• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LIMBAH KANDANG DAN NILAI EKONOMI DALAM USAHATANI HORTIKULTURA DI LAHAN PASIR KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN LIMBAH KANDANG DAN NILAI EKONOMI DALAM USAHATANI HORTIKULTURA DI LAHAN PASIR KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN LIMBAH KANDANG DAN NILAI

EKONOMI DALAM USAHATANI HORTIKULTURA

DI LAHAN PASIR KECAMATAN GALUR

KABUPATEN KULON PROGO

(Use of Manure and its Economic Value in Horticultur Plants on Sandy Soil

in Galur Subdistrct, Kulon Progo District)

ERNA WINARTI danS.RUSTIJARNO

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, Kotak Pos 101, Yogyakarta 55010

ABSTRACT

As agricultural land, sandy soils is marginal land, that requires conservation. One of conservation techniques for sandy soils is using manure as organic fertilizer. This study was done to asses contribution and economic value of organic waste in sandy soils at various horticulture crops. The study was undertaken from January to July 2008 in south coastal area of Galur sub district, Kulon Progo district. The results indicate that quality of organic fertilizer was good and the organic fertilizer from the manure of poultry was sufficient (266.25 t/period or 1331.25 t/year). Requirement of organic fertlzer on sandy soils was 24 t/ha/periode, while the requirement of anorganic fertilizer was 0.72 t/ha/period. Economic value of organic fertilizer was Rp. 3,120,000/ha/period (66.6%). While the inorganic fertilizer was Rp. 1,562,000 /ha/period (33,4%). High use organic fertilizer and low use of inorganic fertilizer enables the agriculture product of sandy soils is to be directed for organic product.

Key Words: Organic Waste, Sandy Soils, Horticulture

ABSTRAK

Sebagai lahan pertanian, lahan pasir merupakan lahan marjinal sehingga perlu dilakukan konservasi. Salah satu cara melakukan konservasi lahan pasir adalah dengan menggunakan limbah kandang. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi dan nilai ekonomi limbah kandang di lahan pasir pada berbagai jenis tanaman hortikultura. Pengkajian dilakukan pada bulan Januari – Juli 2008 di wilayah pesisir selatan Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo dengan menggunakan metode survey. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa kualitas pupuk organik cukup baik, pupuk organik dari limbah kandang ayam tersedia cukup besar (266,25 t/periode atau 1.331,25 t/tahun). Kebutuhan pupuk organik di lahan pasir sebesar 24 t/ha/periode tanam, sedangkan kebutuhan pupuk anorganik 0,72 t/ha/periode tanam. Nilai ekonomi pupuk organik limbah kandang ayam mencapai Rp. 3.120.000/ha/periode tanam (66,6%), sedangkan pupuk anorganik Rp. 1.562.500/ha/periode tanam (33,4%). Penggunaan pupuk organik yang sangat besar dan pupuk anorganik yang relatif rendah memungkinkan produk pertanian lahan pasir diarahkan menjadi produk organik.

Kata Kunci: Limbah Kandang, Lahan Pasir, Hortikultura

PENDAHULUAN

Luas lahan pertanian di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) termasuk di Kabupaten Kulon Progo khususnya lahan sawah cenderung menurun akibat alih fungsi ke non pertanian yang sulit dihindari dimana mencapai sekitar 250 ha/tahun (DINAS

PERTANIAN PROVINSI DIY, 2004). Oleh karena itu, peran lahan kering, khususnya lahan pasir akan semakin penting artinya sebagai salah satu faktor produksi pertanian untuk menopang ketahanan pangan maupun kehidupan sosial ekonomi penduduk yang sebagian besar bergantung pada usaha di sektor pertanian.

(2)

Dalam upaya melanjutkan pembangunan daerah, salah satu program strategis yang sedang dan akan dilakukan oleh Pemerintah DIY tertuang dalam Rencana Strategis Daerah (RENSTRADA) tahun 2004 – 2008 adalah pengembangan sistem dan usaha agribisnis (BAPPEDA PROVINSI DIY, 2003). Sejalan dengan upaya mendukung program daerah tersebut, salah satu sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan pembangunan pertanian pada tahun 2004 – 2008 adalah terwujudnya peningkatan sistem dan usaha agribisnis serta menciptakan sistem ketahanan pangan (DINAS PERTANIAN PROVINSI DIY, 2004). Berkaitan dengan ini, salah satu potensi sumberdaya lahan yang perlu dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya adalah sistem dan usaha pertanian di lahan kering yang luasnya lebih dari 184.000 ha atau sekitar 58% dari luas wilayah Provinsi DIY (318.580 ha) (BPS-PROVINSI DIY, 2002) termasuk kawasan lahan pesisir seluas lebih kurang 57.921,92 ha (RIYANTO et al., 2007) dengan luas lahan berpasir sekitar 3.300 ha di Kabupaten Kulon Progo dan Bantul.

Pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Kulon Progo mencakup pemanfaatan lahan di kawasan pesisir sepanjang pantai selatan Kulon Progo. Pemerintah daerah setempat saat ini dalam kebijakannya untuk pengembangan pertanian di wilayah pesisir menetapkan perlunya sistem dan usahatani yang berwawasan agribisnis dan lingkungan. Di kawasan pesisir Kabupaten Kulon Progo usahatani tanaman dan ternak merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat. Usahatani tanaman dan ternak merupakan usahatani yang bersifat komplementer bagi masyarakat di wilayah tersebut. Usahatani tanaman selain sebagai bahan pangan juga menghasilkan produk samping berupa jerami dan hijauan pakan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Usahatani ternak selain merupakan usaha sampingan untuk menambah pendapatan keluarga dan tabungan juga mampu menghasilkan pupuk organik yang dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah termasuk di lahan pasir pantai.

Lahan pasir di sepanjang pantai selatan Kecamatan Galur dengan luas 635 ha yang berstatus Paku Alam Ground sejak tahun 1983 telah dimanfaatkan masyarakat di wilayah

sekitarnya (RUSTIJARNO et al., 2006) dan merupakan lahan beting pasir yang berdasar klasifikasi tanah termasuk ordo Entisris, subordo Tsamments, grup Ustipsamments dan subgrup Typic Ustipsamments dan termasuk seri Parangtritis (PUSLIT TANAH dan AGROKLIMAT, 1994). Dengan klasifikasi tersebut maka lahan pasir merupakan lahan marginal untuk usaha pertanian dan kurang subur; sehingga pengelolaannya membutuhkan input teknologi pengolahan lahan/konservasi, dengan tetap memperhatikan aspek sumberdaya dan lingkungannya. Lahan pasir dalam pengelolaannya memerlukan input lebih besar dibanding lahan sawah, sehingga komoditas yang diusahakan harus komoditas yang bernilai ekonomis tinggi. Jenis tanaman hortikultura seperti cabe, bawang merah, melon dan semangka saat ini menjadi pilihan para petani di lahan pasir.

Salah satu unsur penting dalam usaha tani di lahan pasir adalah penambahan bahan organik yang cukup. Bahan organik disamping sebagai sumber nutrisi bagi tanaman juga membantu menahan air di lahan pasir yang porous. Limbah kandang merupakan sumber bahan organik yang diandalkan oleh petani lahan pasir di Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. Keberadaan kandang-kandang ayam potong di wilayah ini sangat membantu petani dalam penyediaan bahan organik. Limbah kandang berupa sekam dan kotoran ayam sangat disukai para petani, bahkan pada umumnya petani memilih limbah ayam potong dibanding limbah kandang sapi. Penggunaan limbah kadang ternak perlu dikaji seberapa besar kontribusinya dalam usaha tani hortikultura di lahan pasir ditinjau dari sisi ekonominya.

MATERI DAN METODE

Pengkajian dilaksanakan secara survai (SINGARIMBUN dan EFFENDIE, 1987) dan lokasi pengkajian ditentukan secara purposif di sentra pertanian dan peternakan lahan pasir Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo pada bulan Januari – Juli 2008. Pengumpulan data meliputi potensi dan nilai ekonomi pemanfaatan limbah kandang ayam untuk memenuhi kebutuhan bahan organik di lahan pantai, khususnya lahan pasir.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN Limbah kandang

Lahan pasir di pantai selatan Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo sebagian besar dimanfaatkan masyarakat untuk usahatani hortikultura dan peternakan. Jenis ternak yang diusahakan adalah domba, sapi dan ayam potong. Limbah kandang yang paling banyak dihasilkan adalah limbah kandang ayam potong. Jumlah kandang ayam potong pada tahun 2007 sebanyak 10 kandang dengan kapasitas antara 5.000 – 10.000 ekor/kandang, dengan kapasitas seluruh kandang 75.000 ekor. Banyaknya limbah kandang ayam potong yang berupa sekam dan kotoran ayam tergantung umur panen ayam, dari setiap 5.000 ekor dihasilkan limbah kandang antara 3 – 4 t. Limbah kandang ayam potong yang dihasilkan dalam 1 tahun, selama 5 periode pemeliharaan (35 – 40 hari/periode) sebesar 225 – 300 t. Perkembangan pada tahun 2008 menunjukkan jumlah kandang meningkat menjadi 28 kandang, jumlah ayam sebanyak 177.500 ekor dengan potensi limbah kandang sebanyak 1.331,25 t (Tabel 1).

Kualitas pupuk organik yang berasal dari limbah kandang ayam pedaging cukup baik dan mendekati kualitas yang disyaratkan seperti terlihat pada Tabel 2.

Kualitas pupuk organik dibanding dengan standar kualitas pupuk guano yaitu pupuk organik yang berasal dari kotoran kelelawar atau unggas dalam SNI 02-2871-1992, telah mendekati kualitas yang disyaratkan. Kandungan nitrogen pupuk organik dari limbah kandang ayam pedaging sebesar 3,07%, sedangkan syarat kandungan nitrogen pupuk

guano adalah 3,5%, namun kandungan pospor sebesar 1,35% masih jauh dibawah syarat minimal sebesar 10%.

Tabel 2. Kualitas pupuk organik dari limbah

kandang ayam pedaging di Kecamatan Galur Kadar nutrient (%) Pupuk organik (ayam) Syarat pupuk Guano menurut SNI Air Nitrogen Karbon C/N P2O5 13,01 3,07 19,25 6,27 1,35 Maksimum 10% Minimum 3,5% - - Minimum 10%

Pemanfaatan limbah kandang di lahan pasir

Penggunaan pupuk organik di lahan pantai mutlak diperlukan, baik sebagai pupuk dasar maupun pupuk susulan. Besarnya penggunaan pupuk organik bervariasi, tergantung jenis tanaman. Penggunaan pupuk organik pada tanaman cabe terlihat paling besar 40 t/ha dibandingkan dengan tanaman semangka, melon, bawang merah dan ketimun. Tingginya penggunaan pupuk organik pada tanaman cabe disebabkan umur tanaman cabe yang lebih lama (3 – 6 bulan) dibanding keempat tanaman lainnya, sehingga diperlukan nutrisi yang tinggi. Hal ini juga nampak pada penggunaan pupuk anorganik yang tinggi terutama jika harga jual cabe tinggi, sehingga petani terus melakukan pemupukan untuk mempertahankan tanaman tetap berproduksi. Penggunaan pupuk organik pada berbagai jenis tanaman hortikultura di lahan pasir tertera pada Tabel 3.

Tabel 1. Jumlah kandang, kapasitas dan potensi limbah kandang di Kecamatan Galur Tahun 2008

Potensi limbah Lokasi Jumlah kandang Kapasitas (ekor)

Satu periode (t) Satu tahun (t)

Trisik 10 71.500 107,25 536,25 Gupit 12 68.500 102,75 513,75 Siliran 3 23.500 35,25 176,25 Sewugalur 1 3.000 4,50 22,50 Pandowan 1 3.000 4,50 22,50 Wonopati 1 8.000 12 60 Jumlah 28 177.500 266,25 1.331,25

(4)

Tabel 3. Penggunaan pupuk organik dan anorganik pada berbagai jenis tanaman hortikultura di lahan pasir Kecamatan Galur Pupuk anorganik Jenis tanaman Pupuk organik

(t/ha) (kg/ha) NPK Phonska (kg/ha) (kg/ha) Urea (kg/ha) KCl (kg/ha) ZA (kg/ha) SP-36 Melon Semangka Cabe Bawang merah Ketimun 20 20 40 20 20 50 10 0 0 0 50 50 700 800 100 0 0 0 0 200 20 20 100 0 0 50 0 700 0 100 0 0 500 0 150

Nilai ekonomi pupuk

Biaya pupuk organik tanaman cabe adalah paling besar dibandingkan tanaman melon, semangka, bawang merah dan ketimun. Penggunaan pupuk organik pada tanaman cabe lebih banyak karena umur cabe lebih panjang dibanding tanaman lainnya. Sedangkan penggunaan pupuk organik pada tanaman melon semangka, bawang merah dan ketimun adalah sama yaitu 20 t/ha, hal ini disebabkan karena umur tanaman tersebut hampir sama yaitu sekitar 2 bulan. Biaya pembelian pupuk organik dari kelima jenis tanaman hortikultura lebih tinggi dibanding pupuk anorganik (Tabel 4). Tanaman semangka menggunakan pupuk organik dengan persentase paling besar yaitu 86,50% dari total pupuk yang digunakan.

Biaya pupuk organik pada berbagai jenis tanaman rata-rata mencapai Rp 3.120.000/ha (66,6%), sedangkan pupuk anorganik Rp 1.562.500/ha (33,4%). Biaya yang dikeluarkan cukup besar untuk pembelian pupuk organik

disebabkan petani menganggap kualitas pupuk organik lebih baik dan bersifat slow release sehingga dapat menyediakan unsur hara dalam waktu lama, meningkatkan kemampuan menyimpan air, memudahkan dalam pengolahan lahan dan mampu menahan limpasan air hujan. Hal ini sesuai dengan pendapat SUMIATI dan SUMARNI (1994) bahwa penggunaan pupuk organik ternyata mampu: (a) mengurangi limpasan aliran air permukaan sehingga memperkecil tingkat erosivitas, (b) melindungi tanah terhadap pukulan butir air hujan, (c) meningkatkan kapasitas infiltrasi air ke dalam tanah, (d) meningkatkan kapasitas penyanggaan air oleh tanah, (e) memperbaiki aerasi tanah/meningkatkan jumlah pori makro, (f) meningkatkan kemantapan agregat tanah, (g) memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi remah, dan (h) meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah. Dengan kondisi seperti ini maka produktivitas tanaman menjadi lebih baik.

Tabel 4. Biaya pupuk organik pada berbagai jenis tanaman hortikultura di lahan pasir Kecamatan Galur

Pupuk anorganik Jenis tanaman Pupuk

organik

(Rp/ha) (Rp/ha) NPK Phonska (Rp/ha) (Rp/ha) Urea (Rp/ha) KCl (Rp/ha) ZA SP (Rp/ha) Melon Semangka Cabe Bwg. merah Ketimun 2.600.000 2.600.000 5.200.000 2.600.000 2.600.000 600.000 120.000 0 0 0 85.000 85.000 1.190.000 1.360.000 170.000 0 0 0 0 240.000 200.000 200.000 1.000.000 0 0 52.500 0 735.000 0 105.000 0 0 800.000 0 240.000 Jumlah (Rp/ha) 15.600.000 7.812.500

(5)

Tabel 5. Kebutuhan pupuk organik dan anorganik di lahan pantai Kecamatan Galur satu periode tanam

Melon Semangka Cabe Bawang

merah Ketimun Jenis pupuk Lahan pasir Lahan sawah Lahan pasir Lahan sawah Lahan pasir Lahan sawah Lahan pasir Lahan pasir Lahan sawah Pupuk organik 20 t 10 t 20 t 10 t 40 t 20 t 20 t 20 t 10 t NPK (kg) Phonska (kg) Urea (kg) KCl (kg) ZA (kg) SP (kg) 50 50 0 20 50 0 250 250 0 50 50 0 10 50 0 20 0 0 250 250 0 0 100 0 0 700 0 100 700 500 0 1.000 0 50 500 500 0 800 0 0 0 0 0 100 200 0 100 150 0 250 250 0 100 250 Total pupuk anorganik (kg) 170 600 80 600 2.000 2.050 800 550 850

Kebutuhan pupuk organik dan anorganik di lahan pantai Kecamatan Galur pada tipe agroekosistem yang berbeda selama satu periode tanam tercantum dalam Tabel 5. Kebutuhan pupuk organik di lahan pantai Kecamatan Galur pada lahan pasir lebih besar dibandingkan lahan sawah. Kebutuhan pupuk organik rata-rata di lahan pasir mencapai 24 t/ha, sedangkan kebutuhan lahan sawah rata-rata 12,5 t/ha. Sebalikanya, kebutuhan pupuk anorganik di lahan pasir lebih rendah dibanding lahan sawah, yaitu lahan pasir pasir sebesar 0,720 t/ha dan di lahan sawah sebesar 1,025 t/ha.

Penggunaan pupuk organik yang sangat besar dan pupuk anorganik yang relatif rendah memungkinkan produk pertanian lahan pasir diarahkan menjadi produk organik. Hal ini sesuai pendapat SUPARYONO dan SOEHARSONO (2002) bahwa pupuk organik yang kandungan unsurnya lebih lengkap bila digunakan terus menerus dengan dosis yang optimal mampu meningkatkan produktivitas tanaman dan melestarikan lingkungan. Pertanian organik sebagai sistem pertanian masa depan yang ramah lingkungan, dengan mengutamakan pemberdayaan alam, bernilai ekonomis dan bersifat kemasyarakatan (sosial) merupakan salah satu solusi guna menghadapi tuntutan konsumen akan pangan yang sehat.

KESIMPULAN

Potensi pupuk organik dari limbah kandang ayam di lahan pasir Kecamatan Galur cukup besar (266,25 t/periode atau 1.331,25 t/tahun), dengan kebutuhan pupuk organik di lahan pasir sebesar 24 t/ha/periode tanam maka luas lahan pasir sebesar 635 ha masih kekurangan pupuk organik, sedangkan kebutuhan pupuk anorganik mencapai 0,72 t/ha/periode tanam. Nilai ekonomi pupuk organik limbah kandang ayam mencapai Rp. 3.120.000/ha/periode tanam (66,6%), sedangkan pupuk anorganik Rp. 1.562.500/ha/ periode tanam (33,4%). Penggunaan pupuk organik yang sangat besar dan pupuk anorganik yang relatif rendah memungkinkan produk pertanian lahan pasir diarahkan menjadi produk organik.

DAFTAR PUSTAKA

BAPPEDA-PROVINSI DIY. 2003. Rencana Strategis Daerah (RENSTRADA) Provinsi DIY Tahun 2004-2008. Perda Provinsi DIY Nomor 6 Tahun 2003. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

BPS-PROVINSI DIY. 2002. Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2002. Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

(6)

DINAS PERTANIAN PROVINSI DIY. 2004. Renstra Tahun 2004-2008 (Draft). Dinas Pertanian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). PUSLITTANAK DAN AGROKLIMAT. 1994. Survey

Tanah Detail di Sebagian Wilayah DIY (Skala 1 : 50.000) Proyek LREP II Part C. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. RIYANTO, D.,SOEHARSONO dan KTRIWIDYASTUTI.

2007. Pemberdayaan Lahan Pasir Pantai Selatan dalam Mendukung Usaha Agribisnis Hortikultura di Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kulonprogo. Prosiding Lokakarya Nasional Pengembangan Sistem Agribisnis di Pedesaan. LPM UGM bekerjasama dengan Bappeda Kabupaten Kulon Progo-BPTP Yogyakarta.

RUSTIJARNO, S., SOEHARSONO dan K. TRIWIDYASTUTI. 2006. Pengembangan Usaha Peternakan di Kawasan Pesisir Selatan Kabupaten Kulon Progo. Pros. Seminar Nasional Pengembangan Usahatani Berwawasan Agribisnis di Pedesaan. BBP2TP bekerjasama dengan LIPI dan BPTP Yogyakarta.

SINGARIMBUN, M. dan S. EFFENDI. 1987. Metode Penelitian Survai. LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial), Jakarta.

SUPARYONO dan SOEHARSONO. 2002. Peran Badan Litbang Pertanian dalam Penyiapan Teknologi Terapan Untuk Usahatani Ternak Sapi Potong. Pros: Lokakarya SIP-1. Strategi dan Teknologi Sistem Integrasi Padi-Ternak. Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

SUMIATI, E. dan N. SUMARNI. 1994. Respon Tanaman Broccoli (Brassica oleracea Var.

Italica) Terhadap Pemberian Pupuk Organik,

Pupuk Pelengkap Cair Elko dan Pupuk NPK. Buletin Penelitian Hortikultura Vol XXVI No.3. ISSN 0126-1436. Balai Penelitian Hortikultura, Lembang.

Gambar

Tabel 1.  Jumlah kandang, kapasitas dan potensi limbah kandang di Kecamatan Galur Tahun 2008  Potensi limbah  Lokasi  Jumlah kandang  Kapasitas (ekor)
Tabel 4. Biaya pupuk organik pada berbagai jenis tanaman hortikultura di lahan pasir Kecamatan Galur  Pupuk anorganik
Tabel 5. Kebutuhan pupuk organik dan anorganik di lahan pantai Kecamatan Galur satu periode tanam

Referensi

Dokumen terkait

2) Sampai saat ini setelah 3 tahun berjalannya program penanggulangan pengangguran, dari pihak Karang Taruna “Eka Taruna Bhakti” belum dilakukan pemberian kredit

Sedangkan penelitian yang penulis lakukan ialah mengenai kriteria memilih calon istri menurut para remaja, apa yang menjadi kriteria utama mereka, alasan pemikiran mereka dalam

Penelitian dilakukan di TK Mentari Cipondoh. Lokasinya sangat strategis karena berada di daerah perkotaan dan berdekatan dengan lembaga sekolah lainnya yaitu di

Salah satu tuntutan keberhasilan mahasiswa dalam belajar di perguruan tinggi adalah memiliki sikap positif terhadap dosen karena hal ini akan mendorong mahasiswa untuk

Pada penelitian ini terlihat jelas bahwa terdapat pengaruh signifikan antara komunikasi interpersonal mahasiswa dan dosen pembimbing skripsi terhadap gejala stres mahasiswa

Maka melalui penelitian ini diharapkan dapat melihat seberapa besar pengaruh dari faktor kesadaran merek, harga, dan juga promosi terhadap keputusan pembelian

Dengan memiliki geran tanah sama ada secara individu atau berkumpulan, pemilik akan dapat kepastian serta perlindungan undang-undang dan mencegah berlakunya konflik

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui padat tebar terbaik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup dalam pemeliharaan Ikan Bawal Air Tawar adalah perlakuan