• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KLASIFIKASI BENDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KLASIFIKASI BENDA"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MODELTHINK PAIR SHARE(TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK

KLASIFIKASI BENDA

(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMP YBL Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh NURIA FIANI

Hasil belajar yang rendah dapat dijadikan sebuah indikator pemahaman siswa

yang rendah terhadap suatu materi pembelajaran. Hal inilah yang terjadi di SMP

YBL Natar Lampung Selatan dimana hasil belajar masih rendah. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran

think-pair-shareterhadap prestasi belajar siswa dalam hal ini adalah hasil belaajar

siswa.

Penelitian ini merupakan studi eksperimen semu dengan desainpretestdan

posttestkelompok ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII A dan VII

D yang dipilih dari populasi secarapurposive sampling. Data penelitian ini berupa

data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilaipretest

danposttest, dihitung selisihnya dan di perolehN-gainyang dianalisis melalui uji

(2)

Nuria Fiani

iii

dan tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran TPS yang

dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan TPS meningkatan hasil belajar siswa dengan

rata-rataN-gainyaitu 51,09. Rata-rataN-gainpada indikator yang mengalami

peningkatan yaitu C1 14,37 dan indikator C4 sebesar 2,72. Aktivitas siswa pada

kelas eksperimen untuk semua aspek yaitu mengajukan pertanyaan,

mengumpulkan data, mempresentasikan hasil diskusi dan menyampaikan

kesimpulan memperoleh rata-rata 85,26% dengan kriteria tinggi. Selain itu,

sebagian besar siswa (86,29%) memberikan tanggapan positif terhadap

penggunaan model pembelajaranthink-pair-share. Dengan demikian, terdapat

pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pembelajatan TPS terhadap

peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.

(3)
(4)

PENGARUH PENGGUNAAN MODELTHINK PAIR SHARE(TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK

KLASIFIKASI BENDA

(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMP YBL Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015)

Skripsi

Oleh:

NURIA FIANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 7

2. Desain penelitianpretest-posttestkelas ekuivalen... 19

3. Presentasi tanggapan siswa pada model TPS... 34

4. Contoh jawaban siswa pada C1... 37

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

F. Kerangka Pikir ... 6

G. Hipotesis Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) ... 8

B. Hasil Belajar ... 12

C. Aktivitas siswa ... 15

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

B. Populasi dan Sampel ... 18

C. Desain Penelitian ... 18

D. Prosedur penelitian... 19

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 24

F. Teknik Analisis Data ... 25

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 30

(7)

xiv

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 40

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

LAMPIRAN 1. Silabus... 43

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 45

3. Lembar Kerja Kelompok ... 54

4. SoalPretestdanPosttest... 67

5. Data Hasil Penelitian ... 80

6. Angket Tanggapan siswa ... 88

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Lembar observasi aktivitas siswa... 27

2. Interprestasi index aktivitas siswa... 29

3. Hasil uji normalitas dan homogenitas nilaipretestt, posttest, dan N-gainketerampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 31

4. UjiN-gainindikator kognitif siswa ... 32

5. Aktivitas siswa ... 33

6. Nilai pretes, postes danN-Gainpada kelas Eksperimen... 80

7. Nilai pretes, postes danN-Gainpada kelas kontrol ... 81

8. Tabel 8. N-gain per indikator kelompok eksperimen... 82

9. Hasil perhintungan aktivitas belajar siswa kelas eksperimen ... 86

10. Hasil perhitungan aktivitas belajar siswa kelas control ... 87

11. Hasil perhitungan angket tangggapan siswa ... 88

12. Hasil uji statistik uji normalitas skorgainkelas TPS (VIIA) ... 89

13. Hasil uji normalitas dataN-gainKelas eksperimen... 90

14. Hasil statistik uji normalitas skorgainkelas kontrol(VIID) ... 91

15. Hasil uji normalitas dataN-gainkelas kontrol... 91

16. Hasil uji statistik N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 92

17. Hasil uji Homogenitas dataN-gain... 92

(9)
(10)
(11)
(12)

Moto

Orang akan melupakan apa yang kamu katakan, orang

juga akan melupakan apa yang kamu kerjakan, tapi orang

tidak akan pernah lupa ketika kamu membuat mereka merasa

berarti

(Penulis)

Bermimpi itu gratis maka bermimpilah, kemudian berjuang

dan berusahalah untuk mewujudkannya

(Penulis)

Tidak ada niat baik yang boleh dicapai dengan cara buruk, dan

sebaliknya tidak ada niat buruk yang berubah baik meski dilakukan

dengan cara-cara baik

(13)

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah SWT, untuk segala rahmat dan nikmat-Nya yang tak berujung, pemberi kekuatan besar untuk terus bangkit bahkan di saat-saat

kalah. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, sang teladan dalam segala bentuk kebajikan.

Kupersembahkan karya ini sebagai bentuk bukti cinta dan kasihku kepada:

Yang sangat aku cintai Bapak dan Ibu, sungguh aku sangat berterimakasih karena doa tulus, kerja keras, senyum perngertian, dan dukungan semangat untuk membuatku kembali berlari. Ribuan terima kasih tak akan pernah cukup untuk mengungkapkan rasa

syukurku untuk dapat lahir dari orangtua seperti kalian.

Seluruh Guruku, Dosen dan Pembimbing, karena tanpa mereka aku bukan apa-apa.

Adik-adikku, Dany Dwi Prayogi dan Tri Cahyo Abi Manyu, untuk semua dukungan semangat yang diberikan .

(14)

Penulis dilahirkan di Braja Gemilang, 10 Mei 1989 yang

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan

Bapak Muhajir, S. Pd. dan Ibu Aminah, S. Pd. Alamat

Braja Gemilang, Way Jepara, Lampung Timur (34196)

nomor telpon: 085669629196

Pendidikan formal pertama yang ditempuh penulis di SD Negeri 1 Braja

Gemilang (1995-2001) dan dilanjutkan di SMP Negeri 1 Braja Selebah,

(2001-2004). Kemudian penulis menamatkan jenjang pendidikan menengahnya pada

tahun 2007 di SMA Negeri 1 Way Jepara, Lampung Timur (2004-2007). Pada

tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP

Unila melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Penulis terdaftar sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Korps Sukarela

Palang Merah Indonesia Unit Universitas Lampung (UKM KSR PMI Unit Unila).

Penulis pernah menjabat sebagain sekertaris Divisi Kesekretariatan (2010-2011)

dan Bendahara Umum (2011-2012) di UKM KSR PMI Unit Unila. Penulis yang

tergabung dalam Satuan Tugas penanggulangan Bencana pernah menjadi relawan

bencana alam Gunung Merapi di Jogjakarta pada 2010. Penulis melaksanakan

Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Bandar Lampung. Selain

itu penulis melaksanakan penelitian di SMP YBL Natar, Lampung Selatan untuk

meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd. (Tahun 2014).

(15)

xi

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

FKIP Unila. Skripsi ini berjudul“PENGARUH PENGGUNAAN MODEL

THINK PAIR SHARE(TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI POKOK KLASIFIKASI BENDA (Studi Eksperimen Semu pada Siswa

Kelas VII SMP YBL Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015)”

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;

3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

sekaligus Pembimbing II atas saran perbaikan dan motivasinya yang berharga;

4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan

dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai

5. Dr. Arwin Surbakti, M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan

(16)

xii

6. Hi. Sudarto, S. Pd., M.M.., selaku Kepala SMP YBL Lampung dan Nur

Muntahana, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan

selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

7. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VII A dan VII D SMP YBL

Natar, Lampung Selatan atas kerjasama yang baik selama penelitian

berlangsung;

8. Nenek ku, Parinah; Om dan Tanteku, Hartadi, S.Pd., Ria Marnita, S.Pd.,

Yuliati, Sri Winarti, Aisiyah, Wahyono, dan Budeku Painten, S.Pd.;

Sepupuku, Deriyana,S.Pd., Sigit Prasetyo, S.H., Ernawati, Mustopa, S.Pd.

Lita Wara A., GiventM’zu, Iksan Febrian dan Rafa Adirhea Wardana atas doa, cinta dan semangat yang selalu mengiringi langkahku.

9. Sahabatku Septiya Eka P.R., S. P., dan Novita Rellyani, S. Kom., atas

kebersamaan dan dukungan yang tak pernah putus.

10. Rekan-rekan Mahasiswa Pendidikan Biologi 2007, kakak dan adik tingkat

Pendidikan Biologi FKIP UNILA atas persahabatan yang luar biasa.

11. Keluarga Besar UKM KSR PMI Unit Unila, atas semua pengalaman,

kebersamaan dan keceriaan yang sangat berharga.

12. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, Januari 2015 Penulis

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi kelangsungan hidup

sebuah bangsa. Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan sumber daya

manusia yaitu generasi penerus bangsa yang berkualitas baik dari segi spritual,

intelegensi dan skill. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara (Depdiknas, 2003: 1). Untuk itu setiap warga

negara berhak untuk mendapatkan pendidikan agar memperoleh pengetahuan,

kemampuan dan ketrampilan sebagai bekal hidupnya dimasa yang akan datang.

Sebagaimana diketahui perhatian terhadap pendidikan dirasa kurang mengingat

pentingnya bagi kelangsungan hidup sebuah bangsa. Pendidikan masih

menghadapi masalah-masalah dalam pelaksanaanya baik dari sistem maupun

perangkat pendidikan itu sendiri. Beberapa masalah yang dapat kita lihat antara

lain hasil belajar siswa yang masih rendah, pengajar kurang profesional, dan

(18)

2

perhatian terhadap pendidikan membuat pendidikan akan semakin terpuruk

sehingga bangsa ini tidak mampu bersaing di dunia internasional. Dalam

pendidikan di sekolah, masalah yang sering dihadapi adalah dari segi proses

pembelajaran. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak

tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

karena itu guru dituntut mampu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah

terutama mengenai penguasaan materi pembelajaran siswa sesuai dengan

bidang studi yang diajarkan.

Kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar disekolah yang belum maksimal

seperti yang telah disampaikan terlihat dari rendahnya hasil belajar siswa. Hal

ini juga terjadi pada mata pelajaran IPA biologi di SMP Yayasan Badrullah

Latif (YBL) Natar. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di kelas VII

SMP YBL Natar Lampung Selatan, diketahui bahwa hasil belajar siswa sangat

kurang, hal ini dikarenakan guru masih menggunakan metode ceramah dalam

proses pembelajarannya. Dari data yang diperoleh pada tahun pelajaran

2013/2014, hanya 47% siswa kelas VII SMP YBL Natar yang mencapai

kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hasil ulangan harian tersebut masih

rendah jika dibandingkan dengan kriteria ketuntasan belajar yaitu 100% siswa

yang memperoleh nilai≥70. Dengan memberdayakan model pembelajaran

yang sesuai, diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai standar

ketuntasan belajar minimal di sekolah yaitu≥70.

Berdasarkan permasalahan tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan

(19)

3

menggunakan model pembelajaran yang menarik yaitu penggunaan model

pembelajaranThink-Pair-Share(TPS). Pada pembelajaran kooperatif tipe TPS

ini, siswa belajar dengan berpasangan sehingga siswa memiliki kesempatan

untuk bertukar pikiran dengan teman sebaya (pasangannya). Dengan berpikir

berpasangan maka siswa akan terdorong untuk menemukan dan memahami

konsep apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut

dengan pasangannya. Selain memberikan suasana baru dalam proses

pembelajaran model pembelajaran ini juga memberi kesempatan pada siswa

untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain sehingga dapat

mengoptimalisasi partisipasi siswa dalam proses belajar. Model pembelajaran

TPS ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada

siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain

(Lie, 2004).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif

mempunyai dampak positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya

(Lundge dalam Saminan, 2001: 20). Madden (dalam Slavin, 2008: 94)

menambahkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan semangat

belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pembelajaran kooperatif

yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian Pramudiyanti (2006: 430)

menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar sebelum dan

sesudah menggunakan model TPS, yaitu meningkat sebesar 83,78%. Selain

itu, Yulfisa (2007: 35) dalam penelitian tindakan kelasnya menyimpulkan

bahwa TPS mampu meningkatkan presentase nilai rata-rata penguasaan konsep

(20)

4

Berdasarkan penelitian di atas diharapkan model pembelajaran TPS ini juga

mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi pada

materi Klasifikasi Benda.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan model

pembelajaranThink Pair Share terhadap hasil belajar siswa pada materi

pokok Klasifikasi Benda?

2. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok

Klasifikasi Benda dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair

Share?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan model pembelajaranThink-Pair-Shareterhadap hasil

belajar siswa pada materi pokok Klasifikasi Benda.

2. Pengaruh modelThink-Pair-Shareterhadap peningkatan aktivitas siswa

(21)

5

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Peneliti yaitu untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

pembelajaran Biologi dengan model pembelajaranThink-Pair-Share

terhadap kemampuan hasil belajar siswa.

2. Guru, yaitu untuk dapat memberikan alternatif dalam memilih dan

menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil

belajar.

3. Siswa, yaitu untuk dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung

dalam mempelajari materi pokok Klasifikasi Benda

4. Sekolah yaitu untuk memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan

pembelajaran biologi disekolah melalui model pembelajaran

Think-Pair-Share.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini:

1. ModelThink-Pair-Share, adapun langkah-langkah model pembelajaran

TPS adalah berpikir (Thinking) atas informasi yang diberikan guru,

berpasangan (Pairing) dengan teman sebangku untuk berdiskusi, dan

berbagi (Sharing) dengan seluruh kelas atas hasil diskusinya.

2. Prestasi belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar aspek

kognitif siswa yang berupa nilai tes awal dan tes akhir.

3. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

(22)

6

5. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan

kelas VII D sebagai kelas kontrol SMP YBL Natar Lampung Selatan

Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014-2015.

F. Kerangka Berpikir

Keberhasilan dalam suatu pembelajaran ditentutukan oleh beberapa faktor

salah satunya adalah penggunaan media, model atau model pembelajaran

yang tepat dalam proses belajar. Selain itu guru bukanlah satu-satunya sumber

informasi dalam pembelajaran, tetapi guru juga berperan sebagai fasilitator

agar siswa mampu menggali informasi dari berbagai aspek dalam proses

belajar sehingga pengetahuan siswa tidak terbatas dari apa yang disampaikan

guru. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru yaitu penggunaan

model pembelajaran yang bervariasi untuk menyampaikan materi

pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dan dapat memberikan

pengalaman belajar yang berarti pada siswa.

Penggunaan model pembelajaranThink-Pair-Sharediharapkan dapat

membantu siswa dalam memahami pelajaran. Penyampaian materi dengan

menggunakan modelThink-Pair-Sharedengan LKS yang dibuat oleh guru

dengan penyajian yang menarik sehingga siswa akan lebih antusias dalam

proses pembelajaran. Selain itu penggunaan model pembelajaran TPS dirasa

tepat digunakan untuk menyampaikan materi yang bersifat ilmiah seperti

biologi dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu penyampaian tujuan

pembelajaran, kegiatan berpasangan, kuis, dan presentasi. Pengalaman belajar

(23)

7

pengetahuannya. Dan pada akhirnya penggunaan model pembelajaran

Think-Pair-Shareini diharapkan dapat berdampak positif terhadap prestasi belajar

ranah kognitif siswa.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel Y. Variabel X

adalah variabel bebas yaitu model pembelajaan TPS dan variabel Y adalah

variabel terikat yaitu kemampuan hasil belajar siswa pada materi Klasifikasi

Benda. Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram

berikut ini:

Gambar 1. Keterangan: X= Model pembelajaran TPS

Y1= Hasil belajar siswa pada materi pokok Klasifikasi Benda.

Y2= Aktivitas belajar siswa

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H0= Tidak ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan model

pembelajaranThink-Pair-Share(TPS) terhadap hasil belajar siswa

pada materi pokok Klasifikasi Benda

H1= Ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan model

pembelajaranThink-Pair-Share(TPS) terhadap hasil belajar siswa

pada materi pokok Klasifikasi Benda.

Y1

X

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)

Think-Pair-Share(TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama

kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun 1981 dan

diadopsi oleh banyak penulis sebagai bagian dari pembelajaran kooperatif.

Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur

dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut

adalah sebagai berikut.

1. Positive interdependence(saling ketergantungan positif)

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua

pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang

ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok

secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

2. Promotive interaction(interaksi promotif)

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan

positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif

dan efisien, saling bertukar dan memproses informasi yang dibutuhkan

(25)

9

feedback untuk mengimprovisasi performa yang mungkin kurang, saling

percaya, dan saling saling berusaha dan saling menjaga emosi.

3. Individual Accountability(tanggung jawab individu)

Pada hakikatnya tujuan pembelajaran kooperatif selain untuk membangun

interaksi yang positif adalah menciptakan individu-individu yang memiliki

kepribadian dan tanggung jawaba yang besar. Untuk itulah akuntabilitas

individu menjadi kunci untuk memastikan bahwa semua anggota

kelompok benar-benar bisa diperkuat kepribadiannya dengan belajar

bekerja sama. Setelah berpartisipasi dalam tugas-tugas kelompok

masing-masing anggota seharusnya lebih bisa siap untuk menghadapi tugas-tugas

selanjutnya secara individu.

4. Interpersonal skill and small-group skils( Keterampilan Interpersonal dan

Kelompok Kecil)

Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan siswa

harus adalah saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi

dengan jelas dan tidak ambigu, saling menerima dan saling mendukung,

serta mampu mendamaikan setiap perdebatan yang melahirkan konflik.

5. Group processing(pemrosesan kelompok)

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok

dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan

kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang

sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan

kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan

(26)

10

Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara

keseluruhan

TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran yang

kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan

siswa. Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam TPS ini dapat

memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, untuk merespon

dan saling membantu satu sama lain. TPS memiliki keunggulan dibanding

dengan metode tanya jawab, karena TPS mengedepankan aspek berpikir

secara mandiri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan

kelompok kecil, dan dapat menghidupkan suasana kelas (Nurhadi dan Senduk,

2004: 67).

TPS dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan

untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu berpikir

akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan jawaban. Siswa akan

dapat memberikan jawaban yang lebih panjang dan lebih berkaitan. Jawaban

yang dikemukakan juga telah dipikirkan dan didiskusikan. Siswa akan lebih

berani mengambil resiko dan mengemukakan jawabannya di depan kelas dan

karena mereka telah “mencoba” dengan pasangannya. Proses pelaksanaan

TPS akan membatasi munculnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan

pembelajaran karena siswa harus mengemukakan pendapatnya, minimal pada

(27)

11

Menurut Arends ( dalam Trianto, 2007 : 61) menyatakan bahwa langkah

langkah dalam penerapan TPS yaitu:

1. Langkah 1: berfikir (Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan

pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk

berfikir sendiri jawaban atau masalah.

2. Langkah 2: berpasangan (Pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan apa yang

telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat

menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau

menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi.

Secara normal guru memberikan waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit

untuk berpasangan.

3. Langkah 3 : berbagi (Sharing)

Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruh kelas

yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif sampai sekitar sebagaian

pasangan mendapatkan kesempatan untuk melaporkan.

Singkat dan padatnya aktivitas pada masing-masing tahapan membuat siswa

benar-benar merasa memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan

permasalahannya, hal ini memberikan nilai yang positif seperti yang

diungkapkan oleh Suardi dalam Sardiman (2005: 17) yang menyatakan

bahwa pembatasan waktu merupakan salah satu hal yang dapat memotivasi

siswa untuk dapat menyelesaikan tugas belajarnya. Pembelajaran kooperatif

(28)

12

serta memungkinkan siswa untuk mempunyai lebih banyak waktu berpikir,

untuk merespon dan saling membantu. Selain itu dengan pembelajaran

kooperatif tipe TPS, siswa dapat mempertimbangkan apa yang telah

dijelaskan dan dialaminya selama pembelajaran (Trianto, 2007: 61).

Tahapan pelaksanaan TPS tersebut efektif dalam membatasi aktifitas siswa

yang tidak relevan dengan pembelajaran, serta dapat memunculkan

kemampuan dan keterampilan siswa yang positif. Pada akhirnya TPS akan

mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara terstruktur dalam

diskusi mereka dan memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun

dengan orang lain melalui keterampilan berkomunikasi.

B. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi

belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses

belajar (Dimyati dan Mujiono, 2002: 3). Suatu proses belajar mengajar

dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari proses belajar

mengajar tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Djamarah

dan Zain (2006: 105) yaitu Daya serap terhadap bahan pengajaran yang

diajarkan mencapai prestasi tinggi , baik secara individual maupun kelompok

dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran yang telah dicapai,

(29)

13

Dengan berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa memperoleh

hasil belajar. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang

disampaikan. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses

belajar- mengajar antara guru dan siswa. Hasil belajar yang bisa dipreoleh

siswa setelah pembelajaran dapat berupa informasi verbal, keterampilan

intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Gagne (dalam

Dimyati dan Mujiono, 2002: 10) menyatakan kelima hasil belajar tersebut

merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:

1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi

ver-bal memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.

2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk

berhu-bungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan

lam-bang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep

konkret dan definisi, dan prinsip.

3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan

akti-vitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep

dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan

(30)

14

Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam

pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi

non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan

prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal

dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan

peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan

verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan

dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh

konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk

prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan

masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 1991: 131).

Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 23-28)

ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :

1. Remember, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan

tersimpan dalam ingatan.

2. Understand, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang

dipelajari.

3. Apply, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

menghadapi masalah yang nyata dan baru.

4. Analyze, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5. Evaluate, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa

hal berdasarkan kriteria tertentu.

(31)

15

Untuk menilai dan mengukur keberhasilan siswa dipergunakan tes hasil

belajar. Terdapat beberapa tes yang dilakukan guru, diantaranya: uji blok,

ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan

tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai-nilai yang pada

akhirnya digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran

yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah

diajarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil

belajar setiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas.

Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal

ulangan atau ujian dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar

tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru,

hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak

mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk

memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.

C. Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai

tujuan tertentu. Aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar agar

kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Pengajaran yang efektif adalah

pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan

aktivitas sendiri (Hamalik, 2004: 171). Melalui aktivitas, siswa dapat

(32)

16

Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, di

sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Aktivitas siswa

tidak cukup hanya dengan mendengarkan atau mencatat seperti yang lazim

dilaksanakan selama ini. Akan tetapi perlu adanya aktivitas-aktivitas positif

lain yang dilakukan oleh siswa. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2007:

100-101) membuat suatu data yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang

antara lain dapat digolongkan sebagai berikut :

1. ”Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan per-cobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, me-mecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup”.

Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam

berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa

sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah

kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk berbeda. Atau siswa akan bertanya,

mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat

siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik,

(33)

17

partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik

(Slameto, 2003: 36).

Dalam suatu proses pembelajaran, penting bagi siswa untuk melakukan

berbagai aktivitas yang relevan. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 40)

menyatakan bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini, baik secara

fisik maupun secara mental, aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA.

Jadi, tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak

didik hanya pasif. Karena anak didiklah yang belajar, maka merekalah yang

harus melakukannya.

Belajar bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi.

Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan

yang diharapkan. Oleh karena itu, pengalaman belajar siswa harus dapat

mendorong agar siswa beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas tidak

dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas

yang bersifat psikis seperti aktivitas mental (Sanjaya, 2009: 170). Aktivitas

fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu,

bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau

hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah,

jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam

(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP YBL Natar Lampung Selatan pada

bulan November 2014.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII A–VII D SMP

YBL Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015, pada materi pokok

Klasifikasi Benda. Untuk kepentingan penelitian ini, sampel diambil dengan

menggunakanpurposive samplingdengan mengambil dua kelas dari tiga kelas

yang ada dan diperoleh kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII D

sebagai kelas kontrol yang masing-masing berjumlah 39 siswa. (Margono,

2005: 127).

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes tak

ekuivalen. Kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen menggunakan

kelas yang ada dan satu level dengan kondisi yang homogen. Kelas

eksperimen diberiperlakuan menggunakan model pembelajaran TPS dengan

(35)

19

menggunakan media LKS dengan diskusi. Struktur desain penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Kelompok pretes perlakuan postes

I O1 X O2

II O1 C O2

Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok ekuivalen

Keterangan : I = Kelompok eksperimen; II = Kelompok kontrol; O1 = Pretest; .O2 = Postes; X = Perlakuan dengan model TPS; C = Perlakuan dengan diskusi (Dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Ada pun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) kesekolah.

b. Mengadakan observasi kesekolah tempat diadakannya penelitian, untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas kontrol dan kelas

eksperimen.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk

(36)

20

e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes dan postes berupa soal

pilihan jamak dan uraian.

f. Membuat lembar observasi aktivitas siswa.

g. Membuat angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan

menggunakan model TPS.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan penggunaan model

pembelajaran (TPS) untuk kelas eksperimen dan penggunaan model

diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali

pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua membahas Klasifikasi Benda

dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Kelas Eksperimen 1) Pendahuluan

a. Siswa mengerjakanpretestpada pertemuan I mengenai:

Klasifikasi Benda.

b. Siswa digali pengetahuan awalnya dengan pertanyaan

1) Pertemuan I : Meminta siswa berjalan dan kemudian melihat

apakah meja dapat bergerak seperti yang merekalakukan.

Mengapa demikian?

2) Pertemuan II: Memperlihatkan gambar pertumbuhan biji dan

gambar batu yang tak pernah berubah dari tahun ke tahun.

Mengapa demikian?

(37)

21

1) Pertemuan I: Siswa ditunjukkan bagaimana burung

memiliki berbagai jemis paruh untuk beradaptasi.

2) Pertemuan II: Ditunjukkan gambar bagaimana bayi tumbuh

menjadi dewasa dan bunga yang berkembang

d. Siswa diinformasikan tentang indikator dan tujuan pembelajaran

yang harus dicapai.

2) Kegiatan inti

a) Guru memberikan uraian materi

b) Guru membagikan LKS kepada setiap siswa kemudian meminta

siswa untuk berpikir (thinking) selama 2 menit tentang jawaban

dari pertanyaan dalam LKS tersebut.

c) Guru meminta siswa untuk berpasangan (pairing) dengan teman

sebangkunya untuk saling mengutarakan hasil pemikirannya,

jawaban, atau gagasan atas pertanyaan yang ada dalam LKS

selama 5 menit.

d) Guru menunjuk beberapa pasang siswa untuk mengemukakan

(sharing) hasil diskusinya pada seluruh kelas.

e) Guru memberikan respon terhadap jawaban siswa dengan

menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa, serta

mengarahkan diskusi untuk mengambil kesimpulan.

f) Membahas masalah-masalah yang ada di dalam LKS yang

(38)

22

3) Penutup

a. Siswa bersama guru merangkum kegiatan pembelajaran pada

pertemuan tersebut dan guru memberikan umpan balik terhadap

pembelajaran yang telah berlangsung.

b. Siswa mengerjakanposttestpada pertemuan terakhir.

c. Siswa mengumpulkan hasilposttestyang telah dikerjakan.

b. Kelas Kontrol 1) Pendahuluan

a. Siswa mengerjakanpretestpada pertemuan I mengenai: Klasifikasi

Benda.

b. Pengetahuan awal siswa digali oleh guru dengan pertanyaan

1. Pertemuan I : Meminta siswa berjalan dan kemudian melihat

apakah meja dapat bergerak seperti yang merekalakukan.

Mengapa demikian?

2. Pertemuan II: Memperlihatkan gambar pertumbuhan biji dan

gambar batu yang tak pernah berubah dari tahun ke tahun.

Mengapa demikian?

c. Siswa diberikan motivasi:

1. Pertemuan I: Siswa ditunjukkan bagaimana burung memiliki

berbagai jemis paruh untuk beradaptasi.

(39)

23

2) Kegiatan inti

a. Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing-masing 6 orang

(pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya, yang terdiri

dari 6 kelompok).

b. Siswa memperoleh Lembar Kerja Kelompok (LKK) pertemuan I dan

pertemuan II.

c. Siswa dibimbing dalam mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK).

d. Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKK, siswa

mengumpulkan LKK.

e. Perwakilan dari masing- masing kelompok dipilih dan LKK yang telah

dikumpulkan diberikan kepada kelompok yang presentasi untuk maju

mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian, setiap kelompok

melakukan presentasi hasil diskusi mereka, dan kelompok yang lain

memberikan tanggapan.

f. Mendengarkan penguatan dari guru dengan menjelaskan materi yang

belum dipahami oleh siswa.

3) Penutup

a. Siswa bersama guru merangkum materi yang telah berlangsung dan

memberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan datang

serta memberikan umpan balik terhadap pembelajaran yang telah

berlangsung.

b. Melakukan evaluasi dengan memberikanposttestyang sama dengan

(40)

24

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah:

1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa hasil belajar siswa pada materi pokok

Klasifikasi Benda yang diperoleh dari nilai pretes dan postes.

Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes, lalu

dianalisis secara statistik. Untuk mendapatkan skor N-gain

menggunakan rumus Meltzer, dalam Coletta dan Phillips (2005: 1172)

yaitu:

Keterangan : X = nilai postes; Y = nilai pretes; Z = skor maksimal.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa.

2. TeknikPengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Pretes dan Postes

Data kemampuan hasil belajar berupa nilai pretes dan postes. Nilai

pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen

(41)

25

pada pertemuan ketiga setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol.

Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal pilihan jamak dan

uraian.

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu

S = 100

N R

Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 : 112).

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang

diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin

kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar

observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang

diamati yaitu: aktivitas siswa bekerjasama dengan teman, melakukan

kegiatan diskusi, mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Untuk

mendapatkan skor N-gainmenggunakan rumus Meltzer (dalam Coletta dan

Phillips, 2005: 1) yaitu:

Skor N-gain = 100

(42)

26

Nilaipretest,posttest, dan skor N-gainpada kelompok kontrol dan

eksperimen dianalisis menggunakan uji anova dengan program SPSS versi

17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan ujiLillieforsdengan program

SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung< Ltabelatau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga

yang lainnya (Pratisto, 2004: 5).

2. Kesamaan Dua Varian

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan

dengan uji kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan program

SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varian sama H1 :Kedua sampel mempunyai varian berbeda

b. Kriteria Uji

(43)

27

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji F atau uji Anova. Uji F digunakan

apabila sampel berdistribusi normal. Sedangkan uji U digunakan apabila

sampel berdistribusi tidak normal. Uji hipotesis dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 17.

A. Uji hipotesis dengan uji F (Uji Anovaone-way)

Rumus Uji F seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2003: 47) sebagai berikut :

N = banyak sampel, m = banyak predictor, R = koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor.

Koefisien korelasi ganda dikatakan signifikan apabila F tabel< F hitung dengan derajat signifikasi 5%.

1. Hipotesis

H0 : Rata-rata kedua perlakuan tidak berbeda secara signifikan

H1 : Rata-rata kedua perlakuan berbeda secara signifikan

2. Kriteria Uji

 Jika Fhitung< Ftabel, maka Ho diterima

 Jika Fhitung> Ftabel, maka Ho ditolak

B. Uji Hipotesis dengan uji U

1. Hipotesis

Ho : Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 :Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

2. Kritria Uji

(44)

28

-Jika Zhitung<-Ztabelatau Zhitung>Ztabelatau p-value <0,05, maka Ho ditolak (Martono, 2010: 158).

4. Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan

data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis

menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah-langkah yang dilakukan

yaitu:

a. Menghitung Skor aktivitas menggunakan rumus:

∑Xi

X = x 100 n

Tabel 1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Sumber: dimodifikasi dari Carolina (2010: 29)

Keterangan: X= Persentase aktivitas siswa; ∑Xi= Jumlah skor yang diperoleh; n= Jumlah skor maksimum

(dimodifikasi dari Sudjana, 2002: 69).

No Nama Aspek yang diamati Xi X

(45)

29

A. Kemampuan mengajukan pertanyaan

B. Mengumpulkan data

C. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

D.Menyampaikan kesimpulan

b.Menafsirkan atau menentukan katagori Indeks Aktivitas Siswa sesuai

pada Tabel 2.

Tabel 2. Interprestasi Indeks Aktivitas Siswa

Sumber: dimodifikasi dari Hake (dalam Coletta dan Phillips, 2005: 5)

Skor Indikator

0 tidak mengemukakan pertanyaan

1 mengajukan pertanyaan tetapi tidak mengarah pada permasalahan

2 mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan.

Skor Indikator

0 tidak mengumpulkan data (diam saja)

1 mengumpulkan data dengan asal-asalan (tidak sesuai dengan hasil pengamatan.

2 mengumpulkan data sesuai dengan hasil pengamatan

Skor Indikator

0 siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara yang kurang sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan.

1 siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara yang kurang sistematis tetapi dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

2 siswa dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan sistematis dan dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

Skor Indikator

0 tidak membuat kesimpulan

1 membuat kesimpulan tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan hasil diskusi

2 membuat kesimpulan lengkap dan sesuai dengan hasil diskusi

Kategori indeks aktivitas siswa Interprestasi

0,00–29,99 Sangat Rendah

30,00–54,99 Rendah

55,00–74,99 Sedang

75,00–89,99 Tinggi

(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di SMP YBL Natar dan pembahasan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipeThink Pair Share(TPS) terhadap hasil belajar siswa pada

materi Klasifikasi Benda.

2. Aktivitas belajar siswa pada materi Klasifikasi Benda dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Share

(TPS) lebih tinggi dari pada pembelajaran secara konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, penulis menyampaikan saran

sebagai berikut :

1. Bagi guru yang hendak menerapkan model pembelajaran TPS ini

hendaknya merancang kesesuaian waktu dengan materi pokok yang akan

diajarkan agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

2. Bagi peneliti yang akan menggunakan model pembelajaran TPS ini

(47)

40

kelompok yang telah ditentukan agar setiap siswa dapat mengeluarkan

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan J.T. Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung.

Arikunto, S. 2010.Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Colleta, V. P. dan Phillips, J. A. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain, preinstruction scores, and scientific reasoning ability. California: Department of Physics, Loyola Marymount University

Elaine B. Johnson. 2007.Contextual Teaching & Learning. MLC. Bandung.

Dimyati dan Mujiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B dan A. Zain. 2006.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Huda, M. 2014.Cooperative Learning. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Lie, A. 2008. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Gramedia. Jakarta.

Lyman. 2002.Strategies For Reading Comprehension Think-Pair-Share. Cooperative Learning Community. Jones, Raymon C. Reading Quest. Org. http://curry.Edschool.virginia.edu/go/readquest/strat/tps/html ( 20 juni 2014). Margono, S. 2005.Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Mulyasa. 2008.Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan, Kemandirian

Guru dan Kepala Sekolah. Bumi Aksara. Jakarta.

Pramudiyanti. 2008.Hasil Belajar Mahasiswa Botani Tumbuhan Tinggi Dengan Model pembelajaran Kooperatif Think Pair Share.Prosiding Seminar Nasional Pendidikan. FKIP Universitas lampung. 26 Januari 2008. Bandar Lampung. Riyanto, Y. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta.

(49)

42

Rohani, A. 1997.Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta

Sagala, S. 2007.Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Sanjaya, W. 2009.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Sardiman. 2007.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 2010.Media Pengajaran. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Sumiati dan Asra. 2008.Metode Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung

Suprijono, Agus. 2009.Cooperative Learning.Pustaka Belajar. Jakarta.

Gambar

Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok ekuivalenKeterangan : I = Kelompok eksperimen; II = Kelompok kontrol;O1 = Pretest; .O2 = Postes;  X  = Perlakuan dengan model TPS;C = Perlakuan dengan diskusi (Dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43).
Tabel 1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 2. Interprestasi Indeks Aktivitas Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung (BAHPL) Pekerjaan Pengadaan Konstruksi Peningkatan dan perluasan Puskesmas Jorong Kegiatan Pengadaan Sarana dan

Dalam berpikir analogi, pada tahap encoding Siswa mampu mengidentifikasi ciri-ciri atau struktur dari masalah sumber dan target, pada tahap inferring mampu

Gambar 12d adalah tampialn saat aplikasi dan perangkat keras telah memulai penghitungan langkah kaki dan apa bila sistem measuki mode hemat daya maka akan muncul

Sebagai tindak lanjut dari pengumuman ini akan diterbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengan ketentuan:a.

Based on result of analysis the movie of Danny Boyle ‟s „ Slumdog Millionaire ” , the writer found there are some types of child abuse happen in this movie

Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik yang signifikan, wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami perburukan gagal jantung sebelum

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil miskonsepsi siswa meliputi miskonsepsi apa saja yang dialami siswa SMA di Jepara pada materi bilangan kuantum dan