• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI MELON LAHAN PASIR PANTAI DI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI MELON LAHAN PASIR PANTAI DI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI MELON LAHAN PASIR PANTAI DI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO

Skripsi

Disusun oleh: NINGSIH 20120220033

PROGRM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI MELON LAHAN PASIR PANTAI DI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh

Derajat Sarjana Pertanian

Disusun Oleh:

NINGSIH 20120220033

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya dan memberikan kemudahan dan

kelancaran dalam penyusunan skripsi dengan judul “ Prospek Pengembangan

Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai di Desa Karangsewu, Galur, Kulon Progo”

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh derajat Sarjana Pertanian di

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sholawat dan salam

semoga tetap tercurah pada Nabi kita yaitu Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.

Penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya dukungan,

bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan

terimakasih untuk kedua orang tua Bapak Ramadani dan Ibu Mariana serta seluruh

anggota keluarga tercinta yang senantiasa telah memberikan do’a, dukungan, nasihat dan cinta kasihnya kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini, Ir.

Lestari Rahayu, M.P. dan Dr. Ir. Triwara Buddhi S. M.P. selaku dosen pembimbing

yang selalu memberikan arahan, membimbing dan menyemangati, Ir. Nur

Rahmawati, M.P. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan

pada skripsi ini, warga dan seluruh petani di Desa Karangsewu yang telah bersedia

menjadi responden dan memberikan data yang dibutuhkan untuk penyusunan

skripsi ini dan teman-teman agribisnis 2012 atas semangat, bantuan, dukungan dari

awal penyusunan proposal hingga berakhirnya skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada Bapak/ Ibu/ sdr sekalian.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan tambahan informasi dan manfaat Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, Januari 2017

(4)

iv

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Melon ... 5

2. Lahan Pasir Pantai ... 7

3. Prospek pasar buah-buahan ... 8

4. Usahatani ... 9

B. Kerangka Pemikiran ... 15

III. METODE PENELITIAN ... 17

A. Teknik Penentuan Daerah Penelitian ... 17

B. Teknik Pengumpulan Data ... 19

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah ... 19

D. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 20

E. Analisis Data ... 22

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 26

(5)

v

1. Umur Petani ... 33

2. Tingkat Pendidikan ... 34

3. Pengalaman Bertani ... 35

4. Luas Penggunaan Lahan ... 36

5. Identitas Anggota Keluarga Petani... 37

B. Analisis Biaya Usahatai Melon ... 38

1. Biaya Benih ... 39

E. Analisis Prospek Usahatani ... 48

1. Keuntungan ... 48

2. Revenue Cost Ratio (R/C) ... 49

3. Produktivitas lahan ... 50

4. Produktivitas tenaga kerja ... 50

(6)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Ekspor Komoditi Hortikultura Melon dan Semangka Tahun 2016 ... 1

Tabel 2. Jumlah Konsumsi Melon per Kapita per Tahun di Indonesia ... 2

Tabel 3. Jumlah Produksi Melon di Kulon Progo ... 3

Tabel 4. Jumlah Tanaman Buah-buahan Menghasilkan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo (Pohon), 2013. ... 18

Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Karangsewu Berdasarkan Kelompok Usia ... 27

Tabel 6. Lembaga Pendidikan di Desa Karangsewu ... 28

Tabel 7. Luas Desa Menurut Penggunaan Lahan... 29

Tabel 8. Jumlah Petani Melon Lahan Pasir Pantai Berdasarkan Usia. ... 33

Tabel 9. Jumlah Petani Melon Lahan Pasir Pantai Desa Karangsewu Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 34

Tabel 10. Pengalaman Petani Dalam Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai. ... 35

Tabel 11. Luas penggunaan lahan petani melon lahan pasir di Desa Karangsewu36 Tabel 12. Anggota Keluarga Petani Melon Lahan Pasir Pantai di Desa Karangsewu ... 37

Tabel 13. Biaya Penggunaan Pupuk Berdasarkan Jenisnya ... 40

Tabel 14. Jumlah Biaya Penggunaan Pestisida Berdasarkan Jenisnya ... 41

Tabel 15. Biaya Penyusutan Alat Dalam Usahatani Melon Lahan Pasir di Desa Karangsewu ... 42

Tabel 16. Jumlah Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Melon ... 43

Tabel 17. Rata-rata Penggunaan Biaya Produksi Dalam Usahatani Melon ... 46

Tabel 18. Jumlah Penerimaan Usahatani Melon di Lahan Pasir Pantai ... 47

Tabel 19. Rata-rata Pendapatan Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai ... 48

Tabel 20. Rata-rata Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Melon di Desa Karangsewu ... 49

(7)

vii

Tabel 22. Produktivitas Lahan Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai di Desa Karangsewu ... 50

Tabel 23. Produktivitas Tenaga Kerja Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai di Desa Karangsewu ... 51

Tabel 24. Produktivitas Modal Usahatani Melon Lahan Pasir ... 52

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka pemikiran ... 16

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(8)
(9)

x INTISARI

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI MELON LAHAN PASIR PANTAI DI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO (Skripsi dibimbing oleh Lestari Rahayu dan Triwara Buddhi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya usahatani, penerimaan, pendapatan, keuntungan, kelayakan dan prospek usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu, Galur, Kulon Progo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik sebagai teknik pelaksanaannya. Penelitian ini melibatkan 30 petani responden yang ada di Dusun

Gupit dan Dusun Imorenggo yang ditentukan menggunakan metode simple

random sampling. Analisis data menggunakan empat indikator kelayakan

usahatani yaitu: RC Rasio, produktivitas lahan, produktivitas modal, dan

produktivitas tenaga kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk usahatani melon lahan pasir pantai yang paling tinggi adalah biaya implisit dengan persentase 51,96 % dari total biaya. Biaya implisit paling tinggi adalah biaya sewa lahan dengan nilai sebesar Rp. 8.895.000 per usahatani per musim. Biaya eksplisit yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 10.609.347 dengan persentase 48,04 %. Biaya eksplisit paling tinggi adalah biaya pupuk dengan nilai Rp.4.473.823 dengan persentase 20,25%. Berdasarkan hasil analisis

kelayakan usahatani melon lahan pasir pantai nilai RC Rasio adalah 1,76. Selain

itu nilai produktivitas lahan lebih besar daripada sewa lahan, produktivitas modal lebih besar daripada bunga modal dan produktivitas tenaga kerja lebih besar daripada upah tenaga kerja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu, Galur, Kulon Progo layak untuk diusahakan dan dikembangkan.

(10)

xi

MELON FARMING DEVELOPMENT PROSPECTS OF SAND BEACH LAND IN KARAGSEWU, GALUR, KULON PROGO

NINGSIH

Ir. Lestari Rahayu. MP./ Dr. Ir. Triwara Buddhi S. M.P. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian implementation. This research involved 30 respondens of farmer in Gupit Village and Imorenggo Village determined using simple random sampling. Analisis of data used four indicators of expediency of farming are RC ratio, land pruductivity, capital productivity, and labor productivity. The results showed that the highest costs of melon farming with percentage 51,96% from total cost. The highest implisit cost is the rent of land as much as Rp. 8.895.00,- per farming per season. Explicit cost as much as Rp. 10.609.347,- with percentage 48,04%. The highest explicit cost is cost of fertilizer as much as Rp. 4.473.823,- with percentage 20,25%. Based on analysis of expediency melon farming of sand beach land showed the value of RC ratio is 1,76. In addition, the land productivity is higher than the rent of land, the capital productivity is higher than the capital interest, and the labor productivity is higher than the cost of labor. Therefore, it can be concluded that the melon farming of sand beach land in Karagsewu, Galur, Kulon Progo is worthy to cultivated and developed.

(11)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang sangat penting karena

sebagaian besar penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani. Perkembangan

komoditas pertanian di Indonesia bukan hanya di bidang tanaman pangan dan

perkebunan, tetapi juga untuk tanaman hortikultura. Komoditas hortikultura terdiri

dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat. Hortikultura adalah

salah satu komoditas pertanian Indonesia yang memiliki prospek ekspor yang besar

dalam menembus pasar Internasional. Salah satu komoditas horlikultura yang

mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan adalah dari jenis buah-buahan.

Jumlah produksi komoditas hortikultura buah-buahan pada tahun 2015 adalah

sebesar 20.167.465 ton. (BPS 2015). Salah satu produk buah-buahan yang

mempunyai peluang ekspor adalah semangka dan melon. Hal ini dapat dilihat pada

tabel 1.

Tabel 1. Ekspor Komoditi Hortikultura Melon dan Semangka Tahun 2016

(12)

2

Berdasarkan data dari tabel 1 diketahui bahwa jumlah ekspor melon dan

semangka periode tahun 2016 di bulan Januari dan Februari terjadi peningkatan

yang signifikan yaitu dari 14.634 kg menjadi 23.624 kg. Permintaan ekspor melon

yang semakin meningkat menjadi salah satu pendorong untuk meningkatan

produksi melon dalam negeri sehingga mampu bersaing dengan komoditas melon

dari negara lain. Selain itu melon juga sangat banyak diminati oleh masyarakat baik

untuk produk segar maupun olahan. Hal ini dikarenakan rasa melon yang manis dan

kandungan gizi dalam buah melon itu sendiri. Jumlah konsumsi untuk buah melon

pertahun dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Konsumsi Melon per Kapita per Tahun di IndonesiaSumber :

pertanian.go.id

Berdasarkan data dari tabel 2 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan

jumlah konsumsi melon antara tahun 2012 dan 2013 yaitu sebesar 0,208 per kapita.

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk di daerah Kulon Progo adalah sebanyak

477.685 jiwa jadi dapat diperkirakan jumlah konsumsi buah melon untuk daerah

Kulon Progo adalah sebesar 174.355 kilogram.

Kulon Progo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Yogyakarta dan

merupakan daerah penghasil produk hortikultura buah-buahan yaitu melon. Jumlah

produksi melon di daerah Kulon Progo dapat dilihat pada tabel 3.

(13)

3

Tabel 3. Jumlah Produksi Melon di Kulon Progo

Tahun

Sumber : Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo

Berdasarkan data dari tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah produksi melon

di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2013 dan 2014 mengalami peningkatan

sebesar 6.482,10 ton. Selain mengalami peningkatan jumlah produksi juga terjadi

peningkatan luas panen yaitu sebesar 203 Ha dari 1.150 Ha menjadi 1.353 Ha.

Jumlah produksi dan produktivitas yang tinggi tidak senantiasa membuat

petani mendapat keuntungan yang besar, hal ini dikarenakan harga produk

hortikultura melon ditingkat petani sangat rendah. Menurut salah satu petani melon

di Desa Karangsewu, khususnya di daerah pantai Trisik Kecamatan Galur

Kabupaten Kulon Progo harga buah melon ditingkat petani adalah Rp. 2000 per

kilogram. Selain itu harga benih tanaman melon yang tinggi juga menjadi salah satu

kendala yang ada di tingkat petani. Menurut salah satu petani di Desa Karangsewu

Kecamatan Galur biaya produksi untuk benih mencapai 3.000.000/Ha.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi terbentuk beberapa rumusan

masalah yaitu berapakah biaya yang harus dikeluarkan petani untuk budidaya

melon? Berapakah pendapatan dan keuntungan yang diperoleh? apakah usahatani

melon tersebut layak untuk diusahakan? dan bagaimanakah prospek pengembangan

usahatani melon berdasarkan keuntungan dan kelayakan? Untuk mengetahui hal

(14)

4

Usahatani Melon di Lahan Pasir Pantai Trisik Desa Karangsewu Kecamatan Galur,

Kabupaten Kulonprogo”.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani melon di Lahan Pasir

Pantai Trisik Desa Karangsewu Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo.

2. Mengetahui prospek pengembangan usahatani melon di lahan Pasir Pantai

Trisik Desa Karangsewu Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo

berdasarkan keuntungan dan kelayakan.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Untuk pemerintah dan instansi terkait, dapat dijadikan masukan untuk

pertimbangan pembuatan kebijakan terkait harga produk hortikultura agar para

petani bisa merasakan keuntungan yang lebih.

2. Untuk akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

(15)

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Melon

a. Agronomi tanaman melon

Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia

curcubitaceae atau suku timun-timunan dan termasuk dalam kelas biji berkeping

dua. Tanaman melon merupakan tanaman hortikultura yang semakin banyak

dibudidayakan di Indonesia karena dapat dikonsumsi sebagai buah yang memiliki

rasa segar dan manis serta bergizi tinggi. Melon termasuk tanaman semusim yang

bersifat menjalar atau merambat. Tanaman melon memiliki akar tunggang yang

terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar

serabut-serabut akar (tersier). Panjang akar primer sampai pangkal batang berkisar

15 - 20 cm, sedangkan akar lateral menyebar sekitar 35 - 45 cm. (Prajnanta, 2004).

Klasifikasi tanaman melon adalah sebagai berikut :

Kelas : Magnoliopsida/ Dicotyledoneae

Subkelas : Dilleniidae

Ordo : Violales

Familia : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis

Spesies : Cucumismelo L. ( Soedarya, 2010)

Melon (Cucumismelo L.) termasuk komoditas hortikultura yang

(16)

murah namun harga jual buah melon juga termasuk tinggi di pasaran dan buah

melon merupakan buah yang banyak dikonsumsi masyarakat baik melon segar

maupun olahan.

b. Budidaya tanaman melon

Persiapan lahan. Persiaan lahan untuk budidaya tanaman melon yang pertama dilakukan adalah membersihkan lahan dari semak belukar, gulma dan sisa

tanaman. Kemudian lakukan pengapuran lahan jika pH tanah dibawah 5,0. Untuk

menaikkan satu poin pH, diperlukan sekitar 2 ton per hektar kapur pertanian.

Setelah itu bajak atau cangkul lahan untuk membalik tanah dan memperbaiki

struktur tanah, buat bedengan sederhana dengan ukuran lebar 110 cm, tinggi

bedengan 15-20 cm, dan lebar selokan 50-60 cm. Kemudian tebarkan pupuk kimia

dan pupuk kandang pada lajur kiri dan kanan bedengan secara merata dan aduk

kedalam tanah, sempurnakan bentuk bedengan sehingga ukuran lebar bedengan 110

cm, lebar selokan 60-70 cm dan tinggi bedengan 30-40 cm. Pasang mulsa plastik

hitam perak dan buat lubang tanam dengan jarak 60-70 cm dalam barisan dan 70

cm antar barisan (double row). Terakhir lakukan penyiraman untuk melarutkan

pupuk kimia. (Wahyudi, 2012)

Persiapan benih dan pembibitan. Persiapan benih dan pembibitan dilakukan bersamaan dengan persiapan lahan. Kebutuhan benih per hektar adalah

sekitar 450-500 gram. Benih kemudian di semaikan di dalam polybag kecil ukuran

6 x 10 cm hingga bibit berdaun 2-3 helai.

(17)

dari polybag dan tanam bibit dilubang tanam dan timbun dengan tanah hingga batas

1-2 cm. Setelah penanaman siram bibit agar cepat beradaptasi dengan lingkungan

yang baru. Bibit melon dapat dipindah tanamkan dari persemaian ke kebun pada

umur 12 - 14 hari setelah semai benih, yakni telah berdaun 2 - 3 helai. Waktu tanam

yang paling ideal adalah pagi atau sore hari, agar bibit tidak layu akibat pengaruh

terik matahari dan suhu udara tinggi.

Pemeliharaan tanaman. Untuk pemeliharaan tanaman hal yang utama adalah pengairan. Lakukan pengairan, pada awal pertumbuhan hingga fase

pembesaran buah usahakan kelembapan tanah tetap optimal. Lakukan pengairan

atau penyiraman secara rutin, terutama saat tanaman berumur 1-50 HST. Selain

pengairan juga dilakukan penyiangan gulma disekitar tanaman untuk mencegah

perkembangan hama dan penyakit serta untuk mengurangi perebutan unsur hara

antara tanaman dengan gulma. Kemudian lakukan pemupukan sesuai dengan

kebutuhan tanaman melon dan tergantung umur tanaman.

Panen dan pasca panen. Pemanenan dapat dilakukan ketika tanaman berumur 60-65 HST (Hari setelah tanam). Potong tangkai buah menggunakan pisau

tajam atau gunting stek karena tangkai cukup keras berkayu dan liat.

2. Lahan Pasir Pantai

Lahan pasir pantai adalah lahan yang sebelumnya kurang mendapatkan

perhatian. Lahan ini adalah lahan marginal yang kurang subur untuk pertumbuhan

dan perkembangan tanaman. Keberadaan lahan ini sebagai salah satu sumber daya

(18)

lahan tersebut karena diperlukan manipulasi sebelum dapat dikembangkan menjadi

lahan pertanian yang produktif (Yudono et al., 2002)

Lahan pasir pantai bertekstur kasar dengan fraksi pasir > 70%, struktur pasir

lepas lepas atau daya untuk mengikat air sangat lemah, temperatur permukaan pasir

yang tinggi tetapi lahan pasir pantai juga memiliki potensi unuk dikembangkan

sebagai kawasan pertanian bahkan saat ini pertanian lahan pasir pantai telah banyak

dilakukan di Indonesia salah satunya adalah di Yogyakarta.

Yogyakarta memiliki lahan pasir pantai seluas sekitar 13.000 hektar atau

4% dari luas wilayah secara keseluruhan. Lahan pasir pantai terbentang sepanjang

110 km di pantai selatan lautan Indonesia. Bentangan pasir pantai ini berkisar antara

1 sampai 3 km dari garis pantai. Lahan ini cukup potensial untuk pengembangan

bidang pertanian, didukung dengan ketersediaan air tanah yang besar dan relatif

dangkal serta cahaya matahari yang berlimpah.

Budidaya melon umumnya sama, baik itu di lahan pasir maupun di lahan

sawah. Persiapan yang dilakukan mulai dari persiapan lahan, persiapan benih dan

pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Yang membedakan

antara budidaya di lahan pasir dan dilahan sawah adalah kebutuhan air dan pupuk

tanaman melon dilahan pasir lebih banyak dan pemeliharaannya lebih intensif.

3. Prospek pasar buah-buahan

Peluang bisnis buah-buahan dapat dilihat dari jumlah konsumsi buah

penduduk Indonesia hanya 40 kg/kapita/tahun, sedangkan berdasarkan organisasi

kesehatan dunia (WHO) standar konsumsi buah-buahan adalah 60kg/kapita/tahun.

(19)

peluang untuk pemasaran buah-buahan di pasar domestik. Permintaan buah-buahan

akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk,

pendapatan masyarakat, pengetahuan gizi dan kesadaran akan pentingnya

mengkonsumsi buah-buahan. Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti dengan

jumlah konsumsi yang juga akan meningkat.

4. Usahatani

Menurut Shinta (2011) ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas

dan mempelajari bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien dan efektif

pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil yang maksimal. Ilmu usahatani juga

diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bagaimana seseorang

mengalokasikan sumber daya secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk

memperoleh keuntungan pada waktu tertentu. Untuk mengetahui kelayakan suatu

usahatani terdapat beberapa komponen biaya yang harus dihitung, antara lain

sebagai berikut :

i. Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan a. Biaya usahatani

Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu

usahatani. Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi 4 yaitu biaya implisit, biaya

eksplisit, biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya implisit adalah biaya yang secara

tidak nyata dikeluarkan oleh petani dalam suatu proses produksi seperti biaya

tenaga kerja dalam keluarga, nilai modal sendiri dan nilai sewa lahan sendiri. Biaya

eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani dalam proses

(20)

biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan

walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap

ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh:

penghasilan tetap para pekerja, biaya penyusutan alat dan biaya pemeliharaan

mesin. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh

produksi yang diperoleh. Contoh sarana produksi seperti benih, pupuk, tenaga

kerja, dan pestisida. (Soekartawi, 2006).

Untuk menghitung jumlah biaya produksi dapat menggunakan rumus

sebagai berikut :

TC= TEC+TIC

Keterangan :

TC = Total Cost (BiayaTotal)

TEC = Total Explicit Cost ( Total biaya eksplisit)

TIC = Total Implicit Cost ( Total Biaya Implisit)

Penelitian tentang analisis kelayakan usahatani bawang merah dilahan pasir

pantai di Desa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten bantul, total biaya yang

dikeluarkan untuk usahatani bawang merah adalah Rp. 5.123.533 dengan rincian

biaya ekplisit sebesar Rp. 3.645.312 dan biaya implisit sebesar Rp. 1.478.221.

( Dian, 2013)

Menurut (Gerdi, 2016) dalam penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan

Usahatani Melon di Desa Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo biaya

(21)

b. Penerimaan

Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan

dengan harga jual produk tersebut. (Soekartawi, 2002). Pada usahatani melon

penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produksi melon yang dihasilkan

dengan harga jual. Untuk mengetahui jumlah penerimaan dapat menggunakan

rumus sebagai berikut :

Menurut Gerdi (2016) dalam penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan

Usahatani Melon di Lahan Pasir Pantai Desa Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten

Kulon Progo penerimaan yang diterima oleh petani dari usahatani melon adalah

sebesar Rp. 79.081.695.

c. Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. (Soekartawi

2002). Untuk menghitung pendapatan yang diperoleh petani melon adalah dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Berdasarkan penelitian terdahulu tentang Analisis Kelayakan Usahatani

(22)

Bantul pendapatan yang diterima oleh petani dari usahatni tersebut adalah sebesar

Rp. 2.614.788. (Dian, 2013)

ii. Analisis Prospek Usahatani a. Keuntungan

Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya

produksi baik biaya eksplisist maupun implisit. Pernyataan tentang keuntungan

dapat ditulis dengan rumus :

π = TR – TC Keterangan :

π = Keuntungan

TR = Penerimaan

TC = Biaya Total

Menurut (Gerdi, 2016) keuntungan yang diterima oleh petani melon lahan

pasir pantai di Desa Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo jika

menjual hasil panennya kepada non penebas adalah sebesar Rp. 49.786.538

sedangkan jika petani menjual hasil panennya kepada penebas maka keuntungan

yang diperoleh lebih sedikit yaitu Rp. 14.347.443.

b. Kelayakan

Kelayakan usahatani adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam

untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat

yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. (Kasmir dan

Jakfar, 2008). Kelayakan usahatani dapat diukur dengan cara melihat nilai RC Ratio

(Revenue Cost Ratio), produktivitas lahan, produktivitas tenaga kerja dan

(23)

1. Untuk mengetahui kelayakan dalam usaha budidaya melon di lahan pasir adalah

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

i. Revenue Cost Ratio (R/C)

= + �

Jika nilai RC ratio lebih dari 1 maka suatu usahatani layak untuk diusahakan

dan jika nilai RC ratio lebih kecil atau sama dengan 1 maka usahatani tidak layak

untuk diusahakan.

ii. Produktivitas lahan

Produktivitas lahan adalah perbandingan antara jumlah pendapatan yang

dikurangi biaya implisist (TKDK dan sewa lahan sendiri) dengan luas lahan.

Produktivitas lahan dapat dihitung dengan rumus :

− ���� − � �� � � � �� �ℎ� 2

Jika produktivitas lahan lebih besar dari sewa lahan maka usaha tersebut

layak untuk diusahakan dan apabila produktivitas lahan kurang dari sewa lahan

maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan.

iii. Produktivitas tenaga kerja

Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara pendapatan

dikurangi biaya sewa lahan milik sendiri dikurangi bunga modal sendiri dengan

jumlah tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) yang terlibat dalam kegiatan usahatani

tersebut.

(24)

Jika produktivitas tenaga kerja lebih besar dari upah minimum regional

(UMR) maka usaha tersebut layak diusahakan dan jika produktivitas tenaga kerja

lebih rendah dari upah minimum regional maka usaha tersebut tidak layak

diusahakan.

iv. Produktivitas modal

Produktivitas modal adalah pendapatan dikurangi sewa lahan milik sendiri

dikurangi nilai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dibagi total biaya eksplisit

dikalikan seratus persen (100%).

− � �� �� �ℎ� � � − ����

× %

Jika produktivitas modal lebih besar dari tingkat bunga pinjaman maka

usaha tersebut layak untuk diusahakan dan apabila produktivitas modal lebih

rendah dari tingkat bunga pinjaman, maka usaha tersebut tidak layak diusahakan.

Menurut (Dian, 2013) usahatani bawang merah lahan pasir pantai di Desa Srigading

Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul layak untuk diusahakan dilihat dari nilai R/C

sebesar 1,2 lebih besar dari 1, produktivitas tenaga kerja sebesar Rp. 69.773 lebih

besar dari UMK Bantul sebesar Rp. 33.116, produktivitas modal sebesar 36,18%

lebih besar dari nilai bunga pinjaman sebesar 5% per musim.

Sedangkan menurut (Gerdi, 2015) kelayakan usahatani melon lahan pasir di

Desa Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo layak untuk diusahakan

hal ini dapat dilihat dari nilai R/C sebesar 2,70, produktivitas modal sebesar 190,91

% lebih besar dari bunga pinjaman, produktivitas tenaga kerja sebesar Rp.

(25)

B. Kerangka Pemikiran

Usahatani melon adalah kegiatan budidaya melon mulai dari persiapan

lahan, penanaman bibit melon, pemanenan, hingga pasca panen atau siap dijual.

Dalam usahatani melon memerlukan beberapa input produksi seperti benih,

pestisida, pupuk, tenaga kerja, alat dan lahan. Dari penggunaan input produksi maka

akan menghasilkan produk yaitu buah melon dan jika buah melon dipasarkan akan

menghasilkan penerimaan. Besar kecilnya jumlah produksi melon akan

mempengaruhi penerimaan yang diterima oleh petani. Untuk menghasilkan

produksi maka diperlukan biaya input. Biaya input produksi terbagi menjadi dua

jenis yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya ekplisit terdiri dari biaya benih,

pupuk, pestisida, penyusutan alat, tenaga kerja luar keluarga dan biaya lain-lain.

Sedangkan biaya implisit terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga, biaya

bunga modal sendiri dan biaya sewa lahan sendiri. Besar kecil jumlah input

produksi yang digunakan akan mempengaruhi total biaya dalam usahatani. Besar

kecilya biaya eksplisit dan penerimaan maka hal tersebut akan berpengaruh kepada

pendapatan yang diterma oleh petani dan secara bersamaan akan mempengaruhi

kelayakan usahatani melon. Suatu usahatani dikatakan layak untuk diusahakan

apabila nilai RC Ratio lebih dari 1, nilai produktivitas lahan lebih dari nilai sewa

lahan, produktivitas tenaga kerja lebih dari upah harian tenaga kerja dan

(26)
(27)

17

II. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

analitik. Metode deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menuturkan dan

menafsirkan data yang tidak hanya mengumpulkan data dan menyusun data namun

meliputi analisis dan arti data tersebut. Metode penelitian ini memusatkan pada

masalah- masalah yang muncul pada saat sekarang ini. Data yang dikumpulkan

kemudian dijelaskan dan dianalisis.

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kuantitatif yang dalam

pembahasannya lebih mengutamakan tentang biaya-biaya yang digunakan selama

proses produksi, input yang digunakan, penerimaan yang diperoleh petani,

pendapatan dan keuntungan yang diperoleh serta kelayakan usahatani melon di

Desa Karangsewu yang dilihat dari beberapa indikator yaitu: RC Ratio,

produktivitas lahan, produktivitas tenaga kerja, dan produktivitas modal serta dari

kelayakan usaha tersebut.

A. Teknik Penentuan Daerah Penelitian 1. Penentuan lokasi (Kecamatan)

Pengambilan sampel kecamatan dilakukan secara sengaja (purposive

sampling) yaitu di Kecamatan Galur dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut

merupakan lokasi yang jumlah tanaman menghasilkan (melon dan semangka) yang

(28)

18

Tabel 1. Jumlah Tanaman Buah-buahan Menghasilkan Menurut Kecamatan

di Kabupaten Kulon Progo (Pohon), 2013.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karangsewu, Kecamatan Galur.

Penentuan lokasi Desa ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Desa

Karangsewu adalah salah satu daerah yang membudidayakan melon dilahan pasir

dan merupakan salah satu Desa penghasil melon di Kecamatan Galur.

3. Penentuan petani responden

Berdasarkan data yang diperoleh dari pra survey, jumlah petani melon lahan

pasir pantai yang ada di Desa Karangsewu Kecamatan Galur adalah sebanyak 52

orang. Dalam penelitian ini penentuan petani responden dilakukan dengan metode

Simple Random Sampling. Simple Random Sampling merupakan pengambilan

sebagian responden dari sejumlah populasi secara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam populasi. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini

(29)

19 B. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari petani

dengan cara melakukan wawancara dengan responden yang sudah ditentukan dan

mencatat hasil yang diperoleh dari wawancara. Selain itu dalam pelaksaan

penelitian juga menggunakan teknik observasi atau mengamati secara langsung

tempat penelitian, pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian dan waktu.

(Juliansyah N, 2011)

Data sekunder adalah data penunjang yang dibutuhkan untuk menunjang

dan melengkapi bahan penelitian. Data tersebut diperoleh dari berbagai literatur dan

dokumen dari instanti terkait yang berhubungan dengan penelitian. Data tersebut

adalah data yang meliputi tentang keadaan daerah, jumlah penduduk, keadaan iklim

serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi

a. Jumlah produksi melon diasumsikan terjual semua.

b. Harga input dan output adalah harga pada saat penelitian.

2. Pembatasan masalah

a. Data yang digunakan adalah data pada satu musim produksi usahatani yaitu data

tahun 2016, dari mulai budidaya hingga pasca panen.

b. Sampel petani yang diambil dalam usahatani melon lahan pasir pantai adalah

petani yang ada di Karangsewu baik yang tergabung dalam kelompok tani

(30)

20

D. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

1. Usahatani melon adalah kegiatan usahatani mulai dari persiapan lahan,

penanaman bibit melon, pemanenan, hingga pasca panen atau siap dijual.

2. Sarana produksi adalah komponen yang digunakan untuk usahatani melon

hingga menghasilkan produk. seperti, modal, benih, tenaga kerja, alat, pupuk

dan pestisida.

3. Lahan adalah luasan area tanah yang digunakan dalam usahatani melon dan

dinyatakan dalam satuan meter persegi (m²).

4. Benih adalah calon bibit melon yang yang nantinya akan dijadikan bahan

tanam, diukur dengan satuan per (gram).

5. Pupuk adalah unsur organik ataupun non organik yang diberikan pada tanaman

melon untuk meningkatkan jumlah produksi dan diukur dalam satuan kilogram

(kg).

6. Pestisida adalah zat kimia yang digunakan dalam usahatani melon untuk

mencegah gangguan hama dan penyakit pada tanaman dan diukur dalam satuan

liter (l).

7. Tenaga kerja adalah curahan waktu kerja yang dilakukan dalam proses produksi

usahatani melon yang terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja

luar keluarga, yang diukur dalam hari kerja orang (HKO).

8. Produksi adalah jumlah produk yang dihasilkan dari usahatani melon dengan

luasan lahan tertentu dalam satu periode tanam, dan dinyatakan dalam satuan

(31)

21

9. Harga adalah nilai yang ditentukan untuk produk melon dalam satuan kilogram

dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).

10.Biaya implisit adalah biaya yang tidak nyata dikeluarkan dalam proses produksi

usahatani melon seperti tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), sewa lahan

sendiri, dan bunga modal sendiri, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

11.Biaya eksplisit adalah biaya yang nyata atau benar-benar dikeluarkan oleh

petani dalam usahatani melon meliputi biaya saprodi, transportasi, tenaga kerja

luar keluarga (TKLK), bunga modal sendiri, sewa lahan dinyatakan dalam

satuan rupiah (Rp).

12.Biaya total adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi

usahatani melon dan diukur dalam satuan rupiah (Rp) merupakan penjumlahan

dari biaya implisit dengan biaya eksplisit.

13.Penerimaan adalah hasil penjualan dari jumlah produksi usahatani melon yaitu

perkalian antara jumlah produksi dan harga,dinyatakan dalam satuan rupiah

(Rp).

14.Pendapatan adalah pengurangan dari total penerimaan usahatani melon dengan

biaya eksplisit, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

15.Keuntungan adalah selisih penerimaan total dikurangi biaya eksplisit dan

implisit yang dikeluarkan dalam usahatani melon, dinyatakan dalam satuan

rupiah (Rp).

16.Revenue cost ratio (RC ratio) adalah perbandingan antara penerimaan total

(32)

22

17.Produktivitas modal adalah kemampuan dari modal yang digunakan untuk

usahatani melon dalam menghasilkan pendapatan, yang dinyatakan dalam

persen (%).

18.Produktivitas tenaga kerja adalah kemampuan dari setiap penggunaan tenaga

kerja untuk menghasilkan pendapatan, diukur dalam satuan (Rp/HKO).

19.Produktivitas lahan adalah kemampuan dari setiap penggunaan lahan untuk

menghasilkan pendapatan, diukur dengan satuan (Rp/m²).

E. Analisis Data

1. Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan a. Total cost

Untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani melon

yaitu dengan cara menjumlahkan antara biaya ekplisit dan biaya implisit selama

masa produksi usahatani melon berlangsung.

TC = TEC + TIC

Keterangan :

TC = Total cost (total biaya)

TEC = Total explicit cost (total biaya ekplisit) TIC = Total implicit cost (total biaya implisit)

b. Penerimaan

Untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diterima oleh petani dari

(33)

23 c. Pendapatan

Untuk mengetahui jumlah pendapatan yang diterima oleh petani dari

usahatani melon adalah dengan rumus :

NR = TR – TEC

Keterangan :

NR = Net return (pendapatan)

TR = Total revenue(total penerimaan) TEC = Total explicit cost (total biaya ekplisit)

2. Analisis Prospek a. Keuntungan

Untuk menghitung keuntungan yang diperoleh petani dari usahatani adalah

dengan menggunakan rumus :

� = �� − ��� − ���

Keterangan :

∏ = Keuntungan (Rp)

TR = Total revenue (penerimaan)

TEC = Total explicit cost (total biaya eksplisit) TIC = Total implicit cost (total biaya implisit)

b. Revenue cost ratio (R/C ratio)

�� ����� =����

Keterangan :

R/C = Revenue cost ratio

TR = Total revenue(total penerimaan) TC = Total cost (total biaya)

Apabila nilai RC ratio lebih dari 1 (>1) maka usahatani melon layak untuk

diusahakan dan jika nilai RC ratio kurang dari atau sama dengan 1 maka usahatani

(34)

24 c. Produktivitas modal

Untuk mengetahui produktivitas modal dari usahatani melon dapat

menggunakan rumus sebagai berikut :

Produktivitas modal =NR − sewa lahan sendiri − TKDKTEC × %

Keterangan :

NR = Net return (pendapatan)

TKDK = Tenaga kerja dalam keluarga

TEC = Total explicit cost (total biaya ekplisit)

Jika produktivitas modal lebih besar dari tingkat suku bunga tabungan,

maka usahatani melon layak untuk diusahakan sebaliknya jika produktivitas modal

kurang dari atau sama dengan tingkat suku bunga tabungan, maka usahatani melon

tidak layak untuk diusahakan.

d. Produktivitas tenaga kerja

Untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja pada usahatani melon adalah

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Produktivitas TK = NR − sewa lahan sendiri − bunga modal sendiriTotal TKDK HKO

Keterangan :

NR = Net return (pendapatan)

TKDK = Tenaga kerja dalam keluarga

HKO = Hari kerja orang

Jika produktivitas tenaga kerja lebih dari upah minimum regional (UMR),

maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan sebaliknya jika produktivitas

tenaga kerja kurang dari upah minimum regional (UMR), maka usahatani melon

tersebut tidak layak untuk diusahakan. UMR yang berlaku di Kabupaten Kulon

(35)

25 e. Produktivitas lahan

Untuk mengetahui produktivitas lahan usahatani melon dapat menggunakan

rumus sebagai berikut:

Produktivitas lahan =NR − Nilai TKDK − Bunga Modal SendiriLuas lahan

Jika produktivitas lahan lebih dari sewa lahan sendiri maka usahatani melon

tersebut layak untuk diusahakan dan sebaliknya jika produktivitas lahan kurang dari

atau sama dengan sewa lahan sendiri maka usahatani melon tersebut tidak layak

untuk diusahakan. Biaya sewa lahan yang berlaku di lokasi penelitian adalah

(36)

26

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis

Kecamatan Galur adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten

Kulon Progo. Kecamatan Galur terdiri dari 7 Desa yaitu Desa Brosot, Desa

Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan

dan Desa Tirtorahayu dan terbagi dalam 75 pedukuhan, 148 RW, 305 RT dengan

luas wilayah 3.291.232,5 ha dengan jumlah penduduk 35.489 jiwa. Adapun

batasan wilayah Kecamatan Galur adalah sebagai berikut:

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo

- Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo

Desa Karangsewu adalah Desa yang terletak di bagian paling selatan

diantara desa yang ada di Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. Luas wilayah

Desa Karangsewu adalah sebesar 927 Ha. Desa Karangsewu merupakan gabungan

antara 3 kelurahan yaitu Kelurahan Imorenggo, Wonopeti dan Kempleng. Desa

Karangsewu terdiri dari 17 pedukuhan yaitu Pedukuhan Boro I, Boro II, Bedoyo

III, Gupit IV, Siliran V, Siliran VI, Wonopeti VII, Mabeyan VIII, Sorogaten IX,

Sorogaten X, Bapangan XI, Sewugalur XII, Dalen XIII, Kempleng XIV, Kempleng

XV, Barongan XVI, dan Imorenggo XVII. Desa Karangsewu terletak di kawasan

tepi pantai dengan kondisitopografi yang landai dan datar. Elevasi ketinggian

(37)

27

dengan Sungai Progo sebagai muara serta sungai-sungai lain yang dimanfaatkan

sebagai saluran irigasi dan drainase.

B. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data kependudukan Pemerintah Desa tercatat bahwa di Desa

Karangsewu terdapat 2.094 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 8.233 jiwa

dengan rincian 3.966 jiwa laki-laki dan 4.267 jiwa perempuan. Berdasarkan data

yang diperoleh bahwa di Desa Karangsewu terdapat banyak penduduk dengan

golongan usia yang produktif yaitu antara umur 15-59 tahun. Hal ini dapat dilihat

pada tabel 5.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Karangsewu Berdasarkan Kelompok Usia

Berdasarkan data dari tabel 5 dapat dilihat bahwa Desa Karangsewu

didominasi oleh kelompok usia produktif yaitu usia 15-59 tahun sebanyak 5.163

jiwa dengan persentase sebesar 62,71% sedangkan penduduk dengan golongan usia

belum produktif yaitu 0-14 tahun sebanyak 2151 jiwa dengan persentase sebesar

26,13% dan penduduk dengan golongan usia tidak produkif >60 tahun sebanyak

919 jiwa dengan persentase 11,16%. Hal ini dapat berpengaruh secara langsung

terhadap usahatani karena semakin banyak penduduk dengan kelompok usia

produktif maka penggunaan tenaga kerja dalam usahatani lebih maksimal.

(38)

28 C. Pendidikan

Sumber daya manusia yang berkualitas adalah salah satu faktor pendukung

kemajuan suatu daerah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membentuk

sumberdaya manusia yang berkualitas adalah dengan pendidikan. Untuk memenuhi

kebutuhan pendidikan maka diperlukan sarana dan prasarana pendidikan salah

satunya adalah adanya lembaga pendidikan baik pendidikan formal maupun

informal. Di Desa Karangsewu terdapat beberapa lembaga pendidikan. Hal ini

dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 2. Lembaga Pendidikan di Desa Karangsewu

Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%)

TK 10 55,5

sekolah baik Negeri maupun swasta dengan rincian 10 Taman Kanak-kanak atau

TK, 5 Sekolah dasar (SD), 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTS) dan 1

Sekolah Menengah Atas (SMA). Berdasarkan data dari tabel 6 bahwa di Desa

Karangsewu sudah tersedia beberapa sarana pendidikan dari mulai tingkatan TK

sampai SMA. Tersedianya berbagai lembaga pendidikan diharapkan mampu untuk

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

D. Keadaan Pertanian 1. Penggunaan lahan

Lahan adalah faktor utama dalam sebuah usahatani,karena lahan adalah

(39)

29

membangun sarana kepentingan umum lainnya. Lahan di Desa Karangsewu

digunakan untuk berbagai macam kepentingan tetapi mayoritas digunakan untuk

lahan pertanian dengan komoditas seperti melon, cabai, semangka, kelapa, padi dan

lain sebagainya. Luas penggunaan lahan di Desa Karangsewu dapat dilihat pada

tabel 7 .

Tabel 3. Luas Desa Menurut Penggunaan Lahan

No Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

Berdasarkan tabel 7 penggunaan lahan yang paling luas adalah lahan kering

yaitu 374,62 hektar dengan persentase 40,45%, jika lahan kering dimanfaatkan

untuk lahan bercocok tanaman maka potensi untuk meningkatkan hasil produksi

komoditas pertanian seperti melon di Desa Karangsewu akan lebih baik. Setelah itu

diikuti dengan tanah sawah dengan luas 264,15 atau 28,52%, kemudian penggunaan

lahan untuk kepentingan lainnya dan untuk bangunan dengan luas lahan masing-

masing 264,12 Ha dan 23,24 Ha dengan persentase 28,51% dan 2,50%.

2. Budidaya Tanaman Melon

Buah melon adalah salah satu produk hortikultura yang banyak diminati

oleh masyarakat hal ini dikarenakan rasa buah melon yang manis dan menyegarkan.

Buah melon yang banyak di budidayakan di Desa Karangsewu adalah varietas

Action. Ciri-ciri buah melon varietas Action adalah berbentuk bulat dengan bobot

(40)

30

rapat. Daging buah berwarrna hijau keputihan, tebal, lembut dan rasanya sangat

manis dan beraroma.

Tanaman melon dapat beradaptasi dengan tipe tanah lempung, lempung liat,

dan lempung berpasir serta tumbuh subur jika tanah mengandung bahan organik.

Budidaya melon dilahan pasir bisa dikatakan sangat mudah dalam pengolahan

lahannya. Tahap dalam budidaya melon yang pertama adalah persiapan lahan.

Persiapan lahan adalah kegiatan yang dilakukan sebelum dilakukan proses

penanaman. Kegiatan dalam persiapan lahan meliputi pembersihan lahan dari

gulma atau semak, kemudian lahan ditraktor dan mencampurkan tanah dengan

pupuk organik, setelah itu dibuat bedengan tipis dan kemudian memasang mulsa,

pembuatan lubang tanam, dan pemasangan selang infus. Tahapan selanjutnya

adalah penanaman. Penanaman dilakukan setelah benih melon disemaikan dan

menjadi bibit. Dari proses persemaian sampai bibit siap tanam memerlukan waktu

10-15 hari. Sebelum ditanam bibit disiram terlebih dahulu hingga dasar media

tanam menjadi lembab. Setelah itu bibit ditanam di lubang tanam yang sudah

dibuat. Jarak tanam untuk melon adalah 30-60 cm dalam barisan dan 60 cm antar

barisan. Setelah tanaman melon ditanam di lahan selanjutnya tanaman melon

memerlukan peratawan.

Kegiatan perawatan tanaman melon meliputi penyiraman, penyiangan,

pemberantasan hama dan penyakit, pemupukan, dan seleksi buah. Kegiatan

pemeliharaan yang pertama adalah penyiraman. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari

ketika tanaman melon berumur 1-35 hari untuk selanjutnya tanaman melon disiram

(41)

31

tanaman melon tercukupi. Jika musim hujan penyiraman dilakukan 2-4 kali sehari

karena terjadi penguapan kandungan garam yang tinggi dan dapat menyebabkan

tanaman layu dan mati. Budidaya tanaman melon baiknya dilakukan pada musim

kemarau hal ini dikarenakan agar tidak terjadi penguapan yang berlebih dan rasa

dari buah melon akan lebih manis. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan

mesin diesel dan menyedot air dari sumur yang ada di lahan.

Setelah tanaman berumur 5-6 hari setelah tanam kemudian tanaman melon

dipupuk. Pemupukan dilakukan 6-8 kali satu musim tanam. Pemupukan dilakukan

agar nutrisi untuk perkembangan tanaman tercukupi. Ketika tanaman melon sudah

ditanam di lahan, pertumbuhan gulma dan timbulnya hama dan penyakit umum

terjadi dan tidak dapat dihindari tetapi dapat dilakukan penyiangan gulma dan

pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan gulma dilakukan untuk mencegah

timbulnya hama dan penyakit tanaman serta mengurangi efek kompetisi perebutan

unsur hara antara tanaman dengan gulma yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

tanaman.

Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan

pestisida seperti Bion M 1/48 WP, Antrakol 70 WP, Acrobat 50 WP, Bamex 18 EC,

Score 250 EC, dan Cabrio 250 EC. Kegiatan penyemprotan larutan pestisida

dilakukan jika terjadi serangan hama, penyakit dan jamur saja.

Setelah tanaman melon mengeluarkan buah sebesar telur ayam, dilakukan

kegiatan seleksi buah. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan tanaman melon terfokus

pada satu buah yang sudah terseleksi. Buah melon yang akan terpilih menjadi bakal

(42)

32

atau tidak cacat, buah tidak terserang hama dan penyakit, dan penampilan buah

segar dan berkembang lebih cepat dibandingkan buah lainnya.

(43)

33

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Petani 1. Umur Petani

Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas

kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

untuk melakukan sesuatu juga lebih besar. Petani melon di lahan pasir pantai Desa

Karangsewu berusia antara 20 sampai 60 tahun. Usia petani berpengaruh langsung

terhadap produktivitas kerja dari petani tersebut. Semakin produktif usia petani

maka tenaga yang dicurahkan untuk usahatani melon di lahan pasir pantai juga lebih

besar. Data jumlah petani berdasarkan pengelompokan usia dapat dilihat pada tabel

8.

Tabel 1. Jumlah Petani Melon Lahan Pasir Pantai Berdasarkan Usia.

Umur Petani (Tahun) Jumlah Petani Persentase

20 – 29 4 13,33

Berdasarkan data dari tabel 8 jumlah petani yang dijadikan responden dalam

penelitian ini adalah 30 orang dengan umur mulai dari 20 tahun sampai lebih dari

60 tahun. Dari jumlah petani yang dijadikan responden yang mendominasi adalah

petani dengan umur 40 tahun sampai 49 tahun dengan persentase 40%. Selanjutnya

adalah petani dengan usia 50 sampai 59 tahun yang berjumlah 9 orang dengan

persentase 30%, petani yang berumur 20 tahun sampai 29 tahun dan 30 sampai 39

(44)

34

paling sedikit adalah petani dengan umur lebih dari 60 tahun berjumlah 1 orang

dengan persentase 3,33%. Petani melon di Desa Karangsewu disominasi oleh

kelompok usia dengan kategori usia produktif (15-59 tahun) yang artinya curahan

tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani lebih maksimal.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan menjadi salah satu faktor keberhasilan usahatani melon karena

tingkat pendidikan seseorang berpengaruh secara langsung terhadap cara berfikir.

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka kemampuan untuk megembangkan diri

dan mengadopsi teknologi baru juga semakin baik. Tingkat pendidikan petani

melon lahan pasir pantai Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 2. Jumlah Petani Melon Lahan Pasir Pantai Desa Karangsewu Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

SD 2 6,67

SMP 10 33,33

SMA/SMK 18 60

PT - -

Jumlah 30 100

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani melon di Desa

Karangsewu didominasi oleh petani dengan pendidikan tingkat Sekolah Menengah

Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berjumlah 18 orang

dengan persentase 60%, selanjutnya petani dengan tingkat pendidikan Sekolah

Menengah Pertama yang berjumlah 10 orang dengan presentase 33,33% dan petani

dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar yang berjumlah 2 orang dengan

(45)

35

Berdasarkan data tabel 9 tidak terdapat petani dengan tingkat pendidikan

Perguruan Tinggi yang menjadi responden dalam penelitian tetapi tingkat

pendidikan petani di Desa Karangsewu cukup tinggi. Pendidikan merupakan hal

yang sangat penting karena dari pendidikan petani lebih bisa mengadopsi dan

menerapkan teknologi baru untuk mengembangkan usahatani agar lebih

menguntungkan.

3. Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani adalah salah satu hal yang berpengaruh secara langung

terhadap keberhasilan usahatani melon. Berdasarkan pengalaman petani dapat

memperkirakan apa kekurangan dan kelebihan dari usahatani melon dan bagaimana

cara mengatasinya. Pengalaman usahatani melon lahan pasir pantai Desa

Karangsewu dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 3. Pengalaman Petani Dalam Usahatani Melon Lahan Pasir Pantai.

Pengalaman Bertani (Tahun ) Jumlah Petani Persentase (%)

< 5 7 23,33

6 – 10 10 33,33

> 10 13 43,33

Jumlah 30 100

Tabel 10 menunjukkan bahwa pengalaman petani dalam usahatani

khususnya untuk komoditas melon didominasi oleh petani yang berpengalaman

lebih dari 10 tahun yang berjumlah 13 orang dengan persentase 43,33%, selanjutnya

petani dengan pengalaman 6 sampai 10 tahun yang berjumlah 10 orang dengan

persentase 33,33% dan petani dengan pengalaman kurang dari 5 tahun yang

(46)

36

penting dalam keberhasilan usahatani, hal ini dikarenakan pengalaman usahatani

dapat membantu dalam proses usahatani selanjutnya.

4. Luas Penggunaan Lahan

Lahan yang banyak digunakan untuk usahatani melon di Desa Karangsewu

adalah lahan pasir dan berbatasan langsung dengan pantai Trisik Kecamatan Galur

Kabupaten Kulon Progo. Lahan adalah faktor utama dalam usahatani melon. Luas

lahan yang dimiliki dan digunakan oleh petani untuk budidaya melon lahan pasir

di Desa Karangsewu sangat bervariasi mulai dari 1.000 m² sampai 10.000 m². Hal

ini dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 4. Luas penggunaan lahan petani melon lahan pasir di Desa Karangsewu

Luas Lahan (m²) Jumlah Petani Persentase (%)

1.000 – 5.000 17 56,67

6.000 – 10.000 13 43,33

> 10.000 - -

Jumlah 30 100

Rata-rata penggunaan luas lahan 0,593 Ha

Tabel 11 menunjukkan bahwa luas penggunaan lahan untuk usahatani

melon lahan pasir di Desa Karangsewu yang paling tinggi adalah lahan dengan luas

1.000 sampai 5.000 yang berjumlah 17 orang dengan presentase 56,67%. Untuk

luas penggunaan lahan 6.000 sampai 10.000 yang berjumlah 13 orang dengan

presentase 43,33%. Penggunaan luas lahan berpengaruh secara langsung terhadap

usahatani hal ini dikarenakan semakin luas lahan yang digunakan untuk usahatani

melon semakin banyak pula tanaman melon yang ditanam dan hasil yang diperoleh

(47)

37 5. Identitas Anggota Keluarga Petani

Anggota keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah istri, anak dan

seluruh nggota keluarga yang menjadi tanggungan kepala keluarga. Banyaknya

jumlah anggota keluarga petani akan berpengaruh terhadap usahatani melon

terutama dalam penggunaan tenaga kerja. Selain itu tingkat pendidikan dan jenis

kelamin anggota keluarga juga berpengaruh terhadap usahatani melon lahan pasir

pantai Desa Karangsewu. Data anggota keluarga petani berdasarkan usia, jenis

kelamin dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 5. Anggota Keluarga Petani Melon Lahan Pasir Pantai di Desa Karangsewu

No. Karakterristik Keluarga Petani Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. Umur ( Tahun)

menjadi tanggungan petani adalah 70 orang yang meliputi istri, anak dan anggota

keluarga lain yang menjadi tanggungan petani. Sebagian besar anggota keluarga

petani melon lahan pasir pantai Desa Karangsewu termasuk dalam golongan usia

produktif ( 16-60 tahun) yang berjumlah 48 orang dengan persentase sebesar

(48)

38

usia belum produktif dengan persentase 31,42%. Hal ini secra langsung dapat

mempengaruhi usahatani karena semakin banyak anggota keluarga dengan

golongan usia produktif maka semakin banyak pula tenaga kerja dari dalam

keluarga yang membantu petani dalam melakukan usahatani.

Dari 70 orang anggota keluarga petani terdapat 36 orang berjenis kelamin

laki-laki dan 34 orang berjenis kelamin perempuan dengan persentase

masing-masing 51,42% dan 48,58%. Dalam usahatani melon lahan pasir pantai tenaga kerja

yang umum atau banyak digunakan adalah tenaga kerja dengan jenis kelamin

laki-laki hal ini dikarenakan laki-laki-laki-laki dianggap memiliki tenaga yang lebih besar

dibandingkan tenaga kerja berjenis kelamin perempuan. Tingkat pendidikan

anggota keluarga petani didominasi oleh anggota dengan pendidikan Sekolah

Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berjumlah

25 orang dengan persentase 35,71%, selanjutnya diikuti oleh anggota keluarga

dengan tingkat pendidikan (SMP) yang berjumlah 18 orang dengan persentase

25,71%. Tingkat pendidikan anggota keluarga petani melon lahan pasir pantai Desa

Karangsewu cukup tinggi, hal ini tentunya akan mempermudah atau membantu

petani dalam menyerap informasi dan menerapkan teknologi baru untuk

mengembangkan usahatani melon lahan pasir pantai Desa Karangsewu.

B. Analisis Biaya Usahatai Melon

Biaya produksi usahatani melon merupakan sejumlah uang yang

digunakan selama proses produksi mulai dari persiapan lahan sampai panen. Biaya

usahatani melon terdiri dari biaya eksplisit atau biaya yang secara nyata

(49)

39

pestisida, tenaga kerja luar keluarga, penyusutan alat, biaya sewa lahan dan biaya

lain-lain, dan biaya implisit atau biaya yang secara tidak nyata dikeluarkan oleh

petani seperti biaya nilai sewa lahan milik sendiri, tenaga kerja dalam keluarga dan

bunga modal sendiri.

1. Biaya Benih

Benih merupakan faktor utama dalam usahatani melon lahan pasir pantai.

Penggunaan benih dengan kualitas baik dan unggul akan sangat mendukung hasil

produksi yang diperoleh dan tentunya harus disertai dengan penanganan dan

perawatan yang tepat. Di Desa Karangsewu rata-rata petani menggunakan benih

Action dan diperoleh dari toko pertanian dan kemudian disemai untuk dijadikan

bibit yang siap tanam. Rata-rata benih yang digunakan untuk luas lahan 0,593

hektar adalah sebanyak 13,97 kepek atau sachet dengan berat 10 gram per sachet

dengan harga Rp. 112.621. Biaya rata-rata benih yang dikeluarkan oleh petani

melon lahan pasir pantai Desa Karangsewu adalah sebesar Rp.1.572.933 per

usahatani per musim.

2. Biaya Pupuk

Dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu terdapat dua

jenis pupuk yang digunakan yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik

yang digunakan oleh petani melon adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran

hewan sapi dan ayam. Sedangkan pupuk anorganik yang digunakan terdapat

beberapa jenis pupuk yaitu KNO, Grower, NPK, DGW, ZA dan Phonska.

Penggunaan pupuk organik maupun anorganik dalam usahatani melon lahan pasir

(50)

40

Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat bahwa biaya pupuk yang dikeluarkan

petani baik organik maupun anorganik adalah sebesar Rp 4.473.832 dengan rincian

biaya paling besar adalah biaya untuk pupuk organik dengan jumlah sebesar 4.717

Kg dengan nilai sebesar Rp. 2.358.333 atau 53% dari total penggunaan biaya

pupuk. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pupuk organik ini

dikarenakan budidaya melon di lahan pasir pantai membutuhkan banyak pupuk

organik karena lahan pasir pantai hanya terdapat sedikit kandungan organik atau

kurangnya unsur hara pada tanah. Pupuk organik yang digunakan oleh petani melon

lahan pasir pantai di Desa Karangsewu adalah pupuk kandang yang berasal dari

kotoran sapi atau kotoran ayam.

Selain penggunaan pupuk organik budidaya melon dilahan pasir juga

memerlukan pupuk anorganik seperti KNO, Grower, NPK, DGW, ZA dan Phonska

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kandungan yang ada pada pupuk

anorganik tersebut antara lain adalah unsur nitrogen, phospat, kalium, magnesium,

boron yang fungsinya adalah mempercepat pertumbuhan bunga dan buah,

mencegah rontoknya bunga dan buah, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap

(51)

41

pertumbuhan akar, meningkatkan rasa dan aroma buah melon dan meningkatkan

jumlah produksi melon. Biaya pupuk anorganik yang dikeluarkan untuk budidaya

melon lahan pasir dengan luas lahan 0,593 Ha adalah sebesar Rp. 2.115.499 dengan

persentase 47% .

3. Biaya Pestisida

Pestisida adalah zat kimia yang berbentuk cair atau padat yang digunakan

oleh petani melon untuk mencegah atau memberantas hama dan penyakit pada

tanaman melon. Penyemprotan dilakukan dengan cara mencampurkan pestisida

dengan air kemudian disemprotkan pada tanaman melon. Data penggunaan

pestisida dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu dapat

dilihat pada tabel 14.

Tabel 7. Jumlah Biaya Penggunaan Pestisida Berdasarkan Jenisnya

Jenis Pestisida Biaya (Rp) Persentase (%)

Acrobat 180.000 24,75

Berdasarkan tabel 14 jenis pestisida yang digunakan oleh petani dalam

usahatani melon lahan pasir pantai meliputi Acrobat, Antrakol, Score, Tabrio, Bion

M, dan Bamex. Fungsi dari masing-masing jenis pestisida yang digunakan adalah

untuk membasmi jamur yang dapat menyebabkan black spot atau bercak hitam pada

daun, busuk pada batang, busuk buah, dan hama penghisap seperti ulat. Total

rata-rata penggunaan dan biaya pestisida untuk satu kali musim tanam dengan luas lahan

(52)

42

adalah Bion M dengan jumlah Rp. 195.000 dengan persentase 26,81%. Bion M

adalah salah satu fungisida yang digunakan oleh petani melon lahan pasir pantai di

Desa Karangsewu. Tingginya biaya untuk fungisida ini dikarenakan permasalahan

yang terjadi pada tanaman melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu adalah

busuk pada daun tanaman melon, busuk pada buah seperti bercak hitam pada buah

dan busuk pada batang yang disebabkan oleh jamur. Penyebab lain tingginya biaya

fungisida dikarenakan harganya yang cukup tinggi dan rata-rata petani

menggunakannya.

4. Biaya Penyusutan Alat

Penyusutan alat adalah biaya yang secara tidak nyata dikeluarkan dan tidak

diperhitungkan oleh petani tetapi dalam perhitungan biaya produksi usahatani biaya

penyusutan alat adalah biaya yang secara nyata diperhitungkan. Alat-alat yang

digunakan dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu yaitu

cangkul, gunting, knapsack, diesel, mulsa, selang infus, sambungan pipa dan tabung

gas. Biaya penyusutan alat dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa

Karangsewu dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 8. Biaya Penyusutan Alat Dalam Usahatani Melon Lahan Pasir di Desa Karangsewu

Jenis Alat Biaya Persentase %

(53)

43

Dari data tabel 15 dapat dilihat bahwa penyusustan alat yang paling tinggi

adalah mulsa dengan nilai sebesar Rp 560.000 dengan persentase 64,61%. Hal ini

dikarenakan nilai jual kembali mulsa adalah nol atau tidak bernilai dan mulsa

sendiri hanya dapat dipakai satu kali. Total biaya penyusutan yang dikeluarkan

yaitu sebesar Rp. 866.748- per usahatani.

5. Biaya Tenaga Kerja

Tahapan pada usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu

meliputi kegiatan persiapan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan dan

panen. Tahapan kegiatan tersebut memerlukan sejumlah tenaga kerja dan biaya

sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Data penggunaan tenaga kerja dan biaya

yang dikeluarkan dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu

dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 9. Jumlah Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Melon

Variabel Dalam Keluarga Luar Keluarga

HKO Biaya (Rp) HKO Biaya (Rp)

(54)

44

Dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu terdapat

dua jenis tenaga kerja yang digunakan yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga

kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja yang berasal

dari anggota keluarga petani sendiri seperti istri, anak dan anggota keluarga lainnya.

Sedangkan tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar

anggota keluarga yang digunakan selama proses usahatani melon berlangsung.

Berdasarkan tabel 16 curahan tenaga kerja yang paling banyak digunakan

adalah tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga dengan jumlah 66,1 HKO

dengan biaya sebesar Rp. 2.165.667 sedangkan penggunaan tenaga kerja luar

keluarga dengan jumlah sebanyak 33,5 HKO dengan biaya sebesar Rp. 2.939.833.

Curahan tenaga kerja yang paling banyak digunakan adalah tenaga kerja untuk

kegiatan penyiraman hal ini dikarenakan kegiatan penyiraman dilakukan setiap hari

(55 sampai 60 hari) sampai menjelang panen (60 sampai 65 hari). Sedangkan

kegiatan lainnya hanya dilakukan 1-8 kali sampai menjelang panen.

6. Biaya Lain-lain

Biaya lain-lain adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani

dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu Kecamatan Galur

Kabupaten Kulon Progo adalah seperti iuran desa, arisan dan biaya untuk bahan

bakar. Dalam usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu tidak terdapat

biaya lain-lain seperti biaya iuran desa dan arisan. Biaya lain-lain yang dikeluarkan

untuk usahatani melon lahan pasir pantai di Desa Karangsewu hanya terdapat biaya

Gambar

Tabel 1. Ekspor Komoditi Hortikultura Melon dan Semangka Tahun 2016
Tabel 3. Jumlah Produksi Melon di Kulon Progo
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Jumlah Tanaman Buah-buahan Menghasilkan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo (Pohon), 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur biaya, pendapatan, dan efisiensi usahatani bawang merah di lahan pasir dengan menggunakan 22 petani sampel

Faktor produksi yang berupa tenaga kerja, pupuk kompos dan pupuk phonska mempunyai hubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi semangka pada lahan pasir

Untuk mengetahui peran yang dilakukan oleh Kelompok Tani Manunggal dalam pengembangan budidaya pertanian lahan pasir pantai Desa Srgading Kecamatan Sanden Kabupaten

Rata-ratadarisemua sarana penunjang pada usahatani melon semangka cabai dalam satu musim tanam yang lebih besar total biaya penyusutan adalah usahatani Cabai

Tenaga Kerja Pembukaan Lahan Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri

Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan tanaman wijen, pada kedua bagian lahan pasir pantai Kecamatan Puger yaitu pada bagian arah pasang surut air laut 1 (I.A) dan arah

Kacang hijau Lokal Wonosari yang dibudidayakan di lahan pasir menggunakan mulsa sekam memiliki hasil paling rendah, sehingga keuntungan yang didapat juga rendah

Pro dan kontra terhadap rencana penambangan pasir besi turut mempengaruhi frekuensi kegiatan sosial yang diadakan oleh warga masyarakat setempat. Ini bisa