• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA PEKON SUKARAJA DAN PEKON BANJARAGUNG KECAMATAN GUNUNG ALIP KABUPATEN TANGGAMUS TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI KERJA PERANGKAT PEKON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA PEKON SUKARAJA DAN PEKON BANJARAGUNG KECAMATAN GUNUNG ALIP KABUPATEN TANGGAMUS TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI KERJA PERANGKAT PEKON"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA PEKON SUKARAJA DAN PEKON BANJARAGUNG KECAMATAN GUNUNG

ALIP KABUPATEN TANGGAMUS TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI KERJA PERANGKAT PEKON

Oleh

REZA SOPYANSYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN EFFECTIVENESS OF VILLAGE HEAD’S LEADERSHIP AT SUKARAJA VILLAGE AND BANJAR AGUNG VILLAGE

DISTRICT OF GUNUNG ALIF TANGGAMUS REGENCY TOWARD IMPROVEMENT OF THE WORK MOTIVATION OF VILLAGE STAFF

By

REZA SOPYANSYAH

Village government and their staff members is basically the main organizer of the

administrator of government activity, and social development as well as a builder of

peace and order in the region. Therefore Village head should have good leadership

effectiveness in order to motivate the work to achieve the goals of village governance.

Formulation of the problem in this research is: “How is relationship between

effectiveness of village head’s leadership at Sukaraja Village and Banjar Agung Village

District of Gunung Alif Tanggamus Regency toward improvement of the work

motivation of village staff.

The purpose of this study was to determine relationship between effectiveness of village

head’s leadership at Sukaraja Village and Banjar Agung Village District of Gunung Alif

Tanggamus Regency.

This research us descriptive and quantitative approach. Population and study sample is

staff of Sukaraja Village and Banjar Agung Village District of Gunung Alif Tanggamus

Regency counted 30 people. Data was collected by questionnaires and documentation,

(3)

The results of this study show that effectiveness of village head’s leadership at Sukaraja

Village and Banjar Agung Village District of Gunung Alif Tanggamus Regency related

toward improvement of the work motivation of village staff, with value 74.7 % . This

means that if the effectiveness of the leadership of Chief Village improved work

motivation of staff on Sukaraja Village and Banjar Agung Village will also increase. The

relationship between the two variables is worth very strong.

(4)

ABSTRAK

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA PEKON SUKARAJA DAN PEKON BANJARAGUNG KECAMATAN GUNUNG

ALIP KABUPATEN TANGGAMUS TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI KERJA PERANGKAT PEKON

Oleh

REZA SOPYANSYAH

Pemerintah pekon beserta aparatnya pada dasarnya merupakan administrator

penyelenggara utama aktivitas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan

serta sebagai pembina ketentraman dan ketertiban di wilayahnya. Oleh karena itu

kepala pekon harus memiliki efektivitas kepemimpinan yang baik dalam rangka

menumbuhkan motivasi kerja perangkat pekon guna mencapai tujuan

pemerintahan pekon. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Seberapa

erat hubungan efektivitas kepemimpinan kepala pekon terhadap peningkatan

motivasi kerja perangkat pekon di Pekon Sukaraja dan Pekon Banjaragung

Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus?”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keeratan hubungan efektivitas

kepemimpinan kepala pekon terhadap peningkatan motivasi kerja perangkat

Pekon Sukaraja dan Pekon Banjaragung Kecamatan Gunung Alip Kabupaten

(5)

Dan Pekon Banjaragung Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus yang

berjumlah 30 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner dan

dokumentasi, data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus korelasi

Rank Spearman.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas kepemimpinan Kepala Pekon

berhubungan dengan motivasi kerja perangkat Pekon Sukaraja dan Pekon

Banjaragung Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus sebesar 74.7%.

Artinya apabila efektivitas kepemimpinan Kepala Pekon ditingkatkan maka

motivasi kerja perangkat Pekon Sukaraja dan Pekon Banjaragung Kecamatan

Gunung Alip Kabupaten Tanggamus juga akan mengalami peningkatan.

Hubungan kedua variabel bernilai sangat kuat/erat.

(6)
(7)
(8)
(9)

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian ... 10

II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Tinjauan Tentang Efektivitas ... 11

1. Pengertian Efektivitas ... 11

2. Faktor-Faktor yang Berkaitan degan Efektivitas ... 13

B. Tinjauan Tentang Kepemimpinan ... 14

1. Pengertian Kepemimpinan ... 14

2. Prinsip-Prinsip Dasar Kepemimpinan ... 17

3. Fungsi dan Peran Kepemimpinan ... 18

4. Implikasi Kepemimpinan ... 19

C. Tinjauan Tentang Efektivitas Kepemimpinan ... 21

1. Pengertian Efektivitas Kepemimpinan ... 21

2. Indikator Efektivitas Kepemimpinan ... 24

D. Tinjauan Tentang Motivasi Kerja ... 26

1. Pengertian Motivasi ... 26

2. Pengertian Motivasi Kerja... 27

3. Aspek dan Pola Motivasi ... 30

4. Alat-Alat Motivasi ... 30

5. Jenis-Jenis Motivasi ... 31

E. Tinjauan Tentang Kepala Pekon ... 32

1. Pengertian Kepala Desa/Pekon ... 32

2. Syarat-Syarat Menjadi Kepala Desa/Pekon ... 33

3. Tugas, Wewenang dan Kewajiban Kepala Desa/Pekon ... 34

F. Kerangka Pikir ... 36

G. Hipotesis ... 39

III METODE PENELITIAN ... 41

A. Tipe Penelitian ... 41

B. Definisi Konseptual ... 42

C. Definisi Operasional... 42

D. Populasi dan Sampel ... 46

E. Jenis dan Sumber Data ... 48

F. Teknik Penentuan Skor ... 49

(10)

IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 52

A. Gambaran Umum Pekon Banjar Agung ... 53

1. Keadaan Umum Pekon ... 53

2. Batas Wilayah Pekon ... 54

3. Data Penduduk Pekon ... 55

4. Keadaan Monografi Pekon ... 55

5. Infrastruktur Pekon... 56

6. Kelembagaan Pekon ... 57

B. Gambaran Umum Pekon Sukaraja ... 57

1. Keadaan Geografis Pekon ... 57

2. Batas-Batas Wilayah Pekon ... 58

3. Orbitasi Pekon ... 58

4. Kondisi Pertanahan Pekon Sukaraja ... 58

5. Kondisi Kependudukan Pekon Sukaraja ... 59

V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Identitas Responden ... 61

1. Identitas Responden Menurut Usia ... 61

2. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ... 62

3. Identitas Responden Menurut Pekerjaan ... 62

4. Identitas Responden Menurut Kedudukan ... 63

B. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Kuisioner ... 63

C. Deskripsi Data Efektivitas Kepemimpinan ... 65

1. Energi jasmaniah dan mental ... 65

2. Kesadaran atas tujuan dan arah ... 68

3. Antusiasme ... 70

4. Keramahan dan kecintaan ... 72

5. Integritas ... 75

6. Penguasaan teknis ... 78

7. Ketegasan dalam mengambil keputusan ... 80

8. Kecerdasan ... 83

9. Keterampilan mengajar ... 85

10. Kepercayaan ... 88

D. Deskripsi Jawaban Responden Tentang Motivasi Kerja ... 91

1. Pencapaian prestasi ... 91

2. Keberhasilan ... 94

3. Penghargaan ... 96

4. Pekerjaannya sendiri ... 99

5. Tanggung jawab ... 102

(11)

F. Hubungan Efektivitas Kepemimpinan Kepala Pekon dengan

Motivasi Kerja Perangkat Pekon ... 110

G. Pembahasan ... 111

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 118

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Identitas Responden Menurut Usia ... 61

2. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ... 62

3. Identitas Responden Menurut Pekerjaan ... 62

4. Identitas Responden Menurut Kedudukan ... 63

5. Pengujian Validitas Instrumen Penelitian ... 64

6. Pemimpin Memiliki Semangat Juang, Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja yang Tinggi ... 66

7. Pemimpin Memiliki Kesabaran dan Keuletan dalam Bekerja ... 66

8. Pemimpin Memiliki Ketahanan Batin dan Kemauan yang Luar Biasa ... 67

9. Pemimpin Tahu Kemana Arah Tujuan Pekerjaannya ... 68

10.Pemimpin Mampu Memberikan Kemanfaatan yang Baik Bagi Dirinya Sendiri ... 69

11.Pemimpin Mampu Memberikan Kemanfaatan yang Baik Bagi Para Pegawai Atau Bawahannya ... 69

12.Pemimpin Memiliki Sifat Antusiasme dalam Dirinya ... 70

13.Pemimpin Memiliki Sifat Optimisme dalam Dirinya ... 71

14.Pemimpin Memiliki Semangat yang Tinggi dalam Dirinya ... 72

15.Pemimpin Selalu Bersikap Ramah Pada Pegawai atau Bawahannya ... 72

16.Pemimpin Mencintai Pekerjaannya ... 73

[image:12.595.131.523.237.746.2]
(13)

19.Responden Mempercayai Pemimpin Karena Integritas yang

Dimilikinya ... 76

20.Responden Semakin Menghormati Pemimpin karena Integritas yang Dimilikinya ... 77

21.Pemimpin Memiliki Kemampuan Teknis yang Baik dalam Bidang Pekerjaannya ... 78

22.Pemimpin Mampu Membangun Hubungan Sosial yang Baik dengan Para Bawahannya ... 79

23.Pemimpin Selalu Memberikan Tuntutan kepada Para Bawahannya ... 80

24.Pemimpin Bersikap Tegas dalam Mengambil Keputusan ... 81

25.Pemimpin Bersikap Cepat dalam Mengambil Keputusan ... 81

26.Pemimpin Bersikap Tepat dalam Mengambil Keputusan ... 82

27.Pemimpin Mengerti Sebab yang Terjadi dalam Pekerjaannya ... 83

28.Pemimpin Mengerti Akibat yang Ditimbulkan Pekerjaannya ... 84

29.Pemimpin Memiliki Pemahaman yang Baik dalam Ruang Lingkup Pekerjaannya ... 85

30.Pemimpin Mampu Mendidik Bawahannya ... 86

31.Pemimpin Mampu Mengarahkan Bawahannya ... 86

32.Pemimpin Mampu Memotivasi Bawahannya ... 87

33.Pemimpin Rela Berjuang serta Percaya Pekerjaanakan Berhasil ... 88

34.Pemimpin Rela Berjuang demi Kepentingan Bawahannya ... 89

35.Pemimpin Rela Berjuang demi Kemajuan Organisasi ... 90

36.Responden Sudah Bekerja dengan Baik ... 91

37.Responden Selalu Berusaha untuk Mencapai Prestasi dalam Pekerjaan ... 92

38.Reponden Pernah mendapat prestasi dalam pekerjaan ... 93

(14)

Kesalahan ... 96

42.Pimpinan Memberikan Penghargaan Secara Lisan Ketika Responden Berhasil Menyelesaikan Pekerjaan dengan Baik ... 97

43.Pimpinan Memberikan Penghargaan Secara Tertulis Ketika Responden Berhasil Menyelesaikan Pekerjaan dengan Baik ... 98

44.Penghargaan yang Diterima dari Pemimpin Dapat Memicu Responden untuk Bekerja Secara Lebih Baik ... 99

45.Responden Mengerti Tugas Pokok dalam Bidang Pekerjaan ... 99

46.Responden Mengerti Fungsi dalam Bidang Pekerjaan ... 100

47.Pekerjaan Responden Sesuai dengan Kemampuan ... 101

48.Tanggung Jawab Responden pada Pekerjaan ... 102

49.Responden Mampu Mempertangungjawabkan Pekerjaan kepada Pimpinan ... 103

50.Responden Mampu untuk Memperbaiki jika Terjadi Kesalahan dalam Melaksanakan Pekerjaan ... 104

51.Responden Diberi Tugas Lebih oleh Atasan ... 104

52.Tugas Lebih yang Diberikan Atasan Dapat Meningkatkan Kemampuan dan Keterampilan dalam Bekerja... 105

53.Tugas Lebih yang Diberikan Atasan Dapat Memacu untuk Berprestasi Secara Lebih Baik dalam Bekerja ... 106

54.Kategori Efektivitas Kepemimpinan ... 108

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tugas utama aparatur adalah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Jelas

digariskan dalam UUD 1945 alenia keempat, yang meliputi 4 (empat) aspek

pelayanan pokok aparatur terhadap masyarakat, yaitu melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial.

Pembangunan nasional yang multi dimensi secara pengelolaannya melibatkan

segenap aparat pemerintahan, baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah

bahkan sampai ditingkat desa. Komponen atau aparat dimaksud hendaknya

memiliki kemampuan yang optimal dalam pelaksanaan tugasnya. Desa

merupakan sasaran penyelenggaraan aktivitas pemerintahan dan

pembangunan, mengingat pemerintahan desa merupakan basis pemerintahan

terendah dalam struktur pemerintahan Indonesia yang sangat menentukan bagi

berhasilnya ikhtiar dalam Pembangunan nasional yang menyeluruh.

Aspek-aspek atau bidang yang hendak dibangun ditingkat pemerintahan

terendah tersebut, dan salah satu aspek yang terlebih dahulu perlu dibangun

(16)

tugas-tugas administrasi pemerintahan, disamping memperkuat partisipasi

masyarakat dan kelembagaannya serta aspek-aspek lainnya.

Pemerintah desa beserta aparatnya adalah sebagai administrator penyelenggara

utama aktivitas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta

sebagai pembina ketentraman dan ketertiban di wilayahnya. Peranan mereka

demikian penting dan menentukan maju mundurnya suatu unit pemerintahan.

Maka diperlukan aparat desa yang benar-benar mampu dan dapat bekerjasama

dalam pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Keberadaan aparat desa yang juga diserahi tugas dibidang administrasi,

menduduki posisi yang sangat penting karena sebagai organ pemerintahan

yang paling bawah mengetahui sacara pasti segala kondisi dan permasalahan

yang ada di wilayahnya, maka input pada pemerintah kecamatan yang

menyangkut berbagai keterangan dan informasi sangatlah dibutuhkan dalam

pengambilan kebijaksanaan daerah maupun nasional untuk kebutuhan

pembangunan secara menyeluruh.

Aparat desa dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari, terutama yang

berbuhungan dengan penyajian data dan informasi yang dibutuhkan, semakin

dituntut adanya kerja keras dan kemampuan yang optimal guna memperlancar

pelaksanaan tugas pemerintahan.

Kepala Desa sebagai seorang pemimpin dilingkungan suatu masyarakat harus

mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Kepemimpinan

(17)

untuk mempengaruhi perilaku para perangkat desa dalam suatu situasi. Kepala

desa dapat melaksanakan fungsi kepemimpinannya, kepala desa bukan saja

harus memiliki wibawa tetapi harus memiliki kesanggupan untuk

menggunakan wibawanya terhadap para perangkat supaya diperoleh atau

memunculkan kinerja perangkat yang baik. Azas-azas yang perlu ditetapkan

dalam sebuah lembaga, adalah pembagian tugas. Indikator yang harus

diperhatikan dalam azas pembagian tugas ini adalah kemampuan dari

individu-individu yang diserahi tugas. Maka dalam suatu lembaga perlu

adanya manajemen efektif yang mampu mengarahkan dan membina perilaku

lembaga dan administrasi.

Pemikiran tersebut di atas, dikaitkan dengan kondisi rill sementara aparat

Pekon Sukaraja dan Pekon Banjaragung Kecamatan Gunung Alip Kabupaten

Tanggamus sebagai tempat penelitian yang direncanakan ini, menurut

pengamatan awal penulis, menunjukkan bahwa kemampuan aparat Pekon

Sukaraja dalam pelaksanaan tugas terutama dalam menyiapkan bahan dan

informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan perencanaan pembangunan,

hasilnya masih minim atau belum terlaksana secara optimal. Dilihat dari

pelaksanaan tugas-tugas administrasi yang tidak terlaksana dengan baik dan

konsisten sesuai ketentuan, baik administrasi umum, administrasi penduduk,

maupun administrasi keuangan.

Belum tersedianya informasi atau pencatatan administrasi secara baik

sebagaimana tersebut diatas, maka hal itu terjadi karena adanya pengaruh

(18)

desa sebagai penyelenggara yang belum optimal. Konteks penyelenggaraan

pemerintahan desa yang terpenting adalah bagaimana pemerintahan desa

mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, mampu memberikan

pelayanan kepada masyarakat desa, dan mampu meningkatkan daya saing

desanya. Hal tersebut akan terwujud apabila urusan yang menjadi kewenangan

desa dapat terlaksana dengan baik, bahwa dalam Implementasinya terdapat

berbagai permasalahan yang langsung maupun tidak langsung menghambat

pelaksanaan urusan-urusan pemerintahan tersebut.

Kapasitas yang masih rendah merupakan bagian dari permasalahan yang

ditunjukkan di lapangan. Antara lain masih belum optimalnya aspek

kelembagaan, sumberdaya manusia, maupun manajemen pemerintahan desa.

Pada tahun 2008 Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah, telah melaksanakan

Kajian Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa, kajian ini telah

menghasilkan cetak biru (blueprint) yang memuat strategi penyelesaian

masalah (problem solving) penyelenggaraan pemerintahan desa dan menyusun

modul-modul peningkatan kapasitas pemerintahan desa. Modul-modul

tersebut merupakan hasil identifikasi aspek kapasitas yang perlu ditingkatkan

yaitu perencanaan dan penganggaran desa, keuangan desa, penyusunan

kebijakan desa, kepemimpinan kepala desa dan manajemen pelayanan desa.

Berdasarkan Prariset 14 Maret 2013 (Kamis, Jam 10.30 Wib), yang dilakukan

penulis di Pekon Sukaraja Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus

dengan wawancara yang dilakukan terhadap Seketaris Pekon yang bernama

(19)

tugas perangkat pekon dan kurangnya kordinasi antara prangkat pekon, selain

itu kualitas tingkat pendidikan serta pengetahuan tentang tugas-tugas

perangkat pekon tidak memadai sehingga menjadi permasalahan internal

dalam pelaksanaan tugas pemerintahan di Pekon Sukaraja.

Permasalahan lain yang menjadi penyebab menurunnya semangat kerja

prangkat pekon dalam pelaksaan tugasnya yaitu masalah kesejahteraan, tidak

tersedianya reward yang sesuai menjadi salah satu faktor penyebab lemahnya

motivasi kerja prangkat pekon. Kurangnya kordinasi antara Kepala Pekon dan

prangkat pekon menyebabkan kurangnya pengetahuan perangkat pekon dalam

pelaksanaan tugasnya, masalah lain adalah dalam pelaksanaan tugas

berdasarkan perintah yang diberikan kepala pekon tidak dilaksanakan

secepatnya sehingga pelayanan pada masyarakat tidak terlaksana secara cepat.

Perangkat pekon dan kepala pekon merupakan basis pelayanan masyarakat

terendah tinggi rendahnya kualitas pelayanan yang diberikan bukan hanya

tergantung pada kinerja para perangkat pekon saja selaku bawahan tetapi juga

pemimpinnya, kepemimpinan seseorang akan menentukan maju atau

mundurnya, hidup atau mati organisasi yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai

karakteristik kepemimpinan yang efektif, mempunyai suatu karakter

kepemimpinan tertentu, sebagai pencerminan dari kepribadian yang dimiliki

oleh pemimpin tersebut. Kepemimpinan yang muncul dari dalam diri sendiri

(20)

Mengingat pentingnya kepemimpinan sebagai faktor penentu dalam sukses

atau gagalnya suatu organisasi dan usaha. Pemerintahan desa seperti halnya

pemerintah pusat dan daerah, dituntut untuk memberikan pelayanan maksimal

bagi warga dan mampu menjawab tuntutan yang makin tinggi dari

masyarakat, baik dari kualitas maupun dari segi kuantitasnya.

Pemerintahan desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa, tetapi

penelitian ini akan lebih fokus pada efektivitas kepemimpinan kepala desa

dalam meningkatkan motivasi kerja perangkat pekon dalam melaksanakan

tugas pemerintahan maupun dalam pelayanan terhadap masyarakat. Hal ini

dikarenakan kinerja perangkat pekon dipimpin oleh Kepala Pekon.

Berdasarakan Pra-riset yang penulis lakukan pada tanggal 14 Maret 2013

(Kamis, Jam 10.30 WIB), dan penjajakan awal yang dilakukan di Pekon

Sukaraja Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus dengan wawancara

terhadap Seketaris Pekon yang bernama Bapak Amirdan, fenomena

kepemimpinan kepala pekon di Pekon Sukaraja Kecamatan Gunung Alip

Berdasarkan kedudukan, tugas, dan fungsi Kepala Pekon sebagai berikut:

1. Pelaksanaan tugas perangakat pekon kurang ditunjang oleh sarana dan

prasarana yang memadai, salah satu contoh adalah tidak tersedianya

alat-alat untuk mendokumentasikan kegiatan-kegiatan pekon seperti komputer

misalnya. Untuk mempermudah saat pencarian data diperlukan arsip-arsip

(21)

2. Hasil kerja perangkat pekon tidak mendapatkan imbalan yang memuaskan

yang menjadikan semangat kerja perangkat ekon dalam pelaksanaan tugas

sebagai pelayan masyarakat menjadi menurun.

3. Dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan Pekon Sukaraja

Kecamatan Gunung Alip belum dilaksanakan secara maksimal. Contohnya

yaitu minimnya pemasukan, keungan pekon.

4. Tingkat pengetahuan perangkat pekon tentang pedoman pelaksanaan tugas

pemerintahan Pekon

Penulis mengambil penelitian di Pekon Sukaraja Kecamatan Gunung Alip

Kabupaten Tanggamus dengan pertimbangan bahwa kinerja Kepala Pekon

dipekon sukaraja dalam peningkatan motivasi kerja terhadap bawahanmya

belum begitu maksimal, dari data yang diperoleh penulis ketika prariset

tanggal 14 maret 2013 dalam bidang pembangunan tersedia cukup dana untuk

membangun infrastruktur pekon, akan tetapi itu tidak terlaksana dengan

maksimal disebabkan lemahnya koordinasi antara individu-individu perangkat

pekon sehingga Seketeris Pekon terkesan bekerja sendiri. Pada tahun 2010

terdapat anggaran belanja Pekon sebesar Rp33.000.000,00 dana tersebut akan

dimanfaatkan untuk pembangun fisik sebesar 66%, sedangkan untuk nonfisik

dialokasikan sebesar 36%. Implementasi penggunaan dana anggaran tersebut

tidak terealisasi dengan baik itu disebabkan kurang ada kesepakatan antara

perangkat, masyarakat, dan kepala pekon.

Bila dibuat perbandingan antara Pekon Sukaraja dan pekon Kedaloman,

(22)

pekon tertua karena sejak pecah dari pekon kedaloman pada tahun 1917 dan

sekarang jumlah penduduk Pekon Sukaraja berjumlah 1856 jiwa, Aktivitas

pemerintahan berjalan dengan baik namun tidak begitu menghasilkan

perubahan-perubahan drastis terhadap pekon, Dibandingkan dengan

Kecamatan Gisting Bawah dan Gisting Atas yang jumlah penduduk mencapai

15.000 jiwa perkembangan dalam sektor fisik (infrastruktur) sangat

berbanding jauh lebih maju, Maju atau berkembangnya suatu daerah (pekon)

bukan hanya terletak pada jumlah penduduk, potensi, kerja perangkat pekon,

bagian paling vital adalah peran seorang pemimpin untuk menggali segala

potensi yang ada di dalam pekon. Pekon merupakan basis pemerintah terendah

yang paling dekat dengan masyarakat, keaktifan seorang kepala pekon dalam

mengontrol kerja bawahannya serta karakternya sebagai salah satu keturunan

kerajaan yang mempengaruhi efektivitas kerja menjadi daya tarik tersendiri

bagi penulis.

Penelitian terdahulu oleh Fachri Azhar (2009) berjudul Hubungan Antara

Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Karyawan Dalam Organisasi

Perusahaan (Kasus PT Indofarma Tbk. Cikarang, Kabupaten Bekasi Provinsi

Jawa Barat). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan

yang digunakan oleh manajer adalah gaya kepemimpinan konsultatif dan

gaya-gaya kepemimpinan direktif, partisipatif, dan delegatif juga diterapkan

dalam hal-hal dan situasi tertentu. Tingkat motivasi kerja karyawan tergolong

tinggi, yang dilihat bersedianya karyawan untukbekerja keras, bekerjasama

dan bertanggungjawab. Bekerja keras terlihat dari kemauan dari karyawan

(23)

Penelitian lain oleh Marben Sinaga (2011) yang berjudul Hubungan

Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap

Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Samosir. Hasil penelitiannya

menunjukkan efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru,

nilai korelasi sebesar 0.468 dan besar thitung > ttabel (4.614 > 1.99). Motivasi

kerja dengan kinerja guru, nilai korelasi sebesar 0.654 dan besar thitung >

ttabel (7.541 > 1.99), (3) efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dan

motivasi kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru, besar korelasi

Rhitung yakni 0.738 dan besar Fhitung > Ftabel (44.898 > 3.12), maka dapat

dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan berarti antara efektivitas

kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama

dengan kinerja guru dapat diterima dan diuji kebenarannya.

Berdasarkan hal diatas, peneliti mengambil judul “Hubungan Efektivitas

Kepemimpinan Kepala Pekon Sukaraja dan Pekon Banjaragung Kecamatan

Gunung Alip Kabupaten Tanggamus Terhadap Peningkatan Motivasi Kerja

Perangkat Pekon”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Seberapa erat hubungan

efektivitas kepemimpinan kepala pekon terhadap peningkatan motivasi kerja

perangkat pekon di Pekon Sukaraja dan Pekon Banjaragung Kecamatan

(24)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keeratan hubungan efektivitas

kepemimpinan kepala pekon terhadap peningkatan motivasi kerja perangkat

Pekon Sukaraja dan Pekon Banjaragung Kecamatan Gunung Alip Kabupaten

Tanggamus.

D. Kegunaan Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian sebagaimana yang telah penulis rumuskan di

atas, maka kegunaan penelitian ini adalah :

1. Kegunaan Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu

pemerintahan khususnya yang berkaitan dengan kepemimpinan dalam

memotivasi bawahannya untuk bekerja lebih baik lagi.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap

pemerintahan Pekon Sukaraja Kecamatan Gunung Alip Kabupaten

Tanggamus, Khususnya berkaitan dengan kepemimpinan kepala pekon

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 119), efektif didefinisikan

sebagai usaha atau tindakan yang ada efeknya, yaitu akibat, pengaruh,

serta dampaknya, serta dapat memberikan hasil dan berhasil guna.

Menurut Hasibuan (2002: 120), efektivitas adalah tercapainya sasaran atau

tujuan-tujuan dari suatu instansi yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam

efektivitas terkandung makna berdaya tepat atau berhasil guna untuk

menyebutkan bahwa sesuatu itu telah berhasil dilaksanakan secara

sempurna, secara tepat dan target telah tercapai. Selain itu terkandung

makna efisiensi, yaitu berdaya guna untuk menunjukkan bila suatu

tindakan atau usaha sudah efektif dan ekonomis, baru dikatakan efisisen.

Menurut Andrian (2001:12), efektivitas adalah pekerjaan yang

dilaksanakan dan berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam

pekerjaan tersebut, dengan memberdayakan seluruh potensi sumberdaya

manusia maupun sumberdaya dana yang ada. Efektivitas merupakan

pencapaian tujuan atau hasil yang dikehendaki dengan mempertimbangkan

(26)

Menurut Martiman (2001:12), efektivitas adalah suatu pencapaian hasil

pekerjaan yang memiliki tujuan, sumber daya manusia pelaksana dan

pengawas, jangka waktu, sumber dana dan ketentuan yang telah ditetapkan

sebelumnya, dalam artian bahwa hasil pekerjaan yang diperoleh sesuai

dengan perencanaan sebelumnya.

Pengertian di atas menunjukkan bahwa efektivitas merupakan pencapaian

tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian

alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan

lainnya. Efektivitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan

dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika

sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah

ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif. Efektivitas adalah

melakukan tugas yang benar sedangkan efisiensi adalah melakukan tugas

dengan benar. Penyelesaian yang efektif belum tentu efisien begitu juga

sebaliknya. Yang efektif bisa saja membutuhkan sumber daya yang sangat

besar sedangkan yang efisien barangkali memakan waktu yang lama.

Sehingga sebisa mungkin efektivitas dan efisiensi bisa mencapai tingkat

optimum untuk kedua-duanya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka yang dimaksud dengan

efektivitas dalam penelitian ini adalah suatu keadaan di mana aktivitas

atau kegiatan dilaksanakan sesuai perencanaan yang telah disusun

(27)

2. Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Efektivitas

Menurut Hasibuan (2002: 127-128), beberapa faktor yang berkaitan

efektivitas adalah sebagai berikut:

a. Adanya tujuan yang jelas

Organisasi akan berjalan terarah jika memiliki tujuan yang jelas. Adanya tujuan akan memberikan motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Tujuan organisasi adalah memberikan pengarahan dengan cara menggambarkan keadaan yang akan datang yang senantiasa dikejar dan diwujudkan oleh organisasi

b. Struktur organisasi,

Struktur dapat mempengaruhi efektifitas dikarenakan struktur yang menjalankan organisasi. Struktur yang baik adalah struktur yang kaya akan fungsi dan sederhana.

c. Adanya dukungan atau partisipasi masyarakat,

Tanpa ada dukungan dan partisipasi yang ada maka akan sulituntuk mewujudkan organisasi yang efektif.

d. Adanya sistem nilai yang dianut.

Sistem nilai merupakan faktor yang mempengaruhi organisasi sehingga harus mendapat perhatian yang seriuas apabila ingin mewujudkan suatu efektivitas.

Menurut Martiman (2001:14-15), efektivitas berkaitan erat dalam

kemampuan sumber daya manusia memanfaat potensi yang ada.

Efektivitas menunjukkan hasil pekerjaan yang diraih secara optimal

dengan ciri yaitu adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan secara

berkesinambungan. Beberapa faktor yang berkaitan efektivitas adalah:

a. Karakteristik Organisasi adalah hubungan yang sifatnya relatif tetap seperti susunan sumber daya manusia yang terdapat dalam organisasi. Struktur merupakan cara yang unik menempatkan manusia dalam rangka menciptakan sebuah organisasi. Dalam struktur, manusia ditempatkan sebagai bagian dari suatu hubungan yang relatif tetap yang akan menentukan pola interaksi dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas.

b. Karakteristik Lingkungan mencakup dua aspek. Aspek pertama

(28)

pembuatan keputusan dan pengambilan tindakan. Aspek kedua adalah lingkungan intern yang dikenal sebagai iklim organisasi yaitu lingkungan yang secara keseluruhan dalam lingkungan organisasi. c. Karakteristik Pekerja merupakan faktor yang paling berpengaruh

terhadap efektivitas. Di dalam diri setiap individu akan ditemukan banyak perbedaan, akan tetapi kesadaran individu akan perbedaan itu sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Jadi apabila suatu organisasi menginginkan keberhasilan, organisasi tersebut harus dapat mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan organisasi. d. Karakteristik Manajemen adalah strategi dan mekanisme kerja yang

dirancang untuk mengkondisikan semua hal yang ada di dalam organisasi sehingga efektivitas tercapai. Kebijakan dan praktek manajemen merupakan alat bagi pimpinan untuk mengarahkan setiap kegiatan guna mencapai tujuan organisasi.

Dalam melaksanakan kebijakan dan praktek manajemen harus

memperhatikan manusia, tidak hanya mementingkan strategi dan

mekanisme kerja saja. Mekanisme ini meliputi penyusunan tujuan

strategis, pencarian dan pemanfaatan atas sumber daya, penciptaan

lingkungan prestasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan

keputusan, serta adaptasi terhadap perubahan lingkungan organisasi.

B. Tinjauan Tentang Tentang Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Menurut Handoko (2004:44), seorang pemimpin ialah orang yang dapat

mengerahkan orang lain yang ada di sekelilingnya untuk mengikuti jejak

atau keinginan pemimpin. Orang baru dapat dikatakan pemimpin apabila

ia berhasil menimbulkan pengaruh pada bawahannya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa yang

(29)

kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain yang ada

di sekitarnya untuk melaksanakan sesuatu sesuai yang dikehendakinya.

Menurut Prawiroharjo (dalam Handoko, 2004:45), kepemimpinan adalah

tingkah laku untuk mempengaruhi orang lain agar mereka memberikan

kerja sama dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Kepemimpinan sebagai seni untuk mengkoordinasikan dan mengerakan

orang-orang setiap golongan guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Kepemimpinan merupakan suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk

mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan

yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi.

Kepemimpinan yang baik dapat meningkatkan kinerja anggota seperti

yang diharapkan baik oleh anggota maupun organisasi yang bersangkutan.

Faktor Kepemimpinan memainkan peranan yang sangat penting dalam

keseluruhan upaya untuk meningkatkan kinerja baik pada tingkat

kelompok maupun pada tingkat organisasi. Dikatakan demikian karena

kinerja tidak hanya menyoroti pada sudut tenaga pelaksana yang pada

umumnya bersifat teknis akan tetapi juga kelompok kerja dan manajerial.

Menurut Tampubolon (2008: 2), definisi kepemimpinan secara luas

meliputi proses mempengaruhi dan menentukan tujuan organisasi,

memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi

untuk memperbaiki kelompok budayanya, selain itu juga mempengaruhi

interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya,

(30)

memelihara hubungan, dukungan dan kerjasama dan orang-orang diluar

kelompok organisasi.

Pada hakikatnya esensi kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi

tatalaku orang lain baik sebagai bawahan, rekan kerja atau atasan, adanya

pengikut yang dapat dipengaruhi baik oleh ajakan, anjuran, bujukan atau

sugesti atau dalam bentuk lainnya dan adanya tujuan yang hendak dicapai.

Pemimpin yang baik harus memiliki empat macam kualitas yaitu

kejujuran, pandangan ke depan, mengilhami pengikutnya dan kompeten .

pemimpin yang tidak jujur dan tidak kompeten tidak akan dipercaya yang

pada akhirnya tidak dapat dipercaya oleh pengikutnya. Pemimpin yang

memiliki pandangan ke depan adalah pemimpin yang memiliki visi

dengan lebih baik. Pemimpin yang baik juga harus mengilhami

pengikutnya dengan penuh antusiasme dan optimisme.

Kepemimpinan dalam organisasi merupakan faktor yang menentukan

berhasil tidaknya organisasi tersebut. Sikap dan gaya serta perilaku

kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pimpinan sangat besar

pengaruhnya terhadap keberhasilan organisasi tersebut. Pemimpin melalui

kepemimpinannya dapat memberikan motivasi kepada anggotanya dengan

cara memperhatikan dan memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhan

anggota terpenuhi maka anggotanya akan bekerja semaksimal mungkin,

semangat dan kegairahan kerja akan meningkat yang akhirnya menuju

(31)

Martoyo (2000:56) memberikan definisi kepemimpinan sebagai

keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang yang mau

bekerja sama untuk mencapai tujuan yang memang diinginkan bersama.

Kepemimpinan merupakan pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu

dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau

beberapa tujuan tertentu. Kepemimpinansebagai proses yang memberi arti

pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam

mencapai tujuan. Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan

asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi

orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja

mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan

hubungan dalam kelompok atau organisasi.

2. Prinsip-Prinsip Dasar Kepemimpinan

Prinsip sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan

motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk

membangun dirinya atau organisasi. Menurut Robbins (2001:27), prinsip

adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin

prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah

kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat

atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan

empat dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan

(32)

Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi.

Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding

perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk

mencapai keseimbangan di antara keduanya, sehingga akan menjadi faktor

pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai

dari belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan

berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan.

Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi

penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut,

seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi

keinginan orang.

Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada

bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan

untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk

menciptakan ketakutan. Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan

dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan pemimpin yang berprinsip

dan cerdas.

3. Fungsi dan Peran Kepemimpinan

Menurut Nawawi (1999:83), fungsi kepemimpinan dalam organisasi

meliputi:

a. Mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berpikir dan

mengeluarkan pendapat, baik secara perseorangan maupun kelompok

(33)

dalam menetapkan keputusan yang mampu memenuhi aspirasi dalam

kelompoknya.

b. Mengusahakan dan mendorong terjadinya pertemuan pendapat/buah

pikiran dengan sikap harga menghargai

c. Mengembangkan suasana kerja sama yang efektif dengan memberikan

penghargaan dan pengakuan terhadap kemampuan orang-orang yang

dipimpin sehingga timbul kepercayaan pada diri sendiri dan kesediaan

menghargai orang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing.

d. Membantu menyelesaikan masalah-masalah baik yang dihadapi

perseorangan maupun kelompok dengan memberikan petunjuk dalam

mengatasinya sehingga berkembang kesediaan memecahkannya

dengan kemampuan sendiri.

Menurut Nawawi (1999:89), peran manajemen pemimpin meliputi:

a. Pemimpin sebagai perencana (planner), yaitu merencanakan segala

sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan manajemen.

b. Pemimpin sebagai pengatur (organizer), dalam hal ini pemimpin

mengorganisasikan perencanaan manajemen yang telah ditetapkan.

c. Pemimpin sebagai penggerak (actuator), pemimpin menggerakkan

pelaksanaan perencanaan manajemen yang telah ditetapkan.

d. Pemimpin sebagai pengontrol/pengawas (controler), pemimpin

berperan sebagai orang yang mengawasi pelaksanaan manajemen yang

telah dilakukan. Pemimpin melakukan pemantauan (supervisi) tiap unit

(34)

4. Implikasi Kepemimpinan

Kepemimpinan memiliki beberapa implikasi antara lain:

a. Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para

anggota atau bawahan (followers). Para anggota atau bawahan harus

memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun

demikian, tanpa adanya anggota atau bawahan, kepemimpinan tidak

akan ada juga.

b. Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan

kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai

kinerja yang memuaskan. Kekuasaan yang dimiliki oleh para

pemimpin dapat bersumber dari:

(1) Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa

pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk

memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti

arahan-arahan pemimpinnya.

(2) Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa

pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi

bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya

(3) Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan)

bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat

menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya,

(35)

(4) Legitimate power, didasarkan atas persepsi bawahan bahwa

pemimpin berhak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang

dimilikinya.

(5) Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa

pemimpin adalah seeorang yang memiliki kompetensi dan

mempunyai keahlian di bidangnya. Pemimpin dapat menggunakan

kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi

perilaku bawahan dalam berbagai situasi.

c. Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri

(integrity), sikap bertanggungjawab (compassion), pengetahuan

(cognizance), keberanian bertindak sesuai keyakinan (commitment),

kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan

kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam

membangun organisasi (Setyawan, 2007: 167-169)

C. Tinjauan Tentang Efektivitas Kepemimpinan

1. Pengertian Efektivitas Kepemimpinan

Kepemimpinan yang efektif merupakan proses yang bervariasi, karena

dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin dalam mewujudkan hubungan

manusiawi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Di dalam proses seperti

itu kepemimpinan akan berlangsung efektif, apabila fungsi-fungsi

kepemimpinan diwujudkan sesuai dengan tipe kepemimpinan yang

mampu memberikan peluang bagi orang yang dipimpin, untuk ikut

(36)

Dengan demikian berarti setiap kreativitas dan inisiatif dalam

kepemim-pinan yang efektif harus disalurkan dan dimanfaatkan.

Suroso dan Ali (2004: 198-226) menjelaskan, beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam rangka menciptakan pemimpin integratif yang efektif

sebagaimana yang akan diuraikan sebagai berikut:

1) Seorang pemimpin integratif harus memeiliki tingkat kharismatik, kecerdasan emosional dan intelektual yang tinggi. Selain itu, seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat lainnya seperti jujur (honest), bersahabat (friendly), penuh keyakinan (confiden), tekun (persistent), cerdas (intellegent), kreatif (creatif), dan seorang pemimpin yang kuat

(wonderfull) serta selalu bersyukur atas rahmat yang diberikan oleh

tuhan yang maha kuasa.

2) Kepemimpinan yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi harus

berhubungan secara harmonis baik intra-personal, bahkan hubungan dengan makhlik-makhluk lain. Kecerdasan emosional yang tinggi tersebut dapat membangun prilaku yang terpuji

3) Pemimpin integratif harus juga memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan (situasional context leadership).

4) Pemimpin integratif yang efektif harus setiap saat mengutamakan silaturahmi kepada masyarakat dan pejabata-pejabat dibawahnya. 5) Pemimpin yang integratif juga harus memilik kemampuan intelektual

yang tinggi untuk menguasai aturan perundang-undangan, untuk mengusai managemen pemerintahan, memiliki daya analisis yang tinggi, gemar membaca, gemar menulis, dan terus belaja dengan segala ilmu yang berkaitan dengan kepemimpinan, managemen, psikologi, sosiologo, ekonomi, politik, hukum, pertahanan, keamanan, dan lain sebagainya.

6) Pemimpin integratif yang efektif harus mampu melakukan kominikasi

sosial dan komunikasi politik dengan bahasa, suara dan intonasi yang menari, jelas dan mudah dimengerti oleh komunikan yang diajak bicara.

7) Pemimpin integratif yang efektif juga harus mampu menstimulasi masyarakat untuk hanyut dalam visinya sehingga sepakat untuk membangun visi bersama dengan substansi yang tidak jauh berbeda dengan kehendak pemimpin. Pemimpin tidak boleh menganggap dirinya tahu segala-galanya bagaimna untuk mencapai visi, tetapi harus membarikan kesempatan kepada pengikutnya atau bawahannya untuk memberikan peran utamanya secara pesuasif didalam menetapkan program-program khusus yang perlu dilakukan.

(37)

9) Para pemimpin integratif disarankan untuk mempelajari kelebihan dan kekurangan para pemimpin sukses didunia, pemimpin nasional, tokoh-tokoh lokal, termasuk dari suri teladan kepemimpinan keagamaan.

Sedangkan Jhond D. Millet dalam Moedjiono (2002: 44) menjelaskan,

kepemimpinan cenderung untuk dikatakan sebagai ciri kepribadian

seseorang. Kualifikasi kepribadian dalam kepemimpinan merupakan

faktor yang sangat vital. Millet mengemukakan ciri-ciri kepemimpinan:

1) Kesehatan yang baik, kekuatan pribadi (personal energi), ketahanan fisik.

2) Memahami tugas pokok, komitmen pribadi terhadap kegiatan atau tujuan bersam, antusiasme, kepercayaan diri.

3) Mempunyai perhatian terhadap orang lain, ramah tamah,

memperhatikan masalah orang lain.

4) Intelegensi (tidak perlu memiliki pengetahuan yang mendetil atau ahli,

tetapi mempunyai “common sense” yang baik yang cepat dan tepat memahami persoalan-persoalan esensial dari informasi yang diperlukan, dan mampu menggunakan ilmu pengetahuan.

5) Integritas, memahami kewajiban moral dan kejujuran, kemauan ikut serta dalam pendapatan tujuan bersama, berkemampuan untuk menerapkan standar/ norma tingkah laku diri untuk menhhasilkan sikap hormat dari orang lain.

6) Sikap persuasif, kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk menerima keputusan-keputusannya.

7) Kritis, kemampuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan

orang-orang yang bekerjasama dengan dan bagaimana memperoleh kemanfaatan secara maximal bagi organisasi.

8) Kesetiaan, yaitu mempunyai perhatian penuh pada kegiatan bersama dan juga terhadap orang-orang yang bekerja dengannya, serta mempunyai semangat untuk mempertahankan kelompoknya terhadap serangan dari luar.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk

mengetahui apakah kepemimpinan itu efektif atau tidak berhasil atau tidak

maka dapat ditelusuri dari sifat-sifatnya. Ukurannya adalah:

1) Selalu energik

2) Mengerti setiap tugas-tugasnya

3) Membantu orang lain

(38)

5) Meyampaikan apa harus disampaikan

6) Mengajak orang lain untuk melaksanakan kepeutusannya

7) Paham terhadap bawahan

8) Tidak meninggalkan kewajiban

2. Indikator Efektivitas Kepemimpinan

Menurut Kartono (2011: 43) mengemukan bahwa upaya untuk menilai

efektivitas kepemimpinan antara lain dilakukan dengan mengamati dan

mencatat sifat-sifat dan kualitas/mutu perilakunya, sebagai kriteria untuk

menilai efektivitas kepemimpinannya.

Kemudian Ordway dalam Kartono (2011: 44-47) mengemukakan 10 sifat

yang menjadi ukuran atau indicator efektivitas kepemimpinan yaitu

sebagai berikut:

1) Energi jasmaniah dan mental (physikail and nervous energy)

Hampir setiap pribadi pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar biasa yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa yang tampaknya seperti tidak akan pernah habis. Hal ini ditambah dengan kekuatan mental berupa semangat juang, motivasi kerja, disiplin kesabaran, keuletan, ketahanan batin, dan kemauan yang luar biasa untuk mengatasi semua permasalahn yang dihadapi.

2) Kesadaran atas tujuan dan arah (A sense of purpose and direction). Ia memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan semua prilaku yang dikerjakan, dia tau persis kemana arah yang akan ditujunya, serta pasti memberikan kemanfaatan bagi diri sendiri dan bagi kelompok yang dipimpinnya. Tujuan tersebut harus disadari benar, menarik, dan sangat berguna bagi pemenuhan kebutuhan hidup bersama.

3) Antusiasme (Anthusiasm).

(39)

4) Keramahan dan kecintaan (Friendliness and affection).

Affection itu berarti kesayangan, kasih sayang, cinta simpati yang

tulus, disertai kesediaan berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi, sebab pemimpin ingin membuat mereka senang, bahagia dan sejahtera. Maka kasih sayang dan dedikasi pemimpin bisa menjadi tenanga penggerak yang positif untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan bagi semua pihak.

5) Integritas (integriy).

Pemimpin itu harus bersifat terbuka merasa utuh bersatu, sejiwa dan seperasaan dengan anak buahnya bahkan merasa senasib dan sepenanggungan dalam satu perjuangan yang sama. Karena itu dia bersedia memberikan pelayanan dan pengorbanan kepada pengikutnya. Sedangkan kelompok yang dituntun menjadi semakin percaya dan semakin menghormati pemimpinnya.

6) Penguasaan teknis )tecnical mastery).

Setiap pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar iya mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya. Dia menguasai mekanik-mekanik pesawat tertentu serta memiliki kemahiran-kemahiran sosial untuk memimpin dan memberikan tuntunan yang tepat serta bijaksana. Terutama teknik untuk mengkoordinasikan tenaga manusian, agar tercapai efektivitas kerja danm produktivitasnya.

7) Ketegasan dalam mengambil keputusan (deciveness).

Pemimpin yang berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas dan cepat, sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya. Selanjutnya dia mampu meyakinkan para anggotanya akan kebenaran keputusannya. Ia berusaha agar para pengikutnya bersedia mendukung kebijakan yang telah diambil. Dia harus menampilkan ketetapan hati dan tanggung jawab, agar ia selalu dipatuhi oleh bawahannya.

8) Kecerdasan (intellegence).

Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin itu merupakan kemampuan untuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara penyelesaian dalam waktu singkat. Maka orang yang cerdas akan mampu mengatasi kesulitan yaqng dihadaoi dengan waktu yang lebih pendek dan dengan cara yang lebih efektif dari pada orang yang kurang cerdas.

9) Keterampilan mengajar (taching skill).

Pemimpin yang baik itu adalah seorang guru yang mampu menentukan, mendidik, mengarahkan, medororng (memotiviasi), dan menggerakan anak buahnya untuk berbuat sesuatu. Di samping menuntun dan mendidik diharapkan ia juga menjadi eksekutif untuk mengadakn latihan-latihan, mengawasi pekerjaan rutin setiap hari, dari nilai gagal atau suksesnya satu proses atau treatment. Ringkasnya, dia harus menjadi manager yang baik.

(40)

Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya selalu didukung oleh kepercayaan anak buahnya. Yaitu kepercayaan bahwa para anggota pasti dipimpin dengan baik, dipengaruhi secara positif, dan diarahkan pada sasaran-sasaran yang benar. Ada kepercayaan bahwa pemimpin sama dengan anggota-anggota kelompoknya secara bersama-sama rela berjuang untuk mencapai tujuan yang bernilai.

D. Tinjauan Tentang Motivasi Kerja

1. Pengertian Motivasi

Menurut Widjaja (2000: 49), motivasi yang disebut juga daya perangsang

atau daya pendorong adalah upaya yang dilakukan merangsang pegawai

untuk mau bekerja dengan kegiatan-kegiatannya. Kegiatan yang dilakukan

ini berbeda antara pegawai yang satu dengan lainnya. Perbedaan ini

disebabkan oleh perbedaan motif, tujuan dan kebutuhan dari

masing-masing pegawai yang bekerja, juga oleh karena perbedaan waktu dan

tempat. Dengan demikian maka dalam memberikan motivasi kepada

pegawai haruslah diketahui daya rangsang mana yang lebih berkenan

untuk diterapkan pada pegawainya.

Menurut Siswanto (1999: 243), motivasi adalah keadaan kejiwaan dan

sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau

moves dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai

kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.

Menurut Sarwoto (1997: 136), motivasi adalah proses pemberian motif

(penggerak) bekerja para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau

(41)

Apabila motivasi ditinjau dari kepentingan pegawai atau dari segi pasif

maka motivasi tampak sebagai kebutuhan dan sekaligus pendorong yang

dapat menggerakkan semua potensi baik pegawai maupun sumber daya

lainnya. Sedangkan apabila ditinjau dari kepentingan organisasi atau dari

segi aktif, motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam

menggerakkan daya dan potensi pegawai agar mampu bekerja secara

efektif, efisien dan produktif sehingga mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa

motivasi kerja berkaitan langsung dengan usaha pencapai tujuan dan

berbagai sasaran organisasional. Apabila dalam diri pegawai terdapat

keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan dan berbagai sasaran

organisasi maka tujuan pribadipun akan ikut tercapai dan berarti

pemberian motivasi dapat dikatakan tepat guna.

2. Pengertian Motivasi Kerja

Menurut Kartono (2011:17-20), bekerja itu merupakan aktivitas sosial

bagi manusia, dengan dua fungsi pokok, yaitu: 1. Memproduksi

barang/benda-benda dan jasa-jasa bagi diri sendiri dan orang lain, 2.

Mengikat individupada pola interaksi manusiawi dengan individu lain,

karena orang harus bekerja sama dan berkomunikasi dengan orang lain

untuk mempertahankan keadaanya. Aspek penting dalam bekerja adalah

motivasi kerja, yaitu motivasi untuk mendapatkan nilai-nili ekonomis

(42)

dinas, dan lain-lain. Juga berwujud nilai-nilai sosial. Nilai sosisal atau nilai

imateriil antara lain berupa penghargaan, respek, kekaguman

kawan-kawan, status sosial, prestise, dan martabat diri. Motivasi ialah sebab,

alasan dasar, pikiran dasar, gambaran dorongan bagi seseorang untuk

berbuat atau ide pokok yang berpengaruh besar sekali terhadap terhadap

segenap tingkah aku manusia.

Motivasi kerja itu itu tidak hanya berwujud kebutuhan ekonomis yang

bersifat meteriil saja (misalnya berbentuk uang), akan tetapi juga bisa bisa

berbentuk respek/penghargaan dfari lingkungan, prestise dan status sosial

yang imateriil sifatnya. Tidak selalu motif uang itu menjadi motif

primerbagi orang yang bekerja kebanggaan akan hasil karya sendiri

menjadi kebanggaan dan merupakan intensif yang kuat.

Menurut Thoha (2011: 231), teori motivasi Fredrik Herzberg

mengembangkan suatu teori yarng khususnya bisa di terapkan kedalam

motivasi kerja. Adapun faktor yang dapat membangkitkan semangat kerja

seperti dikatakan di atas menurut Herzberg di atas ialah memotivator.

Faktor ini terdiri dari:

1. Pencapaian prestasi

2. Keberhasilan

3. Penghargaan

4. Pekerjaannya sendiri

5. Tanggung jawab

(43)

Teori motivasi Alderfer (alderfer’s ERG theory) existence relatedness

growt theory dikemukakan oleh Clynton Alderfer dan merupakan

modifikasi dari teori kebutuhan tingkat Maslow. ERG teori ini oleh

banyak para ahli dianggap lebih mendekati keadaan sebenarnya berdasarka

fakta-fakta empiris, menurut Alderfer kebutuhan dapat disederhanakan

menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Existance needs, berhubungan dengan kebutuhan untuk

mempertahankan seseorang dalam hidupnya. Kebutuhan ini

merupakan penyederhanaan dari dan identik dengan kebutuhan

fisikologis dan rasa aman. Dapat dipenuhi oleh konpensasi (langsung

dan tidak langsung) dan kondisi kerja yang aman dan nyaman;

2. Relatedness needs, merupakan kebutuhan untuk berinteraksi dengan

orang lain. Kebutuhan ini identik dengan kebutuhan sosial dan

pengakuan. Dapat dipenuhi melalui keterlibatan pegawai dalam usaha

kelompok kerja yang kondusif yang ditandai oleh adanya hubungan

interaktif antar anggota;

3. Growth needs, merupakan kebutuhan pengembangan diri dan identik

dengan kebutuhan aktualisasi diri. Dapat dipenuhi melalui

pengembangan karir, pendidikan dan penelitian, promosi dan

pengembangan pekerjaan secara kreatif.

Menurut Hasibuan (2002: 219), berpendapat bahwa motivasi adalah suatu

perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja

(44)

Motivasi sebagai proses yang menjelaskan itensitas, arah, dan ketekunan

seseorang individu untuk mencapai tujuannya. Sementara motivasi umum

berkaitan dengan usaha mencapai tujuan apa pun, dipersempit lagi definisi

motivasi fokus menjadi tujuan-tujuan organisasional untuk mencerminkan

minat kita terhadap prilaku yang berhubungan dengan pekerjaan.

3. Aspek dan Pola Motivasi

Aspek motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Aspek aktif atau dinamis, yaitu motivasi akan tampak sebagai

kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat

mengarahkan dan menggerakkan potensi sumber daya manusia kearah

tujuan yang diinginkan.

b. Aspek pasif atau statis. Justru tampak seperti usaha yang negatif.

Keinginan dan kegairahan kerja dapat ditingkatkan berdasarkan

pertimbangan tentang adanya dua aspek motivasi yang bersipat statis.

(Hasibuan, 2002: 220 )

Sedangkan Winardi (2000: 141) menspesifikasikan adanya 5 (lima)

macam sifat prilaku yang di motivasi (motivated behavior).

a. Pengerginisasian atau fasilitas aneka macam reaksi

b. Kekuatan prilaku dan efisiensi

c. Pengarah prilaku

d. Penguatan kembali, dan

e. Melemahnya prilaku

(45)

Menurut Hasibuan (2002:220) menambahkan bahwa alat-alat motivasi itu

terdiri dari:

a. Material Insentif, yaitu alat motivasi yang diberikan berupa uang dan

uang barang yang mempunyai nilai pasar, jadi memberikan kebutuhan

ekonomis, misalnya kendaraan, rumah, dll;

b. Nonmaterial Insentif, yaitu alat motivasi yang diberikan berupa barang

atau benda yang tidak bernilai, jadi hanya memberikan kepuasan dan

kebanggaan rohani saja. Misalnya medali, piagam, bintang jasa, dll ;

c. Kombinasi Material dan nonmaterial insentif, yaitu alat motivasi yang

diberikan berupa materil (uang dan barang) dan nonmateril (medali,

piagam. Jadi memenuhi kebutuhan ekonomis dan kepuasan atau

kebanggaan rohani

5. Jenis-Jenis Motivasi

Sedangkan dalam tinjauan jenis-jenis motivasi, beliau mengutarakan

motivasi menjadi dua, yaitu:

a. Motivasi positif (insentif positif). Motivasi dengan memberikan reward

atau penghargaan bagi orang lain atas prestasinya ;

b. Motivasi negatif (insentif negative). Motivasi dengan memberikan

hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik.

Menurut Hasibuan (2002:222), beliau juga membagi motivasi dilihat dari

metode-metode yang menurut beliau dapat dibagi menjadi dua, pertama,

metode langsung (direct motivasion), yaitu motivasi materil dan

(46)

memenuhi kebutuhan dan kepuasan. Kedua, motivasi tidak langsung

(indirect motivasion), yaitu motivasi yang diberikan hanya merupakan

fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja atau

tugas.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat

dipandang sebagai fungsi, berarti motivasi berfungsi sebagai daya

penggerak dari dalam individu untuk melakukan aktivitas tertentu dalam

mencapai tujuan. Motivasi dipandang dari segi proses, berarti motivasi

dapat dirangsang oleh factor luar, untuk menimbulkan motivasi dalam diri

siswa yang melalui proses rangsangan belajar sehingga dapat mencapai

tujuan yang di kehendaki. Motivasi dinpandang dari segi tujuan, berarti

motivasi merupakan sasaran stimulus yang akan dicapai. Jika seorang

mempunyai keinginan untuk belajar suatu hal, maka dia akan termotivasi

untuk mencapainya.

E. Tinjauan Tentang Kepala Pekon/Desa

1. Pengertian Kepala Desa/pekon

Pemerintahan desa adalah penyelenggara urusan pemerintah oleh pemerintah

desa dan Badan Permusyawarahan Desa dalam mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarakan asal-usul dan adata istiadat

masyarakat setempat yang diakui sertau dihormati dalam sistem pemerintahan

(47)

Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati

dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun

2005 tentang Desa.

2. Syarat-Syarat Menjadi Kepala Desa/pekon

Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa

(BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi

untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang

menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.

Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemelihan Kepala Desa (Pilkades) oleh

penduduk desa setempat.

Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa sesuai Peraturan Pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 adalah sebagai berikut:

1. Bertakwa kepada Tuhan YME

2. Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI,

serta Pemerintah

3. Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat 4. Berusia paling rendah 25 tahun

5. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

6. Penduduk desa setempat

7. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan

(48)

9. Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun atau 2 kali masa jabatan

10.Memenuhi syarat lain yang diatur Perda Kab/Kota

Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas

dan wewenangnya. Salah satu perangkat desa adalah Sekretaris Desa, yang

diisi dari Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris

Daerah Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota. Perangkat Desa lainnya

diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa, yang ditetapkan dengan

Keputusan Kepala Desa.

3. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Kepala Desa/pekon

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa, Tugas

Kepala Desa adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan

dan kemasyarakatan, dalam melaksanakan tugasnya Kepala Desa mempunyai

wewenang:

1. Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,

pembangunan, dan kemasyarakatan. Yang dimaksud dengan “Urusan

Pemerintahan“ antara lain pengaturan kehidupan masyarakat sesuai

(49)

pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik

Desa, kerja sama antar desa. Yang dimaksud dengan “Urusan

Pembangunan” antara lain pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan

sarana prasarana fasilitas umum desa seperti jalan desa, irigasi desa, pasar

desa. Yang dimaksud dengan urusan kemasyarakatan antara lain

pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya

masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan dan adat istiadat.

2. Sebagai mana dalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005 disebutkan

dalam pasal 14 bahwa kepala desa mempunyai wewenang:

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan

yang ditetapkan bersama BPD.

b. Mengajukan rancangan peraturan desa.

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan

bersamaBPD.

d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

e. Membina kehidupan masyarakat desa.

f. Membina perekonomian desa.

g. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

Yang dimaksud dengan mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif adalah memfasilitasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pengembangan, dan pelestarian pembangunan di desa. h. Mewakili desa nya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat

menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 di atas kepala desa mempunyai

kewajiban sebagai berikut:

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.

(50)

e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi, dan Nepotism

f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa.

g. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundangan-undangan.

h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik.

i. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa.

j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa.

k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa. Untuk mendamaikan

perselisihan, kepala desa dapat dibantu oleh lembaga adat desa

l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa.

m. Membina, mengayomi an melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat.

n. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa, dan

o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan

hidup

F. Kerangka Fikir

Desa merupakan bagian integral kepemerintahan yang paling kecil dalam suatu

Negara, dengan posisi pemerintahan yang paling dekat dengan masyrakat adalah

pemerintahan desa yang keberadaannya berhadapan langsung dengan masyarakat.

Desa merupakan sumber utama dan pertama sebagai bahan acuan pemerintah

dalam rangka menyukseskan program pemerintah baik daerah maupun nasional.

Keberhasil

Gambar

Tabel

Referensi

Dokumen terkait

Pada kesempatan yang berbagia ini, penulis ingin menghaturkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan anugerah- Nya yang besarlah, penulis

Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati kejadian, peristwa, situasi, pola, fenomena yang terkait dengan matematika dan mulai

Pengetahuan masyarakat terhadap fatwa-fatwa ini akan memberikan keuntungan kepada lembaga keuangan syari’ah berupa penurunan tingkat keluhan akibat

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan oleh Pokja ULP, meliputi koreksi aritmatik, evaluasi data administrasi, evaluasi data teknis, evaluasi kewajaran

Saat ini Fakultas Psikologi UI saat ini memiliki 6 bidang studi yang merupakan perwujudan cabang-cabang psikologi, yakni: Psikologi Klinis, Psikologi Perkembangan, Psikologi

Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena: (1) Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus

[r]

From the analysis, the writer found that null hypothesis saying “There is no significant difference in listening achievement between second grade junior high school students who