• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUP H Adam Malik Medan terhadap Kebiasaan Minum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUP H Adam Malik Medan terhadap Kebiasaan Minum"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN

PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG

MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUP H ADAM MALIK

MEDAN TERHADAP KEBIASAAN MINUM

Oleh:

YUSUF S R HARAHAP

070100018

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN

PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG

MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUP H ADAM MALIK

MEDAN TERHADAP KEBIASAAN MINUM

KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH

SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN

SARJANA KEDOKTERAN

Oleh:

YUSUF S R HARAHAP

070100018

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita Penyakit

Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUP H Adam

Malik Medan terhadap Kebiasaan Minum

Nama : YUSUF S R HARAHAP NIM : 070100018

Pembimbing Penguji I

(dr.Syafrizal Nasution, Sp.PD) (dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes) NIP: 19680525 200003 1 001 NIP: 19660309 200012 1 007

Penguji II

(dr. Aliandri, Sp.THT-KL) NIP : 19690609 199903 2 001

Medan, Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001

(4)

ABSTRAK

Prevalensi penyakit ginjal kronik atau yang disebut juga Chronic Kidney

Disease (CKD) meningkat setiap tahunnya. Adapun angka kejadian morbiditas

dan mortalitas pada penyakit ginjal kronik ini tekait dengan fluktuasi status volume cairan tubuh yang berakibat pada kelebihan cairan tubuh.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan tentang kebiasaan minum pada pasien yang menjalani hemodialisis di Instalasi Hemodialisis di RSUP H Adam Malik Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh pasien penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Instalasi Hemodialisis RSUP H Adam Malik Medan dan sampel sebanyak 97 orang diperoleh secara consecutive sampling. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner oleh responden.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup (sedang) sebesar 85,6%. Didapatkan sikap yang paling banyak dari responden termasuk kategori baik (61%) dan tindakan responden terbanyak termasuk dalam kategori cukup (sedang) sebesar 63%.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, pihak rumah sakit dan pemerintah setempat sehingga dapat meningkatkan dan memberikan edukasi mengenai kebiasaan minum yang dianjurkan pada pasien penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Kebiasaan Minum, Hemodialisis

(5)

ABSTRACT

The prevalence of chronic kidney disease (CKD) is increasing every year. The morbidity and mortality incidences of chronic kidney disease is associated with the fluctuation of body fluid volume status that results in excess body fluids.

This study is aimed to find out the description of knowledge, attitudes and practices level about drinking habits inpatients undergoing hemodialysis in Instalasi Hemodialisis RSUP H Adam Malik Medan. This is a descriptive study with cross sectional design. The population was all all patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis in Instalasi Hemodialisis RSUP H Adam Malik Medan and sample of 97 respondents were collected by consecutive sampling. Data were collected through questionnaires filled in by the respondents.

The results showed a majority of respondents (85,6%) have knowledge of moderate category. Most of the respondents (61%) have attitudes of good category and practices of moderate category (63%).

It is expected that the result of this research be useful to researchers, the hospitals and local goverment so as to promote and provide education about drinking habits recommended in patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis.

Key words: knowledge, attitude, practice, drinking habits, hemodialysis

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt

karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penulis mampu menyelesaikan

penulisan karya tulis ilmiah ini dengan baik .

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai persyaratan untuk kelulusan

kesarjanaan kedokteran. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan, mohon

kiranya untuk memberi masukan yang konstruktif untuk perbaikan di masa

mendatang.

Banyak pihak yang telah membantu sehingga karya tulis ilmiah ini dapat

diselesaikan. Ucapan terima kasih kepada yang sangat kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar

Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH.

2. Dosen Pembimbing, dr. Syafrizal Nasution, Sp.PD yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan

karya tulis ilmiah ini.

3. Dosen Pembimbing Akademik, dr. Aryani A. Amra, Sp.M yang telah

membimbing selama menempuh pendidikan.

4. Pihak RSUP H Adam Malik, terutama bagian Instalasi Hemodialisis yang

telah memberikan izin untuk keperluan penelitian.

5. Seluruh Subjek yang telah bersedia mengisi kuesioner sehingga data dapat

diperoleh dan diolah menjadi karya tulis ilmiah ini.

6. Yang tercinta Ayah dan Ibu yang selalu menjadi alasan untuk menggapai

cita. Terima kasih yang sedalam-dalamnya untuk setiap cinta kasih yang

mengalun indah dan dukungan di setiap langkah yang telah dipilih. Bapak

yang telah mengajarkan arti tanggung jawab dan Ibu yang mengajarkan

tentang kasih sayang serta ketegaran.

7. Kakak saya, Ami dan Dewi yang selalu menyemangati dan mengingatkan

saya untuk segera menyelesaikan karya tulis ini.

(7)

8. Kepada teman-teman saya, Bobby, Zanurul, Mahdi, Mamirsap, Reza,

Toal, Andika dan Ade Putrai yang telah membantu menyiapkan karya tulis

ilmiah ini serta memberikan semangat untuk sama –sama terus berjuang.

9. Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil

dalam proses penelitian dan penyusunan karya tulis ini.

Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan. Tidak akan pernah ada

ilmu pengetahuan baru yang diperoleh jika kita berhenti bertanya dan mencari

jawabnya. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat untuk bidang

kedokteran dan kesehatan masyarakat.

Medan, 26 November 2010

Hormat saya,

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Penyakit Ginjal Kronik ... 4

2.1.1. Definisi Penyakit Ginjal Kronik ... 4

2.1.2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik ... 4

2.2. Hemodialisis ... 5

2.2.1. Perubahan Hemodinamik pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis... 7

2.2.2. Pengaturan Cairan pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis ... 8

2.3. Perilaku dan Perilaku Kesehatan ... 8

2.3.1. Pengetahuan ... 9

2.3.2. Sikap ... 10

2.3.3. Tindakan ... 11

(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 12

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 12

3.3. Cara Ukur ... 13

3.3.1. Pengetahuan ... 13

3.3.2. Sikap... 13

3.3.3. Tindakan ... 13

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 14

4.1. Jenis Penelitian ... 14

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

4.3. Populasi dan Sampel ... 14

4.3.1. Populasi ... 14

4.3.2. Sampel ... 14

4.3.3. Besar Sampel ... 15

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 15

4.5. Metode Analisis Data ... 16

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

5.1. Hasil Penelitian ... 17

5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 17

5.1.2. Karakteristik Dasar Responden Penelitian ... 17

5.1.3. Hasil Analisis Data ... 18

5.1.3.1. Pengetahuan Responden ... 18

5.1.3.2. Sikap Responden ... 21

5.1.3.3. Tindakan Responden ... 22

5.2. Pembahasan ... 23

5.2.1. Pengetahuan Responden ... 23

5.2.2. Sikap Responden ... 25

5.2.3. Tindakan Responden ... 26

(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

6.1. Kesimpulan... 28

6.2. Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Penyakit Ginjal Kronik 4

Tabel 2.2 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat

Penyakit

5

Tabel 2.3 Berbagai Jenis Terapi Pengganti 6

Tabel 2.4 Komplikasi akibat Kelebihan Cairan pada Penderita

Gagal Ginjal Kronik

7

Tabel 3.1 Definisi Operasional 12

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 16

Tabel 5.1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin 17

Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Lama Hemodialisis 18

Tabel 5.3 Gambaran Perolehan Sumber Informasi Responden

Mengenai Pembatasan Asupan Cairan

18

Tabel 5.4 Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Kebiasaan

Minum pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis menurut Item Pertanyaan Nomor 2, 3, 4 dan 5

19

Tabel 5.5 Pengetahuan Responden Mengenai Kebiasaan Minum

pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis

20

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden

Tiap Pernyataan Sikap Mengenai Kebiasaan Minum pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis

21

Tabel 5.7 Sikap Responden Mengenai Kebiasaan Minum pada

Pasien yang Menjalani Hemodialisis

21

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Responden

Mengenai Kebiasaan Minum pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis

22

Tabel 5.9 Tindakan Responden Mengenai Kebiasaan Minum pada 23

(12)

Pasien yang Menjalani Hemodialisis

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1. Skema Kerangka Konsep Penelitian ... 12

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian di Instalasi Hemodialisis RSUP.H.Adam Malik

Lampiran 4 Lembar Penjelasan Kepada Peserta Penelitian

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Peserta Penelitian

Lampiran 6 Kuesioner

Lampiran 7 Data Induk

(14)

ABSTRAK

Prevalensi penyakit ginjal kronik atau yang disebut juga Chronic Kidney

Disease (CKD) meningkat setiap tahunnya. Adapun angka kejadian morbiditas

dan mortalitas pada penyakit ginjal kronik ini tekait dengan fluktuasi status volume cairan tubuh yang berakibat pada kelebihan cairan tubuh.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan tentang kebiasaan minum pada pasien yang menjalani hemodialisis di Instalasi Hemodialisis di RSUP H Adam Malik Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh pasien penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Instalasi Hemodialisis RSUP H Adam Malik Medan dan sampel sebanyak 97 orang diperoleh secara consecutive sampling. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner oleh responden.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup (sedang) sebesar 85,6%. Didapatkan sikap yang paling banyak dari responden termasuk kategori baik (61%) dan tindakan responden terbanyak termasuk dalam kategori cukup (sedang) sebesar 63%.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, pihak rumah sakit dan pemerintah setempat sehingga dapat meningkatkan dan memberikan edukasi mengenai kebiasaan minum yang dianjurkan pada pasien penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Kebiasaan Minum, Hemodialisis

(15)

ABSTRACT

The prevalence of chronic kidney disease (CKD) is increasing every year. The morbidity and mortality incidences of chronic kidney disease is associated with the fluctuation of body fluid volume status that results in excess body fluids.

This study is aimed to find out the description of knowledge, attitudes and practices level about drinking habits inpatients undergoing hemodialysis in Instalasi Hemodialisis RSUP H Adam Malik Medan. This is a descriptive study with cross sectional design. The population was all all patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis in Instalasi Hemodialisis RSUP H Adam Malik Medan and sample of 97 respondents were collected by consecutive sampling. Data were collected through questionnaires filled in by the respondents.

The results showed a majority of respondents (85,6%) have knowledge of moderate category. Most of the respondents (61%) have attitudes of good category and practices of moderate category (63%).

It is expected that the result of this research be useful to researchers, the hospitals and local goverment so as to promote and provide education about drinking habits recommended in patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis.

Key words: knowledge, attitude, practice, drinking habits, hemodialysis

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan patologis dengan

penyebab yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif

dan kemudian berakhir pada gagal ginjal tahap akhir. Penyakit ginjal tahap akhir

adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal kronik

ireversibel yang sudah mencapai tahapan dimana penderita memerlukan terapi

pengganti ginjal, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2007).

Di Amerika Serikat diperkirakan 20 juta orang dewasa mengalami

penyakit ginjal kronik (K/DOQI). Data tahun 1995-1999 menunjukkan insidens

PGK mencapai 100 kasus per juta penduduk per tahun di Amerika Serikat.

Prevalensi PGK atau yang disebut juga Chronic Kidney Disease (CKD)

meningkat setiap tahunnya. CDC (Centers for Disease Control) melaporkan

bahwa dalam kurun waktu tahun 1999 hingga 2004, terdapat 16.8% dari populasi

penduduk usia di atas 20 tahun, mengalami PGK. Persentase ini meningkat bila

dibandingkan data pada 6 tahun sebelumnya, yakni 14.5%.2 Di negara-negara

(17)

tahun (Suwitra, 2007). Di Indonesia, dari data di beberapa bagian nefrologi,

diperkirakan insidens PGK berkisar 100-150 per 1 juta penduduk dan prevalensi

mencapai 200-250 kasus per juta penduduk (Bakri, 2005).

Pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis terjadi

fluktuasi status volume cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit plasma yang sangat

tergantung pada jumlah cairan yang diminum dan fungsi ginjal sisa (Lubis, 2009).

Kelebihan ataupun kekurangan cairan ini dapat meningkatkan morbiditas dan

mortalitas pada pasien yang menjalani hemodialisis (Pace, 2007), terutama yang

berhubungan dengan komplikasi kardiovaskulernya. Beberapa komplikasi akibat

kegagalan mengatur asupan cairan pada pasien gagal ginjal antara lain; hipertensi

yang tak terkendali, hipotensi intradialisis, edema perifer, asites, efusi pleura dan

gagal jantung kongestif.

Salah satu penyebab terjadinya kegagalan dalam mengatur asupan cairan

yang berujung pada fluktuasi cairan adalah kurangnya pengetahuan dan

ketidakpatuhan pasien mengenai pentingnya mengatur kebiasaan minum.

Konsumsi air minum melebihi batas yang dianjurkan dapat meningkatkan resiko

komplikasi seperti di atas dan terutama yang berhubungan dengan komplikasi

kardovaskular.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana

gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penderita penyakit ginjal kronik yang

menjalani hemodialisis terhadap kebiasaan minum.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penderita penyakit

ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H Adam Malik Medan

terhadap kebiasaan minum.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

(18)

1. Untuk mengetahui pengetahuan mengenai kebiasaan minum pada pasien

penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUP H Adam Malik

Medan.

2. Untuk mengetahui sikap kebiasaan minum pasien penyakit ginjal kronis yang

menjalani hemodialisis di RSUP H Adam Malik Medan.

3. Untuk mengetahui tindakan sehubungan kebiasaan minum pasien penyakit

ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUP H Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Dinas Kesehatan dan instansi terkait: sebagai sumber data dan sebagai

bahan masukan untuk perencanaan program kesehatan dalam rangka

menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit ginjal

kronik.

2. Pasien: untuk mengetahui sudah sejauh mana pengetahuan dan sikapnya

terhadap kebiasaan minum. Selain tu, juga sebagai masukan bagi pasien

untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien dalam upaya

mengaturkebiasaan minum.

3. Peneliti: dapat memberikan masukan dan saran sehubungan dengan

kondisi perilaku kebiasaan minum pada pasien yang diteliti, dan juga

untuk menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam melakukan

penelitian.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Ginjal Kronik

2.1.1 Definisi

Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan patologis dengan

penyebab yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif

dan kemudian berakhir pada gagal ginjal tahap akhir. Penyakit ginjal tahap akhir

adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal kronik

ireversibel yang sudah mencapai tahapan dimana penderita memerlukan terapi

pengganti ginjal , berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2007).

Kriteria penyakit ginjal kronik terlihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Kriteria Penyakit Ginjal Kronik

1. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural

atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus

(LFG), dengan manifestasi:

- Kelainan patologis

- Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi

darah atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests)

(20)

2. Laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.

(NKF-KDOQI, 2002)

2.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi penyakit ginjal kronik dikelompokkan atas dasar derajat (stage)

penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit

dibuat berdasarkan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang dihitung dengan rumus

Kockcroft-Gault (Suwitra, 2007). Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ≥ 90 2 Kerusakan ginjal dengan LFG ringan 60 - 89 3 Kerusakan ginjal dengan LFG sedang 30 - 59 4 Kerusakan ginjal dengan LFG berat 15 - 29 5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis (NKF-KDOQI, 2002)

2.2 Hemodialisis

Gagal ginjal tahap akhir, apapun etiologinya, memerlukan pengobatan

khusus yang disebut pengobatan atau terapi pengganti (TP). Terapi pengganti

yang ideal adalah yang dapat menggantikan fungsi faal ginjal. Beberapa jenis

terapi pengganti yang dapat dilaksanakan terlihat pada tabel 2.3.

Hemodialis dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung

ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen yang terpisah. Darah

pasien dipompa dan dialirkan ke kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput

semipermiabel buatan (artifisial) dengan kompartemen dialisat. Kompartemen

dialisat dialiri cairan dialisis yang bebas pirogen, berisi larutan dengan komposisi

(21)

Cairan dialisis dan darah yang terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi

karena zat terlarut berpindah dari konsentrasi yang tinggi ke arah konsentrasi yang

rendah sampai konsentrasi zat terlarut sama di kedua kompartemen (difusi). Pada

proses dialisis, air juga dapat berpindah dari kompartemen darah ke kompartemen

cairan dialisat dengan cara menaikkan tekanan hidrostatik negatif pada

kompartemen cairan dialisat (ultrafiltrasi).

Tabel 2.3 Berbagai Jenis Terapi Pengganti

I Dialisis

A. Dialisis Peritoneal (DP)

- DP intermiten (DP)

- DP mandiri berkesinambungan (DPMB)

- DP dialirkan berkesinambungan (DPBD)

- DP nokturnal

B. Hemodialisis (HD)

II Transplantasi Ginjal (TG) TG donor hidup (TGDH) TG donor Jenazah (TGDJ)

Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI)

(2003) secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15

mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala uremia/malnutrisi dan

LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis.

Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila

terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik

berulang, dan nefropatik diabetik.

(22)

Selama proses dialisis pasien akan terpajan dengan cairan dialisat

sebanyak 120-150 liter setiap dialisis. Zat dengan berat molekul ringan yang

terdapat dalam cairan dialisat akan dapat dengan mudah berdifusi ke dalam darah

pasien selama dialisis. Cairan dialisat tidak perlu steril karena membran dialisis

dapat berperan sebagai penyaring kuman dan endotoksin. Tetapi kuman harus

dijaga agar kurang dari 200 koloni/ml dengan melakukan desinfektan cairan

dialisat. Kadar natrium berkisar 135-145 meq/L. Bila kadar natrium lebih rendah

maka resiko untuk terjadinya gangguan hemodinamik selama dialisis akan

bertambah. Sedangkan bila kadar natrium lebih tinggi gangguan hemodinamik

akan berkurang tetapi akan meningkatkan kadar natrium darah pascadialisis.

Keadaan ini akan menimbulkan rasa haus dan pasien akan cenderung untuk

minum lebih banyak (Rahardjo, 2007).

Kelebihan cairan yang terjadi meningkatkan resiko terhadap berbagai

gangguan pada fungsi faal tubuh seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4 Komplikasi akibat Kelebihan Cairan pada Penderita Gagal Ginjal

Kronik

Hypertension

Intradialytic Hypotension Left Ventricular Failure Peripheral Edema Ascites

Pleural Effusion

Congestive Heart Failure

(Kopple & Massry, 2004)

2.2.1 Perubahan Hemodinamik pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis

Selama proses hemodialisis terjadi penarikan cairan sebanyak 1-4 liter

cairan selama 4 jam. Penarikan cairan ini menimbulkan perubahan status cairan

dan elektrolit tubuh sehingga pasien akan merasa haus cenderung untuk minum

lebih banyak. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya akumulasi cairan dan

elektrolit dalam tubuh (Lubis, 2009).

Kelebihan cairan interdialisis (interdialytic fluid gain) ini sebagian besar

(23)

jaringan tubuh dan juga paru. Akumulasi juga dikarenakan ginjal tidak mampu

mengeluarkan kelebihan cairan dan elektrolit tersebut melalui urin. Hal ini dapat

menimbulkan pembengkakan (edema), pernapasan pendek dan juga menyebabkan

peningkatan tekanan darah karena beban kerja jantung menjadi bertambah.

Gangguan kardiovaskuler merupakan komplikasi tersering dijumpai pada hal ini.

Adapun gangguan akibat kelebihan cairan tersebut antara lain hipertensi, dilatasi

dan hipertropi jantung (Hegel, 2002).

2.2.2 Pengaturan Cairan pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis

Pada populasi hemodialisis, penambahan berat akibat cairan interdialisis

(interdialytic weight gain) merupakan suatu tantangan yang besar bagi pasien dan

petugas kesehatan. Pembatasan asupan air merupakan satu dari sejumlah

pembatasan diet yang dihadapi oleh orang yang menjalani dialisis. Kelebihan

berat akibat cairan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap angka morbiditas

dan mortalitas pada orang-orang yang menjalani hemodialisis. Kelebihan cairan

berhubungan dengan berbagai macam komplikasi seperti yang telah disebutkan di

atas. Hal ini tentunya mempengaruhi kualitas hidup pasien (Pace, 2007).

Ada berbagai pendekatan yang digunakan untuk merumuskan asupan

cairan pada pasien yang menjalani dialisis. Kopple dan Massry (2004)

merekomendasikan sebagai berikut:

Asupan cairan (mL/hari) =

600 mL + urin output + kehilangan cairan ekstrarenal

dimana 600 mL mewakili kehilangan cairan bersih per hari (900 mL insensible

water loss dikurangi 300 mL cairan yang diproduksi melalui proses metabolisme).

Kehilangan cairan ekstrarenal meliputi diare, muntah dan sekresi nasogastrik.

2.3. Perilaku dan Perilaku Kesehatan

(24)

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa

perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan

(respon). Ia membedakan ada dua respon yakni:

a. Respondent respons ialah respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan tertentu. Respon-respon yang timbul umumnya relatif tetap.

b. Operant respon ialah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh

perangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut reinforcing

stimuli karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respon

yang telah dilakukan organisme.

Perilaku kesehatan adalah suatu proses seseorang terhadap stimulus yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan dan makanan

serta lingkungan. Menurut Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut:

a. Perilaku kesehatan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan tindakan atau

kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

b. Perilaku sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang

merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa

sakit.

c. Perilaku peran sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh individu

yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.

Bloom (1908) membagi perilaku ke dalam 3 domain namun tidak

mempunyai batasan yang jelas dan tegas yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan.

2.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan dapat melalui

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu

rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni:

a. Tahu (know)

(25)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang

paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang

diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

dan kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam

komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek

(Notoatmodjo, 2007).

2.3.2 Sikap

Sikap merupakan suatu reaksi tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Allport (1954) dalam Notoadmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap

mempunyai 3 komponen pokok yang secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude), yaitu:

(26)

a. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

b. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu konsep

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain :

a. Menerima (receiving)

Mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan.

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan

segala resiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak.

Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan respon

terhadap suatu objek. Orang lain berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan

bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya.

Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan

loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2007).

2.3.3 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan :

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guided response)

(27)

Dapat melakukan sesuatau sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indicator raktek tingkat dua.

c. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktek tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik.

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan

penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H Adam

Malik Medan terhadap kebiasaan minum.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Pengetahuan

Sikap

Kebiasaan Minum Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang

Menjalani Hemodialisis

Tindakan

(28)

Dapat melakukan sesuatau sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indicator raktek tingkat dua.

c. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktek tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik.

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan

penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H Adam

Malik Medan terhadap kebiasaan minum.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Pengetahuan

Sikap

Kebiasaan Minum Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang

Menjalani Hemodialisis

Tindakan

(29)

No .

Variabel Definisi operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Pengetahuan Segala sesuatu yang

diketahui responden mengenai kebiasaan minum

Kuesioner 1. Baik

2. Sedang 3. Kurang

Ordinal

2. Sikap Tanggapan atau

reaksi responden mengenai kebiasaan minum

Kuesioner 1. Baik

2. Sedang 3. Kurang

Ordinal

3. Tindakan Segala sesuatu yang

telah dilakukan responden

sehubungan dengan pengetahuan dan sikap tentang kebiasaan minum

Kuesioner 1. Baik

2. Sedang 3. Kurang

Ordinal

3.3. Cara Ukur

Menurut Arikunto (1998), aspek perilaku dengan kategori baik, cukup dan

kurang terlebih dahulu menentukan kriteria (tolak ukur) yang akan dijadikan

penentuan.

3.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan diukur dengan 5 pertanyaan dengan total nilai 17. Penilaian

diberikan dengan angka 1 jika jawaban benar dan angka 0 jika jawaban salah

dengan kategori:

a. Baik, jika skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi yaitu > 13.

b. Sedang, jika skor jawaban responden 40% - 75% dari nilai tertinggi yaitu

7 - 12.

c. Kurang, jika skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu < 7.

3.3.2. Sikap

Sikap diukur dengan 4 pertanyaan dengan total nilai 8. Penilaian diberikan

dengan angka 1 jika jawaban benar dan angka 0 jika jawaban salah dengan

kategori:

(30)

a. Baik, jika skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu > 6.

b. cukup, jika skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 3 -

6.

c. Kurang, jika skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu < 3.

3.3.3. Tindakan

Tindakan diukur dengan 4 pertanyaan dengan total nilai 10. Penilaian

diberikan dengan angka 1 jika jawaban benar dan angka 0 jika jawaban salah

dengan kategori:

d. Baik, jika skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu > 7.

e. Sedang, jika skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 4

- 7.

f. Kurang, jika skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu < 4.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional

yang bertujuan menggambarkan pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai

kebiasaan minum pada pasien penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis di RSUP H Adam Malik Medan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Instalasi Hemodialisis RSUP H Adam Malik

Medan. Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret-Oktober 2010, sedangkan

pengambilan dan pengumpulan data dilakukan selama bulan Agustus-Oktober

2010.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

(31)

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien penderita penyakit

ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H Adam Malik Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel ditentukan berdasarkan pada jumlah populasi yang diteliti dan

kemampuan peneliti dalam hal pendanaan, tenaga dan waktu. Pemilihan sampel

dilakukan dengan menggunakan consecutive sampling. Sampel yang dipilih

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut:

a. Penderita penyakit ginjal kronik stabil yang menjalani hemodialisis reguler

(sudah lebih dari 3 bulan, 2 kali seminggu) di Instalasi Hemodialisis RSUP

H Adam Malik Medan.

b. Berusia lebih dari 18 tahun.

c. Bersedia berpastisipasi dalam penelitian dengan mengisi dan

menandatangani lembar persetujuan.

Sedangkan kriteria eksklusi yang digunakan adalah memiliki keterbatasan

kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk diwawancarai seperti gangguan

penglihatan, gangguan pendengaran, dan kesulitan untuk mengisi kuesioner.

4.3.3 Besar Sampel

Besar sampel untuk penelitian diperoleh dengan menggunakan rumus

penentuan sampel pada populasi infinit sebagai berikut (Wahyuni, 2007):

2 2

)

1

.(

2

/

1

d

p

p

Z

n

=

α

2

2

)

1

,

0

(

)

5

,

0

1

.(

5

,

0

.

)

96

,

1

(

=

n

n

=

97

n = Besar sampel minimum Keterangan :

Z1- α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu,

P = Harga proporsi penyakit pada populasi, jika tidak diketahui dipakai p=0,5

d = Kesalahan (absolute) yang dapat ditolerir, pada penelitian ini dipakai d=0.1

(32)

Berdasarkan rumus, jumlah sampel pada penelitian adalah sejumlah 97 orang.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh dari

responden. Dengan wawancarai oleh peneliti dengan menggunakan instrumen

berupa kuesioner untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan

kebiasaan minum pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan

realibilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment dan uji

Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS. Sampel yang

digunakan pada uji validitas memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel

dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan realibilitas ini

sebanyak 20 orang. Hasil uji validitas dan realibilitas dapat dilihat pada tabel 4.1

[image:32.595.116.516.452.624.2]

berikut ini.

Tabel 4.1 Hasil uji validitas dan realibilitas kuesioner

Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0,534 Valid 0,580 Reliabel

2 0,633 Valid Reliabel

3 0,697 Valid Reliabel

4 0,446 Valid Reliabel

5 0,738 Valid Reliabel

Sikap 1 0,488 Valid 0,651 Reliabel

2 0,876 Valid Reliabel

3 0,490 Valid Reliabel

4 0,708 Valid Reliabel

4.5. Metode Analisa Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama

editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden

serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua

coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk

(33)

mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga entry yaitu

memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan

menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions ) versi

17.0, tahap ke empat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data

yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Untuk

mendeskripsikan data perilaku kebiasaan minum penderita penyakit ginjal kronik

yang menjalani hemodialisis di RSUP H Adam Malik Medan dilakukan

perhitungan frekuensi dan persentase. Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Hemodialisis RSUP H Adam Malik

Medan. RSUP H. Adam Malik beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan,

terletak di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Instalasi

Hemodialisis sendiri buka dari hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 08.00 WIB

sampai sore pukul 17.00 WIB. Dimana pasien menjalani hemodialisis dua kali

seminggu yang dibagi dalam 3 kelompok jadwal yaitu: kelompok Senin dan

Kamis, kelompok Selasa dan Jumat, kelompok Rabu dan Sabtu. Waktu untuk

melakukan penelitian adalah mulai pukul 10.00 WIB hingga bagian instalasi

tutup.

5.1.2 Karakteristik Dasar Responden Penelitian

(34)

Populasi penelitian yaitu keseluruhan pasien penderita penyakit ginjal

kronik yang menjalani hemodialisis adalah sebanyak 160 orang. Terdiri dari

laki-laki dan perempuan, dengan usia rentang usia mulai dari remaja, dewasa sampai

lanjut usia. Lama pasien telah menjalani hemodialisis pun bervariasi mulai dari

pasien baru yang menjalani hemodialisis selama 1 minggu sampai yang telah rutin

[image:34.595.201.421.268.452.2]

menjalani hemodialisis selama 7 tahun.

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

Karakteristik Frekuensi (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 62 (63,9%)

Perempuan 35 (36,1%)

Usia

19 – 26 tahun 9 (9,3%)

27 – 34 tahun 6 (6,2%)

35 – 42 tahun 19 (19,6%)

43 – 50 tahun 22 (22,7%)

51 – 58 tahun 20 (20,6%)

59 – 66 tahun 15 (15,5%)

67 – 74 tahun 5 (5,2%)

75 – 82 tahun 1 (1%)

Dalam penelitian ini dipilih sebanyak 97 orang responden yang memenuhi

kriteria inklusi. Dari 97 orang tersebut, laki-laki sebanyak 62 orang (63,9%) dan

perempuan sebanyak 35 orang (36,1%). Untuk usia, mayoritas responden berusia

antara 43-50 tahun yaitu sebanyak 22 orang (22,7%), sedangkan yang paling

sedikit berada pada kelompok usia 75-82 tahun yaitu sebanyak 1 orang (1%).

Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Lama Hemodialisis

Lama Hemodialisis Frekuensi (%)

3 – 13 bulan 49 (50,5%)

14 – 24 bulan 32 (33%)

25 – 35 bulan 4 (4,1%)

36 – 46 bulan 9 (9,3%)

47 – 57 bulan 1 (1%)

58 – 68 bulan 1 (1%)

69 – 79 bulan 0 (0%)

[image:34.595.199.426.616.745.2]
(35)

80 – 90 bulan 1 (1%)

Untuk lama menjalani hemodialisis, mayoritas terdapat pada kelompok

3-13 bulan yaitu sebanyak 49 orang (50,5%). 32 orang (33%) berada pada kelompok

14-24 bulan. Kemudian 9 orang (9,3%) berada pada kelompok 36-46 bulan dan 4

orang (4,1%) berada pada kelompok 25-35 bulan. Selebihnya masing-masing 1

orang (1%) pada kelompok 47-57 bulan, 58-68 bulan dan 80-90 bulan.

5.1.3 Hasil Analisis Data

[image:35.595.116.541.358.474.2]

1. Pengetahuan Responden

Tabel 5.3 Gambaran Perolehan Sumber Informasi Responden Mengenai

Pembatasan Asupan Cairan

No Pertanyaan Ya

Jumlah (%)

Tidak Jumlah (%)

1. Memperoleh informasi pembatasan

asupan cairan

• Dokter dan tenaga kesehatan lain 97 (100 %) 0

• Media cetak 9 (9,3 %) 88 (90,7%)

• Media elektronik 0 0

• Tidak Tahu 0 0

Pada tabel 5.3 dijabarkan jawaban responden pada pertanyaan

pengetahuan nomor 1. Diketahui bahwa semua responden memperoleh informasi

pembatasan asupan cairan dari dokter dan tenaga kesehatan lain, yaitu sebanyak

97 orang (100%). Hanya 9 orang (9,3%) yang mencari informasi tambahan

melalui media cetak.

Tabel 5.4 Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Kebiasaan Minum pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis menurut Item Pertanyaan Nomor 2, 3, 4 dan 5

No

Pertanyaan

Pengetahuan

Benar Salah

Jumlah (%) Jumlah (%)

1. Mengetahui alasan membatasi asupan cairan

• Mencegah kelebihan cairan 94 (96,9%) 3 (3,1%)

• Memperlambat kerusakan ginjal 28 (28,9%) 69 (71,1%)

(36)

• Mengurangi beban jantung 68 (70,1%) 29 (29,9%)

• Memperpanjang umur 0 0

2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi

jumlah maksimum asupan cairan per hari

• Jumlah urin yang dikeluarkan 88 (90,7%) 9 (9,3%)

• Pengeluaran yang tak terlihat 8 (8,2%) 89 (91,8%)

• Pengeluaran melalui keringat, BAK,

diare, muntah 83 (85,6%) 14 (14,4%)

• Tidak tahu 0 0

3. Cara menghindari kelebihan cairan

• Mengukur jumlah dan menyesuaikan

dengan anjuran 89 (91,8%) 8 (8,2%)

• Mengurangi makanan yang

menimbulkan haus 50 (51,5 %) 47 (48,5%)

• Mengurangi kebiasaan harus minum 42 (43,3%) 55 (56,7%)

• Mengurangi makanan yang banyak air 81 (83,5%) 16 (16,5%)

4. Tanda kelebihan cairan

• Kenaikan berat badan 54 (55,7%) 43 (44,3%)

• Kesulitan bernapas 86 (88,7%) 11 (11,3%)

• Kenaikan tekanan darah 47 (48,5%) 50 (51,5%)

• Bengkak pada tangan, wajah dan kaki 81 (83,5%) 16 (16,5%)

• Dehidrasi 0 0

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa sebanyak 94 orang (96,9%)

responden mejawab bahwa asupan cairan dibatasi untuk mencegah kelebihan

cairan, 68 orang (70,1%) menjawab untuk mengurangi beban jantung dan

sebanyak 28 orang (28,9%) menjawab untuk memperlambat kerusakan ginjal.

Sebanyak 88 orang (90,7%) responden menjawab bahwa jumlah urin total per hari

merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah maksimum cairan yang diminum

per hari. Selain itu, sebanyak 83 orang (85,6%) menjawab faktor lain adalah

jumlah cairan yang keluar melalui keringat, buang air kecil, diare ataupun muntah.

Sebanyak 89 orang (91,8%) menjawab bahwa pengukuran jumlah cairan yang

diminum dan menyesuaikannya dengan anjuran merupakan cara agar tidak

kelebihan cairan. Kesulitan bernapas merupakan tanda kelebihan cairan menurut

(37)

mengatakan bahwa tanda kelebihan cairan adalah bengkak pada tangan, wajah dan

[image:37.595.163.460.207.280.2]

atau kaki.

Tabel 5.5 Pengetahuan Responden Mengenai Kebiasaan Minum pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 13 13,4

Cukup 83 85,6

Kurang 1 1

Jumlah 97 100

Dan secara keseluruhan, berdasarkan data hasil wawancara diketahui

bahwa mayoritas pengetahuan responden mengenai kebiasaan minum pada pasien

yang menjalani hemodialisis adalah cukup, yaitu sebanyak 83 orang (85,6%),

sedangkan sebanyak 1 orang (1%) berpengetahuan kurang.

2. Sikap Responden

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden Tiap Pernyataan Sikap Mengenai Kebiasaan Minum pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis

No Item Pernyataan

Sikap yang diharapkan

Sesuai Tidak Sesuai

Jumlah (%) Jumlah (%)

1. Saya akan mengikuti anjuran dokter

mengenai konsumsi air minum yang diperbolehkan.

96 (99%) 1 (1%)

2. Saya akan mencari informasi dari berbagai

sumber mengenai asupan cairan yang dianjurkan pada hemodialisis.

57 (58,8%) 40 (41,2%)

3. Saya akan mengurangi jumlah air yang 74 (76,3%) 23 (23,7%)

[image:37.595.107.518.588.750.2]
(38)

diminum jika sudah merasakan tanda-tanda kelebihan cairan saja.

4. Saya akan meminum obat setelah makan

dengan air minum yang sama. 72 (74,2%) 25 (25,8%)

Sebanyak 96 orang (99%) responden setuju untuk mengikuti anjuran

dokter mengenai konsumsi air minum yang diperbolehkan. Sebanyak 57 orang

(58,8%) setuju untuk mencari informasi mengenai asupan cairan yang dianjurkan

selain bertanya kepada dokter. Kemudian, 72 orang (74,2%) setuju untuk

menggunakan air minum yang sama untuk meminum obat dengan yang digunakan

saat setelah makan. 74 orang (76,3%) tidak setuju bahwa pengurangan jumlah air

[image:38.595.165.458.395.468.2]

yang dikonsumsi dilakukan bila tanda-tanda kelebihan sudah dirasakan saja.

Tabel 5.7 Sikap Responden Mengenai Kebiasaan Minum pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis

Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 61 62,9

Cukup 36 37,1

Kurang 0 0

Jumlah 97 100

Dengan demikian diperoleh bahwa mayoritas responden memiliki

pandangan atau sikap yang baik mengenai kebiasaan minum pada pasien yang

menjalani hemodialisis, yaitu sebanyak 61 orang (62,9%), sedangkan selebihnya

yaitu 36 orang (37,1%) memiliki sikap cukup.

[image:38.595.105.515.614.744.2]

3. Tindakan responden

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Responden

Mengenai Kebiasaan Minum pada Pasien yang Menjalani

Hemodialisis

No Item Pertanyaan Tindakan

Benar Salah

Jumlah (%) Jumlah (%)

1. Mengatur dan memperhatikan jumlah air 97 (100%) 0

(39)

minum setiap hari

2. Menimbang berat badan setelah hemodialisis

dan sebelum hemodialisis selanjutnya 89 (91,8%) 8 (8,2%)

3. Tindakan untuk membatasi jumlah air yang

diminum

• Mengukur jumlah cairan yang diminum

dan menyesuaikannya dengan anjuran 89 (91,8%) 8 (8,2%)

• Mengurangi kebiasaan harus minum

setiap mengkonsumsi sesuatu 44 (45,4%) 53 (54,6%)

• Meminum obat setelah makan dengan

air minum yang sama 32 (33%) 65 (65%)

• Meminum air sedikit-sedikit dan tidak

banyak sekaligus 92 (94,8%) 5 (5,2%)

4. Tindakan untuk mencegah kelebihan cairan

1. Mengurangi makanan yang mudah

menimbulkan haus 50 (51,5%) 47 (48,5%)

2. Mengurangi konsumsi makanan yang

mengandung banyak air 80 (82,5%) 17 (17,5%)

3. Mengurangi berada di tempat panas

yang dapat menyebabkan haus 25 (25,8%) 72 (74,2%)

4. Mengurangi dan membatasi konsumsi

garam 86 (88,7%) 11 (11,3%)

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari responden, diketahui sebanyak

97 orang (100%) melakukan pengaturan dan pembatasan terhadap jumlah air yang

diminum setiap hari. Sebanyak 89 orang (91,8%) juga selalu rutin melakukan

penimbangan berat badan sesudah dan sesaat sebelum hemodialisis untuk

mengontrol penambahan berat badan. Adapun pembatasan jumlah air yang

diminum adalah dengan mengukur jumlah dan menyesuaikannya dengan anjuran

oleh sebanyak 89 orang (91,8%) dan meminum minum tersebut sedikit-sedikit

tidak sekaligus oleh sebanyak 92 orang (94,8%). Selain membatasi minum,

sebanyak 86 orang (88,7%) juga melakukan pembatasan terhadap konsumsi

garam dan mengurangi makanan yang mengandung banyak air oleh sebanyak 80

orang (82,5%).

(40)

Tabel 5.9 Tindakan Responden Mengenai Kebiasaan Minum pada Pasien

yang Menjalani Hemodialisis

Tindakan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 34 35,1

Cukup 63 64,9

Kurang 0 0

Jumlah 97 100

Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan sebanyak 63 orang (64,9%)

dikategorikan memiliki tindakan cukup, sedangkan 34 orang (35,1%)

dikategorikan memiliki tindakan yang baik.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Responden

Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden yang diteliti di bagian

Instalasi Hemodialisis RSUP H Adam Malik, 83 orang (85,6%) memiliki

pengetahuan yang cukup (sedang) sedangkan 1 orang responden (1%) memiliki

pengetahuan kurang dan selebihnya sebanyak 13 orang (13,4%) memiliki

pengetahuan yang baik mengenai kebiasaan minum pada pasien penderita

penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan tentang kebiasaan

minum yang masih belum baik karena rata-rata nilai total pengetahuan responden

hanya 10,34 dari nilai maksimum 17. Peneliti berasumsi bahwa tingkat

pengetahuan ini mungkin terkait kondisi pasien tersebut baik secara individu

ataupun sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Notoatmodjo (2007)

mengemukakan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu

1) faktor internal seperti intelegensia, minat dan kondisi fisik; 2) faktor eksternal

seperti keluarga dan masyarakat; 3) faktor pendekatan belajar seperti upaya

belajar dan strategi dalam pembelajaran. Faktor intelegensia dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan oleh individu, minat merupakan motivasi yang timbul pada

seseorang akibat pengetahuannya akan suatu hal dan kondisi fisik pada akhirnya

mempengaruhi kemampuan seseorang tersebut dalam mencari dan memperoleh

(41)

informasi yang diinginkannya. Untuk faktor kedua yaitu faktor eksternal yang

mempengaruhi adalah dukungan yang diberikan kepada individu tersebut.

sedangkan faktor ketiga adalah merupakan hal-hal yang mendukung dalam proses

memperoleh informasi baik berupa sarana maupun prasarana yang memadai.

Pada responden diketahui bahwa hampir semuanya memperoleh informasi

pembatasan asupan minum hanya dari dokter yang merawatnya saja. Hanya

sedikit yaitu 9,3% dari total responden yang mengakses informasi melalui media

cetak baik majalah kesehatan, artikel kesehatan dan lain sebagainya. Jika

dikaitkan dengan ketiga faktor yang mempengaruhi pengetahuan di atas, maka

tingkat pengetahuan responden yang cukup ini mungkin disebabkan oleh beberapa

hal. Tingkat pendidikan pasien berpengaruh terhadap kesadaran dan pemahaman

pasien terhadap konsep penyakit yang dialaminya. Dengan adanya pemahaman ini

nantinya menimbulkan minat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hal yang

berhubungan dengan penyakitnya. Kondisi fisik juga merupakan hambatan pada

pasien hemodialisis untuk memperoleh informasi terutama bagi pasien dengan

usia lanjut. Selain itu, faktor dukungan keluarga juga sangat mungkin

mempengaruhi tingkat pengetahuan ini. Dukungan yang positif dari keluara dan

sekitar akan menumbuhkan sikap yang positif pada pasien bahwa dirinya bukan

hanya dianggap sebagai beban bagi keluarga, dengan demikian menimbulkan

semangat pasien untuk menjaga kondisi penyakitnya.

Peningkatan pengetahuan responden mengenai kebiasaan minum sangat

diperlukan. Dengan dasar pengetahuan yang baik diharapkan pasien-pasien

penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis akan bersikap dan

bertindak lebih positif dalam menjaga kebiasaan minumnya.

5.2.2 Sikap Responden

Sikap responden mengenai kebiasaan minum pada pasien hemodialisis

baik dimana 61 orang (62,9%) dikategorikan mempunyai sikap baik. Sebanyak

96 orang responden (99%) bersikap akan mengikuti anjuran dokter mengenai

bagaimana konsumsi air minum sebaiknya. Namun belum semua responden setuju

untuk mencari dan memperoleh informasi tambahan dari berbagai sumber selain

(42)

dokter, dimana hanya 57 orang (58,8%) yang setuju akan melakukannya

sedangkan 40 orang (41,2%) tidak setuju untuk melakukannya. Sebanyak 74

orang (76,3%) responden tidak setuju bahwa pembatasan jumlah air minum

dilakukan jika sudah mengalami tanda-tanda kelebihan cairan saja, yang berarti

bahwa responden memahami akan akibat dari kelebihan cairan sehingga perlu

dijaga secara teratur. Selain itu, sebanyak 72 orang (74,2%) responden juga

menyetujui untuk meminum obat setelah makan dengan air minum yang sama

sehingga jumlah air yang diminum tidak berlebih.

Sikap merupakan reaksi atau respon individu yang di dalamnya

terkandung komponen kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu objek. Sikap

juga mengandung komponen emosional dan motivasi yang mendorong individu

untuk bertindak secara tertentu terhadap objek tersebut (Allport, 1954 dalam

Notoatmodjo, 2007). Oleh karena itu, sikap merupakan faktor penentu dalam

tingkah laku seseorang termasuk dalam memutuskan untuk selalu taat mejalani

terapi hemodialisis dan mengikuti anjuran-anjuran yang disarankan dalam bentuk

tindakan-tindakan dalam kehidupan sehari-hari yang bernilai positif terhadap

penanganan penyakitnya.

Sikap yang baik terbentuk karena pengetahuan yang baik pula, namun

pada karya tulis ini dijumpai bahwa pengetahuan responden adalah pada kategori

cukup (sedang). Hal ini mungkin terjadi dikarenakan banyaknya faktor yang

mendukung terbentuknya sikap seseorang, bukan hanya pengetahuan responden

saja. Selain pengetahuan, pengalaman juga merupakan faktor yang mempengaruhi

sikap. Pengalaman yang dimaksud adalah dalam hal lama telah menjalani

hemodialisis dan mengetahui prosedur-prosedur pelaksanaan hemodialisis. Seperti

yang dilakukan pada penelitian ini juga yaitu memilih pasien yang telah menjalani

hemodialisis 3 bulan atau lebih, dengan harapan sudah terbentuk perilaku pasien

dan dapat diamati atau dinilai. Selain pengalaman, faktor lain yang mempengaruhi

sikap yaitu faktor orang lain seperti keluarga dan masyarakat, faktor emosional

dan motivasi. Selain itu, hasil kuesioner sikap yang menunjukkan baik ini dapat

juga diakibatkan kelemahan pada kuesioner. Peneliti menjumpai item-item

(43)

pertanyaan sikap pada kuesioner ini hampir keseluruhan bersifat favourable,

sehingga responden cenderung untuk memberikan jawaban yang mereka anggap

paling benar. Dengan demikian, responden tidak menjawab benar sesuai dengan

pilihan jawaban yang sebenarnya secara objektif.

Sikap yang baik diharapkan dapat berdampak pada tindakan yang baik

pula pada pasien yang menjalani hemodialisis. Dengan demikian, angka

morbiditas dan mortalitas terkait kelebihan cairan dapat diminimalkan.

5.2.3 Tindakan Responden

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari responden didapatkan sebanyak

63 orang (64,9%) dikategorikan memiliki tindakan cukup, sedangkan 34 orang

(35,1%) dikategorikan memiliki tindakan yang baik.

Sebanyak 97 orang (100%) responden mengatur dan memperhatikan

jumlah air yang diminum setiap hari. Hal ini sejalan dengan hasil yang diperoleh

dari pengetahuan responden, dimana sebanyak 91% menjawab bahwa mengukur

dan menyesuaikan jumlah air minum sesuai anjuran merupakan cara menghindari

kelebihan cairan. Dalam hal pemantauan pertambahan berat badan untuk

mencegah kelebihan cairan, sebanyak 89 orang (91,8%) responden menimbang

berat badan mereka setelah hemodialisis dan sebelum hemodialisis selanjutnya.

Hanya 8 orang (8,2%) responden yang tidak melakukan pemantauan pertambahan

berat badan.

Selain membatasi jumlah cairan yang diminum, sebanyak 86 orang

(88,7%) persen responden juga mengurangi dan membatasi konsumsi garam.

Responden memahami bahwa garam berpengaruh terhadap resiko terjadinya

kelebihan cairan. Hal ini didukung oleh Pace (2007) dalam tulisannya yang

mengatakan bahwa natrium yang merupakan komponen utama volume cairan

ekstraseluler memiliki peranan terhadap terjadinya penambahan cairan diantara

hemodialisis (interdialytic fluid weight gain). Konsumsi garam yang berlebih dari

anjuran bisa menyebabkan pasien haus dan minum lebih banyak lagi. Cairan

berlebih dalam tubuh dapat meningkatkan komplikasi kardiovaskuler yang

berakibat pada morbiditas dan mortalitas pasien (NKUDIC, 2006).

(44)

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa sikap responden adalah

baik sedangkan tindakan adalah cukup (sedang). Yang diharapkan adalah bahwa

dengan sikap yang baik akan didapatkan tindakan yang baik pula. Hal ini

mungkin saja terjadi karena suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu

tindakan (overt behavior).

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner dapat disimpulkan yaitu:

1. Pengetahuan responden mengenai kebiasaan minum pada pasien yang

menjalani hemodialisis adalah cukup (sedang) yaitu sebesar 85,6%, dimana

selebihnya adalah berpengetahuan baik dan sebagian kecil berpengetahuan

kurang.

2. Sikap responden mengenai kebiasaan minum pada pasien yang menjalani

hemodialisis adalah baik yaitu sebesar 62,9% dan selebihnya adalah cukup

(sedang).

(45)

3. Tindakan responden sehubungan kebiasaan minum selama menjalani hemodialisis adalah cukup (sedang) yaitu sebesar 63% dan selebihnya adalah baik.

6.2. Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui pengetahuan, sikap dan tindakan

responden mengenai kebiasaan minum masih belum baik. Untuk itu sangat

diperlukan upaya untuk memperbaiki hal tersebut demi kebaikan dan kesehatan

responden dan seluruh pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis.

2. Untuk dinas kesehatan dan rumah sakit terkait hendaknya lebih meningkatkan

program pelayanan terhadap pasien yang menjalani hemodialisis. Metode yang

digunakan dapat berupa konseling dan edukasi dari dokter, perawat dan tenaga

medis lainnya mengenai pengaturan asupan cairan pada pasien yang menjalani

hemodialisis.

3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan metode dan desain

penelitian yang lebih baik.

4. Bagi peserta penelitian dalam hal ini pasien yang menjalani hemodialisis lebih

meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan terkait pengaturan asupan

cairan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arora, P., Verrelli, M. 2010. Chronic Renal Failure. Emedicine. Available from:

March 2010]

Bakri, S. 2005. Deteksi Dini dan Upaya-Upaya Pencegahan Progresifitas

Penyakit Ginjal Kronik. Suplement, 26 (3).

(46)

Cahyaningsih, N.D. 2008. Hemodialisis (Cuci Darah). Yogyakarta: Mitra

Cendikia.

Darmawan, S. 2009. Anjuran Diet untuk Pasien Dialisis. Yayasan Ginjal Diatrans

Indonesia (YDGI). Available from:

[Accessed 12 April 2010]

Hegel, Lori. 2002. What to Watch: Fluid and Dietary Intake for Hemodialysis

Patients. American Association of Kidney Patients. Available from:

2010]

Kopple, J.D., & Massry, S.G. 2004. Nutritional Management of Renal Disease

2nd ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.

Levin, N.W., Zhu, F., and Keen, M. 2001. Interdialytic Weight Gain and Dry

Weight. KARGER. Available from:

http://content.karger.com/produktedb/produkte.asp?typ=pdf&file=bpu192

17. [Accessed 16 April 2010]

Lewis, J.L. 2009. Disorders of Fluid Volume. MERCK. Available from:

April 2010]

Lubis, W.K. 2009. Hubungan antara Parameter Cairan Tubuh yang Diukur

dengan Bio Impedance Analysis dengan Derajat Hipertensi pada Pasien Hemodialisis Reguler. Tesis diterbitkan. Medan: USU Repository.

(47)

MacMillan, J.I. 2007. Chronic Kidney Disease (Chronic Renal Failure). MERCK.

Available from:

[Accessed 16 April 2010]

National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. 2008. Eat Right

to Feel Right on Hemodialysis.

from:

April 2010]

___________________. 2006. Treatment Methods for Kidney Failure:

Hemodialysis.

[Accessed 09 March 2010]

NKF-KDOQI. 2002. Clinical practice guidelines for chronic kidney disease:

evaluation, classification, and stratification. National Kidney Foundation,

Kidney Disease Outcome Quality Initiative. Available from:

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

Cipta. 133-148.

Pace, R.S. 2007. Fluid Management in Patients on Hemodialysis. Nephrology

Nursing Journal, 34 (5).

(48)

Price, S.A., Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Ed. 6 vol.2. Jakarta: EGC. 912-948.

Rahardjo, P., Susalit, E., Suhardjono. 2007. Hemodialisis. Dalam: Sudoyo, A. W.,

Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M. K., Setiati, S. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Ed. 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Dept. Ilmu Penyakit Dalam

FK UI. 579-580.

Savage, T., Fabbian, F., Giles, M., Tomson, C. R. V., and Raine, A. E. G. 1997.

Interdialytic Weight Gain and 48-h Blood Pressure In Haemodialysis Patients. European Renal Association–European Dialysis and Transplant

Association. Available from:

2010]

Sudigdo, S., Ismael, S. 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Ed. 3.

Jakarta: Sagung Seto.

Suwitra, K. 2007. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B.,

Alwi, I., Simadibrata, M. K., Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Jakarta: Pusat Penerbitan Dept. Ilmu Penyakit Dalam FK UI. 570-573.

Tomson, C.R.V. 2001. Advising Dialysis Patients To Restrict Fluid Intake

Without Restricting Sodium Intake Is Not Based On Evidence And Is A Waste Of Time. Nephrology Dialysis Transplantation. Available from:

April 2010]

Wahyuni, A.S. 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea

Communication.

(49)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yusuf Sundut Randorung Harahap

Tempat/Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 4 Maret 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl. Jamin Ginting, Gg. Arihta No.2 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Swasta Muhammadiyah 01 (1996 - 2001)

2. SMP Negeri 1 Pematangsiantar (2001 - 2004)

3. SMA Negeri 4 Pematangsiantar (2004 - 2007)

4. Fakultas Kedokteran USU (2007 - Sekarang)

(50)

Riwayat Pelatihan : 1. Workshop RJPO Traumatologi TBM FK USU 2008

Riwayat Organisasi : 1. Ketua Departemen Pengembangan Sumber Daya

Mahasiswa PEMA FK USU (2009 – 2010)

2. Anggota Divisi Pengabdian Masyarakat TBM FK

USU (2008 – 2009)

3. Anggota Divisi Pengabdian Masyarakat PHBI FK

USU (2007 – 2008)

4. Anggota Divisi Dana Usaha PHBI FK USU (2008 –

2009)

5. Anggota Departemen Pengabdian Masyarakat

PEMA FK USU (2008 – 2009)

LEMBAR PENJELASAN

Assalamu’alaikum wr. wb.

Salam Sejahtera bagi kita semua

Kepada bapak/ibu, sebelumnya saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya

atas kesediaannya meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan dan

kuesioner ini.

Pertama-tama, ijinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Yusuf S R

Harahap. Saya berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(FK-USU), stambuk tahun 2007. Saat ini saya sedang mengerjakan penelitian guna

melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya untuk

menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran. Adapun judul penelitian saya

adalah Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penderita Penyakit

Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP H Adam Malik Medan

Terhadap Kebiasaan Minum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penderita Penyakit

Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP H Adam Malik Medan

terhadap Kebiasaan Minum, karena jumlah asupan cairan berpengaruh terhadap

kejadian komplikasi pada tubuh dan dengan demikian mempengaruhi kualitas

hidup penderita.

(51)

Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk ikut serta dalam

penelitian ini, yaitu sebagai responden. Saya akan menanyakan beberapa hal

seputar identitas Bapak/Ibu, pengetahuan, tindakan dan sikap Bapak/Ibu mengenai

kebiasaan minum selama menjalani hemodialisis. Pada penelitian ini identitas

anda tidak akan dipublikasikan. Kerahasiaan data anda akan dijamin sepenuhnya.

Demikian saya beritahukan. Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya. Semoga partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini

membawa manfaat besar bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

LEMBAR PERSETUJUAN PESERTA PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Usia :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap tentang

penelitian:

Judul : Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penderita

Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di

RSUP H Ada

Gambar

Tabel 2.2 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit
Tabel 2.3 Berbagai Jenis Terapi Pengganti
Tabel 2.4 Komplikasi akibat Kelebihan Cairan pada Penderita Gagal Ginjal
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Rancangan pengembangan produk yang akan dilaksanakan sebagai berikut: (1) merumuskan tujuan penggunaan produk yaitu untuk menambah kreatifitas pendidik dan

100% Me ningkatnya pe nge tahuan dan ke te rampilan pe nge lola program ttg me tode analis is dan e valuas i pe mantapan s is te m rujukan dan AMP dalam upaya pe ningkatan

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang Guru pada pasal 1 ayat (1) Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Uiian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Dalam.. Bidang Ilmu

Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah di Tingkat Peternak (Kasus Anggota Koperasi Serba Usaha “Karya Nugraha” Kecamatan Cigugur

Ada hubungan interval persalinan dalam kejadian VBAC dan interval persalinan memiliki peluang 4,387 kali dalam keberhasilan dilakukannya VBAC dengan interval persalinan

Religiusitas sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri di sekolah memiliki peran penting dalam penyesuaian diri remaja sebagai siswa dalam