ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG KELOMPOK PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DPRD SUMATERA UTARA
MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Melengkapi Tugas- tugas Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh
Ujian Sarjana Teknik Sipil
Oleh:
070424018 DWI PRAHASTINI
PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah – Nya kepada penyusun, sehingga berkat ridho – Nya
Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI
TIANG PANCANG KELOMPOK PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DPRD SUMATERA UTARA” dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat menempuh jenjang pendidikan
Strata Satu (S-1) pada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil di Universitas
Sumatera Utara.
Untuk dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini, tentunya tidak lepas
dari segala hambatan dan rintangan, namun berkat bantuan moril maupun materiil
dari berbagai pihak, akhirnya tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
Untuk itu tidak berlebihan kiranya jika dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE, selaku dosen pembimbing utama yang
telah membimbing penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini;
2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara;
3. Bapak Alm. Ir. Faizal Ezeddin, M.S;
4. Bapak Ir. Zulkarnain A Muis, M. Eng. Sc, selaku Koordinator Program
Pendidikan Ekstension;
6. Bapak Ir. Syahril Dulman, sebagai pembanding dan penguji;
7. Ibu Ika Puji Hastuti, ST. MT, sebagai pembanding dan penguji;
8. Terimakasih yang teristimewa, penulis ucapkan kepada kedua orangtua
tercinta H. Waslan dan Hj. Suswati, yang telah mengasuh, mendidik, dan
membesarkan serta selalu memberikan dukungan baik moral, material,
maupun do’a yang tak henti-hentinya mereka mohonkan kepada Allah SWT
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini;
9. Terimakasih juga kepada Wahyu Mukjizat yang selalu mendo’akan dan
memberi semangat setiap saat sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan
dengan baik;
10.Terimakasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa dan teman
teman yang memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan laporan Tugas Akhir ini.
Akhirnya penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semuanya.
Wassalaamu’alaikum Wr.Wb
Medan, November 2010 Penulis,
ABSTRAK
Pondasi tiang atau disebut juga pondasi dalam dipergunakan untuk beban berat (high rise building). Sebelum melaksanakan suatu pembangunan konstruksi yang pertama-tama dilaksanakan dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi (struktur bawah). Pondasi merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam suatu pekerjaan teknik sipil, karena pondasi inilah yang memikul dan menahan suatu beban yang bekerja diatasnya yaitu beban konstruksi atas.
Tujuan dari studi ini untuk menghitung dan menganalisis daya dukung tiang pancang kelompok pada proyek pembangunan gedung kantor DPRD Sumatera Utara. Kapasitas daya dukung kelompok tiang dihitung berdasarkan nilai effisiensi dimana dihitung pula daya dukung tiang berdasarkan data lapangan dan uji laboratorium yaitu data sondir, SPT dan bacaan manometer pada alat
hydraulic jack system.
Hasil perhitungan daya dukung ultimate tiang pada kedalaman 21.00 m diperoleh, data sondir dengan menggunakan metode Aoki dan De Alencar titik-1 Qult = 260.62 ton dan 2 Qult = 251.31 ton, dengan metode Mayerhoff titik-1 Qult = 455.30 ton dan titik-2 Qult = 494.55 ton. Untuk data SPT menggunakan metode Mayerhoff titik-1 Qult = 230.65 ton dan titik-2 Qult = 228.54 ton. Dari data Daily Piling Record bacaan manometer saat pemancangan didapat Qult = 327.87 ton.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR NOTASI ... ix
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 3
1.3. Manfaat ... 3
1.4. Pembatasan Masalah ... 3
1.5. Metode Pengumpulan Data ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum ... 6
2.2. Definisi Tanah ... 6
2.3. Penyelidikan Tanah (Soil Investigation) ... 8
2.3.1. Sondering test/cone penetration test (CPT) ... 8
2.3.2. Standard penetration test (SPT) ... 11
2.4. Pondasi Tiang ... 13
2.5. Klasifikasi Pondasi Tiang ... 13
2.7. Penggolongan Pondasi Tiang Pancang ... 15
2.7.1. Pondasi tiang pancang menurut pemakaian bahan dan karakteristik strukturnya ... 15
2.7.2. Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya ... 21
2.8. Peralatan Pemancangan ... 23
2.9. Hidrolik Sistem ... 23
2.10.Kapasitas Daya Dukung ... 26
2.10.1. Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang dari data sondir ... 26
2.10.2. Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang dari data SPT ... 29
2.10.3. Berdasarkan bacaan manometer alat hydraulic jack ... 34
2.11.Tiang Pancang Kelompok ... 35
2.11.1. Jarak antar tiang dalam kelompok ... 37
2.11.2. Analisa gaya yang bekerja pada tiang pancang ... 39
2.12.Kapasitas Kelompok dan Effisiensi Tiang Pancang ... 40
2.13.Faktor Keamanan ... 44
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Umum Proyek ... 46
3.2. Data Teknis Proyek ... 47
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 48
BAB IV. HASIL DAN PERHITUNGAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50 4.2. Pengumpulan Data dari Lapangan ... 50
4.2.1. Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang dari data sondir ... 50 4.2.2. Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang
dari data SPT ... 61 4.2.3. Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang
pada saat pemancangan berdasarkan bacaan
manometer alat hydraulic jack ... 65 4.3. Analisa Gaya Yang Bekerja Pada Tiang Pancang ... 67 4.4. Menghitung Kapasitas Kelompok Tiang Berdasarkan
Effisiensi ... 68 4.5. Hasil Perhitungan Daya Dukung ... 71 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 74 5.2. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Faktor empirik Fb dan Fs ... 27
II.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda ... 28
II.3 Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk penentuan harga N ... 30
II.4 Hubungan antara angka penetrasi standart dengan sudut geser dalam dan kepadatan relatif pada tanah pasir ... 32
II.5 Hubungan antara N dengan berat isi tanah ... 32
IV.1 Perhitungan daya dukung ultimit dan ijin tiang pancang (S-4) ... 58
IV.2 Perhitungan daya dukung ultimit dan ijin tiang pancang (S-5) ... 60
IV.3 Perhitungan tahanan ujung tiang berdasarkan data SPT (BH-1) ... 62
IV.4 Perhitungan tahanan ujung tiang berdasarkan data SPT (BH-2) ... 64
IV.5 Perhitungan daya dukung tiang berdasarkan bacaan manometer ... 66
IV.6 Perhitungan daya dukung pada saat pemancangan berdasarkan data (Daily Piling Record) ... 66
IV.7 Perhitungan beban tiang maksimum ... 68
V.1 Hasil perhitungan daya dukung tiang pancang ... 74
V.2 Berdasarkan Metode Converse - Labarre ... 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Dimensi Alat Sondir Mekanis ... 10
2.2 Tiang Pancang Kayu ... 16
2.3 Tiang pancang beton precast reinforced concrete pile ... 17
2.4 Tiang pancang precast prestressed concrete pile ... 18
2.5 Tiang pancang cast in place pile ... 18
2.6 Tiang Pancang Baja ... 20
2.7 Pola-pola kelompok tiang pancang khusus ... 36
2.8 Pengaruh tiang akibat pemancangan ... 38
2.9 Kelompok tiang ... 39
2.10 Tipe keruntuhan dalam kelompok tiang ... 41
2.11 Daerah friksion pada kelompok tiang dari tampak samping ... 42
2.12 Daerah friksion pada kelompok tiang dari tampak atas ... 42
3.1 Denah Lokasi Proyek ... 48
3.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 49
4.1 Perkiraan nilai qca (base) ... 51
4.2 Nilai qc (side) pada titik sondir 1 (S-4) ... 52
4.3 Perkiraan nilai qca (base) ... 54
DAFTAR NOTASI
JP = Jumlah perlawanan, perlawanan ujung konus + selimut (kg/cm²)
PK = Perlawanan penetrasi konus, qc (kg/cm²)
JHL = Jumlah hambatan lekat.
Qu = Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.
Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang.
Qs = Kapasitas tahanan kulit.
qb = Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.
Ab = Luas di ujung tiang.
f = Satuan tahanan kulit persatuan luas.
As = Luas kulit tiang pancang.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
Qijin = Kapasitas daya dukung ijin pondasi.
cu = Kohesi Undrained
α = Koefisien Adhesi antara Tanah dan Tiang
N = Harga SPT lapangan
Li = Panjang lapisan tanah
Qg = Beban maksimum kelompok tiang yang mengakibatkan keruntuhan
Eg = Efisiensi kelompok tiang
n = Jumlah tiang dalam kelompok
Qa = beban maksimum tiang tunggal
ξ = Koefisien dari skin friction
Ep = Modulus Elastisitas
I = faktor pengaruh = 1 - > 0,5
ABSTRAK
Pondasi tiang atau disebut juga pondasi dalam dipergunakan untuk beban berat (high rise building). Sebelum melaksanakan suatu pembangunan konstruksi yang pertama-tama dilaksanakan dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi (struktur bawah). Pondasi merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam suatu pekerjaan teknik sipil, karena pondasi inilah yang memikul dan menahan suatu beban yang bekerja diatasnya yaitu beban konstruksi atas.
Tujuan dari studi ini untuk menghitung dan menganalisis daya dukung tiang pancang kelompok pada proyek pembangunan gedung kantor DPRD Sumatera Utara. Kapasitas daya dukung kelompok tiang dihitung berdasarkan nilai effisiensi dimana dihitung pula daya dukung tiang berdasarkan data lapangan dan uji laboratorium yaitu data sondir, SPT dan bacaan manometer pada alat
hydraulic jack system.
Hasil perhitungan daya dukung ultimate tiang pada kedalaman 21.00 m diperoleh, data sondir dengan menggunakan metode Aoki dan De Alencar titik-1 Qult = 260.62 ton dan 2 Qult = 251.31 ton, dengan metode Mayerhoff titik-1 Qult = 455.30 ton dan titik-2 Qult = 494.55 ton. Untuk data SPT menggunakan metode Mayerhoff titik-1 Qult = 230.65 ton dan titik-2 Qult = 228.54 ton. Dari data Daily Piling Record bacaan manometer saat pemancangan didapat Qult = 327.87 ton.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bentuk dan struktur tanah merupakan suatu peranan yang penting dalam
suatu pekerjaan konstruksi yang harus dicermati karena kondisi ketidaktentuan
dari tanah berbeda-beda. Sebelum melaksanakan suatu pembangunan konstruksi
yang pertama-tama dilaksanakan dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan
pondasi (srtuktur bawah). Pondasi merupakan suatu pekerjaan yang sangat
penting dalam suatu pekerjaan teknik sipil, karena pondasi inilah yang memikul
dan menahan suatu beban yang bekerja diatasnya yaitu beban konstruksi atas.
Pondasi ini akan menyalurkan tegangan-tegangan yang terjadi pada beban struktur
atas kedalam lapisan tanah yang keras yang dapat memikul beban konstruksi
tersebut.
Pondasi ialah bagian dari suatu sistem, rekayasa yang meneruskan beban
yang ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri kepada dan ke dalam tanah dan
batuan yang terletak di bawahnya. Tegangan-tegangan tanah yang dihasilkan
kecuali pada permukaan merupakan tambahan kepada beban-beban yang sudah
ada dalam massa tanah dari bobot sendiri bahan dan sejarah geologisnya.
Nilai daya dukung dari suatu pondasi merupakan faktor penting yang
harus diperhatikan. Gambaran daya dukung yang biasa dihasilkan suatu tiang
pondasi pada suatu lokasi proyek dapat dilihat dari hasil penyelidikan lapangan
suatu pemancangan tiang dengan hidraulik (penekan bebas getaran) juga akan
memberikan nilai interprestasi daya dukung secara langsung per kedalaman.
Daya dukung tiang adalah faktor terpenting dalam perancangan pondasi
tiang. Dalam menentukan daya dukung sebuah pondasi tiang, amat penting untuk
mempertimbangkan jarak antara tiang dan daya dukungnya, karena suatu
bangunan struktur akan memiliki keterbatasan dalam luas lahan sedangkan jarak
tiang yang berdekatan akan menimbulkan interaksi terhadap kapasitasnya. Daya
dukung tiang terhadap beban lateral juga dalam banyak hal menentukan, terutama
pada daerah dimana terdapat tanah lunak dipermukaannya atau pada pondasi tiang
yang memikul beban diatas permukaan tanah misalnya pada dermaga.
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan pada saat memilih jenis
pondasi tiang yang sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan akhir harus didasarkan
pada evaluasi dari kelayakan teknis dari perbandingan biaya alternatif yang
potensial dengan memperhitungkan faktor keamanan (safety), keandalan
(reability), kemudahan konstruksi (constructability) dan ketahanannya dalam
tanah.
Penyelidikan tanah yang dilakukan untuk analisis ini adalah uji dilapangan
berupa beberapa titik bor yang dilengkapi Standart Penetration Test (SPT) dan
pengambilan sample tanah untuk uji laboratorium. Selain penyelidikan tanah juga
dilakukan pengujian dinamik (PDA) terhadap tiang untuk memastikan daya
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah :
1. Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang kelompok
berdasarkan nilai effisiensi;
2. Mengetahui dan membandingkan hasil daya dukung tiang pancang
dengan metode penyelidikan dari data sondir, Standart Penetrasi Test
(SPT) dan bacaan manometer alat hydraulic jack.
1.3. Manfaat
Penulisan Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan pembanding kelak
jika akan melakukan suatu pekerjaan yang sama atau sejenis;
2. Dapat membantu mahasiswa lainnya sebagai referensi atau contoh
apabila mengambil topik bahasan yang sama;
3. Terutama bagi penulis sendiri sebagai penambah ilmu pengetahuan dan
pengalaman agar mampu melaksanakan kegiatan yang sama pada saat
bekerja atau terjun ke lapangan.
1.4. Pembatasan Masalah
Pada Proyek Pembangunan Gedung DPRD Sumatera Utara yang berada di
jalan Imam Bonjol no.5 Medan, terdapat berbagi macam kegiatan konstruksi
mulai dari kegiatan pengerjaan struktur bawah hingga kegiatan pengerjaan
dilapangan cukup luas maka pada pembahasan Tugas Akhir ini hanya membahas
tentang analisa daya dukung tiang pancang kelompok (pile group).
Dalam penulisan tugas akhir ini batasan-batasan yang dipergunakan adalah
1. Data yang dipakai adalah data yang berkaitan dengan Proyek Pembangunan
Gedung DPRD Sumatera Utara;
2. Data Geoteknik yang digunakan adalah hasil penyelidikan tanah lokasi Proyek
Pembangunan Gedung DPRD Sumatera Utara;
3. Hanya ditinjau untuk tiang pancang tegak lurus (vertikal);
4. Tiang pancang yang digunakan adalah dari beton bertulang K-500 dengan
menggunakan tiang pancang berdiameter 50 cm dan panjang tiang 22 m;
5. Menghitung daya dukung tiang dari data sondir, data SPT dan bacaan
manometer alat hydraulic jack;
6. Menghitung pembebanan pada tiang pancang kelompok;
7. Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang kelompok berdasarkan nilai
effisinsi.
1.5. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, pengumpulan data diperoleh dengan
cara:
1. Metode observasi yaitu melakukan pengamatan langsung ke lapangan;
2. Metode wawancara yaitu konsultasi atau menanyakan langsung kepada
pihak-pihak yang terkait dan yang memahami masalah teknik
3. Metode analisis yaitu mempelajari dan menganalisis spesifikasi
gambar-gambar yang ada kaitannya dengan topik yang dibahas;
4. Metode kepustakaan yaitu dengan membaca buku-buku yang ada
kaitannya dengan topik yang dibahas sebagai literatur atau referensi;
5. Mengambil data dari kantor PT JAYA KONSTRUKSI MP Tbk selaku
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum
Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan,
menara, dam/tanggul dan sebagainya harus mempunyai pondasi yang dapat
mendukungnya. Istilah pondasi digunakan dalam teknik sipil untuk
mendefenisikan suatu konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penopang
bangunan dan meneruskan beban bangunan di atasnya (upper structure) ke
lapisan tanah yang cukup kuat daya dukungnya. Untuk itu, pondasi bangunan
harus diperhitungkan agar dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat
sendiri, beban – beban yang bekerja, gaya – gaya luar seperti tekanan angin,
gempa bumi dan lain – lain. Di samping itu, tidak boleh terjadi penurunan
melebihi batas yang diijinkan.
Setiap pondasi harus mampu mendukung beban sampai batas keamanan
yang telah ditentukan, termasuk mendukung beban maksimum yang mungkin
terjadi. Jenis pondasi yang sesuai dengan tanah pendukung yang terletak pada
kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanah adalah pondasi tiang.
2.2. Definisi Tanah
Tanah selalu mempunyai peranan yang penting pada suatu lokasi
pekerjaan konstruksi. Tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan, atau
kadang-kadang sebagai sumber penyebab gaya luar pada bangunan, seperti
tembok/dinding penahan tanah.
Tanah, di alam terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau
tanpa kandungan bahan organik. Butiran-butiran tersebut dapat dengan mudah
dipisahkan satu sama lain dengan kocokan air. Material ini berasal dari pelapukan
batuan, baik secara fisik maupun kimia. Sifat-sifat teknis tanah, kecuali oleh sifat
batuan induk yang merupakan material asal, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur
luar yang menjadi penyebab terjadinya pelapukan batuan tersebut.
Istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau dan lempung digunakan dalam
teknik sipil untuk membedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi alam, tanah dapat
terdiri dari dua atau lebih campuran jenis-jenis tanah dan kadang-kadang terdapat
pula kandungan bahan organik. Material campurannya kemudian dipakai sebagai
nama tambahan dibelakang material unsur utamanya. Sebagai contoh, lempung
berlanau adalah tanah lempung yang mengandung lanau dengan material
utamanya adalah lempung dan sebagainya.
Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air dan bahan padat. Udara
dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi
sifat-sifat teknis tanah. Ruang diantara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya
dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah
dikatakan dalam kondisi jenuh. Bila rongga terisi udara dan air, tanah pada
kondisi jenuh sebagian (partially saturated). Tanah kering adalah tanah yang tidak
2.3. Penyelidikan Tanah (Soil Investigation)
Pada perencanaan pondasi terlebih dahulu perlu diketahui susunan lapisan
tanah yang sebenarnya pada suatu tempat dan juga hasil pengujian laboratorium
dari sampel tanah yang diambil dari berbagai kedalaman lapisan tanah dan
mungkin kalau ada perlu juga diketahui hasil pengamatan lapangan yang
dilakukan sewaktu pembangunan gedung - gedung atau bangunan - bangunan lain
yang didirikan dalam kondisi tanah yang serupa.
Penyelidikan tanah diperlukan untuk menentukan pilihan jenis pondasi,
daya dukungnya dan untuk menentukan metode konstruksi yang efisien dan juga
diperlukan untuk menentukan stratifikasi (pelapisan) tanah dan karakteristik
teknis tanah sehingga perancangan dan konstruksi pondasi dapat dilakukan
dengan ekonomis.
2.3.1. Sondering Test/Cone Penetration Test (CPT)
Pengujian CPT atau sondir adalah pengujian dengan menggunakan alat sondir
yang ujungnya berbentuk kerucut dengan sudut 60ºdan dengan luasan ujung 1,54 in²
(10 cm²). Alat ini digunakan dengan cara ditekan ke dalam tanah terus menerus
dengan kecepatan tetap 20 mm/detik, sementara itu besarnya perlawanan tanah
terhadap kerucut penetrasi (qc) juga terus diukur.
Dilihat dari kapasitasnya, alat sondir dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
sondir ringan (2 ton) dan sondir berat (10 ton). Sondir ringan digunakan untuk
mengukur tekanan konus sampai 150 kg/cm², atau kedalam maksimal 30 m, dipakai
untuk penyelidikan tanah yang terdiri dari lapisan lempung, lanau dan pasir halus.
Sondir berat dapat mengukur tekanan konus 500 kg/cm²atau kedalaman maksimal 50
m, dipakai untuk penyelidikan tanah di daerah yang terdiri dari lempung padat, lanau
Keuntungan utama dari penggunaan alat ini adalah tidak perlu diadakan
pemboran tanah untuk penyelidikan. Tetapi tidak seperti pada pengujian SPT, dengan
alat sondir sampel tanah tidak dapat diperoleh untuk penyelidikan langsung ataupun
untuk uji laboratorium. Tujuan dari pengujian sondir ini adalah untuk mengetahui
perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah yang merupakan indikator dari
kekuatan tanahnya dan juga dapat menentukan dalamnya berbagai lapisan tanah yang
berbeda.
Dari alat penetrometer yang lazim dipakai, sebagian besar mempunyai
selubung geser (bikonus) yang dapat bergerak mengikuti kerucut penetrasi tersebut.
Jadi pembacaan harga perlawanan ujung konus dan harga hambatan geser dari tanah
dapat dibaca secara terpisah. Ada 2 tipe ujung konus pada sondir mekanis yaitu pada
(Gambar 2. 1) :
1. Konus biasa, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan biasanya digunakan
pada tanah yang berbutir kasar, dimana besar perlawanan lekatnya kecil;
2. Bikonus, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan hambatan lekatnya dan
biasanya digunakan pada tanah yang berbutir halus.
Hasil penyelidikan dengan alat sondir ini pada umumnya digambarkan dalam
bentuk grafik yang menyatakan hubungan antara kedalaman setiap lapisan tanah
dengan besarnya nilai sondir yaitu perlawanan penetrasi konus atau perlawanan tanah
terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas. Hambatan lekat
adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus yang dinyatakan dalam
gaya per satuan panjang.
Dari hasil sondir diperoleh nilai jumlah perlawanan (JP) dan nilai perlawanan
1. Hambatan Lekat (HL)
HL = (JP-PK) x ...(2. 1)
2. Jumlah Hambatan Lekat ( JHL )
JHL = ...(2. 2)
dimana :
JP = Jumlah perlawanan, perlawanan ujung konus + selimut (kg/cm²)
PK = Perlawanan penetrasi konus, qc (kg/cm²) A = Interval pembacaan (setiap kedalaman 20 cm)
B = Faktor alat = luas konus/luas torak = 10 cm
i = Kedalaman lapisan tanah yang ditinjau (m)
(a). Konus (b). Bikonus
Gambar 2.1 Dimensi Alat Sondir Mekanis
Sumber : Ir. Sardjono, H. S. Pondasi Tiang Pancang, Jilid I
Data sondir tersebut digunakan untuk mengidentifikasikan dari profil tanah
menggambarkan variasi tahanan ujung (qc) dengan gesekan selimut (fs) terhadap kedalamannya. Bila hasil sondir diperlukan untuk mendapatkan daya dukung tiang,
maka diperlukan harga kumulatif gesekan (jumlah hambatan lekat), yaitu dengan
menjumlahkan harga gesekan selimut terhadap kedalaman, sehingga pada kedalaman
yang ditinjau dapat diperoleh gesekan total yang dapat digunakan untuk menghitung
gesekan pada kulit tiang.
Besaran gesekan kumulatif (total friction) diadaptasikan dengan sebutan
jumlah hambatan lekat (JHL). Bila hasil sondir digunakan untuk klasifikasi tanah,
maka cara pelaporan hasil sondir yang diperlukan adalah menggambarkan tahanan
ujung (qc), gesekan selimut (fs) dan ratio gesekan (FR) terhadap kedalaman tanah. 2.3.2. Standard Penetration Test (SPT)
Standard Penetration Test (SPT) sering digunakan untuk mendapatkan daya
dukung tanah secara langsung di lokasi. Metode SPT merupakan percobaan dinamis
yang dilakukan dalam suatu lubang bor dengan memasukkan tabung sampel yang
berdiameter dalam 35 mm sedalam 305 mm dengan menggunakan massa pendorong
(palu) seberat 63, 5 kg yang jatuh bebas dari ketinggian 760 mm. Banyaknya pukulan
palu tersebut untuk memasukkan tabung sampel sedalam 305 mm dinyatakan sebagai
nilai N.
Tujuan dari percobaan SPT ini adalah untuk menentukan kepadatan relatif
lapisan tanah dari pengambilan contoh tanah dengan tabung sehingga diketahui
jenis tanah dan ketebalan tiap-tiap lapisan kedalaman tanah dan untuk
memperoleh data yang kualitatif pada perlawanan penetrasi tanah serta
menetapkan kepadatan dari tanah yang tidak berkohesi yang biasa sulit diambil
1. Siapkan peralatan SPT yang dipergunakan seperti : mesin bor, batang bor, split
spoon sampler, hammer, dan lain – lain;
2. Letakkan dengan baik penyanggah tempat bergantungnya beban penumbuk;
3. Lakukan pengeboran sampai kedalaman testing, lubang dibersihkan dari
kotoran hasil pengeboran dari tabung segera dipasangkan pada bagian dasar
lubang bor;
4. Berikan tanda pada batang peluncur setiap 15 cm, dengan total 45 cm;
5. Dengan pertolongan mesin bor, tumbuklah batang bor ini dengan pukulan palu
seberat 63,5 kg dan ketinggian jatuh 76 cm hingga kedalaman tersebut, dicatat
jumlah pukulan untuk memasukkan penetrasi setiap 15 cm (N value);
Contoh : N1 = 10 pukulan/15 cm
N2 = 5 pukulan/15 cm
N3 = 8 pukulan/15 cm
Maka total jumlah pukulan adalah jumlah N2 dengan N3 adalah 5 + 8 = 13
pukulan = nilai N. N1 tidak diperhitungkan karena dianggap 15 cm pukulan
pertama merupakan sisa kotoran pengeboran yang tertinggal pada dasar
lubang bor, sehingga perlu dibersihkan untuk memperkecil efisiensi
gangguan;
6. Hasil pengambilan contoh tanah dari tabung tersebut dibawa ke permukaan
dan dibuka. Gambarkan contoh jenis - jenis tanah yang meliputi komposisi,
struktur, konsistensi, warna dan kemudian masukkan ke dalam botol tanpa
dipadatkan atau kedalaman plastik, lalu ke core box;
7. Gambarkan grafik hasil percobaan SPT;
2.4. Pondasi Tiang
Pondasi tiang adalah elemen struktur yang berfungsi meneruskan beban
kepada tanah, baik beban dalam tanah vertikal maupun horizontal. Pondasi tiang
digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah kuat terletak sangat
dalam. Pondasi jenis ini dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan yang
menahan gaya angkat ke atas, terutama pada bangunan-bangunan tingkat yang
dipengaruhi oleh gaya-gaya.
2.5. Klasifikasi Pondasi Tiang
Berdasarkan metode instalasinya, pondasi tiang pada umumnya dapat
diklasifikasikan atas :
1). Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang merupakan sebuah tiang yang dipancang kedalam
tanah sampai kedalaman yang cukup untuk menimbulkan tahanan gesek pada
selimutnya atau tahanan ujungnya.
Pemancangan tiang dapat dilakukan dengan memukul kepala tiang dengan
palu atau getaran atau dengan penekan secara hidrolis.
2). Tiang Bor
Sebuah tiang bor dikonstruksikan dengan cara menggali sebuah lubang bor
yang kemudian diisi dengan material beton dengan memberikan penulangan
2.6. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang dibuat ditempat lain (pabrik, dilokasi) dan baru
dipancang sesuai dengan umur beton setelah 28 hari. Karena tegangan tarik beton
adalah kecil, sedangkan berat sendiri beton adalah besar, maka tiang pancang
beton ini haruslah diberi tulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur
yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Pemakaian
pondasi tiang pancang mempunyai keuntungan dan kerugian, sebagai berikut ini:
Keuntungan pondasi tiang pancang :
1. Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat, hasilnya lebih
dapat diandalkan;
2. Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah;
3. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang pancang sehingga
mempermudah pengawasan pekerjaan konstruksi;
4. Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
Kerugian pondasi tiang pancang :
1. Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka pada
daerah yang berpenduduk padat di kota dan desa, akan menimbulkan masalah
disekitarnya;
2. Pemancangan sulit, bila dimeter tiang terlalu besar;
3. Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya
sulit dan memerlukan alat penyambung khusus;
4. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan
2.7. Penggolongan Pondasi Tiang Pancang
Pada perencanaan pondasi, pemilihan jenis pondasi tiang pancang untuk
berbagai jenis keadaan tergantung pada banyak variabel. Faktor - faktor yang
perlu dipertimbangkan di dalam pemilihan tiang pancang antara lain type dari
tanah dasar yang meliputi jenis tanah dasar dan ciri - ciri topografinya, alasan
teknis pada waktu pelaksanaan pemancangan dan jenis bangunan yang akan
dibangun. Pondasi tiang dapat digolongkan berdasarkan material yang digunakan
dan berdasarkan cara penyaluran beban yang diterima tiang ke dalam tanah.
2.7.1. Pondasi tiang pancang menurut pemakaian bahan dan karakteristik strukturnya
Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles, 1991),
antara lain :
A. Tiang pancang kayu
Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya
telah dipotong dengan hati-hati, biasanya diberi bahan pengawet dan didorong
dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Kadang-kadang
ujungnya yang besar didorong untuk maksud-maksud khusus, seperti dalam tanah
yang sangat lembek dimana tanah tersebut akan bergerak kembali melawan poros.
Kadang kala ujungnya runcing dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan
yang terbuat dari logam bila tiang pancang harus menembus tanah keras atau
tanah kerikil.
Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan
tiang pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah
muka air tanah. Tiang pancang dari kayu akan lebih cepat rusak atau busuk
apabila dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti-ganti.
Sedangkan pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk kayu
hanya akan menunda atau memperlambat kerusakan dari pada kayu, akan tetapi
tetap tidak akan dapat melindungi untuk seterusnya. Pada pemakaian tiang
pancang kayu biasanya tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari 25
sampai 30 ton untuk setiap tiang.
Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan
daerah-daerah dimana sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah-daerah Kalimantan,
sehingga mudah memperoleh balok/tiang kayu yang panjang dan lurus dengan
diameter yang cukup besar untuk di gunakan sebagai tiang pancang.
Gambar 2.2 Tiang pancang kayu
Sumber : Bowles, 1991
B. Tiang pancang beton
1. Precast reinforced concrete pile
Precast reinforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton bertulang
yang dicetak dan dicor dalam acuan beton ( bekisting ), kemudian setelah cukup
dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton
adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi
penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada
waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar,
biasanya pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak
membawa kesulitan untuk transport.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar ( > 50 ton untuk setiap
tiang), hal ini tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan tiang pancang
beton precast ini panjang dari pada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau
ternyata panjang dari pada tiang ini kurang terpaksa harus di lakukan
penyambungan, hal ini adalah sulit dan banyak memakan waktu.
.
Gambar 2.3 Tiang pancang beton precast reinforced concrete pile
Sumber : Bowles, 1991
2. Precast prestressed concrete pile
Precast prestressed concrete pile adalah tiang pancang dari beton
prategang yang mengunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya
Gambar 2.4 Tiang pancang precast prestressed concrete pile
Sumber : Bowles, 1991
3. Cast in place pile
Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di tempat
dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor
tanah seperti pada pengeboran tanah pada waktu penyelidikan tanah.
Pada Cast in place ini dapat dilaksanakan dua cara:
1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi
dengan beton dan ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik keatas.
2. Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi
dengan beton, sedangkan pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah.
Gambar 2.5 Tiang pancang Cast in place pile
C. Tiang pancang baja.
Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari
baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti halnya
pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat
bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan
ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap
tekstur tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban
tanah.
a. Pada tanah yang memiliki tekstur tanah yang kasar/kesap, maka karat
yang terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir
mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka;
b. Pada tanah liat ( clay ) yang mana kurang mengandung oksigen maka akan
menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi
karena terendam air;
c. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah
yang padat akan sedikit sekali mengandung oksigen maka lapisan pasir
tersebut juga akan akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang
pancang baja.
Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat
dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena Aerated-Condition ( keadaan
udara pada pori-pori tanah ) pada lapisan tanah tersebut dan adanya bahan-bahan
tersebut dengan ter ( coaltar ) atau dengan sarung beton sekurang-kurangnya 20”
( ± 60 cm ) dari muka air tanah terendah.
Karat/korosi yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion) pada
bagian tiang yang terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti
pada konstruksi baja biasa.
Gambar 2.6 Tiang pancang baja
Sumber : Bowles, 1991
D. Tiang pancang komposit.
Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan
yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang.
Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan
bagian bawah tiang dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di
atas muka air tanah dan bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya.
Biaya dan kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara
2.7.2. Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya
Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian
besar, yaitu :
A. Tiang pancang pracetak
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor
didalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan
dipancangkan. Tiang pancang pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri
dari :
1. Cara penumbukan
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara
penumbukan oleh alat penumbuk (hammer).
2. Cara penggetaran
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara
penggetaran oleh alat penggetar (vibrator).
3. Cara penanaman
Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman
tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun lagi
dengan tanah. Cara penanaman ini ada beberapa metode yang digunakan :
a. Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah
sebelumnya lalu tiang dimasukkan kedalamnya dan ditimbun kembali.
b. Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan mengeluarkan tanah
dari bagian dalam tiang.
c. Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan kedalam
d. Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan air yang
keluar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat dipancangkan
kedalam tanah.
B. Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)
Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik
penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu :
1. Cara penetrasi alas
Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah
kemudian pipa baja tersebut dicor dengan beton.
2. Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan antara
lain :
a. Penggalian dengan tenaga manusia
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia adalah
penggalian lubang pondsi yang masih sangat sederhana dan merupakan
cara konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi
dalam, yang pada umumnya hanya mampu dilakukan pada kedalaman
tertentu.
b. Penggalian dengan tenaga mesin
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin adalah
penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin, yang memiliki
2.8. Peralatan Pemancangan (Driving Equipment)
Untuk memancangkan tiang pancang ke dalam tanah digunakan alat
pancang. Pada dasarnya alat pancang terdiri dari tiga macam, yaitu :
1. Drop hammer
2. Single - acting hammer
3. Double - acting hammer
Bagian - bagian yang paling penting pada alat pancang adalah pemukul (hammer),
leader, tali atau kabel dan mesin uap.
2.9. Hidrolik Sistem
Hidrolik Sistem adalah suatu metode pemancangan pondasi tiang dengan
menggunakan mekanisme hydraulic jacking foundation system, dimana sistem ini
telah mendapatkan hak paten dari United States, United Kingdom, China dan New
Zealand.
Sistem ini terdiri dari suatu hydraulic ram yang ditempatkan pararel
dengan tiang yang akan dipancang, dimana untuk menekan tiang tersebut
ditempatkan sebuah mekanisme berupa plat penekan yang berada pada puncak
tiang dan juga ditempatkan sebuah mekanisme pemegang (grip) tiang, kemudian
tiang ditekan ke dalam tanah. Dengan sistem ini tiang akan tertekan secara
kontiniu ke dalam tanah, tanpa suara, tanpa pukulan dan tanpa getaran.
Penempatan sistem penekan hydraulic yang senyawa dan menjepit pada
dua sisi tiang menyebabkan didapatkannya posisi titik pancang yang cukup presisi
dan akurat. Ukuran diameter piston mesin hydraulic jack tergantung dengan besar
balok beton atau plat – plat besi pada dua sisi bantalan alat yang pembebanannya
disesuaikan dengan muatan yang dibutuhkan tiang.
Keunggulan teknologi hidrolik sistem ini yang ditinjau dari beberapa segi,
antara lain adalah :
1. Bebas getaran
Bila suatu proyek yang akan dikerjakan berdampingan dengan bangunan,
pabrik atau instansi yang sarat akan peralatan instrumentasi yang sedang
bekerja, maka teknologi hydraulic jacking system ini akan menyelesaikan
masalah wajib bebas getaran terhadap instalasi yang ada tersebut.
2. Bebas pengotoran lokasi kerja dan udara serta bebas dari kebisingan
Teknologi pemancangannya bersih dari asap dan partikel debu (jika
menggunakan drop hammer) serta bebas dari unsur berlumpur (jika
menggunakan bore piles). Karena sistem ini juga tidak bising akibat suara
pukulan pancang (seperti pada drop hammer), maka untuk lokasi yang
membutuhkan ketenangan seperti rumah sakit, sekolah dan bangunan di tengah
kota, teknologi ini tidak akan membuat lingkungan sekitarnya terganggu.
hydraulic jacking system ini juga disebut dengan teknologi berwawasan
lingkungan (environment friendly).
3. Daya dukung aktual per tiang diketahui
Seperti kita ketahui bahwa kondisi tanah asli di bawah pondasi yang akan
dibangun umumnya terdiri dari lapisan – lapisan yang berbeda ketebalannya,
jenis tanah maupun daya dukungnya. Dengan hydraulic jacking system, daya
yang dipasang pada peralatan hydraulic jacking system sepanjang proses
pemancangan berlangsung.
4. Harga yang ekonomis
Teknologi hydraulic jacking ini tidak memerlukan pemasangan tulangan ekstra
penahan impack pada kepala tiang pancang seperti pada tiang pancang
umumnya. Disamping itu, dengan sistem pemancangan yang simpel dan cepat
menyebabkan biaya operasional yang lebih hemat.
5. Lokasi kerja yang terbatas
Dengan tinggi alat yang relatif rendah, hydraulic jacking system ini dapat
digunakan pada basement, ground floor atau lokasi kerja yang terbatas, Alat
hydraulic jacking system ini dapat dipisahkan menjadi beberapa komponan
sehingga memudahkan untuk dapat dibawa masuk atau keluar lokasi kerja.
Kekurangan dari teknologi, hydraulic jacking system antara lain adalah :
1. Apabila terdapat batu atau lapisan tanah keras yang tipis pada ujung tiang yang
ditekan, maka hal tersebut akan mengakibatkan kesalahan pada saat pemancangan;
2. Sulitnya mobilisasi alat pada daerah lunak ataupun pada daerah berlumpur
(biasanya pada areal tanah timbunan);
3. Karena hydraulic jacking ini mempunyai berat sekitar 320 ton dan saat permukaan
tanah yang tidak sama daya dukungnya, maka hal tersebut akan dapat
mengakibatkan posisi alat pancang menjadi miring bahkan tumbang. Kondisi ini
akan sangat berbahaya terhadap keselamatan pekerja;
4. Pergerakan alat hydraulic jacking ini sedikit lambat, proses pemindahannya relatif
2.10.Kapasitas Daya Dukung
2.10.1.Kapasitas daya dukung tiang pancang dari hasil sondir
Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau Cone Penetration Test
(CPT) seringkali sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau
sondir ini tes yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat
dipercaya dilapangan dengan pengukuran terus-menerus dari permukaan
tanah-tanah dasar. CPT atau sondir ini dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah-tanah dan
dapat memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan
pondasi tiang pancang (pile), data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan
kapasitas daya dukung (bearing capacity) dan tiang pancang sebelum
pembangunan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang
pancang. Kapasitas daya dukung ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
Qu = Qb + Qs = qbAb + f.As………(2.3)
Dimana :
Qu = Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.
Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang.
Qs = Kapasitas tahanan kulit.
qb = Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.
Ab = Luas di ujung tiang.
f = Satuan tahanan kulit persatuan luas.
As = Luas kulit tiang pancang.
Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit (Qu) dipakai
Aoki dan De Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas
dukung ultimit dari data Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb)
diperoleh sebagai berikut :
qb =
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D
dibawah ujung tiang dan Fb adalah faktor empirik tergantung
pada tipe tanah.
Tahanan kulit persatuan luas (f) diprediksi sebagai berikut :
F = qc (side)
qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan sepanjang tiang.
Fs = Faktor empirik yang tergantung pada tipe tanah.
Fb = Faktor empirik yang tergantung pada tipe tanah.
Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel II.1 dan nilai-nilai faktor empirik αs
diberikan pada Tabel II.2.
Tabel II.1 Faktor empirik Fb dan Fs
Tipe Tiang Pancang Fb Fs
Tiang Bor 3,5 7,0
Baja 1,75 3,5
Beton Pratekan 1,75 3,5
Tabel II.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda
Tipe Tanah αs
(%) Tipe Tanah αs (%) Tipe Tanah αs (%)
Pasir 1,4 Pasir berlanau 2,2 Lempung
berpasir 2,4
Pasir kelanauan 2,0
Pasir berlanau
Sumber : Titi & Farsakh, 1999
Pada umumnya nilai αsuntuk pasir = 1,4 persen, nilai αs untuk lanau = 3,0
persen dan nilai αs untuk lempung = 1,4 persen.
Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil
pengujian sondir dapat dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhoff.
Daya dukung ultimit pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :
Qult = (qc x Ap)+(JHL x K11)……….(2.6)
Dimana :
Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus :
Qijin = Kapasitas daya dukung ijin pondasi.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.
2.10.2. Kapasitas daya dukung tiang pancang dari SPT
Standart Penetrasi Test (SPT) adalah sejenis percobaan dinamis dengan
memasukkan suatu alat yang dinamakan split spoon ke dalam tanah. Dengan
percobaan ini akan diperoleh kepadatan relatif (relative density), sudut geser
tanah (ϕ) berdasarkan nilai jumlah pukulan (N).
SPT yang dilakukan pada tanah tidak kohesif tapi berbutir halus atau
lanau, yang permeabilitasnya rendah, mempengaruhi perlawanan penetrasi yakni
memberikan harga SPT yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang
permeabilitasnya tinggi untuk kepadatan yang sama. Hal ini mungkin terjadi bila
jumlah tumbukan N > 15, maka sebagai koreksi Terzagi dan Peck (1948)
memberikan harga ekivalen N0 yang merupakan hasil jumlah tumbukan N yang
telah dikoreksi akibat pengaruh permeabilitas yang dinyatakan dengan :
Gibs dan Holtz (1957) juga memberikan harga ekivalen N0 yang
merupakan hasil jumlah tumbukan N yang telah terkoreksi akibat pengaruh
tekanan berlebih yang terjadi untuk jenis tanah dinyatakan dengan :
N0 = N ……….…(2.9)
Dimana adalah tegangan efektif berlebih, yang tidak lebih dari 2,82 kg/cm².
Dari pelaksanaan pengujian dengan metode SPT, maka angka N dari suatu
lapisan dapat diketahui dan dari angka tersebut dapat ditentukan karakteristik
suatu lapisan tanah seperti pada tabel II.3 berikut:
Table II.3 Hal-hal yang Perlu Dipertimbangkan untuk Penentuan Harga N
Klasifikasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan
Hal yang perlu
dipertimbangkan secara
menyeluruh dari
hasil-hasil survei sebelumnya
Unsur tanah, variasi daya dukung vertikal
(kedalaman permukaan dan susunannya), adanya
lapisan lunak (ketebalan konsolidasi atau penurunan),
kondisi drainase dan lain-lain
Hal-hal yang perlu
diperhatikan langsung
Tahan pasir
(tidak kohesif)
Berat isi, sudut geser dalam,
ketahanan terhadap penurunan
dan daya dukung tanah
Tahan lempung
(kohesif)
Keteguhan, kohesi, daya
dukung dan ketahanan
terhadap hancur
Sumber : Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Sosrodarsono Suyono Ir. 1983
Harga N yang diperoleh dari SPT tersebut diperlukan untuk
geser tanah. Hipotesis pertama mengenai kuat geser tanah diuraikan oleh
Coulomb yang dinyatakan dengan:
τ = c + σ tan ϕ ………..…(2.10)
dimana :
τ = Kekuatan geser tanah (kg/cm²)
c = Kohesi tanah (kg/cm²)
σ = Tegangan normal yang terjadi pada tanah (kg/cm²)
ϕ = Sudut geser tanah (º)
Untuk mendapatkan sudut geser tanah dari tanah tidak kohesif (pasiran)
biasanya dapat dipergunakan rumus Dunham (1962) sebagai berikut :
1. Tanah berpasir berbentuk bulat dengan gradasi seragam, atau butiran pasir
bersegi-segi dengan gradasi tidak seragam, mempunyai sudut geser sebesar :
ϕ = ………..………….…(2.11)
ϕ = …………...………...….(2.12)
2. Butiran pasir bersegi dengan gradasi seragam, maka sudut gesernya adalah :
ϕ = 0,3 N + 27 ………(2.13)
Angka penetrasi sangat berguna sebagai pedoman dalam eksplorasi tanah
dan untuk memperkirakan kondisi lapisan tanah. Hubungan antara angka penetrasi
standart dengan sudut geser tanah dan kepadatan relatif untuk tanah berpasir,
Tabel II.4 Hubungan antara angka penetrasi standard dengan sudut geser dalam dan kepadatan relatif pada tanah pasir
Angka Penetrasi Standart, N
Kepadatan Relatif Dr (%)
Sudut Geser Dalam ϕ (º)
0 - 5 0 - 5 26 - 30
5 - 10 5 - 30 28 - 35
10 - 30 30 - 60 35 - 42
30 - 50 60 - 65 38 - 46
Sumber : Braja M. Das-Noor Endah, Mekanika Tanah. 1985
Hubungan antara harga N dengan berat isi yang sebenarnya hampir tidak
mempunyai arti karena hanya mempunyai partikel kasar (tabel II.5). Harga berat
isi yang dimaksud sangat tergantung pada kadar air.
Table II.5 Hubungan antara N dengan Berat Isi Tanah
Tanah tidak
Sumber : Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Sosrodarsono Suyono Ir. 1983
Pada tanah tidak kohesif daya dukung sebanding dengan berat isi tanah,
hal ini berarti bahwa tinggi muka air tanah banyak mempengaruhi daya dukung
pasir. Tanah dibawah air mempunyai berat isi efektif yang kira-kira setengah berat
Tanah dapat dikatakan mempunyai daya dukung yang baik, dapat dinilai
dari ketentuan berikut ini :
1. Lapisan kohesif mempunyai nilai SPT, N > 35
2. Lapisan kohesif mempunyai harga kuat tekan (qu) 3 – 4 kg/cm² atau harga SPT,
N > 15
Hasil percobaan pada SPT ini hanya merupakan perkiraan kasar, jadi
bukan merupakan nilai yang teliti. Dalam pelaksanaan umumnya hasil sondir
lebih dapat dipercaya dari pada percobaan SPT. Perlu menjadi catatan bagi kita
bahwa jumlah pukulan untuk 15 cm pertama yang dinilai N1 tidak dihitung karena
permukaan tanah dianggap sudah terganggu.
1. Daya dukung pondasi tiang pada tanah non kohesif
Qp = 40 x N – SPT x x Ap ……….…(2.14)
2. Tahanan geser selimut tiang pada tanah non kohesif
Qs = 2 x N – SPT x p x Li ……….…..(2.15)
Dimana :
Li = Panjang Lapisan Tanah (m)
p = Keliling Tiang (m)
3. Daya dukung pondasi tiang pada tanah kohesif
Qp = 9 x cu x Ap ………...……….….…(2.16)
Dimana :
Ap = Luas Penampang Tiang (m²)
cu = Kohesi Undrained (kN/m²)
4. Tahanan geser selimut tiang pada tanah kohesif
Qs= α x cu x p x Li ………...……….…(2.18)
Dimana :
α = Koefisien adhesi antara tanah dan tiang
cu = Kohesi undrained (kN/m²)
p = Keliling tiang (m)
Li = Panjang lapisan tanah (m)
2.10.3. Berdasarkan bacaan manometer alat hydraulic jack
Kapasitas daya dukung tiang pancang dapat diketahui berdasarkan bacaan
manometer yang tersedia pada alat pancang hydraulic jack. Kapasitas daya
dukung tiang dapat dihitung dengan rumus :
Q = P x A ………(2.19)
Keterangan :
Q = Daya dukung tiang pada saat pemancangan (ton)
P = Bacaan manometer (kg/cm²)
A = Total luas efektif penampang piston (cm²)
Pada setiap mesin mempunyai dua buah piston.
Untuk mesin kapasitas 320 ton :
Diameter piston hydraulic jack (1) = 180 mm = 18 cm
(2) = 220 mm = 22 cm
Luas penampang piston (1) = πr²
= π . 9² cm = 254,47 cm²
Total luas efektif penampang piston = (2 x 254,47) + (2 x 380,132)
= 1269,204 cm²
2.11.Tiang Pancang Kelompok
Pada keadaan sebenarnya jarang sekali didapat tiang pancang yang berdiri
sendiri (single pile), akan tetapi kita sering mendapatkan pondasi pondasi tiang
pancang dalam bentuk kelompok (pile group).
Untuk mempersatukan tiang-tiang pancang tersebut dalam satu kelompok
tiang biasanya di atas tiang tersebut diberi poer (footing). Daya dukung kelompok
tiang sangat bergantung pada penentuan bentuk pola dari susunan tiang pancang
kelompok dan jarak antara satu tiang dengan tiang lainnya.
Bila beberapa tiang pancang dikelompokkan, maka intensitas tekanan
bergantung pada beban dan jarak antar tiang pancang yang jika cukup besar sering
kali tidak praktis karena poer di cor di atas kelompok tiang pancang (pile group)
sebagai dasar kolom untuk menyebarkan beban pada beberapa tiang pancang
dalam kelompok tersebut.
Dalam perhitungan poer dianggap/dibuat kaku sempurna, sehingga :
1. Bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut menimbulkan
penurunan, maka setelah penurunan bidang poer tetap merupakan bidang datar.
Gambar 2.7 Pola-pola kelompok tiang pancang khusus : (a) Untuk kaki
tunggal, (b) Untuk dinding pondasi
2.11.1 Jarak antar tiang dalam kelompok
Berdasarkan pada perhitungan, Daya Dukung tanah oleh Dirjen Bina
Marga Departemen P.U diisyaratkan :
S ≥ 2,5 D
S ≥ 3,0 D
Dimana :
S = Jarak masing-masing
D = Diameter tiang
Biasanya jarak antara 2 tiang dalam kelompok diisyaratkan minimum 0,60
m dan maximum 2,00 m. ketentuan ini berdasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. Bila S < 2,5 D
a. Kemungkinan tanah di sekitar kelompok tiang akan naik terlalu berlebihan
karena terdesak oleh tiang-tiang yang dipancang terlalu berdekatan.
b. Terangkatnya tiang-tiang di sekitarnya yang telah dipancang terlebih
dahulu.
2. Bila S > 3 D
Apabila S > 3 D maka tidak ekonomis, karena akan memperbesar
N = ……….………..………(2.20)
dimana :
N = Beban yang diterima oleh tiap-tiap tiang pancang
V = Resultan gaya-gaya normal yang bekerja secara sentries
n = Banyaknya tiang pancang
Pada perencanaan pondasi tiang pancang biasanya setelah jumlah tiang
pancang dan jarak antara tiang-tiang pancang yang diperlukan kita tentukan,
maka kita dapat menentukan luas poer yang diperlukan untuk tiap-tiap kolom
portal.
Bila ternyata luas poer total yang diperlukan lebih kecil dari pada
setengah luas bangunan, maka kita gunakan pondasi setempat dengan poer di
atas kelompok tiang pancang.
Dan bila luas poer total diperlukan lebih besar daripada setengah luas
bangunan, maka biasanya kita pilih pondasi penuh (raft fondation) di atas
tiang-tiang pancang.
2.11.2.Analisa gaya yang bekerja pada tiang pancang
Pondasi tiang pancang mempunyai bentuk yang sebenarnya sama, hanya
berbeda di dalam meneruskan gaya-gaya yang bekerja ke tanah dasar pondasi.
Penerusan gaya-gaya ke tanah dasar pondasi melalui tiang, yakni beban diteruskan
melalui ujung tiang lekatan atau gesek pada dinding tiang. Sedangkan beban luar
yang diterima oleh bangunan diteruskan melalui tiang. Bila kapasitas dukung
rendah, maka bangunan akan terperosok masuk ke dalam tanah, sedangkan bila
kapasitas dukung tiang terlalu besar, bangunan tersebut kurang ekonomis.
Untuk mengetahui beban yang dipikul kelompok tiang pancang yang
menimbulkan gaya vertikal, horizontal dan momen satu arah maka perhitungan
tersebut dihitung sebagai berikut dihitung sebagai berikut :
Pmaks
=
...(2.21)P
Y M
x D
Gambar 2.9 Kelompok tiang
Sedangkan tiang yang menerima momen lebih dari satu arah (dua arah)
penurunan rumusnya adalah :
Dimana :
P1 = Beban yang diterima satu tiang pancang (ton)
= Jumlah beban vertikal (ton)
n = Jumlah tiang pancang
Mx = Momen yang bekerja pada kelompok tiang searah sumbu x (tm)
My = Momen yang bekerja pada kelompok tiang searah sumbu y (tm)
Xi = Jarak tiang pancang terhadap titik berat tiang kelompok pada arah X (m)
Yi = Jarak tiang pancang terhadap titik berat tiang kelompok pada arah Y (m)
= Jumlah kuadrat tiang pancang arah x (m²)
= Jumlah kuadrat tiang pancang arah y (m²)
2.12.Kapasitas Kelompok dan Effisiensi Tiang Pancang
Jika kelompok tiang pancang dalam tanah lempung lunak, pasir tidak
padat atau timbunan, dengan dasar tiang yang bertumpu pada lapisan kaku, maka
kelompok tiang tersebut tidak mempunyai resiko akan mengalami keruntuhan
geser umum asalkan diberikan faktor aman yang cukup terhadap bahaya
keruntuhan tiang tunggalnya. Akan tetapi, penurunan kelompok tiang masih tetap
harus di pancang secara keseluruhan ke dalam tanah lempung lunak.
Pada kelompok tiang yang dasarnya bertumpu pada lapisan lempung
lunak, faktor aman terhadap keruntuhan blok harus diperhitungkan. Terutama
untuk jarak tiang-tiang yang dekat. Pada tiang yang dipasang pada jarak yang
besar, tanah diantara tiang-tiang bergerak sama sekali ketika tiang bergerak
kebawah oleh akibat beban yang bekerja. Tetapi, jika jarak tiang-tiang terlalu
bergerak turun. Pada kondisi ini, kelompok tiang dapat dianggap sebagai satu
tiang besar dengan lebar yang sama dengan lebar kelompok tiang. Saat tanah yang
mendukung beban kelompok tiang ini mengalami keruntuhan, maka model
keruntuhannya disebut keruntuhan blok . Jadi, pada keruntuhan blok tanah yang
terletak diantara tiang bergerak kebawah bersama-sama dengan tiangnya.
Mekanisme keruntuhan yang demikian dapat terjadi pada tipe-tipe tiang pancang
maupun tiang bor.
Gambar 2.10 Tipe keruntuhan dalam kelompok tiang :
(a) Tiang tunggal, (b) Kelompok tiang
Sumber : Hardiyatmo, H.C., 2002
Umumnya model keruntuhan blok terjadi bila rasio jarak tiang dibagi
diameter (S/D) sekitar kurang dari 2 (dua). Whiteker (1957) memperlihatkan
bahwa keruntuhan blok terjadi pada jarak 1,5 d untuk kelompok tiang yang
Gambar 2.11 Daerah friksion pada kelompok tiang dari tampak samping
Gambar 2.12 Daerah friksion pada kelompok tiang dari tampak atas
Effisiensi kelompok tiang tergantung pada beberapa faktor, diantaranya :
1. Jumlah tiang, panjang, diameter, pengaturan, dan terutama jarak antara as
tiang.
2. Modus pengalihan beban (gesekan selimut atau tahanan ujung).
3. Prosedur pelaksanaan konstruksi (tiang pancang atau bor).
4. Urutan instalasi tiang.
5. Jangka waktu setelah pemancangan.
Kapasitas ultimit kelompok tiang dengan memperlihatkan faktor efisiensi tiang
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Qg = Eg . n . Qa ………(2.23)
Dimana :
Qg = Beban maksimum kelompok tiang yang mengakibatkan keruntuhan
Eg = Efisiensi kelompok tiang
n = Jumlah tiang dalam kelompok
Qa = Beban maksimum tiang tunggal
Beberapa persamaan efisiensi tiang telah diusulkan untuk menghitung
kapasitas kelompok tiang, namun semuanya hanya bersifat pendekatan.
Persamaan-persamaan yang diusulkan didasarkan pada susunan tiang dengan
mengabaikan panjang tiang, variasi bentuk tiang yang meruncing, variasi sifat
tanah dengan kedalaman dan pengaruh muka air tanah. Berikut adalah
metode-metode untuk perhitungan efisiensi tiang tersebut adalah:
• Converse-Labarre Formula, sebagai berikut :
Eg = 1 – θ ………..……(2.24)
Dimana :
Eg = Efisiensi kelompok tiang
m = Jumlah baris tiang
n’ = Jumlah tiang dalam satu baris
θ = Arc tg d/s, dalam derajat
• Metode Los Angeles Group
Eg = 1 – [ m (n’-1) + n’ (m-1) + (m-1) (n’-1)] ….. (2.25)
Dimana:
Eg = Efisiensi kelompok tiang.
m = Jumlah baris tiang.
n’ = Jumlah tiang dalam satu baris.
s = Jarak pusat ke pusat tiang.
d = Diameter tiang
2.13.Faktor Keamanan
Untuk memperoleh kapasitas ujung tiang, maka diperlukan suatu angka
pembagi kapasitas ultimit yang disebut dengan faktor aman (keamanan) tertentu.
Faktor keamanan ini perlu diberikan dengan maksud :
1. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang
digunakan;
2. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas
tanah;
3. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban
yang bekerja;
4. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau
kelompok tiang masih dalam batas – batas toleransi;
5. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang masih
Sehubungan dengan alasan butir (4) dari hasil banyak pengujian -
pengujian beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter
kecil sampai sedang (600 mm), penurunan akibat beban kerja (working load) yang
terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2,5.
Besarnya beban bekerja (working load) atau kapasitas tiang izin dengan
memperhatikan keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimit (Qu)
dibagi dengan faktor aman (F) yang sesuai. Variasi besarnya faktor aman yang
telah banyak digunakan untuk perancangan pondasi tiang, tergantung pada jenis
tiang dan tanah berdasarkan data laboratorium sebagai berikut:
Qa = ……….(2.26)
Beberapa peneliti menyarankan faktor keamanan yang tidak sama untuk
tahanan gesek dinding dan tahanan ujung. Kapasitas izin dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut :
Qa = ……….….(2.27)
Penggunaan faktor keamanan 1,5 untuk tahanan gesek dinding (Qs) yang
harganya lebih kecil dari faktor keamanan tahanan ujung yang besarnya 3, karena
nilai puncak tahanan gesek dinding dicapai bila tiang mengalami penurunan 2
sampai 7 mm, sedang tahanan ujung (Qb) membutuhkan penurunan yang lebih
besar agar tahanan ujungnya bekerja secara penuh. Jadi maksud penggunaan
faktor keamanan tersebut adalah untuk meyakinkan keamanan tiang terhadap
keruntuhan dengan mempertimbangkan penurunan tiang pada beban kerja yang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Data Umum Proyek
Data umum dari proyek pembangunan Gedung Kantor DPRD Provinsi
Sumatera Utara adalah sebagai berikut :
1. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Kantor DPRD
Provinsi Sumatera Utara.
2. Pemilik Proyek : APBN Provinsi Sumatera Utara
3. Lokasi Proyek : Jl. Imam Bonjol No.5, Medan
4. Sumber Dana : Pemerintah Sumatera Utara
5. Nilai Kontrak : Rp 155.643.128.598,- ( Belum Termasuk
PPN )
6. Waktu Pelaksanaan : 15 ( Lima Belas ) Bulan ( 450 hari
Kelender )
- Mulai : 7 September 2009
- Selesai : 30 November 2010
7. Waktu Pemeliharaan : 6 ( Enam ) Bulan
- Mulai : 1 Desember 2010
- Selesai : 30 Mei 2011
8. Kontraktor Utama : PT. Jaya Konstruksi, Tbk
9. Konsultan Arsitek : PT. Arkonin
11.Konsultan Pengawas : Team Empat ( Koordinator dari PT.
Arkonin )
12. Ready Mix Concrete : PT. Kreasi Beton Nusa Persada
13.Jenis Pondasi : Tiang Pancang Beton
14. Pile Supplier : PT. Jaya Beton Indonesia
15.Alat Berat : Hidraulik Jack
16.Gambar Lokasi Proyek : Dapat dilihat pada Gambar 3.1
3.2 Data Teknis Proyek
Data teknis ini diperoleh dari lapangan menurut perhitungan dari pihak
konsultan, dengan data sebagai berikut :
1. Panjang Tiang Pancang : 22 m
2. Diameter Tiang Pancang : 50 cm
3. Mutu Beton
a. Tiang Pancang : K-500
b. Tied Beam : K-350
c. Lantai : K-350
d. Balok dan Kolom : K-350
4. Mutu Baja
a. Diameter < 12 mm ( polos ) : BJTP-24/U-24
b. Diameter > 12 mm ( ulir ) : BJTD-40/U-39
Gambar 3.1 Denah lokasi proyek
3.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk meninjau kembali perhitungan perencanaan pondasi tiang pancang
pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor DPRD Sumatera Utara ini penulis
memperoleh data antara lain dari Konsultan Perencana PT. Arkonin diperoleh
data beban struktur. Dari kontraktor diperoleh data berupa data hasil sondir, hasil
SPT, bacaan manometer alat dan gambar struktur.
3.4 Cara Analisis
Dalam perhitungan perencanaan pondasi tiang pancang ini penulis
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang antara lain :
a. Dari data sondir;
LOKASI
GEDUNGKANTOR
LOKASI