• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUDUL INDONESIA: ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL PEPAYA CALIFORNIA (Carica papaya) DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN JUDUL INGGRIS: ANALYSIS OF DETERMINING PRODUCTION COST AND FINANCIAL FEASIBILITY OF CALIFORNIA PAPAYA (Carica p

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JUDUL INDONESIA: ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL PEPAYA CALIFORNIA (Carica papaya) DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN JUDUL INGGRIS: ANALYSIS OF DETERMINING PRODUCTION COST AND FINANCIAL FEASIBILITY OF CALIFORNIA PAPAYA (Carica p"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL PEPAYA CALIFORNIA (Carica papaya)

DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh

Desty Rizana

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung harga pokok produksi pepaya California dan mengetahui kelayakan financial usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kalianda, Bakauheni, dan Pematang Pasir Kabupaten Lampung Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan sentra produksi pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan. Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Sampel penelitian ini sebanyak 20 petani pepaya california diambil secara sensus. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei dan Juli 2013. Analisis yang dilakukan adalah: (1) analisis harga pokok produksi dengan metode full costing dan (2) kelayakan finansial, menggunakan NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, Payback Period, dan sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata harga pokok produksi yang didapat semua responden pepaya California dalam jangka waktu 10 tahun atau 3 kali tanam adalah Rp1.100,50/kg. Usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan secara financial layak dijalankan dengan nilai NPV Rp79.226.791,75; IRR 62%; Net B/C4,05; Gross B/C 2,01 dan Payback period 6,17 tahun.

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF DETERMINING PRODUCTION COST AND FINANCIAL FEASIBILITY OF CALIFORNIA PAPAYA (Carica papaya) IN SOUTH

LAMPUNG REGENCY By

Desty Rizana

This research aims to calculate the production cost and find out the financial feasibility farming of California Papaya in South Lampung Regency. The study was conducted in Kalianda Sub district, Bakauheni Sub district, and Pematang Pasir Subdistrict in South Lampung Regency. The locations were selected purposively for they were central production of California Papaya in Lampung Province. The research used primary and secondary data. The research samples of 20 farmers were taken by census method. The data was collected in May-July 2013. This data analyses were (1) production cost analysis by full costing analysis (2) financial feasibility by NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, Payback period, and sensitivity. The results of the research showed that the average production cost that farmer got for ten years (three times planting) was equal to Rp1,100.50/kg. Papaya California farming in South Lampung Regency was financially feasible with NPV Rp79,226,791.75, IRR 62%, Gross B/C ratio 2.01, Net B/C ratio 4.05, and Payback period 6.17 years.

(3)

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL PEPAYA CALIFORNIA (Carica papaya)

DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh DESTY RIZANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 3 Desember 1991. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Zainal Arifin, S.E,. M.M dan Ibu Ernayati.

Penulis menyelesaikan studi tingkat taman kanak-kanak di TK Masjid Agung Kalianda Lampung Selatan pada tahun 1997, tingkat Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Wayurang Kalianda Lampung Selatan pada tahun 2003, tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan pada tahun 2006. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Kalianda Lampung Selatan pada tahun 2009. Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis, Program Studi Agribisnis melalui jalur Ujian Mandiri (UM) pada tahun 2009.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti “Orientasi Lingkungan Pertanian dan Masyarakat Pedesaan” yang diadakan oleh Jurusan Agribisnis

(7)
(8)

SANWACANA

Assalamu`alaikum Wr.Wb

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah

memberikan cahaya dan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.

Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi (HPP) dan Kelayakan Finansial Pepaya California (Carica papaya) di

Kabupaten Lampung Selatan”, penulis menyadari bahwa penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S., selaku Pembimbing Utama, atas bimbingan, masukan, arahan dan nasehat dalam penulisan skrispi. 2. Ir. Suriaty Situmorang, M.Si., selaku Pembimbing Pendamping, yang

(9)

4. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Agribisnis atas saran, arahan dan nasehatnya dalam penulisan skripsi.

5. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc., sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang selama ini bersedia meluangkan waktunya untuk memberi masukan dan nasehat.

7. Kedua Orang Tua saya tercinta (Zainal Arifin, S.E,.M.M dan Ernayati) yang selalu memberikan dukungan, doa, dan segala kebaikan untuk penulis, memberikan arahan, motivasi serta nasehat bahwa “semuanya dapat dilewati dengan baik”.

8. Adik-adik saya tersayang, yaitu Nurulia Fadillah dan Muhammad Rizky Ananda yang selalu memberikan bantuan, doa dan semangat.

9. Sahabat-sahabat tersayang: Reny Mardiana, S.P., Monica, Putri Annur, Mazdayani, S.P., Prajanti Anuka Dewi, Siti Hardiyanti Chonani, S.P., Lidia S. Manullang, S.P., Abdul Mutolib, S.P., Paramita Wisnuwardhani, dan Rohima Sholiha, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

10. Seluruh Dosen dan Karyawan/wati (Mbak Iin, Mbak Ai, Mas Boim, Mas Kardi, Pak Margono, dan Mas Bukhari) di Jurusan Agribisnis terima kasih atas bantuannya.

(10)

Denisa, Anggun, Feby, Mandala, Kemas, Rendy, Firjen, Saut, Edi serta semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

12. Rekan-rekan Agribisnis angkatan 2005, 2006, 2007, 2008, 2010, 2011 dan 2012 yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

13. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis ,

(11)

i

5. Karakteristik (keragaan) pepaya california ... 13

6. Harga Pokok Produksi ... 18

7 Ilmu Usahatani ... 22

8. Kelayakan Finansial ... 23

B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 27

C. Kerangka Pemikiran ... 30

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 47

(12)

ii

5. Luas lahan dan jumlah pohon pepaya california ... 59

B. Usaha pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan ... 60

1. Produksi dan penerimaan tanaman pepaya california ... 60

2. Biaya usaha ... 62

a. Biaya investasi ... 63

b. Biaya sarana produksi usahatani pepaya california ... 64

c. Biaya lain-lain ... 66

3. Pendapatan usahatani ... 67

4. Gambaran pemasaran ... 68

a. Karakteristik pedagang perantara ... 69

(13)
(14)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. PDRB Provinsi Lampung atas dasar harga berlaku mnurut lapangan

usaha tahun 2009-2011 ... 2 2. PDRB Lampung Selatan atas dasar harga berlaku menurut lapangan

usaha tahun 2008-2010 ... 3 3. Produksi buah-buahan menurut Kabupaten/Kota dan jenis buah

di Provinsi Lampung ... 4 4. Keunggulan dan kekurangan pepaya california ... 5 5. Kandungan gizi buah pepaya califronia 140 g ... 6 6. Perhitungan harga pokok produksi usahatani pepaya california

di Kabupaten Lampung Selatan ... 41 7. Sebaran luas Kabupaten Lampung Selatan dirinci menurut

penggunannya (dalam hektar), 2010 ... 50 8. Sebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan

menurut umur, tahun 2011 ... 54 9. Sebaran petani responden pepaya california berdasarkan umur di

Kabupaten Lampung Selatan, 2013 ... 56 10. Sebaran petani responden pepaya california berdasarkan tingkat

pendidikan di Kabupaten Lampung Selatan, 2013 ... 57 11. Sebaran petani responden pepaya california berdasarkan jumlah

tanggungan keluarga di Kabupaten Lampung Selatan, 2013 ... 58 12. Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan papaya

(15)

v

14. Jumlah produksi dan total penerimaan per tahun usahatani

pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan ... 62 15. Rata-rata biaya investasi usahatani pepaya california di

Kabupaten Lampung Selatan, 2011 ... 64 16. Rata-rata biaya produksi pepaya california per tahun pada

usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan, 2013 .... 65 17. Rata-rata biaya lain-lain pada usahatani pepaya california di

Kabupaten Lampung Selatan, 2013 ... 66 18. Pendapatan usahatani pepaya california di Kabupaten

Lampung Selatan per tahun selama umur ekonomis (10 tahun) ... 68 19. Harga pokok produksi usahatani pepaya california di Kabupaten

Lampung Selatan per tahun selama umur ekonomis (10 tahun) ... 72 20. Analisis finansial usahatani pepaya california di Kabupaten

Lampung Selatan selama umur ekonomis (10 tahun ... 74 21. Identitas reponden usahatani pepaya california di Kabupaten

Lampung Selatan, 2013 ... 85 22. Investasi alat usahatani pepaya california di Kabupaten

Lampung Selatan ... 86 23. Pemakaian sarana produksi per tahun usahatani pepaya california di

Kabupaten Lampung Selatan ... 95 24. Rata-rata penggunaan tenaga kerja per tahun usahatani pepaya

california di Kabupaten Lampung Selatan ... 97 25. Produksi selama 2 tahun usahatani pepaya california di Kabupaten

Lampung Selatan ... 103 26. Cashflow per tahun usahatani pepaya california di Kabupaten

Lampung Selatan ... 105 27. Perhitungan HPP (Harga pokok produksi) usahatani pepaya

california di Kabupaten Lampung Selatan ... 107 28. Finansial per tahun usahatani pepaya california di Kabupaten

(16)

vi

30. Sensitivitas produksi turun 17% usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan ... 111 31. Sensitivitas harga turun 5% usahatani pepaya california di Kabupaten

Lampung Selatan ... 112 32. Laju kepekaan usahatani pepaya california di Kabupaten

(17)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Paradigma analisis penentuan harga pokok produksi dan kelayakan finansial usahatani pepaya california (carica papaya) di Kabupaten

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan masalah

Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Besarnya penduduk yang bekerja pada sektor pertanian didukung oleh lahan pertanian yang luas dan subur, dan faktor iklim yang mendukung. Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya keanekaragaman sumberdaya alam pertanian yang melimpah di setiap kawasan Indonesia. Adanya keberagaman sumberdaya alam tersebut menjadikan pertumbuhan pereekonomian Indonesia sangat bertumpu pada perkembangan sektor pertanian.

Sektor pertanian didukung oleh banyak subsektor. Subsektor tersebut memiliki peranan masing-masing terhadap keberlanjutan sektor pertanian. Beberapa subsektor yang menjadi bagian dari pertanian di Indonesia adalah subsektor perkebunan, hortikultura, tanaman pangan, peternakan, dan perikanan. Subsektor-subsektor tersebut telah banyak menyumbang keberhasilan pendapatan penduduk dan perekonomian Indonesia.

(19)

pertanian di Lampung juga menyumbang nilai yang cukup besar terhadap PDRB Provinsi Lampung seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha (jutaan rupiah), tahun 2010-2012

No Lapangan Usaha 2010 2011* 2012**

1 Pertanian 39.917.414 45.478.685 51.927.562

2 Pertambangan & Penggalian 2.161.754 2.672.150 2.840.577

3 Industri Pengolahan 17.120.714 20.555.157 22.481.435

4 Listrik, Gas & Air Bersih 595.503 691.203 788.597

5 Kontruksi 3.968.970 4.397.009 4.855.562

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 16.530.762 20.481.520 22.930.103 7 Transportasi & Komunikasi 11.011.468 14.716.358 16.676.478 8 Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 6.844.990 7.633.617 8.892.455

9 Jasa-jasa 10.252694 11.282.562 13.168.600

Produk Domestik Regional Bruto 108.404.270 127.908.260 144.561.358

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013 Keterangan: *) Angka sementara

**) Angka sangat sementara

(20)

Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang memiliki peran sektor pertanian yang strategis dalam pembangunannya dilihat dari besarnya sumbangan pendapatan sektor pertanian dalam PDRB, seperti disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Lampung Selatan atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha (jutaan rupiah), tahun 2008-2010

N

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan, 2011

(21)

yaitu di Kecamatan Kalianda, Bakauheni, dll. Produksi buah per kabupaten di Provinsi Lampung disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi buah-buahan utama menurut kabupaten/kota dan jenis buah di Provinsi Lampung (ton), tahun 2011

No Kabupaten Mangga Durian Jeruk Pisang Pepaya Nanas Lainnya

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012

Tabel 3 menunjukkan bahwa produksi buah pepaya Lampung Selatan merupakan urutan terbesar ketiga di Provinsi Lampung pada tahun 2011. Hal ini

mengindikasikan bahwa komoditas pepaya di Lampung Selatan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan.

(22)

hanya di Kecamatan Way Pandji saja, melainkan sudah meliputi daerah lain, seperti Kecamatan Pematang Pasir, Kecamatan Bakau dan Kecamatan Kalianda yang mulai membudidayakan usahatani tersebut. Selain permintaan pasar yang tinggi terhadap pepaya california, buah pepaya california juga mempunyai keunggulan dibandingkan dengan pepaya jenis lain. Keunggulan dan kelemahan pepaya california bisa dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Keunggulan dan kekurangan pepaya california

Keunggulan Kekurangan

Mempunyai nilai jual yang menjanjikan Rentan terhadap penyakit dan hama

Merupakan jenis komoditas dengan postur pohon hanya 11/2 sd. 2 m

Perlu perhatian serius dalam pembudidayaannya (penanaman, penyiraman, perawatan, dan pemanenan) Mempunyai buah yang lebih banyak bisa

mencapai 20 sd 60 buah setiap pohon

-Dapat dipanen lebih awal pada usia 3 bulan buah sudah berbunga

-Pohon pepaya california dapat dipanen pada usia 7 sd. 9 bulan

-Usia produktif mencapai 4 tahun

-Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan, tahun 2012

Tabel 4 menunjukkan bahwa keunggulan pepaya california lebih banyak dibandingkan dengan kekurangannya. Selain itu, permintaan pasar, seperti supermarket, menjadikan komoditas pepaya california lebih unggul

(23)

Tabel 5. Kandungan gizi buah pepaya california tiap 1 mangkok pepaya (140g)

Tabel 5 menunjukkan bahwa kandungan gizi yang terkandung dalam buah pepaya california tersebut banyak, seperti vitamin C yang angka kecukupan gizinya tertinggi, yaitu sebesar 144%. Tanaman pepaya california masih merupakan tanaman baru di Provinsi Lampung juga di Lampung Selatan, karena masih tergolong tanaman baru, namun dari sisi permintaan terkesan cukup untuk dikembangkan, maka sebaiknya diperhatikan prospek perusahaannya, antara lain melalui perhitungan (analisis) harga pokok produksi dan kelayakan usahataninya. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti berminat untuk menganalisis harga pokok produksi dan kelayakan finansial usahatani pepaya california.

Harga pokok produksi sangat berpengaruh dalam perhitungan laba rugi

(24)

merupakan total biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk memproduksi pepaya california dalam suatu proses budidaya pada satu musim tanam. Petani pepaya california sebagai produsen yang memproduksi pepaya california juga berorentasi pada laba, sehingga tidak terlepas dari masalah pencapaian laba, dan

pengembalian modal, serta perhitungan biaya yang telah dikeluarkan untuk membeli bibit pepaya california. Biaya yang telah dikeluarkan seharusnya dipakai sebagai elemen perhitungan dalam pembentukan harga pokok produk.

Selain menghitung harga pokok produksi, petani pepaya california juga harus dapat menghitung kelayakan dari usahataninya. Untuk itu perlu diketahui berapa besar keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut, serta apakah usaha

tersebut layak untuk diteruskan dalam jangka panjang. Selama ini belum diketahui berapa besar harga pokok produksi dan keuntungan usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan. Oleh karena itu, penelitian tentang harga pokok produksi dan kelayakan finansial usahatani pepaya california penting untuk dilakukan.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah penelitian, yaitu:

1. Berapa harga pokok produksi pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan?

(25)

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan, maka penelitian bertujuan untuk:

1. Menghitung harga pokok produksi pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan.

2. Mengetahui kelayakan finansial usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan.

C. Kegunaan Penelitian

Penelitian diharapkan bermanfaat bagi:

1. Pemerintah dan instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan terkait.

2. Peneliti lain, sebagai bahan informasi dan referensi pembanding.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Deskripsi Buah Pepaya

Carica Papaya L. atau Caricaceae merupakan tanaman buah yang berasal dari Meksiko Selatan dan Amerika Tengah. Nama umum dari tanaman buah ini adalah pepaya (Indonesia), Papaw (Australia), dan Mamao (Brazil). Tanaman pepaya dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Selain itu, tanaman pepaya dapat berbuah kapan saja dan tidak mengenal musim. Pepaya adalah tanaman yang besar dan berumur pendek, cepat tumbuh, berkayu dan tingginya sekitar 10 sampai 12 meter. Tanaman pepaya dapat bercabang apabila terdapat luka batangnya. Semua bagian tanaman mengandung lateks. Batang tanaman berongga ungu hijau, dalam, dan mempunyai diameter sekitar 2 sampai 3 inci (Anton, 2011)

Berdasarkan taksonominya, tanaman pepaya dapat diklasifikasikan sebagai (Muktiani, 2011):

Kingdom : Plantae

(27)

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub kelas : Dilleniidae Ordo : Viovales Famili : Caricaceae Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L.

2. Morfologi tanaman papaya

Pepaya merupakan tanaman berbatang tunggal dan tumbuh tegak. Batang tidak berkayu, silindris, berongga dan berwarna putih kehijauan. Tinggi tanaman berkisar antara 5-10 meter, dengan perakaran yang kuat. Tanaman pepaya tidak mmpunyai percabangan. Daun tersusun spiral menutupi ujung pohon. Daunnya termasuk tunggal, bulat, ujung mruncing, pamgkal bertoreh, tepi bergerigi, berdiameter 25-5 cm. Daun pepaya berwarna hijau, helaian daun menyerupai telapak tangan manusia. Bunga pepaya berwarna putih dan berbentuk seperti lilin, berdasarkan keberadaan bungantya, pepaya termasuk monodioecious yaitu

berumah tunggal (Muktiani, 2011)

3. Syarat tumbuh pepaya

(28)

mempunyai musin memarau 6-8 bulan, tanaman pepaya dapat hidp dan masih mampu berbuah, asalkan kedalaman air tanahnya 50-150 cm. Tanah yang sesuai untuk pepaya yaitu tanah yang subur yang ditandai dengan prioritas baik,

mengandung kapur, dan mempunyai pH 6-7. Tanaman pepaya lebih cocok ditanam di daerah terbuka (tidak ternaungi) dan tidak trgenang air. Tanah yang berdrainase tidak baik menyebabkan tanaman mudah tersrang penyakit terutama pada bagian akar (Anton, 2011)

4. Macam-macam varietas pepaya

Mutiani (2011) menyebutkan bahwa banyak macam varietas pepaya di Indonesia, anatara lain:

a. Pepaya bangkok

Pepaya bangkok bukan hanya tanaman asli indonesia. Pepaya bangkok didatangkan dari Thailand lebih kurang tahun 70-an. Pepaya bangkok

diunggulkan, karena ukurannya sangat besar di banding jenis pepaya yang lain, beratnya bisa meraih 3, 5 kg per buahnya, tidak hanya ukuran, keunggulan yang lain adalah rasa serta ketahanan buah. Daging buahnya berwarna jingga

kemerahan, terasa manis dan segar serta teksturnya keras hingga tahan didalam pengangkutan, rongga buahnya kecil hingga dagingnya tebal, permukaan kulit buah kasar serta tidak rata.

b. Pepaya cibinong

(29)

tiap-tiap buah rata-rata 2, 5 kg, pangkal buah kecil lalu membesar dibagian tengah serta melancip dibagian ujungnya. Permukaan kulit buah agak halus namun tidak rata, daging buah berwarna merah kekuningan, kelebihan yang lain adalah terasa manis dan segar, teksturnya keras, serta tahan sepanjang pengangkutan.

c. Pepaya hawai

Pepaya yang datang dari kepulauan hawai ini adalah satu jenis pepaya solo. Pepaya solo berarti pepaya yang habis dimakan cuma untuk satu orang, oleh karena itu, dipastikan kelebihan pepaya ini adalah ukurannya yang kecil, bobot buahnya cuma lebih kurang 0, 5 kg memiliki bentuk agak bulat atau bulat panjang, kulit buah yang sudah masak berwarna kuning cerah, daging buahnya agak tebal, berwarna kuning, serta terasa manis segar.

d. Pepaya california

Pepaya california yaitu komoditi yang bernilai ekonomi tinggi dan primadona diantara jenis pepaya lain di pasaran, terutama supermarket/hypermarket. Pepaya yang mempunyai wujud buah lebih kecil serta lebih lonjong ini datang dari amerika sedang serta tempat karibia. Pepaya california bisa tumbuh subur

(30)

e. Pepaya gunung

Pepaya gunung yaitu kerabat pepaya yang di lokasi Wonosobo tanaman pepaya gunung biasa dimaksud carica, serta di bali tanaman ini dimaksud gedang memedi, tempat asalnya yaitu dataran tinggi andes, amerika selatan. Tanaman pepaya gunung adalah pohon kecil atau perdu yang tidak berkayu, serupa dengan pepaya biasa (Carica papaya), namun memiliki cabang yang semakin banyak serta ukuran seluruh sisi tanaman lebih kecil. tinggi rata-rata yaitu 1-2 meter.

Bunga jantan mempunyai tangkai yang panjang sampai 15 cm serta bunga betina berukuran semakin besar dengan tangkai yang keras serta pendek buah pepaya gunung berupa bulat telur dengan ukuran panjang 6-10 cm serta diameter 3-4 cm. Buah masak berupa telur sungsang dengan ukuran 6-15 cm kali 3-8 cm,

dagingnya keras, berwarna kuning-jingga, terasa agak asam namun harum, di sekitar rongganya ada banyak sekali biji yang terbungkus oleh sarkotesta yang putih serta berair, buah yang belum masak mempunyai kulit yang berwarna hijau gelap serta dapat beralih jadi kuning sesudah masak, biji buah berwarna hitam dengan jumlah yang banyak serta padat, buahnya memiliki kandungan getah, serta getah ini dapat makin menyusut dengan makin mendekati kematangan.

5. Karakteristik (keragaan) pepaya california

(31)

Tanaman pepaya california mempunyai ukuran lebih pendek dibanding jenis pepaya lain. Ukuran paling tinggi lebih kurang 2 meter. Daunnya berjari banyak dan memiliki kuncup di permukaan pangkalnya. Buahnya berkulit tebal dan permukaannya rata, dagingnya kenyal, tebal, dan manis rasanya. Daging buah pepaya california berwarna jingga kemerahan. Kandungan padatan terlarut total daging buah pepaya california adalah 10-11 brix. Pepaya california berbunga pada umur 4 bulan setelah bibit dipindahkan ke lahan. Buahnya dapat dipanen pada umur 180 hari setelah berbunga. Secara fisik, tanaman pepaya california mempunyai ciri, yaitu di pangkal helai daun terdapat daun bendera yang berdiri. Uniknya, tanaman ini memiliki ukuran buah yang seragam (Muktiani, 2011).

a. Syarat tumbuh

Menurut Sobir (2009), tanaman pepaya california akan tumbuh baik apabila hidup di tempat yang beriklim sesuai. Karena tanaman pepaya california memiliki batang basah, dan bunga tumbuh pada ketiak daun, maka tanaman pepaya membutuhkan cahaya dan panas matahari, serta kelembapan udara yang tinggi. Apabila kebutuhan cahaya, panas, dan kelembapan udara tidak terpenuhi, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat, di antaranya tanaman dapat bersifat kerdil, karpeoid, dan produksi buahnya menjadi tidak berkualitas. Menurut Muktianai (2011), syarat tumbuh tanaman pepaya california adalah:

(1). Cahaya matahari

(32)

optimal, sehingga tanaman akan tumbuh secara optimal dan akan menghasilkan buah dengan kualitas yang baik.

(2). Suhu

Tanaman pepaya california akan tumbuh optimal apabila lokasi penanaman berada pada suhu antara 25-30 derajat Celcius, karena perkecambahan biji akan berlangsung cepat di malam hari pada suhu 26 derajat Celcius dan perkecambahan akan berlangsung cepat pada siang hari pada suhu 35 derajat Celcius.

(3). Air

Tanaman pepaya california memerlukan air untuk pertumbuhannya, karena air merupakan faktor utama untuk pertumbuhan tanaman pepaya secara optimal. Air sangat diperlukan untuk pertumbuhan generatif, yaitu pertumbuhan pada masa pembungaan dan berbuah. Kondisi lahan yang kelembabannya rendah pada masa generatif dapat mengakibatkan bunga gugur, penyerbukan berlangsung tidak sempurna, dan buah terlalu kecil dengan bentuk yang tidak sempurna.

(4). Angin

(33)

(5). Lahan yang sesuai

Lahan yang cocok untuk usaha perkebunan pepaya california adalah lahan yang subur, yang kaya bahan organik. Pepaya california akan tumbuh optimal apabila ditanam di tanah subur yang sedikit mengandung pasir tetapi banyak mengandung humus. Tanaman ini dapat tumbuh baik di dataran rendah dengan ketinggian hingga 700 m di atas permukaan laut. Pepaya california akan tumbuh optimal pada lahan yang terbuka dan memiliki drainase yang baik, serta memiliki pH tanah 6-7.

(6). Ketinggian tempat

Ketinggian tempat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pepaya, khususnya berpengaruh terhadap lamanya waktu pembibitan. Semakin rendah ketinggian suatu lokasi perkebunan pepaya california, maka semakin cepat waktu persemaian, yaitu hanya sekitar 25-30 hari. Ketinggian tempat juga berpengaruh terhadap ukuran dan kualitas buah yang dihasilkan. Selain itu, ketinggian tempat juga berpengaruh terhadap kecepatan berbunga. Semakin rendah lokasi

perkebunan, maka tanaman lebih cepat berbunga. Pepaya california akan optimal pertumbuhannya pada 300 m dpl.

(7). Curah hujan

(34)

(8). Kelembaban

Tanaman pepaya california membutuhkan kelembaban sebesar 66%. Kelembaban tersebut akan membuat tanaman pepaya tumbuh optimal. Namun, apabila

kelembabannya terlalu rendah, maka dapat menyebabkan daun tua cepat gugur dan terjadi perubahan bunga hermafrodit (sempurna) menjadi bunga jantan. Akibatnya, produksi buah menjadi berkurang.

b. Budidaya tanaman pepaya california

Menurut Muktiani (2011), budidaya tanaman pepaya california ada 5 tahapan, yaitu persiapan bibit, persemaian, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.

(1). Persiapan bibit

Bibit untuk pepaya california diambil dari buah-buah yang telah masak dan berasal dari tanaman pilihan. Kriteria buah pilihan tersebut adalah buahnya berukuran besar, tidak cacat, tidak terserang hama penyakit, dan masak di pohon.

(2). Persemaian

Proses persemaian dimulai dari mengisi media ke dalam polybag berukuran 20x15 cm. Media yang digunakan merupakan campuran 2 ember tanah yang diayak ditambah 1 ember pupuk kandang yang sudah matang dan diayak. Dalam media tersebut ditambahkan 50 gram TSP yang sudah dihaluskan dan 29 gram

(35)

(3). Penanaman

Penanaman pepaya california dilakukan dengan memindahkan bibit dari polybag yang telah berumur antara 1-1,5 bulan ke lubang yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Pada saat penanaman, tiap-tiap lubang diisi dengan 3-4 bibit sekaligus untuk cadangan apabila bibit mati, atau mengganti bibit mati, atau mengganti bibit yang menyimpang sifatnya.

(4). Pemeliharaan

Hal yang harus dilakukan pada proses pemeliharaan adalah penjarangan dan penyulaman, penyiangan, dan pembumbunan. Kegiatan pemeliharaan harus lebih teliti agar kualitas produksi sesuai dengan yang diharapkan.

(5). Panen dan pasca panen

Pepaya california memiliki usia menanti panen yang pendek, yaitu hanya 7-9 bulan, dengan usia produktif 28-30 bulan. Teknik pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah pepaya yang siap dipetik ketika kulit buah mulai menguning dengan luas sekitar 25%. Kemudian buah dibersihkan agar kulit buah tidak lecet, setelah itu buah dibungkus dengan kertas koran, plastik berlubang dan

dimasukkan ke dalam box.

6. Harga pokok produksi

Harga pokok produksi merupakan total biaya yang dikeluarkan untuk

(36)

satu musim tanam. Komponen biaya produksi usahatani pepaya california meliputi biaya alat dan bahan (saprodi), biaya tenaga kerja dan biaya overhead usahatani. Alat dan bahan (saprodi) dalam usahatani pepaya california meliputi benih, pupuk, pestisida, mulsa, dan lain-lain. Biaya tenaga kerja merupakan total upah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani dalam proses budidaya pepaya california dari mulai persiapan lahan, pengolahan lahan, persiapan tanam, tanam, pemeliharaan , panen, dan pasca panen. Biaya overhead usahatani meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses budidaya pepaya california dalam satu musim tanam selain biaya pembelian alat dan bahan (saprodi) dan biaya tenaga kerja. Biaya overhead pepaya california meliputi biaya listrik, telepon, pajak lahan pertanian.

a. Metode penentuan harga pokok produksi

Menurut Mulyadi (1991), metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitugkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Harga pokok produk atau product costs merupakan elemen penting untuk menilai keberhasilan (perfomance) dari perusahaan dagang dan manufaktur (Harnanto,1992).

Selanjutnya Mulyadi (1991) juga menjelaskan bahwa dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan, yaitu full costing dan variable costing.

(1). Full costing

Full costing merupakanmetode penentuan harga pokok produksi yang

(37)

yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Mulyadi (1991) menjelaskan bahwa harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead tetap) ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).

(2). Variable Costing

Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap) (Mulyadi, 1991).

(38)

produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal, atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjual.

Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode biaya overhead

sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan, maka akan terjadi pembebanan overhead lebih (overapplied factory overhead) atau pembebanan biaya overhead pabrik kurang (underapplied factory overhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam persedian tersebut. Namun, jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan rugi-laba sebelum produknya laku dijual.

(39)

memproduksi satu jenis produk, maka semua biaya produksi merupakan biaya langsung dalam hubungannya dengan produk.

7. Ilmu usahatani

Menurut Mubyarto (1989) usahatani adalah suatu tempat di mana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi, seperti lahan, tenaga kerja, modal, dan manajemen, yang ditujukan untuk memperoleh produksi di bidang pertanian. Selanjutnya, Soekartawi (1995) menyatakan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

Menurut Mosher (1990), selain produksi yang tinggi, petani juga tertarik pada hubungan antara biaya dan penerimaan dari proses produksi yang diusahakan. Hubungan antara biaya dan penerimaan usahatani tersebut merupakan

(40)

Ada beberapa cara pengujian keberhasilan suatu cabang usahatani yang sering dilakukan, yaitu :

(a) Analisis biaya per satuan hasil.

(b) Analisis imbangan penerimaan dan biaya atau R/C ratio. (c) Analisis pendapatan atau keuntungan cabang usaha.

(d) Analisis imbangan tambahan manfaat dan biaya atau B/C ratio. Analisis (a) biasanya digunakan untuk menghitung harga pokok suatu produksi, analisis (b) dan (c) digunakan untuk menguji keuntungan dan keberhasilan suatu cabang usahatani, sedangkan analisis (d) digunakan untuk mengetahui pengaruh sadpergantian teknologi yang berakibat pada pertambahan biaya. Imbangan penerimaan dan biaya merupakan tingkat efisiensi ekonomi yang menunjukkan adanya daya saing dari produk yang dihasilkan. Nilai R/C (Return Cost Ratio) diperoleh dari perbandingan (nisbah) antara penerimaan dengan biaya.

8. Kelayakan finansial

Proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk mmperoleh manfaat (benefit) atau suatu kegiatan dengan pengeluaran biaya dan dengan harapan untuk memperoleh hasil pada waktu yang akan datang, yang dapat dierencanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit

(41)

agar penanaman modal/investasi jatuh pada pilihan proyek yang paling tepat. Kegiatan suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan (objective) dan mempunyai suatu titik tolak (starting point) serta suatu titik akhir (ending point), baik biaya maupun hasilnya.

Menurut Kadariah (2001), tujuan analisis proyek adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi. Oleh karena sumber-sumber yang tersedia bagi

pembangunan terbatas, maka perlu diadakan pemilihan antara berbagai macam proyek. Kesalahan dalam pemilihan proyek dapat mengakibatkan pengorbanan sumber-sumber yang langka. Oleh karena itu, sebelum proyek dilaksanakan, perlu diadakan perhitungan percobaan untuk menentukan hasil dan memilih di antara berbagai alternatif dengan jalan menghitung biaya dan manfaat (benefit) yang dapat diharapkan dari masing-masing proyek.

Kadariah (2001) menyatakan bahwa analisis finansial proyek dapat dilihat dari sudut badan atau orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang

berkepentingan langsung dalam proyek. Selain itu, dalam analisis finansial perlu diperhatikan hasil untuk modal saham (equity capital) yang ditanam dalam proyek. Untuk menganalisis proyek ada kriteria yang sering dipakai untuk menentukan diterima-tidaknya sesuatu usulan proyek, atau untuk menentukan pilihan antara berbagai macam usulan proyek, dan semua kriteria itu, baik manfaat (benefit) maupun biaya, dinyatakan dalam nilai sekarang. Kriteria-kriteria

(42)

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih, merupakan metode yang menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau

pengeluaran. Investasi dikatakan layak (feasible) dan menguntungkan jika NPV lebih besar dari nol. Investasi dikatakan tidak layak (unfeasible) dan rugi bila NPV lebih kecil dari nol, dan proyek dikatakan tidak untung tidak rugi (break event point) bila NPV sama dengan nol.

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek, asal setiap benefit bersih yang diwujudkan secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan i (discount rate) yang sama yang diberi berbunga selama sisa umur proyek. Biasanya rumus IRR tidak dapat dipecahkan (dicari nilai i-nya) secara langsung. Namun secara coba-coba, pemecahan itu dapat didekati dalam waktu cukup singkat. Proyek dikatakan layak bila IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Proyek dikatakan tidak layak bila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, dan proyek dikatakan tidak untung tidak rugi (break event point) bila IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku.

c. Net Benefit Cost Ratio (NetB/C Ratio)

(43)

dikatakan tidak untung bila Net B/C Ratio lebih kecil dari satu, dan proyek dikatakan tidak untung tidak rugi (break event point) bila Net B/C Ratio sama dengan satu.

d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Gross B/C Ratio serupa dengan Net B/C Ratio, hanya benefit maupun biaya diberikan secara kotor. Gross B/C Ratio merupakan perbandingan antara penerimaan atau manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah

dikeluarkan. Proyek dikatakan layak bila Gross B/C Ratio lebih besar dari satu. Proyek dikatakan tidak layak bila Gross B/C lebih kecil dari satu, dan proyek dikatakan tidak untung tidak rugi (break event point) bila Gross B/C Ratio sama dengan satu.

e. Payback Period

Payback period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari proyek. Payback period merupakan suatu metode dalam analisis finansial untuk mengetahui waktu pengembalian investasi. Suatu proyek dikatakan layak bila masa pengembalian (PP) lebih pendek dari umur ekonomis proyek, dan proyek tidak layak bila masa pengembalian (PP) lebih lama dari umur ekonomis proyek.

f. Analisis Sensitivitas

(44)

dipengaruhi unsur-unsur ketidakpastian di masa mendatang (Gittinger, 1993). Ketidakpastian itu antara lain adalah: (1) terjadi kenaikan biaya, terutama biaya operasional (cost overrun),(2) dengan adanya proyek, produk meningkat yang memungkinkan untuk turunnya harga produk, sehingga akan menurunkan benefit, dan (3) mundurnya waktu berproduksi, sehingga akan menurunkan benefit.

Menurut Djamin (1992), analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan analisis proyek bila terdapat suatu kesalahan atau perubahan dalam perhitungan biaya atau benefit. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam dasar perhitungan biaya produksi ataupun benefit memperlihatkan kemungkinan-kemungkinan kenaikan biaya produksi, perubahan harga hasil produksi, dan terjadi penundaan produksi.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Lizna Seftiana (2010) dengan judul “Analisis kelayakan usahatani pepaya di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang” menunjukkan bahwa hasil analisis finansial usahatani pepaya pola I (50 kg pupuk dasar organik di awal tanam) menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 31. 225.228,79, Net B/C sebesar 1,27, IRR sebesar 27,07 persen dan payback periode selama 3 tahun 2 bulan 25 hari. Analisis finansial usahatani pepaya pola II (15 kg pupuk dasar organik di awal tanam) menunjukkan nilai NPV sebesar Rp

(45)

value kedua tipe usahatani tersebut, perubahan terhadap penurunan penjualan dan penurunan harga jual pepaya memiliki pengaruh paling besar di antara kondisi lainnya terhadap kelayakan usaha.

Perbandingan kelayakan finansial usaha menunjukkan bahwa dari dua jenis usaha, usahatani pola I merupakan usaha yang lebih layak diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari kriteria kelayakan finansial dari usahatani pola I yang memiliki nilai lebih baik. Pola usaha II merupakan pola usaha yang paling sensitif terhadap perubahan. Berdasarkan switching value dapat disimpulkan bahwa perubahan harga jual dan tingkat penjualan adalah perubahan yang paling sensitif terhadap kelayakan finansial kedua pola usaha. Dangan kata lain, berdasarkan analisis switching value, pola usaha yang paling menguntungkan untuk diusahakan dan memiliki tingkat sensitivitas yang kecil terhadap perubahan adalah pola usaha I.

(46)

Rp 90.959.905. Nilai R/C atas biaya total yang diperoleh adalah 3.59 dan nilai R/C atas biaya tunai adalah sebesar 4.05.

Pendapatan usahatani pepaya california juga dikelompokkan berdasarkan skala usaha, yaitu: skala usaha kecil (luas lahan < 1 hektar), skala usaha menengah (luas lahan 1 sampai < 2 hektar) dan skala usaha besar (luas lahan > 2 hektar). Luas lahan rata-rata yang dimiliki petani skala kecil adalah 0,35 hektar, petani skala menengah 1,15 hektar, dan skala besar adalah 2,5 hektar. Dari hasil analisis R/C diketahui bahwa petani responden skala menengah memiliki nilai R/C yang lebih besar, yaitu R/C atas biaya tunai sebesar 5,66 dan R/C atas total biaya sebesar 4,86.

Perhitungan pendapatan responden berdasarkan luas lahan tersebut juga dikonversikan ke dalam luasan satu hektar dengan tujuan untuk melihat faktor faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani tersebut untuk luasan per hektar. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R/C atas biaya tunai dan nilai R/C atas total biaya yang diterima oleh petani skala menengah juga lebih besar dibandingkan petani skala besar dan petani skala kecil (untuk luasan 1 ha). Petani skala menengah memperoleh nilai R/C atas biaya tunai sebesar 5,66 dan nilai R/C atas total biaya sebesar 4,86, petani skala besar memperoleh nilai R/C atas biaya tunai sebesar 3,58 dan nilai R/C atas total biaya sebesar 3,15,

(47)

luasan tersebut, jumlah tanaman yang lebih efisien untuk diusahakan adalah sebanyak 1.587 pohon dengan jarak tanam 2 m x 2,5 m.

Berdasarkan keseluruhan nilai R/C yang diperoleh petani responden (nilai R/C > 1), dapat dikatakan bahwa kegiatan usahatani pepaya California sangatlah

menguntungkan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani responden di Desa Cimande dan Desa Lemah Duhur adalah: luas lahan, jumlah tanaman per hektar, jarak tanam, penggunaan bibit, penggunaan pupuk kompos, penggunaan pupuk NPK dan penggunaan tenaga kerja luar keluarga (TKLK).

C. Kerangka Pemikiran

Sebagai buah segar, pepaya relatif disukai semua lapisan masyarakat karena cita rasanya yang enak, serta kaya vitamin A, B dan C yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Semakin meningkat kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi buah pepaya mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap papaya sehingga jumlah produksi pepaya juga harus ditingkatkan.

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi pepaya adalah dengan teknik

budidaya yang tepat. Penanganan yang baik mulai dari prapanen, masa panen dan pascapanen sangat diperlukan agar pepaya yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Salah satu jenis pepaya yang saat ini digemari oleh petani untuk

(48)

tersebut. Salah satu tempat kegiatan bisnis budidaya pepaya california di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Lampung Selatan.

Pepaya california adalah varietas pepaya baru yang memiliki keunggulan

tersendiri. Rasa buah yang lebih manis, daya tahan lebih lama, dan biasa dipanen lebih cepat dibandingkan pepaya varietas lain (umur produksi lebih cepat)

menjadikan petani berminat untuk membudidayakannya. Di samping itu, harga jual yang lebih tinggi meningkatkan gairah dan keinginan petani untuk

mengusahakan pepaya tersebut, agar keuntungan yang diperoleh dapat semakin meningkat. Kegiatan utama pada pepaya california adalah proses produksi. Suatu proses produksi membutuhkan pengorbanan yang biasa disebut dengan biaya. Biaya-biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead (sewa lahan, dll). Komponen biaya produksi akan

mempengaruhi pembentukan harga pokok produksi, karena harga pokok produksi ditentukan faktor produksi, seperti lahan, tenaga kerja, benih, pupuk, dan

pestisida.

Penerimaan pepaya california didapat dari hasil produksi dikali dengan harganya yang diterima oleh petani. Setelah penerimaan diketahui barulah didapat

pendapatan, yaitu seluruh penerimaan dikurangi dengan seluruh biaya-biaya. Pendapatan bersih atau keuntungan akan menjadi lebih besar apabila pengusaha dapat menekan biaya produksi yang diimbangi dengan produksi yang tinggi serta harga jual produk yang tinggi pula. Apabila pendapatan usahatani pepaya

(49)

Menurut Kadariah (2001), kelayakan usaha akan dilihat dari analisis finansial jangka panjang, antara lain Net Present Value (NPV) yang mempunyai nilai lebih besar dari nol, IRR bernilai lebih besar dari discount factor (IRR > i), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Rasio) yang mempunyai nilai lebih besar dari satu, payback period, yaitudi masa

(50)

Gambar 1. Paradigma analisis penentuan harga pokok produksi dan kelayakan finansial usahatani pepaya california (Carica papaya) di Kabupaten Lampung Selatan, 2013

Internal Rate of Return (IRR)

Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C)

Tidak layak Layak

(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang digunakan untuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Dalam penelitian ini akan dijelaskan konsep dasar dan definisi operasional dari aspek atau faktor-faktor yang akan menentukan hasil analisis

Usahatani pepaya california adalah kegiatan menanam dan mengelola tanaman pepaya california untuk menghasilkan produksi, sebagai sumber utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

Produksi pepaya california adalah buah tanaman pepaya california yang dihasilkan oleh petani dalam satu kali musim tanam tanaman pepaya california, dan dihitung dalam satuan kilogram (kg).

(52)

Penerimaan adalah nilai hasil yang diterima oleh produsen yang dihitung dari perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga pepaya california di tingkat petani selama proses tanam, yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Pendapatan usahatani pepaya california adalah penerimaan dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Harga pokok produksi (HPP) pada hakikatnya adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi. Harga pokok produksi digunakan sebagai penentu harga jual, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya overhead adalah biaya yang dikeluarkan petani pepaya california di luar biaya produksi, dalam penelitian ini antara lain biaya yang dikeluarkan adalah: biaya listrik, biaya telepon, biaya pajak, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Proyek pepaya california adalah suatu usahatani pepaya california yang

menggunakan modal/faktor produksi yang diharapkan memberikan manfaat (benefit) setelah suatu jangka waktu tertentu.

Analisis finansial adalah analisis yang didasarkan pada perbandingan atau rasio manfaat yang akan diperoleh (benefit) dan biaya (cost) yang akan

dikorbankan untuk melihat layak atau tidaknya usaha tersebut dilaksanakan.

(53)

analisis discounted terdiri dari perhitungan nilai tunai bersih atau Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR).

Harga produk (output) adalah harga pepaya california yang diterima oleh petani dan diukur dalam satuan rupiah/kg (Rp/kg).

Biaya adalah jumlah seluruh nilai yang dikorbankan untuk usahatani pepaya california selama umur ekonomis usahatani, dan diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya total adalah seluruh biaya, meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan karena dipakainya faktor-faktor produksi dalam proses produksi dan diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya tetap adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usahatani pepaya california yang jumlahnya tetap dan tidak bergantung pada skala produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya variabel adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usahatani pepaya california yang besar kecilnya tergantung dari skala produksi dan diukur dalam satuan rupiah (Rp).

(54)

Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja, baik dari dalam maupun luar keluarga, yang digunakan untuk proses produksi, yang diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK). HOK dihitung dengan cara jam kerja aktual dibagi jam kerja efektif (8 jam) dikali dengan banyaknya tenaga kerja (orang) yang bekerja.

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan investasi usahatani pepaya california, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun penggunaan alat, terhitung sejak tahun pembelian sampai alat tersebut tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam satuan tahun (thn).

Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih saat ini, merupakan metode yang menghitung manfaat atau penerimaan dan biaya atau pengeluarandalam nilai bersih saat ini, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek, atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol, diukur dalam satuan persen (%)

(55)

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara penerimaan manfaat bruto dari suatu investasi dengan biaya bruto yang telah dikeluarkan, diukur dalam satuan persen (%).

Payback Period atau periode kembali modal adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi proyek, diukur dalam satuan tahun (thn).

Discount Factor adalah suatu bilangan yang lebih kecil dari satu yang dapat dipakai untuk mengalikan atau mengurangi suatu jumah di waktu yang akan datang, sehingga dapat diketahui berapa nilainya saat ini, diukur dalam satuan persen (%). Dalam perhitungan kelayakan finansial, discount factor hanya digunakan sebagai acuan pengukuran IRR.

Analisis sensitivitas adalah suatu perhitungan yang bertujuan melihat kepekaan suatu proyek terhadap suatu perubahan atau kesalahan dalam perhitungan manfaat dan biaya.

B. Batasan Penelitian

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Responden di lokasi penelitian adalah pemilik usahatani pepaya california. 2. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2013.

(56)

4. Umur ekonomis investasi/ usaha yang digunakan adalah 10 tahun, karena sesuai dengan umur ekonomis peralatan yaitu mesin air.

5. Suku bunga yang dijadikan dasar dalam perhitungan analisis kelayakan adalah suku bunga maksimal Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar 14%.

6. Skenario sensitivitas terdiri dari:

a. Penurunan harga jual sebesar 5%, didapatkan dari persentase fluktuasi harga pepaya califronia, dengan asumsi semakin bertambah jumlah petani pepaya california menyebabkan produk yang ditawarkan semakin

bertambah, sehinggaharga jual produk menjadi turun.

b. Kenaikan biaya produksi sebesar 5,47%, didapat dari nilai rata-rata tingkat inflasi Bank Indonesia (BI) pada tahun 2013.

c. Penurunan jumlah produksi sebesar 17%, didapat dari produksi pepaya california di daerah penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dengan para petani pepaya california di lokasi penelitian, produksi turun karena musim panas yang berkepanjangan.

C. Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah sentra produksi pepaya california di Lampung. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kalianda, Bakauheni, dan Pematang Pasir, dengan

(57)

Lampung Selatan terdapat 20 petani yang mengusahakan pepaya california. Menurut Arikunto (2002), apabila populasi penelitian kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah semua petani yang

mengusahakan usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan, yang berjumlah 20 orang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2013.

D. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan dengan metode survei dan pengamatan langsung di lapang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dari hasil wawancara dengan petani (responden) yang dibantu

penggunaan kuesioner (daftar pertanyaan) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga/instansi terkait, laporan-laporan, publikasi, dan pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

E. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder, dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk deskriptif tabulasi serta diolah dengan bantuan kalkulator dan komputer.

1. Harga Pokok Produksi

(58)

Tabel 6. Perhitungan harga pokok produksi usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan, 2013

No Keterangan/Uraian Nilai

(Rp)

1 Biaya tetap: A

-Biaya investasi a1

-Biaya listrik (Rp/th) a2

-Biaya pajak lahan pertanian (Rp/th) a3

2 Biaya variabel: B

-Pupuk kandang (Rp/kg) b1

-Pupuk kimia (Rp/kg) b2

-Pestisida (Rp/kg) b3

-Biaya tenaga kerja (Rp) b4

3 Total Biaya (C) (Rp) c= (a+b)

4 Output (Produksi) (kg) D

5 Rata-rata harga pepaya california E

5 Penerimaan (R) (Rp) f= (dxe)

6 HPP (Rp/kg) g=c/d

7 R/C h=f/c

Sumber: Mulyadi, 1991 (direvisi)

2. Kelayakan finansial

Untuk menjawab tujuan penelitian kedua, maka digunakan analisis finansial dengan beberapa kriteria, yaitu:

a. Net Present Value (NPV)

Perhitungan Net Present Value merupakan net benefit yang telah didiskon dengan Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) sebagai discount factor.

Rumus dari Net Present Value adalah :

(59)

di mana :

Kriteria pengukuran adalah jika:

(1) NPV > 0, maka investasi dikatakan layak (feasible)

(2) NPV < 0, maka investasi dikatakan tidak layak (no feasible) (3) NPV = 0, maka investasi berada pada posisi Break Event Point

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. IRR dihitung dengan menggunakan rumus:

2 1

i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1

(60)

Kriteria pengukuran adalah jika:

(1) IRR > i, maka investasi dinyatakan layak (feasible)

(2) IRR < i, maka investasi dinyatakan tidak layak (unfeasible)

(3) IRR = i, maka investasi berada pada posisi break event point (BEP)

c. Net Benefit Cost Ratio B/C

Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit yang telah didiscount positif dengan net benefit yang telah didiscount negatif. Net B/C dapat dirumuskan sebagai:

 

Kriteria pengukuran adalah jika:

(1) Net B/C > 1, maka investasi dikatakan layak (feasible)

(2) Net B/C < 1, maka investasi dikatakan tidak layak (un feasible)

(61)

d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara

penerimaan manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan. Gross B/C dapat dirumuskan:

 

Kriteria pengukuran adalah, jika:

(1) Gross B/C > 1, maka investasi dikatakan layak (feasible)

(2) Gross B/C < 1, maka investasi dikatakan tidak layak (no feasible) (3) Gross B/C = 1, maka investasi berada pada posisi Break Event Point

e. Payback Period

Payback Period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari proyek. Payback Period dihitung dengan menggunakan rumus sebagai:

(62)

di mana:

Pp = Payback periode I0 = Investasi awal

Ab = Manfaat (benefit) yang diperoleh setiap periode

Kriteria pengambilan keputusannya adalah:

(1) Jika Payback period < umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut layak untuk dijalankan

(2) Jika Payback period > umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan

f. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas adalah suatu kegiatan menganalisis kembali suatu proyek untuk melihat apakah yang akan terjadi pada proyek tersebut bila suatu proyek tidak berjalan sesuai rencana. Analisis sensitivitas mencoba melihat realisasi suatu proyek yang didasarkan pada kenyataan bahwa proyeksi suatu rencana proyek sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur ketidakpastian di masa mendatang (Gittinger, 1993). Dalam penelitian ini, analisis untuk melihat perubahan yang terjadi pada tingkat penerimaan dan biaya yang mempengaruhi kondisi kelayakan usahatani pepaya california disebut sebagai laju kepekaan dan dirumuskan

(63)

di mana:

1

X = NPV atau IRR atau Net B/C ratio atau PP setelah terjadi perubahan

0

X = NPV atau IRR atau Net B/C ratio atau PP sebelum terjadi perubahan X = rata-rata perubahan NPV atau IRR atau Net B/C ratio atau PP

1

Y = harga jual/biaya produksi/produksi setelah terjadi perubahan

0

Y = harga jual/biaya produksi/produksi sebelum terjadi perubahan Y = rata-rata perubahan harga jual/biaya produksi/produksi

Kriteria kepekaan adalah:

(1) Jika laju kepekaan > 1, maka hasil kegiatan usaha atau proyek peka (sensitif) terhadap perubahan yang terjadi.

(64)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan

Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pada bab VI pasal 18 disebutkan bahwa pembagian daerah di Indonesia atas daerah besar dan kecil. Bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang serta memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam Sistem Pemerintahan Negara dan Hak-hak Asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa sebagai realisasi dari pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, lahirlah Undang-Undang Nomor 1 tahun 1945 (BPS Lampung Selatan, 2012)

(65)

1. Propinsi Daerah Tingkat I

2. Kabupaten/Kotamadya (Kota Besar) Daerah Tingkat II 3. Desa (Kota Kecil) Daerah Tingkat III.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 tahun 1948, maka lahirlah Provinsi Sumatera Selatan dengan Perpu Nomor 3 tanggal 14 Agustus 1950, yang dituangkan dalam Perda Sumatera Selatan Nomor 6 tahun 1950. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1950 tentang Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah untuk Daerah Provinsi,

Kabupaten, Kota Besar dan Kota Kecil, maka keluarlah Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 6 tahun 1950 tentang Pembentukan DPRD Kabupaten di seluruh Provinsi Sumatera Selatan (BPS Lampung Selatan, 2012)

Perkembangan selanjutnya adalah guna lebih terarahnya pemberian otonomi kepada daerah bawahannya, selanjutnya diatur dengan Undang-Undang Darurat Nomor 4 tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten, dalam lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Selatan terdapat14 Kabupaten, di antaranya Kabupaten Lampung Selatan beserta DPRD-nya dan 7 (tujuh) buah Dinas Otonom. Untuk penyempurnaan lebih lanjut tentang struktur pemerintahan kabupaten, lahirlah Undang Nomor 1 tahun 1957 yang tidak jauh berbeda dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948. Dalam Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 1 tahun 1957 dikenal adanya sistem otonomi riil, yaitu pemberian otonomi termasuk

medebewind. Kemudian untuk lebih sempurnanya sistem pemerintahan daerah, lahirlah Undang-Undang Nomor 18 tahun 1965 tentang Pokok-pokok

(66)

1. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948; 3. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1957; 4. Penpres Nomor 6 tahun 1959;

5. Penpres Nomor 5 tahun 1960.

Selanjutnya, karena Undang-Undang Nomor 18 tahun 1965 dimaksud sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman, maka Undang-Undang Nomor 18 tahun 1965 ditinjau kembali. Sebagai penyempurnaan, lahirlah Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, yang sifatnya lebih luas dari Undang-Undang Nomor 18 tahun 1965. Undang-undang ini tidak hanya mengatur tentang pemerintahan saja, tetapi lebih luas dari itu, termasuk dinas-dinas vertikal (aparat pusat di daerah) diatur pula di dalamnya.

Selain itu, Undang Nomor 5 tahun 1974 diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang kemudian disempurnakan oleh Undang-Undang Nomor 32 tahun 2008.

Undang-undang Nomor 32 tahun 2008 lebih jelas dan tegas menyatakan bahwa prinsip yang dipakai bukan lagi otonomi riil dan seluas-luasnya, tetapi otonomi nyata dan bertanggung jawab serta bertujuan untuk memberikan otonomi kepada daerah untuk meningkatkan pembinaan kestabilan politik dan kesatuan

(67)

B. Keadaan Geografis

Kabupaten Lampung Selatan merupakan daerah tropis, dengan curah hujan rata-rata pada tahun 2011 tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu mencapai 411,6 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus 0 mm. Rata-rata temperaturnya berselang antara21,0 0 C sampai 34,3 0 C, sedangkan kelembaban udara relatif berkisar antara 42,00 C sampai 94,0 0 C (BPS Lampung Selatan, 2012)

Menurut (BPS Lampung Selatan, 2012), Kabupaten Lampung Selatan mempunyai luas wilayah 2.007,01 Km2 terdiri dari 17 kecamatan. Sebagian wilayah

Kabupaten Lampung Selatan merupakan areal persawahan dengan luas 455,75 Km2 (20,71 persen). Jenis penggunaan lahan sawah yang terbanyak adalah tadah hujan, sedangkan jenis penggunaan lahan bukan sawah yang terbanyak adalah tegal atau kebun. Penggunaan tanah di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran luas Kabupaten Lampung Selatan dirinci menurut penggunannya (dalam hektar), 2010

No Penggunaan Tanah Luas

(ha)

(68)

Menurut BPS Lampung Selatan ( 2012) jenis tanah di Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari:

a. Tanah Latosal

Jenis tanah latosol paling banyak terdapat di wilayah Kabupaten Lampung Selatan, hampir menutupi seluruh wilayah Barat dan sebagian besar dari bagian Tengah. Tanah latosal berwarna coklat tua sampai kemerahmerahan adalah hasil pelapukan bahan induk komplek turfinmedier.

b. Tanah Podsolid

Jenis tanah podsolid adalah hasil pelapukan dari bahan induk turfazam sedimen batuan plotonik yang bersifat asam, tersebar pada wilayah yang bertopografis berbukit sampai bergunung. Tanah podsolid berwarna merah kuning, juga terdapat di daerah yang tersebar pada wilayah bagian utara Kabupaten Lampung Selatan.

c. Tanah Andosal

Jenis tanah andosal adalah pelapukan dari bahan induk komplek turfinmedier dan basah, berwarna coklat sampai coklat kuning. Penyebarannya terdapat pada daerah bertopografis bergelombang sampai bergunung. Jenis tanah andosal tidak begitu banyak di wilayah Kabupaten Lampung Selatan.

d. Tanah Hidromorf

(69)

e. Tanah Alluvial

Jenis tanah alluvial adalah hasil pelapukan dari bahan induk endapan marine atau endapan sungai-sungai, terdapat pada daerah dengan bentuk wilayah datar, tersebar di daerah pantai bagian Timur.

Jenis tanah Latosal baik untuk pertumbuhan pepaya california karena jenis tanah ini memiliki pengeringan dan aerasi yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa lahan dan iklim Kabupaten Lampung Selatan sesuai untuk budidaya pepaya california, sehingga pasokan untuk pemasaran pepaya california cukup tinggi.

Wilayah administrasi Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas-batas di: sebelah Utara : dengan wilayah Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung

Timur,

sebelah Selatan : dengan Selat Sunda,

sebelah Barat : dengan wilayah Kabupaten Pesawaran, sebelah Timur : dengan Laut Jawa.

Posisi Lampung Selatan sangat strategis sebagai penghubung Pulau Sumatera dan Pulau Jawa sekaligus sebagai pintu gerbang, memberikan peluang besar untuk menjadi pusat pertumbuhan baru. Wilayah Lampung Selatan dilewati dua jalur jalan lintas Sumatera (Tengah dan Timur), terdapat pelabuhan penyeberangan Bakauheni dan Pelabuhan Ketapang, bandar udara (Branti), dan kawasan industri (Tanjung Bintang dan Sumur). Jarak pelabuhan Bakauheni ke pelabuhan Merak yang berada di Pulau Jawa adalah + 30 km, dengan waktu tempuh kapal

(70)

berdekatan dengan Pulau Jawa, khususnya Jakarta, di mana intensitas permintaan pepaya california di Jakarta cukup tinggi (BPS Lampung Selatan, 2012)

C. Topografi

Menurut BPS Lampung Selatan (2012) dari segi geologi daerah Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:

a. Sebagian besar berbatuan endesit, ditutupi turfazam. Batuan endapan meluas ke Timur sampai sekitar jalan kereta api arah menuju Kotabumi, keadaan tanah bergelombang sampai berbukit.

b. Pegunungan vulkanis muda.

c. Daratan bagian timur yang termasuk wilayah Kabupaten Lampung Selatan tidak begitu luas, berbatuan endesit ditutupi turfazam.

d. Dataran alluvial berawa-rawa dengan pohon bakau.

Di wilayah Kabupaten Lampung Selatan terdapat beberapa sungai yang Penting, antara lain: Way Sekampung, Way Jelai, Way Ketibung, Way Pisang dan Way Gatal. Pada umumnya, sungai-sungai tersebut dimanfaatkan untuk mengairi sawah irigasi dengan pembuatan dam-dam.

D. Klimatologi

(71)

tidak terasa adanya musim peralihan (pancaroba) antara musim kemarau dan musim hujan.

E. Penduduk

Proyeksi penduduk Lampung Selatan tahun 2011 berjumlah 922.397 jiwa, yang terdiri dari 476.053 jiwa laki-laki dan 446.344 perempuan. Sex ratio penduduk atau perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan adalah 106,66 yang berarti bahwa setiap 100 jiwa perempuan terdapat 106 laki-laki. Penyebaran jumlah penduduk Lampung Selatan menurut umur pada Tahun 2011, dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan menurut umur, tahun 2011

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan, 2012

Gambar

Tabel 1.  Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha (jutaan rupiah), tahun 2010-2012
Tabel 2.  Produk Domestik Regional Bruto Lampung Selatan atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha (jutaan rupiah), tahun 2008-2010
Tabel 3. Produksi buah-buahan utama menurut kabupaten/kota dan jenis buah di Provinsi  Lampung (ton), tahun 2011
Tabel 4.  Keunggulan dan kekurangan pepaya california
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Jamilah &amp; Fanani (2007) menunjukkan bahwa gender dan kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap audit judgment yang dilakukan

Hasilnya menunjukkan meskipun terdapat banyak konten acara dalam Halal Expo Japan namun bila dicermati secara lebih mendalam dan kritis dapat terlihat baik konten- konten

Secara otomatis komutator membalik hubungan antara angker dinamo dan catu daya DC sehingga konduktor berputar pada arah yang tepat terhadap medan magnet,

aaaaaHarrisson (1960) menyarankan sembilan langkah penting dalam merawat bayi orangutan di penangkaran eksitu: 1) jauh dari tanah; 2) mampu meraih dan menggapai

Konsumsi ransum pada R4 lebih rendah daripada R3 disebabkan karena R4 kandungan energinya paling tinggi sehingga kelinci yang diberi ran - sum R4 makan lebih sedikit dari R3

Thalassia hemprichii yang memiliki kepadatan tertinggi di lokasi penelitian disebabkan karena peluang ditemukannya jenis ini lebih banyak dan jenis substrat yang

Dari hasil peneliotian yang dilakukan terhadap 10 sampel air kolam renang lumban tirta jalan POM IX Palembang, maka ditemukan jamur golongan Dermatofita spesies