• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Perilaku Pembelian Kompulsif Dengan Kontrol Diri Sebagai Pemoderasi (Studi Pada Konsumen Pakaian Di Simpur Center Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Perilaku Pembelian Kompulsif Dengan Kontrol Diri Sebagai Pemoderasi (Studi Pada Konsumen Pakaian Di Simpur Center Bandar Lampung)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

The Influence of Lifestyle Towards Compulsive Buying Behavior With Self Control as Moderation

(Study On Consumer Fashion In Simpur Center Bandar Lampung)

In addition, the development of world fashion style in this decade growing rapidly, thus exist be seem to be a must for some people because it is considered having modern lifestyle. This lifestyle will influence someone to be compulsive buying behior, and however a part of compulsive lifestyle is that since lower self control so that dominanly could not control necessity to buy a new product. The purpose of this research is to know about the influence of lifestyle towards compulsive buying behavior with self control as moderation on Simpur Center fashion consumers in Bandar Lampung. The type of research that is used in explanatory research with the sample research is 100 people. Analysis data use linier regresion test with moderating variable by SPSS 16.0 program.

By that result data analysis known that lifestyle has influence significantly to compulsive buying, and the lifestyle has influence significantly to compulsive buying behavior with self control as moderation, but it has negative relationship.

(2)

ABSTRAK

Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Perilaku Pembelian Kompulsif Dengan Kontrol Diri Sebagai Pemoderasi

(Studi Pada Konsumen Pakaian Di Simpur Center Bandar Lampung)

Perkembangan dunia mode pakaian beberapa dekade ini mengalami peningkatan yang sangat pesat, apalagi tampil modis sepertinya sudah menjadi sebuah keharusan bagi sebagian orang karena dianggap memiliki gaya hidup moderen. Gaya hidup ini akan mempengaruhi seseorang berperilaku kompulsif, dan salah satu bagian dari pola hidup yang kompulsif adalah karena rendahnya kontrol diri sehingga ia cenderung tidak mampu mengendalikan perhatiannya untuk membeli produk baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap perilaku pembelian kompulsif dengan kontrol diri sebagai pemoderasi pada konsumen pakaian di Simpur Center Bandar Lampung. Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanatif dengan jumlah sampel berjumlah 100 orang. Teknik analisis data menggunakan uji regresi linier dengan variabel moderator dengan bantuan SPSS 16.0.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya hidup berpengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian kompulsif, dan terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya hidup dengan perilaku pembelian kompulsif yang dimoderasi oleh kontrol diri, namun arah koefisien regresi negatif.

(3)

PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN KOMPULSIF DENGAN KONTROL DIRI

SEBAGAI PEMODERASI

(Studi Pada Konsumen Pakaian Di Simpur Center Bandar Lampung)

Oleh

EKA RENNY NOVIATI WAHYUNI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER SAINS (M.Si)

pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)

PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN KOMPULSIF DENGAN KONTROL DIRI SEBAGAI PEMODERASI (Studi Pada Konsumen Pakaian Di Simpur Center Bandar Lampung)

( Tesis )

Oleh

Eka Renny Noviati Wahyuni

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Model Perilaku Konsumen ... 11

2. Kerangka Teori Perilaku Pembelian Kompulsif ... 28

3. Bagan Kerangka Pemikiran ... 41

4. Hasil Uji Normalitas ... 86

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Perilaku Konsumen ... 10

2.1.1 Definisi Perilaku Konsumen ... 10

2.1.2 Model Perilaku Konsumen ... 10

2.2 Perilaku Pembelian Kompulsif ...12

2.2.1 Definisi Pembelian Kompulsif ... 12

2.2.2 Hal-hal Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Kompulsif ... 18

2.2.3 Tingkatan Pembelian Kompulsif ... 19

2.2.4 Aspek Perilaku Pembelian Kompulsif ... 19

2.2.5 Konsekuensi Perilaku Pembelian Kompulsif ... 26

2.2.6 Kerangka Teori Perilaku Pembelian Kompulsif ... 28

2.3 Gaya Hidup ... 29

2.3.1 Definisi Gaya Hidup ... 29

(7)

2.3.3 Metode AIO (Activities, Interest, Opinions) ... 32

2.4 Kontrol Diri ... 34

2.4.1 Definisi Kontrol Diri ... 34

2.4.2 Aspek Kontrol Diri ... 35

2.4.3 Tipe Kontrol Diri ... 38

2.5 Pengembangan Hipotesis ... 38

2.6 Penelitian Terdahulu ... 40

2.7 Kerangka Pemikiran ... 41

2.8 Hipotesis ... 42

III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian ... 43

3.2 Definisi Konseptual ... 43

3.3 Definisi Operasional ... 44

3.4 Populasi dan Sampel ... 46

3.5 Teknik Sampling ... 46

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 47

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.8 Transformasi Data Ordinal Ke Interval Dengan MSI(Method Successive Interval)... 47

3.9 Teknik pengujian Instrumen ... 49

3.9.1 Validitas ... 49

3.9.2 Reliabilitas ... 51

3.10 Teknik Analisis Data ... 52

3.10.1 Statistik Deskriptif ... 52

3.10.2 Analisis Regresi Dengan Variabel Moderator ... 53

(8)

IV. PEMBAHASAN

4.1 Serah Singkat Simpur Center Bandar Lampung ... 58

4.2 Hasil Analisis Data ... 59

4.2.1 Hasil Analisis Deskriptif ... 59

4.3 Karakteristik Responden ... 59

4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 61

4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 62

4.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ... 63

4.3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Kunjungan ... 64

4.3.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Pembelian Kompulsif ... 64

4.4 Deskripsi Jawaban Responden ... 65

4.4.1 Analisis Jawaban Responden Per Variabel ... 65

4.4.2 Analisis Jawaban Responden ... 66

4.5 Analisis Inferensial ... 86

4.6 Uji Hipotesis ... 89

4.7 Pembahasan ... 91

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 97

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Dimensi Gaya Hidup ... 30

2. Tabel Penelitian Terdahulu ... 40

3. Definisi Operasional Variabel ... 44

4. Hasil Uji Validitas Awal ... 50

5. Hasil Uji Validitas Akhir ... 50

6. Hasil Uji Reliabilitas ... 52

7. Kriteria Nilai R2... 55

8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

9. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 61

10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 62

11. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ... 63

12. Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Kunjungan ... 64

13. Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Pembelian Kompulsif 64 14. Penilaian Responden Mengenai Seringnya Menghabiskan Waktu Untuk Berkunjung Ke Simpur Center ... 66

15. Penilaian Responden Mengenai Selalu Mengikuti Tren Mode Pakaian Masa Kini ... 67

16. Penilaian Responden Mengenai Selalu Ingin Menjadi Pusat Perhatian Orang Lain ... 68

17. Penilaian Responden Mengenai Selalu Menjaga Penampilan Agar Tetap Modis ... 69

18. Penilaian Responden Mengenai Berbelanja Dapat Meningkatkan Prestise ... 69

(10)

Terencana ... 72

21. Penilaian Responden Mengenai Kesukaan Berbelanja Pakaian Meskipun Tidak Terlalu Dibutuhkan ... 73

22. Penilaian Responden Mengenai Kesukaan Menghabiskan Uang Untuk Berbelanja Pakaian ... 74

23. Penilaian Responden Mengenai Adanya Dorongan Dalam Diri Untuk Membeli Pakaian Tanpa Perencanaan ... 75

24. Penilaian Responden Mengenai Tidak Tahan Untuk Membeli Pakaian yang Disukai Saat Pertama Kali Melihatnya ... 76

25. Penilaian Responden Mengenai Adanya Kesenangan Ketika Berbelanja 77 26. Penilaian Responden Mengenai Seringnya Merasa Gelisah Ketika Tidak Berbelanja ... 78

27. Penilaian Responden Mengenai Berbelanja Adalah Obat Penghilang Stress ... 79

28. Penilaian Responden Mengenai Menahan Diri Dari Segala Macam Kegiatan Berbelanja ... 80

29. Penilaian Responden Mengenai Menabungkan Uang ... 81

30. Penilaian Responden Mengenai Menunda Pembelian Yang Tidak Terlalu Dibutuhkan ... 82

31. Penilaian Responden Mengenai Mengutamakan Pembelian Yang Dibutuhkan ... 83

32. Penilaian Responden Mengenai Membuat Daftar Belanja ... 84

33. Penilaian Responden Mengenai Memperketat Anggaran Belanja ... 85

34. Uji Determinasi (Uji R2) ... 89

35. Hasil Uji T ... 90

(11)
(12)
(13)

KU PERSEMBAHKAN KARYA KECILKU INI KEPADA :

Ayah dan Ibuku Tercinta,

Terima kasih atas bimbingannya, atas doa dan kasih sayangnya.

Adikku Tersayang,

Muhammad Nur Aziz

Jadilah anak yang membanggakan orang tua

(14)
(15)

R I W A Y A T

H I D U P

Penulis lahir di Nganjuk, pada tanggal 07 Oktober 1990

sebagai anak pertama dari 2 bersaudara pasangan Bapak

Mujiono dan Ibu Patimah.

Penulis mulai mengenyam pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak

Tamansiswa Teluk Betung, dan Sekolah Dasar Tamansiswa Teluk Betung.

Kemudian penulis melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Pertama

Muhammadiyah 3 Bandar Lampung, dan Sekolah Menengah Atas YP UNILA

yang diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis terdaftar

menjadi salah satu Mahasiswi S1 Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Penerimaan

Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) yang ditamatkan pada tahun 2012.

Selama kuliah S1 di jurusan tersebut, penulis aktif mengikuti kegiatan

organisasi HMJ Administrasi Bisnis dan UKM Koperasi Mahasiswa.

Tak selang beberapa lama kemudian, penulis melanjutkan studi S2 di jurusan

Magister Ilmu Administrasi Universitas Lampung pada tahun 2013, dengan

(16)

S A N W A C A N A

✁ ✂ ✄☎m✁ ✆✁ ✁ ✄✂ ✂✆u r✝✞ ✞ ✆✁✄✁ ✄m✆✟n✠✡ ☛✄✁ ✄ pu☞ ✆ sy✌ur pu✡✁ ✆nus p✄☞✄n✌✄t n✌✡ ✂ ✄☎ ✆✄rt

✁✁ ✄✂ ✍WT karena hanya dengan izin dan kehendak-Nya lah penulis dapat

menyelesaikan tesis ini yang berjudul Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Perilaku Pembelian Kompulsif Dengan Kontrol Diri Sebagai Pemoderasi

(Studi Pada Konsumen Pakaian Di Simpur Center Bandar Lampung).

Keberhasilan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima

kasih kepada :

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan FISIP Universitas Lampung

2. Bapak Dr. Bambang Utoyo, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Administrasi Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Soeripto, S.Sos, M.A.B selaku Pembimbing Utama atas kesediaan dan kesabarannya dalam membimbing penulis selama proses perkuliahan dan penyusunan tesis ini. Penulis haturkan permohonan maaf untuk setiap salah dan khilaf penulis selama ini. 4. Bapak Dr. Nur Efendi, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing Dua. Terima

(17)

Penulis juga menghaturkan permohonan maaf untuk setiap salah dan khilaf penulisselama ini.

5. Ibu Dr. Mahrinasari MS, S.E, M.Sc selaku Penguji Utama atas

kesediannya dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr. Yulianto selaku Pembimbing Akademik.

7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, khususnya dosen-dosen Magister Ilmu Administrasi

Universitas Lampung.

8. Seluruh Staff Administrasi FISIP Universitas Lampung, khususnya Staff Administrasi Magister Ilmu Administrasi yang paling kece badaiii, Mbak Mila. Terima kasih sudah banyak membantu dan menemani penulis selama ini.

9. Teristimewa untuk Ayah dan Ibuku yang telah membesarkanku, mendoakanku, membimbingku, menuntunku, dan memberikan kasih sayangnya yang tanpa batas kepadaku.

10. Adikku tersayang, Muhammad Nur Aziz. Cepatlah dewasa, dan jadilah anak yang berbakti.

11. Sahabat terbaikku, Eka Sulpin Ariyanti, Yayang Irawati, Yeni Maharisa, Kif Hariyanti, dan Imas. Terima kasih telah berbagi waktu kehidupan padaku.

12. Sahabat-sahabat seperjuangan Magister Ilmu Administrasi Bisnis 2013 ada si ketua kelas Kak Sabiquel Iman, Mba Hani Damayanti, Kak

(18)

Rinova, Winda Eka Marta, Reszetisia Intani, dan Lita Hardiyanti. Tetep kompak dan jangan pernah berubah yaa ..

13. Kepada seluruh temen-temen Magister Ilmu Administrasi Publik 2013

Mba Nia Janati, Mba Oriza, Mba Suada, Yuditya , dan semuanyaaaaaaaa yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Sayang kalian selalu :*

14. Kepada semua pihak yang telah membantu yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas semua bantuan dan doanya. 15. Almamater tercinta

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga dapat menyempurnakan tesis ini. Namun sedikit harapan semoga tesis sederhana ini dapat bermanafaat bagi kita semua. Amiinn..

Bandar Lampung, 18 Desember 2015

Penulis

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

(20)

2

Gaya hidup tersebut membantu individu menentukan sikap dan nilai-nilai serta menunjukkan status sosialnya.

(21)

3

pergaulan. Bandar Lampung sebagai salah satu kota transit yang menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Sumatera tidak luput dari dampak adanya penyebaran

Hallyu ini. Butik-butik dan pusat perbelanjaan, baik tradisional, moderen, maupun online pun banyak yang menyediakan pakaian dan aksesoris khas gaya Hallyu

sehingga tidak mengherankan apabila kini minat konsumen dalam berbelanja semakin berkembang pesat.

Pesatnya pertumbuhan mode pakaian ini tidak luput dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas belanja dari masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya jumlah pusat perbelanjaan, seperti department store, butik, atau toko, sehingga mereka berupaya dengan berbagai strateginya untuk dapat menarik konsumen agar berkunjung dan berbelanja ke pusat perbelanjaan mereka. Berbelanja merupakan aktivitas rutin dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat berbagai alasan seseorang tergerak untuk berbelanja, diantaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup, untuk mengisi waktu luang, untuk refreshing, atau sekedar untuk mengusir kejenuhan. Aktivitas berbelanja yang demikian ini adalah hal yang wajar. Namun aktivitas berbelanja akan menjadi hal yang tidak wajar ketika dilakukan secara berlebihan dan tanpa perencanaan sebelumnya. Pembelian yang dilakukan secara berlebihan tersebut disebut sebagai pembelian kompulsif.

(22)

4

merupakan bagian dari pembelian impulsif. Seseorang yang cenderung melakukan pembelian kompulsif secara tiba-tiba tanpa direncanakan, dilakukan secara berulang-ulang, dan merasa ketagihan biasanya dilakukan untuk menghilangkan kekhawatiran diri, menghilangkan stress, dan untuk mendapatkan kepuasan sesaat, atau untuk menonjolkan karakteristik pribadinya karena aktivitas berbelanja kini bukan lagi sekedar untuk mendapatkan produk yang diinginkan atau dibutuhkan saja, tetapi juga menjadi suatu aktivitas yang dilakukan untuk memuaskan motif-motif sosial dan personal. Penelitian yang dilakukan oleh Dittmar dkk (2002, dalam Ergin, 2010: 334) menunjukkan bahwa perilaku pembelian kompulsif biasanya terjadi pada produk-produk yang bersifat consumer goods, seperti pakaian dan produk lainnya yang dapat menunjang penampilan seseorang. Selain itu, dalam penelitiannya ditemukan pula bahwa perilaku pembelian kompulsif ini rata-rata 90% dimiliki oleh konsumen wanita karena aktivitas berbelanja semacam ini sangat erat kaitannya dengan masalah emosional dan identitas seseorang yang lebih didominasi oleh konsumen wanita dari pada konsumen pria. Dan pembelian kompulsif ini cenderung melanda masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan yang notabene mayoritas masyarakatnya memiliki gaya hidup konsumtif (Diba, 2014: 314).

(23)

5

2003: 56). Gaya hidup yang diinginkan oleh seseorang akan mempengaruhi perilaku pembelian yang ada di dalam dirinya sehingga lambat laun akan mempengaruhi bahkan mengubah gaya hidup seseorang tersebut. Jadi gaya hidup dapat menjadikan seseorang berperilaku kompulsif demi menunjang status sosial dirinya dalam lingkungannya.

Bagian dari pola hidup yang kompulsif salah satunya adalah kontrol diri. Seperti yang diungkapkan oleh Kurniawan dan Suparna (2012 : 1686) bahwa salah satu faktor yang dapat menyebabkan seseorang berperilaku kompulsif adalah karena rendahnya kontrol diri sehingga kurang bijak dalam mempergunakan uangnya. Lemahnya kontrol diri ini membuat seseorang mudah tergiur dengan suatu objek (www.kompasiana.com). Perilaku kompulsif tidak hanya berdampak pada ekonomi saja, namun berdampak pula pada kehidupan sosial yang akhirnya menimbulkan persaingan dan kecemburuan sosial. Sikap inilah yang mendorong setiap kalangan tanpa memandang status ekonomi bersaing untuk menunjukkan harga dirinya. Seseorang yang memiliki kontrol diri yang rendah cenderung tidak mampu mengalihkan perhatiannya untuk memiliki produk baru (Hirschman, 1992 dalam Naomi dan Mayasari, 2009 : 1).

(24)

6

(25)

7

suatu peristiwa apakah ia dapat atau tidak dapat mengendalikan persitiwa yang terjadi padanya. Adanya kontrol diri berperan untuk mengendalikan seseorang ketika berbelanja secara kompulsif.

Simpur Center sebagai salah satu pusat perbelanjaan pertama dan terbesar di Kota Bandar Lampung berdiri sejak tahun 2005, tepatnya terletak di Jl. Raden Intan No. 32 Tanjung Karang Pusat – Bandar Lampung, yang menggunakan konsep ONE STOP SHOPPING karena terdapat berbagai macam fasilitas komersial yang menyenangkan, seperti Department Store, Area Parkir, Gerai Makan, dan franchise-franchise yang cukup lengkap guna untuk memenuhi kebutuhan warga Bandar Lampung dan Sekitarnya (www.simpurcenter.com). Simpur Center memiliki 3 pintu masuk utama, yakni pintu masuk yang berada di Jl. Raden Intan, Jl. Brigjen Katamso, dan Jl. Suprapto dengan 4 lantai, dan 1 Ground Floor. Pada tingkat Ground Floor di isi oleh beragam toko Handphone & Electronics. Pada lantai 1 diisi oleh beragam toko aksesoris, toko sepatu, toko tas, dan Kid Fun. Sementara lantai 2 diisi oleh Chandra Supermarket & Department Store. Kemudian lantai 3 dan lantai 4 terdapat Area Parkir dan Area Gerai Makan (www.simpurcenter.com). Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan penulis, Simpur Center menyediakan produk-produk mode pakaian yang mengusung mode pakaian ala korea yang elegan, keren, dan menarik. Selain itu, produk pakaiannya pun selalu up to date tiap bulannya sehingga konsumen dapat dengan mudah mengaktualisasikan dirinya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik

(26)

8

Perilaku Pembelian Kompulsif Dengan Kontrol Diri Sebagai Pemoderasi (Studi Pada Konsumen Pakaian di Simpur Center Bandar Lampung).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalahnya ialah :

1. Apakah gaya hidup berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif ? 2. Apakah gaya hidup berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif

yang dimoderasi oleh kontrol diri?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya hidup terhadap perilaku pembelian kompulsif.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya hidup terhadap perilaku pembelian kompulsif yang dimoderasi oleh kontrol diri.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah : 1. Secara Teoritis

(27)

9

penelitian di kemudian hari, serta dapat menambah wawasan sehingga dapat melatih kemampuan analisis dan berfikir secara sistematis dan konseptual.

2. Secara Praktis

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Konsumen

2.1.1 Definisi Perilaku Konsumen

Definisi perilaku konsumen menurut Umar (2005: 50) adalah suatu tindakan langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan penyusuli tindakan tersebut. Sementara itu, Schiffman dan Kanuk (Sumarwan, 2003: 25) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen ini adalah kegiatan konsumen dalam membeli dan menggunakan produk/jasa dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yang kemudian di akhiri dengan hasil evaluasi konsumen terhadap produk/jasa tersebut.

2.1.2 Model Perilaku Konsumen

(29)

11

pembelian, atau skema yang disederhanakan untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas konsumen (Dwiastuti dkk, 2012 : 15).

Gambar 1. Model Perilaku Konsumen

Sumber : Dwiastuti dkk, 2012: 28

(30)

12

digunakan untuk menjelaskan proses informasi yang mana ingatan dan perilaku dirubah sebagai hasil dari proses informasi yang disadari maupun yang tidak disadari. Motivasi adalah sebuah pendirian yang mewakili sebuah kekuatan dari dalam yang tidak dapat dilihat yang merangsang dan mendorong sebuah respon perilaku dan memberikan arah yang spesifik pada respon tersebut. Selanjutnya sikap adalah suatu proses kognitif, emosi, perseptual, dan motivasi organisasi yang berlangsung lama dengan menghormati beberapa aspek lingkungan. Emosi adalah kekuatan, perasaan yang relatif tidak dapat dikontrol yang mempengaruhi perilaku. Kemudian ingatan adalah total akumulasi pengalaman pembelajaran sebelumnya, yang terdiri dari ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang. Sedangkan personality yaitu sebuah kecenderungan respon karakter individu yang berlaku pada situasi yang similar.

2.2 Perilaku Pembelian Kompulsif 2.2.1 Definisi Pembelian Kompulsif

(31)

13

adanya perasaan negatif, depresi, rasa stres, rasa bosan akan aktivitasnya sehari-hari dengan tujuan utamanya adalah mencari kesenangan pada proses pembeliannya, bukan pada produknya (Sharma dkk, 2009 : 110 ; Gupta, 2013 : 44

; Faber & O’Guinn, 1989 : 148 ; Dittmar, 2005 : 469 ; dan Kwak et al dalam

Poetra, 2012 : 2). Sementara itu, Hoyer & MacInnis (1997 : 527) menyatakan bahwa pembelian kompulsif memiliki ikatan emosional yang kuat dari adanya perasaan negatif hingga sampai pada pencapaian perasaan positif.

(32)

14

Pembelian kompulsif dewasa ini sudah menjadi fenomena yang semakin berkembang, dan menjadi masalah yang penting dalam dunia pemasaran dan dalam bidang ilmu perilaku konsumen, khususnya mengenai perilaku pembelian kompulsif. Valence (Gupta, 2013 : 45) mengungkapkan bahwa terdapat dua faktor utama pemicu seseorang berperilaku kompulsif, yaitu yang pertama adalah faktor sosial budaya (budaya, lingkungan komersial, dan kegiatan periklanan), dan yang kedua adalah faktor psikologis (personaliti, inteaksi lingkungan, keluarga, dan faktor genetik). Sementara itu, penjualan yang menarik, display toko yang menarik, dan pelayan toko yang perhatian, serta kredit yang mudah memungkinkan seseorang untuk berperilaku kompulsif (Hoyer & McInnis dalam Gupta, 2013 : 45). Gilbert dan Jackaria (Gupta, 2013 : 45) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian kupon, diskon harga, pemberian sampel, dan pembelian buy one get one free terhadap terjadinya perilaku kompulsif. Hal serupa diungkapkan pula oleh Rajagopal, dan Faber &

O’Guinn (Gupta, 2013 : 45) bahwa terdapat hubungan antara pembelian

kompulsif dan stimulus eksternal, seperti promosi penjualan dan tawar menawar dalam penjualan retail, kemudian stimulus di dalam toko termasuk display toko, display promosi diskon, dan penerapan harga yang rendah sehingga membentuk suatu atmosfer toko yang kondusif yang mampu meningkatkan gairah emosional pengunjung dalam berbelanja secara kompulsif. Perasaan gairah, eksitasi, persepsi terhadap pandangan, suara, dan perasaan yang kuat dan disukai merupakan faktor

penting dalam perilaku pembelian kompulsif (Faber & O’Guinn, 1989 : 156).

(33)

15

dengan pembelian tak terencana. Karakteristik produk mempengaruhi terjadinya pembelian tak terencana lantaran produk tersebut memiliki harga yang rendah, pendeknya usia produk, adanya kebutuhan, dan akses yang memudahkan seseorang untuk pergi ke toko. Kemudian pemasaran berpengaruh terhadap terjadinya pembelian spontan adalah adanya iklan yang menarik, display toko, dan pelayanan. Sementara itu, karakteristik konsumen seperti usia seseorang, adanya daftar belanja, tujuan berbelanja, dan frekuensi berbelanja juga mempengaruhi seseorang untuk melakukan pembelian tak terencana.

(34)

16

Yunani “Oniomania” , yakni “Onios” (belanja) dan “Mania” (Gila) (Sharma dkk,

2009 : 110). Kegiatan berbelanja ini pada umumnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Namun untuk beberapa orang kegiatan berbelanja merupakan kegiatan yang menyenangkan, dianggap sebagai alat mengatur emosi, ataupun cara untuk mengekspresikan diri, dan biasanya kegiatan berbelanja tersebut tidak terkontrol dan bahkan memberikan dampak negatif. Kegiatan berbelanja yang demikian inilah disebut sebagai perilaku pembelian kompulsif, addictive buying, excessive buying, shopping addiction, spendaholism, shopaholic, dan addictive consumption

(Koran dalam Poetra, 2012: 2 ; Sharma dkk, 2009 : 110 ; Solomon, 1992 : 26). Marlatt (dalam Poetra, 2012: 4) juga menambahkan bahwa perilaku adiktif tersebut biasanya dialami secara subyektif “loss of control” yakni dimana perilaku tersebut terus muncul meskipun telah adanya usaha untuk menghentikannya.

(35)

17

tangga (Kaser & Ryan dalam Gupta, 2013 : 44 ; Dittmar, 2005 : 468). Robert & Pirog mengemukakan bahwa wanita menempati posisi paling atas dalam hal mementingkan penampilan menarik dibandingkan dengan pria dan wanita juga lebih sering melakukan pembelian kompulsif dalam bentuk pakaian dan kosmetik (Gupta, 2013 : 44).

(36)

18

menganggap bahwa kepemilikan harta benda tersebut merupakan tolok ukur identitas diri, keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidup.

2.2.2 Hal-hal yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Kompulsif

Hoyer & MacInnis (1997: 527) mengemukakan hal-hal yang dapat mempengaruhi seseorang berperilaku belanja kompulsif adalah sebagai berikut :

1. Para pembeli kompulsif memiliki kepercayaan diri yang rendah. Rendahnya kepercayaan diri mereka ini dilampiaskan dengan cara berbelanja, karena dari aktivitas berbelanja tersebut mereka mendapatkan perhatian lebih, dan penerimaan sosial dari salesperson misalnya.

2. Faktor personal yang menyebabkan terjadinya perilaku pembelian kompulsif adalah berorientasi pada fantasi. Dengan berbelanja para pembeli kompulsif akan merasa mereka begitu berarti. Perasaan fantasi ini mungkin menjelaskan bagaimana pembeli kompulsif menghindari atau melarikan diri dari pikiran tentang konsekuensi keuangan dari pengalaman berbelanja mereka.

3. Para pembeli kompulsif cenderung menarik diri dari masyarakat, mereka memiliki teman yang sedikit dan jarang melakukan kontak sosial dengan yang lainnya. Oleh karena itu, mereka melakukan pembelian secara kompulsif dapat memberikan sebuah kepuasan tersendiri. Para pembeli kompulsif merasa bahwa si penjual adalah teman mereka.

(37)

19 2.2.3 Tingkatan Pembelian Kompulsif

Edwards (dalam Poetra, 2012: 4) mengklasifikasikan konsumen berdasarkan tingkat kompulsivitas dalam berbelanja, yaitu:

1. Low (Borderling) Level

Konsumen dengan tingkat berbelanja ini adalah seorang yang berada di antara menghibur diri dan menghamburkan uang.

2. Medium (Compulsive) Level

Konsumen dengan tingkat berbelanja ini sebagian besar berbelanja untuk menghilangkan kecemasan.

3. High (Addicted) Level

Pada tingkatan ini seseorang yang berbelanja sebagian besar untuk menghilangkan kecemasan, tetapi pada addicted level ini seseorang memiliki perilaku berbelanja yang ekstrim.

2.2.4 Aspek-aspek Perilaku Pembelian Kompulsif

Menurut Desarbo dan Edward (1996 : 235) aspek yang mempengaruhi seseorang berperilaku kompulsif terbagi ke dalam 2 aspek, yaitu aspek predispostional dan aspek circumstansial.

1. Aspek Predispostional

(38)

20

a) Kecemasan : Pada tingkat ini individu memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dari pada non kompulsif. Untuk dapat keluar dari kecemasan ini si individu akan termotivasi untuk melakukan perilaku kompulsif. Pembeli kompulsif menggunakan aktivitas berbelanja sebagai cara untuk menghilangkan kecemasannya, dan pola ini dilakukan secara terus-menerus yang dalam artiannya adalah apabila tiap kali si individu mengalami kecemasan yang berlebihan, ia cenderung mengobati kecemasannya dengan berbelanja.

b) Perfeksionis : Perfeksionis dicirikan dengan harapan yang terlalu berlebihan untuk mendapatkan suatu pencapaian yang lebih besar. Orang-orang yang perfeksionis melakukan pembelian kompulsif untuk mendapatkan kompetensi, kontrol dan harga diri meskipun hanya sementara.

c) Harga Diri : Harga diri ini didefinisikan sebagai suatu penilaian terhadap diri sendiri bahwa dirinya begitu berharga. Seseorang yang berperilaku kompulsif cenderung memiliki harga diri yang rendah, karena dengan melakukan pembelian kompulsif akan memunculkan perasaan memiliki kekuasaan melalui aktivitas berbelanja.

(39)

21

e) Impulsif : Pembelian impulsif terjadi karena adanya ketidakmampuan seseorang untuk menolak melakukan pembelian, rendahnya kontrol tersebut sangat erat kaitannya dengan pembelian kompulsif, dan perilaku impulsif umumnya terjadi karena adanya stimulus eksternal. Pembelian kompulsif dideskripsikan sebagai sebuah impulse control disorder dalam kajian ilmu psikologi. Oleh karena itu, perilaku kompulsif dapat dikatakan sebagai perilaku yang tidak dapat dikendalikan karena begitu kuatnya dorongan untuk berperilaku. f) Pencari Kesenangan : Para pembeli kompulsif cenderung melakukan

aktivitas belanja sebagai kegiatan untuk mencari kesenangan semata yang berada di antara kontrol dan rendahnya kontrol.

g) General Kompulsif : Dalam hal ini orang-orang yang cenderung memiliki perilaku kompuslif dapat diketahui dari ciri-ciri: suka menunda pekerjaan, sering mengalami kebimbangan, pola makan tidak teratur, kecanduan obat dan alkohol, dll.

h) Ketergantungan : Orang-orang yang mudah bergantung pada orang lain memiliki kecenderungan untuk berperilaku kompulsif.

i) Approval Seeking : Pembeli kompulsif memiliki kebutuhan untuk mendapat pujian dari orang lain dalam rangka untuk membuat diri mereka menjadi bahagia walaupun itu hanya untuk sementara waktu, seperti mendapatkan pujian dari si penjual di dalam toko akan mengakibatkan mereka melakukan pembelian kompulsif.

(40)

22

k) Depresi : Orang yang memiliki tingkat depresi yang tinggi akan cederung melakukan pembelian kompulsif karena tujuannya untuk keluar dari perasaan depresi yang tidak menyenangkan tersebut.

2. Faktor Circumstantial

Faktor ini merupakan faktor yang dihasilkan dari kondisi individu pada saat ini dan juga mungkin menjadi pemicu munculnya perilaku-perilaku pembelian kompulsif selanjutnya (Desarbo dan Edwards, 1996 : 238), antara lain seperti :

a) Menghindari Masalah

Menghindari masalah adalah sebuah kecenderungan umum menggunakan cara-cara tertentu untuk menghindari diri dari sebuah permasalahan, dan para pelaku pembelian kompulsif memiliki kecenderungan untuk menghindari masalah.

b) Penyangkalan

Penyangkalan merupakan penyangkalan terhadap permasalahan yang dihadapi. Pembeli kompulsif memiliki kecenderungan untuk menyangkal keberadaan dari permasalahan yang dihadapinya. Bagi mereka, denial adalah cara untuk menghindari rasa cemas, rasa marah, rasa takut atau emosi negatif lainnya yang biasanya tidak ada hubungannya dengan pengalaman berbelanja.

c) Pengasingan

(41)

23

berlebihan yang tidak diterima secara sosial sehingga menyebabkan mereka mengisolasi dirinya sendiri. Kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang lain mungkin mendorong para pembeli kompulsif untuk berbelanja pada sebuah toko karena di sana lah merasa merasa mendapatkan perhatian dari tenaga penjual toko.

d) Materialistis

Faber dan O’Guinn menggunakan materialism scale yang

dikemukakan oleh Belk’s untuk menilai nilai materialisme dalam sampel pembeli kompulsif mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa pembeli kompulsif lebih materialistik dibandingkan dengan populasi umum lainnya. Tetapi meskipun demikian, kepemilikan terhadap suatu barang tidak menjadi perhatian utama bagi mereka. Pembeli Kompulsif lebih fokus pada proses berbelanja daripada barang-barang yang mereka beli.

Sementara itu, Kurnia (2013: 3) mengungkapkan faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku pembeli kompulsif adalah :

1. Faktor Keluarga

(42)

24

bahwa pada beberapa penelitian yang telah dilakukan ternyata pembelian kompulsif dipengaruhi oleh perilaku dari anggota keluarga yang lain. 2. Faktor Psikologi

Pembelian kompulsif terjadi karena ketegangan psikologi yang menyebabkan meningkatnya keinginan seseorang untuk melakukan pembelian saat itu juga. Dengan kata lain, hasrat untuk melakukan pembelian pada pembeli kompulsif lebih disebabkan oleh dorongan psikologis dari dalam diri mereka.

3. Faktor Sosiologi

Robert (dalam Kurnia, 2013: 3) menyatakan bahwa terdapat pengaruh tayangan televisi, teman sebaya, frekuensi berbelanja, serta kemudahan mengakses dan menggunakan kartu kredit pada pembelian kompulsif. 4. Faktor Situasional

Faktor situasional merupakan faktor eksternal yang muncul karena seseorang melakukan kontak dengan lingkungan dan produk yang nantinya dapat menyebabkan pembelian impulsif dan pembelian kompulsif. Faktor situasional membuat konsumen melakukan pengambilan keputusan di dalam toko pada saat itu juga (Gor dalam Kurnia, 2013: 3).

5. Materialisme

(43)

25

Kemudian, Sari (2013: 6) mengungkapkan 5 dimensi dari perilaku pembelian kompulsif yang terdiri dari :

1. Tendency to Spend

Yaitu sebagian besar mengarah pada kecenderungan seseorang untuk melakukan aktivitas berbelanja dan lebih sering menghabiskan uang, dimana ada episode tertentu pada aktivitas berbelanjanya.

2. Drive To Spend

Mendeskripsikan tentang adanya dorongan, preokupasi (pemusatan pikiran pada satu hal tertentu), kompulsif (dilakukan secara berulang-ulang) dan adanya perilaku impulsif dalam berbelanja.

3. Feelings about Shopping

Mendeskripsikan seberapa besar seseorang menikmati aktivitas berbelanja dan menghabiskan waktunya untuk berbelanja.

4. Dysfunctional Spending

Mendeskripsikan bahwa disfungsinya lingkungan dapat menyebabkan atau menggiring seseorang untuk melakukan aktivitas berbelanja dan menghabiskan waktunya untuk berbelanja.

5. Post Purchase Guilt

(44)

26

2.2.5 Konsekuensi Perilaku Pembelian Kompulsif

Berikut ini adalah konsekuensi yang dapat muncul dari adanya perilaku pembelian kompulsif (Lisan dan Ida, 2010: 7).

1. Dorongan Tak Terkendali Untuk Berbelanja

Keinginan untuk menghilangkan perasaan negatif melalui kegiatan berbelanja sangat kuat dalam diri si pembeli kompulsif. Jika keinginan kuat tersebut selalu muncul ketika mereka mengalami perasaan negatif, maka tidak mengherankan dalam diri mereka akan selalu muncul

keinginan berbelanja yang tidak terkendali. Faber dan O’Guinn

menjelaskan bahwa perilaku kompulsif dilakukan secara berulang-ulang. 2. Sikap Terhadap Iklan

(45)

27 3. Masalah Keuangan

(46)

28

2.2.6 Kerangka Teori Perilaku Pembelian Kompulsif

Gambar 2. Kerangka Teori Perilaku Pembelian Kompulsif

ANTECENDENTS RESPONSE CONSEQUENCES

Sumber : Workman & Paper, 2010 : 111

Kerangka teori tersebut di atas menjelaskan mengenai perilaku belanja kompulsif dan konsekuensi dari adanya perilaku kompulsif ini. Dari bagan tersebut di atas diketahui bahwa seseorang memiliki kecenderungan untuk berperilaku kompulsif karena adanya beberapa faktor, seperti rendahnya rasa percaya diri, adanya perasaan negatif, penggunaan kredit, rendahnya kontrol diri, dan normative evaluations. Bagan tersebut juga menunjukkan bahwa perilaku kompulsif dapat

(47)

29

memberikan hasil positif bagi individu dalam mengurangi tingkat stress diri, restorasi diri menjadi lebih positif, dan peningkatan hubungan interpersonal. Selain itu, perilaku kompulsif ini memiliki konsekuensi yang negatif bagi si individu, yakni dalam bentuk penumpukan hutang, terlibat masalah hukum, serta dapat meningkatkan perasaan rasa bersalah dalam diri si individu.

2.3 Gaya Hidup

2.3.1 Definisi Gaya Hidup

(48)

30

yang berlangsung di lingkungan sekitar, baik lokal maupun internasional, masalah-masalah ekonomi, sosial, bisnis, dan produk maupun pendapat tentang diri mereka sendiri.

Gaya hidup merupakan salah satu cara mengelompokkan konsumen secara psikografis. Gaya hidup ini mencakup lebih dari sekedar kelas sosial ataupun kepribadian seseorang, tetapi gaya hidup saat ini sudah dapat menampilkan pola perilaku seseorang dan interaksinya di dunia. Sementara Sumarwan (2003: 56) menyatakan bahwa gaya hidup itu mencerminkan pola konsumsi yang menggambarkan pilihan seseorang bagaimana seseorang itu menggunakan uang dan waktunya. Dan gaya hidup bersifat tidak permanen karena seseorang akan cepat mengganti model dan merek pakaiannya karena menyesuaikan diri dengan perubahan hidupnya. Sementara itu, Piliang (Wijayanti dan Seminari, 2012 : 642) mengemukakan bahwa gaya hidup merupakan kombinasi dan totalitas cara, tata, kebiasaan, pilihan, serta objek-objek yang mendukungnya, dalam pelaksanaannya dilandasi oleh sistem nilai atau sistem kepercayaan tertentu. Sedangkan Jackson (2004, dalam Japarianto & Sugiharto, 2011 :33) mengatakan bahwa gaya hidup berbelanja merupakan ekspresi tentang gaya hidup dalam berbelanja yang mencerminkan perbedaan status sosial. Berikut ini adalah dimensi dari gaya hidup.

Tabel 1. Dimensi Gaya Hidup

Aktivitas Minat Pendapat

Pekerjaan Keluarga Mereka Sendiri

Hobi Rumah Masalah Sosial

Kegiatan Sosial Pekerjaan Politik

Liburan Komunitas Bisnis

(49)

31

keanggotaan Club Fashion Pendidikan

Komunitas Makanan Produk

Belanja Media Masa depan

Olahraga Prestasi Budaya

Sumber : Assael dalam Aresa, 2012: 28

2.3.2 Klasifikasi Gaya Hidup

David Chaney (dalam Aresa, 2012: 24) mengklasifikasikan gaya hidup berdasarkan kebutuhan seseorang dalam memenuhi keinginan dan rutinitasnya, yaitu :

a) Industri Gaya Hidup

“Kamu bergaya maka kamu ada!” adalah sebuah ungkapan yang mungkin

cocok untuk menggambarkan kegandrungan manusia modern akan gaya karena gaya hidup sebagai penunjuk penampilan diri mengalami estetisisasi dalam kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan.

b) Iklan Gaya Hidup

(50)

32

c) Public Relation dan Jurnalisme Gaya Hidup

Dalam hal ini celebrity endorser turut membantu dalam pembentukan identitas dari para konsumen. Dalam budaya konsumen, identitas menjadi

suatu sandaran “aksesoris fashion”.

d) Gaya Hidup Mandiri

Kemandirian adalah kemampuan hidup untuk tidak bergantung secara mutlak kepada sesuatu yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki untuk mencapai tujuan. Dengan gaya hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi mengajarkan manusia karena manusia akan bebas untuk menetukan pilihannya sendiri secara bertanggung jawab, serta dapat memunculkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk menunjang kemandirian tersebut.

e) Gaya Hidup Hedonis

Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang akitivitasnya hanya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak bermain, lebih menyukai keramaian kota, senang membeli barang mahal, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian (Boedeker, Arnold dan Reynold, dan Sproles dan Kendal dalam Arifianti dkk, 2010: 85).

2.3.3 Metode AIO (Activity, Interest, Opinion)

(51)

33 1. Aktivitas

Aktivitas mengacu pada cara setiap individu menghabiskan waktu dan uang yang mereka miliki terkait dengan tindakan nyata, seperti pekerjaan atau tindakan yang wajib dilakukan sehari-hari, bekerja, rekreasi, menonton, berbelanja, dll (Aresa, 2012: 29). Jadi dapat dikatakan bahwa indikator dari aktivitas ini meliputi hobi, hiburan, dan berbelanja.

2. Minat

Minat adalah sesuatu yang membuat seseorang merasa tertarik, seperti ketertarikannya terhadap makanan, teknologi, fashion, dll. (Susanto, 2013: 4). Aresa (2012: 31) mendefinisikan minat sebagai faktor pribadi yang terdapat pada diri individu dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang diukur melalui minat individu terhadap keluarga, rumah, pekerjaan, komunitas, rekreasi, fashion, makanan, media, dan achievement.

3. Pendapat

(52)

34

diajukan. Opini sendiri ini dapat diukur melalui opini mengenai diri sendiri, isu-isu sosial, politik, bisnis, ekonomi, pendidikan, produk, masa depan, dan budaya.

2.4 Kontrol Diri

2.4.1 Definisi Kontrol Diri

(53)

35

Rotter (Friedman & Schustack, 2008 : 50) membagi kontrol diri ke dalam 2 elemen utama, yakni kontrol eksternal, dan kontrol internal. Kontrol eksternal diakibatkan karena adanya sebuah keyakinan bahwa hal-hal di luar diri individu, seperti kesempatan atau kekuatan lainnya itu menentukan apakah hasil akhir yang diinginkan akan terjadi. Seseorang dengan kontrol eksternal cenderung kurang independen dan lebih mungkin menjadi depresif dan stres. Sedangkan kontrol internal merupakan ekspektasi umum di mana tindakan individu sendiri akan menyebabkan munculnya hasil akhir yang diinginkan. Seseorang dengan kontrol internal lebih berorientasi pada keberhasilan karena mereka menganggap perilaku mereka dapat menghasilkan efek positif dan juga mereka lebih cenderung tergolong ke dalam high achiever.

2.4.2 Aspek-aspek Kontrol Diri

Averill (Diba, 2014: 319) mengungkapkan beberapa aspek yang terdapat dalam kontrol diri seseorang, yaitu:

a. Kontrol Perilaku

(54)

36

lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan yang bersangkutan, yang mana kontrol perilaku ini sangat penting artinya ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi yang lemah (Azwar, 2013 : 13). Kemampuan ini diperinci lebih lanjut ke dalam dua komponen, yakni kemampuan mengontrol pelaksanaan yang ditunjukkan dengan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan, dirinya sendiri atau sesuatu di luar dirinya. Dan kedua adalah kemampuan mengontrol stimulus yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Stimulus adalah hal-hal yang merangsang terjadinya kegiatan pembelajaran, seperti pikiran, perasaan dll yang dapat ditangkap melalui alat indera.

b. Kontrol Kognitif

Yaitu kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. Secara sederhananya, kontrol kognitif ini merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, yakni kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap (Azwar, 2013 : 24). Komponen kognitif mengacu pada kesadaran responden dan pengetahuannya terhadap beberapa obyek atau fenomena yang terkadang disebut juga dengan komponen keyakinan,

(55)

37

atau “saya tahu bahwa produk B akan ... “. Komponen kognitif penting bagi berbagai kebutuhan informasi. Banyak situasi keputusan membutuhkan informasi yang menyangkut kesadaran/pengetahuan pasar tentang ciri-ciri produk, kampanye periklanan, penetapan harga, ketersediaan produk, dan lain sebagainya. Kemampuan ini diperinci lebih lanjut ke dalam dua komponen, yaitu kemampuan memperoleh informasi, dan kemampuan melakukan penilaian. Kemampuan memperoleh informasi ini dengan informasi yang dimiliki, individu dapat mengantisipasi keadaan dengan berbagai pertimbangan secara objektif. Sedangkan kemampuan melakukan penilaian ditunjukkan dengan melakukan penilaian dimana individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara objektif.

c. Kontrol Keputusan

Yaitu kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakininya atau disetujuinya.

Ghufron dan Rini (Heni, 2011: 5) mengungkapkan 2 faktor yang mempengaruhi kontrol diri, yaitu:

1. Faktor Internal

(56)

38 2. Faktor Eksternal

Salah satu faktor yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah keluarga. Lingkungan keluarga dapat menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Bila lingkungan keluarganya menerapkan disiplin yang konsisten kepada anaknya, maka konsisten ini akan diinternalisasi oleh anak dan kemudian akan menjadi kontrol diri baginya.

2.4.3 Tipe Kontrol Diri

Rosenbaum (Putri dkk, 2009 : 8) mengemukakan tipe-tipe kontrol diri yang terdiri dari:

a) Kontrol diri tipe redresif, yaitu berfokus pada proses pengendalian diri b) Kontrol diri tipe reformatif, yaitu berfokus pada bagaimana mengubah

gaya hidup, pola perilaku, dan kebiasaan-kebiasaan yang destruktif.

c) Kontrol diri tipe eksperiensial, yaitu kemampuan seseorang untuk menjadi sensitif dan menyadari perasaan-perasaannya dan penghayatan akan stimuli dari lingkungan yang spesifik.

2.5 Pengembangan Hipotesis

(57)

39

Hipotesis 1. Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Perilaku Pembelian Kompulsif

Penelitian (Felicia dkk, 2014 : 103) yang bertujuan untuk menelaah hubungan antara perfeksionisme dan gaya hidup hedonistik dengan perilaku pembelian kompulsif telah menunjukkan bahwa baik perfeksionisme dan gaya hidup hedonistik berasosiasi secara signifikan dengan perilaku pembelian kompulsif. Secara spesifik dijelaskan pula bahwa semakin tinggi tingkat perfeksionisme dan gaya hidup seseorang, maka semakin tinggi pula kecenderungan seseorang tersebut untuk melakukan pembelian kompulsif.

Hipotesis 2. Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Perilaku Pembelian Kompulsif Dengan Kontrol Diri Sebagai Pemoderasi

(58)

40 2.6 Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang telah penulis rangkum yaitu: Tabel 2. Tabel Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Alat Analisis Hasil

Fenny Felicia,

Deskriptif Kontrol diri berpengaruh signifikan terhadap Control You : Impulses,

Trait Self Control, and

(59)

41 2.7 Kerangka Pemikiran

Seperti yang telah diketahui bahwa perilaku pembelian kompulsif merupakan sebuah perilaku pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya sebagai akibat dari adanya stimulus eksternal dan stimulus internal, dan terjadi secara berulang. Stimulus eksternal berupa promosi, diskon, atmosfer toko, kemudahan kredit, dan lain-lain. Sedangkan stimulus internal lebih cenderung dari pribadi individu itu sendiri seperti adanya keadaan depresi, bosan atas kegiatan sehari-hari, stress, hobi, gaya hidup, dan rendahnya kontrol diri. Dan untuk menghilangkan perasaan bosan, stress, depresi, penat tersebut, si individu melampiaskannya ke dalam kegiatan berbelanja karena dari kegiatan berbelanja ini individu tersebut mendapat sebuah kenyamanan diri. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis mengembangkan sebuah kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran

Kontrol Diri :

- Kontrol Perilaku - Kontrol Kognitif - Kontrol Keputusan

Gaya Hidup :

- Aktivitas - Minat - Pendapat

Pembelian Kompulsif :

- Tendency to Spend - Drive to Spend - Feelings about Shopping

(60)

42 2.8 Hipotesis

Adapun hipotesis penelitian yang dapat dibangun ialah sebagai berikut : 1) Ha : Gaya hidup berpengaruh terhadap perilaku pembelian

kompulsif.

Ho : Gaya hidup tidak berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif

2) Ha : Gaya hidup berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif yang dimoderasi oleh kontrol diri.

(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksplanatif yang bertujuan untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2005: 105). Dalam penelitian ini akan menjelaskan hubungan pengaruh gaya hidup (X) terhadap perilaku pembelian kompulsif (Y) dengan kontrol diri (Z) sebagai pemoderasi.

3.2 Definisi Konseptual

Menurut Singarimbum dan Effendi definisi konseptual merupakan pemaknaan dari konsep yang digunakan sehingga memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan (Ropenda, 2010: 37).

1. Gaya hidup merupakan cerminan pola konsumsi yang menggambarkan pilihan seseorang yakni bagaimana seseorang itu menggunakan uang dan waktunya (Sumarwan, 2003: 56) yang diperlihatkannya dalam bentuk aktivitas, minat, dan pendapat (Kotler dan Armstrong, 2001: 208).

(62)

44

perasaan, hakekat atau aktivitas yang menjadi petunjuk bagi seseorang untuk secara berulang/terus-menerus melakukan pembelian produk yang tidak terlalu dibutuhkan dalam jangka waktu yang cukup lama akibat dari adanya perasaan negatif, depresi, rasa stres, rasa bosan akan aktivitasnya sehari-hari dengan tujuan utamanya adalah mencari kesenangan pada proses pembeliannya, bukan pada produknya (Sharma dkk, 2009 : 110 ; Gupta,

2013 : 44 ; Faber & O’Guinn, 1989 : 148 ; Dittmar, 2005 : 469 ; dan Kwak et al dalam Poetra, 2012 : 2).

3. Messina (Naomi dan Mayasari, 2009: 4) mendefinisikan kontrol diri sebagai kemampuan seseorang untuk tidak melakukan pembelian secara spontan atau kemampuan diri menunda pembelian dengan melakukan pertimbangan terlebih dahulu.

3.3 Definisi Operasional

Nazir mengungkapkan bahwa definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara menspesifikan kegiatan yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Ropenda, 2010 : 40).

Tabel 3. Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Indikator

1 Gaya Hidup (X) Cerminan pola konsumsi yang menggambarkan pilihan seseorang yakni bagaimana seseorang itu menggunakan uang dan waktunya (Sumarwan, 2003: 56) yang diperlihatkannya dalam bentuk aktivitas, minat, dan pendapat (Kotler dan

1. Menghabiskan waktu berkunjung ke

pusat perbelanjaan

2. Mengikuti mode pakaian masa kini

3. Ingin menjadi pusat perhatian

4. Menjaga penampilan

(63)

45

Armstrong, 2001: 208). 6. Berbelanja merupakan sebuah

petualangan (Mas’ud, 2004 : 482;

Suryani, 2012 : 80).

2 Perilaku Pembelian Kompulsif (Y)

Respon dari keinginan atau dorongan yang tidak terkendali untuk mendapatkan, menggunakan, atau memahami perasaan, hakekat atau aktivitas yang menjadi petunjuk bagi seseorang untuk secara berulang/terus-menerus

melakukan pembelian produk yang tidak terlalu dibutuhkan dalam jangka waktu yang cukup lama akibat dari adanya perasaan negatif, depresi, rasa stres, rasa bosan akan aktivitasnya sehari-hari dengan tujuan utamanya adalah mencari kesenangan pada proses pembeliannya, bukan pada produknya. (Sharma dkk, 2009

3. Menghabiskan sebagian uang dengan

berbelanja

4. Adanya dorongan untuk membeli

barang tanpa rencana

5. Tidak tahan berbelanja ketika melihat

suatu barang

6. Merasa gembira ketika berbelanja 7. Merasa gelisah ketika tidak

berbelanja

8. Berbelanja merupakan obat

penghilang penat

9. Menyesal membeli barang yang tidak

perlu (Mas’ud, 2004 : 449; Sari, 2013

: 6; Sari, 2012 : 5).

3 Kontrol Diri (Z) Kemampuan seseorang untuk tidak melakukan pembelian secara spontan atau kemampuan diri untuk menunda pembelian dengan melakukan pertimbangan terlebih dahulu (Messina dalam Naomi dan

5. Mengutamakan membeli barang yang dibutuhkan

6. Membuat daftar belanja

7. Membuat anggaran belanja

(64)

46 3.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua orang, kejadian atau jumlah keseluruhan dari unit analisis yang diduga (Mas’ud, 2004 : 70). Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi pada penelitian ini adalah konsumen pakaian di Simpur Center Bandar Lampung. Sedangkan Sampel adalah sekelompok elemen yang menjadi dasar untuk dipilih

sebagai sampel (Mas’ud, 2004 : 71), dan jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 100 responden karena menurut Ferdinand (2006: 191) ukuran sampel yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 sudah cukup memadai bagi kebanyakan penelitian.

3.5 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam sebuah penelitian (Sugiyono, 2011 : 91). Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah metode purposive sampling karena jumlah populasi dan karakteristik populasi tidak diketahui dengan pasti, maka teknik penentuan sampel didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Kriteria sampling pada penelitian ini ialah :

- Konsumen yang telah membeli pakaian di Simpur Center Bandar Lampung dan pembelian tersebut dilakukan tanpa perencanaan sebelumnya

(65)

47 3.6 Metode Pengumpulan Data

1. Data primer, diperoleh langsung dengan melakukan penyebaran angket kepada konsumen pakaian di Simpur Center Bandar Lampung.

2. Data sekunder, diperoleh secara tidak langsung melalui buku, internet, dan media perantara lainnya.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan dan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan responden dapat memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut (Umar, 2005: 167). Daftar pertanyaan yang diajukan bersifat tertutup karena dapat membantu memudahkan responden untuk menjawab dengan cepat.

2. Studi Kepustakaan

Suatu teknik untuk mendapatkan data teoritis dari para ahli melalui sumber bacaan yang berhubungan dan menunjang terhadap penelitian ini, baik yang bersumber dari buku, majalah, koran, dan bacaan lainnya.

3.8 Transformasi Data Ordinal Ke Interval Dengan Method Successive of Interval (MSI)

(66)

48

merupakan data ordinal, dimana tidak menunjukkan perbandingan suatu jawaban secara nyata. Dengan data interval, perbandingan antar jawaban yang sebenarnya akan terlihat sehingga selanjutnya dapat diolah untuk memperoleh suatu nilai jawaban responden (Riduwan dan Kuncoro, 2008: 30). Dalam penelitian ini data yang diperoleh menggunakan skala likert (data berskala ordinal) sehingga data ordinal tersebut perlu ditingkatkan terlebih dahulu dengan cara mentransformasi data dari ordinal menjadi interval. Langkah-langkah dalam method successive interval ini adalah :

1. Perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan 2. Pada setiap butir sitentukan berapa orang yang mendapat skor 1, 2, 3, 4,

dan 5 yang disebut sebagai frekuensi

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya tersebut disebut sebagai proporsi

4. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan per kolom skor

5. Gunakan tabel distribusi normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh

6. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan Tabel Densitas)

7. Hitung score value atau nilai skala dengan rumus : SV = density of lower limit – density at upper limit Area under upper limit – area under lower limit 8. Tentukan nilai transformasi dengan rumus :

(67)

49 3.9 Teknik Pengujian Instrumen

Teknik pengujian instrumen ini terbagi menjadi dua konsep, yaitu validitas dan reliabilitas. Kedua konsep ini sangat penting dalam sebuah penelitian karena instrumen yang digunakan dalam penelitian harus memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas (Ferdinand, 2006 : 236).

3.9.1 Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur atau instrumen itu mampu mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2005 : 176). Hasil penelitian yang valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang seseungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti (Sugiyono, 2011 : 137). Pada penelitian ini, peneliti menguji validitas dengan cara menguji masing-masing item pernyataan variabel gaya hidup, pembelian kompulsif, dan kontrol diri. Uji validitas menggunakan rumus Product Moment dengan bantuan program SPSS 16 untuk instrumen dari 22 Item. Pernyataan yang valid dengan data yang terkumpul dari 30 responden yang diperoleh dari penyebaran kuesioner dengan r kritis 5%. Dari penghitungan r kritis pada df = n – 2 atau df = 30 – 2 = 28 dan taraf kepercayaan 5% yaitu 0,361. Dengan kriteria pengambilan keputusannya ialah sebagai berikut :

- Jika r hitung > r tabel, maka koesioner valid - Jika r hitung < r tabel, maka koesioner tidak valid

(68)

50

kemudian dibandingkan dengan r tabel dicari pada signifikansi 0.05 dengan uji sisi jumlah data n = 30, maka didapat r tabel sebesar 0,361.

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Awal

No. Item r Hitung r Tabel Kesimpulan dilakukan pengujian kembali dengan menghilangkan item kompulsif 9 dari variabel perilaku pembelian kompulsif, dan kontrol 1 dari variabel kontrol diri. Berikut ini adalah hasil pengujian kedua setelah menghilangkan item yang tidak valid.

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Akhir

No. Item r Hitung r Tabel Kesimpulan

1 Gaya1 0.499 0.361 Valid

2 Gaya2 0.592 0.361 Valid

3 Gaya3 0.546 0.361 Valid

(69)

51

Dengan demikian berdasarkan data pada tabel 5 diketahui bahwa item pernyataan variabel gaya hidup, perilaku pembelian kompulsif, dan kontrol diri adalah valid. Hal ini dapat dilihat dari r hitung yang lebih besar dari r tabel, maka kuesioner dinyatakan valid. Karena semua item pernyataan valid, maka semua pernyataan variabel gaya hidup, perilaku pembelian kompulsif, dan kontrol diri dapat digunakan dalam penyebaran kuesioner untuk pengumpulan data.

3.9.2 Reliabilitas

(70)

52

reliabilitas adalah 1,00 dengan batasan nilai yang dianggap pas yaitu 0,6 – 0,69 dan nilai yang dianggap cukup memuaskan adalah ≥ 0,60 dengan ketentuan sebagai berikut:

- Jika Alpha > Alpha Cronbach, maka kuesioner penelitian dinyatakan reliabel.

- Jika AlphaAlpha Cronbach, maka kuesioner penelitian dinyatakan tidak reliabel.

Setelah dilakukan pengujian reliabilitas instrumen maka didapatkan hasilnya sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach Alpha Alpha Keterangan

Gaya Hidup (X) 0.60 0.776 Reliabel

Pembelian Kompulsif (Y) 0.60 0.831 Reliabel

Kontrol Diri (Z) 0.60 0.638 Reliabel

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat disimpulkan bahwa tiap-tiap variabel, yakni variabel gaya hidup, variabel pembelian kompulsif, dan variabel kontrol diri adalah reliabel karena besaran alpha masing-masing variabel tersebut lebih dari 0.60 sesuai dengan ketentuan.

3.10 Teknik Analisis Data 3.10.1 Statistik Deskriptif

(71)

53

responden atas item-item yang terdapat di dalam kuesioner. Peneliti akan mengolah data-data yang ada dengan cara dikelompokkan dan ditabulasikan kemudian diberi penjelasan.

3.10.2 Analisis Inferensial a) Uji Normalitas

Pengujian normalitas data sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual yang berguna untuk menguji apakah residual modal regresi memiliki distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Dasar pengambilan keputusannya adalah :

- Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. - Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005 : 110).

b) Uji Heteroskedastisitas

(72)

54

dengan melihat grafik scatterplot (Ghozali, 2005 : 105). Dasar pengambilan keputusannya adalah:

- Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang), maka telah terjadi heteroskedastisitas.

- Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

c) Analisis Regresi Linier Dengan Variabel Moderating

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Persamaan regresi linier dengan variabel moderator adalah sebagai berikut :

Y =

α

+ βX1+ βX1Z +

ɛ

Keterangan :

Y = Perilaku Pembelian Kompulsif X1 = Gaya Hidup

Z = Kontrol Diri

α

= Nilai Koefisien Y

(73)

55 3.10.3 Uji Hipotesis

a) Uji Koefisien Determinasi ( )

Koefisien determinasi ( ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen (bebas) dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005 : 95). Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan antara variabel, penulis memberikan kriteria sebagai berikut (Ghozali, 2013) :

Tabel 7. Kriteria Nilai R2

No Nilai R2 Keterangan

1 0 Tidak ada korelasi antar variabel

2 0 - 0,25 Korelasi sangat lemah

3 0,25 - 0,5 Korelasi Cukup

4 0,5 - 0,75 Korelasi Kuat

5 0,75 - 0,99 Korelasi Sangat Kuat

6 1 Korelasi Sempurna

Sumber : Ghozali, 2005 : 97

b) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik T)

(74)

56

pembelian kompulsif yang dimoderatori oleh kontrol diri. Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi secara parsial menggunakan uji T dengan tingkat kepercayaan 95% dan derajat kebebasan 5% dengan df = (n-k-1) (Jogiyanto, 2007). Dengan dasar pengambilan keputusan :

- Jika T hitung > T tabel, maka Ha diterima - Jika T hitung < T tabel, maka Ha ditolak

Berdasarkan nilai probabilitas (signifikan) dasar pengambilan keputusan adalah :

- Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak - Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima

c) Uji Signifikansi Simultan ( Uji F )

(75)

57

- Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak - Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima - Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak - Jika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima

Rumusnya adalah sebagai berikut :

Keterangan:

n = Jumlah sampel

Gambar

Gambar 1. Model Perilaku Konsumen
Gambar 2. Kerangka Teori Perilaku Pembelian Kompulsif
Tabel 1. Dimensi Gaya Hidup
Tabel 2. Tabel Penelitian Terdahulu
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian uji F secara simultan menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan likuiditas, profitabilitas dan kebijakan dividen terhadap harga saham pada perusahaan indeks

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai Mail Server Lokal, metode yang digunakan adalah menentukan permasalahan yaitu domain Axxx.com tidak dapat mengirimkan email ke

Padahal dari jaman dahulu sudah banyak metode pembelajaran yang menyenangkan, akan tetapi banyak guru yang tidak memperhatikan hal tersebut, atau mungkin memang tidak paham dengan

Dari hasil wawancara yang saya lakukan dengan guru BK dapat disimpulkan bahwa yang menjadi hambatan dalam upaya mengatasi kesulitan belajar seperti yang telah

sikit.Sempat ler buat nota untuk kurung pesak gantung ntok korang semua.Jom kite mulakan dengan buat pola yerk...bukan apa,korang bley gunting terus je kat kain kalau dah

Distribusi Frekuensi Keluhan Muskoloskeletal sesudah Perbaikan Fasilitas Kerja pada Saat Selesai Bekerja pada Kelompok Kontrol Perajin Sulaman Tangan di Nagari

Dari permasalahan yang telah dipaparkan diatas mendasari penulis untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Produk dan Harga Terhadap Minat Beli Mobil Tipe Sedan

Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran, yang harus dilakukan dalam periklanan tentu saja harus lebih dari sekedar memberi informasi kepada khalayak, bentuk