KULON PROGO
Skripsi
Disusun oleh: Ikhsanul Irawan
20120220029
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
MOTTO
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kemampuannya (Q.S. Al-Baqoroh;286)
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu (Q.S. Al-Baqoroh : 45)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulilah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam segala hal dari awal hingga akhir dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Tidak terlupakan pula shalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kaum muslimin kezaman islamiyah dengan peradaban ilmu pengetahuan yang maju sehingga penulis dapat menempa ilmu dengan baik dan insya allah ilmu ini akan bermanfaat untuk kepentingan pribadi maupun orang banyak. Dengan segenap kemampuan dan kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan dengan tulus kepada:
Kedua orang tua tercinta, Bpk. Juhaidi dan Ibu Idiana. yang telah membesarkan saya dengan penuh ketulusan dan pengorbanan tanpa mengharapkan balasan apa-apa hanya agar anaknya bisa hidup dengan nyaman dan menjadi anak yang soleh, serta berbakti pada orang tua, agama, Bangsa dan Negara. Terima kasih sebesar-besarnya atas apa yang telah kalian berikan selama 21 tahun ini hingga anak kalian Ikhsanul Irawan bisa menyelesaikan studi seperti apa yang kalian harapkan selama ini. Walau tidak ada bandingannya, hanya skripsi ini yang bisa ananda persembahkan untuk ibu dan bapak. Semoga kalian berumur panjang dan dengan restu bapak dan ibu anakmu bisa menjadi orang yang berguna bagi keluarga dan masyarakat.
Kakak saya tercinta Lili Maryati dan Abang saya tercinta Dedi Parza. LC, terima kasih atas segala dukungan kalian baik yang berupa moril maupun materi.
Keluarga besar di Belitung, kakek, nenek, om dan bibi serta semua kakak dan adek sepupu.
yang telah diberikan selama saya mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan.
Teman-teman dan sahabat alumni Ponpes Daarul Arofah di Yogyakarta, Eko Bagus Sholihin. S.IP (Teman satu meja dari kelas 1 SMP), Jefi M Qoris, Uji Pratama, Sandi, Ummahatul, Yolan, dan Fatimah. Terima kasih atas persaudaraan yang tetap melekat hingga sekarang.
Keluarga Besar Mahasiswa Agribisnis angkatan 2012. Terima kasih atas kebersamaan, sharing ilmu, dan berbagi informasi serta motivasi-motivasi kalian selama kita sama-sama berproses menyelesaikan skripsi ini. Selamat menjadi sarjana, selamat menemui kehidupan yang baru, semoga kita akan terus menjadi teman dan keluarga. Yang belum semoga cepat menyusul.
Keluarga Besar Ikatan Keluarga Pelajar Belitung Cab Yogyakarta dan Keluarga Besar Masyarakat Belitung di Yogyakarta, Pak Nazwar selaku orang tua dan pembimbing, Ketua IKPB Oky Surya, Wakil Ketua Eko Bagus, Bendahara sekaligus sahabat sejak lama Ayu ariesta, Pengurus IKPB lainnya Kenny, Oscar, Dayat, Danang, Irwan, Eko Z, Kurnia, dan seluruh teman-teman mahasiswa Belitong di yogyakarta. Terima kasih atas segala proses, kebersamaan yang telah kita ciptakan. Terima kasih telah menjadi keluarga di tanah rantau. Semoga kita tetap keluarga hingga dewasa dan akhir hayat kelak.
Teman-teman kontrakan Teletubies, Eko Bagus Sholihin S.IP, Muhammad Rudi SP, dan Mahendra Ardi K SP, terima kasih telah saling mendukung dan mengingatkan dalam mengerjakan skripsi.
vii Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan petunjuk, kekuatan, dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi yang berjudul “ANALISIS KELAYAKAN PEPAYA CALIFORNIA DI LAHAN PASIR PANTAI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO” ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian pada tahun keempat Fakultas Pertanian Prodi Agribisnis di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat terwujud tentu saja tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Ibu Francy Risvansuna F, SP. MP dan Ibu Ir. Eni Istiyanti, MP yang telah memberikan ilmu, waktu dan nasihat-nasihat selama membimbing penyusunan skripsi ini.
2. Keluarga besar Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 3. Bapak, Ibu dan kakak yang senantiasa mendukung serta mendoakan penulis. 4. Teman-teman seperjuangan
Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, Oktober 2015
viii
MOTTO ... 1
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
INTISARI ... xiv
ABSTRACT ... xv
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 4
C. Kegunaan... 5
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
1. Pepaya California ... 6
2. Lahan pasir pantai ... 9
3. Usahatani ... 12
4. Biaya Produksi ... 13
5. Kelayakan ... 15
B. Kerangka Pemikiran ... 17
C. Hipotesis ... 19
III. METODE PENELITIAN ... 20
ix
1. Penentuan Daerah Penelitian ... 20
2. Pengambilan responden ... 21
B. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan data ... 22
C. Asumsi dan Pembatasan Masalah ... 22
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 23
E. Teknik Analisis Data ... 25
1. Net Present Value (NPV) ... 26
2. Net Benefit Cost ratio (B/C) ... 27
3. Internal Rate Of Return (IRR) ... 27
4. Payback period ... 28
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 30
A. Letak Geografis ... 30
2. Budidaya Pepaya California ... 35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
5. Pekerjaan Sampingan Petani ... 43
6. Identitas Keluarga Petani ... 44
B. Analisis Kelayakan Usahatani Pepaya California ... 46
C. Biaya Investasi ... 47
1. Penggunaan Bibit ... 47
2. Peralatan ... 48
3. Sewa Lahan ... 49
x
5. Biaya Pupuk Organik ... 50
D. Biaya Operasional ... 50
1. Biaya Sarana Produksi ... 50
2. Biaya Penggunaan Tenaga Kerja... 55
3. Biaya Lain-Lain ... 56
4. Biaya Total ... 57
5. Benefit Usahatani ... 59
6. Kriteria Kelayakan Usahatani Pepaya California ... 60
E. Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Pepaya California ... 66
1. Hama dan Penyakit ... 66
2. Harga ... 68
VI. PENUTUP ... 69
A. Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 69
xi
Tabel 1. Kandungan hara dalam tanah pasir ... 9
Tabel 2. Produksi tanaman pepaya menurut Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo ... 21
Tabel 3. Jumlah Petani Pepaya California Di Desa Karangsewu Kecamatan Galur ... 22
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 31
Tabel 5 Jumlah Lembaga Pendidikan di Desa Karangsewu ... 33
Tabel 6. Luas Desa Menurut Penggunaan Lahan... 34
Tabel 7. Jumlah petani pepaya California lahan pasir pantai menurut usia di Desa Karangsewu tahun 2016 ... 39
Tabel 8. Jumlah petani pepaya California lahan pantai menurut tingkat pendidikan di Desa Karangsewu tahun 2016... 40
Tabel 9. Jumlah petani pepaya California lahan pasir pantai menurut pengalaman bertani pepaya di Desa Karangsewu tahun 2016 ... 41
Tabel 10. Petani pepaya California lahan pantai di Desa Karangsewu berdasarkan luas penggunaan lahan tahun 2016. ... 42
Tabel 11. Petani pepaya California lahan pantai di Desa Karangsewu berdasarkan pekerjaan sampingan tahun 2016. ... 43
Tabel 12. Anggota keluarga petani pepaya California lahan pantai di Desa Karangsewu berdasarkan umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan tahun 2016. ... 45
Tabel 13. Rata-rata biaya perlatan pada usahatani pepaya California per 0,074 hektar... 48
Tabel 14. Biaya Investasi Tenaga Kerja Pada Usahatani Pepaya California per 0,074 Hektar ... 49
Tabel 15. Rata-rata pembelian pupuk organik per 0,074 hektar ... 51
Tabel 16. Rata-rata Biaya Pembelian Pupuk Buatan Per 0,074 Hektar ... 52
Tabel 17. Rata-rata Pembelian Pestisida per 0,074 Hektar ... 54
Tabel 18. Biaya Lain-Lain Usahatani Pepaya California per 0,074 Hektar... 56
Tabel 19. Biaya Total Usahatani Pepaya California per 0,074 Hektar ... 58
Tabel 20. Benefit Usahatani Pepaya California Per 0,074 Hektar ... 59
xii
Tabel 22. Nilai Net B/C Usahatani Pepaya California per 0,074 hektar... 62 Tabel 23. Perhitungan IRR Usahatani Pepaya California ... 63 Tabel 24. Perhitungan Payback Period Usahatani Pepaya California... 64 Tabel 25. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Pepaya California
xiii
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Usahatani Pepaya California ... 19
Gambar 2. Kutu Putih Pada Pepaya California ... 67
Gambar 3. Daun Pepaya Yang Terserang Kutu Daun ... 68
ANALISIS KELAYAKAN PEPAYA CALIFORNIA DI LAHAN PASIR PANTAI DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO (skripsi ini dibimbing oleh Francy Risvansuna F, SP. MP. Dan Ir. Eni Istiyanti. MP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya dan benefit usahatani pepaya California di lahan pasir pantai, mengetahui kelayakan usahatani pepaya California di lahan pasir pantai dan mengetahui permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi petani pepaya California di lahan pasir pantai. Penelitian ini dilakukan di dua dusun yang berlahan pasir pantai yaitu Dusun Imorenggo dan Dusun Gupit Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. Pengambilan responden dilakukan menggunakan simple random sampling di Dusun Gupit dan sensus di Dusun Imorenggo sehingga diperoleh 30 responden petani. Data diperoleh dengan cara observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Kemudian data dianalisis menggunakan analisis kelayakan usahatani. Total biaya yang diperlukan dalam usahatani pepaya California di lahan pasir pantai Desa Karangsewu sebesar Rp. 28.933.555,- dengan benefit sebesar Rp 133.005.657,-.Analisis kelayakan usahatani menggunakan NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period. Net Present Value (NPV) dengan suku bunga 4% diperoleh NPV sebesar Rp 31.749.295. Hal ini berarti bahwa usahatani pepaya California menguntungkan karena nilai NPV lebih besar dari 0 (nol), maka usahatani pepaya California layak untuk dikembangkan. Net B/CR sebesar 3,776 menunjukkan bahwa keuntungan yang didapatkan pada saat tanaman telah menghasilkan dapat menutup kerugian pada saat tanaman belum menghasilkan. Net B/C lebih besar dari 1 sehingga usahatani pepaya California layak untuk dijalankan. IRR lebih besar dari discount rate (tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku) yaitu 44,95% lebih besar dari 4% sehingga usahatani pepaya California layak dijalankan. Dalam perhitungan Payback Period, usahatani pepaya California dapat mengembalikan investasi selama 3,44 triwulan atau 10 bulan 3 hari.
FEASIBILITY ANALYSIS OF PAPAYA CALIFORNIA BEACH SAND LAND IN KARANGSEWU VILLAGE GALUR DISTRICT KULON PROGO
REGENCY
Ikhsanul Irawan
Francy Risvansuna F, SP. MP / Ir Eni Istiyanti, MP.
Agribusiness Department Faculty Of Agriculture Universitas Muhmmadiyah Yogyakarta
ABSTRACT
This study aims to determine the costs and benefits of papaya California farm land sand beach, determine the feasibility of California papaya farm on land sand beaches and knowing the problems that are often faced by farmers in land papaya California beach sand. This research was conducted in two hamlets which have land sand beach that Imorenggo Hamlet and Hamlet Gupit Karangsewu Village Galur District of Kulon Progo Regency. Respondent performed using simple random sampling in Gupit Hamlet and Hamlet Imorenggo census in order to obtain 30 respondents farmers. Data obtained by observation and interviews using questionnaires. Then the data were analyzed using analysis of the feasibility of farming. The total cost is required in California papaya farm on land sand Karangsewu Village Rp. 28,933,555, - with the benefit of Rp 133,005,657, -. The feasibility analysis of farming using NPV, Net B / C, IRR and Payback Period. Net Present Value (NPV) at the rate of 4% NPV Rp 31,749,295. This means that the farming of papaya California advantageous because NPV value greater than 0 (zero), then the papaya California farm to be developed. Net B / CR of 3.776 indicates that the benefit gained by the time the plant has produced to cover losses when immature. Net B / C is greater than 1 so farms papaya California feasible. IRR is greater than the discount rate (the interest rate applicable loan) is 44.95% greater than 4% so that the papaya California farming viable. In calculating the payback period, farm papaya California can recover the investment during the quarter of 3.44 or 10 months and 3 days.
1 A. Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang penting
kedudukannya di Indonesia. Potensi sumber daya alam di Indonesia yang
melimpah selayaknya bisa dikembangkan. Indonesia juga dikenal sebagai negara
yang memiliki iklim tropis sehingga sangat berpeluang besar bagi pengembangan
budidaya tanaman buah-buahan, terutama tanaman buah-buahan tropika. Sebagai
salah satu komoditi pertanian yang penting, buah-buahan harus senantiasa
ditingkatkan produksinya dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen.
Peningkatan penduduk yang cepat menyebabkan jumlah bahan pangan dan
buah-buahan yang diperlukan manusia juga akan semakin bertambah, namun
dalam kenyataannya peningkatan produksi pangan dunia tidak mampu untuk
mengejar kecepatan pertambahan penduduk. Pada tahun 1984 jumlah penduduk
dunia mencapai 4,8 milyar dan diperkirakan akan meningkat menjadi 6,2 milyar
pada tahun 2000, bahkan pada tahun 2050 akan menjadi 10 milyar jiwa. Tahun
2012 penduduk dunia berjumlah 6,7 milyar. Akibat lain dari pertambahan
penduduk adalah diperlukannya lahan yang lebih banyak untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan tempat tinggal, sehingga lahan pertanian semakin jauh
berkurang. Apalagi saat ini sangat banyak lahan subur pertanian dialih fungsikan
sebagai tempat aktivitas selain pertanian (Dannar, 2012).
Mengingat masalah tersebut, salah satu alternatif yang dapat dilakukan
adalah peningkatan potensi lahan marjinal. Lahan marjinal merupakan lahan yang
lahan marjinal yang memiliki potensi tinggi untuk dimanfaatkan di Indonesia
adalah lahan pantai, sebab Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki
beribu-ribu pulau sehingga memiliki pantai yang sangat luas. Indonesia memiliki
panjang garis pantai mencapai 106.000 km dengan potensi luas lahan 1.060.000
ha, secara umum termasuk lahan marginal.
Lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal yang memiliki produktivitas
rendah. Produktivitas lahan pasir pantai yang rendah disebabkan oleh faktor
pembatas yang berupa kemampuan memegang dan menyimpan air rendah,
infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan organik sangat rendah dan
efisiensi penggunaan air rendah (Kertonegoro, 2001; Al-Omran, etal., 2004).
Produktivitas tanah dipengaruhi oleh kandungan C organik, KPK, tekstur dan
warna. Menurut Syukur (2005) lahan pasir pantai memiliki kemampuan
menyediakan udara yang berlebihan, sehingga mempercepat pengeringan dan
oksidasi bahan organik. Namun lahan pasir pantai memiliki potensi yang besar
untuk mendukung pengembangan sektor agribisnis. Lahan pasir pantai memiliki
beberapa kelebihan untuk lahan pertanian yaitu luas, datar, jarang banjir, sinar
matahari melimpah, dan kedalaman air tanahnya dangkal. Selain itu persiapan
lahan pasir pantai cukup sederhana hanya dengan membuat bedengan tidak dibuat
parit-parit yang dalam, sehingga akan terjadi efisiensi biaya dari pengolahan
tanah.
Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu dari 5 kabupaten yang ada di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu potensi dari kabupaten ini
adalah memiliki lahan yang luas dan beragam sehingga masyarakatnya banyak
Pepaya California merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang
diusahakan di Kabupaten Kulonprogo. Namun salah satu keunikan dari usahatani
tersebut yaitu berada di Kecamatan Galur yang sebagian besar daerahnya
merupakan lahan pasir pantai. Usahatani di lahan pasir pantai tentunya akan
sangat membutuhkan beberapa aktivitas tambahan, seperti: pembuatan sumur
yang berfungsi untuk penyiraman, pagar penahan angin dan penggunaan pupuk
kandang yang lebih banyak. Dengan bertambahnya aktivitas tambahan tersebut
tentunya akan menambah biaya usahatani. Meskipun pelaksanaan perawatan
sudah maksimal, bukan berarti petani terhindar dari resiko kegagalan panen.
Seperti kasus pada tahun 2007, ketika sebagian besar petani pepaya
California mengalami gagal panen. Kegagalan panen tersebut disebabkan tiupan
angin dari laut yang mengandung garam, sehingga menyebabkan bercak-bercak
pada daun pepaya. Bercak bercak tersebut menurunkan produksi buah pepaya dan
menyebabkan kematian pada pohon pepaya pada kasus yang lebih ekstrim. Kutu
putih merupakan hama utama pada pepaya California yang mana sangat
mengganggu pertumbuhan pepaya. Hama ini menyerang seluruh bagian batang
mulai dari kembang, daun, buah sampai tulang batang. Serangan dari hama
tersebut berdampak terhadap pertumbuhan tanaman pepaya sehingga menurunkan
produksi baik secara kualitas maupun kuantitas. Disamping itu biaya perawatan
dan pemeliharaan juga bertambah dikarenakan pembelian obat untuk
memberantas hama tersebut. Jika tidak segera dikendalikan, kutu putih tersebut
dapat menurunkan hasil panen hingga 60%.
Berdasasarkan uraian diatas, ingin di ketahui berapa biaya dan benefit
diusahakan? Masalah apa saja yang sering dihadapi petani pepaya California
lahan pasir pantai Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo?
Untuk menjawab permasalahan diatas maka diperlukan penelitian yang berjudul
analisis kelayakan pepaya California di lahan pasir pantai Desa Karangsewu
Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui biaya dan benefit usahatani papaya California di Lahan
Pasir Pantai Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo.
2. Untuk mengetahui kelayakan usahatani pepaya California di Lahan Pasir
Pantai Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo.
3. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan apa saja yang sering di hadapi
para petani pepaya California di Lahan Pasir Pantai Desa Karangsewu
Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo.
C. Kegunaan
1. Bagi petani, dapat dijadikan informasi dan sumber pengambilan keputusan
yang kedepannya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani. Apabila
usahatani tersebut layak maka dapat terus dilanjutkan dan ditingkatkan.
Apabila tidak layak maka bisa beralih ke komoditas lain.
2. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran
3. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan,
khususnya usaha tani pepaya. Selain itu dapat sebagai bahan masukan bagi
peneliti, mahasiswa dan pihak-pihak lain yang memerlukan informasi
6 A. Tinjauan Pustaka
1. Pepaya California
Pepaya California merupakan jenis varietas yang merupakan hasil pemuliaan
Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. Pepaya California berasal dari plasma
nutfah sebagai calon tetua, diantaranya varietas hawai solo jenis lokal asal
Cicurug Bogor dan introduksi dari luar negeri. Selanjutnya dilakukan
penyilangan, seleksi dan pemurnian. Sebenarnya pepaya California yang kini
banyak beredar di pasar-pasar supermarket merupakan pepaya California hasil
dari permuliaan PKBT tersebut. Pada saat diperkenalkan sebenarnya PKBT
menggunakan nama pepaya IPB-9, tetapi 12 dikarenakan respon pasar yang tidak
begitu baik maka pihak PKBT mengganti namanya dengan pepaya California.
Adapun tujuan dari PKBT untuk melakukan pemuliaan jenis pepaya ini adalah
sebagai salah satu upaya PKBT untuk meningkatkan kualitas pepaya lokal dan
untuk menghasilkan varietas baru yang sesuai dengan selera konsumen (Rina,
2010).
Pohon pepaya California lebih pendek dibanding jenis pepaya lain, paling
tinggi lebih kurang 2 meter. Daunnya berjari banyak dan memiliki kuncung di
permukaan pangkalnya. Buahnya berkulit tebal dan permukaannya rata,
dagingnya kenyal, tebal, dan manis rasanya. Daging buah pepaya ini bewarna
Jingga kemerahan. Bobot rata-rata pepaya California yaitu 1,3 kg per buah.
Pepaya California tumbuh subur bila ditanam di lahan dengan ketinggian antara
umur 4 bulan setelah bibit dipindahkan ke lahan. Adapun buahnya dapat dipanen
pada umur 180 hari setelah berbunga. Uniknya, pepaya California memiliki
ukuran buah yang seragam serta dapat tumbuh sepanjang tahun (tanpa mengenal
musim) di Indonesia.
Menurut penelitian Ari (2015) yang berjudul “Analisis Kelayakan
Usahatani Pepaya California Di Desa Lembupurwo Kecamatan Mirit Kabupaten
Kebumen” menunjukkan bahwa usahatani pepaya California di Desa
Lembupurwo Kecamatan Mirit layak untuk dikembangkan. Total biaya yang
diperlukan, dalam usahatani Pepaya California di Desa Lembupurwo sebesar Rp.
185.263.549,- dengan penerimaan sebesar Rp. 232.634.255,-. Analisis kelayakan
usaha menggunakan NPV, Net B/CR, dan IRR. Net Present Value (NPV) dengan
suku bunga 12% diperoleh NPV sebesar Rp. 29.026.854,-. Hal ini berarti bahwa
usahatani pepaya California mengguntungkan karena nilai NPV lebih besar dari 0
(nol), maka usahatani pepaya California dapat dikembangkan. Net B/CR sebesar
1,911 menunjukkan bahwa keuntungan yang didapatkan pada saat tanaman telah
menghasilkan dapat menutup kerugian pada saat tanaman belum menghasilkan.
Net B/CR lebih dari 1 sehingga usahatani pepaya California dapat dijalankan. IRR
lebih besar dari discount rate (tingkat suku bunga yang berlaku) yaitu 44,46%
lebih besar dari 12% sehingga usahatani pepaya California dapat dijalankan.
Menurut jurnal Reza (2014) yang berjudul “Analisis Usahatani Pepaya
(Carica papaya L.) Varietas Penang Di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang”
menunjukkan bahwa pelaksanaan budidaya atau kultur teknis yang dilakukan oleh
petani responden di Kecamatan Koto Tangah belum sesuai dengan yang
pemberantasan hama dan penyakit . Produksi rata-rata yang dihasilkan petani
responden masih dibawah produksi ideal yaitu 71.345,51 kg/ha. Pendapatan
rata-rata yang diterima petani responden di Kecamatan Koto Tangah yaitu sebesar Rp
114.439.448,13/ ha. Keuntungan rata-rata yang diperoleh petani pepaya varietas
Penang yaitu sebesar Rp 66.796.661,49/ ha. Untuk analisis R/C pada kegiatan
usahatani pepaya varietas Penang yaitu sebesar 1,68.
Menurut hasil penelitian Rina Chaerningrum (2010), Total biaya usahatani
yang dikeluarkan oleh petani pepaya California di Desa Cikopo Mayak,
Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan luas lahan 1
ha adalah Rp 77.319.000, luas lahan 0,5 ha (setelah konversi kedalam 1 ha) adalah
Rp 71.859.000 dan luas lahan 0,25 ha (setelah konversi kedalam 1 ha) adalah Rp
47.096.000. Sedangkan pendapatan yang diterima oleh petani luas lahan 1 ha
adalah Rp 159.961.000, luas lahan 0,5 ha adalah 186.701.000 dan luas lahan 0,25
ha adalah Rp 183.304.000. Petani luas lahan 0,25 ha memiliki nilai efisiensi
tertinggi yaitu sebesar 4,89 dan terendah adalah petani dengan luas lahan 1 ha
yaitu 3,06. Sedangkan petani luas lahan 0,5 ha memiliki nilai efisiensi sebesar
3,59. Jika dilihat dari produksi yang dihasilkan petani luas lahan 0,5 ha,
produktivitasnya lebih besar dari petani luas lahan 1 ha. Hal ini dikarenakan pola
penanaman yang digunakan berbeda. Petani luas lahan 1 ha melakukan
penanaman monokultur sedangkan 0,5 ha tumpangsari.
2. Lahan pasir pantai
Tanah pasir pantai merupakan tanah muda (baru) yang dalam klasifikasi
Udipsamment (Soil Survey, 1998). Menurut Darmawijaya (1992) dalam Dannar
(2012), Udipsamment pada umumnya belum mengalami perkembangan horizon,
bertekstur kasar, struktur kersai atau berbutir tunggal, konsistensi lepas-lepas
sampai gembur dan kandungan bahan organik rendah. Di Indonesia tanah ini
dijumpai di Ciherang dan sekitar Yogyakarta dan daerah-daerah sekitar pantai.
Struktur lepas pada tanah ini menyebabkan rentan terhadap erosi angin
maupun air. Permukaan lahan pasir pantai sering berubah mengikuti arah angin
kencang (13-15 m/detik). Kondisi tersebut di atas menunjukkan masih banyaknya
faktor pembatas pertumbuhan sehingga sangat kurang menguntungkan bagi
pertumbuhan tanaman. (Mulyanto et al., 2001).
Tabel 1. Kandungan hara dalam tanah pasir
No Sifat-sifat tanah Nilai Nilai besaran/harkat 1. Daya hantar listrik (DHL) (mS) 0,07-0,22 (sangat
rendah)
2. Kadar bahan organik (%) <1 (sangat rendah) 3. Kandungan N-total (%) 0,05-0,08 (sangat
rendah)
4. Kandungan P-tersedia (ppm) 100-150 (sangat tinggi) 5. Kandungan K-tersedia (cmol/1kg) 0,09-0,2 (sangat rendah) 6. Kandungan Ca tersedia (cmol/1kg) 0,2-0,6 (sangat rendah) 7. Kapasitas Pertukaran Kation (cmol/1kg) 4-5 (sangat rendah) 8. Kandungan fraksi pasir (%) 95
Analisis tanah pasir pantai menunjukkan bahwa tanah ini didominasi oleh fraksi
pasir (> 95 %), sedang fraksi debu dan lempung masing-masing di bawah 3 %.
Bahan organik tanah pasir sangat rendah (< 1 %) dan sebagai konsekuensinya
tanah ini mempunyai sifat menyangga ion (unsur hara) dan kemampuan
menyekap air juga rendah (KPK 4,0-5,0 cmol/kg). Kandungan N-total
0,05-0,08%, Ptotal 100-150 ppm, Ca-tersedia 0,2-0,6 cmol/kg, K-tersedia 0,09-0,2
cmol/kg, Mg-tersedia 0,2-0,6 cmol/kg, dan DHL sangat rendah yakni 0,07-0,22.
Di samping itu, tanah pasir memiliki sifat fisik sebagai berikut: tekstur pasir,
struktur butiran sampai kersai, drainasi baik, konsistensi lepas-lepas,
permeabilitas sangat cepat (150 cm/jam), berat volume 1,58 mg/m3, kapasitas
lapangan 2,3-4,10 %, titik layu permanen 0,75-1,05 %, lengas tersedia 1,55-3,05
%, pori makro 20,32 % dan pori mikro 2,04 % (Yudono et al., 2002 cit. Kastono
2007).
Kendala utama dalam pemanfaatan tanah pasir yaitu miskin mineral,
lempung, bahan organik dan tekstur yang kasar. Tekstur yang kasar dan struktur
berbutir tunggal menyebabkan tanah ini bersifat porus, aerasinya besar, dan
kecepatan infiltrasinya tinggi. Keadaan tersebut menyebabkan pupuk yang
diberikan mudah tertindih. Pada umumnya udipsamment mempunyai bahan induk
dari gunung berapi cukup kaya unsur hara tetapi kekurangan unsur N. Akan tetapi
unsur hara tersebut masih dalam bentuk 5 yang tidak tersedia bagi tanaman karena
belum mengalami pelapukan lebih lanjut. Untuk mempercepat proses pelapukan
tersebut diperlukan pemupukan dengan bahan organik yaitu pupuk kandang atau
pupuk hijau. Lahan pasir pantai memiliki beberapa kelebihan untuk lahan
air tanahnya dangkal. Selain itu persiapan lahan pasir pantai cukup sederhana
hanya dengan membuat bedengan tidak dibuat parit-parit yang dalam, sehingga
akan terjadi efisiensi biaya dari pengolahan tanah.
Saat ini pemanfaatan lahan pasir pantai untuk budidaya sudah banyak
dikembangkan. Dimas (2014) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Kelayakan Usahatani Cabai Merah Lahan Pantai Di Desa Srigading Kecamatan
Sanden Kabupaten Bantul”. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani bahwa
usaha tani cabai merah lahan pasir layak untuk diusahakan. Dengan rata-rata luas
usahatani 0,129 hektar dibutuhkan biaya sebesar 2,8 juta, dan menghasilkan
penerimaan 6,1 juta, pendapatan 3,9 juta, dan keuntungan sebesar 3,25 juta.
Artinya usahatani tersebut menghasilkan pendapatan (Rp 3,9 juta) yang lebih
besar dari nol; mampu menjual produk senilai hampir Rp 13.000 yang lebih tinggi
dari BEP harga (Rp 6,075) dan menghasilkan produksi yang lebih tinggi (472,5
kg) dari BEP produksi (221,3 kg); serta nilai BCR 2,1 lebih besar dari 1.
Budi dan Suradal (2006) melakukan penelitian yang berjudul “Kelayakan
Usahatani Bawang Merah Di Lahan Pasir Pantai Dengan Teknologi Ameliorasi Di
Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa usahatani bawang merah dengan menggunakan
teknologi ameliorasi dengan bahan tambahan tanah liat, pupuk kandang dan zeolit
mampu meningkatkan produktivitas lahan pasir pantai hingga 20 ton bawang
merah per hektar. Penambahan bahan ameliorant tetap dianjurkan karena dapat
memperbaiki kesuburan lahan dan lingkungan yang berkelanjutan. Hasil analisis
menunjukkan B/C 2,39 dan R/C 3,39 sehingga usahatani bawang merah ini layak
diusahakan.
3. Usahatani
Menurut Suratiyah (2015), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi
berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat
yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu
yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan
mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefesien
mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.
Adapun tujuan dari dilakukannya kegiatan usahatani adalah
memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Konsep
memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana cara mengalokasikan
sumberdaya yang tersedia dengan jumlah tertentu agar dapat seefisien mungkin
untuk mendapatkan keuntungan maksimum. Sedangkan untuk konsep
meminimumkan biaya adalah bagaimana agar dapat menekan biaya yang
sekecil-kecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu (Soekartawi et al, 1986).
Faktor produksi dalam usahatani mencakup tanah, modal, dan tenaga
kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya
mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah banyak lagi
faktor yang harus diperhatikan, katakan luasnya, topografinya, kesuburannya,
keadaan fisiknya, lingkungannya, lerengnya, dan lain sebagainya. Dengan
dengan baik (Daniel, 2002). Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu
usaha, demikian pula usahatani. Dengan modal dan peralatan, faktor produksi
tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi
manusia. Dengan modal dan peralatan maka penggunaan tanah dan tenaga kerja
dapat dihemat. Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penentu, terutama bagi
usahatani yang sangat tergantung pada musim. Kelangkaan tenaga kerja
mengakibatkan mundurnya waktu penanaman sehingga berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas. Baik pada usahatani keluarga
maupun perusahaan pertanian, peranan tenaga kerja belum sepenuhnya dapat
diatasi dengan teknologi yang menghemat tenaga (teknologi mekanis). Hal ini
dikarenakan selain mahal, ada juga hal-hal tertentu yang tidak dapat digantikan
oleh selain tenaga kerja manusia (Suratiyah, 2015).
4. Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2001), biaya produksi adalah nilai dari semua faktor
produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses
produksi berlangsung. Secara umum, biaya merupakan pengorbanan yang
dikeluarkan oleh produsen dalam mengelola usahataninya untuk mendapatkan
hasil yang maksimal.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) investasi merupakan penanaman modal
dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relative panjang diberbagai
bidang usaha. Investasi adalah penggunaan sumber keuangan atau usaha dalam
waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan keuntungan darinya. Salah
konsep penggunaan dana dimasa yang akan datang yang diharapkan akan
memperoleh keuntungan (Suratman, 2001). Secara umum komponen biayanya
sebagai berikut:
a. Biaya investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal usaha atau
dapat juga dikeluarkan pada saat usahatani sedang berjalan. Biaya investasi juga
memiliki sifat habis pakai dalam kurun waktu yang relatif lama (lebih dari satu
tahun). Investasi awal pada usaha budidaya Pepaya California berupa land
clearing (persiapan pengolahan lahan), pembelian bibit, dan pembelian alat.
Present value adalah nilai sekarang dari sebuah anuitas dan identik dengan
nilai awal dari penanaman modal, sedangkan anuitas dari sebuah present value
tergantung pada besar kecilnya tingkat bunga dan jangka waktu yang digunakan.
Discount factor adalah suatu bilangan yang menggambarkan (weight) pembuat
pada setiap nilai discount factor (DF) tertentu. Besarnya discount factor ini dipilih
diantara variasi bunga bank yang berlaku di daerah tersebut.
b. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya yang digunakan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan dalam suatu proses usahatani dan memiliki sifat habis pakai
dalam kurun waktu relatif singkat (kurang dari 1 tahun). Biaya-biaya tersebut
meliputi penyusutan alat, tenaga kerja, pupuk dan obat-obatan.
5. Kelayakan
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008) pengertian kelayakan usahatani adalah
akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan
biaya yang akan dikeluarkan. Untuk mengetahui usahatani menguntungkan atau
tidak secara ekonomi dapat dianalisis dengan menggunakan perbandingan antara
penerimaan dengan biaya. Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:
a. Net Present Value (NPV)
NPV menunjukan keuntungan yang akan diperoleh selama umur proyek
(umur investasi) dan merupakan selisih antara nilai sekarang dari manfaat dengan
nilai sekarang dari biaya pada tingkat diskonto tertentu. Usahatani Pepaya
California dinyatakan layak bila NPV lebih besar dari nol, jika NPV sama dengan
nol yang berarti usahatani Pepaya California mengembalikan persis sebesar
peluang faktor produksi modal, jika NPV lebih kecil dari nol maka usahatani
Pepaya California akan ditolak artinya ada penggunaan lain yang lebih
menguntungkan untuk sumber-sumber yang diperlukan usaha tersebut.
b. Net Benefit Cost ratio (B/C)
Merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi
penggunaan biaya yang berupa perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang
positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Net B/C menunjukkan
manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih.
Usahatani Pepaya California dikatakan layak atau banyak manfaatnya jika
diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari satu dan jika diperoleh nilai Net B/C lebih
c. Internal Rate Of Return (IRR)
Merupakan tingkat diskonto pada saat NPV sama dengan nol yang
dinyatakan dalam persen. Nilai IRR menunjukkan tingkat keuntungan dari
usahatani Pepaya California tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan
usahatani Pepaya California dalam mengembalikan bunga pinjaman. Jika IRR
usahatani Pepaya California lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang
berlaku maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan.
d. Payback Period
Merupakan penilaian kelayakan investasi dengan mengukur jangka waktu
pengembalian investasi. Perhitungan dasar yang digunakan adalah aliran kas (cash
flow), sehingga metode perhitungan yang digunakan adalah discounted payback
period. Semakin cepat modal itu kembali, maka semakin baik usahatani Pepaya
California untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk
membiayai kegiatan lainnya.
B. Kerangka Pemikiran
Lahan pasir adalah lahan yang berada disekitar pantai yang berwujud pasir
dengan daya serap air yang tinggi. Lahan pasir memiliki keterbatasan fisik yaitu
kelembaban tinggi, kebutuhan air yang tinggi, dan kandungan hara yang rendah.
Usahatani pepaya California membutuhkan input yang cukup banyak. Input
merupakan berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mendukung
Dari usahatani pepaya California membutuhkan biaya yang terdiri dari biaya
investasi dan biaya operasional. Penjumlahan biaya investasi dan biaya
operasional dinamakan dengan total biaya/TC (Total Cost). Benefit akan
diperoleh dari perkalian harga output dan jumlah kg pepaya.
Kelayakan usahatani pepaya California diukur dari Net Present Value (NPV),
Net benefit cost ratio (Nett B/C, internal Rate of Return (IRR) dan Payback
Period (PP). Net present value (NPV) menunjukan keuntungan yang akan
diperoleh selama umur proyek (umur investasi) dan merupakan selisih antara nilai
sekarang dari manfaat dengan nilai sekarang dari biaya pada tingkat diskonto
tertentu. Usahatani pepaya California dikatakan layak apabila Net present value
(NPV lebih besar dari nol (NPV > 0). Net benefit cost ratio (Nett B/C) Merupakan
penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya yang
berupa perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah
nilai bersih sekarang yang negatif. Usahatani pepaya California dikatakan layak
apabila nilai Net B/C lebih besar dari satu. Internal rate of return (IRR)
merupakan tingkat diskonto pada saat NPV sama dengan nol yang dinyatakan
dalam persen. Nilai IRR menunjukkan tingkat keuntungan dari usahatani Pepaya
California tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan usahatani Pepaya
California dalam mengembalikan bunga pinjaman.Usahatani pepaya California
dikatakan layak apabila nilai Internal rate of return (IRR) lebih besar dari
discount rate yang telah ditentukan. Payback period (jangka waktu yang
diperlukan untuk mengembalikan modal suatu usaha investasi) semakin cepat
diusahakan. Untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, dapat digambarkan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Usahatani Pepaya California
C. Hipotesis
Diduga usahatani pepaya California di lahan pasir pantai Desa Karangsewu
Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo layak di usahakan dan dikembangkan
ditinjau dari Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (B/C), internal
Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP).
USAHATANI PEPAYA CALIFORNIA
Input
Produksi
Biaya
Investasi Operasional Benefit
Harga
Kelayakan Net Present Value (NPV) NetBenefit CostRatio (B/C) Internal Rate of Return (IRR) Payback Period (PP)
Discount Factor
20
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah
biaya-biaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit
yang diterima, serta kelayakan usahatani pepaya California yang dilihat dari
indikator Net Present value (NPV), Net benefit cost (B/C), Internal rate of return
(IRR), dan Payback period. Setelah itu dapat di ketahui apakah usahatani pepaya
California tersebut layak atau tidak untuk diusahakan.
A. Teknik Pengambilan Sampel 1. Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karangsewu, Kecamatan Galur,
Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan lokasi
dilakukan secara sengaja (purposive). Alasan yang mendasari dipilihnya daerah
tersebut sebagai lokasi penelitian adalah karena Kecamatan Galur berada di posisi
tiga besar produksi buah pepaya di Kabupaten Kulon Progo dari empat kecamatan
yang berbatasan dengan laut selatan (lahan pasir). Kecamatan Galur berada di
posisi kedua dibawah Kecamatan Temon dan diatas Kecamatan Wates dan
Kecamatan Panjatan. Alasan lain yang mendukung dipilihnya daerah tersebut
sebagai lokasi penelitian adalah karena Kecamatan Galur merupakan daerah yang
tergolong baru dikembangkan untuk usahatani pepaya California dibandingkan
Kecamatan Temon yang sudah berjalan lama, artinya pengembangan usahatani
pepaya California di Kecamatan Galur kedepannya masih berpotensi mengalami
Tabel 2. Produksi tanaman pepaya menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon
Sumber : Daerah dalam angka Kabupaten Kulon Progo 2015
2. Pengambilan responden
Berdasarkan data yang diperoleh dari pra survey, jumlah petani pepaya
California yang ada di Desa Karangsewu Kecamatan Galur sebanyak 50 orang.
Dalam penelitian ini dilakukan dua metode pengambilan data petani, yaitu secara
Sensus dan Simple Random Sampling. Sensus sendiri merupakan teknik
Penentuan sampel yang mana semua anggota populasi dijadikan responden,
sementara Sampel Random Sampling merupakan pengambilan sebagian
responden dari sejumlah populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi itu. Untuk petani Di Dusun Imorenggo dilakukan secara
Sensus dengan jumlah responden petani 15 orang, sedangkan petani Di Dusun
Gupit dilakukan secara Sampel Random Sampling dengan jumlah responden
Tabel 3. Jumlah Petani Pepaya California Di Desa Karangsewu Kecamatan Galur
Dusun Jumlah Petani Jumlah Responden
Gupit 35 15
Imorenggo 15 15
Jumlah 50 30
Jadi jumlah petani pepaya California di Desa Karangsewu sebanyak 50
orang. Adapun jumlah responden untuk penelitian ini adalah 30 orang.
B. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan data 1. Data Primer
Data primer adalah semua data yang didapat langsung dari obyek
penelitian, dikumpulkan dan disusun oleh peneliti. Data primer ini meliputi
luas lahan yang digunakan untuk usahatani, biaya usahatani, produksi dan
benefit. Adapun data tersebut diperoleh dengan cara observasi dan
wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah semua data yang diperoleh dari instansi atau
lembaga yang ada hubungannya dengan penelitian. Data sekunder ini
meliputi keadaan umum, keadaan penduduk, keadaan pertanian serta
keadaan perekonomian di wilayah tersebut.
C. Asumsi dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi
b. Keadaan tanah, iklim dan topografi di daerah penelitian dianggap
sama.
c. Masa pakai peralatan hanya dipakai untuk satu kali periode tanam.
d. Suku bunga selama periode tanam dianggap tidak berubah.
2. Pembatasan Masalah
a. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pada tahun
2012-2015
b. Tingkat suku bunga pinjaman yang digunakan untuk analisis data
adalah tingkat suku bunga bank BRI sebesar 16 %.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Usaha pepaya California adalah kegiatan usahatani mulai dari persiapan
lahan, penanaman bibit pepaya California, pemanenan, hingga pasca panen
pepaya (siap dijual).
2. Sarana produksi adalah komponen yang digunakan untuk usahatani pepaya
California hingga menghasilkan produk seperti pupuk kandang, pupuk
buatan dan pestisida.
a. Pupuk kandang adalah unsur alami dari kotoran ternak yang
mempunyai manfaat tinggi untuk meningkatkan unsur tanah, diukur
dalam satuan kg.
b. Pupuk buatan adalah pupuk yang terbuat dari bahan kimia yang
bermanfaat untuk meningkatkan unsur tanah, diukur dalam satuan kg.
c. Pestisida adalah obat untuk mengendalikan hama dan penyakit pepaya
3. Lahan pasir pantai adalah luasan area tanam pepaya California yang
digunakan dalam usaha tani dan dinyatakan dalam satuan hektar (ha).
4. Produksi adalah hasil usahatani pepaya California yang dihasilkan petani
pada luasan lahan tertentu dalam satu periode tanam, dan dinyatakan
dalam satuan kilogram (kg).
5. Harga adalah uang yang diterima petani pada saat menjual hasil produksi
pepaya California dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp)
6. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal usaha dan
dapat juga dikeluarkan pada saat usahatani sedang berjalan. Investasi awal
pada usahatani Pepaya California berupa land clearing (persiapan dan
pengolahan lahan), pembelian bibit dan pembelian alat. Biaya investasi
diukur dalam satuan Rupiah (Rp).
7. Biaya operasional adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai
dengan (tergantung dari) besar-kecilnya jumlah produksi. Biaya
operasional diukur dalam satuan Rupiah (Rp).
8. Present value adalah nilai sekarang dari sebuah anuitas dan identik dengan
nilai awal dari penanaman modal, sedangkan anuitas dari sebuah present
value tergantung pada dasar besar kecilnya tingkat bunga dan jangka
waktu yang digunakan.
9. Discount factor adalah suatu bilangan yang menggambarkan (weight)
pembuat pada setiap nilai discount factor (DF) tertentu. Besarnya discount
factor ini dipilih di antara variasi bunga bank yang berlaku didaerah
10. Benefit adalah hasil produksi usahatani pepaya California dikalikan
dengan harga yang sudah ditentukan, dinyatakan dalam satuan rupiah
(Rp).
11.Net present value (NPV) adalah net benefit yang telah di discount yang
menggunakan kesempatan biaya modal, di ukur dalam satuan rupiah (Rp).
12.Net benefit cost (B/C) adalah perbandingan antara net benefit yang telah di
discount positif dengan net benefit yang telah di discount negative yang di
ukur dalam satuan persen (%).
13.Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkat suku bunga yang
menghasilkan net present value nol, di ukur dalam satuan persen (%).
14.Payback period adalah jangka waktu yang menunjukkan terjadinya arus
penerimaan secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk
present value, di ukur salam satuan bulan.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif meliputi transfer
data, editing data, pengolahan data dan interpretasi data secara deskriptif. Analisis
kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai pelaksanaan usahatani
serta kondisi kecocokan lahan untuk usahatani pepaya California di lokasi
penelitian .
Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menguji kelayakan usahatani
pepaya California yaitu dengan mengolah data yang diperoleh dan
dengan menggunakan software Microsoft excel kemudian di interprestasi data
secara deskriptif. Analisis data yang digunakan pepaya California sebagai berikut
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara nilai sekarang
penerimaan dengan nilai sekarang pengeluaran pada tingkat diskonto tertentu,
yang dinyatakan dengan rumus :
NPV = ∑ ( )
Keterangan :
Bt = Manfaat yang diperoleh pada tahun t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun t n = Umur ekonomis usaha
i = Discount rate (tingkat suku bunga pinjaman) t = Triwulan 0,1,2,3,…..12
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV adalah sebagai berikut :
1) NPV > 0
Artinya usahatani pepaya California layak untuk dilaksanakan karena
manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
2) NPV = 0
Artinya usahatani pepaya California sulit untuk dilaksanakan karena
manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.
3) NPV < 0
Artinya usahatani pepaya California tidak layak untuk dilaksanakan karena
2. Net Benefit Cost ratio (B/C)
Net Benefit Cost ratio (B/C) adalah perbandingan present value dari net
benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif,
perhitungan ini digunakan untuk melihat berapa kali lipat penerimaan yang akan
diperoleh dari biaya yang dikeluarkan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
NetB/C = ∑ ( )( ) ∑ ( )( )
Keterangan :
Bt = Manfaat yang diperoleh pada tahun t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun t n = Umur ekonomis usaha
i = Discount rate (tingkat suku bunga pinjaman) t = Triwulan 0,1,2,3,…..12
Suatu usaha dikatakan bermanfaat atau layak untuk dilaksanakan jika
diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari satu dan usaha tidak layak atau ditolak
jika diperoleh nilai Net B/C lebih kecil dari satu.
3. Internal Rate Of Return (IRR)
Internal Rate Of Return (IRR) merupakan tingkat diskonto (discount rate)
pada saat NPV sama dengan nol yang dinyatakan dalam persen, dengan rumus :
IRR = + ( )
Keterangan :
NPV 1 = Nilai NPV yang bernilai positif NPV 2 = Nilai NPV yang bernilai negatif
Suatu usaha dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari discount
rate yang telah ditentukan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari discount rate
maka usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan.
4. Payback period
Paybackperiod adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
modal suatu usaha investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran kas bersih
adalah selisih pendapatan terhadap pengeluaran per tahun, periode pengembalian
biasanyanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun. Rumus payback period
adalah :
PBP =
+
∑ ∑Dimana:
PBP = Pay Back Period
Tp-1 = Tahun sebelum terdapat PBP Ii = Jumlah investasi telah didiskon
Bicp-1 = Jumlah benefit yang telah didiskon sebelum PBP
30
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis
Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu
adalah sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tirtorahayu
Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Nomporejo
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bugel
Desa Karangsewu memiliki luas wilayah sebesar 927 ha dan
terdiri dari 17 pedukuhan yaitu, Pedukuhan Boro I, Boro II, Bedoyo III, Gupit
IV, Siliran V, Siliran VI, Wonopeti VII, Mabeyan VIII, Sorogaten IX,
Sorogaten X, Bapangan XI, Sewugalur XII, Dalen XIII, Kempleng XIV,
Kempleng XV, Barongan XVI, dan Imorenggo XVII.
B. Topografi
Desa Karangsewu terletak di kawasan tepi pantai dengan kondisi
topografi yang landai dan datar. Elevasi ketinggian rata-rata Desa
Karangsewu adalah 2-7 meter diatas permukaan laut dengan Sungai Progo
sebagai muara serta sungai-sungai lain yang dimanfaatkan sebagai saluran
C. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk suatu daerah mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perkembangan daerah tersebut. Mengetahui umur penduduk suatu daerah
dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya usia produktif. Jika suatu daerah
mempunyai penduduk usia produktif lebih besar dari usia non produktif, maka
daerah tersebut akan lebih cepat mengalami kemajuan karena memiliki tenaga
kerja untuk membangun daerahnya akan semakin besar. Adapun ukuran usia
produktif yaitu antara umur 15-59 tahun sedangkan ukuran usia non produktif
antara 0-14 tahun dan usia 60 tahun keatas.
Berdasarkan data kependudukan pemerintah desa, jumlah penduduk Desa
Karangsewu sebanyak 8.233 jiwa dengan rincian 3.966 jiwa laki-laki dan 4.267
jiwa perempuan, dengan total 2.049 kepala keluarga. Desa Karangsewu termasuk
desa dengan struktur penduduk usia muda sehingga pertumbuhan penduduknya
masih tergolong tinggi. Adapun jumlah penduduk berdasarkan umur di Desa
Karangsewu adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
No. Kelompok Umur (Tahun) Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Persentase (%)
Laki-laki Perempuan
1 0 – 14 1036 1115 2151 26,13
2 15-59 2518 2645 5163 62,71
3 >60 412 507 919 11,16
Berdasarkan tabel di atas di ketahui jumlah penduduk di Desa Karangsewu
adalah 8.233 jiwa. Dapat di ketahui bahwa jumlah penduduk usia produktif yaitu
usia 15-59 tahun sebanyak 5.163 jiwa dan penduduk non produktif yaitu 0-14
tahun dan > 60 tahun sebanyak 3.070 jiwa. Dengan demikian dapat dihitung rasio
beban tanggungan (Burdance Dependency Ratio) yaitu perbandingan penduduk
non produktif dengan jumlah penduduk produktif adalah sebagai berikut:
BDR =jumlah penduduk non produktifjumlah penduduk produktif × 100%
= × 100%
= 37,29%
Berdasarkan hasil perhitungan BDR diperoleh angka ketergantungan
sebesar 37,29% yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 37
orang usia non produktif. Nilai angka ketergantungan sebesar 37 ini dapat
dikategorikan dalam ketergantungan rendah jika dilihat dari kategori angka
ketergantungan yaitu:
1. Angka Beban Tanggungan Tinggi : ≥ 70
2. Angka Beban Tanggungan Sedang : 51-69
D. Pendidikan
Sarana pendidikan adalah tempat dimana penduduk mengenyam
pendidikan untuk meningkatkan pengetahuannya sehingga dapat memajukan
daerahnya. Adapun jenis dan jumlah lembaga pendidikan di Desa Karangsewu
adalah sebagai berikut :
Tabel 5 Jumlah Lembaga Pendidikan di Desa Karangsewu
Tingkat pendidikan Jumlah (Sekolah)
TK 10
SD 5
SMP/MTS 2
SMA 1
Jumlah 18
Berdasarkan tabel 5 jumlah sekolah di lingkungan kemendiknas Kecamatan
Galur di Desa Karangsewu terdapat sebanyak 18 sekolah (baik negeri maupun
swasta) dari jenjang taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas/sekolah
mengah kejuruan. Jumlah TK sebanyak 10, SD sebanyak 5, SMP/MTS sebanyak
2 dan SMA/SMK sebanyak 1. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
untuk sarana pendidikan di Desa Karangsewu dari tingkat pra sekolah sampai
E. Keadaan Pertanian 1. Penggunaan Lahan
Lahan merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan
usahatani, karena lahan merupakan media tumbuh dan berkembangnya tanaman.
Penggunaan lahan di Desa Karangsewu terdiri dari lahan sawah, lahan kering,
bangunan, dan lain-lain. Penggunaan lahan Desa Karangsewu yang mayoritas
merupakan lahan pertanian terdiri dari permukiman, sawah, kebun, ladang
dan tanah pasir. Potensi sumber daya alam adalah pertanian dengan
komoditas diantaranya tanaman padi, kelapa, sengon, pepaya, melon,
semangka, cabe, buah naga, dan lain sebagainya. Luas penggunaan lahan di
Desa Karangsewu dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Luas Desa Menurut Penggunaan Lahan
No PenggunaanLahan Luas (ha)
1. Tanah Sawah 264,15
2. Tanah Kering 374,62
3. Bangunan 23,24
4. Lainnya 264,12
Jumlah 926,13
Berdasarkan Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan paling
luas adalah tanah kering yaitu seluas 374,62 hektar, dengan pemanfaatan tanah
kering sebagai lahan bercocok tanam maka potensi untuk meningkatkan hasil
2. Budidaya Pepaya California
Pepaya merupakan salah satu buah yang banyak dinikmati, selain rasanya yang
manis dan menyegarkan, pepaya juga mengandung nutrisi yang sangat baik bagi
kesehatan seperti Betakaroten, Vit C, Vit B1, B2, Kalsium, Fospor, dan Kalium.
Salah satu jenis pepaya yang saat ini mulai banyak dibudidayakan adalah jenis
Pepaya California. Pepaya California mempunyai ukuran antara 0,8 – 2 kg/buah.
Pepaya California mempunyai ciri-ciri berkulit tebal, berbentuk lonjong, buah
matang berwarna kuning, rasanya manis, daging buah kenyal dan tebal. Pepaya
California termasuk jenis unggul, batangnya lebih pendek dibanding jenis pepaya
lain, tinggi tanaman sekitar 2 meter dan sudah bisa dipanen setelah berumur 7
hingga 9 bulan. Pohonnya dapat berbuah hingga umur tiga tahun. Dalam satu
bulan bisa dipanen sampai empat kali.
Peluang pasar pepaya California sangat terbuka, dan permintaan pasar akan
pasokan Pepaya California belum terpenuhi, khususnya untuk memenuhi
permintaan dari kota-kota besar dan supermarket. Disisi lain ketersediaan pepaya
California relatif terbatas, karena pepaya unggulan yang mungil ini belum banyak
dikenal dan dikembangkan secara luas oleh petani. Perawatan pepaya California
yang relatif mudah sangat menguntungkan petani untuk membudidayakannya.
Pepaya California tumbuh subur bila ditanam pada lahan yang subur dan
sedikit berpasir. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian
700 meter diatas permukaan laut. Pada awal musim tanam sebelum bibit
Kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan tanah diantaranya mencangkul dan
pembuatan lubang tanam. Pengolahan tanah dilakukan agar tanah menjadi gembur
agar terdapat sirkulasi udara yang baik. Penanaman Pepaya California dilakukan
dengan memindahkan bibit dari polibag yang telah berumur antar 1-1,5 bulan,
kelubang tanam yang telah disiapkan sebelumnya. Sehari sebelum penanaman
lahan yang akan akan digunakan disiram air terlebih dahulu dan diisi pupuk
kandang. Penanaman dilakukan dengan cara melepaskan bibit dari polibag dan
menanam bibit ditengah lubang tanam.
Pemeliharaan pepaya California meliputi penyemprotan atau pengairan,
pemupukan, penyiangan dan pengendalian hama. Tanaman pepaya memerlukan
cukup air tetapi tidak tahan genangan. Maka pengairan dan pembuangan air harus
diatur dengan baik. Penanaman pepaya California pada dataran rendah dengan
curah hujan yang kecil memerlukan pengairan secara berkala. Petani biasanya
membuat saluran drainase atau parit disekitar lubang tanam untuk meghindari
genangan air, karena bila tergenang air batang bisa membusuk.
Pupuk kandang atau kompos diberikan pada saat dilakukan penanaman.
Seminggu setelah penanaman menggunakan pupuk organik sebanyak 200 gram
/pohon. Setelah memasuki usia 3 bulan diberikan pupuk ponska 300 gram /pohon.
Usia 6, 9, dan 12 bulan pupuk ponska 500 gram ditambah pupuk kandang 40 kg
/pohon. Setelah tumbuhan berbuah bisa diberikan pupuk TSP supaya daya tahan
lebih kuat dan buahnya lebih manis. Pemupukan tanaman dapat diulang setiap 3
pupuk kandang sebanyak 40 kg/pohon. Cara pemupukan ponska dapat ditabur
melingkar pohon, kemudian ditutup dengan tanah.
Penyiangan juga merupakan hal penting dalam pemeliharaan pepaya
California. Dengan melakukan penyiangan tentunya akan membuat pemupukan
yang dilakukan lebih efektif karena tidak adanya perebutan makanan antara
pepaya California dan gulma. Penyiangan pepaya California tergolong mudah
karena memang gulma di lahan pasir pantai tidak begitu banyak. Penyiangan juga
bisa disambi dengan kegiatan lainnya seperti pemupukan sehingga akan lebih
efisien waktu.
Proses perawatan yang selanjutnya adalah pengendalian hama. Pepaya
California merupakan jenis pepaya yang rentan terkena hama. Ada beberapa jenis
hama yang biasa menyerang Pepaya California. Antara lain: hama kutu putih,
pengendaliannya bisa dengan menyemprotkan pestisida confidor. Selain itu, ada
penyakit yang menyerang daun, akar, batang bahkan buah, biasanya pada musim
penghujan. Pengendaliannya bisa dilakukan dengan cara penyemprotan pestisida
antracol.
Tanaman Pepaya California dapat dipanen pertama setelah berumur 7-12
bulan. Buah pepaya dipanen pada waktu buah telah memberikan tanda-tanda
kematangan, yaitu terdapat semburat warna kuning pada kulit buah bagian ujung.
Cara memanen buah pepaya California sebaiknya dilakukan dengan cara,
memotong tangkai buah dengan meng- gunakan gunting pangkas atau pisau
buah diletakkan ditempat terlindung dan diberi alas plastik. Buah yang cacat dan
39
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Petani 1. Umur Petani
Umur mempengaruhi kinerja seseorang dalam bertani tidak terkecuali petani
pepaya California. Semakin tua umur seorang petani tentunya akan sangat
berpengaruh terhadap kinerjanya. Tabel 7 menunjukkan penggolongan responden
usahatani pepaya California di Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon
Progo berdasarkan kelompok umur.
Tabel 7. Jumlah petani pepaya California lahan pasir pantai menurut usia di Desa Karangsewu tahun 2016
No Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 15-60 28 93,3
2 >60 2 6,67
Jumlah 30 100
Dari 30 petani responden di Desa Karangsewu sebagian besar berada pada usia
produktif yaitu sebanyak 28 orang atau 93,3%. Sisanya berada pada usia tidak
produktif lagi yaitu sebanyak 2 orang atau 6,67%. Adapun usia rata-rata petani di
Desa Karangsewu yaitu 44,4 tahun dengan usia tertinggi 68 tahun dan usia terendah
22 tahun. Faktor usia mempengaruhi kinerja petani secara fisik, sehingga petani
mampu mengelola usahanya lebih intensif serta memelihara tanaman pepaya lebih
baik. Secara motivasi, umur akan mempengaruhi petani pepaya California dalam
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
keberhasilan usahatani. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir petani
dalam mengembangkan usahataninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang
petani maka akan semakin mudah untuk menerapkan berbagai teknologi yang
berkaitan dengan usahataninya. Selain itu petani juga dapat dengan mudah menerima
informasi baru mengenai pertanian, pasar dan harga. Informasi yang berkaitan dengan
kebijakan-kebijakan dalam hal pertanian juga akan lebih mudah diterima sehingga
petani dapat mengatur strategi untuk dapat meningkatkan usahataninya. Untuk
mengetahui keadaan pendidikan petani pepaya California di Desa Karangsewu di
Kecamatan Galur dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8. Jumlah petani pepaya California lahan pantai menurut tingkat pendidikan di Desa Karangsewu tahun 2016
Tingkat Pendidikan Jumlah Petani Persentase (%)
SD 4 13,3
SMP 5 16,7
SMA 20 66,7
PT 1 3,3
Jumlah 30 100
Dari tabel 8 dapat di ketahui bahwa mayoritas tingkat pendidikan petani adalah
Sekolah Menengah Atas yaitu sebesar 20 orang (67,7%), sedangkan sisanya Sekolah
Dasar sebanyak 4 orang (13,3%), Sekolah Menengah Pertama sebanyak 5 orang
(16,7%) dan Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang (3,3%). Petani yang mendapatkan
karena kesadaran akan pentingnya pendidikan di Desa karangsewu sudah terbilang
tinggi dan tentunya didukung dengan tingkat ekonomi yang memadai.
3. Pengalaman Bertani
Selain umur dan tingkat pendidikan, pengalaman bertani juga merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi petani dalam melaksanakan usahataninya. Pengalaman
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya petani dalam melakukan
usahatani pepaya California. Adapun Pengalaman bertani petani pepaya California
lahan pasir Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Jumlah petani pepaya California lahan pasir pantai menurut pengalaman bertani pepaya di Desa Karangsewu tahun 2016
Pengalaman Bertani
(Tahun) Jumlah Petani Persentase (%)
<3 5 16,7
3-5 17 56,7
>5 8 26,6
Jumlah 30 100
Adapun rata-rata pengalaman bertani pepaya California yaitu 4,1 tahun dengan
dengan pengalaman bertani tertinggi 6 tahun dan terendah 1 tahun. Petani yang sudah
berpengalaman menjalankan usahatani pepaya California, mampu menentukan
perlakuan secara lebih tepat karena faktor kebiasaan dan pengalaman dalam
usahatani. Petani yang memiliki pengalaman usahatani pepaya California yang lebih
lama cenderung memiliki hasil produksi yang lebih tinggi dibandingkan petani yang