• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembentukan akhlak santri melalui penerapan tata tertib di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembentukan akhlak santri melalui penerapan tata tertib di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik."

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD SYAIFUL ALAM AL GHOZALY NIM. D01213035

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Muhammad Syaiful Alam Al-Ghozaly : D01213035 mengadakan penelitian tentang Pembentukan Akhlak Santri Melalui Penerapan Tata Tertib Di Pondok

Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik. Tahun 2017.

Penelitian ini di latar belakangi oleh rendahnya kedisiplinan siswa dalam proses pendidikan yang mengakibatkan kecenderungan untuk melakukan pelanggaran dimanapun mereka berada. Seperti realita yang terjadi di Indonesia sampai saat ini diantaranya, kecurangan siswa dalam mengerjakan tugas, tawuran, membantah bahkan sampai memukul guru, dan hal ini merupakan wujud penurunan akhlak yang baik pada diri siswa.

Pondok Pesantren Qomaruddin melalui penerapan tata tertib mengajarkan kedisiplinan yang tidak lain bertujuan untuk membentuk akhlak santri menjadi akhlak yang lebih disiplin dan akhlak yang mulia atau Akhla>qul Kari>mah.

Tujuan penelitian ini adalah ingin memperoleh data tentang pembentukan akhlak di pondok pesantren, penerapan tata tertib pondok pesantren dan pembentukan akhlak santri melalui penerapan tata tertib pondok pesantren. Di Pondok Pesantren Qomaruddin Desa Sampurnan Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian dilaksanakan selama pada semester genap tahun pelajaran 2016-2017 antara bulan April 2017 s.d akhir Mei 2017. Teknik pengumpulan data antara lain wawancara, observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan akhlak di pondok pesantren qomaruddin melalui beberapa macam antara lain, Pertama, melalui pengajian kitab kuning. Kedua, melalui pembiasaan wiridan sesudah sholat berjama’ah dan do’a bersama. Ketiga melalui pembiasaan kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren. Keempat pembatasan penggunaan handphone dan barang elektronik lainnya.

Penerapan tata tertib di pondok pesantren Qomaruddin berjalan dengan baik dan hukuman yang diberikan berupa hukuman yang mendidik namun memberikan efek yang baik bagi pembentukan akhlak santri.

Pembentukan akhlak santri melalui penerapan tata tertib di pondok pesantren Qomaruddin menjadi hal yang paling penting. Melalui tata tertib pesantren, santri dipaksa untuk menjadi lebih disiplin. Tindakan-tindakan tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh santri dapat membentuk akhlak santri menjadi akhlak yang disiplin, bertanggung jawab, dan sadar atas kesalahannya.

(7)

HALAMAN SAMPUL ...i

PENGESAHAN TIM PENGUJI ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...iii

PERSEMBAHAN ...iv

MOTTO ...v

ABSTRAK ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...ix

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...x

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiv

PEDOMAN TRANSLITERASI ...xv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Manfaat Penelitian ...8

E. Penelitian Terdahulu ...9

F. Definisi Operasional ...13

G. Sistematika Pembahasan ...14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...16

A. TINJAUAN TENTANG PEMBENTUKAN AKHLAK ...16

1. Pengertian Pembentukan Akhlak ...16

2.Dasar-Dasar Hukum dan Tujuan Pembentukan Akhlak ...20

(8)

PESANTREN ...51

1.Pengertian Penerapan Tata Tertib Pondok Pesantren ...51

2.Dasar dan Tujuan Penerapan Tata Tertib Pondok Pesantren ...53

3.Unsur-Unsur Tata Tertib Pondok Pesantren ...56

4.Penegakan Disiplin Tata Tertib di Pondok Pesantren ...57

C. PEMBENTUKAN AKHLAK SANTRI MELALUI PENERAPAN TATA TERTIB ...63

1. Penerapan Tata Tertib Pondok Pesantren Sebagai Pembentukan Akhlak Santri ...63

2. Strategi Penerapan Tata Tertib Pondok Pesantren ...71

BAB III METODE PENELITIAN ...76

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...76

B. Subyek dan Obyek Penelitian ...77

C. Tahap-Tahap penelitian ...78

D. Jenis Data dan Sumber Data. ...81

E. Teknik Pengumpulan Data ...82

F. Teknik Analisis Data ...85

G. Teknik Keabsahan Data ...88

BAB IV PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN ...91

A. Gambaran Umum Objek Penelitian...91

1. Letak Geografis Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...91

2. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...92

3. Visi Misi, Tujuan dan Program Kerja Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...96

(9)

Gresik ...102

7. Jadwal Kegiatan Santri Mukim Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...106

8. Sarana Prasarana Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...110

B. Pembentukan Akhlak di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...113

1. Pembentukan Akhlak Melalui Pengajaran “Kitab Kuning” Oleh Kyai maupun Ustadz ...113

2. Pembentukan Akhlak Spiritual Melalui Pembiasaan “Wiridan” dan Do’a Bersama ...118

3. Pembentukan Akhlak melalui Pembiasaan Kegiatan Keagamaan ...120

4. Pembentukan Akhlak melalui Pembatasan PenggunaanHandphone, Radio dan Barang Elektronik lainnya ...124

C. Penerapan Tata Tertib di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...127

1. Penyusunan Tata Tertib Pondok Pesantren Qomaruddin ...127

2. Tata Tertib Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...130

3. Penerapan Tata Tertib Pondok Pesantren Qomaruddin ...135

D. Pembentukan Akhlak melalui Penerapan Tata Tertib di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...143

BAB V PENUTUP ...148

A. Kesimpulan ...148

B. Saran ...149 DAFTAR PUSTAKA

(10)

Tabel 1 Pelaksanaan Penelitian Di Pondok Pesantren Qomaruddin ...75

Tabel 2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ...78

Tabel 3 Data Dewan Asatidz Pondok Pesantren Qomaruddin 2016-2017 ...94

Tabel 4 Data Santri Mukim Putra Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik Periode 2016/2017 ...97

Tabel 5 Data Santri Mukim Putri Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik Periode 2016/2017 ...98

Tabel 6 Perkembangan Data Santri Mukim Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik hingga periode 2016/2017 ...99

Tabel 7 Jadwal Kegiatan Harian Santri Mukim Pondok Pesantren Qomaruddin Tahun Pelajaran 2016/201 ...101

Tabel 8 Jadwal Kegiatan Mingguan Santri Mukim Pondok Pesantren

Qomaruddin Tahun Pelajaran 2016/2017 ...103

Tabel 9 Sarana Dan Prasarana Yang Dimiliki PP. Qomaruddin Tahun Pelajaran 2016/2017 ...104

(11)

1. Surat Izin Penelitian

2. Surat Tugas

3. Kartu Konsultasi

4. Pedoman Pengumpulan Data

5. Buku Pribadi Santri

6. Undang-Undang Pondok Pesantren Qomaruddin

7. Lembar Data Perizinan Santri

8. Lembar Data Pelanggaran Santri

(12)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan, Secara sederhana jika merujuk Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) dalam Damsar, merupakan proses pengubahan sikap dan

tata laku seorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1 dari pengertian Kamus tersebut

melalui pendidikan Orang mengalami perubahan sikap dan tata laku,

berproses menjadi dewasa dn lebih matang dalam tingkah laku dan

dilakukan melalui pengajaran dan pelatihan terhadap seseorang.

Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar

bahwa Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi

siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap

lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam

dirinya yang memungkinkannya untk berfungsi secara edekuat dalam

kehidupan masyarakat.2

Dengan melihat pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa pendidikan merupakan satu-satunya cara agar manusia menjadi lebih

baik dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sehingga

dapat mengimbangi setiap perkembangan yang terjadi agar tidak tertinggal

(13)

jauh oleh kemajuan teknologi dalam bekalnya dalam kehidupan

bermasyarakat.

Jauh sebelum Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara sebagai

Pahlawan Pendidikan Nasional merumuskan bahwa pendidikan sebagai

proses pembudayaan kodrat alam setiap individu dengan kemampuan untuk

mempertahankan hidup, yang tertuju pada kemerdekaan lahir batin sehingga

memeperoleh keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kebahagiaan lahir

batin.3 Dengan demikian penting lah pendidikan bagi setiap manusia untuk hidup berdampingan dengan lingkungan.

Keberhasilan suatu pendidikan tidak lepas dari adanya sumber daya

manusia yang berkualitas dan berkarakter. Salah satu jalan alternative yang

untuk mengatasi penyimpangan moral maupun perbaikan akhlak pada diri

siswa adalah melalui pendidikan di Pondok Pesantren. Hal tersebut penting

untuk dilaksanakan mengingat keadaan pendidikan formal saat ini sangat

terpuruk dalam bidang akhlak terutama rendahnya kedisiplinan siswa

baik di sekolah maupun dalam kesehariannya di rumah lingkungan siswa

tinggal. Oleh sebab itu, sejak tahun 2010 pemerintah melalui Kementrian

Pendidikan Nasional mencanangkan penerapan pendidikan karakter bagi

semua tingkat pendidikan, baik sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Upaya ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan

(14)

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4

Hal ini

sesuai dengan model pendidikan yang diajarkan di pondok pesantren.

Meskipun pondok pesantren bukan merupakan pendidikan formal namun

pondok pesantren mengajarkan nilai-nilai akhlak dan pendidikan karakter

serta kedisiplinan sehingga cocoklah sebagai jalan yang ditempuh dalan

pembentukan akhlak yang baik.

Rendahnya kedisiplinan seorang anak akan membuat proses pendidikan

terganggu. Selain itu, kurangnya sikap disiplin siswa mengakibatkan

kecenderungan untuk melakukan pelanggaran dimanapun mereka berada.

Terlebih lagi pendidikan saat ini tidak menuntut peserta didik memiliki

akhlak dan budi pekerti yang baik melainkan lebih menuntut siswa untuk

mendapatkan nilai yang tinggi. Maka tidak heran jika peserta didik sering

melakukan kecurangan baik dalam ujian maupun dalam mengerjakan

tugas-tugas individu, tawuran, membantah bahkan sampai memukul guru, dan

penurunan akhlak yang baik.

Bangsa Indonesia kian hari kian terpuruk, seperti yang di beritakan

4

(15)

baik melalui media sosial, media cetak maupun media televisi dan sudah

banyak orang ketahui pada Mei 2016 lalu kasus guru di Sidoarjo yang

dilaporkan polisi karena mencubit Anak SD sebagai hukuman pada si anak.

Pada bulan Agustus 2016 juga terkenal kasus Orang tua dan Murid

memukul guru di SMKN 2 Makassar hingga si guru pendarahan di bagian

hidung hanya karena guru tersebut memberikan tamparan karena siswa itu

mengeluarkan kata-kata kotor dan tidak sopan.5 Selain itu juga masih ada

banyak kasus-kasus tawuran pelajar yang sampai menewaskan banyak

orang. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan karena se usia pelajar sudah

membunuh teman sebayanya sendiri. Oleh karena itu perlu diadakannya

suatu wadah untuk menanggulangi dan mencegah hal-hal yang demikian

itu bisa terjadi. Salah satunya yakni melalui pondok pesantren.

Fenomena berpakaian seragam ketat saat ini juga menjadi trend bagi

santri yang tinggal di Pondok Pesantren yang juga merupakan siswa

SMA Assa’adah. Tentu saja akan membawa dampak yang negative bagi

generasi muda. Pada umumnya mereka meniru gaya pakaian di dunia

sinetron, lingkungan masyarakat dan di lingkungan sekolahnya sendiri.

Efeknya adalah santri pondok pesantren Qomaruddin juga mengikuti model

pakaian mereka, misalnya celana ketat dan baju jangkis, rok menggantung.

Meskipun pihak sekolah telah menggunting pakaian ketatnya sebagai

5 Indowarta.

(16)

sanksi dari tindakannya, dan pihak pondok pesantren juga menyita

pakaiannya tetapi tetap saja masih terdapat santri yang melanggarnya.

Lebih ekstrim lagi, di Pondok Pesantren Qomaruddin juga pernah

adanya kasus pencurian dan terlibat tawuran yang dilakukan oleh santri.

Tanpa toleransi pihak pondok pesantren mengeluarkan santri tersebut sesuai

dengan peraturan tata tertib yang ada. Walaupun pihak pondok pesantren

sudah berusaha menerapkan tata tertib, namun nampaknya hal itu belum

sepenuhnya berhasil, perlu usaha yang lebih maksimal dalam menerapkan

tata tertib yang telah disepakati bersama.

Sebagai lembaga pendidikan yang Informal. Pondok Pesantren

merupakan suatu lembaga yang dapat menjadi peran utama dalam

pembentukan akhlak santri (red:siswa)nya. Karena di pondok pesantren

mulai sejak tingkatan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas tidak

lepas dari pengawasan dalam pembentukan akhlak dan membentuk

kedisiplinan santri. Untuk tingkatan SMA/sederjat menjadi salah satu

pembina dan percontohan dalam pembentukan akhlak untuk adik-adik nya

yang lain yang dibawah umur. Sehingga dapat selalu terpantau jika ada

penyimpangan dalam ber akhlak dan bertingkah laku. Hal itu semata-mata

tidak terlepas dari penerapan tata tertib di pondok pesantren.

Penerapan tata tertib di pondok pesantren bermacam-macam seperti

yang ada di Pondok Pesantren Qomaruddin yang terkesan unik, salah satu

(17)

pondok pesantren. Jika tidak mengikuti tanpa ada sebab yang jelas maka

diberikan hukuman hafalan beberapa ayat maupun nadhoman sesuai dengan

pelanggarannya. Dengan adanya peraturan seperti ini diharapkan siswa

mengikuti semua kegiatan dan sanksinya pun dapat membuat siswa lebih

banyak menghafal dan mengasah memory santri. Walaupun sanksi

tersebut nampaknya sangat mendidik, tetapi ada beberapa siswa yang

memilih untuk pergi dan menghindar dari pondok daripada dihukum

untuk menghafalkan naz}o>m-naz}o>m dan beberapa ayat al-Qur’an. Hal ini

tentunya dapat menjadikan akhlak yang baik sebagai efek dari pemberian

hukuman yang diberikan di pondok pesantren.

Dalam kaitannya pembentukan Akhlak, tentulah tidak semudah

membalikkan telapak tangan. Namun membutuhkan proses yang lama

metode yang beragam dalam membimbing dan membina peserta didik

sehinga dapat membentuk sebuah kebiasaan. Dengan kebiasaan ini

terbentuklah karakter dari setiap peserta didik. Kebiasaan ini dapat terbentuk

jika ada sesuatu yang mengatur dan dipatuhi atau juga bisa melalui

pembiasaan diri. Untuk itu agar pembentukan Akhlak ini dapat berjalan

dengan baik maka salah satu program pondok pesantren adalah melalui

penerapan tata tertib. Dengan adanya tata tertib diharapkan santri dapat

melaksanakan aturan-aturan yang berlaku di pondok pesantren sehingga

akhlak santri secara perlahan dapat terbentuk dengan baik dan dapat

(18)

pesantren. Sehingga santri memiliki akhlak yang baik, dan tingkat

kedisiplinan yang tinggi.

Dharma Kesuma dkk dalam bukunya yang berjudul Pendidikan

Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah menuliskan salah satu upaya

pembentukan akhlak dapat melalui Kebiasaan (habit). Menurutnya banyak

situasi tingkah moral diuntungkan oleh habit. Orang-orang yang memiliki

karakter yang baik sering tidak berpikir secara sadar tentang “pilihan yang

baik”. Tapi mereka melakukannya karena kekuatan kebiasaan.6 Dengan

kebiasaan, hal tersebut memberikan pengalaman belajar kepada anak-anak

karena dapat mengembangkan kebiasaan yang baik dan juga praktik

menjadi orang yng baik. Dengan begitu bisa terbiasa berkelakuan baik

beretika dan sopan santun.

Oleh karena itu, maka penulis bermaksud melakukan penelitian di

salah satu pondok pesantren yang terkenal di kota santri Gresik yakni

dengan judul “Pembentukan Akhlak Santri Melalui Penerapan Tata Tertib di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik”. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

6 Dharma Kesuma, Dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah,

(19)

1. Bagaimana Pembentukan Akhlak Santri di Podok Pesantren Qomaruddin

Sampurnan Bungah Gresik?

2. Bagaimana Penerapan Tata Tertib di Pondok Pesantren Qomaruddin

Sampurnan Bungah Gresik?

3. Bagaimana Pembentukan Akhlak Santri melalui Penerapan Tata Tertib di

Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini diantaranya:

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pembentukan Akhlak Santri di Pondok

Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Penerapan Tata Tertib di Pondok Pesantren

Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Pembentukan Akhlak santri melalui Penerapan

Tata Tertib di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik.

D. Manfaat Penelitian

Disamping Dalam penelitian ini, penulis harapkan berguna bagi

semua pihak yang membutuhkannya terutama bagi penulis sendiri. dari hasil

penelitian ini diharapkan dapat menarik minat peneliti lain, khususnya

dikalangan mahasantri, untuk mengembangkan penelitian lanjutan tentang

masalah yang sama dan serupa.7

7 Cik Hasan Bisyri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian Skripsi,( Jakarta: Raja Grafindo,

(20)

Adapun Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua macam yakni:

1. Manfaat Akademik

Dapat digunakan sebagai informasi dan sebagai tambahan

pengetahuan mengenai tata tertib atau peraturan yang berlaku di

Pondok Pesantren Qomaruddin sebagai proses pembentukan akhlak

santri.

Selain itu juga sebagai sumbangan kepada UIN Sunan Ampel

Surabaya khususnya kepada perpustakaan sehingga dapat dimanfaatkan

sebagai bagan bacaan atau rujukan yang bersifat ilmiah serta kontribusi

dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan islam sendiri.

2. Manfaat Praktis

Dengan penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan dan bahan

evaluasi terhadap tata tertib yang berlaku di Pondok Pesantren

Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik

Disamping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan

pengambilan kebijakan dalam menerapkan tata tertib pesantren guna

membentuk akhlak santri di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan

Bungah Gresik

E. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pada penelusuran tentang tinjauan pustaka yang peneliti

(21)

yang hampir sama dengan judul penelitian yang penulis lakukan dan

beberapa lagi skripsi yang pernah ditulis di lokasi penelitian

Skripsi yg hampir sama dengan judul penelitian penulis yaitu skripsi

yang berjudul :

1. Korelasi Antara Kegiatan Keagamaan Dengan Pembentukan Akhlak

Peserta Didik Di Sma Islam Sidoarjo. Disusun oleh, Sabta Agustien

Sieseva Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Sunan Ampel Surabaya Tahun 2016.

Dalam Skripsi ini membahas tentang hubungan kegiatan keagamaan

yang dilaksanakan di sekolah dengan akhlak dari siswa yang dalam

penelitiannya Hasil dari penghitungan menggunakan regresi sederhana

menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 116,874 dan F tabel pada nilai

N= 78 adalah 12,7062 sedangkan nilai t hitung sebesar 10.811 dan t tabel

sebesar 1,980 Karena nilai F hitung > F tabel (116,874 > 12,7062) dan

nilai t hitung > t tabel, 10.811 > 1,980 di tambah lagi dengan nilai

signifiasi 0,000 < 0,05. Sehingga semakin tinggi kegiatan keagamaannya

semakin tinggi pula pembentukan akhlak nya.

2. Pengaruh Mata Pelajaran Akidah Akhlak Terhadap Pembentukan

Karakter Siswa Di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya. Disusun Oleh, susi

Ardina Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

(22)

Dalam Skripsi ini membahas tentang gambaran pembelajaran Aqidah

Akhlak di Sekolahan dan pengaruhnya dalam pembentukan akhlak.

Dalam penelitiannya peneliti menggunakan rumus korelasi product

moment yang menghasilkan nilai positif dan nilai hasil df = 60, jika

dikonsultasikan pada taraf signifikan 5 % = 0,250 dan pada taraf 1% =

0,325. Dari hasil signifikansi 5% dan 1% dapat diketahui bahwa “rXY”

lebih besar dari “rtabel” (rhitung = 0,531 > rtabel = 0,250). Dan setelah uji

signifikan ditemukan thitung lebih besar dari ttabel (t hitung = 6,854 > ttabel =

2,390). Sehingga ada pengaruh pelajaran akidah akhlak terhadap

pembentukan karakter siswa.

3. Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Dalam Menanggulangi Pelanggaran

Tata Tertib Sekolah Di Kelas 8 SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya Tahun

Ajaran 2013/2014 yang disusun oleh Nur Lailia Mufidah, Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri

Sunan Ampel Surabaya tahun 2014.

Dalam Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan pembinaan akhlak

dalam menanggulangi pelanggaran tata tertib di sekolah dan hasil dari

penelitian bahwa pembinaan akhlak dapat menekan tingkat pelanggaran

(23)

Skripsi yang pernah dilakukan di lokasi penelitian yang sama dengan

penulis yaitu skripsi yang berjudul. :

1. Kepemimpinan KH. Ahmad Muhammad Al Hammad dalam upaya

pengembangan Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan

Bungah Gresik : Ni'matus Sholikhah Program Studi Manajemen

Dakwah. Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya pada tahun 2001. Skripsi ini membahas tentang kepemimpinan

Kepala Yayasan dalam pengembangan Yayasan.

2. Peranan Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan dalam Pembinaan

Keagamaan Masyarakat Desa Bungah Gresik : Zuhriyatul Lathifah

Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut

Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2002. Skripsi ini

membahas peran pondok pesantren bagi keagamaan masyarakat desa.

Sedangkan untuk penelitian penulis sendiri. Dalam penelitian ini

penulis lebih menitik beratkan pada bagaimana pembentukan akhlak santri

dan bagaimana penerapan tata tertib sebagai salah satu sarana

pembentukan akhlak santri di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan

(24)

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah pemahaman dalam mengkaji skripsi ini serta

untuk memperoleh gambaran yang jelas sebagai tindakan preventif, maka

dirasa perlu memberi penjelasan atau penegasan tentang beberapa istilah yang

terdapat dalam judul skripsi ini. Berikut penegasan judul tersebut:

1. Akhlak santri adalah segala budi pekerti baik yang ditimbulkan santri

tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan yang mana sifat itu menjadi

budi pekerti yang utama dan dapat meningkatkan harkat dan martabat

santri.8

2. Santri adalah: pelajar, dan seluruh peserta didik yang tinggal di pondok

pesantren.

3. Pembentukan Akhlak Santri : usaha sungguh-sungguh dalam rangka

membentuk akhlak santri, dengan menggunakan sarana pendidikan dengan

sungguh- sungguh dan pembinaan yang terperogram dengan baik dan

dilaksanakan dengan konsekuen dan konsisten9

4. Penerapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah perbuatan

menerapkan.

5. Tata Tertib adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan

sehari-hari dan mengandung sanksi bagi pelanggarnya.10

8 Irfan, Sidney. Kamus Arab Indonesia. (Jakarta: Andi Rakyat, 1998). h. 127 9

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka, 2011) h. 45

10

(25)

6. Penerapan Tata Tertib adalah suatu perbuatan mempraktekkan

ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan untuk mencapai tujuan tertentu dan

untuk suatu kepentingan yang diinginkan.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami maksud yang

dikehendaki, sistematika penulisan penelitian ini sengaja disusun sebagai

berikut:

Bab Pertama dalam Skripsi ini merupakan uraian yang di dalamnya

berisi beberapa pokok pikiran yang melatarbelakangi timbulnya penelitian

yang akan diteliti, tentang rumusan masalah, tujuan penelitian, Manfaat hasil

penelitian, difinisi operasional, serta sistematika pembahasan.

Setelah itu pada Bab kedua adalah kajian teori yang berisi tinjauan

tentang pembentukan akhlak santri dan juga tentang penerapan tata tertib

Adapun tinjauan tentang pembentukan akhlak santri di dalamnya terdapat

sub-sub antara lain: pengertian pembentukan akhlak, dasar dan tujuan

pembentukan akhlak, pembagian akhlak dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan akhlak. Sedangkan tinjauan tentang penerapan

tata tertib di dalamnya terdapat sub-sub bab antara lain: pengertian penerapan

tata tertib, dasar dan tujuan penerapan tata tertib, unsur-unsur tata tertib dan

penegakan disiplin tata tertib di. Selain itu juga terdapat sub bab pembentukan

(26)

antara lain : penerapan tata tertib sebagai upaya pembentukan akhlak dan

strategi penerapan tata tertib.

Kemudian di Bab ketiga membahas tentang metode penelitian yang

meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, subyek dan obyek penelitian,

tahap-tahap penelitian, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data, dan teknik keabsahan data.

Pada Bab keempat Berisi paparan data hasil penelitian, menjelaskan

tentang gambaran umum Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik yang

mencakup letak geografis serta sejarah berdirinya Pondok Pesantren

Qomaruddin dan perkembangannya, dasar dan tujuan didirikannya Pondok

Pesantren Qomaruddin, struktur organisasi Pondok Pesantren Qomaruddin,

keadaan pendidik, para santri, sarana prasarana serta kegiatan di Pondok

Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik dan berisi pula tentang pembahasan

atau kajian pokok dalam penulisan skripsi, dan berusaha menjawab

masalah-masalah penelitian yang ada, yaitu bagaimana pembentukan Akhlak santri di

Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah, penerapan tata tertib, serta faktor

pendukung dan penghambat di dalamnya.

Akhirnya pada Bab Kelima : Berisi penutup yang merupakan bab

(27)

16

A. TINJAUAN TENTANG PEMBENTUKAN AKHLAK

1. Pengertian Pembentukan Akhlak

Secara etimologi, "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari

bentuk mufradnya "khuluqun" (قلخ) yang menurut logat diartikan: budi

pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung

segi-segi persesuaian dengan perkataan "khalqun" (قلخ) yang berarti

kejadian, serta erat hubungannya dengan "kha>liq" (قلاخ) yang berarti

pencipta dan "makhlu>q" (قولخم) yang berarti yang diciptakan. 1

Definisi akhlak di atas muncul sebagai mediator yang

menjembatani komunikasi antara kha>liq (pencipta) dengan makhlu>q (yang

diciptakan) secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai hablum

min Allah. Dari produk hablum min Allah yang verbal biasanya lahirlah

pola hubungan antar sesama manusia yang disebut dengan hablum min

anna>s (pola hubungan antar sesama makhluk).2

Meskipun kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, kata akhlak tidak

terdapat di dalam Al-Qur’an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam

hadith. Satu-satunya kata yang ditemukan semakna akhlak dalam

1 Zahruddin AR, dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2004) h. 1

(28)

Qur’an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluqun, tercantum dalam surat al

Qalam ayat 4:

ىَلَعَل َكنِإَو

ٍقُلُخ

ٍمىْيِظَع

٤

Artinya: Sesungguhnya Engkau (Muhammad) benar-benar, berbudi

pekerti yang luhur.3

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah

sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan

selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut

akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela

sesuai dengan pembinaannya.4

Secara terminologi, akhlak berarti tingkah laku seseorang

yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu

perbuatan yang baik. Muhammad Al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak

adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat

memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih

dahulu.5

Jadi pada hakikatnya khuluq (budi pekerti) atau akhlak ialah

kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian

hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan

3 Depag RI, Al Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung : CV Penerbit Diponegoro,

2010) h. 564

4 Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992) h. 1

(29)

dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran. Apabila dari

kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan

syariat dan akal pikiran. Maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan

sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebut budi

pekerti yang tercela.

Dalam menentukan baik buruknya akhlak, Islam telah meletakkan

dasar-dasar sebagai suatu pendidikan nilai, dimana ia tidak mendasarkan

konsep al-ma’ruf (yang baik) dan al-munkar (yang jelek) semata-mata

pada rasio, nafsu, intuisi, dan pengalaman yang muncul dari panca indera

yang selalu mengalami perubahan. Tetapi Islam, telah memberikan sumber

yang tetap yang menentukan tingkah laku moral yang tetap dan universal

yaitu Al-Qur’an dan as-Sunnah. Dasar hidup itu menyangkut kehidupan

perorangan, keluarga, tetangga, sampai pada kehidupan bangsa.6

Selanjutnya Tadjab dalam Dimensi-Dimensi Studi Islam mengutip

pendapat Ibnu Maskawaih, mendefinisikan akhlak dengan keadaan gerak

yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak memerlukan

pikiran.7 Sedangkan Tadjab juga mendefinisikan Akhlak adalah “sikap hati yang mudah mendorong anggota tubuh untuk berbuat sesuatu”.8

6 Sahal Mahfudz, Nuansa Fiqh Sosial, (Yogyakarta: LKiS Bekerjasama dengan Pustaka

Pelajar, 1994), h. 180-181

7 Tadjab, Muhaimin, Abd. Mujib, Dimensi-Dimensi Studi Islam (Surabaya: Karya Abditama,

1994) h. 243

8 Depag RI, Panduan Pesantren Kilat (Untuk Sekolah Umum) (Jakarta: Departemen Agama

(30)

Adapun Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin, yang disebut akhlak itu

ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya kehendak itu bila membiasakan

sesuatu, maka kebiasaan itulah yang dinamakan akhlak. Dalam penjelasan

beliau, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan sesudah bimbang,

sedangkan kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah

dikerjakan. Jika apa yang bernama kehendak itu dikerjakan berulang-kali

sehingga menjadi kebiasaan, maka itulah yang kemudian berproses menjadi

akhlak.9

Karena akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk

tergantung pada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, Namun

secara sosiologis di Indonesia kata Akhlak sudah mengandung konotasi

baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berahlak baik.10

Sedangkan kata “pembentukan” dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia berasal dari kata bentuk yang berwalan pe- dan berakhiran –an,

yang memiliki arti Proses, cara, Proses membentuk. 11

Jadi pengertian pembentukan akhlak seperti yang dikemukakan

oleh Abuddin Nata adalah usaha sungguh-sungguh dalam rangka

membentuk anak dengan sungguh – sungguh, dengan menggunakan

9 Tim Dosen Agama Islam, Pendidikan Agama Islam Untuk Mahasiswa (Malang: IKIP

Malang, 1995) h. 170

10Abu Ahmadi, Noor Salim, MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Islam, (Bandung: Bumi

Aksara,1986) h. 198

11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat

(31)

sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan

dilaksanakan dengan konsekuen dan konsisten.12

2. Dasar-Dasar Hukum dan Tujuan Pembentukan Akhlak

Setiap akhir dari tujuan ibadah adalah pembinaan ketakwaan yang

mengandung arti menjauhi perbuatan yang jelek, dan mendekati

perbuatan yang baik. Para Ulama’ juga mengungkapkan yaitu sikap yang

hanya baik dan telah biasa dilakukan oleh orang-orang yang dinilai

sebagai berakhlak mulia.13

Kita sebagai umat Islam tidak terlepas dari pedoman hidup

yang telah kita yakini yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Maka disini penulis

memberikan pandangan hukum Islam yang menjadi dasar dari

pembentukan akhlak tertuang di dalam Al-Qur’an maupun Hadis sebagai

dasar religi serta menjadikan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar konstitusional

a. Dasar- Dasar Hukum Pembentukan Akhlak

Sumber akhlak atau pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan

kriteria baik buruknya sesuatu perbuatan adalah Al-Qur’an dan sunnah

Rasulullah SAW.14 Kedua dasar itulah yang menjadi landasan dan

12 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka, 2011) h. 45

13 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol 14 (Tangerang : Lentera Hati, 2005) h. 380-381 14 Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: UIN Sunan

(32)

sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan

menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk.

Disamping itu, dasar-dasar pembentukan akhlak dalam hal ini

penulis membagi menjadi dua macam yakni Dasar Religi, dan Dasar

Konstitusional. Dengan uaraian sebagai berikut :

1) Dasar Religi

Yang dimaksud dasar religi dalam uraian ini adalah

dasar-dasar yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah rasul (Al-Hadits)

sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Qalam

ayat 4 yakni sebagai berikut

ىَلَعَل َكنِإَو

ٍقُلُخ

ٍمىْيِظَع

٤

Artinya : “Sesungguhnya Engkau (Muhammad) benar-benar,

berbudi pekerti yang luhur”.15

Sedangkan hadis Nabi yang menjadi sumber hukum akhlak

Ialah :

نبا ديعس وبأ أبنأ ياهبصأا فسوي نب دمح وبأ انربخأ

دمح ركب وبأ ا ث ,يرعأا

نب ديعس ا ث ,يذورورما ديبع نب

م

نب دمح يرخأ ,دمح زيزعلا دبع ا ث , روص

ناجع

نع

يأ نع ميكح نب عاقعقلا

ه ع ها يضر ةرير يأ نع حاص

.م.ص ها لوسر لاق : لاق

(33)

ُِأ ُتْثِعُب اََِإ

َاْخَأْاَمِراَكَم َمََِ

َياَوِر َِِوُ

ِ َََِلاَص : ٍة

هجرخأ .

اخبلا

امرغو مكاحاو درفما بدأا ِ ير

Artinya :

“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan

akhlak yang mulia (dalam riwayat lain: yang shalih) .” Hadits

Shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari di dalam kitab

al-Adab al-Mufrad, Imam al-Hakim dan lain-lain.16

Selain itu tingkat kesempurnaan keimanan seseorang juga dapat

dilihat dari kesempurnaan akhlak dari orang tersebut. Sebagaimana Hadis

Nabi SAW:

اًقُلُخ ْمُهُ َسْحَأ َو اًناَِْْإ َنِمْؤُمْلا ُلَمْكَأ

َىذمرلا اورُ

Artinya:

Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang

yang paling sempurna budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi).17

Orang tua merupakan pembentuk Akhlak pertama dalam hidup

Anak. Kepribadian orang tua, sikap, dan cara hidup mereka

merupakan unsur pendidikan yang tidak berlangsung, yang dengan

sendirinya masuk dalam kepribadian anak. Jadi hal ini juga

sangat besar peranannya, sesuai dengan sabda Nabi

16 Al-Baihaqi, Al-Sunan Al-Kubro Juz 10, (Beirut : Da>r Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 2002), h. 323

Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dll, lihat Al-Adab al-Mufrad karya Imam al-Bukhari, Bi Takhrijat Wa Ta’liqat: Syaikh al-Albani, Da>r ash-Shiddi>q, Jubail, KSA, cet. II, 1421 H/2000 M, hal. 100-101, no. 273. Lihat pula Silsilah Shahihah, no. 45.

(34)

ِةَرْطِفْلا ىَلَع ُدَلْوُ ي ٍدْوُلْوَم لُك

َ ي ُاَوَ بَأَف

ُهَناَسُجَْْ ْوَأ ُهَناَرُصَْ ي ْوَأ ُهَناَدْوُه

Artinya:

“Semua anak dilahirkan suci, maka bapak ibunyalah yang

menjadikan dia Yahudi Nasrani atau Majusi” (HR. Bukhari

Musalim).18

Dalam agama Islam yang menjadi dasar atau alat

pengukur yang menyatakan bahwa sifat-sifat seseorang itu dapat

dikatakan baik atau buruk adalah Al-Qur’an dan Hadis. Apa yang

baik menurut Al-Qur’an atau Hadis itulah yang baik untuk

dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari- hari. Sebaliknya apa

yang buruk menurut Al-Qur"an dan Hadis berarti itu tidak baik

dan harus dijauhi.

Jika ada orang yang menjadikan dasar akhlak itu pada

adat kebiasaan yang berlaku dalam suatu masyarakat maka untuk

menentukan atau menilai baik- buruknya adat kebiasaan itu,

harus dinilai dengan norma-norma yang ada dalam Al-Qur’an

dan Hadis, kalau sesuai terus dipupuk dan dikembangkan, dan

kalau tidak harus ditinggalkan.19

Pribadi Nabi Muhammad SAW adalah contoh yang

paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian.

(35)

Begitu juga sahabat-sahabat beliau yang selalu mempedomani

Al-Qur’an, dan ajaran Nabi Muhammad SAW dalam kesehariannya

dengan demikian kita pun patut mematuhi ajaran yang disampaikan

Nabi Muhammad SAW.

2) Dasar konstitusional

Dasar konstitusional pembinaan akhlaqul karimah yaitu

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 31 ayat 3 menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan

dan menyelenggarakan atau sistem pendidikan nasional yang

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta kemuliaan dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

undang-undang.20

Selain itu Undang-Undang Dasar yang mengatur kehidupan

suatu bangsa atau Negara, mengenai kegiatan pembinaan moral,

juga diatur dalam UUD 1945, pokok pikiran ke empat sebagai

berikut :

“Negara berdasar atas ke-Tuhanan yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, undang-undang dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara untuk memelihara budi pekerti manusia yan luhur

dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur”.21

20 Undang-undang Republika Indonesia. No. 20 tahun 2003. Tentang Sistem pendidikan Nasional (Sisdiknas), (Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 49

(36)

Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa sebagai

warga Negara Indonesia yang berketuhanan Yang Maha Esa

hendaknya ikut serta dalam membentuk akhlak yang baik dan ikut

serta membina dan memelilhara akhlak. Hal itu demi terwujudnya

warga negara yang baik dan berbudi pekerti luhur

b. Tujuan Pembentukan Akhlakul Karimah

Tujuan akhir setiap ibadah adalah ketaqwaan. Melihat dari segi

tersebut bertakwa mengandung arti melaksankan segala perintah agama

dan meninggalkan segala larangan agama. Ini berarti menjauhi perbuatan-

perbuatan jahat dan melakukan perbuatan-perbuatan baik (akhla>qul

Mahmu>dah). Perintah Allah ditujukan kepada perbuatan-perbuatan baik

dan larangan berbuat jahat (akhla>qul madhmu>mah). Orang bertakwa

berarti orang yang berakhlak mulia, berbuat baik dan berbudi luhur.22

Tujuan Akhlak adalah mencapai kebahagiaan hidup umat

manusia dalam kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat.23 Jika seseorang dapat menjaga kualitas mu’amalah ma’a Allah dan

mu’amalah ma’a anna>s, insya Allah akan memperoleh ridho-Nya.

Orang yang mendapat ridha-Nya micaya akan memperoleh jaminan

kebahagiaan hidup baik duniawi maupun ukhrawi.

Dari keterangan di atas dapat penulis simpulkan yakni tujuan

pembentukan akhlak ialah menanamkan dan membiasakan peserta didik

(37)

untuk berlatih berakhlak yang baik secara tertib dan bertanggung jawab

serta pula untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan

amarah sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat

menerima Nur Cahaya Tuhan24.

Sebagaimana Ahmad Amin mengatakan :

” Dengan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya, kita

lalu dapat memilih mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat dholim termasuk perbuatan buruk, membayar hutang kepada pemiliknya termasuk baik, sedangkan mengingkari utang

termasuk perbuatan buruk ”25.

Pembentukan akhlak pada dasarnya mempunyai tujuan yaitu

ingin mencapai kebaikan dan meninggalkan keburukan, baik dalam

kehidupan individu sendiri, masyarakat bahkan berbangsa dan

bernegara. Menurut tokoh pendidik Islam, tujuan pembentukan akhlak

adalah:

1) Menanamkan perasaan cinta kepada Allah dalam hatinya

2) Menanamkan I’tikad yang benar dan kepercayaan yang benar

dalam dirinya

3) Mendidik supaya menjalankan perintah Allah SWT. Dan menjauhi

larangan-Nya.

4) Membiasakan akhlak yg mulia dan menunaikan kewajiban agama.

(38)

5) Mengajarkan supaya mengetahui hukum-hukum agama serta

mengamalkannya.

6) Memberi petunjuk hidup di dunia dan akhirat.

7) Memberi suri tauladan (prilaku yang baik).26

Menurut Prof Moh. Athiyah Al-Abrasyi, tujuan utama dalam

Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam bahwa pendidikan Akhlak

dalam Islam adalah untuk membantu orang-orang (peserta didik) yang

bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan

perbuatan mulia dalam tingkah laku, bersifat bijaksana, memiliki tata

karma, sempurna, ikhlas, jujur, suci.27

Begitu pula Hamzah mengemukakan bahwa tujuan dari

pembinaan akhlak yaitu sesuai dengan pola hidup yang diajarkan

islam, bahwa seluruh kegiatan hidup, harta kematian sekalipun,

semata-mata dipersembahkan kepada Allah, ucapan yang selalu

dinyatakan dalam do’a iftitah sholat, merupakan bukti nyata bahwa

tujuan yang tertinggi dari segala tingkah laku adalah mendapatkan

Rid}o Allah.28

26 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Jakarta: Hidayah Karya Agung

1989) h. 19

27 Athiyah Al-Abrasyi,

Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970) h. 104

(39)

3. Pembagian Akhlak

Berangkat dari definisi akhlak maka akhlak itu terbagi menjadi dua

bagian. Pertama ada akhlak yang baik yang dinamakan akhla>qul

Mahmu>dah (akhlak terpuji). Kedua ada yang dinamakan akhla>qul

madhmu>mah (akhlak tercela). Akhlak terpuji adalah akhlak yang menjadi

tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad SAW, dan merupakan hal yang

berat timbangannya kelak di hari kiamat. Akhlak atau budi pekerti yang

mulia (akhla>qul Mahmu>dah) adalah jalan untuk memperoleh kebahagiaan

dunia dan di akhirat kelak serta mengangkat derajat manusia ke tempat

mulia sedangkan akhlak yang buruk (akhla>qul madhmu>mah) adalah racun

yang berbahaya serta merupakan sumber keburukan yang akan

menjauhkan manusia dari rahmat Allah SWT. sekaligus merupakan

penyakit hati dan jiwa yang akan memusnahkan arti hidup yang

sebenarnya.

Menusia memang diberi dua jalan yakni jalan baik dan jalan yang

buruk. Keduanya menajdi potensi yang ada dalam diri manusia sejak awal

penciptaan manusia. Akan tetapi walau kedua potensi itu ada dalam diri

manusia tetap saja ditemukan isyarat dalam al-Qur’an bahwa kebajikan

lebih dahulu menghiasi jiwa manusia daripada kejahatan, dan bahwa

manusia pada dasarnya cenderung pada kebaikan.29

(40)

Berdasarkan objeknya, akhlak dibedakan menjadi dua: pertama, akhlak

kepada khaliq, kedua akhlak kepada makhluk, yang terbagi menjadi:

a. Akhlak terhadap Allah SWT.

b. Akhlak terhadap Rasulullah SAW.

c. Akhlak terhadap keluarga

d. Akhlak terhadap diri sendiri

e. Akhlak terhadap sesama atau orang lain dan

f. Akhlak terhadap lingkungan alam.30

Pembahasan seputar akhlak ini sangat luas, namun penulis batasi.

Bagaimana berakhlak kepada Allah SWT, kepada diri sendiri, kepada

masyarakat atau sesama dan berakhlak kepada alam (lingkungan).

a. Akhlak Kepada Allah SWT.

Alam dan seisinya ini mempunyai pencipta dan pemelihara

yang diyakini adanya yakni Allah SWT. Dialah yang memberikan

rahmat dan menurunkan adzab kepada siapa saja yang

dikehendakinya. Oleh karena itu manusia wajib taat dan beribadah

hanya kepada-Nya sebagai wujud rasa terima kasih terhadap segala

yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia

1) Berdo’a Kepada Allah SWT

Memohon apa saja kepada Allah SWT. Doa merupakan

mukhhulibadah (otaknya ibadah), karena doa merupakan pengakuan

(41)

akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus

pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. 31

2) Ikhlas Kepada Allah SWT

Ikhlas artinya tanpa pamrih atau tanpa mengharapkan apa

pun kepada selain Allah SWT. Mengerjakan sesuatu hanya

mengharapkan ridho Allah SW., tidak mengharapkan apa pun

selain-Nya dan kepada selain-Nya, itulah ikhlas.

3) Bertakwa Kepada Allah SWT

Kalimat “ittaqulla>h” (bertaqwalah kepada Allah) jika

diterjemahkan secara harfiyah akan menjadi jauhilah Allah SWT

atau hindarkanlah dirimu dari Allah SWT. Hal ini tentunya

mustahil dapat dilakukan manusia karena siapakah yang dapat

menghindar dari Nya. Ulama-ulama berpendapat bahwa

sesungguhnya terdapat satu kata yang tersirat antara hindarilah

dan Allah. Kata yang tersirat itu adalah siksa atau hukuman.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan menghindari Allah

adalah menghindari siksa atau hukuman Nya.32

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa>’ :

قي

څقۉٰي

أ

ق

ٱ

سڅٯن

ٱ

اۊ ںٯت

ہ كٯبقر

ٱ

يق

َ

ٯ

ہ كقںقۀقخ

ۄقكم

ڷٯن

لڝ

قو

لةقڙقح

قڸقۀقخقو

ۆقم

څقۉ

وقز

څقۉقج

ٯڍقبقو

ۆقم

څقۃ ۉ

م

لڅقجقر

ميقث

قك

ا

كڅ قسقنقو

مء

31Ibid.,
(42)

قوٱ

اۊ ںٯت

ٱ

ق ٯّ

ٱ

يق

َ

ٯ

كڅ قسقت

قنۊ قء

قۇقب

ۦ

قو

ٱ

ق

ل

ر

قعڅقح

ٯنقإ

ٱ

ق ٯّ

قن قَ

يقۀقع

ہ ك

مڈيق قر

څ

Artinya:

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah

Menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan Allah Menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu Menjaga

dan Mengawasimu.” (Q.S An-Nisa>’:1)33

4) Tawakkal Kepada Allah SWT

Tawakal mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

pemahaman manusia akan takdir, rida, ikhtiar, sabar dan do’a.34 Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah

SWT untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah

kemadharatan, baik menyangkut urusan dunia maupun urusan

akhirat.

5) Berdzikir kepada Allah SWT

Berdzikir sebagai bukti ketaatan kepada Allah. Berdzkir

berarti selalu mengingat Allah SWT, dimanapun, kapanpun dan

dalam kondisi apapun. seperti dalam Q.S Al-Baqarah ayat 152,

yang berbunyi :

33 Depag RI, Al Hikmah .... h. 77

34 Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, (Bandung:

(43)

قفٱ

م

كقنو ڛ

ك

م

ق

ث

ڛ ك

ہ

قو

ٱ

ش

او ڛ ڽ

قل

ق

لقو

كقت

قنو ڛ ڷ

٢

Artinya:

“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun ingat kepadamu.

Bersyukurlah Ku, dan janganlah kamu ingkar

kepada-Ku.” (Q.S. Al-Baqarah : 152)35

Dan juga dalam Q.S Ar-Ra’d ayat 28:

ٱ

قۄيق

َ

ٯ

اۊ ۆقماقء

ګقتقو

ٰۄقئقۃ

ہ ۉ بۊ ۀ ق

كقښقب

قڛ

ٱ

هقٯّ

ق

ل

أ

ق

كقښقب

قڛ

ٱ

ق ٯّ

ګقت

ٰۄقئقۃ

ٱ ل

بۊ ۀ ں

٨

Artinya:36

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi

tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan

mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’d :

28)37

b. Akhlak kepada Diri Sendiri

Akhlak terhadap diri sendiri yang dimaksud adalah bagaimana

seseorang menjaga dirinya (jiwa dan raga) dari perbuatan yang dapat

menjerumuskan dirinya atau bahkan berpengaruh kepada orang lain

karena diri sendiri merupakan asal motivasi dan kembalinya manfaat

suatu perbuatan.

1) Menjaga Kesehatan

Setiap muslim diperintahkan untuk menjaga kesehatan

dirinya. Baik kesehatan jasmani maupun rohani. Menjaga

35 Depag RI, Al Hikmah .... h. 23 36 Ibid., h. 252

(44)

kesehatan jasmani dapat dilakukan dengan cara makan makanan

yang sehat dan halal serta dengan berolahraga. Sedangkan

menjaga kesehatan rohani dapat dilakukan dengan kegiatan yang

dapat menentramkan hati seperti membaca Al-Qur’an.

Allah berfirman dalam QS. Al-A’ra>f (7) :

قي

ك قنقڈ

قعقلاقء

او ښ خ

ہ كقڌقنيقز

قڙۆقع

ق

ك ك

سق

لڙقج

اۊ ُقو

قو

ٱ

ق ش

اۊ ب

ق

لقو

ت

ق س

كۊ ف

ا

ۇٯنقإ

ُ

ق

ل

ٰچق ُ

ٱ

ق س ۃ

قَقي

١

Artinya :

“Wahai anak Adam!, pakailah pakaianmu yang bagus pada

Setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang

yang berlebih-lebihan.”(QS. Al-A’ra>f : 31)38

2) Memelihara kesucian diri

Maksud dari memelihara kesucian diri (al-ifa>fah) adalah

menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah dan memelihara

kehormatan. Upaya memelihara kesucian diri ini hendaknya

dilakukan setiap hari agar diri tetap berada dalam status

kesucian. Hal ini dapat dilakukan mulai dari memelihara hati

(qalbu) untuk tidak membuat rencana dan angan-angan yang

buruk.39

(45)

Allah berfirman dalam QS. Ash-Sha>ms (94):

ْ فَأ ْدَق

ىكَز نَم َََل

اَه

٩

Artinya :“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan

jiwa itu” (Q.S Ash-Sha>ms: 9)40

3) Bertanggung jawab

Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur'an surat

At-Tahri>m ayat 6 :

قي

څقۉٰي

أ

ق

ٱ

قۄيق

َ

ٯ

اۊ ۆقماقء

كۊ ق

ا

ہ ك قس ڷن

ق

ث

ه

ق

ثقو

ہ كيقۀ

مرڅقن

ا

څقه لۊ ققو

ٱ

سڅٯن

قو

ٱ

ق

ل

ةقرڅقج

يقۀقع

څقۉ

قلقم

ډقڽقئ

قلقغ

ظ

لاقڙقش

ٯ

ل

عقي

قنۊ ص

ٱ

ق ٯّ

كڅقم

ہ هقڛق

ق

ث

ڷقيقو

قنۊ ۀقع

څقم

ڀ ي

قنو ڛق

٦

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan.”(QS. At-Tahri>m : 6)41

Ayat di atas menjadi dasar untuk meyakinkan bahwa sikap

terhadap diri sendiri adalah prinsip yang perlu mendapat perhatian

sebagai menifestasi dari tanggung jawab terhadap dirinya dalam

bentuk sikap dan perbuatan akhlak yang terpuji.

(46)

4) Bersikap pemaaf

Salah satu sifat mahmudah adalah sifat pemaaf dan lawan

daripada sifat ini adalah sifat pemarah dan pendendam. Pemaaf

berarti orang yang rela memberi maaf kepada orang lain. Sikap

pemaaf berarti sikap suka memaafkan kesalahan orang lain

tanpa sedikit pun ada rasa benci dan keinginan untuk

membalasnya. Dalam bahasa Arab sikap pemaaf disebut al-’afw

yang juga memiliki arti bertambah (berlebih), penghapusan,

ampun, atau anugerah.

Pemaaf adalah sifat luhur yang perlu ada pada diri setiap

muslim. Ada beberapa ayat al-Quran dan hadis yang

menekankan keutamaan bersifat itu yang juga disebut sebagai

sifat orang yang hampir di sisi Allah SWT.

Allah Berfirman dalam QS. A<li ’Imra>n (4):

ٱ

قۄيق

َ

ٯ

قنۊ ںقڷۆ ي

قف

ٱ

كاٯ ٯس

قء

قو

ٱ

كاٯ ٯَ

قء

قو

ٱ ل

قك

قَقۃقڮ

ٱ ل

يقغ

قڬ

قوٱ

ل

قَقيڅقع

قۄقع

ٱ

قسڅٯن

قو

ٱ

ٯّ

ٰچق ُ

ٱ

ح ۃ

قَقنقس

٤

Artinya :

“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai

orang-orang yang berbuat kebaikan.” ( QS. A<li ’Imra>n:134)42

(47)

5) Bersikap sederhana

Hidup sederhana berarti membebaskan segala ikatan yang tidak

di perlukan. Berbeda dengan kemiskinan, kesederhanaan

merupakan suatu pilahan, keputusan untuk menjalani hidup

yang berfokus pada apa yang benar-benar berarti. hidup

sederhana adalah hidup yang di sesuaikan dengan kebutuhan

dan tidak berlebihan dalam menggunakan harta yang ada.

c. Akhlak terhadap sesama

1) Husnuz}a>n

Husnuz}a>n secara bahasa berarti “berbaik sangka” lawan katanya

adalah su>’uz}a>n yang berarti berburuk sangka atau apriori dan

sebagainya. Husnuz}a>n adalah cara pandang seseorang yang

membuatnya melihat segala sesuatu secara positif, seorang yang

memiliki sikap husnuz}a>n akan mepertimbangkan segala sesuatu

dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya bersih dari prasangka

yang belum tentu kebenaranya.

Pentingnya husnuz}a>n terhadap sesama manusia, maka

dalam hidupnya akan memiliki banyak teman, disukai kawan, dan

di segani lawan. Husnuz}a>n terhadap sesama manusia juga

merupakan kunci sukses dalam pergaulan, baik pergaulan di

(48)

ada pergaulan yang harmonis tanpa adanya prasangka baik antara

satu individu dengan individu lainnya. Dengan begitu hubungan

persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik, terhindar dari

penyesalan dalam hubungan dengan sesama, dan selalu senang

dan bahagia atas kebahagiaan orang lain.43 2) Tawadhu’

Tawadhu’ secara bahasa adalah "

ْلُل ْذتلا

" ketundukan dan

"

ْعُشاَختلا

" rendah hati. Secara terminologis Tawadhu’ adalah

ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapapun

datangnya baik ketika suka atau dalam keadaan marah. Orang

yang tawadhu’ adalah orang yang merendahkan diri dalam

pergaulan dan tidak menampakkan kemampuan yang dimiliki.44 Sesungguhnya orang yang tawadhu’ dan lemah lembut,

keduanya itulah yang mendapatkan ketenangan serta kasih

sayangnya diatas bumi, yang mana kepada saudara-saudara

mereka sesama mukmin mereka berlaku lemah lembut dan penuh

kasih sayang. Sementara kepada orang kafir musuh-musuh Islam

mereka bersikap keras dalam artian tegas.45

(49)

3) Tassa>muh (Tenggang Rasa)

Tassa>muh berasal dari kata

َََماَسَتَ ي

َََماَسَت

yang artinya

toleransi. Tassa>muh berarti sikap tenggang rasa saling

menghormatisaling menghargai sesama manusia untuk

melaksanakan hak-haknya. Kita wajib menghormati karena

manusia dapat merasakan bahagia apabila hidup bersama manusia

lainnmya. Pada hakikatnya, sikap seperti ini telah dimiliki oleh

manusia sejak masih usia anak-anak, namun perlu dibimbing dan

diarahkan.46

Tasamuh dapat menjadi pengikat persatuan dan kerukunan,

mewujudkan suasana yang harmonis, dapat menjalin dan

memperkuat tali silaturrahmi kepada sesama, mempererat tali

persaudaraan dengan semua kalangan, menjalin kasih sayang antar

umat beragama, dan memperoleh banyak kemudahan.

4) Ta’awun (Tolong-menolong)

Ta’awun berasal dari bahasa arab

اًنُواَع

َ ت

-

ُنَواَعَ تَ ي

-

َنَواَعَ ت

yang berarti tolong menolong, gotong royong, atau bantu

membantu dengan sesama. Ta’awun adalah kebutuhan hidup

manusia yang tidak dapat dipungkiri, kenyataan membuktikan

bahwa suatu pekerjaan atau apa saja yang membutuhkan pihak

46 Ibrahim, Membangun Akidah dan Akhlak, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2002) h.

(50)

lain pasti tidak akan dapat dilakukan sendiri oleh seseorang meski

dia memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang hal itu.47

Didunia ini tidak ada orang yang bisa hidup tanpa

bergantung kepada orang lain, sebagai makhluk sosial yang hidup

ditengah-tengah masyarakat, Islam menganjurkan umatnya untuk

saling memperhatikan satu sama lain dengan saling menghormati

tolong menolong dalam kebaikan , berkata sopan , berperilaku

adil dan lain sebagainya. Sehingga tercipta sebuah kelompok

masyarakat yang hidup tentram dan damai. Sebagaimana firman

Allah dalam al-Qur 'an surat Al-Ma>idah: 2

……

قعقتقو

اۊ نقوڅ

ق قَ

ٱ ل

قكقب

قو

ٱ

ںٯت

ىقۊ

ق

لقو

اۊ نقوڅقعقت

ق قَ

ٱ

ق

ل

ث قہ

قوٱ

ل

ڙ ع

قو

قن

قوٱ

اۊ ںٯت

ٱ

ق ٯّ

ٯنقإ

ٱ

ق ٯّ

ڙيقڙقش

ٱ ل

قبڅقںقع

Artinya:

“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kamu kepada Allah,

Sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya” (QS. Al-Ma>idah : 2)48

d. Akhlak terhadap Lingkungan

Manusia diposisikan Allah sebagai khalifah di atas bumi ini dan

hidup ditengah-tengah lingkungan bersama makhluk lain sehingga

sudah menjadi kewajibannya untuk menjaga lingkungan sebagai

(51)

makhluk yang memiliki derajat tertinggi dengan akal dan

kemampuannya mengelola alam. Sebagaimana firman Allah dalam

al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 11-12 :

اقمِ

قھيق

ہ ۉق

ق

ل

ڷ ت

او ڙقس

قف

ٱ

ق

ل

ۡ

قض

كۊ څقق

ا

څقۃٯنقإ

ق

ن

ۄ

ص

قنۊ حقۀ

ك

ق

ل

أ

ق

ہ ۉٯنقإ

ہ ه

ٱ

ڷ ۃ

قنو ڙقس

قلقو

ۄقك

ٯ

ل

شقي

قنو ڛ ع

Artinya:

“(11) dan apabila dikatakan kepada mereka, "berbuat kerusakan di bumi! ". mereka menjawab: "Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan."

(12) Ingatlah, Sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan,

tetapi mereka tidak menyadari. (QS. Al-Baqarah : 11-12)49

1) Menjaga Kebersihan Lingkungan

Kebersihan lingkungan erat kaitanya dengan masalah

kesehatan. Lingkungan yang bersih adalah lingkungan yang sehat.

Kelalaian dalam menjaga kebersihan lingkungan merupakan awal

dari mewabahnya berbagai penyakit. Banyak wabah penyakit yang

disebabkan oleh lingkungan yang kotor.

Menjaga kebersihan lingkungan dimulai dari kebiasaan

membuang sampah pada tempatnya, sebagimana ajaran mulia yang

menyetarakan membuang sampah dengan sedekah.

2) Memanfaatkan Sumber daya Alam dan Lingkungan secara

Proporsional

(52)

Alam sudah menyediakan semua yang dibutuhkan oleh

manusia. Sehingga layaknya manusia tidak boleh mengeksploitasi

sumber daya alam dengan seenaknya. Karena akan mengganggu

keseimbangan kehidupan di alam.

Pemanfaatan sumber daya alam ditentukan berdasarkan

kegunaan sumber daya alam tersebut bagi manusia. Oleh karena

itu, nilai suatu sumber daya alam juga ditentukan oleh nilai

kemanfaatannya bagi manusia.

3) Menyayangi Hewan dan Tumbuhan

Allah SWT menciptakan binatang untuk kepentingan

manusia dan juga menunjukkan kekuasaannya, sebagaimana firman

Allah SWT QS. An-Nu>r : 45:

قوٱ

ٯّ

قڸقۀقخ

ٯ ك

تقل

لډٯب

ۄقكم

كڅٯم

لء

ۆقۃقف

ہ ۉ

ۄٯم

ۃقي

قش

ق قَ

ګقب

قۇقۆ

ۦ

ۆقمقو

ہ ۉ

ۄٯم

ۃقي

قش

ق قَ

جقر

ق َ

قۀ

ۆقمقو

ہ ۉ

ۄٯم

ۃقي

قش

ق قَ

ر

ق

ث

لگقب

قي

ڸ ۀ

ٱ

ٯّ

څقم

كڅ قشقي

ء

ٯنقإ

ٱ

ق ٯّ

ق قَ

ق

ك ك

قش

لء

ڛيقڙقق

٥

Artinya:

“Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka

sebagian ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki.

Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. An-Nu>r:

45)50

(53)

Betapa banyaknya binatang yang dapat dimanfaatkan oleh

manusia. Ada yang dimanfaatkan tenaganya, air susunya, madunya,

dagingnya dan sebagainya. Oleh sebab itu, tepatlah apabila kita

disuruh untuk memelihara dan menyayangi binatang tersebut.

Sampai-sampai apabila hendak menyembelih binatang ternak, kita

disuruh untuk menggunakan pisau yang sangat tajam supaya

binatang ternak itu tidak lama merasakan sakitnya.

Selain itu, Tumbuhan juga merupakan bagian dari alam yang

merupakan anugerah dari Allah, bukan hanya untuk kehidupan

manusia, namun juga untuk kehidupan binatang-binatang. Sebagian

besar makanan manusia dan hewan tersebut berasal dari

tumbuh-tumbuhan.

Allah SWT berfirman dalam QS. T{a>ha> : 53-54

ٱ

يق

َ

ٯ

قھقعقج

ہ كقل

ٱ

ق

ل

ۡ

قض

ۉق

مڙا

قڻقۀقسقو

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
Tabel 3
Tabel 4 Data Santri Mukim Putra Pondok Pesantren Qomaruddin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan pengawasan yang sudah dilakukan oleh pondok pesantren Al- Ihya’ Kalire jo merupakan upaya untuk membentuk para santri-santrinya agar bisa mempunyai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan ta’zir di Pondok Pesantren Al-Istiqomah, untuk mengetahui kedisiplinan belajar santri putra dan putri Pondok

Solusi dalam program pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Manbaul Huda, yaitu: 1 Memberikan pengertian kepada santri untuk mengikuti semua kegiatan yang ada di dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi KH. Muhammad Thoyyib Farchany dalam membentuk akhlak santri di pondok pesantren Al-Uswah Gunungpati Semarang yaitu strategi

Temuan penelitian menunjukkan bahwa satu, pola pemberian hukuman bagi pelanggar tata tertib santri adalah dengan, teguran dan nasehat, hukuman administrasi, hukuman yang

Kegiatan- kegiatan yang kami terapkan dalam membentuk sikap kemandirian santri yaitu melalui kedisiplinan, bahwa santri setiap harinya harus menjalankan tata tertib

Berdasarkan pengamatan selama kegiatan pengabdian kepada masyarakat berlangsung, diperoleh beberapa hasil yang positif yaitu para santri menunjukkan perhatian yang sangat

vi ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SHALAT TAHAJUD TERHADAP AKHLAK SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN DARUL A’MAL KOTA METRO Oleh: MIFTAHUL KHOIRIYAH Shalat tahajud adalah shalat