TRAFFIC AND TRANSPORTATION IN BANDAR LAMPUNG
By
KIKI YOA GUNEVI
Coordination on the implementation of traffic and transportation carried out by stakeholders involved based on Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 about Lalu Lintas dan Angkutan Jalan are Polresta Bandar Lampung, Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung, and Badan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung. Coordination is done due to high congestion and high number of accidents that occurred in Bandar Lampung, and the high growth rate of the motor vehicle that is not offset by the construction of new roads.
The purpose of this research is to analyze stakeholders coordination and obstacles encountered on the implementation of traffic and transportation in Bandar Lampung. The method used in this paper is a qualitative approach. Data collection techniques used were interviews, observation, and documentation.
Stakeholders coordination on the implementation of traffic and transportation in Bandar Lampung can be seen through the coordination according to seven indicators, they’re: information, communication, and information technology; awareness of the importance of coordination; competence of participants; agreements and commitments; the establishment of an agreement; incentives coordination; and feedback. Based on these indicators showed that the coordination carried out in the organization of traffic and transportation in Bandar Lampung is not going well because of the seven indicators, five of which can not be implemented properly and there are also obstacles in the implementation of coordination, they’re the budget problem, the problem of authority, the lack of traffic police personnel, coordination meetings are rare, and no action plans in the Forum.
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
KIKI YOA GUNEVI
Koordinasi dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dilakukan oleh stakeholder yang terlibat berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu Polresta Bandar Lampung, Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung, dan Badan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung. Koordinasi dilakukan karena tingginya kemacetan dan tingginya angka kecelakaan yang terjadi di Bandar Lampung, serta tingginya laju pertumbuhan kendaraan bermotor yang tidak diimbangi dengan pembangunan jalan baru.
Tujuan penelitan ini adalah untuk menganalisis koordinasi multi stakeholderdan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung dapat dilihat melalui tujuh indikator koordinasi menurut, yaitu: informasi, komunikasi, dan teknologi informasi; kesadaran pentingnya berkoordinasi; kompetensi partisipan; kesepakatan dan komitmen; penetapan kesepakatan; insentif koordinasi; dan feedback. Berdasarkan indikator tersebut menunjukkan bahwa koordinasi yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung belum berjalan dengan baik. Hal tersebut dikarenakan dari tujuh indikator, lima diantaranya belum bisa dilaksanakan dengan baik dan juga terdapat hambatan dalam pelaksanaan koordinasi, yaitu masalah anggaran, masalah kewenangan, kurangnya personil polantas, rapat koordinasi yang jarang dilakukan, dan tidak ada rencana kerja dalam Forum.
Rekomendasi yang peneliti berikan, yaitu memberikan reward dan punishment kepada pelaksana koordinasi, penambahan personil polantas, membuat aturan tertulis, membuat jadwal rapat koordinasi, dan membuat rencana kerja dan rencana anggaran dalam Forum.
Oleh
KIKI YOA GUNEVI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
Skripsi
Oleh
KIKI YOA GUNEVI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
iv
Halaman
Bagan 2.1 Internal Coordinating of An Enterprise ... 26
Bagan 2.2 Koordinasi... 31
Bagan 2.3 Kerangka Pikir ... 43
v
Halaman Gambar 5.1 Pengaturan Lalu lintas yang Dilakukan Oleh Polantas, Personil
Dishub,dan Personil Satpol PP di Perempatan Antara Jl. Gajah
Mada - Dr. Harun II... 83
Gambar 5.2Satpol PP yang Mengobrol dan Bermain Telepon Genggam... 84
Gambar 5.3 Dishub yang Tidak Menjalankan Tugasnya dengan Baik... 84
Gambar 5.4 Kemacetan di Jl. Z.A. Pagar Alam... 94
Gambar 5.5 Kemacetan di Jl. P. Antasari ... 95
i
2. Ciri-Ciri dan Unsur Organisasi ... 10
3. Prinsip Organisasi ... 11
4. Macam, Bentuk, dan Tipe Organisasi ... 15
B. Tinjauan Manajemen... 21
3. Tujuan dan Manfaat Koordinasi... 29
4. Pentingnya Koordinasi ... 31
5. Mekanisme Koordinasi ... 33
6. Tipe-Tipe Koordinasi ... 36
7. Karakteristik Koordinasi yang Efektif ... 38
8. Masalah-Masalah dalam Koordinasi... 38
9. Indikator Koordinasi ... 39
ii
C. Lokasi Penelitian... 46
D. Jenis dan Sumber Data ... 46
E. Teknik Pengumpulan Data... 48
F. Teknik Analisis Data... 51
G. Teknik Keabsahan Data ... 53
IV. GAMBARAN UMUM ... 57
A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung ... 57
B. Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.. 59
C. Gambaran Umum Dinas PU Kota Bandar Lampung ... 61
D. Gambaran Umum Badan Satpol PP Kota Bandar Lampung ... 64
E. Gambaran Umum Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan... 66
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 68
A. Hasil Penelitian ... 68
a) Koordinasi Multi Stakeholder dalam Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Bandar Lampung ... 68
1) Informasi, Komunikasi, dan Teknologi Informasi ... 69
2) Kesadaran Pentingnya Koordinasi ... 77
3) Kompetensi Partisipan ... 80
4) Kesepakatan dan Komitmen ... 85
5) Penetapan Kesepakatan... 88
6) Insentif Koordinasi... 90
7) Feedback ... 93
b) Hambatan yang Dihadapi pada Koordinasi Multi Stakeholder dalam Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Bandar Lampung... 96
B. Pembahasan... 103
a) Koordinasi Multi Stakeholder dalam Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Bandar Lampung ... 103
1) Informasi, Komunikasi, dan Teknologi Informasi ... 104
2) Kesadaran Pentingnya Koordinasi ... 106
3) Kompetensi Partisipan ... 109
4) Kesepakatan dan Komitmen ... 110
5) Penetapan Kesepakatan ... 112
6) Insentif Koordinasi... 112
7) Feedback ... 114
iii DAFTAR PUSTAKA
vi
Halaman
Tabel 1.1 Data Angka Kecelakaan Lalu Lintas Kota Bandar Lampung... 3
Tabel 2.1 Fungsi-Fungsi Manajemen menurut Para Ahli ... 23
Tabel 3.1 Informan Penelitian...47
Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita
capai.
Ernest Newman
Musuh yang paling berbahaya diatas dunia adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian
dan keyakinan yang teguh.
Andrew Jackson
Keyakinan adalah kunci dari keberhasilan.
Kiki Yoa Gunevi
Semua yang kita kerjakan dan upayakan tidak akan pernah sia-sia.
Dengan menyebut nama Allah SWT
Kupersembahkan karya kecil ini untuk:
Allah SWT dengan segala kerendahan hati ku ucapkan syukur atas
karunia-Mu kepadaku
Mama, Papa, dan Adik-adik ku tercinta yang selalu
memberikan yang terbaik untukku
Terima kasih atas segala cinta, pengorbanan, kesabaran, motivasi,
keikhlasan, dan do a yang tiada henti
dalam menanti keberhasilanku
Keluarga besar yang senantiasa menyemangati dan memberikan
nasihat
Para pendidik dengan ketulusan dan kesabarannya selalu memberikan
arahan dan bimbingan kepadaku
Sahabatku, teman, dan almamater tercinta yang selalu menemaniku
dalam berpikir dan bertindak serta memberikan pengalaman yang tak
Penulis bernama lengkap Kiki Yoa Gunevi lahir di Kota
Bengkulu pada 24 Agustus 1993. Penulis merupakan anak
pertama dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Gunawan
dan Ibu Elvi Suzannah.
Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah TK Pertiwi Provinsi Lampung pada
tahun 1997 – 1999, SD Negeri 2 (Teladan) Rawa Laut pada tahun 1999 – 2005,
SMP Negeri 1 Bandar Lampung pada Tahun 2005 –2008, SMA Negeri 5 Bandar
Lampung pada 2008–2011. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswi
pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Tertulis.
Penulis pada tahun 2011 tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu
Administrasi Negara (Himagara) sebagai anggota dan pada periode 2013-2014
penulis menjabat sebagai Bendahara Umum. Pada tahun 2014, penulis mengikuti
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik 2014 Periode 1 di Srimulyo, Kecamatan
Assalamu’alaikum
Alhamdulillahhirabbil’alamin tercurah segala puji dan syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala kehendak dan kuasa Allah
SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Koordinasi
Multi Stakeholder dalam Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
di Bandar Lampung” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Administrasi Negara (SAN) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan,
dukungan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Sehingga, pada kesempatan ini
dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Negara sekaligus Pembimbing Akademik penulis yang
senantiasa memberi arahan dan motivasi bagi penulis selama menjadi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Nana Mulyana, S.IP., M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat.
6. Seluruh karyawan dan staf di Jurusan Ilmu Administrasi Negara atas
semua bantuan, pelayanan, pengajaran, dan nasihat yang telah diberikan.
7. Pihak Polresta Bandar Lampung (Bapak Gunawan, S.H.), pihak Dinas
Perhubungan Kota Bandar Lampung (Bapak Iskandar Z., S.H., M.H. dan
Bapak Rozali), pihak Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung
(Bapak Azwar, S.T., M.M.) dan pihak Badan Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Bandar Lampung (Bapak Herman Karim, S.H., M.H.) serta Ibu Dr.
Rahayu Sulistyorini, S.T., M.M. Terimakasih atas bantuan, motivasi,
nasihat, ketersediaan, dan kesabaran dalam memberikan data dan
pengalaman yang dibutuhkan penulis sehingga skripsi ini selesai.
8. Kedua Orang Tuaku, Papa Gunawan dan Mama Elvi yang menjadi alasan
utamaku untuk meraih kesuksesan. Terima kasih untuk doa, kasih sayang,
dan pengorbanan yang diberikan hingga aku dapat menyelesaikan skripsi
selama ini. Jangan nakal dan jangan males ya... Sukses buat kalian!!!
10. Seluruh Keluarga Besarku (Nenek, Yai, Cicik Inten, Ii Po Lay, Ii Meing, Ii
Meung, Ii Linda, Om Jon, dan semuanyaaa) terima kasih selalu
memotivasiku untuk cepat lulus, mendengarkan keluh kesahku dalam
mengerjakan skripsi ini dan memberikan bantuan selama ini.
11. Annisa Ayunindya Putri, terima kasih banyak selalu memberi motivasi dan
juga semangat yang tak terhingga serta mau mendengarkan keluh kesahku.
Saranghae, Nin!
12. Isa Dede Ariamier yang selalu sibuk dengan kerjaan.Semangat De untuk
skripsinya!!! Ingeeett... jangan pas ga ada patjar aja sering ngehubungin
guedan ngajakin main.
13. Sendy Octianti Azril, S.A.B. dan Jaka Mufti Wibowo, S.E., makasih yaaa
buat kalian yang doyan banget ngajakguepergi-pergi dan tak kenal waktu.
Jangan bosen-bosen dan jangan kapok!yang terbaik ya buat kalian!
14. Denny Fathurahman, thanks ya Den kertasnya hahahaha Sukses ya,
Deeennnn!!!
15. Putri Sulistyo Rahatiani, S.E., terimakasih ecul selama ini udah
nyemangatin aku dan juga mau menjadi tempat untuk menumpahkan
keluh kesah aku walaupun kita baru ketemu di KKN.Gomawoyo!
16. Miftayuni Rahmawati, S.A.N., Leli Juwiyah, dan Juzna Septia, S.A.N,
thanks ya guys udah jadi teman kuliah yang terbaik, motivasi, dan juga
Riza, Danisa, Fredy, Esa, Octavia, Yana, Vike, Raras, Ninda, Farrah, Mut,
Kristy, Ayuk Farah, Lily, Rano, Intan, Jenny, Silvia, Tami, Pebie, Feby,
Ekky, Hesty, Amel, Iid, Ciko, Ahmed, Deni menceng, Rizky, Toto, Faiz,
dan Rendy. dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima
kasih kawan-kawan semua
18. Teman-teman Administrasi Negara 2012, especially for “duet maut”, Alli
Firdaus dan M. Imam Icup Syafe’i yang doyan ngegupekin gue untuk
skripsinya. Semoga skripsi kalian menjadi skripsi terbaik yaaa!!!
Semangat!
19. Serta semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu,
penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah
diberikan.
Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan
yang telah diberikan, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan
berguna untuk selanjutnya. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum
Bandar Lampung, Desember 2015
Penulis,
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan suatu kota dikaitkan dan dipengaruhi oleh jumlah penduduknya.
Pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang besar menyebabkan
meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah
penyediaan sistem transportasi yang efektif dan efisien. Transportasi dapat
diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau
mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain
ini objek tersebut lebih bermanfaat atau berguna untuk tujuan-tujuan tertentu.
Karena dalam pengertian tersebut terdapat kata-kata usaha, berarti transportasi
juga merupakan sebuah proses, yakni proses pindah, proses gerak, proses
mengangkut dan mengalihkan dimana proses ini tidak bisa dilepaskan dari
keperluan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses perpindahan
sesuai dengan waktu yang diinginkan (Miro, 2005: 4). Walaupun sekarang ini
transportasi semakin maju, tidak menutup kemungkinan bahwa transportasi juga
membawa hal negatif.
Salah satu masalah transportasi yang dihadapi sekarang ini adalah kemacetan lalu
lintas kendaraan bermotor yang merupakan akibat dari tidak sebandingnya
pembangunan jalan baru. Jumlah kendaraan bermotor bertambah setiap tahun
dengan laju pertumbuhan yang tinggi dimana secara keseluruhan diatas 10 persen
sedangkan pembangunan jalan baru sangat lamban, yakni hanya 0,05 persen/tahun
(Adisasmita, 2011:10).
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tertentu dimana tersendatnya atau bahkan
terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan
melebihi dari kapasitas jalan yang ada. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota
besar, terutama yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau
memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan
penduduk. Kemacetan lalu lintas merupakan masalah utama yang dihadapi oleh
kota-kota besar di dunia, terutama di negara-negara berkembang. Masalah
kemacetan lalu lintas sangat dirasakan ketika jam-jam sibuk, baik pada pagi hari
maupun jam sibuk sore hari, yaitu saat orang berpergian dari rumah ke tempat
kerja, sekolah atau aktivitas lainnya, dan juga saat mereka pulang kembali ke
rumahnya masing-masing.
Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang memiliki luas
197,22 km2. Kota ini cukup pesat dalam pertumbuhan kendaraan, baik kendaraan
roda empat (R4) ataupun roda dua (R2). Pertumbuhan jumlah kendaraan di
Bandar Lampung sekitar 20 persen pertahunnya (Sumber: Hasil wawancara
dengan Bapak Antoni Syahruna pada 26 Januari 2015). Dengan persentase
pertumbuhan tersebut, pada tahun 2014, Bandar Lampung terlihat padat akan
kendaraan. Hal ini bisa dilihat dari seringnya terjadi kemacetan di ruas-ruas jalan
kemacetan terutama pada jam-jam sibuk atau beban puncak arus lalu lintas,
seperti di Jl. Raden Intan, Jl. Kartini, Jl. Imam Bonjol, Jl. Pemuda, dan Jl. Pangkal
Pinang (Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Rozali pada 27 Januari 2015).
Kemacetan lalu lintas pada ruas-ruas jalan utama pusat Kota Bandar Lampung
menyebabkan munculnya kawasan-kawasan kemacetan di Kawasan Tugu-Gedung
Joeang’45, Kawasan Terminal Kota-Bandar Lampung Plaza, Kawasan Simpur
Center, Kawasan Pertokoan Pasar Tengah, Kawasan Chandra Superstore, dan juga
Kawasan Pasar Bambung Kuning. Dengan adanya pertumbuhan jumlah
kendaraan, tidak hanya permasalahan kemacetan yang terjadi, masalah
kecelakaan pun terkadang juga tak bisa dihindari karena makin banyak jumlah
kendaraan yang ada maka kemungkinan terjadi kecelakaan lalu lintas juga akan
meningkat.
Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan
tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan kerugian harta benda. Menurut laporan Polisi
Resor Kota (Polresta) Bandar Lampung Satlantas Unit Laka Lantas, angka
kecelakaan yang terjadi di Bandar Lampung bisa dikatakan cukup tinggi. Adapun
data angka kecelakaan bisa dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Data Angka Kecelakaan Lalu Lintas Kota Bandar Lampung
Tahun Jumlah Kecelakaan
2011 362 kasus
2012 323 kasus
2013 302 kasus
2014 431 kasus
Jika dilihat dari data tersebut, angka kecelakaan di Bandar Lampung mengalami
penurunan dari tahun 2011 - 2013. Namun, di tahun 2014, kecelakaan yang terjadi
di Bandar Lampung sebanyak 431 kasus artinya kecelakaan di Bandar Lampung
mengalami kenaikan 42 persen dari tahun sebelumnya. Adapun penyebab
kecelakaan di Bandar Lampung menurut Dinas Perhubungan (Dishub) Kota
Bandar Lampung adalah parkir liar, adanya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang
berjualan memakai badan jalan, adanya lubang, dan juga material bangunan yang
berserakan di pinggir jalan seperti pasir. Sedangkan, menurut Polresta Bandar
Lampung Satlantas Unit Laka Lantas penyebabnya adalah kelalaian pengguna
kendaraan atau kesadaran human error, faktor alam, faktor kendaraan, dan juga
faktor jalan. Namun, penyebab yang paling tinggi adalah kelalaian pengguna
kendaraan.
Upaya pencegahan diperlukan agar angka kecelakaan dan juga kemacetan lalu
lintas di Bandar Lampung bisa berkurang. Sehingga untuk mewujudkan Bandar
Lampung yang tertib dan aman serta berkurangnya angka kecelakaan lalu lintas
dan kemacetan tersebut, diperlukan koordinasi yang efektif dari parastakeholder.
Stakeholder bisa dikatakan sebagai kelompok atau individu yang dapat
memengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Adapun
stakeholderyang terlibat berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan Pasal 7 ayat 2 adalah Polisi Republik Indonesia (Polri) yang
dilaksanakan oleh Polresta Bandar Lampung, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota
Bandar Lampung, Badan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandar
Stakeholder yang terlibat dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan
salah satunya adalah Polisi Republik Indonesia (Polri). Polri merupakan
koordinator dan pengawas untuk terciptanya lalu lintas yang aman dan tertib yang
didasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Polisi Lalu Lintas (Polantas) di bawah Polisi Resor Kota
(Polresta) bertanggung jawab atas tata tertib lalu lintas di jalan raya. Unit ini
membantu unsur-unsur lain dalam kepolisian untuk menangani pelanggaran
hukum di jalan raya. Adapun yang menjadi ciri utama tugas Polantas, yaitu
penegakan hukum lalu lintas (baik preventif maupun represif), pendidikan
masyarakat tentang lalu lintas, rekayasa lalu lintas, serta registrasi dan identifikasi
pengemudi dan kendaraan bermotor.
Urusan pemerintahan di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan
jalan dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan (Dishub). Dishub juga berperan
penting dalam terciptanya lalu lintas yang aman dan tertib dimana intansi ini
melakukan pembuatan sarana dan prasarana lalu lilntas dan angkutan jalan, seperti
rambu lalu lintas dan juga marka jalan. Namun, walaupun sudah banyak rambu
lalu lintas dan marka jalan yang ada di Bandar Lampung, pengguna kendaraan di
Bandar Lampung terkadang tidak paham dan mengerti arti dari tanda tersebut. Hal
itu juga menjadi penyebab salah satu terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang saat ini memang diperbantukan
untuk menjaga kelancaran lalu lintas. Hal tersebut dikarenakan jumlah personil
dari polantas dan dinas perhubungan tidak mencukupi. Sehingga diperlukan
lalu lintas. Melihat hal tersebut, maka dikeluarkanlah Surat Perintah Tugas (SPT)
Nomor 800/400/III.19/201.
Selanjutnya, stakeholder yang memiliki tanggung jawab terhadap permasalahan
yang berkaitan dengan lalu lintas adalah Dinas Pekerjaan Umum (PU).
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2008
tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung, Dinas
PU mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan kota di bidang
Pekerjaan Umum dan Perumahan berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan. Dalam struktur organisasinya, Bidang Bina Marga bertanggung
jawab atas urusan di bidang jalan dan jembatan perkotaan serta sarana dan
prasarana di Kota Bandar Lampung. Jadi, Dinas PU juga bertanggung jawab atas
terciptanya lalu lintas yang aman dan tertib karena dengan bagusnya kondisi jalan
yang ada di Bandar Lampung, maka lalu lintas yang aman dan tertib akan tercipta.
Namun, kenyataannya pembangunan infrastruktur jalan yang ada di Bandar
Lampung terkesan asal-asalan. Seperti yang dikatakan oleh Een bahwa:
“Pembangunan infrastruktur jalan yang ada di Bandar Lampung hampir semua
terkesan carut-marut dan acak-acakan sehingga wajar apabila dalam hitungan
bulan, proyek jalan kembali rusak, padahal setiap spesifikasi ruas jalan memiliki
umur perencanaan yang jelas” (Sumber: Harian Pilar. Diakses pada 31 Mei
2015). Hal ini juga dapat mejadi faktor penyebab kecelakaan karena kondisi jalan
yang kurang baik bisa mengakibatkan pengendara R2 terjatuh.
Untuk mencapai keberhasilan tujuan masing-masing instansi, koordinasi
ditentukan oleh kerjasama yang baik antara instansi yang terlibat dan disinilah
koordinasi antar instansi memegang peranan penting. Menurut Usman (2013:488),
koordinasi adalah proses mengintegrasikan (memadukan), menyinkronisasikan,
dan menyederhanakan pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah secara
terus-menerus untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Tanpa adanya
koordinasi, individu-individu dan bagian-bagian tidak akan dapat melihat peran
mereka dalam suatu organisasi. Koordinasi yang dijalankan stakeholder tersebut
berdasarkan pasal 13 ayat 1 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang berbunyi, “Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 dilakukan secara terkoordinasi.
Melihat tingginya angka kecelakaan dan kemacetan lalu lintas yang terjadi di
Bandar Lampung, masih diduga bahwa koordinasi yang dijalankan oleh para
stakeholder belum berjalan dengan baik. Menyadari adanya permasalahan
tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan
jalan di Bandar Lampung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas
dan angkutan jalan di Bandar Lampung?
2. Apasaja hambatan yang dihadapi pada koordinasi multi stakeholder dalam
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Menganalisis koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas
dan angkutan jalan di Bandar Lampung.
2. Menganalisis hambatan-hambatan yang dihadapi pada koordinasi multi
stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar
Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di
atas maka penelitian ini dapat berguna:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan referensi
bagi Kajian Ilmu Administrasi Negara khususnya pada mata kuliah Teori
Organisasi dan Manajemen dan Pengembangan Organisasi Publik.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan dan keputusan utamanya bagi Pemerintah dan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Organisasi
1. Pengertian Organisasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa Inggris, organization. Syamsi (1994:13)
menyatakan bahwa organisasi dapat diartikan dua macam, yaitu: (1) Dalam arti
statis, organisasi sebagai wadah kerja sama sekelompok orang yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan tertentu; (2) Dalam arti dinamis, organisasi sebagai suatu
sistem atau kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Robbins dalam Ndraha (2011:235), organisasi adalah
kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan
yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus
untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Organisasi
menurut Handayaningrat (1985:42) adalah wadah (wahana) kegiatan daripada
orang-orang yang bekerja sama dalam usahanya mencapai tujuan. Dalam wadah
kegiatan tersebut, setiap orang harus jelas tugas, wewenang dan tanggung
jawabnya, hubungan dan tata kerjanya. Sedangkan menurut Hardjito (1997:5),
organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, yang
memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai melalui
Dari pengertian yang disebutkan para ahli, dapat disimpulkan bahwa organisasi
adalah suatu wadah yang terdiri dari orang-orang yang bekerja sama dalam
usahanya sehingga maksud dan tujuan dari sekelompok orang tersebut dapat
tercapai.
2. Ciri-Ciri dan Unsur Organisasi
Ciri-ciri organisasi menurut Handayaningrat (1985:43), yaitu:
a. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal.
b. Adanya kegiatan yang berbeda-beda tetapi satu sama lain saling berkaitan
(interdependent part) yang merupakan kesatuan usaha/kegiatan.
c. Tiap-tiap anggota memberikan sumbangan usahanya/tenaganya.
d. Adanya kewenangan, koordinasi, dan pengawasan.
e. Adanya suatu tujuan (the idea of goals).
Sedangkan ciri-ciri organisasi menurut Hardjito (1997:12), yaitu:
a. Adanya sekelompok orang.
b. Antar hubungan.
c. Kerja sama yang didasarkan atas hak, kewajiban, dan tanggung jawab
masing-masing orang untuk mencapai tujuan.
Unsur-unsur organisasi menurut Wursanto (2003:54) terdiri dari:
a. Man(orang-orang), dalam kehidupan organisasi sering disebut dengan istilah
b. Kerja sama, maksudnya adalah suatu perbuatan bantu membantu atau suatu
perbuatan yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.
c. Tujuan bersama, merupakan arah atau sasaran yang ingin dicapai dan juga
menggambarkan apa yang harus dicapai melalui prosedur, program, pola
(network), kebijaksanaan (policy), strategi, anggaran (budgeting), dan
peraturan-peraturan (regulation) yang telah ditetapkan.
d. Peralatan (equipment), terdiri dari semua sarana yang berupa materi,
mesin-mesin, uang, dan barang modal lainnya (tanah, gedung/ bangunan/kantor).
e. Lingkungan (environment)
f. Kekayaan alam, misalnya keadaan iklim, udara, air, cuaca, flora, dan fauna.
g. Kerangka atau konstruksi mental organisasi, berupa prinsip-prinsip
organisasi.
3. Prinsip Organisasi
Prinsip-prinsip organisasi sering disebut dengan azas-azas organisasi. Prinsip atau
azas merupakan dasar, pondasi, atau suatu kebenaran yang menjadi pokok atau
tumpuan berpikir. Prinsip-prinsip organisasi adalah pondasi yang menjadi pokok
dasar atau yang menjadi pangkal-tolak di dalam menggerakkan organisasi. Oleh
karena itu, organisasi dibangun dan digerakkan diatas pondasi yang berupa prinsip
organisasi, dan setiap prinsip mengandung suatu kebenaran, sehingga tercapai
atau tidaknya tujuan organisasi tergantung pada kemampuan pimpinan organisasi
dalam melaksanakan prinsip organisasi. Adapun prinsip organisasi yang
a. Mempunyai tujuan yang jelas
Tujuan merupakan sesuatu atau sasaran yang hendak dicapai. Karena tujuan
yang hendak dicapai adalah tujuan organisasi maka tujuan tersebut harus
dicapai melalui kerjasama sekelompok orang dimana tujuan tersebut harus
dirumuskan dan ditetapkan dengan jelas.
b. Mempunyai kesatuan perintah
Maksud dari prinsip ini adalah bahwa setiap pegawai dalam organisasi
hendaknya mempunyai atasan langsung. Hal ini berarti setiap bawahan hanya
dapat diperintah secara langsung oleh satu orang atasan sehingga seorang
bawahan bertanggung jawab langsung kepada seorang atasannya langsung.
c. Ada keseimbangan
Organisasi selalu membutuhkan keseimbangan. Prinsip keseimbangan di
dalam organisasi dapat dibedakan beberapa macam, misalnya keseimbangan
antara sentralisasi dan desentralisasi kewenangan, keseimbangan antara
wewenang dan tanggung jawab, keseimbangan antara pengeluaran dan
penerimaan, dan kerugian yang di derita oleh suatu unit harus diimbangi
dengan keuntungan yang diperoleh dari unit-unit lain.
d. Ada pendistribusian pekerjaan
Prinsip pendistribusian pekerjaan disebut juga prinsip pembagian tugas.
Prinsip sebagian pekerjaan secara homogen (distribution of work) adalah
mengelompokkan tugas atau pekerjaan yang sejenis atau yang erat
hubungannya menjadi satu unit tersendiri. Jadi dalam pembagian tugas,
macam-macam tugas dalam organisasi dibagi-bagi menjadi sedemikian rupa
e. Ada rentangan pengawasan
Rentangan pengawasan adalah seberapa jauh kemampuan seorang pemimpin
mampu mengawasi para bawahannya secara cepat dan tepat.
f. Ada pelimpahan wewenang
Pelimpahan wewenang berarti penyerahan sebagian kekuasaan dari seorang
atasan kepada pejabat bawahan atau kepada pejabat lain untuk melakukan
suatu pertanggungjawaban. Jadi, pelimpahan belum tentu mengalir dari
seorang atasan kepada bawahan, tetapi dapat juga terjadi dari seorang atasan
kepada pejabat yang setingkat
g. Ada departementalisasi
Prinsip departementalisasi disebut juga dengan istilah departementasi.
Departementasi adalah proses penggabungan pekerjaan ke dalam kelompok
pekerjaan yang sejenis. Setiap fungsi merupakan tugas dan tanggung jawab
dari suatu unit tertentu dalam organisasi.
h. Ada penempatan pegawai yang tepat
Salah satu prinsip bidang kepegawaian adalah the right man in the right
place, yang berarti orang yang baik ditempatkan pada tempat yang tepat atau
penempatan seorang pegawai harus sesuai dengan keahliannya.
i. Ada koordinasi
Koordinasi adalah suatu usaha untuk mendapatkan keselarasan gerak,
keselarasan aktivitas, dan keselarasan tugas antar satuan organisasi yang ada
di dalam organisasi. Tujuan organisasi akan tercapai secara efektif apabila
semua orang, semua pejabat, dan semua unit/satuan organisasi serta semua
j. Ada balas jasa yang memuaskan
Balas jasa adalah imbalan yang diberikan kepada seorang atas jerih payah
yang telah disumbangkannya. Untuk memberikan balas jasa yang
memuaskan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya dengan gaji
yang menarik dan dengan pemberian jaminan sosial.
Syamsi (1994:14) mengemukakan prinsip organisasi antara lain:
a. Perumusan tujuan dengan jelas (formulation of the objectives)
Setelah tujuan ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan
tujuan tersebut dengan rinci dan jelas, termasuk juga jelas batas-batasnya.
Perumusan tujuan tersebut dalam prakteknya dijabarkan dalam tugas pokok.
b. Pembagian tugas pekerjaan (division of works)
Adanya pembagian kerja bisa membantu dalam memperingan tugas
koordinasi dimana pembagian tugas kerja ini dapat melancarkan pengawasan
dan juga menghemat biaya.
c. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab (delegation of authorithy and
responsibility)
Untuk dapat menjalankan tugas dengan baik, maka para petugas atau pejabat
harus dilimpahi wewenang. Sebagai konsekuensi itu harus disertai
pertanggungjawaban yang sepadan. Wewenang yang dilimpahkan itu
meliputi wewenang untuk menjalankan tugasnya, wewenang untuk
memerintah bawahannya dan wewenang untuk menggunakan fasilitas yang
d. Banyaknya tingkat hierarkis (level of hierarchy)
Yang dimaksud dengan tingkatan hierarki disini adalah banyaknya tingkatan
unit kerja dalam suatu organisasi. Sebaiknya jangan terlalu banyak karena
perintah dari pucuk pimpinan harus sampai juga pada unit kerja yang paling
bawah.
e. Rentangan pengawasan (span of control)
Yang dimaksud dengan rentangan pengendalian adalah banyaknya bawahan
yang sebaiknya masih bisa diawasi dengan baik.
f. Memahami akan tugas masing-masing dan kaitan tugas secara keseluruhan
(understanding by the individual of his own task and the task of the whole)
Masing-masing unit kerja memang mempunyain tugas tertentu. Namun,
jangan sampai merasa bahwa unit kerjanya saja yang paling penting
sedangkan unit kerja lainnya hanya dianggap sebagai pelengkap saja.
Dari pendapat para ahli, prinsip-prinsip organisasi yang digunakan sebagai dasar
organisasi untuk membangun dan menggerakkan organisasi yang kompleks
diharapkan dapat berjalan dengan baik dimana tercapai atau tidaknya tujuan
organisasi tergantung pada kemampuan pimpinan organisasi dalam melaksanakan
prinsip organisasi.
4. Macam, Bentuk, dan Tipe Organisasi
Organisasi terdapat beberapa macam tergantung dari segi pandangannya, seperti
yang dikemukakan Wursanto (2003:61) yang membagi beberapa macam
a. Segi jumlah pucuk pimpinan
Dari segi jumlah pucuk pimpinan, organisasi dibedakan menjadi:
1) Organisasi tunggal (single organization)
Dinamakan organisasi tunggal apabila pucuk pimpinan organisasi itu ada
di tangan satu orang.
2) Organisasi jamak (plural organizationatauplural executive organization)
Dinamakan organisasi jamak apabila pucuk pimpinan organisasi tersebut
berada di tangan beberapa orang. Beberapa orang pimpinan tersebut
merupakan suatu kesatuan.
b. Segi keresmian
Menurut keresmiannya, organisasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Organisasi formal (formal organization)
Dikatakan organisasi formal apabila kegiatan yang dilakukan oleh
beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok secara sadar
dikoordinasikan guna tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, sehingga
orang-orang yang tergabung dalam kelompok itu mempunyai struktur
yang jelas. Atruktur menunjukkan suatu aliran hubungan yang
menggambarkan wewenang, kekuasaan, dan tanggung jawab. Hubungan
formal biasanya telah tergambar dalam bagan organisasi atau struktur
organisasi.
2) Organisasi informal (informal organization)
Organisasi informal adalah organisasi yang disusun secara bebas dan
spontan dan keanggotaannya disusun secara sadar atau secara tidak sadar,
organisasi informal tidak ada perincian secara tegas tentang tujuan
organisasi. Biasanya organisasi informal bersifat sementara karena
pembentukannya tidak direncanakan atas rencana matang yang dan jelas.
c. Segi tujuan
Dari segi tujuan yang hendak dicapai, organisasi dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
1) Organisasi niaga atau organisasi ekonomi
Organisasi niaga atau organisasi ekonomi adalah organisasi yang tujuan
utamanya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Organisasi
niaga dibedakan menjadi organisasi niaga swasta dan organisasi niaga
pemerintah.
2) Organisasi sosial atau organisasi kemasyarakatan
Organisasi kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota
masyarakat Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan,
profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan
nasional.
d. Segi luas wilayah
Menurut luas wilayahnya, organisasi dapat dibedakan menjadi empat macam,
yaitu:
1) Organisasi daerah (local organization)
Organisasi daerah adalah organisasi yang luas wilayahnya meliputi suatu
2) Organisasi nasional (national organization)
Organisasi nasional adalah organisasi yang luas wilayahnya meliputi
seluruh wilayah dalam suatu negara.
3) Organisasi regional (regional organization)
Organisasi regional adakah organisasi yang luas wilayahnya meliputi
beberapa negara tertentu saja.
4) Organisasi internasional (international organization)
Organisasi internasional adalah organisasi yang anggota-anggotanya
meliputi negara-negara di dunia.
e. Segi bentuk
Menurut bentuknya, organisasi dibedakan menjadi:
1) Organisasi staf (staff organization)
2) Organisasi garis (line organization)
3) Organisasi fungsional (functional organization)
4) Organisasi staf dan garis (line and staff organization)
5) Organisasi garis dan fungsional (line and functional organization)
6) Organisasi fungsional dan staf (functional and staff organization)
7) Organisasi garis, fungsional, dan staf (line, functional, and staff
organization)
8) Organisasi panitia (committee organization)
f. Segi tipe
Menurut tipenya, organisasi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Organisasi dengan tipe piramid mendatar
3) Organisasi dengan tipe kerucut
Pengertian bentuk organisasi sering disamakan dengan macam organisasi, padahal
keduanya berbeda. Bentuk organisasi memandang dari segi tata hubungan,
wewenang, dan tanggung jawab yang ada dalam suatu organisasi. Dengan
demikian, Wursanto (2003:81) menyatakan bahwa terdapat berbagai macam
bentuk organisasi antara lain:
1) Bentuk organisasi staff (staff organization)
Dalam organisasi staf hanya terdapat pucuk pimpinan dan staf yang
memberikan bantua pemikiran berupa saran atau nasihat kepada pucuk
pimpinan. Oleh karena itu, dalam organisasi staf tidak ada garis komando
kebawah karena tidak ada pejabat pimpinan lini.
2) Bentuk organisasi lini (line organization)
Bentuk organisasi lini adalah suatu bentuk organisasi dimana pucuk pimpinan
dipandang sebagai sumber kekuasaan tunggal. Segala ketentuan, keputusan,
atau segala kebijaksanaan ada di tangan satu orang, yaitu pucuk pimpinan.
3) Bentuk organisasi fungsional (functional organization)
Organisasi fungsional disusun berdasarkan sifat dan macam-macam fungsi
sesuai dengan kepentingan organisasi. Tiap-tiap fungsi saling berhubungan
karena antara satu fungsi dengan lainnya saling bergantung. Dengan
demikian, wewenang dalam organisasi fungsional dilimpahkan oleh pucuk
pimpinan kepada unit-unit (satuan organisasi) dibawahnya atas dasar fungsi,
pelaksana yang ada dibawahnya sepanjang menyangkut tugas
masing-masing.
4) Bentuk organisasi staf dan garis (line and staff organization)
Bentuk ini merupakan perpaduan antara dua bentuk organisasi, yaitu
organisasi lini dan organisasi staf. Wewenang diserahkan dari pucuk
pimpinan kepada unit-unit organisasi yang ada dibawahnya dalam semua
bidang pekerjaan dan di bawah pucuk pimpinan ditempatkan staf. Staf ini
tidak mempunyai wewenang lini atau garis (wewenang komando) ke bawah.
Staf berfungsi hanya sebagai pemberi nasihat, pemberi pertimbangan sesuai
bidang keahliannya.
5) Bentuk organisasi garis dan fungsional (line and functional organization)
Merupakan perpaduan antara organisasi fungsional dan organisasi lini/garis.
Wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada unit-unit organisasi
yang ada dibawahnya dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu sesuai
kebutuhan organisasi. Masing-masing pimpinan dari setiap unit berhak
memerintah semua satuan pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang
tugas masng-masing. Setiap satuan pelaksana mempunyai wewenang dalam
semua bidang pekerjaan.
6) Bentuk organisasi garis, fungsional, dan staf
Bentuk organisasi garis, fungsional, dan staf adalah suatu organisasi yang
merupakan perpaduan dari tiga bentuk organisasi, yaitu organisasi
fungsional, organisasi lini, dan organisasi staf. Bentuk organisasi lini,
fungsional, dan staf adalah organisasi dimana wewenang dari pucuk
dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu sesuai kebutuhan organisasi.
Masing-masing pimpinan dari setiap unit berhak memerintah semua satuan pelaksana
sepanjang menyangkut tugas masing-masing. Setiap satuan pelaksana
mempunyai wewenang dalam bidang pekerjaannya, dan di bawah pucuk
pimpinan ditempatkan staf sebagai pembantu atau sebagai penasihat
pimpinan. Jadi pada dasarnya sama dengan bentuk organisasi fungsional dan
lini, hanya di bawah pucuk pimpinan ditempatkan staf sebagai pembantu atau
sebagai nasihat.
7) Bentuk organisasi panitia (committee organization)
Bentuk organisasi panitia yaitu apabila kegiatan itu dilakukan kelompok
sementara yang terdiri daripada orang-orang yang memiliki keahlian tertentu.
B. Tinjauan Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Management berasal dari kata to manage yang berarti mengatur. Dalam hal
mengatur akan timbul masalah, proses, dan pertanyaan tentang apa yang diatur,
siapa yang mengatur, mengapa harus diatur, dan apa tujuan pengaturan tersebut.
Manajemen juga menganalisa, menetapkan tujuan/sasaran serta menderteminasi
tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban secara baik, efektif, dan efisien (Hasibuan,
1986:2). Pengertian manajemen menurut George R. Terry dalam Syamsi
(1994:59) adalah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menetapkan dan mencapai tujuan dengan
menggunakan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Aktivitas
dan pelaksanaan berlangsung dengan bantuan manusia dengan sumber daya
lainnya. Untuk mencapai suatu sasaran terdapat adanya keharusan berupa
dipersatukannya sumber-sumber dasar yang tersedia yang lebih dikenal dengan
sebutan 6M, yaitu pria dan wanita (Men), bahan-bahan (Materials), mesin-mesin
(Machines), metode (Methods), uang (Money), dan pasar (Market) (Terry,
1986:3).
Pengertian manajemen menurut Hasibuan (1986:5) adalah proses yang sistematis,
terkoordinasi, dan koperatif dalam usaha-usaha memafaatkan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya. Sedangkan menurut Siagian dalam
Hasibuan (1986:5), manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk
memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui
kegiatan-kegiatan orang lain.
Melihat dari beberapa ahli menyebutkan pengertian manajemen sebelumnya,
maka manajemen merupakan sebuah proses yang memanfaatkan sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya dengan kemampuan dan keterampilan untuk
mencapai tujuan.
2. Fungsi Manajemen
Mempelajari manajemen juga harus mempelajari fungsi-fungsi manajemen.
Fungsi manajemen pada hakikatnya merupakan tugas pokok yang harus
dijalankan pimpinan dalam organisasi apapun (Syamsi, 1994:60). Terry
menyatakan bahwa fungsi-fungsi manajemen yang dikenal dengan singkatan
a. Planning(Perencanaan) berarti tindakan mendeterminasi sasaran-sasaran dan
arah tindakan yang diikuti.
b. Organizing (Pengorganisasian) adalah tindakan mendistribusi pekerjaan
antara kelompok yang ada dan menetapkan dan memerinci
hubungan-hubungan yang diperlukan.
c. Actuating (Menggerakkan) berarti merangsang anggota anggota kelompok
untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dengan kemauan baik dan secara
antusias.
d. Controlling (Mengawasi) berarti mengawasi aktivitas-aktivitas agar sesuai
dengan rencana-rencana.
Adapun fungsi manajemen menurut beberapa ahli pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Fungsi-Fungsi Manajemen menurut Para Ahli
G. R. Terry John F. Mee Louis
Allen Mc. Namara John D. Millet
Lyndall F. Urwick 1.Planning Planning Leading Planning Directing Forecasting 2.Organizing Organizing Planning Programming Facilitating Planning 3.Actuating Motivating Organizing Budgeting --- Organizing 4.Controlling Controlling Controlling System --- Commanding
5. --- --- --- --- --- Coordinating
1.Planning Planning Planning Perencanaan Planning Planning 2.Organizing Organizing Organizing Pengorganisasian Organizing Organizing 3.
Commanding Staffing Motivating Pengarahan
Assembling
Resources Staffing 4.
Coordinating Directing Controlling Pengkoordinasian Directing Directing 5.Controlling Controlling Evaluating Pengontrolan Controlling Coordinating
6. --- --- --- --- --- Reporting
Robert Tanembaum dalam Hasibuan (1986:27) mengemukakan bahwa pembagian
fungsi manajemen oleh para ahli tidak sama karena:
a. Kompleksnya perusahaan karena jumlahnya sangat besar, maupun karena
perkembangan lapangan usaha dan organisasi yang berbeda-beda.
b. Tidak adanya persamaan terminologi diantara ratusan pengarang menyangkut
konsep yang sama.
c. Pemakaian kata-kata tanpa memperhatikan dengan serius arti dan nilainya.
d. Oleh masing-masing pengarang kurang diuraikan fungsi-fungsi manajemen
lainnya.
e. Kadang-kadang diselipkan soal teknik, kemahiran diantara fungsi-fungsi
manajer.
f. Mencampuradukkan fungsi dan proses.
g. Deskripsi fungsi-fungsi sangat subyektif.
h. Mencampuradukkan fungsi dan kegiatan pekerjaan.
Agar manajemen pada organisasi dengan mudah mencapai tujuannya secara
efektif, efisien, dan rasioanl, maka seorang pimpinan organisasi harus mampu
menjalankan fungsi-fungsi manajemen (Torang, 2014: 166). Sehingga fungsi
manajemen sangat diperlukan dalam organisasi.
C. Tinjauan Koordinasi
1. Pengertian Koordinasi
Pengertian koordinasi menurut Usman (2013:488) adalah proses
pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah secara terus-menerus untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien. Koordinasi merupakan bagian terpenting di
antara anggota-anggota atau unit-unit organisasi yang pekerjaannya saling
bergantung. Dimana semakin banyak pekerjaan individu-individu atau unit-unit
yang berlainan tapi erat hubungannya sehingga kemungkinan besar terjadi
masalah-masalah koordinasi. Koordinasi sangat diperlukan dalam suatu organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi tersebut sehingga akan terjadi negosiasi agar
mendapatkan kesepakatan. Beberapa ahli memberikan pengertian tentang
koordinasi.
Menurut Ndraha (2011:291) :
Koordinasi dapat didefinisikan sebagai proses penyepakatan bersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur yang berbeda-beda sedemikian rupa sehingga di sisi yang satu semua kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapain suatu tujuan yang telah ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan yang satu tidak merusak keberhasilan yang lain.
Handayaningrat (1985: 88) memberikan pengertian tentang koordinasi.
Koordinasi adalah usaha penyesuaian dari bagian yang berbeda-beda, agar kegiatan dari bagian-bagian itu dapat selesai tepat pada waktunya, sehingga masing-masing anggota dapat memberikan sumbangan usahanya secara maksimal, agar diperoeh hasil secara keseluruhan.
Sedangkan Wursanto mengatakan:
Koordinasi adalah kegiatan pengaturan usaha sekelompok orang secara terarah dan teratur untuk menciptakan kesatuan gerak/tindakan dalam usaha mencapai tujuan organisasi (Wursanto, 2003: 251).
Melihat dari beberapa ahli yang menyebutkan pengertian kordinasi sebelumnya,
maka koordinasi merupakan hal yang penting karena koordinasi adalah proses
mempersatukan atau menyelaraskan suatu pekerjaan dari suatu bagian dengan
tugas bagian lain agar kesimpangsiuran tidak terjadi. Dengan kurangnya
Torang (2014:182) menyatakan bahwa proses manajemen akan berjalan sempurna
dan efektif apabila koordinasi diimplementasikan khusus pada dimensi organizing
dan actuating. Berikut ini skema yang menggambarkan hubungan antara proses
manajemen dengan koordinasi.
Bagan 2.1 Internal Coordinating of an Enterprise (Terry)
Sumber: Torang (2014:182)
Skema tersebut menggambarkan hubungan antara manajemen proses dengan
koordinasi. Pada kotak tengah menggambarkan bahwa manusia (men), uang
(money), pasar (markets), dan metode (methods) tidak akan dapat mencapai tujuan
organisasinya tanpa menjalankan fungsi manajemen (planning, organizing,
actuating, dan controlling) serta melakukan koordinasi baik secara internal
maupun eksternal.
a. Perencanaan (Planning) dan Koordinasi (Coordination)
Menurut Terry dalam Torang (2014:183), pengaruh perencanaan sangat signifikan
terhadap koordinasi. Hal ini berarti sebuah rencana haruslah terinterelasi dan di
b. Pengaturan (Organizing) dan Koordinasi (Coordination)
Sangat sulit untuk tidak melakukan koordinasi dalam mengimplementasikan
organizing sebagai salah satu fungsi manajemen. Terry dalam Torang (2014:183)
menjelaskan bahwa organizing has a profound effect upon coordination because
where the component activities are assigned regulates the amount and extend of
co-ordination they will receive. A manager with three subordinates reporting to
him is logically expected to maintain co-ordination among their efforts.Pendapat
Terry tersebut mengindikasi bahwa manajemen hanya dapat efektif melalui
koordinasi dan atau keberhasilan organizing dalam sebuah organisasi ditentukan
olehcoordination.
c. Pelaksanaan (Actuating) dan Koordinasi (Coordination)
Dalam actuating pelaksanaan tipe dan fungsi kepemimpinan (leadership function),
pengawasan, dan instruksi merupakan bentuk coordination yang sangat
signifikan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Terry dalam Torang (2014:183)
yang menjelaskan bahwa by employing variations in the intensities of the many
different actuating forces, a manager helps to achieve coordination.
d. Pengawasan (Controlling) dan Koordinasi (Coordination)
Menurut Terry dalam Torang (2014:184), controlling memiliki hubungan
langsung dengancoordinationterhadap evaluasi kemajuan pekerjaan. Hal tersebut
membantu mensinkronkan setiap usaha, sehingga tujuan organisasi yang telah
2. Ciri-Ciri Koordinasi
Ciri-ciri koordinasi menurut Handayaningrat (1985:89), yaitu:
a. Bahwa tanggung jawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan. Oleh
karena itu, koordinasi adalah merupakan tugas pimpinan. Koordinasi sering
dicampur-adukkan dengan kata kooperasi yang sebenarnya mempunyai arti
yang berbeda. Sekalipun demikian pimpinan tidak mungkin mengadakan
koordinasi apabila mereka tidak melakukan kerjasama. Oleh karena itu, maka
kerjasama merupakan suatu syarat yang sangat penting dalam membantu
pelaksanaan koordinasi.
b. Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah pekerjaan
pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga
tujuan dapat tercapai dengan baik.
c. Pengaturan secara teratur usaha kelompok. Oleh karena koordinasi adalah
konsep yang ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu,
maka sejumlah individu yang bekerjasama, di mana dengan koordinasi
menghasilkan suatu usaha kelompok yang sangat penting untuk mencapai
efisiensi dalam melaksanakan kegiatan organisasi. Adanya tumpang tindih,
kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan merupakan pertanda kurang
sempurnanya koordinasi.
d. Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi.
Kesatuan usaha, berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha
tiap kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam
e. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta suatu
pengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan
sebagai kelompok di mana mereka bekerja.
f. Koordinasi adalah suatu usaha kerjasama. Hal ini disebabkan karena
kerjasama merupakan syarat mutlak terselenggaranya koordinasi dengan
sebaik-baiknya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa koordinasi memiliki ciri, yaitu
suatu proses dalam melakukan kerjasama yang merupakan konsep kesatuan
tindakan yang dilakukan secara teratur dan tanggung jawab terletak pada
pimpinan.
3. Tujuan dan Manfaat Koordinasi
Tujuan Koordinasi menurut Ndraha (2011:295), yaitu :
a. Menciptakan dan memelihara efektivitas organisasi setinggi mungkin melalui
sinkronisasi, penyerasian, kebersamaan, dan kesinambungan, antar berbagai
dependen suatu organisasi.
b. Mencegah konflik dan menciptakan efisiensi setinggi-tinginya setiap kegiatan
interdependen yang berbeda-beda melalui kesepakatan-kesepakatan yang
mengikat semua pihak yang bersangkutan.
c. Menciptakan dan memelihara iklim dan sikap saling responsif-antisipatif di
kalangan unit kerja interdependen dan independen yang berbeda-beda, agar
keberhasilan unit kerja yang satu tidak rusak oleh keberhasilan unit kerja
Organisasi yang melakukan koordinasi akan mendapatkan manfaat (Sutarto,
2002:146-147), yaitu:
a. Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan lepas satu sama lain antara
satuan-satuan organisasi atau antara para pejabat yang ada dalam organisasi.
b. Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan atau suatu pendapat bahwa
suatu organisasinya atau jabatannya merupakan yang paling penting.
c. Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan
antar satuan organisasi atau antar pejabat.
d. Dengan koordinasi dapat dihindarkan timbulnya rebutan fasilitas.
e. Dengan koordinasi dapat dihindarkan terjadinya peristiwa waktu menunggu
yang memakan waktu lama.
f. Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemungkinan terjadi kekembaran
pengerjaan terhadap suatu aktivitas oleh satuan-satuan organisasi atau
kekembaran pengerjaan terhadap tugas oleh para pejabat.
g. Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya kekosongan
pengerjaan terhadap tugas oleh para pejabat.
h. Dengan koordinasi dapat ditumbuhkan kesadaran di antara para pejabat untuk
saling bantu sama lain terutama di antara para pejabat yang ada dalam satuan
organisasi yang sama.
i. Dengan koordinasi dapat ditumbuhkan kesadaran di antara pejabat untuk
saling memberitahu masalah yang dihadapi bersama sehingga dapat
dihindarkan kemungkinan terjadinya kebaikan bagi dirinya, keselamatan bagi
j. Dengan koordinasi dapat dijamin adanya kesatuan kebijaksanaan antar
pejabat.
k. Dengan koordinasi dapat dijamin adanya kesatuan langkah antar para pejabat.
l. Dengan koordinasi dapat dijamin adanya kesatuan tindakan antar para
pejabat.
4. Pentingnya Koordinasi
Pentingnya kordinasi dalam mencapai efektivitas tujuan organisasi menurut
Hardjito (1997: 48-49) digambarkan seperti:
Bagan 2.2 Koordinasi
Sumber: Hardjito (1997:49)
Agar langkah-langkah kegiatan yang terkoordinasi dapat terwujud perlu disusun
Tim Koordinasi yang mencerminkan keterpaduan unit-unit terkait maupun
instansi-instansi terkait yang terlihat dalam kegiatan tersebut. Disamping itu akan
kelihatan peran-peran masing-masing anggota tim termasuk tanggung jawabnya
sehingga akan tampak dengan jelas siapa yang bertanggung jawab dalam
masing-masing langkah kegiatan, dan terjabar pula jadwal pertemuan koordinasi.
Tujuan Organisasi
Koordinasi
Handayaningrat (1985:93) mengatakan koordinasi dianggap penting karena:
a. Koordinasi yang baik akan mempunyai efek adanya efisiensi terhadap
organisasi itu. Karena itu maka koordinasi memberikan sumbangan
(kontribusi) guna tercapainya efisiensi terhadap usaha-usaha yang lebih
khusus, sebab kegiatan-kegiatan organisasi itu adalah dilakukan secara
spesialisasi (khusus). Bila tidak akan terjadi pemborosan yaitu pemborosan
uang, tenaga dan alat-alat (waste of money , waste of man power, waste of
materials).
b. Koordinasi mempunyai efek terhadap moral daripada organisasi itu, terutama
yang berhubungan dengan peran kepemimpinan (leadership). Kalau
kepemimpinannya kurang baik, maka ia kurang melakukan koordinasi yang
baik. Oleh karena itu, koordinasi menentukan atau mempengaruhi terhadap
keberhasilan daripada kepemimpinan. Misalnya, kalau suatu organisasi tidak
terkoordinasi, keputusan itu selalu tertunda-tunda (delay), tidak tepat, atau
terjadi kesalahan-kesalahan (errors are made).
c. Koordinasi mempunyai efek tehadap perkembangan daripada personal
didalam organisasi itu. Artinya bahwa unsur pengendalian personal dalam
koordinasi itu harus selalu ada. Orang tidak selalu dibebaskan begitu saja,
tetapi harus dikendalikan oleh karena itu, personal harus diperhatikan
pekerjaannya dan akan merasa senang bila mendapat penghargaan dari hasil
dari kerjanya, sebab kalau terjadi suatu kekeliruan biasanya yang selalu
disalahkan ialah bawahannya, padahal seharusnya adalah tanggung jawab
oleh Mc. Farlland: ”koordinasi adalah merupakan pekerjaan yang berdasrkan
atas pengalaman, dan juga dapat dilakukan dengan cara latihan (training)”.
5. Mekanisme Koordinasi
Menurut Usman (2013: 493-495) untuk mencapai koordinasi yang efektif harus
menggunakan beberapa pendekatan dan teknik tertentu. Komunikasi adalah kunci
koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung tergantung pada perolehan,
penyebaran dan pemrosesan informasi. Semakin besar ketidakpastian tugas yang
dikoordinasi, semakin membutuhkan informasi. Pada dasarnya koordinasi
merupakan pemrosesan informasi. Terdapat tiga pendekatan untuk pencapaian
koordinasi yang efektif dan efisien, yaitu:
a. Menggunakan Teknik Manajenen yang Asasi
Masalah-masalah koordinasi yang sederhana sering dipecahkan melalui
penggunaan mekanisme manajerial yang asasi untuk mencapai
pengkoordinasian. Mekanisme koordinasi yang singkat diuraikan sebagai
berikut: (1) Hierarki manajerial. Rangkaian komando organisasi menguraikan
hubungan-hubungan diantara individu-individu dan unit-unit yang diawasi.
Dengan cara demikian akan membantu arus informasi dan pekerjaan diantara
unit-unit. (2) Peraturan dan prosedur. Peraturan dan prosedur suatu organisasi
dibuat untuk menangani kejadian-kejadian sehari-hari sebelum hal-hal
tersebut terjadi. (3) Rencana dan tujuan. Rencana dan tujuan mencapai
koordinasi harus menjamin bahwa individu atau unit-unit mengarahkan dan
b. Meningkatkan kesanggupan koordinasi
Jika unit lebih banyak dan lebih saling bergantung, maka diperlukan lebih
banyak informasi bagi koordinasi untuk mencapai tujuannya. Dengan
demikian, kesanggupan berkoordinasi juga harus ditingkatkan baik dengan
sistem vertikal maupun horizontal.
c. Mengurangi kebutuhan berkoordinasi
Cara mengurangi kebutuhan akan berkoordinasi antara lain (1) menciptakan
sumber-sumber tambahan, yaitu memberikan fasilitas kepada
individu-individu atau unit-unit dalam memenuhi kebutuhannya dan (2) menciptakan
unit-unit bebas, ialah memberikan kebebasan kepada individu atau unit-unit
untuk berkreasi sehingga tidak perlu lagi berkoordinasi.
Wursanto (2003:254) mengatakan bahwa koordinasi dapat dijalankan dengan
berbagai cara, yaitu:
a. Dengan memanfaatkan saluran/media komunikasi, misalnya:
1) Media elektronik, misalnya interpon, telepon, telek, undangan, faksimil,
dan lain sebagainya, apabila jaraknya saling berjauhan.
2) Media cetak/tertulis, misalnya surat edara, memo atau nota dalam, buku
pedoman organisasi, buku pedoman tatakerja, buku pedoman peraturan.
3) Media tatap muka, yaitu degan mengadakan pertemuan-pertemuan, baik
pertemuan formal maupun pertemuan informal. Pertemuan formal
misalnya dengan mengadakan rapat kerja, rapat pimpinan, rapat dinas,
rapat koordinasi, konferensi. Sedang rapat informal, misalnya
kendaraan bersama baik pada waktu mau berangkat maupun pada
waktu pulang, silahturahmi, dsb.
b. Dengan mengangkat koordinator.
c. Membuat symbol, tanda-tanda, atau kode-kode tertentu, misalnya dengan
menggunakan bel atau sirine, gong, kentongan, sinar, ucapan dengan
jawaban tertentu.
d. Dengan aba-aba tertentu.
e. Dengan menyanyi bersama.
Sedangkan menurut Sutarto (2002:152-158), caranya antara lain:
a. Mengadakan pertemuan informal antara para pejabat.
b. Mengadakan pertemuan formal antara para pejabat yang biasanya dinamakan
rapat.
c. Membuat edaran berantai kepada para pejabat yang diperlukan.
d. Membuat penyebaran kartu kepada para pejabat yang diperlukan.
e. Mengangkat koordinator.
f. Membuat buku pedoman organisasi, buku pedoman tatakerja, dan buku
pedoman kumpulan peraturan.
g. Berhubungan melalui alat perhubungan.
h. Membuat tanda-tanda.
i. Membuat simbol.
j. Membuat kode.
Sehingga agar koordinasi dapat berjalan efektif, perlu diperhatikan pula
mekanisme dan tekniknya karena komunikasi merupakan kunci koordinasi yang
efektif.
6. Tipe-Tipe Koordinasi
Menurut arahnya koordinasi dibedakan menjadi dua macam (Soekarno dalam
Wursanto, 2003:251-252), yaitu:
a. Koordinasi vertikal, adalah tindakan atau kegiatan penyatuan/pengarahan
yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan-kegiatan
unit-unit/satuan-satuan kerja yang langsung ada dibawah wewenang dan tanggung jawabnya.
b. Koordinasi horizontal, dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Koordinasi interdisciplinary, adalah suatu koordinasi dalam rangka
mengarahkan/menyatukan tindakan untuk mewujudkan disiplin antara
unit yang satu dengan unit yang lain, baik secara internal maupun
secara eksternal pada unit-unit yang mempunyai tugas yang sama.
2) Koordinasi interrelated, adalah koordinasi antar badan,
instansi/lembaga yang fungsinya satu sama lain saling bergantung atau
mempunyai kaitan secara internal maupun eksternal.
Pada penelitian ini, jika dilihat dari arahnya, koordinasi yang dijalankan antar
instansi ini termasuk daam koordinasi interrelated karena instansi tersebut
memiliki fungsi yang sama dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.
Ndraha (2011:295-296) menyebutkan bentuk koordinasi jika dilihat dari sudut