ii ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN MODELTHINK PAIR SHARE(TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK
KLASIFIKASI BENDA
(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMP YBL Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015)
Oleh NURIA FIANI
Hasil belajar yang rendah dapat dijadikan sebuah indikator pemahaman siswa
yang rendah terhadap suatu materi pembelajaran. Hal inilah yang terjadi di SMP
YBL Natar Lampung Selatan dimana hasil belajar masih rendah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran
think-pair-shareterhadap prestasi belajar siswa dalam hal ini adalah hasil belaajar
siswa.
Penelitian ini merupakan studi eksperimen semu dengan desainpretestdan
posttestkelompok ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII A dan VII
D yang dipilih dari populasi secarapurposive sampling. Data penelitian ini berupa
data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilaipretest
danposttest, dihitung selisihnya dan di perolehN-gainyang dianalisis melalui uji
Nuria Fiani
iii
dan tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran TPS yang
dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan TPS meningkatan hasil belajar siswa dengan
rata-rataN-gainyaitu 51,09. Rata-rataN-gainpada indikator yang mengalami
peningkatan yaitu C1 14,37 dan indikator C4 sebesar 2,72. Aktivitas siswa pada
kelas eksperimen untuk semua aspek yaitu mengajukan pertanyaan,
mengumpulkan data, mempresentasikan hasil diskusi dan menyampaikan
kesimpulan memperoleh rata-rata 85,26% dengan kriteria tinggi. Selain itu,
sebagian besar siswa (86,29%) memberikan tanggapan positif terhadap
penggunaan model pembelajaranthink-pair-share. Dengan demikian, terdapat
pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pembelajatan TPS terhadap
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.
PENGARUH PENGGUNAAN MODELTHINK PAIR SHARE(TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK
KLASIFIKASI BENDA
(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMP YBL Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015)
Skripsi
Oleh:
NURIA FIANI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 7
2. Desain penelitianpretest-posttestkelas ekuivalen... 19
3. Presentasi tanggapan siswa pada model TPS... 34
4. Contoh jawaban siswa pada C1... 37
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
F. Kerangka Pikir ... 6
G. Hipotesis Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) ... 8
B. Hasil Belajar ... 12
C. Aktivitas siswa ... 15
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
B. Populasi dan Sampel ... 18
C. Desain Penelitian ... 18
D. Prosedur penelitian... 19
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 24
F. Teknik Analisis Data ... 25
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 30
xiv
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 40
B. Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
LAMPIRAN 1. Silabus... 43
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 45
3. Lembar Kerja Kelompok ... 54
4. SoalPretestdanPosttest... 67
5. Data Hasil Penelitian ... 80
6. Angket Tanggapan siswa ... 88
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Lembar observasi aktivitas siswa... 27
2. Interprestasi index aktivitas siswa... 29
3. Hasil uji normalitas dan homogenitas nilaipretestt, posttest, dan N-gainketerampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 31
4. UjiN-gainindikator kognitif siswa ... 32
5. Aktivitas siswa ... 33
6. Nilai pretes, postes danN-Gainpada kelas Eksperimen... 80
7. Nilai pretes, postes danN-Gainpada kelas kontrol ... 81
8. Tabel 8. N-gain per indikator kelompok eksperimen... 82
9. Hasil perhintungan aktivitas belajar siswa kelas eksperimen ... 86
10. Hasil perhitungan aktivitas belajar siswa kelas control ... 87
11. Hasil perhitungan angket tangggapan siswa ... 88
12. Hasil uji statistik uji normalitas skorgainkelas TPS (VIIA) ... 89
13. Hasil uji normalitas dataN-gainKelas eksperimen... 90
14. Hasil statistik uji normalitas skorgainkelas kontrol(VIID) ... 91
15. Hasil uji normalitas dataN-gainkelas kontrol... 91
16. Hasil uji statistik N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 92
17. Hasil uji Homogenitas dataN-gain... 92
Moto
Orang akan melupakan apa yang kamu katakan, orang
juga akan melupakan apa yang kamu kerjakan, tapi orang
tidak akan pernah lupa ketika kamu membuat mereka merasa
berarti
(Penulis)
Bermimpi itu gratis maka bermimpilah, kemudian berjuang
dan berusahalah untuk mewujudkannya
(Penulis)
Tidak ada niat baik yang boleh dicapai dengan cara buruk, dan
sebaliknya tidak ada niat buruk yang berubah baik meski dilakukan
dengan cara-cara baik
PERSEMBAHAN
Segala puji hanya milik Allah SWT, untuk segala rahmat dan nikmat-Nya yang tak berujung, pemberi kekuatan besar untuk terus bangkit bahkan di saat-saat
kalah. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, sang teladan dalam segala bentuk kebajikan.
Kupersembahkan karya ini sebagai bentuk bukti cinta dan kasihku kepada:
Yang sangat aku cintai Bapak dan Ibu, sungguh aku sangat berterimakasih karena doa tulus, kerja keras, senyum perngertian, dan dukungan semangat untuk membuatku kembali berlari. Ribuan terima kasih tak akan pernah cukup untuk mengungkapkan rasa
syukurku untuk dapat lahir dari orangtua seperti kalian.
Seluruh Guruku, Dosen dan Pembimbing, karena tanpa mereka aku bukan apa-apa.
Adik-adikku, Dany Dwi Prayogi dan Tri Cahyo Abi Manyu, untuk semua dukungan semangat yang diberikan .
Penulis dilahirkan di Braja Gemilang, 10 Mei 1989 yang
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan
Bapak Muhajir, S. Pd. dan Ibu Aminah, S. Pd. Alamat
Braja Gemilang, Way Jepara, Lampung Timur (34196)
nomor telpon: 085669629196
Pendidikan formal pertama yang ditempuh penulis di SD Negeri 1 Braja
Gemilang (1995-2001) dan dilanjutkan di SMP Negeri 1 Braja Selebah,
(2001-2004). Kemudian penulis menamatkan jenjang pendidikan menengahnya pada
tahun 2007 di SMA Negeri 1 Way Jepara, Lampung Timur (2004-2007). Pada
tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP
Unila melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Penulis terdaftar sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Korps Sukarela
Palang Merah Indonesia Unit Universitas Lampung (UKM KSR PMI Unit Unila).
Penulis pernah menjabat sebagain sekertaris Divisi Kesekretariatan (2010-2011)
dan Bendahara Umum (2011-2012) di UKM KSR PMI Unit Unila. Penulis yang
tergabung dalam Satuan Tugas penanggulangan Bencana pernah menjadi relawan
bencana alam Gunung Merapi di Jogjakarta pada 2010. Penulis melaksanakan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Bandar Lampung. Selain
itu penulis melaksanakan penelitian di SMP YBL Natar, Lampung Selatan untuk
meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd. (Tahun 2014).
xi
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
FKIP Unila. Skripsi ini berjudul“PENGARUH PENGGUNAAN MODEL
THINK PAIR SHARE(TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI POKOK KLASIFIKASI BENDA (Studi Eksperimen Semu pada Siswa
Kelas VII SMP YBL Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015)”
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
sekaligus Pembimbing II atas saran perbaikan dan motivasinya yang berharga;
4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai
5. Dr. Arwin Surbakti, M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan
xii
6. Hi. Sudarto, S. Pd., M.M.., selaku Kepala SMP YBL Lampung dan Nur
Muntahana, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan
selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;
7. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VII A dan VII D SMP YBL
Natar, Lampung Selatan atas kerjasama yang baik selama penelitian
berlangsung;
8. Nenek ku, Parinah; Om dan Tanteku, Hartadi, S.Pd., Ria Marnita, S.Pd.,
Yuliati, Sri Winarti, Aisiyah, Wahyono, dan Budeku Painten, S.Pd.;
Sepupuku, Deriyana,S.Pd., Sigit Prasetyo, S.H., Ernawati, Mustopa, S.Pd.
Lita Wara A., GiventM’zu, Iksan Febrian dan Rafa Adirhea Wardana atas doa, cinta dan semangat yang selalu mengiringi langkahku.
9. Sahabatku Septiya Eka P.R., S. P., dan Novita Rellyani, S. Kom., atas
kebersamaan dan dukungan yang tak pernah putus.
10. Rekan-rekan Mahasiswa Pendidikan Biologi 2007, kakak dan adik tingkat
Pendidikan Biologi FKIP UNILA atas persahabatan yang luar biasa.
11. Keluarga Besar UKM KSR PMI Unit Unila, atas semua pengalaman,
kebersamaan dan keceriaan yang sangat berharga.
12. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.
Bandarlampung, Januari 2015 Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi kelangsungan hidup
sebuah bangsa. Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan sumber daya
manusia yaitu generasi penerus bangsa yang berkualitas baik dari segi spritual,
intelegensi dan skill. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara (Depdiknas, 2003: 1). Untuk itu setiap warga
negara berhak untuk mendapatkan pendidikan agar memperoleh pengetahuan,
kemampuan dan ketrampilan sebagai bekal hidupnya dimasa yang akan datang.
Sebagaimana diketahui perhatian terhadap pendidikan dirasa kurang mengingat
pentingnya bagi kelangsungan hidup sebuah bangsa. Pendidikan masih
menghadapi masalah-masalah dalam pelaksanaanya baik dari sistem maupun
perangkat pendidikan itu sendiri. Beberapa masalah yang dapat kita lihat antara
lain hasil belajar siswa yang masih rendah, pengajar kurang profesional, dan
2
perhatian terhadap pendidikan membuat pendidikan akan semakin terpuruk
sehingga bangsa ini tidak mampu bersaing di dunia internasional. Dalam
pendidikan di sekolah, masalah yang sering dihadapi adalah dari segi proses
pembelajaran. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh
karena itu guru dituntut mampu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah
terutama mengenai penguasaan materi pembelajaran siswa sesuai dengan
bidang studi yang diajarkan.
Kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar disekolah yang belum maksimal
seperti yang telah disampaikan terlihat dari rendahnya hasil belajar siswa. Hal
ini juga terjadi pada mata pelajaran IPA biologi di SMP Yayasan Badrullah
Latif (YBL) Natar. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di kelas VII
SMP YBL Natar Lampung Selatan, diketahui bahwa hasil belajar siswa sangat
kurang, hal ini dikarenakan guru masih menggunakan metode ceramah dalam
proses pembelajarannya. Dari data yang diperoleh pada tahun pelajaran
2013/2014, hanya 47% siswa kelas VII SMP YBL Natar yang mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hasil ulangan harian tersebut masih
rendah jika dibandingkan dengan kriteria ketuntasan belajar yaitu 100% siswa
yang memperoleh nilai≥70. Dengan memberdayakan model pembelajaran
yang sesuai, diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai standar
ketuntasan belajar minimal di sekolah yaitu≥70.
Berdasarkan permasalahan tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan
3
menggunakan model pembelajaran yang menarik yaitu penggunaan model
pembelajaranThink-Pair-Share(TPS). Pada pembelajaran kooperatif tipe TPS
ini, siswa belajar dengan berpasangan sehingga siswa memiliki kesempatan
untuk bertukar pikiran dengan teman sebaya (pasangannya). Dengan berpikir
berpasangan maka siswa akan terdorong untuk menemukan dan memahami
konsep apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut
dengan pasangannya. Selain memberikan suasana baru dalam proses
pembelajaran model pembelajaran ini juga memberi kesempatan pada siswa
untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain sehingga dapat
mengoptimalisasi partisipasi siswa dalam proses belajar. Model pembelajaran
TPS ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada
siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain
(Lie, 2004).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
mempunyai dampak positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya
(Lundge dalam Saminan, 2001: 20). Madden (dalam Slavin, 2008: 94)
menambahkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan semangat
belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pembelajaran kooperatif
yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian Pramudiyanti (2006: 430)
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar sebelum dan
sesudah menggunakan model TPS, yaitu meningkat sebesar 83,78%. Selain
itu, Yulfisa (2007: 35) dalam penelitian tindakan kelasnya menyimpulkan
bahwa TPS mampu meningkatkan presentase nilai rata-rata penguasaan konsep
4
Berdasarkan penelitian di atas diharapkan model pembelajaran TPS ini juga
mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi pada
materi Klasifikasi Benda.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan model
pembelajaranThink Pair Share terhadap hasil belajar siswa pada materi
pokok Klasifikasi Benda?
2. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok
Klasifikasi Benda dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair
Share?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui:
1. Pengaruh penggunaan model pembelajaranThink-Pair-Shareterhadap hasil
belajar siswa pada materi pokok Klasifikasi Benda.
2. Pengaruh modelThink-Pair-Shareterhadap peningkatan aktivitas siswa
5
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Peneliti yaitu untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
pembelajaran Biologi dengan model pembelajaranThink-Pair-Share
terhadap kemampuan hasil belajar siswa.
2. Guru, yaitu untuk dapat memberikan alternatif dalam memilih dan
menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil
belajar.
3. Siswa, yaitu untuk dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung
dalam mempelajari materi pokok Klasifikasi Benda
4. Sekolah yaitu untuk memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan
pembelajaran biologi disekolah melalui model pembelajaran
Think-Pair-Share.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini:
1. ModelThink-Pair-Share, adapun langkah-langkah model pembelajaran
TPS adalah berpikir (Thinking) atas informasi yang diberikan guru,
berpasangan (Pairing) dengan teman sebangku untuk berdiskusi, dan
berbagi (Sharing) dengan seluruh kelas atas hasil diskusinya.
2. Prestasi belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar aspek
kognitif siswa yang berupa nilai tes awal dan tes akhir.
3. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
6
5. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan
kelas VII D sebagai kelas kontrol SMP YBL Natar Lampung Selatan
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014-2015.
F. Kerangka Berpikir
Keberhasilan dalam suatu pembelajaran ditentutukan oleh beberapa faktor
salah satunya adalah penggunaan media, model atau model pembelajaran
yang tepat dalam proses belajar. Selain itu guru bukanlah satu-satunya sumber
informasi dalam pembelajaran, tetapi guru juga berperan sebagai fasilitator
agar siswa mampu menggali informasi dari berbagai aspek dalam proses
belajar sehingga pengetahuan siswa tidak terbatas dari apa yang disampaikan
guru. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru yaitu penggunaan
model pembelajaran yang bervariasi untuk menyampaikan materi
pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dan dapat memberikan
pengalaman belajar yang berarti pada siswa.
Penggunaan model pembelajaranThink-Pair-Sharediharapkan dapat
membantu siswa dalam memahami pelajaran. Penyampaian materi dengan
menggunakan modelThink-Pair-Sharedengan LKS yang dibuat oleh guru
dengan penyajian yang menarik sehingga siswa akan lebih antusias dalam
proses pembelajaran. Selain itu penggunaan model pembelajaran TPS dirasa
tepat digunakan untuk menyampaikan materi yang bersifat ilmiah seperti
biologi dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu penyampaian tujuan
pembelajaran, kegiatan berpasangan, kuis, dan presentasi. Pengalaman belajar
7
pengetahuannya. Dan pada akhirnya penggunaan model pembelajaran
Think-Pair-Shareini diharapkan dapat berdampak positif terhadap prestasi belajar
ranah kognitif siswa.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel Y. Variabel X
adalah variabel bebas yaitu model pembelajaan TPS dan variabel Y adalah
variabel terikat yaitu kemampuan hasil belajar siswa pada materi Klasifikasi
Benda. Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram
berikut ini:
Gambar 1. Keterangan: X= Model pembelajaran TPS
Y1= Hasil belajar siswa pada materi pokok Klasifikasi Benda.
Y2= Aktivitas belajar siswa
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H0= Tidak ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan model
pembelajaranThink-Pair-Share(TPS) terhadap hasil belajar siswa
pada materi pokok Klasifikasi Benda
H1= Ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan model
pembelajaranThink-Pair-Share(TPS) terhadap hasil belajar siswa
pada materi pokok Klasifikasi Benda.
Y1
X
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)
Think-Pair-Share(TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama
kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun 1981 dan
diadopsi oleh banyak penulis sebagai bagian dari pembelajaran kooperatif.
Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap
pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur
dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Positive interdependence(saling ketergantungan positif)
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang
ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok
secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
2. Promotive interaction(interaksi promotif)
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan
positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif
dan efisien, saling bertukar dan memproses informasi yang dibutuhkan
9
feedback untuk mengimprovisasi performa yang mungkin kurang, saling
percaya, dan saling saling berusaha dan saling menjaga emosi.
3. Individual Accountability(tanggung jawab individu)
Pada hakikatnya tujuan pembelajaran kooperatif selain untuk membangun
interaksi yang positif adalah menciptakan individu-individu yang memiliki
kepribadian dan tanggung jawaba yang besar. Untuk itulah akuntabilitas
individu menjadi kunci untuk memastikan bahwa semua anggota
kelompok benar-benar bisa diperkuat kepribadiannya dengan belajar
bekerja sama. Setelah berpartisipasi dalam tugas-tugas kelompok
masing-masing anggota seharusnya lebih bisa siap untuk menghadapi tugas-tugas
selanjutnya secara individu.
4. Interpersonal skill and small-group skils( Keterampilan Interpersonal dan
Kelompok Kecil)
Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan siswa
harus adalah saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi
dengan jelas dan tidak ambigu, saling menerima dan saling mendukung,
serta mampu mendamaikan setiap perdebatan yang melahirkan konflik.
5. Group processing(pemrosesan kelompok)
Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok
dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan
kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang
sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan
kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan
10
Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara
keseluruhan
TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran yang
kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan
siswa. Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam TPS ini dapat
memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, untuk merespon
dan saling membantu satu sama lain. TPS memiliki keunggulan dibanding
dengan metode tanya jawab, karena TPS mengedepankan aspek berpikir
secara mandiri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan
kelompok kecil, dan dapat menghidupkan suasana kelas (Nurhadi dan Senduk,
2004: 67).
TPS dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan
untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu berpikir
akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan jawaban. Siswa akan
dapat memberikan jawaban yang lebih panjang dan lebih berkaitan. Jawaban
yang dikemukakan juga telah dipikirkan dan didiskusikan. Siswa akan lebih
berani mengambil resiko dan mengemukakan jawabannya di depan kelas dan
karena mereka telah “mencoba” dengan pasangannya. Proses pelaksanaan
TPS akan membatasi munculnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan
pembelajaran karena siswa harus mengemukakan pendapatnya, minimal pada
11
Menurut Arends ( dalam Trianto, 2007 : 61) menyatakan bahwa langkah
langkah dalam penerapan TPS yaitu:
1. Langkah 1: berfikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
berfikir sendiri jawaban atau masalah.
2. Langkah 2: berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan apa yang
telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat
menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau
menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi.
Secara normal guru memberikan waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit
untuk berpasangan.
3. Langkah 3 : berbagi (Sharing)
Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruh kelas
yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif sampai sekitar sebagaian
pasangan mendapatkan kesempatan untuk melaporkan.
Singkat dan padatnya aktivitas pada masing-masing tahapan membuat siswa
benar-benar merasa memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan
permasalahannya, hal ini memberikan nilai yang positif seperti yang
diungkapkan oleh Suardi dalam Sardiman (2005: 17) yang menyatakan
bahwa pembatasan waktu merupakan salah satu hal yang dapat memotivasi
siswa untuk dapat menyelesaikan tugas belajarnya. Pembelajaran kooperatif
12
serta memungkinkan siswa untuk mempunyai lebih banyak waktu berpikir,
untuk merespon dan saling membantu. Selain itu dengan pembelajaran
kooperatif tipe TPS, siswa dapat mempertimbangkan apa yang telah
dijelaskan dan dialaminya selama pembelajaran (Trianto, 2007: 61).
Tahapan pelaksanaan TPS tersebut efektif dalam membatasi aktifitas siswa
yang tidak relevan dengan pembelajaran, serta dapat memunculkan
kemampuan dan keterampilan siswa yang positif. Pada akhirnya TPS akan
mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara terstruktur dalam
diskusi mereka dan memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun
dengan orang lain melalui keterampilan berkomunikasi.
B. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses
belajar (Dimyati dan Mujiono, 2002: 3). Suatu proses belajar mengajar
dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari proses belajar
mengajar tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Djamarah
dan Zain (2006: 105) yaitu Daya serap terhadap bahan pengajaran yang
diajarkan mencapai prestasi tinggi , baik secara individual maupun kelompok
dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran yang telah dicapai,
13
Dengan berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa memperoleh
hasil belajar. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang
disampaikan. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses
belajar- mengajar antara guru dan siswa. Hasil belajar yang bisa dipreoleh
siswa setelah pembelajaran dapat berupa informasi verbal, keterampilan
intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Gagne (dalam
Dimyati dan Mujiono, 2002: 10) menyatakan kelima hasil belajar tersebut
merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:
1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi
ver-bal memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.
2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk
berhu-bungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan
lam-bang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep
konkret dan definisi, dan prinsip.
3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan
akti-vitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep
dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan
14
Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam
pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi
non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan
prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal
dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan
peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan
verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan
dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh
konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk
prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan
masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 1991: 131).
Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 23-28)
ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :
1. Remember, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan.
2. Understand, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang
dipelajari.
3. Apply, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru.
4. Analyze, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5. Evaluate, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan kriteria tertentu.
15
Untuk menilai dan mengukur keberhasilan siswa dipergunakan tes hasil
belajar. Terdapat beberapa tes yang dilakukan guru, diantaranya: uji blok,
ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan
tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai-nilai yang pada
akhirnya digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran
yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah
diajarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil
belajar setiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas.
Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal
ulangan atau ujian dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar
tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru,
hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak
mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk
memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.
C. Aktivitas Belajar
Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai
tujuan tertentu. Aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar agar
kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Pengajaran yang efektif adalah
pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri (Hamalik, 2004: 171). Melalui aktivitas, siswa dapat
16
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, di
sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Aktivitas siswa
tidak cukup hanya dengan mendengarkan atau mencatat seperti yang lazim
dilaksanakan selama ini. Akan tetapi perlu adanya aktivitas-aktivitas positif
lain yang dilakukan oleh siswa. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2007:
100-101) membuat suatu data yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang
antara lain dapat digolongkan sebagai berikut :
1. ”Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan per-cobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, me-mecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup”.
Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam
berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa
sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah
kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk berbeda. Atau siswa akan bertanya,
mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat
siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik,
17
partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik
(Slameto, 2003: 36).
Dalam suatu proses pembelajaran, penting bagi siswa untuk melakukan
berbagai aktivitas yang relevan. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 40)
menyatakan bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini, baik secara
fisik maupun secara mental, aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA.
Jadi, tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak
didik hanya pasif. Karena anak didiklah yang belajar, maka merekalah yang
harus melakukannya.
Belajar bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi.
Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu, pengalaman belajar siswa harus dapat
mendorong agar siswa beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas tidak
dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas
yang bersifat psikis seperti aktivitas mental (Sanjaya, 2009: 170). Aktivitas
fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu,
bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau
hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah,
jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP YBL Natar Lampung Selatan pada
bulan November 2014.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII A–VII D SMP
YBL Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015, pada materi pokok
Klasifikasi Benda. Untuk kepentingan penelitian ini, sampel diambil dengan
menggunakanpurposive samplingdengan mengambil dua kelas dari tiga kelas
yang ada dan diperoleh kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII D
sebagai kelas kontrol yang masing-masing berjumlah 39 siswa. (Margono,
2005: 127).
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes tak
ekuivalen. Kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen menggunakan
kelas yang ada dan satu level dengan kondisi yang homogen. Kelas
eksperimen diberiperlakuan menggunakan model pembelajaran TPS dengan
19
menggunakan media LKS dengan diskusi. Struktur desain penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Kelompok pretes perlakuan postes
I O1 X O2
II O1 C O2
Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok ekuivalen
Keterangan : I = Kelompok eksperimen; II = Kelompok kontrol; O1 = Pretest; .O2 = Postes; X = Perlakuan dengan model TPS; C = Perlakuan dengan diskusi (Dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43).
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Ada pun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) kesekolah.
b. Mengadakan observasi kesekolah tempat diadakannya penelitian, untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk
20
e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes dan postes berupa soal
pilihan jamak dan uraian.
f. Membuat lembar observasi aktivitas siswa.
g. Membuat angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan model TPS.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan penggunaan model
pembelajaran (TPS) untuk kelas eksperimen dan penggunaan model
diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali
pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua membahas Klasifikasi Benda
dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a. Kelas Eksperimen 1) Pendahuluan
a. Siswa mengerjakanpretestpada pertemuan I mengenai:
Klasifikasi Benda.
b. Siswa digali pengetahuan awalnya dengan pertanyaan
1) Pertemuan I : Meminta siswa berjalan dan kemudian melihat
apakah meja dapat bergerak seperti yang merekalakukan.
Mengapa demikian?
2) Pertemuan II: Memperlihatkan gambar pertumbuhan biji dan
gambar batu yang tak pernah berubah dari tahun ke tahun.
Mengapa demikian?
21
1) Pertemuan I: Siswa ditunjukkan bagaimana burung
memiliki berbagai jemis paruh untuk beradaptasi.
2) Pertemuan II: Ditunjukkan gambar bagaimana bayi tumbuh
menjadi dewasa dan bunga yang berkembang
d. Siswa diinformasikan tentang indikator dan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai.
2) Kegiatan inti
a) Guru memberikan uraian materi
b) Guru membagikan LKS kepada setiap siswa kemudian meminta
siswa untuk berpikir (thinking) selama 2 menit tentang jawaban
dari pertanyaan dalam LKS tersebut.
c) Guru meminta siswa untuk berpasangan (pairing) dengan teman
sebangkunya untuk saling mengutarakan hasil pemikirannya,
jawaban, atau gagasan atas pertanyaan yang ada dalam LKS
selama 5 menit.
d) Guru menunjuk beberapa pasang siswa untuk mengemukakan
(sharing) hasil diskusinya pada seluruh kelas.
e) Guru memberikan respon terhadap jawaban siswa dengan
menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa, serta
mengarahkan diskusi untuk mengambil kesimpulan.
f) Membahas masalah-masalah yang ada di dalam LKS yang
22
3) Penutup
a. Siswa bersama guru merangkum kegiatan pembelajaran pada
pertemuan tersebut dan guru memberikan umpan balik terhadap
pembelajaran yang telah berlangsung.
b. Siswa mengerjakanposttestpada pertemuan terakhir.
c. Siswa mengumpulkan hasilposttestyang telah dikerjakan.
b. Kelas Kontrol 1) Pendahuluan
a. Siswa mengerjakanpretestpada pertemuan I mengenai: Klasifikasi
Benda.
b. Pengetahuan awal siswa digali oleh guru dengan pertanyaan
1. Pertemuan I : Meminta siswa berjalan dan kemudian melihat
apakah meja dapat bergerak seperti yang merekalakukan.
Mengapa demikian?
2. Pertemuan II: Memperlihatkan gambar pertumbuhan biji dan
gambar batu yang tak pernah berubah dari tahun ke tahun.
Mengapa demikian?
c. Siswa diberikan motivasi:
1. Pertemuan I: Siswa ditunjukkan bagaimana burung memiliki
berbagai jemis paruh untuk beradaptasi.
23
2) Kegiatan inti
a. Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing-masing 6 orang
(pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya, yang terdiri
dari 6 kelompok).
b. Siswa memperoleh Lembar Kerja Kelompok (LKK) pertemuan I dan
pertemuan II.
c. Siswa dibimbing dalam mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK).
d. Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKK, siswa
mengumpulkan LKK.
e. Perwakilan dari masing- masing kelompok dipilih dan LKK yang telah
dikumpulkan diberikan kepada kelompok yang presentasi untuk maju
mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian, setiap kelompok
melakukan presentasi hasil diskusi mereka, dan kelompok yang lain
memberikan tanggapan.
f. Mendengarkan penguatan dari guru dengan menjelaskan materi yang
belum dipahami oleh siswa.
3) Penutup
a. Siswa bersama guru merangkum materi yang telah berlangsung dan
memberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan datang
serta memberikan umpan balik terhadap pembelajaran yang telah
berlangsung.
b. Melakukan evaluasi dengan memberikanposttestyang sama dengan
24
E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah:
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa hasil belajar siswa pada materi pokok
Klasifikasi Benda yang diperoleh dari nilai pretes dan postes.
Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes, lalu
dianalisis secara statistik. Untuk mendapatkan skor N-gain
menggunakan rumus Meltzer, dalam Coletta dan Phillips (2005: 1172)
yaitu:
Keterangan : X = nilai postes; Y = nilai pretes; Z = skor maksimal.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data aktivitas siswa.
2. TeknikPengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Pretes dan Postes
Data kemampuan hasil belajar berupa nilai pretes dan postes. Nilai
pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen
25
pada pertemuan ketiga setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol.
Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal pilihan jamak dan
uraian.
Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu
S = 100
N R
Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 : 112).
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang
diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin
kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar
observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang
diamati yaitu: aktivitas siswa bekerjasama dengan teman, melakukan
kegiatan diskusi, mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
F. Teknik Analisis Data
Data penelitian berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Untuk
mendapatkan skor N-gainmenggunakan rumus Meltzer (dalam Coletta dan
Phillips, 2005: 1) yaitu:
Skor N-gain = 100
26
Nilaipretest,posttest, dan skor N-gainpada kelompok kontrol dan
eksperimen dianalisis menggunakan uji anova dengan program SPSS versi
17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan ujiLillieforsdengan program
SPSS versi 17.
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung< Ltabelatau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga
yang lainnya (Pratisto, 2004: 5).
2. Kesamaan Dua Varian
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan uji kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan program
SPSS versi 17.
a. Hipotesis
Ho : Kedua sampel mempunyai varian sama H1 :Kedua sampel mempunyai varian berbeda
b. Kriteria Uji
27
3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji F atau uji Anova. Uji F digunakan
apabila sampel berdistribusi normal. Sedangkan uji U digunakan apabila
sampel berdistribusi tidak normal. Uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 17.
A. Uji hipotesis dengan uji F (Uji Anovaone-way)
Rumus Uji F seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2003: 47) sebagai berikut :
N = banyak sampel, m = banyak predictor, R = koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor.
Koefisien korelasi ganda dikatakan signifikan apabila F tabel< F hitung dengan derajat signifikasi 5%.
1. Hipotesis
H0 : Rata-rata kedua perlakuan tidak berbeda secara signifikan
H1 : Rata-rata kedua perlakuan berbeda secara signifikan
2. Kriteria Uji
Jika Fhitung< Ftabel, maka Ho diterima
Jika Fhitung> Ftabel, maka Ho ditolak
B. Uji Hipotesis dengan uji U
1. Hipotesis
Ho : Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 :Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
2. Kritria Uji
28
-Jika Zhitung<-Ztabelatau Zhitung>Ztabelatau p-value <0,05, maka Ho ditolak (Martono, 2010: 158).
4. Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan
data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis
menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah-langkah yang dilakukan
yaitu:
a. Menghitung Skor aktivitas menggunakan rumus:
∑Xi
X = x 100 n
Tabel 1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Sumber: dimodifikasi dari Carolina (2010: 29)
Keterangan: X= Persentase aktivitas siswa; ∑Xi= Jumlah skor yang diperoleh; n= Jumlah skor maksimum
(dimodifikasi dari Sudjana, 2002: 69).
No Nama Aspek yang diamati Xi X
29
A. Kemampuan mengajukan pertanyaan
B. Mengumpulkan data
C. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
D.Menyampaikan kesimpulan
b.Menafsirkan atau menentukan katagori Indeks Aktivitas Siswa sesuai
pada Tabel 2.
Tabel 2. Interprestasi Indeks Aktivitas Siswa
Sumber: dimodifikasi dari Hake (dalam Coletta dan Phillips, 2005: 5)
Skor Indikator
0 tidak mengemukakan pertanyaan
1 mengajukan pertanyaan tetapi tidak mengarah pada permasalahan
2 mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan.
Skor Indikator
0 tidak mengumpulkan data (diam saja)
1 mengumpulkan data dengan asal-asalan (tidak sesuai dengan hasil pengamatan.
2 mengumpulkan data sesuai dengan hasil pengamatan
Skor Indikator
0 siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara yang kurang sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan.
1 siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara yang kurang sistematis tetapi dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
2 siswa dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan sistematis dan dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
Skor Indikator
0 tidak membuat kesimpulan
1 membuat kesimpulan tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan hasil diskusi
2 membuat kesimpulan lengkap dan sesuai dengan hasil diskusi
Kategori indeks aktivitas siswa Interprestasi
0,00–29,99 Sangat Rendah
30,00–54,99 Rendah
55,00–74,99 Sedang
75,00–89,99 Tinggi
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di SMP YBL Natar dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipeThink Pair Share(TPS) terhadap hasil belajar siswa pada
materi Klasifikasi Benda.
2. Aktivitas belajar siswa pada materi Klasifikasi Benda dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Share
(TPS) lebih tinggi dari pada pembelajaran secara konvensional.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, penulis menyampaikan saran
sebagai berikut :
1. Bagi guru yang hendak menerapkan model pembelajaran TPS ini
hendaknya merancang kesesuaian waktu dengan materi pokok yang akan
diajarkan agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
2. Bagi peneliti yang akan menggunakan model pembelajaran TPS ini
40
kelompok yang telah ditentukan agar setiap siswa dapat mengeluarkan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. dan J.T. Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung.
Arikunto, S. 2010.Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Colleta, V. P. dan Phillips, J. A. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain, preinstruction scores, and scientific reasoning ability. California: Department of Physics, Loyola Marymount University
Elaine B. Johnson. 2007.Contextual Teaching & Learning. MLC. Bandung.
Dimyati dan Mujiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah, S.B dan A. Zain. 2006.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Huda, M. 2014.Cooperative Learning. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Lie, A. 2008. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Gramedia. Jakarta.
Lyman. 2002.Strategies For Reading Comprehension Think-Pair-Share. Cooperative Learning Community. Jones, Raymon C. Reading Quest. Org. http://curry.Edschool.virginia.edu/go/readquest/strat/tps/html ( 20 juni 2014). Margono, S. 2005.Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Mulyasa. 2008.Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan, Kemandirian
Guru dan Kepala Sekolah. Bumi Aksara. Jakarta.
Pramudiyanti. 2008.Hasil Belajar Mahasiswa Botani Tumbuhan Tinggi Dengan Model pembelajaran Kooperatif Think Pair Share.Prosiding Seminar Nasional Pendidikan. FKIP Universitas lampung. 26 Januari 2008. Bandar Lampung. Riyanto, Y. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta.
42
Rohani, A. 1997.Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta
Sagala, S. 2007.Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Sanjaya, W. 2009.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.
Sardiman. 2007.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 2010.Media Pengajaran. Sinar Baru Algensindo. Bandung.
Sumiati dan Asra. 2008.Metode Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung
Suprijono, Agus. 2009.Cooperative Learning.Pustaka Belajar. Jakarta.