• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK KETIDAKSESUAIAN LOKASI PASAR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PENDUDUK DI KELURAHAN TELUKBETUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK KETIDAKSESUAIAN LOKASI PASAR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PENDUDUK DI KELURAHAN TELUKBETUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN BANDAR LAMPUNG"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

DAMPAK KETIDAKSESUAIAN LOKASI PASAR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PENDUDUK

DI KELURAHAN TELUKBETUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN

BANDAR LAMPUNG

Oleh

Dewi Laila Nurjanah

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak positif dan negatif yang dirasakan oleh kepala keluarga (KK) di Kelurahan Teluk Betung, yang ditimbulkan dari ketidaksesuaian lokasi berdirinya Pasar Tradisional di Kelurahan Teluk Betung, Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung pada tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan tabel silang.

Hasil penelitian menunjukkan ketidaksesuaian lokasi pasar tradisional berdampak positif dan negatif. Dampak positif antara lain: (1) sebagian besar (80,0 persen) KK menyatakan kesempatan kerja meningkat, (2) status pekerjaan KK terbanyak (46,6 persen) adalah berusaha sendiri, dan (3) sebagian besar (56,6 persen) KK berpendapatan lebih tinggi. Adapun dampak negatif antara lain, (1) sebagian besar (73,3 persen) KK menyatakan kondisi lingkungan kotor dengan banyaknya tumpukan sampah, dan (2) sebagian besar (58,3 persen) KK menyatakan kemacetan lalu lintas sering terjadi.

(2)

ABSTRACK

THE EFFECT OF INCOMPABILITY OF TRADITIONAL MARKET ESTABLISHMENT TOWARD THE ECONOMY SOCIAL CONDITION OF THE CITIZEN OF TELUK BETUNG SELATAN

BANDAR LAMPUNG

By

Dewi Laila Nurjanah

The purpose of this study is to analyze wheather any positive and negative effect are felt by the head of family at the Teluk Betung village. Which is caused by the incompatibility of traditional market establishment in the Teluk Betung Selatan Bandar Lampung at 2015. The study used a descriptive method. The research used the questionnaires, observation, and documentation in the data collection method. The data analysis technique is using cross tabbs.

The result of study showed that there were positive and negative effects of the incompatibility of traditional market establishment. The positive effects showed: (1) 80,0 percent head of family said that the chance of working is increased, (2) 46,6 percent head of family said that the highest status of working is entrepreneurship, and (3) 56,6 percent head of family got higher income. Even the negative effects are, (1) 73,3 percent of the head of family said that the condition of environment were dirty is caused by the pile of trash, and (2) 58,3 percent of the head of family said the traffic jam were often happened.

(3)

DAMPAK KETIDAKSESUAIAN LOKASI PASAR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PENDUDUK

DI KELURAHAN TELUKBETUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN

BANDAR LAMPUNG

Oleh

Dewi Laila Nurjanah Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Geografi JurusanPendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAMPAK KETIDAKSESUAIAN LOKASI PASAR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PENDUDUK

DI KELURAHAN TELUKBETUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN

BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

DEWI LAILA NURJANAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Sebaran Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung

Provinsi Lampung... 3 2. Kerangka Pikir ... 31 3. Diagram Alur Penelitian ... 41 4. Peta Administrasi Kelurahan Teluk Betung Kecamatan Teluk

Betung Selatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014 ... 44 5. Kondisi Kebersihan Lingkungan di Pasar Tradisional. ... 100 6. Kondisi Kemacetan Lalu Lintas di Jalan Ikan Pari di Kelurahan

(6)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Kegunaan Penelitian ... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Ekonomi ... 10

2. Pasar ... 11

3. Pasar Tradisional ... 11

4. Dampak ... 19

5. Lokasi ... 28

B. Kajian Empiris ... 29

C. Kerangka Pikir... 31

III METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Lokasi Penelitian ... 32

C. Teknik Penentuan Lokasi, Populasi, dan Sampel ... 33

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 40

G. Bagan Alur Penelitian ... 40

IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 42

A. Deskripsi Kelurahan Telukbetung ... 42

1. Letak ... 42

(7)

v

3. Topografi ... 45

4. Sejarah Berdirinya Kelurahan Telukbetung ... 46

5. Komposisi Penduduk di Kelurahan Telukbetung ... 46

6. Fasilitas Umum di Kelurahan Telukbetung ... 51

B. Sejarah Singkat Berdirinya Pasar Kangkung ... 52

C. Profil Dinas Pengelola Pasar Pemerintah ... 54

Kota Bandar Lampung D. Identitas Responden ... 56

E. Deskripsi Data ... 60

F. Pembahasan ... 93

1. Dampak Positif dari Ketidaksesuaian Lokasi Pasar Tradisional ... 93

1.1.Kesempatan Kerja ... 94

1.2.Status Pekerjaan KK ... 96

1.3.Tingkat Pendapatan KK ... 98

2. Dampak Negatif dari Ketidaksesuaian Lokasi Pasar Tradisonal... 99

2.1 Kebersihan Lingkungan di Kelurahan Telukbetung ... 100

2.2 Kemacetan Lalu Lintas di Kelurahan Telukbetung ... 102

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran... 108

(8)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kajian Empiris ... 29 3.2 Populasi Penelitian Penduduk di Pasar Kangkung Kelurahan

Teluk Betung Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kota Bandar

Lampung ... 33 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

di Kelurahan/Desa Teluk Betung ... 46 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan/Desa

Teluk Betung ... 49 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan/Desa

Teluk Betung ... 50 4.6 Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kelurahan/Desa

Teluk Betung ... 51 4.7 Umur KK di Kelurahan Teluk Betung Kecamatan Teluk

Betung Selatan. ... 56 4.8 Jumlah KK Berdasarkan Golongan Umur Produktif dan

Tidak Produktif di Kelurahan Teluk Betung Kecamatan Teluk

Betung Selatan. ... 57 4.9 Tingkat Pendidikan KK di Kelurahan Teluk Betung Kecamatan

Teluk Betung Selatan... 58 4.10 Jumlah KK Berdasatrkan Suku Bangsa di Kelurahan

Teluk Betung Kecamatan Teluk Betung Selatan... 59 4.11 Tingkat kesempatan Kerja di Kelurahan Teluk Betung, Sebelum

(9)

vii

Halaman 4.12 Tingkat Kesempatan Kerja di Kelurahan Teluk Betung, Setelah

Berdiri Pasar Tradisional ... 62 4.13 Tingkat Kesempatan Kerja di Kelurahan Teluk Betung, Sebelum

dan Setelah Berdirinya Pasar Tradisional... 64 4.14 Status Pekerjaan KK di Kelurahan Teluk Betung, Sebelum

Berdiri Pasar Tradisional, ... 67 4.15 Status Pekerjaan KK di Kelurahan Teluk Betung, Setelah

Berdiri Pasar Tradisional, ... 68 4.16 Status Pekerjaan KK di Kelurahan Teluk Betung,Sebelum dan

Setelah Berdiri Pasar Tradisional, ... 70 4.17 Jenis Pekerjaan KK di Kelurahan Teluk Betung, Sebelum

Berdiri Pasar Tradisional ... 73 4.18 Jenis Pekerjaan KK di Kelurahan Teluk Betung, Setelah

Berdiri Pasar Tradisional ... 74 4.19 Jenis Pekerjaan KK di Kelurahan Teluk Betung, Sebelum dan

Setelah Berdiri Pasar Tradisional ... 75 4.20 Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Sebelum Berdiri

Pasar Tradisional ... 77 4.21 Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Setelah Berdiri

Pasar Tradisional ... 78 4.22 Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Sebelum dan Setelah

Berdiri Pasar Tradisional ... 79 4.23 Kebersihan Lingkungan di Kelurahan Teluk Betung, Sebelum

Berdiri Pasar Tradisional ... 81 4.24 Kebersihan Lingkungan di Kelurahan Teluk Betung, Sebelum dan

Setelah Berdiri Pasar Tradisional ... 82 4.25 Kebersihan Lingkungan di Kelurahan Telukbetung, Sebelum dan

Setelah Berdirinya Pasar Tradisional... 83 4.26 Kemacetan Lalu Lintas di Kelurahan Teluk Betung, Sebelum

(10)

viii

Halaman 4.27 Kemacetan Lalu Lintas di Kelurahan Teluk Betung, Setelah

Berdiri Pasar Tradisional ... 87 4.28 Kemacetan Lalu Lintas di Kelurahan Teluk Betung,Sebelum

dan Setelah Berdiri Pasar Tradisional... 88 4.29 Jumlah Kendaraan Yang Melewati Jalan Ikan di Kelurahan

Teluk Betung Pada Pagi Hari Pukul 06.00-08.00 WIB per 15 Menit

Dengan Titik Pengamatan Di Pasar Kangkung ... 91 4.30 Jumlah Kendaraan Yang Melewati Jalan Ikan di Kelurahan

Teluk Betung Pada Siang Hari Pukul 12.00-14.00 WIB per 15 Menit Dengan Titik Pengamatan Di Pasar Kangkung ... 92 4.31 Jumlah Kendaraan Yang Melewati Jalan Ikan di Kelurahan

Teluk Betung Pada Sore Hari Pukul 16.00-18.00 WIB per 15 Menit

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Sebaran Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung

Provinsi Lampung... 3 2. Kerangka Pikir... 31 3. Diagram Alur Penelitian ... 41 4. Peta Administrasi Kelurahan Teluk Betung Kecamatan Teluk

Betung Selatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014 ... 44 5. Kondisi Kebersihan Lingkungan di Pasar Tradisional. ... 100 6. Kondisi Kemacetan Lalu Lintas di Jalan Ikan Pari di Kelurahan

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

(14)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kajian Empiris ... 29 3.2 Populasi Penelitian Penduduk di Pasar Kangkung Kelurahan

Teluk Betung Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kota Bandar

Lampung ... 33 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

di Kelurahan/Desa Teluk Betung ... 46 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan/Desa

Teluk Betung ... 49 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan/Desa

Teluk Betung ... 50 4.6 Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kelurahan/Desa

Teluk Betung ... 51 4.7 Umur KK di Kelurahan Teluk Betung Kecamatan Teluk

Betung Selatan. ... 56 4.8 Jumlah KK Berdasarkan Golongan Umur Produktif dan

Tidak Produktif di Kelurahan Teluk Betung Kecamatan Teluk

Betung Selatan. ... 57 4.9 Tingkat Pendidikan KK di Kelurahan Teluk Betung Kecamatan

Teluk Betung Selatan... 58 4.10 Jumlah KK Berdasatrkan Suku Bangsa di Kelurahan

Teluk Betung Kecamatan Teluk Betung Selatan... 59 4.11 Tingkat kesempatan Kerja di Kelurahan Teluk Betung, Sebelum

(15)

vii

Halaman 4.12 Tingkat Kesempatan Kerja di Kelurahan Teluk Betung, Setelah

Berdiri Pasar Tradisional ... 62 4.13 Tingkat Kesempatan Kerja di Kelurahan Teluk Betung, Sebelum

dan Setelah Berdirinya Pasar Tradisional... 64 4.14 Status Pekerjaan KK di Kelurahan Teluk Betung, Sebelum

Berdiri Pasar Tradisional, ... 67 4.15 Status Pekerjaan KK di Kelurahan Teluk Betung, Setelah

Berdiri Pasar Tradisional, ... 68 4.16 Status Pekerjaan KK di Kelurahan Teluk Betung,Sebelum dan

Setelah Berdiri Pasar Tradisional, ... 70 4.17 Jenis Pekerjaan KK di Kelurahan Teluk Betung, Sebelum

Berdiri Pasar Tradisional ... 73 4.18 Jenis Pekerjaan KK di Kelurahan Teluk Betung, Setelah

Berdiri Pasar Tradisional ... 74 4.19 Jenis Pekerjaan KK di Kelurahan Teluk Betung, Sebelum dan

Setelah Berdiri Pasar Tradisional ... 75 4.20 Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Sebelum Berdiri

Pasar Tradisional ... 77 4.21 Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Setelah Berdiri

Pasar Tradisional ... 78 4.22 Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Sebelum dan Setelah

Berdiri Pasar Tradisional ... 79 4.23 Kebersihan Lingkungan di Kelurahan Teluk Betung, Sebelum

Berdiri Pasar Tradisional ... 81 4.24 Kebersihan Lingkungan di Kelurahan Teluk Betung, Sebelum dan

Setelah Berdiri Pasar Tradisional ... 82 4.25 Kebersihan Lingkungan di Kelurahan Telukbetung, Sebelum dan

Setelah Berdirinya Pasar Tradisional... 83 4.26 Kemacetan Lalu Lintas di Kelurahan Teluk Betung, Sebelum

(16)

viii

Halaman 4.27 Kemacetan Lalu Lintas di Kelurahan Teluk Betung, Setelah

Berdiri Pasar Tradisional ... 87 4.28 Kemacetan Lalu Lintas di Kelurahan Teluk Betung,Sebelum

dan Setelah Berdiri Pasar Tradisional... 88 4.29 Jumlah Kendaraan Yang Melewati Jalan Ikan di Kelurahan

Teluk Betung Pada Pagi Hari Pukul 06.00-08.00 WIB per 15 Menit

Dengan Titik Pengamatan Di Pasar Kangkung ... 91 4.30 Jumlah Kendaraan Yang Melewati Jalan Ikan di Kelurahan

Teluk Betung Pada Siang Hari Pukul 12.00-14.00 WIB per 15 Menit Dengan Titik Pengamatan Di Pasar Kangkung ... 92 4.31 Jumlah Kendaraan Yang Melewati Jalan Ikan di Kelurahan

Teluk Betung Pada Sore Hari Pukul 16.00-18.00 WIB per 15 Menit

(17)
(18)
(19)
(20)

MOTO

“Wahai Allah, kewajibanku adalah berdoa,berupaya dan berharap sekerasnya Dan hakku adalah Kau menentukan ujung yang terbaik bagiku”

(Penulis)

“Barangsiapa yang belajar untuk membanggakan diri dengan ulama, atau untuk menentang orang-orang jahil atau menarik perhatian manusia agar tertuju

kepadanya, Allah akan memasukkannya

(21)

PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, Tuhan yang Maha Luas ilmu-Nya. Tuhan yang Maha Pengasih, atas segala nikmat dan hikmah yang dikaruniakan-Nya,

sehinggga karya kecil ini dapat ku persembahkan Untuk mereka yang tercinta dihidupku

Untuk ibuku, ibuku, ibuku “Aminah, S.Pd

Untuk ayahku Drs. Sunardy, FS. Untuk kakakku Onny syahrizal, S.Pd.

Untuk adikku Refti Aulia Restiana Untuk keluarga besarku di Terbanggi

Untuk keluarga besar geografi 2010

(22)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 26 Oktober 1992, dari sepasang suami istri bernama Bapak Drs. Sunardy. FS dan Ibu Aminah, S.Pd. Penulis merupakan

anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menjalani pendidikan di Taman Kanak-Kanak Busthanul Atfal Aisyiyah Metro Pusat pada tahun 1997-1998, kemudian

melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Dasar Muhammadiyah 1 Metro pada tahun 1998-2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Metro pada tahun 2004-2007, dan di Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Metro pada tahun 2007-2010.

Selanjutnya melanjutkan pendidikan S1 di Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) pada tahun 2010.

(23)

SANWACANA

Allhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam. Yang Maha

Merajai dan Yang Maha Luas ilmu-Nya, dan atas segala petunjuk, hidayah serta

nikmat-Nya yang tak terhingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Dampak Ketidaksesuaian Lokasi Pasar Tradisional Terhadap Kondisi Sosial

Ekonomi Penduduk di Kelurahan Teluk Betung Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung.

Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari segenap keterbatasan dan kekurangan kemampuan akademik,

waktu dan tenaga, dan tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Trisnaningsih, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama, Bapak Drs. I Gede

Sugiyanta, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik, Pembimbing Pembantu sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Geografi. Bapak Drs. Rosana, M.Si,

(24)

kesabaran, waktu, tenaga dan pikiran sehingga penulis mampu menyelesaikan

penyusunan skripsi.

Tidak lupa melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moral maupun materil

hingga dapat terselesaikannya penyusunan skripsi ini :

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selakuDekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan KeuanganFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan AlumniFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

6. Bapak Weka Trirakhmad, S.E., sebagai Sekretaris Dinas Pengelolaan Pasar Kota

Bandar Lampung.

7. Bapak Suyanto Eka, S.E.,sebagai Kepala Kelurahan Teluk Betung.

8. Ibu dan ayahku tercinta atas nasehat dan doa’nya.

(25)

Nilam, Ilma, Mbak Noe, Eka, Nani, Lili, Citra, serta keluarga besar geografi

2010 yang selalu memberikan motivasi dan dukungan.Teman-teman KKN-KT 2013 Monica, Tantri, Galuh, Agustina, Gesca, Wulan, Dika, Burhan, Topik,

Bandar Lampung, Oktober 2015

(26)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar merupakan sebuah tempat dimana masyarakat dapat memperoleh barang-barang untuk memenuhi kebutuhan pokok harian, pasar juga memiliki fungsi penggerak ekonomi daerah, tempat terjadinya distribusi hasil produksi

masyarakat daerah sehingga kelangsungan operasional pasar harus tetap dijaga dan dipertahankan oleh pemerintah daerah guna memenuhi kebutuhan

layanan sarana publik bagi masyarakat.

Intensitas dan ragam kegiatan yang terjadi di suatu pasar mencirikan

bagaimana aktivitas perekonomian di suatu kota berjalan. Tingginya aktivitas yang terjadi di pasar merupakan salah satu indikator, bahwa semakin

dinamisnya perputaran roda perekonomian kota. Pasar adalah sisi dunia usaha yang mempunyai karakteristik kerakyatan yang lekat dengan dimensi sosial, ekonomi dan budaya. Sebagai tumpuan kehidupan dari generasi ke generasi,

pasar harus dapat memenuhi tuntutan waktu baik fisik maupun nuansa kegiatannya.

Kegiatan di pasar tentunya selalu melibatkan masyarakat, baik sebagai

(27)

2

tetapi juga tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan masyarakat

Indonesia. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Polanyi dalam Damsar (1997: 99) bahwa pasar adalah satu institusi ekonomi

terpenting dan merupakan suatu jalan hidup komunitas untuk transformasi, sosial, budaya dan politik yang akan memberikan pengaruh atau dampak terhadap kondisi masyarakat yang ada sebelumnya.

Salah satu syarat lokasi pasar tradisional di suatu wilayah berdasarkan Ketetapan Menteri Kesehatan (KMK) Nomor 59 tentang pedoman penyelanggaraan pasar sehat tahun 2008 bahwa pasar tradisional hendaknya

dibangun mengacu pada rencana umum tata ruang setempat. Kota Bandar Lampung dalam hal ini telah memiliki rencana tata ruang wilayah (RTRW)

mengenai zona atau blok yang khusus diperbolehkan untuk pembangunan pasar tradisional, dengan demikian wilayah yang tidak ditetapkan menjadi daerah zona tidak diperbolehkan untuk mendirikan pasar tradisional di

dalamnya.

Kota Bandar Lampung secara keseluruhan memiliki 20 kecamatan akan tetapi hanya beberapa kecamatan saja yang menjadi kawasan zona perdagangan dan jasa, kendati demikian berdirinya pasar tradisional diluar daerah zona masih

terjadi.

Pasar tradisional yang didirikan di Kelurahan Telukbetung pada tahun 2003 merupakan salah satu pasar yang dibangun diluar zona atau lokasinya tidak

(28)

3

Gambar 1. Peta Sebaran Lokasi Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung.

(29)

4

Berdasarkan Gambar 1. Peta Sebaran Pasar Tradisional di Kota Bandar

Lampung, pendirian pasar tradisional di luar zona peruntukannya banyak terjadi dibeberapa kecamatan fakta tersebut menunjukkan pasar tradisional

tersebut lokasinya tidak sesuai, seperti pada salah satu pasar tradisional (Pasar Kangkung) di Kelurahan Teluk Betung, Kecamatan Teluk Betung Selatan. Pelanggaran terhadap kesesuaian lokasi pasar tradisional masih banyak

dilakukan, hal ini menunjukkan bahwa ada pertimbangan lain dari pihak swasta dan pemerintah setempat sebagai pengelola pasar hingga pada

akhirnya pembangunan proyek pasar tersebut tetap dilakukan.

Pertimbangan tersebut adalah permintaan dan kebutuhan masyarakat yang begitu tinggi terhadap pasar tradisional. Kebutuhan masyarakat tersebut tidak

akan terpenuhi secara merata di seluruh kecamatan di Kota Bandar Lampung apabila pembangunannya hanya boleh dilakukan terbatas pada lokasi tertentu di beberapa kecamatan yang merupakan zona perdagang dan jasa. Pasar

tradisional merupakan tempat dimana masyarakat dapat memperoleh kebutuhan pokok dengan mudah, dan sekaligus tempat yang menyediakan kesempatan kerja.

Kesempatan kerja merupakan kondisi dimana seseorang penduduk dapat

bekerja. Kesempatan kerja yang tersedia akan meningkat dengan keberadaan pasar tradisional, hal tersebut dilihat dari adanya tambahan lapangan kerja,

(30)

5

perekonomian untuk mencapai cita-cita pembangunan dan meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Bersamaan dengan segenap keuntungan yang akan didapatkan masyarakat, pasar tradisional juga berpotensi menimbulkan permasalahan yang umumnya

sering terjadi, ditambah lagi dengan lokasinya yang sudah tidak sesuai atau mengacu pada tata ruang, masalah yang ditimbulkan antara lain kelancaran

lalu lintas terganggu, kemacetan lalu lintas yang sering terjadi akibat pasar tradisional disebabkan oleh aktivitas pasar yang ramai, kendaraan milik penduduk yang berbelanja akan berhenti dan parkir di pinggir jalan, hilir

mudik angkutan umum, pedagang kaki lima (PKL), serta kendaraan pengangkut barang dagangan yang hampir senantiasa memenuhi jalan di

sekitar pasar.

Pedagang kaki lima dan parkir merupakan penyebab utama kemacetan lalu

lintas yang sering terjadi di pasar. Pasar tradisional sebagaimana yang telah disebutkan, di dalamnya menyediakan kebutuhan pokok yang sebagian besar

merupakan bahan organik yang mudah membusuk, semakin ramai aktivitas pasar tradisional tentu akan menyumbangkan sampah yang semakin banyak pula. Hal ini akan menimbulkan kesan kumuh, dan kebersihan lingkungan

pasar yang kotor akan turut mengotori lingkungan sekitar pasar.

Bertitik tolak pada latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Kelurahan Teluk Betung (Kecamatan Teluk

(31)

6

mengangkat judul Dampak Ketidaksesuaian Lokasi Pasar Tradisional

Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Kelurahan Teluk Betung, Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung.

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah bertitik tolak dari latar belakang masalah

tersebut, antara lain:

1. Dampak positif

a. Kesempatan kerja meningkat.

b. Status pekerjaan yang mengalami transformasi. c. Tingkat pendapatan yang tinggi.

2. Dampak negatif

a. Penurunan kebersihan lingkungan di Kelurahan Teluk Betung.

b. Lalu lintas di Kelurahan Teluk Betung menjadi macet.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kesempatan kerja bagi KK di Kelurahan Teluk Betung pada saat sebelum dan setelah berdiri pasar tradisional?

2. Bagaimana status pekerjaan KK di Kelurahan Teluk Betung pada saat sebelum dan setelah berdiri pasar tradisional?

(32)

7

4. Bagaimana kebersihan lingkungan di Kelurahan Teluk Betung pada saat

sebelum dan setelah berdiri pasar tradisional?

5. Bagaimana kemacetan lalu lintas di Kelurahan Teluk Betung pada saat

sebelum dan setelah berdiri pasar tradisional?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kesempatan kerja bagi KK di Kelurahan Teluk Betung pada saat sebelum dan setelah berdiri pasar tradisional.

2. Untuk mengetahui status pekerjaan KK di Kelurahan Teluk Betung pada saat sebelum dan setelah berdiri pasar tradisional.

3. Untuk mengetahui tingkat pendapatan KK di Kelurahan Teluk Betung pada

saat sebelum dan setelah berdiri pasar tradisional.

4. Untuk mengetahui kebersihan lingkungan di Kelurahan Teluk Betung pada saat sebelum dan setelah berdiri pasar tradisional.

5. Untuk mengetahui kemacetan lalu lintas di Kelurahan Teluk Betung pada saat sebelum dan setelah berdiri pasar tradisional.

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan

manfaat secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

(33)

8

pertambangan, sekolah dan tempat ibadah tidaklah asal saja/acak berada di

lokasi tersebut, melainkan menunjukkan pola dan susunan (mekanisme) yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas

Lampung.

b. Sebagai suplemen bahan ajar pada mata pelajaran Geografi di SMA kelas X semester 1 pada pokok bahasan konsep essensial geografi

khususnya konsep lokasi.

c. Sebagai informasi bagi Dinas Pengelolaan Pasar Tradisional

Pemerintah Kota Bandar Lampung.

F. Ruang Iingkup Penelitian

1. Ruang lingkup objek penelitian ini adalah kondisi sosial ekonomi KK di Kelurahan Teluk Betung.

2. Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah Kelurahan Teluk Betung,

Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung. 3. Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah tahun 2014.

4. Ruang lingkup ilmu penelitian ini adalah ilmu Geografi Ekonomi.

Geografi ekonomi, menurut Rilanto (2004: 3) adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur keruangan aktivitas ekonomi

(34)

9

kondisi geografis yang berbeda, dengan titik berat studinya adalah aspek

keruangan struktur ekonomi manusia, yang termasuk didalamnya bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi dan komunikasi.

Judul penelitian ini adalah Dampak Ketidaksesuaian Lokasi Pasar

Tradisional Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Kelurahan Teluk Betung Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung, yang

(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori menurut para ahli yang antara sebagai berikut:

1. Geografi Ekonomi

Geografi ekonomi, menurut Rilanto (2004: 3) adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur keruangan aktivitas ekonomi

manusia dalam memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya dengan berbagai ragam keruangan di permukaan bumi, yang mempunyai kondisi geografis yang berbeda, dengan titik berat

studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia, yang termasuk didalamnya bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi dan komunikasi.

Bertitik tolak dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

geografi ekonomi merupakan studi tentang variasi areal atau daerah di permukaan bumi yang berhubungan dengan aktivitas manusia, dalam hal

(36)

11

2. Pasar

Menurut Damsar (1997: 110) yang mengatakan bahwa:

pasar (market) dilihat oleh sosiolog sebagai suatu institusi sosial, yaitu suatu struktur sosial yang memberikan tatanan siap pakai bagi pemecahan persoalan kebutuhan dasar kemanusiaan, khususnya kebutuhan dasar ekonomi dalam distribusi barang dan jasa, oleh sebab itu bias dipandang sebagai serangkaian hubungan sosial yang terorganisasi di seputar proses jual beli sesuatu yang berharga. Pasar mengatur kehidupan sosial, termasuk ekonomi, secara otomatis.

Menurut Bangun (2007: 97), pasar adalah tempat bertemunya antara pembeli dan penjual. Pasar sangat penting artinya bagi para pelaku ekonomi. pemilik faktor-faktor produksi dapat menjual faktor-faktor

produksi yang dimilikinya kepada perusahaan, demikian juga barang-barang yang dihasilkan perusahaan dapat dijual kepada konsumen

melalui pasar, dengan demikian pasar adalah tempat berinteraksi para pembeli dan penjual barang.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pasar merupakan sebuah wadah untuk bertemunya masyarakat sebagai penjual,

dan sebagai pembeli, masyarakat sebagai penjual dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki sebagai sebuah produk yang kemudian dicocokkan dengan kebutuhan masyarakat sebagai pembeli, di dalam

pasar penjual dan pembeli melakukan aktivitas ekonomi.

3. Pasar Tradisional

(37)

12

oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara,

dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimilki/ dikelola oleh

pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi dengan usaha skala kecil, menengah, dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi, dalam hal organisasi pasar yang ada masih sangat sederhana, tingkat efisiensi dan spesialisasi yang rendah, lingkungan fisik yang kotor dan pola bangunan yang sempit (Purnamasari. 2014: 12).

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa pasar

tradisional adalah pranata ekonomi yang pada umumnya memiliki bangunan yang sederhana, sempit dan kotor, dalam pengelolaanya dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta, menyediakan kebutuhan

pokok sehari-hari, terjadi proses tawar menawar sebelum mencapai kesepakatan dalam transaksi jual beli.

3.1. Ciri-ciri Pasar Tradisional

Menurut Peraturan Menteri Nomor 2 Tahun 2012 tentang ciri-ciri pasar

tradisional, sebagai berikut:

1. Pasar tradisional dimiliki, dibangun dan atau dikelola oleh pemerintah daerah.

2. Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli. Tawar menawar ini adalah salah satu budaya yang terbentuk di dalam pasar. Hal ini yang dapat menjalin hubungan sosial antara pedagang dan pembeli yang lebih dekat.

(38)

13

terdapat pengelompokan dagangan sesuai dengan jenis dagangannya seperti kelompok pedagang ikan, sayur, buah, bumbu, dan daging. 4. Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan lokal.

Barang dagangan yang dijual di pasar tradisonal ini adalah hasil bumi yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Meskipun ada beberapa dagangan yang diambil dari hasil bumi dari daerah lain yang berada tidak jauh dari daerah tersebut namun tidak sampai meng import hingga keluar pulau atau negara.

Menurut Oktavia (2007: 17) berdasarkan waktu kegiatannya, pasar

tradisional digolongkan menjadi empat jenis antara lain: 1. Pasar siang hari yang beroperasi dari pukul 04.00-16.00. 2. Pasar malam hari yang beroperasi dari pukul 16.00-04.00. 3. Pasar siang malam yang beroperasi 24 jam non stop.

4. Pasar darurat, yaitu pasar yang menggunakan jalanan umum atau tempat umum tertentu atas penentapan kepala daerah dan diadakan pada saat peringatan hari-hari tertentu.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasar tradisional

memiliki ciri diantaranya dikelola oleh pemerintah dan, atau bekerjasama dengan pihak swasta, barang yang diperdagangkan merupakan

barang-barang kebutuhan pokok yang berasal dari daerah setempat, dan pada umumnya beroperasi pukul 04.00-16.00 WIB.

3.2. Fungsi Pasar Tradisional

Menurut Pedoman Teknis Badan Layanan Umum Daerah Pasar di Kabupaten/ Kota Tahun 2010 dalam Purnamasari (2014: 7) bahwa

Pasar memiliki fungsi pengembangan ekonomi masyarakat, yaitu: a. Pasar tradisional merupakan tempat masyarakat berbagai lapisan

memperoleh barang-barang kebutuhan harian dengan harga yang relatif terjangkau.

b. Pasar merupakan tempat yang relatif lebih bisa dimasuki oleh pelaku ekonomi lemah.

(39)

14

d. Pasar juga merupakan sarana distribusi perekonomian yang dapat menciptakan tambahan tempat usaha bidang jasa dan pencipta kesempatan kerja.

3.3. Fasilitas Pasar Tradisional

Berdasarkan Peraturan Departemen Perdagangan Nomor 70 Tahun 2007 Tentang Pengaturan, Pengelolaan, dan Pengembangan Citra

Pasar Tradisional di Wilayah Perkotaan dan Perdesaan, pasar tradisional memiliki fasilitas fisik dan fasilitas non-fisik. Adapun fasilitas tersebut antara lain:

1. Fasilitas fisik a. Elemen Utama

Salah satu elemen utama yang terdapat pada pasar yaitu ruang terbuka. Area ini biasanya digunakan sebagai tempat los-los pedagang non permanen atau area parkir liar yang mulai marak muncul pada saat ini. Elemen utama yang lainnya yaitu ruang tertutup. Ruang tertutup yang dimaksud adalah ruangan yang tertutup atap namun tidak tertutup sepenuhnya oleh dinding atau penyekat ruangan lainnya, contohnya seperti toko, kios, los, dasaran, kamar mandi, dan gudang.

b. Elemen Penunjang

Contoh elemen-elemen penunjang pada pasar tradsional yaitu area bongkar muat barang dagangan, dan pos penjaga.

c. Elemen Pendukung

Beberapa elemen pendukung yang ada di pasar adalah pusat pelayanan kesehatan, penitipan anak, pelayanan jasa, kantor pengelola pasar, koperasi pasar, tempat ibadah seperti mushola atau masjid.

d. Pencapaian

e. Jaringan angkutan manusia dan barang f. Jaringan utilitas

g. Jaringan Utilitas

Jaringan utilitas yang dimaksud adalah saluran listrik, air bersih, hydran, komunikasi, dan sampah. Selain itu terdapat saluran-saluran air kotor dan limbah yang memenuhi kebutuhan pasar.

(40)

15

Fasilitas sosial seringkali terlupakan pada pasar tradisional saat ini. Salah satu contoh sederhana fasilitas sosial yang dapat diaplikasikan pada pasar tradisional yaitu teras yang dapat digunakan sebagai interaksi sosial. Selain itu, pemberian vegetasi yang dapat dijadikan tempat berteduh dan menjalin interaksi sosial.

2. Fasilitas non-fisik

Selain fasilitas fisik yang terdapat pada pasar tradisional, ada pula fasilitas non-fisik yang terdapat pada pasar tradisional seperti pengelolaan pasar, pelayanan dan pengawasan kesehatan dan kelengkapan komoditi yang tersedia dalam pasar.

3.4. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Pasar Tradisional

Berdasarkan Ketetapan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tentang

Pedoman Penyelanggaraan Pasar Sehat Tahun 2008, syarat-syarat kesehatan lingkungan pasar tradisional sebagai berikut:

1. Lokasi

a. Lokasi sesuai dengan rencana umum tata ruang setempat. b. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti

bantaran sungai, aliran lahar, rawan longsor, banjir, dan sebagainya.

c. Tidak terletak pada daerah awan kecelakaan atau daerah jalur pendaratan penerbangan termasuk sempadan jalan. d. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir

sampah atau bekas lokasi pertambangan.

e. Memiliki batas wilayah yang jelas antara pasar dan lingkungannya.

f. Memiliki sarana jalan dan transportasi yang mudah dilalui. g. Dekat dengan pemukiman penduduk atau pusat kegiatan

ekonomi.

h. Rasio perbandingan antara tempat terbuka dengan bangunan pasar diusahakan minimal 30%: 70%.

2. Bangunan

a. Pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan

b. sifat dan kalsifikasinya seperti basah, kering, penjual unggas hidup, pemotongan unggas dll.

c. Pembagian zoning yang diberi identitas.

(41)

16

e. Jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan bangunan pasar utama minimal 10 m atau dibatasi dengan tembok pembatas minimal ketinggian 1,5 m.

f. Los atau kios yang menghadap keluar sebaiknya diperuntukan kios atau los non sembako seperti tekstil dan alat kebutuhan rumah tangga. Los yang berada ditengah-tengah antara toko dan kios diperuntukan sayur, daging, ayam, ikan basah serta sembako lainnya.

g. Setiap los memiliki lorong yang lebarnya minimal 1,5 meter.

h. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat berkembangnya binatang penular penyakit.

i. Permukaan dinding harus bersih, tidak lembab dan berwarna terang.

j. Lantai terbuat dari bahan yang kedap air, permukaaan rata, tidak licin, tidak retak, dan mudah dibersihkan.

k. Lantai yang selalu terkena air harus mempunyai kemirigan ke arah saluran pembuangan air.

l. Ventilasi harus memenuhi syarat minimal 20% dari luas lantai dan saling berhadapan (cross ventilation).

m. Pencahayaan cukup terang dan dapat dilihat barang dagangan dengan jelas minimal 100 lux.

n. Tersedia air bersih dengan jumlah yang cukup setiap harinya secara berkesinambungan, minimal 40 liter per pedagang.

o. Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 meter dari bangunan pasar.

p. Selokan/drainase sekitar pasar tertutup dengan kisi-kisi yang terbuat dari logam sehingga mudah dibersihkan. q. Tidak ada bangunan los/kios diatas saluran drainase. r. Tersedia pemadam kebakaran yang cukup dan berfungsi. s. Tersedia hydran air dengan jumlah cukup menurut

ketentuan berlaku.

t. Tersedia pos keamanan yang dilengkapi dengan personil dan peralatannya.

u. Terdapat fasilitas ibadah seperti mushola yang terdapat di lokasi strategis dan tidak berdekatan dengan penjual daging, ikan, dan penjualan unggas hidup.

3.5. Syarat berdirinya Pasar Tradisional

Pasar tradisional memiliki syarat-syarat tertentu dalam

(42)

17

1. Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan lingkungan tersebar disetiap lingkungan dan memiliki dukungan akses jalan sekurang-kurangnya jalan lokal sekunder.

2. Kawasan perdagangan dan jasa direncanakan secara terpadu dengan kawasan sekitarnya dan harus memperhatikan kepentingan umum semua pelaku sektor perdagangan dan jasa termasuk pedagang informal atau pedagang sejenis lainnya.

3. Pada pembangunan fasilitas perdagangan berupa kawasan perdagangan terpadu pelaksana pembangunan/pengembang wajib menyediakan prasarana lingkungan utilitas umum, area untuk pedagang informal dan fasilitas sosial dan selanjutnya diserahkan kepada pemerintah daerah.

4. Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa harus memperhatikan kebutuhan luas lahan, dan kemudahan pencapaian seperti kelancaran sirkulasi menuju lokasi. 5. Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa harus

menyediakan Ruang terbuka hijau (RTH), Ruang terbuka non hijau (RTNH), dan sumur peresapan.

3.6. Ketentuan Tata Ruang Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung

Pembangunan pasar tradisional di Kota Bandar Lampung selanjutnya diatur dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW),

antara lain sebagai berikut:

1. Pusat kawasan komersial dan jasa dengan lingkup pelayanan skala nasional, regional, berada di kawasan Tanjung Karang Pusat, Enggal dan Teluk Betung. Pada kawasan Tanjung Karang Pusat dan Enggal lebih diarahkan pada penataan dan pemantapan kawasan, pembangunan pusat komersial baru tidak diperkenankan lagi.

2. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala regional juga diarahkan ke wilayah Kedaton dan Sukarame. 3. Kawasan perdagangan dan jasa skala pelayanan kota

tersebar pada setiap subpusat pelayanan kota dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung serta lingkup pelayanannya.

(43)

18

1. SK Walikota Bandar Lampng Nomor. 051 A/Tata Kota/ HK/ 1990 Tentang Perubahan Fungsi Peruntukan Lahan Pada Daerah Permukiman Menjadi Daerah Jasa dan Perdagangan di Wilayah Kota Bandar Lampung.

Dalam peraturan tersebut ditetapkan hal-hal sebagai berikut: Sambil menunggu dibuatnya Rencana Teknik Ruang Kota Bandar Lampung, perlu diterbitkan perubahan fungsi lahan peruntukan dari daerah permukiman menjadi daerah jasa dan perdagangan pada jalan-jalan: Ki Maja, Urip Sumoharjo, Teuku Umar, Imam Bonjol, H. Agus Salim, R.W. Mongonsidi, Hayam Wuruk, MH. Thamrin dan sebagian Jalan Pangeran Antasari.

2. SK Walikota Bandar Lampung Nomor: 47. A/ Tata Kota/ HK/ 1992 Tentang Perubahan Dan Penetapan Fungsi Peruntukan Lahan Di Jalan Soekarno Hatta. Dalam peraturan tersebut terdapat perubahan fungsi peruntukan lahan antara lain:

a. Untuk Jalan Soekarno Hatta mulai dari Jalan Hayam Wuruk sampai dengan Pertigaan Jalan Ir. Sutami Panjang, tidak diperkenankan lagi untuk membangun baru ataupun bangunan tambahan yang berfungsi sebagai industri dan pergudangan, kecuali bagi pemohon yang telah mendapatkan izin dari Pemerintah Kota Bandar Lampung sebelum surat keputusan ini.

b. Untuk Jalan Soekarno Hatta mulai dari Hayam Wuruk sampai dengan pertigaan jalan Teuku Umar atau Tugu Raden Intan hanya dimungkinkan peruntukan lahan untuk permukiman dan jasa dengan tetap memperhatikan garis sempadan Jalan sebelah kiri dan 45 meter dari bahu jalan sebelah kanan mulai dari Tugu Raden Intan sampai Pertigaan Jalan Yos Sudarso Panjang, kecuali kawasan hutan kota dan kawasan tertentu berdasarkan ketentuan ditetapkan tersendiri.

3. SK Walikota Bandar Lampung Nomor: 229/Tata Kota/ HK/ 1993 Tentang Perubahan dan Penetapan Fungsi Peruntukan Lahan Di Jalan Jenderal Achmad Yani. Dalam peraturan tersebut terdapat perubahan fungsi untuk peruntukan lahan yakni, menetapkan perubahan fungsi lahan kawasan Jendral Achmad Yani yang semula dari jasa perdagangan diubah dan ditetapkan menjadi kawasan Permukiman.

4. SK Walikota Bandar Lampung Nomo r: 82/ Tata Kota/ HK/1994 Tentang Lokasi Hotel, Losmen, Penginapan dan Pondok Wisata Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung.

(44)

19

perdagangan dan jasa. Lokasi lain yang boleh ditetapkan setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan kemudian, untuk hotel, losmen/penginapan dan pondok wisata, pada kawasan wisata terbuka, kawasan dalam terminal, stasiun kereta api, pelabuhan laut, lapangan terbang dan kawasan perkantoran.

5. SK Walikota Bandar Lampung Nomor. 279/13/ HK/ 2003 Tentang Penetapan Fungsi Peruntukan Lahan Pada Beberapa Jalan Dalam Kota Bandar Lampung. Dalam peraturan tersebut ditetapkan bahwa jalan Pangeran Diponegoro, jalan Jenderal Achmad Yani, jalan Jendral Sudirman, jalan Zainal Abidin Pagar Alam dan jalan Sultan Agung mulai dari persimpangan jalan Ki Maja sampai jalan Teuku Umar tidak diperkenankan kembali untuk membangun baru atau bangunan tambahan yang berfungsi sebagai RUKO, kecuali bagi pemohon yang telah mendapatkan izin dari Pemerintah Kota Bandar Lampung sebelum surat keputusan ini ditetapkan.

4. Dampak

Menurut Badudu dan Zain dalam Safitri Ahmad (2010: 33) , menyatakan

dampak adalah suatu perubahan yang terjadi akibat masuknya unsur baru baik yang bersifat fisik maupun sosial. Dalam hal ini masyarakat terkena dampak adalah masyarakat yang akan merasakan dampak dari adanya

rencana usaha dan/ atau kegiatan, terdiri dari masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dan masyarakat yang akan mengalami kerugian.

(45)

20

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa dampak adalah

pengaruh yang diakibatkan oleh adanya pembangunan sebuah proyek tertentu seperti halnya pasar tradisional, masyarakat terkena dampak

adalah yang akan merasakan keuntungan dan kerugian dari adanya pembangunan. Dampak yang dimaksud dalam penelitian ini terbagi menjadi dampak yang bersifat positif dan bersifat negatif dari keberadaan

pasar tradisional.

4.1.Dampak Positif Pasar Tradisional

Dampak positif adalah pengaruh atau perubahan yang diharapkan membawa keuntungan (Safitri. 2010: 33). Adapun dampak positif

yang ditimbulkan dari keberadaan pasar tradisional dalam penelitian ini antara lain tingkat kesempatan kerja, status pekerjaan kepala keluarga, dan tingkat pendapatan kepala keluarga.

1. Kesempatan Kerja

Menurut Sagir (1982: 59) mendefinisikan bahwa:

kesempatan kerja merupakan kondisi dimana seseorang penduduk dapat melakukan kegiatan untuk memperoleh imbal jasa atau penghasilan dalam jangka waktu tertentu. Dalam kaitannya untuk membangun manusia Indonesia yang seutuhnya tersebut, maka kesempatan kerja dapat didefinisikan sebagai sasaran strategis yang bersifat menyeluruh dan lintas-sektoral dan sebagai landasan untuk terciptanya ketahanan nasional, sebagai masukan (input) untuk pembangunan nasional yang berlanjut. Perluasan kesempatan kerja sebagai salah satu sasaran pemerataan pembangunan yang sekaligus berfungsi untuk menciptakan ketahanan nasional serta partisipasi aktif dari masyarakat umumnya. Adapun faktor –faktor yang mempengaruhi perluasan kesempatan kerja antara lain:

1. Kependudukan

(46)

21

3. Kondisi ekonomi 4. Sosial budaya 5. Politik

Bellante dan Jackson (1990: 106) mengemukakan kesempatan kerja yang cukup banyak dan produktif serta memberikan imbalan

yang layak merupakan sarana untuk mencapai cita-cita pembangunan kita. Di samping itu adanya kebijaksanaan

kesempatan kerja ini akan meningkatkan kesejahteraan serta pembagian penghasilan yang merata, akan berakibat peningkatan partisipasi rakyat dan pembangunan.

2. Status Pekerjaan

Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam bekerja. Menurut BPS pada umumnya penduduk bekerja diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Berusaha sendiri

Berusaha sendiri adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko secara ekonomis, kembalinya ongkos

produksi yang telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan pekerja dibayar maupun

pekerja tidak dibayar. Termasuk yang sifatnya memerlukan teknologi, atau keahlian khusus.

(47)

22

Berusaha dibantu buruh tidak tetap atau buruh tidak dibayar

adalah bekerja atau berusaha atas resiko sendiri, dan menggunakan buruh/ karyawan/ pegawai tidak tetap.

c) Berusaha dibantu buruh tetap

Berusaha dibantu buruh tetap adalah berusaha atas resiko sendiri dan mempeerjakan paling sedikit saut orang buruh/ karyawan/

pegawai tetap yang dibayar.

d) Buruh/karyawan/pegawai

Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa buruh/ karyawan/ pegawai/ tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat, baik di dalam maupun diluar hubungan kerja. Dari definisi tersebut maka yang dimaksud dengan tenaga kerja yang melakukan pekerjaan didalam hubungan kerja adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan pada setiap bentuk usaha (perusahaan) atau perorangan dengan menerima upah termasuk tenaga kerja yang melakukan pekerjaan diluar hubungan kerja.

e) Pekerja bebas di pertanian

Pekerja bebas di pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/ majikan/ institusi yang tidak tetap (lebih dari satu

majikan dalam sebulan terakhir) diusaha pertanian, baik yang berusaha usaha rumah tangga, maupun bukan usaha rumah

tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah/ imbalan baik berupa uang maupun barang, baik dengan system pembayaran harian maupun borongan. Menurut

(48)

23

pekerja yang melakukan pekerjaan diluar hubungan kerja adalah orang yang bekerja sendiri tanpa ikatan dengan perusahaan atau perorangan biasa disebut tenaga kerja bebas., seperti dokter, petani yang menggarap sawah miliknya sendiri.

f) Pekerja bebas di non pertanian

Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 1 ayat 2 menyebutkan:

pekerja yang melakukan pekerjaan diluar hubungan kerja adalah orang yang bekerja sendiri tanpa ikatan dengan perusahaan atau perorangan biasa disebut tenaga kerja yang tidak berhubungan dengan pertanian.

g) Pekerja keluarga/tidak dibayar

Pekerja keluarga/tidak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat

upah/ gaji, baik berupa uang maupun barang.

Dapat disimpulkan bahwa status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam pekerjaan yang dilakukan, status pekerjaan tersebut

terbagi menjadi berusaha sendiri, berusaha sendiri dibantu buruh tidak tetap, berusaha sendiri dibantu buruh tetap, karyawan/buruh, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di non-pertanian, pekerja

keluarga.

3. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga

Pendapatan adalah gambaran yang lebih tentang posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat yang merupakan jumlah keseluruhan pendapatan dan

(49)

24

atau barang, baik pendapatan yang berasal dari pihak lain atau hasil

sendiri. Pendapatan berupa uang antara lain:

1) Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi atu penjualan dari kerajinan rumah.

2) Hasil investasi yakni pendapatan yang di peroleh dari hak milik tanah. 3) Keuntungan sosial yakni pendapatan yang di peroleh dari kerja sosial.

Pendapatan yang berupa barang, antara lain berupa :

1) Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentuk dalam beras, pengobatan dan transportasi, pemukiman dan rekreasi.

2) Barang yang diproduksi dan dikonsumsi dirumah antara lain pemakaian barang yang diproduksi dirumah atau disewa yang seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.

3) Penerimaan yang bukan pendapatan, yaitu pengambilan tabungan penjualan barang yang dipakai, penagihan piutang, pinjaman uang, kiriman uang, hadiah/pemberian, warisan.

Menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. PER-01/MEN/1999 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-226/MEN/2000 Tahun 2000 tentang Upah Minimum (“Peraturan Upah Minimum”):

1. Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.

2. Upah Minimum Propinsi adalah Upah Minimum yang berlaku untuk seluruh Kabupaten/Kota di satu Propinsi.

3. Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah Upah Minimum yang berlaku di Daerah Kabupaten/Kota.

Dilansir dari sebuah artikel lampung post, melalui situs http://lampost.co/berita/besaran-umk-2015, Sulaiman menyebutkan upah

minimum kota (UMK) di Kota Bandar Lampung pada tahun 2015 sudah ditetapkan oleh Dewan Pengupahan Kota (DPK) yakni sebesar Rp

(50)

25

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat

pendapatan kepala keluarga adalah besarnya pendapatan yang diperoleh kepala keluarga dari pekerjaannya. Pendapatan tersebut dikatakan tinggi

apabila sama besar, atau lebih besar dari upah minimum kota yang ditetapkan pemeirntah setempat, dan dikatakan kecil apabila kurang dari UMK.

4.2.Dampak Negatif Dari Ketidaksesuaian Lokasi Pasar Tradisional Dampak negatif adalah dampak yang merugikan atau buruk, dampak

pembangunan menjadi masalah karena perubahan yang disebabkan oleh pembangunan selalu lebih luas daripada yang menjadi sasaran pembangunan yang direncanakan (Soemarwoto. 1992: 43).

Menurut Sagita dalam sebuah situs http://demo.analisadaily.com/

opini/news/carut-marut-pengelolaan-pasar-kota-medan/139824/2015/06/06

menerangkan bahwa:

Berdasarkan Perda, adalah benar di beberapa wilayah tidak pantas didirikan pasar. Selain mengganggu ketertiban dan kelancaran arus lalu lintas, kebersihan pasar juga patut dipersoalkan. Sudah bukan menjadi rahasia lagi jika sebagian besar pasar tradisional di kota ini sangat kumuh dan kotor. Bau busuk dan sampah bertebaran dimana-mana, semua ini memang tidak terlepas dari kebiasaan buruk para pedagang.

(51)

26

1. Kebersihan Lingkungan

Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah (Wikipedia). Menurut Peraturan Perundang-undang

Nomor 11 Tahun 1963 tentang kebersihan untuk usaha-usaha umum disebutkan sebagai berikut:

1) Kebersihan adalah segala usaha untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan.

2) Usaha usaha bagi umum adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta maupun perseorangan yang menghasilkan sesuatu untuk atau yang langsung dapat dipergunakan oleh umum. kebersihan dapat mempengaruhi konsumen menentukan keputusan perpindahan mereka dalam memperoleh barang atau jasa yang diinginkan.

Dikutip dari sebuah artikel Padang Ekspres Digital Media, melalui situs http://www.koran.padek.co/read/detail/27820, Rion menyebutkan pasar

tradisional yang bersih hendaknya memiliki beberapa kriteria antara lain sampah tidak terlihat bertebaran di area pasar, sudut-sudut pasar,

serta saluran air, kemudian pedagang berjualan secara tertib dan tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Mutawakil (2009: 16) menyatakan bahwa:

Selalu menjadi masalah yang menimbulkan polemik di masyarakat. Sikap saling menyalahkan antara pemerintah dan masyarakat mengenai sampah yang kerap kali muncul bila terjadi masalah. Masyarakat merasa persoalan sampah adalah persoalan pemerintah. Pemerintah yang seharusnya membersihkan lingkungan mereka, sementara disisi lain pemerintah tanpa dukungan masyarakat yang memadai maka setiap usaha yang dilakukan untuk membersihkan lingkungan akan kurang efektif.

(52)

27

dan sampah yang berserakan, kebersihan lingkungan menjadi sebuah

indikator mutlak bagi kenyamanan seseorang, dan merupakan sebuah kebutuhan yang sering menimbulkan polemik.

2. Kemacetan Lalu Lintas Akibat Pasar Tradisional Menurut Dikun (2003: 29) menyatakan bahwa:

kemacetan lalu lintas adalah masalah transportasi yang selalu dihadapi oleh para pengguna jalan dan masyarakat kota pada umumnya, begitu menyatunya masalah ini dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kota sehingga dampak terhadap ekonomi yang diakibatkan oleh pemborosan waktu dan energi seringkali luput dari perhatian serta kemacetan erat berdampingan dengan masalah kapasitas jaringan jalan perkotaan yang makin lama makin menyusut, bukan saja karena meningkatnya jumlah kendaraan secara drastis dari waktu ke waktu namun juga karena pemakaian ilegal dari badan dan ruang jalan oleh pedagang kaki lima, pasar tumpah, dan penggunaan lain di luar lalu lintas dan orang.

Menurut hasil penelitian, Raharjo (2012:53) menyebutkan bahwa: kemacetan lalu lintas di pasar tradisional cenderung ramai di pagi hari, hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain, sayur mayur dan bahan lainnya lebih segar di pagi hari dibandingkan pada sore hari, lalu ada beberapa ibu rumah tangga berbelanja pada pagi hari setelah mengantarkan anaknya pergi ke sekolah sehingga para pembeli terutama ibu rumah tangga lebih memilih untuk berbelanja di pasar pada pagi hari. hal inilah yang menyebabkan bobot hambatan samping di pasar tradisional lebih tinggi di pagi hari.

Kapasitas jalan adalah volume kendaraan maksimum yang dapat melewati jalan per satuan waktu dalam kondisi tertentu. Besarnya

kapasitas jalan tergantung khususnya pada lebar jalan dan gangguan terhadap arus lalulintas yang melalui jalan tersebut. Arus puncak dapat berlangsung jauh lebih lama atau lebih pendek dari sejam, karakteristik

(53)

28

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

kemacetan terjadi dikarenakan jumlah kendaraan melebihi kapasitas panjang dan lebar jalan, dan dapat diamati dalam interval waktu antara

5-15 menit.

3 Lokasi

Tarigan (2004: 77) menyatakan bahwa:

nilai sebuah lokasi dari segi ekonomi, teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan bermacam-macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi berbagai kegiatan seperti rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian, pertambangan, sekolah dan tempat ibadah tidaklah asal saja/acak berada di lokasi tersebut, melainkan menunjukkan pola dan susunan (mekanisme) yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti.

Dalam dunia nyata kondisi dan potensi suatu wilayah termasuk di bidang perdagangan dan jasa berbeda-beda. Dampaknya menjadi lebih

mudah dianalisis karena telah diketahui tingkah laku manusianya dalam kondisi potensi ruang. Salah satu unsur ruang dalam hal pengaturan

perdagangan dan jasa adalah jarak menciptakan gangguan bagi manusia dalam mengelola usahanya dari satu tempat ke tempat lain.

Christaller dalam Tarigan (2010: 83) mengemukakan bahwa:

(54)

29

ekonomi yang berlangsung memberikan kesejahteraan yang bersifat merata.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan suatu lokasi

disebut strategis bila berada dipusat kota, kepadatan populasi, kemudahan mencapainya menyangkut kemudahan transportasi umum, kelancaran lalu lintas dan arahnya tidak membingungkan konsumen,

kelancaran arus pejalan kaki dan sebagainya. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh suasana

aman, nyaman dan sejahtera dalam pengelolaan perdagangan dan jasa di wilayah perkotaan, maka sangat diperlukan adanya penataan ruang atau tata wilayah.

B. Kajian Empiris

Kajian empiris merupakan penelitian yang memiliki ruang lingkup

objek dan sudut pandang yang hampir sama, yang ini digunakan sebagai referensi atau sumber acuan dalam rangka penyelesaian

[image:54.595.115.509.630.755.2]

penulisan karya ilmiah yang tengah dilakukan. Adapun kajian empiris yang dijadikan referensi sebagai berikut:

Tabel 2. 1. Kajian Empiris

Penulis Judul Tujuan Metode

(55)
[image:55.595.115.510.114.754.2]

30

Tabel 2. 1. Kajian Empiris (Lanjutan)

Penulis Judul Tujuan Metode

Penelitian Hasil Penelitian Kelurahan Bukit Lama Pagu Kabupaten Solok Selatan Kecamatan Ilir Barat I Palembang Tahun 2013. teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi, analisis data interaktif model menengah kebawah. Pasar memiliki fungsi ekonomi antara lain

sebagai tempat jual beli, sebagai tempat memiliki fungsi ekonomi antara lain

sebagai tempat jual beli, sebagai tempat mendatangkan lapangan pekerjaan, sebagai tempat menambah kesejahteraan masyarakat. Mayasari Rani Analisis Pengaruh Citra Pasar Tradisional Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Pada Pasar Projo Ambarawa) Tahun 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh harga, pelayanan, kualitas, lingkungan fisik, lokasi dan keragaman barang serta untuk mengetahui dimensi yang paling dominan yang mempengar uhi loyalitas konsumen Pasar Projo Penelitian ini adalah survei dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Jenis datanya adalah primer. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda Lingkungan fisik yang bersih dan rapi akan menjadi dambaan

(56)
[image:56.595.112.513.119.451.2]

31

Tabel 2. 1. Kajian Empiris (Lanjutan)

Penulis Judul Tujuan Met. Penelitian Hasil Penelitian Ambarawa. Yulianti Nella Dampak Perubahan Lokasi Pasar Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Nagari Muarala buh Kecamatan Sungai Tahun 2011. Mendeskrip sikan alasan-alasan dilakukan perubahan lokasi pasar, kondisi internal dan kondisi ekternal pasar setelah dilakukan perubahan lokasi pasar. Metode deskriptif kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara, informan penelitian diambil dengan purposive sampling(secara sengaja) diperoleh. Pendapatan penduduk mengalami perubahan, munculnya pasar kecil di setiap daerah dan adanya pedagang keliling, adanya kemudahan bagi masyarakat untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka, harga sewa tanah dan sewa kontrakan toko dekat lokasi pasar baru menjadi tinggi.

C. Kerangka Pikir

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian Dampak Ketidaksesuaian Lokasi Pasar Tradisional Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Kelurahan Teluk Betung, Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung.

Dampak positif

Pasar Tradisional di Kelurahan Telukbetung Kecamatan Teluk Betung Selatan

a. Kebersihan lingkungan di Kelurahan Telukbetung b. Kemacetan lalu lintas di

Kelurahan Telukbetung a. Kesempatan Kerja bagi KK b. Status pekerjaan KK c. Tingkat pendapatan KK

[image:56.595.124.488.464.650.2]
(57)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Arikunto (2010: 3), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi situasi, peristiwa, kegiatan lain-lain, yang hasilnya

dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.

Penelitian deskriptif menurut Siregar (2012: 8) merupakan prosedur pemecahan masalah dengan cara menggambarkan objek penelitian pada saat keadaan sekarang berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, kemudian

dianalisis dan diinterpretasikan. Penelitian deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dampak ketidaksesuaian

lokasi pasar tradisional terhadap kondisi sosial ekonomi penduduk di Kelurahan Teluk Betung, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kota Bandar Lampung.

B. Lokasi Penelitian

(58)

33

C. Teknik Penentuan Lokasi, Populasi dan Sampel

1. Teknik Penentuan Lokasi

Teknik penentuan lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive atau penetapan sampel bertujuan. Kelurahan Teluk Betung adalah

wilayah yang tidak ditetapkan menjadi kawasan zona perdagangan dan jasa, akan tetapi di dalamnya telah dibangun sebuah pasar tradisional, sehingga

peneliti tertarik untuk mengetahui dampak keberadaan Pasar Kangkung di Kelurahan Teluk Betung.

2. Populasi

Populasi merupakan sejumlah orang yang akan diselidiki. Menurut Hadi (1994:

70) bahwa: “Populasi adalah seluruh penduduk atau individu yang dimaksudkan untuk diselidiki disebut populasi atau universum”. Berdasarkan pendapat tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga

[image:58.595.129.510.582.647.2]

yang tinggal di Kelurahan Teluk Betung pada saat sebelum dan setelah berdiri pasar tradisional dan minimal berusia 15 tahun.

Tabel 3. 2. Jumlah KK di Kelurahan Teluk Betung Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kota Bandarlampung.

No Keterangan Jumlah KK

1 Lingkungan I 200

2 Lingkunghan II 203

Jumlah 403 KK

Sumber : Monografi Kelurahan Teluk Betung Tahun 2014.

3. Sampel

Sampel merupakan sejumlah orang yang dimaksudkan untuk dijadikan sasaran

(59)

34

orang yang dipilih untuk mewakili populasi dalam penyelidikan. Pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Menurut Siregar (2013: 33), teknik Purposive Sampling merupakan metode

penetapan responden untuk dijadikan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria terntentu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari

ketidaksesuaian lokasi pasar tradisional di Kelurahan Teluk Betung, maka ciri-ciri sampel tersebut adalah kepala keluarga (KK) yang tinggal di Kelurahan Teluk Betung sebelum dan setelah berdiri pasar tradisional yang berusia

minimal 15 tahun, karena pada usia tersebut seorang penduduk sudah bekerja atau sedang mencari pekerjaan (Husni. 2000: 55).

Atas pertimbangan kriteria tersebut, maka sampel yang diperoleh dalam penelitian ini berjumlah 60 kepala keluarga (KK), terdiri dari 55 KK laki-laki,

dan 5 KK diantaranya adalah perempuan.

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kesempatan kerja, status pekerjaan KK, tingkat pendapatan KK, kebersihan lingkungan di

(60)

35

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan,

ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini antara lain:

a. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan peluang bagi KK untuk terserap menjadi pekerja atau memperoleh

pekerjaan di Kelurahan Teluk Betung, pada saat sebelum dan setelah berdiri pasar tradisional (Pasar Kangkung). Kesempatan kerja diperoleh

berdasarkan jawaban KK. Terdapat 2 pernyataan dengan 5 alternatif jawaban, sangat setuju (5), setuju (4), ragu-ragu (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1), berdasarkan total skor yang diperoleh maka tingkat

kesempatan kerja digolongkan menjadi:

1. Meningkat, apabila total skor yang diperoleh berkisar 8-10. 2. Kurang meningkat, apabila total skor yang diperoleh berkisar 5-7.

3. Tidak meningkat, apabila total skor yang diperoleh berkisar 2-4.

b. Status Pekerjaan KK

Status pekerjaan adalah kedudukan KK dalam pekerjaannya, pada saat

(61)

36

buruh/karyawan/pegawai, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di non

pertanian, pekerja keluarga/tidak dibayar.

c. Tingkat Pendapatan KK

Tingkat pendapatan KK yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah

pendapatan rata-rata yang diperoleh KK setiap bulannya yang dinyatakan dalam rupiah, pada saat sebelum dan setelah berdiri pasar tradisional yang

diukur berdasarkan besar UMK Kota Bandar Lampung tahun 2015, tingkat pendapatan KK dikategorikan menjadi:

1. Rendah apabila pendapatan<Rp. 1.422.500,00.

2. Tinggi, apabila pendapatan≥Rp 1.422.500,00.

d. Kebersihan lingkungan di Kelurahan Teluk Betung.

Kebersihan lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi yang terbebas tumpukan sampah yang bertebaran, yang diperoleh

berdasarkan penilaian KK pada saat sebelum dan setelah berdiri pasar tradisional (Pasar Kangkung). Terdapat 9 pernyataan, dengan 4 alternatif

jawaban, sangat selalu (1), sering (2), kadang-kadang (3), dan tidak pernah (4). Berdasarkan total skor yang diperoleh, kebersihan lingkungan digolongkan menjadi:

1. Kotor, apabila total skor yang diperoleh berkisar 9-17.

2. Kurang bersih, apabila total skor yang diperoleh berkisar 18-26.

(62)

37

e. Kemacetan Lalu lintas di Kelurahan Teluk Betung.

Kemacetan lalu lintas adalah terhambatnya kelancaran lalu lintas, yang diperoleh berdasarkan penilaian KK pada saat sebelum dan setelah berdiri

pasar tradisional (Pasar Kangkung), terdapat 3 pernyataan dengan 5 alternatif jawaban, sangat setuju (1), setuju (2), ragu-ragu (3), tidak setuju (4), dan sangat tidak setuju (5). Berdasarkan total skor yang diperoleh,

maka kemacetan lalu lintas digolongkan menjadi:

1. Sering, apabila total skor yang diperoleh berkisar 3-6.

2. Kadang-kadang, apabila total skor yang diperoleh berkisar 7-10. 3. Tidak pernah, apabila total skor yang diperoleh berkisar 11-15.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data secara langsung oleh peneliti atau yang mewakilinya dimana peneliti melakukan pengukuran

sendiri, adapun cara yang ditempuh untuk mendapatkan data primer antara lain:

(63)

38

Observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan pengumpulan data

dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung kegiatan penelitian, sehingga didapat

gambaran secara jelas tentang kondisi objek penelitian (Siregar. 2012: 19). Teknik observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data primer yang digunakan dalam penelitian ini, data tersebut diperoleh

dengan mengadakan pengamatan langsung ke pasar tradisional (Pasar Kangkung) dan Kelurahan Teluk Betung, adapun observasi yang

dilakukan adalah untuk mengumpulkan data mengenai:

1. Kondisi kebersihan lingkungan di Kelurahan Teluk Betung. 2. Kondisi kemacetan lalu lintas di Kelurahan Teluk Betung.

b. Kuesioner

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang

memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.

Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

tertutu

Gambar

Gambar 1. Peta Sebaran Lokasi Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung.
Tabel 2. 1. Kajian Empiris
Tabel 2. 1. Kajian Empiris (Lanjutan)
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian Dampak KetidaksesuaianLokasi Pasar Tradisional Terhadap Kondisi Sosial EkonomiPenduduk di Kelurahan Teluk Betung, Kecamatan TelukBetung Selatan Bandar Lampung.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dispesifikasikan dalam sub- genre sosial-ilmu pengetahuan karena isi film ini tidak mengupas secara dalam mengenai ilmu astronomi, namun bercerita tentang kegiatan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk penggunaan gaya bahasa iklan konsumen, iklan keuangan, dan iklan eceran dalam

produk dalam negeri, tekstur produk meliputi aroma dan warna, kualitas, efek yang dijanjikan, pengalaman penggunaan sebelumnya, kesesuaian dengan tipe kulit,

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen yang belajar menggunakan model pembelajaran berbasis proyek,

Penggunaan Metode Market Place Activity pada mata pelajaran PAI bab VII di kelas 8A SMP Negeri 29 Surabaya paada awalnya siswa kurang siap dalam memahami penggunaan

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa pengertian dan hakekat warisan menurut hukum adat Bali adalah proses pelimpahan harta kekayaan, hutang, kewajiban

Pembiayaan mudarabah merupakan pembiayaan dalam bentuk pemberian modal atau dana oleh Bank Muamalat kepada pelanggan dan pelanggan bertanggung jawab untuk menguruskan