PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 PANJANG UTARA
BANDAR LAMPUNG TAHUN PALAJARAN 2013/2014
(Skripsi)
Oleh WANTINI NPM. 1013069166
Program Studi PGSD Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 PANJANG UTARA
BANDAR LAMPUNG TAHUN PALAJARAN 2013/2014
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar Matematika melalui penggunaan model kooperatif tipe STAD. Hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan dapat meningkatkan pencapaian prestasi belajar siswa.
Penelitian ini melibatkan 36 siswa kelas IV di SDN 3 Panjang Utara Kecamatan Panjang pada semester I tahun ajaran 2013/2014. Pengumpulan data yang dilakukan dengan lembar observasi, untuk aktivitas, afektif dan psikomotor. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik persentase dengan membandingkan pada standar ketuntasan belajar mininal yang ditetapkan.
Hasil penelitian menunjukkan: dari siklus 1 diperoleh rata-rata aktivitas siswa sebanyak 70,2% dan pada siklus 2 rata-rata aktivitas siswa menjadi 89,29%. Peningkatan ini antara lain disebabkan oleh materi yang dibahas dan didiskusikan dianggap oleh sebagian siswa merupakan materi yang menyenangkan dan merasa siap dengan pembelajaran metematika menggunakan STAD yang dibuktikan pada siklus 1 hasil belajar siswa rata-rata kelas adalah 71,9 kemudian siklus 2 adalah 79,44 sehingga siswa terlihat antusias dan aktif dalam pembelajaran maupun dalam setiap diskusi kelompok berlangsung.
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL
ABSTRAK ... i
PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
PERSEMBAHAN ... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
MOTTO ... vii
SANWACANA ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Rumusan Masalah ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 ManfaatPenelitian ... 4
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar ... 6
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif... 7
2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 8
2.5 Hasil Belajar Siswa... 14
2.6 Pengertian Matematika ... 14
2.7 Penilaian ... 15
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian ... 17
3.2 Setting Penelitian ... 17
3.3 Faktor-faktor yang Diteliti ... 17
3.4 Prosedur Penelitian ... 18
3.5 Instrumen Penelitian ... 22
3.6 Tehnik Analisis Data ... 23
3.7 Indikator Keberhasilan ... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 25
4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I ... 26
a. Perencanaan ... 26
b. Pelaksanaan ... 27
c. Pengamatan ... 28
d. Refleksi ... 34
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II... 36
a. Perencanaan ... 36
b. Pelaksanaan ... 37
c. Pengamatan ... 38
d. Refleksi ... 40
4.2 Pembahasan ... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 48
5.2 Saran ... 49
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 52
2. Daftar Nilai Pretest Siklus I ... 61
3. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 62
4. Daftar Nilai Test Siklus I ... 63
5. Analisis Hasil Test dan Perkembangan Individu Siklus I ... 64
6. Analisis Perkembangan Kelompok Siklus I ... 65
7. Hasil Wawancara dengan Siswa pada Siklus I ... 66
8. Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus I ... 67
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 68
10. Daftar Nilai Pretest Siklus II ... 75
11. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 76
12. Daftar Nilai Test Siklus II ... 77
13. Analisis Hasil Test dan Perkembangan Individu Siklus II ... 78
14. Analisis Perkembangan Kelompok Siklus II ... 79
15. Hasil Wawancara dengan Siswa pada Siklus II ... 80
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran matematika bersifat hirarkis, yaitu dimulai dari pembelajaran konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks, materi yang satu mendasari materi yang lain sehingga hal ini membawa
konsekuensi bahwa kesiapan mental seorang anak dalam belajar matematika dimulai dari penguasaan materi sebelumnya.
Anak yang tidak tuntas matematika menganggap bahwa pelajaran matematika itu sulit, tidak menarik dan menakutkan, sehingga tidak ada keinginan untuk tahu lebih banyak atau minat belajar kurang. Sebaliknya
anak yang tuntas matematika menganggap bahwa pelajaran matematika itu mudah dan menyenangkan. Oleh karena itu setiap konsep matematika perlu dipahami dengan baik oleh siswa, dan seorang guru sangat perlu
memperhatikan materi prasyarat untuk mempelajari suatu topik dengan konsep yang benar.
Pembelajaran matematika yang terjadi selama ini adalah pembelajaran yang hanya menekankan perolehan hasil dan mengabaikan pada proses,
2
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi mengenai prestasi belajar
matematika kelas IV SDN 3 Panjang Utara tahun pelajaran 2013 sampai dengan 2014 pada ulangan umun tiap semester, siswa yang mendapat nilai
lebih dari 65, kurang dari 50%, ini berarti bahwa prestasi belajar berdasarkan KTSP dengan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM 65 minimal 65% tidak terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran
matematika pada siswa kelas IV SDN 3 Panjang Utara masih rendah.
Pada pembelajaran, siswa kurang aktif mengajukan pertanyaan dalam
pembelajaran. Guru sering memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya tetapi hampir tidak ada siswa yang bertanya. Juga karena guru yang
menggunakan metode secara monoton. Kooperatif tipe STAD merupakan kelompok belajar dimana siswa yang mampu menolong teman yang kurang mampu dalam memecahkan suatu masalah yang dipelajari. Pembelajaran
dengan penggunaan model kooperatif tipe STAD diharapkan mampu meningkatkan aktivitas belajar. Dengan meningkatnya aktivitas belajar, diharapkan dapat meningkatkan kerjasama positif antar siswa sehingga siswa
dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dan secara tidak langsung siswa tersebut dapat memahami materi sehingga dapat meningkatkan prestasì
belajar siswa.
Telah kita ketahui bahwa dalam proses belajar mengajar banyak metode yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi ajar.
Hendaknya seorang guru tidak hanya menggunakan satu metode dalam mengajar tetapi bisa lebih dari satu metode dan disesuaikan dengan materi
3
Bertitik tolak dari masalah tersebut maka dilakukan penelitian tindakan
kelas yang berjudul Penerapan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Devisions (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar Matematika siswa kelas IV SDN 3 Panjang Utara.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka secara umum masalah penelitian ini adalah :
a. Aktivitas siswa kelas IV SDN 3 Panjang Utara tahun pelajaran 2013/2014 kurang terlibat aktif dalam mengikuti pelajaran matematika di
kelas.
b. Prestasi siswa kelas IV SDN 3 Panjang Utara tahun pelajaran 2013/2014 masih rendah.
c. Siswa menganggap bahwa pelajaran matematika sulit, tidak menarik dan menakutkan.
d. Penyampaian materi oleh guru masih konvensional/monoton.
e. Konsep matematika perlu dipahami dengan baik oleh siswa.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SDN 3
4
b. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3
Panjang Utara setelah pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 3 Panjang Utara dengan menggunakan model koperatif tipe STAD.
b. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 3 Panjang Utara dengan menerapkan model kooperatif tipe STAD.
1.5 Manfaat Penelitian
Proses dan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yang
besar terutama : a. Bagi siswa
Penerapan model STAD ini dapat menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa, meningkatkan motivasi dan daya tarik siswa terhadap matematika.
b. Bagi guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau masukan tentang model pembelajaran efektif dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar serta memberikan pengalaman yang berharga bagi guru.
c. Bagi sekolah
5
d. Bagi peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan peneliti khususnya dan dijadikan bahan kajian, rujukan dan pembanding bagi peneliti yang sedang atau akan dilakukannya.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengacu pada tahap perkembangan kognitif siswa SD/MI yang masih berada pada tahap
operasional kongkrit sehingga masih memerlukan contoh nyata untuk dapat memahami konsep yang abstrak dan rumit, utamanya dengan
mempraktikan sendiri upaya menemukan konsep tersebut.
b. Peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan oleh nilai rata-rata yang diperoleh dalam pembelajaran pada setiap siklusnya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan
individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah sepertì dalam teori belajar persepsi yang dikembangkan oleh Arthur Comb dalam Sutarto, dkk (1999:44) yang menyatakan bahwa belajar
dipengaruhi oleh cara-cara individu dalam menerima dirinya sendiri dengan lingkungannya.
Selain itu, pengertian belajar menurut Morris L. Bigge yang dikutip oleh Darsono, dkk (2003:3), bahwa pada dasarnya belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis.
Menurut teori konstruktivisme, teori belajar adalah kegiatan yang aktif dimana si subjek didik belajar membangun sendiri pengetahuannya, dan mencari sendiri makna dari sesuatu yang dipelajari (Sardiman, 2004:38).
Dengan demikian, belajar dapat dikatakan sebagai proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan
dan dikerjakan.
Strategi belajar yang dikembangkan dari teori Piaget ialah
7
pandangan yang sosiosentris). Tipe kelas yang dikehendaki oleh Piaget
menekankan pada transmisi pengetahuan melalui metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan mendorong guru untuk bertindak sebagai
katalisator dan siswa belajar sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan bukánlah meningkatkan pengetahuan saja, tetapi juga meningkatkan kemungkinan bagi anak untuk menemukan dan menciptakan
kreativitas sendiri.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur (Lie, 2004). Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam suatu kelompok kecil dan dikehendaki untuk
saling memberi penjelasan yang baik, menjadi pendengar yang baik, mengajukan pertanyaan yang benar.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok kecil.
Pada dasarnya semua pendekatan dan strategi belajar yang memberdayakan siswa merupakan suatu pendekatan dan strategi yang dianjurkan diterapkan dalam kurikulum 2004. Tidak ada strategi dan
pendekatan khusus yang dianjurkan, kecuali guru tidak menggunakan metode konvensional sebagai satu-satunya pilihan dalam metode pembelajaran.
8
Dalam pendekatan konstruktif, atas dasar teori bahwa pengajaran
menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif dengan harapan siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit
apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep tersebut dengan temannya. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk mengembangkan interaksi yang saling asah, asih, dan asuh. Untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
Menurut Ibrahim (2004:6) pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Devision (STAD)
Metode pembelajaran STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran
9
STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Menurut Nurhadi (2004:116), bahwa :
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yang memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang).
Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian
saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.
Menurut Slavin (1995:78) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam
pembelajaran dengan metode STAD adalah sebagai berikut :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang tahu menjelaskan pada anggota-anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penghargaan dan kesimpulan.
Kelebihan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah :
1. Meningkatkan harga diri tiap individu
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang besar 3. Kongflik antar pribadi berkurang
4. Sikap apatis berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
10
7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8. Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan
aspek kognitif
9. Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik)
10. Meningkatkan kehadiran peserta didik dan sikap yang lebih positif
11. Menambah motivasi dan percaya diri
12. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-teman
sekelasnya. Mudah diterapkan dan tidak mahal.
Keterbatasan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions
(STAD) adalah :
1. Pendidik khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan pendidik mengkondisikan kelas atau
pembelajaran dilakukan di luar kelas seperti di laboratorium, perpustakaan, aula atau di tempat yang terbuka.
2. Banyak peserta didik tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan
yang lain. Peserta didik yang tekun merasa harus bekerja melebihi teman yang lain dalam grup mereka, sedangkan peserta didik yang kurang
mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan peserta didik yang lebih pandai. HaI ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam cooperative learning bukan kognitifNya saja yang dinilai tetapi dari segi
afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai
11
3. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik
atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama
dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila dibandingkan dengan orang lain.
4. Banyak peserta didik takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau
secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam cooperative learning pembagian tugas rata, setiap
anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapat dalam kelompok sehinga ada pertanggungjawaban secara individu.
Dari beberapa definisi tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan Tim Siswa Kelompok Prestasi dengan pemberian tugas secara
kelompok maupun individu dan dalam membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).
2.4 Aktivitas Belajar
Menurut Slamento (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada
12
dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2001:93). Dalam aktivitas
belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa
lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandanan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.
Paul B. Diedrich (Oemar Hamalik, 2001) membuat suatu daftar kegiatan
siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya seperti membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan.
b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
d. Wriring activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konsstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
g. Mental activities, sebagai contoh misalnya: mengingat, memecahkan
soal, menganalisis, mengambil keputusan.
h. Emotional activities, seperti minat, merasa bosan, berani, tenang, gugup,
13
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
aktivitas belajar adalah segala kegiatan untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan dan ketrampilan untuk memperoleh perubahan tingkah laku
yang baru yang melibatkan kerja pikiran dan badan terutama dalam hal kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa diharapkan siswa akan semakin
memahami dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Untuk itu aktivitas siswa dalam pembelajaran perlu diperhatikan.
Ada beberapa aspek dalam aktivitas siswa yang biasanya diamati menurut Paul D Dierich (Oemar Hamalik, 2001) antara lain aspek keaktifan
dan kerjasama. Untuk aspek keaktifan antara lain : 1. Berani bertanya
2. Berani mengemukakan pendapat
3. Berani menjawab pertanyaan.
Untuk aspek kerjasama, indikatomya antara lain adalah : 1. Bersedia membantu teman selama kegiatan pembelajaran
2. Menghargai pendapat dan penjelasan teman 3. Tidak mengganggu teman saat pembelajaran
4. Tanggung jawab terhadap tugas kelompok.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang
dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun
14
guru. Dalam hal ini, aktivitas yang diamati selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dibatasi pada ruang lingkup.
2.5 Hasil Belajar Siswa
Menurut Hamalik (1995:48) hasil belajar adalah “perubahan tingkah laku
subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam
siatuasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”.
Sedangkan menurut Sudjana Nana (1990:22) hasil belajar adalah “kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalamannya”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.
2.6 Pengertian Matematika
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya
dalam jumlahnya yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Matematika merupakan pelajaran bersifat abstrak sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai tingkat perkembangan mental siswa ( H.W Fowlwer dalam Pandoyo 1997:1)
Tujuan pembelajaran matematika di SD yaitu untuk menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-
15
mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih
lanjut di SLTP (Sukahar dkk,1995).
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika akan bermakna bagi
siswa apabila mereka aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian suatu rumus, konsep atau prinsip dalam matematika, seyogyanya ditemukan kembali oleh siswa di
bawah bimbingan guru. Secara khusus, pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. Dalam setiap kesempatan,
pembelajaran matematika dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi.
2.7 Penilaian
Penilaian yang dilakukan lebih berfokus pada penilaian berbasis kelas.
Dalam merancang penilaian, termasuk memilih tehnik dan alat penilaian yang digunakan adalah penilaian tertulis, penilaian kinerja, dan penilaian karya atau portofolio.
Standar kompetensi dirancang secara berdiversivikasi, untuk melayani semua kelompok siswa (normal, sedang, tinggi). Kelompok normal adalah
kelompok yang memerlukan waktu belajar relatif lebih lama dari kelompok sedang, sehingga perlu diberikan pelayanan dalam bentuk menambah waktu belajar atau memberikan remediasi. Sedangkan kelompok tinggi adalah
kelompok yang memiliki kecepatan belajar lebih cepat dari kelompok sedang, sehingga guru dapat memberikan pelayanan dalam bentuk akselerasi
16
Beberapa aspek penilaian sebagai berikut :
a. Ranahkognitif yaitu penilaian yang berpusat pada pengetahuan siswa. b. Ranah afektif yaitu penilaian terhadap sikap/perilaku siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Subyek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDN 3 Panjang Utara kelas IV pada pelajaran Matematika, tahun pelajaran
2013/2014. Dengan jumlah siswa 36 anak, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Siswa kelas IV memiliki karakteristik antara lain,
sebagian besar semangat belajar kurang, nilai prestasi belajar rendah, kurang kerja sama antar teman, rasa egoisnya tinggi, kurangnya motivasi guru kurang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa, guru
cenderung hanya menggunakan buku paket dan lembar kerja siswa selama pembelajaran berlangsung dengan metode ceramah dan penugasan.
3.2 Seting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV semester I, tahun
pelajaran 2013/2014 di SDN 3 Panjang Utara selama ± 4 bulan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2013.
3.3 Faktor-faktor Yang Diteliti
Faktor-faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
18
b. Prestasi belajar siswa, yaitu nilai yang diperoleh dari tes pada akhir setiap
siklusnya.
3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang langkah-langkahnya diadaptasi dari rancangan penelitian tindakan kelas
oleh Hopkins (1993) dan Elliot (1993). Penelitian dilakukan dengan menggunakan daur/siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
19
[image:29.595.136.495.127.556.2]Adapun langkah-langkah penelitian ditunjukkan dalam bagan berikut :
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart dalam Hopkins (1993)
a. Perencanaan
Kegiatan dalam perencanaan meliputi :
1. Menetapkan dan mendiskusikan rancangan pembelajaran yang akan
diterapkan di kelas sebagai tindakan dalam siklus I. SIKLUS I
RENCANA I
PELAKSANAAN TINDAKAN I
OBSERVASI I
ANALISIS REFLEKTIF I
SIKLUS II
ANALISIS REFLEKTIF II
OBSERVASI II
PELAKSANAAN TINDAKAN II
20
2. Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan model
kooperatif tipe STAD.
3. Menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa pada
saat diskusi berlangsung (belajar dalam kelompok). 4. Mempersiapkan lembar pengamatan.
5. Mempersiapkan perangkat tes hasil tindakan.
b. Pelaksanaan
Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun
dalam perencanaan penelitian. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran yang telah dibuat.
Urutan-urutan kegiatan secara garis besar adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan Awal
- Siswa mengerjakan tes awal, kemudian siswa mengadakan tanya
jawab dengan guru mengenai materi yang sudah diajarkan. - Penyampaian informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan
dilaksanakaan.
2. Kegiatan Inti
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok
bejumlah antara 4 anak. Kelompok harus heterogen dari kemampuan akademik, suku, jenis kelamin dan lain-lain.
- Guru menyajikan materi secara garis besar dengan peraga yang
ada.
- Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh
21
dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota
kelompok itu mengerti.
- Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan, setelah itu dilaksanakan
presentasi hasil diskusi kelompok masing-masing.
- Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
3. Kegiatan Akhir
Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi
pelajaran, dan mengadakan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
4. Penilaian dan tugas di rumah
Penilaian ini diberikan setelah siswa selesai mengerjakan soal-soal latihan. Kemudian untuk memotivasi dan menumbuhkan rasa
percaya diri siswa, maka nilai yang diperoleh siswa diumumkan. Untuk meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa, pada akhir pembelajaran diberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.
c. Pengamatan (observasi)
Pengamatan adalah kegiatan mendokumentasikan segala sesuatu yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh observer, yaitu guru mitra, dimana siswa dan guru (peneliti) sebagai obyek, dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah
22
d. Refleksi
Refleksi adalah kegìatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Refleksi dilakukan oleh
peneliti dan observer untuk merinci dan menganalisa kendala-kendala yang dihadapi siswa serta hasil dari implementasi pemecahan masalah untuk menentukan perkembangan, kemajuan, dan kelemahan yang
terjadi, sebagai dasar perbaikan perencanaan dan tindakan pada siklus berikutnya sehingga mencapai hasil yang lebih baik dari siklus
sebelumnya.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan selama pelaksanaan penelitian adalah :
1. Lembar pengamatan aktivitas siswa untuk mengumpulkan data tentang
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
23
Tabel 3.1 Jenis data dan metode pengumpulan data
No Jenis Data Metode Alat
1. 2.
3.
Perencanaan pembelajaran Proses pembelajaran :
a. Aktivitas atau kinerja guru b. Aktivitas atau kinerja siswa Peningkatan keterampilan proses
Observasi Observasi Observasi Lembar pengamatan Lembar kerja Lembar pengamatan
3.6 Teknik Analisa Data
Teknik analisis data dilakukan secara induktif. Analisis induktif adalah mengenali data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit, kemudian
dilanjutkan dengan kategorisasi. Kategorisasi maksudnya adalah data relevan atau bermakna yang telah dipilih disusun dalam satu kesatuan,
difokuskan/ditonjolkan dalam hal-hal penting sehingga dapat memberikan gambaran tentang hasil observasi dan wawancara.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan teknik
kualitatif deskriptif. Hasil pengamatan aktivitas belajar siwa setiap siklus akan dianalisis.
24
3.7 Indikator Keberhasilan
Indikator kinerja dari penelitian ini adalah :
a. Meningkatnya aktivitas siswa dari siklus ke siklus hingga mencapai
sekurang-kurangnya 65%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari uraian yang telah ditulis pada bab sebelumnya dapat dikemukakan
simpulan dan saran sebagai berikut :
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini meneliti aktivitas dan hasil belajar menggunakan model pembelajaran STAD. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka
aktivitas siswa dan hasil belajar dari siklus I dan siklus II yaitu :
1) Aktivitas siswa dari siklus I dan siklus II menggunakan model pembelajaran STAD nìlai rata-rata persentase aktivitas siswa pada
pertemuan pertama siklus I kategori kurang aktif. Nilai rata-rata persentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama di siklus II mendapat kategori cukup aktif. Berdasarkan hasil rata-rata persentase siswa pada
siklus I dan siklus II menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa.
2) Hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menggunakan model pembelajaran STAD. Nilai rata-rata persentase hasil belajar siswa berdasarkan tes hasil belajar siklus I mendapat kategori kurang baik.
49
hasil belajar siswa pada siklus I dan II menggunakan model STAD dapat
meningkatkan hasil belajar.
5.2 Saran
1. Hendaknya guru memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai salah satu altenatif untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan sebagai
suatu cara yang efektif dalam melatih siswa untuk bersosialisasi dengan temannya karena akan menumbuhkan suasana yang saling asah, asih,
asuh.
3. Penerapan model pembelajaran STAD diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Azisgr, blogspot.com/2009/05/Problematika Pembelajaran Matematika SD Darsono, Max, dkk. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Semarang CV. IKIP
Semarang Press.
EIliot, J (1993). Action Research for Educational Change. Philadelphia: Open University Press.
Hopkins, D., (1993). A Teachers Guide to Classrom Research. Bekinghaam: Open University Press.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2004. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning (mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 : Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta PT.Grasindo. Omar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Pandoyo.
1997. Matematika Ia. Jakarta: Depdikbud.
Poerwadarminta. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Setyorini, Rahayu. 2003. Perbandingan Hasil Belajar Matematika antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan STAD pada Pokok bahasan Sistem Persamaan Linier pada Siswa Kelas I Semester II SMU N 1 Guntur Kabupaten Demak tahun Pelajaran 2002/2003. Skripsi. FMIPA UNNES.
Sardiman, A.M. 2004. Inetaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sukahar, Siti M. Amin. 1995. Matematika 6 Mari Berhitung. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sutarto, Joko. 1999. Pengantar Pendidikan. Semarang : Cv. IKIP Semarang Press.
Wardhani IGAK,Kuswaya Wihardit, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka.
Sudjana, Nana. (1990). Perubahan Tingkah Laku. PT. Romadja Rosda Karya. Bandung.