• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 PANJANG UTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN PALAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 PANJANG UTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN PALAJARAN 2013/2014"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 PANJANG UTARA

BANDAR LAMPUNG TAHUN PALAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh WANTINI NPM. 1013069166

Program Studi PGSD Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 PANJANG UTARA

BANDAR LAMPUNG TAHUN PALAJARAN 2013/2014

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar Matematika melalui penggunaan model kooperatif tipe STAD. Hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan dapat meningkatkan pencapaian prestasi belajar siswa.

Penelitian ini melibatkan 36 siswa kelas IV di SDN 3 Panjang Utara Kecamatan Panjang pada semester I tahun ajaran 2013/2014. Pengumpulan data yang dilakukan dengan lembar observasi, untuk aktivitas, afektif dan psikomotor. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik persentase dengan membandingkan pada standar ketuntasan belajar mininal yang ditetapkan.

Hasil penelitian menunjukkan: dari siklus 1 diperoleh rata-rata aktivitas siswa sebanyak 70,2% dan pada siklus 2 rata-rata aktivitas siswa menjadi 89,29%. Peningkatan ini antara lain disebabkan oleh materi yang dibahas dan didiskusikan dianggap oleh sebagian siswa merupakan materi yang menyenangkan dan merasa siap dengan pembelajaran metematika menggunakan STAD yang dibuktikan pada siklus 1 hasil belajar siswa rata-rata kelas adalah 71,9 kemudian siklus 2 adalah 79,44 sehingga siswa terlihat antusias dan aktif dalam pembelajaran maupun dalam setiap diskusi kelompok berlangsung.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN SAMPUL

ABSTRAK ... i

PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

SANWACANA ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Rumusan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 ManfaatPenelitian ... 4

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar ... 6

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif... 7

2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 8

(7)

2.5 Hasil Belajar Siswa... 14

2.6 Pengertian Matematika ... 14

2.7 Penilaian ... 15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian ... 17

3.2 Setting Penelitian ... 17

3.3 Faktor-faktor yang Diteliti ... 17

3.4 Prosedur Penelitian ... 18

3.5 Instrumen Penelitian ... 22

3.6 Tehnik Analisis Data ... 23

3.7 Indikator Keberhasilan ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 25

4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I ... 26

a. Perencanaan ... 26

b. Pelaksanaan ... 27

c. Pengamatan ... 28

d. Refleksi ... 34

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II... 36

a. Perencanaan ... 36

b. Pelaksanaan ... 37

c. Pengamatan ... 38

d. Refleksi ... 40

4.2 Pembahasan ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 48

5.2 Saran ... 49

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 52

2. Daftar Nilai Pretest Siklus I ... 61

3. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 62

4. Daftar Nilai Test Siklus I ... 63

5. Analisis Hasil Test dan Perkembangan Individu Siklus I ... 64

6. Analisis Perkembangan Kelompok Siklus I ... 65

7. Hasil Wawancara dengan Siswa pada Siklus I ... 66

8. Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus I ... 67

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 68

10. Daftar Nilai Pretest Siklus II ... 75

11. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 76

12. Daftar Nilai Test Siklus II ... 77

13. Analisis Hasil Test dan Perkembangan Individu Siklus II ... 78

14. Analisis Perkembangan Kelompok Siklus II ... 79

15. Hasil Wawancara dengan Siswa pada Siklus II ... 80

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran matematika bersifat hirarkis, yaitu dimulai dari pembelajaran konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks, materi yang satu mendasari materi yang lain sehingga hal ini membawa

konsekuensi bahwa kesiapan mental seorang anak dalam belajar matematika dimulai dari penguasaan materi sebelumnya.

Anak yang tidak tuntas matematika menganggap bahwa pelajaran matematika itu sulit, tidak menarik dan menakutkan, sehingga tidak ada keinginan untuk tahu lebih banyak atau minat belajar kurang. Sebaliknya

anak yang tuntas matematika menganggap bahwa pelajaran matematika itu mudah dan menyenangkan. Oleh karena itu setiap konsep matematika perlu dipahami dengan baik oleh siswa, dan seorang guru sangat perlu

memperhatikan materi prasyarat untuk mempelajari suatu topik dengan konsep yang benar.

Pembelajaran matematika yang terjadi selama ini adalah pembelajaran yang hanya menekankan perolehan hasil dan mengabaikan pada proses,

(12)

2

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi mengenai prestasi belajar

matematika kelas IV SDN 3 Panjang Utara tahun pelajaran 2013 sampai dengan 2014 pada ulangan umun tiap semester, siswa yang mendapat nilai

lebih dari 65, kurang dari 50%, ini berarti bahwa prestasi belajar berdasarkan KTSP dengan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM 65 minimal 65% tidak terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran

matematika pada siswa kelas IV SDN 3 Panjang Utara masih rendah.

Pada pembelajaran, siswa kurang aktif mengajukan pertanyaan dalam

pembelajaran. Guru sering memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya tetapi hampir tidak ada siswa yang bertanya. Juga karena guru yang

menggunakan metode secara monoton. Kooperatif tipe STAD merupakan kelompok belajar dimana siswa yang mampu menolong teman yang kurang mampu dalam memecahkan suatu masalah yang dipelajari. Pembelajaran

dengan penggunaan model kooperatif tipe STAD diharapkan mampu meningkatkan aktivitas belajar. Dengan meningkatnya aktivitas belajar, diharapkan dapat meningkatkan kerjasama positif antar siswa sehingga siswa

dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dan secara tidak langsung siswa tersebut dapat memahami materi sehingga dapat meningkatkan prestasì

belajar siswa.

Telah kita ketahui bahwa dalam proses belajar mengajar banyak metode yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi ajar.

Hendaknya seorang guru tidak hanya menggunakan satu metode dalam mengajar tetapi bisa lebih dari satu metode dan disesuaikan dengan materi

(13)

3

Bertitik tolak dari masalah tersebut maka dilakukan penelitian tindakan

kelas yang berjudul Penerapan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Devisions (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi

belajar Matematika siswa kelas IV SDN 3 Panjang Utara.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka secara umum masalah penelitian ini adalah :

a. Aktivitas siswa kelas IV SDN 3 Panjang Utara tahun pelajaran 2013/2014 kurang terlibat aktif dalam mengikuti pelajaran matematika di

kelas.

b. Prestasi siswa kelas IV SDN 3 Panjang Utara tahun pelajaran 2013/2014 masih rendah.

c. Siswa menganggap bahwa pelajaran matematika sulit, tidak menarik dan menakutkan.

d. Penyampaian materi oleh guru masih konvensional/monoton.

e. Konsep matematika perlu dipahami dengan baik oleh siswa.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SDN 3

(14)

4

b. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3

Panjang Utara setelah pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 3 Panjang Utara dengan menggunakan model koperatif tipe STAD.

b. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 3 Panjang Utara dengan menerapkan model kooperatif tipe STAD.

1.5 Manfaat Penelitian

Proses dan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yang

besar terutama : a. Bagi siswa

Penerapan model STAD ini dapat menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa, meningkatkan motivasi dan daya tarik siswa terhadap matematika.

b. Bagi guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau masukan tentang model pembelajaran efektif dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar serta memberikan pengalaman yang berharga bagi guru.

c. Bagi sekolah

(15)

5

d. Bagi peneliti

Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan peneliti khususnya dan dijadikan bahan kajian, rujukan dan pembanding bagi peneliti yang sedang atau akan dilakukannya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini adalah :

a. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengacu pada tahap perkembangan kognitif siswa SD/MI yang masih berada pada tahap

operasional kongkrit sehingga masih memerlukan contoh nyata untuk dapat memahami konsep yang abstrak dan rumit, utamanya dengan

mempraktikan sendiri upaya menemukan konsep tersebut.

b. Peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan oleh nilai rata-rata yang diperoleh dalam pembelajaran pada setiap siklusnya.

(16)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar

Banyak pendapat yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan

individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah sepertì dalam teori belajar persepsi yang dikembangkan oleh Arthur Comb dalam Sutarto, dkk (1999:44) yang menyatakan bahwa belajar

dipengaruhi oleh cara-cara individu dalam menerima dirinya sendiri dengan lingkungannya.

Selain itu, pengertian belajar menurut Morris L. Bigge yang dikutip oleh Darsono, dkk (2003:3), bahwa pada dasarnya belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis.

Menurut teori konstruktivisme, teori belajar adalah kegiatan yang aktif dimana si subjek didik belajar membangun sendiri pengetahuannya, dan mencari sendiri makna dari sesuatu yang dipelajari (Sardiman, 2004:38).

Dengan demikian, belajar dapat dikatakan sebagai proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan

dan dikerjakan.

Strategi belajar yang dikembangkan dari teori Piaget ialah

(17)

7

pandangan yang sosiosentris). Tipe kelas yang dikehendaki oleh Piaget

menekankan pada transmisi pengetahuan melalui metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan mendorong guru untuk bertindak sebagai

katalisator dan siswa belajar sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan bukánlah meningkatkan pengetahuan saja, tetapi juga meningkatkan kemungkinan bagi anak untuk menemukan dan menciptakan

kreativitas sendiri.

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pengajaran yang memberi

kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur (Lie, 2004). Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam suatu kelompok kecil dan dikehendaki untuk

saling memberi penjelasan yang baik, menjadi pendengar yang baik, mengajukan pertanyaan yang benar.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok kecil.

Pada dasarnya semua pendekatan dan strategi belajar yang memberdayakan siswa merupakan suatu pendekatan dan strategi yang dianjurkan diterapkan dalam kurikulum 2004. Tidak ada strategi dan

pendekatan khusus yang dianjurkan, kecuali guru tidak menggunakan metode konvensional sebagai satu-satunya pilihan dalam metode pembelajaran.

(18)

8

Dalam pendekatan konstruktif, atas dasar teori bahwa pengajaran

menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif dengan harapan siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit

apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep tersebut dengan temannya. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk mengembangkan interaksi yang saling asah, asih, dan asuh. Untuk

menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.

Menurut Ibrahim (2004:6) pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang

dan rendah.

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Devision (STAD)

Metode pembelajaran STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran

(19)

9

STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana. Menurut Nurhadi (2004:116), bahwa :

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yang memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang).

Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian

saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.

Menurut Slavin (1995:78) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam

pembelajaran dengan metode STAD adalah sebagai berikut :

1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).

2. Guru menyajikan pelajaran.

3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang tahu menjelaskan pada anggota-anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

5. Memberi evaluasi.

6. Penghargaan dan kesimpulan.

Kelebihan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah :

1. Meningkatkan harga diri tiap individu

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang besar 3. Kongflik antar pribadi berkurang

4. Sikap apatis berkurang

5. Pemahaman yang lebih mendalam

(20)

10

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

8. Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan

aspek kognitif

9. Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik)

10. Meningkatkan kehadiran peserta didik dan sikap yang lebih positif

11. Menambah motivasi dan percaya diri

12. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-teman

sekelasnya. Mudah diterapkan dan tidak mahal.

Keterbatasan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions

(STAD) adalah :

1. Pendidik khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan pendidik mengkondisikan kelas atau

pembelajaran dilakukan di luar kelas seperti di laboratorium, perpustakaan, aula atau di tempat yang terbuka.

2. Banyak peserta didik tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan

yang lain. Peserta didik yang tekun merasa harus bekerja melebihi teman yang lain dalam grup mereka, sedangkan peserta didik yang kurang

mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan peserta didik yang lebih pandai. HaI ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam cooperative learning bukan kognitifNya saja yang dinilai tetapi dari segi

afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai

(21)

11

3. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik

atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama

dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila dibandingkan dengan orang lain.

4. Banyak peserta didik takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau

secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam cooperative learning pembagian tugas rata, setiap

anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapat dalam kelompok sehinga ada pertanggungjawaban secara individu.

Dari beberapa definisi tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan Tim Siswa Kelompok Prestasi dengan pemberian tugas secara

kelompok maupun individu dan dalam membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).

2.4 Aktivitas Belajar

Menurut Slamento (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

(22)

12

dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2001:93). Dalam aktivitas

belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa

lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandanan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.

Paul B. Diedrich (Oemar Hamalik, 2001) membuat suatu daftar kegiatan

siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut.

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya seperti membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan.

b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

d. Wriring activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konsstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

g. Mental activities, sebagai contoh misalnya: mengingat, memecahkan

soal, menganalisis, mengambil keputusan.

h. Emotional activities, seperti minat, merasa bosan, berani, tenang, gugup,

(23)

13

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

aktivitas belajar adalah segala kegiatan untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan dan ketrampilan untuk memperoleh perubahan tingkah laku

yang baru yang melibatkan kerja pikiran dan badan terutama dalam hal kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa diharapkan siswa akan semakin

memahami dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Untuk itu aktivitas siswa dalam pembelajaran perlu diperhatikan.

Ada beberapa aspek dalam aktivitas siswa yang biasanya diamati menurut Paul D Dierich (Oemar Hamalik, 2001) antara lain aspek keaktifan

dan kerjasama. Untuk aspek keaktifan antara lain : 1. Berani bertanya

2. Berani mengemukakan pendapat

3. Berani menjawab pertanyaan.

Untuk aspek kerjasama, indikatomya antara lain adalah : 1. Bersedia membantu teman selama kegiatan pembelajaran

2. Menghargai pendapat dan penjelasan teman 3. Tidak mengganggu teman saat pembelajaran

4. Tanggung jawab terhadap tugas kelompok.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang

dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun

(24)

14

guru. Dalam hal ini, aktivitas yang diamati selama kegiatan pembelajaran

berlangsung dibatasi pada ruang lingkup.

2.5 Hasil Belajar Siswa

Menurut Hamalik (1995:48) hasil belajar adalah “perubahan tingkah laku

subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam

siatuasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”.

Sedangkan menurut Sudjana Nana (1990:22) hasil belajar adalah “kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalamannya”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.

2.6 Pengertian Matematika

Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya

dalam jumlahnya yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Matematika merupakan pelajaran bersifat abstrak sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai tingkat perkembangan mental siswa ( H.W Fowlwer dalam Pandoyo 1997:1)

Tujuan pembelajaran matematika di SD yaitu untuk menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-

(25)

15

mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih

lanjut di SLTP (Sukahar dkk,1995).

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika akan bermakna bagi

siswa apabila mereka aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian suatu rumus, konsep atau prinsip dalam matematika, seyogyanya ditemukan kembali oleh siswa di

bawah bimbingan guru. Secara khusus, pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. Dalam setiap kesempatan,

pembelajaran matematika dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi.

2.7 Penilaian

Penilaian yang dilakukan lebih berfokus pada penilaian berbasis kelas.

Dalam merancang penilaian, termasuk memilih tehnik dan alat penilaian yang digunakan adalah penilaian tertulis, penilaian kinerja, dan penilaian karya atau portofolio.

Standar kompetensi dirancang secara berdiversivikasi, untuk melayani semua kelompok siswa (normal, sedang, tinggi). Kelompok normal adalah

kelompok yang memerlukan waktu belajar relatif lebih lama dari kelompok sedang, sehingga perlu diberikan pelayanan dalam bentuk menambah waktu belajar atau memberikan remediasi. Sedangkan kelompok tinggi adalah

kelompok yang memiliki kecepatan belajar lebih cepat dari kelompok sedang, sehingga guru dapat memberikan pelayanan dalam bentuk akselerasi

(26)

16

Beberapa aspek penilaian sebagai berikut :

a. Ranahkognitif yaitu penilaian yang berpusat pada pengetahuan siswa. b. Ranah afektif yaitu penilaian terhadap sikap/perilaku siswa.

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Subyek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDN 3 Panjang Utara kelas IV pada pelajaran Matematika, tahun pelajaran

2013/2014. Dengan jumlah siswa 36 anak, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Siswa kelas IV memiliki karakteristik antara lain,

sebagian besar semangat belajar kurang, nilai prestasi belajar rendah, kurang kerja sama antar teman, rasa egoisnya tinggi, kurangnya motivasi guru kurang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa, guru

cenderung hanya menggunakan buku paket dan lembar kerja siswa selama pembelajaran berlangsung dengan metode ceramah dan penugasan.

3.2 Seting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV semester I, tahun

pelajaran 2013/2014 di SDN 3 Panjang Utara selama ± 4 bulan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2013.

3.3 Faktor-faktor Yang Diteliti

Faktor-faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

(28)

18

b. Prestasi belajar siswa, yaitu nilai yang diperoleh dari tes pada akhir setiap

siklusnya.

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang langkah-langkahnya diadaptasi dari rancangan penelitian tindakan kelas

oleh Hopkins (1993) dan Elliot (1993). Penelitian dilakukan dengan menggunakan daur/siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,

(29)

19

[image:29.595.136.495.127.556.2]

Adapun langkah-langkah penelitian ditunjukkan dalam bagan berikut :

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart dalam Hopkins (1993)

a. Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan meliputi :

1. Menetapkan dan mendiskusikan rancangan pembelajaran yang akan

diterapkan di kelas sebagai tindakan dalam siklus I. SIKLUS I

RENCANA I

PELAKSANAAN TINDAKAN I

OBSERVASI I

ANALISIS REFLEKTIF I

SIKLUS II

ANALISIS REFLEKTIF II

OBSERVASI II

PELAKSANAAN TINDAKAN II

(30)

20

2. Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan model

kooperatif tipe STAD.

3. Menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa pada

saat diskusi berlangsung (belajar dalam kelompok). 4. Mempersiapkan lembar pengamatan.

5. Mempersiapkan perangkat tes hasil tindakan.

b. Pelaksanaan

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun

dalam perencanaan penelitian. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran yang telah dibuat.

Urutan-urutan kegiatan secara garis besar adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan Awal

- Siswa mengerjakan tes awal, kemudian siswa mengadakan tanya

jawab dengan guru mengenai materi yang sudah diajarkan. - Penyampaian informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan

dilaksanakaan.

2. Kegiatan Inti

- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok

bejumlah antara 4 anak. Kelompok harus heterogen dari kemampuan akademik, suku, jenis kelamin dan lain-lain.

- Guru menyajikan materi secara garis besar dengan peraga yang

ada.

- Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh

(31)

21

dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota

kelompok itu mengerti.

- Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan, setelah itu dilaksanakan

presentasi hasil diskusi kelompok masing-masing.

- Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

3. Kegiatan Akhir

Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi

pelajaran, dan mengadakan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.

4. Penilaian dan tugas di rumah

Penilaian ini diberikan setelah siswa selesai mengerjakan soal-soal latihan. Kemudian untuk memotivasi dan menumbuhkan rasa

percaya diri siswa, maka nilai yang diperoleh siswa diumumkan. Untuk meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa, pada akhir pembelajaran diberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.

c. Pengamatan (observasi)

Pengamatan adalah kegiatan mendokumentasikan segala sesuatu yang

berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh observer, yaitu guru mitra, dimana siswa dan guru (peneliti) sebagai obyek, dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah

(32)

22

d. Refleksi

Refleksi adalah kegìatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Refleksi dilakukan oleh

peneliti dan observer untuk merinci dan menganalisa kendala-kendala yang dihadapi siswa serta hasil dari implementasi pemecahan masalah untuk menentukan perkembangan, kemajuan, dan kelemahan yang

terjadi, sebagai dasar perbaikan perencanaan dan tindakan pada siklus berikutnya sehingga mencapai hasil yang lebih baik dari siklus

sebelumnya.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan selama pelaksanaan penelitian adalah :

1. Lembar pengamatan aktivitas siswa untuk mengumpulkan data tentang

aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.

(33)
[image:33.595.134.512.110.266.2]

23

Tabel 3.1 Jenis data dan metode pengumpulan data

No Jenis Data Metode Alat

1. 2.

3.

Perencanaan pembelajaran Proses pembelajaran :

a. Aktivitas atau kinerja guru b. Aktivitas atau kinerja siswa Peningkatan keterampilan proses

Observasi Observasi Observasi Lembar pengamatan Lembar kerja Lembar pengamatan

3.6 Teknik Analisa Data

Teknik analisis data dilakukan secara induktif. Analisis induktif adalah mengenali data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit, kemudian

dilanjutkan dengan kategorisasi. Kategorisasi maksudnya adalah data relevan atau bermakna yang telah dipilih disusun dalam satu kesatuan,

difokuskan/ditonjolkan dalam hal-hal penting sehingga dapat memberikan gambaran tentang hasil observasi dan wawancara.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan teknik

kualitatif deskriptif. Hasil pengamatan aktivitas belajar siwa setiap siklus akan dianalisis.

(34)

24

3.7 Indikator Keberhasilan

Indikator kinerja dari penelitian ini adalah :

a. Meningkatnya aktivitas siswa dari siklus ke siklus hingga mencapai

sekurang-kurangnya 65%

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian yang telah ditulis pada bab sebelumnya dapat dikemukakan

simpulan dan saran sebagai berikut :

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini meneliti aktivitas dan hasil belajar menggunakan model pembelajaran STAD. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka

aktivitas siswa dan hasil belajar dari siklus I dan siklus II yaitu :

1) Aktivitas siswa dari siklus I dan siklus II menggunakan model pembelajaran STAD nìlai rata-rata persentase aktivitas siswa pada

pertemuan pertama siklus I kategori kurang aktif. Nilai rata-rata persentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama di siklus II mendapat kategori cukup aktif. Berdasarkan hasil rata-rata persentase siswa pada

siklus I dan siklus II menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa.

2) Hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menggunakan model pembelajaran STAD. Nilai rata-rata persentase hasil belajar siswa berdasarkan tes hasil belajar siklus I mendapat kategori kurang baik.

(36)

49

hasil belajar siswa pada siklus I dan II menggunakan model STAD dapat

meningkatkan hasil belajar.

5.2 Saran

1. Hendaknya guru memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai salah satu altenatif untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan sebagai

suatu cara yang efektif dalam melatih siswa untuk bersosialisasi dengan temannya karena akan menumbuhkan suasana yang saling asah, asih,

asuh.

3. Penerapan model pembelajaran STAD diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Azisgr, blogspot.com/2009/05/Problematika Pembelajaran Matematika SD Darsono, Max, dkk. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Semarang CV. IKIP

Semarang Press.

EIliot, J (1993). Action Research for Educational Change. Philadelphia: Open University Press.

Hopkins, D., (1993). A Teachers Guide to Classrom Research. Bekinghaam: Open University Press.

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2004. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning (mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 : Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta PT.Grasindo. Omar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Pandoyo.

1997. Matematika Ia. Jakarta: Depdikbud.

Poerwadarminta. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Setyorini, Rahayu. 2003. Perbandingan Hasil Belajar Matematika antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan STAD pada Pokok bahasan Sistem Persamaan Linier pada Siswa Kelas I Semester II SMU N 1 Guntur Kabupaten Demak tahun Pelajaran 2002/2003. Skripsi. FMIPA UNNES.

Sardiman, A.M. 2004. Inetaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

(38)

Sukahar, Siti M. Amin. 1995. Matematika 6 Mari Berhitung. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sutarto, Joko. 1999. Pengantar Pendidikan. Semarang : Cv. IKIP Semarang Press.

Wardhani IGAK,Kuswaya Wihardit, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka.

Sudjana, Nana. (1990). Perubahan Tingkah Laku. PT. Romadja Rosda Karya. Bandung.

Gambar

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart dalam Hopkins (1993)
Tabel 3.1 Jenis data dan metode pengumpulan data

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana kebijakan Dinas Kehutanan dalam menanggulangi upaya menanggulangi pembalakan hutan di wilayah KPH Malang.Ingin

kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Apabila sebagian besar atau

Pendapat tersebut dapat dilihat melalui penelitian ini dimana terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi masyarakat tentang menguras, mengubur, dan menutup (3M)

Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa ada kontribusi fungsi sosial keluarga terhadap perilaku remaja merokok p=0,000, dengan nilai OR=3,7 , artinya keluarga

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang berupa keaktifan dan prestasi belajar dalam pembelajaran matematika pada materi logika melalui media alat

c) SPPB yang terbit satu hari sebelum hari libur nasional, setelah hari ke-3 (ke- tiga) sejak tanggal penerbitan SPPB, dikenakan tambahan sebesar 200% (dua ratus persen) dari

Hasil analisis korelasi pada tanaman berumur 7 dan 10 tahun dengan analisis dua arah pada taraf uji 1% menunjukkan variabel curah hujan dan hari hujan memiliki hubungan yang

bahwa ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya