PE NGARUH PROB LEM BASE D LE AR NING TE RH ADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA
PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS KELAS VIII SMP NEGERI 35 MEDAN T A 2014/2015
Oleh : Lenra Mal au NI M 4113 111 046
Pro g ra m Studi Pen didikan Matema tik a
SKRI PS I
Dia jukan Untuk Memenuhi Sya ra t Memperol eh Gela r Sarjana Pendidikan
JURUS AN MATEMATI KA
F AK ULT AS M ATEM ATIK A D AN I LMU P EN GE TAH U AN A LA M UNI VE RSITAS NE GE RI ME DAN
ii
RIWAYAT HIDUP
Lenra Malau merupakan anak pertama dari lima bersaudara yang dilahirkan di
Lumban Sinapitu, pada tanggal 28 Februari 1993. Ayah bernama T. Malau dan Ibu
bernama L. Simarmata. Penulis memasuki sekolah pada tahun 1998 di SD 033912
Hutagambir dan lulus tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan sekolah di
SMP Negeri 2 Sidikalang dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis
melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Sidikalang dan lulus pada tahun 2010. Pada
tahun 2010 penulis melanjutkan kuliah di Politeknik Negeri Medan (POLMED)
Pada tahun 2011, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
(UNIMED) melalui jalur SNMPTN dan melanjutkan studi di Universitas Negeri
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, dan limpah kasih karunia yang diberikan kepada penulis sehingga
penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar dan dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu yang diharapkan.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Problem Based Learning terhadap
kemampuan berpikir kreatif matematika siswa pada materi prisma dan limas kelas
VIII SMP Negeri 35 Medan” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Pardomuan NJM Sinambela, S.Pd, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal
penulisan skripsi ini sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. M. Manullang, M.Pd, Ibu
Dra. Nerli Khairani M.Si dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si yang telah memberikan
masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan
skripsi ini. Tak lupa juga ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak
Drs. Yasifati Hia, M. Si, selaku dosen pembimbing akademik dan kepada seluruh
Bapak dan Ibu dosen beserta staf pegawai jurusan matematika FMIPA UNIMED
yang sudah membantu penulis. Penghargaan juga disampaikan kepada Ibu kepala
sekolah (Ibu Juniati S.Pd), guru matematika (Ibu Ratna Dewi S.Pd) dan staf
pegawai tata usaha di SMP Negeri 35 Medan yang telah banyak membantu
selama penelitian ini.
Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada Ayahanda kesayangan
T. Malau dan Ibunda kesayangan L. Simarmata, serta keempat adik kesayangan
penulis yaitu Aswin Malau, Rimpuana Malau, Christian Ari Lambok Malau, Ucok
v
perkuliahan dan telah banyak memberi kasih sayang, semangat, nasehat, dan doa
sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik.
Tak lupa juga terimakasih penulis ucapkan kepada teman seperjuangan yang
banyak membantu penulis Stepany, Silva, Mery, Jessika, Putri, Nonce, Marta,
Mai, Risda, Chrisna, Grestika, teman-teman seangkatan 2011 jurusan Matematika
mulai dari Dik A, Dik B, Dik C, Ekstensi dan NonDik, teman-teman PPLT 2014
SMA Negeri 1 Bintang Bayu Serdang Bedagai yang memberikan support kepada
penulis dan seluruh orang yang telah membantu penulis yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Tak lupa juga terimakasih buat dek Helga Nirwani dan juga keluarga dan
teman satu kos yang telah membantu penulis, Magda, Delima, Rini, Kak Ria,
Betharia, Kak Yanti, Kak Ana, Via, Desi dan seluruh orang yang telah membantu
penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini,
namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca. Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi penulis dan
pembaca dalam usaha peningkatan pendidikan di masa yang akan datang.
Medan, September 2015
Penulis
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sintaks Pengajaran ModelProblem Based Learning 37
Tabel 3.1 Matriks Sampel Penelitian 63
Tabel 3.2 Anava untuk Uji Regresi Linear dan Uji kelinieran
Model Regresi 73
Tabel 3.3 Makna Koefisien Korelasi 75
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Pretest dan Postest 77
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematika 78
Tabel 4.3 Data Pretest dan Postest pada Kelas Sampel 78
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas 80
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Varians 81
Tabel 4.6 Data Hasil Uji Keberartian Model Regresi Kelas Sampel 83
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Hasil Kerja Siswa S23 5
Gambar 1.2 Hasil Kerja Siswa S34 6
Gambar 1.3 Hasil Kerja Siswa S34 7
Gambar 1.4 Hasil Kerja Siswa S23 8
Gambar 1.5 Hasil Kerja Siswa S23 8
Gambar 1.6 Hasil Kerja Siswa S22 9
Gambar 1.7 Hasil Kerja Siswa S25 9
Gambar 2.1 Jenis-jenis Prisma 40
Gambar 2.2.Tinggi Prisma 41
Gambar 2.3 Prisma ABC.DEF 41
Gambar 2.4 Contoh bangun ruang limas 42
Gambar 2.5 Jenis-jenis limas 42
Gambar 2.6 Limas T.ABCD 43
Gambar 2.7 Limas segi banyak beraturan 44
Gambar 2.8 Diagonal bidang prisma segi lima beraturan 44
Gambar 2.9 Limas T.ABCDE 46
Gambar 2.10 Prisma PQRS.TUVW 46
Gambar 2.11 Limas T.ABCD 47
Gambar 2.12 Jaring-jaring Prisma 47
Gambar 2.13 Jaring-jaring Limas 48
Gambar 2.14 Luas Permukaan Prisma 48
Gambar 2.15 Luas Permukaan limas 50
Gambar 2.16 Prisma tegak PQRS.TUVW 51
Gambar 2.17 Prisma ABCDEF.GHIJKL 52
Gambar 2.18 Limas Segi empat 53
Gambar 2.19 Alat Peraga 54
Gambar 2.20 Kerangka Konseptual 59
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian 65
Gambar 4.2 Diagram data postest data sampel 80
Gambar 4.3 Model regresi kelas sampel 82
Gambar 4.4 Hasil kerja siswa kode S34 86
Gambar 4.5 Hasil kerja siswa kode S18 88
Gambar 4.6 Hasil kerja siswa kode S10 89
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Sampel 101
Lampiran 2. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I 132
Lampiran 3. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II 138
Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) III 146
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) IV 153
Lampiran 6 Kisi-Kisi Tes Kemampuan berpikir kreatif matematika 160
Lampiran 7. Pedoman Penskoran dan Alternatif Jawaban Tes Kemampuan 162
Berpikir Kreatif Matematika Siswa 151
Lampiran 8. Soal Pretest 166
Lampiran 9. Soal Postest 171
Lampiran 10 Tabel perhitungan validitas Pretest dan Postest (Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematika) dengan Uji Coba 175
Lampiran 11 Tabel Perhitungan Reliabilitas Pretest dan Postest
(Test Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika) dengan Uji Coba 176
Lampiran 12 Perhitungan Validitas Konstruk 177
Lampiran 13 Perhitungan Reliabilitas 179
Lampiran 14 Hasil Validitas Pretest dan Postest dari para ahli 181
Lampiran 15 Data Nilai Pretest dan Postest Kelas Sampel 187
Lampiran 16 Uji Normalitas 188
Lampiran 17 Uji Homogenitas Varians 191
Lampiran 18 Menentukan Besar Pengaruh PBL terhadap kemampuan berpikir
Kreatif siswa 193
Lampiran 19 Uji Anava 194
Lampiran 20 Uji Korelasi 201
Lampiran 21 Nilai per indikator kemampuan berpikir kreatif matematika 202
Lampiran 22 Dokumentasi penelitian 203
Lampiran 23 Tabel Peluang Kenormalan 208
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan
dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.
Munandar (2009) menyatakan tujuan pendidikan pada umumnya ialah
menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan
bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya
dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan
masyakarat. Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda
dan karena itu membutuhkan pendidikan yang berbeda. Pendidikan bertanggung
jawab untuk memandu (mengidentifikasi dan membina) serta memupuk
(meningkatkan dan mengembangkan) bakat tersebut, termasuk dari mereka yang
berbakat istimewa atau memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa(the gifted
and talented). “Anak berbakat” diartikan anak yang memiliki tingkat kecerdasan
(IQ) yang tinggi namun setelah disadari bahwa yang menentukan keberbakatan
bukan hanya intelegensi (kecerdasan) melainkan juga kreativitas dan motivasi
untuk berprestasi. Kreativitas atau kemampuan berpikir kreatif yang dikemukakan
Munandar (2009:25) adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan
baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan
untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada
sebelumnya.
Adapun kebijakan tentang pengembangan kreativitas dapat diperlihatkan
dalam tujuan pendidikan nasional, GBHN 1993 menekankan bahwa “Pendidikan
nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta
sehat jasmani dan rohani.” Selanjutnya ditekankan pula bahwa “Iklim belajar dan
kalangan masyarakat terus dikembangkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang
kreatif, inovatif, dan keinginan untuk maju.” Dalam GBHN 1993 dinyatakan
bahwa pengembangan kreativitas (daya cipta) hendaknya dimulai pada usia dini,
yaitu di lingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam
pendidikan pra-sekolah. Secara eksplisit dinyatakan pada setiap tahap
perkembangan anak dan pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan
pra-sekolah sampai di perguruan tinggi, bahwa kreativitas perlu dipupuk,
dikembangkan dan ditingkatkan, di samping mengembangkan kecerdasan dan
ciri-ciri lain yang menunjang pembangunan diri anak.
Kreativitas atau daya cipta memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam
bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya.
Berbagai penemuan-penemuan baru dan teknologi baru merupakan sumbangan
kreativitas dari masyarakat. Munandar (2009:31) menyatakan: “Secara pribadi,
maupun kelompok atau suatu bangsa, kita harus memikirkan, membentuk
cara-cara baru atau mengubah cara-cara-cara-cara lama secara-cara kreatif, agar kita dapat “survive”
dan tidak hanyut atau tenggelam dalam persaingan antarbangsa dan negara.
Lebih lanjut Munandar (2009: 31) menyatakan:
Kreativitas penting dipupuk dan dikembangkan sejak dini dalam diri anak. Alasan pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Pemikiran kreatif perlu dilatih, karena membuat anak menjadi lancar, dan luwes (fleksibel) dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan mampu melahirkan banyak gagasan. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Melalui pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas
atau kemampuan berpikir kreatif telah menjadi faktor kemajuan suatu negara,
karena dengan manusia yang kreatif diharapkan mampu mengantisipasi dan
merespon secara efektif ketidakmenentuan perubahan di dunia saat ini. Kreativitas
individu tidak lahir dengan sendirinya, tetapi dapat dilahirkan melalui
3
khususnya dalam praktik pembelajaran di kelas lebih menekankan pengembangan
kecerdasan dalam arti sempit dan kurang memberi perhatian kepada
pengembangan bakat kreatif peserta didik. Munandar (2009) mengemukakan
bahwa konsep kreativitas juga masih kurang dipahami, dan ini mempunyai
dampak terhadap cara mengasuh dan mendidik anak. Padahal kebutuhan
kemampuan berpikir kreatif tampak di semua bidang kegiatan manusia.
Munandar ( 2009:223) bahwa:
Pada beberapa kasus sekolah cenderung menghambat kreativitas, antara lain dalam upaya membantu anak merealisasikan potensinya, sering kita menggunakan cara paksaan agar mereka belajar. Penggunaan paksaan atau kekerasan tidak saja berarti bahwa kita mengancam dengan hukuman atau memaksakan aturan-aturan, tetapi juga bila kita memberikan hadiah atau pujian secara berlebih.
Demikian juga terjadi dalam matematika, dimana menurut Sisk (Munandar,
2009:150) yang menyatakan tidak jarang matematika diajarkan dengan cara yang
kaku berdasarkan buku teks, tanpa imajinasi sehingga siswa tidak memiliki
getaran jiwa berpikir secara “matematisi”.
Maka dari itu, sebagai fasilitator matematika guru harus memperhatikan
permasalahan ini, dimana matematika sangat membutuhkan kreativitas yang
menyangkut akal budi, imajinasi, estetika, dan intuisi mengenai hal-hal benar.
Sekolah yang menjadi tempat penulis melakukan penelitian adalah SMP
Negeri 35 Medan, dimana alasan penulis memilih sekolah ini karena di sekolah
tersebut belum pernah dilakukan penelitian yang mengkaji permasalahan tentang
kemampuan berpikir kreatif siswa, dan setelah melakukan observasi diperoleh
fakta yang semakin nyata bahwa kemampuan berpikir kreatif masih
dikesampingkan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini nyata dari observasi
penulis pada tanggal 5 Maret 2015 pada saat pembelajaran matematika yang
menunjukkan bahwa, selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa
cenderung kurang aktif dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru
sehingga guru harus menunjuk satu persatu siswa, dan kebanyakan siswa masih
enggan dalam mengemukakan jawabannya sehingga hal ini menunjukkan siswa
tidak lancar dalam mengemukakan jawaban, pendapat atau gagasannya
terhadap kemampuan berpikir kreatif). Salah satu penyebab hal tersebut adalah
model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat konvensional yaitu
model pembelajaran langsung. Hal ini mengakibatkan bahwa kegiatan
pembelajaran kurang menarik, tidak menantang, dan sulit untuk mencapai target
yakni menggali kreativitas siswa. Dalam pembelajaran yang berlangsung guru
bertindak sebagai pemberi informasi sedangkan siswa sebagai penerima (transfer
of knowledge). Akibatnya siswa mengalami kemalasan dan kejenuhan dalam
belajar yang mengakibatkan siswa malas berpikir. Malas berpikir ini akan
menghambat munculnya berpikir kreatif pada siswa.
Pada kesempatan itu juga (5 Maret 2015) peneliti mewawancarai seorang
guru matematika kelas VIII SMP Negeri 35 Medan yakni Ibu Ratna Dewi,
menyatakan bahwa:
“Siswa hanya mampu menyelesaikan soal-soal matematika jika soal tersebut mirip atau serupa dengan contoh soal yang baru diberikan, jika soal tersebut bervariasi atau berbeda dari contoh soal yang diberikan oleh guru maka siswa akan kesulitan untuk mengerjakan soal tersebut”.
Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas siswa dalam mengerjakan soal masih
rendah. Selain itu peneliti juga memberikan tes awal yang terdiri dari 4 soal
dengan skor maksimum 16. Tujuan dari tes awal ini adalah:
1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi
prasyarat.
2. Untuk mengetahui letak kesulitan yang dihadapi siswa pada materi
prasyarat.
3. Sebagai acuan dalam pengambilan tindakan dalam percobaan.
Penulis akan melakukan penelitian pada materi prisma dan limas. Salah satu
materi prasyarat untuk prisma dan limas adalah bangun datar. Adapun landasan
pemilihan kelas yang menjadi subjek penelitian adalah berdasarkan wawancara
dengan guru pengajar, menyatakan bahwa kemampuan siswa sama rata, hal ini
terwujud bahwa tidak ada pembagian kelas unggulan dengan kelas biasa. Diundi
dari kelas yang ada diperoleh kelas sampel yaitu VIII-3. Tes awal yang diberikan
kepada siswa kelas VIII-3 diperoleh bahwa 32 orang siswa ternyata tidak satu
10 cm D A E 1 6 cm
yang dituntut soal. H
penyelesaian yang be
berpikir kreatif siswa
Salah satu soal y
Berdasarkan hasi
terfokus mencari luas
setengah kali jumlah s
mampu memikirkan c
bisa menggunakan 4
Menjumlahkan luas
Membagi persegi pa
segitiga DEB dan seg
DEB BCD, (4)
ABCF, lalu menguran
Salah satu jawaba
gambar di bawah ini.
C
B 12 cm
Hanya beberapa siswa yang dapat menjawa
benar dan menunjukkan bahwa masih rendahn
a dalam menyelesaikan soal -soal bangun datar
l yang digunakan yaitu:
Jika suatu kebun berbentuk di samping. Hitunglah luas k cara!
asil jawaban tes yang diberikan sebagian bes
uas kebun dengan menggunakan rumus luas
h sisi sejajar kali tinggi ( jumlah sisi sejajar
cara lain untuk menyelesaikannya. Untuk men
4 cara yaitu: (1) Menggunakan rumus luas
s segitiga AED dengan luas persegi panja
panjang BCDE sehingga diperoleh dua buah
egitiga BCD, kemudian menjumlahkan luas se
4) memanipulasi trapesium menjadi sebuah p
anginya dengan seb uah segitiga AFD.
ban yang diberikan kode S23 dapat diperlihatk
Gambar 1.1 Hasil kerja siswa kode S23
5
wab dengan cara
hnya kemampuan
tar.
k seperti gambar s kebun dengan 4
esar siswa hanya
s trapesium yaitu
jar tinggi) tanpa
enyelesaikan soal
as trapesium, (2)
jang BCDE, (3)
ah segitiga yaitu
segitiga AED
persegi panjang
Dengan melihat
mengalami kesalahan
rumus trapesium, dim
diperlukan dalam me
dalam menentukan lu
memiliki hasil yang
S34.
Terlihat bahwa
dalam menentukan l
menentukan
ukuran-suatu bangun datar. U
maksimal yaitu 4 dim
yang diperoleh siswa
mengukur kelancaran
dalam menjawab soal
Untuk mengukur
(soal no.2) dimana
mengerjakan soal den
jawaban soal yang
menentukan panjang
t hasil kerja dari siswa di atas dapat diketah
an dalam menentukan luas bangun datar denga
imana siswa tidak bisa menentukan ukuran -u
enentukan luas dari suatu bangun datar. Jaw
luas bangun datar dengan cara yang berbed
g tepat dan benar. Diperlihatkan oleh hasil k
Gambar 1.2 Hasil kerja siswa kode S34
a siswa menggunakan rumus mencari luas p
luas bangun datar yang dimi nta, dan sis
-ukuran sisi yang diperlukan dalam menent
. Untuk soal no 1 ini, tidak ada siswa yang m
dimana jawaban siswa sesuai dengan permin
a kebanyakan antara 0 -2. Soal nomor satu
an dan dapat dikatakan siswa belum lancar men
al dengan pendekatan yang beranekaragam.
ur indikator berpikir kreatif kedua yai tufleksibi
a kebanyakan siswa masih mengalami k
engan sudut pandang yang benar dan mampu m
g bervariasi. Untuk menyelesaikan soal nom
ng BD, siswa harus mencarinya dari sudut
ahui siswa masih
gan menggunakan
ukuran sisi yang
waban siswa lain
eda, namun tidak
kerja siswa kode
persegi panjang
iswa belum bisa
entukan luas dari
memperoleh skor
intaan soal. Skor
u yaitu soal yang
engemukakan ide
ibilitas/keluwesan
kesulitan dalam
u memperlihatkan
omor dua, yaitu
berbeda yaitu cara pe
Namun panjang BD
memiliki hasil yang
dimisalkan oleh siswa
Contohnya sepert
G
Pada nomor 2, s
oleh kode S31 dan ko
Untuk mengukur
adalah seseorang ma
suatu soal. Untuk
mengilustrasikan pers
dan mampu menun
mengerjakan persoala
soal ini, rata-rata suda
pertama dari dan cara kedua dari
D yang dikerjakan oleh salah satu siswa ya
g sama ditinjau dari segitiga yang berbeda
wa adalah x, dan hasil x yang diperoleh tidak sa
erti yang dikerjakan oleh siswa dengan kode S3
Gambar 1.3 Hasil kerja Siswa kode S34
, skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 3
kode S34. Selain itu, siswa lain memperoleh sko
ur keterampilan elaborasi (soal no.3). Keteram
ampu memperkaya dan mengembangkan ga
k menjawab soal nomor tiga, siswa
ersoalan ke dalam suatu bangun datar yaitu seg
unjukkan apa yang ingin dicari dari soa
alan tersebut. Adapun hasil kerja siswa dala
dah benar, seperti diperlihatkan pada gambar d
7
dan .
yaitu S34, belum
da. Panjang BD
sama.
S34.
3 yang diperoleh
skor 0 -2.
rampilan elaborasi
gagasan terhadap
harus mampu
segitiga siku -siku,
oal dan mampu
lam mengerjakan
G
Namun banyak
dilakukan oleh siswa
hasil hasil akhir, seper
G
Diperlihatkan ba
Kesalahan lain yang d
permukaan tanah adal
menggunakan rumus
mampu mengembangk
Gambar 1.4 Hasil Kerja Siswa kode S23
kesalahan siswa dalam mengerjakan soal. K
a beranekaragam, diantaranya kekeliruan dala
perti yang dikerjakan kode S23.
Gambar 1.5 Hasil Kerja Siswa kode S23
bahwa siswa mengalami kesalahan menentu
dilakukan oleh siswa dalam mencari tinggi uj
dalah tidak memberikan penyelesaian secara rin
us dan tidak memahami soal dengan baik
ngkan gagasannya terhadap permasalahan yang
. Kesalahan yang
alam menentukan
tukan hasil akar.
ujung tangga dari
rinci karena salah
k sehingga tidak
G
Pada nomor tiga,
siswa yang menjawab
memahami soal pada
lainnya, namun banya
jumlah siswa yaitu 32
Untuk mengukur
no.4). Soal dimodifi
menyelesaikan soal, t
sehingga diharapkan
mereka sendiri. Nam
beberapa siswa menja
G
Gambar 1.6 Hasil Kerja Siswa kode S22
ga, skor maksimal yang diperoleh siswa adala
ab secara tepat adalah 11 ora ng. Berarti banyak
ada tahap elaborasi sudah baik dibandingka
yaknya siswa yang menjawab soal ini belum ad
32 orang.
ur indikator kemampuan berpikir k reatif yaitu
ifikasi supaya siswa bebas mengemukakan
, tanpa menghilangkan langkah-langkah yang
an siswa mampu mencari luas layang -layan
amun kebanyakan siswa tidak mengisi lemba
jawab dengan menggunakan rumus layang -lay
Gambar 1.7 Hasil Kerja Siswa kode S25
9
lah 4, banyaknya
aknya siswa yang
kan dengan yang
ada set engah dari
itu keaslian (soal
an idenya dalam
g telah ditentukan
ang dengan cara
bar jawaban dan
Cara yang digunakan kode S25 diukur dari indikator Originality (keaslian)
adalah cara yang dipakai merupakan solusi soal tetapi cara ini masih umum. Skor
maksimum untuk soal ini adalah 2, yang diperoleh siswa dengan jumlah 6 orang.
Adapun siswa lainnya tidak mengisi jawaban, dengan kata lain memperoleh skor
0. Dapat dilihat jika indikatororiginalitysiswa masih rendah.
Dengan demikian dapat dikatakan siswa masih mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tes awal sebagai tes kemampuan berpikir kreatif siswa yang
menuntut kemampuan berpikir kreatif siswa, terlihat dari jawaban siswa yang
tidak sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kreatif yang dikemukakan oleh
Munandar dan ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah.
Pembelajaran yang masih didominasi guru menyebabkan siswa cenderung
pasif dan kurang terampil dalam kegiatan belajar di kelas. Seharusnya, siswa
sebagai pembelajar harus berperan aktif dalam pembelajaran. Model konvensional
yang digunakan di sekolah ini adalah model pembelajaran langsung dimana guru
langsung menerangkan semua isi materi kepada siswa yang menyebabkan siswa
malas berpikir dan merasa jenuh dalam belajar. Malas berpikir ini menyebabkan
siswa tidak berpikir kreatif dalam kegiatan belajar. Contohnya jika guru
memberikan soal saat pembelajaran di kelas, siswa lebih cenderung dapat
mengerjakan soal dengan langkah penyelesaian yang dijelaskan oleh guru, jika
soal diberi variasi sedikit, siswa langsung berkomentar, dan cenderung tidak mau
mencoba untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh sang guru. Hal ini
terjadi karena siswa hanya terpaku pada langkah-langkah penyelesaian yang
diberikan oleh guru, serta siswa beranggapan bahwa jawaban guru yang paling
benar. Siswa merasa takut mengemukakan ide atau cara mereka sendiri karena
takut salah sehingga siswa memiliki kendala pengembangan berpikir secara
kreatif dalam menyelesaikan persoalan matematika.
Matematika sering dianggap sebagai ilmu yang hanya menekankan pada
kemampuan berpikir logis dengan penyelesaian tunggal yang mengakibatkan
siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal. Siswa hanya terpaku pada
11
jawaban guru yang paling benar. Siswa merasa takut mengemukakan ide atau cara
mereka sendiri. Kendala pengembangan berpikir yang dikemukakan oleh
Munandar (2009: 219) :
“Adapun sumber kendala dalam pengembangan berpikir kreatif adalah kendala historis (kurun waktu), kendala biologis (hereditas), kendala fisiologis (fisik), kendala sosiologis (lingkungan sosial), kendala psikologis (kejiwaan) dan kendala diri sendiri”.
Hal inilah yang dapat menghambat kreativitas matematika siswa, sehingga
matematika menjadi mata pelajaran yang ditakuti dan dijauhi siswa. Padahal,
matematika dipelajari pada setiap jenjang pendidikan dan menjadi salah satu
pengukur (indikator) keberhasilan siswa dalam menempuh suatu jenjang
pendidikan, serta menjadi materi ujian untuk seleksi penerimaan ke jenjang yang
lebih tinggi misalnya penerimaan tenaga kerja bidang tertentu. Menyadari hal
tersebut perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa, mengingat urgensi dan makna penguasaan matematika
bagi masa depan bangsa. Oleh karena itu, anak-anak berbakat di bidang
matematika perlu mendapatkan perhatian khusus agar mereka dapat menjadi
lokomotif pendorong penguasaan matematika di Indonesia.
Beberapa gagasan untuk mengajar matematika kepada siswa untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa yang dikemukakan Sisk
(Munandar, 2009:152) adalah (a) menghindari pengotak-ngotakan dalam
pembelajaran matematika, (b) memadukan dan memusatkan pemikiran matematis
melalui studi sejarah matematik, (c) mendorong penggunaan metode untuk
memecahkan masalah yang sama, (d) mendorong pengecekan atau cara/alat
komputasi, (e) mendorong anak untuk melakukan proses matematis yang luar
biasa, (f) memberi tugas yang menantang dan luar biasa.
Mengingat bahwa kemampuan berpikir kreatif sangatlah penting untuk
menghadapi tantangan zaman, khususnya bagi peserta didik yang nantinya
menjadi pelopor dan menjadi generasi penerus bangsa ini, dibutuhkan daya saing
untuk dapat bertahan dalam melangsungkan kehidupannya. Maka dari itu,
kemampuan berpikir kreatif merupakan aspek yang diharapkan dari produk
Dalam dunia pengajaran, terdapat beranekaragam model pembelajaran. Salah
satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dan dapat
mendorong siswa melakukan kegiatan belajar dan melakukan pemecahan masalah
matematika adalah model Problem Based Learning (pembelajaran berdasarkan
masalah).
Ratumanan (dalam Trianto, 2009: 92) menyatakan bahwa:
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Model Problem Based Learning menekankan peserta didik pada masalah
autentik (nyata), sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuan sendiri,
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri, dikemukakan oleh Arends (dalam
Trianto, 2009:92).
Berdasarkan keunggulan pembelajaran berdasarkan masalah yang efektif
membantu siswa memproses informasi, sehingga mampu mengeluarkan ide-ide
kreatifnya dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Hal ini perlu
diperlihatkan oleh peneliti, apakah model Problem Based Learning
mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif matematika siswa di SMP Negeri 35
Medan terkhususnya pada materi ajar prisma dan limas yang belum dipelajari oleh
siswa. Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) terkait dengan kemampuan berpikir kreatif matematika dalam belajar,
13
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kreatif matematika siswa masih rendah.
2. Siswa cenderung hanya sebagai pendengar selama proses pembelajaran.
3. Siswa cenderung pasif dan kurang terampil dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas.
4. Kemampuan awal siswa masih rendah.
5. Situasi kelas sebagian besar masih berpusat pada guru (teacher) sebagai
sumber utama pengetahuan.
6. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
konvensional dimana belum mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat kompleksnya permasalahan yang ada dalam penelitian ini dan
keterbatasan penulis maka penulis membatasi masalah ini pada hal-hal yang
berhubungan dengan Problem Based Learning dan kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa. Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah
1. Pengaruh Problem Based Learning terhadap kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa pada materi prisma dan limas kelas VIII SMP Negeri 35
Medan Tahun Ajaran 2014/2015.
2. Problem Based Learning meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh Problem Based Learningterhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa pada materi prisma dan limas kelas VIII di SMP
Negeri 35 Medan Tahun Ajaran 2014/2015?
2. Bagaimana Problem Based Learning meningkatkan kemampuan berpikir
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui apakah terdapat pengaruh Model Problem Based Learning
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi prisma dan limas
kelas VIII di SMP Negeri 35 Medan Tahun Ajaran 2014/2015.
2. Mengetahui dan menganalisa bagaimana Problem Based Learning
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama:
1. Bagi Peneliti
Sebagai referensi bagi penulis sebagai calon guru di masa yang akan datang
dalam menentukan penggunaan model pembelajaran khususnya pada
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika.
2. Bagi Siswa
a. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dalam
pembelajaran matematika khususnya pada prisma dan limas
b. Hasil belajar matematika siswa lebih baik.
c. Peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran semakin meningkat.
d. Siswa dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama, kemampuan
mengemukakan pendapat dan pertanyaan, kemampuan memecahkan
masalah, dan kemampuan berkomunikasi meskipun
kompetensi-kompetensi tersebut tidak secara langsung diukur dalam penelitian ini.
3. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan bagi guru untuk dapat mempertimbangkan metode
pembelajaran yang lebih baik dalam pembelajaran matematika khususnya
pada kemampuan berpikir kreatif siswa.
4. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah
15
1.7 Definisi Operasional
Untuk mengurangi perbedaan atau kekurang jelasan makna, maka definisi
operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Kemampuan berpikir kreatif matematika yang dimaksud adalah aspek
kelancaran (fluency) yaitu kemampuan menghasilkan banyak gagasan.
Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk mengemukakan
bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Keaslian (originality)
adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli,
tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang. Elaborasi (elaboration)
adalah kemampuan menambah situasi atau masalah sehingga menjadi
lengkap, merincinya secara detail, yang didalamnya dapat berupa tabel,
97
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data diperoleh
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model Problem Based Learning terhadap
kemampuan berpikir kreatif matematika siswa SMP Negeri 35 Medan T A
2014/2015.
Cara Problem Based Learning meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa adalah
1. Memberi ruang kepada siswa untuk bisa menemukan dan membangun
konsep sendiri sehingga mampu mengembangkan kemampuan berpikir
matematika siswa. Model pembelajaran ini menghadapkan siswa pada
permasalahan-permasalahan praktis seperti mengajukan situasi kehidupan
nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan
adanya berbagai solusi masalah tersebut yang menjadi pijakan dalam
belajar.
2. Di samping itu tahap-tahap Problem Based Learning sangat mendukung
untuk pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematika karena
fase-fase dalam Problem Based Learning mengakomodasi siswa dalam
mengembangkan proses berpikir kreatif meliputi fluency, flexibility,
originality,danelaboration.
3. Prinsip Problem Based Learning ditekankan pada peningkatan dan cara
belajar dengan tujuan untuk menguatkan konsep dalam situasi nyata,
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, keterampilan
memecahkan masalah, meningkatkan keaktifan belajar siswa,
mengembangkan keterampilan membuat keputusan, menggali informasi,
meningkatkan percaya diri, tanggung jawab, kerjasama dan komunikasi.
4. Proses Problem Based Learning sangat menunjang pembangunan
keterampilan dalam mengatur diri sendiri (self directed), kolaboratif,
98
kreatif, cakap menggali informasi yang semuanya diperlukan di dunia
kerja.
5.2 SARAN
1. Guru diharapkan untuk:
a. Menciptakan dan mengembangkan pembelajaran matematika yang
menyenangkan, menggunakan alam dan kehidupan sehari-hari sebagai
tempat belajar dan penyelidikan sehingga siswa mengembangkan
kemampuan berpikir dan membangun pengetahuannya sendiri.
b. Mengembangkan pembelajaran matematika yang mengakomodasi
kolaborasi kelompok dimana terjadi pertukaran informasi diantara siswa
melalui proses diskusi sehingga siswa terlatih mengungkapkan
gagasan-gagasan atau ide-ide yang dimiliki.
c. Melatih kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran
matematika agar siswa lancar mengemukakan gagasan-gagasan yang
dihasilkan bervariasi, memiliki keterampilan masalah dari sudut pandang
yang berbeda (flexibility), mencetuskan gagasan atau ide yang baru
(originality) dan melakukan langkah-langkah yang terperinci
(elaboration)dalam melaksanakan ide-idenya.
d. Menerapkan Problem Based Learning sebagai salah satu alternatif model
pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa.
2. Peneliti lain diharapkan:
a. Melakukan penelitian penerapan Problem Based Learning terhadap
kemampuan berpikir tingkat tinggi lainnya selain kemampuan berpikir
kreatif, seperti kemampuan berpikir kritis (critical thinking),kemampuan
pembuatan keputusan (decision making) dan kemampuan pemecahan
masalah (problem solving).
b. Menerapkan Problem Based Learning berbasis TIK untuk
99
Awang, H. & I. Ramly. 2008. Creative Thinking Skill Approach Through Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in the Engineering Classroom. International Journal of Human and Social Sciences 3(1). Tersedia di http:// waset.org/journals/ijhss/v3/v3-1-3.pdf [diakses 20-06-2015]
Bahar, A.K. & C.J. Maker. (2011). Exploring the Relationship between Mathematical Creativity andMathematical Achievement. Asia-Pacific Journal of Gifted and Talented Education, 3(1): 33-48. Tersedia di http://www.apfgifted.org [diakses20-06-2015]
Bima, dkk. (2012).Tugas Mandiri Berstruktur Matematika Kelas 8.SMP Negeri Bolo. [diakses: 7 Februari 2015]
Hermawan, T. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. Cakrawala Pendidikan, Februari, Th. XXVI.No.1
http://kbbi.web.id/kreatif. [Online]/ 9 Maret 2015.
Manullang, M. (2013).Diktat Evaluasi Hasil Belajar. Medan: FMIPA Unimed
Munandar, Utami, S.C.(2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Mustakim. (2009). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SMP kelas VIII. Tesis. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Mustaqim, H. (2008).Psikologi Pendidikan.Semarang: Pustaka Pelajar Offset
Nazir.(2003).Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Pidarta, Made. (2009). Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.Jakarta: Rikena Cipta
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana
Sarwoko. (2007).Statistik Inferensi.Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Silitonga, Pasar Maulim. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan. Medan: FMIPA Unimed
100
Sinaga, Bornok. (2014).Paradigma Lama Kontra Paradigma Baru Pembelajaran di Sekolah. Medan: Generasi Kampus, Volume 1, Nomor 2.
Sinambela, Pardomuan N.J.M. (2014). Faktor-faktor penentu keefektifan pembelajaran dalam model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction) Generasi Kampus, Volume 1, Nomor 2.
Siswono, T. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa, [Online]. Tersedia: http://hady-berbagi.blogspot.com/kemampuan berpikir kretif siswa/ [ 03 maret 2015; 3:04]
Siswono, T.Y.E. (2011). Level of Student’s Creative Thinking in Classroom Mathematics. Educational Research and Review,6(7): 548-553. Tersedia di http://www.academicjournals.org/ERR [diakses 20-6-2015]
Sitanggang, Ahmadin. (2012). Studi Komparatif Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kreativitas Matematika Siswa dengan Menggunakan Pendekatan matematika realistik dan pendekatan konvensional.Tesis, FMIPA,Unimed Medan.
Sudjana, (2001),Metoda Statistika. Tarsito, Bandung
Sudjana. 2005. Metode Statistika.Tarsito. Bandung.
Sumiati dan Asra. (2013).Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Sunarto dan Hartono, Agung. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
Supranto, J. (2001). Statitik: Teori dan Aplikasi Edisi Keenam Jilid 2. Jakarta: Erlangga