Oleh
ARIF KURNIAWAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
FLYOVERPADA RUAS JALAN SULTAN AGUNG–RYACUDU KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh:
Arif Kurniawan
Kemacetan merupakan masalah yang umum dalam transportasi. Kemacetan dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah dengan
adanya pembangunan flyover. Pembangunan flyover diharapkan dapat mengatasi
kemacetan dalam jangka waktu yang panjang.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak lalu lintas akibat
pembangunan flyover pada ruas jalan Sultan Agung – Ryacudu. Penelitian ini
dilakukan pada jam sibuk di hari Senin, Kamis dan Minggu pada ruas jalan Sultan Agung, Ryacudu, Soekarno-Hatta dan simpang terdekat di jalan Sultan Agung dan jalan Ryacudu.
Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan perhitungan jalan perkotaan dan perhitungan simpang tak bersinyal pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997).
Hasil penelitian menunjukan bahwa derajat kejenuhan jalan Sultan Agung
0,5823, jalan Ryacudu 0,641, flyover Sultan Agung – Ryacudu 0,6723 dan jalan
Soekarno – Hatta arah Rajabasa ke flyover 0,4546 dan arah RS. Immanuel ke
flyover 0,6735. Dari keterangan diatas semua jalan derajat kejenuhannya < 0,75
yang berarti memenuhi syarat kelayakan. Waktu efektif flyover Sultan Agung –
Ryacudu kurang dari 5 tahun dan efek pergerakan lalu lintas yang ditimbulkan
akibat pembangunan flyoveryang menyebabkan pada simpang yang terdapat pada
jalan Sultan Agung dan jalan Ryacudu menjadi macet serta banyak kecelakaan karena belum adanya pengaturan lalu lintas.
Hasil ini dapat menjadi informasi bagi pemerintah tentang dampak yang
ditimbulkan akibat pembangunan flyover sehingga adanya penanganan yang
serius terhadap masalah yang ditimbulkan.
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. RumusanMasalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Pembatasan Masalah... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kemacetan Lalu Lintas ... 5
B. Dampak Negatif Kemacetan ... 6
C. Transportasi... 7
D. Jalan Perkotaan ... 8
E. Perilaku Lalu Lintas ... 9
1. Kapasitas Jalan... 9
2. Kecepatan dan Waktu Tempuh ... 9
F. Kinerja Jalan ...………... 11
G. Komposisi Lalu Lintas ... 14
H. Kecepatan Arus Bebas ... 15
1. Kecepatan Arus Bebas Dasar... 16
2. Penyesuaian Lebar Jalur Lalu Lintas Efektif ... 16
3. Faktor Penyesuaian Kecepatan untuk Ukuran Kota ... 17
I. Kapasitas ... 18
1. Kapasitas Dasar... 19
2. Faktor Penyesuaian Lebar Lajur ... 19
3. Faktor Penyesuaian Pemisah Arah ... 20
4. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota ... 21
J. Penentuan Perilaku Lalu Lintas ... 21
1. Derajat Kejenuhan ... 21
M. Arus Jenuh Persimpangan ... 25
N. Faktor Penyesuaian Persimpangan... 26
O. Rasio Arus... 31
P. Tundaan ... 31
1. Tundaan Lalu Lintas ... 31
2. Tundaan Geometri ... 32
3. Tundaan Rata-Rata Pendekat ... 32
4. Tundaan Rata-Rata Seluruh Simpang... 33
III. METODE PENELITIAN A. Waktu Penelitian ... 34
B. Lokasi Penelitian...………. 34
C. Teknik Pelaksanaan Survey ... 35
1. Survey Pendahuluan... 35
2. Survey Lapangan ... 35
D. Pengumpulan Data ... 36
1. Pengumpulan Data Primer ... 36
2. Pengumpulan Data Sekunder ... 37
3. Analisis Data ... 37
4. Prosedur Perhitungan ... 38
E. Diagram Alir Penelitian ... 38
IV. PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data... 40
B. Data Geometrik Jalan ……..………. 42
1. Data GeometrikFly OverSultan Agung–Ryacudu ... 42
2. Data Geometrik Jalan Soekarno–Hatta ... 42
3. Data Geometrik Jalan Sultan Agung... 43
4. Data Geometrik Jalan Ryacudu ... 44
C. DataArus Lalu Lintas... 44
1.Data Arus Lalu Lintas Sebelum AdanyaFly Over ... 45
2. Data Arus Lalu Lintas Setelah AdanyaFly Over ... 46
D. Kapasitas ... 58
1. Kapasitas (C) Sebelum AdanyaFly Over………... 58
2. Kapasitas (C) Setelah AdanyaFly Over... 61
3. Kapasitas (C) Jalan Soekarno - Hatta………... 62
E. Derajat Kejenuhan (DS)... 64
1. Derajat Kejenuhan (DS) Sebelum AdanyaFly Over ... 64
2. Derajat Kejenuhan (DS) Setelah AdanyaFly Over ... 64
3.Derajat Kejenuhan (DS) Jalan Soekarno–Hatta Setelah adanyaFly over 65 F. Kecepatan Arus Bebas (FV) ... 66
J. Pemecahan Masalah... 77
V. PENUTUP
A. Kesimpulan ... 86 B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus ibu kota provinsi
Lampung, Indonesia. Secara geografis, kota ini menjadi pintu gerbang utama
pulau Sumatera, tepatnya kurang lebih 165 km sebelah barat laut Jakarta,
memiliki andil penting dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian
logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Stastik Provinsi Lampung terdapat 902.885 jiwa penduduk di Kota
Bandar Lampung pada tahun 2012. Seiring perkembangannya, kota Bandar
Lampung memiliki masalah terhadap kemacetan lalu lintas, seperti yang dialami
oleh kota-kota besar lainnya. Kemacetan lalu lintas juga tidak akan dapat
dihindari. Kita lihat saja dalam beberapa tahun terakhir ini, semakin padat saja
jalan utama yang berada di kota Bandar Lampung.
Kemacetan lalu lintas itu sendiri adalah kondisi dimana volume lalu lintas lebih
besar daripada kapasitas jalan. Kemacetan lalu lintas terjadi biasanya pada ruas
jalan yang menjadi akses utama dari aktifitas masyarakat suatu kota. Semakin
meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan semakin tingginya tingkat
kegiatan dan secara langsung akan meningkatkan pergerakan pada suatu daerah.
Meningkatnya jumlah pergerakan di suatu kota akan meningkatkan jumlah
Semakin meningkatnya jumlah sarana transportasi yang tidak seiring dengan
peningkatan prasarana transportasi, seperti jalan raya, mengakibatkan peningkatan
volume lalu lintas tidak mampu ditampung oleh kapasitas jalan raya.
Pembangunan fly over merupakan salah satu tindakan penyediaan prasarana
transportasi untuk menambah kapasitas jalan sehingga dapat lebih banyak
menampung volume lalu lintas dan memperlancar lalu lintas. Ketersediaan
prasarana transportasi yang cukup efektif dapat memberikan keamanan dan
keselamatan berkendara kepada para pelaku pergerakan. Dengan meningkatnya
jumlah kendaraan setiap tahun maka pembangunan fly over perlu dilaksanakan
untuk mengimbangi volume lalu lintas yang ditimbulkan oleh peningkatan jumlah
kendaraan.
Dalam studi ini mengambil studi kasus jalan Sultan Agung – Ryacudu
dikarenakan pada ruas jalan sedang dilakukan pembangunan fly over dan pada
jalan ini terdapat intensitas aktifitas masyarakat yang tinggi yang dapat memacu
tingginya volume lalu lintas pada ruas jalan ini dan pengembangan wilayah
lampung ke arah utara (adanya ITERA dan Kantor Pemda Lampung). Hal ini
dapat menimbulkan permasalahan lalu lintas seperti kemacetan lalu lintas apabila
tidak dibarengi dengan peningkatan ketersediaan prasarana transportasi seperti
pembangunanfly over.
Berdasarkan uraian tersebut, akan sangat penting mengetahui kenapa
pembangunanfly over di jalan Sultan Agung - Ryacudu penting untuk dilakukan.
Dan juga seberapa besarkah pembangunan fly over di jalan Sultan Agung
penelitian yang berdasarkan uraian diatas dan berjudul “ANALISA DAMPAK
LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN FLYOVER PADA RUAS JALAN
SULTAN AGUNG–RYACUDU KOTA BANDAR LAMPUNG.”
B. Rumusan Masalah
Dalam studi ini penulis ingin mengetahui pengaruh darifly overmeliputi:
1. Kapasitas lalu lintas maksimal jalan Sultan Agung - Ryacudu sebelum adanya
fly over.
2. Kapasitas lalu lintas maksimal jalan Sultan Agung - Ryacudu setelah adanya
fly over.
3. Penyebab kemacetan di ruas jalan Sultan Agung - Ryacudu.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan antara lain:
1. Mengetahui seberapa besar pengaruh dari fly over di jalan Sultan Agung
-Ryacudu terhadap pengurangan kemacetan lalu lintas di jalan tersebut.
2. Mengetahui penyebab kemacetan yang ada hubungannya dengan lebar efektif
ruas jalan.
3. Membandingkan kapasitas ruas jalan sebelumnya dan sesudah adanyafly over.
4. Mengetahui efek pergerakan lalu lintas terhadapfly over.
5.Mengetahui berapa lama waktu efektif dari penggunaanfly overdalam
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat antara lain :
1. Mengetahui seberapa efektif pengaruh fly over terhadap pengurangan
kemacetan di jalan Sultan Agung - Ryacudu.
2. Memberikan informasi serta masukan kepada pihak yang terkait tentang
penyelesaian permasalahan kemacetan di jalan Sultan Agung - Ryacudu.
E. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut :
Kemacetan merupakan masalah dengan cakupan yang cukup luas, maka
batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Kawasan penelitian yang dipilih adalah simpang di sekitar fly over yaitu di
simpang sebelum dan setelah fly over Sultan Agung - Ryacudu dan di jalan
Soekarno-Hatta. Cara pengambilan data adalah dengan survey jumlah
kendaraan dan survey waktu tempuh.
2. Waktu pelaksanaan survey yaitu pada jam yang mewakili jam sibuk yaitu
07.00-08.00, 12.00-13.00, dan 16.00-17.00.
3. Parameter yang digunakan untuk menilai kinerja jalan adalah kapasitas, waktu
tempuh, dan kecepatan.
4. Metode perhitungan yang digunakan adalah manual dengan menggunakan
perhitungan jalan perkotaan pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI
A. Pengertian Kemacetan Lalu Lintas
Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang
ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan
bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga
menyebabkan terjadinya antrian. Pada saat terjadinya kemacetan, nilai derajat
kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau dimana kemacetan akan terjadi bila nilai
derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0,5 (MKJI, 1997).
Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi. Kemacetan
semakin meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat
berdekatan satu sama lain. Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus
berhenti atau bergerak sangat lambat ( Ofyar Z Tamin, 2000 ).
Lalu-lintas tergantung kepada kapasitas jalan, banyaknya lalu-lintas yang ingin
bergerak, tetapi kalau kapasitas jalan tidak dapat menampung, maka lalu-lintas
yang ada akan terhambat dan akan mengalir sesuai dengan kapasitas jaringan jalan
maksimum (Budi D.Sinulingga, 1999).
Kemacetan lalu lintas pada ruas jalan raya terjadi saat arus kendaraan lalu lintas
meningkat seiring bertambahnya permintaan perjalanan pada suatu periode
tertentu serta jumlah pemakai jalan melebihi dari kapasitas yang ada (Meyer et al
B. Dampak Negatif Kemacetan
Menurut Santoso (1997), kerugian yang diderita akibat dari masalah kemacetan
ini apabila dikuantifikasikan dalam satuan moneter sangatlah besar, yaitu kerugian
karena waktu perjalanan menjadi panjang dan makin lama, biaya operasi
kendaraan menjadi lebih besar dan polusi kendaraan yang dihasilkan makin
bertambah. Pada kondisi macet kendaraan merangkak dengan kecepatan yang
sangat rendah, pemakaian bbm menjadi sangat boros, mesin kendaraan menjadi
lebih cepat aus dan buangan kendaraan yang dihasilkan lebih tinggi kandungan
konsentrasinya. Pada kondisi kemacetan pengendara cenderung menjadi tidak
sabar yang menjurus ke tindakan tidak disiplin yang pada akhirnya memperburuk
kondisi kemacetan lebih lanjut lagi.
Menurut Etty Soesilowati (2008), secara ekonomis, masalah kemacetan lalu lintas
akan menciptakan biaya sosial, biaya operasional yang tinggi, hilangnya waktu,
polusi udara, tingginya angka kecelakaan, bising, dan juga menimbulkan
ketidaknyamanan bagi pejalan kaki.
Menurut Tamin (2000:493), masalah lalu lintas atau kemacetan menimbulkan
kerugian yang sangat besar bagi pemakai jalan, terutama dalam hal pemborosan
waktu (tundaan), pemborosan bahan bakar, pemborosan tenaga dan rendahnya
kenyamanan berlalulintas serta meningkatnya polusi baik suara maupun polusi
C. Transportasi
Pengertian transportasi menurut Morlok (1981) adalah memindahkan atau
mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Menurut Bowersox (1981), definisi
transportasi adalah perpindahan barang atau penumpang dari suatu lokasi ke
lokasi lain, dengan produk yang digerakkan atau dipindahkan ke lokasi yang
dibutuhkan atau diinginkan. Steenbrink mendefinisikan sebagai perpindahan
orang atau barang menggunakan kendaraan atau lainnya, tempat-tempat yang
dipisahkan secara geografis.
Pengertian transportasi menurut Papacostas (1987), transportasi didefinisikan
sebagai suatu sistem yang terdiri dari fasilitas tertentu beserta arus dan sistem
kontrol yang memungkinkan orang atau barang dapat berpindah dari suatu tempat
ketempat lain secara efisien dalam setiap waktu untuk mendukung aktifitas
manusia.
Transportasi dikatakan baik, apabila perjalanan cukup cepat, tidak mengalami
kemacetan, frekuensi pelayanan cukup, aman, bebas dari kemungkinan
kecelakaan dan kondisi pelayanan yang nyaman. Untuk mencapai kondisi yang
ideal seperti ini, sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang menjadi komponen
transportasi ini, yaitu kondisi prasarana (jalan), sistem jaringan jalan, kondisi
sarana (kendaraan) dan sikap mental pemakai fasilitas transportasi tersebut (Budi
D. Sinulingga, 1999).
Proses transportasi merupakan gerakan dari tempat asal, yaitu darimana kegiatan
pengangkutan dimulai dan ke tempat tujuan, yaitu dimana kegiatan pengangkutan
diakhiri. Transportasi bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk mencapai tujuan
barang dan jasa untuk mencukupi kebutuhan yang beraneka ragam. Kegiatan
transportasi terwujud menjadi pergerakan lalu lintas antara dua guna lahan, karena
proses pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi ditempat asal
(Nasution,1996).
D. Jalan Perkotaan
Pengertian jalan perkotaan menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
1997, merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen
dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi
jalan, apakah berupa perkembangan lahan atau bukan. Termasuk jalan di atau
dekat pusat perkotaan dengan penduduk lebih dari 100.000, maupun jalan
didaerah perkotaan dengan penduduk kurang dari 100.000 dengan perkembangan
samping jalan yang permanen dan menerus.
Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini.
1. Jalan dua lajur dua arah (2/2 UD).
2. Jalan empat lajur dua arah.
a. Tak terbagi (tanpa median) (4/2 UD).
b. Terbagi (dengan median) (4/2 D).
3. Jalan enam lajur dua arah terbagi (6/2 D).
4. Jalan satu arah (1-3/1).
Menurut Highway Capacity Manual (HCM) 1994, jalan perkotaan dan jalan luar
kota adalah jalan bersinyal yang menyediakan pelayanan lalu lintas sebagai fungsi
utama, dan juga menyediakan akses untuk memindahkan barang sebagai fungsi
E. Perilaku Lalu Lintas
Perilaku lalu lintas menyatakan ukuran kuantitas yang menerangkan kondisi yang
dinilai oleh pembina jalan. Perilaku lalu lintas pada ruas jalan meliputi kapasitas,
waktu tempuh, dan kecepatan tempuh rata-rata (MKJI 1997).
1. Kapasitas Jalan
Kapasitas suatu ruas jalan dalam suatu sistem jalan adalah jumlah kendaraan
maksimum yang memiliki kemungkinan yang cukup untuk melewati ruas jalan
tersebut (dalam satu maupun dua arah) dalam periode waktu tertentu dan di bawah
kondisi jalan dan lalu lintas yang umum (Oglesby dan Hicks, 1993).
Untuk jalan dua lajur dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah
(kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan per
arah dan kapasitas ditentukan per lajur.
Kapasitas merupakan salah satu ukuran kinerja lalu lintas pada saat arus lalu lintas
maksimum dapat dipertahankan (tetap) pada suatu bagian jalan pada kondisi
tertentu (MKJI, 1997).
Menurut HCM 1994, kapasitas didefinisikan sebagai penilaian pada orang atau
kendaraan masih cukup layak untuk memindahkan sesuatu, atau keseragaman
segmen jalan selama spesifikasi waktu dibawah lalu lintas dan jam sibuk.
2. Kecepatan dan Waktu Tempuh
Kecepatan dinyatakan sebagai laju dari suatu pergerakan kendaraan dihitung
Pada umumnya kecepatan dibagi menjadi tiga jenis sebagai berikut ini.
a. Kecepatan setempat (Spot Speed), yaitu kecepatan kendaraan pada suatu saat
diukur dari suatu tempat yang ditentukan.
b. Kecepatan bergerak (Running Speed), yaitu kecepatan kendaraan rata-rata pada
suatu jalur pada saat kendaraan bergerak dan didapat dengan membagi panjang
jalur dibagi dengan lama waktu kendaraan bergerak menempuh jalur tersebut.
c. Kecepatan perjalanan (Journey Speed), yaitu kecepatan efektif kendaraan yang
sedang dalam perjalanan antara dua tempat dan merupakan jarak antara dua
tempat dibagi dengan lama waktu kendaraan menyelesaikan perjalanan antara
dua tempat tersebut.
MKJI menggunakan kecepatan tempuh sebagai ukuran utama kinerja segmen
jalan. Kecepatan tempuh merupakan kecepatan rata-rata (km/jam) arus lalu lintas
dari panjang ruas jalan dibagi waktu tempuh rata-rata kendaraan yang melalui
segmen jalan tersebut. (MKJI 1997).
Kecepatan tempuh merupakan kecepatan rata-rata dari perhitungan lalu lintas
yang dihitung berdasarkan panjang segmen jalan dibagi dengan waktu tempuh
rata-rata kendaraan dalam melintasinya (HCM, 1994).
Sedangkan waktu tempuh (TT) adalah waktu total yang diperlukan untuk
melewati suatu panjang jalan tertentu, termasuk waktu berhenti dan tundaan pada
simpang. Waktu tempuh tidak termasuk berhenti untuk beristirahat dan perbaikan
Waktu tempuh merupakan waktu rata-rata yang dihabiskan kendaraan saat
melintas pada panjang segmen jalan tertentu, termasuk di dalamnya semua waktu
henti dan waktu tunda (HCM, 1994).
F. Kinerja Jalan
Kinerja jalan menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga tahun 1997, adalah suatu ukuran kuantitatif yang
menerangkan tentang kondisi operasional jalan seperti kerapatan atau persen
waktu tundaan. Kinerja jalan pada umumnya dinyatakan dalam kecepatan, waktu
tempuh dan kebebasan bergerak.
Unjuk kerja atau tingkat pelayanan jalan merupakan indikator yang menunjukan
tingkat kualitas lalu lintas. Menurut MKJI 1997 dalam Fathoni, M dan Buchori, E,
2004 tingkat pelayanan jalan (Level of service) dinyatakan sebagai berikut:
a. Kondisi operasi yang berbeda yang terjadi pada lajur jalan ketika mampu
menampung bermacam-macam volume lalu lintas.
b. Ukuran kualitas dari pengaruh faktor aliran lalu lintas, kenyamanan
pengemudi, waktu perjalanan, hambatan, kebebasan manuver dan secara tidak
langsung biaya operasi dan kenyamanan.
Unjuk kerja lalu lintas pada ruas jalan perkotaan dapat ditentukan melalui nilai
VC ratio atau perbandingan antara volume kendaraan yang melalui ruas jalan
tersebut pada rentang waktu tertentu dengan kapasitas ruas jalan tersebut yang
tersedia untuk dapat dilalui kendaraaan pada rentang waktu tertentu. Semakin
semakin buruk dan berpengaruh pada kecepatan operasional kendaraan yang
merupakan bentuk fungsi dari besaran waktu tempuh kendaraan. Nilai VC ratio
dapat dibuat interval untuk mengklasifikasikan tingkat pelayanan ruas jalan.
Di Indonesia, kondisi pada tingkat pelayanan (LOS) diklasifikasikan atas berikut
ini.
1. Tingkat Pelayanan A
a. Kondisi arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi.
b. Kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat
dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan
maksimum/minimum dan kondisi fisik jalan.
d. Pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya tanpa atau
dengan sedikit tundaan.
2. Tingkat Pelayanan B
a. Arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi
oleh kondisi lalu lintas.
b. Kepadatan lalu lintas rendah, hambatan internal lalu lintas belum
mempengaruhi kecepatan.
c. Pengemudi masih cukup punya kebebasan yang cukup untuk memilih
kecepatannya dan lajur jalan yang digunakan.
3. Tingkat Pelayanan C
a. Arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan dikendalikan oleh
volume lalu lintas yang lebih tinggi.
c. Pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur
atau mendahului.
4. Tingkat Pelayanan D
a. Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan
masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan kondisi arus.
b. Kepadatan lalu lintas sedang fluktuasi volume lalu lintas dan hambatan
temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar.
c. Pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalankan
kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih dapat ditolerir
untuk waktu yang sangat singkat.
5. Tingkat Pelayanan E
a. Arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume lalu lintas
mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah.
b. Kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi.
c. Pengemudi mulai merasakan kemactan-kemacetan durasi pendek.
6. Tingkat Pelayanan F
a. Arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang.
b. Kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi
kemacetan untuk durasi yang cukup lama.
Formulir yang digunakan untuk menilai kinerja jalan yaitu formulir UR-1 untuk
data umum dan data geometrik jalan, UR-2 untuk arus lalu lintas serta UR-3 untuk
analisa kecepatan dan kapasitas jalan.
G. Komposisi Lalu Lintas
Nilai arus lalu lintas mencerminkan komposisi lalu lintas, dengan menyatakan
arus dalam satuan mobil penumpang (SMP). Semua nilai arus lalu lintas (per arah
dan total) diubah menjadi satuan mobil penumpang (SMP) dengan menggunakan
ekivalensi mobil penumpang (EMP). Nilai normal untuk komposisi lalu lintas
diperlihatkan pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Nilai normal komposisi lalu lintas
Nilai normal untuk komposisi lalu lintas:
Ukuran kota LV % HV % MC %
< 0,1 juta penduduk
0,1–0,5 juta penduduk
0,5–1,0 juta penduduk
1,0–3,0 juta penduduk
> 3,0 juta penduduk
45
Sumber: MKJI 1997: Hal. 5-37
Ekivalensi mobil penumpang (EMP) untuk kendaraan berat (HV) dan sepeda
motor (MC) diperoleh dengan masukan adalah tipe jalan seperti terlihat pada
Tabel 2 EMP untuk jalan perkotaan terbagi dan satu arah
Tipe Jalan:
Jalan satu arah dan jalan terbagi
Arus lalu lintas
per jalur
(Kend/jam)
EMP
HV MC
Dua Lajur satu arah (2/1)
Empat lajur terbagi (4/2D)
0
Tiga lajur satu arah (3/1)
Enam lajur terbagi (6/2 D)
0
Sumber: MKJI 1997: Hal. 5-38
H. Kecepatan Arus Bebas
Untuk kecepatan arus bebas sesungguhnya dipakai berdasarkan persamaan
sebagai berikut :
FV = (Fvo + Fvw) * FFsf * FFVcs………(2.1)
Keterangan:
FV : Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (Km/jam)
FVw : Penyesuaian lebar jalur lalu lintas efektif (Km/jam)
Fvo : Kecepatan arus bebas dasar untuk kendaraan ringan (Km/jam)
FFVcs : Penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota
FFVsf : Faktor penyesuaian hambatan samping dan lebar bahu
1. Kecepatan Arus Bebas Dasar (FVo)
Berdasarkan MKJI 1997, kecepatan arus bebas dasar (FV
0) diperoleh dengan variabel
masukannya adalah tipe jalan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3 Kecepatan Arus Bebas Dasar (FVo) untuk jalan perkotaan
Tipe Jalan
Kecepatan arus bebas dasar Fvo (Km/jam)
Kendaraan
atau tiga lajur satu arah (3/1)
Empat lajur terbagi (4/2 D)
atau dua lajur satu arah (2/1)
Empat lajur tak terbagi
(4/2UD)
Dua lajur tak terbagi (2/2 UD)
61
2. Penyesuaian Lebar Jalur Lalu lintas Efektif (FV W)
Penyesuaian jalur lalu lintas efektif merupakan penyesuaian untuk kecepatan arus
bebas dasar sebagai akibat dari lebar jalur lalu lintas yang ada pada segmen suatu
jalan (MKJI, 1997). Variabel masukan yang digunakan adalah tipe jalan, dan lebar
lajur lalu lintas efektif (W
Tabel 4 Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk lebar jalur lalu lintas (FVw)
Tipe Jalan
Lebar jalur lalu lintas
Efektif (Wc)
(M)
FVw (Km/Jam)
Empat lajur terbagi atau
jalan satu arah
Per Lajur
Empat lajur tak terbagi Per Lajur
3,00
Dua lajur tak terbagi Per Lajur
5
3. Faktor Penyesuaian Kecepatan untuk Ukuran Kota (FFVcs)
Faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota merupakan faktor penyesuaian
arus bebas dasar yang merupakan akibat dari banyak populasi penduduk suatu
kota (MKJI 1997). Faktor penyesuaian kecepatan berdasarkan ukuran kota
Tabel 5 Faktor penyesuaian FFVcs untuk pengaruh ukuran kota pada kecepatan
arus bebas kendaraan ringan, jalan perkotaan
Ukuran Kota (Juta Penduduk) Faktor Penyesuaian untuk ukuran kota
<0,1
0,1-0,5
0,5-1,0
1,0-3,0
>3,0
0,90
0,93
0,95
1,00
1,03
Sumber : MKJI 1997 : Hal. 5-48
I. Kapasitas (C)
Berdasarkan MKJI 1997, kapasitas ruas jalan dapat dihitung berdasarkan
persamaan berikut ini.
C = Co × FCw × FCsp × FCsf × FCcs………(2.2) Keterangan :
C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = Faktor penyesuaian lebar lajur
FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping
1. Kapasitas Dasar (Co)
Berdasarkan MKJI 1997, kapasitas dasar (Co) ditentukan berdasarkan Nilai
Kapasitas Dasar dengan variabel masukan tipe jalan. Kapasitas dasar diperoleh
dari Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Kapasitas dasar Co untuk jalan perkotaan
Tipe Jalan Kapasitas dasar
(SMP/jam) Catatan
Empat lajur tebagi atau
jalan satu arah
Empat lajur tak terbagi
Dua lajur tak terbagi
1650
1500
2900
Per lajur
Per lajur
Total dua arah
Sumber : MKJI 1997 : Hal. 5-50
2. Faktor Penyesuaian Lebar Lajur
Berdasarkan MKJI 1997, faktor penyesuaian lebar lajur (FCw) ditentukan
berdasarkan lebar jalur lalu lintas efektif (Wc) seperti pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7 Penyesuaian kapasitas FCw untuk pengaruh lebar jalur lalu lintas untuk
jalan perkotaan
Tipe Jalan
Lebar jalur lalu lintas efektif
Empat lajur tak terbagi Per Lajur
Dua lajur tak terbagi Per Lajur
5
Sumber : MKJI 1997 :Hal. 5-51
3. Faktor Penyesuaian Pemisah Arah (FCsp)
Faktor penyesuaian pemisah arah (FCsp) hanya untuk jalan tak terbagi. MKJI
1997 memberikan faktor penyesuaian pemisah arah untuk jalan dua lajur dua arah
(2/2) dan empat lajur dua arah (4/2) tak terbagi. Untuk jalan terbagi dan jalan satu
arah, faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah tidak dapat diterapkan
dan digunakann nilai 1,00. Faktor penyesuaian pemisah arah (FCsp) diperoleh
dari Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8 Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisah arah (FCsp)
Pemisah arah
SP %-% 50-50 60-40 70-30 80-20 90-10 100-0
FCsp Dua lajur
Empat
lajur
4/2
1,00 0,97 0,94 0,91 0,88 0,85
Sumber : MKJI 1997 :Hal. 5-52
4. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCcs)
Berdasarkan MKJI 1997, faktor penyesuaian ukuran kota ditentukan berdasarkan
jumlah penduduk kota (juta) yang akan diteliti. Faktor penyesuaian ukuran kota
(FCcs) diperoleh dari Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9 Faktor penyesuaian FCcs untuk pengaruh ukuran kota pada kapasitas
jalan perkotaan
Ukuran Kota (Juta Penduduk) Faktor Penyesuaian untuk ukuran
kotaFCcs
<0,1
0,1-0,5
0,5-1,0
1,0-3,0
>3,0
0,86
0,90
0,94
1,00
1,04
Sumber : MKJI 1997: Hal. 5-55
J. Penetuan Perilaku Lalu Lintas
Penentuan perilaku lalu lintas pada ruas jalan meliputi :
1. Derajat Kejenuhan
Menurut MKJI 1997, derajat kejenuhan dapat dihitung berdasarkan persamaan
DS = Q/C………. (2.3) Keterangan :
DS = Derajat kejenuhan
Q = Arus total (smp/jam)
C = Kapasitas (smp/jam)
2. Kecepatan (V) dan Waktu Tempuh (TT)
Hubungan antara kecepatan (V) dan waktu tempuh (TT), dinyatakan dalam
persamaan berikut ini
V = L/TT……….(2.4)
Keterangan :
V = Kecepatan rata-rata LV (km/jam)
L = Panjang segmen (km)
TT = Waktu tempuh rata-rata LV panjang segmen jalan (jam)
3. Evaluasi Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan suatu ruas jalan, diklasifikasikan berdasarkan volume (Q) per
kapasitas (C) yang dapat ditampung ruas jalan itu sendiri. Hubungan
perbandingan volume dan kapasitas terhadap tingkat pelayanan dapat dilihat pada
Tabel 10 Hubungan Volume per Kapasitas (Q/C) Dengan Tingkat Pelayanan
Untuk Lalu Lintas Dalam Kota
Tingkat pelayanan Q/C Kecepatan ideal
(km/jam)
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan No: KM 14 Tahun 2006
K. Persimpangan
Persimpangan merupakan suatu tempat dimana terdapat dua atau lebih jalan
bertemu atau berpotongan. Setiap jalan yang memencar dari titik perpotongan atau
pertemuan merupakan bagian dari persimpangan tersebut, disebut juga lengan
persimpangan. Pada persimpangan sering timbul konflik yang berulang seperti
tundaan dan antrian.
Karakteristik dari transportasi jalan adalah bahwa setiap pengemudi bebas untuk
memilih rutenya sendiri dalam jaringan transportasi yang ada (terkeculi untuk
angkutan umum yang telah memiliki rute atau trayek), karena itu perlu disediakan
persimpangan-persimpangan untuk menjamin keamanan dan efesiennya arus lalu
lintas yang hendak pindah dari satu ruas jalan ke ruas jalan lainnya. (Irlinawati,
L. Arus Lalu Lintas Untuk Persimpangan
Arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik, pendekat
satuan waktu dinyatakan dalam kend/jam ; smp/jam. Perhitungan arus lalu lintas
dilakukan persatuan jam untuk satu atau lebih priode, misalnya didasarkan pada
kondisi arus puncak yaitu puncak pagi, siang, dan sore hari.
Arus lalu lintas (Q) untuk setiap gerakan (belok kiri QLT, lurus QST, dan belok
kanan QRT) dalam kendaraan per jam dikonversi menjadi satuan mobil
penumpang (smp) per jam dengan menggunakan ekivalen kendaraan penumpang
(emp) untuk masing-masing pendekat terlindung dan terlawan.
Tabel 11 Nilai emp untuk setiap tipe pendekat
Jenis kendaraan
Emp untuk tipe pendekat
Terlindung Terlawan
Kendaraan ringan (LV) 1,0 1,0
Kendaraan Berat (HV) 1,3 1,3
Sepeda Motor (MC) 0,2 0,4
Kendaraan tak bermotor (UM) 0,5 1,0
M. Arus Jenuh Persimpangan
Disebuah persimpangan menunjukkan bahwa ketika lampu hijau mulai menyala,
kendaraan membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bergerak dan
melakukan percepatan menuju kecepatan normal, setelah beberapa detik, antrian
kendaraan mulai bergerak pada kecepatan yang relative konstan, ini disebut Arus
jenuh.
MKJI menjelaskan Arus jenuh biasanya dinyatakan sebagai hasil perkalian dari
arus jenuh dasar (So) yaitu arus jenuh pada keadaan standar, dengan faktor
penyesuaian (F) untuk penyimpangan dari kondisi sebenarnya, dari suatu
kumpulan kondisi-kondisi (ideal) yang telah ditetapkan sebelumnya.
S = So x Fcs x FSFx FGx FP x FRTx FLT
Dimana :
So = Arus jenuh dasar
Fcs = Faktor penyesuaian ukuran kota, berdasarkan jumlah penduduk
Frsu = Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan dan hambatan samping
FG = Faktor Kelandaian Jalan
Fp = Faktor penyesuaian parkir
Flt = Faktor penyesuaian belok kiri
Frt = Faktor penyesuaian belok kanan
a. Untuk pendekat terlindung arus jenuh dasar ditentukan sebagai
fungsi dari lebar pendekat (We)
Dimana :
So = Arus Jenuh Dasar (smp/jam hijau)
We = Lebar efektif (m)
b. Untuk pendekat terlawan keberangkatan dari antrian sangat
dipengaruhi oleh kenyataan bahwa sopir-sopir di Indonesia tidak
menghormati ”aturan hak jalan” dari sebelah kiri yaitu kendaraan
-kendaraan belok kanan memaksa menerobos lalu-lintas lurus yang
berlawanan. (MKJI,1997)
N. Faktor Penyesuaian Persimpangan
Faktor penyesuaian adalah faktor koreksi untuk penyesuian dari nilai ideal ke nilai
sebenarnya dari suatu variabel.
a. Faktor penyesuaian ukuran kota
Ukuran kota adalah jumlah penduduk yang ada dalam suatu daerah
perkotaan. Faktor penyesuian ukuran kota ditentukan dari tabel
berikut :
Tabel 12. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)
Penduduk kota (juta jiwa) Faktor penyesuaian ukuran kota
> 3,0 1,05
1,0–3,0 1,00
0,5–1,0 0,94
0,1–0,5 0,83
< 0,1 0,82
b. Faktor penyesuaian hambatan samping
Hambatan samping adalah interaksi antara lalu lintas dan kegiatan
yang terjadi di samping jalan yang mengakibatkan adanya
pengurangan terhadap arus jenuh didalam
pendekat.(Irlinawati,2008)
Tabel 13. Faktor penyesuaian untuk tipe lingkungan jalan, hambatan
samping dan kendaraan tak bermotor
c. Faktor Penyesuaian Kelandaian
Faktor kelandaian ditentukan dari gambar 1.
Gambar 1. Faktor penyesuaian untuk kelandaian (FG)
d. Faktor penyesuaian parkir
Faktor penyesuaian parkir dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut:
F = [Lp/3–(WA–2) x (LP/3–g)/WA]/g
Dimana :
LP : jarak antara garis henti dan kendaraan yang diparkir pertama
(m) atau panjang dari lajur pendek
WA: Lebar Pendekat
e. Faktor penyesuaian gerakan belok kanan
Faktor penyesuaian belok kanan (FRT) ditentukan sebagai fungsi
dari rasio kendaraan belok kanan pRT. Faktor penyesuaian belok
kanan hanya berlaku untuk kendaraan terlindung, tanpa median,
jalan dua arah, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk.
FRT= 1,0 + pRTx 0,26
Dimana :
FRT : faktor penyesuaian belok kanan
pRT : rasio belok kanan
(MKJI,1997)
f. Faktor penyesuaian belok kiri
Faktor penyesuaian belok kiri (FLT) ditentukan sebagai fungsi dari
rasio kendaraan belok kiri pLT. Faktor penyesuaian belok kiri
hanya untuk pendekat tipe P tanpa LTOR, lebar efektif ditentukan
oleh lebar masuk.
FLT= 1,0–pLTx 0,16
Dimana :
FLT : faktor penyesuaian belok kiri
PLT : rasio belok kiri
(MKJI,1997)
O. Rasio Arus
Rasio arus (FR) adalah rasio arus terhadap arus jenuh dari suatu pendekat.
(Irlinawati, 2008).
FR = Q/S
Dimana :
FR : Rasio arus
Q : Arus lalu lintas
S : Arus jenuh
(MKJI,1997)
P. Tundaan
Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melalui simpang
dibandingkan lintasan tanpa melalui suatu simpang. (MKJI, 1997)
Tundaan pada suatu simpang dapat terjadi karena dua hal :
• Tundaan lalu lintas (DT) yang disebabkan oleh interaksi lalu lintas
dengan gerakan lainnya pada suatu simpang;
• Tundaan geometri (DG) yang disebabkan oleh perlambatan dan
percepatan saat membelok pada suatu simpang dan atau terhenti karena
lampu merah.
1. Tundaan Lalu Lintas
Tundaan lalu lintas adalah waktu menunggu yang disebabkan interaksi
Dengan gerakan lalu lintas yang bertentangan. (Irlinawati,2008)
DT = c x , ( )²
( )
+
Dimana :
DT : Tundaan lalu lintas rata-rata (det/smp).
c : Waktu siklus yang disesuaikan (det).
GR : Rasio hijau (g/c).
DS : Derajat kejenuhan.
NQ1: Jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya.
C : kapasitas (smp/jam).
(MKJI, 1997)
2. Tundaan Geometri
Tundaan geometri adalah waktu menunggu yang disebabkan oleh
perlambatan dan percepatan suatu kendaraan pada saat membelok pada
persimpangan dan atau yang terhenti oleh lampu merah.
DGj= (1–pSV) x pTx 6 + (pSVx 4)
Dimana:
DGj : Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det).
pSV : Rasio kendaraan terhenti pada pendekat.
pT : Rasio kendaraan berbelok pada pendekat.
(MKJI, 1997)
3. Tundaan Rata-rata Pendekat
Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat j dihitung dengan rumus :
Dimana :
Dj : Tundaan rata-rata untuk pendekat j (det/smp).
DTj : Tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekat j (det/smp).
DGj : Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det/smp).
(MKJI, 1997)
4. Tundaan Rata-rata Seluruh Simpang
Tundaan rata-rata untuk seluruh simpang dihitung dengan rumus :
DI=
( )
Dimana:
DI : Tundaan rata-rata seluruh simpang (det/smp).
Dj : Tundaan rata-rata untuk pendekat j (det/smp).
Q : Arus lalu lintas pendekat j (det/smp).
QTOT: Arus total seluruh simpang (smp/jam).
(MKJI, 1997)
Tundaan rata-rata dapat menjadi sebuah indicator tingkat pelayanan
A. Waktu penelitian
Untuk jalan perkotaan, volume lalu lintas pada jam puncak lebih tepat untuk
digunakan dalam keperluan desain. Berdasarkan survey pendahuluan, pengamatan
untuk mengumpulkan data akan dilaksanakan pada hari senin, hari kamis dan hari
minggu. Pengamatan dilakukan dengan interval waktu pengamatan 10 menit.
Pengamatan dilakukan pada 3 tahap yaitu pagi hari mulai pukul 07.00-08.00 WIB,
siang hari pada pukul 12.00-13.00 WIB dan sore hari pukul 16.00-17.00 WIB.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah pada ruas jalan Sultan Agung –
Ryacudu, pemilihan lokasi ini dilakukan karena di kedua jalan sudah terdapat fly
over. Dan juga pada ruas jalan Soekarno-Hatta, pemilihan lokasi ini dilakukan
karena jalan ini merupakan jalan di bawah fly over serta simpang terdekat yang
C. Teknik Pelaksanaan Survey
Dalam penelitian ini digunakan beberapa survey, yaitu:
1. Survey Pendahuluan
Survey pendahuluan dilakukan sebelum melakukan survey lapangan dengan
tujuan menentukan waktu survey dan jumlah titik lokasi yang akan diteliti serta
jumlah surveyor. Surveyor diberikan arahan tentang cara pengambilan data,
pengecekan metodologi dan formulir survey serta alat-alat sebelum survey
dilakukan.
2. Survey Lapangan
a. Survey Volume lalu lintas
Survey Volume lalu lintas dilakukan dengan prosedur berikut:
1. Mempersiapkan formulir pencatatan arus lalu lintas.
Klarifikasi kendaraan yang terdistribusi digolongkan menurut Bina Marga (MKJI
1997) sebagai berikut:
• Kendaraan ringan (LV) termasuk colt, mobil penumpang, mobil pribadi
dan pick up.
• Kendaraan berat (HV) termasuk bus dan truk.
• Sepeda motor (MC)
• Kendaraan tidak bermotor (UM)
2. Mempersiapkan Tim Survey
Lokasi penelitian berlokasi di fly over jalan Sultan Agung – Ryacudu dan jalan
Soekarno-Hatta. Surveyor ditempatkan pada 4 titik, dimana setiap titik dibutuhkan
Sultan Agung – Ryacudu. Surveyor akan menghitung volume lalu lintas yang
melewati titik pengamatan kemudian mengisi formulir yang telah tersedia seperti
pada tabel.
b. Pengukuran Kecepatan Kendaraan
Pengukuran kecepatan kendaraan dilakukan untuk mengetahui kecepatan sesaat
(Spot speed) dan kecepatan rata-rata kendaraan yang melewati sepanjang jalan
Sultan Agung - Ryacudu. Pengukuran dilakukan dengan cara peneliti mencatat
waktu tempuh kendaraan melalui panjang segmen yang ditentukan pada waktu
arus puncak terjadi. Kecepatan yang diambil adalah kecepatan kendaraan ringan
karena kendaraan ringan memiliki nilai SMP = 1.
Kecepatan kendaraan dapat dihitung melalu persamaan berikut :
V = L / T
Keterangan :
V = Kecepatan perjalanan (m/detik)
L = Jarak perjalanan (m)
T = Waktu tempuh (detik)
D. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data
diperoleh dari studi literatur dan survey langsung.
1. Pengumpulan Data Primer
Data primer merupakan data-data yang diperoleh langsung dari survey lapangan.
waktu tempuh dan data geometrik jalan Sultan Agung, Ryacudu, Soekarno-Hatta,
dan simpang terdekat yang terletak di jalan Sultan Agung–Ryacudu.
Peralatan yang digunakan dalam survey ini adalah:
a. Formulir survey, untuk pencatatan kendaraan.
b.Roll meter, untuk mengukur geometrik ruas jalan.
c. Jam, untuk mengetahui awal dan akhir interval waktu yang digunakan.
d.Hand Counter, untuk menghitung jumlah kendaraan yang lewat.
e.Stop Watch, untuk mengetahui periode waktu tempuh.
f.Handy Talky, untuk alat komunikasi.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh dalam format yang
sudah tersusun atau terstruktur, berupa publikasi-publikasi atau brosur-brosur
melalui pihak lain (lembaga atau instansi). Untuk mendapatkannya, peneliti
mendatangi langsung instansi yang terkait dengan penelitian. Data tersebut
biasanya digunakan untuk mengetahui keadaan masa lalu dan pertumbuhan
wilayah yang akan disurvey, sehingga tinjauan dan analisis data akan diproyeksi
dengan melihat keadaan sebelumnya.
3. Analisis Data
Analisis data digunakan dengan menggunakan cara manual seperti dalam Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) untuk jalan perkotaan sebagai berikut:
UR-1 Data Umum dan Geometrik Jalan
UR-2 Arus Lalu Lintas
Dan data menggunakan cara manual untuk simpang tak bersinyal sebagai berikut :
USIG-1 Geometri dan Arus Lalu Lintas
USIG-2 Analisa Kapasitas
4. Prosedur Perhitungan
a. Menghitung nilai arus lalu lintas
1. Data yang dibutuhkan adalah jumlah kendaraan yang melewati titik
pengamatan dengan interval 10 menitan dari 3 (tiga) interval waktu
pengamatan yaitu pukul 07.00-08.00 WIB, 12.00-13.00 WIB dan
16.00-17.00 WIB.
2. Data arus dari masing-masing jenis kendaraan dalam kendaraan/jam
dikonversikan dalam smp/jam.
3. Menghitung volume lalu lintas atau lalu lintas harian rata-rata.
b. Membuat grafik arus lalu lintas per interval 10 menit.
c. Menghitung kecepatan sesaat (spot speed) dan kecepatan perjalanan dengan
memakai data waktu tempuh yang didapat dari survey. Menghitung pula
kecepatan arus bebas dasar ruas jalan Sultan Agung - Ryacudu.
d. Menghitung nilai kapasitas jalan Sultan Agung - Ryacudu.
e. Menghitung kinerja simpang tak bersinyal di simpang terdekatfly over.
E. Diagram Alir Metode Penelitian
Agar penelitian lebih terarah dan berjalan sesuai dengan target, maka diperlukan
sebuah langkah kerja untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam
pengerjaannya. Tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada
Gambar 4. Diagram Alir
MULAI
IDENTIFIKASI MASALAH DAN PENENTUAN TUJUAN
STUDI LITERATUR
SURVEY PENDAHULUAN
Menentukan lokasi pengamatan Menentukan waktu pengamatan Menentukan peralatan yang diperlukan Menentukan Jumlah Surveyor
Data Primer
Arus lalu lintas (smp/jam) Volume lalu lintas Kecepatan Sesaat
PENGUMPULAN DATA
Data Sekunder
Data jumlah penduduk Data geometrik jalan
Data kinerja jalan Sultan Agung -Ryacudu dan jalan Soekarno-Hatta
ANALISIS DATA Arus lalu lintas (smp/jam) Volume lalu lintas Kapasitas ruas (C) Kecepatan
PENANGANAN RUAS JALAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan analisis pada ruas Jalan Sultan Agung, Ryacudu,Fly
over Sultan Agung–Ryacudu, Jalan Soekarno – Hatta, dan pada simpang Sultan
Agung serta simpang Ryacudu, diperoleh kesimpulan sebagai berikut ini:
1. Jalan Sultan Agung, arah Sultan Agung - Ryacudu memiliki arus lalu lintas
sebesar 1126,6 smp/jam dan kapasitas (C) 3064,776 smp/jam. Jalan Ryacudu
arah Ryacudu – Sultan Agung memiliki arus lalu lintas sebesar 1350,35
smp/jam dan kapasitas (C) 2625,5328 smp/jam. Dan untuk jalan Soekarno –
Hatta, arah Rajabasa ke Fly over memiliki arus lalu lintas sebesar 784,35
smp/jam sedangkan arah RS. Immanuel ke Fly over memiliki arus lalu lintas
sebesar 1162,05 dan kapasitas (C) 3450,6648 smp/jam. Untuk kapasitas (C)
Fly over sebesar 3305,5476 smp/jam dan memiliki kecepatan arus bebas (FV)
47 km.
2. Jalan Sultan Agung, arah Sultan Agung - Ryacudu memiliki derajat kejenuhan
(DS) sebesar 0,5823. Jalan Ryacudu arah Ryacudu – Sultan Agung memiliki
derajat kejenuhan (DS) sebesar 0,6417. Untuk jalan Soekarno – Hatta, arah
Rajabasa ke Fly over derajat kejenuhan (DS) sebesar 0,4546 sedangkan arah
kejenuhan (DS) Fly over Sultan Agung – Ryacudu sebesar 0,6723. Tipe jalan
yang ditinjau pada semua jalan adalah C.
3. Berdasarkan perhitungan di dapat kecepatan sesaat rerata untuk arah Sultan
Agung sebesar 38,963 km/jam sedangkan untuk kecepatan sesaat rerata arah
Ryacudu sebesar 41,7035 km/jam.
4. Untuk kapasitas simpang tidak bersinyal 3 lengan memiliki kapasitas (C)
2784,7 smp/jam, derajat kejenuhan (DS) 0,99, tundaan geometrik simpang
(DG) 4,0015 det/smp, tundaan simpang (D) 18,5015 det/smp, serta peluang
antrian 39-78%. Sedangkan kapasitas simpang tidak bersinyal 4 lengan
memiliki kapasitas (C) 3261,13 smp/jam, derajat kejenuhan (DS) 0,93, tundaan
geometrik simpang (DG) 4,0203 det/smp, tundaan simpang (D) 16,3203
det/smp, serta peluang antrian 34-69%.
5. Waktu efektif untuk Fly over Sultan Agung tidak sampai pada 5 tahun ke
depan, karena dari perhitungan di dapat derajat kejenuhan (DS) 0,8353. Dan
kemacetan mulai terasa pada tahun ke 5. karena dari perhitungan pada tahun ke
4 di dapat derajat kejenuhan (DS) 0,7174.
B. Saran
1. Dalam pembangunanfly overataupun fasilitas lain, seharusnya memperhatikan
dampak lalu lintas yang memungkinkan terjadi, khususnya di jalan Sultan
Agung dan jalan Ryacudu.
2. Supaya ada yang melakukan pengaturan lalu lintas pada titik kemacetan yang
3. Diperlukan studi tarikan atau bangkitan akibat adanya fly over tersebut,
khususnya difly oversultan agung–ryacudu.
4. Supaya dapat meningkatkan kinerja jalan di jalan Sultan Agung dan jalan
Ryacudu.
5. Supaya ada penambahan lebar pendekat dan pelarangan belok, karena dinilai
______2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung.
Badan Pusat Statistika, 2001. Transportation, Consumption and Accomodation.
Bandar Lampung
Firdausi, Dedi. 2006. Pola Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Bandar
Lampung. Universitas Diponegoro: Semarang.
Hudoyo, Rosyid. 2006. Efesiensi Rencana Fly Over Kalibanteng Kota Semarang
Dalam Mengatasi Kemacetan Dari Sisi Pengguna. (Tesis). Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota.
Jotin Khisty, C. Dan B. Kent Lall. 2003. Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi
Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Kirmanto, D. 2005 .Prospek Pembangunan Infrasturuktur di Indonesia.
Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997. Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Bina Marga.
Putra, A.D. 2012. Pemgaruh Pelebaran Ruas Jalan Terhadap Pengurangan
Kemacetan Lalu Lintas di Jalan Teuku Umar Kota Bandar Lampung. (Skripsi). Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.
Survey Pencacahan Lalu Lintas dengan Cara Manual, 2004. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Tamin, O.Z. 2000.Perencanaan dan Pemodelan Transportasi Edisi Kedua. ITB.
Nama Surveyor : 1. Galuh Pramita
2. Ira Kusumawati
Hari dan Tanggal : Senin, 09 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Nama Surveyor : 1. Galuh Pramita
2. Ira Kusumawati
Hari dan Tanggal : Kamis, 12 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Nama Surveyor : 1. Galuh Pramita
2. Ira Kusumawati
Hari dan Tanggal : Minggu, 15 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Nama Surveyor : 1. Ni Nyoman Yulianti
2. Tri Novita Sari
Hari dan Tanggal : Senin, 09 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Nama Surveyor : 1. Ni Nyoman Yulianti
2. Tri Novita Sari
Hari dan Tanggal : Kamis, 12 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Nama Surveyor : 1. Ni Nyoman Yulianti
2. Tri Novita Sari
Hari dan Tanggal : Minggu, 15 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Nama Surveyor : 1. Khoirunimah
2. Putri Ajeng
Hari dan Tanggal : Senin, 09 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Nama Surveyor : 1. Khoirunimah
2. Putri Ajeng
Hari dan Tanggal : Kamis, 12 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Nama Surveyor : 1. Khoirunimah
2. Putri Ajeng
Hari dan Tanggal : Minggu, 15 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Nama Surveyor : 1. Indah Athiyah
2. Yohana Noni
Hari dan Tanggal : Senin, 09 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Nama Surveyor : 1.Indah Athiyah
2.Yohana Noni
Hari dan Tanggal : Kamis, 12 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Nama Surveyor : 1. Indah Athiyah
2. Yohana Noni
Hari dan Tanggal : Minggu, 15 September 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Arah : Sultan Agung
Nama Surveyor : 1. Arif Kurniawan
2. Thias Maro Hidayat
Sampel Panjang Jalan (m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 16.00 16.10 836,5 131,18 30 Mobil AC Sedan BE 1529 AC
16.10 16.20 836,5 108,92 35 Mobil Ford
16.20 16.30 836,5 110,20 50 Mobil Pajero Sports BE 243 OQ
16.30 16.40 836,5 105,00 36,67 Motor Vega R BE 8455 CK 16.40 16.50 836,5 106,93 50 Mobil Avanza BE 2443 YC 16.50 17.00 836,5 118,00 40 Mobil Angkot BE 2206 BU Sampel Panjang Jalan
(m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 07.00 07.10 836,5 112,74 40 Mobil Pick Up BE 9399 CG 07.10 07.20 836,5 79,33 55 Mobil Avanza BE 2447 BJ 07.20 07.30 836,5 79,00 50 Mobil Kijang BE 2151 CH
07.30 07.40 836,5 86,22 50 Mobil Mazda BE 297 NH
07.40 07.50 836,5 96,00 30 Mobil Xenia B 1076 KFJ 07.50 08.00 836,5 141,63 40 Mobil Angkot BE 2350 BU Sampel Panjang Jalan
(m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 12.00 12.10 836,5 88,05 50 Mobil Hyundai BE 2385 CR 12.10 12.20 836,5 98,00 40 Motor Honda Beat BE 3885 CT
12.20 12.30 836,5 72,20 55 Mobil Pick Up BE 8266 AD 12.30 12.40 836,5 126,00 33,33 Mobil BRT BE 2885 CU
12.40 12.50 836,5 118,18 30 Motor Mio BE 8003 CR
Arah : Sultan Agung
Nama Surveyor : 1. Andi Syah Putra S
2. Ade Eriea Atiya
3. Yoka Pratiwi
Sampel Panjang Jalan (m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 16.00 16.10 836,5 89,12 50 Mobil Avanza BE 2119 TF
16.10 16.20 836,5 181,17 25 Mobil BRT BE 2881 CU
16.20 16.30 836,5 151,47 30 Mobil Angkot BE 2054 BU
16.30 16.40 836,5 119 25 Mobil Angkot BE 2139 BM
16.40 16.50 836,5 180,05 26,67 Mobil BRT BE 2368 BU
16.50 17.00 836,5 269,31 20 Sepeda
-Sampel Panjang Jalan (m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 07.00 07.10 836,5 167,56 50 Mobil Angkot BE 2030 BU 07.10 07.20 836,5 91,17 50 Mobil Sedan BE 1279 AV
07.20 07.30 836,5 72,57 55 Mobil APV BE 2609 UB
07.30 07.40 836,5 138,67 50 Mobil Pick Up BE 9402 DR
07.40 07.50 836,5 167,18 30 Mobil BRT BE 2368 AU
07.50 08.00 836,5 78,37 50 Mobil Kuda BE 1892 AD
Sampel Panjang Jalan (m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 12.00 12.10 836,5 88,00 53,33 Mobil Pick Up BE 9907 JB 12.10 12.20 836,5 132,81 30 Mobil Avanza BE 2570 CE 12.20 12.30 836,5 120,02 30,67 Mobil BRT BE 2533 CU 12.30 12.40 836,5 116,02 33,33 Mobil Angkot BE 2296 BU 12.40 12.50 836,5 105,00 46,67 Mobil Angkot BE 2206 BU
Arah : Sultan Agung
Nama Surveyor : 1. Arif Kurniawan
2. Thias Maro Hidayat
Sampel Panjang Jalan (m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 16.00 16.10 836,5 89,00 35 Mobil Angkot BE 2114 BU
16.10 16.20 836,5 176,56 40 Mobil BRT BE 2368 CU
16.20 16.30 836,5 90,00 30 Mobil Pick Up BE 9148 CK 16.30 16.40 836,5 81,00 46,67 Mobil Jeep B 1963 AJ 16.40 16.50 836,5 105,00 36,67 Motor Vega R BE 8445 CK 16.50 17.00 836,5 119,00 25 Mobil Angkot BE 2139 BU Sampel Panjang Jalan
(m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 07.00 07.10 836,5 99,00 40 Mobil Honda City B 2607 JE
07.10 07.20 836,5 90,00 36,67 Motor Honda Beat BE 3784 BJ
07.20 07.30 836,5 89,00 40 Motor MegaPro BE 8076 CT 07.30 07.40 836,5 135,57 30 Mobil Angkot BE 2132 BU 07.40 07.50 836,5 103,00 40 Mobil Honda City BK 289 BR
07.50 08.00 836,5 78,27 30 Mobil Swift BE 2056 YJ Sampel Panjang Jalan
(m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Arah : Ryacudu
Nama Surveyor : 1. Andi Syah Putra S
2. Ade Eriea Atiya
Sampel Panjang Jalan (m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 16.00 16.10 836,5 84,00 46,67 Mobil Truck B 9509 UCH 16.10 16.20 836,5 79,00 46,67 Mobil CRV BE 1527 AO
16.20 16.30 836,5 154,00 40 Mobil BRT BE 2016 AU
16.30 16.40 836,5 98,52 35 Mobil Pick Up BE 9582 CI 16.40 16.50 836,5 87,00 60 Motor Yupiter BE 4036 Y
16.50 17.00 836,5 126,32 45 Motor Mio BE 7252 yl
Sampel Panjang Jalan (m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 07.00 07.10 836,5 85,00 53,33 Mobil Avanza BE 2691 YF 07.10 07.20 836,5 93,00 52,5 Mobil Panther BE 2510 AF 07.20 07.30 836,5 104,29 37,5 Motor Supra X BE 6053 CH 07.30 07.40 836,5 100,39 46,67 Mobil Rush BE 2919 NI 07.40 07.50 836,5 142,67 50 Mobil Truck BE 9049 BJ 07.50 08.00 836,5 112,74 40 Mobil Juke BE 2702 YE Sampel Panjang Jalan
(m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 12.00 12.10 836,5 109,00 33,33 Mobil Innova B 2528 VR 12.10 12.20 836,5 80,46 50 Mobil Avanza BE 2792 CT 12.20 12.30 836,5 77,00 56,67 Mobil Pick Up BE 9878 ER
12.30 12.40 836,5 179,24 40 Mobil BRT BE 2016 AU
Arah : Ryacudu
Nama Surveyor : 1. Arif Kurniawan
2. Arlina Phelia
3. Thias Maro Hidayat
Sampel Panjang Jalan (m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 16.00 16.10 836,5 99,00 40,67 Mobil Avanza BE 2952 AZ 16.10 16.20 836,5 106,00 26,67 Mobil Pajero Sports BE 177 US
16.20 16.30 836,5 181,17 25 Mobil BRT BE 2881 CU
16.30 16.40 836,5 107,00 31,25 Mobil Suzuki Ertiga BE 2208 YJ
16.40 16.50 836,5 78,57 45 Motor Supra X BE 3961 CF 16.50 17.00 836,5 99,00 35 Motor Yamaha BE 3719 C0 Sampel Panjang Jalan
(m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 07.00 07.10 836,5 119,19 30 Motor Vega R BE 8232 CV 07.10 07.20 836,5 151,67 50 Mobil Angkot BE 2722 BU 07.20 07.30 836,5 107,18 30 Mobil Zebra BE 2956 BL 07.30 07.40 836,5 78,57 50 Mobil Daihitsu BE 2942 DL
07.40 07.50 836,5 182,97 30 Mobil BRT BE 2425 CU
07.50 08.00 836,5 94,54 50 Motor Revo BE 8268 WF
Sampel Panjang Jalan (m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 12.00 12.10 836,5 88,00 48,33 Mobil March BE 2608 YJ 12.10 12.20 836,5 160,00 33,33 Mobil BRT BE 2510 CU 12.20 12.30 836,5 132,00 32,5 Mobil Truck BE 9727 CG 12.30 12.40 836,5 108,00 43,33 Motor Mio BE 8862 CU 12.40 12.50 836,5 84,00 53,33 Mobil Pick up BE 9791 CB
Arah : Ryacudu
Nama Surveyor : 1. Arlina Phelia
2. Ade Achmad Al Fath
Sampel Panjang Jalan (m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan
16.00 16.10 836,5 95,00 40 Mobil CRV BE 1464 AP
16.10 16.20 836,5 84,45 46,25 Motor Honda Beat BE 5975 NW
16.20 16.30 836,5 122,00 37,5 Mobil Avanza BE 2681 CO 16.30 16.40 836,5 118,00 33,33 Mobil BRT B E2234 AU 16.40 16.50 836,5 92,00 45 Mobil Pick Up BE 9165 CK 16.50 17.00 836,5 86,00 42,5 Mobil Jeep BE 2951 CU Sampel Panjang Jalan
(m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan 07.00 07.10 836,5 93,00 43,33 Mobil Honda Civic BE 144 HI
07.10 07.20 836,5 95,00 48 Mobil Yaris BE 2180 YJ 07.20 07.30 836,5 83,00 43,33 Mobil Pick Up BE 9721 ER
07.30 07.40 836,5 79,00 50 Mobil Rush BE 2110 OY
07.40 07.50 836,5 96,18 30 Mobil Pick Up BE 9038 BD 07.50 08.00 836,5 87,00 42,5 Mobil Pick Up BE 9780 IC Sampel Panjang Jalan
(m)
Waktu (Detik) Spot Speed (km/jam)
Jenis/Merk Kendaraan
Plat Nomor Kendaraan
12.00 12.10 836,5 178,07 30 Mobil BRT BE 2016 AU
Lurus (Arah Way Halim)
Nama Surveyor : Arif Kurniawan
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Kiri (Arah Jl. Letnan Alamsyah)
Nama Surveyor : Arif Kurniawan
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Kiri (Arah Way Halim)
Nama Surveyor : Rahmat Effendi
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Kanan (ArahFly Over)
Nama Surveyor : Wahyudin
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Lurus (ArahFly Over)
Nama Surveyor : Mutia
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Kanan (Arah Jl. Letjen Alamsyah RPN)
Nama Surveyor : Hasna
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Lurus (ArahFly Over)
Nama Surveyor : Galuh Pramita
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Kanan (Arah Jl. Pulau Damar I)
Nama Surveyor : Galuh Pramita
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Kiri (Arah Pulau Damar II)
Nama Surveyor : Galuh Pramita
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Lurus (Arah Pulau Damar I)
Nama Surveyor : Ni Nyoman Yuliyanti Wijaya
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi
Kanan (Arah Jl. Ryacudu)
Nama Surveyor : Ni Nyoman Yuliyanti Wijaya
Hari dan Tanggal : Kamis, 07 November 2013
Cuaca : Cerah
Waktu
Kendaraan Ringan (LV) Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor
(MC)
Tidak Bermotor (UM)
Mobil Penumpang
Mobil Pribadi