• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM (Studi Pada PT Bank Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM (Studi Pada PT Bank Lampung)"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM

(Studi Pada PT Bank Lampung)

Oleh VEGA SARLITA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM

(Studi Pada PT Bank Lampung)

Oleh VEGA SARLITA

Peranan bank sangat besar dalam memperlancar perekonomian nasional, maka sangat dibutuhkan suatu tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) dalam pengelolaan bank. GCG diperlukan untuk meminimalisasi risiko kegiatan usaha perbankan yang kian beragam serta untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan nasional. Penelitian ini akan mengkaji Pelaksanaan Prinsip GCG Bagi Bank Umum Pada PT Bank Lampung. Adapun yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah transparansi pelaksanaan GCG pada PT Bank Lampung, dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan GCG pada PT Bank Lampung.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian normatif empiris. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek sedangkan data sekunder terdiri dari bahan hukum primer dan sekunder. Pengumpulan data yakni dengan studi lapangan dan data yang terkumpul diolah dengan editing, klasifikasi dan sistematisasi kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif.

(3)

terpenuhi dengan baik menurut SOP. Dalam penerapan prinsip-prinsip GCG belum sempurnanya dokumentasi tertulis tentang aspek-aspek yang menjadi salah satu dasar penilaian pelaksanaan GCG. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, Bank Lampung diharapkan terus berupaya memberikan pengawasan dan pemantauan secara efektif terhadap pelaksanaan GCG di Bank Lampung.

(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

JUDUL DALAM ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

PERSEMBAHAN ... vi

MOTTO ... vii

SANWACANA ... viii

DAFTAR ISI ... xii

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ...1

B.Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian...6

C.Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ...6

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Pengertian Bank ...8

B.Bank Lampung ...14

C.Good Corporate Governance………...16

1. Pengertian……….16

2. Prinsip-Prinsip………..18

(7)

D.Kerangka Pikir ...28

III. METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian...29

B.Tipe Penelitian ...29

C.Pendekatan Masalah...29

D.Data dan Sumber Data ...30

E. Pengumpulan Data ...32

F. Pengolahan Data ... 32

G.Analisis Data ...34

IV. PEMBAHASAN A.Awal diterapkannya GCG di PT Bank Lampung ...34

B.Transparansi Pelaksanaan Prinsip GCG Pada PT Bank Lampung ...37

1. Cakupan Pelaksanaan GCG ...37

2. Kesimpulan Umum Hasil Self Assessment Pelaksanaan GCG ..69

C.Kendala dalam Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum Pada PT Bank Lampung ...72

V. PENUTUP A. Kesimpulan ...74

B. Saran ...75

DAFTAR PUSTAKA

(8)

I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan nasional memerlukan sumber pendanaan yang tidak kecil guna mencapai sasaran-sasarannya, seperti pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, kesempatan kerja, distribusi pendapatan, dan lain-lain. Sasaran itu terus diupayakan untuk ditingkatkan kualitasnya dari waktu ke waktu. Untuk itu upaya memperbaiki dan memperkuat sektor keuangan khususnya industri perbankan menjadi sangat penting.

Sektor perbankan memiliki peran sangat vital, antara lain sebagai pengatur urat nadi perekonomian nasional. Lancaran aliran uang sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan ekonomi. Dengan demikian, kondisi sektor perbankan yang sehat dan kuat penting menjadi sasaran akhir dari kebijakan disektor perbankan. Peran sektor perbankan dalam pembangunan juga dapat dilihat pada fungsinya sebagai alat transmisi kebijakan moneter. Di samping itu, perbankan merupakan alat sangat vital dalam menyelenggarakan transaksi pembayaran, baik nasional maupun internasional. Mengingat pentingnya fungsi ini, maka upaya menjadi kepercayaan masyarakat terhadap perbankan menjadi bagian yang sangat penting untuk dilakukan.

(9)

upaya pemenuhan kebutuhannya. Pengaturan perbankan di Indonesia sebagai koridor, yakni dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

(10)

jalannya perusahaan, seperti mengelola dana dan mengambil keputusan perusahaan atas nama pemilik.1

Dengan melontarkan beberapa prinsip umum dalam GCG seperti fairness,

transparency, accountability, stakeholder concern, dapat dikemukakan bahwa

penerapan GCG diyakini akan menolong perusahaan dan perekonomian negara yang sedang tertimpa krisis bangkit menuju ke arah yang lebih sehat, maju, mampu bersaing, dikelola secara dinamis serta profesional. Ujungnya adalah daya saing yang tangguh, yang diikuti pulihnya kepercayaan investor.2

Peranan bank sangat besar dalam memperlancar perekonomian suatu negara terutama dalam hal menyalurkan kredit kepada pihak–pihak yang membutuhkannya. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan suatu tata kelola perusahaan yang baik (GCG) dalam pengelolaan bank agar dapat menjamin kredit yang disalurkan kepada pihak–pihak yang membutuhkan dana telah melalui prosedur yang telah ditetapkan. GCG juga diperlukan untuk meminimalisasi risiko kegiatan usaha perbankan yang kian beragam serta untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan nasional yang mulai berkurang akibat kasus–kasus yang menimpa industri perbankan tanah air. Kasus-kasus yang kerap terjadi pada industri perbankan yaitu dimulai dari banyaknya kredit bermasalah yang diakibatkan oleh pelanggaran batas maksimum pemberian kredit, kurang profesionalnya penerapan manajemen risiko serta tidak ada transparansi terhadap informasi keuangan bank.

1Ernita Rahmadani, “Penerapan Prinsip Transparansi Dalam Sistem Pengelolaan Bank”, tersedia

di http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/36788 diakses tanggal 3 Juni 2013

2

(11)

Seiring dengan tuntutan penerapan GCG pada sektor perbankan, maka pada tahun 2006 Bank Indonesia menggagas peraturan yang secara khusus mengatur mengenai ketentuan pelaksanaan GCG di Bank Umum. Peraturan yang dimaksud adalah Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum yang kembali disempurnakan melalui PBI No. 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perubahan Atas PBI No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum. Peraturan ini menegaskan bahwa pelaksanaan GCG pada industri perbankan harus senantiasa berlandaskan pada lima prinsip dasar yakni keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban

(responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness). Salah

satu wujud konkret dari pelaksanaan praktik GCG adalah dengan adanya penerapan prinsip transparansi dalam pengelolaan Bank Umum di Indonesia. Kemudian, pada tanggal 29 April 2013, Bank Indonesia mengeluarkan peraturan yang mengatur kembali mengenai pelaksanaan GCG bagi bank umum. Peraturan tersebut adalah Surat Edaran Nomor 9/12/DPNP Tanggal 30 Mei 2007 Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum yang mengatur lebih rinci mengenai pelaksanaan prinsip GCG bagi bank umum.

(12)

Bank Lampung adalah salah satu bank yang turut mendukung sektor ekonomi nasional pada umumnya dan Lampung pada khususnya. Bank Lampung berperan sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) dengan menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Selain itu, Bank Lampung juga diberi kepercayaan untuk mengelola dana-dana milik Pemerintah Daerah Provinsi Lampung serta Pemerintah Kabupaten/Kota seluruh Provinsi Lampung, seperti dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Maka, penerapan praktik GCG yang profesional pun sangat penting dalam pelaksanaannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, bahwa Bank Lampung diberi kepercayaan untuk mengelola keuangan daerah dan membantu mendorong pertumbuhan perekonomian daerah di mana penerapan praktik GCG secara efektif sangat diperlukan, maka penulis tertarik mengadakan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Pelaksanaan Prinsip Good Corporate Governance

Bagi Bank Umum (Studi Pada PT Bank Lampung)”.

A. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Permasalahan

Berkaitan dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Apakah transparansi pelaksanaan prinsip GCG bagi bank umum sudah dilaksanakan di PT Bank Lampung?

b. Apa saja kendala dalam pelaksanaan prinsip GCG pada PT Bank Lampung?

(13)

Ruang lingkup penelitian ini meliputi lingkup bidang ilmu yaitu bidang ilmu Hukum Keperdataan (Ekonomi) khususnya Hukum Perbankan dan Hukum Perusahaan. Sedangkan Lingkup pembahasan penelitian ini adalah transparansi pelaksanaan prinsip GCG bagi bank umum pada PT Bank Lampung dan kendala dalam pelaksanaan prinsip GCG pada PT Bank Lampung.

B.Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi lengkap, rinci, jelas dan sistematis serta menganalisis mengenai pelaksanaan prinsip GCG bagi bank umum pada PT Bank Lampung berdasarkan PBI No. 8/14/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum dan SE BI No 9/12/DPNP Tanggal 30 Mei 2007 Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu : a. Kegunaan Teoritis

Secara Teoritis penelitian ini adalah sebagai dasar pemikiran dalam upaya perkembangan secara teoritis disiplin ilmu, khususnya hukum perdata ekonomi dan untuk memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum, khususnya ilmu hukum yang berkenaan dengan hukum perusahaan dan hukum perbankan.

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini berguna untuk :

(14)

khususnya Hukum Perbankan dan Hukum Perusahaan. Penelitian ini juga memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang penerapan prinsip GCG. Dalam hal pengembangan teori, hasil tinjauan pustaka dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penelitian-penelitian lainnya. 2) Bagi bank, hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk lebih memahami

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, pengertian Bank adalah :

”Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Berdasarkan pengertian di atas menjadi jelas, bahwa usaha perbankan haruslah didirikan dalam bentuk badan hukum atau tidak boleh berbentuk usaha perseorangan. Penegasan seperti itu dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang menentukan bentuk hukum bank, yaitu, Perusahaan Daerah, Koperasi, dan Perseroan Terbatas (PT).

Jenis atau bentuk bank bermacam-macam, tergantung pada cara penggolongannya. Penggolongan dapat dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut1:

1. Formalitas berdasarkan undang-undang. 2. Kepemilikannya.

3. Penekanan kegiatan usahanya.

1

(16)

4. Pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha.

Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat 2 jenis bank, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah. Bank Perkreditan Rakyat juga tediri atas Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah,

1. Bank Umum Konvensional adalah bank konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum konvensional dalam kegiatannya menjalankan dual banking system (sistem konvensional dan sistem syariah).

2. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Semenjak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, di Indonesia diberlakukan Bank Syariah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, dijelaskan mengenai:

Bank Syariah, yaitu bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

(17)

2. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran2.

Berikut ini adalah pendapat para ahli mengenai pengertian dari bank:

1. Menurut pendapat Abdurrachman dalam Sentosa Sembiring mengemukakan perbankan (banking) pada umumnya ialah kegiatan-kegiatan dalam menjual-belikan mata uang, surat efek dan instrumen-instrumen yang dapat diperdagangkan. Penerimaan deposito, untuk memudahkan penyimpanannya atau untuk mendapatkan bunga, dan/atau pembuatan, pemberian pinjaman-pinjaman dengan atau tanpa barang-barang tanggungan, penggunaan uang yang ditempatkan atau diserahkan untuk disimpan. Pembelian, penjualan, penukaran, atau penguasaan atau penahanan alat pembayaran, instrumen yang dapat diperdagangkan, atau benda-benda lainnya yang mempunyai nilai moneter secara langsung sebagai suatu kegiatan yang teratur3.

2. O.P Simorangkir mengemukakan, bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Ada pun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral4.

Pengertian tentang bank seperti yang dikutip di atas, secara sederhana dapat dikemukakan di sini, bank salah satu badan usaha yang berbadan hukum yang bergerak di bidang jasa keuangan, yang dapat menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dan menyalurkannya kembali ke masyarakat melalui pranata

2

Djoni S.Gazali & Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 151.

3

Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan Edisi Revisi, CV. Mandar Maju, Bandung, 2012, hlm.1.

4

(18)

hukum perkreditan. Mengingat bank sebagai lembaga jasa keuangan secara langsung dapat menarik dana dari masyarakat, perlu pengaturan secara khusus. Hal ini dibutuhkan agar bank dalam menjalankan aktivitasnya harus selalu mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang bank sebagai jasa keuangan. Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang perbankan inilah yang menjadi objek studi hukum perbankan5.

Dengan demikian, dapat dirumuskan pula, hukum perbankan pada dasarnya adalah serangkaian norma yang mengatur tentang badan usaha perbankan. Norma yang dimaksud di sini adalah bank yang terdapat dalam hukum positif maupun dalam praktik perbankan6.

Menurut ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum adalah sebagai berikut7:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit.

3. Menerbitkan surat pengakuan utang.

4. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

5

Sentosa Sembiring,Op.Cit., hlm. 2

6

Ibid, hlm. 3.

7

(19)

a. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.

b. Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud. c. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.

d. Setifikat Bank Indonesia (SBI) e. Obligasi.

f. Surat dagangan berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun.

g. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun.

3. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

4. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya.

5. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antarpihak ketiga.

6. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.

7. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak.

8. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

(20)

10.Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat.

11.Menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

12.Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sedangkan kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat menurut Pasal 13 Undang-Undang Nomor 10 Tentang Perbankan, meliputi:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu memberikan kredit.

2. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

3. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan bahwa bank merupakan lembaga keuangan berbentuk badan hukum yang menghimpun dan menyalurkan langsung dana masyarakat yang terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan jenisnya.

(21)

Bank Pembangunan Daerah Lampung yang juga biasa disebut Bank Lampung didirikan oleh Pemerintah Daerah Lampung. Didirikan di Bandar Lampung berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 10A/1964 tanggal 1 Agustus 1964 dan memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : DES 57/7/31-150 tanggal 26 Juli 1965 dan memperoleh persetujuan izin usaha dari Menteri Bank Sentral Republik Indonesia Nomor : Kep. 66/UBS/1965 tanggal 13 Agustus 1965. Bank Lampung mulai beroperaional pada tanggal 31 Januari 1966.

Bank Lampung dimiliki oleh Pemerintah Provinsi lampung bersama-sama dengan Pemerintah Kabupaten dan Kota seluruh Provinsi Lampung. Sedangkan tujuan dari didirikannya Bank Lampung adalah untuk mengelola keuangan daerah dan membantu mendorong pertumbuhan perekonomian daerah.

(22)

Dengan demikian, Bank Pembangunan Daerah (BPD) merupakan bank yang didirikan dengan maksud membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang dan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat yang berfungsi untuk menunjang pembangunan di daerah tersebut. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, pelaksanaan praktik GCG bagi bank pun diperlukan agar dalam menjalankan seluruh aktivitasnya sesuai dengan prosedur dan ketentuan-ketentuan atau norma yang berlaku.

C. Good Corporate Governance 1. Pengertian

(23)

di Indonesia, dan diharapkan dapat meningkatkan investor-investor, baik dari luar maupun dari dalam.

Pasal 1 Surat KEPMEN BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tgl 31 Juli 2002 tentang penerapan GCG pada BUMN, menyatakan :

Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh

organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika”.

Governance yang terjemahannya adalah pengaturan yang dalam konteks GCG ada

yang menyebut tata pamong. Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang Saham/Pemilik Modal, Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika8.

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam Sutedi9

mendefinisikan Corporate Governance sebagai berikut :

“Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,

pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)”.

8

Adrian Sutedi, Good Corporate Governance, Jakarta, Sinar Grafika, 2012, hlm. 1.

9

(24)

Pengertian Corporate Governance menurut Turnbull Report di Inggris (April 1999) dalam Effendi10 sebagai berikut :

Corporate governance is a company’s system of internal control, which has as its principal aim the management of risks that are significant to the fulfilment of

its business objectivities, with a view to safeguarding the company’s assets and

anchancing over time the value of the shareholders investment”.

Berdasarkan pengertian di atas, GCG didefinisikan sebagai suatu sistem pengandalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang. Dengan kata lain GCG mengacu pada metode dimana suatu organisasi diatur, dikelola, diarahkan, atau dikendalikan dan tujuan-tujuannya tercapai11.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, GCG secara singkat dapat diartikan sebagai seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi para pemangku kepentingan. Hal ini disebabkan karena GCG dapat mendorong terbentuknya pola kerja manajemen yang bersih, transparan dan profesional. Penerapan GCG di perusahaan akan menarik minat para investor, baik domestik maupun asing. Hal ini sangat penting bagi perusahaan yang ingin mengembangkan usahanya, seperti melakukan investasi baru.

2. Prinsip-Prinsip

10

Muh. Arief Effendi, The Power of Good Corporate Governance Teori dan Implementasi, Jakarta, Salemba Empat, 2009, hlm. 1.

11

(25)

Berbagai aturan main dan sistem yang mengatur keseimbangan dalam pengelolaan perusahaan perlu dituangkan dalam bentuk prinsip-prinsip yang harus dipatuhi untuk menuju tata kelola perusahaan yang baik.

Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 bagian penjelasan umum memberikan definisi prinsip-prinsip GCG sebagai berikut:

Pertama transparansi (transparency) diartikan sebagai keterbukaan dalam

mengemukakan informasi yang materil dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan. Kedua, akuntabilitas

(accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pertangungjawaban bank sehingga

pengelolaannya berjalan efektif. Ketiga, pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan bank yang sehat. Keempat, independensi

(independency) yaitu pengelolaan bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan

dari pihak manapun. Kelima, kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku”

Menurut Sutedi ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam GCG, yaitu12 :

a. Transparency (Keterbukaan Informasi)

Penyediaan informasi yang memadai, akurat, dan tepat waktu kepada stakeholders harus dilakukan oleh perusahaan agar dapat dikatakan transparan. Pengungkapan yang memadai sangat diperlukan oleh investor dalam kemampuannya untuk membuat keputusan terhadap resiko dan keuntungan dari investasinya. Pengungkapan masalah yang khusus berhubungan dengan kompleksnya organisasi dari konglomerat. Kurangnya pernyataan keuangan yang menyeluruh menyulitkan pihak luar untuk menentukan apakah perusahaan tersebut memiliki

12

(26)

utang yang menumpuk dalam tingkat yang mengkhawatirkan. Kurangnya informasi akan membatasi kemampuan investor untuk memperkirakan nilai dan resiko dan pertambahan dari perubahan modal (volatility of capital).

Intinya, perusahaan harus meningkatkan kualitas, kuantitas, dan frekuensi dari pelaporan keuangan. Pengurangan dari kegiatan curang seperti manupulasi laporan (creative accounting), pengakuan pajak yang salah dan penerapan dari prinsip-prinsip pelaporan yang cacat, kesemuanya adalah masalah krusial untuk meyakinkan bahwa pengelolaan perusahaan dapat dipertahankan (sustainable). Pelaksanaan menyeluruh dengan syarat-syarat pemeriksaan dan pelaporan yang sesuai hukum akan meningkatkan kejujuran dan pengungkapan (disclosure).

b. Accountability (Akuntabilitas)

Banyak perusahaan di Asia dikontrol oleh kelompok kecil pemegang saham atau oleh pemilik keluarga (family-owned). Hal ini menimbulkan masalah dalam mempertahankan objektivitas dan pengungkapan yang memadai (adequate disclosure).

Sepertinya pengelolaan perusahaan didasarkan pada pembagian kekuasaan di antara manajer perusahaan, yang bertanggung jawab pada pengoperasian setiap harinya, dan pemegang sahamnya yang diwakili oleh dewan direksinya. Dewan direksi diharapkan untuk menetapkan kesalahan (oversight) dan pengawasan. Di banyak perusahaan, manajemen perusahaan duduk dalam dewan pengurus, sehingga terdapat kurangnya accountability dan berpotensi untuk timbulnya konflik kepentingan. Komplikasi tambahan adalah berulangnya kesenjangan

(lack) dalam laporan komisi pemeriksaan keuangan (audit committee reporting)

(27)

kasus demikian, hasil akhirnya (net result) adalah seperti integritas manajemen yang rendah, etika bisnis yang buruk dan aturan kekuatan daripada aturan hukum.

c. Fairness (Kejujuran)

Prinsip ketiga dari pengelolaan perusahaan penekanan pada kejujuran, terutama untuk pemegang saham minoritas. Investor harus memiliki hak-hak yang jelas tentang kepemilikan dan sistem dari aturan dan hukum yang dijalankan untuk melindungi hak-haknya.

d.Sustainability (Kelangsungan)

Ketika perusahaan Negara (corporation) exist dan menghasilkan keuntungan, dalam jangka panjang mereka juga harus menemukan cara untuk memuaskan pegawai dan komunitasnya agar berhasil. Mereka harus tanggap terhadap lingkungan, memperhatikan hukum, memperlakukan pekerja secara adil, dan menjadi warga corporate yang baik. Dengan demikian, akan menghasilkan keuntungan yang lama bagi stakeholder-nya.

Langkah yang diperlukan untuk ditujukan pada persoalan governance yang akan memperkuat kalangan bisnis ada dua, yaitu : Pertama, petunjuk untuk pengelolaan perusahaan yang efektif harus ditetapkan disetiap Negara dalam konsultasi dengan pemimpin bisnis, akuntan publik, securities regulator, dan

stakeholder lainnya. Kedua, promosi etika bisnis untuk memberikan dasar yang

(28)

jawab (responsible conduct) lebih daripada hanya mencegah perbuatan yang salah

(misconduct). Ketiga, dengan kepemilikan pemerintah terhadap bank dan

corporations di Indonesia, Thailand, Korea, dan Negara-negara lainnya

meningkatkan implementasi dari program reformasi ekonomi, paling tidak dalam waktu singkat, ada satu yang harus dipertanyakan: Akankah pengelolaan perusahaan menjadi lebih baik (improve) karena kepemilikan pemerintah? Akhirnya, kita harus terus menerus membuat perubahan (improvement) dalam sistem hukum kita, penyelenggara hukum, pemeriksa, dan pelaporan sesuai hukum untuk mengilhami kembali kepercayaan investor dan menopang reformasi GCG.

Prinsip-prinsip mengenai GCG memiliki banyak versi, namun pada dasarnya mempunyai banyak kesamaan. Untuk penelitian ini prinsip-prinsip GCG yang digunakan adalah prinsip-prinsip yang dikenal sebagai “TARIF” (transparency,

accountability, responsibility, independency, fairness).

3. Unsur-Unsur

Unsur-unsur dalam GCG menurut Sutedi13 yaitu:

a. Corporate Governance– Internal Perusahaan

Unsur-unsur yang berasal dari dalam perusahaan adalah Pemegang saham; Direksi; Dewan komisaris; Manajer; Karyawan; Sistem remunerasi berdasar kinerja; Komite audit. Unsur-unsur yang selalu diperlukan di dalam perusahaan, antara lain meliputi : Keterbukaan dan kerahasiaan (disclosure); Transparansi; Akuntabilitas; Kesetaraan; Aturan dari code of conduct.

b. Corporate Governance External Perusahaan

13

(29)

Unsur-unsur yang berasal dari luar perusahaan adalah Kecukupan undang-undang dan perangkat hukum; Investor; Institusi penyedia informasi; Akuntan publik; Intitusi yang memihak kepentingan publik bukan golongan; Pemberi pinjaman; Lembaga yang mengesahkan legalitas.

Unsur-unsur yang selalu diperlukan di luar perusahaan antara lain meliputi : Aturan dari code of conduct; Kesetaraan; Akuntabilitas; Jaminan hukum.

Perilaku partisipasi pelaku Corporate Governance yang berada di dalam rangkaian unsur-unsur internal maupun eksternal menentukan kualitas Corporate Governance.

4. Manfaat dan Tujuan

Menurut Siswanto Sutojo dan E. John Aldridge14, Good Corporate Governance mempunyai lima macam tujuan utama, yaitu :

a. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.

b. Melindungi hak dan kepentingan para anggota the stakeholders non-pemegang saham.

c. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.

d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau Board of

Directors dan manajemen perusahaan, dan

e. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior perusahaan.

Berdasarkan tujuan dan manfaat di atas dapat dirumuskan bahwa perusahaan yang menerapkan GCG akan selalu melindungi kepentingan pemegang saham dan

14

(30)

pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan perusahaan dan selalu melaksanakan kegiatan perusahaan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan perekonomian perusahaan dan pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan publik kepada perusahaan tersebut15.

5. Cakupan atau Lingkup

OCED (The Organization for Economic and Development) memberikan pedoman mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan agar tercipta Good Corporate

Governance dalam suatu perusahaan dalam Sutedi16 (2012), yaitu:

1. Perlindungan terhadap hak-hak dalam Corporate Governance harus mampu melindungi hak-hak para pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas. Hak-hak tersebut mencakup hal-hal dasar pemegang saham, yaitu : a. Hak untuk memperoleh jaminan keamanan atas metode pendaftaran

kepemilikan;

b. Hak untuk mengalihkan dan memindahtangankan kepemilikan saham;

c. Hak untuk memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala dan teratur;

d. Hak untuk ikut berpartisipasi dan memberikan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS);

e. Hak untuk memilih anggota dewan komisaris dan direksi; f. Hak untuk memperoleh pembagian laba (profit) perusahaan.

2. Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham (the equitable

treatmment of shareholders).

15

Eriza Nugrahvianti, “Good Corporate Governance”, tersedia di

http://erizanugrahvianti.wordpress.com/2013/05/page/2/, diakses tanggal 1 Juni 2013

16

(31)

Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance haruslah menjamin perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Prinsip ini melarang adanya praktik perdagangan berdasarkan informasi orang dalam (insider trading) dan transaksi dengan diri sendiri (self dealing). Selain itu, prinsip ini mengharuskan anggota dewan komisaris untuk terbuka ketika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan atau konflik kepentingan (conflict of interest).

3. Peranan pemangku kepentingan berkaitan dengan perusahaan (the role of

stakeholders).

Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus memberikan pengakuan terhadap hak-hak pemangku kepentingan, sebagaimana ditentukan oleh undang-undang dan mendorong kerja sama yang aktif antara perusahaan dengan pemangku kepentingan dalam rangka menciptakan lapangan kerja, kesejahteraan, serta kesenambungan usaha (going concern).

4. Keterbukaan dan transparansi (disclosure and transparancy).

(32)

5. Tanggung jawab dewan komisaris atau direksi (the responsibilities of the

board).

Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif terhadap manajemen oleh dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini juga memuat kewenangan-kewenangan serta kewajiban-kewajiban profesional dewan komisaris kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.

Dengan demikian, dapat dirumuskan konsep mengenai GCG pada industri perbankan yaitu bahwa untuk meningkatkan kinerja Bank, melindungi kepentingan stakeholders, dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang pada industri perbankan, Bank wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada prinsip GCG.

Pelaksanaan GCG pada industri perbankan tersebut harus berlandaskan pada 5 (lima) prinsip dasar sebagai berikut:

1. transparansi (transparency) yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan;

2. akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ Bank sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif;

(33)

4. independensi (independency) yaitu pengelolaan Bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun; dan

5. kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak

stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan Pasal 2 PBI No. 8/14/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum, dijelaskan bahwa Bank wajib melaksanakan prinsip-prinsip Good

Corporate Governance dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan

(34)

D. Kerangka Pikir

Keterangan:

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

Tentang Perbankan

PBI No. 8/14/PBI/2006, dan SEBI No. 9/12/DPNP Tentang

Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum

Penerapan GCG bagi Bank Umum diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan karena semakin

kompleksnya risiko yang dihadapi bank.

Tranparansi pelaksanaan prinsip GCG pada PT Bank

Lampung

Kendala dalam pelaksanaan GCG pada PT Bank

(35)

1. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam GCG yaitu transparansi (keterbukaan), akuntabilitas (kejelasan fungsi), responsibility (pertanggungjawaban), independensi (kemandirian), dan fairness (kewajaran) dalam pelaksanaannya pada PT Bank Lampung.

2. Peraturan perundang-undangan tentang perbankan berisi norma-norma dan ketentuan-ketentuan umum yang menjadi pedoman bagi bank dalam menjalankan seluruh kegiatannya.

3. Peraturan dan surat edaran Bank Indonesia yang berisi ketentuan-ketentuan umum dan khusus yang menjadi pedoman bagi bank dalam pelaksanaan GCG bagi bank umum.

4. Membahas bagaimana transparansi dari pelaksanaan prinsip GCG pada PT Bank Lampung.

(36)

III.METODE PENELITIAN

Penilitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya1.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah Normatif-Empiris. Penelitian Hukum Normatif-Empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang, atau kontrak) secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat2.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis yang bertujuan untuk mengambarkan secara rinci, jelas dan sistematis mengenai mekanisme pelaksanaan prinsip GCG serta dinalasis.

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan Masalah pada penelitian ini adalah pendekatan normatif-terapan. Dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1

Sarjono Soekanto, Penelitian Hukum Normati, Rajawali Pers, Jakarta, 1990, hlm.1.

2

(37)

a. Mengidentifikasi pokok bahasan, subpokok bahasan berdasarkan rumusan masalah;

b. Atas dasar setiap subpokok bahasan yang sudah teridentifikasi tersebut, diinventarisasi pula ketentuan-ketentuan hukum normatif yang menjadi tolak ukur terapan.

c. Implementasi tolak ukur terapan tersebut pada peristiwa hukum pemberian saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah.

d. Hasil Implementasi, yaitu kesesuaian pemberian saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah terhadap Peraturan Perundang-undangan mengenai Perbankan khususnya tentang Prinsip GCG.

D. Data dan Sumber Data

Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka.3 Adapun dalam mendapatkan data atau jawaban yang tepat dalam membahas skripsi ini, serta sesuai dengan pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini maka jenis data yang digunakan dalam penellitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari penelitian di lapangan melalui wawancara dengan pihak yang mengetahui tentang pelaksanaan prinsip GCG bagi bank umum pada PT Bank Lampung.

3

(38)

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan bahan-bahan hukum, jenis data sekunder yang dipergunakan dalam penulisan ini terdiri dari:

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, terdapat dalam peraturan perundang-undangan.:

a. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas;

b. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

c. PBI No 8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Prinsip GCGBank Umum. d. SEBI No. 9/12/DPNP Tanggal 30 mei 2007 tentang Pelaksanaan GCG Bagi

Bank Umum.

e. Surat Keputusan Direksi Tentang Pelaksanaan GCG di PT Bank Lampung 2. Bahan Hukum sekunder. Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan

bahan baku primer dan dapat membantu dalam menganalisa serta memahami bahan hukum primer, seperti literatur dan norma-norma hukum yang berhubungan dengan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi, petunjuk maupun penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, antara lain berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia, Media Massa, Artikel, makalah, naskah, paper, jurnal, internet yang barkaitan dengan masalah yang akan dibahas atau diteliti dalam skripsi ini.

(39)

Metode pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan dua cara sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (Liberary Research)

Studi kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan penulisan dengan maksud untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, mencatat, dan mengutip dari berbagai literatur, peraturan perundang-undangan, buku-buku, media masa, dan bahan tulisan lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara wawancara

(interview) yaitu sebagai usaha mengumpulkan data dengan mengajukan

pertanyaan secara lisan, maupun dengan menggunakan pedoman pertanyaan secara tertulis.

F. Pengolahan Data

Data yang diperoleh baik dari hasil studi kepustakaan dan wawancara selanjutnya diolah dengan mengunakan metode:

a. Editing, yaitu data yang diperoleh diperiksa apakah masih terdapat kekurangan serta apakah data tersebut sesuai dengan permasalahan.

b. Klasifikasi data, yaitu proses pengelompokan data sesuai dengan bidang pokok bahasan agar memudahkan dalam menganalisa data.

c. Sistematisi data, yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada tiap pokok bahasan secara sistemasi sehingga memudahkan pembahasan.

(40)
(41)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang didukung data dan informasi hasil wawancara penulis yang telah dikemukakan sebelumnya tentang pelaksanaan GCG bagi bank umum pada PT Bank Lampung, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Transparansi Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum di PT Bank Lampung sudah diterapkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam PBI No. 8/14/PBI/2006 dan SEBI No. 9/12/DPNP Tanggal 30 Mei 2007 Tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum, maupun menurut kebijakan bank yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan GCG di Bank Lampung. Hal ini terbukti bahwa di dalam laporan pelaksanaan GCG di PT Bank Lampung yang memuat informasi dari aspek-aspek yang harus dimuat menurut ketentuan yang berlaku. Walaupun dalam pelaksanannya masih terdapat kelemahan-kelemahan minor seperti adanya kekosongan jabatan, keterbatasan SDM dan pelanggaran yang sifatnya non material, tetapi terus dilakukan penyempurnaan.

2. Kendala-kendala yang dihadapi PT Bank Lampung dalam pelaksanaan GCG antara lain, yaitu :

(42)

b. Belum sempurnanya dokumentasi tertulis tentang aspek-aspek yang menjadi salah satu dasar penilaian dalam pembuatan self assessment pelaksanaan GCG.

B. Saran

(43)

a. Buku-buku

Dendawijaya, Lukman,Manajemen Perbankan,(Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003) Effendi, Muh. Arief.The Power of Good Corporate Governance Teori dan

Implementasi. (Jakarta : Salemba Empat, 2009)

Hermansyah,Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2011) Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : PT. Citra

Aditya Bakti, 2004)

O.P. Simorangkir,Seluk Beluk Bank Komersial, (Jakarta : Perbanas, 1998)

S. Gazali, Djoni & Rachmadi Usman,Hukum Perbankan,(Jakarta : Sinar Grafika, 2010)

Sembiring, Sentosa, Hukum Perbankan Edisi Revisi, (Bandung : CV. Mandar Maju, 2012)

Soekanto, Sarjono,Penelitian Hukum Normatif,(Jakarta : Rajawali Pers, 1990) Sutedi, Adrian,Good Corporate Governance, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012) Sutojo, Siswanto & E. John. Aldridge,Good Corporate Governance : Tata Kelola

Perusahaan Yang Sehat,(Jakarta : PT. Damar Mulia Rahayu, 2005)

2. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8/14/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan

Good Corporate GovernanceBagi Bank Umum

(44)

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/12/DPNP Tanggal 30 Mei 2007 Tentang PelaksanaanGood Corporate GovernanceBagi Bank Umum

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

3. Lain-lain

Bram Kutut, Etika Governance, tersedia di

http://etikabisniis.blogspot.com/2012/11/etika-governance_7467.html, diakses

tanggal 3 Juni 2013

Eriza Nugrahvianti, Good Corporate Governance, tersedia di http://erizanugrahvianti.wordpress.com/2013/05/page/2/, diakses tanggal 1 Juni 2013

Ernita Rahmadani, Penerapan Prinsip Transparansi Dalam Sistem Pengelolaan Bank”, tersedia di http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/36788 diakses tanggal 3 Juni 2013

Referensi

Dokumen terkait

Tabulasi-tabulasi hasil pada tahap analisis deskriptif berupa: (1) Rangkuman hasil analisis aspek estetik dan aspek identitas pada ragam hias Batik Sumedang, Batik

Dengan demikian jika kegiatan di atas memerlukan belanja honorarium PNS, belanja honorarium Non-PNS, Belanja Jasa Pihak Ketiga, belanja perjalanan dinas dan

Tujuan Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan secara umum mengacu pada isi Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional penjelasan

Humboldt belépésének els sorban a a jelen- t sége a reformfolyamat s ámára, hogy már évti edek ta a kép és (Bildung) általános elméletén és lo ai-antropol

Hasil analisis peneliti, Pekerja Anak di Bawah Umur termasuk dalam bentuk Pidana yang dilakukan oleh orang tua anak dengan cara memaksa dan membiarkan anaknya bekerja atau

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui : 1) Besarnya biaya dan pendapatan pada usahatani kencur per hektar per satu kali musim tanam, 2) Besarnya R/C pada

Diagram profil vegetasi mangrove strata sapling (gambar.2), menunjukkan vegetasi mangrove Rempang Cate didominasi oleh strata sapling, baik mangrove mayor

C-Organik penting untuk mikroorganisme tidak hanya sebagai unsur hara, tetapi juga sebagai pengkondisi sifat fisik tanah yang mempengaruhi karakteristik agregat dan air