• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESORT DI KAWASAN HUTAN MANGROVE REMBANG (dengan Penekananarsitektur Neo-Vernakular) Resort Di Kawasan Hutan Mangrove Rembang dengan Penekanan Arsitektur Neo-Vernakular).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RESORT DI KAWASAN HUTAN MANGROVE REMBANG (dengan Penekananarsitektur Neo-Vernakular) Resort Di Kawasan Hutan Mangrove Rembang dengan Penekanan Arsitektur Neo-Vernakular)."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

RESORT DI KAWASAN HUTAN MANGROVE REMBANG (dengan Penekananarsitektur Neo-Vernakular)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Strata I pada Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik

Oleh:

HAKAM KURNIAWAN D300 120 042

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)
(4)
(5)

1

RESORT DI KAWASAN HUTAN MANGROVE REMBANG (dengan Penekanan Arsitektur Neo-Vernakular)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ABSTRAK

Banyaknya obyek pariwisata di Kabupaten Rembang Merupakan sebuah potensi yang belum banyak dikembangkan. Dalam kehidupan masyarakat modern saat ini, rekreasi telah menjadi kebutuhan hidup. Hal ini berkaitan erat dengan kesibukan yang dihadapi didalam kehidupan sehari hari sehingga membutuhkan kegiatan yang bersifat santai dan dapat menenangkan diri. Permasalahan ini terselesaikan melalui bisnis rekreasi dan liburan. Resort dapat didefinisikan sebagai penginapan yang terletak di kawasan wisata dan menyediakan fasilitas untuk berlibur, rekreasi dan olahraga. Umumnya diperuntukkan bagi tamu yang ingin beristirahat pada hari libur untuk long-stay atau yang sedang datang untuk berekreasi dan menginginkan perubahan dari kegiatan sehari-hari. Sehingga diharapkan mampu menyediakan fasilitas berlibur, memberi rasa nyaman dan keluar dari rutinitas, memanfaatkan potensi alam yang ada juga mampu menunjukkan budaya atau ciri khas daerah itu sendiri. Terkhusus untuk daerah pesisir Kabupaten Rembang, dasar konsep perencanaan diharuskan mengacu pada budaya setempat. Hal ini berkaitan erat dengan pemilihan penekanan arsitektur Neo-Vernakular sebagai landasan konseptual dalam perencaan dan perancangan resort di kawasan hutan mangrove rembang sebagai jalan keluar dari permasalahan yang sudah ada.

Kata Kunci: Resort, Hutan Mangrove, Neo-Vernakular

ABSTRACT

The many`s of tourism in Rembang it`s a potential but that has not been developed. In the real life todays modern society, leisure has become a necessity of life. It`s closely linked with the flurry faced in their daily lives and thus require activities that are relaxing and calming down. This problem can resolved through recreation an leisure business. Resort can be defined as an inn located in the tourism area and provides facilities for leisure, recreation and sport. Generally reserved for guests who want to relax on holiday for a long stay or who are coming for receation and wanted a change from everyday activies. That are expected to provide facilities on vacation, give a sense of comfort and come out of the routines, utilizing the existing natural potential ai also able to show the cultural or characteristic of the region. Especially in The Rembang city area, the basic concept of planning is required to refer from the local culture. It`s all about the related election emphasis Neo-Vernakular architecture as a conceptual basis in the planing and desain of the resorts in mangrove forest of ashdod as a way out of the problem.

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Dalam kehidupan masyarakat modern saat ini, rekreasi telah menjadi kebutuhan hidup. Hal ini berkaitan erat dengan kesibukan yang dihadapi didalam kehidupan sehari hari sehingga membutuhkan kegiatan yang bersifat santai dan dapat menenangkan diri (kegiatan wisata). Permasalahan ini terselesaikan melalui bisnis rekreasi dan liburan. Resort dapat didefinisikan sebagai penginapan yang terletak di kawasan wisata dan menyediakan fasilitas untuk berlibur, rekreasi dan olahraga. Umumnya diperuntukkan bagi tamu yang ingin beristirahat pada hari-hari libur untuk long-stay atau yang sedang datang untuk berekreasi dan menginginkan perubahan dari kegiatan sehari-hari dan terletak cukup jauh dari pusat kota. Sehingga penginapan diharapkan mampu menyediakan fasilitas berlibur, memberi rasa nyaman dan keluar dari rutinitas, memanfaatkan potensi alam yang ada juga mampu menunjukkan budaya atau ciri khas daerah itu sendiri. Terkhusus untuk daerah pesisir Kabupaten Rembang, pembangunan diharuskan mengacu pada budaya setempat.

1.1 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan beberapa uraian di atas maka permasalahan dari konsep perencanaan dan perancangan Resort di Kawasan Hutan Mangrove di Rembang adalah sebagai Berikut :

1. Bagaimana mewujudkan sebuah rancangan resort di dalam kawasan hutan mangrove Pasar Banggi Rembang sebagai fasilitas akomodasi bagi wisatawan yang berkunjung didaerah wisata tersebut dan mampu memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan domestik maupun mancanegara, dan juga dapat mengkonservasi hutan mangrove dari kerusakan-kerusakan yang tidak di inginkan.

2. Bagaimana mewujudkan sebuah resort di Kawasan Hutan Mangrove Pasar Banggi Rembang dengan konsep arsitektur neo-vernakular

2. METODE PENELITIAN

(7)

3

a. Metode pengumpulan data melalui observasi, yaitu melakukan pengamatan terhadap tapak perencanaan untuk mengetahui kondisi eksisting kawasan, baik permasalahan maupun kemungkinan potensi, serta kajian literatur, yaitu melakukan penelaahan teori-teori mengenai permasalahan dan pengembangan kawasan pesisir dan hutan mangrove.

b. Metode analisis data melalui kajian komperasi yaitu membandingkan kondisi kawasan resort dan pengolahan kawasan hutan wisata yang telah berkembang di kota-kota lain maupun yang berada di luar negeri untuk mendapatkan poin-poin perencanaan terbaik untuk kemudian disesuaikan dengan standar yang berlaku untuk kawasan publik sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

c. Metode pembahasan konsep melalui analisis deskriptif, yaitu menguraikan permasalahan dengan menggambarkan kondisi faktual dengan mengemukakan fakta-fakta yang ada di lapangan untuk kemudian mencari solusi pemecahan masalah yang akan menjadi konsep perencanaan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 GAGASAN PERENCANAAN

Berdasarkan tinjauan dari bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa perencanaan taman Kota Tasikmalaya merupakan salah satu upaya untuk meberikan fasilitas ruang terbuka bagi masyarakat Kota Tasikmalaya dengan cara membangun taman berbasis kreatif edukarif dan galeri kota merupakan salah satu upaya untuk

melestarikan, meningkatkan, dan mengembangkan potensi-potensi yang ada di Kota Tasikmalaya. Dalam menentukan arahan desain perancangan harus elihat kembali tujuan dari bangunan yang direncanakan, Taman dan Galeri Kota Tasikmalaya memiliki tujuan pusat ruang terbuka bagi masyarakat Kota Tasikmalaya untuk mendorong ter terwujudnya budaya kreatif masyarakat.

3.2 KONSEP PERANCANGAN 3.2.1 KONSEP BANGUNAN

(8)

4

dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan para pengunjung, diantaranya adalah:

a. Membuat sebuah kawasan yang dapat menjadi destinasi pariwisata di Kabupaten Rembang sekaligus menjadi tempat yang dapat mengelola dan menjaga hutan mangrove yang ada di daerah Pasar Banggi.

b. Membuat sebuah kawasan resort yang dibangun di area sekitar pantai dan hutan mangrove, sehingga para pengunjung resort dapat menikmati suasana yang ada di kawasan hutan mangrove secara leluasa

3.2.2 KONSEP PENEKANAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

Arsitektur neo-vernakular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosofi, tata ruang) dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyak mengalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat.

Dapat dilihat bahwa arsitektur neo-vernakular tidak ditunjukkan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lebih pada keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh neo-vernakular melalui trend akan rehabilitasi dan pemakaian kembali elemen-elemen lokal.

Unsur-unsur baru dalam arsitektur neo-vernakular dapat dicapai dengan cara mencampurkan antara unsur setempat dengan teknologi modern, tetapi masih mempertimbangkan unsur kelokalan setempat. Biasanya penggabungan dari unsur-unsur lokal dan modern jika digabungkan memiliki ciri-ciri seperti berikut:

a. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim seempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen).

(9)

5

c. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visual bangunan).

Beberapa aspek di atas dapat diaplikasikan dalam bentuk desain arsitektur dengan analisa dan konsep sebagai berikut:

Aspek Analisa Pendekatan Aplikasi Penerapan pada Bangunan

Bentuk

Cottage Menerapkan banguna yang memiliki konsep neo-vernakular yang baru.

[image:9.595.109.519.209.747.2]

- Tidak menggunakan sekat ruang pada galeri. Gedung galeri dibiarkan terbuka pada ruang diplay - Menghilangkan bentuk bangunan yang kaku (lingkaran dan oval)

Gambar Error! No text

of specified style in document.1 Bentuk bangunan resort

Sumber: analisa pribadi, 2016

Gambar 2 ruang tanpa sekat

Sumber: Pinterest, 2016

Gambar 3 konsep Bentuk Masa

Sumber: analisa pribadi, 2016

Fasad Banfuna n Utama

Bentuk bangunan utama sangat deitekannkan pada bentuk arsitektur neo-vernakular

Gambar 4 Fasad Bangunan Utama

Sumber: analisa pribadi, 2016

Kawasan Bentuk kawasan di

rencanakan sedemikian

(10)

6

Aspek Analisa Pendekatan Aplikasi Penerapan pada Bangunan

memiliki hubungan

[image:10.595.108.516.112.417.2]

dengan semua ekosisitem pendukung kawasan

Gambar 5 Pengolahan kawasan

Sumber: analisa pribadi, 2016

Interior Menerapkan konsep

utama modern

vernakular sebagai

konsep utama dan aspek yang ada di sekitarnya

sebagai komponen

pendukung.

- Ruang resort di desain tanpa memiliki sekat ruang. Untuk membedakan ruang, maka di desain untuk merubah suasana disetiap perubahan situasi

- Potensi alam, suasana ruang diselaraskan dengan keadan sekitar dan memaksimalkan:

a. Bunyi alam (laut dan hutan) b. Suasana angin

c. Suhu

d. Dan pendukung lainnya

3.3 KUTIPAN DAN ACUAN 3.3.1 STUDI LITERATUR 3.3.1.1 Resort

Dari pengertian berbagai literatur tentang pengertian resort yang telah dikumpulkan, maka dapat disimpulkan resort adalah sebuah hotel yang terletak dikawasan wisata, yang secara total menyediakan fasilitas untuk berlibur, rekreasi dan olah raga. Juga umumnya tidak bisa dipisahkan dari kegiatan menginap bagi pengunjung yang berlibur dan menginginkan perubahan dari kegiatan sehari-hari 3.3.1.2 Hutan Mangrove

Berdasarkan pengertian dari beberapa literatur tentang definisi mangrove, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian Mangrove adalah kelompok tumbuhan berkayu yang tumbuh di sekeliling garis pantai dan dapat beradaptasi terhadap tingginya kadar salinitas payau.

3.3.1.3 Arsitektur Neo-Vernakular

(11)

unsur-7

unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyak mengalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat.

3.3.2 STUDI KOMPARASI 3.3.2.1 Maya Ubud Resort

Menurut (Dwijendra, 2008) dalam bukunya, terdapat beberapa citra khas dari sebuah bangunan yang bersitektur tradisional Bali. Berikut beberapa analisa dalam konsep arsitektur neo-vernakular Bali pada Maya Resort Ubud:

a. Hierarki Ruang (Tri Loka dan Tri Angga)

Penggunaan konsep Tri Loka (kepala, badan, kaki) tidak begitu diterapkan dalam desain resort ini, namun konsep Tri Angga (utama, madya, nista) dapat ditemukan penerapannya dalam desain tapak bangunan. Pura diletakkan di bagian paling utara dan tertinggi, area Guest Room di bagian tengah, dan area spa (pembersihan) berada di area paling bawah selatan. b. Orientasi Kosmologis (Nawa Sanga dan Sanga Mandala)

Konsep ini tidak di terapkan pada desain Maya Resor. c. Keseimbangan Kosmologis (Manik Ring Cucupu)

Konsep keseimbangan kosmologis (Manik Ring Cucupu) terlihat dari desain hotel yang dapat beradaptasi dengan lingkungan bukit terjal dan Sungai Petanu. Hal ini terlihat dari desain Swimming pool area dan spa yang berbentuk meliuk-liuk mengikuti bentuk bibir sungai dan tebing yang curam.

Tidak hanya itu, penyusunan letak unit-unit villa juga disesuaikan dengan kontur bukit yang ada di sekitar resort. Desain terbuka khas Bali juga mencerminkan konsep arsitektur vernakular Bali telah di terapkan dalam desain resort tersebut.

d. Ukuran

Ukuran yang dipakai tidak mengacu pada sistem ukuran tradisional bali, melainkan menggunakan ukuran standar internasional.

(12)

8

Konsep ini diterapkan pada area-area yang bersifat publik untuk menampilkan kesan tradisional Bali. Area-area yang bersifat privat seperti pada guest room semaksimal mungkin di buat terbuka agar mendapatkan kesan Bali yang maksimal.

f. Kejelasan Struktur

Sebagian besar struktur dibuat dengan struktur bangunan modern, namun pada bagian-bagian tertentu dibuat dan ditampilkan seperti bangunan tradisional Bali pada umunya, namun menggunakan bahan-bahan modern. Untuk struktur atap desain resort ini menggunakan atap khas Bali dengan material modern.

g. Penggunaan Material

[image:12.595.214.410.445.574.2]

Pada bagian-bagian tertentu pada bangunan Maya Resort yang menonjolkan bentuk tradisional, material yang dipakai di tampilkan apa adanya dan dijadikan daya tarik dan ciri khas dari Maya Resort. Namun pada kenyataanya material yang digunakan tidak seutuhnya berasal dari lingkungan sekitar.

Gambar 6 Kawasan Maya Ubud Resort Sumber: www.mayaresorts.com/ubud/en/rooms-villas

28 Maret 2016

2. KESIMPULAN

(13)

9

Berikut rangkuman konsep perancangan resort di kawasan hutan mangrove Rembang:

a. Konsep ini diharapkan dapat memperkenalkan gaya arsitektur vernakular di sekitar

b. Sebagian besar site perencanaan dialokasikan sebagai area hijau

c. Banguanan yang ada pada sekitar kawasan site merupakan bentuk percampuran dari gaya arsitektur vernakular dan modern sehingga dapat menjadi bentuk bangunan yang belum ada sebelumnya disekitar kawasan tersebut.

d. Sistem sirkulasi direncanakan hanya satu arah sirkulasi, hal ini untuk memperkecil celah keamanan yang ada pada kawasan dan mempermudah pengawasan.

e. Jenis vegetasi yang ada pada sekitar kawasan tidak dapat di gantikan dengan jenis vegetasi baru, hal ini berkaitan dengan peraturan atau regulasi yang telah dibuat oleh pemerintah.

3. DAFTAR PUSTAKA

(t.thn.). Dipetik November 2015, dari Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Budidaya

BPS. (2014). Rembang Dalam Angka 2014. Rembang: BPS Kabupaten Rembang. BPS. (2015). Statistik Hotel dan Akomodasi Lainnya di Indonesia. Jakarta: BPS-Statistics Indonesia.

Chuck, G. Y. (1988). Resort Development and Management. Watson: Guptil Publication.

Darmadjati, S. R. (2001). Istilah-Istilah Dunia Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramitha.

De, C., & York, J. (1996). Time Saver Standards. New York.

DIRJEN PARIWISATA. (1988). Pariwisata Tanah Air Indonesia. Dalam D. PARIWISATA, Pariwisata Tanah Air Indonesia (hal. 13). Jakarta: Pariwisata Tanah Air Indonesia.

Dwijendra, N. K. (2008). Arsitektur Rumah Tradisional Bali: Berdasarkan Astra Kosala-Kosali. Badung, Bali: Bali Media Adhikarsa [dengan] Udayana University Press.

(14)

10

Golany, G. S. (2000). Urban Planning for and Zones. AmericanExpenaces and Direction. New York.

Haryadi, & Hatmoko, A. (1999). Buku Pegangan Arsitektur Vernakular UGM. Yogyakarta: UGM Press.

Hornby, A. S. (1974). Oxford Leaner's Dictionary of Current English. UK: Oxford University Press.

Jencks, C. (2002). The New Paradigm In Architecture: The Language of Post-Modernism. New Haven, USA: Yale University Press.

KEMENPAR. (2013). PERMENPAR No PM 53/HM001/MPEK/2013 TENTANG STANDAR USAHA HOTEL. Jakarta: KEMENPAR.

Krier, L. (2009). The Architecture of Communication. Island Press.

Kurniasih, S. (2009). Prinsip Hotel Resort (Studi Kasus: Putri Duyung Cottage-Ancol, Jakarta utara). Jakarta: Universitas Budi Luhur.

Lowson, F. (1995). Hotel and Resor Planning, Design and Refurbishment. USA: Architectural Press.

Lowson, F. (1995). Hotel, Motels and Condominiums: Design, Planning, and Maintenance. Architectural Press.

Mangrove Information Centre. (2003). PENGELOLAAAN KAWASAN HUTAN MANGROVE YANG BERKELANJUTAN. Seminar Pengelolaan Hutan Mangrove Denpasar. Denpasar Bali.

Maroeto, & Suhardjono, H. (1999). Konservasi Pada Wilayah Hutan Mangrove Di Daerah Teluk Prigi Kabupaten Trenggalek.

MENHUB. (1977). SK Menteri Perhubungan No. PM. 10/P.V.301/PHT/77. Jakarta.

MENPARPOSTEL. (1987). SK No. KM 34 HK103/MPPT-87. Jakarta.

MENPARPOSTEL. (1986). SK No.037/PW.304/MpPPT-86 Definisi Hotel. Jakarta: MENPARPOSTEL.

Natalia Liem, N. D. (2015). Wedduing Venue Sebagai Tempat Resepsi dan Exhibition di Sleman.

Neufert, E. (2012). Architect's Data.

(15)

11

Retnaningrum, M. (2011). Beach Resort Hotel di Pantai Kungwok Gunung Kidul. Skripsi .

Setyawan, A. D., & Winarno, K. (2006). Pemanfaatan Langsung Ekosistem Mangrove di Jawa Tengah dan Penggunaan Lahan di Sekitarnya, Kerusakan dan Upaya Restorasinya. Surakarta: UNSPRESS.

Suharsimi, A. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sukada, B. (1988). Analisa Kompisisi Formal Arsitektur Post-Modern. Seminar FTUI-Depok. Jakarta.

Suliyanto, P. B. (2010). Analisis Dosis Pembatasan Untuk Pekerja Radiasi di Instalasi Radiometalurgi. Seminar Nasional VI SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta.

Sumalyo, Y. (1997). Arsitektur Modern (Akhir Abad XIX dan XX). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tarmoezi, T., & Manurung, H. (2000). Hotel Front Office. Jakarta: Kesaint Blanc. UU RI No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. (2007). Jakarta.

Gambar

Gambar Error! No text
Gambar 5 Pengolahan kawasan
Gambar 6 Kawasan Maya Ubud Resort

Referensi

Dokumen terkait

Dari kajian yang dilakukan, diperoleh bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara AC-WC kasar dan halus, nilai Stabilitas AC-WC kasar 1571,34 kg sedangkan AC- WC

Baik pihak dokter ataupun pihak rumah sakit harus menghormati hak untuk menentukan nasib sendiri ini karena dalam melakukan setiap tindakan medis seorang dokter

Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa implementasi bauran pemasaran (marketig mix) harga, produk, promosi, tempat berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Hubungan Strategi Pemasaran Selektif Dengan Loyalitas Pelanggan Pada Produk Kecantikan LA TULIP.. Universitas Pendidikan Indonesia |

– masing Kepala Lembaga Pengawasan Internal (LPI) dan Asosiasi LPMK kota Yogyakarta // Dengan tema / Implementasi Peran LPMK dalam Fugsi Pengawasan Pembangunan Kota. Yogyakarta/

Price Earning Ratio , Debt to Equity Ratio , Return on Equity terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

Judul dari penelitian ini adalah Penggunaan Media Video Kritik dalam Metode Debat untuk Meningkatkan kemampuan Berpikir Kritis Siswa tentang Masalah-masalah Sosial

finni pipette tip kuning finni pipette tip biru.