran 8455 rpm.
Berikut grafik perbandingan torsi untuk bahan bakar premium, pertalite dan
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
Gambar 4.1 Grafik pengaruh jenis bahan bakar terhadap torsi
Pada saat awal throttle motor dibuka torsi mengalami penurunan secara
signifikan dari putaran 4000 rpm sampai 5000 rpm akibat adanya pengaruh siklus
yang cepat sehingga tidak sempat terjadi pembakaran ketika seluruh bahan bakar
yang masuk didalam ruang bakar dan menyebabkan terjadi gesekan pada
komponen mesin sehingga torsi menurun secara signifikan. Sedangkan pada
kecepatan putara mesin tinggi pada kisaran 5000 rpm sampai 9000 rpm torsi
mengalami peningkatan hal ini disebabkan karena adanya pengaruh konsumsi
bahan bakar yang meningkat dari hasil pembakaran didalam ruang bakar yang
meningkat, dan setelah 9000 rpm sampai 10000 rpm torsi kembali mengalami
penurunan
Torsi yang dihasilkan pada penggunaan bahan bakar pertamax dapat
dilihat pada grafik memiliki torsi paling tinggi dibanding dengan bahan bakar
premium dan pertalite hal ini terjadi karena bahan bakar pertamax memiliki angka
oktan 92, sehingga torsi yang dihasilkan oleh mesin meningkat. Sedangkan torsi
bahan bakar premium memiliki torsi paling rendah dibanding dengan bahan bakar
2
3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000
Ilham Hafizzullah Tugas Akhir
20100130025 Tahun 2016
pertamax dan pertalite, hal tersebut terjadi karena bahan bakar premium memiliki
angka oktan 88, sehingga torsi yang dihasilkan oleh mesin menurun. Semakin
tinggi angka oktan suatu bahan bakar maka semakin besar kecenderungan mesin
tidak mengalami ketukan (knocking). Dengan demikian pembakaran menjadi lebih
sempurna sehingga torsi yang dihasilkan lebih tinggi.
4.2.2 Daya (HP)
Grafik 4.2 menunjukkan grafik hubungan antara kecepatan putar mesin
(rpm) dan daya (HP) dengan kondisi mesin standar menggunakan bahan bakar
yang berbeda yaitu bahan bakar premium, pertalite dan pertamax. Daya tertinggi
diperoleh pada bahan bakar pertamax yaitu 23,7 HP pada putaran 9245 rpm,
diikuti pertalite 22,7 HP pada putaran 9408 rpm dan 9425 rpm.
Berikut grafik perbandingan daya untuk bahan bakar premium, pertalite dan
pertamax.
Gambar 4.2 Grafik pengaruh jenis bahan bakar terhadap daya
0
4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000