• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Sefalik Indeks Untuk Menentukan Jenis Kelamin Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengukuran Sefalik Indeks Untuk Menentukan Jenis Kelamin Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Identifikasi jenazah sangat penting dilakukan meskipun jenazah tersebut dapat

dikenali. Hal ini dilakukan untuk memastikan identitas korban. Menurut Gonzales

(1954) pada jenazah yang tidak dikenal, identifikasi akan sulit dilakukan apabila

jenazah dalam keadaan terpotong-potong (kasus mutilasi) dan juga rusak berat yang

disebabkan oleh kebakaran, ledakan, kecelakaan, ataupun korban telah mengalami

pembusukan. Pada kasus tersebut sering kali hanya didapati kepalanya saja, tangan dan

kaki, atau hanya ditemukan tulang belulang saja.

Pada kasus bencana massal, proses identifikasi menjadi sangat penting karena

jumlah korban mati yang banyak dan sulit dikenali. Pada kasus ledakan bom Bali yang

terjadi tahun 2002 sebanyak 202 korban mati, dan kecelakaan pesawat Mandala di

Medan tahun 2005 ada 143 korban mati (Depkes, 2010). Pada bencana gempa bumi

dan tsunami yang terjadi 26 Desember 2004 di Aceh terdapat korban meninggal

sebanyak 120.000. Pada bencana gempa bumi di Sumatera Barat tahun 2009 sebanyak

1.117 korban mati (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi korban, yaitu

dengan sidik jari, dokumen, keterangan saksi, barang kepemilikan, pemeriksaan gigi,

antropometri, biologi, dan serologi. Dalam melakukan identifikasi didahulukan

cara-cara yang lebih mudah, jika tidak bisa maka dilanjutkan ke cara-cara yang lebih rumit

(Singh, 2008).

Menurut Krogman dan Iscan (1986) dalam Jeremiah, Pamela, dan Fawzia

(2013) beberapa bencana, baik yang terjadi secara alami maupun yang disengaja

mungkin memerlukan antropometri untuk mengidentifkasi jenis kelamin korban.

Diantaranya termasuk peperangan, kecelakaan di jalan raya, kecelakaan kereta api,

(2)

2

mutilasi yang disengaja, dan kejadian lain yang menyebabkan tubuh korban tidak utuh

serta rusak berat.

Menurut Williams et al (1995) dalam Yagain, Pai, Kalthur, Chethan, dan

Himalatha (2012) antropometri adalah cara mengidentifikasi korban dengan

melakukan pengukuran rangka tubuh. Dari pengukuran tersebut dapat ditentukan jenis

kelamin, ras, umur, dan tinggi badan.

Ukuran dan bentuk tubuh manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

faktor ekologi, geografis, ras, jenis kelamin, dan usia (Golalipour, Haidara, Jahanshahi,

dan Farahani, 2003). Menurut Bruzek (2002) dalam Jeremiah, Pamela, dan Fawzia

(2013) penentuan jenis kelamin dapat dilakukan dengan teknik visual, yaitu dengan

mengevaluasi ciri-ciri morfologi atau menggunakan alat statistika, dengan pengukuran

tulang. Walaupun secara umum rangka laki-laki dan perempuan sama, namun terdapat

perbedaan pada tengkorak laki-laki dan tengkorak perempuan (Jeremiah, Pamela,

Fawzia, 2013).

Menurut Grant dan Peter (2003) dalam Mahajan, Khurana, Seema, dan Batra

(2009) pengukuran tengkorak kepala adalah cara yang paling sering dilakukan untuk

menentukan jenis kelamin karena praktis dan menunjukkan hasil yang cukup akurat.

Pengukuran dilakukan dengan membandingkan lebar kepala maksimal dengan panjang

kepala maksimal. Perbandingan ini disebut dengan sefalik indeks (Chada, 1995).

Sefalik indeks sangat penting digunakan untuk menentukan jenis kelamin dan

ras seseorang (Shah dan Jadhav, 2004). Menurut Nandy (2000) presentasi keakuratan

penentuan jenis kelamin dari rangka yang utuh sebesar 100%, kepala 90 %, pelvis

95%, kepala dan pelvis secara bersama-sama sebesar 98%, tulang panjang 80%, tulang

panjang dan kepala secara bersama-sama 90-95%.

Menurut Williams et al (1995) dalam Yagain, Pai, Kalthur, Chethan, dan

Himalatha (2012) berdasarkan sefalik indeks, bentuk kepala terdiri dari 4 kategori,

yaitu dolichocephaly, mesocephaly, brachycephaly, dan hyperbrachycephaly. Yang

(3)

3

dikategorikan ke dalam dolycochephaly jika sefalik indeks kurang dari 74.9,

mesocephaly 75 - 79.9, brachycephaly 80 – 84.9, hyperbrachycephaly lebih dari 85.

Sejumlah penelitian mengenai sefalik indeks sudah pernah dilakukan

sebelumnya, salah satunya dilakukan pada mahasiswa di Gujarat (Shah dan Jadhav,

2004). Dari penelitian tersebut didapatkan rata- rata sefalik indeks pada laki-laki 80.42

dan pada perempuan 81.20. Penelitian lain yang dilakukan pada populasi Haryanvi

(Kumar dan Gopichand, 2013) didapatkan rata-rata sefalik indeks pada laki-laki 66.72

dan pada perempuan 72.25.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul, pengukuran sefalik indeks untuk menentukan jenis

kelamin pada mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Adakah terdapat perbedaan sefalik indeks berdasarkan jenis kelamin pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui adanya perbedaan ukuran sefalik indeks berdasarkan jenis kelamin

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2011,

2012, 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui rata-rata sefalik indeks mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

b. Mengetahui rata-rata sefalik indeks mahasiswi Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

(4)

4

c. Mengetahui rata-rata bentuk kepala mahasiswa dan mahasiswi Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Mahasiswa kedokteran, mengetahui cara menentukan jenis kelamin dengan

pengukuran sefalik indeks.

2. Dokter umum, baik yang di kota ataupun di pedesaan dapat menggunakan sefalik

indeks untuk menentukan jenis kelamin dalam proses pengidentifikasian, dimana

tubuh korban sudah tidak utuh lagi atau hanya didapati tulang tengkoraknya saja.

3. Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan “ keterjangkauan ” adalah pola pengembangan transportasi wilayah harus dilakukan secara berkesinambungan, berkembang dan meningkat dengan mengikuti

Setelah melakukan berbagai aktivitas dan latihan dalam kegiatan pembelajaran pada bab ini, peserta Diklat diharapkan mampu memahami dasar-dasar statistika inferensi,

Tahun Pqrdirim AktaNotaris Alanrstkantor. Alanat Pabdk /

Jika Anda dapat menyelesaikan latihan di atas dengan baik pada latihan tersebut berarti Anda sudah menguasai materi yang ada di bagian ini dan dapat melanjutkan mempelajari

[r]

[r]

tidak bba nencukupi persyaratan teknis a ntara. lain srtitkat bhit dan

Di awal semester, mahasiswa mengisi KRS dan di akhir semester, mahasiswa mengisi kuesioner kinerja dosen untuk tiap-tiap dosen per mata kuliah, LPPM mengirimkan rekap