PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN TERHADAP
PENGEMBANGAN DESA DI KABUPATEN LABUHANBATU
TESIS
Oleh
MUHAMMAD KAHFI
107003057/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN S
E K O L A H
P A
S C
PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN TERHADAP
PENGEMBANGAN DESA DI KABUPATEN LABUHANBATU
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
MUHAMMAD KAHFI
107003057/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN
TERHADAP PENGEMBANGAN DESA DI
KABUPATEN LABUHANBATU Nama Mahasiswa : Muhammad Kahfi
Nomor Pokok : 107003057
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
(
Prof. Dr. Aldwin Surya, MPd)(
Ir. Supriadi , M.Si) Ketua AnggotaKetua Program Studi, Direktur,
Tanggal lulus: 03 Agustus 2012 Telah diuji pada
Tanggal : 03 Agustus 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Aldwin Surya, MPd
Anggota : 1. Ir. Supriadi, MSi
3. Dr. Agus Purwoko, S.Hut.M.Si
4. Dr. Rujiman, MA
PERNYATAAN
PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN TERHADAP
PENGEMBANGAN DESA DI KABUPATEN LABUHANBATU
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN TERHADAP PENGEMBANGAN DESA DI KABUPATEN LABUHANBATU
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh lembaga kemasyarakatan dan persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan dalam pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dekskriptif dengan cara mengumpulkan data sampel dengan teknik convinience sampling dari Lembaga Kemasyarakatan yang ada sebanyak 63 desa di seluruh Kabupaten Labuhan Batu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) Terdapat hubungan antara lembaga kemasyarakatan terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu; 2) Lembaga kemasyarakatan dapat memberi pengaruh terhadap pengembangan desa dengan selalu melibatkan dalam kegiatan pengambilan keputusan oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu.; 3) Dalam pengembangan desa, lembaga kemasyarakatan cukup berpengaruh dikarenakan keaktifan pengurus sangat menentukan dan peran serta pemerintah dalam melibatkan lembaga kemasyarakatan. Dengan hasil penelitian di atas maka dapat ditempuh dengan beberapa upaya dalam pemberdayaan masyarakat; 1) Perlu peningkatkan peran dari lembaga kemasyarakatan dalam upaya pengembangan desa 2) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu diharapkan membuat strategi pengembangan desa dengan melibatkan peran dari lembaga kemasyarakatan untuk dapat memelihara pembangunan dan memberikan sumbangsih saran dalam perencanaan pembangunan.
EFFECT OF COMMUNITY DEVELOPMENT AGENCY VILLAGE
IN DISTRICT LABUHANBATU
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the effect of community organizations and community perceptions of the management institutes in the development of villages in the district Labuhanbatu. In this study dekskriptif research methods by collecting data samples with sampling techniques convinience of Community institutions which have as many as 63 villages across the district Labuhan Batu. The results show that, 1) There is the relationship between social institutions to the development of villages in the district Labuhanbatu, 2) social institutions can influence the development of the village with the activities always involve decision making by the Government Labuhanbatu.; 3) In rural development, community organizations quite influential due to the activity board is crucial and involves the participation of the government in social institutions. With the above results it can be done with some effort in empowering the community: 1) Keep increasing the role of community organizations in rural development efforts 2) Labuhanbatu County Government is expected to make rural development strategy, involving the role of social institutions in order to maintain development and contribute to advice in planning.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Lembaga Kemasyarakatan terhadap Pengembangan Desa Di Kabupaten Labuhanbatu”. Tesis ini disusun untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan
2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Aldwin Surya, SE. M.Pd. PhD, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Bapak Ir. Supriadi, M.Si sekalu Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh ketulusan telah banyak meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan petunjuk dan bimbingannya dalam penyusunan tesis ini.
4. Bapak dan Ibu dosen pembanding sekaligus penguji tesis yang telah memberikan masukan-masukan yang berharga demi kesempurnaan tesis ini 5. Segenap Bapak/Ibu Dosen dan seluruh karyawan Sekolah Pascasarjana USU
Program Studi PWD.
6. Bapak Ir. H. Riadil Akhir Lubis, M.Si, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan izin bagi penulis untuk menyelelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana USU.
7. Seluruh mahasiswa PWD kelas Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Angkatan 2010 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.
8. Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.
9. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada isteri tercinta atas segala kesabaran dan ketabahannya selama ini dalam mendampingi penulis serta dorongan dan dukungannya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis berserah diri karena Dia-lah Yang Maha Sempurna dan Maha Mengetahui, Amin.
Medan, Juli 2012 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Juni 1965 di Kota Medan, putra kedua dari tujuh bersaudara pasangan dari Ayahabda Almarhum H. Aslisyah Tambunan dan Ibunda Hj. Zubaidah Pohan.
Penulis menyelesaikan pendidikan SD, SLTP dan SLTA di Kota Rantau Parapat Kabupaten Labuhanbatu.
Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan tinggi ke Universitas Terbuka pada tahun 1984 sambil bekerja sebagai tenaga harian lepas pada kantor Dinas Pendapatan Kabupaten Labuhanbatu dan menyelesaikan kuliah pada Program Studi Administrasi Negara (S1) Universitas Terbuka pada tahun 1990.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...… i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP... v
2.1 Teori Pengembangan Wilayah..………... 10
2.2 Pembangunan Wilayah.……… 11
2.3 Pembangunan Desa... ………..……… 13
2.3.1 Pembangunan... 13
2.3.2 Desa... 15
2.3.3 Pembangunan Desa... 17
2.3.4 Indikator Pembangunan Desa...………...… 18
2.3.5 Pembangunan Desa melalui Kelembagaan Desa... 19
2.4 Pemberdayaan Masyarakat...… 20
2.5 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan...…... 21
2.6 Lembaga Kemasyarakatan... 22
2.7 Kelompok dan Organisasi sebagai Institusi Masyarakat... 24
2.8 Kerangka Pemikiran... 25
. BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 26
3.1 Jenis Penelitian ...……… 26
3.2 Populasi dan Sampel ...………..…… 26
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...……… 28
3.3.1 Studi Dokumen... 28
3.3.2 Wawancara dengan Kuisioner... 28
3.3.3 Observasi... 29
3.4 Lokasi Penelitian ...………...…..……….. 29
3.5 Metode Analisis...………. 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
4.1. Gambaran Umum... 33
4.1.1. Letak dan Keadaan Geografis... 33
4.1.2 Kependukan dan Sumber Daya Manusia... 37
4.2 Pengujian Hipotesis... 40
4.2.1 Skala Likert... 40
4.2.2 Uji Statistik... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
5.1 Kesimpulan... 60
5.2 Saran... 60
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Jumlah Bantuan Untuk Kelurahan dan Desa ... 4
1.2 Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten
Labuhanbatu ... 5
1.3 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten
Labuhanbatu 2005 – 2010 ... 6
4.1 Luas Kecamatan dan Rasio Terhadap Luas Kabupaten ... 33
4.2 Letak dan Geografi Kabupaten Labuhanbatu ... 35
4.3 Luas Wilayah Kecamatan, Jumlah Desa/Kelurahan, Jarak dan Presentasi Luas Masing-Masing Kecamatan Terhadap Luas
Kabupaten Labuhanbatu ... 36
4.4 Jumlah Desa berdasarkan Tipologi Di Kabupaten Labuhanbatu.. 36
4.5 Jarak Ibukota Kecamatan Ke Ibukota Kabupaten ... 37
4.6 Luas Daerah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Rata-Rata dan Kepadatan Penduduk per Km² Tiap Kecamatan di
Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2010 ... 38
4.7 Indikator Kependudukan Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2007 - 2009 ... 39
4.8 Tanggapan responden mengenai kehadiran anggota dalam
setiap kegiatan lembaga kemasyarakatan ... 40
4.9 Tanggapan responden Seberapa banyakkah anggota Lembaga Kemasyarakatan dalam setiap kegiatan di desa berpartisifasi
aktif ... 41
4.10 Tanggapan responden mengenai kualitas pengurus dalam
mengelola lembaga ... 42
4.12 Tanggapan responden mengenai program kegiatan yang direncanakan oleh lembaga kemasyarakatan apakah sesuai pada kebutuhan lembaga dan masyarakat desa untuk
mencapai perbaikan kehidupan ... 43
4.13 Apresiasi responden mengenai kegiatan lembaga
kemasyarakatan ... 44
4.14 Apresiasi responden mengenai kegiatan lembaga terhadap
pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu ... 44
4.15 Tanggapan responden mengenai pendapat masyarakat tentang
pembangunan desa di Kabupaten Labuhanbatu ... 45
4.16 Tanggapan responden mengenai perubahan yang terjadi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat sejak adanya
Lembaga Kemasyarakatan di Kabupaten Labuhanbatu ... 45
4.17 Tanggapan responden mengenai perubahan yang terjadi terhadap penambahan lapangan pekerjaan sejak adanya
Lembaga Kemasyarakatan ... 46
4.18 Tanggapan responden mengenai perubahan yang terjadi terhadap peningkatan kualitas pendidikan sejak adanya Lembaga
Kemasyarakatan ... 47
4.19 Tanggapan responden mengenai perubahan yang terjadi terhadap peningkatan kualitas kesehatan masyarakat sejak adanya
Lembaga Kemasyarakatan ... 47
4.20 Tanggapan responden mengenai keterlibatan lembaga terhadap pengambilan kebijakan di daerah ... ... 48
4.21 Tanggapan responden mengenai perubahan yang terjadi terhadap peningkatan hak dan kewajiban masyarakat sejak adanya
Lembaga Kemasyarakatan ... 49
4.22 Hasil uji statistik variabel X dengan bantuan software statistik
SPSS ver.17 ... 50
4.23 Hasil uji statistik variabel Y dengan bantuan software statistik
SPSS ver.17 ... 51
4.24 Hasil uji reabilitas variabel X dengan uji statistik menggunakan SPSS ver.17 ... 51
4.26 Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov test pada
variabel X ... 52
4.26 Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov test pada variabel Y ... 53
4.28 Data Kompetensi Kognitif Fungsi (X) dan Fungsi (Y) ... 54
4.29 Tabel Pertolongan Perhitungan Regresi Linier Sederhana ... 55
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Kelompok dan Organisasi sebagai Institusi Masyarakat ... 25
2.2 Kerangka Pemikiran ... 25
4.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Labuhanbatu ... 34
4.2 Kepadatan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Tahun
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner ... 63
2. Tabulasi Kuesioner ………. 68
3. Hasil Tabulasi Kuesioner ……… 77
PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN TERHADAP PENGEMBANGAN DESA DI KABUPATEN LABUHANBATU
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh lembaga kemasyarakatan dan persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan dalam pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dekskriptif dengan cara mengumpulkan data sampel dengan teknik convinience sampling dari Lembaga Kemasyarakatan yang ada sebanyak 63 desa di seluruh Kabupaten Labuhan Batu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) Terdapat hubungan antara lembaga kemasyarakatan terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu; 2) Lembaga kemasyarakatan dapat memberi pengaruh terhadap pengembangan desa dengan selalu melibatkan dalam kegiatan pengambilan keputusan oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu.; 3) Dalam pengembangan desa, lembaga kemasyarakatan cukup berpengaruh dikarenakan keaktifan pengurus sangat menentukan dan peran serta pemerintah dalam melibatkan lembaga kemasyarakatan. Dengan hasil penelitian di atas maka dapat ditempuh dengan beberapa upaya dalam pemberdayaan masyarakat; 1) Perlu peningkatkan peran dari lembaga kemasyarakatan dalam upaya pengembangan desa 2) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu diharapkan membuat strategi pengembangan desa dengan melibatkan peran dari lembaga kemasyarakatan untuk dapat memelihara pembangunan dan memberikan sumbangsih saran dalam perencanaan pembangunan.
EFFECT OF COMMUNITY DEVELOPMENT AGENCY VILLAGE
IN DISTRICT LABUHANBATU
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the effect of community organizations and community perceptions of the management institutes in the development of villages in the district Labuhanbatu. In this study dekskriptif research methods by collecting data samples with sampling techniques convinience of Community institutions which have as many as 63 villages across the district Labuhan Batu. The results show that, 1) There is the relationship between social institutions to the development of villages in the district Labuhanbatu, 2) social institutions can influence the development of the village with the activities always involve decision making by the Government Labuhanbatu.; 3) In rural development, community organizations quite influential due to the activity board is crucial and involves the participation of the government in social institutions. With the above results it can be done with some effort in empowering the community: 1) Keep increasing the role of community organizations in rural development efforts 2) Labuhanbatu County Government is expected to make rural development strategy, involving the role of social institutions in order to maintain development and contribute to advice in planning.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan wilayah dapat dikatakan sebagai proses memberdayakan
rakyat setempat, terutama dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan
setempat dengan means yang mereka miliki atau kuasai, yaitu Teknologi
(M.T.Zen,1999), jadi pengembangan wilayah itu merupakan upaya memadukan
secara harmonis sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi, dengan
memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri, kesemuanya itu disebut
memberdayakan masyarakat.
Proses pembangunan di Indonesia dengan menggunakan pola
pemberdayaan masyarakat sebenarnya sudah dimulai dari awal dasawarsa ’90-an
yang dimulai sejak Repelita VI dengan program Inpres Desa Tertinggal (IDT)
(Suhandojo, 1999).
Tahapan kegiatan pemberdayaan tersebut dimulai dari analisa kebutuhan
masyarakat kemudian dilanjutkan dengan membentuk kelompok-kelompok sosial
di masyarakat sebagai mitra pemerintah dalam bekerja, di tahun 2005 keluarlah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 yang menjelaskan fungsi dari
kelompok sosial tersebut serta mekanismenya dalam berkoordinasi dan
berkonsultasi kepada pemerintah dalam pembangunan yang disebut dengan
lembaga kemasyarakatan.
Dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 dijelaskan
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam
memberdayakan masyarakat, ditambah lagi dalam pasal 91 disebutkan Lembaga
Kemasyarakatan mempunyai tugas membantu pemerintah dalam pelaksanaan
urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan
masyarakat.
Adapun fungsi lembaga kemasyarakatan adalah (a). penampungan dan
penyaluran aspirasi masyarakat; (b). penanaman dan pemupukan rasa persatuan
dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan
Republik Indonesia; (c). peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan
pemerintahan kepada masyarakat; (d). penyusun rencana, pelaksana dan pengelola
pembangunan serta pemanfaatan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil
pembangunan secara partisipatif; (e). penumbuhkembangan dan penggerak
prakarsa dan partisipasi, serta swadaya gotong royong masyarakat; (f). penggali,
pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya serta keserasian
lingkungan hidup; (g). pengembangan kreatifitas, pencegahan kenakalan,
penyalahgunaan obat terlarang (Narkoba) bagi remaja; (h). pemberdayaan dan
peningkatan kesejahteraan keluarga; (i). pemberdayaan dan perlindungan hak
politik masyarakat; dan (j). pendukung media komunikasi, informasi, sosialisasi
antara pemerintah desa/kelurahan dan masyarakat.
Kegiatan lembaga kemasyarakatan diantaranya adalah : (a). peningkatan
pelayanan masyarakat; (b). peningkatan peran serta masyarakat dalam
pembangunan; (c). pengembangan kemitraan; (d). pemberdayaan masyarakat
meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup; dan (e).
Dalam peraturan pemerintah tersebut menyebutkan yang dimaksud dengan
“lembaga kemasyarakatan” seperti Rukun Tetangga, Rukun Warga,
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Karang Taruna, Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat atau sebutan lain.
Desa sebagai salah satu unit pemerintahan terkecil merupakan ujung
tombak pelaksanaan kegiatan pembangunan. Pada pelaksanaan pembangunan
selama ini, masih terlihat perbedaan perkembangan desa, sehingga memunculkan
istilah desa tertinggal dan tidak tertinggal, sebagai akibat perbedaan sumberdaya
alam, sumberdaya manusia, dan teknologi. Pada umumnya desa tertinggal
dicerminkan oleh keadaan sosial ekonomi masyarakat yang rendah, sehingga
sebagian besar merupakan penduduk miskin
Wadah pemberdayaan masyarakat di desa bentuknya bemacam-macam
sesuai dengan proyek yang digulirkan. kenyataan di lapangan ditemukan seperti
Kelompok Tani, Kelompok Karang Taruna, LKMD, PKK, Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM). Tentunya menjadi pekerjaan yang tidak efektif apabila di
sebuah desa terdapat berbagai macam lembaga, dengan kegiatan yang identik.
Akhirnya membingungkan petugas lapangan ataupun aparat pemerintah dalam
melakukan monitoring maupun evaluasi. Belajar dari hal tersebut, kiranya
diperlukan koordinasi yang baik antar dinas dan aparat desa untuk memanfaatkan
lembaga kemasyarakatan yang sudah ada dengan kegiatan yang disesuaikan
dengan program yang digulirkan.
Lembaga kemasyarakatan dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini
(PKK), dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) yang ada di 75 desa
se-Kabupaten Labuhanbatu.
Kabupaten Labuhanbatu memiliki 9 Kecamatan terdiri dari 75 desa dan 23
kelurahan, adapun kebijakan anggaran yang ditetapkan oleh Pemerintah
Kabupaten Labuhanbatu dalam peningkatan lembaga kemasyarakatan yang ada di
desa dapat tercermin dalam kebijakan anggaran sebagai berikut :
Tabel 1.1. Jumlah Bantuan Untuk Kelurahan dan Desa
Tahun Jumlah Desa
Jumlah Kelurahan
Jumlah Bantuan
Kelurahan Jumlah Dana ADD
2006 209 33 957.000.000,00 6.061.000.000,00
Sumber : BPMD/K Kab. Labuhanbatu
Terlihat dari tabel diatas bahwa trend kebijakan anggaran Pemerintah
Kabupaten Labuhanbatu mulai mengurangi anggaran untuk bantuan pedesaan
dibandingkan pada tahun 2010 dikarenakan Kabupaten Labuhanbatu sudah
dimekarkan menjadi 3 daerah pada tahun 2008 sehingga prioritas pembangunan
masih dipusatkan dalam peningkatan pembangunan di daerah perkotaan untuk
memudahkan aksesibilitas investasi masuk ke daerah Labuhanbatu, namun
demikian jika dilihat dari data PDRB atas dasar harga konstan (Tabel 1.2)
menunjukkan peningkatan meskipun sudah mengalami pemekaran daerah di tahun
2008 dan untuk data penduduk miskin di Kabupaten Labuhanbatu (Tabel 1.3)
sinergisitas kinerja antara Pemerintah Kabupaten bersama masyarakat, seperti
terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Labuhanbatu 2006-2010
2. Pertambangan dan
Penggalian
43.159,08 46.239,48 48.901,15 51.458,38 54.298,67
3. Industri
1.163.
141,90
1.243 .026,06 1.314. 378,28 1.361.825,23 1.430. 222,28
4. Listri, Gas dan Air
Bersih
12.120,04 12.388,82 12.761,56 13.476,29 14.229,69
5. Bangunan 79.214,81 84.012,99 88.583,22 94.375,20 100.682,77
6. Perdagangan, Hotel
dan Restoran
450.265,24 478.303,53 510.044,23 542.093,10 570.081,36
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
115.421,56 119.722,50 123.658,93 131.554,25 139.884,07
8. Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan
39 649,47 42 235,33 45 006,31 48 460,70 51 636,08
9. Jasa-Jasa 232.072,79 246.331,77 259.983,47 277.969,67 298.179,70
Sumber : BPS Kab. Labuhanbatu
Penelitian ini akan melihat peran dan pengaruh lembaga kemasyarakatan
dalam pengembangan 75 desa di Kabupaten Labuhanbatu secara lebih khusus
akan memperlihatkan berjalannya kegiatan lembaga kemasyarakatan terhadap
pembangunan wilayah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
Tabel 1.3. Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Labuhanbatu 2005 – 2010
Tahun Garis Kemiskinan
Penduduk Miskin Jumlah (Jiwa)
(ribu) Persentase (%)
(1) (2) (3) (4)
2005 00 00 00
2006 00 140,18 14,20
2007 00 123,40 12,25
2008 00 109,71 10,72
2009 00 102,09 24,45
2010*) 244.455 44,30 10,67
Sumber : BPS Kab. Labuhanbatu
1.3 Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti
sebagai berikut :
1. Apakah lembaga kemasyarakatan berpengaruh terhadap pengembangan desa
di Kabupaten Labuhanbatu ?
2. Bagaimana persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan terhadap
pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : mengetahui pengaruh lembaga
kemasyarakatan dan persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan dalam
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti dan Sivitas Akademika :
a Merupakan sarana bagi upaya implementasi teori-teori yang didapatkan di
kelas dan bubu-buku teks
b Meningkatkan kemampuan analisis yang didasarkan pada alat analisis yang
valid dan teruji
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu :
a Memberikan gambaran lembaga kemasyarakatan di Kabupaten Labuhanbatu
b Memberikan masukan dan pertimbangan khususnya Pemerintah Kabupaten
Labuhanbatu untuk mengetahui pengaruh lembaga kemasyarakatan dan
persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan dalam pengembangan desa di
Kabupaten Labuhanbatu
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Ho : tidak terdapat pengaruh lembaga kemasyarakatn dalam pengembangan desa
di Kabupaten Labuhanbatu.
Ha : terdapat pengaruh lembaga kemasyarakatn dalam pengembangan desa di
Kabupaten Labuhanbatu.
I.6 Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang
pengertian tersebut, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep
yang digunakan :
1. Lembaga Kemasyarakatan merupakan lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam
memberdayakan masyarakat serta memiliki tugas membantu pemerintah
dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan
dan pemberdayaan masyarakat
2. Pengembangan desa adalah upaya memadukan secara harmonis sumberdaya
alam, sumberdaya manusia dan teknologi, dalam wilayah desa
1.7 Definisi Operasional
Defenisi Operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat
diketahui indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa dari
variabel-variabel tersebut. (Singarimbun, 1989: 46). Defenisi Operasional merupakan
spesialisasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu variabel. Adapun yang
menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas/ Independen Variabel (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Lembaga Kemasyarakatan
dengan indikatornya adalah:
A. Partisipasi anggota
a. Kehadiran anggota lembaga dalam setiap pertemuan lembaga
B. Manajemen Lembaga
a. Kualitas pengurus dalam mengelola lembaga
b. Kemampuan pengurus dalam berkoordinasi dan berkonsultasi kepada
banyak pihak untuk memberikan manfaat dalam pengembangan desa
C. Program Kegiatan
a. Menyusun program kegiatan yang berdasarkan pada kebutuhan anggota
lembaga dan masyarakat desa demi tercapainya perbaikan kehidupan
b. Apresiasi masyarakat cukup besar dalam setiap kegiatan lembaga
2. Variabel Terikat/ Dependent Variabel (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pengembangan Desa dengan
indikatornya adalah:
A. Pengembangan desa dalam bidang ekonomi
a) Peningkatan pendapatan masyarakat
b) Kesempatan kerja
B. Pengembangan desa dalam bidang sosial budaya
a) Peningkatan pendidikan masyarakat
b) Peningkatan kesehatan masyarakat
C. Pengembangan desa dalam bidang sosial poitik
a) Keterlibatan Lembaga terhadap pengambilan kebijakan di daerah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Pengembangan Wilayah
Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya
merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah
tetentu, mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak
sarana/dan prasarana, barang dan jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha
masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun
kualitasnya.
Menurut Budiharsono (2005) pengembangan wilayah setidak-tidaknya
perlu ditopang oleh enam pilar/aspek, yaitu, Pertama, aspek biogeofisik, kedua,
aspek ekonomi, ketiga, aspek sosial dan budaya, keempat, aspek kelembagaan,
kelima, aspek lokasi, dan keenam, aspek lingkungan
Aspek biogeofisik adalah suatu bentuk keseimbangan ekosistem yang
dinamis antar komponen-komponen lingkungan hidup manusia seperti air, tanah,
udara dan keanekaragaman hayati. Aspek ekonomi meliputi kegiatan ekonomi
yang terjadi di dalam dan di sekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya,
politik, dan pertahanan dan keamanan (Hankam) yang merupakan pembinaan
kualitas sumber daya manusia. Aspek kelembagaan meliputi kelembagaan
masyarakat yang ada dalam pengelolaan suatu wilayah apakah kondusif atau
tidak. Kelembagaan juga meliputi peraturan perundang-undangan yang berlaku
sosial dan ekonomi yang ada di wilayah tersebut. Aspek lokasi menunjukkan
keterkaitan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya yang berhubungan
dengan sarana produksi, pengelolaan maupun pemasaran. Aspek lingkungan
meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input yang
berasal dari sumber daya alam, apakah merusak atau tidak.
Analisis pengembangan wilayah yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dilihat dari aspek ekonomi, kependudukan dan ketenagakerjaan serta aspek
lokasi. Dari aspek ekonomi dilihat bagaimana pembangunan ekonomi dan
transformasi struktural. Dari aspek demografi dilihat bagaimana terjadinya
perubahan demografi yang terjadi. Dari aspek lokasi sejauh mana faktor lokasi
dapat mendorong pembangunan wilayah, berkaitan dengan pembangunan yang
terjadi di wilayah tetangga terdekat.
2.2 Pembangunan Wilayah
Pembangunan Wilayah (regional development) merupakan upaya untuk
memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah,
dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Kebijakan
pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi fisik geografis, sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat yang sangat berbeda antar suatu wilayah
dengan wilayah lainnya sehingga penerapan kebijakan pengembangan wilayah
itu sendiri harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan isu permasalahan di
wilayah bersangkutan.
Dalam upaya pembangunan wilayah, masalah terpenting yang menjadi
perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut
pertumbuhan ekonomi wilayah dan teori pertumbuhan ekonomi nasional
terletak pada sifat keterbukaan dalam proses input-output barang dan jasa
maupun orang. Dalam sistem wilayah, keluar masuk orang atau barang dan jasa
relatif bersifat terbuka, sedangkan pada skala nasional bersifat lebih tertutup
(Sirojuzilam, 2007).
Potensi dan kemampuan masing-masing wilayah berbeda-beda satu
dengan yang lain, demikian pula masalah pokok yang dihadapi tidak sama,
sehingga usaha-usaha pembangunan sektoral yang akan dilaksanakan harus
disinkronisasikan dengan usaha-usaha pembangunan regional. Hirschman
mengatakan bahwa untuk mencapai tingkat pendapatan yang lebih tinggi, terdapat
keharusan utuk membangun sebuah atau beberapa buah pusat kekuatan ekonomi
dalam wilayah suatu negara, atau disebut sebagai pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi (growth pole). Terdapat elemen yang sangat menentukan dalam konsep
kutub pertumbuhan, yaitu pengaruh yang tidak dapat dielakkan dari suatu unit
ekonomi terhadap unit-unit ekonomi lainnya. Pengaruh tersebut adalah dominasi
ekonomi yang terlepas dari pengaruh tata ruang geografis dan dimensi tata ruang
ekonomi. Proses pertumbuhan adalah konsisten dengan teori tata ruang ekonomi
(economic space theory), di mana industri pendorong dianggap sebagai titik awal
dan merupakan elemen esensial untuk pembangunan selanjutnya (Adisasmita,
2.3 Pembangunan Desa
2.3.1 Pembangunan
Gerakan pembangunan ialah usaha yang berwatak kemanusiaan dan lahir
dari suatu kesaksian dan komitmen akan harkat dan martabat manusia. Secara
normatif pembangunan itu mesti mewujudkan manusiawi dan tampil sebagai
manisfestasi serta aktualisasi dari nilai-nilai insaniah yang penuh harkat dan
martabat. (Richard M Steers, 1980:67). Oleh karena itu dapat diketahui bahwa
pelaksanaan pembangunan bertujuan untuk meningkatkan derajat kemanusiaan
yang berangkat dari nilai hidup dan kebutuhan yang hendak dicapai oleh manusia.
Dalam mendorong dan melaksanakan pembangunan diperlukannya peran
aktif negara/pemerintah dengan diikuti oleh stakeholder lainnya dan masyarakat.
Peran pemerintah lebih diutamakan melalui perumusan, penetapan dan
pelaksanaan serta pengawasan kebijakan pembangunan. Dalam pembangunan
pemerintah juga mengupayakan untuk mengarahkan masyarakat ikut serta dalam
melaksanakan pembangunan tersebut. Administrasi negara juga memberikan
peran dalam mendukung proses pembangunan yakni mendukung proses
perubahan, memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan, serta mendorong
partisipasi aktif masyarakat (Nurlela Kataren, 2011:5).
Kehadiran administrasi pembangunan sebenarnya merupakan salah satu
paradigma admnistrasi negara yaitu paradigma yg berkembang setelah ilmu
administrasi negara diakui sebagai ilmu administrasi pada sekitar tahun 1970.
Mengacu dari kerangka perkembangan administrasi pembangunan seperti tersebut
di atas Kristiadi (1994:21) memberi pengertian tentang Administrasi
perubahan dan pembaharuan serta penyesuaian. Oleh karena itu administrasi
pembangunan juga merupakan pendukung perencanaan dan implementasinya.
Masalah yang serius dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah
lemahnya kemampuan birokrasi dalam menyelenggarakan pembangunan. Dari
latar belakang ini maka administrasi pembangunan yg berkembang di
negara-negara sedang berkembang memiliki perbedaan ruang lingkup dan karakteristik
dengan negara-negara yang telah maju. Dasar inilah Bintoro Tjokroamidjojo
(1995) mengemukakan bahwa administrasi pembangunan mempunyai tiga fungsi:
1. penyusunan kebijaksanaan penyempurnaan administrasi Negara yang
meliputi upaya penyempurnaan organisasi pembinaan lembaga, kepegawaian
dan pengurusan sarana-sarana administrasi lainnya. Ini disebut the
development of administration (pembangunan administrasi) yang kemudian
lebih dikenal dengan istilah “Administrative Reform” (reformasi
admnistrasi).
2. Perumusan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan program-program pembangunan
di berbagai bidang serta pelaksanaan secara efektif, Ini disebut the
administration of development (Administrasi untuk pembangunan).
Administrasi untuk pembangunan (the development of administration)
3. Pencapaian tujuan-tujuan pembangunan tak mungkin terlaksana dari hasil
kegiatan pemerintahan saja. Faktor yg lebih penting adalah membangun
partisipasi masyarakat.
Administrasi pembangunan berperan aktif dan berkepentingan terhadap
tujuan-tujuan pembangunan serta berorientasi pada upaya yang mendorong
2.3.2 Desa
Desa dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah adalah sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan
asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam system pemerintahan
nasional dan berada di daerah kabupaten. Beberapa ahli juga mengutarakan
defenisi desa antara lain, menurut Yayuk dan Mangku (2003) desa berarti tempat
asal, tempat tinggal, negeri asal atau tanah leluhur yang merajuk pada suatu
kesatuan hidup dengan kesatuan norma serta memiliki batas yang jelas. Ahli lain
seperti Zakaria (2003:91) mengutarakan bahwa desa adalah sekumpulan manusia
yang hidup bersama atau suatu wilayah yang memiliki suatu organisasi
pemerintahan dengan serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan sendiri,
serta berada di bawah pimpinan desa yang dipilih dan ditetapkan sendiri.
Dalam defenisi ini menegaskan bahwa desa sebagai satu unit kelembagaan
pemerintahan mempunyai kewenangan pengelolaan wilayah pedesaan. Wilayah
pedesaan sendiri diartikan sebagai wilayah yang penduduknya mempunyai
kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan
susunan fungsi wilayah sebagai pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintah,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
CorolieNdraha (1990:15), mengartikan pembangunan sebagai usaha untuk
meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya.
Sebaliknya dia mengatakan implikasi dari defenisi tersebut yaitu :
a. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia baik
b. Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan kemerataan
nilai dan kesejahteraan (equity)
c. Menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri
sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Kepercayaan ini
dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih dan
kekuasaan untuk memutuskan (Empowerment).
d. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara
mandiri (sustainability)
e. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan Negara yang satu
dengan yang lainnya dan menciptakan hubunga yang saling
menghormati (Interdepedence).
Sedangkan menurut Bryan dan White (1989 : 21-22) Pembangunan
sebagai upaya suatu peningkatan kapasitas untuk mempengaruhi masa depan
mempunyai beberapa implikasi antara lain :
a. Memberikan perhatian terhadap “kapasitas” terhadap apa yang ingin
dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan tenaga guna membuat
perubahan
b. Mencakup keadilan (Equity)
c. Penumbuhan kuasa dan wewenang dalam pengertian bahwa jika masyarakat
mempunyai kuasa dan wewenang tertentu maka mereka akan menerima
mamfaat pembangunan.
d. Pembangunan berarti perhatian sunggu-sungguh terhadap saling
ketergantungan di dunia serta perlu menjamin bahwa masa depan dapat di
Pendekatan pembangunan desa melalui cara pandang Demokrasi desa
sangat diperlukan sekali dalam era otonomi daerah pada saat ini dikarenakan
proses pembangunan desa tidak bisa terlepas dari segi demokrasi yang
mempunyai nilai-nilai kebersamaan dalam suatu masyarakat, Agenda
demokratisasi pada tingkat desa tidak dapat dipisahkan dengan beberapa variabel
pengaruh, antara lain : Derajat dan kualitas demokrasi, kapasitas kelembagaan
pemerintah desa, sumber daya masyarakat dalam proses pembangunan, desa
merupakan entitas pemerintah yang langsung berhubungan dengan rakyat. Hal itu
memiliki arti sangat strategis sebagai basis penyelenggaraan proses pembangunan
yang lebih mengutamakan ruang lingkup demokrasi bagi desa.
2.3.3 Pembangunan Desa
Dalam pelaksanaan pembangunan di suatu desa, keterpaduan langkah dan
tujuan akan menentukan hasil yang akan dicapai. Pada dasarnya hakekat
pembangunan desa adalah pencapaian serta terciptanya kehidupan yang sejahtera,
aman, tertib, dan sehat bagi seluruh warga desa atau terciptanya masyarakat adil
dan makmur berdasarkan pancasila. ( I Nyoman Beratha, 1991:123)
Pembangunan masyarakat desa merupakan sesuatu proses dimana anggota
masyarakat desa pertama-tama mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka,
kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama untuk memenuhi keinginan
mereka tersebut. Oleh karna itu pembangunan desa adalah kegiatan atau proses
yang bertujuan untuk lebih mensejahterakan atau meningkatkan derajat kehidupan
dari yang kurang baik kepada yang lebih baik disamping juga pembangunan desa
lebih mengutamakan keinginan warga desa dan ditujukan untuk kebaikan bersama
Yan Indra mengemukakan (1997:43) tiga faktor yang dominant dalam
pembangunan desa:
1. Kebijakan Pemerintah (Top Down), dalam arti sebagai motivator, fasilitator,
dan dinamisator dalam menggerakkan masyarakat desa untuk memberi
respon yang positif melalui sikap mental (attitudes), rasa memiliki (sence of
belonging) dan mempunyai rasa tanggung jawab.
2. Tanggapan masyarakat (bottom Up), terutama ditekankan peran serta
(partisipasi aktif) masyarakat desa dalam pembuatan keputusan, pelaksanaan,
penerima manfaat dan hasil serta keikutsertaan dalam mengevaluasi
hasil-hasil pembangunan.
3. Suatu lembaga atau instansi baru yang bersifat otonom, berperan
menghimpun dana dan biaya, guna mengoptimalkan kegiatan
lembaga-lembaga pemerintah.
2.3.4 Indikator Pembangunan Desa
Pembangunan desa hanya mungkin berhasil dengan adanya rencana yang
baik, masuk akal dan dapat direalisasikan dalam jangka waktu yang direncanakan
sesuai dengan kebutuhan, tersedianya sumber tenaga manusia, modal dan sumber
daya lainnya serta adanya organisasi yang mampu untuk mewujudkan rencana
menjadi hasil. ( BN. Marbun, 1988:34) R. Agusthoha Kuswata (1985:34)
mendefenisikan pembangunan desa adalah usaha yang dilakukan dimana
konsentrasinya lebih berfokus kepada peningkatan pembangunan ekonomi desa
2.3.5 Pembangunan Desa Melalui Kelembagaan Desa
Istilah lembaga dan organisasi secara umum penggunaannya dapat
dipertukarkan dan hal tersebut menyebabkan keambiguan dan kebingungan
diantara keduanya. Pembedaan antara lembaga dan organisasi masih sangat kabur.
Organisasi yang telah mendapatkan kedudukan khusus dan legitimasi dari
masyarakat karena keberhasilannya memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat
dalam waktu yang panjang dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut telah
melembaga.Menurut Syahyuti (2006:37) setidaknya ada empat cara membedakan
kelembagaan dengan organisasi, yaitu:
1. Kelembagaan adalah tradisional, organisasi modern.
2. Kelembagaan dari masyarakat itu sendiri, organisasi datang dari atas
3. Kelembagaan dan organisasi berada dalam satu kontinum. Organisasi adalah
kelembagaan yang belum melembaga, yang sempurna adalah organisasi yang
melembaga.
4. Organisasi merupakan bagian dari kelembagaan. Organisasi sebagai organ
kelembagaan.
Pemerintahan desa merupakan lembaga yang ada di dalam desa, dengan
kontrol dari Badan Permusyawaratan Desa. Pemerintah desa yang dipimpin oleh
kepala desa bertanggung jawab dalam melaksanakan kebijakan termasuk
melaksanakan proses pembangunan di wilayahnya. Agar pembangunan dapat
tepat sasaran maka pemerintah desa bertugas untuk mengidentifikasi
pembangunan yang sesuai di wilayahnya sehingga peran pemerintah desa sebagai
sarana penyampaian kebijakan pemerintah kecamatan maupun kebijakan
2.4 Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi
yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru
pembangunan, yakni yang bersifat "people-centered, participatory, empowering,
and sustainable" (Chambers, 1995). Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk
mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya
belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap
konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu.
Pemberdayaan adalah terjemahan dari kata “empowerment” yang
mengandung kata “empower” yang juga dapat berarti pemberian kekuasaan,
karena power bukan sekedar daya, tetapi juga kekuasaan, sehingga kata daya tidak
saja bermakna mampu tetapi juga mempunyai kuasa. (Wrihatnolo dan Riant,
2007:1)
Pengertian mengenai pemberdayaan menurut Haw.Widjaja (2003:169)
pemberdayaan adalah upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki
masyarakat sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan
martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara
mandiri baik di bidang ekonomi, sosial, agama dan budaya.
Dasar proses pemberdayaan adalah pengalaman dan pengetahuan
masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan berguna serta keamanan
mereka menjadi lebih baik. Menurut Payne dalam Rukminto (2003:54) suatu
proses pemberdayaan, pada intinya ditujukan guna membantu klien dalam
akan dilakukan yang terkait dengan diri mereka, mengurangi efek hambatan
pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.
Dengan demikian pemberdayaan bertujuan untuk memberikan kekuatan
terhadap masyarakat agar memiliki posisi baik terhadap negara, posisi ini
selanjutnya menjadi kekuatan untuk mengontrol kekuasaan negara dalam
menyelenggarakan manajemen pemerintahan sehingga hak-hak masyarakat tidak
tereksploitasi dan dapat berpartisipasi secara aktif dan bebas.
2.5 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
Proses pembangunan yang berkelanjutan memerlukan kerja sama dalam
semua pihak termasuk partisipasi masyarakat. Menurut Abdul A.S proyek
pembangunan yang melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan
pelaksanaannya ternyata lebih baik dari tatacara konvensional yang bersifat top
down. Beberapa alasan partisipasi penting dalam proses pembangunan:
1. Partisipasi dalam praktek yang sederhana telah lama dibangun dalam
pemahaman, kesadaran dan kehidupan masyarakat
2. Partisipasi memungkinkan perubahan yang lebih besar dalam cara berfikir,
bersikap dan bertindak manusia. Hal ini sulit dilakukan jika perubahan ini
hanya dilakukan oleh sebagian kecil atau kelompok tertentu yang tidak
terlibat langsung
3. Pemecahan permasalahan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara
menyeluruh hanya dapat dilakukan melalui proses interaksi, kerjasama dan
berbagai peran.
4. Penggunaan sumber daya dan pelayanan bagi masyarakat tidak dapat tercapai
saja, karena sumber daya pendukung lebih banyak dimiliki oleh individu,
kelompok atau organisasi masyarakat. Oleh karena itu, kontribusi dan
kerangka mekanisme pelayanan harus melibatkan masyarakat sebagai pemilik
dan pengguna pelayanan itu.
5. Partisipasi merupakan suatu proses pelibatan orang lain terutama kelompok
masyarakat yang terkena langsung untuk merumuskan masalah dan mencari
solusi secara bersamaan.
6. Masyarakat memiliki informasi yang sangat penting untuk merencanakan
program yang lebih baik termasuk tujuan, pengetahuan, situasi, struktur sosial
dan pengalaman menggunakan teknologi untuk kepentingannya
7. Masyarakat akan lebih termotivasi untuk bekerja sama dalam program
pembangunan, jika ikut terlibat dan bertanggung jawab di dalamnya
8. Dalam kehidupan demokratis, secara umum masyarakat menerima bahwa
mereka berhak berpartisipasi dalam keputusan mengenai tujuan dan harapan
yang ingin dicapai
9. Banyak permasalahan pembangunan dibidang pertanian, kesehatan, ekonomi,
pendidikan, dan kelembagaan yang tidak mungkin dipecahkan dengan
pengambilan keputusan perorangan. Partisipasi kelompok sasaran dalam
keputusan kolektif sangat dibutuhkan.
2.6 Lembaga Kemasyarakatan
Lembaga, sebagai aturan main (rule of game) dan organisasi, berperan
penting dalam mengatur penggunaan/alokasi sumberdaya secara efisien,
pembagian pekerjaan, sehingga setiap pekerja dapat bekerja secara professional
dengan produktivitas yang tinggi. Pembagian pekerjaan selanjutnya akan
mengarah kepada spesialisasi ekonomi, sedangkan spesialisasi yang berlanjut
akan mengarah kepada peningkatan efisiensi dengan produktivitas yang semakin
tinggi. Sebagai hasil dari pembagian pekerjaan dan spesialisasi pada sistem
ekonomi maju sering mengarah kepada keadaan dimana orang-orang menjadi
hampir tidak mampu lagi berdiri sendiri. Dalam arti mereka tidak dapat
menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan untuk kehidupan
sehingga pemenuhan kebutuhannya diperoleh dari orang/pihak lainnya yang
berspesialisasi melalui suatu pertukaran yang dalam ekonomi disebut transaksi
ekonomi.
Barang dan jasa tersebut akan dapat dipertukarkan apabila hak-hak dapat
ditegaskan, sehingga dapat ditransfer kepada pihak lain. Agar transaksi ekonomi
tersebut dapat berlangsung, perlu adanya koordinasi antar berbagai pihak dalam
sistem ekonomi, yang sekaligus juga mencakup “aturan representasi” dari
pihak-pihak yang berkoordinasi tersebut. Pada dasarnya ada dua bentuk koordinasi
utama yaitu koordinasi untuk keperluan : (1) transaksi melalui system pasar,
dimana harga-harga menjadi panduan dalam mengkoordinasikan alokasi
sumberdaya-sumberdaya tersebut. Pengertiannya dalam hal ini adalah harga-harga
yang berperan sebagai pemberi isyarat dan sebagai pembawa informasi yang
mengatur koordinasi alokasi sumberdaya kepada pembeli dan penjual, (2)
transaksi tersebut dilakukan dalam system organisasi-organisasi yang berhirarki di
luar system pasar, di mana wewenang kekuasaan berperan sebagai koordinator
Manurut Anwar (1995) selama ini sering terjadi kesalahpahaman bahwa
kelembagaan diartikan identik atau dicampuradukkan dengan system organisasi.
Dalam konsep ekonomi kelembagaan, maka organisasi merupakan suatu bagian
pengambil keputusan yang didalamnya diatur oleh sistem kelembagaan atau
aturan main. Aturan main mencakup kisaran yang luas dari bentuk yang berupa
konstitusi dari suatu Negara, sampai kepada kesepakatan antara dua pihak yang
menyepakati suatu aturan bersama mengenai pembagian manfaat dan beban yang
harus ditanggung oleh masing-masing pihak guna mencapai tujuan tertentu. Oleh
karena itu, unsur-unsur kelembagaan yang mengatur transaksi pertukaran manfaat
biaya diantara para pesertanya menjadi sangat penting. Secara operasional
indikator perkembangan kelembagaan dapat dilihat dari : (1) perkembangan
peraturan, perundang-undangan serta kebijakan-kebijakan, dan (2) ada tidaknya,
serta perkembangan lembaga-lembaga (organisasi) masyarakat baik formal
maupun non formal social, maupun lembaga pemerintahan
2.7 Kelompok dan Organisasi sebagai Institusi Masyarakat
Brown dan Moberg (Ruwiyanto, 1988) mengungkapkan bahwa organisasi
berada dalam kontinum individu-masyarakat. Mereka berdua menyebutkan bahwa
masyarakat itu merupakan gabungan dari komunitas.
Komunitas merupakan gabungan dari organisasi, organisasi merupakan
gabungan dari kelompok dan kelompok merupakan gabungan dari individu.
Gambar 2.1. Kelompok dan Organisasi sebagai Institusi Masyarakat
2.8
Kerangka Pemikiran
Dengan berlakunya
UU Otonomi Daerah mengakibatkan terjadinya perubahan orientasi politik di Indonesia yang awalnya pembangunan negara inibersifat sentralistik dan perencanaan ekonomi wilayah ditentukan dari pemerintah
pusat berubah menjadi desentralistik dan perencanaan ekonomi wilayah sebagai
salah satu sektor pendorong percepatan pembangunan wilayah diserahkan kepada
daerah sehingga wilayah memiliki wewenang dalam menentukan pembangunan
wilayahnya, sehingga dalam mengurus perkembangan wilayah juga diserahkan
kepada pemerintah daerah untuk mengelolanya, seperti gambar 2.2.
:
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
Lembaga Kemasyarakatan
Partisipasi
Anggota
Manajemen
Organisasi
Program
Kegiatan
Pengembangan Desa
Ekonomi
Sosial
Budaya
Sosial Politik
PENGEMBANGAN WILAYAH
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Metode yang dilakukan untuk mengolah dan menganalisis penelitian ini
adalah metode penelitian deskriptif. Nasir (1988) mendefinisikan metode
penelitian deskriptif sebagai metode penelitian untuk membuat gambaran
mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan
akumulasi data dasar belaka.
Sebagai objek dalam penelitian ini adalah Lembaga Kemasyarakatan yang
ada di 75 desa se-Kabupaten Labuhanbatu, Lembaga Kemasyarakatan yang
dimaksud adalah Organisasi PKK atau kelompok binaan PKK di desa, Organisasi
Karang Taruna di desa, dan LKMD yang ada di Kabupaten Labuhanbatu,
Lembaga Kemasyarakatan tersebut merupakan organisasi yang dibentuk atas
prakarsa masyarakat desa dan berkoordinasi serta berkonsultasi terhadap
pemerintah setempat, adapun yang menjadi anggotanya adalah masyarakat
setempat. Aktivitas yang menjadi objek penelitian adalah seluruh kegiatan
lembaga kemasyarakatan yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan
wilayah di desa masing-masing serta persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan
terhadap pengembangan desa.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah suatu himpunan unit yang biasanya berupa orang, objek,
2001). Dalam penelitian ini populasi yang dimaksudkan adalah Organisasi
KSM/Pokmas , PKK, LKMD yang ada di 75 desa se-Kabupaten Labuhanbatu
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi
(Kuncoro, 2001). Sampel yang akan dipilih dalam penelitian ini dengan
menggunakan multi stage sampling method (metode sampling bertahap). Pada
tahap awal dipilih 3 (tiga) desa dari 7 (tujuh) Kecamatan di Kabupaten
Labuhanbatu, kemudian dari masing-masing desa dipilih 1 orang pengurus dari 3
organisasi lembaga kemasyarakatan di desa tersebut.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini haruslah sampel yang
merepresentasikan populasi yang ada. Oleh karena itu, pengambilan sampel hanya
pada stake holder yang memiliki pemahaman terhadap pengembangan wilayah.
Apabila sampel tidak merepresentasikan populasinya maka hasilnya akan sangat
meragukan (Healey, 2002).
Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan convinience sampling
yaitu pengambilan sampel responden dari pengurus organisasi yang mudah
ditemui pada lokasi penelitian. Dasar pengambilan teknik convinience sampling
ini tidak menjadi permasalahan atau menurunkan kualitas hasil penelitian karena
bagaimanapun rumitnya teknik yang digunakan tidak akan menjamin
representativeness/keterwakilkan, maka yang terpenting adalah sampel yang
representatif atau benar-benar mewakili populasi (Healey, 2002). Dari penjelasan
tersebut maka diperoleh jumlah responden sebagai sampel sebanyak 63 orang,
yang diharapkan dapat merepresentasikan seluruh desa yang ada di Kabupaten
Labuhanbatu yang menurut tipologi desa terdiri dari Desa Dataran Biasa,
dan masing-masing desa diambil 3 lembaga kemasyarakatan, dari masing-masing
lembaga diambil 1 orang pengurus menjadi sampling.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan
studi dokumen, akan diuraikan sebagai berikut :
3.3.1 Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan kegiatan pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan data baik berupa bahan tertulis maupun dalam bentuk gambar
yang dapat digunakan untuk memperluas data yang ada. Oleh karena dengan
gambar sesuatu yang diselidiki dapat dilihat dengan jelas. Teknik ini digunakan
untuk memperoleh landasan penulisan ilmiah, termasuk hasil penelitian
sebelumnya yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang dimiliki untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
Studi dokumen dilakukan untuk menjawab rumusan permasalahan pertama
yaitu : “Apakah lembaga kemasyarakatan berpengaruh terhadap pengembangan
desa di Kabupaten Labuhanbatu “
3.3.2 Wawancara dengan Kuesioner
Wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data dengan teknik tanya
jawab antara dua orang yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan tujuan
penelitian (Hadi, 1993:193). Teknik tanya jawab berlangsung melalui kontak
secara langsung, baik secara lisan maupun tatap muka dengan sampel.
Dalam penelitian ini digunakan pedoman wawancara dengan alat bantu
Kuesioner digunakan agar arah wawancara tetap terkendali dan tidak
menyimpang dari pokok permasalahan penelitian.
Pengumpulan data melalui wawancara digunakan untuk menjawab
rumusan permasalahan kedua yaitu : Bagaiman persepsi pengurus lembaga
kemasyarakatan terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu ?
3.3.3 Observasi
Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi, 1993). Dalam
metode observasi penulis melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian
sambil mencari informasi mengenai permasalahan yang sedang diteliti (Hadi,
1993).
Teknik observasi akan menghasilkan gambaran konkret tentang pengaruh
lembaga kemasyarakatan terhadap pengembangan desa di Kabupaten
Labuhanbatu, melalui pengamatan ini, peneliti dapat mengetahui bagaimana
kebiasaan anggota dan pengurus lembaga kemasyarakatan berkaitan dengan upaya
pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu.
3.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di 7 (tujuh) Kecamatan yang ada di Kabupaten
Labuhanbatu.
3.5 Metode Analisis
Pokok dari penelitian ini membahas pengaruh dan persepsi lembaga
kemasyarakatan terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu.
dilakukan adalah mengetahui pengaruh dengan menggunakan korelasi berganda
dan persepsi dengan menggunakan skala likert. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan dua macam data menurut klasifikasi jenis dan sumbernya yaitu :
1. Pengumpulan data primer, adalah pengumpulan data yang dilakukan secara
langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan
dengan instrument sebagai berikut :
a. Metode Angket ( kuisioner ), yaitu pemberian daftar pertanyaan secara
tertutup kepada responden yang dilengkapi dengan beberapa alternative
jawaban.
b. Metode Observasi ( Pengamatan ), yaitu melakukan pengamatan secara
langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus
penelitian.
2. Pengumpulan data sekunder adalah kegiatan penelitian yang dilakukan dengan
cara menelaah sejumlah buku, karya ilmiah dan, dokumen/arsip yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3.5.1 Teknik Penentuan Skor
Teknik penentuan skor oleh nilai yang digunakan dalam penelitian ini
adalah memakai skala ordinal yang menjawab kuisioner yang disebarkan kepada
responden. (Singarimbun, 1995:102). Melalui penyebaran kuisioner yang
berisikan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada responden, maka
ditentukan skor pada setiap pertanyaan. Penentuan ini dihitung berdasarkan
alternatif a, b, c, dan d yang akan diberikan skor sebagai berikut:
Untuk alternatif jawaban a diberi skor 1
Untuk alternatif jawaban c diberi skor 3
Untuk alternatif jawaban d diberi skor 4
Kemudian untuk uji scoring pada data dan informasi dengan cara memberi
skor pada data dan informasi yang dianalisis dan kemudian dihitung rata-rata
persentasenya. Hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan kesimpulan yang
dapat memberikan arahan terhadap saran atau rekomendasi sebagai upaya
pemecahan masalah. Untuk mengetahui kategori jawaban dari masing-masing
variable apakah termasuk tinggi, sedang atau rendah ditentukan skala interval
dengan formula sebagai berikut :
Skor Tertinggi – Skor Terendah
Banyaknya Bilangan
Maka diperoleh : 0,75
Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk
masing-masing variabel yaitu:
KATEGORI NILAI
Sangat Tinggi 3,28 – 4,03
Tinggi 2,52 – 3,27
Rendah 1,76 – 2,51
Sangat Rendah 1,00 – 1,75
3.5.2 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan penulis adalah ;
1. Untuk menjawab permasalahan pertama menggunakan teknik analisa data
pengaruh variabel bebas (X1,X2,X3) terhadap variabel terikat (Y), yaitu
dengan menggunakan metode SPSS ver.17
Dari hasil perhitungan tersebut akan menunjukkan :
a. Pengujian validitas dan reliabilitas terhadap setiap komponen pertanyaan
dari setiap penyusun komponen Varibel X1, X2,X3 maupun Y.
b. Pengujian asumsi normalitas data pertanyaan untuk melihat distribusi data
secara normal.
c. Pengaruh dari 3 variabel independent (x) secara bersamaan terhadap
variabel dependent (y) dengan analisis regresi berganda
d. Variabel manakah dari ketiga variable independent (x) yang paling kuat
memberi pengaruh terhadap variable dependent (y) dengan uji korelasi
antar variabel.
2. Untuk menjawab permasalahan kedua menggunakan metode interpretasi dari
kuesioner atau statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendekripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul melalui kuesioner yang disusun dengan skala Likert, wawancara
yang dilakukan menggunakan kuesioner terhadap responden sebagai sampel dari
populasi yang telah ditetapkan. Hasil dari analisa ini akan mendeskripsikan
persepsi rensponden tentang pengaruh lembaga kemasyarakatan dalam
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis
Kabupaten Labuhanbatu menurut karakteristik lokasi dan wilayahnya
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Luas dan Batas Wilayah
Kabupaten Labuhanbatu mempunyai wilayah seluas 256.138 Ha atau
2.561,38 Km2
Tabel 4.1. Letak dan Geografi Kabupaten Labuhanbatu , seperti yang diuraikan pada Tabel 4.1. dan gambar 4.1.
Karakteristik Dekskririptif
1. Letak : 1o 41’ – 2o
99
44’ Lintang Utara
o
33’-100o 22’ Bujur Timur
2. Luas Wilayah : 2.561,31 Km2
3. Batas-batas :
a. Utara : Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Selat Malaka
b. Selatan : Kabupaten Labuhanbatu Selatan c. Barat : Kabupaten Padang Lawas Utara d. Timur : Provinsi Riau
4. Daerah Administratif : Terdiri dari 9 Kecamatan
Sumber : RPJMD Kabupaten Labuhanbatu 2012
Gambar 4.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Labuhanbatu
Secara administratif Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari 9 (sembilan)
kecamatan, 75 (tujuh puluh lima) desa dan 23 (dua puluh tiga) kelurahan. yang
Tabel. 4.2. Luas Kecamatan dan Rasio terhadap Luas Kabupaten
Dari tabel diatas dapat dijelaskan, wilayah kecamatan terluas adalah
Kecamatan Panai Tengah dengan luas wilayah 48.374 Ha (18,89%) dan
kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Rantau Selatan dengan
luas wilayah 6.432 Ha (2,51%).
Pada mulanya luas kabupaten ini adalah 9.223,18 km², sedangkan jumlah
penduduknya sebanyak 1.431.605 jiwa pada tahun 2007 serta memiliki 22
Kecamatan. Dengan dibentuknya Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten
Labuhanbatu Utara, maka luas kabupaten ini menjadi 2.562,01 km² dan
penduduknya sebanyak 857.692 jiwa pada tahun 2008 dengan 9 Kecamatan.
Wilayah kabupaten Labuhanbatu sebagian besar merupakan dataran
rendah dengan ketinggian antrara 0-700 m di atas permukaan laut. Kecamatan
Panai Hilir merupakan kecamatan terjauh dari Ibukota Kabupaten sedangkan
Kecamatan Bilah Barat merupakan Kecamatan terdekat dengan Ibukota
Dalam melaksanakan administrasi pemerintahannya terutama di dalam
pemerintahan desa/kelurahan, maka Kabupaten Labuhanbatu memiliki 75 Desa,
23 Kelurahan, 28 Lingkungan, dan 611 Dusun yang tersebar di 9 Kecamatan.,
sebagaimana terlihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Luas Wilayah Kecamatan, Jumlah Desa/Kelurahan, Jarak dan Presentasi Luas Masing-Masing Kecamatan Terhadap Luas Kabupaten Labuhanbatu
Kabupaten Labuhanbatu 2.561.38 98 100
Sumber : BPS Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2011
Dari 9 (sembilan) kecamatan diatas 4 (empat) kecamatan belum
memiliki wilayah kelurahan yaitu Kecamatan Bilah Barat, Kecamatan Bilah Hulu,
Kecamatan Pangkatan dan Kecamatan Panai Hulu.
Tabel. 4.4 Jumlah Desa berdasarkan Tipologi Di Kabupaten Labuhanbatu
No Kecamatan Tipologi Desa
Dataran Biasa Perkebunan Pantai Tertinggal
Dari Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Kecamatan Bilah Hulu,
Pangkatan, Panai Hulu, Rantau Utara dan Rantau Selatan tidak memiliki Desa
Tertinggal, sedangkan Desa Tertinggal yang paling banyak terdapat di Kecamatan
Panai Hilir yaitu sebanyak 4 (empat) desa. Selanjutnya Kecamatan Bilah Hulu
Kecamatan yang paling banyak memiliki Desa Perkebunan dan Desa Dataran
Biasa yang letak geografis Kecamatan dimaksud berbatasan dengan Kota
Rantauprapat sebagai Ibu Kota Kabupaten. Kemudian Kecamatan Rantau Utara
dan Rantau Selatan sebagai wilayah Ibu Kota Kabupaten yaitu Rantauprapat sama
sekali tidak memiliki Desa.
Tabel 4.5. Jarak Ibukota Kecamatan Ke Ibukota Kabupaten
No Kecamatan Ibukkota Kecamatan Jarak Ibu Kota Kabupaten (Km)
Menurut jarak ibukota kecamatan ke Ibu Kota Kabupaten, Kecamatan
yang memiliki jarak paling jauh adalah 2 (dua) Kecamatan yang terletak di
kawasan pantai yaitu Kecamatan Panai Tengah dan Kecamatan Panai Hilir.
4.1.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia
a. Kependudukan
terbanyak terdapat di Kecamatan Rantau Utara yaitu sebanyak 82.830 jiwa per Km2, sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Pangkatan sebanyak 31.738 jiwa dengan kepadatan penduduk 90 jiwa per Km2. Adapun Luas Daerah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Rata-rata dan Kepadatan
Penduduk per Km2
Tabel 4.6. Luas Daerah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Rata-Rata dan Kepadatan Penduduk per Km² Tiap Kecamatan Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2010
Tiap Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu dapat dilihat pada Tabel 4.6.
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2)
Banyaknya Kepadatan
Rumah tangga Penduduk Rata-rata
Sumber : Hasil Analisis