• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMUNIKASI GURU TK DALAM MEMBINA KEMAMPUAN MENGHAFAL SURAT PENDEK (STUDI PADA TK ARRAUDAH BANDAR LAMPUNG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI KOMUNIKASI GURU TK DALAM MEMBINA KEMAMPUAN MENGHAFAL SURAT PENDEK (STUDI PADA TK ARRAUDAH BANDAR LAMPUNG)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Komunikasi Guru TK Dalam Membina Kemampuan Menghafal Surat Pendek (Studi Pada TK Ar-Raudah Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

Asri Setyoarum Pangesti

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

COMMUNICATION STRATEGIES OF KINDERGARTEN TEACHERS IN MANAGING THE ABILITY OF MEMORIZING SURAH IN AL-QURAN

(STUDY IN AR-RAUDAH KINDERGARTEN BANDAR LAMPUNG) By

ASRI SETYOARUM PANGESTI

Memorizing surah in Al-Quran is one of the important things must be done by every single moeslem besides pray. It is important things to be learned by every generation of human being in daily life. The students have different characteristics. On the other hand, the teachers in kindergarten should arrange and choose the perfect strategy to teach the surah in Al-Quran. The purpose of this research is to get the information and to describe the implementation strategy by the teachers and to know the way of learning by using verbal and nonverbal communication from the teachers to their students. This research used a qualitative approached with descriptive method. The basic theory of this research are instructional theory and interpersonal communication theory. The result of this research showed that the strategy that teachers use in learning are by listening audio, memorizing the surah, and jama’ methods which support with verbal and non verbal communications between teachers and students such as body gestures, expression, eye contact, paralanguage and physically contact.

(3)

ABSTRAK

STRATEGI KOMUNIKASI GURU TK DALAM MEMBINA

KEMAMPUAN MENGHAFAL SURAT PENDEK (STUDI PADA TK AR- RAUDAH BANDAR LAMPUNG)

Oleh

ASRI SETYOARUM PANGESTI

Selain shalat, menghafal surat-surat pendek Al-Quran merupakan hal yang wajib dilakukan bagi umat muslim. Hal ini penting untuk ditanamkan pada setiap generasi terutama pada masa kanak-kanak agar tercipta manusia yang taat beragama. Anak usia dini memiliki karakteristik yang beragam, maka tenaga pengajar di TK harus menyusun dan memilih suatu strategi dalam mengajarkan hafalan surat-surat pendek secara cermat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi apa yang diterapkan guru dalam mengajarkan hafalan surat-surat pendek serta mendeskripsikan pilihan komunikasi verbal dan nonverbal guru kepada murid. Metode yang digunakan adalah deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori instruksional dan teori komunikasi antar pribadi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam mengajarkan murid adalah dengan menggunakan audio dan metode menghafal wahdah (perayat) serta metode jama’ (bersama-sama) yang didukung dengan komunikasi verbal dan nonverbal antara guru dengan murid yaitu bahasa yang digunakan guru, gerakan tangan, ekspresi wajah, kontak mata, paralanguage, dan jarak fisik.

(4)

Strategi Komunikasi Guru TK Dalam Membina Kemampuan Menghafal Surat Pendek (Studi Pada TK Ar-Raudah Bandar Lampung)

Oleh

Asri Setyoarum Pangesti Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR BAGAN

Halaman

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.Speakeryang di pasang di setiap kelas ... 56

Gambar 2. Suasana menghafal kelas lebah 1 ... 60

Gambar 3. Suasana menghafal kelas lebah 2 ... 61

Gambar 4. Suasana menghafal kelas semut 1 ... 62

Gambar 5. Suasana menghafal kelas semut 2 ... 63

(7)

DAFTAR ISI 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Tinjauan Tentang Strategi Komunikasi ... 9

2.2.1 Strategi Komunikasi ... 9

2.2.2 Strategi Komunikasi Yang Efektif ... 10

2.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi ... 10

2.3.1 Proses Komunikasi Antar Pribadi ... 11

2.3.2 Sifat Komunikasi Antar Pribadi ... 12

2.4. Tinjauan Tentang Pesan Komunikasi ... 13

2.5. Tinjauan Tentang Guru Taman Kanak-Kanak... 18

2.6. Tinjauan Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini... 19

2.6.1 Karakteristik Pembelajaran Anak Usia Dini ... 20

2.6.2 Komponen Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini ... 20

2.7. Tinjauan Tentang Pembinaan ... 22

2.8. Tinjauan Tentang Hafalan Surat-Surat Pendek ... 23

2.8.1 Bentuk-Bentuk Metode Menghafal ... 24

(8)

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.7. Teknik Analisis Data ... 39

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. SejarahAr-Raudah Playgroup and Kindergarten ...42

4.2. Visi and MisiAr-Raudah Playgroup and Kindergarten... 43

4.3. Guru dan MuridAr-Raudah Playgroup and Kindergarten ... 44

4.4. Proses PembelajaranAr-Raudah Playgroup and Kindergarten ... 45

4.5. Sistem Penilaian padaAr-Raudah Playgroup and Kindergarten ... 49

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identitas Informan ... 51

5.1.1. Informan A ... 51

5.1.2. Informan B ... 52

5.2. Strategi Komunikasi Guru TK Dalam Membina Kemampuan Menghafal Surat Pendek ... 53

1. Menentukan Tujuan Dari Pembelajaran Menghafal Surat Pendek .. 53

2. Metode Yang Digunakan Guru Dalam Mengajarkan Hafalan Surat-Surat Pendek ... 55

3. Mengidentifikasi Keberhasilan Metode yang Digunakan Guru TK Ar-Raudah ... 64

4. Media Untuk Memperlancar Pengiriman Pesan ... 68

5. Keberhasilan Penggunaan Media ... 71

6. Mengidentifikasi Perbedaan Pengajaran Guru Kepada Setiap Murid ... 73

7. Mengidentifikasi Jumlah Surat-surat Pendek Al-Quran yang Dihafalkan ... 77

8. Mengidentifikasi Berapa Lama Target Murid Dapat Menghafal Surat ... 83

9. Mengidentifikasi Waktu Pelaksanaan Hafalan Surat-surat Pendek ... 86

10. Identifikasi Hambatan ... 87

11. Mengidentifikasi Tampilan Komunikator ... 91

12. Guru Sebagai Panutan Dalam Kelas ... 94

5.3. Komunikasi Verbal Guru TK Ar-Raudah Dalam Mengajarkan Hafalan Surat-surat Pendek 1. Bahasa guru untuk membangkitkan semangat anak ... 95

2. Memotong kata-kata dalam surat ... 96

5.4. Komunikasi Nonverbal Guru TK Ar-Raudah Dalam Mengajarkan Hafalan Surat-surat Pendek 1. Gerakan Tubuh ... 97

2. Kontak Mata(eye contact) ... 97

3. Ekspresi Wajah ... 98

(9)

5. Jarak Fisik ... 100

5.5. Tanggapan Wali Murid Mengenai Hafalan Surat-surat Pendek Pada Anak 1. Apakah anak anda sudah hafal surat-surat pendek ... 100

2. Menurut anda, apakah pembelajaran tentang menghafal surat pendek yang diberikan guru Ar-Raudah, membantu anak dalam menghafal surat pendek ... 101

3. Bagaimana efek dari hafalan surat yang diberikan guru ke anak anda selama berada di rumah ... 102

4. Adakah peran anda sebagai orang tua dalam membantu anak menghafal surat pendek di rumah ... 102

5.6. Kesesuaian Teori Instruksional dan Teori Komunikasi Antar Pribadi. 103 5.7. Pembahasan Tentang Strategi Komunikasi Yang Efektif 1. Inovasi Yang Adaptif(Adaftive Inovation)... 106

2. Satu Suara(One Voice) ... 106

3. Sesuaikan Waktu(Show Time) ... 107

4. Strategi Mempercepat ... 107

5. Disiplin Berdialog ... 107

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 110

6.2. Saran ... 113

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah murid TK Ar-Raudah ... 5

Tabel 2. Identitas Informan A ... 51

Tabel 3. Identitas Informan B ... 52

Tabel 4. Tujuan Pembelajaran Hafalan Surat-Surat Pendek ... 53

Tabel 5. Metode Menghafal Pada Kelas Lebah (TK B)... 55

Tabel 6. Metode Menghafal Pada Kelas Semut (TK A) ... 61

Tabel 7. Identifikasi Keberhasilan Metode (Wawancara Kepala Sekolah) ... 65

Tabel 8. Identifikasi Keberhasilan Metode (Wawancara Guru Pada Kelas Lebah1) ... 65

Tabel 9. Identifikasi Keberhasilan Metode (Wawancara Guru Pada Kelas Lebah2) ... 66

Tabel 10.Identifikasi Keberhasilan Metode (Wawancara Guru Pada Kelas Semut1) ... 66

Tabel 11.Identifikasi Keberhasilan Metode (Wawancara Guru Pada Kelas Semut2) ... 67

Tabel 12. Pemilihan Media ... 69

Tabel 13. Keberhasilan Penggunaan Media... 72

Tabel 14. Perbedaan Pengajaran Kesetiap Murid (Wawancara Kepala Sekolah) ... 74

Tabel 15. Perbedaan Pengajaran Kesetiap Murid (Wawancara Guru Pada Kelas Lebah1)... 74

Tabel 16. Perbedaan Pengajaran Kesetiap Murid (Wawancara Guru Pada Kelas Lebah2)... 75

Tabel 17. Perbedaan Pengajaran Kesetiap Murid (Wawancara Guru Pada Kelas Semut1) ... 76

Tabel 18. Perbedaan Pengajaran Kesetiap Murid (Wawancara Guru Pada Kelas Semut2) ... 76

Tabel 19. Identifikasi jumlah surat pendek Al-Quran... 78

Tabel 20. Berapa Lama Waktu Yang Ditargetkan Dalam Menghafal (Wawancara informan 1 Kepala Sekolah)... 83

Tabel 21. Berapa Lama Waktu Yang Ditargetkan Dalam Menghafal ... 84

(11)

Tabel 23. Identifikasi Kapan Waktu Pelaksanaan Hafalan ... 86

Tabel 24. Hambatan Pada Proses Pembelajaran ... 87

Tabel 25. Klasifikasi Komunikator ... 91

Tabel 26. Guru Sebagai Panutan... 94

Tabel 27. Anak sudah menghafal surat-surat pendek ... 100

Tabel 28. Pembelajaran guru pada keberhasilan menghafal anak ... 101

Tabel 29. Efek pembelajaran pada anak ... 102

(12)
(13)
(14)

“Don’t c om pa re your life t o ot he rs. Y ou ha ve no ide a w ha t

t he y ha ve be e n t hrough”

(15)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan penuh rasa bangga dan haru, ku persembahkan karya tulis pertamaku

untukmu:

IBU dan BAPAK

Seni Larasati, Seli Sekar Kinanthi, Sendy Cahyaningati

Serta saudara dan sahabat tercinta

Regards,

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 16 Mei 1993 sebagai

anak bungsu dari empat bersaudara dari pasangan R.Suseno dan Ibu Anis

Madyakun. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di

TK Mutiara Bandar Lampung pada tahun 1999. Kemudian dilanjutkan

dengan pendidikan sekolah dasar di SD Kartika II-6 Bandar Lampung yang lulus pada tahun

2005. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 25

Bandar Lampung yang lulus pada tahun 2008. Setelah itu, penulis melanjutkan ke tingkat atas

di SMA Negeri 3 Bandar Lampung hingga lulus pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung melalui jalur Undangan. Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Lampung Timur, Kecamatan Marga

(17)

SANWACANA

Alhamdulillahi robbil ‘aalamin. Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, karena hanya dengan kehendak-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul Strategi Komunikasi Guru TK Dalam Membina Kemampuan

Menghafal Surat-surat Pendek (Studi Pada TK Ar-Raudah Bandar Lampung).

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana Ilmu

Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis sadar bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

dan dorongan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, Bapak

Drs. Agus Hadiawan, M.Si.

2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu

Komunikasi yang telah banyak membantu.

3. Dhanik S.S.Sos, M.Comn and Media St. selaku dosen pembimbing utama

yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, waktu, serta ilmu yang

bermanfaat bagi penulis.

4. Dr. Tina Kartika, M.Si. selaku dosen pembahas skripsi yang telah banyak

memberikan saran dan pemikiran untuk perbaikan skripsi ini.

(18)

6. Kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi, Ibu Anis Madyakun dan

Bapak R.Suseno yang senantiasa selalu memberikan dukungan, perhatian

dan kasih sayang yang tidak dapat tergantikan oleh apapun. Terima kasih

atas dukungan moril dan materiil. Semoga apa yang aku lakukan dari

karya kecilku ini dapat memberikan sedikit kebahagiaan dan kebanggaan

kepada kalian.

7. Kakak-Kakakku tersayang, Seni Larasati, Seli Sekar Kinanthi, dan Sendy

Cahyaningati. Terima kasih banyak atas dorongan semangat, kasih sayang,

canda tawa yang selalu kalian berikan. Kakak Iparku, Prasetyo S.Sos dan

Keponakanku tercinta Satrio Teguh Pinayungan terima kasih atas doa dan

kasih sayang yang telah diberikan.

8. Dekky Ardinata, yang selama ini setia bersamaku. Dengan berbagi, segala

beban terasa lebih ringan. Terima kasih selalu menyempatkan waktunya

disela-sela kesibukan. Terima kasih atas doa, semangat, dan kasih

sayangnya yang tidak pernah behenti. Semoga apa yang selama ini kita

cita-citakan dapat terwujud dikemudian hari. Amin.

9. Umi Suci, selaku Kepala Sekolah TK Ar-Raudah, Umi Tia, Umi Nur, Umi

Dahliah, dan Umi Lia, selaku guru-guru dari TK Ar-Raudah dan juga

Ibu-ibu walimurid yang sekaligus menjadi informan dalam skripsi ini. Terima

kasih atas bantuan dan waktu yang telah diberikan kepada penulis.

10. Teman-teman di bangku sekolah hingga sekarang Hein Intan, Angga,

Andy Fini, Ica, Maiza, Andri. Semoga persahabatan kita bisa terjalin terus

(19)

11. Sahabat SOS, Cita Adelia Rachmasari, Amalia Ramadhini, Agetha

Frisilia, Mizaany Aulia (lele), Sartika Aprilia Fany, dan Dian Ayu yang

setia jadi rumah untuk berkeluh kesah, yang selalu sedia memberikan

bantuannya, terima kasih atas suka dan duka, doa, dan dukungan yang

tidak pernah berhenti satu sama lain. Semoga SOS selalu tap tap tap!

succes for us!

12. Sahabat-sahabat pelipur lara, Bowo, Ramanda, Uwi, Imam, Calvien, Riksa

dll, terima kasih untuk canda tawa dan pertemanannya. Terima kasih juga

untuk cuyung’s family, Ade, Ayu, Hesti, Fajriati, Fikri, Pipit, Putri,

Mayang, Syahid, Lidya dan Reza.

13. Teman-teman Komsebelas semuanya yang tidak bisa disebutkan satu

persatu dan sudah banyak membantu, semoga kita semua selalu

dimudahkan segala sesuatunya hingga menjadi orang sukses nantinya.

Amin. Semangat!

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga amal baik tersebut mendapat balasan yang

sesuai dari Allah SWT, serta skripsi ini dapat memenuhi tujuannya dan

bermanfaat bagi Jurusan Ilmu Komunikasi.

Bandar Lampung

(20)
(21)

1

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pendidikan merupakan modal utama untuk memiliki manusia yang berkualitas.

Untuk menciptakan hal itu pendidikan hendaknya dimulai sejak dini melalui

pendidikan anak usia dini yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6

tahun. Menurut Mansur, pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan

tumbuh kembang anak sejak lahir sampai usia 6 tahun, yang dilakukan secara

menyeluruh, mencakup semua aspek perkembangan dengan memberikan

stimulasi terhadap perkembangan jasmani dan rohani agar anak dapat tumbuh

kembang dan berkembang secara optimal (Mansur, 2007:88).

Wiyani dalam bukunya, berpendapat bahwa usia dini merupakan masa emas (the

golden age) yang hanya datang sekali dan tidak dapat diulang. Pada masa itu anak

berada pada periode sensitif (sensitif periods) di mana di masa inilah anak secara

khusus mudah menerima berbagai stimulus dari lingkungannya, 50% kecerdasan

orang dewasa sudah terjadi ketika mereka berusia 4 tahun. Peningkatan 30%

berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir

dasawarsa kedua. Ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi pada usia 0-4

tahun sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada usia 4-18 tahun.

Itulah sebabnya upaya stimulasi sejak dini kepada anak yang berusia 0 hingga 6

(22)

2

dapat berlangsung optimal dan itu sangat berpengaruh terhadap kehidupannya

kelak (Wiyani, 2014:114).

Saat anak mulai memasuki usia pra sekolah yaitu 4-6 tahun, kebanyakan orangtua

akan mulai mengenalkan mereka kepada suatu lembaga pendidikan yang akan

menjadi langkah awal menimba ilmu, yaitu Taman Kanak-kanak. Menurut

Santoso, Taman Kanak-kanak sebagai lembaga pendidikan pertama bagi anak

memiliki peran yang sangat penting karena disanalah anak mulai mengenal

dasar-dasar pengetahuan dan pendidikan, serta mengembangkan keterampilan, perilaku

dan kemampuan dasar (Santoso, 2007:17). Pengetahuan dan keterampilan yang

diajarkan mencakup bahasa, membaca, menulis, pengembangan karakter, moral,

perkembangan motorik kasar dan halus, komputer dan sains, serta pendidikan

agama.

Setiap anak memiliki kecerdasan dan kemampuan berbeda dalam memahami

sebuah mata pelajaran. Menurut Sudarna, seorang pendidik tidaklah boleh

memaksakan muridnya untuk memahami setiap pelajaran dengan pemahaman

yang sama dan sempurna dengan satu takaran kecerdasan, sebab keadaan anak

dalam satu kelas berbeda-beda. Dengan segala macam keadaan murid, kewajiban

seorang pendidik adalah mengakui keberadaannya dengan segala kemampuan

yang dimilikinya. Seorang pendidik harus mengakui dan menghargai bakat dan

hasil karya murid-muridnya (Sudarna, 2014:2).

Demi kelancaran proses belajar anak usia dini di dalamnya terdapat upaya-upaya

khusus yang dilakukan seorang pendidik atau guru untuk mengajak anak mulai

(23)

3

guru. Komunikasi merupakan kebutuhan hidup yang harus terpenuhi. Manusia

membutuhkan komunikasi untuk berinteraksi dengan manusia lainnya demi

memenuhi kebutuhkan hidup tersebut. Menurut Kleinjan dalam (Cangara 2006:1),

bahwa komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti

halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi.

Selain interaksi sosial, manusia juga memiliki kebutuhan lain yang tidak kalah

penting, yaitu berkomunikasi dengan Tuhan-nya. Dalam ilmu komunikasi segala

bentuk komunikasi yang dilakukan antara manusia dengan Tuhan-nya disebut

dengan komunikasi transedental. Bagi umat muslim, aplikasi yang sesungguhnya

dari komunikasi transedental adalah pada saat mendirikan shalat, membaca ayat

suci al-quran, berdzikir, berpuasa, dll.

Selain shalat, menghafal surat-surat pendek Al-quran merupakan hal yang wajib

dilakukan bagi umat muslim. Al-Quran merupakan pedoman hidup yang

menuntun pembacanya untuk meraih kemenangan dan keberuntungan hidup di

dunia dan akhirat. Orang yang selalu membaca dan mengamalkan Al-Quran akan

mendapatkan kemuliaan dan tidak akan disentuh kehinaan dan penderitaan yang

berkepanjangan. Oleh karena itu menghafal surat-surat pendek Al-Quran menjadi

hal penting untuk ditanamkan pada setiap generasi terutama pada masa

kanak-kanak.

Sudarna dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini Berkarakter

mengungkapkan bahwa anak usia dini memiliki karakteristik seperti: unik,

egosentris, aktif dan energik, rasa ingin yang kuat dan antusias terhadap banyak

(24)

4

masih mudah frustasi, masih kurang mempertimbangkan dalam melakukan

sesuatu, daya perhatian pendek, bergairah untuk belajar dan semakin menunjukan

minat terhadap teman (Sudarna, 2014 :16). Mengingat karakteristik khusus yang

dimiliki anak usia dini tersebut, seorang pendidik harus menyusun dan memilih

suatu strategi dalam melakukan setiap kegiatan secara cermat agar komunikasi

yang dilakukan dapat berjalan dengan tepat dan efektif.

Menurut Sudjana dan Rivai, proses belajar mengajar dengan strategi komunikasi

mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan murid yang

optimal, sehingga menumbuhkan minat belajar yang aktif pada murid. Diskusi

dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini

(Sudjana dan Rivai 2013:126). Komunikasi didefinisikan sebagai pertukaran

pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima pesan

untuk mengubah tingkah laku (Arni, 2007:12). Proses penyampaian pesan yang

dilakukan guru kepada anak didik, dikemas dalam bentuk verbal dan nonverbal.

Hal ini pula lah yang mendorong penulis ingin mengetahui dan meneliti apa saja

pilihan kata verbal dan nonverbal guru serta tujuan dari pemenggalan setiap kata

dalam surat pendek Al-Quran yang diajarkan kepada murid.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

di TK Ar-Raudah mengenai “Strategi komunikasi guru TK dalam membina

kemampuan menghafal surat pendek”. Disinilah penulis akan meneliti dan

menganalisis strategi komunikasi dan metode seperti apa yang digunakan para

guru dalam membina kemampuan menghafal surat pendek pada murid. Selain itu,

penulis juga akan meneliti apa saja pilihan verbal dan nonverbal dalam proses

(25)

5

kata disetiap surat-surat yang diajarkan kepada murid. Penulis akan mengamati

antara kesesuaian teori dan kenyataan di lapangan.

Berdasarkan hasil pra-riset yang telah dilakukan, TK Ar-Raudah memiliki

kekhususan dalam mengajarkan murid menghafal surat pendek, yaitu dengan cara

mendengarkan terlebih dahulu beberapa surat-surat pendek Al-Quran yang diputar

melalui audio setiap pagi di masing-masing kelas dengan menggunakan media

speaker. Saat ini TK Ar-Raudah memiliki jumlah murid sebanyak 138 orang yang

dibagi ke dalam 5 kelas. Berikut data jumlah murid TK Ar-Raudah:

Tabel 1. Jumlah murid TK Ar-Raudah

Kelas Lebah 1 Lebah 2 Semut 1 Semut 2 Mawar

Laki-laki 16 murid 16 murid 15 murid 18 murid 13 murid

Perempuan 15 murid 15 murid 13 murid 10 murid 7 murid

Jumlah 31 murid 31 murid 28 murid 28 murid 20 murid

Keterangan:

Lebah : TK B (0 Besar), Semut : TK A (0 Kecil), Mawar : Kelompok Bermain (Sumber : data pra-riset tahun 2015)

Kota Bandar Lampung memiliki banyak lembaga pendidikan taman kanak-kanak.

Dari sekian banyak TK yang ada di Kota Bandar Lampung peneliti tertarik untuk

meneliti di TK Ar-Raudah, karena TK Ar-Raudah merupakan sekolah bernuansa

Islam yang berkualitas, yang memadukan kurikulum nasional dan pendidikan

dasar keislaman sebagai sarana mengembangkan kecerdasan intelektual, spiritual,

dan emosi anak-anak. Selain itu, TK Ar-Raudah berada di tengah kota Bandar

(26)

6

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi komunikasi guru TK dalam membina kemampuan

menghafal surat pendek pada murid?

2. Apa saja pilihan verbal dan nonverbal dalam proses mengajarkan

surat-surat pendek pada murid?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi komunikasi guru pada murid

dalam membina kemampuan menghafal surat pendek.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pilihan kata verbal dan nonverbal

yang digunakan guru dalam proses mengajarkan surat pendek pada murid.

1.4.Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk:

1. Secara teoritis, penelitian mengenai strategi komunikasi para guru dalam

membina kemampuan menghafal surat pendek dapat menambah ilmu dan

pengetahuan tentang bagaimana cara-cara atau metode yang tepat dalam

mengajarkan anak usia dini.

2. Memberikan manfaat berupa masukan bagi para orang tua dan guru sebagai

pelaksana pendidik agar dapat mendidik murid untuk dapat memiliki

kemampuan menghafal ayat Al-Quran berupa surat pendek sesuai kemampuan

anak dan menjadi bahan pertimbangan guna meningkatkan kualitas pendidikan

(27)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang strategi pembelajaran pada anak usia dini pernah dilakukan

oleh Jesyka Mutiara Yuda, mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Universitas

Lampung tahun 2012. Ia mengangkat judul mengenai “Strategi Komunikasi Guru

Taman Kanak-Kanak Dalam Mengajarkan Shalat Lima Waktu Pada murid”.

Masalah yang ditemukan dalam penelitian ini adalah menyangkut tentang

bagaimanakah strategi komunikasi yang diterapkan guru taman kanak-kanak

sebagai tenaga pengajar di sekolah dalam mengajarkan shalat lima waktu pada

anak usia dini. Dalam hasil penelitian, Ia memaparkan bahwa strategi komunikasi

yang digunakan untuk mengajarkan shalat lima waktu pada anak usia dini adalah

strategi komunikasi implementasi yang pada tahapannya terdapat tujuan dari

pembelajaran shalat lima waktu tersebut. Strategi ini telah berhasil menciptakan

komunikasi yang efektif dan telah mencapai tujuan utamanya, yaitu

memperkenalkan shalat lima waktu kepada murid sejak usia dini. bersumber dari

penelitian inilah peneliti mengetahui bahwa diperlukan strategi khusus dalam

proses pembelajaran di taman kanak-kanak, karena karakter murid di taman

kanak-kanak berbeda dengan murid pada jenjang lainnya. Perbedaannya dengan

penelitian ini adalah, pada penelitian Jesyka Mutiara Yuda Ia menganalisis

(28)

8

shalat lima waktu. Sedangkan pada penelitian ini peneliti menganalisis strategi

komunikasi guru dan verbal dan nonverbal yang digunakan guru TK dalam

membina kemampuan menghafal surat pendek.

Penelitian lain yang berkaitan dengan skripsi ini ialah milik Yeni Pramuka Sari,

mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Lampung tahun 2009 yang mengangkat

judul mengenai “Peran Guru TK Dalam Membina Kemampuan Komunikasi dan

Sosialisasi Antar Siswa”. Masalah dalam penelitian ini ialah tentang bagaimana

peran seorang guru dalam membina kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi

pada anak usia dini. dalam hasil penelitian, Ia menjelaskan bahwa guru di taman

kanak-kanak menjalankan perannya melalui perencanaan pembelajaran yaitu

penyusunan rangkaian kegiatan yang disusun oleh guru, dan evaluator

pembelajaran yaitu evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan untuk melihat

tingkat keberhasilan yang dicapai siswa. Kegiatan evaluasi ini melalui hasil

penilaian tugas dan pengamatan guru selama pembelajaran, serta diskusi dengan

siswa di akhir pelajaran. Dalam penelitian ini, Ia juga menjelaskan bahwa

pembelajaran yang diberikan oleh guru tidak hanya diutamakan pada bidang

eksakta saja, melainkan juga di bidang sosial siswa yang terlihat dari proses

belajarnya dimana media yang disediakan dan metode yang digunakan juga

ditujukan untuk membina kemampuan berbicara dan bergaul antar siswanya.

Melalui tahap pembinaan ini, siswa yang kurang lebih telah mengikuti pendidikan

selama lebih dari 1 bulan, sudah berani menjalani pendidikannya secara mandiri,

serta sudah mulai bergaul dengan baik. Metode yang digunakan guru dengan

berkelompok dan bermain sambil belajar juga dapat dikatakan efektif untuk

(29)

9

penelitian ini, Ia mengangkat tema mengenai peran guru TK dalam membina

kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi, maka dalam penelitian ini peneliti

mengangkat tema tentang strategi komunikasi dan verbal serta nonverbal guru TK

dalam membina kemampuan menghafal surat pendek.

2.2. Tinjauan Tentang Strategi Komunikasi 2.2.1. Strategi Komunikasi

Strategi dapat diartikan sebagai rencana menyeluruh dalam mencapai suatu target.

Istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer, namun di bidang lain pun

tampaknya banyak juga yang menggunakannya meskipun dalam arti yang berbeda

dan tujuan yang berbeda. Di dalam dunia komunikasi, strategi berarti rencana

menyeluruh dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi (Yusuf, 2010:228).

Sedangkan menurut Effendy, strategi komunikasi merupakan paduan dari

perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen

komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan (Effendy, 2003:301).

Berdasarkan pengertian diatas, maka dalam penelitian ini strategi komunikasi

yang tepat adalah strategi yang menempatkan seorang pendidik diposisi yang

benar saat berkomunikasi dengan muridnya. Hal ini diharapkan guru mampu

membina anak muridnya sehingga tujuan dari pembelajaran menghafal surat

pendek dapat tercapai. Guru harus memiliki strategi khusus dalam mengemas

pesan atau materi dalam membina murid sesuai dengan psikologis emosi anak.

Dengan demikian guru sebagai komunikator dapat memberikan pengajaran yang

efektif dan dapat dengan mudah dipahami oleh murid dalam mengajarkan hafalan

(30)

10

2.2.2. Strategi Komunikasi Yang Efektif

Strategi komunikasi digunakan dalam rangka pencapaian komunikasi yang efektif

sehingga tujuan tercapai. Komunikasi yang efektif terjadi apabila pesan-pesan

komunikasi dapat terkirim dan diterima dengan baik. (Liliweri, 2011:256)

menjelaskan lebih dalam tentang strategi untuk mencapai komunikasi yang

efektif, sebagai berikut:

1. Inovasi yang adaptif (adaptive inovation) inovasi adalah satu bentuk

perubahan untuk meningkatkan kualitas komunikasi.

2. One voice. Strategi komunikasi yang mengandalkan seluruh kerabat kerja

bekerja dengan “satu suara”.

3. Sesuaikan waktu (showtime). Istilah yang digunakan oleh para pelaku

bisnis untuk menggambarkan semua komunikasi berada tepat diatas on

stage.

4. Strategi mempercepat(strategy speed). Istilah yang berkaitan dengan

bekerja cepat dan cerdas(working fast and smart).

5. Disiplin berdialog. Istilah ini berkaitan erat dengan pengawasan terhadap

kata-kata yang diucapkan maupun yang direpresentasikan dalam

pertemuan bisnis.

2.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang

yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh DeVito dalam (Liliweri, 1991:13) komunikasi antar pribadi merupakan

pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang yang lain atau

(31)

11

Komunikasi antar pribadi sering disebut dengan dyadic communication,

maksudnya yaitu “komunikasi antara dua orang”, dimana terjadi kontak langsung

dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara

berhadapan muka (face to face) ataupun bisa juga melalui media seperti telepon.

Ciri khas dari komunikasi antar pribadi adalah sifatnya yang dua arah atau timbal

balik (two ways communication). Namun, komunikasi antar pribadi melalui tatap

muka mempunyai satu keuntungan dimana melibatkan perilaku nonverbal,

ekspresi fasial, jarak fisik, perilaku paralinguistik yang sangat menentukan jarak

sosial dan keakraban (Liliweri, 1991:67).

Dalam penelitian ini, terdapat hubungan efek timbal balik antara guru dengan

murid. Dengan cara bertatapan langsung dan ditambah komunikasi verbal juga

nonverbal, diharapkan dapat mempermudah anak dalam belajar menghafal

surat-surat pendek.

2.3.1. Proses Komunikasi Antar Pribadi

Berkomunikasi secara efektif memiliki arti bahwa komunikator dan komunikan

memiliki pengertian yang sama tentang isi suatu pesan. Komunikasi antar pribadi

dikatakan efektif apabila pertemuan komunikasi merupakan hal yang

menyenangkan bagi komunikan dan dalam proses tersebut tercipta sebuah

kebersamaan dalam makna yang secara langsung hasilanya dapat diperoleh, jika

peserta komunikasi cepat tanggap dan paham terhadap setiap pesan yang

dipertukarkan (Rakhmat, 2001:133).

Komunikasi antar pribadi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui media

dan tatap muka. Meskipun demikian yang dianggap paling sukses adalah

(32)

12

pribadi yang dilakukan melalui tatap muka pengirim pesan dan umpan baliknya

dapat diamati secara langsung dengan melihat, mendengar, mencium, meraba, dan

merasa. Proses komunikasi antar pribadi menggunakan lambang-lambang sebagai

media penyampaian pesan. Adapun lambang yaitu:

a) Lambang Verbal

Lambang verbal ini biasanya dalam bentuk bahasa. Oleh karena itu, dengan

bahasa seorang komunikator dapat mengungkapkan pikirannya mengenai hal atau

peristiwa, baik yang kongkrit maupun yang abstrak yang terjadi pada masa lalu,

masa kini, dan masa depan kepada komunikannya.

b) Lambang Nonverbal

Lambang nonverbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi yang

berbentuk isyarat dengan menggunakan anggota tubuh seperti kepala, mata, jari,

dan lainnya. Batasan komunikasi nonverbal secara garis besar sebenarnya sebagai

arah dari suatu gejala seperti setiap bentuk penampilan wajah dan gerak gerik

tubuh seseorang sebagai suatu cara dan simbol dari statusnya. Contohnya tarian,

drama sampai ke musik. Jadi, pada dasarnya dengan isyarat nonverbal seorang

individu dapat memahami orang lain ketika orang lain tersebut berbicara atau

menulis bahasanya untuk menyatakan sesuatu tentang dirinya.

2.3.2. Sifat Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi sama halnya dengan ilmu-ilmu lain yang pasti memiliki

sifatnya tersendiri sehingga menjadi suatu ciri khas pada ilmu tersebut. Beberapa

sifat yang dapat menunjukan komunikasi antara dua orang, yang mengarah pada

(33)

13

nonverbal, yang dapat menunjukan seberapa jauh hubungan antara pihak yang

terlibat di dalamnya. Berikut adalah beberapa sifat yang dimiliki oleh komunikasi

antar pribadi (Liliweri, 1991:29):

a. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, perilaku ini

timbul karena kekuasaan emosi yang bebas dari campur tangan kognisi.

b. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik agar

mempunyai interaksi dan korelasi, artinya suatu komunikasi antar pribadi

harus ditandai dengan adanya umpan balik serta adanya interaksi yang

melibatkan suatu perubahan di dalam sikap, perasaan, perilaku dan

pendapat tertentu.

c. Komunikasi antar pribadi biasanya bersifat intrinsik dan ekstrinsik.

Intrinsik merupakan suatu standart perilaku yang dikembang oleh

seseorang sebagai panduan melaksanakan komunikasi, sedangkan

ekstrinsik yaitu aturan lain yang ditimbulkan karena pengaruh kondisi

sehingga komunikasi antar manusia harus diperbaiki atau malah harus

berakhir.

d. Komunikasi antar pribadi menunjukkan adanya suatu tindakan. Sifat yang

dimaksud adalah suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya

tindakan bersama sehingga menghasilkan proses komunikasi yang baik.

2.4.Tinjauan Tentang Pesan Komunikasi

a. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Simbol atau

(34)

14

Pengertian verbal sendiri adalah lisan antara manusia lewat kata-kata dan simbol

umum yang sudah disepakati antara invidu, kelompok, bahasa, dan negara.

Jadi definisi komunikasi verbal dapat disimpulkan bahwa komunikasi manusia

yang menggunakan kata-kata secara lisan dan dilakukan oleh manusia untuk

berhubungan dengan manusia lain. Dasar komunikasi verbal antara interaksi antar

manusia, dan menjadi salah satu cara manusia untuk berkomunikasi secara lisan

atau tatapan dengan manusia lain, sehingga menjadi sarana utama menyatukan

pikiran, pesan, dan maksud kita. Komponen-komponen komunikasi verbal adalah

suara, kata-kata, berbicara, bahasa (Marhaeni, 2009:110).

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts,

and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus

memenuhi 3 fungsi, yaitu:

1. Mengenal dunia disekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja

yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada

masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.

2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul

dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka

untuk mencapai tujuan kita, termasuk orang-orang disekitar kita.

3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa

memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri

kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk

(35)

15

(encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak terlalu baik,

untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata

dengan keadaan yang sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa

yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman. Adapun hal-hal yang perlu

diperhatikan ketika kita berkomunikasi menggunakan bahasa, yaitu:

1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.

Kata-kata adalah katagori-katagori untuk merujuk pada objek tertentu:

orang, benda, persitiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata

tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas,

tetapi bukan realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya

bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. Kata-kata sifat

dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya, baik-buruk,

kaya-miskin, pintar-bodoh, dan sebagainya.

2. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual

Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata mempresentasikan persepsi

dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang

sosial budaya yang berbeda pula.

3. Kata-kata mengandung bias budaya

Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai

kelompok manusia dengan budaya dan sub budaya yang berbeda, tidak

mengherankan bila terdapat kata-kata yang kebetulan sama atau hampir

sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun

(36)

16

budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketika

mereka menggunakan kata yang sama.

b. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak

menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal adalah menggunakan

gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan kontak mata, penggunaan objek

seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara

berbicara, seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya

berbicara.

Komunikasi vokal verbal merujuk pada komunikasi melalui kata yang diucap.

Dalam komunikasi nonverbal kata-kata digunakan tapi tidak diucapkan.

Pesan-pesan tersebut bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Anda mengacungkan tangan

untuk memilih “ya” pada suatu pertemuan, mengehentikan taksi, saling memberi

isyarat (Mulyana, 2005:262).

Komunikasi nonverbal merupakan jenis komunikasi yang lebih tua dari

komunikasi verbal. Hal itu dikarenakan manusia lebih awal menggunakan

komunikasi nonverbal hingga usia kira-kira 18 bulan. Pada usia tersebut kita total

bergantung pada komunikasi nonverbal, seperti sentuhan, senyuman, pandangan

mata, dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan, komunikasi nonverbal yang

kita temui ataupun lakukan pun bertambah, seperti berkomunikasi melalui bahasa

tubuh dengan gerakan, atau petunjuk kinesik, penampilan fisik atau petunjuk

artifaktual, bau-bauan, orientasi ruang dan jarak pribadi atau bisa disebut sebagai

(37)

17

Berdasarkan penjelasan diatas, maka secara singkat komunikasi nonverbal adalah

semua isyarat yang bukan kata-kata. Komunikasi nonverbal mencakup semua

rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi yang

dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang

mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Jadi, definisi ini

mencakup perilaku yang disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi

secara keseluruhan (Mulyana, 2005:343).

Komunikasi nonverbal terdiri dari :

1. Isyarat spasial dan temporal

Budaya memiliki pengaruh yang lebih halus dan lebih besar terhadap

komunikasi nonverbal. Isyarat-isyarat mengenai ruang dan waktu adalah

sebagaimana isyarat-isyarat yang paling dipengaruhi oleh budaya, isyarat

spasial dan temporal

2. Isyarat visual

Katagori isyarat nonverbal membahas ekspresi wajah dan gerakan tubuh

hingga baju yang dikenakan isyarat visual dan ini dapat dibedakan menjadi

respon perilaku yang hangat dan dingin dalam arti tidak peduli.

Kelompok isyarat visual membahas tentang :

a. Ekspresi wajah, merupakan sumber tunggal komunikasi nonverbal

yang paling penting. Ekspresi wajah ini berkaitan dengan raut

wajah, gerak bibir, senyuman, gerakan mata, dan juga kontak mata.

(38)

18

b. Gerakan tubuh, isyarat yang diberikan gerakan tubuh berbeda

dengan yang diberikan kepala dan wajah. Isyarat tubuh

melemahkan kadar emosi seseorang.

c. Isyarat tangan, tangan manusia yang lurus memungkinkan manusia

untuk menggunakan alat dan membuat berbagai isyarat ketika

berkomunikasi. Sama seperti cara berkomunikasi nonverbal,

isyarat tangan merupakan isyarat terpenting yang kedua setelah

isyarat wajah. Banyak gerakan tangan kita ditentukan oleh kultural.

Jika isyarat tangan yang sama dapat memiliki arti yang berbeda

bagi anggota-anggota budaya yang lain.

3. Isyarat vocal

Isyarat vocal kadang-kadang menjadi dasar dugaan tentang ciri-ciri

kepribadian, bila orang mengeraskan suaranya, meninggikan nada

suaranya, warna nadanya, dan kecepatan berbicaranya, memandang

mereka orang yang lebih aktif dan dinamis. Bila mereka menggunakan

banyak intonasi, kecepatan yang lebih tinggi, lebih keras, dan lebih fasih

dalam berbicara maka mereka orang yang persuasif (Mulyana, 2005:212).

2.5. Tinjauan Tentang Guru Taman Kanak-Kanak (TK)

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah

atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru

seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal (Yufiarti, 2008:114).

Guru merupakan pekerjaan profesi dan berkedudukan sebagai tenaga profesional.

Pada taman kanak-kanak, guru merupakan motor dalam pelaksanaan

(39)

19

Kepiawaian guru memilih dan menggunakan strategi pembelajaran akan sangat

menentukan keberhasilan belajar anak. Guru TK harus mampu memilih dan

menggunakan strategi komunikasi yang memungkinkan anak belajar dan

berkembang, menyenangkan bagi anak, anak dapat melibatkan seluruh inderanya,

sehingga belajar anak menjadi bermakna. Guru merupakan faktor penentu dalam

memfasilitasi belajar anak.

2.6. Tinjauan Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini

Pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan

maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan

(Sagala, 2013:61). Sedangkan menurut Suyadi, bahwa pembelajaran anak usia

dini dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan

menyiapkan materi (konten) dan proses belajar (Suyadi, 2010:16).

Sujiono mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada

hakikatnya pengembangan kurikulum secara konkret yang berupa seperangkat

rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan

pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus

dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki

anak(Sujiono, 2009:138). Pembelajaran yang berorientasi pada anak usia dini

yang disesuaikan dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati,

kemampuan yang diharapkan mampu dicapai, serta kegiatan belajar dapat

(40)

20

2.6.1. Karakteristik Pembelajaran Anak Usia Dini

Komponen pembelajaran memiliki karakteristik atau ciri-ciri khusus. Menurut

(Wiyani 2012:89), pembelajaran anak usia dini memiliki karakteristik sebagai

berikut:

1. Anak belajar melalui bermain

2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya

3. Anak belajar secara ilmiah

4. Anak belajar paling baik apabila apa yang dipelajarinya

mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna,

menarik, dan fungsional.

2.6.2. Komponen-Komponen Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini

Komponen-komponen sistem pembelajaran meliputi tujuan, materi pelajaran,

metode atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi (Sanjaya, 2013:58).

Sedangkan menurut Mutiah, komponen model pembelajaran meliputi: konsep,

tujuan pembelajaran, materi/tema, langkah/prosedur, metode/strategi, alat/sumber

belajar, dan teknik evaluasi (Mutiah, 2012:120). Standart kompetensi anak usia

dini terdiri atas pengembangan aspek-aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial

emosional, dan kemandirian, bahasa, kognitif, fisik-motorik, dan seni (Suyono

2010:10).

Isi atau materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran atau proses

penyampaian materi. Strategi atau metode pembelajaran selanjutnya merupakan

komponen yang memiliki fungsi yang sangat menentukan. Keberhasilan

pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini. Bagaimanapun lengkap

(41)

21

tepat, maka komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam

proses pencapaian tujuan (Sanjaya 2013:60). Oleh karena itu setiap pendidik perlu

memahami secara baik peran dan fungsi metode dan strategi dalam pelaksanaan

proses pembelajaran.

Menurut (Suyadi, 2010:15), komponen Pendidikan Anak Usia Dini meliputi:

1. Peserta didik

Sasaran layanan Pendidikan Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada

rentang usia 0-6 tahun. Pengelompokan anak berdasarkan pada usia, yaitu

0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-3 tahun, 3-4 tahun, 4-5 tahun, dan 5-6 tahun.

2. Pendidik

Kompetensi pendidik Pendidikan Anak Usia Dini memiliki kualifikasi

akademik sekurang-kurangnya Sarjana (S-1) di bidang PAUD

(S-1/D-IVPG-PAUD), kependidikan lain atau psikologi dan memiliki sertifikasi

profesi guru PAUD atau sekurang-kurangnya telah mendapatkan pelatihan

PAUD. Rasio perbandingan antara pendidik dan jumlah peserta didik

yaitu:

a) Usia 0-1 tahun, rasio 1 pendidik : 3 peserta didik

b) Usia 1-3 tahun, rasio 1 pendidik : 6 peserta didik

c) Usia 3-4 tahun, rasio 1 pendidik : 8 peserta didik

d) Usia 4-6 tahun, rasio 1 pendidik : 10-12 peserta didik

3. Pembelajaran

Pembelajaran anak usia dini dilakukan melalui kegiatan bermain yang

(42)

22

belajar. Materi belajar anak usia dini dibagi menjadi 2 kelompok usia,

yaitu :

a) Materi usia lahir sampai 3 tahun, meliputi pengenalan diri sendiri

(perkembangan konsep diri) pengenalan perasaan (perkembangan

emosi), pengenalan tentang orang lain (perkembangan sosial),

pengenalan berbagai gerak), mengembangkan komunikasi

(perkembangan bahasa), dan keterampilan berfikir (perkembangan

fisik),

b) Materi usia anak 3-6 tahun, meliputi keaksaraan, konsep

matematika, pengetahuan alam, pengetahuan sosial, seni,

teknologi, dan keterampilan proses.

2.7. Tinjauan Tentang Pembinaan

Pembinaan didefinisikan sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan teratur dan

terarah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap serta keterampilan objek yang

dididik dengan tindakan-tindakan berupa pengarahan, bimbingan, pengembangan

(aktualisasi), stimulasi, dan kepiawaian untuk mencapai tujuan yang diharapkan

(Hidayat, 1997:16).

Berdasarkan pengertian tersebut, pembinaan memiliki beberapa prinsip-prinsip,

antara lain :

1. Berlanjutnya usaha pembinaan yang memotivasi subjek didik, yaitu

kesadaran akan apa yang dipelajari dan mengapa harus dipelajari.

2. Berhasilnya usaha suatu latihan ditentukan oleh seberapa jauh anak didik

(43)

23

3. Latihan akan mencapai hasil optimal apabila subjek didik menghayati melalui

pengalaman diri sendiri.

4. Berlangsungnya suatu pembinaan didasarkan atas prinsip perpaduan antara

minat, kebutuhan, dan kemampuan.

5. Pembinaan harus bersifat kontinyu dengan berorientasi ke masa lalu dan masa

depan.

6. Berhasilnya usaha pembinaan ditentukan oleh adanya integrasi antara

berbagai bidang usaha pembinaan dan juga antara pembina dengan yang

dibina.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengamati prinsip-prinsip pembinaan

yang dilakukan oleh guru TK terhadap anak didiknya berupa kemampuan

menghafal surat pendek. Pembinaan yang dilakukan oleh guru merupakan

pembinaan yang terus berulang berupa penanaman pengetahuan, melalui metode,

pola, strategi, dan media yang menunjang pembelajaran tersebut.

2.8. Tinjauan Tentang Hafalan Surat-Surat Pendek

Yang dimaksud menghafal adalah menghafal Al-Quran yang terdiri dari 30 juz

atau beberapa ayat saja (Amin, 2000:243). Menurut (Zawawie, 2011:71)

menghafal Al-Quran bukan hal yang tidak mungkin dan merupakan ibadah yang

sangat dianjurkan. Anjuran menghafal Al-Quran telah ada dalam firman Allah

SWT dalam Al-Quran surat Al-Qamar ayat 22. Sedangkan yang dimaksud dengan

surat pendek adalah sejumlah surat yang terdapat dalam juz amma (juz ke-30)

(44)

24

2.8.1 Bentuk-bentuk Metode Menghafal

Secara praktis, menurut (Ahsin, 1994:63-66) bentuk-bentuk menghafal adalah

sebagai berikut:

1. Metode Wahdah

Metode wahdah, yaitu suatu proses menghafalkan Al-Quran dengan

menghafal satu persatu ayat-ayat. Setiap ayat dibaca berulang-ulang

hingga jelas dan dihafal. Demikian seterusnya hingga mampu

menghafalkan satu halaman, satu lembaran, satu juz, dan akhirnya seluruh

al-Quran.

2. Metode Kitabah

Metode kitabah adalah salah satu cara menghafalkan dengan cara

menuliskan lebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkan pada selembar

kertas. Setelah itu, tulisan tersebut dibaca berulang-ulang hingga lancar

dan benar bacaannya lalu dihafalkan.

3. Metode sama’i

Metode sama’i yaitu satu cara menghafalkan Al-Quran dengan

mendengarkan sesuatu bacaan Al-Quran. Cara seperti ini dapat dilakukan

dengan bantuan seorang guru yang membacakan, sementara penghafalnya

mendengarkan untuk kemudian menirukan, atau mendengarkan dari

rekaman pita kaset. Metode ini dapat dipergunakan untuk anak-anak yang

belum bisa membaca.

4. Metode gabungan

Metode ini merupakan gabungan dari metode wahdah dan metode kitabah.

(45)

ayat-25

ayat yang telah dihafalkan. Setelah penghafal selesai menghafalkan, ia

kemudian menuliskannya apakah sudah benar ataukah belum. Jika telah

benar, maka ia dapat melanjutkan pada materi hafalan berikutnya. Metode

ini memiliki keuntungan ganda, karena selain untuk menghafal juga

memantapkan apa yang telah dihafalkan.

5. Metode Jama’

Metode jama’ adalah satu cara menghafalkan Al-Quran yang telah

dilakukan secara kolektif, bersama-sama. Secara bersama-sama penghafal

mendengarkan bacaan guru kemudian bersama-sama pula membacanya

serta menghafalkan.

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan cara menghafal dengan metode

wahdah dan jama’. Gabungan antara kedua metode ini diharapkan dapat

membantu dan mempermudah anak dalam menghafal suart-surat pendek yang

diajarkan oleh guru yang kelak akan berguna bagi akhlak mereka.

2.8.2.Kegunaan Menghafal

Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa menghafal Al-Quran tidak perlu dan

hanya mengahabis habiskan waktu saja dengan alasan karena Al-Quran itu telah

banyak dicetak dan dikasetkan. Pendapat seperti ini justru keliru, karena dengan

banyaknya dicetak dan dikasetkan itu bisa terjadi kekhilafan dan kekeliruan.

Bahkan ada pula yang berniat buruk yang berusaha masuk keaslian Al-Quran

melalui cetakan dan rekaman itu dan untuk mengetahui kesalahan tersebut dapat

dilakukan melalui perbaikan yang dilakukan oleh orang-orang yang hafal

(46)

26

Selain itu hafalan Al-Quran juga dapat menjadi teman setia bagi orang-orang yang

sedang sendirian, kesedihan, dan sebagainya. Ia seolah-seolah memiliki teman

yang senantiasa menemaninya kemanapun ia pergi, dan dimanapun ia berada.

Menghafal Al-Quran amal ibadah yang mulia dan menentramkan hati yang

gelisah. Oleh sebab itu Rasulullah SAW sangat menganjurkan menghafalkan

Al-Quran, karena disamping menjaga kelestariannya, juga merupakan amal yang

mulia. Dalam shalat juga untuk menjadi imamnya adalah diutamakan orang yang

banyak membaca dan menghafal Al-Quran.

2.9. Landasan Teori

Kajian teori dalam penelitian ini mengacu pada teori belajar instruksional

Menurut Yusuf, istilah instruksional berasal dari kata instruction. Ini bisa berarti

pengajaran, pelajaran, atau bahkan perintah atau instruksi. Di dalam dunia

pendidikan, kata intsruksional tidak diartikan perintah, tetapi lebih mendekati

kedua arti yang pertama, yakni pengajaran dan/atau pelajaran. Istilah pengajaran

lebih bermakna pemberian ajar. Mengajar artinya memindahkan sebagian

pengetahuan guru (pengajar) kepada murid-muridnya (Yusuf, 2010:57).

Proses komunikasi yang terjadi di dalam kelas pada sekolah anak usia dini akan

berjalan dengan baik dan efektif apabila pesan-pesan yang disampaikan dimiliki

oleh masing-masing individu yang terlibat dalam perilaku komunikasi. Begitu

juga dengan teori belajar instruksional. Materi pelajaran akan dicerna dengan

baik, jika materi yang disampaikan dapat dimaknai sama oleh peserta didik

(47)

27

Yusuf menambahkan, dalam istilah instruksional, pembelajaran merupakan proses

belajar yang terjadi akibat tindakan pengajar dalam melakukan fungsinya, yaitu

fungsi yang memandang pihak pelajar sebagai subjek yang sedang berproses

menuju cita-citanya mencapai sesuatu yang bermanfaat kelak. Itulah tujuan akhir

proses belajar yang direncanakan pada sistem instruksional atau pembelajaran,

dan yang akhirnya tujuan-tujuan instruksional itu mengacu kepada tujuan yang

lebih luas, bahkan tujuan yang menjadi panutannya, yaitu tujuan pendidikan

(Yusuf, 2010:63).

Pada kegiatan instruksional terdapat komunikasi. Komunikasi dalam sistem

instruksional ini kedudukannya dikembalikan pada fungsinya yang asal, yaitu

sebagai alat untuk mengubah perilaku sasaran (edukatif). Proses komunikasi

diciptakan secara wajar, akrab, dan terbuka dengan ditunjang oleh faktor-faktor

pendukung lainnya, baik sebagai sarana maupun fasilitas lain, dengan tujuan

supaya mempunyai efek perubahan perilaku pada pihak sasaran (Yusuf, 2010:64).

Para pelaksana instruksional di lapangan seperti guru perlu mengetahui proses

perubahan perilaku yang terjadi pada seseorang atau sasaran secara baik. Hal ini

terjadi karena dengan mengetahui masalah-masalah tersebut, para komunikator

tadi bisa melakukan tugas atau kegiatannya dengan baik, terencana, terkendali dan

terevaluasi sehingga kegiatannya tidak asal jalan tanpa arah yang nyata.

Komunikator yang baik, tepatnya seorang pengajar yang baik, mengetahui bahwa

hubungan manusiawi yang akrab dan terbuka dapat menciptakan komunikasi yang

berhasil. Capaian-capaian instruksional yang telah ditetapkan, diupayakan

(48)

28

Metode, media dan fasilitas komunikasi lainnya dioptimalkan pendayagunaannya

untuk mencapai tujuan instruksional (Yusuf, 2010:54).

Dalam penelitian ini, teori belajar instruksional digunakan untuk menjelaskan

bahwa kemampuan anak dalam menghafal surat-surat pendek salah satunya dapat

dibentuk oleh metode atau strategi yang diberikan guru kepada peserta didik

melalui usaha pembinaan atau pengajaran yang pada akhirnya menciptakan tujuan

utama dalam pembelajaran tersebut yaitu untuk merubah perilaku sasaran kearah

yang lebih baik dalam bidang pendidikan maupun keagamaan.

Selain teori instruksional, dalam penelitian ini terdapat teori lain yang mendukung

penelitian, yaitu teori komunikasi antar pribadi yang menyebutkan bahwa

komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi antara dua orang atau lebih

secara tatap muka, yang memungkinkan setiap individunya menangkap reaksi

orang lain secara langsung, baik dalam bentuk verbal dan nonverbal (Mulyana,

2004:73). Komunikasi antar pribadi dianggap paling ampuh dalam kegiatan

mengubah sikap dan perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi ini

berlangsung secara tatap muka antara komunikan dan komunikator yang dalam

penelitian ini guru dan murid, yang secara otomatis dapat terjadi kontak pribadi

(personal contact) yaitu pribadi guru menyentuh pribadi murid. Oleh karena

kehebatannya dalam mengubah sikap dan perilaku, maka bentuk komunikasi antar

pribadi sering kali digunakan untuk menyampaikan komunikasi persuasif, yakni

suatu teknik komunikasi yang sifatnya halus berupa ajakan dan bujukan atau

rayuan.

Secara umum, teori komunikasi dibagi kedalam beberapa bagian yang disesuaikan

(49)

29

Dari berbagai teori komunikasi yang ada, teori yang peneliti gunakan dalam

penelitian tentang proses belajar mengajar ini adalah teori komunikasi antar

pribadi. Guru dapat mensiasati dan menggunakan kesempatan untuk melakukan

komunikasi dengan murid melalui situasi dan kondisi yang tepat untuk

mengajarkan hafalan surat-surat pendek yang dalam proses berkomunikasi

didukung dengan adanya kegiatan verbal dan nonverbal yang ditunjukkan guru

kepada murid. Selain itu hal diatas tidak terlepas dari adanya komunikasi antar

pribadi yang dilakukan oleh guru kepada setiap muridnya. Komunikasi ini

(50)

30

2.10. Kerangka Pikir

Guru TK

Strategi Komunikasi

1. Menggunakan Audio

2. Gabungan Antara Metode Menghafal Wahdah dan Jama

Komunikasi Verbal

1. Bahasa guru untuk

membangkitkan semangat anak

2. Memotong kata-kata dalam surat

Komunikasi Nonverbal

1. Gerakan tubuh guru dalam proses mengajarkan menghafal surat pendek

2. Eye Contact

3. Ekspresi Wajah 4. Paralanguage

5. Jarak fisik

Kemampuan Anak Didik Dalam Menghafal

(51)

31

1. Strategi komunikasi dilakukan oleh guru TK Ar-Raudah pada anak didik saat

proses belajar di dalam kelas. Dalam komunikasi yang terjadi ada hubungan

saling timbal balik dan interaksi pada peserta didik dan guru. Peran guru

disini sebagai pembimbing juga memberikan pengajaran tentang bagaimana

cara mengajarkan anak untuk menghafal surat pendek.

2. Teori komunikasi instruksional digunakan dalam proses pembelajaran yang

sering dipakai oleh guru dengan strategi dan metode yang disesuaikan dengan

situasi di dalam kelas. Teori instruksional ini merupakan bagian dari

komunikasi pendidikan yakni proses komunikasi yang dipola dan dirancang

secara khusus untuk mengubah perilaku sasaran dalam komunitas tertentu

kearah yang lebih baik.

3. Dalam prosesnya, terdapat hubungan timbal balik antara guru dan murid.

Dengan cara bertatapan langsung (face to face)dan ditambah komunikasi

verbal juga nonverbal, diharapkan dapat mempermudah anak dalam belajar

menghafal surat-surat pendek. Maka dalam penelitian ini, peneliti juga

(52)

32

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan

dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Tipe penelitian dipergunakan

setelah peneliti memperhitungkan kewajarannya. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode penelitian deskriptif melalui pendekatan metode kualitatif.

Menurut Isaac dan Michael dalam (Rakhmat, 2005:22), metode penelitian

deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan melukiskan secara sistematis

fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan

cermat.

Penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi

objek yang alamiah (Sugiyono, 2009:1). Sedangkan menurut Danzin dan Lincoln

dalam (Nazir, 2000:13), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan

pada interpretasi dalam kerangka pendekatan naturalistik. Tujuan dari seorang

peneliti kualitatif adalah mempelajari sesuatu pada suatu gambaran yang sesuai

dengan kenyataan, menekankan pada interpretasi untuk memahami pemahaman

(53)

33

Metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati (Moleong, 2000:4).

Dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif, maka membantu

penulis untuk dapat melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

dan menjelaskan strategi komunikasi guru TK dalam membina kemampuan

menghafal suat pendek pada murid.

3.2. Fokus Penelitian

Masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus. Penetapan fokus dalam

penelitian kualitatif sangat penting karena untuk membatasi dan untuk

menyarankan pelaksanaan suatu pengamatan. Fokus penelitian dalam penelitian

kualitatif bersifat tentatif artinya dapat berubah sesuai dengan situasi dan latar

penelitian.

Memfokuskan dan membatasi pengumpulan data dapat dipandang

kemanfaatannya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi dan ini merupakan

bentuk pra-analisis yang mengesampingkan variabel-variabel yang tidak berkaitan

untuk menghindari pengumpulan data yang melimpah.

Fokus penelitian ini mengenai “Strategi Komunikasi Guru TK dalam Membina

Kemampuan Menghafal Surat Pendek”, adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana strategi komunikasi dan metode menghafal yang digunakan

guru Ar-Raudah dalam membina kemampuan menghafal surat pendek

(54)

34

b. Apa saja pilihan komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal serta

tujuannya memotong setiap kalimat menjadi kata dalam surat yang

digunakan guru dalam proses mengajarkan menghafal surat pendek pada

murid.

3.3. Lokasi Penelitian

Merupakan lokasi di mana sebuah penelitian berlangsung, baik sejak pengamatan,

pengambilan data, dan pengolahan. Penelitian ini dilakukan di Ar-Raudah

Playgroup and Kindergarten yang berlokasi di Jalan Tamin No.68 Tanjung

Karang Pusat, Bandar Lampung. Ar-Raudah Playgroup and Kindergarten

merupakan taman kanak-kanak yang bernuansa islami, sehingga Pendidikan

Agama Islam (PAI) sangat diutamakan. TK Ar-Raudah dilengkapi dengan sarana

dan prasarana yang baik sehingga sangat mendukung proses pembelajaran.

3.4. Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Moleong, 2000:97). Informan

merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti.

Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah teknik purposive

(disengaja).

Teknik purposive bersifat tidak acak, di mana subjek penelitian dipilih

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Menurut Spradley dalam

Moleong (2004:165), informan harus memiliki beberapa kriteria yang harus

dipertimbangkan, adapun beberapa kriteria/syarat informan dalam penelitian ini

(55)

35

a. Kriteria Informan A (Kepala Sekolah dan Guru-guru)

Kepala Sekolah yang turut serta menentukan kebijakan dalam pembentukan

strategi komunikasi di Ar-Raudah Playgroup and Kindergarten dan juga guru

yang turut serta dalam pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan proses

pembinaan menghafal surat pendek di dalam kelas, sehingga memahami seluk

beluk pelaksanaan kegiatan strategi komunikasi di Ar-Raudah Playgroup and

Kindergarten, selain itu guru yang dipilih adalah guru yang telah

berpengalaman dalam mengajar lebih dari 5 tahun. Hal ini karena guru yang

sudah mengajar cukup lama dianggap telah berhasil menciptakan strategi yang

baik dalam menyampaikan pesannya kepada murid. Dari hasil turun lapangan

maka peneliti mendapatkan 5 informan, yaitu:

1. Suci Indah Murni, Spd. selaku Kepala Sekolah dari TK Ar-Raudah

Playgroup and Kindergarten dengan masa kerja selama 9 tahun, dan dari

lulusan D3 Bahasa Inggris.

2. Setiawati Utami, A.Ma. selaku guru dari kelas Lebah 1 dengan masa kerja

selama 8 tahun, dan dari lulusan D2 PGTK.

3. Nur Apriyani, A.Ma. selaku guru dari kelas Lebah 2 dengan masa kerja

selama 13 tahun, dan dari lulusan D2 PGTK.

4. Dahliah, A.Ma. selaku guru dari kelas Semut 1 dengan masa kerja selama

13 tahun, dan dari lulusan D2 PGTK.

5. Aprilia, A.Ma. selaku guru dari kelas Semut 2 dengan masa kerja selama 7

(56)

36

b. Kriteria Informan B (Wali Murid)

Wali murid yang terlihat sering mengantar anak ke sekolah dan menunggu

anak-anaknya hingga pulang di kantin sekolah (Ibu Rumah Tangga). Serta wali

murid yang mengikuti dan memperhatikan perkembangan anak di sekolah dan

di rumah. Dari hasil turun lapangan maka peneliti mendapatkan 4 informan,

yaitu:

1. Dewi, yang memiliki anak di kelas Lebah 1 bernama Fefe, yang terlihat

setiap hari mengantarkan dan menunggu anaknya di kantin sekolah hingga

jam sekolah usai.

2. Risfa, yang memiliki anak di kelas Lebah 2 bernama Fadhil, yang terlihat

sering mengantarkan dan menunggu anaknya di kantin sekolah hingga jam

sekolah usai.

3. Wiwien, yang memiliki anak di kelas Semut 1 bernama Nio, yang terlihat

sering mengantarkan dan menunggu anaknya di kantin sekolah hingga jam

sekolah usai.

4. Feby, yang memiliki anak di kelas Semut 2 bernama Dinda, yang terlihat

setiap hari mengantarkan dan menunggu anaknya di kantin sekolah hingga

jam sekolah usai.

3.5. Sumber Data

Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan, yaitu:

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan baik melalui

pengamatan sendiri, maupun melalui daftar pertanyaan yang telah disiapkan

Gambar

Tabel 1. Jumlah murid TK Ar-Raudah

Referensi

Dokumen terkait

Overall, having acquired the characteristics of each cluster, five different segment of agents are obtained, namely: the best agent (Best), an agent which has a

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Desa Motongkad Utara belum memiliki fasilitas sistem penyediaan air bersih sehingga diperlukan adanya perencanaan sistem

Terapi kombinasi fibrat (fenofibrat) dengan statin pada pasien DM tidak lebih baik dari terapi statin saja dalam menurunkan laju kejadian kardiovaskular kecuali

Pengujian pengaruh pada produk politik terhadap keputusan pemilih adalah negatif sebesar -0,0029 atau -0.29%, yang berarti produk politik atau kualitas produk politik di

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan kesehatan, dan shalawat serta salam selalu tercurah kepada

Artikel ini memaparkan hasil percobaan pengaruh panjang dan diameter batang bahan stek terhadap pertumbuhan, perkembangan bibit jarak pagar dan daya adaptasi

Gambaran sinyal ECG pada subjek pre exercise pada awalnya dalam kondisi normal, setelah menjalankan exercise selama 15 menit dan minum minuman.. Sedangkan pada

Lichenes yang di temukan di lokasi tersebut sebanyak 24 jenis yang termasuk ke dalam 15 famili, berbeda dengan kondisi penelitian ini yaitu di kawasan