SKRIPSI
PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PEMBERIAN KREDIT
MODAL KERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA
(PERSERO),Tbk
OLEH
MUHAMMAD ARIS FITRAH NASUTION
110522077
PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT. BANK NEGARA
INDONESIA (PERSERO), TBK
Sumatera Utara merupakan salah satu wilayah yang berpotensi, hal ini dapat dilihat dalam kerangka makro serta letak geografisnya yang strategis, potensi alamnya merupakan penghasil devisa negara. PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung mengenai pengendalian internal yang dijalankan oleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk dalam pemberian Kredit Modal Kerja (KMK), aktivitas pinjaman yang diberikan oleh bank harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan yaitu menggunakan analisis 5C. Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif. Sedangkan jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan teknik wawancara dengan Bagian Administrasi Kredit.
Setelah melakukan penelitian pengendalian internal atas pemberian Kredit Modal Kerja (KMK), penulis mendapatkan kesimpulan, yaitu : pemberian Kredit Modal Kerja pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk berazas pada kelayakan usaha dan penerapan prinsip kehati-hatian untuk dapat meminimalkan jumlah kredit macet.
ABSTRACT
INTERNAL CONTROL OVER WORKING CAPITAL LOANS ON
PT. BANK NEGARA INDONESIA
(PERSERO), Tbk
North Sumatera is one of a potential area, it can be seen in the framework of macro and strategic geographical location, it’s natural potential is a producer of foreign exchange. PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk is a Stated Owned Enterprise which has a function to raise funds from the public in types of savings and distribute them to the public in types of loan in order to improve people's lives.
This study aims to know directly the internal controls which done by PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk in granting Working Capital Loan (WCL), the activity of the loan granted by the bank must be in accordance with established procedures that use 5C analysis. In the research conducted, the writer analyzed the data using descriptive method. And the kind of data use is primary data and secondary data. The technical of collecting data used is documentation and interview with loan administrative division.
After doing research of internal control over granting Working Capital Loan (WCL), the authors came to the conclusion, namely: the provision of working capital loan to PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk based on the feasibility and application of the prudential banking practice in order to minimize the amount of non performing loans.
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur yang tiada terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang banyak member rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Membuat sebuah karya ilmiah berupa skripsi
merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa guna menyelesaikan pendidikan pada
program Ekstensi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Dalam rangka memenuhi kewajiban tersebut maka penulis menyusun skripsi dengan
judul “Pengendalian Internal Atas Pemberian Kredit Modal Kerja Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk”.
Selama penulisan skripsi ini penulis tentu saja berbagai mengalami
kesulitan, namun berkat bimbingan, saran, motivasi, dan do’a dari berbagai pihak
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis pertama kali menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
kedua orang tua penulis yakni papa Armen Yuni Nst dan mama Yuslizar Usman
atas do’a, kasih saying tulus, dukungan, dan nasihat yang senantiasa diberikan kepada
penulis. dengan Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA sebagai Dekan Fakultas
2. Bapak Dr. Syafrudin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi
dan ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekrertaris Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan saran dan kritik yang membangun dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Saudara-saudara penulis yakni Dewi Meilinda Tari Nasution dan Nur Fairuz
Diba Nasution.
6. Kepada penyemangat, motivator di segala bidang, “prof Alpha Lima”,
pembimbing di rumah, om Luthfi.
7. Teman-teman Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan
peneliti lainnya.
Medan, Januari 2014 Penulis
DAFTAR ISI
2.1.4 Efektivitas Pengendalian Internal……...….. 14
2.2Kredit……….……….. 15
2.2.1Pengertian Kredit………... 15
2.2.2Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit……….…... 16
2.2.3Aspek-Aspek Dalam Penilaian Kredit……….…….. 20
2.2.4Prosedur Dalam Pemberian Kredit……….…... 22
2.2.5 Resiko Perkreditan……….……… 24
2.3Pengendalian Internal Atas Pemberian Kredit……….…… 25
2.3.1Pengertian Pengendalian Internal Pemberian Kredit……... 25
2.3.2Tujuan Pengendalian Internal Pemberian Kredit... …………26
2.3.3Tahapan Pengendalian Internal Pemberian Kredit………… 26
2.3.4 Bentuk Pengendalian Internal Pemberian Kredit…………. 27
2.3.5 Jenis Pengendalian Internal Pemberian Kredit……… 30
2.4Kredit Bermasalah / NPL (Non Performing Loan)…... 31
2.5Kerangka Konseptual……….... 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian………..……….….. 37
3.2Jenis dan Sumber Data……….……… 37
3.4Metode Analisis Data……….. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Perusahaan……….….… 39
4.1.1Sejarah Singkat PT. BNI (Persero), Tbk………...….. 39
4.1.2Visi dan Misi PT. BNI (Persero), Tbk………... 41
4.1.3Struktur Organisasi PT. BNI (Persero), Tbk..……….. 42
4.1.4Produk Perbankan yang Ditawarkan PT. BNI (Persero), Tbk ………..45
4.2Hasil Penelitian……….……… 48
4.2.1Kredit Modal Kerja………..……… 48
4.2.2Analisis Pemberian Kredit Modal Kerja…...…. 53
4.3Pembahasan Hasil Penelitian……….………..……. 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan…………...……… 58
5.2Saran………...……….. 59
DAFTAR PUSTAKA……….…. 62
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Pengendalian Internal Atas
Pemberian KMK Pada PT. Bank Negara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Struktur Organisasi PT. BNI (Persero), Tbk………. 65
ABSTRAK
PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT. BANK NEGARA
INDONESIA (PERSERO), TBK
Sumatera Utara merupakan salah satu wilayah yang berpotensi, hal ini dapat dilihat dalam kerangka makro serta letak geografisnya yang strategis, potensi alamnya merupakan penghasil devisa negara. PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung mengenai pengendalian internal yang dijalankan oleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk dalam pemberian Kredit Modal Kerja (KMK), aktivitas pinjaman yang diberikan oleh bank harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan yaitu menggunakan analisis 5C. Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif. Sedangkan jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan teknik wawancara dengan Bagian Administrasi Kredit.
Setelah melakukan penelitian pengendalian internal atas pemberian Kredit Modal Kerja (KMK), penulis mendapatkan kesimpulan, yaitu : pemberian Kredit Modal Kerja pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk berazas pada kelayakan usaha dan penerapan prinsip kehati-hatian untuk dapat meminimalkan jumlah kredit macet.
ABSTRACT
INTERNAL CONTROL OVER WORKING CAPITAL LOANS ON
PT. BANK NEGARA INDONESIA
(PERSERO), Tbk
North Sumatera is one of a potential area, it can be seen in the framework of macro and strategic geographical location, it’s natural potential is a producer of foreign exchange. PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk is a Stated Owned Enterprise which has a function to raise funds from the public in types of savings and distribute them to the public in types of loan in order to improve people's lives.
This study aims to know directly the internal controls which done by PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk in granting Working Capital Loan (WCL), the activity of the loan granted by the bank must be in accordance with established procedures that use 5C analysis. In the research conducted, the writer analyzed the data using descriptive method. And the kind of data use is primary data and secondary data. The technical of collecting data used is documentation and interview with loan administrative division.
After doing research of internal control over granting Working Capital Loan (WCL), the authors came to the conclusion, namely: the provision of working capital loan to PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk based on the feasibility and application of the prudential banking practice in order to minimize the amount of non performing loans.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi saat ini, pertumbuhan ekonomi nasional dan perubahan
lingkungan strategis yang dihadapi dunia usaha termasuk usaha mikro, kecil, dan
menengah saat ini sangat cepat dan dinamis. Bank sebagai suatu badan usaha yang
memiliki wewenang dan fungsi untuk menghimpun dan menyalurkan dana harus
diarahkan dan didorong untuk ikut berperan secara nyata meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat agar mampu mengatasi ketimpangan ekonomi dan
kesenjangan sosial, Untuk mendukung pembangunan tersebut, sektor perbangkan
menjadi salah satu faktor pendukung. Dilihat dari karakteristik sosial ekonomi
Indonesia saat ini, maka industri menengah dan kecil menjadi salah satu kekuatan
dalam mewujudkan pembangunan tersebut. sehingga lebih mampu berperan sebagai
wadah kegiatan ekonomi rakyat. Salah satu potensi yang mendapat perhatian
pemerintah dan perlu dikembangkan adalah sektor usaha mikro, kecil, dan menengah.
Kondisi ini mengharuskan setiap pengusaha baik usaha mikro, kecil, maupun
menengah melakukan upaya demi menstabilkan atau lebih meningkatkan eksistensi
usahanya.
Sumatera Utara merupakan salah satu wilayah yang berpotensi, hal ini dapat
alamnya merupakan penghasil devisa negara. Hal inilah yang perlu dikembangkan
dengan menambah segala daya kemampuan dan kemajuan baik dari segi modal dan
segi perbangkan untuk dapat meningkatkan produktivitas dan perluasan Masalah
permodalan yang dihadapi mencakup aspek-aspek permodalan, masalah pembiayaan
usaha, masalah akumulasi modal, serta cara memanfaatkan fasilitas dalam rangka
pelaksanaan usahanya. Dalam hal ini, bank berperan dalam membantu permasalahan
yang dihadapi usaha mikro, kecil, dan menengah melalui penyaluran kredit atau
membantu permodalan ke sector usaha mikro, kecil, dan menengah. Dengan peran
serta bank terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah dalam pemberian kredit, maka
usaha mikro, kecil, dan menengah dapat meringaknkan masalah permodalannya dan
dapat meningkatkan usahanya dengan kualitas yang baik sehingga usaha mikro, kecil,
dan menengah dapat membantu pertumbuhan ekonomi.
Untuk daerah Sumatera Utara jika kita melihat Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) maka sektor perbangkan merupakan salah satu sektor yang berperan
penting. Kontribusi dari sektor perbangkan terhadap pengembangan ekonomi
Sumatera Utara rata- rata tiap tahunnya mengalami peningkatan.
PT. Bank Negara Indonesia adalah bank milik pemerintah yang telah
menyalurkan berbagai jenis kredit sekaligus menjadi bank yang ikut serta dalam
membantu pertumbuhan perekonomian dan pembangunan di segala bidang. Salah
satu jenis kredit yang diberikan oleh PT. Bank Negara Indonesia dalam rangka
mendorong kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah adalah Kredit Modal Kerja
perorangan maupun badan usaha/perusahaan dalam rangka pembiayaan aktiva lancer
perusahaan, seperti pembelian bahan baku, piutang, dan lain-lain yang diberikan
dalam rangka meningkatkan kemampuannya untuk mengembangkan usahanya.
Pemberian kredit merupakan suatu proses yang membutuhkan pertimbangan dan
analisis yang baik dari pimpinan bank, untuk menghindari kemungkinan terjadinya
kerugian yang akan dialami oleh bank sebagai akibat debitur tidak membayar
kewajibannya sesuai dengan perjanjian.
Masalah keamanan atas kredit yang diberikan merupakan masalah yang harus
doperhatikan oleh bank karena adanya resiko yang timbul dari system pemberian
kredit. Permasalahan ini dapat dihindari dengan adanya suatu pengendaluan internal
yang memadai dalam bidang perkreditan. Dengan kata lain, diperlukan suatu
pengendalian internal yang dapat menunjang efektivitas sistem pemberian kredit.
Dengan terlaksananya pengendalian internal yang memadai dalam bidang
perkreditan, berarti menunjukkan sikap kehati-hatian dalam bank tersebut.
Pengendalian internal adalah suatu sistem yang terdiri dari kebijakan dan prosedur
yang diterapkan untuk memastikan bahwa tujuan tertentu suatu usaha dapat dicapai.
Hal – hal timbul sehubungan dengan pelaporan. Pertama, apakah laporan
yang disampaikan kepada pihak manajemen merupakan laporan yang dapat dipercaya
dan dapat diandalkan sehingga dapat mendukung pengambilan keputusan yang
dilakukan. Kedua, bagaimana laporan tersebut digunakan oleh pihak manajemen
untuk memperbaiki atau bahkan mengembangkan perusahaan. Dari kedua cara
diberikan dapat dicapai apabila ada pengendalian internal yang efektif dalam suatu
perusahaan. Berkenaan dengan hal tersebut pengendalian internal diperlukan agar
suatu perusahaan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mampu
berperan sebagai badan usaha yang tangguh dan mandiri, bank melalui usaha
pemberian kreditnya harus mampu meningkatkan efektivitas pemberian kredit dan
berusaha sebaik mungkin mengurangi resiko kegagalan kredit. Jika diteliti, kegagalan
kredit terutama disebabkan oleh lemahnya pengendalian internal.
Berdasarkan uraian di atas, penulis yang dapat melakukan kajian dalam
penelitian yang dilaporkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengendalian Internal
Atas Pemberian Kredit Modal Kerja (KMK) pada PT. Bank Negara Indonesia (
Persero )Tbk”.
1.2Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah sehubungan dengan judul tersebut
di atas adalah apakah pengendalian internal atas Pemberian Kredit Modal Kerjan
(KMK) pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero),Tbk telah efektif?
1.3Tujuan Penelitian
1. Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas pengendalian internal atas pemberian Kredit Modal Kerja (KMK)
yang diterapkan PT. Bank Negara Indonesia (persero), Tbk. Sebagai aplikasi
wawasan ilmu pengetahuan dan dapat dipergunakan oleh penulis dalam
perncanaan khususnya pemberian Kredit Modal Kerja.
2. Peneliti / akademisi lainnya, sebagai masukan / rujukan dalam melakukan
penelitian lain yang berhubungan dengan pemberian Kredit Modal Kerja.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis, dapat memberikan peluang untuk menambah wawasan berpikir
dalam memperluas pengetahuan, baik dalam teori maupun praktek mengenai
pengendalian internal atas pemberian Kredit Modal Kerja. Selain itu, berguna
sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata-1 (S1) Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
atau masukan yang berkaitan dengan pengendalian internal atas pemberian
Kredit Modal Kerja.
3. Bagi pembaca, menjadi bahan masukan dan referensi bagi rekan mahasiswa
yang akan membahas mengenai masalah pengendalian internal atas pemberian
Kredit Modal Kerja dan sebagai bahan masukan dalam rangka
memperkenalkan dan mensosialisasikan Kredit Modal Kerja kepada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengendalian Internal
2.1.1Pengertian Pengendalian Internal
Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masing-masing
sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional perusahaan
atau organisasi tertentu. Menurut Fess (2000:183), Pengendalian Internal
merupakan “Kebijakan dan Prosedur yang Melindungi Aktiva dari
Penyalahgunaan, Memastikan Bahwa Informasi Usaha Akurat dan Memastikan
Bahwa Perundang-undangan Serta Peraturan Dipatuhi Sebagaimana Mestinya”.
Pengertian pengendalian internal menurut IAI dalam SPAP (2001:319.2)
adalah “Suatu Proses yang Dijalankan oleh Dewan Komisaris, Manajemen, dan
Personel Lain yang Didesain untuk Memberikan Keyakinan Memadai Tentang
Pencapaian Tiga Golongan Tujuan berikut:
a. Keandalan pelaporan keuangan.
b. Efektifitas dan efisiensi operasi.
c. Kepatuhan terhadap hukum dan perundang-undangan yang berlaku.
Di lingkungan perusahaan, pengendalian internal didefinisikan sebagai
suatu proses yang diberlakukan oleh pemimpin (dewan direksi) dan manajemen
tercapainya tujuan perusahaan yang secara umum dibagi dalam tiga kategori,
yaitu: keefektifan dan efisiensi operasional perusahaan, pelaporan keuangan yang
handal, dan kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan.
Maka, pengendalian internal adalah proses yang dapat dipengaruhi oleh
manajemen dan karyawan dalam menyediakan secara layak suatu kepastian
mengenai prestasi yang diperoleh secara objektif dalam penerapannya tentang
bagian laporan keuangan yang dapat dipercaya, diterapkannya efisiensi dan
efektifitas dalam kegiatan operasional perusahaan dan diterapkannya peraturan
dan hokum yang berlaku agar ditaati oleh semua pihak.
2.1.2Tujuan Pengendalian Internal
Tujuan pengendalian internal menurut (COSO) yang dikutip oleh Bodnar
dan Hopwood (2001, 182) adalah:
a. Effectiveness and efficiency of operations
Pengendalian interal dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi dari semua operasi sehingga dapat mengendalikan biaya yang
bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi.
b. Reliability of financial reporting
Pengendalian internal dimaksudkan untuk meningkatkan keandalan data
serta catatan-catatan akuntansi dalam bentuk laporan manajemen
sehingga tidak menyesatkan pemakai laporan tersebut dan dapat diuji
c. Compliance with applicable laws and regulations
Pengendalian internal dimaksudkan untuk meningkatkan kepatuhan
karyawan terhadap hukum dan peraturan yang telah ditetapkan oleh
manajemen. Kebijakan pimpinan yang telah ditetapkan merupakan alat
pengendali berbagai kegiatan perusahaan yang harus ditaati dan
dijalankan oleh setiap unit organisasi.
Menurut Winarno (2001:21) dalam buku manajemen struktur pengendalian
intern, bahwa pengendalian intern yang efektif memiliki empat tujuan pokok,
yaitu :
a. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi
b. Mengecek ketelitian dan catatan organisasi
c. Mendorong efisiensi
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Menurut tujuannya pengendalian internal dapat dibagi menjadi dua
macam,yaitu pengendalian akuntansi (internal accounting control) dan
pengendalian administrasi (internal administrative control). Pengendalian
akuntansi yang merupakan bagian dari struktur pengendalian internal meliputi
kebijakan dan prosedur yang terutama untuk menjaga kekayaan dan catatan
organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian
akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan
keuangan yang andal. Pengendalian administrasi meliputi kebijakan dan prosedur
yang terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.
Tujuan pengendalian internal adalah keandalan laporan keuangan,
meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan, dan mendorong
dipatuhinya Undang-undang dan peraturan-peraturan yang ditetapkan manajemen.
Pengendalian internal dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan
sumber daya perusahaan. Pengendalian internal menyediakan informasi tentang
bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta
menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam
perencanaan.
2.1.3Unsur-unsur Pengendalian Internal
Menurut Dewan Standar Profesional Akuntan Publik, Ikatan Akuntan
Indonesia (2001:319) pengendalian internal terdiri dari lima unsur yang saling
berkaitan, yaitu:
a. Lingkungan pengendalian yaitu menetapkan corak suatu organisasi,
mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan
pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian
internal, menyediakan disiplin dan struktur.
b. Penaksiran resiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko
yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk
c. Aktifitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
d. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, pengungkapan,
dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang
memungkinkan orang melakukan tanggung jawab mereka.
e. Pemantauan adalah proses yang menentukan kuakitas kinerja
pengendalian internal sepanjang waktu.
Menurut Committee of Sponsoring Organizations (COSO) yang dikutip
oleh Romney dalam buku Accounting Information System (2004:231)
pengendalian internal terdiri dari beberapa unsur, yaitu:
a. Lingkungan Pengendalian
Inti dari bisnis apapun adalah orang-orangnya, termasuk integritas,
nilai-nilai etika dan kompetisi serta lingkungan tempat beroperasi.
Lingkungan pengendalian internal terdiri dari faktor-faktor berikut:
1. Komitmen atas integritas dan nilai-nilai etika
2. Filosofi pihak manajemen dan gaya operasinya
3. Struktur organisasional
4. Badan audit dan dewan komisaris
5. Metode untuk memberikan otooritas dan tanggung jawab
6. Kebijakan dan praktik-praktik dalam sumber daya manusia.
7. Pengaruh—pengaruh eksternal
Kebijakan dan prosedur pengendalian harus dibuat dan dilaksanakan
untuk membantu memastikan bahwa tindakan yang diidentifikasi oleh
pihak manajemen untuk mengatasi resiko pencapaian tujuan organisasi,
secara efektif dijalankan. Secara umum prosedur-prosedur pengendalian
termasuk dalam satu dari lima kategori berikut:
1. Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai
2. Pemisahan tugas
3. Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai
4. Penjagaan aset dan catatan yang memadai
5. Pemeriksaan independen atas kinerja
c. Penilaian resiko
Organiasasi harus sadar akan resiko dan berurusan dengan resiko yang
dihadapinya. Organisasi harus menempatkan tujuan yang terintegrasi
dengan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan kegiatan lainnya
agar organisasi beroperasi secara harmonis. Organisasi juga harus
membuat mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan
mengelola resiko yang terkait.
d. Informasi dan komunikasi
Di sekitar aktifitas pengendalian terdapat sistem informasi dan
komunikasi. Mereka memungkinkan orang-orang dalam organisasi
untuk mendapat dan bertukar informasi yang dibutuhkan untuk
f. Pengawasan
Seluruh proses harus diawasi dan perubahan dapat dilakukan sesuai
dengan kebutuhan. Melalui cara ini sistem dapat bereaksi secara
dinamis, berubah sesuai tuntutan keadaan. Metode untuk mengawasi
kinerja dapat mencakup supervise yang efektif, pelaporan yang
bertanggung jawab, dan audit internal.
Unsur-unsur yang terdapat dalam pengendalian internal, menurut Nasuha
dalam situs Sistem Pengendalian Intern (2011) yaitu: Struktur organisasi, sistem
otorisasi dan prosedur pencatatan, praktik yang sehat, dan karyawan yang mampu
melaksanakan tugasnya.
a. Struktur organisasi
Struktur organisasi merupakan pembagian tanggung jawab dan
wewenang kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan kegiatan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan.
Adapun prinsip yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Pemisahan antara fungsi operasional dan penyimpanan dengan
fungsi pencatatan atau akuntansi. Fungsi operasional adalah fungsi
untuk melaksanakan suatu kegiatan, misalnya pembelian aktiva
perusahaan. Fungsi penyimpanan adalah fungsi yang memiliki
dibeli, sedangkan fungsi akuntansi adalah fungsi pencatatan
peristiwa tersebut.
2. Suatu fungsi atau bagian tidak boleh diberi tanggung jawab penuh
untuk melaksanakan semua tahap suatu kegiatan atau transaksi.
3. Dengan adanya pembagian fungsi tersebut, maka aka nada
pengendalian berbentuk cek silang untuk memastikan bahwa setiap
fungsi sungguh-sungguh melakukan tugas, tanggung jawab, dan
wewenangnya.
b. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
Unsur ini memberikan perlindungan terhadap setiap aktiva, utang,
pendapatan, dan biaya perusahaan. Setiap transaksi yang terjadi harus
diotorisasi oleh pihak tertentu yang harus bertanggung jawab atas
transaksi yang dilaksanakan. Selain itu, prosedur pencatatan juga harus
dilakukan dengan baik, teratur, dan disiplin untuk menghindari kerugian
perusahaan. Dalam sistem otoriasasi dan prosedur pencatatan, formulir
berperan penting karena merupakan dokumen yang dipakai sebagai
dasar pembuktian suatu otorisasi dan sekaligus sebagai media yang
digunakan dalam pencatatan akuntansi.
c. Praktik yang Sehat
Unsur ini memungkinkan pembagian tanggung jawab dan sistem
dengan baik dan benar. Dengan melakukan praktek yang sehat, maka
keamanan aktiva perusahaan dapat terjamin.
Contoh praktik yang sehat, yaitu sebagai berikut:
1. Rotasi jabatan
2. Pemberian cuti kepada wartawan
3. Pengecekan fisik aktiva dengan catatan yang tersedia dan formulir
yang lengkap
4. Pemeriksaan mendadak.
5. Pembentukan suatu unit yang bertugas mengecek efektifitas sistem
pengendalian internal
d. Karyawan yang mampu melaksanakan tugasnya
Kualitas sumber daya manusia sangat menentukan apakah sistem yang
telah direncanakan dan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan tujuan
atau tidak. Oleh karena itu, kapabilitas sumber daya manusia sangat
penting dalam rangka keberhasilan sistem pengendalian internal.
Karyawan yang jujur, dapat dipercaya, dan mempunyai integritas tinggi
merupakan unsure yang sangat penting agar sistem pengendalian
internal dapat berjalan dengan efektif.
2.1.4Efektifitas Pengendalian Internal
Efektifitas sistem pengendalian internal menurut Handoko (1995:7) adalah
”kemampuan sistem pengendalian internal yang direncanakan dan diterapkan agar
a. Keandalan laporan keuangan
b. Efektifitas dan efisiensi operasi
c. Kepatuhan terhadap hukum dan perundang-undangan yang berlaku”
Tercapainya tujuan tersebut diwujudkan dalam bentuk adanya unsure-unsur
sistem pengendalian internal dalam pengelolaan perusahaan secara efektif dan
efisien. Efektifitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang
dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu pengendalian internal dikatakan
efektif apabila memahami tingkat sejauh mana tujuan operasi entitas tercapai,
laporan keuangan yang diterbitkan dipersiapkan secara handal, hukum dan
regulasi yang berlaku dipatuhi.
2.2Kredit
2.2.1Pengertian Kredit
Pengertian kredit menurut Firdaus dan Ariyanti (2009:2) pengertian kredit
sebagai berikut: “Kredit adalah sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan
modal dari pemilik kepada pemakai dengan mengharapkan memperoleh
keuntungan, kredit diberikan berdasarkan kepercayaan orang yang memberikan
terhadap kecakapan dan kejujuran si peminjam”.
Menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan terdapat
beberapa unsur perjanjian kredit, yaitu:
a. Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu.
b. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dan pihak lain.
c. Terdapat kewajiban pihak peminjam untuk melunasi hutangnya dalam
jangka waktu tertentu.
d. Pelunasan hutang yang disertai dengan bunga.
Jadi, kredit merupakan pemindahan dana kepada para peminjam untuk
mendapat keuntungan atas jasa yang diberikan kepada peminjam, berdasarkan
pada kepercayaan kedua belah pihak dan berdasarkan persetujuan pinjam
meminjam hutang atau pinjaman setelah jangka waktu tertentu bahkan dengan
jumlah bunga yang telah ditetapkan atau disepakati.
2.2.2Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Sebelum suatu kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin bahwa
kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh
dari hasil penilaian kredit sebelum kredit disalurkan. Menurut Hasibuan (2001:86)
kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah
yang benar-benar menguntungkan adalah investigasi kredit, prinsip 5C, konsep
a. Investigasi Kredit
Tujuan investigasi kredit adalah untuk mengumpulkan informasi yang
akurat dan objektif sebanyak mungkin yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan dan keinginan calon debitur melunasi kredit.
Unsur-unsur dalam investigasi kredit yaitu: kapasitas membayar
(capacity to borrow), karakter dan i’tikad baik (character also strong
desire to settle all obligation), kemampuan menghasilkan pendapatan
(ability to create income), aset yang dimiliki (ownership of assets),
kondisi ekonomi (economic condition), faktor-faktor penting dalam
usaha (relative importance of the credit factor).
b. Prinsip 5C
Untuk memaksimumkan kemungkinan keberhasilan kredit, maka
digunakan prinsip 5C, yaitu chatacter, capacity, capital, collateral, dan
condition of economy.
1. Character (karakter)
Character (karakter) yaitu suatu keyakinan bahwa sifat atau watak
dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat
dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah, baik yang
bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi.
Dengan demikian, dalam unsure karakter tercakup kemampuan
membayar (ability to pay) dan keinginan membayar (willingness to
2. Capacity (kapasitas)
Capacity (kapasitas), yaitu penilaian kepada calon debitur mengenai
kemampuannya melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan
usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan
dilakukannya yang akan dibiayai oleh kredit dari bank. Maksud dari
penilaian capacity ini adalah untuk menilai sejauh mana hasil dari
kegiatan usaha debitur yang dibiayai oleh bank akan mampu untuk
melunasi kewajibannya kepada bank tepat pada waktunya sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati.
3. Capital (modal)
Penilaian atas modal (capital) yang dimiliki calon debitur untuk
melihat kekuatan permodalan, juga komitmen dalam usaha. Makin
besar modal yang dimiliki dapat merupakan indikasi makin besarnya
kemampuan dan komitmen dalam menjalankan usaha.
4. Collateral (jaminan)
Collateral merupakan barang-barang jaminan yang diserahkan oleh
debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya, yang berfungsi
untuk memperkecil jumlah kerugian yang diderita oleh bank bila
debitur tidak memenuhi kewajibannya, dan juga bermanfaat sebagai
alat pengamanan apabila kegiatan usaha yang dibiayai dengan kredit
tersebut gagal atau ada sebab-sebab lain di mana debitur tidak
5. Condition of Economy (Kondisi ekomomi)
Kondisi ekonomi adalah lingkungan eksternal perusahaan yang
diperkirakan mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan
usaha. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya
benar-benar memiliki prospek yang baik.
c. Konsep 7P
Tujuh unsur konsep 7P adalah personality, party, purpose, prospect,
payment, profitability, dan protection.
1. Personality (kepribadian)
Personality (kepribadian) yaitu menilai nasabah dari segi
kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa
lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan
tindakan debitur dalam menghadapi suatu masalah.
2. Party (golongan)
Party yaitu mengklasifikasikan debitur kedalam klasifikasi tertentu
atau golongan-golongan berdasarkan modal, loyaliyas, serta
karakternya, sehingga debitur akan mendapatkan fasilitas yang
berbeda dari bank.
3. Purpose (Tujuan)
Purpose (tujuan) yaitu untuk mengetahui tujuan debitur dalam
4. Prospect (Prospek)
Prospect (prospek) yaitu untuk menilai usaha debitur di masa yang
akan datang, menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain
mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika
suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan
hanya bank yang akan rugi, akan tetapi juga debitur
5. Payment (Pembayaran)
Payment (pembayaran) merupakan ukuran bagaimana cara debitur
mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana
saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber
penghasilan debitur maka akan semakin baik, Sehingga jika salah
satu dari usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.
6. Profitability (Tingkat Keuntungan)
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan debitur dalam mencari
laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap
sama atau akan semakin meningkat.
7. Protection (Perlindungan)
Tujuan protection (perlindungan) adalah menjaga agar usaha dan
jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa
jaminan barang, orang, atau jaminan asuransi
d. Konsep 3R
1. Return (tingkat pengembalian usaha)
2. Repayment (kemampuan membayar kembali)
3. Risk bearing ability (kemampuan menanggung resiko)
2.2.3Aspek-aspek Dalam Penilaian Kredit
Di samping menggunakan investigasi kecil, prinsip 5C, dan konsep 7P dan
3R, menurut Kasmir (2002:107), maka penilaian suatu kredit layak atau tidak
untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada.
Aspek-aspek yang dinilai adalah Aspek-aspek yuridis/hukum, Aspek-aspek pemasaran, Aspek-aspek
keuangan, aspek teknis/operasi, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, dan
aspek amdal.
a. Aspek Yuridis/Hukum
Dalam aspek yuridis/hukum yang dinilai adalah masalah legalitas badan
usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit.
Penilaian dimulai dengan akte pendirian perusahaan sehingga data
diketahui siapa-siapa pemilik dan besarnya modal masing-masing
pemilik. Aspek yuridis sangat penting diperhatikan untuk menghindari
kerugian di masa mendatang kalau terjadi sengketa, pelanggaran
perjanjian, dan masalah-masalah hukum lainnya.
b. Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran terutama mempertimbangkan permintaan efektif dari
produk barang/jasa yang direncanakan oleh calon debitur. Permintaan
dan ingin membeli barang atau jasa yang direncanakan diproduksi atau
dijual oleh debitur. Tujuan utama aspek pemasaran adalah apakah
produk yang direncanakan dapat diserap pasar, sehingga hasil penjualan
dapat digunakan untuk mengembalikan pinjaman.
c. Aspek Keuangan
Tujuan analisis keuangan ini adalah untuk mengetahui apakah secara
financial kegiatan usaha yang direncanakan layak atau tidak. Dalam
analisis financial dilakukan evaluasi terutama tentang arus kas keluar
dan masuk, serta pola-polanya dihitung dalam nilai sekarang (present
value).
d. Aspek Teknis/Operasi
Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi, seperti
kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi, layout ruangan, dan
mesin-mesin termasuk jenis mesin yang digunakan.
e. Aspek Manajemen
Aspek manajemen digunakan untuk menilai struktur organisasi
perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang
pengalaman sumber daya manusianya.
f. Aspek Sosial Ekonomi
Aspek ini membahas dampaknya terhadap perekonomian dan
pengangguran atau lainnya, meningkatkan pendapatan masyarakat,
terjadinya sarana dan prasarana, membuka lokasi daerah tertentu.
g. Aspek Amdal
Menyangkut analisis terhadap lingkungan, baik darat, air, atau udara jika
proyek atau usaha tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara
mendalam apakah apabila kredit tersebut disalurkan, maka proyek yang
dibiayai akan mencemari lingkungan.
2.2.4Prosedur Dalam Pemberian Kredit.
Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum
antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi
perbedaan mungkin hanya terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkan
dengan pertimbangan masing-masing. Secara umum menurut Rachman dalam
jurnalnya di umkm.wordpress.com tentang Prosedur Pemberian Kredit Bank (Juli
2008), “prosedur pemberian kredit adalah: pengajuan berkas-berkas, penyelidikan
berkas pinjaman, wawancaara perrtama, on the spot (peninjauan ke lokasi),
wawancara kedua, keputusan kredit, penandatanganan akad, realisasi kredit, dan
penyaluran/penarikan dana.”
a. Pengajuan Berkas-berkas
Dalam hal ini, pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang
dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan
belakang perusahaan, maksud dan tujuan, besarnya kredit dan jangka
waktu, cara pemohon mengembalikan kredit, dan jaminan kredit.
Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah
dipersyaratkan, seperti:
1. Akte pendirian perusahaan
2. KTP para pengurus dan permohonan kredit
3. TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
4. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
5. Neraca dan laporan laba rugi 3 tahun terakhir
6. Fotokopi sertifikat yang dijadikan jaminan
7. Daftar penghasilan bagi perseorangan
8. Kartu keluarga bagi perseorangan.
b. Penyelidikan berkas pinjaman
c. Wawancara pertama
d. On the spot (peninjauan ke lokasi)
e. Wawancara kedua
f. Keputusan kredit
g. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya
h. Realisasi kredit
i. Penyaluran/penarikan dana
Secara umum, resiko adalah kemungkinan kerugian atau kegagalan dalam
bisnis perbankan. Kredit yang disalurkan dikatakan bermasalah jika
pengembaliannya terlambat dibanding jadwal yang direncanakan, atau bahkan
tidak dikembalikan sama sekali. Menurut Manurung dan Rahardja (2004:78) yang
dikutip dari Surat Edaran Bank Indonesia No. 23/12/BPPP Februari 1991, “kredit
bermasalah (non performing loan) dapat dikelompokkan menjadi kredit tidak
lancar dan kredit macet.”
a. Kredit Tidak Lancar
Kredit tak lancar adalah kredit yang masih dilakukan pembayarannya,
tetapi lebih lambat dari jadwal yang seharusnya. Kredit tidak lancar terdiri
dari kredit kurang lancar, dan kredit yang diragukan.
1. Kredit kurang lancar
- Untuk kredit non KPR ada tunggakan angsutan pokok yang lebih
lama dari seharusnya.
Misalnya untuk kredit yang masa angsurannya bulanan terdapat
tunggakan satu bulan, tetapi belum sampai dua bulan. Sedangkan
kredit yang angsurannya 6 (enam) bulan terdapat tunggakan,
namun belum melampaui 12 bulan.
- Bagi kredit BPR, ada tunggakan angsuran pokok yang melebihi
6 (enam) bulan, tetapi belum melebihi 9 (Sembilan) bulan.
Kredit yang diragukan adalah kredit yang tidak termasuk kurang
lancar, tetapi kredit tersebut dapat diselamatkan dan agunannya ≥
75% hutang debitur, atau kredit yang tidak dapat diselamatkan tetapi
agunannya masih ≥ 100% hutang debitur.
b. Kredit Macet
Kredit macet adalah kredit yang sejak ± 21 bulan dikategorikan
diragukan, belum ada pelunasan atau upaya penyelamatan kredit. Kredit
tersebut penyelesaiannya diserahkan kepada Pengadilan Negeri atau Badan
Urusan Piutang Negara (BUPN) atau telah diajukan penggantian rugi
kepada perusahaan asuransi kredit.
2.3Pengendalian Internal Atas Pemberian Kredit
2.3.1Pengertian Pengendalian Internal Pemberian Kredit
Pengendalian internal pemberian kredit menurut Iskandar (2012) dalam
jurnalnya di blog adalah “Suatu prosedur atau usaha-usaha yang dilakukan untuk
menjaga agar kredit yang diberikan tetap lancar, produktif, dan tidak macet.
Lancar dan produktif artinya kredit tersebut dapat ditarik kembali beserta
bunganya sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui kedua belah pihak.
2.3.2Tujuan Pengendalian Internal Pemberian Kredit
Tujuan utama pengendalian internal pemberian kredit menurut Iskandar
(2012) dalam jurnalnya di blog adalah “untuk mengarahkan kegiatan pemberian
kredit agar dapat mengurangi terjadinya kegagalan perkreditan dan mengurangi
2.3.3Tahapan Pengendalian Internal Pemberian Kredit
Menurut Narotama dan Radianto (2004:105) dalam tahapan pengendalian
internal, ada dua rekomendasi tahapan, yaitu pembuatan dan pengembangan
pedoman yang diperlukan, dan kegiatan pengendalian internal.
a. Pembuatan dan pengembangan pedoman yang diperlukan
Pembuatan dan pengembangan yang dipelukan mutlak harus dilakukan
oleh beberapa bagian yang bertujuan agar bagian tersebut dapat
melaksanakan tugas dengan cepat, benar, dan akurat. Pedoman tersebut
harus dibuat dan didokumentasikan sebagai pedoman sistem bagian
tersebut.
b. Kegiatan Pengendalian Internal
Kegiatan pengendalian internal merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
satuan pengawas internal dengan dimensi waktu yang berbeda-beda.
Bberapa kegiatan pengendalian harus dilakukan ssetiap suatu transaksi
tertentu, setiap hari, setiap bulan, atau setiap beberapa periode. Setelah
selesai melakukan pengendalian, satuan pengawas internal membuat
laporan pengendalian internal.
2.3.4Bentuk Pengendalian Internal Pemberian Kredit
Menurut Narotama dan Radianto (2004:107), bentuk pengendalian internal
yang diterapkan dalam pemberian kredit yaitu division of duties, dual control,
independence balancing, limitation outside activities of bank personel, dan
rotation of duty assignment control.
a. Division of Duties
Division of duties merupakan pemisahan tugas dengan maksud untuk
mendapatkan cek secara otomatis melalui prosedur kerja yang ada yang
telah dibagi kedalam bebrapa fungsi yang lain.
Sebagai contoh, kasir mempunyai fungsi yang terpisah dengan fungsi
operasional bagian lain, seperti fungsi administrasi bank dan
penyimpanan agunan, di mana kasir mempunyai status yang mandiri
.
b. Dual Control
Dual control merupakan bentuk pengendalian yang menekankan pada
pengecekan ulang atas suatu pekerjaan yang telah dilakukan petugas
sebelumnya dengan tujuan menetapkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Apakah pelaksanaan tugas tertentu telah dilakukan sesuai dengan
batas wewenang petugas sebelumnya?
2. Apakah transaksi yang teah dicatat, dibukukanm dan diadministrasi
dengan benar?
3. Apakah transaksi telah dilaksanakan dengan benar?
Tujuan pengendalian ini adalah melakukan pengecekan ulang suatu
c. Joint Custody
Joint custody merupakan suatu sistem dan prosedur yang berhubungan
dengan penyimpanan uang, surat-surat berharga, dan dokumen barang
berharga, baik yang dimiliki oleh bank maupun yang dimiliki debitur
bank yang bersagkutan.
Biasanya di lokasi penyimpanan barang dibuat lebih dari satu kunci
kombinasi pengaman untuk memastikan bahwa barang tersebut
terlindung dari pihak yang dapat menyalahgunakannya.
d. Asset Control
Asset control merupakan bentuk pengendalian pemeliharaan dan
pengendalian aktiva perusahaan.
Pengendalian asset dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Asset tidak bergerak, berupa inventarisasi, aktiva tetap
(pelengkapan, peralatan, bangunan),
2. Asset bergerak, berupa karyawan
Tujuan pengendalian ini adalah menjaga akktiva perusahaan, yaitu
menghindari aktiva dan inventaris dari timbulnya kecurangan,
pemborosan, dan kehilangan.
e. Mandatory Vacation Control
Mandatory vacation control merupakan bentuk pengendalian dengan
cara member hak dan kewajibannya untuk melaksanakan cuti dalam
pengendalian ini adalah memulihkan kondisi, menilai, dan mengevaluasi
karayawan yang bersangkutan oleh penggantinya selama karyawan yang
bersangkutan cuti.
f. Number Control
Number control merupakan bentuk pengendalian yang menekankan
pada pengendalian formulir dan kertas kerja yang dipakai dalam
kegiatan transaksi sehari-hari. Pengendalian ini mencakup pengendalian
terhadap nomor urut formulir, kode yang dipakai, dan prosedur lain
yang berhubungan dengan formulir.
Tujuan pengendalian ini adalah mempermudah pengendalian atas aliran
kegiatan transaksi.
g. Independence balancing
Independence balancing merupakan pengendalian yang dilakukan
dengan menggunakan persamaan akuntansi yang menghasilkan
keseimbangan antara saldo rekening lainnya. Proses ini sering disebut
dengan proses persamaan akuntansi, di mana persamaan akuntansi yang
benar akan menghasilkan saldo-saldo yang seimbang.
Sebagai contoh, uang tunai yang dikelola kasir harus sama jumlahnya
dengan catatan uang tunai yang dikelola oleh bagian akuntansi.
Limitation outside activities of bank personel merupakan kegiatan yang
membatasi karyawan bank dari kegiatan-kegiatan tertantu yang dapat
memunculkan self dealing atau “bank dalam bank”.
Kegiatan ini mengarahkan agar setiap karyawan bank tidak mempunyai
motif pengambilan keuntungan pribadi dari bank di mana karyawan
bersangkutan bekerja.
i. Rotation of Duty Assignment Control
Rotation of duty assignment control merupakan bentuk pengendalian
melalui rotasi karyawan yang bertujuan untuk mempermudah tindakan
koreksi dan evaluasi, menghindari kemungkinan terjadinya kolusi, dan
mengembangkan ketrampilan, pengetahuan, dan pengalaman kerja.
2.3.5Jenis Pengendalian Internal Pemberian Kredit
Menurut Winarno (2001:82) “ada tiga jenis pengendalian internal yang
diterapkan, yaitu pengendalian internal rutin, pengendalian internal program, dan
pengendalian internal khusus.
a. Pengendalian Internal Rutin
Pengendalian internal rutin dilakukan pada setiap bagian, yang meliputi
bagian kredit, bagian umum, bagian dana kas umum, dan bagian
pembukuan.
Pengendalian internal program dilakukan pada setiap program yang
diadakan di perusahaan. Pengendalian internal harus melakukan
tugasnya dalam beberapa hal yang memastikan bahwa program tersebut
berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pengendalian yang
dapat dilakukan mencakup pengendalian pengeluaran dan pemasukan
kas, evaluasi program, dan pengendalian administrasi program.
c. Pengendalian Internal Khusus
Pengendalian internal khusus dilakukan atas perintah khusus dari
pimpinan (Direksi) jika dirasakan ada keperluan untuk melakukan
pengendalian internal pada kejadian tertentu”.
2.4Kredit Bermasalah / NPL (Non Performing Loan)
Pada saat melakukan pengawasan kredit, pihak bank akan dapat menentukan
tingkat kolektibilitas kredit. Bagi kredit yang berada dalam kualitas kurang lancar,
diragukan dan macet, pihak bank harus mengambil tindakan untuk dapat
menyelesaikan, karena itu sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank yang
sangat mempengaruhi eksistensi usaha perbankan.
Abdullah (2005:98) mengatakan bahwa “beberapa tindakan yang dapat
dilakukan dalam pengawasan kredit adalah dengan mengadakan restrukturisasi kredit,
mengadakan penjadwalan kembali, mempertimbangkan kredit baru, dan melikuidasi
jaminan”.
Restrukuturisasi dalam arti luas mencakup perubahan struktur organisasi,
manajemen, operasional, sistem dan prosedur, keuangan, aset, utang,
pemegang saham, dan sebagainya. Hasibuan (2001:116) menyatakan bahwa,
“Restrukturisasi atau penataan ulang adalah perubahan syarat kredit yang
menyangkut penambahan dana bank, konversi sebagian/seluruh tunggakan
bunga menjadi pokok kredit baru, atau konversi sebagian/seluruh kredit
menjadi penyertaan bank atau mengambil partner lain untuk menambah
penyertaan”.
Restrukturisasi kredit ini dilakukan apabila bank mempunyai keyakinan
bahwa debitur masih memiliki prospek usaha yang baik dan mampu
memenuhi kewajibannya setelah dilakukan restrukturisasi. Menurut Bastian
(2006:268), “Restrukturisasi kredit ini dapat dilakukan dengan banyak cara,
atara lain melalui modifikasi syarat-syarat kredit, penambahan fasilitas kredit,
pengambilan aset, agunan debitur, konversi kredit menjadi penyertaan modal
sementara pada perusahaan debitur, dan sebagainya”.
b. Mengadakan Penjadwalan Kembali (rescheduling)
Reschedulling atau penjadwalan ulang adalah perubahan syarat kredit
yang hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu termasuk
masa tenggang dan perubahan besarnya angsuran kredit. Ini dapat membantu
debitur dalam mengangsur debitur dalam jangka waktu yang lebih panjang
yang berarti jumlah angsuran yang lebih kecil. Debitur yang memberikan
jujur, serta ada keinginan untuk membayar serta menurut bank usahanya tidak
memerlukan tambahan dana.
c. Reconditioning atau Persyaratan Ulang
Reconditioning adalah perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat
kredit meliputi jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga,
penundaan sebagian atau seluruh suku bunga, dan persyaratan lainnya.
Penambahan syarat kredit ini tidak termasuk penambahan dana dan konversi
sebagian atau seluruh kredit menjadi modal perusahaan. Ini diberikan kepada
debitur yang jujur, terbuka, dan kooperatif yang usahanya sedang mengalami
kesulitan keuangan, tetapi diperkirakan masih dapat beroperasi dan
menguntungkan.
d. Mempertimbangkan Kredit Baru (Novasi Kredit)
Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Bank Indonesia
(2001:III.8C.1) menyatakan, “novasi adalah pembaharuan hutang yang
merupakan salah satu sebab dari hapusnya suatu perjanjian, dengan cara
perjanjian hutang lama diambil alih (diganti) dengan perjanjian hutang baru”.
Dalam pemberian kredit baru ini, pihak bank harus memperoleh jaminan yang
baru dengan safety margin yang tinggi
e. Likuidasi Jaminan
Langkah likuidasi biasanya dilakukan apabila langkah-langkah yang
disebutkan di atas tidak dapat dilakukan lagi. Likuidasi adalah penjualan
Pelaksanaan likuidasi dilakukan terhadap kategori yang menurut bank
benar-benar sudah tidak dapat dibantu untuk disehatkan kembali, atau usaha nasabah
sudah tidak memiliki prospek untuk dikembangkan.
Ratio NPL (Non Performing Loan) melihat berapa besar kredit yang
berada dalam kondisi kurang lancar, diragukan, dan macet dibandingkan
dengan total jumlah kredit yang diberikan. Sesuai dengan ketentuan dari Bank
Indonesia dengan SE NO. 6/23/BPNP Tanggal 31 Mei 2004, dikatakan bahwa
tingkat NPL yang dikatakan baik apabila kurang dari 5% (<5%). Rumus untuk
perhitungan NPL ini adalah:
Kerangka Konseptual
Kredit Kurang Lancar + Diragukan + Macet
NPL = X 100% = …%
2.5Kerangka Konseptual
Gambar 2.1
Kerangka Pengendalian Internal Atas Pemberian KMK Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
PT. Bank Negara Indonesia merupakan bank milik pemerintah yang
menyalurkan berbagai jenis kredit, salah satunya adalah Kredit Modal Kerja
(KMK). Pemberian kredit merupakan suatu proses yang membutuhkan
pertimbangan dan analisis yang baik dari pimpinan bank, untuk menghindari
kemungkinan terjadinya kerugian yang diderita oleh bank sebagai akibat debitur
tidak membayar kewajibannya sesuai perjanjian.
Prosedur pemberian Kredit Modal Kerja (KMK) meliputi: permohonan
diajukan secara tertulis kepada Pemimpin Cabang/Pemimpin Cabang Pembantu Kredit Kredit Modal Kerja
yang dilampiri fotocopy KTP dan Kartu Keluarga yang masih berlaku; pihak bank
meneliti kelengkapan dokumen permohonan kredit dan melakukan peninjauan ke
lokasi usaha dan wawancara kepada calon debitur dengan mengacu kepada formulir
penilaian permohonan kredit; jika layak dibiayai, maka pihak bank mempersiapkan
surat kuasa mencairkan tabungan serta surat sanggup untuk memenuhi persyaratan
penandatanganan perjanjian membuka kredit antara debitur dengan PT. Bank
Negara Indonesia; jika permohonan kredit tidak memenuhi persyaratan, maka pihak
bank membuat surat penolakan kredit kepada calon debitur.
Keberhasilan perkreditan suatu bank tidak dapat lepas dari tata cara
pelaksanaan prosedur kredit yang baik serta adanya pengendalian internal yang
memadai untuk meminimalkan resiko kredit macet yang mungkin timbul di
kemudian hari, sekaligus menghasilkan kredit yang sehat dan produktif.
Pengendalian internal yang dilakukan PT. Bank Negara Indonesia merupakan suatu
prosedur atau usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga agar kredit yang
diberikan tetap lancar, produktif, dan tidak macet sehingga dapat memberikan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu penelitian yang
menguraikan sifat-sifat dan keadaan yang sebenarnya dari suatu objek penelitian.
3.2Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian, yang dalam
hal ini adalah PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Sutomo
secara langsung melalui teknik wawancara mengenai pengendalian
internal atas pemberian Kredit Modal Kerja.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dan data tersebut
sudah diolah, seperti sejarah singkat perusahaan dan struktur organisasi.
3.3Teknik Pengumpulan Data
Teknnik pengumpulan data melalui wawancara baik dengan pimpinan
3.4Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu
mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, menginterpretasikan, dan
menganalisis data untuk memberikan gambaran dan jawaban yang jelas dan akurat
dari perumusan masalah dan kemudian melakukan perbandingan terhadap teori-teori
yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas untuk kemudian membuat
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1Sejarah Singkat PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara
Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah
Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi
pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik
Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa
bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai
Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5
Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional. Menyusul penunjukan De Javsche
Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral
pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai
bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai
bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank
devisa dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.
Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank
Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan
Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari
identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai
akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih
dikenak sebagai ‘BNI 46’. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat
-‘Bank BNI’- ditetapkan bersamaan dengan perubahan identitas perusahaan tahun
1988.
Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT. Bank
Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan menjadi perusahaan public
diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996.
Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan
lingkungan, social-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan
identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga
menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja
secara terus-menerus.
Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan
untuk menggambarkan proyek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan
mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan ‘Bank BNI’ dipersingkat menjadi
‘BNI’, sedangkan tahun pendirian -‘46’- digunakan dalam logo perusahaan untuk
meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era
Pada akhir tahun 2012, Pemerintah Republik Indonesia memegang 60%
saham BNI, sementara sisanya 40% dimiliki oleh pemegang saham publik baik
individu maupun institusi, domestik dan asing.
Saat ini, BNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan total aset,
total kredit maupun total dana pihak ketiga. BNI menawarkan layanan jasa
keuangan terpadu kepada nasabah, didukung oleh perusahaan: Bank BNI Syariah,
BNI Multi Finance, BNI Securities, dan BNI Life Insurance.
Pada akhir tahun 2012, BNI memiliki total aset sebesar Rp 333,3 triliun dan
mempekerjakan lebih dari 24.861 karyawan. Untuk melayani nasabahnya, BNI
mengoperasikan jaringan layanan yang luas mencakup 1.585 outlet domestic dan
5 cabang luar negeri di New York, London, Tokyo, Hongkong, dan Singapura,
8.227 unit ATM milik sendiri, 42.000 EDC serta fasilitas Internet Banking dan
SMS Banking. BNI selalu berusaha untuk menjadi bank pilihan yang
menyediakan layanan prima dan solusi bernilai tambah kepada seluruh nasabah.
Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI
bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa
menjadi kebanggaan negara.
4.1.2Visi dan Misi PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
a. Visi PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
Visi Bank Negara Indonesia adalah menjadi bank yang unggul,
b. Misi PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
1. Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada
seluruh nasabah dan selaku mitra pilihan utama (the choice bank).
2. Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.
3. Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk
berkarya dan berprestasi.
4. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan
dan sosial.
5. Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan
yang baik.
4.1.3Struktur Organisasi PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Cabang Sutomo memiliki
pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan bagiannya
masing-masing. Adapun spesifikasi atau pembagian kerja tersebut yaitu:
a. Pimpinan Cabang
Pimpinan cabang bertugas dan bertanggung jawab dalam memimpin PT.
Bank Negara Indonesia (Persero),Tbk Cabang Sutomo Medan.
b. Branch Quality Assurance (BQA)
Branch Quality Assurance bertugas sebagai penasihat dan pengawas
internal PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Cabang Sutomo Medan
c. Penyelia Bidang Penjualan Cabang (JUC)
Penyelia bidang penjualan hanya terdiri dari satu unit yaitu marketing
(penjualan) bertugas menjual produk dan jasa dari PT. Bank Negara
Indonesia (Persero), Tbk Cabang Sutomo Medan, melakukan penelitian
potensi ekonomi, menyusun peta bisnis regional, dan memberikan masukan
untuk pengembangan produk dan jasa.
d. Pemimpin Bidang Pembinaan Kantor Layanan (PBY)
Ada beberapa bagian dari bidang pemimpin kantor layanan yang
meliputi penyelia bidang administrasi dan umum, pemyelia administrasi
cabang (ASC), pemimpin kantor layanan dan kantor kas. Adapun tugas dari
ketiganya sebagai berikut
1. Penyelia Bidang Administrasi dan Umum
Adapun tugas dari bidang administrasi dan umum adalah sbb:
- Mengelola administrasi laporan dan keuangan kantor layanan.
- Mengelola administrasi transaksi dalam negeri dan kliring kantor
layanan.
- Mengelola aktivitas administrasi perkreditan.
- Mengelola logistic cabang utama dan kantor layanan.
- Menyelenggarakan administrasi umum
2. Penyelia Administrasi Cabang (ASC)
Memiliki tugas mengelola administrasi keuangan cabang, mengelola
administrasi transaksi dan kliring, mengelola administrasi kredit
(khususnya untuk Booking Office, dan Multifinance KSN), mengelola
logistic menyelenggarakan administrasi umum, mengelola kepegawaian,
dan mengkompilasi tindak lanjut hasil temuan Audit Kantor Layanan
(KLN) ke Kantor Cabang Utama (KCU).
3. Kantor Layanan dan Kantor Kas
Bertugas melayani informasi mengenai produk/jasa Bank, melayani
semua jenis transaksi kas, tunai dan pemindahan, melayani transaksi
produk jasa layanan dan penukaran valuta asing, mengelola transaksi
dana dan jasa, dan mengelola admistrasi surat dan dokumen yang
masuk.
4. Pemimpin Bidang Pelayanan Nasabah (PBN)
Bidang pelayanan nasabah terbagi menjadi dua bagian meliputi
pelayanan uang tunai (PUT) dan pelayanan nasabah (PNC). Adapun
tugas dari kedua jabatan tersebut sbb:
5. Pelayanan Uang Tunai (PUT)
Bertugas melayani semua jenis transaksi kas/tunai dan pemindahan
6. Pelayanan Nasabah (PNC)
Bertugas mengelola transaksi produk dana (giro, tabungan, deposito,
simponi, dll), melayani penerbitan kartu, melayani transaksi pencairan
bunga deposito, melayani informasi transaksi produk dana, jasa dan
kredit, melayano transaksi kiriman uang, melayani nasabah custodian,
melayani transaksi layanan, mengelola sistem penerimaan antrian
nasabah, dan mengelola pelaksanaan layanan untuk kenyamanan
nasabah.
4.1.4Produk Perbankan yang Ditawarkan PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
Produk perbankan yang ditawarkan oleh PT. Bank Negara Indonesia
(Persero), Tbk bermacam-macam, karena produk bank merupakan salah satu hal
yang menjadi alasan nasabah memilih bank tersebut sebagai mitranya. Untuk dapt
bertahan dan berkembang, suatu bank di dalam menciptakan produknya harus
mempertimbangkan segmentasi pasar yang ada, antara lain : diperlukan nasabah,
memberikan kepuasan kepada nasabah, dapat diperoleh dengan mudah, dengan
prosedur yang sederhana, keamanan terjamin, dapat membantu kelancaran usaha,
memberikan keuntungan kepada nasabah bank. Produk-produk yang diciptakan
dan dipasarkan PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk, antara lain simpanan,
pinjaman, kartu debit, kartu kredit, layanan e-banking, jasa-jasa keuangan,
a. Simpanan
1. BNI Taplus
2. BNI Taplus Bisnis
3. BNI Taplus Muda
4. BNI Tappa
5. BNI Tapma
6. BNI Haji
7. BNI Tapenas
8. BNI Taplus Anak
9. Tabunganku
10.BNI Giro
11.BNI Dollar
12.BNI Deposito
13.BNI Duo
b. Pinjaman
1. BNI Griya
2. BNI Griya Multiguna
3. BNI Fleksi
4. BNI Cerdas
5. BNI Instan
6. BNI Wirausaha
8. Kredit Investasi
9. Kredit Term Loan
10.Cash Collateral Credit
c. Kartu Debit
1. BNI Card
2. Debit Card BNI – Chelsea
3. BNI – Chelsea Prepaid Card
d. Kartu Kredit
1. Kartu Kredit Regular
2. Kartu Kredit Premium
3. Kartu Kredit Corporate
4. Kartu Kredit Affinity
5. Kartu Kredit Co-Branding
e. Layanan e-Banking
1. BNI ATM
2. ATM Drive Thru
3. SMS Banking
4. Internet Banking
5. Phone Banking
6. Layanan Gerak
f. Jasa-jasa Keuangan