• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengendalian persediaan bahan pembantu pada proses susu pasteurisasi di PT Fajar Taurus, Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengendalian persediaan bahan pembantu pada proses susu pasteurisasi di PT Fajar Taurus, Jakarta"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN PEMBANTU PADA PROSES SUSU PASTEURISASI

DI PT FAJAR TAURUS, JAKARTA

Oleh :

YUDI T. KARTANEGARA F14102121

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

Yudi T Kartanegara. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Pembantu pada Proses Produksi Susu Pasteurisasi di PT. Fajar Taurus, Jakarta. Dibawah bimbingan : Bambang Pramudya.

RINGKASAN

PT. Fajar Taurus merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri susu olahan yang sedang berkembang, sehingga setiap tahunnya membutuhkan jumlah bahan pembantu yang cukup besar untuk keperluan produksinya. Dengan demikian PT. Fajar Taurus perlu mengadakan pengawasan terhadap tingkat kebutuhan bahan pembantu sehingga optimal.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menentukan bahan pembantu yang memerlukan pengendalian persediaan, (2) Menganalisa pengendalian persediaan bahan pembantu dengan menggunakan model persediaan.

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Fajar Taurus yang berlokasi di Jl. Raya Bogor No. 40 Cijantung, Jakarta. Pengolahan data yang diperoleh dilakukan di laboratorium Sistem Manajemen Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan September sampai bulan Nopember 2006.

Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait dan melakukan pengamatan lapang. Data sekunder berupa data historis tahun lalu yang diperoleh dari pencatatan arsip-arsip yang tersedia pada lokasi penelitian

Data bahan pembantu yang dianalisis adalah data 1 tahun, yaitu dari bulan Agustus 2005 sampai Juli 2006. Pengendalian persediaan bahan pembantu yang dilakukan oleh perusahaan dievaluasi, dan hasilnya akan dibandingkan dengan pengendalian persediaan yang dianalisis dengan metode MRP dengan teknik lot for lot dan teknik EOQ. Dari analisis kedua metode ini, ditentukan metode pengendalian persediaan yang mempunyai biaya persediaan yang minimum.

Terdapat 10 item bahan pembantu pada proses produksi susu pasteurisasi di PT. Fajar Taurus yang masing-masing memerlukan prioritas yang berbeda dalam pengendalian persediaannya. Berdasarkan analisis pareto didapatkan 2 item bahan pembantu yang memerlukan prioritas utama didalam pengendaliannya, yaitu gula pasir dan coklat bubuk.

Jumlah pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan selama periode bulan Agustus 2005 sampai Juli 2006 adalah sebanyak 13 kali pemesanan, kuantitas pemesanan selama setahun sebesar 33 950 kg untuk gula pasir. Pemesanan coklat bubuk sebanyak 5 kali pemesanan, kuantitas pemesanan sebesar 1 250 kg selama setahun. Total biaya persediaan untuk gula pasir sebesar Rp. 183 731 974 dan untuk coklat bubuk sebesar Rp. 19 206 031.

Dengan metode MRP teknik lot for lot, menghasilkan biaya total persediaan untuk gula pasir sebesar Rp. 176 787 044, dengan 174 kali pemesanan dan kuantitas pemesanan sebesar 31 559.78 kg selama setahun. Biaya total persediaan untuk coklat bubuk sebesar Rp. 20 740 017, dengan 170 kali pemesanan dan kuantitas pemesanan sebesar 918.21 kg selama setahun.

(3)

sebesar 31 765.80 kg. Biaya total persediaan untuk coklat bubuk adalah sebesar Rp. 14 921 064, dengan sebanyak 20 kali pemesanan dan kuantitas pemesanan sebesar 933 kg selama setahun.

(4)

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN PEMBANTU PADA PROSES SUSU PASTEURISASI

DI PT FAJAR TAURUS, JAKARTA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

YUDI T. KARTANEGARA F14102121

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN PEMBANTU PADA PROSES SUSU PASTEURISASI

DI PT FAJAR TAURUS, JAKARTA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

YUDI T. KARTANEGARA F14102121

Dilahirkan pada tanggal 4 Mei 1984 di Jakarta

Tanggal Lulus : Pebruari 2007

Menyetujui, Bogor, Pebruari 2007

Prof.Dr.Ir. Bambang Pramudya, M.Eng. Dosen Pembimbing Akademik

Mengetahui,

(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis merupakan putra kedua dari dua bersaudara dari bapak bernama Tursino Yuswanto dan ibu bernama Tuti Sumiyati yang dilahirkan pada tanggal 4 Mei 1984 di Jakarta. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 04 Pagi pada tahun 1996, pendidikan tingkat menegah di SLTP Negeri 194 Jakarta pada tahun 1999 dan pendidikan tingkat atas di SMU Negeri 91 Jakarta pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... ii

DAFTAR GAMBAR... iii

DAFTAR LAMPIRAN... . iv

I. PENDAHULUAN... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

A. SUSU PASTEURISASI... 3

B. PROSES PRODUKSI DI PT. FAJAR TAURUS ... 3

C. PENGENDALIAN PERSEDIAAN... 6

D. MODEL PERSEDIAAN... 7

E. MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING... 8

F. PERSEDIAAN PENGAMAN ... 11

G. BIAYA PERSEDIAAN ... 13

H. ANALISIS PARETO... 13

III. PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI PT. FAJAR TAURUS... 15

A. JENIS BAHAN PEMBANTU... 15

B. MEKANISME PENGADAAN BARANG ... 15

C. SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN PEMBANTU 16 IV. METODOLOGI PENELITIAN... 18

A. TEMPAT DAN WAKTU ... 18

B. PENGUMPULAN DATA ... 18

C. METODE ANALISIS... 18

D. ASUMSI-ASUMSI ... 22

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 23

A. KLASIFIKASI BAHAN PEMBANTU... 23

B. SISTEM PERSEDIAAN PERUSAHAAN... 24

(8)

D. PERSEDIAAN PENGAMAN ... 32

E. BIAYA-BIAYA PERSEDIAAN ... 33

F. PENGENDALIAN METODE MRP ... 34

G. PERBANDINGAN METODE PENGENDALIAN PERSEDIAAN .. 42

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 46

A. KESIMPULAN ... 46

B. SARAN ... 47

DAFTAR PUSTAKA... 48

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Standar mutu susu pasteurisasi PT. Fajar Taurus ... 3

Tabel 2. Jadwal produksi induk untuk produk akhir A (Stevenson, 1992).... 8

Tabel 3. Struktur bahan bentuk tabel (Stevenson, 1992) ... 9

Tabel 4. Format MRP (Stevenson, 1992) ... 11

Tabel 5. Faktor pengaman pada frekuensi service level ... 12

Tabel 6. Pembagian kelas masing-masing bahan pembantu... 23

Tabel 7. Tingkat pemakaian bahan pembantu gula pasir dan coklat bubuk ... 25

Tabel 8. Tingkat persediaan bahan pembantu gula pasir ... 26

Tabel 9. Tingkat persediaan bahan pembantu coklat bubuk ... 28

Tabel 10. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan gula pasir metode perusahaan... 29

Tabel 11. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan coklat bubuk metode perusahaan... 30

Tabel 12. Biaya total persediaan bahan pembantu metode perusahaan ... 30

Tabel 13. Rata-rata permintaan harian, simpangan baku dan persediaan pengaman produk susu pasteurisasi ... 32

Tabel 14. Persediaan pengaman gula pasir dan coklat bubuk... 33

Tabel 15. Komponen biaya pemesanan bahan pembantu ... 33

Tabel 16. Komponen biaya simpan bahan pembantu gula pasir... 34

Tabel 17. Komponen biaya simpan bahan pembantu coklat bubuk... 34

Tabel 18. Struktur bahan produk susu pasteurisasi PT. Fajar Taurus... 35

Tabel 19. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan gula pasir teknik LFL ... 37

Tabel 20. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan coklat bubuk teknik LFL .. 39

Tabel 21. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan gula pasir teknik EOQ ... 40

Tabel 22. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan coklat bubuk teknikEOQ .. 42

Tabel 23. Perbandingan pengendalian persediaan gula pasir metode perusahaan dan metode MRP... 43

(10)

Tabel 25. Penghematan biaya total persediaan metode MRP terhadap

(11)

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN PEMBANTU PADA PROSES SUSU PASTEURISASI

DI PT FAJAR TAURUS, JAKARTA

Oleh :

YUDI T. KARTANEGARA F14102121

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(12)

Yudi T Kartanegara. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Pembantu pada Proses Produksi Susu Pasteurisasi di PT. Fajar Taurus, Jakarta. Dibawah bimbingan : Bambang Pramudya.

RINGKASAN

PT. Fajar Taurus merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri susu olahan yang sedang berkembang, sehingga setiap tahunnya membutuhkan jumlah bahan pembantu yang cukup besar untuk keperluan produksinya. Dengan demikian PT. Fajar Taurus perlu mengadakan pengawasan terhadap tingkat kebutuhan bahan pembantu sehingga optimal.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menentukan bahan pembantu yang memerlukan pengendalian persediaan, (2) Menganalisa pengendalian persediaan bahan pembantu dengan menggunakan model persediaan.

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Fajar Taurus yang berlokasi di Jl. Raya Bogor No. 40 Cijantung, Jakarta. Pengolahan data yang diperoleh dilakukan di laboratorium Sistem Manajemen Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan September sampai bulan Nopember 2006.

Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait dan melakukan pengamatan lapang. Data sekunder berupa data historis tahun lalu yang diperoleh dari pencatatan arsip-arsip yang tersedia pada lokasi penelitian

Data bahan pembantu yang dianalisis adalah data 1 tahun, yaitu dari bulan Agustus 2005 sampai Juli 2006. Pengendalian persediaan bahan pembantu yang dilakukan oleh perusahaan dievaluasi, dan hasilnya akan dibandingkan dengan pengendalian persediaan yang dianalisis dengan metode MRP dengan teknik lot for lot dan teknik EOQ. Dari analisis kedua metode ini, ditentukan metode pengendalian persediaan yang mempunyai biaya persediaan yang minimum.

Terdapat 10 item bahan pembantu pada proses produksi susu pasteurisasi di PT. Fajar Taurus yang masing-masing memerlukan prioritas yang berbeda dalam pengendalian persediaannya. Berdasarkan analisis pareto didapatkan 2 item bahan pembantu yang memerlukan prioritas utama didalam pengendaliannya, yaitu gula pasir dan coklat bubuk.

Jumlah pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan selama periode bulan Agustus 2005 sampai Juli 2006 adalah sebanyak 13 kali pemesanan, kuantitas pemesanan selama setahun sebesar 33 950 kg untuk gula pasir. Pemesanan coklat bubuk sebanyak 5 kali pemesanan, kuantitas pemesanan sebesar 1 250 kg selama setahun. Total biaya persediaan untuk gula pasir sebesar Rp. 183 731 974 dan untuk coklat bubuk sebesar Rp. 19 206 031.

Dengan metode MRP teknik lot for lot, menghasilkan biaya total persediaan untuk gula pasir sebesar Rp. 176 787 044, dengan 174 kali pemesanan dan kuantitas pemesanan sebesar 31 559.78 kg selama setahun. Biaya total persediaan untuk coklat bubuk sebesar Rp. 20 740 017, dengan 170 kali pemesanan dan kuantitas pemesanan sebesar 918.21 kg selama setahun.

(13)

sebesar 31 765.80 kg. Biaya total persediaan untuk coklat bubuk adalah sebesar Rp. 14 921 064, dengan sebanyak 20 kali pemesanan dan kuantitas pemesanan sebesar 933 kg selama setahun.

(14)

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN PEMBANTU PADA PROSES SUSU PASTEURISASI

DI PT FAJAR TAURUS, JAKARTA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

YUDI T. KARTANEGARA F14102121

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN PEMBANTU PADA PROSES SUSU PASTEURISASI

DI PT FAJAR TAURUS, JAKARTA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

YUDI T. KARTANEGARA F14102121

Dilahirkan pada tanggal 4 Mei 1984 di Jakarta

Tanggal Lulus : Pebruari 2007

Menyetujui, Bogor, Pebruari 2007

Prof.Dr.Ir. Bambang Pramudya, M.Eng. Dosen Pembimbing Akademik

Mengetahui,

(16)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis merupakan putra kedua dari dua bersaudara dari bapak bernama Tursino Yuswanto dan ibu bernama Tuti Sumiyati yang dilahirkan pada tanggal 4 Mei 1984 di Jakarta. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 04 Pagi pada tahun 1996, pendidikan tingkat menegah di SLTP Negeri 194 Jakarta pada tahun 1999 dan pendidikan tingkat atas di SMU Negeri 91 Jakarta pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... ii

DAFTAR GAMBAR... iii

DAFTAR LAMPIRAN... . iv

I. PENDAHULUAN... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

A. SUSU PASTEURISASI... 3

B. PROSES PRODUKSI DI PT. FAJAR TAURUS ... 3

C. PENGENDALIAN PERSEDIAAN... 6

D. MODEL PERSEDIAAN... 7

E. MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING... 8

F. PERSEDIAAN PENGAMAN ... 11

G. BIAYA PERSEDIAAN ... 13

H. ANALISIS PARETO... 13

III. PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI PT. FAJAR TAURUS... 15

A. JENIS BAHAN PEMBANTU... 15

B. MEKANISME PENGADAAN BARANG ... 15

C. SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN PEMBANTU 16 IV. METODOLOGI PENELITIAN... 18

A. TEMPAT DAN WAKTU ... 18

B. PENGUMPULAN DATA ... 18

C. METODE ANALISIS... 18

D. ASUMSI-ASUMSI ... 22

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 23

A. KLASIFIKASI BAHAN PEMBANTU... 23

B. SISTEM PERSEDIAAN PERUSAHAAN... 24

(18)

D. PERSEDIAAN PENGAMAN ... 32

E. BIAYA-BIAYA PERSEDIAAN ... 33

F. PENGENDALIAN METODE MRP ... 34

G. PERBANDINGAN METODE PENGENDALIAN PERSEDIAAN .. 42

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 46

A. KESIMPULAN ... 46

B. SARAN ... 47

DAFTAR PUSTAKA... 48

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Standar mutu susu pasteurisasi PT. Fajar Taurus ... 3

Tabel 2. Jadwal produksi induk untuk produk akhir A (Stevenson, 1992).... 8

Tabel 3. Struktur bahan bentuk tabel (Stevenson, 1992) ... 9

Tabel 4. Format MRP (Stevenson, 1992) ... 11

Tabel 5. Faktor pengaman pada frekuensi service level ... 12

Tabel 6. Pembagian kelas masing-masing bahan pembantu... 23

Tabel 7. Tingkat pemakaian bahan pembantu gula pasir dan coklat bubuk ... 25

Tabel 8. Tingkat persediaan bahan pembantu gula pasir ... 26

Tabel 9. Tingkat persediaan bahan pembantu coklat bubuk ... 28

Tabel 10. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan gula pasir metode perusahaan... 29

Tabel 11. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan coklat bubuk metode perusahaan... 30

Tabel 12. Biaya total persediaan bahan pembantu metode perusahaan ... 30

Tabel 13. Rata-rata permintaan harian, simpangan baku dan persediaan pengaman produk susu pasteurisasi ... 32

Tabel 14. Persediaan pengaman gula pasir dan coklat bubuk... 33

Tabel 15. Komponen biaya pemesanan bahan pembantu ... 33

Tabel 16. Komponen biaya simpan bahan pembantu gula pasir... 34

Tabel 17. Komponen biaya simpan bahan pembantu coklat bubuk... 34

Tabel 18. Struktur bahan produk susu pasteurisasi PT. Fajar Taurus... 35

Tabel 19. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan gula pasir teknik LFL ... 37

Tabel 20. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan coklat bubuk teknik LFL .. 39

Tabel 21. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan gula pasir teknik EOQ ... 40

Tabel 22. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan coklat bubuk teknikEOQ .. 42

Tabel 23. Perbandingan pengendalian persediaan gula pasir metode perusahaan dan metode MRP... 43

(20)

Tabel 25. Penghematan biaya total persediaan metode MRP terhadap

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur bahan bentuk pohon (Stevenson, 1992) ... 9

Gambar 2. Diagram alir mekanisme pengadaan barang………... 17

Gambar 3. Grafik hubungan antara jumlah item persediaan dengan persentase nilai kumulatif... 24

Gambar 4. Grafik tingkat pemakaian bahan pembantu gula pasir ... 25

Gambar 5. Grafik tingkat pemakaian bahan pembantu coklat bubuk... 25

Gambar 6. Grafik tingkat persediaan gula pasir metode perusahaan... 27

Gambar 7. Grafik tingkat persediaan coklat bubuk metode perusahaan... 28

Gambar 8. Grafik tingkat persediaan gula pasir teknik LFL ... 36

Gambar 9. Grafik tingkat persediaan coklat bubuk teknik LFL ... 38

Gambar 10. Grafik tingkat persediaan gula pasir teknik EOQ ... 40

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Struktur organisasi PT. Fajar Taurus... 44

Lampiran 2. Pembagian kelas masing-masing bahan pembantu ... 45

Lampiran 3. Perhitungan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan ... 50

Lampiran 4. Jadwal produksi induk susu pasteurisasi ... 54

Lampiran 5. Analisis MRP teknik lot for lot bulan Agustus 2005... 57 Lampiran 6. Analisis MRP teknik lot for lot bulan September 2005... 59 Lampiran 7. Analisis MRP teknik lot for lot bulan Oktober 2005... 61 Lampiran 8. Analisis MRP teknik EOQbulan Agustus 2005 ... 63

Lampiran 9. Analisis MRP teknik EOQ bulan September 2005 ... 65

Lampiran 10. Analisis MRP teknik EOQ bulan Oktober 2005 ... 67

(23)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan topik Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Pembantu Pada Proses Produksi Susu Pasteurisasi di PT. Fajat Taurus, Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof.Dr.Ir.. Bambang Pramudya, M.Eng. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan.

2. Dr. Ir. Emmy Darmawati, M. Si. selaku dosen penguji 3. Dr. Ir. Sutrisno, M. Agr. selaku dosen penguji

4. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan perhatiannya. 5. Ibu Ria, bapak Andang, bapak Bay Haqi, bapak Edi, bapak Dadang serta

seluruh staff dan karyawan PT. Fajar Taurus atas bantuan dan serta informasi yang diberikan kepada penulis.

6. Semua anak-anak Gratify (Gani, Rudi, Yudhi, Kiki, Yuzar, Jerry dan Anton) untuk kebersamaannya.

7. Anak-anak TSIP 39 (Supriyadi, Armiasto, Cumi, Hilalliyah, Renato, Leo, Buana, Christho, Anjar, Veni, Yuni, Ricky dan Egis).

8. Fuad, Fajar, Hakim, semua anak2 Al-Innayah. Terima kasih bwat semangat dan tempat berteduhnya selama ini.

9. Fani Rossa (makasih buat moment2 indahnya)

10. For all agriculture engineering 39 (thank’sfor the experience in my life).

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga saran dan kritik yang diperlukan untuk melengkapi skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Pebruari 2007

(24)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi dewasa ini memacu pertumbuhan industri di segala bidang, termasuk industri hasil-hasil pertanian (agroindustri) yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini banyak menimbulkan persaingan yang ketat diantara industri-industri untuk memenuhi konsumsi masyarakat sehari-hari. Persaingan ini merangsang perusahaan untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi dengan tujuan meminimalkan biaya produksi dan biaya operasi.

Salah satu upaya yang dilakukan perusahaan untuk meminumkan biaya operasi dan biaya produksi adalah dengan mengendalikan persediaan bahan baku pada tingkat yang optimal. Dengan optimalnya tingkat persediaan tersebut, kerugian yang ditimbulkan akibat kekurangan dan kelebihan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.

Kerugian yang ditimbulkan akibat kekurangan persediaan dapat berupa tidak terjaganya kelancaran proses produksi (persediaan bahan baku) atau tidak terpenuhinya permintaan konsumen (barang jadi). Kerugian yang ditimbulkan oleh kelebihan persediaan adalah meningkatnya biaya yang dikeluarkan untuk penyimpanan dan pemeliharaan persediaaan.

Salah satu aspek dari manajemen produksi yang sangat berpengaruh dalam mempertahankan arus produksi yang optimal adalah pengendalian persediaan (inventory control). Kebijaksanaan perusahaan terhadap pengendalian persediaan dapat mempengaruhi keseluruhan proses produksi. Dengan kebijakan yang tepat, maka kekurangan maupun kelebihan persediaan bahan baku dapat ditekan, sehingga dapat mempertahankan arus produksi yang akan berpengaruh pada pemenuhan permintaan pasar.

(25)

B. TUJUAN

1. Menentukan bahan pembantu yang memerlukan pengendalian persediaan 2. Menganalisa pengendalian persediaan bahan pembantu dengan

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. SUSU PASTEURISASI

Susu pasteurisasi adalah susu segar yang telah mengalami proses pemanasan pada suhu 63-66 °C selama 30 menit atau pemanasan pada suhu 72 °C selama 15 detik yang bertujuan untuk membunuh bakteri patogen yang merugikan manusia.

Standar mutu susu pasteurisasi pada PT. Fajar Taurus dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar mutu susu pasteurisasi PT. Fajar Taurus

Komposisi Kandungan (%)

Padatan Total 11

Padatan Bukan Lemak 7.7

Kadar Lemak 3.5

Air 87 Laktosa 4.8

B. PROSES PRODUKSI DI PT. FAJAR TAURUS.

PT. Fajar Taurus yang berlokasi di Jl. Raya Bogor No. 40 Cijantung, Jakarta Timur, memproduksi 6 macam jenis susu pasteurisasi, yaitu susu pasteurisasi tawar (plain), susu pasteurisasi manis, susu pasteurisasi coklat, susu pasteurisasi strawberry, susu pasteurisasi kacang hijau dan susu pasteurisasi jahe. Proses produksi susu pasteurisasi tersebut melalui 5 tahapan, yaitu persiapan bahan, pencampuran bahan, pasteurisasi, homogenisasi dan pengemasan.

1. Persiapan Bahan

(27)

susu dinyatakan rusak. Susu yang telah lolos uji dialirkan ke dalam tangki penampungan (raw milk tank) melalui filter yang berfungsi untuk menyaring kotoran. Di dalam tangki penampungan, susu segar disimpan pada susu 4 OC dan diaduk dengan menggunakan agitator agar lemak susu tidak terpisah dan susu dapat tercampur rata, serta untuk menjaga agar susu tidak menjadi beku pada suhu dingin. Pengadukan yang tidak sempurna dapat mengakibatkan kandungan lemak susu menjadi terlalu rendah atau tinggi. Kapasitas tangki penampungan ini adalah sebanyak 2 100 l.

2. Pencampuran Bahan

Sebelum dipasteurisasi susu segar yang berada di tangki penampungan dicampur terlebih dahulu dengan bahan baku pembantu. Pada proses pembuatan susu pasteurisasi rasa tawar, manis, jahe dan strawberry semua bahan dicampur sebelum proses pasteurisasi. Sedangkan pada pembuatan susu pasteurisasi rasa coklat dan kacang hijau, pencampuran pasta coklat dan kacang hijau dilakukan setelah susu segar dipasteurisasi dan dihomogenisasi. Hal ini dilakukan untuk menghindari masalah pada alat pasteurisasi-homogenisasi yang disebabkan oleh plat kotor karena pasta coklat dan kacang hijau.

3. Pasteurisasi

Proses pasteurisasi yang dilakukan di PT. Fajar Taurus adalah dengan menggunakan metode HTST (High Tempetarure, Short Time), yaitu proses pasteurisasi dengan menggunakan suhu tinggi dalam waktu yang relatif singkat. Dari tangki penampungan (raw milk tank) susu dialirkan ke plate heat exchanger untuk dilakukan proses pasteurisasi pada suhu 78 OC selama 15 detik.

(28)

medium pemanasnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerusakan susu akibat kenaikan suhu susu yang tiba-tiba. Aliran susu dari tangki penampungan ke plate heat exchanger diatur oleh tangki keseimbangan (balance tank). Dengan adanya tangki keseimbangan, aliran susu yang masuk sama dengan aliran susu yang keluar sehingga proses pasteurisasi dapat berlangsung secara kontinyu Kapasitas dari tangki keseimbangan ini adalah 60 l.

4. Homogenisasi

Proses ini bertujuan untuk memperkecil ukuran globula lemak hingga berukuran 2-20 mikron. Prinsip kerja dari alat ini adalah susu dilewatkan pada suatu lubang kecil yang ada pada alat dengan tekanan sebesar 150 bar dan menghantam suatu bidang yang keras. Oleh karena tekanan yang besar itu, maka globula lemak yang berukuran besar akan pecah dan ukurannya menjadi seragam. Unit homogenisasi ini berkapasitas 350 l/jam

5. Pengemasan

Setelah proses pasteurisasi dan homogenisasi selesasi, susu dialirkan ke dalam tangki hasil pasteurisasi (holding tank) untuk dialirkan ke dalam unit pengisian (filling machine) dan pengemasan. Kapasitas holding tank ini adalah 1000 l dan dilengkapi dengan agitator dengan kecepatan putar 400 rpm.

(29)

C. PENGENDALIAN PERSEDIAAN

Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi (Assauri, 1993).

Persediaan adalah suatu istilah umum yang menunjukan segala sesuatu atau sumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan (demand). Jenis persediaan meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan (Handoko, 1992).

Waters (1992) mendefinisikan persediaan sebagai sejumlah barang atau bahan baku yang disimpan untuk dipergunakan di masa yang akan datang. Yang dimaksud dengan barang disini dapat berupa bahan mentah yang akan diolah, barang setengah jadi yang menunggu proses pengolahan selanjutnya, atau barang jadi yang siap dipakai. Dasar pemikiran perlunya persediaan barang jadi adalah adanya perbedaan antara kecepatan produksi pabrik dengan kecepatan permintaan pasar.

Menurut Assauri (1993), fungsi persediaan, antara lain :

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak memenuhi kualifikasi, sehingga harus dikembalikan.

3. Menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman, sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada di pasaran.

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.

5. Mencapai penggunaan mesin optimal.

(30)

7. Membuat pengadaan dengan membuat produk yang melebihi penggunaan atau penjualannya.

Pengertian pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi persediaan rakitan (parts), bahan baku dan barang hasil (produk), sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien (Assauri, 1993).

Pengendalian persediaan dalam suatu perusahaan berfungsi untuk mempertahankan kelancaran dan kesinambungan proses produksi dan penjualan produk. Perusahaan harus mengelola persediaan bahan baku, bahan pembantu dan bahan dalam proses, maupun barang jadi. Hal ini disebabkan baik proses produksi, maupun penjualan barang jadi memerlukan jangka waktu, sehingga bahan baku, bahan pembantu dan barang jadi harus menunggu sebelum digunakan atau dijual.

D. MODEL PERSEDIAAN

Menurut Waters (1992) berdasarkan keterkaitannya dengan permintaan, model persediaan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar. Golongan pertama adalah yang tidak terikat pada permintaan (independent demand), dimana model dasar golongan ini adalah model Economic Order Quantity (EOQ). Golongan kedua adalah yang terikat pada permintaan (dependent demand) yang terdiri dari dua model, yaitu Material Requirements Planning (MRP) dan Just In Time (JIT).

1. Model Persediaan Permintaan Bebas

(31)

2. Model Persediaan Permintaan Tidak Bebas

Waters (1992) menjelaskan bahwa sistem permintaan bebas memang dapat digunakan secara luas, namun terdapat kondisi-kondisi dimana sistem ini tidak dapat bekerja dengan baik. Sistem ini relatif kurang baik dalam menangani pengawasan persediaan bahan pada sistem produksi kelompok (batch). Sistem permintaan bebas bekerja berdasarkan peramalan permintaan, sehingga membutuhkan persediaan bahan yang cukup tinggi untuk memenuhi kemungkinan permintaan tersebut.

Jika sistem ini diterapkan pada sistem produksi kelompok, maka akan menyebabkan persediaan bahan akan semakin tinggi. Dalam sistem produksi yang bersifat kelompok, keluaran dari proses dipisah menjadi unit kelompok yang bersifat diskret yang kemudian ditransfer sebagai persediaan barang jadi. Setiap kali persediaan suatu item barang mulai berkurang, maka suatu unit kelompok lain mulai diproses.

Produksi suatu item barang mulai menunjukan jumlah bahan baku yang harus dipergunakan, sehingga permintaan bahan baku tidak berdiri bebas. Asumsi yang dipakai pada sistem permintaan tidak bebas adalah permintaan suatu item berkaitan dengan permintaan item yang lain, sehingga sistem ini menunjukan bahwa pengawasan persediaan bahan tidak bisa dipisahkan dengan rencana produksi.

E. MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

Material Requirements Planning (MRP) merupakan teknik pengawasan persediaan bahan baku berdasarkan sistem permintaan tidak bebas. Teknik ini diterapkan berdasarkan jadwal produksi induk (master production schedule) yang berisi jadwal produksi setiap item, seperti pada Tabel 2. Data jadwal produksi induk ini diperoleh berdasarkan rencana agregat perusahaan.

Tabel 2. Jadwal produksi induk untuk produk akhir A (Stevenson, 1992) Minggu

Produk akhir A

1 2 3 4 5 6 7 8 9

(32)

Proses MRP dimulai dengan menguraikan kebutuhan kotor (gross requirements) bahan baku berdasarkan data jadwal produksi induk dengan bantuan data struktur bahan (bill of material). Struktur bahan seperti diperlihatkan Gambar 1 adalah daftar komponen, sub-komponen dan jumlah komponen atau sub-komponen yang diperlukan untuk membuat satu unit barang jadi. Struktur bahan dapat pula disajikan dalam bentuk Tabel 3.

Tingkat 0

Tingkat 1

Tingkat 2

Gambar 1. Struktur bahan bentuk pohon (Stevenson, 1992).

Tabel 3. Struktur bahan bentuk tabel (Stevenson, 1992)

Tingkat Nama

Tingkat 0 dari struktur bahan menunjukkan barang jadi dan tingkat 1 menunjukan komponen dari barang jadi pada tingkat 0, demikian seterusnya. Angka dalam kurung menunjukan jumlah material yang diperlukan untuk membentuk 1 unit produk induk 1 tingkat di atasnya.

(33)

Secara ringkas proses MRP dapat dijelaskan melalui 3 tahap berikut : 1. Tahap exploding, yaitu penentuan kebutuhan kotor bahan baku dengan

bantuan jadwal produksi induk dan struktur bahan pada tingkat 0.

2. Tahap netting, yaitu penentuan kebutuhan bersih bahan baku dengan cara mengurangi kebutuhuan kotor dengan persediaan tersimpan dan pesanan terjadwal, serta menambahkan persediaan pengaman jika diperlukan. 3. Tahap lotting dan offsetting, yaitu penempatan pesanan bahan baku yang

berasal dari tahap netting berdasarkan waktu ancang masing-masing bahan baku. Pesanan bahan baku ini terlebih dahulu disesuaikan dengan ukuran pemesanan masing-masing bahan baku. Pada tahap lotting, pemilihan ukuran pemesanan didasarkan pada beberapa teknik, yaitu :

1. Lot for Lot

Dalam teknik lot for lot, suatu pesanan ditempatkan dengan jumlah yang sama dengan kebutuhan bersih (net requirement) pada periode dimana kebutuhan bersih terjadi terjadi. Jumlah barang yang dipesan bervariasi tergantung dari kebutuhan bersih setiap periode dan selang waktu pemesanan bervariasi tergantung dari laju pemakaian dan waktu tunggu bahan baku.

2. Economic Order Quantity (EOQ).

Dalam teknik EOQ, suatu pesanan ditempatkan dengan jumlah pemesanan yang tetap. Jumlah barang yang dipesan selalu tetap dan selang waktu pemesanan bervariasi tergantung dari laju pemakaian dan waktu tunggu bahan baku.

Format MRP dibagi menjadi 4 kolom utama, yaitu tingkat produk pada struktur bahan, nama produk, status persediaan dan periode produksi. Setiap baris produk dibagi menjadi 6 baris status persediaan, yaitu kebutuhan kotor, pesanan terjadwal, persediaan tersimpan, kebutuhan bersih, penerimaan terencana dan pelepasan pesanan terencana.

(34)

terencana adalah jumlah dan waktu pesanan bahan baku yang direncanakan untuk diterima pada awal periode, sedangkan pelepasan pesanan terencana adalah penentuan jumlah dan waktu pesanan bahan baku akan dilakukan. Format metode MRP dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Format MRP (Stevenson, 1992)

Periode

Status Persediaan 1 2 3 4

Kebutuhan Kotor

Persediaan Tesimpan

Kebutuhan Bersih

Penerimaan Terencana Tingkat Nama

Produk

Pelepasan Pesanan Terencana

Menurut Heizer dan Render (2001), untuk menggunakan metode MRP kita harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1. Jadwal produksi utama (apa yang akan dibuat dan kapan dilakukan). 2. Struktur bahan atau bill of material (bagaimana produk akan dibuat). 3. Ketersediaan persediaan (apa yang ada di persediaan).

4. Pesanan yang harus dipenuhi (apa yang akan dipesan) 5. Lead Time

F. PERSEDIAAN PENGAMAN

Persediaan pengaman merupakan persediaan yang ditambahkan untuk mengantisipasi terjadinya permintaan yang tinggi dan waktu tunggu yang tidak pasti (Assauri, 1993).

(35)

Jumlah persediaan pengaman ditentukan dengan pendekatan tingkat pelayanan (service level), yaitu peluang terjadinya pemenuhan semua kebutuhan bahan baku. Faktor pengaman pada frekuensi service level disajikan pada Tabel 5. Jumlah persediaan pengaman pada tingkat pelayanan tertentu dapat ditentukan melalui persamaan-persamaan berikut :

SS = Z σDLT

σDLT = LTσ2

dimana :

SS = Persediaan pengaman Z = Faktor pengaman

σDLT = Simpangan baku permintaan selama waktu tunggu σ = Simpangan baku permintaan harian

LT = Waktu tunggu

Tabel 5. Faktor pengaman pada frekuensi service level Frekuensi Service Level (%) Faktor Pengaman

(36)

G. BIAYA PERSEDIAAN

Biaya pesediaan adalah biaya-biaya yang timbul akibat adanya persediaan. Menurut Heizer dan Render (2001), biaya persediaan dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu :

1. Biaya pembelian

Biaya pembelian mencakup 2 jenis biaya, yaitu biaya dengan harga tetap dan biaya dengan harga diskon. Biaya dengan harga tetap merupakan biaya dimana harga per satuan adalah tetap tanpa melihat jumlah unit yang dibeli. Sedangkan biaya dengan harga diskon adalah biaya untuk harga per satuan tidak tetap, dimana tersedia diskon untuk pembelian barang diatas jumlah tertentu. Oleh karena itu harga per unit pada biaya jenis ini merupakan variabel yang tergantung pada jumlah pembelian.

2. Biaya pemesanan

Biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang atau bahan dari penjual, sejak dari pesanan (order) dibuat sampai dengan barang tersebut diterima di gudang. Besarnya biaya tidak tergantung dari kuantitas barang yang dipesan, tetapi dari frekuensi pemesanan yang dilakukan. Semakin banyak dilakukan pemesanan, maka biaya pemesanan akan semakin besar.

3. Biaya penyimpanan

Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan adanya persediaan. Biaya ini berhubungan dengan tingkat rata-rata persediaan yang terdapat digudang, sehingga besanya biaya ini bervariasi tergantung dari besar kecilnya rata-rata persediaan yang ada. Biaya ini terdiri dari semua biaya penyimpanan dalam stock, yang meliputi bunga modal, sewa gudang, asuransi, pajak, biaya bongkar muat, harga penyusutan, kerusakan, penurunan harga dan biaya perawatan.

H. ANALISIS PARETO

(37)

Item-item tersebut memiliki pengaruh yang berbeda pada biaya simpan, biaya kekurangan (shortage cost) dan volume pembelanjaaan tahunan (Stevenson, 1992).

Analisis pareto atau dikenal juga sebagai analisis ABC adalah suatu metode pengklasifikasian jenis-jenis bahan yang terdapat dalam persediaan berdasarkan nilai penggunaannya guna penentuan kebijaksanaan pengendalian persediaan yang ketat (Assauri, 1993).

Pengklasifikasian tersebut didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas. Pengendalian yang ketat terhadap jenis-jenis bahan yang nilai penggunaannya rendah tidaklah efisien dan efektif. Oleh karena itu perlu menekankan pengendalian pesediaan yang ketat terhadap jenis-jenis persediaan yang mempunyai nilai penggunaan yang relatif tinggi. Dengan metode ini persediaan yang terdapat dalam suatu perusahaan digolongkan ke dalam 3 golongan:

1. Golongan A

Golongan ini terdiri dari jenis bahan yang mempunyai nilai penggunaan mencapai 80% dari seluruh nilai penggunaan bahan, tetapi jumlah bahannya tidak melebihi 20% dari seluruh jumlah bahan yang terdapat dalam persediaan.

2. Golongan B

Golongan ini terdiri dari jenis bahan yang mempunyai nilai penggunaan mencapai 15% dari seluruh nilai penggunaan bahan, tetapi jumlah bahannya mencapai 30% dari seluruh jumlah bahan yang terdapat dalam persediaan. 3. Golongan C

(38)

IV. PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI PT. FAJAR TAURUS

A. JENIS BAHAN BAKU

Bahan baku yang digunakan oleh PT. Fajar Taurus dalam memproduksi susu pasteurisasi, terdiri dari bahan baku utama yaitu susu segar dan bahan baku tambahan yaitu gula pasir, coklat bubuk, essence chocolate, essence strawberry, stabillizer, garam, kacang hijau dan jahe.

Berbagai bahan baku tersebut digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi 5 macam susu pasteurisasi, yaitu susu pasteurisasi manis, susu pasteurisasi strawberry, susu pasteurisasi coklat, susu pasteurisasi kacang hijau dan susu pasteurisasi jahe.

B. MEKANISME PENGADAAN BAHAN PEMBANTU

Besarnya produksi susu pasteurisasi di PT. Fajar Taurus bergantung dari pesanan yang diketahui berdasarkan data dari bagian sales and marketing karena PT. Fajar Taurus memproduksi susu pasteurisasi berdasarkan pesanan konsumen. Berdasarkan data hasil penjualan dan permintaan konsumen, bagian produksi membuat rencana produksi beserta dengan bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi.

(39)

Hasil negosiasi mengenai harga bahan pembantu kemudian disampaikan kepada bagian keuangan untuk diperiksa. Jika disetujui oleh bagian keuangan, maka bagian purchasing akan mengeluarkan purchase order (PO). PO dibuat tiga rangkap dan didistribusikan kepada supplier, bagian keuangan dan bagian purchasing. Kemudian supplier mengirimkan bahan pembantu sesuai dengan PO yang diterima.

Barang yang dikirim oleh supplier akan dicek kesesuaiannya dengan PO yang ada oleh bagian warehouse. Kemudian bagian quality control akan memeriksa sampel bahan pembantu yang dikirim. Apabila kualitas bahan pembantu tidak sesuai, maka pihak perusahaan akan mengembalikan bahan pembantu kepada supplier. Mengenai pembayaran bahan pembantu dilakukan oleh bagian keuangan melalui transfer bank. Diagram alir mekanisme perhitungan kebutuhan dan pengadaan bahan pembantu dapat dilihat pada Gambar 2.

C. SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN PEMBANTU

PT. Fajar Taurus menggunakan program komputer yang khusus dibuat untuk mendata persediaan bahan baku pada gudang. Berdasarkan data yang ada pada komputer dapat diketahui kondisi persediaan bahan baku perusahaan. Pencatatan harian dilakukan oleh bagian warehouse di buku laporan stok harian bahan baku setiap kali ada penggunaan atau pembelian bahan baku.

Data jumlah bahan baku yang tersedia pada akhir bulan akan digunakan sebagai data masukan oleh bagian warehouse untuk digunakan pada program komputer. Dengan adanya data-data persediaan bahan baku di program komputer, maka bagian warehouse, bagian purchasing dan manajer produksi dapat setiap saat memeriksa persediaan bahan baku di gudang.

(40)

Start

Perkiraan penjualan

Cek Persediaan

Buatpurchase request(PR)

Negosiasi harga dengansupplierolehpurchashing Tidak Ada

BuatPurchase Order(PO) Cek harga oleh bagian keuangan

Tidak Setuju

PO dikirim ke supplier, dan supplier mengirim barang

Cek barang oleh warehouse dan

quality control

Stok Gudang

End

Tidak Setuju

Perkiraan produksi

Perkiraan kebutuhan bahan

(41)

IV. METODE PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU

Penelitian dilaksanakan pada PT Fajar Taurus, Jakarta. Selanjutnya pengolahan data dilakukan di laboratorium Sistem Manajemen Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan September sampai dengan Nopember 2006.

B. PENGUMPULAN DATA

Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait, selain itu data primer juga didapatkan dengan cara melakukan pengamatan langsung.

Data sekunder berupa data historis tahun lalu yang diperoleh dari pencatatan arsip-arsip yang tersedia pada lokasi penelitian. Data-data yang dibutuhkan antara lain mengenai sistem dan prosedur penanganan bahan pembantu, data produksi di masa lalu, jenis-jenis bahan pembantu, tingkat pemakaian bahan pembantu di masa lalu, harga bahan pembantu, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, serta data-data lain yang berhubungan dengan persediaan.

C. METODE ANALISIS

1. Identifikasi Sistem Pengendalian Persediaan Perusahaan

Dalam melakukan analisis pengendalian persediaan bahan pembantu, perlu terlebih dahulu mengidentifikasikan sistem pengendalian persediaan yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam hal ini termasuk kebijakan-kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan produksi dan pembelian bahan pembantu, cara penentuan besanya pesanan, sistem pencatatan persediaan, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan persediaan.

2. Penentuan Jenis-Jenis Bahan Pembantu

(42)

pembantu yang memiliki laju pemakaian dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi merupakan jenis bahan yang akan dianalisis pengendaliaan persediaannya. Untuk menentukan jenis bahan pembantu pada proses produksi susu pasteurisasi tersebut digunakan analisis pareto.

Pada analisis pareto dibuat rangking terhadap semua jenis bahan pembantu dalam persediaan berdasarkan nilai dan jumlah bahan pembantu yang dibutuhkan pada proses produksi sebelumnya. Setiap bahan tersebut diurutkan dari nilai yang terbesar sampai yang terkecil.

Dari daftar urutan persediaan tersebut kemudian dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok A, B, dan C. Kelompok A yaitu jenis-jenis bahan yang mencakup kurang lebih 80 % dari total nilai pemakaian seluruhnya, dengan jumlah item 20 % dari jumlah seluruh item. Kelompok B yaitu jenis-jenis bahan yang mencakup 15 % dari total nilai pemakaian seluruhnya, dengan jumlah item 30 % dari jumlah seluruh item. Kelompok C adalah bahan yang mencakup 5 % dari total nilai pemakaian seluruhnya, dengan jumlah item 50 % dari jumlah seluruh item.

3. Pengendalian Persediaan Dengan Metode MRP

Metode Material Requirements Planning (MRP) merupakan metode pengendalian persediaan berdasarkan sistem pengendalian tidak bebas. Masukan bagi metode MRP adalah jadwal produksi induk, struktur bahan dan data tingkat persediaan bahan pembantu per periode produksi. Tahapan-tahapan dalam metode MRP, adalah sebagai berikut :

a. Tahap Exploiding dan Netting

Kebutuhan kotor bahan pembantu diuraikan dari jumlah produksi susu pasteurisasi setiap periode produksi dengan bantuan struktur bahan. Kebutuhan bersih bahan pembantu pada setiap periode dihasilkan dari kebutuhan kotor bahan pembantu dikurangi persediaan bahan ditambah dengan persediaan pengaman.

b. Tahap Offsetting dan Lotting

(43)

dihitung mundur dari periode produksi sejumlah waktu tunggu. Pemilihan ukuran pemesanan pada tahap lotting didasarkan pada beberapa teknik, yaitu :

1. Lot for Lot

Dalam teknik lot for lot, suatu pesanan ditempatkan dengan jumlah yang sama dengan kebutuhan bersih pada periode dimana kebutuhan bersih terjadi terjadi. Jumlah barang yang dipesan bervariasi tergantung dari kebutuhan bersih setiap periode dan selang waktu pemesanan bervariasi tergantung dari laju pemakaian dan waktu tunggu bahan pembantu Teknik ini dapat diaplikasikan dengan asumsi bahan pembantu mudah diperoleh dengan waktu tunggu yang pasti.

2. Economic Order Quantity (EOQ).

Dalam teknik EOQ, suatu pesanan ditempatkan dengan jumlah pemesanan yang tetap. Jumlah barang yang dipesan selalu tetap dan selang waktu pemesanan bervariasi tergantung dari laju pemakaian dan waktu tunggu bahan pembantu. Metode EOQ dapat dijelaskan dengan persamaan berikut (Waters, 1992):

EOQ = Kuantitas pemesanan ekonomis (unit)

D = Permintaan rata-rata per periode (unit).

C

O = Biaya pemesanan (Rp./pesanan).

C

H = Biaya penyimpanan (Rp./unit/periode)

c. Tahap Analisis Biaya Persediaan

(44)

pada tahap lotting dengan biaya satu kali pesan Biaya penyimpanan dihitung berdasarkan tingkat rata-rata persediaan tersimpan bahan pembantu dan biaya simpan per unit per periode yang disederhanakan dengan persamaan berikut : HC = Biaya penyimpanan (Rp/unit/bulan) HS = Persediaan tersimpan (unit)

t = Periode produksi

n = Jumlah periode produksi dalam 1 bulan

d. Analisis Biaya Persediaan Metode Perusahaan

Biaya persediaan metode perusahaan adalah biaya pembeliaan, pemesanan dan penyimpanan bahan pembantu selama 1 tahun. Biaya pembelian dihitung berdasarkan data pembeliaan oleh perusahaan dengan data harga bahan pembantu. Biaya pemesanan dihitung dari jumlah pemesanan pada data pembeliaan perusahaan dengan biaya satu kali pesan. Biaya penyimpanan dihitung dari rata-rata tingkat persediaan bahan pembantu perusahaan per periode dan biaya simpan per unit per periode yang disederhanakan dengan persamaan berikut :

THC = HC

Qawal = Persediaan awal ditambah kuantitas pesanan bahan pembantu perusahaan (unit)

(45)

D. ASUMSI-ASUMSI

1. Harga bahan pembantu, biaya pemesanan, bunga modal dan gaji karyawan selama tahun 2005 sampai 2006 tidak mengalami perubahan.

(46)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KLASIFIKASI BAHAN PEMBANTU

Berdasarkan data historis dari bulan Agustus 2005 sampai dengan bulan Juli 2006 diketahui bahwa bahan pembantu yang digunakan pada produksi susu pasteurisasi di PT. Fajar Taurus berjumlah 10 item. Setiap bahan pembantu yang ada dalam persediaan memiliki tingkat prioritas yang berbeda-beda, sehingga digunakan analisis pareto untuk menentukan jenis-jenis bahan pembantu yang memerlukan prioritas pengendalian persediaannya.

Analisis pareto mengklasifikasikan jenis-jenis bahan pembantu berdasarkan nilai pemakaian masing-masing bahan pembantu. Jenis-jenis bahan pembantu yang memiliki nilai pemakaian yang tinggi memerlukan pengawasan dan penanganan yang ketat. Berdasarkan hasil analisis pareto, jenis-jenis bahan pembantu diklasifikasikan ke dalam tiga kelas, yaitu kelas A, B dan C. Pembagian kelas masing-masing bahan pembantu secara lengkap diperlihatkan pada Lampiran 2. Pembagian kelas masing-masing bahan pembantu disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Pembagian kelas masing-masing bahan pembantu Bahan Pembantu % Nilai Pemakaian % Kumulatif Kelas

Gula 77.97 77.97 A

(47)

Item bahan pembantu yang berada pada 80 % teratas yaitu : Gula Pasir dan Coklat Bubuk. Kedua item bahan pembantu tersebut memerlukan prioritas yang tinggi didalam pengendalian persediaannya, karena kedua item bahan pembantu tersebut memiliki tingkat pemakaian yang tinggi dalam investasi persediaan bahan pembantu. Grafik hubungan antara jumlah item persediaan dengan persentase kumulatif nilai persediaan disajikan pada Gambar 3.

0

Gambar 3. Grafik hubungan antara jumlah item persediaan dengan persentase nilai kumulatif.

B. SISTEM PERSEDIAAN PERUSAHAAN

(48)

Tabel 7. Tingkat pemakaian bahan pembantu gula pasir dan coklat bubuk

Gambar 4. Grafik tingkat pemakaian bahan pembantu gula pasir.

0

(49)

Tabel 7 dan Gambar 4, serta Gambar 5 di atas menggambarkan pemakaian bahan pembantu gula pasir dan coklat bubuk di PT. Fajar Taurus tidak sama setiap bulannya. Pemakaian bahan pembantu bergantung pada permintaan pasar terhadap produk susu pasteurisasi.

Pemakaian bahan pembantu gula pasir dan coklat bubuk terkecil pada bulan Nopember yaitu sebesar 2 000 kg untuk gula pasir dan 75 kg untuk coklat bubuk. Rendahnya pemakaian bahan pembantu dikarenakan waktu kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan bulan lainnya yang ditandai dengan adanya hari raya Idul Fitri. Pemakaian bahan pembantu gula pasir terbesar terjadi pada bulan Mei dan Juli yaitu sebesar 3 800 kg, sedangkan untuk coklat bubuk terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 150 kg.

Pemakaian bahan pembantu di PT. Fajar Taurus selama periode pengamatan (Agustus 2005-Juli 2006) adalah sebesar 33 700 kg untuk gula pasir dan 1 150 kg untuk coklat bubuk.

Selama periode pengamatan, PT. Fajar Taurus memiliki persediaan bahan pembantu gula pasir sebesar 13 075 kg per bulan dan coklat bubuk sebesar 1 112.5 kg per bulan. Tingkat persediaan bahan pembantu PT. Fajar Taurus selama bulan Agustus 2005 sampai bulan Juli 2006 dapat dilihat pada Tabel 8 untuk gula pasir dan Tabel 9 untuk coklat bubuk.

(50)

Tingkat persediaan bahan pembantu gula pasir dan coklat bubuk di PT. Fajar Taurus tidak sama setiap harinya. Tingkat persediaan yang ada bergantung pada penerimaan dan pemakaian bahan pembantu. Tingkat persediaan untuk bahan pembantu gula pasir dan coklat bubuk disajikan pada Gambar 6 dan Gambar 7.

Gambar 6. Grafik tingkat persediaan bahan pembantu gula pasir metode perusahaan.

Dari grafik diatas memperlihatkan tingkat persediaan gula pasir di PT. Fajar Taurus tidak sama setiap harinya. Persediaan bahan pembantu gula pasir terkecil terjadi pada bulan Mei. Rendahnya persediaan bahan pembantu disebabkan oleh persediaan akhir pada bulan sebelumnya yaitu bulan April dan penerimaan tergolong rendah, sementara tingkat pemakaian bahan pembantu cenderung tinggi.

(51)

Dalam melakukan pemesanan bahan pembantu gula pasir, perusahaan menggunakan metode order point system yaitu sistem pemesanan bahan baku dimana pesanan dilakukan apabila persediaan yang ada telah mencapai tingkat tertentu (1000 kg). Jumlah persediaan bahan baku yang terdapat di gudang tidak boleh kurang dari tingkat tersebut. Tetapi pada prakteknya, pemesanan bahan pembantu gula pasir sering melewati tingkat persediaan yang telah ditentukan.

Tabel 9. Tingkat persediaan bahan pembantu coklat bubuk Bulan Persediaan

(52)

Persediaan bahan pembantu coklat bubuk terkecil pada bulan Agustus yaitu sebesar 25 kg dan terbesar terjadi pada bulan Nopember dan Juni yaitu sebesar 137.5 kg. Rendahnya tingkat persediaan coklat bubuk disebabkan oleh tidak adanya penerimaan pada bulan Agustus, serta persediaan pada awal bulan yang tergolong rendah.

Dalam melakukan pemesanan bahan pembantu coklat bubuk, perusahaan menggunakan metode order cycle system yaitu sistem pemesanan bahan baku dimana jarak waktu pemesanan tetap. Karena didasarkan pada jarak waktu pemesanan yang tetap, maka pemesanan dilakukan tanpa memperhatikan jumlah persediaan yang masih ada. Perusahaan melakukan pemesanan untuk bahan pembantu coklat bubuk setiap 2 bulan sekali.

Perusahaan dalam melakukan pengendalian persediaan bahan pembantu melakukan kordinasi antara purchasing, warehouse dan bagian produksi. Selama periode pengamatan (Agustus 2005-Juli 2006), PT. Fajar Taurus melakukan pemesanan dengan frekuensi yang berbeda antara bahan pembantu gula pasir dan coklat bubuk. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan bahan pembantu gula pasir dan coklat bubuk disajikan pada Tabel 10 dan Tabel 11.

Tabel 10. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan gula pasir Bulan Frekuensi Kuantitas

(53)

Untuk bahan pembantu gula pasir yang berasal dari dalam negeri, perusahaan melakukan pemesanan dengan kuantitas yang besar. Hal ini bertujuan untuk menjaga tingkat persediaan bahan pembantu agar dapat selalu memenuhi kebutuhan produksi dan mengantisipasi kesalahan pada produksi. Pada bulan Agustus 2005 sampai bulan Juli 2006 perusahaan pemesanan gula pasir sebanyak 13 kali dengan rata-rata kuantitas per pesan sebesar 2 611.5 kg.

Tabel 11. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan coklat bubuk Bulan Frekuensi Kuantitas

Pesanan (kg)

Untuk bahan pembantu coklat bubuk PT. Fajar Taurus melakukan pemesanan sebanyak 5 kali dengan rata-rata kuantitas per pesan adalah sebesar 250 kg. Pemesanan terhadap coklat bubuk jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pemesanan gula pasir karena pemakaian bahan pembantu coklat bubuk hanya digunakan untuk satu jenis produk susu pasteurisasi.

(54)

Tabel 12. Biaya total persediaan bahan pembantu metode perusahaan Biaya Persediaan (Rp.)

Bahan Biaya Pembelian

Biaya Simpan

Biaya Pesan

Total

Gula Pasir 182 481 250 724 224 526 500 183 731 974 Coklat Bubuk 18 834 375 169 156 202 500 19 206 031 Total 201 315 625 893 380 729 000 202 938 005

Biaya total pembelian yang dikeluarkan perusahaan untuk coklat bubuk adalah sebesar Rp. 18 834 375, biaya total penyimpanan sebesar Rp. 169 156 dan biaya total pemesanan sebesar Rp. 202 500. Total biaya persediaan coklat bubuk yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 19 206 031.

C. WAKTU TUNGGU

Waktu tunggu adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan barang sampai dengan kedatangan barang yang dipesan dan diterima di gudang persediaan. PT. Fajar Taurus memesan bahan pembantu dari beberapa pemasok. Berdasarkan data waktu tunggu yang diperoleh dari bagian gudang didapatkan bahwa waktu tunggu pemesanan bahan pembantu bervariasi antara satu item dengan item yang lainnya.

Bervariasinya waktu tunggu ini terjadi karena perbedaan asal dari bahan pembantu. Untuk bahan pembantu yang diproduksi di dalam negeri mempunyai waktu tunggu yang relatif singkat, sedangkan untuk bahan pembantu impor memerlukan waktu tunggu pemesanan yang lebih lama.

(55)

D. PERSEDIAAN PENGAMAN

Perhitungan besarnya persediaan pengaman dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan berdasarkan tingkat pelayanan (sevice level). Tingkat pelayanan adalah tingkat kemampuan persediaan pengaman untuk memenuhi kebutuhan permintaan selama waktu tunggu. Semakin tinggi tingkat pelayanan, maka akan semakin tinggi kemampuan persediaan untuk memenuhi permintaan selama waktu tunggu.

Penentuan persediaan pengaman dimulai dengan menentukan tingkat pelayanan (service level) yang dipilih yaitu sebesar 95 %, hal ini berarti terdapat peluang sebesar 0.95 semua kebutuhan bahan pembantu dapat terpenuhi dan terdapat resiko kekurangan bahan sebesar 0.05.

Kemudian menentukan rata-rata permintaan untuk setiap produk susu pasteurisasi dan simpangan bakunya dari jadwal induk produksi. Simpangan baku harian sama dengan simpangan baku permintaan selama waktu tunggu, karena waktu tunggu produksi susu pasteurisasi adalah 1 hari. Persediaan pengaman diperoleh dengan mengalikan faktor pengaman Z(0.95) = 1.64

dengan simpangan baku. Rata-rata permintaan harian, simpangan baku dan persediaan pengaman produk susu pasteurisasi dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rata-rata permintaan harian, simpangan baku dan persediaan pengaman produk susu pasteurisasi

Strawberry 164.28 125.71 206.17

Coklat 445.15 318.13 521.74

Kacang Hijau 163.12 127.90 209.75

Jahe 114.47 74.16 121.63

(56)

Tabel 14. Persediaan pengaman gula pasir dan coklat bubuk Bahan Pembantu Persediaan Pengaman

Gula Pasir (kg) 115.03

Coklat Bubuk (kg) 3.34

E. BIAYA-BIAYA PERSEDIAAN

PT. Fajar Taurus mengeluarkan sejumlah biaya atas persediaan bahan pembantu gula pasir dan coklat bubuk yang terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan pembantu. Besarnya biaya pembelian dipengaruhi oleh kuantitas dan harga per unit bahan pembantu. Harga rata-rata untuk gula pasir adalah sebesar Rp. 5 375 per kg, sedangkan harga coklat bubuk adalah Rp.15 067.5 per kg.

Biaya pemesanan bahan pembantu di PT. Fajar Taurus meliputi : biaya telepon, biaya fax, gaji pegawai bagian purchasing dan biaya administrasi. Besarnya biaya ini tergantung dari frekuensi dilakukannya pemesanan dan bukan dari banyaknya kuantitas bahan pembantu yang dipesan. Komponen biaya pemesanan untuk setiap kali pesan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Komponen biaya pemesanan bahan pembantu

No. Jenis Biaya Biaya Pemesanan (Rp./pemesanan)

1. Biaya Telepon 2 500

2. Biaya Fax 1 500

3. Gaji Pegawai 30 000

4. Biaya Administrasi 1500

5. Biaya Transfer Bank 5 000

Total 40 500

(57)

diperhitungkan sebagai biaya, karena uang yang dipergunakan untuk membeli bahan pembantu tidak bisa dipergunakan untuk usaha lain.

Tingkat suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini merupakan rata-rata dari tingkat suku bunga investasi yang berlaku selama periode pengamatan (Agustus 2005–Juni 2006) sebesar 11.91 % (Bank Indonesia).

Perhitungan biaya penyimpanan dapat diliihat secara lengkap pada Lampiran 6. Komponen biaya penyimpanan bahan pembantu gula pasir disajikan pada Tabel 16, sedangkan komponen biaya simpan untuk bahan pembantu coklat bubuk disajikan pada Tabel 17.

Tabel 16. Komponen biaya simpan bahan pembantu gula pasir No. Jenis Biaya Biaya Simpan (Rp./ kg / bulan)

1. Bunga Modal 53.60

2. Penyusutan Gudang 1.30

3. Penyusutan Palet 0.49

Total 55.39

Tabel 17. Komponen biaya simpan bahan pembantu coklat bubuk No. Jenis Biaya Biaya Simpan (Rp./ kg / bulan)

1. Bunga Modal 150.26

2. Penyusutan Gudang 1.30

3. Penyusutan Palet 0.49

Total 152.05

G. PENGENDALIAN PERSEDIAAN METODE MRP

(58)

Tabel 18. Struktur bahan produk susu pasteurisasi PT. Fajar Taurus Komposisi 1 liter

Bahan Baku

Manis Coklat Strawberry Jahe Kacang Hijau Sumber : Bagian Quality Control PT. Fajar Taurus, 2006

Metode MRP tidak mencoba membuat persediaan bahan pembantu menjadi tersedia setiap saat. Metode ini merencanakan ukuran lot sehingga bahan pembantu tersedia pada saat dibutuhkan. Dengan menggunakan metode MRP tingkat persediaan bahan pembantu menjadi lebih rendah dan biaya penyimpanan dapat dikurangi.

Penentuan ukuran lot pemesanan bahan pembantu untuk memenuhi kebutuhan bersih dilakukan dengan menggunakan teknik lot for lot (LFL) dan economic order quantitiy (EOQ). Kemudian ditentukan kapan pemesanan dilakukan berdasarkan waktu tunggu. Kebutuhan gula pasir pada PT. Fajar Taurus dapat terpenuhi dalam waktu 7 hari setelah pemesanan dilakukan, sedangkan kebutuhan coklat bubuk dapat terpenuhi dalam waktu 14 hari setelah pemesanan dilakukan.

1. Teknik Lot for Lot a. Gula Pasir

(59)

hari ke 30, perusahaan mulai melakukan pemesanan pada hari ke 23 dan demikian pula untuk periode seterusnya. Pemesanan dilakukan bila persediaan tersimpan tidak dapat memenuhi kebutuhan kotor bahan pembantu pada suatu periode. Hasil analisis metode MRP teknik LFL bulan Agustus sampai Oktober 2005 dapat dilihat pada Lampiran 5, 6, dan 7. Tingkat persediaan gula pasir dengan teknik LFL dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik tingkat persediaan gula pasir teknik LFL.

Pada teknik LFL kuantitas pemesanan bahan pembantu ditetapkan sama dengan jumlah kebutuhan bersihnya ditambah dengan persediaan pengaman. Asumsi pada lot for lot untuk bahan pembantu gula pasir adalah bahan pembantu mudah didapat dan waktu tunggu pasti.

(60)

pengaman yang jumlahnya tetap. Teknik LFL dapat diaplikasikan oleh perusahaan dengan memperbaharui waktu tunggu pemesanan bahan pembantu menjadi lebih singkat. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan bahan pembantu gula pasir disajikan pada Tabel 19. Waktu pemesanan bahan pembantu gula pasir teknik LFL untuk bulan September dapat dilihat pada Lampiran 12.

Biaya total pembelian untuk bahan pembantu gula pasir sebesar. Rp. 169 633 818, biaya total penyimpanan sebesar Rp. 106 225 dan biaya total pemesanan sebesar Rp. 7 047 000. Total biaya persediaan gula pasir dengan teknik LFL adalah sebesar Rp. 176 787 044.

Tabel 19. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan gula pasir teknik LFL Bulan Frekuensi Kuantitas

Pesanan (kg)

Persediaan Rata-rata (kg)

Agustus 4 751.25 969.02

September 15 2 893.89 80.58

(61)

pada Lampiran 5, 6, dan 7. Tingkat persediaan coklat bubuk dengan teknik LFL dapat dilihat pada Gambar 9.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan teknik LFL, maka dapat diketahui total pembelian bahan pembantu coklat bubuk adalah sebanyak 918.21 kg dengan jumlah persediaan rata-rata per hari sebesar 129.99 kg. Frekuensi pemesanan yang dilakukan adalah sebanyak 171 kali dengan kuantitas pemesanan yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan bersih setiap harinya ditambah dengan persediaan pengaman yang jumlahnya tetap. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan bahan pembantu coklat bubuk disajikan pada Tabel 20. Waktu pemesanan bahan pembantu gula pasir teknik LFL untuk bulan September dapat dilihat pada Lampiran 13.

0

Gambar 9. Grafik tingkat persediaan coklat bubuk teknik LFL.

(62)

Tabel 20. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan coklat bubuk teknik LFL Bulan Frekuensi Kuantitas

Pesanan (kg)

2. Teknik Economic Order Quantity (EOQ) a. Gula Pasir

(63)

0

Gambar 10. Grafik tingkat persediaan gula pasir teknik EOQ

Dalam teknik EOQ kuantitas pemesanan yang dilakukan adalah sebesar jumlah pemesanan yang ekonomis ditambah dengan persediaan pengaman, yaitu sebesar 481.3 kg. Perhitungan pemesanan yang ekonomis dapat dilihat pada Lampiran 11.

Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat diketahui total pembelian bahan pembantu gula pasir adalah sebanyak 31 765.8 kg dengan frekuensi pemesanan sebanyak 66 kali. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan bahan pembantu gula pasir disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan gula pasir teknik EOQ Bulan Frekuensi Kuantitas

(64)

Biaya total pembelian untuk bahan pembantu gula pasir sebesar Rp. 170 741 175, biaya total penyimpanan sebesar Rp. 200 340 dan biaya total pemesanan sebesar Rp. 2 673 000. Total biaya persediaan gula pasir dengan teknik EOQ adalah sebesar Rp. 173 614 515.

b. Coklat Bubuk

Pada awal bulan Agustus 2005, terdapat persediaan coklat bubuk sebesar 125 kg di gudang sebagai sisa produksi pada bulan Juli 2005. Persediaan awal ini hanya mampu mencukupi kebutuhan bahan pembantu perusahaan selama 50 hari awal produksi. Dengan waktu tunggu selama 14 hari, maka untuk memenuhi kebutuhan coklat bubuk pada hari ke 51, perusahaan mulai melakukan pemesanan pada hari ke 37 dan demikian pula untuk periode seterusnya. Hasil analisis metode MRP teknik EOQ bulan Agustus sampai Oktober 2005 dapat dilihat pada Lampiran 8, 9, dan 10. Tingkat persediaan coklat bubuk dengan teknik EOQ dapat dilihat pada Gambar 11.

0

Gambar 11. Grafik tingkat persediaan coklat bubuk teknik EOQ

(65)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik EOQ, maka dapat diketahui total pembelian coklat bubuk adalah sebanyak 933 kg dengan jumlah persediaan rata-rata per hari adalah sebesar 349.14 kg. Frekuensi pemesanan sebanyak 20 kali dengan kuantitas pemesanan yang tetap setiap kali pemesanan. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan bahan pembantu gula pasir disajikan pada Tabel 22. Waktu pemesanan bahan pembantu coklat bubuk teknik EOQ untuk bulan September dapat dilihat pada Lampiran 15.

Biaya total pembelian untuk bahan pembantu coklat bubuk sebesar Rp. 14 057 978, biaya total penyimpanan sebesar Rp. 53 086 dan biaya total pemesanan sebesar Rp. 810 000. Total biaya persediaan coklat bubuk dengan teknik EOQ sebesar Rp. 14 921 064 yang diperoleh dari penjumlahan antara biaya total pembelian, biaya total pemesanan dan biaya total penyimpanan.

Tabel 22. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan coklat bubuk teknik EOQ Bulan Frekuensi Kuantitas

Pesanan (kg)

H. PERBANDINGAN METODE PENGENDALIAN PERSEDIAAN

(66)

Perbandingan hasil pengendalian persediaan bahan pembantu gula pasir dan coklat bubuk selama bulan Agustus 2005 sampai Juli 2006 dengan menggunakan metode perusahaan, metode MRP teknik LFL dan teknik EOQ dapat dilihat pada Tabel 23 dan 24.

Tabel 23. Perbandingan pengendalian persediaan gula pasir metode perusahaan dan metode MRP

Metode MRP Komponen Metode

Perusahaan LFL EOQ

Total Pembelian (kg) 33 950 31 559.78 31 765.80 Total Persediaan Rata-rata (kg) 26 025 1 882.76 3 616.90

Frekuensi Pemesanan 13 174 66

Biaya Total Pembelian (Rp.) 182 481 250 169 633 818 170 741 175 Biaya Total Penyimpanan (Rp.) 724 224 106 225 200 340 Biaya Total Pemesanan (Rp.) 526 500 7 047 000 2 673 000 Biaya Total Persediaan (Rp.) 183 731 974 176 787 044 173 614 515

Tabel 24. Perbandingan pengendalian persediaan coklat bubuk metode perusahaan dan metode MRP

Biaya Total Pembelian (Rp.) 18 834 375 13 835 176 14 057 978 Biaya Total Penyimpanan (Rp.) 169 156 19 841 53 086 Biaya Total Pemesanan (Rp.) 202 500 6 885 000 810 000 Biaya Total Persediaan (Rp.) 19 206 031 20 740 017 14 921 064

Berdasarkan Tabel 23 dan Tabel 24 dapat dilihat perbedaan dalam komponen yang dianalisis baik dalam total pembelian, total persediaan rata-rata, frekuensi pemesanan, biaya total pembelian, biaya total penyimpanan, biaya total pemesanan maupun biaya total persediaan dalam setiap metode.

(67)

Frekuensi pemesanan bahan pembantu pada teknik LFL lebih tinggi dibandingkan dengan metode perusahaan dan teknik EOQ. Tingginya frekuensi pemesanan pada teknik LFL disebabkan karena ukuran pemesanan yang dilakukan pada teknik LFL adalah sebesar kebutuhan bersihnya pada suatu periode ditambah dengan persediaan pengaman. Hal ini menyebabkan biaya pemesanan pada teknik LFL jauh lebih besar dibandingkan dengan metode perusahaan dan teknik EOQ.

Biaya total persediaan untuk gula pasir yang dihasilkan oleh teknik EOQ lebih rendah daripada metode perusahaaan dan teknik LFL. Biaya total persediaan gula pasir terkecil diperoleh dengan menggunakan teknik EOQ yaitu sebesar Rp. 173 614 515 dibandingkan dengan menggunakan metode perusahaan sebesar Rp. 183 731 974 dan teknik LFL sebesar Rp. 176 787 044.

Biaya total persediaan untuk coklat bubuk yang tebesar dihasilkan oleh teknik LFL, hal ini disebabkan frekuensi pemesanan pada teknik LFL yang jauh lebih besar dibandingkan dengan metode perusahaan dan teknik EOQ yang berakibat pada besarnya biaya total pemesanan. Biaya total persediaan coklat bubuk dengan teknik LFL yaitu sebesar Rp. 20 740 017 sedangkan dengan menggunakan metode perusahaan sebesar Rp. 19 206 031 dan teknik EOQ sebesar Rp. 14 921 064.

Kedua teknik pada metode MRP tersebut cenderung menghasilkan biaya total persediaan termasuk biaya total pembelian, penyimpanan dan pemesanan yang lebih rendah dari metode yang digunakan perusahaan, kecuali pada teknik LFL untuk bahan pembantu coklat bubuk yang menghasilkan biaya total persediaan yang lebih tinggi. Besarnya penghematan yang dihasilkan oleh masing-masing teknik dalam metode MRP dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Penghematan biaya total persediaan metode MRP terhadap metode perusahaan

Bahan Pembantu Teknik LFL (Rp.) Teknik EOQ (Rp.)

Gula Pasir 6 944 931 10 117 459

Coklat Bubuk -1 533 986 4 284 967

Gambar

Tabel 1. Standar mutu susu pasteurisasi PT. Fajar Taurus
Tabel 3. Struktur bahan bentuk tabel (Stevenson, 1992)
Tabel 4. Format MRP (Stevenson, 1992)
Tabel 5. Faktor pengaman pada frekuensi service level
+7

Referensi

Dokumen terkait

Miakapaham wangun jeung unsur intrinsik dongéng téh bisa dipaké alat ku guru pikeun ngararancang bahan ajar, modél, métode,sarta téhnik pangajaran basa Sunda. Ngajembaran

Alasan peneliti memilih sekolah tersebut untuk melakukan penelitian karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang IPA diperoleh informasi bahwa hasil

Dimana sumnber objek penelitian wali murid RA AL Barokah dan guru yang mengajar disana.Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan cara wawancara

ambar  merupakan gambar jari pasien penyakit Buerger yang telah terjadi gangren. ondisi ini sangat terasa nyeri dan dimana suatu saat dibutuhkan amputasi pada daerah

meliputi persiapan materi, perangkat pembelajaran dan juga dari diri pribadi mahasiswa. Hendaknya mahasiswa sering berkonsultasi pada guru dan dosen pembimbing

Capaian Program Jumlah Cakupan (Jenis) Sarana Dan Prasarana Perkantoran/Aparatur Yang Berada Dalam Kondisi Yang Bagus Dan Berfungsi Dengan Baik Sesuai Standar.

Strategi pengelolaan kawasan meliputi (a) mengoptimalkan potensi keanekaragaman hayati yang mencakup flora dan fauna baik pada hutan alam maupun hutan tanaman serta ekosistem

Penerapan hukum pidana materil terhadap tindak pidana pencemaran nama baik melalui tulisan sudah sesuai, perbuatan terdakwa telah terbukti secara sah memenuhi