POTENSI GUA LIANG DAHAR
SEBAGAI OBJEK WISATA
DI KABUPATEN KARO
KERTAS KARYA
DIKERJAKAN
O L E H
BOY SUKANDI 052204079
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
PROGRAM PENDIDIKAN NONGELAR DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN
Potensi Gua Liang Dahar Sebagai Objek Wisata
di Kabupaten Karo
Kertas Karya
dikerjakan oleh
Boy Sukandi 052204079
Pembimbing,
Drs. Gustanto, M.Hum. NIP 131837557
Kertas karya ini diajukan kepada ketua departemen pariwisata program pendidikan nongelar di Fakultas Sastra USU Medan melengkapi salah satu syarat untuk menamatkan diploma III dalam program studi pariwisata.
UNIVERSITAAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR PROGRAM STUDI PARIWISATA
DALAM BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN
Pengesahan
Diterima oleh:
Panitia Ujian Program Pendidikan Nongelar Sastra dan Budaya Fakultas Sastra
Tanggal :
Hari :
Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas sastra
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D. NIP 132098531
Panitia ujian:
No. Nama Keterangan Tanda Tangan
1. Drs. Gustanto, M.Hum. (Ketua Jurusan) ………...
2. Drs. Mukhtar Majid, S.Sos. (Sekretaris Jurusan) ………
3. Drs. Gustanto, M.Hum. (Pembimbing) ………
DISETUJUI OLEH:
PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2008
MEDAN, …………. MARET 2008 PROGRAM STUDI PARIWISATA KETUA,
ABSTRAK
Kertas karya ini berjudul Potensi Gua Liang Dahar sebagai objek wisata. Penulis dalam kertaas karya ini membicarakan potensi yang dapat dikembangkan terhadap Gua Liang Dahar agar bias menjadi terkenal dan dikunjungi oleh masyarakat banyak, yaitu wisatawan dari mancanegara maupun wisatawan domestik. Perut gua ini sangat luas (ada yang kecil dan ada yang besar). Yang amat besar ruanganannya adalah terdapat tiga bahagian, yaitu satu luasnya 500m bujur sangkar, ke dua ada luasnya 400m bujur sangkar, dan yang ke tiga luasnya 300m bujur sangkar. Di samping yang tiga ini masih ada terdapat beberapa ruas yang ukurannya tidak mencapai ratusan meter bujur sangkar. Di dasar gua atau boleh dikatakan di lantai gua tersebut ada sungai kecil yang mengalir ke desa Bakerah melalui suatu terowongan yang pas untuk dialiri oleh sungai kecil tersebut. Hari-harinya gua tersebut dihuni oleh kalong, kelelawar, dan burung wallet. Para pengunjung hanya bias berjalan kaki dari desa Lau Buluh hingga mulut gua tersebut. Jarak bias ditempuh selama 30 menit. Dari Kabanjahe jaraknya ada 37 km ke desa Lau Buluh.
Penelitian ini menggunakan teknik lapangan. Data diperoleh dari beberapa orang informan yang dianggap sudah memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai sumber
informasi. Laporan penelitian ini terdiri atas 39 halaman.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena Dia telah
mem-berikan kesehatan, pengetahuan, dan kesempatan untuk menyelesaikan kertas karya ini
yang dapat dijadikan sebagai salah satu kelengkapan syarat untuk menyelesaikan
studi-nya di Jurusan Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.Dekan Fakultas Sastra USU, Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D. atas fasilitas yang tersedia,
2.Ketua Jurusan Pariwisata, Drs. Gustanto, MHum yang juga dalam kesempatan ini
sebagai dosen pembimbing atas penulisan kertas karya ini, serta bantuan lainnya yang
berkaitan dengan penyelesaian perkuliahan di Jurusan Pariwisata. Penulis yakin dan
percaya bahwa tanpa kesabarannya untuk membimbing penulis untuk mengadakan
penelitian, maka kertas karya ini tidak bias selesai seperti yang lihat sekarang.
2.Sekretaris, Drs. Mukhtar Majid, S.Sos dan pegawai, Dra. Adri, Jurusan Pariwisata atas
segala kemurahan yang diberikan kepada penulis selama kuliah di fakultas Sastra.
3.Hazed Djoeli sebagai dosen/ dosen pembimbing kami pada saat kuliah lapangan, dan
juga sudah bersenang hati untuk menjelaskan kepada kami dunia travel dan wisata.
4.Seluruh dosen yang sudah bersenang hati untuk menuangkan sebahagian ilmu mereka
kepada kami selama perkuliahan sedang berlangsung.
5.Kedua Orangtua, Kakak dan Adik, serta Saudara Bungsu saya yang tak pernah merasa
bosan memberikan dorongan spiritual dan material selama ini.
6.Seluruh teman sekelas yang juga sudah berbaik hati selama ini.
Penulis juga sadar bahwa tulisan ini belum sempurna, tetapi sesuai dengan ilmu
kepariwisataan yang dia miliki serta waktu yang diperoleh untuk menulisnya, maka bila
ada di sana-sini pembaca temukan yang kurang tepat demi kelengkapan/ kesempurnaan
tulisan ini penulis akan sangat senang sekali untuk menerimanya.
Medan, …. Maret 2008 Penulis,
DAFTAR ISI
1.2 Alasan Memilih Judul
1.3 Masalah
2.5 Kepariwisataan dan Pembangunan Nasional
6
4.1 Sebagai Objek Wisata di Kabupaten Karo
4.2 Sebagai Industri Wisata di Kabupaten Karo
4.3 Dampak Psikologi Wisata di Kabupaten Karo
32
1. Daftar Riwayat Hidup Penulis 2. Peta Kabupaten Karo
3. Gambar Gua Liang Dahar
ABSTRAK
Kertas karya ini berjudul Potensi Gua Liang Dahar sebagai objek wisata. Penulis dalam kertaas karya ini membicarakan potensi yang dapat dikembangkan terhadap Gua Liang Dahar agar bias menjadi terkenal dan dikunjungi oleh masyarakat banyak, yaitu wisatawan dari mancanegara maupun wisatawan domestik. Perut gua ini sangat luas (ada yang kecil dan ada yang besar). Yang amat besar ruanganannya adalah terdapat tiga bahagian, yaitu satu luasnya 500m bujur sangkar, ke dua ada luasnya 400m bujur sangkar, dan yang ke tiga luasnya 300m bujur sangkar. Di samping yang tiga ini masih ada terdapat beberapa ruas yang ukurannya tidak mencapai ratusan meter bujur sangkar. Di dasar gua atau boleh dikatakan di lantai gua tersebut ada sungai kecil yang mengalir ke desa Bakerah melalui suatu terowongan yang pas untuk dialiri oleh sungai kecil tersebut. Hari-harinya gua tersebut dihuni oleh kalong, kelelawar, dan burung wallet. Para pengunjung hanya bias berjalan kaki dari desa Lau Buluh hingga mulut gua tersebut. Jarak bias ditempuh selama 30 menit. Dari Kabanjahe jaraknya ada 37 km ke desa Lau Buluh.
Penelitian ini menggunakan teknik lapangan. Data diperoleh dari beberapa orang informan yang dianggap sudah memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai sumber
informasi. Laporan penelitian ini terdiri atas 39 halaman.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu Negara di Asia yang sedang berkembang. Indonesia
adalah suatu negara kesatuan yang berbentuk republik. Negara Indonesia mempunyai
banyak Daerah Tingkat I Propinsi, salah satu di antaranya adalah Sumatera Utara.
Daerah Propinsi tersebut masih mempunyai beberapa daerah Tingkat II yang disebut
Kabupaten, dan salah satu Daerah Tingkat II yang ada di wilayah Propinsi Sumataera
Utara adalah disebut Kabupaten Karo. Daerah Kabupaten Tingkat II Karo ini masih
mempunyai beberapa Wilayah Kecamatan, dan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Karo disebut Kecamatan Kutabuluh. Gua Liang Dahar terletak di salah satu desa di
lingkungan wilayah Kecamatan Kutabuluh, yang diberi nama Laubuluh.
Desa Laubuluh terletak di atas permukaan laut sembilan ratus meter. Desa
Laubuluh mempunyai wilayah seluas 20,58 km2. Masyarakat yang berdomisilidi desa
Laubuluh mempunyai lahan untuk bertani pada tanah darat atau kering. Mereka tidak
mempunyai lahan basah untuk bersawah. Masyarakat desa Laubuluh mempunyai
penghasilan dari fanili, cengkeh, kemiri, coklat, jagung, padi, tomat, dan cabe. Desa
Laubuluh mempunyai penduduk sebanyak sembilan ratus delapan puluh tujuh jiwa yang
terdiri dari seratus enam puluh rumah tangga. Tingkat kepadatan penduduknya addalah
empat puluh delapan setiap satu kilometer.
Wilayah Kecamatan Kutabuluh tersebut berbatasan sebagai berikut:
di sebelah Utara berbatasan dengan daerah Kabupaten Langkat,
di sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecmatan Payung, dan
di sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Laubaleng.
Desa Laubuluh terletak di sebelah Barat mempunyai jarak sejauh empat
kilometer dari kantor kecamatan, dan tiga puluh tujuh kilometer dari Ibukota Kabupaten
Karo, Kabanjahe. Transportaasi yang tersedia dari Kabanjahe ke desa Laubuluh adalah
bus yang berkapasitas tiga puluh satu penumpang. Lama perjalanan dari Kabanjahe ke
desa Laubuluh adalah memerlukan tiga puluh menit dengan tiket seharga Rp5.000.
setiap satu orang untuk satu kali jalan. Jika wisatawan inging berkunjung ke Gua Liang
dahar maka biaya tiket dalam satu jalan adalah sebanyak Rp13.000. karena jarak dari
kota Medan adalah seratus dua belas km. Untuk setiap harinya, bus akan berangkat dari
desa Laubuluh ke Kabanjahe mulai pada pukul enam pagi, dan yang paling akhir
berangkat adalah pukul tujuh belas petang, sedangkan dari Kabanjahe bus mulai
berangkat pada pukul tujuh tiga puluh di waktu pagi, dan akan berakhir pada pukul
sebilan belas di waktu petang. Bila ada wisatawan yang ingin kemali ke Medan dari
Kabajhae maka pengangkuta akan berakhir pada pukul dua puluh dua di waktu malam,
dan dari Medan ke Kabanjahe dimulai pada pukul lima pagi.
1.2 Alasan Memilih Judul
Kabupaten Karo adalah salah satu daerah objek wisata di Propinsi Sumatera
Utara yang sangat banyak dikunjungi oleh wisatawan dari mancanegara maupun bagi
wisatawan domestik. Daerah Kabupaten Karo terkenal dengan alamnya yang
mempunyai cuaca sejuk, buah-buahan yang segar, iklim yang bersahabat, serta
masyarakat yang ramah. Sepanjang pengetahuan penulis kertas karya ini bahwa judul ini
wisataan, termasuk mahasiswa yang sudah menyelesaikan studinya di bidang
kepari-wisataan. Gua Liang Dahar ini dapat dikatakan sebagai salah satu daerah yang tidak
kurang pentingnya untuk dikenalkan atau diperomosikan kepada masyarakat luas, sebab
lokasi ini dapat dikatakan tidak ada duanya di Indonesia maupun di dunia. Berkenaan
dengan hal tersebut di atas maka dengan mengingat bahwa penulis sebagai salah seorang
warga Indonesia secara umum dan sebagai salah seorang putra daerah Karo khususnya
serta juga mempunyai kesempatan untuk membicarakan daerah yang unik ini sangat
tertarik untuk menulisnya yang juga merupakan kertas karya sebagai laporan akhir untuk
menyelsaikan tugas sebagai salah seorang mahasiwa pariwisata di fakultas sastra USU.
Di lain pihak judul ini dapat dikatakan sebagai salah satu topic yang baru dan menarik.
1.3 Masalah
Ada pepatah mengatakan bahwa ‘karena tak kenal maka tak sayang’. Pernyataan
ini berlaku untuk objek wisata yang ada di Kabupaten Karo, Gua Liang Dahar. Tempat
ini tidak dikunjungi oleh banyak wisatawan karena mereka belum mengenal ataupun
mengetahuinya. Jadi penulis kertas karya ini yakin dan percaya bahwa daerah opjek
wisata yang tidak kalah uniknya dari daerah objek wisata lainnya kurang dikunjungi
oleh para wisatawan ialah dikarenakan tidak dikenal oleh masyarakat luas. Dengan
demikian maka yang merupakan masalah dalam hal ini ialah Gua Liang Dahar belum
dikenal oleh masyarakat luas, baik itu domestik maupun manca Negara. Penulis sangat
yakin bahwa di kemudian hari Gua Liang Dahar akan dikunjungi oleh banyak wisatawan
domestik dan manca Negara apabila objek wisata ini sudah dapat dikenalkan kepada
1.4 Batasan Pembahasan
Bilka kita, berbicara dengan istilah potensi maka sangat luas sekali yang hendak
dibicarakan. Sehubungan dengan luasnya pengertian atas makna kata potensi tersebut
maka penulis kertaas karya dalam kertas karya ini akan memberikan batasan pembatasan
penulisan yang meliputi dalam hal mengenalkan, betapa uniknya, serta rencana
pembenahan Gua Liang Dahar sebagai salah satu objek wisata yang sangat menarik
kepada orang yang akan membaca laporan kertas karya ini, serta mendeskripsikan
daerah tersebut serta memberikan suatu rancangan untuk memugar lokasi tersebut dan
juga melihat kemungkinan keuntungan yang akan dapat diperoleh melalui daerah
tersebut apabila sudah padat atau banyak pengunjungnya.
1.5 Tujuan Penulisan
Laporan penulisan yang sudah berbentuk kertas karya ini diharapkan akan
sangat banyak manfaatnya bagi mereka yang belum pernah mendengar serta mengetahui
lokasi objek wisata yang berada di desa Laub uluh dengan nama Gua Liang Dahar.
Mahasiswa program pariwisata yang akan membaca kertas karya ini juga dapat
mempedomani kertas karya ini agar dapat mengenalkan daerah objek wisata yang belum
dikenal orang banyak. Sesudah daerah objek wisata ini dikenal oleh orang banyak maka
para wisatawan akan berminat untuk mengunjungi tempat ini. Juga bagi mereka yang
bekerja di Pemerintahan Kabupaten Karo, khususnya di bidang kepariwisataan akan
dapat mengetahui berapa ruginya daerah seunik ini belum digunakan sebagai salah satu
objek wisata yang dapat menarik perhatian wisatawan sehingga dapat menambah
1.6 Metode Penulisan
Teknik penulisan yang diterapkan untuk menulis kertas karya ini ialah suatu
penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif, dan teknik pengumpulan data ialah melalui
penelitian lapangan, yaitu semua data diambil di lapangan melalui beberapa informan.
Teknik kepustakaan juga digunakan dalam peenelitian ini, tapi hanya sebagai pedoman
untuk melaksakan kegiatan di lapangan. Jadi untuk pengumpulan data yang diperlukan
diperoleh dari beberapa informan yang berdomisili di desa Lau Buluh. Para informan
yang ditentukan ialah mereka yang sudah memenuhi persyaratan untuk dijadikan
sebagai sumber informasi tentang Gua Liang Dahar tersebut.
Para informan sudah cukup tua dan dianggap mengetahui banyak tentang
keberadaan Gua Liang Dahar. Jika ditentukan informan ada yang masih muda, maka
dianggap dia tidak mempunyai pengetahuan tentang keberadaan Gua Liang Dahar
BAB II
PARIWISATA SECARA TEORITIS
2. 1 Pariwisata
Foster (2000) mengatakan bahwa pariwisata pada umumnya adalah hanya untuk
orang kaya saja. Dia memberikan contoh orang yang berdarmawisata adalah orang
Yunani yang kaya, demikian juga para artis ibukota, mereka pergi ke pinggir pantai yang
jauh dari kota, mereka ingin meninggalkan kehidupan kota untuk selama liburan, karena
pada umumnya mereka capek dengan kehidupan kota.
Foster (2000) menyatakan bahwa para wisatawan berdarmawisata dengan tiga
cara, yaitu melalui darat (mobil), bus pariwisata, atau kereta api; melalui udara (pesawat
udara), dan melalui laut (kapal laut).
Foster (2000) menyatakan bahwa asal usul terjadinya pariwisata adalah dengan
ditemukannya alat transportasi, yaitu hingga kepesawat ulang alik, jadi sejak adanya
penemuan alat transportasi ini tadi, maka mulai lah timbul inspirasi manusia untuk
berpergian dengan tujuan perdagangan, teknologi, dan pendidikan. Jadi perjalanan itu
untuk perdagangan, eksplorasi, pengetahuan atau hanya sekedar bersenang senang saja.
Memang sebelum ditemukannya alat transportasi dengan teknologi tinggi
terszebut, sebenarnya manusia yang pertama disebut suku NOMADIK, mereka sudah
sering berpergian untuk berburu, jadi tujuan utama suku Nomadik untuk berburu adalah
untuk keperluan kebutuhan hidup dan memuaskan hati (senang).
Jadi sesuai dengan pendapat Foster (2000) bahwa Gua Liang Dahar dapat
dijadikan sebagai salah satu objek wisata, karena orang kota akan tertarik pergi ke sana
dilihat oleh wisatawan beraneka ragam hal menarik, dan selama di gua akan dapat
mereka rasakan kebebasan dari kehidupan kota. Hanya saja pada saat sekarang ini para
wisatawan hanya bisa berpergian ke gua dengan menggunakan alat transportasi roda
empat hingga desa Lau Buluh, dan dari desa Lau Buluh kita harus menempuhnya
dengan berjalan kaki selama setengan jam(30 menit).
Dapat kita ketahui bahwa Colombus, Robinson Crusoe, dan yang lain sangat
senang berdarmawisata pada abad ke 15, sekarang ini yang sangat terkenal
pengang-kutan laut untuk berdarmawisata adalah kapal pesiar yang mewah yaitu kapal cruiser.
Menurut sejarah keperiwisataan bahwa pertama kali diluncurkan dikawasan
Utara Eropah ialah pada tahun 7000 SM yang berangkat dari kota TUNDRA. Tetapi di
Mesir pada tahun 3500 SM mereka gunakan binatang sebagai alat transportasi untuk
berdarmawisata.
Ross (1998) mengatakan bahwa gambaran yang muncul dalam pemikiran dalam
wisatawan adalah tentang tempat tujuan pariwisata yang digunakan atau dikunjungi oleh
wisatawan, dan untuk dapat dipastikan bahwa yang dikunjungi ialah suatu tempat yang
menarik saja. Selanjutnya Ross (1998) menegaskan bahwa situasi dan kondisi tempat
tujuan berdarmawisata aialah menjadi suatu peranan yang sangat penting sebagai daya
tarik wisatawan yang dimaksud oleh Ross (1998) mengenai situasi dan kondisi, sudah
jelas bahwa tidak ada para calon wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi salah satu
objek wisata apabila masyarakat di sekitar tidak bersahabat.
Jadi untuk mengembangkan suatu objek wisata bisa menawan hati para calon
wisatawan dan membenahi diri termasuk di dalamnya ialah masalah keamanan dan
Hakim (2004) mengatakan bahwa yang dia pedomani dari Oxford England
Dictionary tahun 1811 bahwa kata wisata berasal dari kata TOURISM. Tourism berarti
suatu perjalanan untuk mengisi waktu luang. Dapat dikatakan bahwa nenek moyang
Yunani dan Romawi juga sering mengadakan perjalanan dari negeri sendiri ke negara
lain untuk mencari tempat–tempat indah di Eropah atau Uniterania. Jadi untuk mengisi
waktu luang dengan berpergian, baik itu lama atau tidak sudah termasuk berdamawisata,
maksudnya waktu luang secara umum bukan saja “WEEKEND”, melainkan walaupun
lebih dari satu minggu atau lebih satu bulan atau juga termasuk waktu luang karena bisa
digunakan untuk berlibur sudah dapat dikatakan bahwa kepergian tersebut adalah
merupakan kegiatan berdarmawisata.
Hakim (2004) mengatakan bahwa orang pertama yang membuat perjalanan
wisata ialah seorang warga perancis yang bernama Airneri De Picand. Bukunya yang
pertama dia terbitkan ialah tentang perjalanannya ke Sepanyol pada tahun 1130.
selan-jutnya Hakim (2004) mengemukakan bahwa semenjak tahun 1948 masalah
kepariwisa-taan sudah mulai berkembang dengan pesat.
2. 2 Objek Wisata
Gua yang sudah merupakan objek wisata dan sudah cukup dikenal oleh
wisatawan domestic beserta sedikit dari mancanegara di Indonesia adalah Gua Lalai di
Jawa Barat. Wisatawan asing dan domestic mengunjungi gua ini untuk melihat sekitar 2
juta kelelawar yang ke luar dari gua pada senja hari; Gua Pamijahan di Tasik
Malaya-Jawa Barat yang dikunjungi oleh para wisatawan pada hari-hari tertentu saja, yaitu bagi
kaum muslim untuk sembahyang; Gua selarong di Yokjakarta yang keadaannya sangat
Karang Bolong di Jawa Tengah yang bentuknya sangat tinggi dan curam dan gua ini
terkenal karena sarang wallet yang banyak terdapat di sana; Gua Selok di Jawa Tengah
yang memiliki nilai keagamaan yang penting dan digunakan untuk bertapa dan
sembahyang; Gua Istana Taman Nasional Alas Purwo di Jawa Timur yang masih
mempunyai satwa liar untuk dikembangkan di samping dapat digunakan sebagai tempat
sembahyang dan bertapa; Gua Lawah Kelungkung yang suatu candi penting dibangun di
sekitar gua tersebut sedangkan bahagian dalam dihuni oleh codot fajar; Gua Giri Putri
Nusa Penida yang cukup besar yang di dalamnya terdapat banyak kala cemeti, jengkrik,
kelelawar, ddan kepiting endemik. Jadi bila kita bandingkan semua gua ini tadi dengan
Gua Liang Dahar di desa Lau buluh Kabupaten Karo di Propinsi Sumatera Utara maka
di samping ada persamaan akan dapat dilihat perbedaan besar dalam keunikannya, yaitu
di dalamnya banyak juga terdapat kelelawar, kalong, dan wallet. Di lain pihak di dasar
gua ada juga terdapat sungai mkecil yang ke luar di desa lain. Ruangan besar ada
terdapat tiga lokasi dan beberapa ruang kecil lainnya. Hanya saja gua ini belum dikenal
para wisatawan karena belum diinformasikan atau diperomosikan olehPemerintah
daerah. Dan juga belum ada pemugaran untuk peremajaannya, serta ditambah dengan
factor penunjang lainnya.
2. 3 Industri Pariwisata
Negara Indonesia dalam kurun waktu tertentu, dicabik–cabik oleh konflik para
elite politik. Situasi tentu saja dapat menjadikan rakyat bingung dan susah. Iklim usaha
pun mendapat dampak yang tidak menententu. Konflik dan benturan pun terus
meram-bat sampai ke akar segala sektor. Intinya: rasa damai jadi terusik. Dampaknya sudah
Indo-nesia, khususnya dalam bentuk rombongan (group). Bahkan, di Berastagi yang jadi
salah satu barometer pariwisata untuk daerah propinsi Sumatera Utara pun, kini tampak
sepi wisman. Padahal dahulu hampir di setiap jalan–jalan utama, hotel, objek wisata
yang tidak jauh dari kota Berastagi, bahkan di kawasan–kawasan tertentu, atau di took
souvenir akan selalu dijumpai wisman dari berbagai Negara (Amerika, Eropah, Afrika,
dan Asia; ditambah dengan wisatawan domestik.
Selama ini, pola pikir yang ada adalah, pariwisata yang tergantung pada situasi
aman, kondisi damai di lingkungan suatu negara. Maka, sudah saatnya pola pikir ini
dibalik, yakni bagaimana pariwisata bisa dimunculkan untuk dikedepankan sebagai
salah satu faktor utama demi mewujudkan atau menghadirkan suasana yang damai dan
nyaman. Istilah menterengnya, menjadikan pariwisata sebagai industri perdamaian, hal
ini adalah mengingat Berastagi di Sumatera Utara, Yogja di jawa, dan Bali terpilih
sebagai taman perdamaian pada tahun 2006.
Sebagaimana dapat kita ketahui bahwa melalui pariwisata semua aspek dengan
kehidupan manusia bisa ditanggulangi (to be solved). Hal ini dapat kita mulai dari bisnis
pengangkutan udara, penginapan berupa losmen, motel, hotel, bisnis kerajinan tangan,
makanan, jasa pemandu wisatawan, atraksi menarik yang ditampilkan di desa–desa akan
dapat dinikmati oleh para wisatawan mancanegara maupun domestic dan sebaliknya
akan dapat memberikan untung kepada negara Indonesia pada umumnya, serta bagi
pemerintah daerah pada khususnya, ditambah dengan masyarakat desa itu sendiri secara
langung.
Bila gagasan dan realisasi perdamaian melalui pariwisata tersebut ditarik ke
indahnya hasil yang dapat kita nikmati. Kita, masyarakat Indonesia layak berkaca pada
Negara tetangga tetangga, sebut saja thailand. Di negara gajah tersebut, konflik elite
politik sering terjadi, kudeta, dan pergantian pucuk pimpinan daerah sudah bukan barang
baru, termasuk pertentangan militer dan sipil. Akan tetapi, rakyat di sana tetap solid.
Rakyat dapat menjadi penonton yang baik, dan wisatawan asing pun terus mengalir ke
sana. Artinya, biarlah elite politik “berseteru” namun pariwisata tetap meneguhkan
komitmen dan keberadaannya sebagai industri perdamaian.
Pengertian pariwisata sebagai suatu industri masih dalam perdebatan di antara
para pakar pariwisata. Christienll (1985) berkata: “Tourism is a difficult phenomena to
describe. We have trouble the idea of a tourism industry”.
Gambaran pariwisata sebagai suatu industri diberikan hanya untuk
menggam-barkan apa sebenarnya arti pariwisata itu, dengan demikian dapat memberikan yang
lebih jelas. Jadi ide tersebut sebenarnya memberikan istilah “industri pariwisata” yang
lebih banyak bertujuan untuk memberikan daya tarik politis dan ekonomi. Salah satu
kekuatan pariwisata tidak lain adalah pengaruhnya terhadap ekonomi multiplier yang
ditimbulkan pada daerah taman wisata yang dikunjungi oleh wisatawan, baik itu wisman
ataupun domestik.
Kelihatannya semua sangat ideal, hal itu sengaja diciptakan untuk mendapatkan
dukungan politis tadi, tujuannya untuk pengelolaan dan pemasaran pariwisata. Tetapi
penyebutan pariwisata sebagai suatu industri justru menjadi bumerang, menjadi sumber
kelemahan, karena pariwisata terlalu banyak ditangani oleh berbagai pihak dan juga
nomor klasifikasi seperti dikatakan oleh Robert Christiemill dan alias M. Morisson : “
There is no Standard Industrial Classiffication number for tourism” sebenarnya dari
sudut pandang politis ide memberi istilah “tourism industry” ingin memberi peluang
untuk memperlihatkan kepada orang banyak bahwa pariwisata memberi dampak positif,
karena menjadi katalisator dalam pembangunan. Ingin menjadi tanggung jawab kita
semua.
Dalam buku- buku kepariwisataan luar negeri menyebutkan pariwisata sebagai
suatu industri (walau kadang–kadang juga menggunakan istilah tour and travel
industry) namun bagi kita di Indonesia istilah yang dipakai tourism industry. Tetapi ada
yang menyebutnya sebagai tourist industry. Penulis lebih setuju, bila kita menggunakan
istilah industri pariwisata dengan istilah tourism industry, karena kalau tourist industry
konotasi seakan–akan industri wisatawan.
Paket liburan, atau lebih dikenal dengan sebutan wisata paket atau cukup wisata
saja, merupakan segmen penting dalam dunia industri perjalanan. Di Inited States of
America umpamanya, penjualan wisata dapat menghasilkan 18 millyar dollar setiap
tahunnya. Kebanyakan wisata paket diatur oleh pemasuk wisata dan dijual kepublik
melalui agen perjalanan kecil. Menurut sebuah survei industri pada tahun 1922 sampai
1999 dapat kita ketahui bahwa 98% atau hampir seluruh agen perjalanan indenpenden
dengan pelayanan minimum.
Pada tahun 1991, penjualan wisata merupakan 44 persen dari semua penjualan
paket perjalanan untuk bersenang–senag dan 21 persen dari semua pendapatan agen
perjalanan bagi sejumlah tempat tujuan, termasuk Las Vegas, kepulauan Bahama,
Paket liburan yang sederhana memberikan keuntungan bagi agen perjalanan dan
di samping bagi perjalannya sendiri. Memesan paket wisata ini tidak memerlukan
banyak waktu dibandingkan dengan sejumlah komponen kegiatan perjalanan berbeda
seperti pemesanan tiket penerbangan, transfer bandar, dan akomodasi. Biro perjalanan
mendapat komisi dari masing-masing komponen wisata.pada sejumlah kasus, komisi
wisata lebih tinggi dibandingkan komisi standar dari maskapai penerbangan dan hotel.
Lebih jauh, beragam paket wisata yang tersedia yang memungkinkan agen perjalanan
memesankan paket wisata bagi sebagian keperluan pelanggan.
Seorang pelanggan yang membeli satu paket wisata mengetahui di depan
sebagian besar biaya yang harus dikeluarkan. Pada banyak kasus, biaya total wisata
lebih kecil dibandingkan dengan total biaya masing–masing komponen. Sebuah paket
wisata juga membantu mengurangi ketidaknyamanan dan kekuatan yang kadang–kadang
dialami oleh pejalan yang baru pertama berpergian ke luar negeri.
Wisata khusus mewakili segmen industri pariwisata yang tumbuh paling pesat
ragam wisata yang tersedia adalah untuk kelompok–kelompok khusus seperti pecinta
olah raga, pencinta alam, dan wisata dipenuhi oleh iklan menawarkan kegiatan mendaki,
melihat burung, safari menyelam, memancing, bersepeda, dan sejumlah daftar dan
berkesudahan jenis wisata khusus lain.
Kata wisata, sebagaimana digunakan dalam industri perjalanan, dapat menunjuk
pada liburan paket atau wisata yang dipandu oleh pemandu. Bila sebuah wisata
menunjuk pada paket liburan, maka wisata tersebut dapat merupakan jenis perjalanan
yang dirancang dan dibayar sebelumnya dikombinasikan dengan dua atau lebih
bandara, akomodasi, dan kegiatan–kegiatan tertentu.transfer di bandara merujuk pada
transportasi antara bandara dan hotel. Komponen yang termasuk kedalam biaya wisata
dinamakan inklusif.
Wisata multi komponen dapat dikelasifikasikan kedalam dua kelompok wisata
paket dan wisata khusus. Wisata paket adalah jenis wisata yang telah diatur sebelumnya
oleh pemasok wisata dan kemudian dijual melalui biro perjalanan kecil. Wisata khusus
adalah jenis wisata yang dirancang, apakah oleh agen perjalanan atau oleh pemasok
wisata, untuk memenuhi kebutuhan khusus seorang pelanggan.
Banyak cara untuk menjual pariwisata, tergantung apa maunya.Untuk Kabupaten
Karo, sebenarnya sudah banyak dimunculkan gagasan–gagasan untuk menjual berbagai
macam paket wisata, seperti wisata budaya, wisata alam, wisata konveksi,dan lain–lain.
Namun tatkala krisis dan muncul isu tak aman, paket–paket itu jadi tak banyak berarti.
Sehingga tatkala gagasan menggarap paket wisata industri di Kabupaten.Karo banyak
pihak masih ragu–ragu. Apakah bisa? Industri yang mana? Kalau wisata kerajinan,
mungkin masih bisa diterima, karena Kabupaten Karo memang gudangnya aneka
kerajinan. Tapi bila kita berbicara soal industri, mungkin perlu dijabarkan lebih konkrit
aplikasinya. Industri di Kabupaten Karo kenyataannya, berorientasi pada industri
menengah dan kecil saja. Hampir tak ada industri skala berat di Kabupaten Karo. Maka,
kalau memang mau diangkat potensi industri di Kabupaten Karo (Gua Liang Dahar)
untuk dirangkai dalam satu paket wisata, bisa saja, sejati dikedepankan adalah industri
yang berciri khas, atau punya spesifikasi khusus.
Sentra industri bisa dikemas sebagai suatu alternatif wisata jalur wisata. Di
di daerah pedesaan, yang dapat menjadi salah satu pendukung sebagai daerah tujuan
wisata. Karena banyak wisatawan khususnya wisatawan mancanegara tertarik ke satu
kota wisata, bukan hanya lantaran daerahnya yang masih alami, namun juga keunikan
proses produksinya, yang mungkin masih dikerjakan berdasarkan keterampilan tangan
serta teknologi yang relatif sederhana. Apabila sentra industri kecil ini dapat dijadikan
objek wisata alternatif, tentunya akan menunjang program pariwisata di Kabupaten Karo
dan akhirnya akan memperpanjang lama tinggal wisatawan di Medan.
2. 4 Penunjang Kepariwisataan
Keselamatan dan keamanan di lingkunagan objek wisata adalah merupakan hal
pokok untuk menyajikan berbagai pengalaman wisata yang bermutu serta yang
dipadankan dengan dasar–dasar keselamatan dan keamanan, adalah merupakan harapan
para wisatawan di daerah tujuan wisata.
Sektor terkait yang menunjang pariwisata ialah :
- Transportasi,
- olah raga,
- pedagang,
- dan lain–lain yang dapat berakibat,
- masih terbatasnya standart keselamatan pada gedung–gedung/ bangunan–bangunan
pariwisata, misalnya : terhadap bahaya api, kesalahan mesin konstruksi, kurang
antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya gempa, dan lain–lain,
- kurang memadainya senitisi dan kurangnya kepedulian terhadap lingkungan yang
- kurang perlindungan terhadap tindakan–tindakan melawan hukum kejahatan, dan
perusakan fasilitas wisata,
- penipuan dalam usaha dagang,
- kontrak–kontrak yang tidak tuntas, serta
- pemogokan–pemogokan tenaga kerja.
Pengunjung mandiri dapat melakukan suatu tindakan yang dapat
menimbul-kan masalah, baik bagi keselamatan dan keamanan dirinya sendiri maupun terhadap
orang–orang yang menerima mereka, penyebabnya dapat terjadi hal–hal, seperti:
• Kecelakaan yang menimpa wisatawan pada saat berolah raga aktifitas mereka
selama bersantai dengan kendaraan bermotor dan atau hal–al yang menyangkut
makanan dan minuman.
• Kondisi kesehatan wisatawan yang tidak fit sebelumnya yang mungkin memburuk
selama berpergian.
• Prilaku dan sikap wisatawan terhadap penduduk dan atau tata krama setempat.
• Perbuatan ilegal dan kriminal tertentu, misalnya : pengedaran obat–obat terlarang.
• Kunjungan ke tempat–tempat benbahaya.
• Kehilangan barang bawaan, dokum en, uang dan lain–lain yang disebabkan oleh
kelainan.
Resiko alam dan lingkungan dapat terjadi bilamana pelaku perjalanan:
• Tidak memahami ciri–ciri khas lingkungan alam suatu daerah tujuan dan kurang
• Tidak siap secara medis misalnya divaksinasi sebelum berangkat dan menyiapkan
obat penyakit ayam.
• Tidak hati–hati terhadap makanan dan kebiasaan–kebiasaan ksehatan lainnya.
• Tidak bisa menghindari situasi genting, misalnya bencana alam, penyakit menular,
dan lain–lain yang muncul dari keadaan lingkungan fisik dan resiko yang
ditimbul-kan oleh keadaan alam dan lingkungan hidup lainnya kadang–kadang dapat menjadi
resiko pribadi (individual risks) bukan karena keinginan mengambil resiko, tetapi
karena ketidaksiapan wisatwan.
Untuk hidup dengan pengalaman–pengalaman baru dan pada waktu yang sama
ingin merasa aman, hal ini merupakan kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan tersebut
akan terasa sekali, apabila seseorang sedang berpergian, terutama berpergian ke luar
negeri, jika dibandingkan dengan berwisata di dalam negeri.
Hampir semua unsur pariwisata harus berurusan baik dengan organisasi
pariwi-sata tingkat pusat maupun daerah. Namun demikian ada beberapa tahapan keselamatan
dan keamanan wisatawan yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Yang
berwe-nang di bidang pariwisata yang dapat memacu pningkatan kerjasama yang lebih baik di
tingkat daerah dengan menyiapkan langkah–langkah keselamatan dan keamanan
pariwi-sata tingkat nasional.
Koordinasi menjadi faktor utama dalam menyusun suatu sistem keselamatan dan
keamanan pariwisata, yaitu dengan melibatkan antara lain :
1. Badan–badan pemerintah dan departemen–departemen terkait dengan masalah ini.
3. Wakil–wakil industri pariwisata, dan
4. Media massa
Untuk melaksanakan fungsi koordinasi ini perlu dibentuk suatu Badan Pariwisata
Nasional yang akan mengorganisasikan sautu komite Nasional Keselamatan dan
Keama-nan Wisatawan. Kadang–kadang koordinasi hanya dilakukan antara sesama badan–
badan pemerintah.
Namun untuk sektor pariwisata, perlu dibentuk lembaga lintas sektoral yang di
dalamnya duduk wakil–wakil pemerintah dan swasta kalangan pariwisata, mengingat
banyak keputusan dan langkah–langkah yang harus diputuskan oleh pihak swasta.
Sebaiknya keanggotaannya dalam Lembaga Keselamatan dan Keamanan Pariwisata itu
meliputi:
• Departemen yang menangani pariwisata.
• Kepolisian Negara.
• Imigrasi.
• Kehakiman.
• Bea cukai.
• Perhubungan.
• Kesehatan.
• Departemen Luar Negeri.
• Perthanan dan Keamanan.
• Asosiasi usaha penerbangan dan transportasi.
• Asosiasi usaha perjalanan.
• Perwakilan usaha perjalanan dan usaha pariwisata lainnya.
• Kelompok–kelompok konsumen.
• Kelompok usaha pengecer.
• Pusat–pusat riset dan dokumentasi keselamatan dan keamanan pariwisata.
Berkaitan pula dengan masalah–masalah keselamatan dan keamanan wisatawan
menyangkut Dewan Pariwisata Nasional, maka departemen yang menangani pariwisata
seyogyanya:
• Menupayakan dan menyelenggarakan pertemuan–pertemuan.
• Mengkoordinasikan pekerjaan–pekerjaan dewan.
• Menyiapkan dana dewan jika dibutuhkan.
• Mengevaluasi laporan–laporan yang masuk.
• Mempersiapkan saran–saran.
• Memantau terus saran–saran tersebut.
Bagi negara berkembang, salah satu di antaranya adalah negara Republik
Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan budaya yang unik dan tinggi
industri wisata merupakan suatu sumber pemasukan devisa yang penting. Saat ini, data
perjalanan dunia menyebutkan bahwa satu dari lima orang wisatawan internasional dari
negara maju, melakukan perjalanan menuju negara berkembang. Angka tersebut berarti
menunjukkan pertumbuhan jika dibandingkan pada 1970-an. Saat itu hanya satu dari
tigabelas dari negara maju yang melakukan perjalanan wisata ke negara berkembang.
Kamboja, Mesir, Thailan, Turki, dan Vietnam. Sementara di wilyah Karibia, arus
wisatawan menuju Kuba meningkat lebih dari lima kali lipat pada tahun 1990.
2. 5 Kepariwisataan dan Pembangunan Nasional
Sebelum mendiskusikan arti penting dan hubungan antara ekonomi dan wisata,
sangat penting untuk mengetahui dimensi-dimensi wisata. Sehingga, akan diperoleh
pemahamn yang jelas antara pengaruh dimensi-dimensi tersebut, dalam kaitannya
dengan isu ekonomi suatu kawasan destinasi wisata.
Mill (1990) mendiskusikan bahwa dimensi–dimensi wisata antara lain terdiri atas
atraksi, fasilitas, transportasi, dan keramahan. Dalam pariwisata, dimensi–dimensi
tersebut menjadi faktor yang menentukan tingkat komperatif penyelanggaraan dan
destinasi wisata. Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik, karena seringkali atau
dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan masa atau waktu tertentu.Biasanya,
seringkali tidak dapat ditiru oleh distinasi-distinasi di tempat lain. Atraksi selalu menarik
orang untuk datang ke dalam sebuah kawasan tujuan wisata, meskipun dimensi lainnya
seperti fasilirtas, tranportasi, dan keramah-tamahan destinasi sangat kurang .Di Jawa,
contoh terbaik untuk kasus ini adalah festival Kasodo di Pegunungan Tengger. Fewstival
yang hanya terjadi sekali dalam satu tahun ini dilakukan di pegunungan Tengger dengn
satu ekstrem dan memerlukan “perjuangan” untuk mencapai pegunungan tersebut.
Namun, tantangan ini tidak menyurutkan semangat pengunjung untuk menyaksikan
fesival Kasodo. Selain menikmati atraksi Kasodo, pengunjung masih dapat menikmati
matahari terbit atau matahari tenggelam yang dapat dinikmati di puncak Gunung Bromo.
Atraksi dapat berdasarkan sumber daya alam, budaya, etnisitas, negara
bentangan panati berpasir putih, air terjun, bentang padang rumput, dan pegunungan,
hutan, sungai, gua, fauna, dan yang lainnya merupakan andalan utama sebuah destinasi
wisata. Setidaknya, sumber daya alam dan kekayaan hayati yang melimpah dan
menak-jubkan itu, telah menarik orang–orang Eropa untuk melakukan ekspedisi kepulau–pulau
yang berada di Indonesia.
Gua merupakan bahagian dari landscape yang menarik dan telah lama
mengundang minat manusia untuk mengunjungi gua. Kekayaan gua di pulau Jawa dan
Bali diperkirakan sebanyak 1000 gua dan sekitar 200 gua saat ini telah dipetakan.
Banyak gua telah digunakan sebagai bagian dari atraksi yang menarik oleh pemerintah
daerah sebagai pengganti destinasi hutan tropic karena kondisi dan pembatasan ekologi
di wilayah administratifnya. Sangat menarik bahwa issue-isue yang menyertai
wisatawan untuk mengunjungi gua sangat berkaitan dengan masalah budaya dan
ritual-ritual dibandingkan dengan menikmati pesona flora dan fauna di sekitar dan di dalam
gua. Meskipun pada kenyataannya kekayaan flora-fauna di sekita ddan di dalam gua
sangat unik dan menarik untuk ditampilkan sebagai atraksi wisata. Bagi sebahagian
kalangan wisatawan, berwisata menyelusuri gua sangat berguna untuk menguji
kemampuan fisik, keberanian, dan mengungkap hal-hal baru yang tidak pernah diketahui
BAB III
GUA LIANG DAHAR
3.1 Sejarah
Sesuai informasi yang diberikan oleh para informan bahwa gua liang dahar
bukan buatan manusia. Gua tersebut sudah ada semenjak dahulu kala. Satu orang
anggota masyarakat Karo pada umumnya dan penduduk desa Lau Buluh pada khususnya
tidak mengetahui kapan gua itu serta asal usulnya, hanya informasi yang dapat diperoleh
bahwa gua tersebut semasa penjajahan kolonial belanda di Indonesia, para masyarakat
suku Karo banyak yang pergi ke perut gua itu hendak berlindung. Berhubung mulut gua
serta di atas tanah yang merupakan atap gua yang banyak tumbuh kayu dan semak maka
tentara kolonial Belanda tidak dapat melihat mereka bersembunyi di perut gua walaupun
tentara Belanda menggunakan teropong dari dalam pesawatnya.
Masyarakat Karo dapat bertahan amat lama di dalam gua tersebut, karena segala
kebutuhan sehari–hari ada tersedia di dalamnya. Artinya beras dan kayu api bisa
disim-pan di dalamnya air untuk mandi dan memasak bisa diambil di sungai kecil yang
mengalir di dalamnya
Pada jaman penjajahan kolonial Belanda di Indonesia penduduk desa Lau Buluh
hanya berjumlah lebih kurang dua puluh kepala keluarga, dan pada umumnya anggota
masyarakat suku Karo tidak akan ada masalah walau mereka hidup dalam gua besar
tersebut, mereka menganggap bahwa gua itu adalah pemberian tuhan kepada mereka
sebagai pengganti rumah mereka. Jadi selama mereka berada di dalam perut gua tersebut
tidak pernah mengalami masalah walaupun hari hujan di waktu siang dan malam hari,
masalah. Karena atap gua tersebut termasuk amat tebal sehingga aman dari ancaman
hujan walaupun sangat deras sekali. Demikian juga melalui mulut gua pun belum pernah
ada air hujan yang masuk dengan jumlah yang banyak.
Sesudah Indonesia mendapat kemerdekaan dari pemerintah kolonial Belanda
masyarakat suku Karo cenderung untuk membangun rumah yang besar agar bisa dihuni
oleh beberapa kepala keluarga. Rumah yang paling besar biasa dibangun untuk dua
belas kepala rumah tangga, jenis rumah sebesar ini memang tidak seberapa jumlahnya,
tetapi yang paling banyak ditemukan di hampir setiap desa di Kabupaten Tingkat II Karo
adalah jenis rumah adat yang dihuni oleh delapan kepala rumah tangga. Jenis lain adalah
adalah rumah adat yang berisikan enam kepala keluarga, dan empat kepala keluarga.
Memang masyarakat suku Karo cinta terhadap demokrasi dan gotong royong .
3.2. Geografis
Gua Liang Dahar terletak di sebelah timur laut desa Lau Buluh. Jarak antara desa
Lau Buluh dengan Gua Liang Dahar adalah lebih kurang satu kilometer. Jarak ini
biasanya dapat ditempuh dengan jalan kaki selama lima belas menit oleh penduduk desa
Lau Buluh tersebut, tetapi bagi orang yang belum biasa berjalan di atas tanah yang
biasanya disebut jalan tikus mungkin bisa ditempuh selama tiga puluh menit.
Yang dimaksud dengan jalan tikus ialah jalan yang kiri kanannya dibatasi oleh
rumput dan lalang yang tingginya kira-kira delapan puluh sentimeter. Jalan tikus
tersebut hanya dapat dilewati oleh manusia dengan berjalan kaki walaupun ada orang
yang ingin bersepeda ataupun mengendarai sepeda motor, maka jalan tersebut tidak
mendukung dan di sekitar Gua Liang Dahar ada ladang masyarakat penduduk desa Lau
dengan bersepeda, dan hasil ladang mereka diangkat dengan tenaga manusia, jadi
walaupun ada mereka yang memiliki gerobak yang ditarik oleh lembu ataupun kerbau
mereka, maka berhubung kondisi jalan tersebut tidak dapat dipergunakan.
Gua Liang Dahar tersebut berada dalam ketinggian sembilan ratus meter di atas
permukaan laut. Bila kita melihat jarak dari kota Medan ke Gua Liang Dahar ada sejauh
seratus dua belas kilometer. Dari kota Kabanjahe ke Gua Liang Dahar adalah sejauh tiga
puluh tujuh kilometer, sedangkan dari desa Kutabuluh yang merupakan ibukota ke
Kecamatannya adalah sejauh empat setengah kilometer.
Gua Liang Dahar berada di antara ladang masyarakat atau boleh juga dikatakan
di bawah ladang masyarakat desa Lau Buluh. Dari desa Lau Buluh ke Gua Liang Dahar
kita akan dapat menempuhnya dengan berjalan kaki dan menuju ke arah Timur Laut.
Lama perjalanan untuk mencapai mulut gua kira-kira 30 menit.
3.3 Keadaan
Mulut Gua Liang Dahar kira-kira mempunyai diameter sepanjang lima belas
meter. Luas Gua Liang Dahar keseluruhannya kira–kira seribu dua ratus meter bujur
sangkar ditambah dengan beberapa lainnya yang kecil atau kira 250m2 bila kita
mengklasifikasikan ruang Gua Liang Dahar tersebut maka dapat dibagi atas tiga
bahagian yang besar, yaitu: satu luasnya kira-kira lima ratus meter bujur sangkar, dua
luasnya empat ratus meter bujur sangakar, dan yang ketiga luasnya tiga ratus meter bujur
sangkar.
Cuaca di dalam Gua Liang Dahar sangat sejuk dan keadaan di dalamnya sangat
gelap walaupun di siang hari, apabila waktu malam hari sekalipun jika kita ingin pergi
penerangan, yaitu lampu petromak atau senter yang dapat digunakan selama kita berada
di dalam ruangan gua tersebut, dan selain itu kita perlu menyediakan batu bara atau
arang sebagai alat pemanas serta memanggang makanan yang sudah kita persiapkan
sebelumnya.
Pada langit–langit Gua Liang Dahar dapat kita temukan kelelawar dan kalong
yang sedang bergantungan untuk beristirahat dengan jumlah yang sangat banyak.
Kelelawar dan kalong tersebut biasanya ke luar di malam hari melalui mulut gua untuk
mencari makanan. Selain kalong ada juga burung walet pun ada banyak jumlahnya yang
bersarang di langit–langit ruang gua tersebut. Sarang walet tersebut memang agak
mahal harganya bila dijual ke Medan, tetapi berhubung langit–langit itu agak tinggi
maka belum ada orang yang berusaha untuk mengambilnya sementara kalau di kota
medan, Deli Serdang, dan Asahan banyak sekali orang yang membangun gedung
bertingkat–tingkat agar waletnya dapat membangun sarangnya. Tentu saja membangun
gedung bertingkat akan memakan biaya puluhan juta rupiah dan ada juga sampai ratusan
juta rupiah. Dari mulut gua itu kira–kira lima ratus meter dari dasar gua tersebut. Bila
kita memandang ke langit melalui mulut gua maka sinar matahari akan dapat terlihat
sbesar mulut drum saja. Warna cahaya tersebut terlihat sangat indah. Tidak terlalu
sering, ada juga mahasiswa dari Perguruan Tinggi Universitas Sumatera Utara Medan
yang bertamasia ke Gua Liang Dahar tersebut, serta menghabiskan malam hari di dalam
perut gua. Artinya memasuki gua di waktu siang hari dan menghabiskan malam hari di
Para muda-mudi penduduk desa di wilayah Kabupaten Tingkat II Karo juga
sering berkunjung ke gua itu dengan kegiatan serupa sebagaimana yang di lakukan oleh
para mahasiswa tadi.
Satu atau dua orang wisatawan manca negara juga ada yang berpergian ke dalam
perut gua tersebut. Angka yang pasti tentang jumlah orang yang mengetahuinya tidak
ada, berhubung petugas kepariwisataan dari kantor Bupati Tingkat II Karo belum pernah
ada yang mencatat tentang pemerintah desa Lau Buluh belum ada yang berpikir untuk
mencatat jumlah orang yang berkunjung ke Gua.
Di atas dasar lantai Gua Liang Dahar ada ditemukan tanah kering yang tidak
berupa debu ataupun lumpur disertai dengan bebatuan bila hujan sedang turun maka kita
temukan tumpahan air hujan yang jumlahnya sedikit saja yaitu yang masuk melalui
mulut gua, tetapi tumpahan air hujan yang jatuh di sekeliling mulut gua atapun di atas
gua tidak ada yang mengalir ke dalam perut gua melalui mulut gua. Jadi dengan keadaan
seperti ini bila kita ingin menjelajahi perut gua akan tidak ada masalah yang akan kita
temukan demikian juga untuk mencari tempat untuk membentang kan koran ataupun
sehelai plastik tempat duduk ataupun tikar tidak basah, api unggun pun dapat dipasang
di seluruh lokasi perut gua.
Di dasar gua ada juga terdapat satu sungai kecil, air sungai tersebut kondisinya
sangat bersih dan jernih. Air sungai tersebut sering juga dikonsumsi oleh para
pengunjung dan sepanjang pengetahuan penduduk desa Lau Buluh bahwa belum pernah
ada orang yang mengkonsumsi air sungai yang mengalir melalui perut gua itu
mempunyai suatu keluhan, malah mereka mengkonsumsi air tersebut sebelum dimasak
menjawab bahwa sewaktu meminumnya terasa segar seperti meminum air masak yang
sudah disimpan di dalam kulkas.
Sesuai dengan informasi yang diperoleh dari informan khusus maupun umum
bahwa mata air sungai kecil tersebut berada di bawah kaki gunung Sinabung memang
tidak ada satu orang pun yang mengetahui dari mana tempat yang pasti tentang
keberadaan mata air tersebut mengalir banyak sekali orang yang memberikan informasi
bahwa air tersebut ke luar di desa Bakerah.
Desa Bakerah terjadi tersebut di sebelah timur gua itu, tetapi jaraknya ada sekitar
tujuh belas kilometer. Alasan mereka mengatakan hal tersebut ialah bahwa tempoh hari
ada beberapa orang penduduk desa Bakerah yang bepergian ke gua tersebut, mereka
kebetulan sering mandi siang di sungai kecil tersebut. Tanpa disengaja salah seorang di
antara mereka mengalami kejatuhan sisir ke dalam sungai itu sehingga mengakibatkan
hanyut.
Satu orang yang lain di antara mereka, dan juga tanpa disengaja setelah dia
selesai menggulung rokok yang daunnya dari nipah, kotak tempat penyimpan tembakau
rokoknya jatuh ke sungai tersebut dan akhirnya hanyut. Untuk kita tidak merasa heran
perlu kita ketahui bahwa sungai itu muncul dari dinding perut gua di sebelah Barat dan
mengalir meninggalkan perut gua ke sebelah Timur melalui dinding perut gua yang
berada di sebelah Timur.
Ceriteranya setelah kira-kira tiga minggu berlalu, mereka yang kehanyutan sisir
dan kotak tembakau tadi pergi berburu babi hutan di wilayah perladangan Bakerah.
Setelah mereka membakar hasil buruannya di pinggir suatu sungai kecil yang
jeroan hasil buruan mereka tersebut mereka ada yang menemukan sisir dan kotak
tembakau tersebut di dalam lubuk tersebut. Benda tersebut dapat dilihat dari atas sungai
yang berlubuk yang air sangat jernih. Mereka sangat yakin bahwa sisir dan kotak
tembakau itu adalah milik mereka yang hanyut pada saat mereka sudah selesai mandi di
atas sungai yang mengalir di dalam perut gua itu, tetapi hingga hari ini belum pernah ada
orang yang mencoba menelusuri terowongan yang dilewati oleh air sungai tersebut,
mungkin alasannya ialah mengingat terowongannya sangat kecil lubangnya.
Semenjak mereka menemukan sisir dan kotak tembakau milik mereka maka
mereka pun menyampaikan hal tersebut kepada beberapa orang penduduk daerah Kuta
Buluh. Akhirnya semua penduduk yang berdomisili di daerah itu percaya dan
mengetahui bahwa air sungai kecil yang mengalir melalui perut gua Lliang Dahar ke
luar di desa Bakerah.
Di dalam perut Gua Liang Dahar itu belum pernah ada orang yang menemukan
binatang buas seperti harimau, singa, maupun beruang atau ular. Demikianlah informasi
yang dapat diterimadari orang yang pernah berkunjung ke gua tersebut. Yang mereka
dapat lihat di sana adalah hewan atau binatang seperti kalong, wallet, dan kelelawar
yang bergantungan di langit–langit gua. Hal ini menandakan bahwa ular, harimau, tikus,
ataupun babi hutan tidak ada yang ingin masuk ke dalam perut gua tersebut menurut
cerita orang yang sering berburu babi hutan ke sekitar mulut gua bahwa anjing mereka
sedang mengejar babi hutan tersebut, maka tidak ada seekor babi hutan pun yang berlari
masuk untuk berlindung masuk ke dalam perut gua.
Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa situasi ataupun keadaan di dalam
Sinabung dengan Gua Liang Dahar hanya tiga kilometer, kaki Gunung Sinabung
tersebut penuh dengan kekayuan (hutan belantara). Hutan tersebut ada terdapat di
binatang liar dan buas, antara lain harimau sering ke luar dari hutan tersebut hendak
memakan ternak penduduk desa. Kejadian tersebut sering terjadi di waktu malam
maupun di siang hari hewan primata, seperti monyet, siamang, beruk, dan lainnya akan
dapat ditemukan dengan jumlah yang banyak. Demikian juga rusa, unggas, dan melata.
Di dalam perut gua tidak ada tumbuhan yang tumbuh, tetapi di sekeliling mulut
dan luar gua ada banyak tumbuhan semak.
3.4 Pengembangan
Sebagaimana kita dapat mengetahuinya bahwa Gua Liang Dahar mempunyai
karakteristik yang menarik serta unik. Gua itu dapat dikatakan menarik dan unik karena
tidak akan kita temukan gua sebesar itu di Indonesia, maupun di luar negeri. Untuk itu
perlu kiranya dilakukan pengembangan dengan cara pemugaran.
Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh para pakar di bidang
kepari-wisataan bahwa untuk mengembangkan suatu objek wisata kita harus memikirkan
perangkat keras dan perangkat lunak yang dapat menunjang kelajiman objek wisata
tersebut dengan sarana lunak dan sarana keras yang sudah memadai dan menunjang
kepentingan para pengunjung, maka arus wisatawan dari manca negara dan domestik
akan bertambah laju.
Umpamanya jalan yang menghubungkan desa Lau Buluh dengan Gua Liang
Dahar harus dibangun sehingga dapat dilalui oleh kendaraan bermotor baik yang roda
dua ataupun roda empat dan demikian juga jalan dari atas gua melalui mulut gua, dan
Dengan demikian para wisatawan pun akan merasa nyaman untuk menyelusurinya,
tetapi kalau situasi ataupun keadaan sekarang bila kita berpergian dari desa Lau Buluh
menuju mulut gua maka pakaian kita yang menutupi lutut hingga pergelangan kaki akan
menjadi basah, karena bila diwaktu pagi hari air hujan maupun kabut yang berada di
daun rumput yang merupakan pagar jalur tersebut belum kering. Air hujan dan kabut
yang berada di daun rumput akan kering bila ada sinar matahari hingga pukul sepuluh
pagi. Hal tersebut juaga serupa akan dialami pada saat kita mengikuti jaln ke dasar gua
dari mulut gua. Artinya sebelum bergeak menuju ke dalam gua terlebih dahulu ada
perasaan hati yang tidak menyenangkan di dalam hati.
Untuk itu perlu kiranya peremajaan dengan memperbaiki sarana jalan dari desa
Lau Buluh hingga dasar perut gua. Sarana perangkat lainnya juga perlu diperhatikan,
antara lain hotel atau penginapan di desa Lau Buluh, karena bagi orang yang berkunjung
ke gua itu selama ini bermalam di koa Berastagi. Keadaan ini membuat para wisatawan
was–was dengan waktu, karena harus pulang hari, sementara orang belum selesai atau
puas untuk melihat lihat keadaan ruangan gua, mereka harus sudah pulang mengingat
waktu yang selalu bergeser dan tidak pernah menunggu kita. Bayangkan saja kalau
wisatawan bermalam di Berastagi tentu sudah banyak waktu yang terpakai di perjalanan.
Dan satu hal lagi yang tidak kurang penting nilainya ialah rumah makan, karena
bila ada seseorang yang malas membawa perlengkapan makan siang ke gua itu, maka
bisa banyak masalah yang muncul, antara lain pada saat mereka ke luar dari perut gua
sudah terasa lapar dan membeli makanan akhirnya tidak ada rumah makan.
Jadi untuk menanggulangl masalah serupa ini harus juga dibangun rumah makan
kita harus mempunyai dasar tentang perencanaan. Sebagaimana Tarigan (2004)
menjelaskan bahwa sesuatu hal yang tidak dimulai dengan suatu perencanaan yang
mapan, maka tujuan tidak akan dapat menemukan hasil yang baik selain menyatakan
bahwa perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan serta memilih langkah–langkah
yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Di lain hal dapat diketahui bahwa
perencanaan akan berbeda dengan tujuan yang berbeda pula
Bila kita lihat secara umum maka maksud suatu perencanaan adalah sangat
rumit. Supaya perencanaan kita dapat dijadikan sebagai suatu perencanaan di wilayah
objek wisata di Lau Buluh, maka kita harus juga memehami lokasi dengan baik. Jadi
untuk menentukan suatu perencanaan tentang pembangunan/ pengembangan objek
wisata sebagaimana dimaksud untuk Gua Liang Dahar, maka kita harus dapat
menga-nalisis kondisi gua tersebut pada masa sekarang ini, dan dari data tersebut kita akan
BAB IV
POTENSI GUA LIANG DAHAR
4.1 Sebagai Objek Wisata di Kabupaten Karo
Sebagaimana kita telah mengetahuinya bahwa Gua Liang Dahar adalah suatu
tempat yang sangat unik serta menarik, karena tidak ada hal yang serupa dapat kita
ditemukan di Indonesia maupun di luar negeri. Memang namanya, gua bisa saja kita
temukan di beberapa tempat di Indonesia, tetapi bila dikatakan gua sebesar Gua Liang
Dahar akan tidak ada.
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab terdahulu bahwa gua tersebut berada
900 meter di atas permukaan laut serta di lingkungan yang indah. Gua terletak di pinggir
hutan rimba yang termasuk ke bahagian kaki gunung berapi yang masih aktif, yaitu
gunung Sinabung.
Lokasi objek wisata ini mempunyai potensi yang baik untuk menambah devisa
negara secara umum dan pendapatan daerah pada khususnya. Adapun alasan untuk
menyatakan hal tersebut berhubung jarak dari kota turis Berastagi ke Gua Liang Dahar
tidaklah jauh, yaitu tiga puluh tujuh stengah kilo meter saja bila kita ingin pergi ke sana
tanpa melalui kota kabanjahe. Bila kita melihat arus wisatawan ke Berastagi, maka
sangat banyak jumlahnya berhubung jarak antara kota medan dengan berastagi hanya
enam puluh empat kilometer saja, selanjutnya perlu kita ketahui bahwa di Berastagi
sudah banyak dibangun hotel dengan berbagai kategori, yaitu dari yang tidak berbintang
sampai dengan yang berbintang lima sekalipun. Jadi hal ataupun situasi ini akan dapat
menunjang keadaan gua ling dahar untuk dikunjungi oleh para wisatawan domestik
wisatawan, karena arah ke atas gua ada terdapat hutan yang dapat dijadikan sbagai
lokasi lintas alam.
Salah satu cara agar calon pengunjung tertarik untuk berkunjung ke sana ialah
dengan mempromosikan gua dengan menggunakan tehnik “ key word” yaitu:
o Kayaknya belum pernah pergi ke gua sebelum pergi ke Gua Liang Dahar.
o Jangan meninggal dunia dulu sebelum pergi ke Gua Liang Dahar.
Di sekitar Gua Liang Dahar ada juga banyak terdapat kebun jeruk milik
masyarakat desa Lau Buluh. Di kebun jeruk ini wisatawan diberikan kebebasan untuk
memetik kesukaannya di pohon, walaupun nanti hasil petikannya akan ditimbang
sewaktu meninggalkan kebun, tetapi tidak kalah menariknya bahwa selama pengunjung
berada dilokasi perkebunan jeruk mereka diberi kebebasan untuk memetik serta
memakan jeruk secara cuma–cuma. Kejadian ini bisa saja menarik hati wisatawan untuk
mengunjunginya karena semua kegiatan serupa ini belum pernah dialaminya di
sepanjang hidupnya.
Udara sepanjang perjalanan bila kita berangkat dari kota Berastagi hingga
sampai gua adalah sejuk dan segar. Jadi udara dari desa Lau Buluh ataupun di dalam
perut gua walaupun di waktu siang ataupun malam hari udaranya selalu sejuk.
Potensi lain yang dapat menunjang terhadap ketertarikan para calon wisatawan
ialah bahwa mereka tidak akan kena air hujan biarpun di luar gua turun hujan selama
mereka berada di dalam perut gua mereka juga boleh mandi di sungai yang mengalir di
dasar gua tersebut, tetapi sewaktu mandi mereka harus menggunakan pakaian mandi
seperti mandi di pantai, memang penduduk desa Lau Buluh biasanya mandi telanjang di
Jika para wisatawan ingin menikmati bagaimana tentang kehidupan kelelawar,
kalong, dan walet mereka bisa mengamatinya. Walet akan ke luar dari langit–langit gua
pada waktu subuh dan kembali ke sarang di waktu sore hari, kalong dan kelelawar akan
ke luar dari perut gua melalui mulut gua di waktu sore hari dan kembali sebelum subuh
Jadi untuk menikmati kegiatan burung wallet, kelelawar, dan kalong, maka mereka perlu
berada di dalam perut gua semalaman, yaitu masuk setelah azhar dank e luar pada esok
harinya. Dengan demikian mereka dapat melihat ke luar dan masuknya ke tiga jenis
burung yang merupakan penghuni tetap Gua Liang Dahar.
Dengan demikian dapat kita pastikan bahwa gua liang dahar yang berada di desa
Lau Buluh mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk dikunjungi oleh wisatawan
domestik maupun manca negara.
Di lain kesempatan di desa Payung, para wisatawan bisa juga menikmati sungai
besar yang airnya cukup hangat untuk dijadikan tempat mandi dan di pinggiran sungai
tersebut ada beberapa tempat yang bisa dijadikan sebagai tempat merebus telur ayam
ataupun telur bebek. Air ini berasal dari kaki gunung Sinabung dan ke luar di pinggiran
sungai tersebut dan air inilah yang bercampur dengan air sungai sehingga dapat
membuat air sungai menjadi hangat.
Artinya di atas gua Liang Dahar maksudnya di atas atap gua tersebut rumputnya
tidak begitu lebat sehingga bisa juga dijadikan sebagai lapangan untuk berkemah. Dari
atas atap gua kita dapat memandang ke daerah lainnya karena tempat ini sangat tinggi,
yaitu merupkan bagian atas kaki gunung Sinabung.
Jadi benar bahwa tempat ini sangat mempunyai potensi untuk dijadikan sebagai
domestik dan manca Negara. Selanjutnya gua itu dapat meningkatkan devisa negara
Indonesia secara umum dan pendapatan daerah pada khususnya.
4.2 Sebagai Industri Wisata di Kabupaten Karo
Sebagaimana dapat kita ketahui bahwa Negara Indonesia dalam kurun waktu
tertentu, dicabik–cabik oleh konflik para elite politik, dan sadar atau tidak sadar situasi
ini tentu saja dapat menjadikan rakyat bingung dan susah. Sebagai dampaknya iklim
usaha pun mendapat dampak yang tidak menententu. Konflik dan benturan pun terus
meram-bat sampai ke akar segala sektor. Intinya: rasa damai jadi terusik. Dampaknya
sudah jelas, tak banyak lagi wisatawan dari mancanegara (wisman) yang mau datang ke
Indo-nesia, khususnya dalam bentuk rombongan (group). Bahkan, di Berastagi yang
jadi salah satu barometer pariwisata untuk daerah propinsi Sumatera Utara pun, kini
tampak sepi wisman. Padahal dahulu hampir di setiap jalan–jalan utama, hotel, objek
wisata yang tidak jauh dari kota Berastagi, bahkan di kawasan–kawasan tertentu, atau di
took souvenir akan selalu dijumpai wisman dari berbagai Negara Amerika, Eropah,
Afrika, dan Asia; ditambah dengan wisatawan domestik.
Di lain hal dapat juga kita simak bahwa pola pikir yang ada adalah, pariwisata
yang tergantung pada situasi aman, kondisi damai di lingkungan suatu negara. Maka,
sudah saatnya pola pikir ini dibalik, yakni bagaimana pariwisata bisa dimunculkan untuk
dikedepankan sebagai salah satu faktor utama demi mewujudkan atau menghadirkan
suasana yang damai dan nyaman. Istilah menterengnya, menjadikan pariwisata sebagai
industri perdamaian, hal ini adalah mengingat Berastagi di Sumatera Utara, Yogja di
Dalam arti yang sempit, pariwisata merujuk pada aktifitas atau praktek untuk
melakukan perjalanan untuk kepentingan penyegaran diri pribadi, untuk pendidikan atau
bersenag–senang. Dalam arti yang luas, pariwisata adalah bisnis menyediakan informasi,
transportasi, akomodasi, dan pelayanan lainnya bagi para pejalan. Industri perjalanan
dan pariwisata terbentuk dari perusahaan yang menyediakan pelayanan untuk semua tipe
perjalan, baik pejalan untuk yang melakukan perjalanan untuk kepentingan bisnis atau
untuk bersenang–senang.
Pariwisata sekarang ini berdiri kokoh di hampir semua negara di dunia, dari
negara yang pegunungan yang tinggi seperti tibet, sampai ke negara di hutan Amazon
seperti di Brasil. Apakah kawasanya merupakan kawasan reruntuhan peradaban kuno,
pegunungan, hutan, atau pantai, pembangunan pariwisata pada akhirnya merupakan
suatu keharusan yang tidak dapat dihindari.
Keuntungan pariwisata secara ekonomi tidak bisa diabaikan. Menurut persatuan
bangsa–bangsa, pariwisata internasional naik tiga kali lipat sejak 1967, menyumbangkan
13 persen dari semua perdagangan luar negeri. Kurang lebih 15 persen dari pendapatan
ini dibelanjakan di negara yang sedang membangun.
Keuntungan pariwisata secara ekonomi paling nyata terlihat dalam masalah
ketenagakerjaan. Pariwisata menyediakan pekerjaan bagi karyawan hotel, pengemudi
taksi, pemandu wisata, pekerja konstruksi, penghibur, karyawan restoran, dan pekerja
bidang transportasi lainnya. Banyak dari pekerjaan seperti ini tidak akan tersedia jika
pariwisata dikembangkan. Sebagai contoh, jika pengemudi taksi di Fiji tidak dapat
mengangkut pengujung ke hotel, mereka mungkin sama sekali tidak akan mempunyai
Di samping masalah ketenagakerjaan, pariwisata juga menghasilkan pendapatan
yang menguntunkan penduduk lokal dengan meningkatkan aktivitas perekonomian.
Pajak yang dibayar oleh wisatawan membantu pemerintah lokal mendanai pendidikan,
pemeliharaan kesehatan, dan pelayanan lainnya.
Uang yang dibelanjakan oleh para pejalan di hotel atau restoran dipergunakan
untuk membayar gaji karyawan dan menopang bisnis lainnya. Akhirnya, uang yang
diterima tadi dipergunakan untuk membeli makanan, pakaian, dan produk serta
pelayanan lainnya oleh para karyawan tersebut, dan ini merupakan keuntungan lanjutan
secara ekonomi.
Berdasarkan statistik yang disusun oleh departemen pariwisata dan transportasi
di Negara adi kuasa, Amerika Serikat, yaitu USTTA (United States Transportation and
Tourism Administration), pariwisata adalah industri eceran ke tiga terbesar di Amerika.
Pada 48 negara bagian dan kawasan AS lainnya, pariwisata merupakan salah satu dari
tiga industri utama. Taman negara bagian, taman nasional,dan taman–taman yang
dikelola oleh swasta serta kawasan–kawasan perkemahan adalah tempat utama yang
paling banyak dikunjungi wisatawan di Amerika Serikat. Taman–taman hiburan (dengan
membayar) adalah daya tarik paling utama. Jembatan Golden Gate di San Fransisco
umpamanya adalah salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat
domestic maupun dari luar. Negara bagian Amerika yang paling banyak menerima
wisa-tawan di United states of Amerika adalah California, Hawai, Florida, dan New York.
Pariwisata adalah faktor ekonomi utama pada banyak negara yang sudah maju.
Menurut Organisasi Pariwisata Dunia, 90 persen seluruh pendapatan dari sektor
Untuk mendukung industri pariwisata yang tumbuh dengan subur, bandara harus
dibangun atau diperluas untuk menampung pesawat–pesawat Jet, dan fasilitas wisatawan
lainnya seperti hotel, restoran, dan kawasan rekreasi harus dibangun untuk menampung
para pengunjung. Kerangka fasilitas dan sistem yang dibutuhkan untuk mendukung
industri pariwisata dinamakan infrastruktur pariwisata. Khususnya di negara yang
sedang membangun, pembangunan infrastruktur pariwisata dapat mempunyai dampak
yang mendalam terhadap sosial, budaya, dan lingkungan.
4.3 Dampak Psikologi Wisata di Kabupaten Karo
Bila kita tinjau dari sudut pandang psikologi wisata ke potensi yang ada pada
Gua Liang Dahar maka dapatlah kita temukan bahwa dampak pembangunan pariwisata
negatif pada banyak negara yang sedang membangun. Sebuah contoh ditemukan di
Po-lynesia Prancis, sebuah negara kecil di Pasifik selatan yang terdiri dari Tahiti serta gugus
kepulauan Taumotu. Polynesia Prancis ini adalah teritorial Prancis yang mempunyai
pemerintah sendiri. Hasil perkebunan kelapa pernah merupakan komoditi perdagangan
yang menguntungkan, tetapi permintaan akan kelapa turun drastis pada 1960-an.
Untuk mendukung serta membantu perekonomian daerah tingkat II Kabupaten
Karo maka perlu kiranya para pemimpin yang berkecimpung dalam dinas
kepariwisa-taan Kabupaten Karo mendirikan badan resmi untuk mendukung dan mempromosikan
pembangunan hotel dan menyedia-kan insentif keuangan bagi bisnis–bisnis yang
berhu-bungan dengan pariwisata padda umumnya dan padda khususnya di Gua Liang dahar.
Dengan menyetujui untuk memperkerjakan paling sedikit lima tenaga kerja lokal,
sebuah hotel dapat beroperasi dengan fasilitas bebas pajak selama dua tahun. Setelah itu,
bisnis jenis lainnya. Pemerintah juga menawarkan tingkat pinjaman bunga ren-dah untuk
hotel–hotel baru yang dibangun.
Untuk melihat ke negeri luar bias kita temukan tentang insentif yang menarik
banyak pengembang dari Eropa, Amerika, dan Jepang, dan dengan cepat pulau ini
dipenuhi oleh resor hotel dan kondominium. Akomodasi jenis ini memungkinkan Tahiti
dan pulau–pulau lainnya seperti Moorea, Bora–Bora, dan Raiatca, menjadi tuan rumah
dari tiga juta pengunjung yang datang kesana tiap tahunnya. Uang yang dibelanjakan
oleh tiap wisatawan ini mengakibatkan penigkatan tajam taraf hidup penduduk setempat,
memungkinkan para penduduk asli kawasan polinesia membeli barang–barang produksi
negara barat seperti mesin pendingin, televisi, dan mobil. Pajak yang dibayar oleh tamu
hotel menyediakan uang yang cukup membangun sekolah, klinik, dan pabrik
pembang-kit tenaga listrik.
Bersamaan dengan menyebarnya modernisasi diseluruh pulau–pulau tersebut,
orang–orang Polinesia mengalmi perubahan derastis. Bahkan di kawasan yang paling
terpencil sekalipun, hampir setiap desa sekarang ini hampir mempunyai video dan
televisi. Kombinasi unik pakaian ala barat dan gaya berpakian penduduk setempat dapat
dilihat diseluruh pelosok negara. Di pulau–pulau lainnya penduduk setempat seringkali
menggunakan tas dari plastik untuk berbelanja sebagai pakaian atau sebagai topi. Di
pelabuhan Papeete, wanita Tahiti dapat dilihat mengenakan pakaian tradisional pareo–
dikenakan melilit pada rok dan BH gaya Eropa.
Mengendarai sepeda motor atau mobil dengan kecepatan tinggi menjadi sesuatu