• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lembaga Kemasyarakatan terhadap Pengembangan Desa Di Kabupaten Labuhanbatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Lembaga Kemasyarakatan terhadap Pengembangan Desa Di Kabupaten Labuhanbatu"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN TERHADAP

PENGEMBANGAN DESA DI KABUPATEN LABUHANBATU

TESIS

Oleh

MUHAMMAD KAHFI

107003057/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN S

E K O L A H

P A

S C

(2)

PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN TERHADAP

PENGEMBANGAN DESA DI KABUPATEN LABUHANBATU

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD KAHFI

107003057/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN

TERHADAP PENGEMBANGAN DESA DI

KABUPATEN LABUHANBATU Nama Mahasiswa : Muhammad Kahfi

Nomor Pokok : 107003057

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

(

Prof. Dr. Aldwin Surya, MPd)

(

Ir. Supriadi , M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(4)

Tanggal lulus: 03 Agustus 2012 Telah diuji pada

Tanggal : 03 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Aldwin Surya, MPd

Anggota : 1. Ir. Supriadi, MSi

(5)

3. Dr. Agus Purwoko, S.Hut.M.Si

4. Dr. Rujiman, MA

PERNYATAAN

PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN TERHADAP

PENGEMBANGAN DESA DI KABUPATEN LABUHANBATU

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

(6)

PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN TERHADAP PENGEMBANGAN DESA DI KABUPATEN LABUHANBATU

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh lembaga kemasyarakatan dan persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan dalam pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dekskriptif dengan cara mengumpulkan data sampel dengan teknik convinience sampling dari Lembaga Kemasyarakatan yang ada sebanyak 63 desa di seluruh Kabupaten Labuhan Batu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) Terdapat hubungan antara lembaga kemasyarakatan terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu; 2) Lembaga kemasyarakatan dapat memberi pengaruh terhadap pengembangan desa dengan selalu melibatkan dalam kegiatan pengambilan keputusan oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu.; 3) Dalam pengembangan desa, lembaga kemasyarakatan cukup berpengaruh dikarenakan keaktifan pengurus sangat menentukan dan peran serta pemerintah dalam melibatkan lembaga kemasyarakatan. Dengan hasil penelitian di atas maka dapat ditempuh dengan beberapa upaya dalam pemberdayaan masyarakat; 1) Perlu peningkatkan peran dari lembaga kemasyarakatan dalam upaya pengembangan desa 2) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu diharapkan membuat strategi pengembangan desa dengan melibatkan peran dari lembaga kemasyarakatan untuk dapat memelihara pembangunan dan memberikan sumbangsih saran dalam perencanaan pembangunan.

(7)

EFFECT OF COMMUNITY DEVELOPMENT AGENCY VILLAGE

IN DISTRICT LABUHANBATU

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the effect of community organizations and community perceptions of the management institutes in the development of villages in the district Labuhanbatu. In this study dekskriptif research methods by collecting data samples with sampling techniques convinience of Community institutions which have as many as 63 villages across the district Labuhan Batu. The results show that, 1) There is the relationship between social institutions to the development of villages in the district Labuhanbatu, 2) social institutions can influence the development of the village with the activities always involve decision making by the Government Labuhanbatu.; 3) In rural development, community organizations quite influential due to the activity board is crucial and involves the participation of the government in social institutions. With the above results it can be done with some effort in empowering the community: 1) Keep increasing the role of community organizations in rural development efforts 2) Labuhanbatu County Government is expected to make rural development strategy, involving the role of social institutions in order to maintain development and contribute to advice in planning.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Lembaga Kemasyarakatan terhadap Pengembangan Desa Di Kabupaten Labuhanbatu”. Tesis ini disusun untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan

2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Aldwin Surya, SE. M.Pd. PhD, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Bapak Ir. Supriadi, M.Si sekalu Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh ketulusan telah banyak meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan petunjuk dan bimbingannya dalam penyusunan tesis ini.

4. Bapak dan Ibu dosen pembanding sekaligus penguji tesis yang telah memberikan masukan-masukan yang berharga demi kesempurnaan tesis ini 5. Segenap Bapak/Ibu Dosen dan seluruh karyawan Sekolah Pascasarjana USU

Program Studi PWD.

6. Bapak Ir. H. Riadil Akhir Lubis, M.Si, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan izin bagi penulis untuk menyelelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana USU.

7. Seluruh mahasiswa PWD kelas Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Angkatan 2010 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.

8. Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.

9. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada isteri tercinta atas segala kesabaran dan ketabahannya selama ini dalam mendampingi penulis serta dorongan dan dukungannya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

(9)

Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis berserah diri karena Dia-lah Yang Maha Sempurna dan Maha Mengetahui, Amin.

Medan, Juli 2012 Penulis

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Juni 1965 di Kota Medan, putra kedua dari tujuh bersaudara pasangan dari Ayahabda Almarhum H. Aslisyah Tambunan dan Ibunda Hj. Zubaidah Pohan.

Penulis menyelesaikan pendidikan SD, SLTP dan SLTA di Kota Rantau Parapat Kabupaten Labuhanbatu.

Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan tinggi ke Universitas Terbuka pada tahun 1984 sambil bekerja sebagai tenaga harian lepas pada kantor Dinas Pendapatan Kabupaten Labuhanbatu dan menyelesaikan kuliah pada Program Studi Administrasi Negara (S1) Universitas Terbuka pada tahun 1990.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...… i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... v

2.1 Teori Pengembangan Wilayah..………... 10

2.2 Pembangunan Wilayah.……… 11

2.3 Pembangunan Desa... ………..……… 13

2.3.1 Pembangunan... 13

2.3.2 Desa... 15

2.3.3 Pembangunan Desa... 17

2.3.4 Indikator Pembangunan Desa...………...… 18

2.3.5 Pembangunan Desa melalui Kelembagaan Desa... 19

2.4 Pemberdayaan Masyarakat...… 20

2.5 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan...…... 21

2.6 Lembaga Kemasyarakatan... 22

2.7 Kelompok dan Organisasi sebagai Institusi Masyarakat... 24

2.8 Kerangka Pemikiran... 25

. BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Penelitian ...……… 26

3.2 Populasi dan Sampel ...………..…… 26

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...……… 28

3.3.1 Studi Dokumen... 28

3.3.2 Wawancara dengan Kuisioner... 28

3.3.3 Observasi... 29

3.4 Lokasi Penelitian ...………...…..……….. 29

3.5 Metode Analisis...………. 29

(12)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1. Gambaran Umum... 33

4.1.1. Letak dan Keadaan Geografis... 33

4.1.2 Kependukan dan Sumber Daya Manusia... 37

4.2 Pengujian Hipotesis... 40

4.2.1 Skala Likert... 40

4.2.2 Uji Statistik... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1 Kesimpulan... 60

5.2 Saran... 60

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jumlah Bantuan Untuk Kelurahan dan Desa ... 4

1.2 Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten

Labuhanbatu ... 5

1.3 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten

Labuhanbatu 2005 – 2010 ... 6

4.1 Luas Kecamatan dan Rasio Terhadap Luas Kabupaten ... 33

4.2 Letak dan Geografi Kabupaten Labuhanbatu ... 35

4.3 Luas Wilayah Kecamatan, Jumlah Desa/Kelurahan, Jarak dan Presentasi Luas Masing-Masing Kecamatan Terhadap Luas

Kabupaten Labuhanbatu ... 36

4.4 Jumlah Desa berdasarkan Tipologi Di Kabupaten Labuhanbatu.. 36

4.5 Jarak Ibukota Kecamatan Ke Ibukota Kabupaten ... 37

4.6 Luas Daerah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Rata-Rata dan Kepadatan Penduduk per Km² Tiap Kecamatan di

Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2010 ... 38

4.7 Indikator Kependudukan Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2007 - 2009 ... 39

4.8 Tanggapan responden mengenai kehadiran anggota dalam

setiap kegiatan lembaga kemasyarakatan ... 40

4.9 Tanggapan responden Seberapa banyakkah anggota Lembaga Kemasyarakatan dalam setiap kegiatan di desa berpartisifasi

aktif ... 41

4.10 Tanggapan responden mengenai kualitas pengurus dalam

mengelola lembaga ... 42

(14)

4.12 Tanggapan responden mengenai program kegiatan yang direncanakan oleh lembaga kemasyarakatan apakah sesuai pada kebutuhan lembaga dan masyarakat desa untuk

mencapai perbaikan kehidupan ... 43

4.13 Apresiasi responden mengenai kegiatan lembaga

kemasyarakatan ... 44

4.14 Apresiasi responden mengenai kegiatan lembaga terhadap

pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu ... 44

4.15 Tanggapan responden mengenai pendapat masyarakat tentang

pembangunan desa di Kabupaten Labuhanbatu ... 45

4.16 Tanggapan responden mengenai perubahan yang terjadi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat sejak adanya

Lembaga Kemasyarakatan di Kabupaten Labuhanbatu ... 45

4.17 Tanggapan responden mengenai perubahan yang terjadi terhadap penambahan lapangan pekerjaan sejak adanya

Lembaga Kemasyarakatan ... 46

4.18 Tanggapan responden mengenai perubahan yang terjadi terhadap peningkatan kualitas pendidikan sejak adanya Lembaga

Kemasyarakatan ... 47

4.19 Tanggapan responden mengenai perubahan yang terjadi terhadap peningkatan kualitas kesehatan masyarakat sejak adanya

Lembaga Kemasyarakatan ... 47

4.20 Tanggapan responden mengenai keterlibatan lembaga terhadap pengambilan kebijakan di daerah ... ... 48

4.21 Tanggapan responden mengenai perubahan yang terjadi terhadap peningkatan hak dan kewajiban masyarakat sejak adanya

Lembaga Kemasyarakatan ... 49

4.22 Hasil uji statistik variabel X dengan bantuan software statistik

SPSS ver.17 ... 50

4.23 Hasil uji statistik variabel Y dengan bantuan software statistik

SPSS ver.17 ... 51

4.24 Hasil uji reabilitas variabel X dengan uji statistik menggunakan SPSS ver.17 ... 51

(15)

4.26 Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov test pada

variabel X ... 52

4.26 Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov test pada variabel Y ... 53

4.28 Data Kompetensi Kognitif Fungsi (X) dan Fungsi (Y) ... 54

4.29 Tabel Pertolongan Perhitungan Regresi Linier Sederhana ... 55

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kelompok dan Organisasi sebagai Institusi Masyarakat ... 25

2.2 Kerangka Pemikiran ... 25

4.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Labuhanbatu ... 34

4.2 Kepadatan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Tahun

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner ... 63

2. Tabulasi Kuesioner ………. 68

3. Hasil Tabulasi Kuesioner ……… 77

(18)

PENGARUH LEMBAGA KEMASYARAKATAN TERHADAP PENGEMBANGAN DESA DI KABUPATEN LABUHANBATU

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh lembaga kemasyarakatan dan persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan dalam pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dekskriptif dengan cara mengumpulkan data sampel dengan teknik convinience sampling dari Lembaga Kemasyarakatan yang ada sebanyak 63 desa di seluruh Kabupaten Labuhan Batu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) Terdapat hubungan antara lembaga kemasyarakatan terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu; 2) Lembaga kemasyarakatan dapat memberi pengaruh terhadap pengembangan desa dengan selalu melibatkan dalam kegiatan pengambilan keputusan oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu.; 3) Dalam pengembangan desa, lembaga kemasyarakatan cukup berpengaruh dikarenakan keaktifan pengurus sangat menentukan dan peran serta pemerintah dalam melibatkan lembaga kemasyarakatan. Dengan hasil penelitian di atas maka dapat ditempuh dengan beberapa upaya dalam pemberdayaan masyarakat; 1) Perlu peningkatkan peran dari lembaga kemasyarakatan dalam upaya pengembangan desa 2) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu diharapkan membuat strategi pengembangan desa dengan melibatkan peran dari lembaga kemasyarakatan untuk dapat memelihara pembangunan dan memberikan sumbangsih saran dalam perencanaan pembangunan.

(19)

EFFECT OF COMMUNITY DEVELOPMENT AGENCY VILLAGE

IN DISTRICT LABUHANBATU

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the effect of community organizations and community perceptions of the management institutes in the development of villages in the district Labuhanbatu. In this study dekskriptif research methods by collecting data samples with sampling techniques convinience of Community institutions which have as many as 63 villages across the district Labuhan Batu. The results show that, 1) There is the relationship between social institutions to the development of villages in the district Labuhanbatu, 2) social institutions can influence the development of the village with the activities always involve decision making by the Government Labuhanbatu.; 3) In rural development, community organizations quite influential due to the activity board is crucial and involves the participation of the government in social institutions. With the above results it can be done with some effort in empowering the community: 1) Keep increasing the role of community organizations in rural development efforts 2) Labuhanbatu County Government is expected to make rural development strategy, involving the role of social institutions in order to maintain development and contribute to advice in planning.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan wilayah dapat dikatakan sebagai proses memberdayakan

rakyat setempat, terutama dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan

setempat dengan means yang mereka miliki atau kuasai, yaitu Teknologi

(M.T.Zen,1999), jadi pengembangan wilayah itu merupakan upaya memadukan

secara harmonis sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi, dengan

memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri, kesemuanya itu disebut

memberdayakan masyarakat.

Proses pembangunan di Indonesia dengan menggunakan pola

pemberdayaan masyarakat sebenarnya sudah dimulai dari awal dasawarsa ’90-an

yang dimulai sejak Repelita VI dengan program Inpres Desa Tertinggal (IDT)

(Suhandojo, 1999).

Tahapan kegiatan pemberdayaan tersebut dimulai dari analisa kebutuhan

masyarakat kemudian dilanjutkan dengan membentuk kelompok-kelompok sosial

di masyarakat sebagai mitra pemerintah dalam bekerja, di tahun 2005 keluarlah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 yang menjelaskan fungsi dari

kelompok sosial tersebut serta mekanismenya dalam berkoordinasi dan

berkonsultasi kepada pemerintah dalam pembangunan yang disebut dengan

lembaga kemasyarakatan.

Dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 dijelaskan

(21)

masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam

memberdayakan masyarakat, ditambah lagi dalam pasal 91 disebutkan Lembaga

Kemasyarakatan mempunyai tugas membantu pemerintah dalam pelaksanaan

urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan

masyarakat.

Adapun fungsi lembaga kemasyarakatan adalah (a). penampungan dan

penyaluran aspirasi masyarakat; (b). penanaman dan pemupukan rasa persatuan

dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan

Republik Indonesia; (c). peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan

pemerintahan kepada masyarakat; (d). penyusun rencana, pelaksana dan pengelola

pembangunan serta pemanfaatan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil

pembangunan secara partisipatif; (e). penumbuhkembangan dan penggerak

prakarsa dan partisipasi, serta swadaya gotong royong masyarakat; (f). penggali,

pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya serta keserasian

lingkungan hidup; (g). pengembangan kreatifitas, pencegahan kenakalan,

penyalahgunaan obat terlarang (Narkoba) bagi remaja; (h). pemberdayaan dan

peningkatan kesejahteraan keluarga; (i). pemberdayaan dan perlindungan hak

politik masyarakat; dan (j). pendukung media komunikasi, informasi, sosialisasi

antara pemerintah desa/kelurahan dan masyarakat.

Kegiatan lembaga kemasyarakatan diantaranya adalah : (a). peningkatan

pelayanan masyarakat; (b). peningkatan peran serta masyarakat dalam

pembangunan; (c). pengembangan kemitraan; (d). pemberdayaan masyarakat

meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup; dan (e).

(22)

Dalam peraturan pemerintah tersebut menyebutkan yang dimaksud dengan

“lembaga kemasyarakatan” seperti Rukun Tetangga, Rukun Warga,

Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Karang Taruna, Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat atau sebutan lain.

Desa sebagai salah satu unit pemerintahan terkecil merupakan ujung

tombak pelaksanaan kegiatan pembangunan. Pada pelaksanaan pembangunan

selama ini, masih terlihat perbedaan perkembangan desa, sehingga memunculkan

istilah desa tertinggal dan tidak tertinggal, sebagai akibat perbedaan sumberdaya

alam, sumberdaya manusia, dan teknologi. Pada umumnya desa tertinggal

dicerminkan oleh keadaan sosial ekonomi masyarakat yang rendah, sehingga

sebagian besar merupakan penduduk miskin

Wadah pemberdayaan masyarakat di desa bentuknya bemacam-macam

sesuai dengan proyek yang digulirkan. kenyataan di lapangan ditemukan seperti

Kelompok Tani, Kelompok Karang Taruna, LKMD, PKK, Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM). Tentunya menjadi pekerjaan yang tidak efektif apabila di

sebuah desa terdapat berbagai macam lembaga, dengan kegiatan yang identik.

Akhirnya membingungkan petugas lapangan ataupun aparat pemerintah dalam

melakukan monitoring maupun evaluasi. Belajar dari hal tersebut, kiranya

diperlukan koordinasi yang baik antar dinas dan aparat desa untuk memanfaatkan

lembaga kemasyarakatan yang sudah ada dengan kegiatan yang disesuaikan

dengan program yang digulirkan.

Lembaga kemasyarakatan dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini

(23)

(PKK), dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) yang ada di 75 desa

se-Kabupaten Labuhanbatu.

Kabupaten Labuhanbatu memiliki 9 Kecamatan terdiri dari 75 desa dan 23

kelurahan, adapun kebijakan anggaran yang ditetapkan oleh Pemerintah

Kabupaten Labuhanbatu dalam peningkatan lembaga kemasyarakatan yang ada di

desa dapat tercermin dalam kebijakan anggaran sebagai berikut :

Tabel 1.1. Jumlah Bantuan Untuk Kelurahan dan Desa

Tahun Jumlah Desa

Jumlah Kelurahan

Jumlah Bantuan

Kelurahan Jumlah Dana ADD

2006 209 33 957.000.000,00 6.061.000.000,00

Sumber : BPMD/K Kab. Labuhanbatu

Terlihat dari tabel diatas bahwa trend kebijakan anggaran Pemerintah

Kabupaten Labuhanbatu mulai mengurangi anggaran untuk bantuan pedesaan

dibandingkan pada tahun 2010 dikarenakan Kabupaten Labuhanbatu sudah

dimekarkan menjadi 3 daerah pada tahun 2008 sehingga prioritas pembangunan

masih dipusatkan dalam peningkatan pembangunan di daerah perkotaan untuk

memudahkan aksesibilitas investasi masuk ke daerah Labuhanbatu, namun

demikian jika dilihat dari data PDRB atas dasar harga konstan (Tabel 1.2)

menunjukkan peningkatan meskipun sudah mengalami pemekaran daerah di tahun

2008 dan untuk data penduduk miskin di Kabupaten Labuhanbatu (Tabel 1.3)

(24)

sinergisitas kinerja antara Pemerintah Kabupaten bersama masyarakat, seperti

terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Labuhanbatu 2006-2010

2. Pertambangan dan

Penggalian

43.159,08 46.239,48 48.901,15 51.458,38 54.298,67

3. Industri

1.163.

141,90

1.243 .026,06 1.314. 378,28 1.361.825,23 1.430. 222,28

4. Listri, Gas dan Air

Bersih

12.120,04 12.388,82 12.761,56 13.476,29 14.229,69

5. Bangunan 79.214,81 84.012,99 88.583,22 94.375,20 100.682,77

6. Perdagangan, Hotel

dan Restoran

450.265,24 478.303,53 510.044,23 542.093,10 570.081,36

7. Pengangkutan dan

Komunikasi

115.421,56 119.722,50 123.658,93 131.554,25 139.884,07

8. Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan

39 649,47 42 235,33 45 006,31 48 460,70 51 636,08

9. Jasa-Jasa 232.072,79 246.331,77 259.983,47 277.969,67 298.179,70

Sumber : BPS Kab. Labuhanbatu

Penelitian ini akan melihat peran dan pengaruh lembaga kemasyarakatan

dalam pengembangan 75 desa di Kabupaten Labuhanbatu secara lebih khusus

akan memperlihatkan berjalannya kegiatan lembaga kemasyarakatan terhadap

pembangunan wilayah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun

(25)

Tabel 1.3. Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Labuhanbatu 2005 – 2010

Tahun Garis Kemiskinan

Penduduk Miskin Jumlah (Jiwa)

(ribu) Persentase (%)

(1) (2) (3) (4)

2005 00 00 00

2006 00 140,18 14,20

2007 00 123,40 12,25

2008 00 109,71 10,72

2009 00 102,09 24,45

2010*) 244.455 44,30 10,67

Sumber : BPS Kab. Labuhanbatu

1.3 Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti

sebagai berikut :

1. Apakah lembaga kemasyarakatan berpengaruh terhadap pengembangan desa

di Kabupaten Labuhanbatu ?

2. Bagaimana persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan terhadap

pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : mengetahui pengaruh lembaga

kemasyarakatan dan persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan dalam

(26)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti dan Sivitas Akademika :

a Merupakan sarana bagi upaya implementasi teori-teori yang didapatkan di

kelas dan bubu-buku teks

b Meningkatkan kemampuan analisis yang didasarkan pada alat analisis yang

valid dan teruji

2. Bagi Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu :

a Memberikan gambaran lembaga kemasyarakatan di Kabupaten Labuhanbatu

b Memberikan masukan dan pertimbangan khususnya Pemerintah Kabupaten

Labuhanbatu untuk mengetahui pengaruh lembaga kemasyarakatan dan

persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan dalam pengembangan desa di

Kabupaten Labuhanbatu

1.5 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Ho : tidak terdapat pengaruh lembaga kemasyarakatn dalam pengembangan desa

di Kabupaten Labuhanbatu.

Ha : terdapat pengaruh lembaga kemasyarakatn dalam pengembangan desa di

Kabupaten Labuhanbatu.

I.6 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang

(27)

pengertian tersebut, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep

yang digunakan :

1. Lembaga Kemasyarakatan merupakan lembaga yang dibentuk oleh masyarakat

sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam

memberdayakan masyarakat serta memiliki tugas membantu pemerintah

dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan

dan pemberdayaan masyarakat

2. Pengembangan desa adalah upaya memadukan secara harmonis sumberdaya

alam, sumberdaya manusia dan teknologi, dalam wilayah desa

1.7 Definisi Operasional

Defenisi Operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat

diketahui indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa dari

variabel-variabel tersebut. (Singarimbun, 1989: 46). Defenisi Operasional merupakan

spesialisasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu variabel. Adapun yang

menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas/ Independen Variabel (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Lembaga Kemasyarakatan

dengan indikatornya adalah:

A. Partisipasi anggota

a. Kehadiran anggota lembaga dalam setiap pertemuan lembaga

(28)

B. Manajemen Lembaga

a. Kualitas pengurus dalam mengelola lembaga

b. Kemampuan pengurus dalam berkoordinasi dan berkonsultasi kepada

banyak pihak untuk memberikan manfaat dalam pengembangan desa

C. Program Kegiatan

a. Menyusun program kegiatan yang berdasarkan pada kebutuhan anggota

lembaga dan masyarakat desa demi tercapainya perbaikan kehidupan

b. Apresiasi masyarakat cukup besar dalam setiap kegiatan lembaga

2. Variabel Terikat/ Dependent Variabel (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pengembangan Desa dengan

indikatornya adalah:

A. Pengembangan desa dalam bidang ekonomi

a) Peningkatan pendapatan masyarakat

b) Kesempatan kerja

B. Pengembangan desa dalam bidang sosial budaya

a) Peningkatan pendidikan masyarakat

b) Peningkatan kesehatan masyarakat

C. Pengembangan desa dalam bidang sosial poitik

a) Keterlibatan Lembaga terhadap pengambilan kebijakan di daerah

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pengembangan Wilayah

Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya

merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah

tetentu, mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan

masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak

sarana/dan prasarana, barang dan jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha

masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun

kualitasnya.

Menurut Budiharsono (2005) pengembangan wilayah setidak-tidaknya

perlu ditopang oleh enam pilar/aspek, yaitu, Pertama, aspek biogeofisik, kedua,

aspek ekonomi, ketiga, aspek sosial dan budaya, keempat, aspek kelembagaan,

kelima, aspek lokasi, dan keenam, aspek lingkungan

Aspek biogeofisik adalah suatu bentuk keseimbangan ekosistem yang

dinamis antar komponen-komponen lingkungan hidup manusia seperti air, tanah,

udara dan keanekaragaman hayati. Aspek ekonomi meliputi kegiatan ekonomi

yang terjadi di dalam dan di sekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya,

politik, dan pertahanan dan keamanan (Hankam) yang merupakan pembinaan

kualitas sumber daya manusia. Aspek kelembagaan meliputi kelembagaan

masyarakat yang ada dalam pengelolaan suatu wilayah apakah kondusif atau

tidak. Kelembagaan juga meliputi peraturan perundang-undangan yang berlaku

(30)

sosial dan ekonomi yang ada di wilayah tersebut. Aspek lokasi menunjukkan

keterkaitan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya yang berhubungan

dengan sarana produksi, pengelolaan maupun pemasaran. Aspek lingkungan

meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input yang

berasal dari sumber daya alam, apakah merusak atau tidak.

Analisis pengembangan wilayah yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah dilihat dari aspek ekonomi, kependudukan dan ketenagakerjaan serta aspek

lokasi. Dari aspek ekonomi dilihat bagaimana pembangunan ekonomi dan

transformasi struktural. Dari aspek demografi dilihat bagaimana terjadinya

perubahan demografi yang terjadi. Dari aspek lokasi sejauh mana faktor lokasi

dapat mendorong pembangunan wilayah, berkaitan dengan pembangunan yang

terjadi di wilayah tetangga terdekat.

2.2 Pembangunan Wilayah

Pembangunan Wilayah (regional development) merupakan upaya untuk

memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah,

dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Kebijakan

pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi fisik geografis, sosial,

ekonomi dan budaya masyarakat yang sangat berbeda antar suatu wilayah

dengan wilayah lainnya sehingga penerapan kebijakan pengembangan wilayah

itu sendiri harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan isu permasalahan di

wilayah bersangkutan.

Dalam upaya pembangunan wilayah, masalah terpenting yang menjadi

perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut

(31)

pertumbuhan ekonomi wilayah dan teori pertumbuhan ekonomi nasional

terletak pada sifat keterbukaan dalam proses input-output barang dan jasa

maupun orang. Dalam sistem wilayah, keluar masuk orang atau barang dan jasa

relatif bersifat terbuka, sedangkan pada skala nasional bersifat lebih tertutup

(Sirojuzilam, 2007).

Potensi dan kemampuan masing-masing wilayah berbeda-beda satu

dengan yang lain, demikian pula masalah pokok yang dihadapi tidak sama,

sehingga usaha-usaha pembangunan sektoral yang akan dilaksanakan harus

disinkronisasikan dengan usaha-usaha pembangunan regional. Hirschman

mengatakan bahwa untuk mencapai tingkat pendapatan yang lebih tinggi, terdapat

keharusan utuk membangun sebuah atau beberapa buah pusat kekuatan ekonomi

dalam wilayah suatu negara, atau disebut sebagai pusat-pusat pertumbuhan

ekonomi (growth pole). Terdapat elemen yang sangat menentukan dalam konsep

kutub pertumbuhan, yaitu pengaruh yang tidak dapat dielakkan dari suatu unit

ekonomi terhadap unit-unit ekonomi lainnya. Pengaruh tersebut adalah dominasi

ekonomi yang terlepas dari pengaruh tata ruang geografis dan dimensi tata ruang

ekonomi. Proses pertumbuhan adalah konsisten dengan teori tata ruang ekonomi

(economic space theory), di mana industri pendorong dianggap sebagai titik awal

dan merupakan elemen esensial untuk pembangunan selanjutnya (Adisasmita,

(32)

2.3 Pembangunan Desa

2.3.1 Pembangunan

Gerakan pembangunan ialah usaha yang berwatak kemanusiaan dan lahir

dari suatu kesaksian dan komitmen akan harkat dan martabat manusia. Secara

normatif pembangunan itu mesti mewujudkan manusiawi dan tampil sebagai

manisfestasi serta aktualisasi dari nilai-nilai insaniah yang penuh harkat dan

martabat. (Richard M Steers, 1980:67). Oleh karena itu dapat diketahui bahwa

pelaksanaan pembangunan bertujuan untuk meningkatkan derajat kemanusiaan

yang berangkat dari nilai hidup dan kebutuhan yang hendak dicapai oleh manusia.

Dalam mendorong dan melaksanakan pembangunan diperlukannya peran

aktif negara/pemerintah dengan diikuti oleh stakeholder lainnya dan masyarakat.

Peran pemerintah lebih diutamakan melalui perumusan, penetapan dan

pelaksanaan serta pengawasan kebijakan pembangunan. Dalam pembangunan

pemerintah juga mengupayakan untuk mengarahkan masyarakat ikut serta dalam

melaksanakan pembangunan tersebut. Administrasi negara juga memberikan

peran dalam mendukung proses pembangunan yakni mendukung proses

perubahan, memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan, serta mendorong

partisipasi aktif masyarakat (Nurlela Kataren, 2011:5).

Kehadiran administrasi pembangunan sebenarnya merupakan salah satu

paradigma admnistrasi negara yaitu paradigma yg berkembang setelah ilmu

administrasi negara diakui sebagai ilmu administrasi pada sekitar tahun 1970.

Mengacu dari kerangka perkembangan administrasi pembangunan seperti tersebut

di atas Kristiadi (1994:21) memberi pengertian tentang Administrasi

(33)

perubahan dan pembaharuan serta penyesuaian. Oleh karena itu administrasi

pembangunan juga merupakan pendukung perencanaan dan implementasinya.

Masalah yang serius dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah

lemahnya kemampuan birokrasi dalam menyelenggarakan pembangunan. Dari

latar belakang ini maka administrasi pembangunan yg berkembang di

negara-negara sedang berkembang memiliki perbedaan ruang lingkup dan karakteristik

dengan negara-negara yang telah maju. Dasar inilah Bintoro Tjokroamidjojo

(1995) mengemukakan bahwa administrasi pembangunan mempunyai tiga fungsi:

1. penyusunan kebijaksanaan penyempurnaan administrasi Negara yang

meliputi upaya penyempurnaan organisasi pembinaan lembaga, kepegawaian

dan pengurusan sarana-sarana administrasi lainnya. Ini disebut the

development of administration (pembangunan administrasi) yang kemudian

lebih dikenal dengan istilah “Administrative Reform” (reformasi

admnistrasi).

2. Perumusan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan program-program pembangunan

di berbagai bidang serta pelaksanaan secara efektif, Ini disebut the

administration of development (Administrasi untuk pembangunan).

Administrasi untuk pembangunan (the development of administration)

3. Pencapaian tujuan-tujuan pembangunan tak mungkin terlaksana dari hasil

kegiatan pemerintahan saja. Faktor yg lebih penting adalah membangun

partisipasi masyarakat.

Administrasi pembangunan berperan aktif dan berkepentingan terhadap

tujuan-tujuan pembangunan serta berorientasi pada upaya yang mendorong

(34)

2.3.2 Desa

Desa dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah adalah sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan

asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam system pemerintahan

nasional dan berada di daerah kabupaten. Beberapa ahli juga mengutarakan

defenisi desa antara lain, menurut Yayuk dan Mangku (2003) desa berarti tempat

asal, tempat tinggal, negeri asal atau tanah leluhur yang merajuk pada suatu

kesatuan hidup dengan kesatuan norma serta memiliki batas yang jelas. Ahli lain

seperti Zakaria (2003:91) mengutarakan bahwa desa adalah sekumpulan manusia

yang hidup bersama atau suatu wilayah yang memiliki suatu organisasi

pemerintahan dengan serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan sendiri,

serta berada di bawah pimpinan desa yang dipilih dan ditetapkan sendiri.

Dalam defenisi ini menegaskan bahwa desa sebagai satu unit kelembagaan

pemerintahan mempunyai kewenangan pengelolaan wilayah pedesaan. Wilayah

pedesaan sendiri diartikan sebagai wilayah yang penduduknya mempunyai

kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan

susunan fungsi wilayah sebagai pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintah,

pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

CorolieNdraha (1990:15), mengartikan pembangunan sebagai usaha untuk

meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya.

Sebaliknya dia mengatakan implikasi dari defenisi tersebut yaitu :

a. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia baik

(35)

b. Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan kemerataan

nilai dan kesejahteraan (equity)

c. Menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri

sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Kepercayaan ini

dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih dan

kekuasaan untuk memutuskan (Empowerment).

d. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara

mandiri (sustainability)

e. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan Negara yang satu

dengan yang lainnya dan menciptakan hubunga yang saling

menghormati (Interdepedence).

Sedangkan menurut Bryan dan White (1989 : 21-22) Pembangunan

sebagai upaya suatu peningkatan kapasitas untuk mempengaruhi masa depan

mempunyai beberapa implikasi antara lain :

a. Memberikan perhatian terhadap “kapasitas” terhadap apa yang ingin

dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan tenaga guna membuat

perubahan

b. Mencakup keadilan (Equity)

c. Penumbuhan kuasa dan wewenang dalam pengertian bahwa jika masyarakat

mempunyai kuasa dan wewenang tertentu maka mereka akan menerima

mamfaat pembangunan.

d. Pembangunan berarti perhatian sunggu-sungguh terhadap saling

ketergantungan di dunia serta perlu menjamin bahwa masa depan dapat di

(36)

Pendekatan pembangunan desa melalui cara pandang Demokrasi desa

sangat diperlukan sekali dalam era otonomi daerah pada saat ini dikarenakan

proses pembangunan desa tidak bisa terlepas dari segi demokrasi yang

mempunyai nilai-nilai kebersamaan dalam suatu masyarakat, Agenda

demokratisasi pada tingkat desa tidak dapat dipisahkan dengan beberapa variabel

pengaruh, antara lain : Derajat dan kualitas demokrasi, kapasitas kelembagaan

pemerintah desa, sumber daya masyarakat dalam proses pembangunan, desa

merupakan entitas pemerintah yang langsung berhubungan dengan rakyat. Hal itu

memiliki arti sangat strategis sebagai basis penyelenggaraan proses pembangunan

yang lebih mengutamakan ruang lingkup demokrasi bagi desa.

2.3.3 Pembangunan Desa

Dalam pelaksanaan pembangunan di suatu desa, keterpaduan langkah dan

tujuan akan menentukan hasil yang akan dicapai. Pada dasarnya hakekat

pembangunan desa adalah pencapaian serta terciptanya kehidupan yang sejahtera,

aman, tertib, dan sehat bagi seluruh warga desa atau terciptanya masyarakat adil

dan makmur berdasarkan pancasila. ( I Nyoman Beratha, 1991:123)

Pembangunan masyarakat desa merupakan sesuatu proses dimana anggota

masyarakat desa pertama-tama mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka,

kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama untuk memenuhi keinginan

mereka tersebut. Oleh karna itu pembangunan desa adalah kegiatan atau proses

yang bertujuan untuk lebih mensejahterakan atau meningkatkan derajat kehidupan

dari yang kurang baik kepada yang lebih baik disamping juga pembangunan desa

lebih mengutamakan keinginan warga desa dan ditujukan untuk kebaikan bersama

(37)

Yan Indra mengemukakan (1997:43) tiga faktor yang dominant dalam

pembangunan desa:

1. Kebijakan Pemerintah (Top Down), dalam arti sebagai motivator, fasilitator,

dan dinamisator dalam menggerakkan masyarakat desa untuk memberi

respon yang positif melalui sikap mental (attitudes), rasa memiliki (sence of

belonging) dan mempunyai rasa tanggung jawab.

2. Tanggapan masyarakat (bottom Up), terutama ditekankan peran serta

(partisipasi aktif) masyarakat desa dalam pembuatan keputusan, pelaksanaan,

penerima manfaat dan hasil serta keikutsertaan dalam mengevaluasi

hasil-hasil pembangunan.

3. Suatu lembaga atau instansi baru yang bersifat otonom, berperan

menghimpun dana dan biaya, guna mengoptimalkan kegiatan

lembaga-lembaga pemerintah.

2.3.4 Indikator Pembangunan Desa

Pembangunan desa hanya mungkin berhasil dengan adanya rencana yang

baik, masuk akal dan dapat direalisasikan dalam jangka waktu yang direncanakan

sesuai dengan kebutuhan, tersedianya sumber tenaga manusia, modal dan sumber

daya lainnya serta adanya organisasi yang mampu untuk mewujudkan rencana

menjadi hasil. ( BN. Marbun, 1988:34) R. Agusthoha Kuswata (1985:34)

mendefenisikan pembangunan desa adalah usaha yang dilakukan dimana

konsentrasinya lebih berfokus kepada peningkatan pembangunan ekonomi desa

(38)

2.3.5 Pembangunan Desa Melalui Kelembagaan Desa

Istilah lembaga dan organisasi secara umum penggunaannya dapat

dipertukarkan dan hal tersebut menyebabkan keambiguan dan kebingungan

diantara keduanya. Pembedaan antara lembaga dan organisasi masih sangat kabur.

Organisasi yang telah mendapatkan kedudukan khusus dan legitimasi dari

masyarakat karena keberhasilannya memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat

dalam waktu yang panjang dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut telah

melembaga.Menurut Syahyuti (2006:37) setidaknya ada empat cara membedakan

kelembagaan dengan organisasi, yaitu:

1. Kelembagaan adalah tradisional, organisasi modern.

2. Kelembagaan dari masyarakat itu sendiri, organisasi datang dari atas

3. Kelembagaan dan organisasi berada dalam satu kontinum. Organisasi adalah

kelembagaan yang belum melembaga, yang sempurna adalah organisasi yang

melembaga.

4. Organisasi merupakan bagian dari kelembagaan. Organisasi sebagai organ

kelembagaan.

Pemerintahan desa merupakan lembaga yang ada di dalam desa, dengan

kontrol dari Badan Permusyawaratan Desa. Pemerintah desa yang dipimpin oleh

kepala desa bertanggung jawab dalam melaksanakan kebijakan termasuk

melaksanakan proses pembangunan di wilayahnya. Agar pembangunan dapat

tepat sasaran maka pemerintah desa bertugas untuk mengidentifikasi

pembangunan yang sesuai di wilayahnya sehingga peran pemerintah desa sebagai

sarana penyampaian kebijakan pemerintah kecamatan maupun kebijakan

(39)

2.4 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi

yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru

pembangunan, yakni yang bersifat "people-centered, participatory, empowering,

and sustainable" (Chambers, 1995). Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata

memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk

mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya

belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap

konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu.

Pemberdayaan adalah terjemahan dari kata “empowerment” yang

mengandung kata “empower” yang juga dapat berarti pemberian kekuasaan,

karena power bukan sekedar daya, tetapi juga kekuasaan, sehingga kata daya tidak

saja bermakna mampu tetapi juga mempunyai kuasa. (Wrihatnolo dan Riant,

2007:1)

Pengertian mengenai pemberdayaan menurut Haw.Widjaja (2003:169)

pemberdayaan adalah upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki

masyarakat sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan

martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara

mandiri baik di bidang ekonomi, sosial, agama dan budaya.

Dasar proses pemberdayaan adalah pengalaman dan pengetahuan

masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan berguna serta keamanan

mereka menjadi lebih baik. Menurut Payne dalam Rukminto (2003:54) suatu

proses pemberdayaan, pada intinya ditujukan guna membantu klien dalam

(40)

akan dilakukan yang terkait dengan diri mereka, mengurangi efek hambatan

pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.

Dengan demikian pemberdayaan bertujuan untuk memberikan kekuatan

terhadap masyarakat agar memiliki posisi baik terhadap negara, posisi ini

selanjutnya menjadi kekuatan untuk mengontrol kekuasaan negara dalam

menyelenggarakan manajemen pemerintahan sehingga hak-hak masyarakat tidak

tereksploitasi dan dapat berpartisipasi secara aktif dan bebas.

2.5 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Proses pembangunan yang berkelanjutan memerlukan kerja sama dalam

semua pihak termasuk partisipasi masyarakat. Menurut Abdul A.S proyek

pembangunan yang melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan

pelaksanaannya ternyata lebih baik dari tatacara konvensional yang bersifat top

down. Beberapa alasan partisipasi penting dalam proses pembangunan:

1. Partisipasi dalam praktek yang sederhana telah lama dibangun dalam

pemahaman, kesadaran dan kehidupan masyarakat

2. Partisipasi memungkinkan perubahan yang lebih besar dalam cara berfikir,

bersikap dan bertindak manusia. Hal ini sulit dilakukan jika perubahan ini

hanya dilakukan oleh sebagian kecil atau kelompok tertentu yang tidak

terlibat langsung

3. Pemecahan permasalahan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara

menyeluruh hanya dapat dilakukan melalui proses interaksi, kerjasama dan

berbagai peran.

4. Penggunaan sumber daya dan pelayanan bagi masyarakat tidak dapat tercapai

(41)

saja, karena sumber daya pendukung lebih banyak dimiliki oleh individu,

kelompok atau organisasi masyarakat. Oleh karena itu, kontribusi dan

kerangka mekanisme pelayanan harus melibatkan masyarakat sebagai pemilik

dan pengguna pelayanan itu.

5. Partisipasi merupakan suatu proses pelibatan orang lain terutama kelompok

masyarakat yang terkena langsung untuk merumuskan masalah dan mencari

solusi secara bersamaan.

6. Masyarakat memiliki informasi yang sangat penting untuk merencanakan

program yang lebih baik termasuk tujuan, pengetahuan, situasi, struktur sosial

dan pengalaman menggunakan teknologi untuk kepentingannya

7. Masyarakat akan lebih termotivasi untuk bekerja sama dalam program

pembangunan, jika ikut terlibat dan bertanggung jawab di dalamnya

8. Dalam kehidupan demokratis, secara umum masyarakat menerima bahwa

mereka berhak berpartisipasi dalam keputusan mengenai tujuan dan harapan

yang ingin dicapai

9. Banyak permasalahan pembangunan dibidang pertanian, kesehatan, ekonomi,

pendidikan, dan kelembagaan yang tidak mungkin dipecahkan dengan

pengambilan keputusan perorangan. Partisipasi kelompok sasaran dalam

keputusan kolektif sangat dibutuhkan.

2.6 Lembaga Kemasyarakatan

Lembaga, sebagai aturan main (rule of game) dan organisasi, berperan

penting dalam mengatur penggunaan/alokasi sumberdaya secara efisien,

(42)

pembagian pekerjaan, sehingga setiap pekerja dapat bekerja secara professional

dengan produktivitas yang tinggi. Pembagian pekerjaan selanjutnya akan

mengarah kepada spesialisasi ekonomi, sedangkan spesialisasi yang berlanjut

akan mengarah kepada peningkatan efisiensi dengan produktivitas yang semakin

tinggi. Sebagai hasil dari pembagian pekerjaan dan spesialisasi pada sistem

ekonomi maju sering mengarah kepada keadaan dimana orang-orang menjadi

hampir tidak mampu lagi berdiri sendiri. Dalam arti mereka tidak dapat

menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan untuk kehidupan

sehingga pemenuhan kebutuhannya diperoleh dari orang/pihak lainnya yang

berspesialisasi melalui suatu pertukaran yang dalam ekonomi disebut transaksi

ekonomi.

Barang dan jasa tersebut akan dapat dipertukarkan apabila hak-hak dapat

ditegaskan, sehingga dapat ditransfer kepada pihak lain. Agar transaksi ekonomi

tersebut dapat berlangsung, perlu adanya koordinasi antar berbagai pihak dalam

sistem ekonomi, yang sekaligus juga mencakup “aturan representasi” dari

pihak-pihak yang berkoordinasi tersebut. Pada dasarnya ada dua bentuk koordinasi

utama yaitu koordinasi untuk keperluan : (1) transaksi melalui system pasar,

dimana harga-harga menjadi panduan dalam mengkoordinasikan alokasi

sumberdaya-sumberdaya tersebut. Pengertiannya dalam hal ini adalah harga-harga

yang berperan sebagai pemberi isyarat dan sebagai pembawa informasi yang

mengatur koordinasi alokasi sumberdaya kepada pembeli dan penjual, (2)

transaksi tersebut dilakukan dalam system organisasi-organisasi yang berhirarki di

luar system pasar, di mana wewenang kekuasaan berperan sebagai koordinator

(43)

Manurut Anwar (1995) selama ini sering terjadi kesalahpahaman bahwa

kelembagaan diartikan identik atau dicampuradukkan dengan system organisasi.

Dalam konsep ekonomi kelembagaan, maka organisasi merupakan suatu bagian

pengambil keputusan yang didalamnya diatur oleh sistem kelembagaan atau

aturan main. Aturan main mencakup kisaran yang luas dari bentuk yang berupa

konstitusi dari suatu Negara, sampai kepada kesepakatan antara dua pihak yang

menyepakati suatu aturan bersama mengenai pembagian manfaat dan beban yang

harus ditanggung oleh masing-masing pihak guna mencapai tujuan tertentu. Oleh

karena itu, unsur-unsur kelembagaan yang mengatur transaksi pertukaran manfaat

biaya diantara para pesertanya menjadi sangat penting. Secara operasional

indikator perkembangan kelembagaan dapat dilihat dari : (1) perkembangan

peraturan, perundang-undangan serta kebijakan-kebijakan, dan (2) ada tidaknya,

serta perkembangan lembaga-lembaga (organisasi) masyarakat baik formal

maupun non formal social, maupun lembaga pemerintahan

2.7 Kelompok dan Organisasi sebagai Institusi Masyarakat

Brown dan Moberg (Ruwiyanto, 1988) mengungkapkan bahwa organisasi

berada dalam kontinum individu-masyarakat. Mereka berdua menyebutkan bahwa

masyarakat itu merupakan gabungan dari komunitas.

Komunitas merupakan gabungan dari organisasi, organisasi merupakan

gabungan dari kelompok dan kelompok merupakan gabungan dari individu.

(44)

Gambar 2.1. Kelompok dan Organisasi sebagai Institusi Masyarakat

2.8

Kerangka Pemikiran

Dengan berlakunya

UU Otonomi Daerah mengakibatkan terjadinya perubahan orientasi politik di Indonesia yang awalnya pembangunan negara ini

bersifat sentralistik dan perencanaan ekonomi wilayah ditentukan dari pemerintah

pusat berubah menjadi desentralistik dan perencanaan ekonomi wilayah sebagai

salah satu sektor pendorong percepatan pembangunan wilayah diserahkan kepada

daerah sehingga wilayah memiliki wewenang dalam menentukan pembangunan

wilayahnya, sehingga dalam mengurus perkembangan wilayah juga diserahkan

kepada pemerintah daerah untuk mengelolanya, seperti gambar 2.2.

:

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

Lembaga Kemasyarakatan

Partisipasi

Anggota

Manajemen

Organisasi

Program

Kegiatan

Pengembangan Desa

Ekonomi

Sosial

Budaya

Sosial Politik

PENGEMBANGAN WILAYAH

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode yang dilakukan untuk mengolah dan menganalisis penelitian ini

adalah metode penelitian deskriptif. Nasir (1988) mendefinisikan metode

penelitian deskriptif sebagai metode penelitian untuk membuat gambaran

mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan

akumulasi data dasar belaka.

Sebagai objek dalam penelitian ini adalah Lembaga Kemasyarakatan yang

ada di 75 desa se-Kabupaten Labuhanbatu, Lembaga Kemasyarakatan yang

dimaksud adalah Organisasi PKK atau kelompok binaan PKK di desa, Organisasi

Karang Taruna di desa, dan LKMD yang ada di Kabupaten Labuhanbatu,

Lembaga Kemasyarakatan tersebut merupakan organisasi yang dibentuk atas

prakarsa masyarakat desa dan berkoordinasi serta berkonsultasi terhadap

pemerintah setempat, adapun yang menjadi anggotanya adalah masyarakat

setempat. Aktivitas yang menjadi objek penelitian adalah seluruh kegiatan

lembaga kemasyarakatan yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan

wilayah di desa masing-masing serta persepsi pengurus lembaga kemasyarakatan

terhadap pengembangan desa.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah suatu himpunan unit yang biasanya berupa orang, objek,

(46)

2001). Dalam penelitian ini populasi yang dimaksudkan adalah Organisasi

KSM/Pokmas , PKK, LKMD yang ada di 75 desa se-Kabupaten Labuhanbatu

Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi

(Kuncoro, 2001). Sampel yang akan dipilih dalam penelitian ini dengan

menggunakan multi stage sampling method (metode sampling bertahap). Pada

tahap awal dipilih 3 (tiga) desa dari 7 (tujuh) Kecamatan di Kabupaten

Labuhanbatu, kemudian dari masing-masing desa dipilih 1 orang pengurus dari 3

organisasi lembaga kemasyarakatan di desa tersebut.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini haruslah sampel yang

merepresentasikan populasi yang ada. Oleh karena itu, pengambilan sampel hanya

pada stake holder yang memiliki pemahaman terhadap pengembangan wilayah.

Apabila sampel tidak merepresentasikan populasinya maka hasilnya akan sangat

meragukan (Healey, 2002).

Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan convinience sampling

yaitu pengambilan sampel responden dari pengurus organisasi yang mudah

ditemui pada lokasi penelitian. Dasar pengambilan teknik convinience sampling

ini tidak menjadi permasalahan atau menurunkan kualitas hasil penelitian karena

bagaimanapun rumitnya teknik yang digunakan tidak akan menjamin

representativeness/keterwakilkan, maka yang terpenting adalah sampel yang

representatif atau benar-benar mewakili populasi (Healey, 2002). Dari penjelasan

tersebut maka diperoleh jumlah responden sebagai sampel sebanyak 63 orang,

yang diharapkan dapat merepresentasikan seluruh desa yang ada di Kabupaten

Labuhanbatu yang menurut tipologi desa terdiri dari Desa Dataran Biasa,

(47)

dan masing-masing desa diambil 3 lembaga kemasyarakatan, dari masing-masing

lembaga diambil 1 orang pengurus menjadi sampling.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan

studi dokumen, akan diuraikan sebagai berikut :

3.3.1 Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan kegiatan pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan data baik berupa bahan tertulis maupun dalam bentuk gambar

yang dapat digunakan untuk memperluas data yang ada. Oleh karena dengan

gambar sesuatu yang diselidiki dapat dilihat dengan jelas. Teknik ini digunakan

untuk memperoleh landasan penulisan ilmiah, termasuk hasil penelitian

sebelumnya yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang dimiliki untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

Studi dokumen dilakukan untuk menjawab rumusan permasalahan pertama

yaitu : “Apakah lembaga kemasyarakatan berpengaruh terhadap pengembangan

desa di Kabupaten Labuhanbatu “

3.3.2 Wawancara dengan Kuesioner

Wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data dengan teknik tanya

jawab antara dua orang yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan tujuan

penelitian (Hadi, 1993:193). Teknik tanya jawab berlangsung melalui kontak

secara langsung, baik secara lisan maupun tatap muka dengan sampel.

Dalam penelitian ini digunakan pedoman wawancara dengan alat bantu

(48)

Kuesioner digunakan agar arah wawancara tetap terkendali dan tidak

menyimpang dari pokok permasalahan penelitian.

Pengumpulan data melalui wawancara digunakan untuk menjawab

rumusan permasalahan kedua yaitu : Bagaiman persepsi pengurus lembaga

kemasyarakatan terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu ?

3.3.3 Observasi

Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi, 1993). Dalam

metode observasi penulis melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian

sambil mencari informasi mengenai permasalahan yang sedang diteliti (Hadi,

1993).

Teknik observasi akan menghasilkan gambaran konkret tentang pengaruh

lembaga kemasyarakatan terhadap pengembangan desa di Kabupaten

Labuhanbatu, melalui pengamatan ini, peneliti dapat mengetahui bagaimana

kebiasaan anggota dan pengurus lembaga kemasyarakatan berkaitan dengan upaya

pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu.

3.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di 7 (tujuh) Kecamatan yang ada di Kabupaten

Labuhanbatu.

3.5 Metode Analisis

Pokok dari penelitian ini membahas pengaruh dan persepsi lembaga

kemasyarakatan terhadap pengembangan desa di Kabupaten Labuhanbatu.

(49)

dilakukan adalah mengetahui pengaruh dengan menggunakan korelasi berganda

dan persepsi dengan menggunakan skala likert. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan dua macam data menurut klasifikasi jenis dan sumbernya yaitu :

1. Pengumpulan data primer, adalah pengumpulan data yang dilakukan secara

langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan

dengan instrument sebagai berikut :

a. Metode Angket ( kuisioner ), yaitu pemberian daftar pertanyaan secara

tertutup kepada responden yang dilengkapi dengan beberapa alternative

jawaban.

b. Metode Observasi ( Pengamatan ), yaitu melakukan pengamatan secara

langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus

penelitian.

2. Pengumpulan data sekunder adalah kegiatan penelitian yang dilakukan dengan

cara menelaah sejumlah buku, karya ilmiah dan, dokumen/arsip yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.5.1 Teknik Penentuan Skor

Teknik penentuan skor oleh nilai yang digunakan dalam penelitian ini

adalah memakai skala ordinal yang menjawab kuisioner yang disebarkan kepada

responden. (Singarimbun, 1995:102). Melalui penyebaran kuisioner yang

berisikan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada responden, maka

ditentukan skor pada setiap pertanyaan. Penentuan ini dihitung berdasarkan

alternatif a, b, c, dan d yang akan diberikan skor sebagai berikut:

Untuk alternatif jawaban a diberi skor 1

(50)

Untuk alternatif jawaban c diberi skor 3

Untuk alternatif jawaban d diberi skor 4

Kemudian untuk uji scoring pada data dan informasi dengan cara memberi

skor pada data dan informasi yang dianalisis dan kemudian dihitung rata-rata

persentasenya. Hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan kesimpulan yang

dapat memberikan arahan terhadap saran atau rekomendasi sebagai upaya

pemecahan masalah. Untuk mengetahui kategori jawaban dari masing-masing

variable apakah termasuk tinggi, sedang atau rendah ditentukan skala interval

dengan formula sebagai berikut :

Skor Tertinggi – Skor Terendah

Banyaknya Bilangan

Maka diperoleh : 0,75

Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk

masing-masing variabel yaitu:

KATEGORI NILAI

Sangat Tinggi 3,28 – 4,03

Tinggi 2,52 – 3,27

Rendah 1,76 – 2,51

Sangat Rendah 1,00 – 1,75

3.5.2 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan penulis adalah ;

1. Untuk menjawab permasalahan pertama menggunakan teknik analisa data

(51)

pengaruh variabel bebas (X1,X2,X3) terhadap variabel terikat (Y), yaitu

dengan menggunakan metode SPSS ver.17

Dari hasil perhitungan tersebut akan menunjukkan :

a. Pengujian validitas dan reliabilitas terhadap setiap komponen pertanyaan

dari setiap penyusun komponen Varibel X1, X2,X3 maupun Y.

b. Pengujian asumsi normalitas data pertanyaan untuk melihat distribusi data

secara normal.

c. Pengaruh dari 3 variabel independent (x) secara bersamaan terhadap

variabel dependent (y) dengan analisis regresi berganda

d. Variabel manakah dari ketiga variable independent (x) yang paling kuat

memberi pengaruh terhadap variable dependent (y) dengan uji korelasi

antar variabel.

2. Untuk menjawab permasalahan kedua menggunakan metode interpretasi dari

kuesioner atau statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk

menganalisa data dengan cara mendekripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul melalui kuesioner yang disusun dengan skala Likert, wawancara

yang dilakukan menggunakan kuesioner terhadap responden sebagai sampel dari

populasi yang telah ditetapkan. Hasil dari analisa ini akan mendeskripsikan

persepsi rensponden tentang pengaruh lembaga kemasyarakatan dalam

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis

Kabupaten Labuhanbatu menurut karakteristik lokasi dan wilayahnya

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Luas dan Batas Wilayah

Kabupaten Labuhanbatu mempunyai wilayah seluas 256.138 Ha atau

2.561,38 Km2

Tabel 4.1. Letak dan Geografi Kabupaten Labuhanbatu , seperti yang diuraikan pada Tabel 4.1. dan gambar 4.1.

Karakteristik Dekskririptif

1. Letak : 1o 41’ – 2o

99

44’ Lintang Utara

o

33’-100o 22’ Bujur Timur

2. Luas Wilayah : 2.561,31 Km2

3. Batas-batas :

a. Utara : Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Selat Malaka

b. Selatan : Kabupaten Labuhanbatu Selatan c. Barat : Kabupaten Padang Lawas Utara d. Timur : Provinsi Riau

4. Daerah Administratif : Terdiri dari 9 Kecamatan

(53)

Sumber : RPJMD Kabupaten Labuhanbatu 2012

Gambar 4.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Labuhanbatu

Secara administratif Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari 9 (sembilan)

kecamatan, 75 (tujuh puluh lima) desa dan 23 (dua puluh tiga) kelurahan. yang

(54)

Tabel. 4.2. Luas Kecamatan dan Rasio terhadap Luas Kabupaten

Dari tabel diatas dapat dijelaskan, wilayah kecamatan terluas adalah

Kecamatan Panai Tengah dengan luas wilayah 48.374 Ha (18,89%) dan

kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Rantau Selatan dengan

luas wilayah 6.432 Ha (2,51%).

Pada mulanya luas kabupaten ini adalah 9.223,18 km², sedangkan jumlah

penduduknya sebanyak 1.431.605 jiwa pada tahun 2007 serta memiliki 22

Kecamatan. Dengan dibentuknya Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten

Labuhanbatu Utara, maka luas kabupaten ini menjadi 2.562,01 km² dan

penduduknya sebanyak 857.692 jiwa pada tahun 2008 dengan 9 Kecamatan.

Wilayah kabupaten Labuhanbatu sebagian besar merupakan dataran

rendah dengan ketinggian antrara 0-700 m di atas permukaan laut. Kecamatan

Panai Hilir merupakan kecamatan terjauh dari Ibukota Kabupaten sedangkan

Kecamatan Bilah Barat merupakan Kecamatan terdekat dengan Ibukota

(55)

Dalam melaksanakan administrasi pemerintahannya terutama di dalam

pemerintahan desa/kelurahan, maka Kabupaten Labuhanbatu memiliki 75 Desa,

23 Kelurahan, 28 Lingkungan, dan 611 Dusun yang tersebar di 9 Kecamatan.,

sebagaimana terlihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Luas Wilayah Kecamatan, Jumlah Desa/Kelurahan, Jarak dan Presentasi Luas Masing-Masing Kecamatan Terhadap Luas Kabupaten Labuhanbatu

Kabupaten Labuhanbatu 2.561.38 98 100

Sumber : BPS Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2011

Dari 9 (sembilan) kecamatan diatas 4 (empat) kecamatan belum

memiliki wilayah kelurahan yaitu Kecamatan Bilah Barat, Kecamatan Bilah Hulu,

Kecamatan Pangkatan dan Kecamatan Panai Hulu.

Tabel. 4.4 Jumlah Desa berdasarkan Tipologi Di Kabupaten Labuhanbatu

No Kecamatan Tipologi Desa

Dataran Biasa Perkebunan Pantai Tertinggal

(56)

Dari Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Kecamatan Bilah Hulu,

Pangkatan, Panai Hulu, Rantau Utara dan Rantau Selatan tidak memiliki Desa

Tertinggal, sedangkan Desa Tertinggal yang paling banyak terdapat di Kecamatan

Panai Hilir yaitu sebanyak 4 (empat) desa. Selanjutnya Kecamatan Bilah Hulu

Kecamatan yang paling banyak memiliki Desa Perkebunan dan Desa Dataran

Biasa yang letak geografis Kecamatan dimaksud berbatasan dengan Kota

Rantauprapat sebagai Ibu Kota Kabupaten. Kemudian Kecamatan Rantau Utara

dan Rantau Selatan sebagai wilayah Ibu Kota Kabupaten yaitu Rantauprapat sama

sekali tidak memiliki Desa.

Tabel 4.5. Jarak Ibukota Kecamatan Ke Ibukota Kabupaten

No Kecamatan Ibukkota Kecamatan Jarak Ibu Kota Kabupaten (Km)

Menurut jarak ibukota kecamatan ke Ibu Kota Kabupaten, Kecamatan

yang memiliki jarak paling jauh adalah 2 (dua) Kecamatan yang terletak di

kawasan pantai yaitu Kecamatan Panai Tengah dan Kecamatan Panai Hilir.

4.1.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia

a. Kependudukan

(57)

terbanyak terdapat di Kecamatan Rantau Utara yaitu sebanyak 82.830 jiwa per Km2, sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Pangkatan sebanyak 31.738 jiwa dengan kepadatan penduduk 90 jiwa per Km2. Adapun Luas Daerah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Rata-rata dan Kepadatan

Penduduk per Km2

Tabel 4.6. Luas Daerah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Rata-Rata dan Kepadatan Penduduk per Km² Tiap Kecamatan Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2010

Tiap Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu dapat dilihat pada Tabel 4.6.

No Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

Banyaknya Kepadatan

Rumah tangga Penduduk Rata-rata

Sumber : Hasil Analisis

Gambar

Tabel 1.1. Jumlah Bantuan Untuk Kelurahan dan Desa
Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Labuhanbatu 2006-2010
Tabel 1.3. Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Walgito (dalam Marwan, 2013: 8) indikator persepsi terdiri dari tiga poin, yakni penyerapan rangsang atau obyek, pemahaman, dan penilaian. Sesuai dengan

Selain HT menjelaskan tentang urgensi khilafah, kelompok ini juga menegaskan dalam berbagai karyanya bahwa pemikiran khilafah adalah model negara Islam yang khas,

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap seluruh manfaat nilai ekosistem mangrove di kawasan TNS Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan yang terdiri dari

Dengan menerapkan postulat geodesik Einstein pada tera vierbein di dalam untingan kerangka Lorentz (orthonormal) terbatasi, ungkapan asas kesetaraan yang tepat secara fisis

Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dan kualitas hubungan persahabatan pada remaja.. Subjek

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 5 Tahun 2010 tentang Penambahan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Laut Kepada Perusahaan

Dalam area konservasi ex situ , provenans yang akan dipilih untuk ditanam dalam suatu lokasi sebaiknya merupakan kombinasi provenans yang memiliki kisaran nilai

berita diatas, dimana tidak terdapat kesalahan dalam penulisan bahasa jurnalistik radio baik pada. kalimat singkat,