• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEVELOPMENT OF A SCIENTIFIC APPROACH BASED WORKSHEET OF SCIENCE FOR GRADE VII OF JUNIOR HIGH SCHOOL IN BANDAR LAMPUNG PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH MATA PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DEVELOPMENT OF A SCIENTIFIC APPROACH BASED WORKSHEET OF SCIENCE FOR GRADE VII OF JUNIOR HIGH SCHOOL IN BANDAR LAMPUNG PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH MATA PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF A SCIENTIFIC APPROACH BASED WORKSHEET OF SCIENCE FOR GRADE VII OF JUNIOR HIGH SCHOOL

IN BANDAR LAMPUNG By

Dewi Niken Ariyanti

Objectives of this study are to (1) analyze the potential and condition to develop a scientific approach based worksheet in Science, (2) describe the process of development of worksheet in Science, (3)produce a scientific approach based worksheet in Science, (4) analize the effectiveness of worksheet in Science, (5) analize efficient use of worksheet worksheet in Science, and (6) analyze the attractiveness of worksheet in Science. This research employed research and development design. It was conducted in several of Junior High School in Bandar Lampung. Data was collected by using tests and questionnaires. They were analyzed qualitative descriptively. The conclusions of research are: (1) It is potential to develop a scientific approach based worksheet of Science in Junior High School in Bandar Lampung, (2) the development of worksheet are done by conducting a study theoritically and empirically, the results were validated by some experts in the aspects of content, media, linguistics and instructional. Therefore, they are revised based on the suggestion of the experts then they were examined individually, small scale group and large scale group, (3) being produced a scientific approach based worksheet in Science, (4) effectiveness of the worksheet with the average gain 0,79, (5) efficiency of the worksheet is 1,32, (6) the worksheet is attractive to use with the value of 80%.

(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS SCIENTIFIC

APPROACH MATA PELAJARAN IPA KELAS VII SMP

DI BANDAR LAMPUNG Oleh

Dewi Niken Ariyanti

Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis potensi dan kondisi untuk mengembangkan LKS IPA, (2) mendeskripsikan proses pengembangan LKS IPA, (3) menghasilkan LKS IPA, (4) menganalisis efektifitas LKS IPA, (5) menganalisis efisiensipenggunaan LKS IPA, dan (6) menganalisis kemenarikan LKS IPA. Penelitian menggunakan desain penelitian dan pengembangan. Penelitian dilakukan di SMP di Bandar Lampung. Pengumpulan data menggunakan tes dan angket. Data penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Kesimpulan penelitian adalah: (1) SMP di Bandar Lampung yang menerapkan kurikulum 2013 berpotensi untuk pengembangan LKS, (2) proses pengembangan LKS dilakukan melalui studi teoritik dan empiris, serta divalidasi oleh ahli materi, ahli media, ahli bahasa, dan ahli pembelajaran yang kemudian direvisi berdasarkan saran-saran perbaikan yang diberikan para ahli serta diujikan secara perorangan, kelompok kecil, dan uji lapangan, (3) dihasilkan LKS IPA, (4) efektifitas LKS dengan rata-rata gain 0,79, (5) efisiensiLKS dengan nilai 1,32,(6) LKS menarik untuk digunakan dengan rata-rata persentase 80%.

(3)
(4)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS SCIENTIFIC

APPROACH MATA PELAJARAN IPAKELAS VII SMP

DI BANDAR LAMPUNG (Tesis)

Oleh

DEWI NIKEN ARIYANTI

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur pada Allah SWT, karya ini kupersembahkan untuk :

Orang tua dan kakak-kakak yang selalu mendoakan, mengasihi, memotivasi,

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah...1

1.2 IdentifikasiMasalah ...10

1.3 BatasanMasalah ...10

1.4 RumusanMasalah ...11

1.5 TujuanPenelitian ...12

1.6 ManfaatPenelitian ...12

1.6.1 SecaraTeoritis ...13

1.6.2 SecaraPraktis ...13

1.7 SpesifikasiProduk yang Dihasilkan ...14

1.7.1 ProdukUtama ...14

1.7.2 ProdukPendukung ...15

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Teori Belajar dan Pembelajaran ...16

2.1.1 Teori Pembelajaran Pemrosesan Informasi Gagne ...26

2.1.2 Teori Belajar Konstruktivis ...29

2.1.3 Teori Belajar Behaviorisme ...30

2.2 Belajar Mandiri ...31

(11)

2.5 Desain Sistem Pembelajaran ...43

2.6 Kedudukan Bahan Ajar dalam Pembelajaran ...51

2.7 LembarKerjaSiswa ...53

2.8 Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran IPA ...59

2.9 Keterampilan Proses Sains ...61

2.10Perubahan Benda-Benda di Sekitar Kita ...65

2.10.2 Perubahan Benda ...65

2.10.2 PemisahanCampuran ...67

2.11 Penelitian yang Relevan ...68

2.12 Kerangka Berpikir ...70

2.13 Hipotesis ...73

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 DesainPenelitian ...74

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ...74

3.3 TempatdanWaktuPenelitian ...74

3.4 Langkah-langkahPengembangan ...75

3.4.1 Studi Pendahuluan...77

3.4.2 Perencanaan ...78

3.4.3 PengembanganProdukAwal ...78

3.4.4 UjiCoba Terbatas ...79

3.4.5Revisi ...81

3.4.6 UjiLapangan ...81

3.4.7 ProdukUtama ...82

3.5 VariabelPenelitian, DefinisiKonseptualdanDefinisiOperasional ...82

3.5.1 VariabelPenelitian ...82

3.5.2 DefinisiKonseptual ...83

3.5.3 DefinisiOperasional ...84

3.6 InstrumenPenelitian ...86

3.6.1 InstrumenuntukUji Ahli Materi ...86

(12)

3.6.4 InstrumenuntukUji Ahli Pembelajaran ...87

3.6.5 Instrumen Uji Perorangan, Uji Kelompok Kecil, dan Uji Lapangan .87 3.6.6 ValiditasdanReabilitas ...89

3.7 TeknikPengumpulan Data ...93

3.8 TeknikAnalisis Data ...94

3.7.1 Analisis Data Kuantitatif ...94

3.7.2 Analisis Data Kualitatif ...96

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ...97

4.1.1 KondisidanPotensi untuk Pengembangan LKS ...97

4.1.2 Proses Pengembangan LKS ...103

4.1.3 HasilPengembangan Produk Awal ...109

4.1.4HasilUji Coba Terbatas ...111

4.1.5HasilRevisi ...125

4.1.6HasilUji Lapangan ...128

4.1.7 Penyempurnaan Produk Utama ...131

4.2 Pembahasan ...131

4.2.1 KondisidanPotensiPengembangan LKS ...131

4.2.2 ProsesPengembangan LKS ...134

4.2.3 LKS yang Dihasilkan ...135

4.2.4 Efektivitas Penggunaan LKS ...135

4.2.5 Efisiensi Penggunaan LKS...139

4.2.6 Kemenarikan LKS ...141

4.2.7 Kelebihan Produk Hasil Pengembangan ...143

4.2.8Keterbatasan Produk Hasil Pengembangan ...144

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan ...145

5.2 Implikasi ...146

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Rata-Rata Uji Blok Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012-2013 ... 5

2.1 Cara PandangBelajarMenurut Piaget danVygotsky ... 23

2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar IPA ... 36

3.1 Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Materi ... 86

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Bahasa... 87

3.3 Kisi-Kisi SoalPretestdanPosttest 1 ... 87

3.4 Kisi-Kisi SoalPretestdanPosttest2 ... 88

3.5 Kisi-Kisi Instrumen Uji Kemenarikan ... 90

3.6 Nilai Rata-Rata Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya ... 95

3.7 Nilai Efisiensi Pembelajaran dan Klasifikasinya ... 96

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Model Proses Kontrol Pemrosesan Informasi ... 27

2.2 Pola Komunikasi dalam Belajar Kelompok yang Dikontrol oleh Anggota Kelompok ... 42

2.3 Pola Komunikasi dalam Belajar Kelompok Dikontrol oleh Guru ... 42

2.4 Diagram Kerangka Berpikir ... 72

3.1 Diagram Langkah-Langkah Pengembangan LKS IPA ... 76

3.2 Desain Eksperimen One-Group Pretest-Posttest Design ... 81

4.1 Cover LKS Perubahan Benda-Benda di Sekitar Kita ... 111

4.2 GrafikNilai Pretestdan Posttest... 116

4.3 Grafik Efektivitas Uji Perorangan ... 118

4.4 Grafik Efisiensi Uji Perorangan ...119

4.5 Grafik Kemenarikan Uji Perorangan ... 121

4.6 Grafik Nilai Pretestdan Posttest Uji Kelompok Kecil ... 122

4.7 Grafik Efektivitas Uji Kelompok Kecil ... 123

4.8 Grafik Efisiensi Uji Kelompok Kecil ... 124

4.9 Grafik Kemenarikan Uji Kelompok Kecil ... 125

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Observasi Sarana dan Prasarana ... 154

2. Lembar Observasi Hasil Uji BlokKelas VII... 156

3. Analisis Hasil Belajar Siswa Kelas VII TP 2012-2013 ... 157

4. Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 159

5. Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 161

6. LembarPenilaianBahanAjar ... 162

7. Format LKS SebelumDikembangkan ... 164

8. Draft ProdukAwalPengembangan LKS ... 165

9. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Media ... 167

10. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Materi ... 169

11. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Bahasa ... 171

12. Kisi-Kisi Instrumen Uji Kemenarikan ... 172

13. AngketUjiAhliMateri ... 174

14. AngketUjiAhli Media ... 175

15. AngketUjiAhliBahasa ... 178

16. AngketUjiAhliPembelajaran ... 180

17. Silabus ... 183

18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 187

19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... 196

20. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest 1 ... 205

21. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest 2 ... 207

22. Soal Pretest dan Posttest 1 ... 209

23. Soal Pretest dan Posttest 2 ... 210

24. Rubrikasi Penilaian Pretest dan Posttest 1 ... 212

25. Rubrikasi Penilaian Pretest dan Posttest 2 ... 216

(16)

28. Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran ... 221

29. Instrumen Evaluasi Formatif I (Uji Ahli Media1)... 232

30. Instrumen Evaluasi Formatif I (Uji Ahli Media2)... 239

31. Instrumen Evaluasi Formatif II (Uji Ahli Materi 1) ... 246

32. Instrumen Evaluasi Formatif II (Uji Ahli Materi 2) ... 251

33. Instrumen Evaluasi Formatif IV (Uji Ahli Pembelajaran 1) ... 256

34. Instrumen Evaluasi Formatif IV (Uji Ahli Pembelajaran 2) ... 262

35. Analisis Data UjiCobaPerorangan ... 268

36. Analisis Data UjiCobaKelompok Kecil ... 269

37. Analisis Data UjiLapangan ... 270

38. Rekapitulasi Nilai Pretest, Posttest, dan Uji Gain di SPB ... 271

39. Rekapitulasi Nilai Pretest, Posttest, dan Uji Gain di SMPN 1 ... 272

40. Rekapitulasi Nilai Pretest, Posttest, dan Uji Gain di SMPN 2 ... 273

41. RekapitulasiHasilUjiKemenarikan di SPB ... 274

42. RekapitulasiHasilUjiKemenarikan di SMPN 1 ... 275

43. RekapitulasiHasilUjiKemenarikan di SMPN 2 ... 276

44. Rekapitulasi Nilai Pretest, Posttest, dan Uji Lapangan di SPB ... 277

45. Rekapitulasi Nilai Pretest, Posttest, dan Uji Lapangan di SMPN 1 278 46. Rekapitulasi Nilai Pretest, Posttest, dan Uji Lapangan di SMPN 2 279 47. Rekapitulasi Hasil Uji Kemenarikan LKS di SPB ... 280

48. Rekapitulasi Hasil Uji Kemenarikan LKS di SMPN1 ... 281

49. Rekapitulasi Hasil Uji Kemenarikan LKS di SMPN2 ... 282

50. Surat Ijin Penelitian di SMP Pelita Bangsa ... 283

51. Surat Ijin Penelitian di SMPN 1 ... 284

52. Surat Ijin Penelitian di SMPN 2 ... 285

53. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 286

54. KartuKendaliBimbinganTesis ... 287

(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas ridho dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini.Tesis ini ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar magister pendidikan pada program studi pascasarjana Teknologi Pendidikan.

Tesis ini terselesaikan dengan bimbingan, dukungan, bantuan, dan doa dari orangtua, para sahabat, dan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus dan penuh hormat kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung. 2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Lampung.

3. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Dr. Herpratiwi, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pascasarjana Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini.

(18)

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 8. Drs. EkoSuyanto,M.Pd., Lisa Tania, S.Pd., M.Sc., Selvi Aprida

Hariyanti,S.Pd., M.Pkim., Vidia Arnuni, S.Pd., dan Yunita Eka Puspiani, S.Pd., selaku penguji ahli produk yang dikembangkan dalam tesis ini.

9. Kepala SMP PelitaBangsaBandar Lampung, Kepala SMP Negeri 1 Bandar Lampung, dan Kepala SMP Negeri 2 Bandar Lampung.

10. Rekan sejawat, staf, dan seluruh karyawan SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung.

11. Drs. Agus, M.Pd. dan Asep Sudrajat, S.Pd., selaku guru mitra dalam penelitian.

12. Siswa-siswi kelas VII SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, SMP Negeri 1 Bandar Lampung, dan SMP Negeri 2 Bandar Lampung.

13. Teman-teman pada Program Studi Pascasarjana Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung angkatan 2012.

14. Semua pihak yang telah mendukung, membantu,dan mendoakan.

Penulis mendoakan semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak di atas, dan semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, Februari 2014 Penulis,

(19)

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses pembelajaran banyak guru menggunakan media interaktif ketika menjelaskan materi pelajaran kepada siswa kelas VII. Namun kegiatan mengamati simulasi interaktif mata pelajaran IPA berupa slide power point dan video, tidak selalu menciptakan suasana belajar yang memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam belajar serta tidak memberikan ruang bagi kreativitas dan kemandirian siswa. Pada saat pembelajaran, terlihat bahwa siswa laki-laki senang bergurau dan kurang memperhatikan penjelasan guru, serta siswa perempuan mengobrol dengan teman di sebelahnya ataupun menulis dan mencoret-coret sesuatu pada kertas. Pemahaman siswa setelah materi diajarkan menggunakan power point dan video sebatas pada hafalan.

(20)

diberikan. Pada pertemuan selanjutnya, sebelum memulai pembelajaran guru memberikan pretest berkaitan dengan praktikum yang telah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap percobaan yang telah dilakukan. Setelah dianalisis, ternyata hasil pretest tidak sesuai dengan harapan dan tidak menunjukkan tercapainya tujuan pembelajaran. Masih terdapat banyak siswa yang tidak dapat mengerjakan soal pretest dengan baik, padahal pertanyaan yang terdapat dalam soal pretest adalah pertanyaan-pertanyaan yang kegiatannya telah dilakukan pada saat praktikum pada pertemuan sebelumnya.

Pada pelaksanaan praktikum IPA kelas VII di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, guru menggunakan worksheet dengan cara memfotokopi halaman-halaman yang akan dipraktikkan yang terdapat dalam buku panduan praktikum yang berasal dari kit praktikum. Selain itu, kadangkala guru hanya menggunakan lembar aktivitas atau kegiatan belajar yang berasal dari buku paket. Belum ada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang secara khusus dapat digunakan sebagai panduan praktikum. Buku panduan yang digunakan selama ini hanya memuat judul praktikum, tujuan praktikum, alat dan bahan, prosedur atau langkah-langkah praktikum, tabel pengamatan, beberapa pertanyaan, dan kesimpulan.

(21)

sekolah tersebut, diketahui bahwa belum ada LKS khusus yang digunakan sebagai panduan praktikum. LKS yang digunakan juga bersumber pada buku panduan praktikum yang terdapat dalam kit praktikum ataupun lembar kegiatan siswa yang terdapat dalam buku paket.

Pada pelaksanaan praktikum IPA di beberapa SMP lain di Bandar Lampung, diketahui pula bahwa belum ada panduan praktikum yang digunakan sebagai LKS. Sebagian guru memanfaatkan lembar kegiatan atau aktivitas praktikum yang terdapat dalam buku paket IPA atau buku panduan praktikum yang terdapat dalam kit praktikum IPA SMP.

Penyajian panduan praktikum yang digunakan selama ini, baik yang diambil dari buku panduan praktikum dari kit IPA ataupun lembar kegiatan yang terdapat dalam buku paket belum mampu membimbing siswa untuk melakukan praktikum berdasarkan langkah-langkah pada metode ilmiah, yaitu merumuskan masalah, menentukan hipotesis,mengolah data, menarik kesimpulan, serta mengomunikasikan hasil percobaan. LKS yang digunakan selama ini hanya mengarahkan pada penggunaan alat dan bahan serta prosedur percobaan saja, serta menuliskan hasil pengamatan pada tabel yang telah disediakan sehingga tujuan pembelajaran yang dicapai tidak maksimal. Selain itu, kendala lain yang ditemui saat menggunakan lembar aktivitas yang terdapat pada buku paket adalah adanya ketidaksesuaian panduan praktikum yang ada di buku paket dengan alat dan bahan yang tersedia di sekolah.

(22)

selama ini tidak membantu siswa untuk memahami materi pelajaran yang dipraktikkan. LKS yang digunakan membuat siswa sulit mengaitkan antara hasil percobaan dengan teori karena siswa tidak memiliki pemahaman awal tentang materi tersebut dan LKS yang digunakan tidak menyajikan kemampuan awal yang harus dimiliki siswa sebelum melakukan praktikum sehingga siswa tidak dapat membangun suatu konsep yang diperoleh dari praktikum dan mengaitkannya dengan teori. Hal ini menyebabkan teori dan praktikum terlihat sebagai dua hal yang terpisah. Selain itu, di akhir praktikum, penugasan yang diberikan kepada siswa umumnya diberikan dalam bentuk laporan, belum ada pertanyaan-pertanyaan terstruktur yang bersifat lebih spesifik yang dapat membangun pemahaman siswa terhadap materi praktikum.

(23)

Selain itu, berdasarkan hasil analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran IPA SMP kelas VII dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji blok siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70. Rata-rata nilai uji blok dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 1.1 Rata-rata uji blok semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013

No. Materi Pokok

Nilai Rata-Rata Uji Blok

Tahun Pelajaran 2012/2013 Rata-Rata Kelas VII A Kelas VII B

1 Besaran dan Satuan 69,77 68,16 68,97

2 Suhu 62,50 67,11 64,80

3 Pengukuran 69,77 68,15 68,97

4 Wujud Zat 62,50 67,11 64,80

5 Massa Jenis 56,83 65,22 61,02

6 Pemuaian Zat - - -

7 Kalor - - -

8 Gerak 67,61 69,83 68,72

Sumber: Hasil analisis uji blok siswa kelas VII SMP Pelita Bangsa

(24)

Kurikulum 2013, materi yang terdapat pada KD 3.2 pada KTSP terdapat pada KD. 3.5 dan KD 4.6.

Rendahnya hasil belajar siswa diduga disebabkan oleh pemahaman konsep siswa terhadap materi pada KD 3.2 tidak optimal. Penyajian LKS yang digunakan selama ini menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Selain hasil belajar yang cenderung rendah, keadaan tersebut juga menyebabkan pembelajaran yang dilakukan menjadi kurang efektif dan efisien karena setelah dilakukan praktikum, guru masih harus menjelaskan ulang materi tersebut.

Rendahnya hasil belajar siswa sebagai akibat dari pengetahuan dan pemahaman konsep siswa terhadap KD 3.2 yang disajikan melalui praktikum tidak dapat berkembang secara optimal. Keterbatasan penyajian bahan ajar yang selama ini digunakan sebagai LKS menjadi salah satu penyebab masalah tersebut.

(25)

Berdasarkan pemaparan di atas, maka diperlukan LKS berbasis pendekatan ilmiah yang dapat membimbing siswa untuk melakukan praktikum sesuai metode ilmiah dan menyajikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengkonstruksi pemahaman siswa tentang perubahan benda di sekitar kita sehingga siswa menjadi paham dan dapat mengingat materi dengan mudah.

LKS materi benda-benda di sekitar kita tidak saja menyajikan alat dan bahan serta prosedur percobaan, tetapi juga menyajikan pertanyaan-pertanyaan atau fenomena-fenomena dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkonstruksi pemahaman awal siswa dan sesuai dengan pendekatan ilmiah. Selain itu, LKS juga berisi pertanyaan-pertanyaan yang membimbing siswa dalam merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, danmenafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan sehingga siswa dapat memahami dan mengingat materi dengan baik. Pemahaman dan ingatan yang tinggi terhadap suatu materi dasar berdampak pada lebih mudahnya siswa untuk memahami dan mengingat materi-materi selanjutnya.

(26)

jangka waktu yang lebih lama sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

(27)

LKS yang dikembangkan menggunakan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berdasarkan masalah, dengan metode pembelajaran praktikum dan diskusi. Tahapan-tahapan model pembelajaran PBL adalah (1) guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai, meyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah; (2) guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang ada; (3) guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melakukan eksperimen untuk mendapatkan pemecahan masalah; (4) guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan; dan (5) guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen yang telah dilakukan. Hal ini sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatan scientific. Hal ini sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 yang dirancang untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kemendikbud, 2013: 82)

(28)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah pada penelitian pengembangan ini adalah

1. LKS IPA yang digunakan belum memenuhi kriteria.

2. Pada saat praktikum, masih sering digunakan panduan atau kegiatan/aktivitas praktikum yang terdapat dalam buku paket sebagai LKS IPA siswa.

3. Penyajian LKS yang biasa digunakan dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan mata pelajaran IPA secara maksimal.

4. Keterbatasan penyajian LKS yang biasa digunakan membuat siswa sulit mengaitkan antara teori dengan percobaan.

5. Belum ada LKS yang dapat membimbing siswa untuk bersikap ilmiah dan mengkonstruk pemahaman siswa terhadap materi perubahan benda di sekitar kita.

6. Alat dan bahan praktikum yang dimiliki sekolah terkadang tidak mendukung aktivitas/kegiatan praktikum yang terdapat dalam buku paket. 7. Siswa yang hasil belajarnya mencapai KKM pada KD 3.2 hanya 33,33%.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka batasan masalah pada penelitian pengembangan ini adalah

(29)

2. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan terstruktur yang bersifat konstruktivis di dalam LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita.

3. Hasil pengembangan LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita.

4. Uji efektivitas pada LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita.

5. Uji efisiensi pada LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita. 6. Uji kemenarikan LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah pada penelitian pengembangan ini adalah

1. Bagaimana kondisi dan potensi pengembangan LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita?

2. Bagaimana proses pengembangan LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita?

3. Apa hasil pengembangan LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita?

4. Bagaimana efektivitas penggunaan LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita?

(30)

6. Bagaimana kemenarikan LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian pengembangan ini adalah

1. Menganalisis potensi dan kondisi untuk pengembangan LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita.

2. Mendeskripsikan proses pengembangan LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita.

3. Menghasilkan LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita. 4. Menganalisis efektivitas penggunaan LKS IPA materi perubahan

benda-benda di sekitar kita.

5. Menganalisis efisiensi penggunaan LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita.

6. Menganalisis kemenarikan LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita.

1.6 Manfaat Penelitian

(31)

1.6.1 Secara Teoritis

1. Mengembangkan konsep, teori, prinsip, dan prosedur teknologi pendidikan, khususnya penyediaan LKS IPA yang termasuk dalam kawasan pengembangan desain teknologi cetak.

2. Menjadi sumbangan pengetahuan pada desain bahan ajar.

1.6.2 Secara Praktis

1. Produk hasil penelitian yang dikembangkan, yaitu LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita, dapat menjadi salah satu bahan ajar yang menarik dan bermanfaat dalam mengaitkan antara teori atau konsep dengan percobaan langsung yang dilakukan siswa sehingga hasil belajar meningkat dan pembelajaran menjadi semakin efektif dan efisien.

2. LKS IPA materi perubahan benda-benda di sekitar kita yang dikembangkan memuat pertanyaan-pertanyaan yang bersifat konstruktivis yang dapat menjadi salah satu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa selama melakukan praktikum.

(32)

4. Menjadi dasar pertimbangan bagi guru untuk merancang dan mengembangkan panduan praktikum yang digunakan sebagai LKS IPA pada materi-materi yang lain.

5. Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian pengembangan selanjutnya.

1.7 Spesifikasi Produk yang Dihasilkan

Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah 1.7.1 Produk Utama

Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini berupa LKS IPA Kelas VII SMP berbasis scientific approach materi perubahan benda-benda di sekitar kita dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Judul LKS: Panduan Praktikum IPA Materi Perubahan Benda-Benda di Sekitar Kita SMP Kelas VII Semester 1;

2. Berbentuk bahan ajar dengan ukuran kertas A4;

3. Bahan ajar yang dikembangkan ini mengacu pada tahapan pembelajaran kurikulum 2013;

4. Produk yang dikembangkan berupa LKS IPA Terpadu yang memiliki keterpaduan antara dua bidang kajian IPA dalam tema perubahan fisika dan kimia untuk Fisika dan tema pemisahan campuran untuk Kimia; 5. Materi mengacu pada KD 3.5 memahami karakteristik zat, serta

(33)

6. Bagian-bagian LKS terdiri dari: a) Cover

b) Daftar Isi c) KI dan KD d) Teori Dasar e) Percobaan f) Daftar Pustaka

1.7.2 Produk Pendukung

(34)

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan belajar yang dilakukan akan menghasilkan perubahan dalam dirinya, seperti yang dikelompokkan oleh Bloom dan kawan-kawan bahwa hasil belajar dikelompokkan ke dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Cronbach, Spears dan Geoch dalam Sardiman (2004: 20) menyatakan belajar sebagai berikut : “Learning is shown by a change in behavior as a result of

experience” (Cronbach). Belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan

tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman”. Spears mendefinisikan bahwa “Learning is to observe, to read, to initiate, to try something

themselves, to listen, to follow direction”. “Belajar adalah mengamati,

membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti

arahan”. Geoch menyatakan “Learning is a change in performance as a

result of practice”. “ Belajar merupakan suatu perubahan dalam unjuk kerja

sebagai hasil praktek”.

(35)

kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, mencoba dan sebagainya.

Pengertian belajar menurut Slameto (2003: 2) adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk mengubah tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Sardiman (2004: 21) mengemukakan bahwa belajar merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan jiwa raga, psikofisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, serta ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas seseorang dalam berbagai bidang.

Selanjutnya, Arsyad (2010: 1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.

(36)

kemampuan tersebut disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan serta proses kognitif yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang terbentuk oleh stimulasi lingkungan, melalui pengolahan informasi menjadi kemampuan baru.

Piaget memberikan dua macam pengertian belajar, yaitu (1) belajar dalam arti sempit dan (2) dalam arti luas. Ginsburg dan Opper (1998: 141) mendefinisikan belajar dalam arti sempit adalah belajar yang menekankan adanya penambahan perolehan informasi baru. Belajar dijelaskan sebagai suatu yang bersifat pasif atau hafalan. Sedangkan belajar dalam arti luas yang disebut juga perkembangan adalah belajar untuk memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan di berbagai situasi.

(37)

perubahan pemahaman, tingkah laku, pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan secara permanen melalui pengalaman. Berdasarkan pendapat tersebut, terlihat bahwa belajar melibatkan tiga komponen pokok, yaitu (1) adanya perubahan tingkah laku; (2) perubahan yang relatif permanen; (3) perubahan dihasilkan dari pengalaman.

Belajar merupakan bagian dari kehidupan manusia. Melalui proses belajar kita dapat meningkatkan kecakapan, pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, pemahaman, daya pikir dan penyesuaian diri yang nantinya dapat digunakan bagi kehidupan bermasyarakat. Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia dan sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Pengertian belajar yang dikaitkan dengan tingkah laku diartikan sebagai suatu perubahan sebagai akibat dari pengalaman yang dirasakan, dijiwai dan diaktualisasikan dengan pola tingkah laku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri tertentu.

Maksum (2000: 19), mengemukakan ciri-ciri perubahan tingkah laku sebagai berikut :

1. Perubahan bersifat intensional, dalam arti pengalaman yang diperoleh itu diperoleh dengan sengaja dan disadari, diperoleh bukan secara kebetulan. 2. Perubahan bersifat positif, dalam arti sesuai dengan yang diharapkan atau

kriteria keberhasilan baik dipandang dari segi peserta didik maupun dari segi pendidik.

(38)

seperti dalam pemecahan masalah, ujian, maupun dalam penyesuaian diri di kehidupan sehari-hari untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Anderson (2001: 35) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif menetap terjadi dalam tingkah laku potensial sebagai hasil dari pengalaman. Sardiman (2004: 21) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, siswa dikatakan belajar ketika terjadi perubahan yang mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif dalam dirinya sebagai hasil dari pengalaman belajarnya. Perubahan pada ketiga aspek tersebut dapat terjadi melalui pengalaman belajar yang diperoleh siswa dari praktikum, di mana siswa tidak hanya belajar tentang teori tetapi juga belajar secara langsung melalui suatu percobaan. Pengalaman belajar tesebut akan semakin bermakna jika dalam praktikum dilengkapi dengan LKS.

(39)

dapat termotivasi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran melalui serangkaian kegiatan percobaan, pengumpulan dan analisis data percobaan, perumusan masalah, penentuan hipotesis, sampai pada penarikan kesimpulan. Motivasi belajar juga akan semakin dimiliki siswa dengan digunakannya LKS yang memiliki daya tarik, selain penggunaan buku paket.

Ausubel (1968: 35) mengklasifikasikan belajar dalam dua dimensi sebagai berikut:

1. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan dikerjakan.

2. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat megaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Jika siswa dapat menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya maka belajar jadi bermakna. Tetapi jika siswa menghafalkan informasi guru itu, tanpa menghubungkan pada konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi hafalan.

(40)

melalui percobaan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan dikerjakan. Selanjutnya siswa dapat mengaitkan materi itu pada struktur kognitif (teori atau konsep) yang telah dimiliki sebelumnya lalu mengembangkannya sehingga diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam melalui serangkaian materi, kegiatan, dan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS.

Piaget dan Inhelder (1969: 164) menjelaskan tentang penerapan model belajar konstruktivis di mana siswa yang aktif menciptakan struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan belajar. Dengan bantuan struktur kognitif ini, siswa menyusun pengertian mengenai realitasnya. Siswa berpikir aktif serta mengambil tanggung jawab atas proses pembelajaran dirinya. Piaget juga menjelaskan bahwa pengetahuan diperoleh dari tindakan. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa aktif anak berinteraksi dengan lingkungannya.

(41)
[image:41.595.137.514.196.527.2]

Berkaitan dengan aliran konstruktivis, Woolfolk (2003: 342) memaparkan cara pandang belajar menurut Piaget dan Vygotsky, yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Cara Pandang Belajar Menurut Piaget dan Vygotsky Konstruktivitas

Psikologi/ Individu Sosial

Piaget Vygotsky

Belajar Membangun siswa aktif berdasarkan pengetahuan sebelumnya melalui

kesempatan-kesempatan dan proses untuk menghubungkan apa yang sudah diketahui.

Membangun pengetahuan kolaboratif berdasarkan lingkungan sosial dan nilai terbentuk melalui

kesempatan-kesempatan sosial.

Peran guru

Fasilitator, pembimbing, mendengarkan konsep, ide, dan pemikiran siswa.

Fasilitator, pembimbing, dan turut membantu membangun pengetahuan, mendengar konsep-konsep siswa yang dibangun secara sosial. Peran

teman

Tidak perlu tetapi dapat menstimulasi pemikiran dan menimbulkan

pertanyaan-pertanyaan.

Bagian penting dalam proses pembentukan pengetahuan.

Peran siswa

Membangun secara aktif (dengan otak), pemikir aktif, pemberi keterangan,

penerjemah, penanya.

Aktif membangun dengan diri sendiri dan orang lain, pemikir aktif, pemberi keterangan, penerjemah, penanya, partisipasi aktif sosial.

Sumber: Woolfolk (2003: 342)

(42)

berkelompok, setiap individu aktif mengolah, mencerna, dan memberi makna terhadap rangsangan dan pengalaman yang diperolehnya sehingga menjadi suatu pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki masing-masing individu tersebut kemudian dapat dikembangkan dan dibangun lagi bersama-sama dengan siswa lain dalam kelompoknya melalui serangkaian kegiatan dan pertanyaan yang disajikan dalam panduan praktikum LKS siswa.

Belajar akan diperkuat jika siswa diberikan penugasan. Melalui penugasan, pengetahuan yang telah dimiliki siswa dapat dikembangkan sehingga siswa akan semakin paham dan mengingat pengetahuan tersebut. Miarso dan Suyanto (2011: 3) mengemukakan bahwa belajar akan diperkuat jika siswa ditugaskan untuk (1) menjelaskan sesuatu dengan bahasa sendiri, (2) memberikan contoh mengenai sesuatu, (3) mengenali sesuatu dalam berbagai keadaan dan kesempatan, (4) melihat hubungan antara sesuatu dengan fakta atau informasi lain, (5) memanfaatkan sesuatu dalam berbagai kesempatan, (6) memperkirakan konsekuensinya, dan (7) menyatakan hal yang bertentangan.

(43)

Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Suparno (2004: 3) mengemukakan bahwa pembelajaran sebagai suatu proses transaksional akademis bertujuan bagaimana peserta didik mengerti dan paham tentang apa yang mereka pelajari. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berkaitan dengan dua definisi tersebut, pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses interaksi antara siswa, guru, dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru harus dikondisikan secara tepat dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar sehingga tercipta lingkungan belajar yang mendukung untuk membantu siswa mengerti dan memahami apa yang mereka pelajari. Praktikum yang dilengkapi dengan LKS sangat memungkinkan guru memfasilitasi siswa untuk mengerti dan memahami apa yang dipelajari. Adanya interaksi antara guru, siswa, dan sumber belajar yang beragam di laboratorium dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Sutikno (2007: 50) mengemukakan

Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan isi pembelajaran, menyampaikan isi pembelajaran, dan mengelola pembelajaran.

(44)

mampu mengidentifikasi kondisi pembelajaran, menentukan metode pembelajaran yang sesuai, dan mengevaluasi hasil pembelajaran dengan tepat. Kemampuan guru mengidentifikasi kondisi pembelajaran bergantung pada kemampuan guru mengelompokkan kondisi pembelajaran. Metode pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu (1) strategi pengelolaan kegiatan pembelajaran, (2) strategi pengorganisasian pelajaran, dan (3) strategi penyajian pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru dalam mengelola kegiatan belajar untuk menciptakan proses belajar yang terarah dan terkendali yang akan berdampak pada hasil belajar siswa. Proses pengelolaan kegiatan belajar terdiri dari proses pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan tentu disesuaikan dengan materi pelajaran. Dalam pembelajaran IPA, ada materi-materi yang perlu untuk disajikan dengan metode eksperimen atau praktikum. Penyajian pembelajaran melalui praktikum tentu harus dikelola dengan baik agar efektif dan efisien serta berdampak pada hasil belajar siswa yang baik juga. Salah satunya dengan menggunakan LKS dalam proses pembelajaran.

2.1.1 Teori Pembelajaran Pemrosesan Informasi Gagne

(45)

jangka waktu tertentu, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi).

Berdasarkan kondisi internal dan eksternal ini, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi, yaitu sebagai berikut :

1. Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai informasi.

2. Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.

3. Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.

Model proses kontrol pemrosesan informasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 2.1 Model proses kontrol pemrosesan informasi Informasi Sensory

receptor

Perception Working Short-term Memory

Long-term Memory

(46)

a. Short-Term Sensory Store

Sistem ini berfungsi untuk menyimpan sejumlah besar informasi yang diterima dalam waktu yang singkat. Kompartemen dari sistem ini memerima tanpa mencatatnya, dan dalam waktu yang singkat akan hilang karena penembahan informasi baru. Hal ini dapat kita analogikan sebuah setrika yang sudah agak panas yang kemudian panasnya

berkurang dan sama sekali “hilang”. Sistem tersebut akan diterpa oleh

berbagai bentuk, seperti stimulus-penglihatan, perabaan, pendengaran, kinestetik, dan seterusnya. Terdapat kemungkinan, berbagai rangsang sensoris yang berasal dari luar itu diterima secara simultan dan masing masing rangsang tersimpan dalam waktu yang singkat.

b. Short-Term Memory

(47)

informasi, bagi yang berasal dari Short-Term Sensory Store (STSS) maupun yang berasal dari Long-term Memory (LTM).

c. Long-term Memory

Kompartemen memori jangka pendek jangka panjang adalah jumlah waktu dari informasi yang dapat disimpan selain kemempuan menyimpan informasi. Bedasarkan teori kotak memori dapat dijelaskan bahwa aktifitas memproses informasi disalurkan dari penyimpanan jangka pendek ke penyimpanan jangka panjang, dimana informasi akan tersimpan secara permanen supaya tidak hilang (Budiningsih, 2005: 82)

2.1.2 Teori Belajar Konstruktivis

Teori belajar konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang sudah dipelajari. Siswa menemukan sendiri dan mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Filsafat konstruktivisme menjadi landasan strategi pembelajaran yang dikenal dengan student-centered learning. Pembelajaran ini mengutamakan keaktifan siswa sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan memberi arahan (scaffholding).

(48)

gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna, 3) mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

Pembelajaran dengan menggunakan LKS yang berbasis scientific, memungkinkan siswa lebih aktif dalam menggali informasi, memecahkan masalah dan menarik kesimpulan dari yang mereka pelajari. LKS dalam fungsinya sebagai pendampingan belajar menjadi pijakan bagi siswa untuk mengeksplorasi dan mengelaborasi informasi-informasi yang sedang dipelajari.

2.1.3 Teori Belajar Behaviorisme

(49)

sering suatu tingkah laku diulang, dilatih, dan digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat; dan (3) hukum akibat (law of effect) yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika tidak memuaskan.

Dalam pembelajaran IPA, stimulus muncul dengan tersedianya alat dan bahan praktikum sehingga siswa dapat merespon dengan cara melakukan percobaan yang difasilitasi dengan umpan balik. Adanya kegiatan belajar yang menarik dapat menimbulican motivasi siswa sehingga aspek kesiapan belajar juga akan muncul.

Beberapa prinsip belajar menurut Skinner, yaitu: 1) belajar harus segera diberitahukan pada siswa dan diberi penguatan, 2) proses ajar harus mengikuti irama dari yang belajar, 3) materi belajar digunakan sistem modul, 3) pembelajaran lebih mementingkan aktivitas mandiri. Prinsip-prinsip ini sesuai dengan menggunakan panduan praktikum berbentuk LKS yang dapat memfasilitasi perbedaan pebelajar, adanya respon benar-salah, adanya penskoran dan unsur belajar mandiri.

2.2 Prinsip Belajar Mandiri

(50)

menyelidik, yaitu berupa pengarahan dan pengontrolan diri dalam memperoleh dan menggunakan pengetahuan.

Pendidikan dengan sistem belajar mandiri menurut Institut for Distance Education of Maryland University dalam Chaeruman (2008: 33) merupakan strategi pembelajaran yang memiliki karakteristik tertentu yaitu :

1. Membebaskan pembelajar untuk tidak harus berada pada satu tempat dalam satu waktu.

2. Disediakan berbagai bahan termasuk panduan belajar dan silabus rinci serta akses ke semua penyelenggara pendidikan yang memberi layanan, bimbingan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pembelajar, dan mengevaluasi karya-karya pembelajar.

3. Komunikasi di antara pembelajar dengan instruktur atau tutor dicapai melalui suatu kombinasi dari beberapa teknologi komunikasi seperti telepon, voice-mail, konferensi melalui komputer, surat elektronik ataupun surat menyurat secara reguler.

Miarso (2007: 267) menyatakan paling sedikit ada dua hal yang dapat melaksanakan belajar mandiri yaitu, 1) digunakannya program belajar yang mengandung petunjuk untuk belajar sendiri oleh peserta didik dengan bantuan pendidik yang minimal, dan 2) melibatkan peserta didik dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.

(51)

diri peserta didik dan minimalisasi keterlibatan pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran dengan metode praktikum yang dilengkapi dengan LKS sebagai panduannya merupakan salah satu contoh belajar mandiri. Melalui praktikum siswa dapat belajar secara mandiri untuk memperoleh pengetahuan melalui serangkaian percobaan yang dilakukan dan dari materi serta pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Guru hanya sebagai fasilitator yang membimbing siswa menginternalisasi pengetahuan, sikap, dan keterampilannya.

2.3 Karakteristik Pembelajaran IPA di dalam Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.

(52)

bermakna, dan aktif (Kemendiknas, 2013: 169). Holistik berarti menyeluruh, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Bermakna berarti memiliki keterkaian antara konsep menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkannya untuk memecahkan masalah nyata di dalam kehidupannya. Sedangkan aktif mengindikasikan bahwa pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan discovery-inquiry di mana peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Menurut Anwar (2009: 1), hakikat IPA atau sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam. Selanjutnya, dijelaskan bahwa hakikat IPA sebagai proses, merupakan suatu proses yang diperoleh melalui metode ilmiah. Hal ini senada dengan apa yang diterapkan dalam kurikulum 2013 bahwa pendekatan pembelajaran IPA harus menggunakan pendekatan scientific. IPA tidak hanya kumpulan-kumpulan pengetahuan tentang alam tetapi juga menekankan pada cara kerja dan cara berpikir. Misalnya dalam melakukan penelitian, memahami IPA lebih dari hanya mengetahui fakta-fakta tetapi juga memahami, mengumpulkan, dan menghubungkan fakta-fakta untuk menginterpretasikannya.

(53)

ilmiah, serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.

Mata pelajaran IPA di SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam,

konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya

(54)

1. Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan 2. Materi dan Sifatnya

3. Energi dan Perubahannya 4. Bumi dan Alam Semesta

[image:54.595.131.516.449.751.2]

Pembelajaran IPA di SMP ada kurikulum tahun 2013 terdapat beberapa perubahan, diantaranya adalah konsep pembelajaran yang dikembangkan sebagai mata pelajaran IPA terpadu, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Konsep keterpaduan ini ditunjukkan dalam KI dan KD pembelajaran IPA yakni di dalam satu KD sudah memadukan konsep-konsep IPA di bidang ilmu biologi, fisika, dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA). Bahan kajian untuk mata pelajaran IPA kelas VII dalam kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar IPA

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta

mewujudkannya dalam

pengalaman ajaran agama yang dianutnya

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, perduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari 2.2 Menghargai kerja individu dan

(55)

percobaan

2.3 Menunjukkan perilaku

bijaksana dan bertanggungjawa dalam aktivitas sehari-hari 2.4 Menunjukkan penghargaan

kepada orang lain dalam aktivitas sehari-hari 3. Memahami pengetahuan (faktual,

konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

3.1 Memahami konsep pengukuran berbagai besaran yang ada pada diri, makhluk hidup, dan

lingkungan fisik sekitar sebagai bagian dari observasi, serta pentingnya perumusan satuan terstandar (baku) dalam pengukuran

3.2 Mengidentifikasi ciri hidup dan tak hidup dari benda-benda dan makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitar

3.3 Memahami prosedur pengklasifikasian makhluk hidup dan benda-benda tak hidup sebagai bagian kerja ilmiah, serta mengklasifikasikan berbagai makhluk hidup dan benda-benda tak hidup berdasarkan ciri yang diamati 3.4 Mendeskripiskan keragaman

pada sistem organisasi

kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme, serta

komposisi utama penyusun sel 3.5 Memahami karakteristik zat,

serta perubahan fisika dan kimia pada zat yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari

3.6 Mengenal konsep energi, berbagai sumber energi, energi dari makanan, transformasi energi, respirasi, sistem pencernaan makanan, dan fotosintesis

(56)

hewan

3.8 Mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya

3.9 Mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup

3.10Mendeskripsikan tentang penyebab terjadinya pemanasan global dan dampaknya bagi ekosistem

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret

(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

4.1 Menyajikan hasil pengukuran terhadap besaran-besaran pada diri, makhluk hidup, dan lingkungan fisik dengan menggunakan satuan tak baku dan satuan baku

4.2 Menyajikan hasil analisis data observasi terhadap benda (makhluk) hidup dan tak hidup 4.3 Mengumpulkan data dan

melakukan klasifikasi terhadap benda-benda, tumbuhan, dan hewan yang ada di lingkungan sekitar

4.4 Melakukan pengamatan dengan bantuan alat untuk menyelidiki struktur tumbuhan dan hewan 4.5 Membuat dan menyajikan

poster tentang sel dan bagian-bagiannya

4.6 Melakukan pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan kimia

4.7 Melakukan penyelidikan untuk menentukan sifat larutan yang ada di lingkungan sekitar menggunakan indikator buatan maupun alami

4.8 Melakukan pengamatan atau percobaan sederhana untuk menyelidiki proses fotosintesis pada tumbuhan hijau

4.9 Melakukan pengamatan atau percobaan untuk menyelidiki respirasi pada hewan

(57)

perubahannya serta pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan wujud benda 4.11Melakukan penyelidikan

terhadap karakteristik perambatan kalor secara

konduksi, konveksi, dan radiasi 4.12Menyajikan hasil observasi

terhadap interaksi makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya

4.13Menyajikan data dan informasi tentang pemanasan global dan memberikan usulan

penanggulangan masalah

Pembelajaran IPA berorientasi pada kemampuan aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap perduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, autentik, dan aktif (Kemendikbud, 2013: 172).

(58)

sehingga siswa memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata, dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu. Salah satu bentuk perwujudan pembelajaran yang menekankan pada aspek kognitif dan psikomotor adalah pembelajaran melalui praktikum. Dengan praktikum siswa memiliki kemampuan untuk memupuk sikap ilmiah dan mengembangkan pengalaman belajar melalui serangakain percobaan sehingga siswa juga memiliki kemampuan dari aspek psikomotor.

Selanjutnya, jika praktikum dilengkapi dengan LKS sebagai panduannya maka tentu saja siswa dapat lebih meningkat kemampuan dalam aspek kognitifnya. Siswa akan mampu mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis dengan menggunakan konsep dan prinsip IPA untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam praktikum untuk kemudian menjelaskannya. Di samping aspek kognitif dan psikomotor, dalam pembelajaran IPA juga sangat memperhatikan aspek afektif yang harus dimiliki siswa sebagai salah satu perwujudan pendidikan berkarakter bangsa.

2.4 Teori Komunikasi dalam Pembelajaran

(59)

teori komunikasi Berlo yang mengembangkan wawasan proses pembelajaran pada kelas sebagai suatu komunikasi, pendidik/guru merupakan pengirim pesan materi/pembelajaran (sender). Pada proses pengiriman dibutuhkan suatu bentuk berupa saluran (potensi pendidik/guru, media, indera penerima/peserta didik), diteruskan dengan proses peneriman pesan/materi pembelajaran oleh peserta didik sebagai penerima pesan (receiver).

Nasution (2008: 194) menjelaskan bahwa, dalam situasi belajar komunikasi diperlukan untuk (1) membangkitkan dan memelihara perhatian murid, (2) memberitahukan dan memperlihatkan hasil belajar yang diharapkan, (3) menyajikan stimulus untuk mempelajari suatu konsep, prinsip dan masalah, (4) merangsang murid untuk mengingat kembali hal-hal yang bertalian dengan topik tertentu, (5) memberi bimbingan kepada murid dalam belajar, dan (6) menilai hasil belajar murid.

(60)

Derek Rowntree dalam Daryanto menyebutkan ada dua pola komunikasi yang umum diterapkan dalam belajar kelompok yaitu pola yang dikontrol oleh guru dan pola yang dikontrol oleh anggota kelompok. Adapun gambaran pola-pola tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.

Sumber: Derek Rowntree dalam Daryanto (2009: 96)

Lebih lanjut, Daryanto (2009: 97) menjelaskan bahwa Gambar 2.2 dapat disebutkan sebagai pola multi komunikasi karena komunikasi dapat dilakukan dari dan berbagai arah. Pengendalian diri dan kontrol dilakukan oleh anggota masing-masing dengan cara menahan diri dan memberi kesempatan kepada orang lain, sedangkan Gambar 2.3 menunjukkan bahwa gurulah yang mengontrol kegiatan diskusi siswa. Pola dasarnya adalah serangkaian dialog antara guru dengan setiap individu dengan cara seperti ini maka interaksi antara siswa dan siswa relatif kecil dibandingkan dengan pola Gambar 2.2.

Berdasarkan pola interaksi tersebut, praktikum yang dilengkapi dengan LKS sebagai panduannya termasuk ke dalam pola komunikasi pada Gambar 2.2, di

Keterangan: G = guru S = siswa

[image:60.595.137.510.204.396.2]

= arah komunikasi

Gambar 2.3 Pola komunikasi dalam

belajar kelompok yang dikontrol oleh guru

G

S S

S S

S

(61)

mana terjalin komunikasi dalam berbagai arah. Ketika siswa melakukan percobaan dan mengisi LKS, tentunya terjadi komunikasi antara guru dan siswa, serta siswa dan siswa dalam anggota kelompok praktikum. Komunikasi antara siswa dengan siswa akan lebih besar ketika mereka mengisi LKS berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan komunikasi antara guru dengan siswa karena guru dalam hal ini bertindak sebagai fasilitator.

2.5 Desain Sistem Pembelajaran

Seels dan Richey dalam Pribadi (2009: 54) mengemukakan bahwa teknologi pendidikan memiliki lima domain atau bidang garapan, yaitu (1) desain, (2) pengembangan, (3) pemanfaatan, (4) pengelolaan, dan (5) evaluasi. Bidang garapan desain meliputi beberapa bidang kerja yaitu desain pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran, dan karakteristik siswa. Hal ini memperlihatkan bahwa desain merupakan salah satu domain atau bidang garapan yang penting dalam teknologi pendidikan. Selanjutnya, Pribadi (2009: 54) mengemukakan bahwa upaya untuk mendesain proses pembelajaran agar menjadi sebuah kegiatan yang efektif, efisien, dan menarik disebut dengan istilah desain sistem pembelajaran atau Instructional System Design (ISD).

(62)

Lebih lanjut Pribadi (2009: 56) menjelaskan bahwa pada umumnya desain sistem pembelajaran berisi lima langkah yang penting, yaitu (1) analisis lingkungan dan kebutuhan belajar siswa, (2) merancang spesifikasi proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan belajar siswa, (3) mengembangkan bahan-bahan untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran, (4) implementasi desain sistem pembelajaran, dan (5) implementasi evaluasi formatif dan sumatif terhadap program pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa desain sistem pembelajaran berisi langkah-lagkah yang sistematis dan terarah untuk menciptakan proses belajar yang efektif, efisien, dan menarik. Lazimnya, desain sistem pembelajaran dimulai dari kegiatan analisis yang digunakan untuk menggambarkan masalah pembelajaran yang akan dicari solusinya. Setelah masalah pembelajaran diketahui, langkah selanjutnya adalah menentukan solusi yang akan digunakan untuk mengatasi tersebut. Hasil dari proses desain sistem pembelajaran berisi rancangan sistematik dan menyeluruh dari sebuah aktivitas atau proses pembelajaran yang diaplikasikan untuk mengatasi masalah pembelajaran.

Terdapat beberapa pendapat ahli yang menjelaskan langkah-langkah dalam mendesain sistem pembelajaran. Dick and Carey (2001: 6) mengemukakan

(63)

of instruction, (9) revise instruction, (10) design and conduct summative evaluation.

Sepuluh komponen yang dikemukakan oleh Dick and Carey dalam mendesain atau merancang model sistem pembelajaran, dapat dijabarkan sebagai berikut

1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran

Tahap ini merupakan tahap mengidentifikasi kebutuhan dan pengalaman-pengalaman tentang kesulitan belajar yang dihadapi siswa yang dijadikan dasar untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran.

2. Melakukan analisis pembelajaran

Tahap ini merupakan tahap menentukan langkah-langkah yang akan digunakan untuk menentukan keterampilan-keterampilan dan pengetahuan yang relevan dan diperlukan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Menganalisis karakteristik siswa dan materi pembelajaran

(64)

4. Merumuskan tujuan performansi

Tahap ini merupakan tahap merumuskan tujuan pembelajaran khusus yang perlu dikuasai siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bersifat umum.

5. Mengembangkan instrumen penilaian

Tahapan ini merupakan tahap pengembangan instrumen penilaian yang didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan. Instrumen penilaian yang dikembangkan harus dapat mengukur performa siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

6. Mengembangkan strategi pembelajaran

Tahapan ini merupakan tahap yang berkaitan dengan pengembangan strategi pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tahap ini adalah urutan kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan waktu.

7. Mengembangkan dan memilih bahan ajar

Tahapan ini merupakan tahap yang bertujuan untuk menerapkan strategi pembelajaran ke dalam bahan ajar yang akan digunakan.

8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif

(65)

digunakan, yaitu evaluasi perorangan, evaluasi kelompok, dan evaluasi lapangan.

9. Merevisi sistem pembelajaran

Tahap revisi pada semua aspek sistem pembelajaran berdasarkan data yang diperoleh dari evaluasi formatif dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas sistem pembelajaran.

10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif

Tahap akhir setelah evalusi formatif dan revisi yang dilakukan pada sistem pembelajaran.

Suparman (2001: 11) juga mengemukakan pendapat yang hampir sama dengan Dick and Carey dalam mendesain dan mengembangkan sistem pembelajaran, namun Suparman mengelompokkan langkah-langkahnya menjadi tiga tahap, yaitu (1) tahap mengidentifikasi meliputi mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan menulis tujuan pembelajaran umum, melakukan analisis instruksional, dan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal; (2) tahap mengembangkan meliputi menulis tujuan pembelajaran khusus, menulis tes acuan patokan, menyusun strategi pembelajaran, dan mengembangkan bahan ajar; dan (3) tahap mengevaluasi.

(66)

Ada enam tahap dalam pengembangan model ASSURE, yaitu 1. Analyze learner (menganalisis pembelajar)

Tahap ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik siswa yang disesuaikan dengan hasil belajar. Hal yang penting dalam menganalisis karakteristik siswa meliputi karakteristik umum dari siswa, kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa (pengetahuan, kemampuan dan sikap), dan gaya belajar siswa.

2. State objectives (menyatakan standar dan tujuan)

Tahap ini adalah menyatakan standar dan tujuan pembelajaran yang spesifik mungkin. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari kurikulum atau silabus, keterangan dari buku teks, atau dirumuskan sendiri oleh perancang pembelajaran.

3. Select instructional methods, media and materials (memilih strategi, teknologi, media dan materi)

Tahap ini adalah memilih metode, media dan bahan ajar yang akan digunakan. Dalam memilih metode, media dan bahan ajar yang akan digunakan, terdapat beberapa pilihan, yaitu memilih media dan bahan ajar yang telah ada, memodifikasi bahan ajar, atau membuat bahan ajar baru.

4. Utilize media and materials (menggunakan media dan material)

(67)

media dan bahan ajar; prepare (menyiapkan) lingkungan; prepare (menyiapkan) para pemelajar; dan provide (memberikan) pengalaman belajar.

5. Require learner participation (mengharuskan pastisipasi pembelajar) Keterlibatan siswa secara aktif menunjukkan apakah media yang digunakan efektif atau tidak. Pembelajaran harus didesain agar membuat aktivitas yang memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan atau kemampuan baru dan menerima umpan balik mengenai kesesuaian usaha mereka sebelum dan sesudah pembelajaran.

6. Evaluate and revise (mengevaluasi dan merevisi)

Tahap evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas pembelajaran dan juga hasil belajar siswa. Proses evaluasi dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang kualitas sebuah pembelajaran.

Menyampaikan pembelajaran sesuai dengan konsep teknologi pendidikan dan pembelajaran pada hakekatnya merupakan kegiatan menyampaikan pesan kepada siswa. Agar pesan tersebut efektif, perlu diperhatikan prinsip desain pesan pembelajaran. Prawiradilaga dan Siregar (2008: 18) mengemukakan prinsip desain pesan pembelajaran meliputi prinsip (1) kesiapan dan motivasi, (2) penggunaan alat pemusat perhatian, (3) partisipasi aktif siswa, (4) perulangan, dan (5) umpan balik.

(68)

1. Prinsip kesiapan dan motivasi

Prinsip ini menjelaskan jika dalam menyampaikan pesan pembelajaran siswa siap (siap pengetahuan prasayarat, siap mental, siap fisik) dan memiliki motivasi tinggi maka hasil belajar akan tinggi juga. Namun, jika siswa belum siap maka perlu dilakukan pembekalan dan jika siswa belum termotivasi maka perlu dimotivasi dengan menunjukkan pentingnya materi yang akan dipelajari, manfaat dan relevansi untuk kegiatan belajar yang akan datang dan untuk bekerja di masyarakat, serta dapat juga melalui pemberian hadiah dan hukuman.

2. Prinsip penggunaan alat pemusat perhatian

Prinsip ini menjelaskan bahwa perhatian yaitu terpusatnya mental terhadap suatu obj

Gambar

Tabel 1.1 Rata-rata uji blok semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013
Tabel 2.1 Cara Pandang Belajar Menurut Piaget dan Vygotsky
Tabel 2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar IPA
Gambar 2.3 Pola komunikasi dalam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan KULIAH KERJA NYATA (KKN) merupakan agenda rutin dalam bidang pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Alauddin Makassar di

[r]

dan kebutuhannya, (2) perbedaan itu normal adanya, (3) sekolah perlu mengakomodasi semua anak, (4) anak penyandang ketunaan seyogyanya bersekolah di lingkungan sekitar

[r]

Oleh sebab itu skripsi ini diberi judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Perusahaan Pengangkutan Darat Dengan Perusahaan Pabrik Kelapa Sawit (Study Pengangkutan CPO

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. naratif model Miles and Huberman yang meliputi data reduction, data

X (Perusahaan Pengangkutan Darat di Bagan Batu) untuk mempertanyakan bagaimana bentuk perjanjian kerjasama antara perusahaan pengangkutan darat dengan pabrik kelapa sawit di

Keterampilan sosial siswa SD memiliki kemampuan yang baik dan seimbang dari semua indikator sedangkan keterampilan sosial siswa SSB memiliki kemampuan yang baik, tetapi