• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOORDINASI MULTI STAKEHOLDER DALAM PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOORDINASI MULTI STAKEHOLDER DALAM PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI BANDAR LAMPUNG"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

TRAFFIC AND TRANSPORTATION IN BANDAR LAMPUNG

By

KIKI YOA GUNEVI

Coordination on the implementation of traffic and transportation carried out by stakeholders involved based on Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 about Lalu Lintas dan Angkutan Jalan are Polresta Bandar Lampung, Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung, and Badan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung. Coordination is done due to high congestion and high number of accidents that occurred in Bandar Lampung, and the high growth rate of the motor vehicle that is not offset by the construction of new roads.

The purpose of this research is to analyze stakeholders coordination and obstacles encountered on the implementation of traffic and transportation in Bandar Lampung. The method used in this paper is a qualitative approach. Data collection techniques used were interviews, observation, and documentation.

Stakeholders coordination on the implementation of traffic and transportation in Bandar Lampung can be seen through the coordination according to seven indicators, they’re: information, communication, and information technology; awareness of the importance of coordination; competence of participants; agreements and commitments; the establishment of an agreement; incentives coordination; and feedback. Based on these indicators showed that the coordination carried out in the organization of traffic and transportation in Bandar Lampung is not going well because of the seven indicators, five of which can not be implemented properly and there are also obstacles in the implementation of coordination, they’re the budget problem, the problem of authority, the lack of traffic police personnel, coordination meetings are rare, and no action plans in the Forum.

(2)

LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

KIKI YOA GUNEVI

Koordinasi dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dilakukan oleh stakeholder yang terlibat berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu Polresta Bandar Lampung, Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung, dan Badan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung. Koordinasi dilakukan karena tingginya kemacetan dan tingginya angka kecelakaan yang terjadi di Bandar Lampung, serta tingginya laju pertumbuhan kendaraan bermotor yang tidak diimbangi dengan pembangunan jalan baru.

Tujuan penelitan ini adalah untuk menganalisis koordinasi multi stakeholderdan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung dapat dilihat melalui tujuh indikator koordinasi menurut, yaitu: informasi, komunikasi, dan teknologi informasi; kesadaran pentingnya berkoordinasi; kompetensi partisipan; kesepakatan dan komitmen; penetapan kesepakatan; insentif koordinasi; dan feedback. Berdasarkan indikator tersebut menunjukkan bahwa koordinasi yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar Lampung belum berjalan dengan baik. Hal tersebut dikarenakan dari tujuh indikator, lima diantaranya belum bisa dilaksanakan dengan baik dan juga terdapat hambatan dalam pelaksanaan koordinasi, yaitu masalah anggaran, masalah kewenangan, kurangnya personil polantas, rapat koordinasi yang jarang dilakukan, dan tidak ada rencana kerja dalam Forum.

Rekomendasi yang peneliti berikan, yaitu memberikan reward dan punishment kepada pelaksana koordinasi, penambahan personil polantas, membuat aturan tertulis, membuat jadwal rapat koordinasi, dan membuat rencana kerja dan rencana anggaran dalam Forum.

(3)

Oleh

KIKI YOA GUNEVI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Skripsi

Oleh

KIKI YOA GUNEVI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

iv

Halaman

Bagan 2.1 Internal Coordinating of An Enterprise ... 26

Bagan 2.2 Koordinasi... 31

Bagan 2.3 Kerangka Pikir ... 43

(6)

v

Halaman Gambar 5.1 Pengaturan Lalu lintas yang Dilakukan Oleh Polantas, Personil

Dishub,dan Personil Satpol PP di Perempatan Antara Jl. Gajah

Mada - Dr. Harun II... 83

Gambar 5.2Satpol PP yang Mengobrol dan Bermain Telepon Genggam... 84

Gambar 5.3 Dishub yang Tidak Menjalankan Tugasnya dengan Baik... 84

Gambar 5.4 Kemacetan di Jl. Z.A. Pagar Alam... 94

Gambar 5.5 Kemacetan di Jl. P. Antasari ... 95

(7)

i

2. Ciri-Ciri dan Unsur Organisasi ... 10

3. Prinsip Organisasi ... 11

4. Macam, Bentuk, dan Tipe Organisasi ... 15

B. Tinjauan Manajemen... 21

3. Tujuan dan Manfaat Koordinasi... 29

4. Pentingnya Koordinasi ... 31

5. Mekanisme Koordinasi ... 33

6. Tipe-Tipe Koordinasi ... 36

7. Karakteristik Koordinasi yang Efektif ... 38

8. Masalah-Masalah dalam Koordinasi... 38

9. Indikator Koordinasi ... 39

(8)

ii

C. Lokasi Penelitian... 46

D. Jenis dan Sumber Data ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data... 48

F. Teknik Analisis Data... 51

G. Teknik Keabsahan Data ... 53

IV. GAMBARAN UMUM ... 57

A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung ... 57

B. Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.. 59

C. Gambaran Umum Dinas PU Kota Bandar Lampung ... 61

D. Gambaran Umum Badan Satpol PP Kota Bandar Lampung ... 64

E. Gambaran Umum Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan... 66

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Hasil Penelitian ... 68

a) Koordinasi Multi Stakeholder dalam Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Bandar Lampung ... 68

1) Informasi, Komunikasi, dan Teknologi Informasi ... 69

2) Kesadaran Pentingnya Koordinasi ... 77

3) Kompetensi Partisipan ... 80

4) Kesepakatan dan Komitmen ... 85

5) Penetapan Kesepakatan... 88

6) Insentif Koordinasi... 90

7) Feedback ... 93

b) Hambatan yang Dihadapi pada Koordinasi Multi Stakeholder dalam Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Bandar Lampung... 96

B. Pembahasan... 103

a) Koordinasi Multi Stakeholder dalam Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Bandar Lampung ... 103

1) Informasi, Komunikasi, dan Teknologi Informasi ... 104

2) Kesadaran Pentingnya Koordinasi ... 106

3) Kompetensi Partisipan ... 109

4) Kesepakatan dan Komitmen ... 110

5) Penetapan Kesepakatan ... 112

6) Insentif Koordinasi... 112

7) Feedback ... 114

(9)

iii DAFTAR PUSTAKA

(10)

vi

Halaman

Tabel 1.1 Data Angka Kecelakaan Lalu Lintas Kota Bandar Lampung... 3

Tabel 2.1 Fungsi-Fungsi Manajemen menurut Para Ahli ... 23

Tabel 3.1 Informan Penelitian...47

(11)
(12)
(13)
(14)

Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita

capai.

Ernest Newman

Musuh yang paling berbahaya diatas dunia adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian

dan keyakinan yang teguh.

Andrew Jackson

Keyakinan adalah kunci dari keberhasilan.

Kiki Yoa Gunevi

Semua yang kita kerjakan dan upayakan tidak akan pernah sia-sia.

(15)

Dengan menyebut nama Allah SWT

Kupersembahkan karya kecil ini untuk:

Allah SWT dengan segala kerendahan hati ku ucapkan syukur atas

karunia-Mu kepadaku

Mama, Papa, dan Adik-adik ku tercinta yang selalu

memberikan yang terbaik untukku

Terima kasih atas segala cinta, pengorbanan, kesabaran, motivasi,

keikhlasan, dan do a yang tiada henti

dalam menanti keberhasilanku

Keluarga besar yang senantiasa menyemangati dan memberikan

nasihat

Para pendidik dengan ketulusan dan kesabarannya selalu memberikan

arahan dan bimbingan kepadaku

Sahabatku, teman, dan almamater tercinta yang selalu menemaniku

dalam berpikir dan bertindak serta memberikan pengalaman yang tak

(16)

Penulis bernama lengkap Kiki Yoa Gunevi lahir di Kota

Bengkulu pada 24 Agustus 1993. Penulis merupakan anak

pertama dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Gunawan

dan Ibu Elvi Suzannah.

Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah TK Pertiwi Provinsi Lampung pada

tahun 1997 – 1999, SD Negeri 2 (Teladan) Rawa Laut pada tahun 1999 – 2005,

SMP Negeri 1 Bandar Lampung pada Tahun 2005 –2008, SMA Negeri 5 Bandar

Lampung pada 2008–2011. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswi

pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Tertulis.

Penulis pada tahun 2011 tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu

Administrasi Negara (Himagara) sebagai anggota dan pada periode 2013-2014

penulis menjabat sebagai Bendahara Umum. Pada tahun 2014, penulis mengikuti

Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik 2014 Periode 1 di Srimulyo, Kecamatan

(17)

Assalamu’alaikum

Alhamdulillahhirabbil’alamin tercurah segala puji dan syukur kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala kehendak dan kuasa Allah

SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Koordinasi

Multi Stakeholder dalam Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

di Bandar Lampung” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Administrasi Negara (SAN) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan,

dukungan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Sehingga, pada kesempatan ini

dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu

Administrasi Negara sekaligus Pembimbing Akademik penulis yang

senantiasa memberi arahan dan motivasi bagi penulis selama menjadi

(18)

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Nana Mulyana, S.IP., M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat dalam

penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat.

6. Seluruh karyawan dan staf di Jurusan Ilmu Administrasi Negara atas

semua bantuan, pelayanan, pengajaran, dan nasihat yang telah diberikan.

7. Pihak Polresta Bandar Lampung (Bapak Gunawan, S.H.), pihak Dinas

Perhubungan Kota Bandar Lampung (Bapak Iskandar Z., S.H., M.H. dan

Bapak Rozali), pihak Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung

(Bapak Azwar, S.T., M.M.) dan pihak Badan Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Bandar Lampung (Bapak Herman Karim, S.H., M.H.) serta Ibu Dr.

Rahayu Sulistyorini, S.T., M.M. Terimakasih atas bantuan, motivasi,

nasihat, ketersediaan, dan kesabaran dalam memberikan data dan

pengalaman yang dibutuhkan penulis sehingga skripsi ini selesai.

8. Kedua Orang Tuaku, Papa Gunawan dan Mama Elvi yang menjadi alasan

utamaku untuk meraih kesuksesan. Terima kasih untuk doa, kasih sayang,

dan pengorbanan yang diberikan hingga aku dapat menyelesaikan skripsi

(19)

selama ini. Jangan nakal dan jangan males ya... Sukses buat kalian!!!

10. Seluruh Keluarga Besarku (Nenek, Yai, Cicik Inten, Ii Po Lay, Ii Meing, Ii

Meung, Ii Linda, Om Jon, dan semuanyaaa) terima kasih selalu

memotivasiku untuk cepat lulus, mendengarkan keluh kesahku dalam

mengerjakan skripsi ini dan memberikan bantuan selama ini.

11. Annisa Ayunindya Putri, terima kasih banyak selalu memberi motivasi dan

juga semangat yang tak terhingga serta mau mendengarkan keluh kesahku.

Saranghae, Nin!

12. Isa Dede Ariamier yang selalu sibuk dengan kerjaan.Semangat De untuk

skripsinya!!! Ingeeett... jangan pas ga ada patjar aja sering ngehubungin

guedan ngajakin main.

13. Sendy Octianti Azril, S.A.B. dan Jaka Mufti Wibowo, S.E., makasih yaaa

buat kalian yang doyan banget ngajakguepergi-pergi dan tak kenal waktu.

Jangan bosen-bosen dan jangan kapok!yang terbaik ya buat kalian!

14. Denny Fathurahman, thanks ya Den kertasnya hahahaha  Sukses ya,

Deeennnn!!!

15. Putri Sulistyo Rahatiani, S.E., terimakasih ecul selama ini udah

nyemangatin aku dan juga mau menjadi tempat untuk menumpahkan

keluh kesah aku walaupun kita baru ketemu di KKN.Gomawoyo!

16. Miftayuni Rahmawati, S.A.N., Leli Juwiyah, dan Juzna Septia, S.A.N,

thanks ya guys udah jadi teman kuliah yang terbaik, motivasi, dan juga

(20)

Riza, Danisa, Fredy, Esa, Octavia, Yana, Vike, Raras, Ninda, Farrah, Mut,

Kristy, Ayuk Farah, Lily, Rano, Intan, Jenny, Silvia, Tami, Pebie, Feby,

Ekky, Hesty, Amel, Iid, Ciko, Ahmed, Deni menceng, Rizky, Toto, Faiz,

dan Rendy. dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima

kasih kawan-kawan semua

18. Teman-teman Administrasi Negara 2012, especially for “duet maut”, Alli

Firdaus dan M. Imam Icup Syafe’i yang doyan ngegupekin gue untuk

skripsinya. Semoga skripsi kalian menjadi skripsi terbaik yaaa!!!

Semangat!

19. Serta semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu,

penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah

diberikan.

Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan

yang telah diberikan, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan

berguna untuk selanjutnya. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum

Bandar Lampung, Desember 2015

Penulis,

(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan suatu kota dikaitkan dan dipengaruhi oleh jumlah penduduknya.

Pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang besar menyebabkan

meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah

penyediaan sistem transportasi yang efektif dan efisien. Transportasi dapat

diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau

mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain

ini objek tersebut lebih bermanfaat atau berguna untuk tujuan-tujuan tertentu.

Karena dalam pengertian tersebut terdapat kata-kata usaha, berarti transportasi

juga merupakan sebuah proses, yakni proses pindah, proses gerak, proses

mengangkut dan mengalihkan dimana proses ini tidak bisa dilepaskan dari

keperluan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses perpindahan

sesuai dengan waktu yang diinginkan (Miro, 2005: 4). Walaupun sekarang ini

transportasi semakin maju, tidak menutup kemungkinan bahwa transportasi juga

membawa hal negatif.

Salah satu masalah transportasi yang dihadapi sekarang ini adalah kemacetan lalu

lintas kendaraan bermotor yang merupakan akibat dari tidak sebandingnya

(22)

pembangunan jalan baru. Jumlah kendaraan bermotor bertambah setiap tahun

dengan laju pertumbuhan yang tinggi dimana secara keseluruhan diatas 10 persen

sedangkan pembangunan jalan baru sangat lamban, yakni hanya 0,05 persen/tahun

(Adisasmita, 2011:10).

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tertentu dimana tersendatnya atau bahkan

terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan

melebihi dari kapasitas jalan yang ada. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota

besar, terutama yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau

memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan

penduduk. Kemacetan lalu lintas merupakan masalah utama yang dihadapi oleh

kota-kota besar di dunia, terutama di negara-negara berkembang. Masalah

kemacetan lalu lintas sangat dirasakan ketika jam-jam sibuk, baik pada pagi hari

maupun jam sibuk sore hari, yaitu saat orang berpergian dari rumah ke tempat

kerja, sekolah atau aktivitas lainnya, dan juga saat mereka pulang kembali ke

rumahnya masing-masing.

Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang memiliki luas

197,22 km2. Kota ini cukup pesat dalam pertumbuhan kendaraan, baik kendaraan

roda empat (R4) ataupun roda dua (R2). Pertumbuhan jumlah kendaraan di

Bandar Lampung sekitar 20 persen pertahunnya (Sumber: Hasil wawancara

dengan Bapak Antoni Syahruna pada 26 Januari 2015). Dengan persentase

pertumbuhan tersebut, pada tahun 2014, Bandar Lampung terlihat padat akan

kendaraan. Hal ini bisa dilihat dari seringnya terjadi kemacetan di ruas-ruas jalan

(23)

kemacetan terutama pada jam-jam sibuk atau beban puncak arus lalu lintas,

seperti di Jl. Raden Intan, Jl. Kartini, Jl. Imam Bonjol, Jl. Pemuda, dan Jl. Pangkal

Pinang (Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Rozali pada 27 Januari 2015).

Kemacetan lalu lintas pada ruas-ruas jalan utama pusat Kota Bandar Lampung

menyebabkan munculnya kawasan-kawasan kemacetan di Kawasan Tugu-Gedung

Joeang’45, Kawasan Terminal Kota-Bandar Lampung Plaza, Kawasan Simpur

Center, Kawasan Pertokoan Pasar Tengah, Kawasan Chandra Superstore, dan juga

Kawasan Pasar Bambung Kuning. Dengan adanya pertumbuhan jumlah

kendaraan, tidak hanya permasalahan kemacetan yang terjadi, masalah

kecelakaan pun terkadang juga tak bisa dihindari karena makin banyak jumlah

kendaraan yang ada maka kemungkinan terjadi kecelakaan lalu lintas juga akan

meningkat.

Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan

tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang

mengakibatkan korban manusia dan kerugian harta benda. Menurut laporan Polisi

Resor Kota (Polresta) Bandar Lampung Satlantas Unit Laka Lantas, angka

kecelakaan yang terjadi di Bandar Lampung bisa dikatakan cukup tinggi. Adapun

data angka kecelakaan bisa dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Angka Kecelakaan Lalu Lintas Kota Bandar Lampung

Tahun Jumlah Kecelakaan

2011 362 kasus

2012 323 kasus

2013 302 kasus

2014 431 kasus

(24)

Jika dilihat dari data tersebut, angka kecelakaan di Bandar Lampung mengalami

penurunan dari tahun 2011 - 2013. Namun, di tahun 2014, kecelakaan yang terjadi

di Bandar Lampung sebanyak 431 kasus artinya kecelakaan di Bandar Lampung

mengalami kenaikan 42 persen dari tahun sebelumnya. Adapun penyebab

kecelakaan di Bandar Lampung menurut Dinas Perhubungan (Dishub) Kota

Bandar Lampung adalah parkir liar, adanya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang

berjualan memakai badan jalan, adanya lubang, dan juga material bangunan yang

berserakan di pinggir jalan seperti pasir. Sedangkan, menurut Polresta Bandar

Lampung Satlantas Unit Laka Lantas penyebabnya adalah kelalaian pengguna

kendaraan atau kesadaran human error, faktor alam, faktor kendaraan, dan juga

faktor jalan. Namun, penyebab yang paling tinggi adalah kelalaian pengguna

kendaraan.

Upaya pencegahan diperlukan agar angka kecelakaan dan juga kemacetan lalu

lintas di Bandar Lampung bisa berkurang. Sehingga untuk mewujudkan Bandar

Lampung yang tertib dan aman serta berkurangnya angka kecelakaan lalu lintas

dan kemacetan tersebut, diperlukan koordinasi yang efektif dari parastakeholder.

Stakeholder bisa dikatakan sebagai kelompok atau individu yang dapat

memengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Adapun

stakeholderyang terlibat berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan Pasal 7 ayat 2 adalah Polisi Republik Indonesia (Polri) yang

dilaksanakan oleh Polresta Bandar Lampung, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota

Bandar Lampung, Badan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandar

(25)

Stakeholder yang terlibat dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan

salah satunya adalah Polisi Republik Indonesia (Polri). Polri merupakan

koordinator dan pengawas untuk terciptanya lalu lintas yang aman dan tertib yang

didasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. Polisi Lalu Lintas (Polantas) di bawah Polisi Resor Kota

(Polresta) bertanggung jawab atas tata tertib lalu lintas di jalan raya. Unit ini

membantu unsur-unsur lain dalam kepolisian untuk menangani pelanggaran

hukum di jalan raya. Adapun yang menjadi ciri utama tugas Polantas, yaitu

penegakan hukum lalu lintas (baik preventif maupun represif), pendidikan

masyarakat tentang lalu lintas, rekayasa lalu lintas, serta registrasi dan identifikasi

pengemudi dan kendaraan bermotor.

Urusan pemerintahan di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan

jalan dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan (Dishub). Dishub juga berperan

penting dalam terciptanya lalu lintas yang aman dan tertib dimana intansi ini

melakukan pembuatan sarana dan prasarana lalu lilntas dan angkutan jalan, seperti

rambu lalu lintas dan juga marka jalan. Namun, walaupun sudah banyak rambu

lalu lintas dan marka jalan yang ada di Bandar Lampung, pengguna kendaraan di

Bandar Lampung terkadang tidak paham dan mengerti arti dari tanda tersebut. Hal

itu juga menjadi penyebab salah satu terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang saat ini memang diperbantukan

untuk menjaga kelancaran lalu lintas. Hal tersebut dikarenakan jumlah personil

dari polantas dan dinas perhubungan tidak mencukupi. Sehingga diperlukan

(26)

lalu lintas. Melihat hal tersebut, maka dikeluarkanlah Surat Perintah Tugas (SPT)

Nomor 800/400/III.19/201.

Selanjutnya, stakeholder yang memiliki tanggung jawab terhadap permasalahan

yang berkaitan dengan lalu lintas adalah Dinas Pekerjaan Umum (PU).

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2008

tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung, Dinas

PU mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan kota di bidang

Pekerjaan Umum dan Perumahan berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembantuan. Dalam struktur organisasinya, Bidang Bina Marga bertanggung

jawab atas urusan di bidang jalan dan jembatan perkotaan serta sarana dan

prasarana di Kota Bandar Lampung. Jadi, Dinas PU juga bertanggung jawab atas

terciptanya lalu lintas yang aman dan tertib karena dengan bagusnya kondisi jalan

yang ada di Bandar Lampung, maka lalu lintas yang aman dan tertib akan tercipta.

Namun, kenyataannya pembangunan infrastruktur jalan yang ada di Bandar

Lampung terkesan asal-asalan. Seperti yang dikatakan oleh Een bahwa:

“Pembangunan infrastruktur jalan yang ada di Bandar Lampung hampir semua

terkesan carut-marut dan acak-acakan sehingga wajar apabila dalam hitungan

bulan, proyek jalan kembali rusak, padahal setiap spesifikasi ruas jalan memiliki

umur perencanaan yang jelas” (Sumber: Harian Pilar. Diakses pada 31 Mei

2015). Hal ini juga dapat mejadi faktor penyebab kecelakaan karena kondisi jalan

yang kurang baik bisa mengakibatkan pengendara R2 terjatuh.

Untuk mencapai keberhasilan tujuan masing-masing instansi, koordinasi

(27)

ditentukan oleh kerjasama yang baik antara instansi yang terlibat dan disinilah

koordinasi antar instansi memegang peranan penting. Menurut Usman (2013:488),

koordinasi adalah proses mengintegrasikan (memadukan), menyinkronisasikan,

dan menyederhanakan pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah secara

terus-menerus untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Tanpa adanya

koordinasi, individu-individu dan bagian-bagian tidak akan dapat melihat peran

mereka dalam suatu organisasi. Koordinasi yang dijalankan stakeholder tersebut

berdasarkan pasal 13 ayat 1 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan yang berbunyi, “Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 dilakukan secara terkoordinasi.

Melihat tingginya angka kecelakaan dan kemacetan lalu lintas yang terjadi di

Bandar Lampung, masih diduga bahwa koordinasi yang dijalankan oleh para

stakeholder belum berjalan dengan baik. Menyadari adanya permasalahan

tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan

jalan di Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas

dan angkutan jalan di Bandar Lampung?

2. Apasaja hambatan yang dihadapi pada koordinasi multi stakeholder dalam

(28)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Menganalisis koordinasi multi stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas

dan angkutan jalan di Bandar Lampung.

2. Menganalisis hambatan-hambatan yang dihadapi pada koordinasi multi

stakeholder dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di Bandar

Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di

atas maka penelitian ini dapat berguna:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan referensi

bagi Kajian Ilmu Administrasi Negara khususnya pada mata kuliah Teori

Organisasi dan Manajemen dan Pengembangan Organisasi Publik.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

pengambilan kebijakan dan keputusan utamanya bagi Pemerintah dan

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Organisasi

1. Pengertian Organisasi

Istilah organisasi berasal dari bahasa Inggris, organization. Syamsi (1994:13)

menyatakan bahwa organisasi dapat diartikan dua macam, yaitu: (1) Dalam arti

statis, organisasi sebagai wadah kerja sama sekelompok orang yang bekerja sama

untuk mencapai tujuan tertentu; (2) Dalam arti dinamis, organisasi sebagai suatu

sistem atau kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan menurut Robbins dalam Ndraha (2011:235), organisasi adalah

kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan

yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus

untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Organisasi

menurut Handayaningrat (1985:42) adalah wadah (wahana) kegiatan daripada

orang-orang yang bekerja sama dalam usahanya mencapai tujuan. Dalam wadah

kegiatan tersebut, setiap orang harus jelas tugas, wewenang dan tanggung

jawabnya, hubungan dan tata kerjanya. Sedangkan menurut Hardjito (1997:5),

organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, yang

memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai melalui

(30)

Dari pengertian yang disebutkan para ahli, dapat disimpulkan bahwa organisasi

adalah suatu wadah yang terdiri dari orang-orang yang bekerja sama dalam

usahanya sehingga maksud dan tujuan dari sekelompok orang tersebut dapat

tercapai.

2. Ciri-Ciri dan Unsur Organisasi

Ciri-ciri organisasi menurut Handayaningrat (1985:43), yaitu:

a. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal.

b. Adanya kegiatan yang berbeda-beda tetapi satu sama lain saling berkaitan

(interdependent part) yang merupakan kesatuan usaha/kegiatan.

c. Tiap-tiap anggota memberikan sumbangan usahanya/tenaganya.

d. Adanya kewenangan, koordinasi, dan pengawasan.

e. Adanya suatu tujuan (the idea of goals).

Sedangkan ciri-ciri organisasi menurut Hardjito (1997:12), yaitu:

a. Adanya sekelompok orang.

b. Antar hubungan.

c. Kerja sama yang didasarkan atas hak, kewajiban, dan tanggung jawab

masing-masing orang untuk mencapai tujuan.

Unsur-unsur organisasi menurut Wursanto (2003:54) terdiri dari:

a. Man(orang-orang), dalam kehidupan organisasi sering disebut dengan istilah

(31)

b. Kerja sama, maksudnya adalah suatu perbuatan bantu membantu atau suatu

perbuatan yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.

c. Tujuan bersama, merupakan arah atau sasaran yang ingin dicapai dan juga

menggambarkan apa yang harus dicapai melalui prosedur, program, pola

(network), kebijaksanaan (policy), strategi, anggaran (budgeting), dan

peraturan-peraturan (regulation) yang telah ditetapkan.

d. Peralatan (equipment), terdiri dari semua sarana yang berupa materi,

mesin-mesin, uang, dan barang modal lainnya (tanah, gedung/ bangunan/kantor).

e. Lingkungan (environment)

f. Kekayaan alam, misalnya keadaan iklim, udara, air, cuaca, flora, dan fauna.

g. Kerangka atau konstruksi mental organisasi, berupa prinsip-prinsip

organisasi.

3. Prinsip Organisasi

Prinsip-prinsip organisasi sering disebut dengan azas-azas organisasi. Prinsip atau

azas merupakan dasar, pondasi, atau suatu kebenaran yang menjadi pokok atau

tumpuan berpikir. Prinsip-prinsip organisasi adalah pondasi yang menjadi pokok

dasar atau yang menjadi pangkal-tolak di dalam menggerakkan organisasi. Oleh

karena itu, organisasi dibangun dan digerakkan diatas pondasi yang berupa prinsip

organisasi, dan setiap prinsip mengandung suatu kebenaran, sehingga tercapai

atau tidaknya tujuan organisasi tergantung pada kemampuan pimpinan organisasi

dalam melaksanakan prinsip organisasi. Adapun prinsip organisasi yang

(32)

a. Mempunyai tujuan yang jelas

Tujuan merupakan sesuatu atau sasaran yang hendak dicapai. Karena tujuan

yang hendak dicapai adalah tujuan organisasi maka tujuan tersebut harus

dicapai melalui kerjasama sekelompok orang dimana tujuan tersebut harus

dirumuskan dan ditetapkan dengan jelas.

b. Mempunyai kesatuan perintah

Maksud dari prinsip ini adalah bahwa setiap pegawai dalam organisasi

hendaknya mempunyai atasan langsung. Hal ini berarti setiap bawahan hanya

dapat diperintah secara langsung oleh satu orang atasan sehingga seorang

bawahan bertanggung jawab langsung kepada seorang atasannya langsung.

c. Ada keseimbangan

Organisasi selalu membutuhkan keseimbangan. Prinsip keseimbangan di

dalam organisasi dapat dibedakan beberapa macam, misalnya keseimbangan

antara sentralisasi dan desentralisasi kewenangan, keseimbangan antara

wewenang dan tanggung jawab, keseimbangan antara pengeluaran dan

penerimaan, dan kerugian yang di derita oleh suatu unit harus diimbangi

dengan keuntungan yang diperoleh dari unit-unit lain.

d. Ada pendistribusian pekerjaan

Prinsip pendistribusian pekerjaan disebut juga prinsip pembagian tugas.

Prinsip sebagian pekerjaan secara homogen (distribution of work) adalah

mengelompokkan tugas atau pekerjaan yang sejenis atau yang erat

hubungannya menjadi satu unit tersendiri. Jadi dalam pembagian tugas,

macam-macam tugas dalam organisasi dibagi-bagi menjadi sedemikian rupa

(33)

e. Ada rentangan pengawasan

Rentangan pengawasan adalah seberapa jauh kemampuan seorang pemimpin

mampu mengawasi para bawahannya secara cepat dan tepat.

f. Ada pelimpahan wewenang

Pelimpahan wewenang berarti penyerahan sebagian kekuasaan dari seorang

atasan kepada pejabat bawahan atau kepada pejabat lain untuk melakukan

suatu pertanggungjawaban. Jadi, pelimpahan belum tentu mengalir dari

seorang atasan kepada bawahan, tetapi dapat juga terjadi dari seorang atasan

kepada pejabat yang setingkat

g. Ada departementalisasi

Prinsip departementalisasi disebut juga dengan istilah departementasi.

Departementasi adalah proses penggabungan pekerjaan ke dalam kelompok

pekerjaan yang sejenis. Setiap fungsi merupakan tugas dan tanggung jawab

dari suatu unit tertentu dalam organisasi.

h. Ada penempatan pegawai yang tepat

Salah satu prinsip bidang kepegawaian adalah the right man in the right

place, yang berarti orang yang baik ditempatkan pada tempat yang tepat atau

penempatan seorang pegawai harus sesuai dengan keahliannya.

i. Ada koordinasi

Koordinasi adalah suatu usaha untuk mendapatkan keselarasan gerak,

keselarasan aktivitas, dan keselarasan tugas antar satuan organisasi yang ada

di dalam organisasi. Tujuan organisasi akan tercapai secara efektif apabila

semua orang, semua pejabat, dan semua unit/satuan organisasi serta semua

(34)

j. Ada balas jasa yang memuaskan

Balas jasa adalah imbalan yang diberikan kepada seorang atas jerih payah

yang telah disumbangkannya. Untuk memberikan balas jasa yang

memuaskan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya dengan gaji

yang menarik dan dengan pemberian jaminan sosial.

Syamsi (1994:14) mengemukakan prinsip organisasi antara lain:

a. Perumusan tujuan dengan jelas (formulation of the objectives)

Setelah tujuan ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan

tujuan tersebut dengan rinci dan jelas, termasuk juga jelas batas-batasnya.

Perumusan tujuan tersebut dalam prakteknya dijabarkan dalam tugas pokok.

b. Pembagian tugas pekerjaan (division of works)

Adanya pembagian kerja bisa membantu dalam memperingan tugas

koordinasi dimana pembagian tugas kerja ini dapat melancarkan pengawasan

dan juga menghemat biaya.

c. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab (delegation of authorithy and

responsibility)

Untuk dapat menjalankan tugas dengan baik, maka para petugas atau pejabat

harus dilimpahi wewenang. Sebagai konsekuensi itu harus disertai

pertanggungjawaban yang sepadan. Wewenang yang dilimpahkan itu

meliputi wewenang untuk menjalankan tugasnya, wewenang untuk

memerintah bawahannya dan wewenang untuk menggunakan fasilitas yang

(35)

d. Banyaknya tingkat hierarkis (level of hierarchy)

Yang dimaksud dengan tingkatan hierarki disini adalah banyaknya tingkatan

unit kerja dalam suatu organisasi. Sebaiknya jangan terlalu banyak karena

perintah dari pucuk pimpinan harus sampai juga pada unit kerja yang paling

bawah.

e. Rentangan pengawasan (span of control)

Yang dimaksud dengan rentangan pengendalian adalah banyaknya bawahan

yang sebaiknya masih bisa diawasi dengan baik.

f. Memahami akan tugas masing-masing dan kaitan tugas secara keseluruhan

(understanding by the individual of his own task and the task of the whole)

Masing-masing unit kerja memang mempunyain tugas tertentu. Namun,

jangan sampai merasa bahwa unit kerjanya saja yang paling penting

sedangkan unit kerja lainnya hanya dianggap sebagai pelengkap saja.

Dari pendapat para ahli, prinsip-prinsip organisasi yang digunakan sebagai dasar

organisasi untuk membangun dan menggerakkan organisasi yang kompleks

diharapkan dapat berjalan dengan baik dimana tercapai atau tidaknya tujuan

organisasi tergantung pada kemampuan pimpinan organisasi dalam melaksanakan

prinsip organisasi.

4. Macam, Bentuk, dan Tipe Organisasi

Organisasi terdapat beberapa macam tergantung dari segi pandangannya, seperti

yang dikemukakan Wursanto (2003:61) yang membagi beberapa macam

(36)

a. Segi jumlah pucuk pimpinan

Dari segi jumlah pucuk pimpinan, organisasi dibedakan menjadi:

1) Organisasi tunggal (single organization)

Dinamakan organisasi tunggal apabila pucuk pimpinan organisasi itu ada

di tangan satu orang.

2) Organisasi jamak (plural organizationatauplural executive organization)

Dinamakan organisasi jamak apabila pucuk pimpinan organisasi tersebut

berada di tangan beberapa orang. Beberapa orang pimpinan tersebut

merupakan suatu kesatuan.

b. Segi keresmian

Menurut keresmiannya, organisasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Organisasi formal (formal organization)

Dikatakan organisasi formal apabila kegiatan yang dilakukan oleh

beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok secara sadar

dikoordinasikan guna tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, sehingga

orang-orang yang tergabung dalam kelompok itu mempunyai struktur

yang jelas. Atruktur menunjukkan suatu aliran hubungan yang

menggambarkan wewenang, kekuasaan, dan tanggung jawab. Hubungan

formal biasanya telah tergambar dalam bagan organisasi atau struktur

organisasi.

2) Organisasi informal (informal organization)

Organisasi informal adalah organisasi yang disusun secara bebas dan

spontan dan keanggotaannya disusun secara sadar atau secara tidak sadar,

(37)

organisasi informal tidak ada perincian secara tegas tentang tujuan

organisasi. Biasanya organisasi informal bersifat sementara karena

pembentukannya tidak direncanakan atas rencana matang yang dan jelas.

c. Segi tujuan

Dari segi tujuan yang hendak dicapai, organisasi dibedakan menjadi dua

macam, yaitu:

1) Organisasi niaga atau organisasi ekonomi

Organisasi niaga atau organisasi ekonomi adalah organisasi yang tujuan

utamanya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Organisasi

niaga dibedakan menjadi organisasi niaga swasta dan organisasi niaga

pemerintah.

2) Organisasi sosial atau organisasi kemasyarakatan

Organisasi kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota

masyarakat Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan,

profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan

nasional.

d. Segi luas wilayah

Menurut luas wilayahnya, organisasi dapat dibedakan menjadi empat macam,

yaitu:

1) Organisasi daerah (local organization)

Organisasi daerah adalah organisasi yang luas wilayahnya meliputi suatu

(38)

2) Organisasi nasional (national organization)

Organisasi nasional adalah organisasi yang luas wilayahnya meliputi

seluruh wilayah dalam suatu negara.

3) Organisasi regional (regional organization)

Organisasi regional adakah organisasi yang luas wilayahnya meliputi

beberapa negara tertentu saja.

4) Organisasi internasional (international organization)

Organisasi internasional adalah organisasi yang anggota-anggotanya

meliputi negara-negara di dunia.

e. Segi bentuk

Menurut bentuknya, organisasi dibedakan menjadi:

1) Organisasi staf (staff organization)

2) Organisasi garis (line organization)

3) Organisasi fungsional (functional organization)

4) Organisasi staf dan garis (line and staff organization)

5) Organisasi garis dan fungsional (line and functional organization)

6) Organisasi fungsional dan staf (functional and staff organization)

7) Organisasi garis, fungsional, dan staf (line, functional, and staff

organization)

8) Organisasi panitia (committee organization)

f. Segi tipe

Menurut tipenya, organisasi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Organisasi dengan tipe piramid mendatar

(39)

3) Organisasi dengan tipe kerucut

Pengertian bentuk organisasi sering disamakan dengan macam organisasi, padahal

keduanya berbeda. Bentuk organisasi memandang dari segi tata hubungan,

wewenang, dan tanggung jawab yang ada dalam suatu organisasi. Dengan

demikian, Wursanto (2003:81) menyatakan bahwa terdapat berbagai macam

bentuk organisasi antara lain:

1) Bentuk organisasi staff (staff organization)

Dalam organisasi staf hanya terdapat pucuk pimpinan dan staf yang

memberikan bantua pemikiran berupa saran atau nasihat kepada pucuk

pimpinan. Oleh karena itu, dalam organisasi staf tidak ada garis komando

kebawah karena tidak ada pejabat pimpinan lini.

2) Bentuk organisasi lini (line organization)

Bentuk organisasi lini adalah suatu bentuk organisasi dimana pucuk pimpinan

dipandang sebagai sumber kekuasaan tunggal. Segala ketentuan, keputusan,

atau segala kebijaksanaan ada di tangan satu orang, yaitu pucuk pimpinan.

3) Bentuk organisasi fungsional (functional organization)

Organisasi fungsional disusun berdasarkan sifat dan macam-macam fungsi

sesuai dengan kepentingan organisasi. Tiap-tiap fungsi saling berhubungan

karena antara satu fungsi dengan lainnya saling bergantung. Dengan

demikian, wewenang dalam organisasi fungsional dilimpahkan oleh pucuk

pimpinan kepada unit-unit (satuan organisasi) dibawahnya atas dasar fungsi,

(40)

pelaksana yang ada dibawahnya sepanjang menyangkut tugas

masing-masing.

4) Bentuk organisasi staf dan garis (line and staff organization)

Bentuk ini merupakan perpaduan antara dua bentuk organisasi, yaitu

organisasi lini dan organisasi staf. Wewenang diserahkan dari pucuk

pimpinan kepada unit-unit organisasi yang ada dibawahnya dalam semua

bidang pekerjaan dan di bawah pucuk pimpinan ditempatkan staf. Staf ini

tidak mempunyai wewenang lini atau garis (wewenang komando) ke bawah.

Staf berfungsi hanya sebagai pemberi nasihat, pemberi pertimbangan sesuai

bidang keahliannya.

5) Bentuk organisasi garis dan fungsional (line and functional organization)

Merupakan perpaduan antara organisasi fungsional dan organisasi lini/garis.

Wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada unit-unit organisasi

yang ada dibawahnya dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu sesuai

kebutuhan organisasi. Masing-masing pimpinan dari setiap unit berhak

memerintah semua satuan pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang

tugas masng-masing. Setiap satuan pelaksana mempunyai wewenang dalam

semua bidang pekerjaan.

6) Bentuk organisasi garis, fungsional, dan staf

Bentuk organisasi garis, fungsional, dan staf adalah suatu organisasi yang

merupakan perpaduan dari tiga bentuk organisasi, yaitu organisasi

fungsional, organisasi lini, dan organisasi staf. Bentuk organisasi lini,

fungsional, dan staf adalah organisasi dimana wewenang dari pucuk

(41)

dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu sesuai kebutuhan organisasi.

Masing-masing pimpinan dari setiap unit berhak memerintah semua satuan pelaksana

sepanjang menyangkut tugas masing-masing. Setiap satuan pelaksana

mempunyai wewenang dalam bidang pekerjaannya, dan di bawah pucuk

pimpinan ditempatkan staf sebagai pembantu atau sebagai penasihat

pimpinan. Jadi pada dasarnya sama dengan bentuk organisasi fungsional dan

lini, hanya di bawah pucuk pimpinan ditempatkan staf sebagai pembantu atau

sebagai nasihat.

7) Bentuk organisasi panitia (committee organization)

Bentuk organisasi panitia yaitu apabila kegiatan itu dilakukan kelompok

sementara yang terdiri daripada orang-orang yang memiliki keahlian tertentu.

B. Tinjauan Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Management berasal dari kata to manage yang berarti mengatur. Dalam hal

mengatur akan timbul masalah, proses, dan pertanyaan tentang apa yang diatur,

siapa yang mengatur, mengapa harus diatur, dan apa tujuan pengaturan tersebut.

Manajemen juga menganalisa, menetapkan tujuan/sasaran serta menderteminasi

tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban secara baik, efektif, dan efisien (Hasibuan,

1986:2). Pengertian manajemen menurut George R. Terry dalam Syamsi

(1994:59) adalah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengendalian yang dilakukan untuk menetapkan dan mencapai tujuan dengan

menggunakan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Aktivitas

(42)

dan pelaksanaan berlangsung dengan bantuan manusia dengan sumber daya

lainnya. Untuk mencapai suatu sasaran terdapat adanya keharusan berupa

dipersatukannya sumber-sumber dasar yang tersedia yang lebih dikenal dengan

sebutan 6M, yaitu pria dan wanita (Men), bahan-bahan (Materials), mesin-mesin

(Machines), metode (Methods), uang (Money), dan pasar (Market) (Terry,

1986:3).

Pengertian manajemen menurut Hasibuan (1986:5) adalah proses yang sistematis,

terkoordinasi, dan koperatif dalam usaha-usaha memafaatkan sumber daya

manusia dan sumber-sumber lainnya. Sedangkan menurut Siagian dalam

Hasibuan (1986:5), manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk

memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui

kegiatan-kegiatan orang lain.

Melihat dari beberapa ahli menyebutkan pengertian manajemen sebelumnya,

maka manajemen merupakan sebuah proses yang memanfaatkan sumber daya

manusia dan sumber daya lainnya dengan kemampuan dan keterampilan untuk

mencapai tujuan.

2. Fungsi Manajemen

Mempelajari manajemen juga harus mempelajari fungsi-fungsi manajemen.

Fungsi manajemen pada hakikatnya merupakan tugas pokok yang harus

dijalankan pimpinan dalam organisasi apapun (Syamsi, 1994:60). Terry

menyatakan bahwa fungsi-fungsi manajemen yang dikenal dengan singkatan

(43)

a. Planning(Perencanaan) berarti tindakan mendeterminasi sasaran-sasaran dan

arah tindakan yang diikuti.

b. Organizing (Pengorganisasian) adalah tindakan mendistribusi pekerjaan

antara kelompok yang ada dan menetapkan dan memerinci

hubungan-hubungan yang diperlukan.

c. Actuating (Menggerakkan) berarti merangsang anggota anggota kelompok

untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dengan kemauan baik dan secara

antusias.

d. Controlling (Mengawasi) berarti mengawasi aktivitas-aktivitas agar sesuai

dengan rencana-rencana.

Adapun fungsi manajemen menurut beberapa ahli pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Fungsi-Fungsi Manajemen menurut Para Ahli

G. R. Terry John F. Mee Louis

Allen Mc. Namara John D. Millet

Lyndall F. Urwick 1.Planning Planning Leading Planning Directing Forecasting 2.Organizing Organizing Planning Programming Facilitating Planning 3.Actuating Motivating Organizing Budgeting --- Organizing 4.Controlling Controlling Controlling System --- Commanding

5. --- --- --- --- --- Coordinating

1.Planning Planning Planning Perencanaan Planning Planning 2.Organizing Organizing Organizing Pengorganisasian Organizing Organizing 3.

Commanding Staffing Motivating Pengarahan

Assembling

Resources Staffing 4.

Coordinating Directing Controlling Pengkoordinasian Directing Directing 5.Controlling Controlling Evaluating Pengontrolan Controlling Coordinating

6. --- --- --- --- --- Reporting

(44)

Robert Tanembaum dalam Hasibuan (1986:27) mengemukakan bahwa pembagian

fungsi manajemen oleh para ahli tidak sama karena:

a. Kompleksnya perusahaan karena jumlahnya sangat besar, maupun karena

perkembangan lapangan usaha dan organisasi yang berbeda-beda.

b. Tidak adanya persamaan terminologi diantara ratusan pengarang menyangkut

konsep yang sama.

c. Pemakaian kata-kata tanpa memperhatikan dengan serius arti dan nilainya.

d. Oleh masing-masing pengarang kurang diuraikan fungsi-fungsi manajemen

lainnya.

e. Kadang-kadang diselipkan soal teknik, kemahiran diantara fungsi-fungsi

manajer.

f. Mencampuradukkan fungsi dan proses.

g. Deskripsi fungsi-fungsi sangat subyektif.

h. Mencampuradukkan fungsi dan kegiatan pekerjaan.

Agar manajemen pada organisasi dengan mudah mencapai tujuannya secara

efektif, efisien, dan rasioanl, maka seorang pimpinan organisasi harus mampu

menjalankan fungsi-fungsi manajemen (Torang, 2014: 166). Sehingga fungsi

manajemen sangat diperlukan dalam organisasi.

C. Tinjauan Koordinasi

1. Pengertian Koordinasi

Pengertian koordinasi menurut Usman (2013:488) adalah proses

(45)

pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah secara terus-menerus untuk mencapai

tujuan secara efektif dan efisien. Koordinasi merupakan bagian terpenting di

antara anggota-anggota atau unit-unit organisasi yang pekerjaannya saling

bergantung. Dimana semakin banyak pekerjaan individu-individu atau unit-unit

yang berlainan tapi erat hubungannya sehingga kemungkinan besar terjadi

masalah-masalah koordinasi. Koordinasi sangat diperlukan dalam suatu organisasi

untuk mencapai tujuan organisasi tersebut sehingga akan terjadi negosiasi agar

mendapatkan kesepakatan. Beberapa ahli memberikan pengertian tentang

koordinasi.

Menurut Ndraha (2011:291) :

Koordinasi dapat didefinisikan sebagai proses penyepakatan bersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur yang berbeda-beda sedemikian rupa sehingga di sisi yang satu semua kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapain suatu tujuan yang telah ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan yang satu tidak merusak keberhasilan yang lain.

Handayaningrat (1985: 88) memberikan pengertian tentang koordinasi.

Koordinasi adalah usaha penyesuaian dari bagian yang berbeda-beda, agar kegiatan dari bagian-bagian itu dapat selesai tepat pada waktunya, sehingga masing-masing anggota dapat memberikan sumbangan usahanya secara maksimal, agar diperoeh hasil secara keseluruhan.

Sedangkan Wursanto mengatakan:

Koordinasi adalah kegiatan pengaturan usaha sekelompok orang secara terarah dan teratur untuk menciptakan kesatuan gerak/tindakan dalam usaha mencapai tujuan organisasi (Wursanto, 2003: 251).

Melihat dari beberapa ahli yang menyebutkan pengertian kordinasi sebelumnya,

maka koordinasi merupakan hal yang penting karena koordinasi adalah proses

mempersatukan atau menyelaraskan suatu pekerjaan dari suatu bagian dengan

tugas bagian lain agar kesimpangsiuran tidak terjadi. Dengan kurangnya

(46)

Torang (2014:182) menyatakan bahwa proses manajemen akan berjalan sempurna

dan efektif apabila koordinasi diimplementasikan khusus pada dimensi organizing

dan actuating. Berikut ini skema yang menggambarkan hubungan antara proses

manajemen dengan koordinasi.

Bagan 2.1 Internal Coordinating of an Enterprise (Terry)

Sumber: Torang (2014:182)

Skema tersebut menggambarkan hubungan antara manajemen proses dengan

koordinasi. Pada kotak tengah menggambarkan bahwa manusia (men), uang

(money), pasar (markets), dan metode (methods) tidak akan dapat mencapai tujuan

organisasinya tanpa menjalankan fungsi manajemen (planning, organizing,

actuating, dan controlling) serta melakukan koordinasi baik secara internal

maupun eksternal.

a. Perencanaan (Planning) dan Koordinasi (Coordination)

Menurut Terry dalam Torang (2014:183), pengaruh perencanaan sangat signifikan

terhadap koordinasi. Hal ini berarti sebuah rencana haruslah terinterelasi dan di

(47)

b. Pengaturan (Organizing) dan Koordinasi (Coordination)

Sangat sulit untuk tidak melakukan koordinasi dalam mengimplementasikan

organizing sebagai salah satu fungsi manajemen. Terry dalam Torang (2014:183)

menjelaskan bahwa organizing has a profound effect upon coordination because

where the component activities are assigned regulates the amount and extend of

co-ordination they will receive. A manager with three subordinates reporting to

him is logically expected to maintain co-ordination among their efforts.Pendapat

Terry tersebut mengindikasi bahwa manajemen hanya dapat efektif melalui

koordinasi dan atau keberhasilan organizing dalam sebuah organisasi ditentukan

olehcoordination.

c. Pelaksanaan (Actuating) dan Koordinasi (Coordination)

Dalam actuating pelaksanaan tipe dan fungsi kepemimpinan (leadership function),

pengawasan, dan instruksi merupakan bentuk coordination yang sangat

signifikan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Terry dalam Torang (2014:183)

yang menjelaskan bahwa by employing variations in the intensities of the many

different actuating forces, a manager helps to achieve coordination.

d. Pengawasan (Controlling) dan Koordinasi (Coordination)

Menurut Terry dalam Torang (2014:184), controlling memiliki hubungan

langsung dengancoordinationterhadap evaluasi kemajuan pekerjaan. Hal tersebut

membantu mensinkronkan setiap usaha, sehingga tujuan organisasi yang telah

(48)

2. Ciri-Ciri Koordinasi

Ciri-ciri koordinasi menurut Handayaningrat (1985:89), yaitu:

a. Bahwa tanggung jawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan. Oleh

karena itu, koordinasi adalah merupakan tugas pimpinan. Koordinasi sering

dicampur-adukkan dengan kata kooperasi yang sebenarnya mempunyai arti

yang berbeda. Sekalipun demikian pimpinan tidak mungkin mengadakan

koordinasi apabila mereka tidak melakukan kerjasama. Oleh karena itu, maka

kerjasama merupakan suatu syarat yang sangat penting dalam membantu

pelaksanaan koordinasi.

b. Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah pekerjaan

pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga

tujuan dapat tercapai dengan baik.

c. Pengaturan secara teratur usaha kelompok. Oleh karena koordinasi adalah

konsep yang ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu,

maka sejumlah individu yang bekerjasama, di mana dengan koordinasi

menghasilkan suatu usaha kelompok yang sangat penting untuk mencapai

efisiensi dalam melaksanakan kegiatan organisasi. Adanya tumpang tindih,

kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan merupakan pertanda kurang

sempurnanya koordinasi.

d. Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi.

Kesatuan usaha, berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha

tiap kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam

(49)

e. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta suatu

pengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan

sebagai kelompok di mana mereka bekerja.

f. Koordinasi adalah suatu usaha kerjasama. Hal ini disebabkan karena

kerjasama merupakan syarat mutlak terselenggaranya koordinasi dengan

sebaik-baiknya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa koordinasi memiliki ciri, yaitu

suatu proses dalam melakukan kerjasama yang merupakan konsep kesatuan

tindakan yang dilakukan secara teratur dan tanggung jawab terletak pada

pimpinan.

3. Tujuan dan Manfaat Koordinasi

Tujuan Koordinasi menurut Ndraha (2011:295), yaitu :

a. Menciptakan dan memelihara efektivitas organisasi setinggi mungkin melalui

sinkronisasi, penyerasian, kebersamaan, dan kesinambungan, antar berbagai

dependen suatu organisasi.

b. Mencegah konflik dan menciptakan efisiensi setinggi-tinginya setiap kegiatan

interdependen yang berbeda-beda melalui kesepakatan-kesepakatan yang

mengikat semua pihak yang bersangkutan.

c. Menciptakan dan memelihara iklim dan sikap saling responsif-antisipatif di

kalangan unit kerja interdependen dan independen yang berbeda-beda, agar

keberhasilan unit kerja yang satu tidak rusak oleh keberhasilan unit kerja

(50)

Organisasi yang melakukan koordinasi akan mendapatkan manfaat (Sutarto,

2002:146-147), yaitu:

a. Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan lepas satu sama lain antara

satuan-satuan organisasi atau antara para pejabat yang ada dalam organisasi.

b. Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan atau suatu pendapat bahwa

suatu organisasinya atau jabatannya merupakan yang paling penting.

c. Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan

antar satuan organisasi atau antar pejabat.

d. Dengan koordinasi dapat dihindarkan timbulnya rebutan fasilitas.

e. Dengan koordinasi dapat dihindarkan terjadinya peristiwa waktu menunggu

yang memakan waktu lama.

f. Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemungkinan terjadi kekembaran

pengerjaan terhadap suatu aktivitas oleh satuan-satuan organisasi atau

kekembaran pengerjaan terhadap tugas oleh para pejabat.

g. Dengan koordinasi dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya kekosongan

pengerjaan terhadap tugas oleh para pejabat.

h. Dengan koordinasi dapat ditumbuhkan kesadaran di antara para pejabat untuk

saling bantu sama lain terutama di antara para pejabat yang ada dalam satuan

organisasi yang sama.

i. Dengan koordinasi dapat ditumbuhkan kesadaran di antara pejabat untuk

saling memberitahu masalah yang dihadapi bersama sehingga dapat

dihindarkan kemungkinan terjadinya kebaikan bagi dirinya, keselamatan bagi

(51)

j. Dengan koordinasi dapat dijamin adanya kesatuan kebijaksanaan antar

pejabat.

k. Dengan koordinasi dapat dijamin adanya kesatuan langkah antar para pejabat.

l. Dengan koordinasi dapat dijamin adanya kesatuan tindakan antar para

pejabat.

4. Pentingnya Koordinasi

Pentingnya kordinasi dalam mencapai efektivitas tujuan organisasi menurut

Hardjito (1997: 48-49) digambarkan seperti:

Bagan 2.2 Koordinasi

Sumber: Hardjito (1997:49)

Agar langkah-langkah kegiatan yang terkoordinasi dapat terwujud perlu disusun

Tim Koordinasi yang mencerminkan keterpaduan unit-unit terkait maupun

instansi-instansi terkait yang terlihat dalam kegiatan tersebut. Disamping itu akan

kelihatan peran-peran masing-masing anggota tim termasuk tanggung jawabnya

sehingga akan tampak dengan jelas siapa yang bertanggung jawab dalam

masing-masing langkah kegiatan, dan terjabar pula jadwal pertemuan koordinasi.

Tujuan Organisasi

Koordinasi

(52)

Handayaningrat (1985:93) mengatakan koordinasi dianggap penting karena:

a. Koordinasi yang baik akan mempunyai efek adanya efisiensi terhadap

organisasi itu. Karena itu maka koordinasi memberikan sumbangan

(kontribusi) guna tercapainya efisiensi terhadap usaha-usaha yang lebih

khusus, sebab kegiatan-kegiatan organisasi itu adalah dilakukan secara

spesialisasi (khusus). Bila tidak akan terjadi pemborosan yaitu pemborosan

uang, tenaga dan alat-alat (waste of money , waste of man power, waste of

materials).

b. Koordinasi mempunyai efek terhadap moral daripada organisasi itu, terutama

yang berhubungan dengan peran kepemimpinan (leadership). Kalau

kepemimpinannya kurang baik, maka ia kurang melakukan koordinasi yang

baik. Oleh karena itu, koordinasi menentukan atau mempengaruhi terhadap

keberhasilan daripada kepemimpinan. Misalnya, kalau suatu organisasi tidak

terkoordinasi, keputusan itu selalu tertunda-tunda (delay), tidak tepat, atau

terjadi kesalahan-kesalahan (errors are made).

c. Koordinasi mempunyai efek tehadap perkembangan daripada personal

didalam organisasi itu. Artinya bahwa unsur pengendalian personal dalam

koordinasi itu harus selalu ada. Orang tidak selalu dibebaskan begitu saja,

tetapi harus dikendalikan oleh karena itu, personal harus diperhatikan

pekerjaannya dan akan merasa senang bila mendapat penghargaan dari hasil

dari kerjanya, sebab kalau terjadi suatu kekeliruan biasanya yang selalu

disalahkan ialah bawahannya, padahal seharusnya adalah tanggung jawab

(53)

oleh Mc. Farlland: ”koordinasi adalah merupakan pekerjaan yang berdasrkan

atas pengalaman, dan juga dapat dilakukan dengan cara latihan (training)”.

5. Mekanisme Koordinasi

Menurut Usman (2013: 493-495) untuk mencapai koordinasi yang efektif harus

menggunakan beberapa pendekatan dan teknik tertentu. Komunikasi adalah kunci

koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung tergantung pada perolehan,

penyebaran dan pemrosesan informasi. Semakin besar ketidakpastian tugas yang

dikoordinasi, semakin membutuhkan informasi. Pada dasarnya koordinasi

merupakan pemrosesan informasi. Terdapat tiga pendekatan untuk pencapaian

koordinasi yang efektif dan efisien, yaitu:

a. Menggunakan Teknik Manajenen yang Asasi

Masalah-masalah koordinasi yang sederhana sering dipecahkan melalui

penggunaan mekanisme manajerial yang asasi untuk mencapai

pengkoordinasian. Mekanisme koordinasi yang singkat diuraikan sebagai

berikut: (1) Hierarki manajerial. Rangkaian komando organisasi menguraikan

hubungan-hubungan diantara individu-individu dan unit-unit yang diawasi.

Dengan cara demikian akan membantu arus informasi dan pekerjaan diantara

unit-unit. (2) Peraturan dan prosedur. Peraturan dan prosedur suatu organisasi

dibuat untuk menangani kejadian-kejadian sehari-hari sebelum hal-hal

tersebut terjadi. (3) Rencana dan tujuan. Rencana dan tujuan mencapai

koordinasi harus menjamin bahwa individu atau unit-unit mengarahkan dan

(54)

b. Meningkatkan kesanggupan koordinasi

Jika unit lebih banyak dan lebih saling bergantung, maka diperlukan lebih

banyak informasi bagi koordinasi untuk mencapai tujuannya. Dengan

demikian, kesanggupan berkoordinasi juga harus ditingkatkan baik dengan

sistem vertikal maupun horizontal.

c. Mengurangi kebutuhan berkoordinasi

Cara mengurangi kebutuhan akan berkoordinasi antara lain (1) menciptakan

sumber-sumber tambahan, yaitu memberikan fasilitas kepada

individu-individu atau unit-unit dalam memenuhi kebutuhannya dan (2) menciptakan

unit-unit bebas, ialah memberikan kebebasan kepada individu atau unit-unit

untuk berkreasi sehingga tidak perlu lagi berkoordinasi.

Wursanto (2003:254) mengatakan bahwa koordinasi dapat dijalankan dengan

berbagai cara, yaitu:

a. Dengan memanfaatkan saluran/media komunikasi, misalnya:

1) Media elektronik, misalnya interpon, telepon, telek, undangan, faksimil,

dan lain sebagainya, apabila jaraknya saling berjauhan.

2) Media cetak/tertulis, misalnya surat edara, memo atau nota dalam, buku

pedoman organisasi, buku pedoman tatakerja, buku pedoman peraturan.

3) Media tatap muka, yaitu degan mengadakan pertemuan-pertemuan, baik

pertemuan formal maupun pertemuan informal. Pertemuan formal

misalnya dengan mengadakan rapat kerja, rapat pimpinan, rapat dinas,

rapat koordinasi, konferensi. Sedang rapat informal, misalnya

(55)

kendaraan bersama baik pada waktu mau berangkat maupun pada

waktu pulang, silahturahmi, dsb.

b. Dengan mengangkat koordinator.

c. Membuat symbol, tanda-tanda, atau kode-kode tertentu, misalnya dengan

menggunakan bel atau sirine, gong, kentongan, sinar, ucapan dengan

jawaban tertentu.

d. Dengan aba-aba tertentu.

e. Dengan menyanyi bersama.

Sedangkan menurut Sutarto (2002:152-158), caranya antara lain:

a. Mengadakan pertemuan informal antara para pejabat.

b. Mengadakan pertemuan formal antara para pejabat yang biasanya dinamakan

rapat.

c. Membuat edaran berantai kepada para pejabat yang diperlukan.

d. Membuat penyebaran kartu kepada para pejabat yang diperlukan.

e. Mengangkat koordinator.

f. Membuat buku pedoman organisasi, buku pedoman tatakerja, dan buku

pedoman kumpulan peraturan.

g. Berhubungan melalui alat perhubungan.

h. Membuat tanda-tanda.

i. Membuat simbol.

j. Membuat kode.

(56)

Sehingga agar koordinasi dapat berjalan efektif, perlu diperhatikan pula

mekanisme dan tekniknya karena komunikasi merupakan kunci koordinasi yang

efektif.

6. Tipe-Tipe Koordinasi

Menurut arahnya koordinasi dibedakan menjadi dua macam (Soekarno dalam

Wursanto, 2003:251-252), yaitu:

a. Koordinasi vertikal, adalah tindakan atau kegiatan penyatuan/pengarahan

yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan-kegiatan

unit-unit/satuan-satuan kerja yang langsung ada dibawah wewenang dan tanggung jawabnya.

b. Koordinasi horizontal, dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Koordinasi interdisciplinary, adalah suatu koordinasi dalam rangka

mengarahkan/menyatukan tindakan untuk mewujudkan disiplin antara

unit yang satu dengan unit yang lain, baik secara internal maupun

secara eksternal pada unit-unit yang mempunyai tugas yang sama.

2) Koordinasi interrelated, adalah koordinasi antar badan,

instansi/lembaga yang fungsinya satu sama lain saling bergantung atau

mempunyai kaitan secara internal maupun eksternal.

Pada penelitian ini, jika dilihat dari arahnya, koordinasi yang dijalankan antar

instansi ini termasuk daam koordinasi interrelated karena instansi tersebut

memiliki fungsi yang sama dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.

Ndraha (2011:295-296) menyebutkan bentuk koordinasi jika dilihat dari sudut

Gambar

Tabel 1.1 Data Angka Kecelakaan Lalu Lintas Kota Bandar Lampung
Tabel 2.1 Fungsi-Fungsi Manajemen menurut Para Ahli
Tabel 3.1 Informan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

The conclusions of the study can be summarised as follows: the "locational" aspect alone (no added symbols) of picture designs appears to be unhelpful in direct- ing

doktrin-doktrin yang terkait dengan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) sehingga dapat ditemukan konsep hukum mengenai Hak Tanggungan yang dipegang oleh Bank Syariah dalam

FAKULTAS MIPA – JURUSAN

Menurut penuturan juru kunci dari makam Mbah Djomotersebut, bahwa beberapa tahun yang lalu terjadi sebuah peristiwa yakni keluarnya ikan gabus dari makam Mbah Djomopada saat

System operasi open source berdeda dengan system operasi close source, system operasi open source hidupnya bergantung pada pengembang karena system operasi ini

Hal ini dapat diartikan bahwa kekuatan transversa plat resin akrilik heat cured yang direndam dalam 0,4% eugenol minyak kayu manis menunjukkan perbedaan yang

Maka definisi konsepsioanl dari penelitian ini adalah kinerja pegawai SAMSAT dalam pemberian pelayanan publik pada kantor SAMSAT Pembantu Samarinda Seberang dimana

sosiologi, siswa, dan guru teman sejawat variasi gaya mengajar guru dalam meningkatkan minat belajar siswa sudah cukup baik, hal ini terbukti dari hasil tiga kali