• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Gua Liang Dahar Sebagai Objek Wisata di Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Potensi Gua Liang Dahar Sebagai Objek Wisata di Kabupaten Karo"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI GUA LIANG DAHAR

SEBAGAI OBJEK WISATA

DI KABUPATEN KARO

KERTAS KARYA

DIKERJAKAN

O L E H

BOY SUKANDI 052204079

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NONGELAR DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN

(2)

Potensi Gua Liang Dahar Sebagai Objek Wisata

di Kabupaten Karo

Kertas Karya

dikerjakan oleh

Boy Sukandi 052204079

Pembimbing,

Drs. Gustanto, M.Hum. NIP 131837557

Kertas karya ini diajukan kepada ketua departemen pariwisata program pendidikan nongelar di Fakultas Sastra USU Medan melengkapi salah satu syarat untuk menamatkan diploma III dalam program studi pariwisata.

UNIVERSITAAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR PROGRAM STUDI PARIWISATA

DALAM BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN

(3)

Pengesahan

Diterima oleh:

Panitia Ujian Program Pendidikan Nongelar Sastra dan Budaya Fakultas Sastra

Tanggal :

Hari :

Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas sastra

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D. NIP 132098531

Panitia ujian:

No. Nama Keterangan Tanda Tangan

1. Drs. Gustanto, M.Hum. (Ketua Jurusan) ………...

2. Drs. Mukhtar Majid, S.Sos. (Sekretaris Jurusan) ………

3. Drs. Gustanto, M.Hum. (Pembimbing) ………

(4)

DISETUJUI OLEH:

PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2008

MEDAN, …………. MARET 2008 PROGRAM STUDI PARIWISATA KETUA,

(5)

ABSTRAK

Kertas karya ini berjudul Potensi Gua Liang Dahar sebagai objek wisata. Penulis dalam kertaas karya ini membicarakan potensi yang dapat dikembangkan terhadap Gua Liang Dahar agar bias menjadi terkenal dan dikunjungi oleh masyarakat banyak, yaitu wisatawan dari mancanegara maupun wisatawan domestik. Perut gua ini sangat luas (ada yang kecil dan ada yang besar). Yang amat besar ruanganannya adalah terdapat tiga bahagian, yaitu satu luasnya 500m bujur sangkar, ke dua ada luasnya 400m bujur sangkar, dan yang ke tiga luasnya 300m bujur sangkar. Di samping yang tiga ini masih ada terdapat beberapa ruas yang ukurannya tidak mencapai ratusan meter bujur sangkar. Di dasar gua atau boleh dikatakan di lantai gua tersebut ada sungai kecil yang mengalir ke desa Bakerah melalui suatu terowongan yang pas untuk dialiri oleh sungai kecil tersebut. Hari-harinya gua tersebut dihuni oleh kalong, kelelawar, dan burung wallet. Para pengunjung hanya bias berjalan kaki dari desa Lau Buluh hingga mulut gua tersebut. Jarak bias ditempuh selama 30 menit. Dari Kabanjahe jaraknya ada 37 km ke desa Lau Buluh.

Penelitian ini menggunakan teknik lapangan. Data diperoleh dari beberapa orang informan yang dianggap sudah memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai sumber

informasi. Laporan penelitian ini terdiri atas 39 halaman.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena Dia telah

mem-berikan kesehatan, pengetahuan, dan kesempatan untuk menyelesaikan kertas karya ini

yang dapat dijadikan sebagai salah satu kelengkapan syarat untuk menyelesaikan

studi-nya di Jurusan Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1.Dekan Fakultas Sastra USU, Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D. atas fasilitas yang tersedia,

2.Ketua Jurusan Pariwisata, Drs. Gustanto, MHum yang juga dalam kesempatan ini

sebagai dosen pembimbing atas penulisan kertas karya ini, serta bantuan lainnya yang

berkaitan dengan penyelesaian perkuliahan di Jurusan Pariwisata. Penulis yakin dan

percaya bahwa tanpa kesabarannya untuk membimbing penulis untuk mengadakan

penelitian, maka kertas karya ini tidak bias selesai seperti yang lihat sekarang.

2.Sekretaris, Drs. Mukhtar Majid, S.Sos dan pegawai, Dra. Adri, Jurusan Pariwisata atas

segala kemurahan yang diberikan kepada penulis selama kuliah di fakultas Sastra.

3.Hazed Djoeli sebagai dosen/ dosen pembimbing kami pada saat kuliah lapangan, dan

juga sudah bersenang hati untuk menjelaskan kepada kami dunia travel dan wisata.

4.Seluruh dosen yang sudah bersenang hati untuk menuangkan sebahagian ilmu mereka

kepada kami selama perkuliahan sedang berlangsung.

5.Kedua Orangtua, Kakak dan Adik, serta Saudara Bungsu saya yang tak pernah merasa

bosan memberikan dorongan spiritual dan material selama ini.

6.Seluruh teman sekelas yang juga sudah berbaik hati selama ini.

Penulis juga sadar bahwa tulisan ini belum sempurna, tetapi sesuai dengan ilmu

kepariwisataan yang dia miliki serta waktu yang diperoleh untuk menulisnya, maka bila

ada di sana-sini pembaca temukan yang kurang tepat demi kelengkapan/ kesempurnaan

tulisan ini penulis akan sangat senang sekali untuk menerimanya.

Medan, …. Maret 2008 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

1.2 Alasan Memilih Judul

1.3 Masalah

2.5 Kepariwisataan dan Pembangunan Nasional

6

4.1 Sebagai Objek Wisata di Kabupaten Karo

4.2 Sebagai Industri Wisata di Kabupaten Karo

4.3 Dampak Psikologi Wisata di Kabupaten Karo

32

1. Daftar Riwayat Hidup Penulis 2. Peta Kabupaten Karo

3. Gambar Gua Liang Dahar

(8)

ABSTRAK

Kertas karya ini berjudul Potensi Gua Liang Dahar sebagai objek wisata. Penulis dalam kertaas karya ini membicarakan potensi yang dapat dikembangkan terhadap Gua Liang Dahar agar bias menjadi terkenal dan dikunjungi oleh masyarakat banyak, yaitu wisatawan dari mancanegara maupun wisatawan domestik. Perut gua ini sangat luas (ada yang kecil dan ada yang besar). Yang amat besar ruanganannya adalah terdapat tiga bahagian, yaitu satu luasnya 500m bujur sangkar, ke dua ada luasnya 400m bujur sangkar, dan yang ke tiga luasnya 300m bujur sangkar. Di samping yang tiga ini masih ada terdapat beberapa ruas yang ukurannya tidak mencapai ratusan meter bujur sangkar. Di dasar gua atau boleh dikatakan di lantai gua tersebut ada sungai kecil yang mengalir ke desa Bakerah melalui suatu terowongan yang pas untuk dialiri oleh sungai kecil tersebut. Hari-harinya gua tersebut dihuni oleh kalong, kelelawar, dan burung wallet. Para pengunjung hanya bias berjalan kaki dari desa Lau Buluh hingga mulut gua tersebut. Jarak bias ditempuh selama 30 menit. Dari Kabanjahe jaraknya ada 37 km ke desa Lau Buluh.

Penelitian ini menggunakan teknik lapangan. Data diperoleh dari beberapa orang informan yang dianggap sudah memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai sumber

informasi. Laporan penelitian ini terdiri atas 39 halaman.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu Negara di Asia yang sedang berkembang. Indonesia

adalah suatu negara kesatuan yang berbentuk republik. Negara Indonesia mempunyai

banyak Daerah Tingkat I Propinsi, salah satu di antaranya adalah Sumatera Utara.

Daerah Propinsi tersebut masih mempunyai beberapa daerah Tingkat II yang disebut

Kabupaten, dan salah satu Daerah Tingkat II yang ada di wilayah Propinsi Sumataera

Utara adalah disebut Kabupaten Karo. Daerah Kabupaten Tingkat II Karo ini masih

mempunyai beberapa Wilayah Kecamatan, dan salah satu Kecamatan di Kabupaten

Karo disebut Kecamatan Kutabuluh. Gua Liang Dahar terletak di salah satu desa di

lingkungan wilayah Kecamatan Kutabuluh, yang diberi nama Laubuluh.

Desa Laubuluh terletak di atas permukaan laut sembilan ratus meter. Desa

Laubuluh mempunyai wilayah seluas 20,58 km2. Masyarakat yang berdomisilidi desa

Laubuluh mempunyai lahan untuk bertani pada tanah darat atau kering. Mereka tidak

mempunyai lahan basah untuk bersawah. Masyarakat desa Laubuluh mempunyai

penghasilan dari fanili, cengkeh, kemiri, coklat, jagung, padi, tomat, dan cabe. Desa

Laubuluh mempunyai penduduk sebanyak sembilan ratus delapan puluh tujuh jiwa yang

terdiri dari seratus enam puluh rumah tangga. Tingkat kepadatan penduduknya addalah

empat puluh delapan setiap satu kilometer.

Wilayah Kecamatan Kutabuluh tersebut berbatasan sebagai berikut:

di sebelah Utara berbatasan dengan daerah Kabupaten Langkat,

(10)

di sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecmatan Payung, dan

di sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Laubaleng.

Desa Laubuluh terletak di sebelah Barat mempunyai jarak sejauh empat

kilometer dari kantor kecamatan, dan tiga puluh tujuh kilometer dari Ibukota Kabupaten

Karo, Kabanjahe. Transportaasi yang tersedia dari Kabanjahe ke desa Laubuluh adalah

bus yang berkapasitas tiga puluh satu penumpang. Lama perjalanan dari Kabanjahe ke

desa Laubuluh adalah memerlukan tiga puluh menit dengan tiket seharga Rp5.000.

setiap satu orang untuk satu kali jalan. Jika wisatawan inging berkunjung ke Gua Liang

dahar maka biaya tiket dalam satu jalan adalah sebanyak Rp13.000. karena jarak dari

kota Medan adalah seratus dua belas km. Untuk setiap harinya, bus akan berangkat dari

desa Laubuluh ke Kabanjahe mulai pada pukul enam pagi, dan yang paling akhir

berangkat adalah pukul tujuh belas petang, sedangkan dari Kabanjahe bus mulai

berangkat pada pukul tujuh tiga puluh di waktu pagi, dan akan berakhir pada pukul

sebilan belas di waktu petang. Bila ada wisatawan yang ingin kemali ke Medan dari

Kabajhae maka pengangkuta akan berakhir pada pukul dua puluh dua di waktu malam,

dan dari Medan ke Kabanjahe dimulai pada pukul lima pagi.

1.2 Alasan Memilih Judul

Kabupaten Karo adalah salah satu daerah objek wisata di Propinsi Sumatera

Utara yang sangat banyak dikunjungi oleh wisatawan dari mancanegara maupun bagi

wisatawan domestik. Daerah Kabupaten Karo terkenal dengan alamnya yang

mempunyai cuaca sejuk, buah-buahan yang segar, iklim yang bersahabat, serta

masyarakat yang ramah. Sepanjang pengetahuan penulis kertas karya ini bahwa judul ini

(11)

wisataan, termasuk mahasiswa yang sudah menyelesaikan studinya di bidang

kepari-wisataan. Gua Liang Dahar ini dapat dikatakan sebagai salah satu daerah yang tidak

kurang pentingnya untuk dikenalkan atau diperomosikan kepada masyarakat luas, sebab

lokasi ini dapat dikatakan tidak ada duanya di Indonesia maupun di dunia. Berkenaan

dengan hal tersebut di atas maka dengan mengingat bahwa penulis sebagai salah seorang

warga Indonesia secara umum dan sebagai salah seorang putra daerah Karo khususnya

serta juga mempunyai kesempatan untuk membicarakan daerah yang unik ini sangat

tertarik untuk menulisnya yang juga merupakan kertas karya sebagai laporan akhir untuk

menyelsaikan tugas sebagai salah seorang mahasiwa pariwisata di fakultas sastra USU.

Di lain pihak judul ini dapat dikatakan sebagai salah satu topic yang baru dan menarik.

1.3 Masalah

Ada pepatah mengatakan bahwa ‘karena tak kenal maka tak sayang’. Pernyataan

ini berlaku untuk objek wisata yang ada di Kabupaten Karo, Gua Liang Dahar. Tempat

ini tidak dikunjungi oleh banyak wisatawan karena mereka belum mengenal ataupun

mengetahuinya. Jadi penulis kertas karya ini yakin dan percaya bahwa daerah opjek

wisata yang tidak kalah uniknya dari daerah objek wisata lainnya kurang dikunjungi

oleh para wisatawan ialah dikarenakan tidak dikenal oleh masyarakat luas. Dengan

demikian maka yang merupakan masalah dalam hal ini ialah Gua Liang Dahar belum

dikenal oleh masyarakat luas, baik itu domestik maupun manca Negara. Penulis sangat

yakin bahwa di kemudian hari Gua Liang Dahar akan dikunjungi oleh banyak wisatawan

domestik dan manca Negara apabila objek wisata ini sudah dapat dikenalkan kepada

(12)

1.4 Batasan Pembahasan

Bilka kita, berbicara dengan istilah potensi maka sangat luas sekali yang hendak

dibicarakan. Sehubungan dengan luasnya pengertian atas makna kata potensi tersebut

maka penulis kertaas karya dalam kertas karya ini akan memberikan batasan pembatasan

penulisan yang meliputi dalam hal mengenalkan, betapa uniknya, serta rencana

pembenahan Gua Liang Dahar sebagai salah satu objek wisata yang sangat menarik

kepada orang yang akan membaca laporan kertas karya ini, serta mendeskripsikan

daerah tersebut serta memberikan suatu rancangan untuk memugar lokasi tersebut dan

juga melihat kemungkinan keuntungan yang akan dapat diperoleh melalui daerah

tersebut apabila sudah padat atau banyak pengunjungnya.

1.5 Tujuan Penulisan

Laporan penulisan yang sudah berbentuk kertas karya ini diharapkan akan

sangat banyak manfaatnya bagi mereka yang belum pernah mendengar serta mengetahui

lokasi objek wisata yang berada di desa Laub uluh dengan nama Gua Liang Dahar.

Mahasiswa program pariwisata yang akan membaca kertas karya ini juga dapat

mempedomani kertas karya ini agar dapat mengenalkan daerah objek wisata yang belum

dikenal orang banyak. Sesudah daerah objek wisata ini dikenal oleh orang banyak maka

para wisatawan akan berminat untuk mengunjungi tempat ini. Juga bagi mereka yang

bekerja di Pemerintahan Kabupaten Karo, khususnya di bidang kepariwisataan akan

dapat mengetahui berapa ruginya daerah seunik ini belum digunakan sebagai salah satu

objek wisata yang dapat menarik perhatian wisatawan sehingga dapat menambah

(13)

1.6 Metode Penulisan

Teknik penulisan yang diterapkan untuk menulis kertas karya ini ialah suatu

penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif, dan teknik pengumpulan data ialah melalui

penelitian lapangan, yaitu semua data diambil di lapangan melalui beberapa informan.

Teknik kepustakaan juga digunakan dalam peenelitian ini, tapi hanya sebagai pedoman

untuk melaksakan kegiatan di lapangan. Jadi untuk pengumpulan data yang diperlukan

diperoleh dari beberapa informan yang berdomisili di desa Lau Buluh. Para informan

yang ditentukan ialah mereka yang sudah memenuhi persyaratan untuk dijadikan

sebagai sumber informasi tentang Gua Liang Dahar tersebut.

Para informan sudah cukup tua dan dianggap mengetahui banyak tentang

keberadaan Gua Liang Dahar. Jika ditentukan informan ada yang masih muda, maka

dianggap dia tidak mempunyai pengetahuan tentang keberadaan Gua Liang Dahar

(14)

BAB II

PARIWISATA SECARA TEORITIS

2. 1 Pariwisata

Foster (2000) mengatakan bahwa pariwisata pada umumnya adalah hanya untuk

orang kaya saja. Dia memberikan contoh orang yang berdarmawisata adalah orang

Yunani yang kaya, demikian juga para artis ibukota, mereka pergi ke pinggir pantai yang

jauh dari kota, mereka ingin meninggalkan kehidupan kota untuk selama liburan, karena

pada umumnya mereka capek dengan kehidupan kota.

Foster (2000) menyatakan bahwa para wisatawan berdarmawisata dengan tiga

cara, yaitu melalui darat (mobil), bus pariwisata, atau kereta api; melalui udara (pesawat

udara), dan melalui laut (kapal laut).

Foster (2000) menyatakan bahwa asal usul terjadinya pariwisata adalah dengan

ditemukannya alat transportasi, yaitu hingga kepesawat ulang alik, jadi sejak adanya

penemuan alat transportasi ini tadi, maka mulai lah timbul inspirasi manusia untuk

berpergian dengan tujuan perdagangan, teknologi, dan pendidikan. Jadi perjalanan itu

untuk perdagangan, eksplorasi, pengetahuan atau hanya sekedar bersenang senang saja.

Memang sebelum ditemukannya alat transportasi dengan teknologi tinggi

terszebut, sebenarnya manusia yang pertama disebut suku NOMADIK, mereka sudah

sering berpergian untuk berburu, jadi tujuan utama suku Nomadik untuk berburu adalah

untuk keperluan kebutuhan hidup dan memuaskan hati (senang).

Jadi sesuai dengan pendapat Foster (2000) bahwa Gua Liang Dahar dapat

dijadikan sebagai salah satu objek wisata, karena orang kota akan tertarik pergi ke sana

(15)

dilihat oleh wisatawan beraneka ragam hal menarik, dan selama di gua akan dapat

mereka rasakan kebebasan dari kehidupan kota. Hanya saja pada saat sekarang ini para

wisatawan hanya bisa berpergian ke gua dengan menggunakan alat transportasi roda

empat hingga desa Lau Buluh, dan dari desa Lau Buluh kita harus menempuhnya

dengan berjalan kaki selama setengan jam(30 menit).

Dapat kita ketahui bahwa Colombus, Robinson Crusoe, dan yang lain sangat

senang berdarmawisata pada abad ke 15, sekarang ini yang sangat terkenal

pengang-kutan laut untuk berdarmawisata adalah kapal pesiar yang mewah yaitu kapal cruiser.

Menurut sejarah keperiwisataan bahwa pertama kali diluncurkan dikawasan

Utara Eropah ialah pada tahun 7000 SM yang berangkat dari kota TUNDRA. Tetapi di

Mesir pada tahun 3500 SM mereka gunakan binatang sebagai alat transportasi untuk

berdarmawisata.

Ross (1998) mengatakan bahwa gambaran yang muncul dalam pemikiran dalam

wisatawan adalah tentang tempat tujuan pariwisata yang digunakan atau dikunjungi oleh

wisatawan, dan untuk dapat dipastikan bahwa yang dikunjungi ialah suatu tempat yang

menarik saja. Selanjutnya Ross (1998) menegaskan bahwa situasi dan kondisi tempat

tujuan berdarmawisata aialah menjadi suatu peranan yang sangat penting sebagai daya

tarik wisatawan yang dimaksud oleh Ross (1998) mengenai situasi dan kondisi, sudah

jelas bahwa tidak ada para calon wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi salah satu

objek wisata apabila masyarakat di sekitar tidak bersahabat.

Jadi untuk mengembangkan suatu objek wisata bisa menawan hati para calon

wisatawan dan membenahi diri termasuk di dalamnya ialah masalah keamanan dan

(16)

Hakim (2004) mengatakan bahwa yang dia pedomani dari Oxford England

Dictionary tahun 1811 bahwa kata wisata berasal dari kata TOURISM. Tourism berarti

suatu perjalanan untuk mengisi waktu luang. Dapat dikatakan bahwa nenek moyang

Yunani dan Romawi juga sering mengadakan perjalanan dari negeri sendiri ke negara

lain untuk mencari tempat–tempat indah di Eropah atau Uniterania. Jadi untuk mengisi

waktu luang dengan berpergian, baik itu lama atau tidak sudah termasuk berdamawisata,

maksudnya waktu luang secara umum bukan saja “WEEKEND”, melainkan walaupun

lebih dari satu minggu atau lebih satu bulan atau juga termasuk waktu luang karena bisa

digunakan untuk berlibur sudah dapat dikatakan bahwa kepergian tersebut adalah

merupakan kegiatan berdarmawisata.

Hakim (2004) mengatakan bahwa orang pertama yang membuat perjalanan

wisata ialah seorang warga perancis yang bernama Airneri De Picand. Bukunya yang

pertama dia terbitkan ialah tentang perjalanannya ke Sepanyol pada tahun 1130.

selan-jutnya Hakim (2004) mengemukakan bahwa semenjak tahun 1948 masalah

kepariwisa-taan sudah mulai berkembang dengan pesat.

2. 2 Objek Wisata

Gua yang sudah merupakan objek wisata dan sudah cukup dikenal oleh

wisatawan domestic beserta sedikit dari mancanegara di Indonesia adalah Gua Lalai di

Jawa Barat. Wisatawan asing dan domestic mengunjungi gua ini untuk melihat sekitar 2

juta kelelawar yang ke luar dari gua pada senja hari; Gua Pamijahan di Tasik

Malaya-Jawa Barat yang dikunjungi oleh para wisatawan pada hari-hari tertentu saja, yaitu bagi

kaum muslim untuk sembahyang; Gua selarong di Yokjakarta yang keadaannya sangat

(17)

Karang Bolong di Jawa Tengah yang bentuknya sangat tinggi dan curam dan gua ini

terkenal karena sarang wallet yang banyak terdapat di sana; Gua Selok di Jawa Tengah

yang memiliki nilai keagamaan yang penting dan digunakan untuk bertapa dan

sembahyang; Gua Istana Taman Nasional Alas Purwo di Jawa Timur yang masih

mempunyai satwa liar untuk dikembangkan di samping dapat digunakan sebagai tempat

sembahyang dan bertapa; Gua Lawah Kelungkung yang suatu candi penting dibangun di

sekitar gua tersebut sedangkan bahagian dalam dihuni oleh codot fajar; Gua Giri Putri

Nusa Penida yang cukup besar yang di dalamnya terdapat banyak kala cemeti, jengkrik,

kelelawar, ddan kepiting endemik. Jadi bila kita bandingkan semua gua ini tadi dengan

Gua Liang Dahar di desa Lau buluh Kabupaten Karo di Propinsi Sumatera Utara maka

di samping ada persamaan akan dapat dilihat perbedaan besar dalam keunikannya, yaitu

di dalamnya banyak juga terdapat kelelawar, kalong, dan wallet. Di lain pihak di dasar

gua ada juga terdapat sungai mkecil yang ke luar di desa lain. Ruangan besar ada

terdapat tiga lokasi dan beberapa ruang kecil lainnya. Hanya saja gua ini belum dikenal

para wisatawan karena belum diinformasikan atau diperomosikan olehPemerintah

daerah. Dan juga belum ada pemugaran untuk peremajaannya, serta ditambah dengan

factor penunjang lainnya.

2. 3 Industri Pariwisata

Negara Indonesia dalam kurun waktu tertentu, dicabik–cabik oleh konflik para

elite politik. Situasi tentu saja dapat menjadikan rakyat bingung dan susah. Iklim usaha

pun mendapat dampak yang tidak menententu. Konflik dan benturan pun terus

meram-bat sampai ke akar segala sektor. Intinya: rasa damai jadi terusik. Dampaknya sudah

(18)

Indo-nesia, khususnya dalam bentuk rombongan (group). Bahkan, di Berastagi yang jadi

salah satu barometer pariwisata untuk daerah propinsi Sumatera Utara pun, kini tampak

sepi wisman. Padahal dahulu hampir di setiap jalan–jalan utama, hotel, objek wisata

yang tidak jauh dari kota Berastagi, bahkan di kawasan–kawasan tertentu, atau di took

souvenir akan selalu dijumpai wisman dari berbagai Negara (Amerika, Eropah, Afrika,

dan Asia; ditambah dengan wisatawan domestik.

Selama ini, pola pikir yang ada adalah, pariwisata yang tergantung pada situasi

aman, kondisi damai di lingkungan suatu negara. Maka, sudah saatnya pola pikir ini

dibalik, yakni bagaimana pariwisata bisa dimunculkan untuk dikedepankan sebagai

salah satu faktor utama demi mewujudkan atau menghadirkan suasana yang damai dan

nyaman. Istilah menterengnya, menjadikan pariwisata sebagai industri perdamaian, hal

ini adalah mengingat Berastagi di Sumatera Utara, Yogja di jawa, dan Bali terpilih

sebagai taman perdamaian pada tahun 2006.

Sebagaimana dapat kita ketahui bahwa melalui pariwisata semua aspek dengan

kehidupan manusia bisa ditanggulangi (to be solved). Hal ini dapat kita mulai dari bisnis

pengangkutan udara, penginapan berupa losmen, motel, hotel, bisnis kerajinan tangan,

makanan, jasa pemandu wisatawan, atraksi menarik yang ditampilkan di desa–desa akan

dapat dinikmati oleh para wisatawan mancanegara maupun domestic dan sebaliknya

akan dapat memberikan untung kepada negara Indonesia pada umumnya, serta bagi

pemerintah daerah pada khususnya, ditambah dengan masyarakat desa itu sendiri secara

langung.

Bila gagasan dan realisasi perdamaian melalui pariwisata tersebut ditarik ke

(19)

indahnya hasil yang dapat kita nikmati. Kita, masyarakat Indonesia layak berkaca pada

Negara tetangga tetangga, sebut saja thailand. Di negara gajah tersebut, konflik elite

politik sering terjadi, kudeta, dan pergantian pucuk pimpinan daerah sudah bukan barang

baru, termasuk pertentangan militer dan sipil. Akan tetapi, rakyat di sana tetap solid.

Rakyat dapat menjadi penonton yang baik, dan wisatawan asing pun terus mengalir ke

sana. Artinya, biarlah elite politik “berseteru” namun pariwisata tetap meneguhkan

komitmen dan keberadaannya sebagai industri perdamaian.

Pengertian pariwisata sebagai suatu industri masih dalam perdebatan di antara

para pakar pariwisata. Christienll (1985) berkata: “Tourism is a difficult phenomena to

describe. We have trouble the idea of a tourism industry”.

Gambaran pariwisata sebagai suatu industri diberikan hanya untuk

menggam-barkan apa sebenarnya arti pariwisata itu, dengan demikian dapat memberikan yang

lebih jelas. Jadi ide tersebut sebenarnya memberikan istilah “industri pariwisata” yang

lebih banyak bertujuan untuk memberikan daya tarik politis dan ekonomi. Salah satu

kekuatan pariwisata tidak lain adalah pengaruhnya terhadap ekonomi multiplier yang

ditimbulkan pada daerah taman wisata yang dikunjungi oleh wisatawan, baik itu wisman

ataupun domestik.

Kelihatannya semua sangat ideal, hal itu sengaja diciptakan untuk mendapatkan

dukungan politis tadi, tujuannya untuk pengelolaan dan pemasaran pariwisata. Tetapi

penyebutan pariwisata sebagai suatu industri justru menjadi bumerang, menjadi sumber

kelemahan, karena pariwisata terlalu banyak ditangani oleh berbagai pihak dan juga

(20)

nomor klasifikasi seperti dikatakan oleh Robert Christiemill dan alias M. Morisson : “

There is no Standard Industrial Classiffication number for tourism” sebenarnya dari

sudut pandang politis ide memberi istilah “tourism industry” ingin memberi peluang

untuk memperlihatkan kepada orang banyak bahwa pariwisata memberi dampak positif,

karena menjadi katalisator dalam pembangunan. Ingin menjadi tanggung jawab kita

semua.

Dalam buku- buku kepariwisataan luar negeri menyebutkan pariwisata sebagai

suatu industri (walau kadang–kadang juga menggunakan istilah tour and travel

industry) namun bagi kita di Indonesia istilah yang dipakai tourism industry. Tetapi ada

yang menyebutnya sebagai tourist industry. Penulis lebih setuju, bila kita menggunakan

istilah industri pariwisata dengan istilah tourism industry, karena kalau tourist industry

konotasi seakan–akan industri wisatawan.

Paket liburan, atau lebih dikenal dengan sebutan wisata paket atau cukup wisata

saja, merupakan segmen penting dalam dunia industri perjalanan. Di Inited States of

America umpamanya, penjualan wisata dapat menghasilkan 18 millyar dollar setiap

tahunnya. Kebanyakan wisata paket diatur oleh pemasuk wisata dan dijual kepublik

melalui agen perjalanan kecil. Menurut sebuah survei industri pada tahun 1922 sampai

1999 dapat kita ketahui bahwa 98% atau hampir seluruh agen perjalanan indenpenden

dengan pelayanan minimum.

Pada tahun 1991, penjualan wisata merupakan 44 persen dari semua penjualan

paket perjalanan untuk bersenang–senag dan 21 persen dari semua pendapatan agen

perjalanan bagi sejumlah tempat tujuan, termasuk Las Vegas, kepulauan Bahama,

(21)

Paket liburan yang sederhana memberikan keuntungan bagi agen perjalanan dan

di samping bagi perjalannya sendiri. Memesan paket wisata ini tidak memerlukan

banyak waktu dibandingkan dengan sejumlah komponen kegiatan perjalanan berbeda

seperti pemesanan tiket penerbangan, transfer bandar, dan akomodasi. Biro perjalanan

mendapat komisi dari masing-masing komponen wisata.pada sejumlah kasus, komisi

wisata lebih tinggi dibandingkan komisi standar dari maskapai penerbangan dan hotel.

Lebih jauh, beragam paket wisata yang tersedia yang memungkinkan agen perjalanan

memesankan paket wisata bagi sebagian keperluan pelanggan.

Seorang pelanggan yang membeli satu paket wisata mengetahui di depan

sebagian besar biaya yang harus dikeluarkan. Pada banyak kasus, biaya total wisata

lebih kecil dibandingkan dengan total biaya masing–masing komponen. Sebuah paket

wisata juga membantu mengurangi ketidaknyamanan dan kekuatan yang kadang–kadang

dialami oleh pejalan yang baru pertama berpergian ke luar negeri.

Wisata khusus mewakili segmen industri pariwisata yang tumbuh paling pesat

ragam wisata yang tersedia adalah untuk kelompok–kelompok khusus seperti pecinta

olah raga, pencinta alam, dan wisata dipenuhi oleh iklan menawarkan kegiatan mendaki,

melihat burung, safari menyelam, memancing, bersepeda, dan sejumlah daftar dan

berkesudahan jenis wisata khusus lain.

Kata wisata, sebagaimana digunakan dalam industri perjalanan, dapat menunjuk

pada liburan paket atau wisata yang dipandu oleh pemandu. Bila sebuah wisata

menunjuk pada paket liburan, maka wisata tersebut dapat merupakan jenis perjalanan

yang dirancang dan dibayar sebelumnya dikombinasikan dengan dua atau lebih

(22)

bandara, akomodasi, dan kegiatan–kegiatan tertentu.transfer di bandara merujuk pada

transportasi antara bandara dan hotel. Komponen yang termasuk kedalam biaya wisata

dinamakan inklusif.

Wisata multi komponen dapat dikelasifikasikan kedalam dua kelompok wisata

paket dan wisata khusus. Wisata paket adalah jenis wisata yang telah diatur sebelumnya

oleh pemasok wisata dan kemudian dijual melalui biro perjalanan kecil. Wisata khusus

adalah jenis wisata yang dirancang, apakah oleh agen perjalanan atau oleh pemasok

wisata, untuk memenuhi kebutuhan khusus seorang pelanggan.

Banyak cara untuk menjual pariwisata, tergantung apa maunya.Untuk Kabupaten

Karo, sebenarnya sudah banyak dimunculkan gagasan–gagasan untuk menjual berbagai

macam paket wisata, seperti wisata budaya, wisata alam, wisata konveksi,dan lain–lain.

Namun tatkala krisis dan muncul isu tak aman, paket–paket itu jadi tak banyak berarti.

Sehingga tatkala gagasan menggarap paket wisata industri di Kabupaten.Karo banyak

pihak masih ragu–ragu. Apakah bisa? Industri yang mana? Kalau wisata kerajinan,

mungkin masih bisa diterima, karena Kabupaten Karo memang gudangnya aneka

kerajinan. Tapi bila kita berbicara soal industri, mungkin perlu dijabarkan lebih konkrit

aplikasinya. Industri di Kabupaten Karo kenyataannya, berorientasi pada industri

menengah dan kecil saja. Hampir tak ada industri skala berat di Kabupaten Karo. Maka,

kalau memang mau diangkat potensi industri di Kabupaten Karo (Gua Liang Dahar)

untuk dirangkai dalam satu paket wisata, bisa saja, sejati dikedepankan adalah industri

yang berciri khas, atau punya spesifikasi khusus.

Sentra industri bisa dikemas sebagai suatu alternatif wisata jalur wisata. Di

(23)

di daerah pedesaan, yang dapat menjadi salah satu pendukung sebagai daerah tujuan

wisata. Karena banyak wisatawan khususnya wisatawan mancanegara tertarik ke satu

kota wisata, bukan hanya lantaran daerahnya yang masih alami, namun juga keunikan

proses produksinya, yang mungkin masih dikerjakan berdasarkan keterampilan tangan

serta teknologi yang relatif sederhana. Apabila sentra industri kecil ini dapat dijadikan

objek wisata alternatif, tentunya akan menunjang program pariwisata di Kabupaten Karo

dan akhirnya akan memperpanjang lama tinggal wisatawan di Medan.

2. 4 Penunjang Kepariwisataan

Keselamatan dan keamanan di lingkunagan objek wisata adalah merupakan hal

pokok untuk menyajikan berbagai pengalaman wisata yang bermutu serta yang

dipadankan dengan dasar–dasar keselamatan dan keamanan, adalah merupakan harapan

para wisatawan di daerah tujuan wisata.

Sektor terkait yang menunjang pariwisata ialah :

- Transportasi,

- olah raga,

- pedagang,

- dan lain–lain yang dapat berakibat,

- masih terbatasnya standart keselamatan pada gedung–gedung/ bangunan–bangunan

pariwisata, misalnya : terhadap bahaya api, kesalahan mesin konstruksi, kurang

antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya gempa, dan lain–lain,

- kurang memadainya senitisi dan kurangnya kepedulian terhadap lingkungan yang

(24)

- kurang perlindungan terhadap tindakan–tindakan melawan hukum kejahatan, dan

perusakan fasilitas wisata,

- penipuan dalam usaha dagang,

- kontrak–kontrak yang tidak tuntas, serta

- pemogokan–pemogokan tenaga kerja.

Pengunjung mandiri dapat melakukan suatu tindakan yang dapat

menimbul-kan masalah, baik bagi keselamatan dan keamanan dirinya sendiri maupun terhadap

orang–orang yang menerima mereka, penyebabnya dapat terjadi hal–hal, seperti:

• Kecelakaan yang menimpa wisatawan pada saat berolah raga aktifitas mereka

selama bersantai dengan kendaraan bermotor dan atau hal–al yang menyangkut

makanan dan minuman.

• Kondisi kesehatan wisatawan yang tidak fit sebelumnya yang mungkin memburuk

selama berpergian.

• Prilaku dan sikap wisatawan terhadap penduduk dan atau tata krama setempat.

• Perbuatan ilegal dan kriminal tertentu, misalnya : pengedaran obat–obat terlarang.

• Kunjungan ke tempat–tempat benbahaya.

• Kehilangan barang bawaan, dokum en, uang dan lain–lain yang disebabkan oleh

kelainan.

Resiko alam dan lingkungan dapat terjadi bilamana pelaku perjalanan:

• Tidak memahami ciri–ciri khas lingkungan alam suatu daerah tujuan dan kurang

(25)

• Tidak siap secara medis misalnya divaksinasi sebelum berangkat dan menyiapkan

obat penyakit ayam.

• Tidak hati–hati terhadap makanan dan kebiasaan–kebiasaan ksehatan lainnya.

• Tidak bisa menghindari situasi genting, misalnya bencana alam, penyakit menular,

dan lain–lain yang muncul dari keadaan lingkungan fisik dan resiko yang

ditimbul-kan oleh keadaan alam dan lingkungan hidup lainnya kadang–kadang dapat menjadi

resiko pribadi (individual risks) bukan karena keinginan mengambil resiko, tetapi

karena ketidaksiapan wisatwan.

Untuk hidup dengan pengalaman–pengalaman baru dan pada waktu yang sama

ingin merasa aman, hal ini merupakan kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan tersebut

akan terasa sekali, apabila seseorang sedang berpergian, terutama berpergian ke luar

negeri, jika dibandingkan dengan berwisata di dalam negeri.

Hampir semua unsur pariwisata harus berurusan baik dengan organisasi

pariwi-sata tingkat pusat maupun daerah. Namun demikian ada beberapa tahapan keselamatan

dan keamanan wisatawan yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Yang

berwe-nang di bidang pariwisata yang dapat memacu pningkatan kerjasama yang lebih baik di

tingkat daerah dengan menyiapkan langkah–langkah keselamatan dan keamanan

pariwi-sata tingkat nasional.

Koordinasi menjadi faktor utama dalam menyusun suatu sistem keselamatan dan

keamanan pariwisata, yaitu dengan melibatkan antara lain :

1. Badan–badan pemerintah dan departemen–departemen terkait dengan masalah ini.

(26)

3. Wakil–wakil industri pariwisata, dan

4. Media massa

Untuk melaksanakan fungsi koordinasi ini perlu dibentuk suatu Badan Pariwisata

Nasional yang akan mengorganisasikan sautu komite Nasional Keselamatan dan

Keama-nan Wisatawan. Kadang–kadang koordinasi hanya dilakukan antara sesama badan–

badan pemerintah.

Namun untuk sektor pariwisata, perlu dibentuk lembaga lintas sektoral yang di

dalamnya duduk wakil–wakil pemerintah dan swasta kalangan pariwisata, mengingat

banyak keputusan dan langkah–langkah yang harus diputuskan oleh pihak swasta.

Sebaiknya keanggotaannya dalam Lembaga Keselamatan dan Keamanan Pariwisata itu

meliputi:

• Departemen yang menangani pariwisata.

• Kepolisian Negara.

• Imigrasi.

• Kehakiman.

• Bea cukai.

• Perhubungan.

• Kesehatan.

• Departemen Luar Negeri.

• Perthanan dan Keamanan.

• Asosiasi usaha penerbangan dan transportasi.

(27)

• Asosiasi usaha perjalanan.

• Perwakilan usaha perjalanan dan usaha pariwisata lainnya.

• Kelompok–kelompok konsumen.

• Kelompok usaha pengecer.

• Pusat–pusat riset dan dokumentasi keselamatan dan keamanan pariwisata.

Berkaitan pula dengan masalah–masalah keselamatan dan keamanan wisatawan

menyangkut Dewan Pariwisata Nasional, maka departemen yang menangani pariwisata

seyogyanya:

• Menupayakan dan menyelenggarakan pertemuan–pertemuan.

• Mengkoordinasikan pekerjaan–pekerjaan dewan.

• Menyiapkan dana dewan jika dibutuhkan.

• Mengevaluasi laporan–laporan yang masuk.

• Mempersiapkan saran–saran.

• Memantau terus saran–saran tersebut.

Bagi negara berkembang, salah satu di antaranya adalah negara Republik

Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan budaya yang unik dan tinggi

industri wisata merupakan suatu sumber pemasukan devisa yang penting. Saat ini, data

perjalanan dunia menyebutkan bahwa satu dari lima orang wisatawan internasional dari

negara maju, melakukan perjalanan menuju negara berkembang. Angka tersebut berarti

menunjukkan pertumbuhan jika dibandingkan pada 1970-an. Saat itu hanya satu dari

tigabelas dari negara maju yang melakukan perjalanan wisata ke negara berkembang.

(28)

Kamboja, Mesir, Thailan, Turki, dan Vietnam. Sementara di wilyah Karibia, arus

wisatawan menuju Kuba meningkat lebih dari lima kali lipat pada tahun 1990.

2. 5 Kepariwisataan dan Pembangunan Nasional

Sebelum mendiskusikan arti penting dan hubungan antara ekonomi dan wisata,

sangat penting untuk mengetahui dimensi-dimensi wisata. Sehingga, akan diperoleh

pemahamn yang jelas antara pengaruh dimensi-dimensi tersebut, dalam kaitannya

dengan isu ekonomi suatu kawasan destinasi wisata.

Mill (1990) mendiskusikan bahwa dimensi–dimensi wisata antara lain terdiri atas

atraksi, fasilitas, transportasi, dan keramahan. Dalam pariwisata, dimensi–dimensi

tersebut menjadi faktor yang menentukan tingkat komperatif penyelanggaraan dan

destinasi wisata. Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik, karena seringkali atau

dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan masa atau waktu tertentu.Biasanya,

seringkali tidak dapat ditiru oleh distinasi-distinasi di tempat lain. Atraksi selalu menarik

orang untuk datang ke dalam sebuah kawasan tujuan wisata, meskipun dimensi lainnya

seperti fasilirtas, tranportasi, dan keramah-tamahan destinasi sangat kurang .Di Jawa,

contoh terbaik untuk kasus ini adalah festival Kasodo di Pegunungan Tengger. Fewstival

yang hanya terjadi sekali dalam satu tahun ini dilakukan di pegunungan Tengger dengn

satu ekstrem dan memerlukan “perjuangan” untuk mencapai pegunungan tersebut.

Namun, tantangan ini tidak menyurutkan semangat pengunjung untuk menyaksikan

fesival Kasodo. Selain menikmati atraksi Kasodo, pengunjung masih dapat menikmati

matahari terbit atau matahari tenggelam yang dapat dinikmati di puncak Gunung Bromo.

Atraksi dapat berdasarkan sumber daya alam, budaya, etnisitas, negara

(29)

bentangan panati berpasir putih, air terjun, bentang padang rumput, dan pegunungan,

hutan, sungai, gua, fauna, dan yang lainnya merupakan andalan utama sebuah destinasi

wisata. Setidaknya, sumber daya alam dan kekayaan hayati yang melimpah dan

menak-jubkan itu, telah menarik orang–orang Eropa untuk melakukan ekspedisi kepulau–pulau

yang berada di Indonesia.

Gua merupakan bahagian dari landscape yang menarik dan telah lama

mengundang minat manusia untuk mengunjungi gua. Kekayaan gua di pulau Jawa dan

Bali diperkirakan sebanyak 1000 gua dan sekitar 200 gua saat ini telah dipetakan.

Banyak gua telah digunakan sebagai bagian dari atraksi yang menarik oleh pemerintah

daerah sebagai pengganti destinasi hutan tropic karena kondisi dan pembatasan ekologi

di wilayah administratifnya. Sangat menarik bahwa issue-isue yang menyertai

wisatawan untuk mengunjungi gua sangat berkaitan dengan masalah budaya dan

ritual-ritual dibandingkan dengan menikmati pesona flora dan fauna di sekitar dan di dalam

gua. Meskipun pada kenyataannya kekayaan flora-fauna di sekita ddan di dalam gua

sangat unik dan menarik untuk ditampilkan sebagai atraksi wisata. Bagi sebahagian

kalangan wisatawan, berwisata menyelusuri gua sangat berguna untuk menguji

kemampuan fisik, keberanian, dan mengungkap hal-hal baru yang tidak pernah diketahui

(30)

BAB III

GUA LIANG DAHAR

3.1 Sejarah

Sesuai informasi yang diberikan oleh para informan bahwa gua liang dahar

bukan buatan manusia. Gua tersebut sudah ada semenjak dahulu kala. Satu orang

anggota masyarakat Karo pada umumnya dan penduduk desa Lau Buluh pada khususnya

tidak mengetahui kapan gua itu serta asal usulnya, hanya informasi yang dapat diperoleh

bahwa gua tersebut semasa penjajahan kolonial belanda di Indonesia, para masyarakat

suku Karo banyak yang pergi ke perut gua itu hendak berlindung. Berhubung mulut gua

serta di atas tanah yang merupakan atap gua yang banyak tumbuh kayu dan semak maka

tentara kolonial Belanda tidak dapat melihat mereka bersembunyi di perut gua walaupun

tentara Belanda menggunakan teropong dari dalam pesawatnya.

Masyarakat Karo dapat bertahan amat lama di dalam gua tersebut, karena segala

kebutuhan sehari–hari ada tersedia di dalamnya. Artinya beras dan kayu api bisa

disim-pan di dalamnya air untuk mandi dan memasak bisa diambil di sungai kecil yang

mengalir di dalamnya

Pada jaman penjajahan kolonial Belanda di Indonesia penduduk desa Lau Buluh

hanya berjumlah lebih kurang dua puluh kepala keluarga, dan pada umumnya anggota

masyarakat suku Karo tidak akan ada masalah walau mereka hidup dalam gua besar

tersebut, mereka menganggap bahwa gua itu adalah pemberian tuhan kepada mereka

sebagai pengganti rumah mereka. Jadi selama mereka berada di dalam perut gua tersebut

tidak pernah mengalami masalah walaupun hari hujan di waktu siang dan malam hari,

(31)

masalah. Karena atap gua tersebut termasuk amat tebal sehingga aman dari ancaman

hujan walaupun sangat deras sekali. Demikian juga melalui mulut gua pun belum pernah

ada air hujan yang masuk dengan jumlah yang banyak.

Sesudah Indonesia mendapat kemerdekaan dari pemerintah kolonial Belanda

masyarakat suku Karo cenderung untuk membangun rumah yang besar agar bisa dihuni

oleh beberapa kepala keluarga. Rumah yang paling besar biasa dibangun untuk dua

belas kepala rumah tangga, jenis rumah sebesar ini memang tidak seberapa jumlahnya,

tetapi yang paling banyak ditemukan di hampir setiap desa di Kabupaten Tingkat II Karo

adalah jenis rumah adat yang dihuni oleh delapan kepala rumah tangga. Jenis lain adalah

adalah rumah adat yang berisikan enam kepala keluarga, dan empat kepala keluarga.

Memang masyarakat suku Karo cinta terhadap demokrasi dan gotong royong .

3.2. Geografis

Gua Liang Dahar terletak di sebelah timur laut desa Lau Buluh. Jarak antara desa

Lau Buluh dengan Gua Liang Dahar adalah lebih kurang satu kilometer. Jarak ini

biasanya dapat ditempuh dengan jalan kaki selama lima belas menit oleh penduduk desa

Lau Buluh tersebut, tetapi bagi orang yang belum biasa berjalan di atas tanah yang

biasanya disebut jalan tikus mungkin bisa ditempuh selama tiga puluh menit.

Yang dimaksud dengan jalan tikus ialah jalan yang kiri kanannya dibatasi oleh

rumput dan lalang yang tingginya kira-kira delapan puluh sentimeter. Jalan tikus

tersebut hanya dapat dilewati oleh manusia dengan berjalan kaki walaupun ada orang

yang ingin bersepeda ataupun mengendarai sepeda motor, maka jalan tersebut tidak

mendukung dan di sekitar Gua Liang Dahar ada ladang masyarakat penduduk desa Lau

(32)

dengan bersepeda, dan hasil ladang mereka diangkat dengan tenaga manusia, jadi

walaupun ada mereka yang memiliki gerobak yang ditarik oleh lembu ataupun kerbau

mereka, maka berhubung kondisi jalan tersebut tidak dapat dipergunakan.

Gua Liang Dahar tersebut berada dalam ketinggian sembilan ratus meter di atas

permukaan laut. Bila kita melihat jarak dari kota Medan ke Gua Liang Dahar ada sejauh

seratus dua belas kilometer. Dari kota Kabanjahe ke Gua Liang Dahar adalah sejauh tiga

puluh tujuh kilometer, sedangkan dari desa Kutabuluh yang merupakan ibukota ke

Kecamatannya adalah sejauh empat setengah kilometer.

Gua Liang Dahar berada di antara ladang masyarakat atau boleh juga dikatakan

di bawah ladang masyarakat desa Lau Buluh. Dari desa Lau Buluh ke Gua Liang Dahar

kita akan dapat menempuhnya dengan berjalan kaki dan menuju ke arah Timur Laut.

Lama perjalanan untuk mencapai mulut gua kira-kira 30 menit.

3.3 Keadaan

Mulut Gua Liang Dahar kira-kira mempunyai diameter sepanjang lima belas

meter. Luas Gua Liang Dahar keseluruhannya kira–kira seribu dua ratus meter bujur

sangkar ditambah dengan beberapa lainnya yang kecil atau kira 250m2 bila kita

mengklasifikasikan ruang Gua Liang Dahar tersebut maka dapat dibagi atas tiga

bahagian yang besar, yaitu: satu luasnya kira-kira lima ratus meter bujur sangkar, dua

luasnya empat ratus meter bujur sangakar, dan yang ketiga luasnya tiga ratus meter bujur

sangkar.

Cuaca di dalam Gua Liang Dahar sangat sejuk dan keadaan di dalamnya sangat

gelap walaupun di siang hari, apabila waktu malam hari sekalipun jika kita ingin pergi

(33)

penerangan, yaitu lampu petromak atau senter yang dapat digunakan selama kita berada

di dalam ruangan gua tersebut, dan selain itu kita perlu menyediakan batu bara atau

arang sebagai alat pemanas serta memanggang makanan yang sudah kita persiapkan

sebelumnya.

Pada langit–langit Gua Liang Dahar dapat kita temukan kelelawar dan kalong

yang sedang bergantungan untuk beristirahat dengan jumlah yang sangat banyak.

Kelelawar dan kalong tersebut biasanya ke luar di malam hari melalui mulut gua untuk

mencari makanan. Selain kalong ada juga burung walet pun ada banyak jumlahnya yang

bersarang di langit–langit ruang gua tersebut. Sarang walet tersebut memang agak

mahal harganya bila dijual ke Medan, tetapi berhubung langit–langit itu agak tinggi

maka belum ada orang yang berusaha untuk mengambilnya sementara kalau di kota

medan, Deli Serdang, dan Asahan banyak sekali orang yang membangun gedung

bertingkat–tingkat agar waletnya dapat membangun sarangnya. Tentu saja membangun

gedung bertingkat akan memakan biaya puluhan juta rupiah dan ada juga sampai ratusan

juta rupiah. Dari mulut gua itu kira–kira lima ratus meter dari dasar gua tersebut. Bila

kita memandang ke langit melalui mulut gua maka sinar matahari akan dapat terlihat

sbesar mulut drum saja. Warna cahaya tersebut terlihat sangat indah. Tidak terlalu

sering, ada juga mahasiswa dari Perguruan Tinggi Universitas Sumatera Utara Medan

yang bertamasia ke Gua Liang Dahar tersebut, serta menghabiskan malam hari di dalam

perut gua. Artinya memasuki gua di waktu siang hari dan menghabiskan malam hari di

(34)

Para muda-mudi penduduk desa di wilayah Kabupaten Tingkat II Karo juga

sering berkunjung ke gua itu dengan kegiatan serupa sebagaimana yang di lakukan oleh

para mahasiswa tadi.

Satu atau dua orang wisatawan manca negara juga ada yang berpergian ke dalam

perut gua tersebut. Angka yang pasti tentang jumlah orang yang mengetahuinya tidak

ada, berhubung petugas kepariwisataan dari kantor Bupati Tingkat II Karo belum pernah

ada yang mencatat tentang pemerintah desa Lau Buluh belum ada yang berpikir untuk

mencatat jumlah orang yang berkunjung ke Gua.

Di atas dasar lantai Gua Liang Dahar ada ditemukan tanah kering yang tidak

berupa debu ataupun lumpur disertai dengan bebatuan bila hujan sedang turun maka kita

temukan tumpahan air hujan yang jumlahnya sedikit saja yaitu yang masuk melalui

mulut gua, tetapi tumpahan air hujan yang jatuh di sekeliling mulut gua atapun di atas

gua tidak ada yang mengalir ke dalam perut gua melalui mulut gua. Jadi dengan keadaan

seperti ini bila kita ingin menjelajahi perut gua akan tidak ada masalah yang akan kita

temukan demikian juga untuk mencari tempat untuk membentang kan koran ataupun

sehelai plastik tempat duduk ataupun tikar tidak basah, api unggun pun dapat dipasang

di seluruh lokasi perut gua.

Di dasar gua ada juga terdapat satu sungai kecil, air sungai tersebut kondisinya

sangat bersih dan jernih. Air sungai tersebut sering juga dikonsumsi oleh para

pengunjung dan sepanjang pengetahuan penduduk desa Lau Buluh bahwa belum pernah

ada orang yang mengkonsumsi air sungai yang mengalir melalui perut gua itu

mempunyai suatu keluhan, malah mereka mengkonsumsi air tersebut sebelum dimasak

(35)

menjawab bahwa sewaktu meminumnya terasa segar seperti meminum air masak yang

sudah disimpan di dalam kulkas.

Sesuai dengan informasi yang diperoleh dari informan khusus maupun umum

bahwa mata air sungai kecil tersebut berada di bawah kaki gunung Sinabung memang

tidak ada satu orang pun yang mengetahui dari mana tempat yang pasti tentang

keberadaan mata air tersebut mengalir banyak sekali orang yang memberikan informasi

bahwa air tersebut ke luar di desa Bakerah.

Desa Bakerah terjadi tersebut di sebelah timur gua itu, tetapi jaraknya ada sekitar

tujuh belas kilometer. Alasan mereka mengatakan hal tersebut ialah bahwa tempoh hari

ada beberapa orang penduduk desa Bakerah yang bepergian ke gua tersebut, mereka

kebetulan sering mandi siang di sungai kecil tersebut. Tanpa disengaja salah seorang di

antara mereka mengalami kejatuhan sisir ke dalam sungai itu sehingga mengakibatkan

hanyut.

Satu orang yang lain di antara mereka, dan juga tanpa disengaja setelah dia

selesai menggulung rokok yang daunnya dari nipah, kotak tempat penyimpan tembakau

rokoknya jatuh ke sungai tersebut dan akhirnya hanyut. Untuk kita tidak merasa heran

perlu kita ketahui bahwa sungai itu muncul dari dinding perut gua di sebelah Barat dan

mengalir meninggalkan perut gua ke sebelah Timur melalui dinding perut gua yang

berada di sebelah Timur.

Ceriteranya setelah kira-kira tiga minggu berlalu, mereka yang kehanyutan sisir

dan kotak tembakau tadi pergi berburu babi hutan di wilayah perladangan Bakerah.

Setelah mereka membakar hasil buruannya di pinggir suatu sungai kecil yang

(36)

jeroan hasil buruan mereka tersebut mereka ada yang menemukan sisir dan kotak

tembakau tersebut di dalam lubuk tersebut. Benda tersebut dapat dilihat dari atas sungai

yang berlubuk yang air sangat jernih. Mereka sangat yakin bahwa sisir dan kotak

tembakau itu adalah milik mereka yang hanyut pada saat mereka sudah selesai mandi di

atas sungai yang mengalir di dalam perut gua itu, tetapi hingga hari ini belum pernah ada

orang yang mencoba menelusuri terowongan yang dilewati oleh air sungai tersebut,

mungkin alasannya ialah mengingat terowongannya sangat kecil lubangnya.

Semenjak mereka menemukan sisir dan kotak tembakau milik mereka maka

mereka pun menyampaikan hal tersebut kepada beberapa orang penduduk daerah Kuta

Buluh. Akhirnya semua penduduk yang berdomisili di daerah itu percaya dan

mengetahui bahwa air sungai kecil yang mengalir melalui perut gua Lliang Dahar ke

luar di desa Bakerah.

Di dalam perut Gua Liang Dahar itu belum pernah ada orang yang menemukan

binatang buas seperti harimau, singa, maupun beruang atau ular. Demikianlah informasi

yang dapat diterimadari orang yang pernah berkunjung ke gua tersebut. Yang mereka

dapat lihat di sana adalah hewan atau binatang seperti kalong, wallet, dan kelelawar

yang bergantungan di langit–langit gua. Hal ini menandakan bahwa ular, harimau, tikus,

ataupun babi hutan tidak ada yang ingin masuk ke dalam perut gua tersebut menurut

cerita orang yang sering berburu babi hutan ke sekitar mulut gua bahwa anjing mereka

sedang mengejar babi hutan tersebut, maka tidak ada seekor babi hutan pun yang berlari

masuk untuk berlindung masuk ke dalam perut gua.

Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa situasi ataupun keadaan di dalam

(37)

Sinabung dengan Gua Liang Dahar hanya tiga kilometer, kaki Gunung Sinabung

tersebut penuh dengan kekayuan (hutan belantara). Hutan tersebut ada terdapat di

binatang liar dan buas, antara lain harimau sering ke luar dari hutan tersebut hendak

memakan ternak penduduk desa. Kejadian tersebut sering terjadi di waktu malam

maupun di siang hari hewan primata, seperti monyet, siamang, beruk, dan lainnya akan

dapat ditemukan dengan jumlah yang banyak. Demikian juga rusa, unggas, dan melata.

Di dalam perut gua tidak ada tumbuhan yang tumbuh, tetapi di sekeliling mulut

dan luar gua ada banyak tumbuhan semak.

3.4 Pengembangan

Sebagaimana kita dapat mengetahuinya bahwa Gua Liang Dahar mempunyai

karakteristik yang menarik serta unik. Gua itu dapat dikatakan menarik dan unik karena

tidak akan kita temukan gua sebesar itu di Indonesia, maupun di luar negeri. Untuk itu

perlu kiranya dilakukan pengembangan dengan cara pemugaran.

Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh para pakar di bidang

kepari-wisataan bahwa untuk mengembangkan suatu objek wisata kita harus memikirkan

perangkat keras dan perangkat lunak yang dapat menunjang kelajiman objek wisata

tersebut dengan sarana lunak dan sarana keras yang sudah memadai dan menunjang

kepentingan para pengunjung, maka arus wisatawan dari manca negara dan domestik

akan bertambah laju.

Umpamanya jalan yang menghubungkan desa Lau Buluh dengan Gua Liang

Dahar harus dibangun sehingga dapat dilalui oleh kendaraan bermotor baik yang roda

dua ataupun roda empat dan demikian juga jalan dari atas gua melalui mulut gua, dan

(38)

Dengan demikian para wisatawan pun akan merasa nyaman untuk menyelusurinya,

tetapi kalau situasi ataupun keadaan sekarang bila kita berpergian dari desa Lau Buluh

menuju mulut gua maka pakaian kita yang menutupi lutut hingga pergelangan kaki akan

menjadi basah, karena bila diwaktu pagi hari air hujan maupun kabut yang berada di

daun rumput yang merupakan pagar jalur tersebut belum kering. Air hujan dan kabut

yang berada di daun rumput akan kering bila ada sinar matahari hingga pukul sepuluh

pagi. Hal tersebut juaga serupa akan dialami pada saat kita mengikuti jaln ke dasar gua

dari mulut gua. Artinya sebelum bergeak menuju ke dalam gua terlebih dahulu ada

perasaan hati yang tidak menyenangkan di dalam hati.

Untuk itu perlu kiranya peremajaan dengan memperbaiki sarana jalan dari desa

Lau Buluh hingga dasar perut gua. Sarana perangkat lainnya juga perlu diperhatikan,

antara lain hotel atau penginapan di desa Lau Buluh, karena bagi orang yang berkunjung

ke gua itu selama ini bermalam di koa Berastagi. Keadaan ini membuat para wisatawan

was–was dengan waktu, karena harus pulang hari, sementara orang belum selesai atau

puas untuk melihat lihat keadaan ruangan gua, mereka harus sudah pulang mengingat

waktu yang selalu bergeser dan tidak pernah menunggu kita. Bayangkan saja kalau

wisatawan bermalam di Berastagi tentu sudah banyak waktu yang terpakai di perjalanan.

Dan satu hal lagi yang tidak kurang penting nilainya ialah rumah makan, karena

bila ada seseorang yang malas membawa perlengkapan makan siang ke gua itu, maka

bisa banyak masalah yang muncul, antara lain pada saat mereka ke luar dari perut gua

sudah terasa lapar dan membeli makanan akhirnya tidak ada rumah makan.

Jadi untuk menanggulangl masalah serupa ini harus juga dibangun rumah makan

(39)

kita harus mempunyai dasar tentang perencanaan. Sebagaimana Tarigan (2004)

menjelaskan bahwa sesuatu hal yang tidak dimulai dengan suatu perencanaan yang

mapan, maka tujuan tidak akan dapat menemukan hasil yang baik selain menyatakan

bahwa perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan serta memilih langkah–langkah

yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Di lain hal dapat diketahui bahwa

perencanaan akan berbeda dengan tujuan yang berbeda pula

Bila kita lihat secara umum maka maksud suatu perencanaan adalah sangat

rumit. Supaya perencanaan kita dapat dijadikan sebagai suatu perencanaan di wilayah

objek wisata di Lau Buluh, maka kita harus juga memehami lokasi dengan baik. Jadi

untuk menentukan suatu perencanaan tentang pembangunan/ pengembangan objek

wisata sebagaimana dimaksud untuk Gua Liang Dahar, maka kita harus dapat

menga-nalisis kondisi gua tersebut pada masa sekarang ini, dan dari data tersebut kita akan

(40)

BAB IV

POTENSI GUA LIANG DAHAR

4.1 Sebagai Objek Wisata di Kabupaten Karo

Sebagaimana kita telah mengetahuinya bahwa Gua Liang Dahar adalah suatu

tempat yang sangat unik serta menarik, karena tidak ada hal yang serupa dapat kita

ditemukan di Indonesia maupun di luar negeri. Memang namanya, gua bisa saja kita

temukan di beberapa tempat di Indonesia, tetapi bila dikatakan gua sebesar Gua Liang

Dahar akan tidak ada.

Seperti yang sudah dijelaskan pada bab terdahulu bahwa gua tersebut berada

900 meter di atas permukaan laut serta di lingkungan yang indah. Gua terletak di pinggir

hutan rimba yang termasuk ke bahagian kaki gunung berapi yang masih aktif, yaitu

gunung Sinabung.

Lokasi objek wisata ini mempunyai potensi yang baik untuk menambah devisa

negara secara umum dan pendapatan daerah pada khususnya. Adapun alasan untuk

menyatakan hal tersebut berhubung jarak dari kota turis Berastagi ke Gua Liang Dahar

tidaklah jauh, yaitu tiga puluh tujuh stengah kilo meter saja bila kita ingin pergi ke sana

tanpa melalui kota kabanjahe. Bila kita melihat arus wisatawan ke Berastagi, maka

sangat banyak jumlahnya berhubung jarak antara kota medan dengan berastagi hanya

enam puluh empat kilometer saja, selanjutnya perlu kita ketahui bahwa di Berastagi

sudah banyak dibangun hotel dengan berbagai kategori, yaitu dari yang tidak berbintang

sampai dengan yang berbintang lima sekalipun. Jadi hal ataupun situasi ini akan dapat

menunjang keadaan gua ling dahar untuk dikunjungi oleh para wisatawan domestik

(41)

wisatawan, karena arah ke atas gua ada terdapat hutan yang dapat dijadikan sbagai

lokasi lintas alam.

Salah satu cara agar calon pengunjung tertarik untuk berkunjung ke sana ialah

dengan mempromosikan gua dengan menggunakan tehnik “ key word” yaitu:

o Kayaknya belum pernah pergi ke gua sebelum pergi ke Gua Liang Dahar.

o Jangan meninggal dunia dulu sebelum pergi ke Gua Liang Dahar.

Di sekitar Gua Liang Dahar ada juga banyak terdapat kebun jeruk milik

masyarakat desa Lau Buluh. Di kebun jeruk ini wisatawan diberikan kebebasan untuk

memetik kesukaannya di pohon, walaupun nanti hasil petikannya akan ditimbang

sewaktu meninggalkan kebun, tetapi tidak kalah menariknya bahwa selama pengunjung

berada dilokasi perkebunan jeruk mereka diberi kebebasan untuk memetik serta

memakan jeruk secara cuma–cuma. Kejadian ini bisa saja menarik hati wisatawan untuk

mengunjunginya karena semua kegiatan serupa ini belum pernah dialaminya di

sepanjang hidupnya.

Udara sepanjang perjalanan bila kita berangkat dari kota Berastagi hingga

sampai gua adalah sejuk dan segar. Jadi udara dari desa Lau Buluh ataupun di dalam

perut gua walaupun di waktu siang ataupun malam hari udaranya selalu sejuk.

Potensi lain yang dapat menunjang terhadap ketertarikan para calon wisatawan

ialah bahwa mereka tidak akan kena air hujan biarpun di luar gua turun hujan selama

mereka berada di dalam perut gua mereka juga boleh mandi di sungai yang mengalir di

dasar gua tersebut, tetapi sewaktu mandi mereka harus menggunakan pakaian mandi

seperti mandi di pantai, memang penduduk desa Lau Buluh biasanya mandi telanjang di

(42)

Jika para wisatawan ingin menikmati bagaimana tentang kehidupan kelelawar,

kalong, dan walet mereka bisa mengamatinya. Walet akan ke luar dari langit–langit gua

pada waktu subuh dan kembali ke sarang di waktu sore hari, kalong dan kelelawar akan

ke luar dari perut gua melalui mulut gua di waktu sore hari dan kembali sebelum subuh

Jadi untuk menikmati kegiatan burung wallet, kelelawar, dan kalong, maka mereka perlu

berada di dalam perut gua semalaman, yaitu masuk setelah azhar dank e luar pada esok

harinya. Dengan demikian mereka dapat melihat ke luar dan masuknya ke tiga jenis

burung yang merupakan penghuni tetap Gua Liang Dahar.

Dengan demikian dapat kita pastikan bahwa gua liang dahar yang berada di desa

Lau Buluh mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk dikunjungi oleh wisatawan

domestik maupun manca negara.

Di lain kesempatan di desa Payung, para wisatawan bisa juga menikmati sungai

besar yang airnya cukup hangat untuk dijadikan tempat mandi dan di pinggiran sungai

tersebut ada beberapa tempat yang bisa dijadikan sebagai tempat merebus telur ayam

ataupun telur bebek. Air ini berasal dari kaki gunung Sinabung dan ke luar di pinggiran

sungai tersebut dan air inilah yang bercampur dengan air sungai sehingga dapat

membuat air sungai menjadi hangat.

Artinya di atas gua Liang Dahar maksudnya di atas atap gua tersebut rumputnya

tidak begitu lebat sehingga bisa juga dijadikan sebagai lapangan untuk berkemah. Dari

atas atap gua kita dapat memandang ke daerah lainnya karena tempat ini sangat tinggi,

yaitu merupkan bagian atas kaki gunung Sinabung.

Jadi benar bahwa tempat ini sangat mempunyai potensi untuk dijadikan sebagai

(43)

domestik dan manca Negara. Selanjutnya gua itu dapat meningkatkan devisa negara

Indonesia secara umum dan pendapatan daerah pada khususnya.

4.2 Sebagai Industri Wisata di Kabupaten Karo

Sebagaimana dapat kita ketahui bahwa Negara Indonesia dalam kurun waktu

tertentu, dicabik–cabik oleh konflik para elite politik, dan sadar atau tidak sadar situasi

ini tentu saja dapat menjadikan rakyat bingung dan susah. Sebagai dampaknya iklim

usaha pun mendapat dampak yang tidak menententu. Konflik dan benturan pun terus

meram-bat sampai ke akar segala sektor. Intinya: rasa damai jadi terusik. Dampaknya

sudah jelas, tak banyak lagi wisatawan dari mancanegara (wisman) yang mau datang ke

Indo-nesia, khususnya dalam bentuk rombongan (group). Bahkan, di Berastagi yang

jadi salah satu barometer pariwisata untuk daerah propinsi Sumatera Utara pun, kini

tampak sepi wisman. Padahal dahulu hampir di setiap jalan–jalan utama, hotel, objek

wisata yang tidak jauh dari kota Berastagi, bahkan di kawasan–kawasan tertentu, atau di

took souvenir akan selalu dijumpai wisman dari berbagai Negara Amerika, Eropah,

Afrika, dan Asia; ditambah dengan wisatawan domestik.

Di lain hal dapat juga kita simak bahwa pola pikir yang ada adalah, pariwisata

yang tergantung pada situasi aman, kondisi damai di lingkungan suatu negara. Maka,

sudah saatnya pola pikir ini dibalik, yakni bagaimana pariwisata bisa dimunculkan untuk

dikedepankan sebagai salah satu faktor utama demi mewujudkan atau menghadirkan

suasana yang damai dan nyaman. Istilah menterengnya, menjadikan pariwisata sebagai

industri perdamaian, hal ini adalah mengingat Berastagi di Sumatera Utara, Yogja di

(44)

Dalam arti yang sempit, pariwisata merujuk pada aktifitas atau praktek untuk

melakukan perjalanan untuk kepentingan penyegaran diri pribadi, untuk pendidikan atau

bersenag–senang. Dalam arti yang luas, pariwisata adalah bisnis menyediakan informasi,

transportasi, akomodasi, dan pelayanan lainnya bagi para pejalan. Industri perjalanan

dan pariwisata terbentuk dari perusahaan yang menyediakan pelayanan untuk semua tipe

perjalan, baik pejalan untuk yang melakukan perjalanan untuk kepentingan bisnis atau

untuk bersenang–senang.

Pariwisata sekarang ini berdiri kokoh di hampir semua negara di dunia, dari

negara yang pegunungan yang tinggi seperti tibet, sampai ke negara di hutan Amazon

seperti di Brasil. Apakah kawasanya merupakan kawasan reruntuhan peradaban kuno,

pegunungan, hutan, atau pantai, pembangunan pariwisata pada akhirnya merupakan

suatu keharusan yang tidak dapat dihindari.

Keuntungan pariwisata secara ekonomi tidak bisa diabaikan. Menurut persatuan

bangsa–bangsa, pariwisata internasional naik tiga kali lipat sejak 1967, menyumbangkan

13 persen dari semua perdagangan luar negeri. Kurang lebih 15 persen dari pendapatan

ini dibelanjakan di negara yang sedang membangun.

Keuntungan pariwisata secara ekonomi paling nyata terlihat dalam masalah

ketenagakerjaan. Pariwisata menyediakan pekerjaan bagi karyawan hotel, pengemudi

taksi, pemandu wisata, pekerja konstruksi, penghibur, karyawan restoran, dan pekerja

bidang transportasi lainnya. Banyak dari pekerjaan seperti ini tidak akan tersedia jika

pariwisata dikembangkan. Sebagai contoh, jika pengemudi taksi di Fiji tidak dapat

mengangkut pengujung ke hotel, mereka mungkin sama sekali tidak akan mempunyai

(45)

Di samping masalah ketenagakerjaan, pariwisata juga menghasilkan pendapatan

yang menguntunkan penduduk lokal dengan meningkatkan aktivitas perekonomian.

Pajak yang dibayar oleh wisatawan membantu pemerintah lokal mendanai pendidikan,

pemeliharaan kesehatan, dan pelayanan lainnya.

Uang yang dibelanjakan oleh para pejalan di hotel atau restoran dipergunakan

untuk membayar gaji karyawan dan menopang bisnis lainnya. Akhirnya, uang yang

diterima tadi dipergunakan untuk membeli makanan, pakaian, dan produk serta

pelayanan lainnya oleh para karyawan tersebut, dan ini merupakan keuntungan lanjutan

secara ekonomi.

Berdasarkan statistik yang disusun oleh departemen pariwisata dan transportasi

di Negara adi kuasa, Amerika Serikat, yaitu USTTA (United States Transportation and

Tourism Administration), pariwisata adalah industri eceran ke tiga terbesar di Amerika.

Pada 48 negara bagian dan kawasan AS lainnya, pariwisata merupakan salah satu dari

tiga industri utama. Taman negara bagian, taman nasional,dan taman–taman yang

dikelola oleh swasta serta kawasan–kawasan perkemahan adalah tempat utama yang

paling banyak dikunjungi wisatawan di Amerika Serikat. Taman–taman hiburan (dengan

membayar) adalah daya tarik paling utama. Jembatan Golden Gate di San Fransisco

umpamanya adalah salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat

domestic maupun dari luar. Negara bagian Amerika yang paling banyak menerima

wisa-tawan di United states of Amerika adalah California, Hawai, Florida, dan New York.

Pariwisata adalah faktor ekonomi utama pada banyak negara yang sudah maju.

Menurut Organisasi Pariwisata Dunia, 90 persen seluruh pendapatan dari sektor

(46)

Untuk mendukung industri pariwisata yang tumbuh dengan subur, bandara harus

dibangun atau diperluas untuk menampung pesawat–pesawat Jet, dan fasilitas wisatawan

lainnya seperti hotel, restoran, dan kawasan rekreasi harus dibangun untuk menampung

para pengunjung. Kerangka fasilitas dan sistem yang dibutuhkan untuk mendukung

industri pariwisata dinamakan infrastruktur pariwisata. Khususnya di negara yang

sedang membangun, pembangunan infrastruktur pariwisata dapat mempunyai dampak

yang mendalam terhadap sosial, budaya, dan lingkungan.

4.3 Dampak Psikologi Wisata di Kabupaten Karo

Bila kita tinjau dari sudut pandang psikologi wisata ke potensi yang ada pada

Gua Liang Dahar maka dapatlah kita temukan bahwa dampak pembangunan pariwisata

negatif pada banyak negara yang sedang membangun. Sebuah contoh ditemukan di

Po-lynesia Prancis, sebuah negara kecil di Pasifik selatan yang terdiri dari Tahiti serta gugus

kepulauan Taumotu. Polynesia Prancis ini adalah teritorial Prancis yang mempunyai

pemerintah sendiri. Hasil perkebunan kelapa pernah merupakan komoditi perdagangan

yang menguntungkan, tetapi permintaan akan kelapa turun drastis pada 1960-an.

Untuk mendukung serta membantu perekonomian daerah tingkat II Kabupaten

Karo maka perlu kiranya para pemimpin yang berkecimpung dalam dinas

kepariwisa-taan Kabupaten Karo mendirikan badan resmi untuk mendukung dan mempromosikan

pembangunan hotel dan menyedia-kan insentif keuangan bagi bisnis–bisnis yang

berhu-bungan dengan pariwisata padda umumnya dan padda khususnya di Gua Liang dahar.

Dengan menyetujui untuk memperkerjakan paling sedikit lima tenaga kerja lokal,

sebuah hotel dapat beroperasi dengan fasilitas bebas pajak selama dua tahun. Setelah itu,

(47)

bisnis jenis lainnya. Pemerintah juga menawarkan tingkat pinjaman bunga ren-dah untuk

hotel–hotel baru yang dibangun.

Untuk melihat ke negeri luar bias kita temukan tentang insentif yang menarik

banyak pengembang dari Eropa, Amerika, dan Jepang, dan dengan cepat pulau ini

dipenuhi oleh resor hotel dan kondominium. Akomodasi jenis ini memungkinkan Tahiti

dan pulau–pulau lainnya seperti Moorea, Bora–Bora, dan Raiatca, menjadi tuan rumah

dari tiga juta pengunjung yang datang kesana tiap tahunnya. Uang yang dibelanjakan

oleh tiap wisatawan ini mengakibatkan penigkatan tajam taraf hidup penduduk setempat,

memungkinkan para penduduk asli kawasan polinesia membeli barang–barang produksi

negara barat seperti mesin pendingin, televisi, dan mobil. Pajak yang dibayar oleh tamu

hotel menyediakan uang yang cukup membangun sekolah, klinik, dan pabrik

pembang-kit tenaga listrik.

Bersamaan dengan menyebarnya modernisasi diseluruh pulau–pulau tersebut,

orang–orang Polinesia mengalmi perubahan derastis. Bahkan di kawasan yang paling

terpencil sekalipun, hampir setiap desa sekarang ini hampir mempunyai video dan

televisi. Kombinasi unik pakaian ala barat dan gaya berpakian penduduk setempat dapat

dilihat diseluruh pelosok negara. Di pulau–pulau lainnya penduduk setempat seringkali

menggunakan tas dari plastik untuk berbelanja sebagai pakaian atau sebagai topi. Di

pelabuhan Papeete, wanita Tahiti dapat dilihat mengenakan pakaian tradisional pareo–

dikenakan melilit pada rok dan BH gaya Eropa.

Mengendarai sepeda motor atau mobil dengan kecepatan tinggi menjadi sesuatu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dari tabel di atas mengenai pendapat tentang Setelah Menggunakan Aplikasi Blackberry Mesenger Jarang Bertatap Muka dengan Teman, dapat

Pada saat di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya mengamati ada beberapa hal yang penulis perhatikan dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru PPDB yaitu calon peserta yang melakukan

Menurut Badrul (2013), ada tiga jenis kolam menurut bahan pembuatannya, antara lain. Kolam terpal merupakan kolam yang paling banyak dipakai, sebagai tehnik yang paling

Hasil analisis berdasarkan pengukuran EM VLF divalidasi dengan dua metode, yaitu dengan melakukan validasi kualitas air (dalam hal ini berupa salinitas

Bobot politis masalah kesehatan ini akan dapat dihapus, seandainya pemeriksaan medik Pak Harto diumumkan secara terbuka, sehingga masya-rakat mengetahui, apakah

Program/ Kegiatan Sasaran Indikator Kinerja Target Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014 Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Meningkatnya

Konsep sistem drainase dan pengendali banjir di dalam garis pantai yang tidak mengalami land subsidence .... Konsep sistem drainase dan pengendali banjir di dalam garis pantai