• Tidak ada hasil yang ditemukan

MITOSIS UJUNG AKAR KECAMBAH DAN ANATOMI BATANG SERTA DAUN TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DI BAWAH PEMAPARAN MEDAN MAGNET 0,2 mT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MITOSIS UJUNG AKAR KECAMBAH DAN ANATOMI BATANG SERTA DAUN TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DI BAWAH PEMAPARAN MEDAN MAGNET 0,2 mT"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

INDEKS MITOSIS UJUNG AKAR KECAMBAH DAN ANATOMI BATANG SERTA DAUN TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum)

DI BAWAH PEMAPARAN MEDAN MAGNET 0,2 mT

Oleh

DINASTUTI ANGGRAENI KUSUMA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Oleh

Dinastuti Anggraeni Kusuma ABSTRAK

Proses pertumbuhan tanaman dimulai dari perkecambahan yaitu keluarnya radikula atau akar embrionik ke arah luar menembus kulit biji. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan adalah gen dan hormon. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, oksigen, medium, air, dan cahaya. Namun, saat ini diketahui bahwa medan magnet juga dapat mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman yang sudah banyak dikaji dalam banyak penelitian ilmiah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perendaman dan lama pemaparan medan magnet terhadap proses mitosis ujung akar kecambah dan anatomi batang dan daun tanaman tomat. Tanaman tomat dipilih karena tanaman tomat cepat tumbuh.

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai Januari hingga April 2013 di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Lampung. Penelitian disusun secara faktorial dengan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan pada setiap perlakuan. Faktor pertama dalam penelitian ini adalah perlakuan perendaman benih yang direndam selama 15 menit dan tidak direndam sebelum diberi perlakuan medan magnet. Faktor kedua adalah lama pemaparan medan magnet yaitu lama waktu 0 menit (kontrol), 7 menit 48 detik, 11 menit 42 detik, 15 menit 36 detik, dan 31 menit 12 detik dengan kuat medan magnet 0,2 mT. Parameter yang diukur dalam penelitian ini yaitu indeks mitosis ujung akar kecambah, diameter parenkim, lebar xylem, lebar stomata, panjang stomata, dan indeks stomata. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dan bila terjadi perbedaan yang nyata diuji BNT pada taraf 5 %.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan lama pemaparan medan magnet serta interaksi antara perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet tidak memberikan pengaruh yang nyata pada semua parameter yang diamati. Perlakuan perendaman hanya memberikan pengaruh yang nyata pada nilai indeks mitosis kecambah dan diameter parenkim tanaman tomat.

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

B.Tujuan Penelitian ... 4

C.Manfaat Penelitian ... 5

D.Kerangka Pikir ... 5

E. Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tomat ... 8

1. Klasifikasi Tomat ... 8

2. Ciri-Ciri Morfologi Tomat ... 8

B. Anatomi Tanaman Secara Umum ... 9

1. Parenkim ... 9

2. Stomata ... 10

3. Jaringan Pengangkut ... 11

C. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman ... 12

1. Perkecambahan ... 12

2. Pertumbuhan ... 14

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan dan Pertumbuhan Tanaman ... 14

D. Medan Magnet ... 19

E. Pengaruh Medan Magnet Terhadap Perkecambahan ... 22

F. Mitosis ... 25

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

(6)

1. Alat ... 28

2. Bahan ... 28

C. Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 29

D. Prosedur Kerja ... 31

1. Pengecambahan ... 31

2. Penanaman ... 31

3. Pembuatan Larutan Pewarna ... 32

4. Prosedur Pengambilan Data ... 32

a. Pengamatan Mitosis Sel Ujung Akar ... 32

b. Pengamatan Panjang dan Lebar Stomata ... 33

c. Pengamatan Lebar Berkas Pengangkut (Xylem) ... 34

d. Diameter Sel Parenkim ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Anatomi Tanaman Tomat ... 38

a. Parenkim dan Xylem... 38

b. Stomata ... 45

c. Indeks Stomata ... 47

2. Indeks Mitosis ... 48

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52

(7)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tanaman tomat menghasilkan buah yang mengandung banyak zat-zat penting

seperti protein, lemak, gula (glukosa dan fruktosa), kholoin, tomatin, mineral

(Ca, Mg, P, K, Na, Fe, dan sulfur), histamin, dan vitamin seperti : B1, B2, B6,

C, dan E (Rugayah, 2004). Oleh karena itu, saat ini tomat menjadi tanaman

komoditas yang sangat penting karena memiliki banyak manfaat dan bernilai

ekonomi tinggi . Namun, hasil produksi tomat di Indonesia tidak sesuai yang

diharapkan. Hal ini dibuktikan dari Data Statistik Departement Pertanian

tahun 2011, yang menyatakan bahwa produksi tomat hanya mencapai 642.020

ton per tahun. Sedangkan permintaan pasar terhadap tomat mencapai

1.230.000 ton per tahun (Sutini, 2011). Salah satu pemecahan dari masalah di

atas adalah dengan perbaikan kualitas biji sebagai benih.

Tumbuhan individu baru mulai tumbuh saat biji berkecambah. Perkecambahan

adalah awal proses pertumbuhan suatu tanaman yang ditandai dengan

pemanjangan radikula (akar embrionik) ke arah luar menembus kulit biji

(Salisbury dan Ross, 1995). Proses perkecambahan membutuhkan air sebagai

(8)

berkecambah, sel-sel pada tumbuhan akan aktif melakukan pembelahan

mitosis. Bagian tubuh tumbuhan yang paling aktif membelah adalah meristem

apikal yaitu ujung akar dan ujung batang. Setelah itu, pertumbuhan akan

berlangsung terus hingga menjadi tumbuhan dengan struktur yang lengkap.

Proses pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dipengaruhi oleh

faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar). Faktor internal yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan adalah genetik dan

hormon (Pratiwi, 2006). Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi

meliputi air, cahaya, temperatur, oksigen, medium, dan unsur hara (Campbell

dkk

.,

2003). Namun, saat ini telah banyak diteliti pengaruh medan magnet

terhadap pertumbuhan tanaman.

Medan magnet ditemukan pertama kali oleh bangsa Yunani pada lebih dari

2000 tahun yang lalu. Kemudian, banyak percobaan terus dilakukan untuk

menyelidiki fenomena yang terjadi di sekitar magnet. Hingga pada tahun

1600, William Gilbert menemukan bahwa bumi merupakan magnet alami

dengan kutub magnet berada dekat kutub utara dan selatan (Tipler, 2001).

Semua unsur di bumi digolongkan ke dalam unsur kemagnetan yang bersifat

feromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik. Unsur yang bersifat

diamagnetik mengalami magnetisasi ke arah berlawanan dengan medan

magnet. Sedangkan unsur feromagnetik dan paramagnetik akan mengalami

(9)

tumbuhan dan berbagai senyawa organik dalam sitoplasma tumbuhan juga

dipengaruhi oleh sifat kemagnetan feromagnetik, paramagnetik, dan

diamagnetik. Sifat polarisasi magnetisasi dari unsur-unsur tersebut dapat

dipengaruhi dengan keberadaan medan magnet di sekitar unsur-unsur tersebut

(Reitz dkk.,1994).

Hasil berbagai penelitian menyebutkan bahwa pengaruh medan magnet

terhadap tumbuhan tergantung pada intensitas dan frekuensi medan magnet

yang diberikan, jenis tanaman yang dimagnetisasi, dan lama waktu magnetisasi

(Saragih dan Silaban, 2010). Benih jagung yang diberi medan magnet

mengalami pertumbuhan semakin cepat (Wulandari, 2011). Sedangkan

Saragih dan Silaban, (2010), menguji pengaruh medan magnet terhadap laju

perkecambahan dan laju pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max). Hasil

yang didapat dari penelitian tersebut adalah dapat meningkatkan laju

perkecambahan dan laju pertumbuhan kacang kedelai. Dengan menggunakan

kuat medan magnet 20 mT dengan waktu magnetisasi 30 menit. Penelitian

yang lain pada kacang kedelai dilakukan oleh Fahmi (2006), bahwa medan

magnet memberikan pengaruh yang nyata terhadap indeks perkecambahan,

lebar berkas pengangkut,dan berat kering tanaman kedelai.

Penelitian lain oleh Agustrina dan Roniyus (2009), membuktikan bahwa

interaksi perlakuan arah medan magnet 0,1 mT dan lama pemaparannya

selama 2-5 minggu mempengaruhi luas stomata dan diameter sel parenkim

(10)

Penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Winandari (2011), membuktikan

bahwa pemaparan medan magnet 0,2 mTselama 7 menit 48 detik pada benih

tomat berpengaruh pada laju pertumbuhan tanaman tomat (Lycopersicum

esculentum Mill.), luas daun dan kandungan klorofil b pada daun menjadi lebih

baik. Sedangkan Pertiwi (2011), membuktikan bahwa pemaparan medan

magnet 0,2 mT selama 7 menit 48 detik dapat meningkatkan produktivitas

tanaman tomat.

Berdasarkan uji-uji pendahuluan di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Mitosis Ujung Akar Kecambah dan Anatomi Daun dan Batang

Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) di Bawah Pemaparan Medan

Magnet 0,2 mT ”. Penelitian ini menggunakan lama pemaparan medan magnet

selama 0 menit (kontrol), 7 menit 48 detik, 11 menit 42 detik, 15 menit 36

detik, dan 31 menit 12 detik.

B.Tujuan Penelitian

Tujuan dari diadakan penelitian ini untuk mengetahui :

1. Pengaruh dari perendaman dan lama pemaparan kuat medan magnet 0,2

mT terhadap mitosis pada ujung akar kecambah dan anatomi daun dan

batang tanaman tomat.

2. Kombinasi perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang

memberikan pengaruh terhadap indeks mitosis, lebar stomata, panjang

(11)

C.Manfaat Penelitan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengetahuan

tentang manfaat pemberian lama pemaparan kuat medan magnet 0,2 mT

terhadap biji tomat untuk perbaikan kualitas tanaman tomat.

D.Kerangka Pikir

Tomat ( Lycopersicum esculentum) berasal dari Amerika Tengah. Tomat

memiliki manfaat penting bagi tubuh karena mengandung vitamin A, vitamin

B1, vitamin C, karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, dan besi. Di

Indonesia, tomat dibudidayakan sebagai sayuran, produksi tomat pada tahun

2011 di Indonesia mencapai 642.020 ton/tahun. Sementara kebutuhan

nasional terhadap tomat cukup tinggi yaitu 1.230.000 ton/tahun. Sehingga

perbaikan mutu tanaman tomat perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

nasional terhadap tomat.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dimulai dari perkecambahan.

Perkecambahan merupakan suatu proses dimana radikula (akar embrionik)

memanjang ke luar menembus kulit biji. Pemanjangan radikula (akar

embrionik ) diikuti dengan proses pembelahan sel mitosis. Pembelahan

mitosis terjadi pada bagian tumbuhan yang aktif tumbuh seperti ujung akar

(12)

eksternal/ lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi

perkecambahan adalah medan magnet.

Medan magnet adalah daerah di sekitar magnet yang masih dipengaruhi oleh

magnet. Keberadaan medan magnet di sekitar tumbuhan membawa dampak

positif bagi metabolisme sel. Hal ini dikarenakan gaya dari medan magnet

dapat mengendalikan dan mengubah laju pergerakan elektron-elektron dalam

sel sehingga dapat mempengaruhi berbagai jenis proses metabolisme sel

menjadi lebih baik. Sedangkan medan magnet di sekitar benih yang

direndam air menyebabkan pecahnya ikatan hidrogen molekul air dalam

benih sehingga banyak molekul air dalam benih yang bebas. Peristiwa itu

akan meningkatkan berbagai reaksi dalam benih dan metabolisme dalam

benih berjalan lebih cepat.

Pengaruh medan magnet terhadap pertumbuhan tanaman sudah banyak

dibuktikan melalui banyak penelitian dengan menggunakan tanaman berbeda.

Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L. ) yang diberi medan magnet

memiliki laju perkecambahan lebih cepat dibandingkan tanpa medan magnet.

Kacang kedelai yang diberi perlakuan lama pemaparan medan magnet 20 mT

selama 30 menit juga mengalami peningkatan laju perkecambahan dan

pertumbuhan. Pada tanaman cocor bebek, interaksi perlakuan arah medan

magnet 0,1 mT dengan lama pemaparan 2-5 minggu dapat mempengaruhi

luas stomata dan diameter sel parenkim serta lebar berkas pengangkut

(13)

mT selama 7 menit 48 detik, mengalami peningkatan perkecambahan dan

pertumbuhan lebih baik. Umumnya medan magnet memberi hasil positif

untuk pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Mitosis

Ujung Akar Kecambah dan Anatomi Daun dan Batang Tanaman Tomat

(Lycopersicum esculentum) di Bawah Pemaparan Medan Magnet 0,2 mT ”

dengan lama pemaparan berbeda. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh lama pemaparan medan magnet 0,2 mT yang diberikan terhadap

benih tomat. Sedangkan parameter dalam penelitian ini adalah indeks mitosis

pada ujung akar kecambah tomat dan anatomi daun serta batang tanaman

tomat. Adapun anatomi batang tanaman tomat yang akan diamati meliputi

lebar xylem dan diameter parenkim. Sedangkan anatomi daun tanaman tomat

meliputi lebar dan panjang stomata serta indeks stomata.

E. Hipotesis

1. Perendaman dan lama pemaparan medan magnet 0,2 mT mempengaruhi

proses mitosis pada ujung akar kecambah dan anatomi tanaman tomat.

2. Ada kombinasi antara perlakuan perendaman dan lama pemaparan yang

memberikan pengaruh terhadap indeks mitosis dan anatomi tanaman

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tomat

1. Klasifikasi Tomat

Tomat merupakan tanaman yang berasal dari Amerika dan kemudian

menyebar ke banyak negara di dunia termasuk Indonesia. Tomat memiliki

nama ilmah Lycopersicum esculentum Mill. dengan klasifikasi menurut

Steenis (1997) sebagai berikut :

Dunia : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Solanales

Suku : Solanaceae

Marga : Lycopersicum

Spesies : Lycopersicum esculentum Mill.

2. Ciri-Ciri Morfologi Tomat

Tomat memiliki sistem perakaran tunggang yang tumbuh memenjang

menembus tanah. Tomat memiliki batang berwarna hijau dan berbentuk

persegi empat yang lunak tetapi cukup kuat. Batang tomat berambut

(15)

batang mengalami penebalan. Batang tanaman tomat bercabang dan

memiliki diameter yang lebih besar dibandingkan batang tanaman sayur

lainnya (Cahyono, 2008).

Daun tanaman tomat berwarna hijau, berbentuk oval dengan tepi

bergerigi, dan membentuk celah menyirip yang melengkung ke dalam.

Daun tomat merupakan daun majemuk ganjil berjumlah 3-6 daun. Duduk

daun majemuk ini berselang-seling membentuk spiral mengelilingi batang

tanaman (Cahyono, 2008).

Bunga tanaman tomat berukuran kecil dengan diameter 2 cm, berwarna

putih. Bunga tomat memiliki 5 buah kelopak yang berwarna hijau. Bunga

tomat merupakan bunga sempurna karena bunga memiliki benang sari dan

putik sebagai alat perkembangbiakannya. Bentuk buah tomat beragam

seperti bulat, agak bulat, oval dengan ukuran buah yang beragam pula

tergantung varietasnya. Buah tomat berwarna hijau saat masih muda dan

menjadi merah saat sudah matang atau tua (Cahyono, 2008).

B. Anatomi tanaman secara umum

1. Parenkim

Parenkim adalah sel-sel khas pada tumbuhan yang kurang

terspesialisasi. Setiap jenis tumbuhan yang sedang berkembang

memiliki struktur sel parenkim yang sama sebelum mengalami

(16)

lentur. Sebagian sel parenkim tidak punya dinding sekunder.

Protoplas sel parenkim umumnya mempunyai vakuola tengah yang

besar. Struktur sel parenkim dapat dilihat pada Gambar 1. Parenkim

berfungsi dalam metabolisme tumbuhan seperti mensintesis dan

menyimpan bahan organik. Contohnya, fotosintesis terjadi di kloropas

sel-sel parenkim daun. Beberapa sel parenkim pada batang dan akar

memiliki plastida tidak berwarna dan dapat berfungsi untuk

menyimpan pati (Campbell dkk

.

, 2003).

Gambar 1. Parenkim pada batang tanaman tomat (Sari, 2011)

2. Stomata

Stomata adalah lubang-lubang kecil pada daun dan dikelilingi oleh sel

epidermis yaitu sel penutup atau Guard cell. Guard cell adalah sel-sel

epidermis yang mengalami perubahan bentuk dan fungsi untuk

mengatur besarnya lubang stomata. Struktur stomata dapat dilihat

pada Gambar 2. (Kertasaputra, 1988).

Stomata berperan sangat penting dalam proses fotosintesis dan

transpirasi pada tumbuhan (Kertasaputra, 1988). Selain itu stomata

(17)

(Pugnaire dan Pardos, 1999). Faktor penting yang mempengaruhi

aktivitas membuka dan menutupnya stomata adalah air. Hal ini terjadi

karena perubahan turgiditas dari sel-sel penutup contohnya, saat sel-sel

penutup turgid, lubang stomata akan membuka (Lakitan, 1995).

Gambar 2. Stomata pada daun tomat (tanda panah) (Sari, 2011)

3. Jaringan Pengangkut

Jaringan pengangkut adalah jaringan yang berfungsi untuk transportasi

air dan garam-garam mineral dari dalam tanah dan hasil asimilasi dari

daun ke bagian tumbuhan yang lain. Jaringan pengangkut dibedakan

menjadi dua yaitu xylem dan floem. Xylem tersusun dari sel-sel yang

hidup dan mati. Sedangkan floem merupakan jaringan kompleks yang

tersusun dari pembuluh tapis, parenkim dan kloroid. Xylem memiliki

dinding sel yang tebal (Gambar 3) dan berfungsi untuk mengangkut

garam-garam mineral dari tanah ke daun. Sedangkan floem berfungsi

sebagai transportasi hasil asimilasi dari daum menuju bagian tumbuhan

(18)

Gambar 3. Xylem pada batang tomat (tanda panah) (Sari, 2011)

C. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman

1. Perkecambahan

Perkecambahan adalah awal proses pertumbuhan suatu tanaman yang

ditandai dengan pemanjangan radikula (akar embrionik) ke arah luar

menembus kulit biji (Salisbury, 1995). Proses tersebutmembutuhkan

air yang akan memicu terjadinya proses imbibisi yaitu penyerapan

air oleh sel biji (Taiz dan Zeiger, 2002).

Sutopo (1988), menyatakan bahwa proses perkecambahan terdiri dari

5 tahap yaitu :

1. penyerapan air oleh biji yang mengakibatkan kulit biji melunak

dan terjadinya proses hidrasi protoplasma.

2. terjadinya berbagai kegiatan sel dan enzim karena peningkatan

respirasi biji.

3. bahan-bahan cadangan makanan ( karbohidrat, lemak, protein)

diurai menjadi bentuk terlarut dan ditranslokasikan menuju

(19)

4. terjadi proses asimilasi bahan-bahan hasil penguraian cadangan

makanan dalam jaringan meristematik untuk mendapatkan energi

5. pertumbuhan kecambah melalui perkecambahan, pembesaran, dan

diferensiasi sel-sel pada titik tumbuh.

Berdasarkan letak kotiledon pada kecambah, maka proses

perkecambahan dibedakan menjadi :

1. Perkecambahan hipogeal yaitu pertumbuhan memanjang dari

epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji

dan muncul di atas tanah . Tetapi kotiledon tetap berada di bawah

tanah (Gambar 4A). Contohnya pada biji kacang kapri (Pisum

sativum) (Pratiwi, 2006).

2. Perkecambahan Epigeal yaitu pertumbuhan memanjang dari

hipokotil yang mengakibatkan kotiledon dan daun lembaga

terdorong bergerak ke permukaan tanah (Gambar 4B). Contohnya

pada kacang hijau (Phaseoulus radiatus) (Pratiwi, 2006).

Gambar 4. Tipe perkecambahan hipogeal (A) dan epigeal (B) (Pratiwi, 2002)

Pada tanaman tomat, proses perkecambahan yang terjadi adalah

perkecambahan epigeal.

(20)

2. Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan aktivitas pada makhluk hidup yang

mengakibatkan adanya peningkatan ukuran dalam bentuk volume,

tinggi dan berat (Sitompul dan Guritno, 1995). Menurut Salisburry

dan Ross (1995), pertumbuhan suatu tanaman dapat diukur melalui

pertambahan tinggi dan diameter batang, panjang akar, atau dengan

mengukur luas permukaan daun. Selain itu, pertumbuhan tanaman juga

dapat diamati dengan menghitung pertambahan jumlah sel dan

protoplasma.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan

tanaman

Perkecambahan pada tanaman dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu :

1) Faktor internal (faktor dalam)

Beberapa faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan adalah faktor genetik dan hormon. Menurut

Pratiwi (2006), gen berfungsi mengontrol reaksi kimia di dalam sel,

contohnya sintesis protein yang merupakan bagian dasar penyusun

tubuh tumbuhan. Tanaman yang memiliki gen dengan sifat-sifat

baik diharapkan dapat terekspresikan pada pertumbuhan

selanjutnya sehingga menghasilkan tanaman dengan sifat yang baik

(21)

Selain genetik, hormon juga merupakan faktor penting yang

dibutuhkan tanaman dalam proses pertumbuhan. Hormon

merupakan substansi penting yang dihasilkan oleh tumbuhan dalam

jumlah sedikit dan berfungsi secara fisiologis mengatur arah dan

kecepatan pertumbuhan tanaman (Campbell dkk., 2003).

2) Faktor eksternal (faktor luar)

Selain hormon dan genetik, pertumbuhan dan perkembangan juga

dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Campbell dkk., 2003).

Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses

perkecambahan yaitu :

a. Air

Air merupakan unsur atau bahan yang paling banyak

ditemukan dalam tubuh tumbuhan. Kemampuan hidup sel

tumbuhan bergantung pada kemampuan tumbuhan

menyeimbangkan pengambilan dan pengeluaran air (Campbell

dkk., 2003). Sebanyak 85-90 % dari bobot segar sel-sel dan

jaringan tanaman tinggi adalah air (Maynard dan Orcott,

1987).

Menurut Noggle dan Frizt (1983), air memiliki fungsi umum

bagi tumbuhan seperti : membentuk protoplasma, pelarut bagi

(22)

reaksi-reaksi metabolik. Selain itu, air juga berfungsi sebagai reaktan

pada sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam

trikarboksilat, penghasil hidrogen pada proses fotosintesis, dan

menjaga turgiditas sel.

Dalam proses metabolisme, air berfungsi sebagai pelarut

cadangan makanan yang tersimpan dalam endosperma yang

telah dihidrolisis oleh enzim. Contohnya adalah enzim α-amilase menghidolisis gula dan zat makanan lain yang larut

dalam air untuk diserap oleh kotiledon selama masa

perkecambahan (Campbell dkk., 2003).

Sebagai pelarut, air berfungsi penting dalam pertumbuhan

tanaman. Air akan melarutkan unsur hara dari dalam tanah

untuk diserap oleh akar dan dibawa ke daun untuk proses

fotosintesis. Proses fotosintesis menyebabkan pemanjangan

sel tumbuhan sehingga terjadi pertumbuhan tanaman. Air juga

berfungsi menjaga sel-sel tetap dalam keadaan turgid untuk

mempertahankan bentuk jaringan. Turgid adalah kondisi di

mana dinding sel menjadi kaku karena masuknya air dari

(23)

b. Temperatur

Temperatur berpengaruh terhadap kerja enzim. Temperatur

yang terlalu tinggi menyebabkan enzim terdenaturasi dan

proses metabolisme terganggu. Temperatur yang tinggi juga

dapat menyebabkan tumbuhan kekurangan air dan

pertumbuhan tanaman terhambat. Sedangkan temperatur yang

rendah dapat menyebabkan ketidakstabilan sifat dinding sel.

Selain itu suhu yang rendah juga dapat mengubah transpor zat

terlarut yang melewati dinding sel. Kondisi temperatur yang

ekstrim juga bisa menyebabkan protoplas mengkristal sehingga

merobek dinding sel dan organel yang mengakibatkan

kematian sel (Campbell dkk., 2003). Menurut Sutopo (2002),

temperatur yang optimum untuk pertumbuhan tanaman adalah

80oF sampai 95oF (20,5o C sampai 35o C) .

c. Oksigen

Oksigen dibutuhkan tumbuhan dalam respirasi aerob yaitu

proses respirasi pada tumbuhan untuk menghasilkan ATP,

dimana oksigen dibutuhkan sebagai pereaksi bersama-sama

dengan glukosa (Campbell dkk., 2003). Kurangnya jumlah

oksigen di lingkungan dapat menyebabkan proses

perkecambahan terhambat (Sutopo, 2002). Proses yang terjadi

jika oksigen kurang dalam jaringan tumbuhan adalah

tumbuhan akan memproduksi hormon etilen yang

(24)

penuaan dan mati. Dinding sel akan rusak dan secara

enzimatik akan membentuk saluran udara “snorkel” untuk

penyediaan oksigen pada akar. Proses ini terjadi pada

tumbuhan yang terendam air (Campbell dkk., 2003).

d. Cahaya

Cahaya adalah faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan

tanaman. Keberadaan cahaya dari lingkungan yang ditangkap

oleh tanaman dipengaruhi oleh intensitas, panjang gelombang

(warna), dan arah (Campbelldkk., 2003). Pengaruh cahaya

berbeda pada setiap jenis tanaman. Contohnya, tanaman C4,

C3, dan CAM memiliki yang reaksi fisiologi yang berbeda

terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran

oleh cahaya matahari (Onrizal, 2009). Faktor cahaya yang

ditemukan dalam tumbuhan disebut fitokrom. Contoh fitokrom

yaitu cahaya merah dan cahaya merah jauh (Campbell dkk.,

2003).

e. Medium

Medium untuk tanaman umumnya berupa tanah. Tanah

sebagai media tanam harus memiliki tekstur dan komposisi

kimia tanah yang baik (Campbell dkk., 2003). Komposisi

kimia tanah yang baik harus mengandung unsur hara makro

dan mikro, gembur, mampu menyimpan air, dan bebas dari

(25)

Selain faktor lingkungan di atas, diketahui bahwa medan magnet

juga dapat mempengaruhi proses perkecambahan. Berbagai

penelitian yang menggunakan medan magnet telah dilakukan untuk

melihat pengaruh medan magnet terhadap pertumbuhan tanaman.

Pengaruh medan magnet terhadap perkecambahan dan

pertumbuhan akan dibahas pada sub bab berikutnya.

D. Medan magnet

Lebih dari 2000 tahun yang lalu bangsa Yunani menemukan bahwa sejenis

batuan tertentu (sekarang disebut magnetit) dapat menarik potongan besi.

Pada tahun 1269, Pierre de Maricourt menemukan bahwa jarum yang

diletakkan di berbagai posisi pada magnet alami berbentuk bola akan

mengarahkan dirinya sendiri menurut garis-garis yang melewati tepi yang

bersebrangan pada bola tersebut. Ia menyebut titik-titik ini sebagai kutub

magnet. Setelah itu banyak percobaan dilakukan untuk membuktikan

bahwa setiap magnet bagaimanapun bentuknya selalu memiliki dua kutub,

yaitu kutub utara dan selatan, di mana pada kutub-kutub ini gaya yang

dikerahkan oleh magnet adalah yang paling besar. Kutub-kutub magnet

tersebut jika sejenis akan saling tolak-menolak dan jika tidak sejenis akan

saling tarik-menarik (Tipler, 2001).

Pada tahun 1600, William Gilbert menemukan bahwa bumi merupakan

(26)

selatan (Tipler, 2001). Medan magnetik bumi memiliki orde sebesar 10-4

T atau 1 G. T atau Tesla. Tesla adalah satuan SI yang digunakan dalam

medan magnet. Tesla diambil dari Nikola Tesla (1857-1943), seorang

ilmuwan keturunan Amerika-Serbia dan seorang penemu (Young dan

Freedman, 2003).

Medan magnet adalah daerah di sekitar magnet yang masih dipengaruhi

oleh magnet (Giancoli, 1998). Bila sebuah benda didekatkan pada sebuah

magnet, maka akan timbul medan magnet di sekitar benda tersebut.

Medan magnet terjadi karena adanya kutub-kutub magnet yang memiliki

gaya tarik-menarik dan tolak-menolak yang besar (Soedojo, 2000). Medan

magnet juga dapat dihasilkan dari muatan yang bergerak atau sebuah arus.

Sebuah muatan titik yang bergerak akan menghasilkan medan listrik

dengan garis-garis medan yang memancar keluar dari sebuah muatan

positif (Young dan Freedman, 2003).

Medan magnet dapat diperoleh secara alami dan buatan. Medan magnet

alami berasal dari batu magnet alam. Sedangkan, medan magnet buatan

diperoleh dari arus listrik yang dihasilkan dari suatu kumparan bernama

solenoida (Giancoli, 1998). Solenoida adalah lilitan kawat tembaga yang

membentuk kumparan (Soedojo, 2000). Solenoida akan menghasilkan

medan magnet jika dialiri arus listrik (Giancoli, 2001). Aliran arus listrik

pada solenoida menghasilkan medan magnet di sekitar solenoida dengan

(27)

magnet batang (Soedojo, 2000). Garis-garis medan magnet (Gambar 5.)

adalah lingkaran-lingkaran yang sesumbu dengan kawat pada solenoida.

Garis-garis ini sesuai dengan kaidah tangan kanan (Gambar 6.). Medan

paling kuat ada pada pusat solenoidana. Namun, besarnya dapat menurun

di dekat ujung-ujung solenoida dimana medan magnetnya hanya setengah

dari kuat medan magnet yang ada di pusat (Young dan Freedman, 2003).

Oleh karena itu, solenoida dapat digunakan sebagai medan magnet dengan

salah satu ujungnya sebagai kutub selatan dan ujung lainnya sebagai kutub

utara (Supiyanto, 2002).

Gambar 5. Arah garis medan magnet (Supiyanto, 2002)

Gambar 6. Kaidah tangan kanan (Supiyanto, 2002)

Besar medan magnet pada suatu titik pada suatu solenoida dapat

ditentukan dengan menggunakan Hukum Biot-Savart dalam rumus

(28)

B =

0

[

] [

]

Keterangan :

B = kuat medan magnet di titik P (Tesla) µ0 = Permeabilitas ruang hampa

I = kuat arus (A)

n = Jumlah lilitan tembaga per satuan panjang (m-1)

a = jarak dari ujung solenoida atas ke jari-jari solenoida bagian atas (m) b = jarak dari ujung solenoida bawah ke jari-jari solenoida bagian

bawah (m)

R = jari-jari solenoida (m)

E. Pengaruh Medan Magnet Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Semua unsur di bumi digolongkan ke dalam unsur kemagnetan yang

bersifat feromagnetik, paramegnetik, dan diamagnetik. Unsur yang

bersifat diamagnetik mengalami magnetisasi ke arah berlawanan dengan

medan magnet. Sedangkan unsur feromagnetik dan paramagnetik akan

mengalami magnetisasi searah dengan medan magnet. Unsur hara

penyusun jaringan tumbuhan dan berbagai senyawa organik dalam

sitoplasma tumbuhan juga dipengaruhi oleh sifat kemagnetan

feromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik. Sifat polarisasi

magnetisasi dari unsur-unsur tersebut dapat dipengaruhi dengan

keberadaan medan magnet di sekitarnya (Reitz dkk.,1994). Unsur yang

bersifat feromagnetik adalah Fe. Pt dan Al merupakan unsur yang bersifat

paramagnetik. Sedangkan unsur yang bersifat diamagnetik adalah Au dan

(29)

Banyak penelitian telah dilakukan dengan melihat respon tanaman yang

diberikan medan magnet. Pengaruh medan magnet terhadap tumbuhan

tergantung pada intensitas dan frekuensi medan magnet yang diberikan,

jenis tanaman yang dimagnetisasi, dan lama waktu magnetisasi (Saragih

dan Silaban, 2010).

Saragih dan Silaban (2010), dalam jurnalnya menyatakan bahwa medan

magnet statik mempengaruhi aktivasi ion-ion dan polarisasi dipol-dipol

dalam sel. Medan magnet juga mempercepat proses pembelahan sel.

Gaya yang diinduksi medan magnet mengendalikan dan mengubah laju

pergerakan elektron dalam sel secara signifikan sehingga berbagai proses

metabolisme dalam sel dapat dipengaruhi. Medan magnet juga

meningkatkan cadangan nutrisi dalam sel karena dapat meningkatkan

proses absorpsi dan asimilasi. Dengan menggunakan kacang kedelai,

Saragih dan Silaban (2010) membuktikan bahwa kuat medan magnet

sebesar 20 mT dengan waktu magnetisasi 30 menit meningkatkan laju

perkecambahan dan laju pertumbuhan kecambah kedelai (Glycine max).

Penelitian Wulandari (2011), mengenai pengaruh medan magnet terhadap

tanaman jagung (Zea mays) menemukan bahwa semakin besar kuat medan

magnet yang diberikan terhadap benih jagung akan semakin besar

pengaruhnya terhadap pertumbuhan jagung. Bagian benih jagung yang

memberikan pengaruh medan magnet paling tinggi yaitu daerah titik

(30)

Agustrina (2008), membuktikan bahwa perlakuan kuat medan magnet

sebesar 165 A/m dapat meningkatkan laju perkecambahan Leguminocea

tetapi tidak diikuti dengan peningkatan laju perkecambahan yang

signifikan. Sementara itu, Agustrina dan Roniyus (2009), menyatakan

bahwa interaksi perlakuan arah medan magnet 0,1 mT dan lama

pemaparannya selama 2-5 minggu mempengaruhi luas stomata dan sel

parenkim serta lebar berkas pengangkut tanaman cocor bebek (Kalanchoe

pinnata Pers.).

Winandari (2011), dalam penelitiannya membuktikan bahwa pemaparan

medan magnet 0,2 mT selama 7 menit 48 detik pada tanaman tomat

berpengaruh pada laju pertumbuhan tanaman tomat (Lycopersicum

esculentum Mill.), luas daun dan kandungan klorofil b pada daun menjadi

lebih baik. Sedangkan Pertiwi (2011), membuktikan bahwa pemaparan

medan magnet 0,2 mT selama 7 menit 48 detik dapat meningkatkan

produktivitas tanaman tomat.

Namun, keberadaan medan magnet dalam lingkungan tidak selalu

memberikan dampak positif bagi tanaman yang berada di sekitar medan

magnet. Peristiwa ini dibuktikan oleh Budarsa dkk. (2010), yang

mengkaji tentang pengaruh medan magnet SUTET terhadap pertumbuhan

tanaman Caisim. Berdasarkan pengamatan, dibuktikan bahwa pemaparan

medan magnet 0,033 mT sampai 0,1 mT selama empat jam dapat

(31)

adanya penurunan atau penyusutan luas daun, penurunan kandungan

klorofil, laju asimilasi bersih, dan berat kering pada daun caisim.

F. Mitosis

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman diawali dengan

perkecambahan. Dalam proses perkecambahan, terjadi proses pembelahan

pada jaringan yang bersifat meristematis (aktif membelah) yaitu ujung

akar dan pucuk tanaman. Mitosis adalah pembelahan sel dimana

berlangsung pembelahan dan pembagian nukleus beserta

kromosom-kromosom yang terdapat di dalamnya (Suryo, 2008).

Menurut Suryo (2008), mitosis terdiri dari lima fase yaitu :

- Profase

Profase diawali dengan terjadinya pemadatan dan penebalan

kromosom, sehingga menjadi pendek dan tebal. Kemudian kromosom

bergerak menuju bagian tengah sel, yang terlihat menjadi dua untai

kromatid yang berdekatan dan dihubungkan oleh sentromer. Akhir

dari profase yaitu menghilangnya nukleolus dan membran nukleus

serta terbentuknya benang-benang spindel (Gambar. 7A).

- Metafase

Kromosom yang telah menjadi dua kromatid bergerak menuju bidang

equator. Benang-benang spindel melekat pada sentromer setiap

kromosom. Kemudian kromosom menjadi lebih pendek dan tebal pada

(32)

(metaphasic plate) karena kromosom yang bergerak ke tengah bidang

equator (Gambar. 7B) (Campbell dkk., 1999).

- Anafase

Tiap pasang kromatid dari setiap pasangan kromosom berpisah dan

bergerak menuju kutub berlawanan. Pemisahan kromatid ini diawali

dari membelahnya sentromer yang kemudian ditarik oleh benang

spindel ke kutub yang berlawanan dan diikuti oleh bergeraknya

organel-organel serta bahan sel lainnya. Pada metafase jumlah

kromosom menjadi dua kali lipat lebih banyak (Gambar. 7C).

- Telofase

Telofase ditandai dengan terbentuknya kembali membran nukleus dan

nukleolus. Sel membelah menjadi dua, sehingga terbentuk dua sel

anakan yang identik dan memiliki kromosom yang sama dengan

induknya (Gambar. 7D).

- Interfase

Pada interfase berlangsung fungsi metabolisme dan pembentukan serta

sintesis DNA. Interfase terbagi menjadi tiga fase yaitu • Fase gap satu (G1)

Fase G1 ditandai dengan adanya aktivitas sel seperti : transkripsi

RNA, sintesis protein yang berfungsi saat pembelahan nukleus,

terbentuknya enzim yang diperlukan untuk replikasi DNA, dan

terbentuknya tubulin dan protein yang akan membentuk benang

(33)

• Fase sintesis (S)

Fase sintesis (S) ditandai dengan proses replikasi dari DNA dan

kromosom yang menghasilkan sister chromatids yang memiliki

sentromer bersama. • Fase gap dua (G2)

Pada fase G2 sintesis protein yang dibutuhkan pada fase mitosis

terjadi. Protein-protein yang dihasilkan pada fase G2 diperlukan

dalam pembentukan benang gelendong, pertumbuhan

organel-organel dan makromolekul lainnya seperti: mitokondria, plastid,

ribosom.

Gambar 7. Fase-fase pembelahan mitosis : profase (A), metafase (B), anafase (C) (Ernawiati, 2009), dan telofase (D) (Ernawiati, 2007)

A

D C

(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April 2013. Penelitian ini

dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA.

B. Alat dan bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : solenoida,

medan magnet, cawan petri, beaker glass, tisu, tabung reaksi, pipet tetes,

mistar, timbangan digital, kotak germinasi, pot plastik, ember, spatula,

cover glass, objek glass, mikrometer objektif, mikrometer okuler, silet,

kertas label, mikroskop, oven, dan kamera.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : benih tomat,

aquadest, kertas roti, tanah, kompos, pewarna safranin, pewarna aceto

orcein, larutan glyserin, kutek, alkohol 70 %, amoxilin, dan

(35)

C. Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dalam pola faktorial. Ulangan dilakukan sebanyak tiga kali sebagai

kelompok. Faktor pertama adalah perlakuan perendaman yang terdiri dari

tanpa perendaman (TP) dan perendaman (P) selama 15 menit sebelum diberi

perlakuan medan magnet. Faktor kedua adalah lama pemaparan medan

magnet yang terdiri dari kontrol (0 menit) atau M0, 7 menit 48 detik (M7), 11

menit 42 detik (M11), 15 menit 36 detik (M15), dan 31 menit 12 detik (M31).

Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi nilai indeks mitosis

ujung akar kecambah, nilai indeks stomata daun, dan anatomi tanaman tomat

yang terdiri dari stomata (panjang, lebar, dan luas) dari organ daun, lebar

xylem, dan diameter parenkim dari organ batang tanaman tomat.

Data yang diperoleh diuji homogenitas dan dilanjutkan dengan Analisis

(36)

Tabel 1. Tata Letak Percobaan

Kelompok 1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Perlakuan PM7 PM15 TPM7 TPM11 TPM31 PM31 PM11 TPM15 PM0 TPM0

Kelompok 2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Perlakuan TPM15 TPM7 PM0 PM15 PM31 PM11 TPM11 TPM0 TPM31 PM7

Kelompok 3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Perlakuan TPM17 TPM11 PM0 PM11 PM15 PM31 TPM15 PM7 TPM31 TPM0

Keterangan :

TP adalah perlakuan tanpa perendaman

P adalah perlakuan dengan perendaman selama 15 menit M0 adalah waktu pemaparan medan magnet selama 0 menit

M7 adalah waktu pemaparan medan magnet selama 7 menit 48 detik M11 adalah waktu pemaparan medan magnet selama 11 menit 42 detik M15 adalah waktu pemaparan medan magnet selama 15 menit 36 detik M31 adalah waktu pemaparan medan magnet selama 31 menit 12 detik

(37)

D. Prosedur kerja

1. Pengecambahan

Menyiapkan 10 cawan petri yang sudah dialasi kertas roti. Untuk

perlakuan setiap kelompok, pada kertas roti diteteskan air secukupnya,

setelah itu ditetesi chlorampenicol dan amoxilin sebanyak masing-masing

tiga tetes. Amoxilin dan chlorampenicol digunakan untuk mencegah

serangan cendawan dan bakteri. Ke dalam 5 cawan petri yang sudah

disiapkan diisi masing-masing 10 benih tomat yang sebelumnya telah

direndam aquades selama 15 menit. Sedangkan pada 5 cawan petri

lainnya masing-masing diisi dengan 10 benih tomat yang tidak direndam.

Cawan petri yang telah berisi benih kemudian diberi perlakuan

pemaparan medan magnet 0,2mT dengan lama pemaparan 0 menit (M0)

sebagai kontrol, 7 menit 48 detik (M7), 11 menit 42 detik (M11), 15

menit 36 detik (M15), dan 31 menit 12 detik (M31). Selesai diberi

perlakuan pemaparan medan magnet, cawan petri yang berisi benih yang

sudah diberi perlakuan diletakkan dalam kotak germinasi dan disimpan

dalam ruangan dengan suhu kamar selama 4 hari.

2. Penanaman

Setelah kecambah berumur ± 1 minggu (daun pertama keluar), lalu

kecambah dipindahkan ke dalam pot yang sudah diisi kompos dan tanah

dengan perbandingan 1 : 1. Masing-masing pot sebagai satu satuan

(38)

perlakuan. Pemeliharaan dilakukan setiap hari selama 4 minggu dengan

cara menyirami dengan air keran.

3. Pembuatan Larutan Pewarna

a. Pewarna Aceto-orcein

Sebanyak 1 gram bubuk Orcein dilarutkan ke dalam 45 ml asam asetat

glasial dalam beaker glass 250 ml. Kemudian dipanaskan hingga

mendidih. Setelah mendidih, beaker glass yang berisi larutan asam

asetat glasial dan orcein diangkat lalu didiamkan hingga dingin.

Setelah dingin ditambahkan aquades sebanyak 55 ml. Setelah itu,

disaring menggunakan kertas saring. Hasil saringan tadi kemudian

dicampur dengan larutan HCl 1% sebanyak 10 ml. Setelah itu larutan

pewarna Aceto-orcein yang sudah jadi dihomogenkan.

b. Pewarna Safranin

Larutan pewarna Safranin dibuat dengan cara melarutkan 0,1 gram

bubuk Safranin ke dalam 100 ml alkohol 70 %.

4. Prosedur Pengambilan Data

a. Pengamatan Mitosis Ujung Akar Kecambah

Pengamatan mitosis pada sel ujung akar kecambah tomat dilakukan

pada kecambah berumur 4 hari menggunakan metode Squash yang

telah dimodifikasi. Ujung akar kecambah dipotong sepanjang 3mm

dari ujung. Potongan ujung akar dimasukkan ke dalam tabung reaksi

10 ml, kemudian ditetesi air dingin yang telah disimpan dalam

refrigator pada suhu 4-5 ºC selama 15 menit dan didiamkan selama 10

(39)

dimasukkan ke dalam freezer selama 10 menit. Setelah itu difiksasi

dengan asam asetat 45%. Kemudian tabung dimasukkan lagi ke

dalam freezer selama 15 menit sebelum potongan akar dicuci dengan

aquadest sebanyak 3 kali. Potongan akar yang telah dicuci kemudian

ditetesi pewarna kromosom aceto orcein dan dimasukkan ke dalam

oven selama 30 menit. Potongan akar diusahakan harus terendam

agar tidak kering. Potongan akar yang berwarna lebih gelap dipotong

dan ditaruh di atas gelas objek. Gelas objek ditutup dengan cover

glass dengan ditekan perlahan sambil digeser agar potongan akar

menyebar. Setelah itu, bagian tepi cover glass diberi kutek. Preparat

mitosis yang sudah jadi diamati di mikroskop dengan perbesaran 100

x 10. Pengamatan dilakukan pada 10 bidang pandang pengamatan

(Sari, 2010) dan jumlah sel yang bermitosis dihitung.

Indeks mitosis pada sel ujung kecambah tomat dihitung menggunakan

rumus dari Pandey dkk. (1994) yaitu:

IM =

X 100

Keterangan :

IM = Indeks mitosis

b. Pengamatan Panjang dan Lebar Stomata

Pengamatan stomata dilakukan pada tanaman tomat yang berumur 3

minggu. Preparat pengamatan diambil dari permukaan bawah daun

(40)

menempelkan kertas label pada bagian permukaan bawah daun tomat,

kemudian ditarik perlahan sampai epidermis lapisan epidermis daun

terlepas dari daun. Lapisan epidermis daun ditaruh di atas gelas objek

dan ditetesi safranin, didiamkan selama beberapa menit. Preparat

kemudian ditetesi glyserin, lalu ditutup cover glass untuk diamati. Di

bawah mikroskop dengan perbesaran 40 x 10 panjang dan lebar

stomata diukur menggunakan mikrometer okuler yang dikalibrasi

dengan mikrometer objektif. Pengukuran lebar dan panjang stomata

dilakukan pada 15 stomata untuk setiap perlakuan. Sedangkan,

penentuan nilai indeks stomata dilakukan dengan menghitung jumlah

sel stomata yang ditemukan dan jumlah sel selain stomata yang

ditemukan pada setiap preparat.

Indeks stomata dihitung menggunakan rumus dari Palit (2008) yaitu:

IS =

X 100

Keterangan :

IS = Indeks stomata

c. Pengamatan Lebar Berkas Pengangkut (Xylem)

Sayatan membujur batang tanaman diambil dari tanaman tomat

berumur 3 minggu. Sayatan yang telah diperoleh ditaruh di atas gelas

objek kemudian ditetesi safranin dan dibiarkan selama beberapa

menit. Setelah itu, preparat ditetesi glyserin dan ditutup dengan cover

glass. Preparat yang telah siap diamati di bawah mikroskop dengan

(41)

menggunakan mikrometer okuler yang telah dikalibrasi dengan

mikrometer objektif. Pengukuran lebar berkas pengangkut xylem

dilakukan pada 15 sel xylem pada masing-masing perlakuan.

d. Diameter Sel Parenkim

Sayatan melintang batang tanaman diambil dari tanaman tomat

berumur 4 minggu. Sayatan yang telah diperoleh ditaruh di atas gelas

objek kemudian ditetesi safranin dan dibiarkan selama beberapa

menit. Setelah itu, preparat ditetesi glyserin dan ditutup dengan cover

glass. Preparat yang telah siap diamati di bawah mikroskop dengan

perbesaran 100 x 10. Sel parenkim yang diukur pada masing-masing

perlakuan sebanyak 15 sel. Pengukuran diameter sel parenkim

menggunakan mikrometer okuler yang telah dikalibrasi dengan

(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Perlakuan pemaparan medan magnet 0,2 mT tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap semua parameter yang diamati, perlakuan

perendaman memberikan pengaruh yang nyata pada nilai indeks mitosis

dan diameter parenkim. Perlakuan tanpa perendaman memberikan hasil

yang lebih baik daripada perlakuan perendaman.

2. Interaksi antara perendaman dan lama pemaparan medan magnet

memberikan pengaruh yang nyata pada diameter parenkim dan indeks

mitosis. Interaksi yang paling baik pada diameter parenkim adalah

perlakuan TPM 7. Sedangkan indeks mitosis pada perlakuan PM7.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterkaitan usia benih

(43)

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh medan magnet

terhadap tanaman dengan tanaman dan kuat medan magnet berbeda.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh medan magnet

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, S. 1990. Pengaruh Kondisi Kulit Benih Terhadap Viabilitas Benih Pada Berbagai Varietas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr. ). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Agustrina, R. 2008. Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah Leguminoceae Dibawah Pengaruh Medan Magnet. Prosiding Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat. Universitas Lampung. Lampung

Agustrina, R dan Roniyus. 2009. Pengaruh Arah Medan Magnet Terhadap Anatomi Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Pers.). Hasil Penelitian. Jurusan Biologi Fisika FMIPA Universitas Lampung. Lampung.

Andini, A.N. 2011. Anatomi Jaringan Daun dan Pertumbuhan Tanaman Celosia cristata, Catharanthus roseus, Dan Gomphrena globosa Pada Lingkungan Udara Tercemar. Skripsi. Institut Pertanan Bogor. Bogor.

Atmaja, R.P. 2010. Pengaruh Naungan terhadap Indeks Stomata EmpatVarietas dan Satu Genotipe Kedelai [ Glycine max (L.) Merill] . Universitas Negeri Malang. Malang.

Budarsa I.G.K.S., I.W.S. Adnyana, dan I.G. Mahardika. 2010. Studi Paparan Medan Magnet Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Terhadap Pertumbuhan Sayuran Caisim (Brassica juncea L.). Ecotrophic. Udayana dan Politeknik Negeri Bali. Bali.

Cahyono, B.1998. Tomat. Penerbit Kanisus. Yokyakarta.134 Hlm.

Campbell, N.A., Reece,J.B., dan Mitchell, L.G.. 1999. Biologi Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Campbell, N.A., Reece,J.B., dan Mitchell, L.G. 2003. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Copeland , L. dan M.B. McDonald. 1997. Seed Production Principles and Practices. Chapman and Hall. New York. pp 749

(45)

Ernawiati, E. 2007. Pengaruh Medan Magnet Terhadap Pembelahan Sel Akar Umbi Bawang Bombay (Allium Cepa L.). Jurnal Ilmiah MIPA, Vol X, No.2. Bandar Lampung.

Ernawiati, E., Wahyuningsih, S., dan Nofera, E. 2009. Kelainan Mitosis Sel Ujung Akar Umbi Bawang Bombay Akibat Perendaman dalam Ekstrak Umbi Kembang Sungsang (Gloriosa superba L.). Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Fahmi, M. 2006. Laju Pertumbuhan dan Penyerapan Unsur Fe dan N Pada Kecambah Kedelai (Glycine max (L) Merr) yang Dipengaruhi Oleh Perlakuan Kuat Medan Magnet. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Giancoli, D.C. 1998. Fisika Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Giancoli, D.C. 2001. Fisika Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Hidayat,E. 1995. Morfologi tumbuhan. Jakarta: Depdek gub winatasumita.

Herawati, V. 2008. Fisiologi dan Anatomi Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata pers.) di sekitar medan Magnet. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Justice, O.L. dan L.N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. pp 466

Kartasaputra, A.G.. 1988. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang sel dan jaringan. Bina Aksara. Jakarta.

Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga . Jakarta.

Lakitan, B. 1995. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lestari, E.G. 2006, Hubungan antara Kerapatan Stomata dengan Ketahanan Kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64.

Biodiversitas. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (Balitbiogen). Bogor. Vol. 7: 44-48.

Maynard, G.H. and D.M. Orcott. 1987. The Physiology of Plants Under Stress. John Willey and Sons, Inc, New York.

(46)

Noggle, G.R. dan G.J. Fritz.1983. Introductory Plant Physiology. Prentice Hall, Inc, New Jersey.

Onrizal. 2009. Bahan Ajar Silvika, Pertumbuhan Pohon Kaitannya dengan Tanah, Air, dan Iklim. Tidak Diterbitkan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Palit, J. J. 2008. Teknik Penghitungan Jumlah Stomata Beberapa Kultiver

Kelapa. Hasil Penelitian. Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain. Menado.

Pandey, R., R.Shukla, dan S. Datta. 1994. Chromosome effects of one fungicide (dithane M-45) and two insecticides (aldrex-30 and metacid-50). Cytologia. 59:419-422.

Pertiwi, A. 2011. Pengaruh Lama Pemaparan Medan Magnet Terhadap

Produktivitas Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Skripsi. Jurusan Biologi Universitas Lampung . Bandar Lampung.

Powell, A.A. dan S. Matthews. 1973. The damaging effect of water on dry pea embryos during imbibition . J . Exp. Bot. 29:1215-1219.

Powell, A.A. dan S. Matthews 1980. The significant of damage during imbibition to the f ield emergence of pea (Pisum sativum L.) seed. J . Agric. S c i . Camb. 95:35-38.

Pratiwi. 2006. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Pugnaire, F.I., dan J. Pardos. 1999. Constrains by water stress on plant growth. In Passarakli, M. (ed.) Hand Book of Plant and Crop Stress. New York: John Wiley & Sons.

Reitz, J.R., Mildford, F.J. dan Cristy, R.W. 1994. Dasar-dasar Teori Listrik Magnit. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Rugayah, E.A. Widjaja, dan Praptiwi. 2004. Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora. Pusat Penelitian Biologi, LIPI. Bogor.

Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Saragih, H., Tobing, J. , dan Silaban, O. 2010. Meningkatkan Laju Pertumbuhan

Kecambah Kedelai Dengan Berbantuan Medan Magnetik Statik. Prosiding

Seminar Nasional Fisika. Universitas Advent Indonesia. Bandung.

(47)

Sari, E. N. 2011. Pengaruh Lama Pemaparan Medan Magnet yang Berbeda Terhadap Indeks Mitosis dan Anatomi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Skripsi. Jurusan Biologi Universitas Lampung . Bandar Lampung.

Setyasih, N. 2013. Mitosis Akar Kecambah dan Anatomi Tanaman Tomat

(Lycopersicum esculentum) di Bawah Pemaparan Medan Magnet 0,3 mT .

Skripsi. Universitas Lampung. Lampung

Sitompul, S. M. dan Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University. Yogyakarta.

Soedojo, P. 2000. Azas-Azas Ilmu Fisika. Gadjah Mada University. Yogyakarta.

Steenis, V. 1997. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Penerbit Pradnya Paramitha. Jakarta.

Supiyanto, 2002. Sains Fisika. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Suryani, D., S. Al, dan Ratnawati. 2003. Tanggapan Stomata dan Laju

Transpirasi Daun Vaccinium varingiaefolium (Bl.) Miq. Menurut Tingkat Perkembangan Daun dan Jarak Terhadap Sumber Emisi Gas Belerang Kawah Sikidang Dataran Tinggi Dieng. Seminar Hasil Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Suryo, H. 2008. Sitogenetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. hal 446.

Sutini. 2011. Analisis Stabilitas Tomat. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sutopo, L. 1988. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Penerbit PT. Grasindo Persada. Jakarta.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih (Edisi Revisi). Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Taiz, L. dan E. Zeiger, 2002. Plant Physiology. Third Edition. Sinauer Associates, Inc., Publishers. Sunderland, Massachusetts. p:25

Tatipata, A., P. Yudono, A. Purwantoro, dan W. Mangoendidjojo. 2004. Kajian Aspek Fisiologi dan Biokimia deteriorasi Benih Kedelai dalam Penyimpanan. Ilmu Pertanian. 11(2):76—87

Tipler, P.A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Penerbit Erlangga. Jakarta.

(48)

Wulandari. 2011. Pengaruh Medan Magnet pada Biji Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan. Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Jember. Jember.

(49)

Lampiran 1. Pengaruh perendaman dan lama pemaparan medan magnet terhadap lebar stomata

Tabel 4. Lebar stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

No Perlakuan

201,266 200,199 608,931 202,977

RERATA 20,747 P = perlakuan perendaman selama 15 menit sebelum

pemaparan medan magnet

(50)

Tabel 5. Uji homogenitas lebar stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

(51)

Tabel 6. Analisis ragam lebar stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Keterangan: * menunjukkan berbeda nyata pada taraf =5% ; ** menunjukkan berbeda nyata pada taraf =1% ;

tn menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf  = 5% dan atau =1%.

Kesimpulan: tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan Sebar

Keragaman Db JK KT F hitung

F tabel F tabel

a= 5% a= 1%

Kelompok 2 2,938 1,469 2,996tn 3,555 6,013

Perlakuan 9 2,619 0,291 0,594tn 2,456 3,597

Medan Magnet

(M) 4 1,459 0,365 0,744tn 2,928

4,579

Perendaman

(P) 1 0,133 0,133 0,272tn 4,414

8,285

MxP

(Interaksi) 4 1,027 0,257 0,523tn 2,928

4,579

Galat 18 8,825 0,490

(52)

Lampiran 2. Pengaruh perendaman dan lama pemaparan medan magnet terhadap panjang stomata

Tabel 7. Panjang stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

No Perlakuan

295,601 301,268 909,334 303,111

RERATA 31,247 P = perlakuan perendaman selama 15 menit sebelum

pemaparan medan magnet

(53)

Tabel 8. Uji homogenitas panjang stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

(54)

Tabel 9. Analisis ragam panjang stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Sebar Keragaman Db JK KT F hitung

F tabel F tabel

a= 5% a= 1%

Kelompok 2 14,729 7,365 6,263tn 3,555 6,013

Perlakuan 9 12,605 1,401 1,191tn 2,456 3,597

Medan Magnet (M) 4 10,263 2,566 2,182tn 2,928 4,579

Perendaman (P) 1 0,116 0,116 0,099tn 4,414 8,285

MxP (Interaksi) 4 2,226 0,557 0,473tn 2,928 4,579

Galat 18 21,166 1,176

Total 29 48,500

Keterangan: * menunjukkan berbeda nyata pada taraf =5% ; ** menunjukkan berbeda nyata pada taraf =1% ;

(55)

Lampiran 3.Pengaruh perendaman dan lama pemaparan medan magnet terhadap lebar xylem

Tabel 10. Lebar xylem batang tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

No Perlakuan

292,400 281,400 274,733

RERATA 31,247 29,113 P = perlakuan perendaman selama 15 menit sebelum

pemaparan medan magnet

(56)

Tabel 11. Uji homogenitas lebar xylem batang tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

(57)

Tabel 12. Analisis ragam lebar xylem batang tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Sebar

Keragaman Db JK KT F hitung

F tabel F tabel

a= 5% a= 1%

Kelompok 2 15,919 7,960 2,281tn 3,555 6,013

Perlakuan 9 28,600 3,178 0,911tn 2,456 3,597

Medan

Magnet (M) 4 7,181 1,795 0,514tn 2,928

4,579

Perendaman

(P) 1 2,278 2,278 0,653tn 4,414

8,285

MxP

(Interaksi) 4 19,141 4,785 1,371tn 2,928

4,579

Galat 18 62,818 3,490

Total 29 107,338

Keterangan: * menunjukkan berbeda nyata pada taraf =5% ; ** menunjukkan berbeda nyata pada taraf =1% ;

(58)

Lampiran 4. Pengaruh perendaman dan lama pemaparan medan magnet terhadap diameter parenkim

Tabel 13. Diameter parenkim batang tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

926,800 919,600 941,601 2788,001 929,334

RERATA P = perlakuan perendaman selama 15 menit sebelum

pemaparan medan magnet

(59)

Tabel 14. Uji homogenitas diameter parenkim batang tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

(60)

Tabel 15. Analisis ragam diameter parenkim batang tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Sebar

Keragaman Db JK KT F hitung

F tabel F tabel

a= 5% a= 1%

Kelompok 2 25,165 12,583 1,788tn 3,555 6,013

Perlakuan 9 111,250 12,361 1,757tn 2,456 3,597

Medan

Magnet (M) 4 23,986 5,996 0,852tn 2,928

4,579

Perendaman

(P) 1 59,550 59,550 8,463** 4,414

8,285

MxP

(Interaksi) 4 27,714 6,928 0,985tn 2,928

4,579

Galat 18 126,651 7,036

Total 29 263,066

Keterangan: * menunjukkan berbeda nyata pada taraf =5% ; ** menunjukkan berbeda nyata pada taraf =1% ;

(61)

- Uji BNT 5 % = 4,557

Perlakuan medan magnet (menit)

Rata-rata diameter parenkim (µm)

TPM7 94,689a

TPM15 94,445a

TPM11 94,289a

TPM31 94,156a

PM11 94,155a

TPM0 94,133a

PM31 92,711ab

PM7 91,222ab

PM0 90,867ab

(62)

Lampiran 5. Pengaruh perendaman dan lama pemaparan medan magnet terhadap indeks stomata

Tabel 16. Indeks stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

No Perlakuan

278,123 303,331 261,596 843,050 281,017

RERATA P = perlakuan perendaman selama 15 menit sebelum

pemaparan medan magnet

(63)

Tabel 17. Uji homogenitas indeks stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

(64)

Tabel 18. Analisis ragam indeks stomata daun tomat pada minggu ke-3 yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Sebar

Keragaman Db JK KT F hitung

F tabel F tabel

a= 5% a= 1%

Kelompok 2 88,347 44,173 3,304tn 3,555 6,013

Perlakuan 9 77,404 8,600 0,643tn 2,456 3,597

Medan

Magnet (M) 4 35,036 8,759 0,655tn 2,928

4,579

Perendaman

(P) 1 0,001 0,001 0,000tn 4,414

8,285

MxP

(Interaksi) 4 42,367 10,592 0,792tn 2,928

4,579

Galat 18 240,648 13,369

Total 29 406,398

Keterangan: * menunjukkan berbeda nyata pada taraf =5% ; ** menunjukkan berbeda nyata pada taraf =1% ;

tn menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf  = 5% dan atau =1%

(65)

Lampiran 6. Pengaruh perendaman dan lama pemaparan medan magnet terhadap indeks mitosis

Tabel 19. Indeks mitosis akar kecambah tomat yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

No Perlakuan

69,903 68,088 75,375 213,366 71,122

3 PM11

63,456 74,387 67,135 204,978 68,326

4 PM15

63,22 60,328 68,785 192,333 64,111

5 PM31

60,901 62,713 58,517 182,131 60,710

6 TPM0

72,832 63,877 69,045 205,754 68,585

68,269 7 TPM7

70,043 75,257 64,815 210,115 70,038

8 TPM11

70,055 64,38 64,748 199,183 66,394

9 TPM15

71,705 72,042 57,269 201,016 67,005

10 TPM31

69,31 68,7 69,952 207,962 69,321

TOTAL

672,323 662,942 652,932 1988,197 662,732

RERATA P = perlakuan perendaman selama 15 menit sebelum

pemaparan medan magnet

(66)

Tabel 20. Uji homogenitas indeks mitosis ujung akar kecambah tomat yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

(67)

Tabel 21. Analisis ragam indeks mitosis ujung akar kecambah tomat yang diberi perlakuan perendaman dan lama pemaparan medan magnet yang berbeda

Sebar

Keragaman Db JK KT F hitung

F tabel F tabel

a= 5% a= 1%

Kelompok 2 18,807 9,404 0,417tn 3,555 6,013

Perlakuan 9 529,468 58,830 2,610* 2,456 3,597

Medan

Magnet (M) 4 201,168 50,292 2,231tn 2,928

4,579

Perendaman

(P) 1 119,453 119,453 5,300* 4,414

8,285

MxP

(Interaksi) 4 208,848 52,212 2,317tn 2,928

4,579

Galat 18 405,692 22,538

Total 29 953,968

Keterangan: * menunjukkan berbeda nyata pada taraf =5% ; ** menunjukkan berbeda nyata pada taraf =1% ;

(68)

Uji BNT taraf α= 5 %

BNT= 8,144

Perlakuan Rata-rata

PM7 71,122a

TPM7 70,038a

TPM31 69,321a

TPM0 68,585a

PM11 68,326a

TPM15 67,005a

TPM11 66,394a

PM15 64,111ab

PM31 60,710b

Gambar

Gambar 1. Parenkim pada batang tanaman tomat (Sari, 2011)
Gambar 2. Stomata pada daun tomat (tanda panah) (Sari,   2011)
Gambar 4. Tipe perkecambahan hipogeal (A) dan epigeal (B) (Pratiwi, 2002)
Gambar 5.  Arah garis medan magnet (Supiyanto, 2002)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor lingkungan meliputi orang tua dan & orang dewasa (guru), dan teman sebaya. Faktor keturunan adalah gen yang menurun meliputi sifat dan perilaku pada

Perusahaan melakukan hal tersebut untuk memperoleh opini audit yang lebih baik, sehingga dapat mengembalikan kepercayaan publik terhadap kemampuan perusahaan untuk

Dari penelitian terdahulu yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa motivasi mempunyai dampak yang sangat singnifikan terhadap kinerja karyawan, seseai

jenis jamur lain yang juga mampu mendegradasi lignin, seperti fungi pelapuk. coklat (brown-rotfungus) namun enzim yang dihasilkan oleh jenis jamur

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif yaitu suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan mula-mula

Tujuan eksperimen ini adalah mencari alternatif untuk mereduksi pertambahan gas di dalam delay chamber ketika reaktor dioperasikan pada daya tetap 15 MW terutama

Kaharuddin, umur 28 Tahun, Penyuluh Agama Islam di Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan , wawancara, Oleh penulis di Kantor Urusan Agama, Pada tanggal 8 Juni

Dari tabel diatas terdapat beberapa item penilaian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bagaimana kondisi kerja kantor, sarana dan prasana yang dimiliki,