EFISIENSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH MELALUI PENGAWASAN (STUDI DI BADAN PENGAWAS DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT)
2012 Oleh : Muhamad Firdaus
Untuk melengkapi jalannya sistem pemerintahan di daerah didukung oleh besarnya anggaran
keuangan pemerintah daerah yang tercermin dari APBD. Anggaran keuangan daerah ini
biasanya sudah terstruktur baik pada anggaran penerimaan maupun anggaran
pengeluarannya, yang sering timbul permasalahan pada pengelolaan keuangan ini adalah
efisiensi pengelolaannya yang sering belum maksimal.
Pengelolaan keuangan daerah yang telah dianggarkan melalui APBD Kabupaten harus taat
dan senantiasa mengikuti prosedur pengelolaan dan penggunaan keuangan daerah. Pada
prinsipnya penggunaan keuangan daerah dari dana APBD senantiasa diharapkan data
mencapai tujuan dan sasaran dari alokasi dana tersebut. Oleh sebab itu penggunaan anggaran
itu harus efisien dan efektif, agar tujuan penggunaan anggaran tersebut menjadi lebih efisien.
Mekanisme yang dianut berazaskan efisiensi adalah melalui pengawasan. Pengawasan
keuangan daerah dilakukan oleh pemerintah daerah melalui aparat pengawas internal yang di
bentuk oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah. Menurut PP No.105 Th 2000
Pengawasan internal pengelolaan Keuangan Daerah bertujuan untuk menjaga efisiensi,
efektivitas, dan kehematan dalam pengelolaan Keuangan Daerah. Pengawasan internal
pengelolaan Keuangan Daerah selain melakukan pengawasan atas urusan kas/uang,
memperhatikan pula tatalaksana penyelenggaraan program, kegiatan dan manajemen oleh
Pemerintah Daerah dari segi efisiensi dan efektivitasnya, yang dapat mempengaruhi kekuatan
dan dayaguna Keuangan Daerah.
Melalui pengawasan untuk meningkatkan pengawasan keuangan pada Pemerintahan
Kabupaten Lampung Barat, perlu adanya system dan prosedur pengawasan keuangan yang
baik. Maka permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sejauh mana penerapan sistem
dan prosedur pada Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat dalam menghasilkan
Sebagai realisasi dari perbaikan hasil pemeriksaan maka perlu dilakukan tindak lanjut yang
bertujuan untuk memperbaiki kesalahan yang telah ditemukan dan juga sebagai konsekuensi
dari kesalahan. Dari hasil pemeriksaan Reguler pada tahun 2012, terdapat 557 temuan yang
sudah ditindak lanjuti atau sekitar 68,30 % dari seluruh hasil temuan yang berjumlah 816
temuan. Ini berarti pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan dalam proses pengawasan di
Badan pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat belum berjalan secara optimal.
Walaupun dalam implementasi pengawasan, Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 09 April 1988. Penulis adalah
anak Ketiga dari 5 bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Agus Zainuri dan
Rohmawati. Dari masa kecil hingga saat ini, penulis tinggal dan menetap di kota
yang sangat heterogen akan etnis dan budaya, sehingga rasa persaudaraan,
kesetiakawanan, dan kekeluargaan tertanam dalam diri penulis.
Pendidikan yang ditempuh oleh penulis dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar di
SD MIN 3 Segala Mider sejak tahun 1994-1999. Pendidikan lanjut tingkat
pertama penulis tempuh pada tahun 1999-2002, di SLTP Perintis 1 Palapa, Bandar
Lampung. Jenjang pendidikan tingkat atas penulis tempuh di Sekolah Menengah
Atas di SMA UTAMA 3 Pahoman, Bandar Lampung sejak tahun 2004 - 2006. Di
Tahun 2007 Penulis Terdaftar sebagai mahasiswa Program Strata satu (S1) di
Fakultas Ekonomi, Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Lampung melalui
Program S1 Non-Reguler.
Penulis adalah sosok sederhana dengan kesuksesan dunia akhirat sebagai
prioritasnya. Tumbuh dan besar di lingkungan yang hangat dengan kasih sayang
dan cinta dari keluarga, saudara, serta teman-teman, membuat penulis termotivasi
untuk membahagiakan orang-orang di sekeliling penulis. Melalui usaha dan kerja
keras, serta tekad yang bulat, penulis akan berusaha membahagiakan dan
MOTO
Tiga Kunci Sukses :
Tahu Lebih Banyak dari orang lain
Berusaha Lebih Keras dari orang lain
Berharap lebih sedikit dari orang lain
(Selamat Riyadi)
“Barang siapa bersungguh
-
sungguh, maka akan berhasil”
(Al-Hadist)
“Hidup adalah perbuatan”
(Soetrisno Bachir)
PERSEMBAHAN
Segala Puji Hanya bagi Allah SWT
Bacalah dengan (Menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah. Yang Mengajar (Manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajar kepada menusia apa yang tidak diketahuinya.
(Surat Al’
-Alaq 1-5)
Karya Ilmiah Ini ku Persembahkan Kepada :
Almamaterku....,Ibu...,Bapak..., Kakak & Adikku
dan Dia tercinta.., terimakasih atas dukungan moril,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhuh
Alhamdulillahirabbil‘alamiin, Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
Subhanahu Wata’ala atas segala limpahan rahmat, karunia, dan kasih sayang-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efisiensi pengelolaan keuangan daerah melalui pengawasan (studi di badan pengawas daerah kabupaten lampung barat) 2012 ”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan Universitas Lampung.
Dalam Kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Oleh sebab itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih secara khusus kepada
ayah dan ibunda tercinta yang tidak pernah lupa memberikan doa dan restunya,
dukungan moril dan spiritual serta harapan dan kasih sayangnya kepada penulis.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Lampung.
2. Bapak Muhammad Husaini S.E, M.EP, Selaku Ketua Jurusan Ilmu
penulis dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini.
Pendidikan dan ilmu yang bapak berikan tidak akan terlupakan sampai
akhir hidup penulis.
4. Bapak Dedy Yuliawan S.E, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik
(PA) yang turut membantu memberi kemudahan dan motivasi kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Yurni Atmaja S.E, selaku penguji utama yang telah memberikan
kritik dan saran serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan dan
menyempurnakan skripsi ini.
6. Segenap civitas akademika, dosen pengajar atas bimbingan dan ilmu yang
telah diberikan, serta para karyawan yang ramah atas segala bantuannya
yang telah diberikan.
7. Agus Zainuri (Ayah) dan Rohmawati (Ibu) tercinta, semoga ini awal yang
indah bagi penulis agar dapat membahagiakan Ayah dan Ibu lebih dari
sekarang. Semoga dengan ikhtiar, kerja keras, tawakkal, istiqamah, serta
doa dari kalian, penulis akan sukses dalam hidupnya, serta
membahagiakan dan memberikan yang terbaik bagi kalian dan keluarga.
Amin ya Allah. Semoga kalian berdua selalu mendapat perlindungan Allah
Swt.
8. Kakak-kakak dan Adik-adikku tersayang yang telah banyak memberikan
ya Allah.
9. Saudara-saudaraku yang telah banyak memberikan bantuan moril maupun
materi kepada penulis, semoga kalian bahagia selalu dan mendapat
perlindungan Allah Swt.
10. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan 2006 dan 2007
Khususnya, yang telah banyak memberikan semangat, motivasi, dan
inspirasi selama kuliah. Terima kasih atas dukungannya.
11. Seluruh keluarga besar Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Unila.
Akhir kata semoga segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah SWT dan penulis mengharapkan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Juli 2014
Penulis,
Muhamad.Firdaus,
Halaman
4. Langkah Langkah Pengawasan……….. 20
5. Ruang Lingkup Pengawasan……….. 21
6. Aspek-aspek Dalam Pengawasan……….. 22
B. Keuangan Daerah………. 22
C. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Barat……….. 34
1. Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat…... 35
2. Tugas Pokok dan Fungsi Badan pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat ………... 35
1. Struktur Organisasi Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat………... 37
2. Uraian Tugas………... 38
IV. PEMBAHASAN A. Pengawasan Keuangan Daerah……… 41
B. Pengawasan Keuangan Daerah oleh Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat……… 44
1. Pelaksanaan Pengawasan……… 45
2. Prosedur Pelaksanaan Pengawasan Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat……… 46
1. Persiapan Pemeriksaan……… 46
(1.3) Penyusunan Program Kerja Pemeriksaan (PKP)……….. 48
(1.4) Penyusunan Daftar Pertanyaan Pengendalian Intern (Internal Control Quistionnaire/ICQ)………... 48
(1.5) Pembuatan Nota Dinas Rencana Pemeriksaan…………. 49
(1.6) Pembuatan surat Tugas………. 49
2. Pelaksanaan Pemeriksaan………... 49
(2.1) Pertemuan Awal (Entry Briefing)………..…. 50
(2.2) Kegiatan pemeriksaan……….. 50
(2.3) Pertemuan Akhir (Exit Briefing)……….. 51
3. Penyusunan Laporan……….. 52
(3.1) Ekspose Hasil Pemeriksaan……….. 52
(3.2) Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)……….. 53
(3.3) Penyampaian Laporan……….. 53
4. Kelompok Temuan………..…………... 54
5. Uraian Kelompok Penyebab Penyimpangan / Kelemahan... 59
6. Kelompok Rekomendasi………... 60
7. Kelompok Pelaksanaan Tindak Lanjut………. 61
V. SIMPULAN DAN SARAN………. 64 DAFTAR PUSTAKA
Halaman DAFTAR TABEL
Tabel
1. Nilai Audit Coverage Ratio Pemeriksaan BPK-RI atas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten/kota Propinsi Lampung Tahun Anggaran 2011...…… 4
2. Cakupan Pemeriksaan atau Audit Coverage Ratio atas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Lampung Barat Tahun Anggaran 2011…... 5
3. Temuan Pengeluaran Sebelum Pengesahan Anggaran Tahun 2011...……….. 6
4. Temuan Keterlambatan Setoran Kas pada Pemegang kas ...………. 7
5. Rencana Bulanan Pemeriksaan Reguler Kabupaten Lampung Barat tahun 2011.... 46
6. Anggaran Kegiatan Badan Pengawas daerah Kabupaten Lampung Barat ... 53
7. Data Pemeriksaan Kasus Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat Tahun
2011...………. 58
8. Data Pemeriksaan Kasus Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat Tahun 2011...……… 59
9. Pemeriksaan Reguler dan Khusus pada Pemerintah Kabupaten Lampung Barat tahun
Halaman DAFTAR GAMBAR
Gambar ..
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan pada berbagai sector ekonomi yang dilakukan oleh
pemerintah baik pusat maupun daerah, pada dasarnya bertujuan mensejahterakan
seluruh masyarakat baik di pusat maupun didaerah, hanya saja yang
membedakannya adalah pada titik fokus pembangunan yang bersekala besar dan
sedang melalui berbagai strategi dan kebijakan pembangunan.
Dalam era otonomi daerah pelaksanaan pembangunan dibiayai oleh kemampuan
keuangan daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
bersumber dari pendapatan lainnya yang syah dan bersumber dari dana
perimbangan yang berbentuk transfer pemerintah pusat ke daerah. Sedangkan
pelaksanaan pembanguan didaerah yang dilakukan pada masa otonomi daerah,
bagi setiap daerah dapat lebih mengoptimalkan pembangunan daerahnya karena
dianggap daerahlah yang lebih mengetahui potensi dan permasalahan yang ada
didaerahnya sendiri yang pada akhirnya diharapkan hasil pelaksanaan
pembangunan itu dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat yang ada di daerah.
Keberhasilan dari pembangunan ekonomi biasanya dilihat dari besarnya laju
pertumbuhan ekonomi daerah itu sendiri, peningkatan hasil pembangunan daerah
yang memberikan manfaat kepada masyarakat perlu diupayakan melalui
perencanaan, implementasi dan pengawasan pembangunan yang lebih terpadu dan
dan efesien. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan keterpaduan dan
keserasian pembangunan di segala bidang dalam ruang lingkup yang terencana.
Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
dijelaskan bahwa Otonomi Daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 memberikan definisi tentang
keuangan daerah sebagai semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi:
1. perencanaan
2. pelaksanaan
3. penatausahaan
4. pelaporan
5. pertanggungjawaban
6. pengawasan keuangan daerah.
Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah didasarkan pada prinsip-prinsip
pemberian ekonomi yang nyata dan bertanggung jawab, yang dalam
pelaksanaannya dilakukan bersama-sama antara azas desentralisasi, azas
saja mengurus urusan rumah tangganya sendiri, akan tetapi melaksanakan pula
tugas-tugas pemerintahan pada umumnya dalam batas-batas kekuasannya.
Salah satu bagian penting dalam penyelenggaraan Pemerintahan dan
pembangunan daerah di wujudkan melalui proses atau siklus anggaran daerah,
dimana siklus ini merupakan suatu proses mulai dari tahap awal (perencanaan
anggaran) sampai dengan tahap akhir perhitungan anggaran yang dilakukan oleh
pemerintah daerah.
Ditetapkannya sistim pengawasan keuangan di daerah tujuannya tidak lain agar
pengeluaran-pengeluaran daerah digunakan seperti yang diharapkan, sedangkan di
pihak lain supaya penerimaan-penerimaan daerah dapat disetor ke kas daerah
secara tepat waktu, dilaksanakan sesuai aturan dan ketentuan-ketentuan lainnya,
serta yang lebih penting lagi agar jumlah-jumlah yang telah ditetapkan dapat
direalisasikan guna menutupi pengeluaran-pengeluaran daerah. Unsur-unsur
penting yang perlu diperhatikan dalam pengawasan adalah :
1. Unsur proses.
2. Unsur obyek.
3. Sistem/cara pengawasan yang digunakan.
4. Standar atau ukuran kerja, serta
5. Digunakannya teknik-teknik pengawasan.
Mengacu pada UU No.32 Tahun 2004 dan UU No.33 Tahun 2004, maka
pedoman pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang diatur
dalam peraturan pemerintah ini bersifat umum dan lebih menekankan pada hal
yang bersifat prinsip, norma, asas dan landasan umum dalam pengelolaan
keuangan daerah. Sementara sistem dan prosedur pengelolaan keuangan secara
Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat merupakan badan
pengawasan penyelengaraan Pemerintahan yang di bentuk dengan tugas pokok
membantu Bupati dalam melaksanakan tugas pengawasan umum di lingkungan
Pemerintahan daerah terhadap penyelenggaraan di bidang Pemerintahan,
pembangunan, keuangan dan BUMD, kesejahteraan sosial, serta bidang aparatur.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Badan Pengawas Daerah Kabupaten
Lampung Barat mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan pengawasan di bidang Pemerintahan, pembangunan,
keuangan dan BUMD, kesejahteraan sosial, serta bidang aparatur.
b. Pelaksanaan pengujian dan penilaian atas hasil laporan setiap unsur dan
unit pelaksana di lingkungan pemerintah daerah atas perintah Bupati.
c. Pelaksanaan pengusutan/investigasi kebenaran laporan atau pengaduan
terhadap penyimpangan atau penyalahgunaan penyelenggaraan di bidang
Pemerintahan, pembangunan, keuangan dan BUMD, kesejahteraan sosial,
serta bidang aparatur.
d. Pelaksana pelayanan teknis administrasi dan fungsional.
Selanjutnya pengawasan atas pelaksanaan APBD dilakukan pula oleh
aparat-aparat seperti Inspektorat Jendral Departemen Dalam Negeri, Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan dan Badan Pemeriksa Keuangan. Jika di tinjau pada
daur anggaran, yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan pengawasan dan
pertanggung jawaban anggaran, maka proses pemeriksaan terhadap tanggung
jawab Keuangan Pemerintah Daerah dimulai dengan pemeriksaan atas
penyusunan APBD, disusul dengan pelaksanaan APBD serta pengawasan
terhadap APBD dan terakhir atas tanggung jawab dari pada pelaksanaan APBD,
yaitu Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sebagai aparat
pengawas eksternal pemerintah daerah, Badan Pemeriksa Keuangan melakukan
pusat. Diharapkan akan dapat lebih mengoptimalkan pengawasan keuangan
daerah.
Tabel 1.
Nilai Audit Coverage Ratio Pemeriksaan BPK-RI atas Laporan Keuangan pada 6 (enam) kabupaten/kota Propinsi Lampung Tahun Anggaran 2011
Sumber : Data Diolah (lampiran 1)
Tabel di atas memperlihatkan Cakupan pemeriksaan atau Audit Coverage Ratio
(ACR) atas laporan keuangan pada 6 (enam) Kabupaten/Kota Propinsi Lampung
yang merupakan perbandingan antara jumlah realisasi anggaran/saldo akun yang
diaudit dan jumlah realisasi anggaran/saldo akun (sebelum koreksi) Tahun
Anggaran 2011. Dari Tabel di atas memperlihatkan Kabupaten Lampung Barat
memiliki Nilai Audit Coverage Ratio Yang lebih rendah dibandingkan dengan
kabupaten/kota lainnya yaitu sebesar 36,30 %. Pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Pemerintah Kabupaten Lampung Barat Tahun Anggaran 2011 meliputi
pengujian substantif berdasarkan sampel terpilih atas transaksi yang dibukukan
dan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Aliran
Kas serta Pengungkapan informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan Daerah
tidak termasuk lampiran laporan keuangan daerah yang meliputi semua transaksi
material dalam satu tahun anggaran yang diperiksa dan pengujian terinci atas
saldo akun-akun yang material dalam laporan tersebut. Pengujian ulang
(rekomputasi) atas penyajian angka dilakukan secara menyeluruh.
Tabel 2. Cakupan Pemeriksaan atau Audit Coverage Ratio (ACR) atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Lampung Barat Tahun Anggaran 2011
No Kabupaten/Kota Nilai Audit Coverage Ratio (%)
1 Bandar Lampung 100 %
2 Lampung Timur 80,19 %
3 Lampung Barat 36,30 %
4 Lampung Utara 91,70 %
5 Tulang Bawang 66,31 %
No.
1. Pendapatan 370.761.919.538,00 362.021.833.519,32 97.64 287.954.993.965,32 79,54 2. Belanja 396.833.695.879,00 368.018.127.134,80 92.74 154.703.874.921,80 42,04 3. Pembiayaan 26.071.776.296,00 5.996.293.615,48 21.10 5.996.293.615,48 100
-Penerimaan 28.421.776.296,00 28.421.776.296,71 100.00 28.421.776.296,00 100 -Pengeluaran 2.350.000.000,00 22.425.482.681,23 954.28 22.425.482.681,23 100
Jumlah 824.439.168.054,00 786.883.513.247,54 499.493.421.479,83
4. Aktiva - 572.109.382.268,88 100.819.400.406,88 17,62
5. Utang - 296.402.110,67 296.402.110,67 100
6. Ekuitas - 571.812.980.158,21 100.522.998.296,21 17,58
Jumlah 1.144.218.764.537,76 201.638.800.813,76
Sumber : Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia,2012
Dari hasil cakupan pemeriksaan tersebut terdapat perbedaan realisasi dari hasil
audit yang dilakukan oleh BPK dimana dalam realisasi pendapatan dalam laporan
keuangan sebesar Rp.362.021.833.519,32 sedangkan hasil audit yang di dapat
sebesar Rp.287.954.993.965,32. begitu juga dalam realisasi belanja sebesar
Rp.368.018.127.134,80 dan hasil audit yang di dapat sebesar Rp.
154.703.874.921,80 dengan perbandingan 42,04 % yang dapat di audit oleh BPK.
Begitu juga dengan nilai realisasi aktiva sebesar Rp. 572.109.382.268,88 dengan
nilai audit sebesar Rp. 100.819.400.406,88 terdapat perbandingan realisasi sebesar
17,62 %. Serta nilai realisasi ekuitas sebesar Rp. 571.812.980.158,21 dan nilai
yang dapat di audit sebesar Rp. 100.522.998.296,21 dengan persentase
perbandingan sebesar 17,58 %.
Dari hasil pemeriksaan atas Register Surat Keterangan Otorisasi (SKO) dan Surat
Perintah Membayar Uang (SPMU) atas Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2011
diketahui bahwa terdapat pengeluaran-pengeluaran yang dilaksanakan sebelum
pengesahan (tidak termasuk belanja pegawai dan belanja daya dan jasa) sebesar
Rp3.698.229.890,00 yang terdiri dari :
Tabel 3. Temuan Pengeluaran Sebelum Pengesahan Anggaran Tahun 2011
No. Dinas/Kantor/Satker Besar Pengeluaran
1.
DPRD & Sekretariat sebesar Pos Sekretariat Daerah sebesar Dinas Pendidikan Dasar sebesar
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebesar Dinas Peternakan sebesar
Kantor Kesbanglinmas sebesar Bagian Kepegawaian Setda sebesar Dinas Bina Marga sebesar
Kantor Pengelola Pasar sebesar Badan Pertanahan Daerah sebesar Bagian Tata Pemerintahan Setda sebesar Bagian Humas Setda sebesar
Dinas Perindagkop sebesar Bagian Perekonomian sebesar
Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil sebesar Bagian Hukum dan Organisasi sebesar
Bagian Keuangan sebesar Bagian Pembangunan sebesar Bapedalda sebesar
Rumah Sakit Daerah sebesar Dinas Cipta Karya sebesar Bappeda sebesar
Badan Promosi dan Investasi Daerah sebesar Dinas Dikmenjurti sebesar
Kantor PMD sebesar
Dinas Pendapatan Daerah sebesar Kantor Polisi Pamong Praja sebesar Dinas Pertambangan dan Energi sebesar Kantor Sosnakertrans sebesar
Pos Bantuan sebesar
1.890.619.970,00
Sumber : Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia,2012
Pengeluaran tersebut berdasarkan surat Bupati Lampung Barat
No.900/077/07/UK/2010 tanggal 1 Februari 2010 perihal persetujuan penggunaan
dana rutin mendahului pengesahan APBD TA 2011. Berdasarkan surat tersebut
dana mendahului APBD No.08 Tahun 2011 tanggal 12 Februari 2010 perihal
persetujuan penggunaan dana rutin mendahului pengesahan APBD. Keadaan
tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000
tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Pasal 25 yang
menyatakan bahwa tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBD
tidak dapat dilakukan sebelum ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD
dan ditempatkan dalam lembaran daerah. Hal tersebut dapat membuka peluang
terjadinya penyimpangan dana APBD Tahun Anggaran 2011 sebesar
Rp3.698.229.890,00.
Tabel 4. Temuan Keterlambatan Setoran Kas pada Pemegang kas Tahun 2011
Dinas/Kantor/Badan Jumlah Kas di Pemegang Kas (Rp)
Tanggal Setor Keterlambatan (hari)
Sumber: Badan Pemeriksaan KeuanganRepublik Indonesia 2012
1. Penerimaan Pajak Penerangan Jalan dan Retribusi Pelayanan Kesehatan
Kurang Dibukukan Sebesar Rp327.011.906,11.
2. Kontribusi Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (PKB, BBN-KB,PBB-KB,
PABT-AP) yang Menjadi Hak Pemerintah Kabupaten Lampung Barat
Belum Diterima dari Pemerintah Provinsi Lampung Sebesar
Rp3.955.534.000,00
3. Realisasi Belanja Asuransi Kesehatan Pimpinan dan Anggota DPRD
Diperhitungkan Lebih Tinggi dari Seharusnya Sebesar Rp234.063.200,00
4. Sisa Biaya Tunjangan Kesejahteraan/Kesehatan Pimpinan dan Anggota
DPRD yang Terlanjur Dibayarkan dan Belum Dikembalikan Sebesar
Rp575.000.000,00
5. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Penghasilan Anggota DPRD Belum
Dipungut dan Belum Disetor ke Kas Negara Sebesar Rp23.275.824,00
6. Anggaran dan Realisasi Biaya Operasional Penunjang Kegiatan Kepala
Daerah Lebih Tinggi dari Seharusnya Sebesar Rp400.000.000,00
7. Penyampaian Surat Pertanggungjawaban (SPJ) Pelaksanaan Anggaran
Oleh Pemegang Kas Terlambat Sebesar Rp11.191.860.459,00
8. Biaya Tambahan Asuransi Kesehatan Bagi PNS (2% yang Ditanggung
oleh Pemda) Belum Dibayarkan dalam APBD TA 2011 oleh Pemerintah
Kabupaten Lampung Barat Sebesar Rp689.003.878,70
9. Investasi Pemerintah Kabupaten Lampung Barat Pada BUMD Kabupaten
Lampung Barat sebesar Rp10.645.111.257,15 Belum Memiliki Dasar
10.Pengadaan Tanah untuk Fasilitas Umum dan Pemerintahan Kabupaten
Lampung Barat sebesar Rp9.978.882.800,00 .
Dari beberapa hasil temuan diatas dapat dilihat beberapa peluang yang dapat
menimbulkan penyelewangan-penyelewang pada dana Anggaran daerah. Salah
satu kemungkinan banyaknya peluang-peluang tersebut dikarenakan proses
pengawasan/pemeriksaan yang ada belum berfungsi secara optimal sekalipun
usaha-usaha pemantauan telah dilaksanakan secara ketat dan merupakan bagian
dari program evaluasi. Melalui penelitian ini akan dikaji lebih jauh bagai mana
Efisiensi Pengelolaan Keuangan Daerah pada Sistem dan Prosedur Pengawasan
Keuangan Daerah yang dilakukan Oleh Badan Pengawas Daerah Kabupaten
Lampung Barat.
B. Permasalahan
Dalam rangka meningkatkan pengawasan keuangan pada Pemerintahan
Kabupaten Lampung Barat, perlu adanya sistem dan prosedur pengawasan
keuangan yang baik. Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sejauh mana penerapan sistem
dan prosedur pada Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat dalam
menghasilkan pengawasan keuangan daerah yang efektif dan berdaya guna.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penulisan ini adalah sistem dan prosedur pelaksanaan
pengawasan keuangan daerah yang efektif yang diterapkan oleh Badan Pengawas
D. Tujuan penulisan
Adapaun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui efisiensi
pengelolaan keuangan daerah melalui sistem dan prosedur pengawasan keuangan
daerah yang dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat
serta kendala kendala yang dihadapi dalam penerapan sistem dan prosedur
pengawasan yang dilakukan Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat.
E. Kerangka Pemikiran
R.A. Musgrave berpendapat bahwa Terdapat 3 peran pemerintah dalam
perekonomian yang modern yaitu; Peran Alokasi adalah peran pemerintah untuk
mengusahakan agar pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi dapat
dimanfaatkan secara optimal. Peran Distribusi adalah peran pemerintah untuk
mengusahakan agar distribusi pendapatan di tengah masyarakat menjadi merata.
Peran stabilisasi adalah peran pemerintah untuk menyelaraskan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada. Keuangan daerah merupakan salah satu faktor penting
dalam mengukur secara nyata kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi.
Keuangan daerah menyangkut upaya dalam mendapatkan uang maupun
membelanjakannya sehingga masalah yang timbul dalam keuangan daerah adalah
bagaimana sumber pendapatan keuangan itu di gali dan didistribusikan. Dalam
pelaksanaan peran pemerintah tersebut diperlukan pengawasan agar
kebijakan-kebijakan yang diterapkan pemerintah dapat berjalan sesuai ketentuan yang telah
Dalam praktik lembaga Pemerintahan sebagai lembaga ekonomi, masalah
pengawasan mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari pemerintah. Hal ini
ditandai dengan dikeluarkan serangkaian kebijakan Pemerintah di bidang
pengawasan, yang menempatkan posisi penting, sama pentingnya dengan fungsi
perencanaan maupun pelaksanaan dalam proses pembangunan.
Pengawasan keuangan daerah merupakan bagian integral dari pengelolaan
keuangan daerah. Berdasarkan pengertiannya, pengawasan keuangan daerah pada
dasarnya mencakup segala tindakan untuk menjamin agar pengelolaan keuangan
daerah berjalan sesuai dengan rencana, ketentuan dan undang-undang yang
berlaku. Pengawasan tersebut tidak hanya mencakup pengawasan keuangan dan
ketaatan kepada peraturan yang berlaku melainkan juga pengawasan terhadap
kehematan dayaguna dan hasil guna program dari kegiatan pemerintah dan
pembangunan.
Pengawasan keuangan daerah dilakukan oleh pemerintah daerah melalui aparat
pengawas internal yang di bentuk oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan
daerah. Menurut PP No.105 Th 2000 Pengawasan internal pengelolaan Keuangan
Daerah bertujuan untuk menjaga efisiensi, efektivitas, dan kehematan dalam
pengelolaan Keuangan Daerah atas nama Kepala Daerah. Pengawasan internal
pengelolaan Keuangan Daerah selain melakukan pengawasan atas urusan
kas/uang, memperhatikan pula tatalaksana penyelenggaraan program, kegiatan
dan manajemen oleh Pemerintah Daerah dari segi efisiensi dan efektivitasnya,
Badan pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat adalah aparat pengawas
internal yang di bentuk oleh pemerintah daerah Kabupaten Lampung Barat
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 41 tahun 2006
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Badan Pengawas Daerah
Kabupaten Lampung Barat melakukan pengawasan berdasarkan Keputusan
Bupati Lampung Barat No. 50 tahun 2006. Sistem pengawasan Badan Pengawas
Daerah Kabupaten Lampung Barat dilakukan dalam 3 bentuk kegiatan yaitu:
Pemeriksaan, Monitoring dan Evaluasi, hal ini sesuai dengan keputusan
Inspektorat jendral Departemen Dalam Negeri Tahun 1997 tentang Pedoman
Pemeriksaan Aparat Pengawasan Fungsional di jajaran Departemen Dalam Negeri
untuk tingkat Kabupaten/Kota.
Agar mengetahui sejauh mana sistem dan prosedur pengawasan yang dilakukan
Badan Pengawas Kabupaten Lampung Barat dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya maka diperlukan tolak ukur yang menurut Revrisond Baswir (1994:4)
adalah sebagai berikut :
1) Terlaksananya tugas umum Pemerintahan secara tertib didasarkan pada
perundang-undangan yang berlaku serta didasarkan pada sendi-sendi
kewajaran penyelengaraan Pemerintahan.
2) Terlaksananya pembangunan sesuai dengan rencana serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku sehingga tercapai sasaran yang ditetapkan.
3) Tercegahnya pemborosan, kebocoran dan penyimpangan dalam pengunaan
wewenang, tenaga uang dan perlengkapan Pemerintahan, sehingga terbina
aparatur yang tertib, bersih, berwibawa, berhasil guna (efektif) dan berdaya
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengawasan
Abu Daud Busroh (1993 :8), memberikan definisi Pengawasan itu sendiri adalah
proses pengamatan daripada seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar
supaya semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai rencana yang
telah ditentukan sebelumnya.
Selanjutnya H.Bohari (1992:4) menyatakan bahwa pengawasan adalah suatu
upaya agar apa yang telah direncanakan sebelumnya diwujudkan dalam waktu
yang telah ditentukan serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan
kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan tadi, sehingga berdasarkan
pengamatan-pengamatan tersebut dapat diambil suatu tindakan untuk memperbaikinya, demi
tercapinya wujud semula.
T. Hani Handoko (1990:57) mengutip pendapat yang dikemukakan oleh Robert J.
Moeler menyatakan bahwa pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang
system informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar
yang telah di tetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya dipergunakan dengan cara efektif dan
Atau dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah proses pengaturan berbagai
faktor kegiatan dalam suatu organisasi, agar sesuai dengan ketepatan-ketepatan
dalam rencana yang terus dibuat dan bila perlu dilakukan perbaikan-perbaikan
sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat di capai secara efektif dan efesien.
1. Macam dan Sistem Pengawasan
Menurut Paulus Efendi Lotulung. (1993: iii) ditinjau dari segi kedudukan
badan/organ yang melaksanakan kontrol/pengawasan dapatlah dibedakan antara
jenis kontrol yang disebut kontrol intern dan kontrol ekstern. Kontrol intern
berarti pengawasan dilakukan oleh suatu badan yang secara organisatoris masih
termasuk dalam lingkungan pemerintah misalnya : pengawasan atasan terhadap
bawahan , pengawasan yang dilakukan oleh tim verifikasi yang dibentuk secara
insidentil. Bentuk kontrol semacam ini lazim di sebut sebagai suatu bentuk ‘
Built-in control’.
Sebaliknya suatu control ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh badan
atau lembaga yang secara organisatoris berada diluar pemerintahan dalam arti
eksekutif. Misalnya kontrol sosial oleh masyarakat dan kontrol politis oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dalam bentuk hearing ataupun bertanya anggotanya.
Sedangkan sistem pengawasan menurut Soewarno Handayaningrat (1985;146)
dibedakan menjadi empat yakni :
1. Sistem Kooperatif
a. mempelajari laporan keuangan dari pelaksanaan pekerjaan di
b. membandingkan laporan laporan hasil pelaksanaan pekerjaan dengan
rencana yang telah diputuskan sebelumnya.
c. Mengadakan analisa terhadap perbedaan tersebut termasuk para
penanggung jawabnya.
d. Mengambil keputusan atas usaha perbaikannya
2. Sistem Verifikasi
a. menentukan ketentuan ketentuan yang berhubungan dengan prosedur
pemeriksaan
b. pemeriksaan tersebut harus dibuat laporan secara periodic atau secara
langsung
c. mempelajari laporan laporan untuk mengetahui perkembangan dari
pelaksanaan.
d. Mengadakan penilaian terhadap hasil pelaksanaan
e. Memutuskan tindakan perbaikan dan penyempurnaan.
3. Sistem Inspektif
Inspektif yang dimaksud untuk mengecek kebenaran suatu laporan yang
dibuat oleh petugas pelaksana dalam rangka penyempurnaan pekerjaan.
Inspekfit dimaksudkan juga memberikan penjelasan terhadap kebijaksanaan
pimpinan
4. Sistem Investigatif
System ini menitik beratkan pada penyelidikan atau penelitian lebih
mendalam terhadap suatu masalah yang negatif. Penyelidikan atau penelitian
kemungkinan laporan ini benar atau salah. Karena itu perlu diteliti lebih
mendalam untuk dapat mengungkapkan hipotesa tersebut.
. Tujuan dan Fungsi Pengawasan
Soejamto (1986:26) merumuskan bahwa tujuan dari pengawasan adalah untuk
mengetahui dan memahami kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan
pekerjaan atau kegiatan yang menjadi objek pengawasan apakah sesuai dengan
yang semestinya atau tidak, sebagai bahan untuk melakukan perbaikan-perbaikan
yang akan datang. Dan fungsi pengawasan secara umum dapat dikatakan sebagai
pengusahaan agar seluruh kegiatan organisasi selalu mengarah kepada tujuan yang
telah ditetapkan, mencegah terjadinya penyimpangan serta melakukan perbaikan
terhadap kesalahan. Hasil pengawasan akan memberi masukan yang diperlukan
untuk perbaikan atau penyempurnaan rencana yang sudah ada sehingga kegiatan
oraganisasi menjadi dinamis dalam arti selalu menyesuaikan diri dengan
perkembangan yang terjadi dalam lingkungan organisasi. Menurut Marselina
(2005:180) fungsi pengawasan anggaran adalah :
1. Menjamin ditaatinya kebijakan yang telah ditetapkan.
2. mendorong terciptanya efesiensi dan efektifitas.
3. menjamin pelaporan yang diberikan dapat dipercaya.
4. menjamin bahwa asset pemda terjaga dengan baik.
Sedangkan tujuan dari pengawasan anggaran adalah :
1. Untuk menjamin keamanan seluruh komponen keuangan daerah.
2. Untuk menjamin dipatuhinya aturan-aturan yang berkaitan dengan
3. Untuk menjamin dilakukannya upaya-upaya penghematan, efesiensi dan
efektifitas anggaran (value Of Money) dalam pengelolaan keuangan
daerah.
4. Untuk menjamin bahwa APBD yang disusun benar-benar sesuai dengan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Kebijakan Umum (KU)
APBD, Rencana Strategis Daerah, Strategi dan Prioritas daerah serta
sesuai tupoksi masing-masing Unit kerja pengusul kegiatan.
5. Untuk memastikan bahwa pelaksanaan APBD benar-benar dilaksanakan
dengan menggunakan prinsip-prinsip anggaran kinerja, sesuai dengan
aturan-aturan dan tujuan yang telah ditetapkan.
6. Untuk memastikan bahwa pelaksanaan APBD benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan (accaountability).
7. Untuk menjamin bahwa penyusunan anggaran, pelaksanaan dilakukan
tepat waktu.
3. Prinsip Pengawasan
Pelaksanaan pengawasan menuntut adanya prinsip prinsip yang harus dipegang
pengawas dalam menjalankan tugasnya. Prinsip yang digunakan dalam
pengawasan adalah sebagai berikut :
a. Objektif dan faktual
Mengandung makna bahwa dalam melakukan pengawasan seorang
pengawas harus berpegang pada azas objektif yang tidak mewarnai
hasil pengawasannya dengan interes pribadi pengawasan tetapi harus
suatu tugas atau pekerjaan dengan factor-faktor yang dapat
mempengaruhi atas pelaksanaan kegiatan tersebut.
b. Berpangkal tolak dari keputusan pimpinan
untuk menilai ada atau tidaknya penyimpangan atau kesalahan dari
suatu pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan harus berpegang pada
prinsip berpangkal tolak dari keputusan pimpinan harus dilihat dari
rencana kerja, kebijaksanaan dan pedoman kerja serta sesuai dengan
peraturan yang ada.
c. Bersifat pencegahan (preventif)
pengawasan itu dilaksanakan dengan tujuan untuk menjamin agar
tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai secara berdaya
guna dan berhasil guna sehubungan dengan ini pengawasan harus
bersifat mencegah atau menghindari jangan sampai terjadi kesalahan
dan penyimpangan.
d. Bukan Tujuan
pelaksanaan pengawasan bukan tujuan akhir dari suatu proses
organisasi tetapi sebagai salah satu sarana untuk menjamin dan
meningkatkan sumber daya guna dan hasil guna atas suatu pelaksanaan
pekerjaan.
e. Efesien
pengawasan harus dilakukan secara efesien tidak sebaliknya justru
menimbulkan pemborosan atau inefesiensi dalam suatu pekerjaan atau
f. Apa yang salah
pada dasarnya pengawasan tidak bermaksud mencari apa yang salah
tetapi lebih menitik beratkan pada apa dan mengapa terjadi suatu
kesalahan dan bagaimana timbulnya kesalahan itu.
g. Membimbing dan mendidik
karena manajemen bertujuan untuk mengembangkan faktor manusia
bukan benda maka pengawasan harus mengutamakan bimbingan dan
mendidik agar pelaksana mau berusaha untuk meningkatkan
kemampuan dan dedikasinya dalam melaksankan suatu pekerjaan yang
dipercayakan padanya.
Selanjutnya menurut Dann Nanda Sugandha (1985: 177), beberapa hal yang dapat
digunakan sebagai alat pengawasan antara lain :
1. Kebijaksanaan terutama yang dibuat tertulis dan dapat dijadikan pedoman
sekaligus standar untuk melaksanakan kegiatan Hukum dan peraturan
termasuk dalam kategori ini.
2. Rencana kerja, umumnya rencana telah memiliki sasaran yang akan menjadi
tolak ukur keberhasilan kerja. Disamping itu biasanya rencana telah pula
memuat ukuran ukuran misalnya tentang biaya, waktu, alat tempat dan jumlah
personel yang boleh dimanfaatkan.
3. Struktur organisasi, dengan jumlah optimal bawahan atau unit yang secara
efektif dapat diawasi yang masih dalam batas kemampuan tiap pengawas
(span of control).
4. Prosedur kerja baku, adalah tahapan proses kegiatan yang diperhitungkan segi
5. Laporan, umumnya berisi data dan informasi yang diajukan sebagai bukti
pertanggung jawaban dari seorang bawahan terhadap atasannya sehingga
gambaran tentang aktivitas dan hasil, kegiatan dapat terbaca.
6. Tolak Ukur atau standar kerja, digunakan untuk membandingkan apakah hasil
kerja sesuai dengan apa yang diharapkan misalnya kualitas, jumlah, sifat,
sasaran dan lain sebagainya.
7. Uraian tugas/pekerjaan, uraian tugas untuk pelaksanaan yang cukup lengkap
biasanya telah memuat standar kerja menyangkal prilaku maupun prestasi
kerja yang diharapkan organisasi.
4. Langkah Langkah Pengawasan
Dalam tulisannya Soewarno Handayaningrat (1985 :142) memberikan penjelasan
untuk melakukan pengawasan dengan baik tentunya harus ada alat pembanding
atau yang disebut dengan tolak ukur yang berupa peraturan yang memuat
prosedur kerja dan khusus untuk pembangunan terdapat yang disebut bestek.
Peraturan dan bestek ini harus menjadi pedoman kerja. Kegiatan yang nyata
menyimpang dari itu di anggap salah sehingga perlu dilakukan koreksi atau
diulangi pekerjaanya. Langkah langkah yang patut diperhatikan dalam
melaksanakan pengawasan adalah:
1. Penetapan tolak ukur yang diperlukan untuk dapat membandingkan dan
menilai apakah kegitan kegiatan sudah sesuai dengan rencana, pedoman,
kebijaksanaan serta peraturan perundang undangan.
2. Penetapan metode, waktu dan frekuensi yang diperlukan untuk melakukan
3. pengukuran pelaksanaan dan pembandingan, yaitu kegiatan penilaian terhadap
hasil yang nyata di capai melalui pembandingan terhadap apa yang seharusnya
dicapai sesuai dengan tolak ukur yang ditentukan.
4. Tindak lanjut, yaitu sebagai hasil penilaian dan pembenahan dari hasil
pengukuran pelaksanaan dan pembandingan yang dapat berupa penyesuaian
rencan dan kebijaksanaan serta ketentuan-ketentuan, pemberian bimbingan,
penghargaan atau sanksi.
5. Ruang Lingkup Pengawasan.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2007 pengawasan atas
penyelenggaraan Pemerintahan daerah meliputi Administrasi Umum dan
Pemerintahan serta Urusan Pemerintahan.
Pengawasan Administrasi Umum dan Pemerintahan dilakukan terhadap :
a. Kebijakan daerah.
b. Kelembagaan.
c. Pegawai daerah.
d. Keuangan daerah.
e. Barang daerah
sedangkan pengawasan Urusan Pemerintahan dilakukan terhadap.
a. Urusan wajib.
b. Urusan Pilihan.
c. Dana Dekonsentrasi.
d. Tugas Pembantuan.
6. Aspek-Aspek Dalam Pengawasan.
Menurut marselina (2005:172) Aspek-aspek penting dalam pengawasan APBD
adalah :
a. Aspek Legal, Bahwa setiap transaksi yang dilakukan harus dapat dilacak
otoritas legalnya, sehingga jelas kemana meminta pertanggung jawabannya.
b. Aspek pengelolaan dan pertanggungjawaban (stewardship), bahwa
bagaimana APBD dapat melindungi dan meningkatkan Asset fisik dan non
fisik daerah, bagaimana pengawasan dapat mencegah terjadinya pemborosan
dan terjadinya salah arus.
c. Aspek pengeluaran daerah, bahwa setiap pengeluaran harus berorientasi
pada Visi, Misi, Tujuan, sasaran, Hasil manfaat yang akan dicapai.
B. Keuangan Daerah
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
Daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Ruang lingkup keuangan daerah meliputi:
1. hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman.
2. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga;
4. pengeluaran daerah;
5. kekayaan Daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain Yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan Daerah;
6. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.
(PP No. 58 Tahun 2005)
1. Struktur Anggaran Daerah.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 APBD merupakan satu
Kesatuan yang terdiri dari :
b. Pendapatan Daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening
Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan
hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu di bayar kembali
oleh daerah. Pendapatan daerah ini terdiri atas :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Dana Perimbangan.
3. Lain-lain pendapatan yang sah
c. Belanja Daerah meliputi semua pegeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban
daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh daerah.
1. Klasifikasi Belanja daerah organisasi disesuaikan dengan susunan
2. Klasifikasi belanja daerah menurut fungsi terdiri dari:
a. Klasifikasi berdasarkan urusan Pemerintahan; dan
b. Klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan Negara.
3. Klasifikasi belanja daerah menurut program dan kegiatan
disesuaikan dengan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan
daerah.
4. klasifikasi belanja daerah menurut jenis belanja terdiri dari; Belanja
pegawai, Belanja barang dan jasa, Belanja modal, Bunga, Subsidi,
Hibah, Bantuan social, Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan
serta Belanja tidak terduga.
d. Pembiayaan Daerah meliputi semua penerimaan yang perlu di bayar
kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya. Pembiayaan daerah terdiri dari;
1. Penerimaan Pembiayaan yang mencakup :
a. SilPA tahun anggaran sebelumnya.
b. Pencairan dana cadangan.
c. Hasil Penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.
d. Penerimaan pinjaman.
e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman.
2. Pengeluaran pembiayaan yang mencakup ;
a. Pembentukan dana cadangan.
b. Penyertaan modal pemerintah daerah.
d. Pemberian pinjaman.
2. Siklus Anggaran Daerah.
a. Penyusunan Rancangan APBD 1) Rencana Kerja Pemerintahan Daerah
SKPD menyusun rencana strategis yang selanjutnya disebut Renstra-SKPD
yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan fungsinya
masing-masing. RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas
pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah
maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. RKPD disusun
untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Penyusunan RKPD diselesaikan
selambat-lambatnya akhir bulan Mei tahun anggaran sebelumnya.
2) Kebijakan Umum APBD
Kepala daerah menyampaikan rancangan kebijakan umum APBD tahun
anggaran berikutnya sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD
selambat-lambatnya pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan.
Rancangan kebijakan umum APBD yang telah dibahas kepala daerah bersama
DPRD dalam pembicaraan pendahuluan APBD selanjutnya disepakati
menjadi Kebijakan Umum APBD.
3) Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah
yang disampaikan oleh kepala daerah. Pembahasan prioritas dan plafon
anggaran sementara dilakukan paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun
anggaran sebelumnya Pembahasan prioritas dan plafon anggaran sementara
dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. menentukan skala prioritas dalam urusan wajib dan urusan pilihan;
b. menentukan urutan program dalam masing-masing urusan;
c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masingmasing program.
Kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran sementara yang
telah dibahas dan disepakati bersama kepala daerah dan DPRD dituangkan
dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama oleh kepala daerah dan
pimpinan DPRD.
4) Rencana Kerja dan Anggaran SKPD
RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran
jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran
berdasarkan prestasi kerja. Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan
kerangka pengeluaran jangka menengah dilaksanakan dengan menyusun
prakiraan maju yang berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan
kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaran
5) Penyiapan Raperda APBD
RKA-SKPD Yang telah disusun oleh kepala SKPD disampaikan kepada
PPKD selanjutnya RKA-SKPD dibahas oleh tim anggaran pemerintah daerah.
Pembahasan oleh tim anggaran pemerintah daerah dilakukan untuk menelaah
plafon anggaran sementara, prakiraan maju yang telah disetujui tahun
anggaran sebelumnya, dan dokumen perencanaan lainnya, serta capaian
kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan
standar pelayanan minimal.
b. Penetapan APBD
1) Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD
kepada DPRD disertai penjelasan dan dokumen pendukungnya pada minggu
pertama bulan Oktober tahun sebelumnya untuk dibahas dalam rangka
memperoleh persetujuan bersama.
2) Persetujuan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
Pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala daerah terhadap rancangan
peraturan daerah tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
3) Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala
Daerah tentang Penjabaran RAPBD Rancangan peraturan daerah provinsi
tentang APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan
gubernur tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh gubernur paling
lambat 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk
dievaluasi. Hasil evaluasi disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri kepada
gubernur selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari terhitung sejak
diterimanya rancangan dimaksud.
4) Penetapan Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah
Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi ditetapkan oleh kepala
daerah menjadi peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD.
c. Pelaksanaan APBD
1) Penyiapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
PPKD paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah APBD ditetapkan,
memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun dan
menyampaikan rancangan DPA-SKPD. Rancangan DPA-SKPD merinci
sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program, kegiatan, anggaran yang
disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana
tiap-tiap satuan kerja serta pendapatan yang diperkirakan. Kepala SKPD
menyerahkan rancangan DPA-SKPD yang telah disusunnya kepada PPKD
paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pemberitahuan. DPA.-SUD yang
telah disahkan disampaikan kepala SKPD yang bersangkutan, kepada satuan
kerja pengawasan daerah, dan BPK selambat- lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
sejak tanggal disahkan.
2) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah
Semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah.
Bendahara penerimaan wajib menyetor seluruh penerimaannya ke rekening
kas umum daerah selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) hari kerja. Setiap
penerimaan harus didukung oleh bukti yang lengkap atas setoran dimaksud.
kegiatannya berdampak pada penerimaan daerah wajib mengintensifkan
pemungutan dan penerimaan tersebut.
3) Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah
Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai
hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih. Pengeluaran kas yang
mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum rancangan
peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam lembaran
daerah.
4) Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah
Pengelolaan anggaran pembiayaan daerah dilakukan oleh PPKD. Semua
penerimaan dan pengeluaraan pembiayaan daerah dilakukan melalui Rekening
Kas Umum Daerah. Penjualan kekayaan milik daerah yang dipisahkan
dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pelaksanaan
pengeluaran pembiayaan penyertaan modal pemerintah daerah, pembayaran
pokok utang dan pemberian pinjaman daerah dilakukan berdasarkan SPM
yang diterbitkan oleh PPKD.
5) Laporan Realisasi Semester Pertama APBD dan Perubahan APBD
Pemerintah daerah menyusun laporan realisasi semester pertama APBD dan
prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya. Laporan disampaikan kepada
DPRD selambat-lambatnya pada akhir bulan Juli tahun anggaran yang
bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPRD dan pemerintah daerah.
Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan,
prakiraan perubahan atas APBD tahun anggaran yang bersangkutan, apabila
terjadi:
a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD;
b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar
unit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja;
c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus
digunakan untuk tahun berjalan;
d. keadaan darurat; dan
e. keadaan luar biasa.
Bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran dalam melaksanakan
tugas-tugas kebendaharaan pada satuan kerja dalam SKPD dapat dibantu oleh
pembantu bendahara penerimaan dan/atau pembantu bendahara pengeluaran
sesuai kebutuhan dengan keputusan kepala SKPD.
d. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyelenggarakan akuntansi atas
transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas dana, yang berada dalam tanggung
jawabnya. Penyelenggaraan akuntansi merupakan pencatatan/penatausahaan
atas transaksi keuangan lingkungan SKPD dan menyiapkan laporan keuangan
sehubungan dengan pelaksanaan anggaran dan barang yang dikelolanya.
Laporan keuangan terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan
atas laporan keuangan Yang disampaikan kepada kepada daerah melalui
PPKD selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir,
Kepala SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna barang memberikan
diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai,
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
C. Sasaran Pengawasan Keuangan Daerah
Soejamto (1986:25) mengemukakan bahwa untuk mengetahui tingkat
keberhasilan perangkat pengawasan secara tepat kita harus kembali pada Tujuan
pengawasan. Apa bila perangkat-perangkat pengawasan senantiasa dapat
mewujudkan apa yang menjadi Tujuan pengawasan maka telah dapat dikatakan
mereka telah berhasil melaksanakan tugasnya. Soal tampak atau tidaknya dari
luar, itu adalah persoalan lain. Dalam hal ini memang mungkin sekali bahwa
indikasi atau produk akhir yang tampak dari luar akan berupa terwujudnya
aparatur pemerintah yang bersih, kuat, berwibawa serta berdaya guna dan berhasil
guna tetapi kriteria langsungnya adalah tercapainya Tujuan pengawasan itu
sendiri.
Jika pengawas senantiasa dapat mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya
dengan baik dan menyampaikannnya kepada pimpinan tepat waktu disertai
dengan saran-saran objektif dalam rangka pengambilan tindakan perbaikan atau
tindakan korektif, maka pengawas atau perangkat pengawasan tersebut telah
melakukan tugasnya dengan baik dan dapat dikatakan berhasil, sekalipun
sendainya produk akhirnya belum nampak dari luar. Dengan demikian
keberhasilan pengawasan dinilai sangat kontekstual sejalan dengan tujuan dan
sasaran yang diharapkan :
Soedarsono (1985: 81) menjabarkan mengenai sasaran pengawasan atau
a. Umum
1. Pengeluaran sudah dengan/tanpa/mendahului SKO.
2. Apakah tahun anggaran daerah sudah sama dengan tahun angaran
Negara.
3. Penerbitan SPMU tanpa SKO atau SPP.
4. Pembayaran beban sementara yang melebihi ketentuan.
5. Utang-piutang daerah sudah/belum tercatat dengan baik, dengan telah
memenuhi prosedur yang berlaku.
6. sudah belum ada penunjukan/penujukan kembali bendaharawan pada
setiap tahun anggaran.
7. apakah terdapat tata usaha keuangan daerah dengan keuangan Negara.
8. bendaharawan sudah belum ditunjuk sebagai pemungut PPn/MPO
9. pengaturan PPn/MPO telah/belum dilaksanakan dengan tertib.
b. Ketepatan Waktu dan Syarat-syarat lain belum/telah terpenuhi
1. SKO yang berlaku lebih dari satu tahun
2. penetapan kembali otorisasi oleh kepala daerah pada tiap tahun
anggaran.
c. Verifikasi
1. verifikasi mengenai UUDP sudah/belum dilaksanakan sebagimana
mestinya.
2. bentuk daftar pertanggung jawaban sudah/belum dituangkan dalam
PERDA
d. Pemegang Kas Daerah
1. sebagai pemegang kas daerah sudah/belum ditunjuk BPD/Bank
Pemerintah atau merupakan lembaga tersendiri dan hanya dengan surat
keputusan kepala daerah.
2. Apakah pembukuan/administrasi sudah belum sesaui dengan ketentuan
yang berlaku.
3. Apakah masih terdapat pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan tanpa
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari wawancara di Badan Pengawas
Daerah yang mengetahui tentang Sistem dan Prosedur Pengawasan
Keuangan Daerah. Dalam melakukan wawancara penulis menggunakan
pertanyaan tidak terstruktur. Penulis mengadakan komunikasi secara
langsung dengan pegawai yang mempunyai wewenang dan tanggung
jawab sebagai pengawas dan pegawai pada bagian yang terkait
2. Data sekunder yaitu data yang merupakan publikasi dari berbagai sumber
seperti peraturan perundang-undangan berupa Keputusan Presiden
Republik Indonesia No.79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Peraturan Daerah
Kabupaten Lampung Barat No. 41 Tahun 2006 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Lampung
Barat. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat No.12 Tahun 2006
tentang Pengawasan Penyelengaraan Pemerintahan Daerah. Keputusan
Bupati Lampung Barat No.50 Tahun 2006 tentang Uraian Tugas Pokok
B. Alat Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif
komparative dengan metode Analisis Kualitatif yaitu membahas sejauh mana
penerapan sistem dan prosedur Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung
Barat dalam melaksanakan pengawasan keuangan daerah, dengan menggunakan
hasil dari wawancara dengan aparatur pemeriksa serta menggunakan teori dan
perundang-undangan yang berhubungan dengan tulisan.
C. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Barat
Sebagai daerah kabupaten yang baru terbentuk pada tahun 1999 sesuai dengan
UU Nomor 12 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Lampung Barat.
Kabupaten Lampung Barat yang sebelumya merupakan bagian wilayah
Kabupaten Lampung Utara relatif lebih berkembang setelah menjadi daerah
otonomi dibandingkan dengan waktu masih bergabung dengan Kabupaten induk
di Lampung Utara. Kabupaten Lampung Barat memiliki luas wilayah 28,5
persen dari luas total Provinsi Lampung, yang membujur dari wilayah Timur yang
berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus hingga sebelah Utara yang berbatasan
dengan wilayah Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Way Kanan dan
wilayah Barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.
Kabupaten Lampung Barat berpotensi sebagai daerah pertanian, perkebunan dan
memiliki energi sumber daya alam seperti gas bumi diwilayah Suoh, oleh sebab
itu kehidupan masyarakatnya banyak bergerak dibidang perkebunan, perikanan
terdapat Kawasan Hutan Lindung diwilayah Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan.
Sejak terpisah kabupaten ini dari kabupaten induknya, pertumbuhan ekonominya
terus meningkat dan rata-rata sejak tahun 2005 hingga tahun 2011 tumbuh sebesar
5,82 persen dengan pendapatan perkapita hingga tahun 2011 sebesar
Rp.1.782.532,00 tingginya pertumbuhan ekonomi dan besarnya pendapatan
perkapita ini mendorong aktivitas perekonomian dan jasa serta pelayanan
pemerintah yang lebih luas. Oleh sebab itu berbagai upaya baik menyangkut
pelayanan pemerintah maupun pengelolaan keuangan daerah menjadi sangat
penting.
1. Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat
Badan Pengawas Daerah Kabupaten adalah unsur pelaksana teknis di bidang
pengawasan. Badan Pengawas Daerah Kabupaten dipimpin oleh seorang kepala
badan yang sehari-hari disebut Inspektur dan bertanggung jawab kepada Bupati
melalui Sekertaris Daerah Kabupaten. Badan Pengawas Daerah Kabupaten
Lampung Barat dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung
Barat No. 41 Tahun 2006, Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Lampung Barat. Untuk melaksanakan tugas
pokok dan fungsi di bidang pengawasan, Bupati Lampung Barat mengeluarkan
Surat Keputusan Nomor 50 Tahun 2006 tanggal 26 Desember 2006 Tentang
Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung
2. Tugas Pokok dan Fungsi Badan pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat
Badan Pengawas Daerah Kabupaten mempunyai tugas pokok melaksanakan
pengawasan umum penyelenggaraan Pemerintahan, Pelaksanaan Pembangunan,
Keuangan/BUMD, Kesejahteraan Sosial dan Aparatur berdasarkan azas
desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Untuk menyelenggarakan
tugas tersebut Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat mempunyai
fungsi :
1. Pengawasan atas Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja/Satuan Kerja,Kecamatan dan Desa di
Kabupaten Lampung Barat.
2. Pengawasan terhadap Perencanaan, Pelaksanaan dan Perhitungan APBD.
3. Pengawasan atas Pelaksanaan APBD Propinsi yang ada di Kabupaten
Lampung Barat.
4. Pengawasan atas Pelaksanaan APBN dan Bantuan Luar Negeri yang ada
di Kabupaten Lampung Barat.
5. Pengawasan atas Ketaatan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan
Daerah.
6. Pemeriksaan atas adanya Kasus-Kasus Pengaduan.
7. Pemeriksaan khusus atas Pelanggaran Peratuaran Perundang-undangan
dan Peraturan daerah yang dilakukan Aparartur dan Perangkat Desa.
8. Pemeriksaan atas permintaan izin cerai dan kawin lagi bagi Aparatur dan
perangkat desa.
10.Pemberian sanksi atas pelangaran Peraturan Perundang-undangan dan
Peraturan Daerah.
11.Penyelamatan atas kerugian keuangan Negara/Daerah
12.Mengkoordinasikan dan melakukan pelayanan administratif di bidang
pengawasan.
13.Pemeriksaan akibat promosi jabatan, alih tugas, dan berakhirnya masa
jabatan Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja/Camat/Camat Pembantu
dan Kepala Desa/Kelurahan.
14.Evaluasi Kinerja Dinas/Badan/Kantor,Kecamatan/Kecamatan pembantu
dan desa.
15.Penilaian Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Badan/Dinas/Insatansi/Unit Kerja Kabupaten Kecamatan dan
Desa/Kelurahan.
3. Struktur Organisasi Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat
Susunan Organisasi Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat terdiri
dari:
a. Kepala Badan yang sehari-hari disebut Inspektur
b. Sekretariat
Sekretariat Badan Pengawas Daerah Kabupaten terdiri dari :
a. Sub Bidang Perancanaan
b. Sub Bidang Administrasi
c. Sub Bidang Keuangan
c. Bidang Pemeriksan Pemerintahan
Bidang Pemeriksa Pemerintahan terdiri dari :
a. Sub Bidang Pemeriksa Pemerintahan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa.
b. Sub Bidang Pemeriksa Pertanahan dan Kependudukan.
c. Sub Bidang Pemeriksa Kesatuan Bangsa, Perlidungan Masyarakat
dan Polisi Pamong Praja.
d. Bidang Pemeriksa Pembangunan
Bidang Pemeriksa Pembangunan Terdiri dari :
a. Sub Bidang Pemeriksa Pekerjaan Umum dan perhubungan.
b. Sub Bidang Pemeriksa Pertambangan dan Perdagangan
c. Sub Bidang Pemeriksa Pertanian.
e. Bidang Pemeriksa Keuangan dan BUMD
Bidang Pemeriksa Keuangan dan BUMD terdiri dari:
a. Sub Bidang Pemeriksa Keuangan
b. Sub Bidang Pemeriksa Umum dan Perlengkapan
c. Sub Bidang Pemeriksa BUMD
f. Bidang Pemeriksa Kesejahteraan Sosial.
Bidang Pemeriksa Kesejahteraan Sosial terdiri dari:
a. Sub Bidang Pemeriksa Kesehatan dan Lingkungan Hidup.
b. Sub Bidang Pemeriksa Pendidikan, Olahraga dan Kesejahteraan
Sosial.
c. Sub Bidang Pemeriksa Tenaga Kerja, Transmigrasi, Koperasi dan
g. Bidang Pemeriksa Aparatur
Bidang Pemeriksa Aparatur terdiri dari :
a. Sub Bidang Pemeriksa Diklat dan Pengembangan Pegawai.
b. Sub Bidang Pemeriksa Organisasi dan Kelembagaan.
c. Sub Bidang Pemeriksa Administrasi Kepegawaian.
h. Kelompok Jabatan Fungsional
4. Uraian Tugas
Uraian Tugas pada Badan Pengawas Daerah Kabupaten Lampung Barat :
1) Kepala Badan atau Inspektur
Kepala Badan yang sehari-hari disebut Inspektur mempunyai tugas pokok
melakukan pengawasan umum penyelenggaraan Pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, keuangan/BUMD, kesejahteraan sosial, dan Aparatur
berdasarkan azas Desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas perbantuan.
2) Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis administratif
dan fungsional, urusan surat menyurat, keuangan, perencanaan dan rumah
tangga.
3) Bidang Pemeriksa Pemerintahan
Bidang Pemeriksa Pemerintahan adalah unsur pelaksana yang mempunyai
tugas pokok melakukan pengawasan umum di bidang Pemerintahan Umum,
Pemerintahan Daerah/Desa, dan Otonomi Daerah serta Pemberdayaan
Masyarakat Desa/Kelurahan, Pertanahan, Kependudukan, Kesatuan