PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI MELON LAHAN PASIR PANTAI DI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO
Skripsi
Disusun oleh: NINGSIH 20120220033
PROGRM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI MELON LAHAN PASIR PANTAI DI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh
Derajat Sarjana Pertanian
Disusun Oleh:
NINGSIH 20120220033
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya dan memberikan kemudahan dan
kelancaran dalam penyusunan skripsi dengan judul “ Prospek Pengembangan
Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai di Desa Karangsewu, Galur, Kulon Progo”
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh derajat Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sholawat dan salam
semoga tetap tercurah pada Nabi kita yaitu Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya dukungan,
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan
terimakasih untuk kedua orang tua Bapak Ramadani dan Ibu Mariana serta seluruh
anggota keluarga tercinta yang senantiasa telah memberikan do’a, dukungan, nasihat dan cinta kasihnya kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini, Ir.
Lestari Rahayu, M.P. dan Dr. Ir. Triwara Buddhi S. M.P. selaku dosen pembimbing
yang selalu memberikan arahan, membimbing dan menyemangati, Ir. Nur
Rahmawati, M.P. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan
pada skripsi ini, warga dan seluruh petani di Desa Karangsewu yang telah bersedia
menjadi responden dan memberikan data yang dibutuhkan untuk penyusunan
skripsi ini dan teman-teman agribisnis 2012 atas semangat, bantuan, dukungan dari
awal penyusunan proposal hingga berakhirnya skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada Bapak/ Ibu/ sdr sekalian.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan tambahan informasi dan manfaat Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Yogyakarta, Januari 2017
iv
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 5
A. Tinjauan Pustaka ... 5
1. Melon ... 5
2. Lahan Pasir Pantai ... 7
3. Prospek pasar buah-buahan ... 8
4. Usahatani ... 9
B. Kerangka Pemikiran ... 15
III. METODE PENELITIAN ... 17
A. Teknik Penentuan Daerah Penelitian ... 17
B. Teknik Pengumpulan Data ... 19
C. Asumsi dan Pembatasan Masalah ... 19
D. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 20
E. Analisis Data ... 22
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 26
v
1. Umur Petani ... 33
2. Tingkat Pendidikan ... 34
3. Pengalaman Bertani ... 35
4. Luas Penggunaan Lahan ... 36
5. Identitas Anggota Keluarga Petani... 37
B. Analisis Biaya Usahatai Melon ... 38
1. Biaya Benih ... 39
E. Analisis Prospek Usahatani ... 48
1. Keuntungan ... 48
2. Revenue Cost Ratio (R/C) ... 49
3. Produktivitas lahan ... 50
4. Produktivitas tenaga kerja ... 50
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ekspor Komoditi Hortikultura Melon dan Semangka Tahun 2016 ... 1
Tabel 2. Jumlah Konsumsi Melon per Kapita per Tahun di Indonesia ... 2
Tabel 3. Jumlah Produksi Melon di Kulon Progo ... 3
Tabel 4. Jumlah Tanaman Buah-buahan Menghasilkan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo (Pohon), 2013. ... 18
Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Karangsewu Berdasarkan Kelompok Usia ... 27
Tabel 6. Lembaga Pendidikan di Desa Karangsewu ... 28
Tabel 7. Luas Desa Menurut Penggunaan Lahan... 29
Tabel 8. Jumlah Petani Melon Lahan Pasir Pantai Berdasarkan Usia. ... 33
Tabel 9. Jumlah Petani Melon Lahan Pasir Pantai Desa Karangsewu Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 34
Tabel 10. Pengalaman Petani Dalam Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai. ... 35
Tabel 11. Luas penggunaan lahan petani melon lahan pasir di Desa Karangsewu36 Tabel 12. Anggota Keluarga Petani Melon Lahan Pasir Pantai di Desa Karangsewu ... 37
Tabel 13. Biaya Penggunaan Pupuk Berdasarkan Jenisnya ... 40
Tabel 14. Jumlah Biaya Penggunaan Pestisida Berdasarkan Jenisnya ... 41
Tabel 15. Biaya Penyusutan Alat Dalam Usahatani Melon Lahan Pasir di Desa Karangsewu ... 42
Tabel 16. Jumlah Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Melon ... 43
Tabel 17. Rata-rata Penggunaan Biaya Produksi Dalam Usahatani Melon ... 46
Tabel 18. Jumlah Penerimaan Usahatani Melon di Lahan Pasir Pantai ... 47
Tabel 19. Rata-rata Pendapatan Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai ... 48
Tabel 20. Rata-rata Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Melon di Desa Karangsewu ... 49
vii
Tabel 22. Produktivitas Lahan Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai di Desa Karangsewu ... 50
Tabel 23. Produktivitas Tenaga Kerja Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai di Desa Karangsewu ... 51
Tabel 24. Produktivitas Modal Usahatani Melon Lahan Pasir ... 52
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka pemikiran ... 16
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
x INTISARI
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI MELON LAHAN PASIR PANTAI DI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO (Skripsi dibimbing oleh Lestari Rahayu dan Triwara Buddhi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya usahatani, penerimaan, pendapatan, keuntungan, kelayakan dan prospek usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu, Galur, Kulon Progo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik sebagai teknik pelaksanaannya. Penelitian ini melibatkan 30 petani responden yang ada di Dusun
Gupit dan Dusun Imorenggo yang ditentukan menggunakan metode simple
random sampling. Analisis data menggunakan empat indikator kelayakan
usahatani yaitu: RC Rasio, produktivitas lahan, produktivitas modal, dan
produktivitas tenaga kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk usahatani melon lahan pasir pantai yang paling tinggi adalah biaya implisit dengan persentase 51,96 % dari total biaya. Biaya implisit paling tinggi adalah biaya sewa lahan dengan nilai sebesar Rp. 8.895.000 per usahatani per musim. Biaya eksplisit yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 10.609.347 dengan persentase 48,04 %. Biaya eksplisit paling tinggi adalah biaya pupuk dengan nilai Rp.4.473.823 dengan persentase 20,25%. Berdasarkan hasil analisis
kelayakan usahatani melon lahan pasir pantai nilai RC Rasio adalah 1,76. Selain
itu nilai produktivitas lahan lebih besar daripada sewa lahan, produktivitas modal lebih besar daripada bunga modal dan produktivitas tenaga kerja lebih besar daripada upah tenaga kerja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu, Galur, Kulon Progo layak untuk diusahakan dan dikembangkan.
xi
MELON FARMING DEVELOPMENT PROSPECTS OF SAND BEACH LAND IN KARAGSEWU, GALUR, KULON PROGO
NINGSIH
Ir. Lestari Rahayu. MP./ Dr. Ir. Triwara Buddhi S. M.P. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian implementation. This research involved 30 respondens of farmer in Gupit Village and Imorenggo Village determined using simple random sampling. Analisis of data used four indicators of expediency of farming are RC ratio, land pruductivity, capital productivity, and labor productivity. The results showed that the highest costs of melon farming with percentage 51,96% from total cost. The highest implisit cost is the rent of land as much as Rp. 8.895.00,- per farming per season. Explicit cost as much as Rp. 10.609.347,- with percentage 48,04%. The highest explicit cost is cost of fertilizer as much as Rp. 4.473.823,- with percentage 20,25%. Based on analysis of expediency melon farming of sand beach land showed the value of RC ratio is 1,76. In addition, the land productivity is higher than the rent of land, the capital productivity is higher than the capital interest, and the labor productivity is higher than the cost of labor. Therefore, it can be concluded that the melon farming of sand beach land in Karagsewu, Galur, Kulon Progo is worthy to cultivated and developed.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang sangat penting karena
sebagaian besar penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani. Perkembangan
komoditas pertanian di Indonesia bukan hanya di bidang tanaman pangan dan
perkebunan, tetapi juga untuk tanaman hortikultura. Komoditas hortikultura terdiri
dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat. Hortikultura adalah
salah satu komoditas pertanian Indonesia yang memiliki prospek ekspor yang besar
dalam menembus pasar Internasional. Salah satu komoditas horlikultura yang
mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan adalah dari jenis buah-buahan.
Jumlah produksi komoditas hortikultura buah-buahan pada tahun 2015 adalah
sebesar 20.167.465 ton. (BPS 2015). Salah satu produk buah-buahan yang
mempunyai peluang ekspor adalah semangka dan melon. Hal ini dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Ekspor Komoditi Hortikultura Melon dan Semangka Tahun 2016
2
Berdasarkan data dari tabel 1 diketahui bahwa jumlah ekspor melon dan
semangka periode tahun 2016 di bulan Januari dan Februari terjadi peningkatan
yang signifikan yaitu dari 14.634 kg menjadi 23.624 kg. Permintaan ekspor melon
yang semakin meningkat menjadi salah satu pendorong untuk meningkatan
produksi melon dalam negeri sehingga mampu bersaing dengan komoditas melon
dari negara lain. Selain itu melon juga sangat banyak diminati oleh masyarakat baik
untuk produk segar maupun olahan. Hal ini dikarenakan rasa melon yang manis dan
kandungan gizi dalam buah melon itu sendiri. Jumlah konsumsi untuk buah melon
pertahun dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Konsumsi Melon per Kapita per Tahun di IndonesiaSumber :
pertanian.go.id
Berdasarkan data dari tabel 2 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan
jumlah konsumsi melon antara tahun 2012 dan 2013 yaitu sebesar 0,208 per kapita.
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk di daerah Kulon Progo adalah sebanyak
477.685 jiwa jadi dapat diperkirakan jumlah konsumsi buah melon untuk daerah
Kulon Progo adalah sebesar 174.355 kilogram.
Kulon Progo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Yogyakarta dan
merupakan daerah penghasil produk hortikultura buah-buahan yaitu melon. Jumlah
produksi melon di daerah Kulon Progo dapat dilihat pada tabel 3.
3
Tabel 3. Jumlah Produksi Melon di Kulon Progo
Tahun
Sumber : Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo
Berdasarkan data dari tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah produksi melon
di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2013 dan 2014 mengalami peningkatan
sebesar 6.482,10 ton. Selain mengalami peningkatan jumlah produksi juga terjadi
peningkatan luas panen yaitu sebesar 203 Ha dari 1.150 Ha menjadi 1.353 Ha.
Jumlah produksi dan produktivitas yang tinggi tidak senantiasa membuat
petani mendapat keuntungan yang besar, hal ini dikarenakan harga produk
hortikultura melon ditingkat petani sangat rendah. Menurut salah satu petani melon
di Desa Karangsewu, khususnya di daerah pantai Trisik Kecamatan Galur
Kabupaten Kulon Progo harga buah melon ditingkat petani adalah Rp. 2000 per
kilogram. Selain itu harga benih tanaman melon yang tinggi juga menjadi salah satu
kendala yang ada di tingkat petani. Menurut salah satu petani di Desa Karangsewu
Kecamatan Galur biaya produksi untuk benih mencapai 3.000.000/Ha.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi terbentuk beberapa rumusan
masalah yaitu berapakah biaya yang harus dikeluarkan petani untuk budidaya
melon? Berapakah pendapatan dan keuntungan yang diperoleh? apakah usahatani
melon tersebut layak untuk diusahakan? dan bagaimanakah prospek pengembangan
usahatani melon berdasarkan keuntungan dan kelayakan? Untuk mengetahui hal
4
Usahatani Melon di Lahan Pasir Pantai Trisik Desa Karangsewu Kecamatan Galur,
Kabupaten Kulonprogo”.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani melon di Lahan Pasir
Pantai Trisik Desa Karangsewu Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo.
2. Mengetahui prospek pengembangan usahatani melon di lahan Pasir Pantai
Trisik Desa Karangsewu Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo
berdasarkan keuntungan dan kelayakan.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Untuk pemerintah dan instansi terkait, dapat dijadikan masukan untuk
pertimbangan pembuatan kebijakan terkait harga produk hortikultura agar para
petani bisa merasakan keuntungan yang lebih.
2. Untuk akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Melon
a. Agronomi tanaman melon
Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia
curcubitaceae atau suku timun-timunan dan termasuk dalam kelas biji berkeping
dua. Tanaman melon merupakan tanaman hortikultura yang semakin banyak
dibudidayakan di Indonesia karena dapat dikonsumsi sebagai buah yang memiliki
rasa segar dan manis serta bergizi tinggi. Melon termasuk tanaman semusim yang
bersifat menjalar atau merambat. Tanaman melon memiliki akar tunggang yang
terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar
serabut-serabut akar (tersier). Panjang akar primer sampai pangkal batang berkisar
15 - 20 cm, sedangkan akar lateral menyebar sekitar 35 - 45 cm. (Prajnanta, 2004).
Klasifikasi tanaman melon adalah sebagai berikut :
Kelas : Magnoliopsida/ Dicotyledoneae
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumismelo L. ( Soedarya, 2010)
Melon (Cucumismelo L.) termasuk komoditas hortikultura yang
murah namun harga jual buah melon juga termasuk tinggi di pasaran dan buah
melon merupakan buah yang banyak dikonsumsi masyarakat baik melon segar
maupun olahan.
b. Budidaya tanaman melon
Persiapan lahan. Persiaan lahan untuk budidaya tanaman melon yang pertama dilakukan adalah membersihkan lahan dari semak belukar, gulma dan sisa
tanaman. Kemudian lakukan pengapuran lahan jika pH tanah dibawah 5,0. Untuk
menaikkan satu poin pH, diperlukan sekitar 2 ton per hektar kapur pertanian.
Setelah itu bajak atau cangkul lahan untuk membalik tanah dan memperbaiki
struktur tanah, buat bedengan sederhana dengan ukuran lebar 110 cm, tinggi
bedengan 15-20 cm, dan lebar selokan 50-60 cm. Kemudian tebarkan pupuk kimia
dan pupuk kandang pada lajur kiri dan kanan bedengan secara merata dan aduk
kedalam tanah, sempurnakan bentuk bedengan sehingga ukuran lebar bedengan 110
cm, lebar selokan 60-70 cm dan tinggi bedengan 30-40 cm. Pasang mulsa plastik
hitam perak dan buat lubang tanam dengan jarak 60-70 cm dalam barisan dan 70
cm antar barisan (double row). Terakhir lakukan penyiraman untuk melarutkan
pupuk kimia. (Wahyudi, 2012)
Persiapan benih dan pembibitan. Persiapan benih dan pembibitan dilakukan bersamaan dengan persiapan lahan. Kebutuhan benih per hektar adalah
sekitar 450-500 gram. Benih kemudian di semaikan di dalam polybag kecil ukuran
6 x 10 cm hingga bibit berdaun 2-3 helai.
dari polybag dan tanam bibit dilubang tanam dan timbun dengan tanah hingga batas
1-2 cm. Setelah penanaman siram bibit agar cepat beradaptasi dengan lingkungan
yang baru. Bibit melon dapat dipindah tanamkan dari persemaian ke kebun pada
umur 12 - 14 hari setelah semai benih, yakni telah berdaun 2 - 3 helai. Waktu tanam
yang paling ideal adalah pagi atau sore hari, agar bibit tidak layu akibat pengaruh
terik matahari dan suhu udara tinggi.
Pemeliharaan tanaman. Untuk pemeliharaan tanaman hal yang utama adalah pengairan. Lakukan pengairan, pada awal pertumbuhan hingga fase
pembesaran buah usahakan kelembapan tanah tetap optimal. Lakukan pengairan
atau penyiraman secara rutin, terutama saat tanaman berumur 1-50 HST. Selain
pengairan juga dilakukan penyiangan gulma disekitar tanaman untuk mencegah
perkembangan hama dan penyakit serta untuk mengurangi perebutan unsur hara
antara tanaman dengan gulma. Kemudian lakukan pemupukan sesuai dengan
kebutuhan tanaman melon dan tergantung umur tanaman.
Panen dan pasca panen. Pemanenan dapat dilakukan ketika tanaman berumur 60-65 HST (Hari setelah tanam). Potong tangkai buah menggunakan pisau
tajam atau gunting stek karena tangkai cukup keras berkayu dan liat.
2. Lahan Pasir Pantai
Lahan pasir pantai adalah lahan yang sebelumnya kurang mendapatkan
perhatian. Lahan ini adalah lahan marginal yang kurang subur untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Keberadaan lahan ini sebagai salah satu sumber daya
lahan tersebut karena diperlukan manipulasi sebelum dapat dikembangkan menjadi
lahan pertanian yang produktif (Yudono et al., 2002)
Lahan pasir pantai bertekstur kasar dengan fraksi pasir > 70%, struktur pasir
lepas lepas atau daya untuk mengikat air sangat lemah, temperatur permukaan pasir
yang tinggi tetapi lahan pasir pantai juga memiliki potensi unuk dikembangkan
sebagai kawasan pertanian bahkan saat ini pertanian lahan pasir pantai telah banyak
dilakukan di Indonesia salah satunya adalah di Yogyakarta.
Yogyakarta memiliki lahan pasir pantai seluas sekitar 13.000 hektar atau
4% dari luas wilayah secara keseluruhan. Lahan pasir pantai terbentang sepanjang
110 km di pantai selatan lautan Indonesia. Bentangan pasir pantai ini berkisar antara
1 sampai 3 km dari garis pantai. Lahan ini cukup potensial untuk pengembangan
bidang pertanian, didukung dengan ketersediaan air tanah yang besar dan relatif
dangkal serta cahaya matahari yang berlimpah.
Budidaya melon umumnya sama, baik itu di lahan pasir maupun di lahan
sawah. Persiapan yang dilakukan mulai dari persiapan lahan, persiapan benih dan
pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Yang membedakan
antara budidaya di lahan pasir dan dilahan sawah adalah kebutuhan air dan pupuk
tanaman melon dilahan pasir lebih banyak dan pemeliharaannya lebih intensif.
3. Prospek pasar buah-buahan
Peluang bisnis buah-buahan dapat dilihat dari jumlah konsumsi buah
penduduk Indonesia hanya 40 kg/kapita/tahun, sedangkan berdasarkan organisasi
kesehatan dunia (WHO) standar konsumsi buah-buahan adalah 60kg/kapita/tahun.
peluang untuk pemasaran buah-buahan di pasar domestik. Permintaan buah-buahan
akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk,
pendapatan masyarakat, pengetahuan gizi dan kesadaran akan pentingnya
mengkonsumsi buah-buahan. Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti dengan
jumlah konsumsi yang juga akan meningkat.
4. Usahatani
Menurut Shinta (2011) ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas
dan mempelajari bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien dan efektif
pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil yang maksimal. Ilmu usahatani juga
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bagaimana seseorang
mengalokasikan sumber daya secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan pada waktu tertentu. Untuk mengetahui kelayakan suatu
usahatani terdapat beberapa komponen biaya yang harus dihitung, antara lain
sebagai berikut :
i. Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan a. Biaya usahatani
Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu
usahatani. Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi 4 yaitu biaya implisit, biaya
eksplisit, biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya implisit adalah biaya yang secara
tidak nyata dikeluarkan oleh petani dalam suatu proses produksi seperti biaya
tenaga kerja dalam keluarga, nilai modal sendiri dan nilai sewa lahan sendiri. Biaya
eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani dalam proses
biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan
walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap
ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh:
penghasilan tetap para pekerja, biaya penyusutan alat dan biaya pemeliharaan
mesin. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
produksi yang diperoleh. Contoh sarana produksi seperti benih, pupuk, tenaga
kerja, dan pestisida. (Soekartawi, 2006).
Untuk menghitung jumlah biaya produksi dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
TC= TEC+TIC
Keterangan :
TC = Total Cost (BiayaTotal)
TEC = Total Explicit Cost ( Total biaya eksplisit)
TIC = Total Implicit Cost ( Total Biaya Implisit)
Penelitian tentang analisis kelayakan usahatani bawang merah dilahan pasir
pantai di Desa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten bantul, total biaya yang
dikeluarkan untuk usahatani bawang merah adalah Rp. 5.123.533 dengan rincian
biaya ekplisit sebesar Rp. 3.645.312 dan biaya implisit sebesar Rp. 1.478.221.
( Dian, 2013)
Menurut (Gerdi, 2016) dalam penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan
Usahatani Melon di Desa Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo biaya
b. Penerimaan
Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan
dengan harga jual produk tersebut. (Soekartawi, 2002). Pada usahatani melon
penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produksi melon yang dihasilkan
dengan harga jual. Untuk mengetahui jumlah penerimaan dapat menggunakan
rumus sebagai berikut :
Menurut Gerdi (2016) dalam penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan
Usahatani Melon di Lahan Pasir Pantai Desa Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten
Kulon Progo penerimaan yang diterima oleh petani dari usahatani melon adalah
sebesar Rp. 79.081.695.
c. Pendapatan
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. (Soekartawi
2002). Untuk menghitung pendapatan yang diperoleh petani melon adalah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Berdasarkan penelitian terdahulu tentang Analisis Kelayakan Usahatani
Bantul pendapatan yang diterima oleh petani dari usahatni tersebut adalah sebesar
Rp. 2.614.788. (Dian, 2013)
ii. Analisis Prospek Usahatani a. Keuntungan
Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya
produksi baik biaya eksplisist maupun implisit. Pernyataan tentang keuntungan
dapat ditulis dengan rumus :
π = TR – TC Keterangan :
π = Keuntungan
TR = Penerimaan
TC = Biaya Total
Menurut (Gerdi, 2016) keuntungan yang diterima oleh petani melon lahan
pasir pantai di Desa Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo jika
menjual hasil panennya kepada non penebas adalah sebesar Rp. 49.786.538
sedangkan jika petani menjual hasil panennya kepada penebas maka keuntungan
yang diperoleh lebih sedikit yaitu Rp. 14.347.443.
b. Kelayakan
Kelayakan usahatani adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam
untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat
yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. (Kasmir dan
Jakfar, 2008). Kelayakan usahatani dapat diukur dengan cara melihat nilai RC Ratio
(Revenue Cost Ratio), produktivitas lahan, produktivitas tenaga kerja dan
1. Untuk mengetahui kelayakan dalam usaha budidaya melon di lahan pasir adalah
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
i. Revenue Cost Ratio (R/C)
= + �
Jika nilai RC ratio lebih dari 1 maka suatu usahatani layak untuk diusahakan
dan jika nilai RC ratio lebih kecil atau sama dengan 1 maka usahatani tidak layak
untuk diusahakan.
ii. Produktivitas lahan
Produktivitas lahan adalah perbandingan antara jumlah pendapatan yang
dikurangi biaya implisist (TKDK dan sewa lahan sendiri) dengan luas lahan.
Produktivitas lahan dapat dihitung dengan rumus :
− ���� − � �� � � � �� �ℎ� 2
Jika produktivitas lahan lebih besar dari sewa lahan maka usaha tersebut
layak untuk diusahakan dan apabila produktivitas lahan kurang dari sewa lahan
maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan.
iii. Produktivitas tenaga kerja
Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara pendapatan
dikurangi biaya sewa lahan milik sendiri dikurangi bunga modal sendiri dengan
jumlah tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) yang terlibat dalam kegiatan usahatani
tersebut.
Jika produktivitas tenaga kerja lebih besar dari upah minimum regional
(UMR) maka usaha tersebut layak diusahakan dan jika produktivitas tenaga kerja
lebih rendah dari upah minimum regional maka usaha tersebut tidak layak
diusahakan.
iv. Produktivitas modal
Produktivitas modal adalah pendapatan dikurangi sewa lahan milik sendiri
dikurangi nilai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dibagi total biaya eksplisit
dikalikan seratus persen (100%).
− � �� �� �ℎ� � � − ����
× %
Jika produktivitas modal lebih besar dari tingkat bunga pinjaman maka
usaha tersebut layak untuk diusahakan dan apabila produktivitas modal lebih
rendah dari tingkat bunga pinjaman, maka usaha tersebut tidak layak diusahakan.
Menurut (Dian, 2013) usahatani bawang merah lahan pasir pantai di Desa Srigading
Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul layak untuk diusahakan dilihat dari nilai R/C
sebesar 1,2 lebih besar dari 1, produktivitas tenaga kerja sebesar Rp. 69.773 lebih
besar dari UMK Bantul sebesar Rp. 33.116, produktivitas modal sebesar 36,18%
lebih besar dari nilai bunga pinjaman sebesar 5% per musim.
Sedangkan menurut (Gerdi, 2015) kelayakan usahatani melon lahan pasir di
Desa Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo layak untuk diusahakan
hal ini dapat dilihat dari nilai R/C sebesar 2,70, produktivitas modal sebesar 190,91
% lebih besar dari bunga pinjaman, produktivitas tenaga kerja sebesar Rp.
B. Kerangka Pemikiran
Usahatani melon adalah kegiatan budidaya melon mulai dari persiapan
lahan, penanaman bibit melon, pemanenan, hingga pasca panen atau siap dijual.
Dalam usahatani melon memerlukan beberapa input produksi seperti benih,
pestisida, pupuk, tenaga kerja, alat dan lahan. Dari penggunaan input produksi maka
akan menghasilkan produk yaitu buah melon dan jika buah melon dipasarkan akan
menghasilkan penerimaan. Besar kecilnya jumlah produksi melon akan
mempengaruhi penerimaan yang diterima oleh petani. Untuk menghasilkan
produksi maka diperlukan biaya input. Biaya input produksi terbagi menjadi dua
jenis yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya ekplisit terdiri dari biaya benih,
pupuk, pestisida, penyusutan alat, tenaga kerja luar keluarga dan biaya lain-lain.
Sedangkan biaya implisit terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga, biaya
bunga modal sendiri dan biaya sewa lahan sendiri. Besar kecil jumlah input
produksi yang digunakan akan mempengaruhi total biaya dalam usahatani. Besar
kecilya biaya eksplisit dan penerimaan maka hal tersebut akan berpengaruh kepada
pendapatan yang diterma oleh petani dan secara bersamaan akan mempengaruhi
kelayakan usahatani melon. Suatu usahatani dikatakan layak untuk diusahakan
apabila nilai RC Ratio lebih dari 1, nilai produktivitas lahan lebih dari nilai sewa
lahan, produktivitas tenaga kerja lebih dari upah harian tenaga kerja dan
17
II. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitik. Metode deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menuturkan dan
menafsirkan data yang tidak hanya mengumpulkan data dan menyusun data namun
meliputi analisis dan arti data tersebut. Metode penelitian ini memusatkan pada
masalah- masalah yang muncul pada saat sekarang ini. Data yang dikumpulkan
kemudian dijelaskan dan dianalisis.
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kuantitatif yang dalam
pembahasannya lebih mengutamakan tentang biaya-biaya yang digunakan selama
proses produksi, input yang digunakan, penerimaan yang diperoleh petani,
pendapatan dan keuntungan yang diperoleh serta kelayakan usahatani melon di
Desa Karangsewu yang dilihat dari beberapa indikator yaitu: RC Ratio,
produktivitas lahan, produktivitas tenaga kerja, dan produktivitas modal serta dari
kelayakan usaha tersebut.
A. Teknik Penentuan Daerah Penelitian 1. Penentuan lokasi (Kecamatan)
Pengambilan sampel kecamatan dilakukan secara sengaja (purposive
sampling) yaitu di Kecamatan Galur dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut
merupakan lokasi yang jumlah tanaman menghasilkan (melon dan semangka) yang
18
Tabel 1. Jumlah Tanaman Buah-buahan Menghasilkan Menurut Kecamatan
di Kabupaten Kulon Progo (Pohon), 2013.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karangsewu, Kecamatan Galur.
Penentuan lokasi Desa ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Desa
Karangsewu adalah salah satu daerah yang membudidayakan melon dilahan pasir
dan merupakan salah satu Desa penghasil melon di Kecamatan Galur.
3. Penentuan petani responden
Berdasarkan data yang diperoleh dari pra survey, jumlah petani melon lahan
pasir pantai yang ada di Desa Karangsewu Kecamatan Galur adalah sebanyak 52
orang. Dalam penelitian ini penentuan petani responden dilakukan dengan metode
Simple Random Sampling. Simple Random Sampling merupakan pengambilan
sebagian responden dari sejumlah populasi secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini
19 B. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari petani
dengan cara melakukan wawancara dengan responden yang sudah ditentukan dan
mencatat hasil yang diperoleh dari wawancara. Selain itu dalam pelaksaan
penelitian juga menggunakan teknik observasi atau mengamati secara langsung
tempat penelitian, pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian dan waktu.
(Juliansyah N, 2011)
Data sekunder adalah data penunjang yang dibutuhkan untuk menunjang
dan melengkapi bahan penelitian. Data tersebut diperoleh dari berbagai literatur dan
dokumen dari instanti terkait yang berhubungan dengan penelitian. Data tersebut
adalah data yang meliputi tentang keadaan daerah, jumlah penduduk, keadaan iklim
serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.
C. Asumsi dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi
a. Jumlah produksi melon diasumsikan terjual semua.
b. Harga input dan output adalah harga pada saat penelitian.
2. Pembatasan masalah
a. Data yang digunakan adalah data pada satu musim produksi usahatani yaitu data
tahun 2016, dari mulai budidaya hingga pasca panen.
b. Sampel petani yang diambil dalam usahatani melon lahan pasir pantai adalah
petani yang ada di Karangsewu baik yang tergabung dalam kelompok tani
20
D. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
1. Usahatani melon adalah kegiatan usahatani mulai dari persiapan lahan,
penanaman bibit melon, pemanenan, hingga pasca panen atau siap dijual.
2. Sarana produksi adalah komponen yang digunakan untuk usahatani melon
hingga menghasilkan produk. seperti, modal, benih, tenaga kerja, alat, pupuk
dan pestisida.
3. Lahan adalah luasan area tanah yang digunakan dalam usahatani melon dan
dinyatakan dalam satuan meter persegi (m²).
4. Benih adalah calon bibit melon yang yang nantinya akan dijadikan bahan
tanam, diukur dengan satuan per (gram).
5. Pupuk adalah unsur organik ataupun non organik yang diberikan pada tanaman
melon untuk meningkatkan jumlah produksi dan diukur dalam satuan kilogram
(kg).
6. Pestisida adalah zat kimia yang digunakan dalam usahatani melon untuk
mencegah gangguan hama dan penyakit pada tanaman dan diukur dalam satuan
liter (l).
7. Tenaga kerja adalah curahan waktu kerja yang dilakukan dalam proses produksi
usahatani melon yang terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja
luar keluarga, yang diukur dalam hari kerja orang (HKO).
8. Produksi adalah jumlah produk yang dihasilkan dari usahatani melon dengan
luasan lahan tertentu dalam satu periode tanam, dan dinyatakan dalam satuan
21
9. Harga adalah nilai yang ditentukan untuk produk melon dalam satuan kilogram
dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).
10.Biaya implisit adalah biaya yang tidak nyata dikeluarkan dalam proses produksi
usahatani melon seperti tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), sewa lahan
sendiri, dan bunga modal sendiri, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
11.Biaya eksplisit adalah biaya yang nyata atau benar-benar dikeluarkan oleh
petani dalam usahatani melon meliputi biaya saprodi, transportasi, tenaga kerja
luar keluarga (TKLK), bunga modal sendiri, sewa lahan dinyatakan dalam
satuan rupiah (Rp).
12.Biaya total adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
usahatani melon dan diukur dalam satuan rupiah (Rp) merupakan penjumlahan
dari biaya implisit dengan biaya eksplisit.
13.Penerimaan adalah hasil penjualan dari jumlah produksi usahatani melon yaitu
perkalian antara jumlah produksi dan harga,dinyatakan dalam satuan rupiah
(Rp).
14.Pendapatan adalah pengurangan dari total penerimaan usahatani melon dengan
biaya eksplisit, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
15.Keuntungan adalah selisih penerimaan total dikurangi biaya eksplisit dan
implisit yang dikeluarkan dalam usahatani melon, dinyatakan dalam satuan
rupiah (Rp).
16.Revenue cost ratio (RC ratio) adalah perbandingan antara penerimaan total
22
17.Produktivitas modal adalah kemampuan dari modal yang digunakan untuk
usahatani melon dalam menghasilkan pendapatan, yang dinyatakan dalam
persen (%).
18.Produktivitas tenaga kerja adalah kemampuan dari setiap penggunaan tenaga
kerja untuk menghasilkan pendapatan, diukur dalam satuan (Rp/HKO).
19.Produktivitas lahan adalah kemampuan dari setiap penggunaan lahan untuk
menghasilkan pendapatan, diukur dengan satuan (Rp/m²).
E. Analisis Data
1. Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan a. Total cost
Untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani melon
yaitu dengan cara menjumlahkan antara biaya ekplisit dan biaya implisit selama
masa produksi usahatani melon berlangsung.
TC = TEC + TIC
Keterangan :
TC = Total cost (total biaya)
TEC = Total explicit cost (total biaya ekplisit) TIC = Total implicit cost (total biaya implisit)
b. Penerimaan
Untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diterima oleh petani dari
23 c. Pendapatan
Untuk mengetahui jumlah pendapatan yang diterima oleh petani dari
usahatani melon adalah dengan rumus :
NR = TR – TEC
Keterangan :
NR = Net return (pendapatan)
TR = Total revenue(total penerimaan) TEC = Total explicit cost (total biaya ekplisit)
2. Analisis Prospek a. Keuntungan
Untuk menghitung keuntungan yang diperoleh petani dari usahatani adalah
dengan menggunakan rumus :
� = �� − ��� − ���
Keterangan :
∏ = Keuntungan (Rp)
TR = Total revenue (penerimaan)
TEC = Total explicit cost (total biaya eksplisit) TIC = Total implicit cost (total biaya implisit)
b. Revenue cost ratio (R/C ratio)
�� ����� =����
Keterangan :
R/C = Revenue cost ratio
TR = Total revenue(total penerimaan) TC = Total cost (total biaya)
Apabila nilai RC ratio lebih dari 1 (>1) maka usahatani melon layak untuk
diusahakan dan jika nilai RC ratio kurang dari atau sama dengan 1 maka usahatani
24 c. Produktivitas modal
Untuk mengetahui produktivitas modal dari usahatani melon dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :
Produktivitas modal =NR − sewa lahan sendiri − TKDKTEC × %
Keterangan :
NR = Net return (pendapatan)
TKDK = Tenaga kerja dalam keluarga
TEC = Total explicit cost (total biaya ekplisit)
Jika produktivitas modal lebih besar dari tingkat suku bunga tabungan,
maka usahatani melon layak untuk diusahakan sebaliknya jika produktivitas modal
kurang dari atau sama dengan tingkat suku bunga tabungan, maka usahatani melon
tidak layak untuk diusahakan.
d. Produktivitas tenaga kerja
Untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja pada usahatani melon adalah
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Produktivitas TK = NR − sewa lahan sendiri − bunga modal sendiriTotal TKDK HKO
Keterangan :
NR = Net return (pendapatan)
TKDK = Tenaga kerja dalam keluarga
HKO = Hari kerja orang
Jika produktivitas tenaga kerja lebih dari upah minimum regional (UMR),
maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan sebaliknya jika produktivitas
tenaga kerja kurang dari upah minimum regional (UMR), maka usahatani melon
tersebut tidak layak untuk diusahakan. UMR yang berlaku di Kabupaten Kulon
25 e. Produktivitas lahan
Untuk mengetahui produktivitas lahan usahatani melon dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Produktivitas lahan =NR − Nilai TKDK − Bunga Modal SendiriLuas lahan
Jika produktivitas lahan lebih dari sewa lahan sendiri maka usahatani melon
tersebut layak untuk diusahakan dan sebaliknya jika produktivitas lahan kurang dari
atau sama dengan sewa lahan sendiri maka usahatani melon tersebut tidak layak
untuk diusahakan. Biaya sewa lahan yang berlaku di lokasi penelitian adalah
26
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis
Kecamatan Galur adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten
Kulon Progo. Kecamatan Galur terdiri dari 7 Desa yaitu Desa Brosot, Desa
Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan
dan Desa Tirtorahayu dan terbagi dalam 75 pedukuhan, 148 RW, 305 RT dengan
luas wilayah 3.291.232,5 ha dengan jumlah penduduk 35.489 jiwa. Adapun
batasan wilayah Kecamatan Galur adalah sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo
- Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo
Desa Karangsewu adalah Desa yang terletak di bagian paling selatan
diantara desa yang ada di Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. Luas wilayah
Desa Karangsewu adalah sebesar 927 Ha. Desa Karangsewu merupakan gabungan
antara 3 kelurahan yaitu Kelurahan Imorenggo, Wonopeti dan Kempleng. Desa
Karangsewu terdiri dari 17 pedukuhan yaitu Pedukuhan Boro I, Boro II, Bedoyo
III, Gupit IV, Siliran V, Siliran VI, Wonopeti VII, Mabeyan VIII, Sorogaten IX,
Sorogaten X, Bapangan XI, Sewugalur XII, Dalen XIII, Kempleng XIV, Kempleng
XV, Barongan XVI, dan Imorenggo XVII. Desa Karangsewu terletak di kawasan
tepi pantai dengan kondisitopografi yang landai dan datar. Elevasi ketinggian
27
dengan Sungai Progo sebagai muara serta sungai-sungai lain yang dimanfaatkan
sebagai saluran irigasi dan drainase.
B. Keadaan Penduduk
Berdasarkan data kependudukan Pemerintah Desa tercatat bahwa di Desa
Karangsewu terdapat 2.094 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 8.233 jiwa
dengan rincian 3.966 jiwa laki-laki dan 4.267 jiwa perempuan. Berdasarkan data
yang diperoleh bahwa di Desa Karangsewu terdapat banyak penduduk dengan
golongan usia yang produktif yaitu antara umur 15-59 tahun. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 5.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Karangsewu Berdasarkan Kelompok Usia
Berdasarkan data dari tabel 5 dapat dilihat bahwa Desa Karangsewu
didominasi oleh kelompok usia produktif yaitu usia 15-59 tahun sebanyak 5.163
jiwa dengan persentase sebesar 62,71% sedangkan penduduk dengan golongan usia
belum produktif yaitu 0-14 tahun sebanyak 2151 jiwa dengan persentase sebesar
26,13% dan penduduk dengan golongan usia tidak produkif >60 tahun sebanyak
919 jiwa dengan persentase 11,16%. Hal ini dapat berpengaruh secara langsung
terhadap usahatani karena semakin banyak penduduk dengan kelompok usia
produktif maka penggunaan tenaga kerja dalam usahatani lebih maksimal.
28 C. Pendidikan
Sumber daya manusia yang berkualitas adalah salah satu faktor pendukung
kemajuan suatu daerah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membentuk
sumberdaya manusia yang berkualitas adalah dengan pendidikan. Untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan maka diperlukan sarana dan prasarana pendidikan salah
satunya adalah adanya lembaga pendidikan baik pendidikan formal maupun
informal. Di Desa Karangsewu terdapat beberapa lembaga pendidikan. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 2. Lembaga Pendidikan di Desa Karangsewu
Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%)
TK 10 55,5
sekolah baik Negeri maupun swasta dengan rincian 10 Taman Kanak-kanak atau
TK, 5 Sekolah dasar (SD), 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTS) dan 1
Sekolah Menengah Atas (SMA). Berdasarkan data dari tabel 6 bahwa di Desa
Karangsewu sudah tersedia beberapa sarana pendidikan dari mulai tingkatan TK
sampai SMA. Tersedianya berbagai lembaga pendidikan diharapkan mampu untuk
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
D. Keadaan Pertanian 1. Penggunaan lahan
Lahan adalah faktor utama dalam sebuah usahatani,karena lahan adalah
29
membangun sarana kepentingan umum lainnya. Lahan di Desa Karangsewu
digunakan untuk berbagai macam kepentingan tetapi mayoritas digunakan untuk
lahan pertanian dengan komoditas seperti melon, cabai, semangka, kelapa, padi dan
lain sebagainya. Luas penggunaan lahan di Desa Karangsewu dapat dilihat pada
tabel 7 .
Tabel 3. Luas Desa Menurut Penggunaan Lahan
No Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)
Berdasarkan tabel 7 penggunaan lahan yang paling luas adalah lahan kering
yaitu 374,62 hektar dengan persentase 40,45%, jika lahan kering dimanfaatkan
untuk lahan bercocok tanaman maka potensi untuk meningkatkan hasil produksi
komoditas pertanian seperti melon di Desa Karangsewu akan lebih baik. Setelah itu
diikuti dengan tanah sawah dengan luas 264,15 atau 28,52%, kemudian penggunaan
lahan untuk kepentingan lainnya dan untuk bangunan dengan luas lahan masing-
masing 264,12 Ha dan 23,24 Ha dengan persentase 28,51% dan 2,50%.
2. Budidaya Tanaman Melon
Buah melon adalah salah satu produk hortikultura yang banyak diminati
oleh masyarakat hal ini dikarenakan rasa buah melon yang manis dan menyegarkan.
Buah melon yang banyak di budidayakan di Desa Karangsewu adalah varietas
Action. Ciri-ciri buah melon varietas Action adalah berbentuk bulat dengan bobot
30
rapat. Daging buah berwarrna hijau keputihan, tebal, lembut dan rasanya sangat
manis dan beraroma.
Tanaman melon dapat beradaptasi dengan tipe tanah lempung, lempung liat,
dan lempung berpasir serta tumbuh subur jika tanah mengandung bahan organik.
Budidaya melon dilahan pasir bisa dikatakan sangat mudah dalam pengolahan
lahannya. Tahap dalam budidaya melon yang pertama adalah persiapan lahan.
Persiapan lahan adalah kegiatan yang dilakukan sebelum dilakukan proses
penanaman. Kegiatan dalam persiapan lahan meliputi pembersihan lahan dari
gulma atau semak, kemudian lahan ditraktor dan mencampurkan tanah dengan
pupuk organik, setelah itu dibuat bedengan tipis dan kemudian memasang mulsa,
pembuatan lubang tanam, dan pemasangan selang infus. Tahapan selanjutnya
adalah penanaman. Penanaman dilakukan setelah benih melon disemaikan dan
menjadi bibit. Dari proses persemaian sampai bibit siap tanam memerlukan waktu
10-15 hari. Sebelum ditanam bibit disiram terlebih dahulu hingga dasar media
tanam menjadi lembab. Setelah itu bibit ditanam di lubang tanam yang sudah
dibuat. Jarak tanam untuk melon adalah 30-60 cm dalam barisan dan 60 cm antar
barisan. Setelah tanaman melon ditanam di lahan selanjutnya tanaman melon
memerlukan peratawan.
Kegiatan perawatan tanaman melon meliputi penyiraman, penyiangan,
pemberantasan hama dan penyakit, pemupukan, dan seleksi buah. Kegiatan
pemeliharaan yang pertama adalah penyiraman. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari
ketika tanaman melon berumur 1-35 hari untuk selanjutnya tanaman melon disiram
31
tanaman melon tercukupi. Jika musim hujan penyiraman dilakukan 2-4 kali sehari
karena terjadi penguapan kandungan garam yang tinggi dan dapat menyebabkan
tanaman layu dan mati. Budidaya tanaman melon baiknya dilakukan pada musim
kemarau hal ini dikarenakan agar tidak terjadi penguapan yang berlebih dan rasa
dari buah melon akan lebih manis. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan
mesin diesel dan menyedot air dari sumur yang ada di lahan.
Setelah tanaman berumur 5-6 hari setelah tanam kemudian tanaman melon
dipupuk. Pemupukan dilakukan 6-8 kali satu musim tanam. Pemupukan dilakukan
agar nutrisi untuk perkembangan tanaman tercukupi. Ketika tanaman melon sudah
ditanam di lahan, pertumbuhan gulma dan timbulnya hama dan penyakit umum
terjadi dan tidak dapat dihindari tetapi dapat dilakukan penyiangan gulma dan
pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan gulma dilakukan untuk mencegah
timbulnya hama dan penyakit tanaman serta mengurangi efek kompetisi perebutan
unsur hara antara tanaman dengan gulma yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman.
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan
pestisida seperti Bion M 1/48 WP, Antrakol 70 WP, Acrobat 50 WP, Bamex 18 EC,
Score 250 EC, dan Cabrio 250 EC. Kegiatan penyemprotan larutan pestisida
dilakukan jika terjadi serangan hama, penyakit dan jamur saja.
Setelah tanaman melon mengeluarkan buah sebesar telur ayam, dilakukan
kegiatan seleksi buah. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan tanaman melon terfokus
pada satu buah yang sudah terseleksi. Buah melon yang akan terpilih menjadi bakal
32
atau tidak cacat, buah tidak terserang hama dan penyakit, dan penampilan buah
segar dan berkembang lebih cepat dibandingkan buah lainnya.
33
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Petani 1. Umur Petani
Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas
kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan
untuk melakukan sesuatu juga lebih besar. Petani melon di lahan pasir pantai Desa
Karangsewu berusia antara 20 sampai 60 tahun. Usia petani berpengaruh langsung
terhadap produktivitas kerja dari petani tersebut. Semakin produktif usia petani
maka tenaga yang dicurahkan untuk usahatani melon di lahan pasir pantai juga lebih
besar. Data jumlah petani berdasarkan pengelompokan usia dapat dilihat pada tabel
8.
Tabel 1. Jumlah Petani Melon Lahan Pasir Pantai Berdasarkan Usia.
Umur Petani (Tahun) Jumlah Petani Persentase
20 – 29 4 13,33
Berdasarkan data dari tabel 8 jumlah petani yang dijadikan responden dalam
penelitian ini adalah 30 orang dengan umur mulai dari 20 tahun sampai lebih dari
60 tahun. Dari jumlah petani yang dijadikan responden yang mendominasi adalah
petani dengan umur 40 tahun sampai 49 tahun dengan persentase 40%. Selanjutnya
adalah petani dengan usia 50 sampai 59 tahun yang berjumlah 9 orang dengan
persentase 30%, petani yang berumur 20 tahun sampai 29 tahun dan 30 sampai 39
34
paling sedikit adalah petani dengan umur lebih dari 60 tahun berjumlah 1 orang
dengan persentase 3,33%. Petani melon di Desa Karangsewu disominasi oleh
kelompok usia dengan kategori usia produktif (15-59 tahun) yang artinya curahan
tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani lebih maksimal.
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan menjadi salah satu faktor keberhasilan usahatani melon karena
tingkat pendidikan seseorang berpengaruh secara langsung terhadap cara berfikir.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka kemampuan untuk megembangkan diri
dan mengadopsi teknologi baru juga semakin baik. Tingkat pendidikan petani
melon lahan pasir pantai Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 2. Jumlah Petani Melon Lahan Pasir Pantai Desa Karangsewu Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
SD 2 6,67
SMP 10 33,33
SMA/SMK 18 60
PT - -
Jumlah 30 100
Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani melon di Desa
Karangsewu didominasi oleh petani dengan pendidikan tingkat Sekolah Menengah
Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berjumlah 18 orang
dengan persentase 60%, selanjutnya petani dengan tingkat pendidikan Sekolah
Menengah Pertama yang berjumlah 10 orang dengan presentase 33,33% dan petani
dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar yang berjumlah 2 orang dengan
35
Berdasarkan data tabel 9 tidak terdapat petani dengan tingkat pendidikan
Perguruan Tinggi yang menjadi responden dalam penelitian tetapi tingkat
pendidikan petani di Desa Karangsewu cukup tinggi. Pendidikan merupakan hal
yang sangat penting karena dari pendidikan petani lebih bisa mengadopsi dan
menerapkan teknologi baru untuk mengembangkan usahatani agar lebih
menguntungkan.
3. Pengalaman Bertani
Pengalaman bertani adalah salah satu hal yang berpengaruh secara langung
terhadap keberhasilan usahatani melon. Berdasarkan pengalaman petani dapat
memperkirakan apa kekurangan dan kelebihan dari usahatani melon dan bagaimana
cara mengatasinya. Pengalaman usahatani melon lahan pasir pantai Desa
Karangsewu dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 3. Pengalaman Petani Dalam Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai.
Pengalaman Bertani (Tahun ) Jumlah Petani Persentase (%)
< 5 7 23,33
6 – 10 10 33,33
> 10 13 43,33
Jumlah 30 100
Tabel 10 menunjukkan bahwa pengalaman petani dalam usahatani
khususnya untuk komoditas melon didominasi oleh petani yang berpengalaman
lebih dari 10 tahun yang berjumlah 13 orang dengan persentase 43,33%, selanjutnya
petani dengan pengalaman 6 sampai 10 tahun yang berjumlah 10 orang dengan
persentase 33,33% dan petani dengan pengalaman kurang dari 5 tahun yang
36
penting dalam keberhasilan usahatani, hal ini dikarenakan pengalaman usahatani
dapat membantu dalam proses usahatani selanjutnya.
4. Luas Penggunaan Lahan
Lahan yang banyak digunakan untuk usahatani melon di Desa Karangsewu
adalah lahan pasir dan berbatasan langsung dengan pantai Trisik Kecamatan Galur
Kabupaten Kulon Progo. Lahan adalah faktor utama dalam usahatani melon. Luas
lahan yang dimiliki dan digunakan oleh petani untuk budidaya melon lahan pasir
di Desa Karangsewu sangat bervariasi mulai dari 1.000 m² sampai 10.000 m². Hal
ini dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 4. Luas penggunaan lahan petani melon lahan pasir di Desa Karangsewu
Luas Lahan (m²) Jumlah Petani Persentase (%)
1.000 – 5.000 17 56,67
6.000 – 10.000 13 43,33
> 10.000 - -
Jumlah 30 100
Rata-rata penggunaan luas lahan 0,593 Ha
Tabel 11 menunjukkan bahwa luas penggunaan lahan untuk usahatani
melon lahan pasir di Desa Karangsewu yang paling tinggi adalah lahan dengan luas
1.000 sampai 5.000 yang berjumlah 17 orang dengan presentase 56,67%. Untuk
luas penggunaan lahan 6.000 sampai 10.000 yang berjumlah 13 orang dengan
presentase 43,33%. Penggunaan luas lahan berpengaruh secara langsung terhadap
usahatani hal ini dikarenakan semakin luas lahan yang digunakan untuk usahatani
melon semakin banyak pula tanaman melon yang ditanam dan hasil yang diperoleh
37 5. Identitas Anggota Keluarga Petani
Anggota keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah istri, anak dan
seluruh nggota keluarga yang menjadi tanggungan kepala keluarga. Banyaknya
jumlah anggota keluarga petani akan berpengaruh terhadap usahatani melon
terutama dalam penggunaan tenaga kerja. Selain itu tingkat pendidikan dan jenis
kelamin anggota keluarga juga berpengaruh terhadap usahatani melon lahan pasir
pantai Desa Karangsewu. Data anggota keluarga petani berdasarkan usia, jenis
kelamin dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 5. Anggota Keluarga Petani Melon Lahan Pasir Pantai di Desa Karangsewu
No. Karakterristik Keluarga Petani Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. Umur ( Tahun)
menjadi tanggungan petani adalah 70 orang yang meliputi istri, anak dan anggota
keluarga lain yang menjadi tanggungan petani. Sebagian besar anggota keluarga
petani melon lahan pasir pantai Desa Karangsewu termasuk dalam golongan usia
produktif ( 16-60 tahun) yang berjumlah 48 orang dengan persentase sebesar
38
usia belum produktif dengan persentase 31,42%. Hal ini secra langsung dapat
mempengaruhi usahatani karena semakin banyak anggota keluarga dengan
golongan usia produktif maka semakin banyak pula tenaga kerja dari dalam
keluarga yang membantu petani dalam melakukan usahatani.
Dari 70 orang anggota keluarga petani terdapat 36 orang berjenis kelamin
laki-laki dan 34 orang berjenis kelamin perempuan dengan persentase
masing-masing 51,42% dan 48,58%. Dalam usahatani melon lahan pasir pantai tenaga kerja
yang umum atau banyak digunakan adalah tenaga kerja dengan jenis kelamin
laki-laki hal ini dikarenakan laki-laki-laki-laki dianggap memiliki tenaga yang lebih besar
dibandingkan tenaga kerja berjenis kelamin perempuan. Tingkat pendidikan
anggota keluarga petani didominasi oleh anggota dengan pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berjumlah
25 orang dengan persentase 35,71%, selanjutnya diikuti oleh anggota keluarga
dengan tingkat pendidikan (SMP) yang berjumlah 18 orang dengan persentase
25,71%. Tingkat pendidikan anggota keluarga petani melon lahan pasir pantai Desa
Karangsewu cukup tinggi, hal ini tentunya akan mempermudah atau membantu
petani dalam menyerap informasi dan menerapkan teknologi baru untuk
mengembangkan usahatani melon lahan pasir pantai Desa Karangsewu.
B. Analisis Biaya Usahatai Melon
Biaya produksi usahatani melon merupakan sejumlah uang yang
digunakan selama proses produksi mulai dari persiapan lahan sampai panen. Biaya
usahatani melon terdiri dari biaya eksplisit atau biaya yang secara nyata
39
pestisida, tenaga kerja luar keluarga, penyusutan alat, biaya sewa lahan dan biaya
lain-lain, dan biaya implisit atau biaya yang secara tidak nyata dikeluarkan oleh
petani seperti biaya nilai sewa lahan milik sendiri, tenaga kerja dalam keluarga dan
bunga modal sendiri.
1. Biaya Benih
Benih merupakan faktor utama dalam usahatani melon lahan pasir pantai.
Penggunaan benih dengan kualitas baik dan unggul akan sangat mendukung hasil
produksi yang diperoleh dan tentunya harus disertai dengan penanganan dan
perawatan yang tepat. Di Desa Karangsewu rata-rata petani menggunakan benih
Action dan diperoleh dari toko pertanian dan kemudian disemai untuk dijadikan
bibit yang siap tanam. Rata-rata benih yang digunakan untuk luas lahan 0,593
hektar adalah sebanyak 13,97 kepek atau sachet dengan berat 10 gram per sachet
dengan harga Rp. 112.621. Biaya rata-rata benih yang dikeluarkan oleh petani
melon lahan pasir pantai Desa Karangsewu adalah sebesar Rp.1.572.933 per
usahatani per musim.
2. Biaya Pupuk
Dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu terdapat dua
jenis pupuk yang digunakan yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik
yang digunakan oleh petani melon adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran
hewan sapi dan ayam. Sedangkan pupuk anorganik yang digunakan terdapat
beberapa jenis pupuk yaitu KNO, Grower, NPK, DGW, ZA dan Phonska.
Penggunaan pupuk organik maupun anorganik dalam usahatani melon lahan pasir
40
Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat bahwa biaya pupuk yang dikeluarkan
petani baik organik maupun anorganik adalah sebesar Rp 4.473.832 dengan rincian
biaya paling besar adalah biaya untuk pupuk organik dengan jumlah sebesar 4.717
Kg dengan nilai sebesar Rp. 2.358.333 atau 53% dari total penggunaan biaya
pupuk. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pupuk organik ini
dikarenakan budidaya melon di lahan pasir pantai membutuhkan banyak pupuk
organik karena lahan pasir pantai hanya terdapat sedikit kandungan organik atau
kurangnya unsur hara pada tanah. Pupuk organik yang digunakan oleh petani melon
lahan pasir pantai di Desa Karangsewu adalah pupuk kandang yang berasal dari
kotoran sapi atau kotoran ayam.
Selain penggunaan pupuk organik budidaya melon dilahan pasir juga
memerlukan pupuk anorganik seperti KNO, Grower, NPK, DGW, ZA dan Phonska
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kandungan yang ada pada pupuk
anorganik tersebut antara lain adalah unsur nitrogen, phospat, kalium, magnesium,
boron yang fungsinya adalah mempercepat pertumbuhan bunga dan buah,
mencegah rontoknya bunga dan buah, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
41
pertumbuhan akar, meningkatkan rasa dan aroma buah melon dan meningkatkan
jumlah produksi melon. Biaya pupuk anorganik yang dikeluarkan untuk budidaya
melon lahan pasir dengan luas lahan 0,593 Ha adalah sebesar Rp. 2.115.499 dengan
persentase 47% .
3. Biaya Pestisida
Pestisida adalah zat kimia yang berbentuk cair atau padat yang digunakan
oleh petani melon untuk mencegah atau memberantas hama dan penyakit pada
tanaman melon. Penyemprotan dilakukan dengan cara mencampurkan pestisida
dengan air kemudian disemprotkan pada tanaman melon. Data penggunaan
pestisida dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu dapat
dilihat pada tabel 14.
Tabel 7. Jumlah Biaya Penggunaan Pestisida Berdasarkan Jenisnya
Jenis Pestisida Biaya (Rp) Persentase (%)
Acrobat 180.000 24,75
Berdasarkan tabel 14 jenis pestisida yang digunakan oleh petani dalam
usahatani melon lahan pasir pantai meliputi Acrobat, Antrakol, Score, Tabrio, Bion
M, dan Bamex. Fungsi dari masing-masing jenis pestisida yang digunakan adalah
untuk membasmi jamur yang dapat menyebabkan black spot atau bercak hitam pada
daun, busuk pada batang, busuk buah, dan hama penghisap seperti ulat. Total
rata-rata penggunaan dan biaya pestisida untuk satu kali musim tanam dengan luas lahan
42
adalah Bion M dengan jumlah Rp. 195.000 dengan persentase 26,81%. Bion M
adalah salah satu fungisida yang digunakan oleh petani melon lahan pasir pantai di
Desa Karangsewu. Tingginya biaya untuk fungisida ini dikarenakan permasalahan
yang terjadi pada tanaman melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu adalah
busuk pada daun tanaman melon, busuk pada buah seperti bercak hitam pada buah
dan busuk pada batang yang disebabkan oleh jamur. Penyebab lain tingginya biaya
fungisida dikarenakan harganya yang cukup tinggi dan rata-rata petani
menggunakannya.
4. Biaya Penyusutan Alat
Penyusutan alat adalah biaya yang secara tidak nyata dikeluarkan dan tidak
diperhitungkan oleh petani tetapi dalam perhitungan biaya produksi usahatani biaya
penyusutan alat adalah biaya yang secara nyata diperhitungkan. Alat-alat yang
digunakan dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu yaitu
cangkul, gunting, knapsack, diesel, mulsa, selang infus, sambungan pipa dan tabung
gas. Biaya penyusutan alat dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa
Karangsewu dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 8. Biaya Penyusutan Alat Dalam Usahatani Melon Lahan Pasir di Desa Karangsewu
Jenis Alat Biaya Persentase %
43
Dari data tabel 15 dapat dilihat bahwa penyusustan alat yang paling tinggi
adalah mulsa dengan nilai sebesar Rp 560.000 dengan persentase 64,61%. Hal ini
dikarenakan nilai jual kembali mulsa adalah nol atau tidak bernilai dan mulsa
sendiri hanya dapat dipakai satu kali. Total biaya penyusutan yang dikeluarkan
yaitu sebesar Rp. 866.748- per usahatani.
5. Biaya Tenaga Kerja
Tahapan pada usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu
meliputi kegiatan persiapan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan dan
panen. Tahapan kegiatan tersebut memerlukan sejumlah tenaga kerja dan biaya
sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Data penggunaan tenaga kerja dan biaya
yang dikeluarkan dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu
dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 9. Jumlah Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Melon
Variabel Dalam Keluarga Luar Keluarga
HKO Biaya (Rp) HKO Biaya (Rp)
44
Dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu terdapat
dua jenis tenaga kerja yang digunakan yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga
kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja yang berasal
dari anggota keluarga petani sendiri seperti istri, anak dan anggota keluarga lainnya.
Sedangkan tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar
anggota keluarga yang digunakan selama proses usahatani melon berlangsung.
Berdasarkan tabel 16 curahan tenaga kerja yang paling banyak digunakan
adalah tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga dengan jumlah 66,1 HKO
dengan biaya sebesar Rp. 2.165.667 sedangkan penggunaan tenaga kerja luar
keluarga dengan jumlah sebanyak 33,5 HKO dengan biaya sebesar Rp. 2.939.833.
Curahan tenaga kerja yang paling banyak digunakan adalah tenaga kerja untuk
kegiatan penyiraman hal ini dikarenakan kegiatan penyiraman dilakukan setiap hari
(55 sampai 60 hari) sampai menjelang panen (60 sampai 65 hari). Sedangkan
kegiatan lainnya hanya dilakukan 1-8 kali sampai menjelang panen.
6. Biaya Lain-lain
Biaya lain-lain adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani
dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur
Kabupaten Kulon Progo adalah seperti iuran desa, arisan dan biaya untuk bahan
bakar. Dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu tidak terdapat
biaya lain-lain seperti biaya iuran desa dan arisan. Biaya lain-lain yang dikeluarkan
untuk usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu hanya terdapat biaya