• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PEDAGANG JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN PEWARNA RHODAMIN B DI KECAMATAN SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PEDAGANG JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN PEWARNA RHODAMIN B DI KECAMATAN SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PEDAGANG JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN PEWARNA RHODAMIN B DI KECAMATAN

SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

Oleh

AULIA AGRISTIKA

Latar Belakang. Pewarna Rhodamin B merupakan jenis pewarna tekstil yang dilarang digunakan untuk bahan tambahan pangan karena memiliki efek yang buruk terhadap kesehatan. Kurangnya pengetahuan dan sikap pedagang jajanan sekolah dasar menyebabkan masih tingginya penggunaan Rhodamin B.

Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri terhadap perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B.

Metode Penelitian. Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode Observasional dengan pendekatan Cross Sectional (mempelajari hubungan sebanyak satu kali dan bersamaan), dengan alat dan instrumen penelitian berupa kuesioner dan tes kit BPOM.

Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua responden (n=37) sebagian besar pedagang berumur produktif yakni 20-40 tahun (59,4%), pedagang dengan jenis kelamin terbanyak adalah wanita yaitu 28 pedagang (75,7%), dengan tingkat pendidikan yang baik yakni SMA-Perguruan Tinggi sebanyak 18 pedagang (48,6%), dengan lama berdagang 1-10 tahun sebanyak 27 pedagang (72,9%), yang memiliki pengetahuan baik (54,1%) sebanyak 20 pedagang, sikap pedagang yang mayoritas kurang sebanyak 22 pedagang (59,2%), dan perilaku pedagang mayoritas menggunakan pewarna Rhodamin B yakni sebanyak 19 pedagang (51,4%).

Simpulan. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan Rhodamin B dengan nilai p=0,001; begitu pula dengan sikap terhadap perilaku penggunaan Rhodamin B yang memiliki hubungan bermakna dengan nilai p=0,002.

(2)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF CHILDREN PRIMARY STATE SNACKS TRADERS OF USAGE BEHAVIOR OF DYE RHODAMIN BIN DISTRICT OF SUKARAME

BANDAR LAMPUNG 2015

By

AULIA AGRISTIKA

Background. Dye Rhodamine B is a type of textile dyes are banned from use in food additives because it has a bad effect on the health. Lack of knowledge and attitude of children primary state snacks traders led to the high use of Rhodamine B.

Aim. This study aims to determine the relationship between knowledge and attitude of street food vendors in public primary school children on usage behavior of dye Rhodamine B.

Research Method. This study was observational research method with cross sectional approach (studying the relationship as much as one and the same), with the research tools and instruments a questionnaire and a test kit from BPOM. Results. The results showed that all of respondents (n=37) most traders the productive age of 20-40 years (59.4%), traders with the highest gender was a woman of 28 traders (75.7%), with a good level of the old high school education college of as many as 18 traders (48.6%), with 1-10 year old trade as many as 27 traders (72.9%), which has a good knowledge (54.1%) of 20 merchants, traders attitude of the majority was less by 22 traders (59.2%), and the behavior of the majority traders using Rhodamine B dye that as many as 19 traders (51.4%). Conclusion. There was a significant association between knowledge and usage behavior of Rhodamine B with p=0.001; as well as the attitude toward the usage behavior of Rhodamine B which has a significant relationship with p=0.002.

(3)

iii

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PEDAGANG JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN PEWARNA RHODAMIN B DI KECAMATAN

SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

Oleh

AULIA AGRISTIKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sekampung, Lampung Timur pada tanggal 23 April 1992, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Mariyanto, SP dan Ibu Herawati.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Al-Qur’an Metro pada tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Al-Qur’an Metro pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 3 Metro pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 3 Metro pada tahun 2010.

(8)

PERSEMBAHAN

Untuk Ibu dan Ayah atas segala kasih sayang, doa, motivasi, dan kesabarannya.

(9)

MOTO

“ Jadilah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, tumbuh di tepi

jalan. Dilempar buahnya dengan batu, tetapi tetap dibalas

dengan buah”

MAN JADDA WAJADA

siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil

MAN SHABARA ZHAFIRA

siapa yang bersabar pasti beruntung

MAN SARA ALA DARBI WASHALA

(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T., karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pedagang Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Terhadap Perilaku Penggunaan Pewarna Rhodamin

B di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung Tahun 2015adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Azelia Nusadewiarti, MPH selaku pembahas yang telah bersedia meluangkan waktu, memberi kritik, saran serta nasihat yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini;

(11)

xi

3. dr. Rika Lisiswanti, M.Med Ed, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk meluangkan waktunya, memberikan bimbingan, saran, kritik, serta nasihat-nasihat dalam proses penyelesaian skripsi ini; 4. dr. Khairun Nisa, M.Kes., AIFO, selaku Pembimbing Akademik sejak

semester awal hingga akhir di Fakultas Kedokteran yang telah meluangkan waktu diantara kesibukannya;

5. Ayah Mariyanto, S.P., yang selalu mendoakan, membimbing, menguatkan, dan tidak pernah lupa mengingatkan saya untuk selalu mengingat Allah S.W.T. Semoga Allah selalu melindungi dan menjadikan ladang pahala di akhirat kelak;

6. Ibu Herawati yang selalu mendengar segala keluh kesah, mendoakan, membimbing, dan memberikan kasih sayangnya. Semoga Allah selalu melindungi dan menjadikan ladang pahala di akhirat kelak;

7. Adik-adik saya, Arya Permana dan Adi Sheza Satria, yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, canda, dan kasih sayangnya. Juga keluarga besar saya yang ada dimana-mana, terima kasih untuk dukungan, dan doa nya.

8. Teman saya J Hamdan Sanjaya, S.P., terima kasih sudah bersedia merepotkan diri untuk menjadi kakak dan membimbing, mendukung dan mendoakan, dan berbagi pengalaman.

(12)

10.Seluruh Staf Tata Usaha, Akademik, pegawai, dan karyawan FK Unila; Pak Makmun, Mba Lisa, Mba Luthfi, Mba Qori, Mba Ida, Mba Yulis, Mas Heri, Pak Iskandar, Mas Bayu dan civitas akademik lainnya yang telah memberikan doa, semangat, motivasi, dan nasihat selama pembelajaran di FK Unila;

11.Teman-teman sejak awal propti, Cici Yuliana Sari, Magista Vivi Anisa, Jeanna Salima, Gita Augesti, Putri Fitriana, Putri Rinawati, Bianti Nuraini, dan Anisa Ratya. Terima kasih atas kebersamaan, kerjasama, cerita, dan candaannya yang membuat suasana menjadi lebih ceria dan ramai;

12.Teman-teman satu kosan Ayu Aprilia, Restyana NF, Selvia Farahdina, terima kasih atas segala bantuannya, nasihatnya, semangatnya, tawanya, sedihnya, dan kekonyolannya.

13.Teman yang sudah pindah kosan Ratih Nur Indah S yang dengan baiknya mau telaten mendengarkan dan membantu saya, Melly Anida yang selalu bilang “selow selow” sampai sekarang.

14.Teman-teman tak terduga Mirna Candra Dewi dan Ani Yuli Yanti, terima kasih atas segala bantuannya dan maaf jika selalu merepotkan.

(13)

xiii

Belinda, Marizka, Hein, Jaya, Anwar, Fitri, Asih, Azatu, Diah, Nor, Diano, Syafiq, Neola, Andina, Kartika, Mirdes, Ika, Dika, Imay, Nayuv, Okta, Fabella, Erot, Karimah, Niluh, Tegar, Bulan, Naomi, Lina, Dea, Berta, Pufit, Yuda, Agung, Fariz, Gilang, Sakinah, Bono, Rifka, Tata, Aryati, Ririn, Ega, Zuy, RestyR, Tiwi Aminah, Taufiq, Baji, Raissa, Tagor, Fira, Desta, Mahe, Yusi, Vivi, Budiman, Satria, Yudo, Rizqun, Dessy, Tiwi, Nyimas, Jihan, dan Mardi. Terima kasih atas segala suka duka, motivasi, keriuhan, dan kebersamaan yang terjalin selama 4 tahun ini;

16.Kakak-kakak dan adik-adik tingkat angkatan 2002-2015 (Kak Nora, Uni Ririn, Mbak Ima, Indah SN, Lana A, Indri, Leo, Dita, Natasya, Ajeng dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu) yang sudah memberikan semangat kebersamaan dan bantuan dalam satu kedokteran.

17.Teman-teman baru di Laboratorium Pertanian, yang sudah membantu proses penelitian saya Pak Beki, asisten lab Ani Agung Asmara, mantan asisten lab Evanjelina Pristica.

18.Teman-teman dan keluarga KKN di Labuhan Ratu VI, Bapak dan Ibu Karyanto, arif, buero, ardiansyah, anwar sadat lubis, mbak ana, Andi MS, Ratu Aqila AK, Ayu Kumala S. Terima kasih untuk kebersamaan yang tetap terjalin, untuk doa dan dukungannya, untuk pelajarannya pengalamannya, untuk suka dukanya juga.

(14)

20.Teman-teman di “skies potograph” terutama mbak tyas, yang selalu memberikan permen lolipop dan cokelat kesukaan, atas doa dan dukungannya juga.

21.Pak Radi dan mbak prapti yang setia membukakan gerbang saat pulang kekosan terlalu larut.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, November 2015 Penulis

(15)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Daftar zat pewarna yang dinyatakan sebagai pewarna berbahaya…. 9

Tabel 2. Definisi Operasional…….………. 38

Tabel 3. Karakteristik pedagang berdasarkan umur... 45

Tabel 4. Karakteristik pedagang berdasarkan jenis kelamin... 45

Tabel 5. Karakteristik pedagang berdasarkan tingkat pendidikan... 46

Tabel 6. Karakteristik pedagang berdasarkan lama berdagang... 46

Tabel 7. Distribusi pengetahuan pedagang... 47

Tabel 8. Distribusi sikap pedagang... 48

Tabel 9. Distribusi perilaku pedagang... 48

Tabel 10. Distribusi hubungan pengetahuan pedagang dengan perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B... 49

Tabel 11. Distribusi hubungan sikap pedagang dengan perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B... 50

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Informed Consent

2. Persetujuan Setelah Penjelasan 3. Etik Penelitian

4. Surat Izin Penelitian 5. Kuesioner Penelitian 6. Jawaban Kuesioner 7. Dummy Table 8. Uji Validitas

9. Data Karakteristik Responden 10.Data Hasil Kuesioner

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Kimia Rhodamin B……… 8

2. Kerangka Teori Penelitian……… 33

3. Kerangka Konsep Penelitian……… 34

(18)

DAFTAR ISI

1. Pengertian Pengetahuan ... 14

2. Tingkat Pengetahuan ... 14

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 16

D. Sikap ... 17

1. Pengertian Sikap ... 17

2. Komponen Pokok Sikap ... 18

3. Tingkatan Sikap ... 18

4. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap ... 19

E. Perilaku ... 20

1. Pengertian Perilaku ... 20

(19)

xvi

3. Proses Pembentukan Perilaku ... 23

4. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku ... 24

5. Determinan Perilaku ... 25

6. Teori Perubahan Perilaku ... 26

7. Bentuk Perubahan Perilaku ... 30

8. Strategi Perubahan Perilaku ... 31

F. Indikator Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku ... 32

G. Kerangka Teori ... 33 A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 44

B. Karakteristik Pedagang ... 44

C. Analisis Univariat ... 47

1. Pengetahuan pedagang terhadap pewarna Rhodamin B ... 47

2. Sikap pedagang terhadap penggunaan pewarna Rhodamin B .... 47

3. Perilaku pedagang terhadap penggunaan pewarna Rhodamin B ... 48

D. Analisis Bivariat... 49

1. Hubungan pengetahuan pedagang dengan penggunaan pewarna Rhodamin B ... 49

2. Hubungan sikap pedagang dengan penggunaan pewarna Rhodamin B ... 49

E. Pembahasan... 50

1. Karakteristik Pedagang ... 50

(20)

1.2 Jenis Kelamin ... 51

1.3 Tingkat Pendidikan ... 51

1.4 Lama Berdagang ... 52

2. Analisis Univariat ... 52

2.1 Pengetahuan pedagang terhadap pewarna Rhodamin B ... 52

2.2 Sikap pedagang terhadap penggunaan pewarna Rhodamin B ... 54

2.3 Perilaku pedagang terhadap penggunaan pewarna Rhodamin B ... 55

3. Analisis Bivariat ... 56

3.1 Hubungan pengetahuan pedagang dengan penggunaan pewarna Rhodamin B ... 56

3.2 Hubungan sikap pedagang dengan penggunaan pewarna Rhodamin B ... 58

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu hal yang menjadi kebiasaan anak sekolah, terutama anak sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan dengan jajanan sekolah dikarenakan warna yang menarik, rasa yang menggugah selera, dan harga yang relatif terjangkau. Uang saku yang diberikan orang tua mereka, dihabiskan untuk membeli jajanan yang kurang memenuhi standar gizi. Oleh karena itu, pemilihan makanan jajanan yang aman dan berkualitas perlu diperhatikan. Jajanan yang aman diartikan sebagai makanan jajanan yang tidak membahayakan kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu sedangkan jajanan berkualitas diartikan sebagai jajanan mengandung nilai gizi yang cukup. Mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat baik dari segi mutu maupun keamanannya dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan antara lain, keracunan makanan, diare, dan sebagainya yang dinamakan foodborn disease (Fadilah, 2006).

(22)

menyumbang asupan gizi dan energi penting bagi anak sekolah (Adam et al., 2004). Kebiasaan jajan anak merupakan istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makan dan makanan seperti frekuensi makan, jenis makanan, kepercayaan terhadap makanan (pantangan), dan cara pemilihan makanan (Syafitri et al., 2009).

Pada umumnya kebiasaan yang sering menjadi masalah adalah kebiasaan makan di kantin atau warung di sekitar sekolah dan kebiasaan makan fast food. Jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street food (Judarwanto, 2012). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MenKes/SK/VII/2003 makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan ditempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel.

(23)

3

B pada produknya mungkin dapat disebabkan oleh pengetahuan yang tidak memadai mengenai bahaya penggunaan bahan kimia tersebut pada kesehatan dan juga karena tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah. Selain itu, Rhodamin B sering digunakan sebagai pewarna makanan karena harganya relatif lebih murah daripada pewarna sintetis untuk pangan, warna yang dihasilkan lebih menarik dan tingkat stabilitas warnanya lebih baik daripada pewarna alami. Rhodamin B sering disalahgunakan pada pembuatan kerupuk, terasi, cabe merah giling, agar-agar, aromanis/kembang gula, manisan, sosis, sirup, minuman, dan lain-lain. Konsumsi Rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati (O’Neil et al., 2006 dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005).

(24)

pedagang mengenai penggunaan pewarna Rhodamin B sudah baik (65,90%). Dari 44 sampel, didapatkan 4 pedagang yang positif menggunakan pewarna Rhodamin B (9,09%) dan 40 lainnya tidak (90,91%), serta dari 4 pedagang yang positif menggunakan pewarna Rhodamin B tersebut 3 diantaranya memiliki sikap yang kurang baik terhadap penggunaan pewarna Rhodamin B.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis, didapatkan 37 pedagang jajanan olahan yang tersebar di 6 Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung. Makanan olahan tersebut seperti kornet berbentuk batang, kornet berbentuk lingkaran yang ditengahnya terdapat gambar bintang, nugget, dan martabak saus. Jajanan tersebut sangat diminati oleh siswa-siswi dan ditunjang dengan keadaaan ekonomi masyarakat di daerah tersebut rata-rata merupakan kelas menengah, sehingga kebutuhan akan konsumsi jajanan pada anak sekolah di daerah tersebut juga meningkat. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri dengan perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

(25)

5

dasar negeri terhadap perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B di kecamatan Sukarame Bandar Lampung ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pedagang jajanan anak di 6 Sekolah Dasar Negeri terhadap perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran pengetahuan pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri dalam penggunaan pewarna Rhodamin B di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.

2. Mengetahui gambaran sikap pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri dalam penggunaan pewarna Rhodamin B di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.

3. Mengetahui gambaran perilaku pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri dalam penggunaan pewarna Rhodamin B di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.

4. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.

(26)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam merencanakan serta melaksanakan penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri terhadap perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.

2. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai zat kimia berbahaya (Rhodamin B) yang terkandung dalam jajanan yang dijual di lingkungan sekolah dasar negeri di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.

3. Bagi instansi terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah agar menetapkan peraturan mengenai jajanan yang sehat di lingkungan sekolah dasar negeri di kecamatan Sukarame Bandar Lampung, dan bagi BPOM diharapkan dapat membantu menjalankan fungsi pengawasan keamanan pangan.

4. Bagi pedagang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pewarna Rhodamin B yang merupakan pewarna sintetik dan dilarang penggunaannya dalam pengolahan pangan.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rhodamin B

(28)

Rhodamin B dapat larut dalam alkohol, HCL dan NaOH selain mudah larut dalam air (Wisnu, 2008)

Gambar 1. Struktur kimia Rhodamin B Sumber : Wisnu ( 2008)

Keterangan gambar :

Nama Kimia : N-[9-(carboxyphenil)-6-(diethylamino)-3H-xanten -3-ylidene]-N-ethylethanaminium clorida

Nama Lazim : tetraethylrhodamine; D&C Red No. 19; Rhodamin B clorida; C.I. Basic Violet 10; C.I. 45170

Rumus Kimia : C12H31ClN2O3

BM : 479

Pemerian : Hablur Hijau atau serbuk ungu kemerahan

(29)

9

Tabel 1. Daftar zat pewarna berbahaya (*)

No Nama No Indeks

13 Indanthrene Blue RS 69800

14 Magenta* 42510

15 Methanyl Yellow* 13065

16 Oil Orange SS* 12100

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 239/MenKes/Per/V/85

(30)

untuk pangan, warna yang dihasilkan lebih menarik dan tingkat stabilitas warnanya lebih baik daripada pewarna alami. Rhodamin B sering disalahgunakan pada pembuatan kerupuk, terasi, cabe merah giling, agar-agar, aromanis/kembang gula, manisan, sosis, sirup, minuman, dan lain-lain. Ciri-ciri pangan yang mengandung rhodamin B antara lain :

1. Warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok. 2. Terkadang warna terlihat tidak homogen (rata) 3. Ada gumpalan warna pada produk

4. Bila dikonsumsi rasanya sedikit lebih pahit.

Biasanya produk pangan yang mengandung Rhodamin B tidak mencantumkan kode, label, merek, atau identitas lengkap lainnya. Menurut World Health Organitation, Rhodamin B berbahaya bagi kesehatan manusia karena sifat kimia dan kandungan logam beratnya. Rhodamin B mengandung senyawa klorin (Cl). Senyawa klorin merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan reaktif. Jika tertelan, maka senyawa ini akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan cara mengikat senyawa lain dalam tubuh, hal inilah yang bersifat racun bagi tubuh. Selain itu, Rhodamin B juga memiliki senyawa pengalkilasi (CH3-CH3) yang bersifat radikal sehingga dapat berikatan dengan protein, lemak, dan DNA dalam tubuh.

(31)

11

Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Jika pewarna ini atau Rhodamin B dikonsumsi dalam jumlah besar dan berulang, maka akan terjadi penumpukan dalam tubuh yang dapat menyebabkan iritasi pada mukosa saluran pencernaan, dan bila terhirup dapat mengiritasi saluran pernafasan, jika terkena kulit dapat mengiritasi kulit, jika terkena mata maka mata menjadi kemerahan dan udem (Yulianti, 2007), serta dapat menimbulkan kerusakan pada beberapa organ seperti hepar, ginjal, maupun limpa (Trestiati, 2003).

Prosedur pengujian senyawa sintetik warna merah (Rhodamin B) pada makanan atau minuman adalah :

a. Ambil 1 sendok teh bahan makanan yang akan diuji, lalu cacah menjadi bagian-bagian kecil atau iris menjadi bagian kecil-kecil (kalau bahan yang akan diuji berupa cairan ambil 1 sendok teh/2-3 ml). b. Tambahkan air panas sebanyak 2 sendok makan (10 ml), lalu aduk

agar Rhodamin B yang ada pada makanan tertarik kedalam fase air. Biarkan dingin. Jika produk berupa cairan, cukup gunakan air dingin dengan jumlah/volume yang sama.

c. Ambil 1 sendok teh (sekitar 1-2 ml) fase air. Tambahkan reagent a sebanyak 10 tetes, kocok dengan keras atau kencang atau dapat menggunakan vortex untuk pengocokan.

d. Warna merah pada larutan akan menghilang atau berkurang drastis intensitas warnanya.

(32)

ungu lembayung pada lapisan atas, terdapat pewarna sintesis merah (Rhodamin B) pada makanan atau minuman yang diuji.

Prinsipnya adalah pembentukan senyawa kompleks berwarna ungu lembayung dari Rhodamin B dengan garam amnion yang larut dalam pelarut organik (Easy Test, 2011).

B. Makanan Jajanan

Makanan jajanan (Street Foods) adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, di tempat pemukiman serta lokasi yang sejenis (Daniaty, 2009). Makanan jajanan menurut FAO (Food Agriculture Organisation) didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut (Judarwanto, 2012).

(33)

13

1. Jenis Makanan Jajanan

Pada umumnya makanan jajanan dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu:

a. Makanan utama atau main dish yaitu nasi rames, nasi rawon, nasi pecel, dan sebagainya.

b. Panganan atau snack yaitu kue, onde-onde, pisang goreng, dan sanck pabrikan lainnya.

c. Golongan minuman yaitu es teler, es buah, the, kopi, dewet, jenang, es cukur (campur) dan minuman pabrikan lainnya.

d. Buah-buahan segar yaitu mangga, durian, dan sebagainya (Daniaty, 2009).

2. Fungsi Makanan Jajanan

(34)

C. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2010).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

(35)

15

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

(36)

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Soekidjo Notoadmojo (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

c. Keyakinan

(37)

17

bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

d. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuann seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

D. Sikap

1. Pengertian Sikap

(38)

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).

2. Komponen Pokok Sikap

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

3. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010) tingkatan sikap terdiri dari : a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

(39)

19

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu: a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

(40)

c. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

d. Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e. Lembaga Pendidikan Dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

f. Faktor Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

E. Perilaku

1. Pengertian perilaku

(41)

21

maupun tidak langsung. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Dalam Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoadmodjo, 2010).

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoadmojo (2010), seorang ahli psikologi pendidikan, membagi perilaku manusia ke dalam tiga bentuk yaitu:

a. Kognitif, dimana unsur yang dapat diamati recall of facts, interpretation of data, dan problem solving. Unsur ini berisi kepercayaan individu yang berhubungan dengan hal-hal bagaimana individu mempersepsi terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan, pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain).

(42)

c. Psikomotor, dimana unsur yang dapat diamati adalah immitation, control, dan automatism. Unsur ini disebut juga komponen perilaku, yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.

2. Konsep Perilaku

Didalam hubungannya dengan upaya pengamatan terhadap perubahan perilaku sebagai hasil dari suatu proses, maka Rogers (1974) di dalam konsep innovation decision process mengemukakan bahwa tingkah laku individu atau kelompok akan selalu dimulai dari suatu proses. Proses-proses tersebut melalui liam tahapan sebagai berikut :

a. Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dan mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik), dalam hal ini sikap subjek terhadap stimulus atau objek tertentu sudah mulai muncul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang), dalam hal ini subjek menimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, dimana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa

(43)

23

e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku, baru sesuai dengan pengetahuan kesadarannya dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2010).

3. Proses Pembentukan Perilaku

Sebagian besar perilaku manusia adalah operant respons instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsangan tertentu. Karena itu untuk membentuk jenis respons/perilaku ini perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu, yang disebut operant conditioning ini menurut Skinner (1938) adalah sebagai berikut :

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki, kemudian disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada pembentukan perilaku yang dimaksud.

c. Dalam menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.

(44)

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Sunaryo (2004) dalam berperilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Faktor genetik atau endogen, merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu, antara lain:

1) Jenis ras, setiap ras mempunyai pengaruh terhadap perilaku yang spesifik, saling berbeda satu sama yang lainnya.

2) Jenis kelamin, perilaku pria atas dasar pertimbangan rasional atau akal sedangkan pada wanita atas dasar emosional.

3) Sifat fisik, perilaku individu akan berbeda-beda sesuai dengan sifat fisiknya.

4) Sifat kepribadian, merupakan manifestasi dari kepribadian yang dimiliki sebagai perpaduan dari faktor genetik dengan lingkungan.

5) Bakat pembawaan, merupakan interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan serta tergantung adanya kesempatan untuk pengembangan.

6) Intelegensi, merupakan kemampuan untuk berpikir dalam mempengaruhi perilaku.

b. Faktor dari luar individu atau faktor eksogen, faktor ini juga berpengaruh dalam terbentuknya perilaku individu antara lain: 1) Faktor lingkungan, merupakan lahan untuk perkembangan

(45)

25

2) Pendidikan, proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan perilaku individu maupun kelompok.

3) Agama, merupakan keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi kepribadian seseorang yang berpengaruh dalam perilaku individu.

4) Sosial ekonomi, salah satu yang berpengaruh terhadap perilaku adalah lingkungan sosial ekonomi yang merupakan sarana untuk terpenuhinya fasilitas.

5) Kebudayaan, hasil dari kebudayaan yaitu kesenian, adat istiadat, atau peradaban manusia, mempunyai peranan pada terbentuknya perilaku.

5. Determinan Perilaku

(46)

stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

6. Teori Perubahan Perilaku

Banyak teori tentang perubahan perilaku, antara lain akan diuraikan dibawah ini (Notoatmodjo, 2010) :

a. Teori Stimulus Organisme (SOR)

(47)

27

1. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

2. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan pada proses berikutnya.

3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut. Sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme faktor reinforcement memegang peran penting.

b. Teori Festinger ( Disonence Teori)

(48)

sebenarnya sama dengan konsep imbalance atau tidak seimbang. Hal ini berarti bahwa keadaan kognitif disonance merupakan ketidakseimbangan psikologi yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbanagn dalam diri individu, maka berarti sudah terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut konsonen (keseimbangan). Disonance (ketidak-seimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat dua elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapatan atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek, dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda/bertentangan di dalam diri individu itu sendiri, maka terjadilah disonance (ketidak-seimbangan).

c. Teori Fungsi

Teori fungsi ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilku seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa : 1. Perilaku memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi

(49)

29

pemenuhan kebutuhan. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif. 2. Perilaku berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai

pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya, dengan perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar. 3. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan pemberi arti.

Dalam perannya dengan tindakan itu seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat.

4. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu, perilaku dapat merupakan layar dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat.

(50)

d. Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (draiving force) dan kekuatan-kekuatan penahan (restaining factor). Perilaku dapat berubah apabila terjadi ketidak-seimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang yaitu sebagai berikut :

1. Kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan perilaku. Stimulus ini berupa penyuluhan atau informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan.

2. Kekuatan perubahan menurun. Hal ini terjadi karena adanya stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.

3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan semacam ini jelas akan terjadi perubahan perilaku.

7. Bentuk Perubahan Perilaku

(51)

31

a. Perubahan Alamiah ( natural change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.

b. Perubahan Rencana (planned change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

c. Kesediaan Untuk Berubah (readiness to change)

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya) dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubaha tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readdines to change) yang berbeda-beda. Setiap orang di dalam suatu masyarakat mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda, meskipun kondisinya sama.

8. Strategi Perubahan Perilaku

(52)

a. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan

Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau melakukan seperti yang diharapkan. b. Diskusi dan partisipasi

c. Pemberian informasi

Informasi yang diberikan akan menimbulkan kesadaran dan akhirnya menyebabkan seseorang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hasil atau perubahan perilaku yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri ( bukan karena paksaan).

F. Indikator Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku.

(53)

33

G. Kerangka Teori

Keterangan : : tidak langsung : : langsung Gambar 2. Kerangka Teori Penelitian Sumber : Modifikasi Azjen (2005) dan Ayu (2011) Pengetahuan Sikap

Perilaku pedagang jajanan dalam penggunaan pewarna

Rhodamin B

Pengaruh dari luar atau lingkungan terhadap pengambilan keputusan

Minat

(54)

H. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian

I. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri di kecamatan Sukarame Bandar Lampung. 2. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku pedagang jajanan anak

sekolah dasar negeri di kecamatan Sukarame Bandar Lampung. Pengetahuan pedagang

jajanan mengenai

pewarna Rhodamin B

Sikap pedagang jajanan mengenai pewarna

Rhodamin B

Perilaku pedagang jajanan mengenai penggunaan

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan pengetahuan dan sikap pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri terhadap perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B yang di observasi sebanyak satu kali pada saat yang bersamaan (Pratiknya, 2008).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2015-Oktober 2015. 2. Tempat Penelitian

(56)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pedagang jajanan olahan yang tersebar di 6 SD Negeri di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung. Jajanan olahan tersebut diantaranya kornet batang, kornet berbentuk lingkaran yang ditengahnya terdapat gambar bintang, nugget, dan martabak saus.

2. Sampel Penelitian

Menurut Notoadmodjo (2010) sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dari penelitian pendahuluan, jumlah yang didapatkan sebanyak 37 pedagang jajanan olahan.

1. Kriteria Inklusi : pedagang yang menjual jajanan olahan baik olahan sendiri maupun olahan pabrik yang dicurigai mengandung pewarna berbahaya Rhodamin B dengan ciri fisik sebagai berikut :

a. Warna mencolok dan cenderung berpendar. b. Terdapat titik-titik warna yang tidak homogen. c. Sedikit rasa pahit.

d. Baunya tidak alami.

(57)

37

Sampel penelitian diambil menggunakan metode total sampling. Pengertian total sampling menurut Sugiyono (2014) adalah teknik pengambilan sampel dengan mengambil seluruh populasi sebagai responden atau sampel. Dengan demikian, peneliti mengambil seluruh pedagang jajanan sebagai sampel penelitian.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas (Independent variable) dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang pewarna Rhodamin B, sikap tentang penggunaan pewarna Rhodamin B.

2. Variabel Terikat

(58)

E. Definisi Operasional

Kuesioner Wawancara Baik, jika ≥70%

(59)

39

F. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah data primer, yang berasal dari data hasil wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner dan data mengenai positif tidaknya mengandung Rhodamin B menggunakan test kit dari BPOM.

2. Alat dan Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

a. Lembar kuesioner untuk wawancara terstruktur dengan para pedagang jajanan di Sekolah Dasar Negeri.

b. Test kit standar dari BPOM yang berlabelkan Chem Kit Rhodamin B untuk uji sampel positif atau tidak.

G. Cara Pengambilan Data

1. Mendatangi sekolah dasar yang merupakan sampel penelitian. 2. Menentukan pedagang jajanan yang sesuai dengan kriteria inklusi. 3. Wawancara terstruktur dengan pedagang dengan kuesioner. 4. Mengambil sampel jajanan.

5. Menguji sampel jajanan dengan test kit dari BPOM, apakah positif atau tidak mengandung pewarna Rhodamin B.

(60)

a. Ambil 1 sendok teh bahan makanan yang akan diuji, lalu cacah atau iris menjadi bagian kecil-kecil (jika bahan yang akan diuji berupa cairan ambil 1 sendok teh/2-3 ml).

b. Tambahkan air panas sebanyak 2 sendok makan (10 ml), lalu aduk agar Rhodamin B yang ada pada makanan tertarik kedalam fase air. Biarkan dingin. Jika produk berupa cairan, cukup gunakan air dingin dengan jumlah/volume yang sama.

c. Ambil 1 sendok teh (sekitar 1-2 ml) fase air. Tambahkan reagent a sebanyak 10 tetes, kocok dengan keras atau kencang atau dapat menggunakan vortex untuk pengocokan.

d. Warna merah pada larutan akan menghilang atau berkurang drastis intensitas warnanya.

e. Tambahkan 4 tetes reagent b, kocok kembali. Bila warna merah kembali muncul atau menguat intensitas warnanya, terbentuk warna ungu lembayung pada lapisan atas, terdapat pewarna sintesis merah (Rhodamin B) pada makanan atau minuman yang diuji. 6. Menghasilkan 2 data, yakni data hasil wawancara dan data hasil

pengujian.

7. Menganalisis data.

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

(61)

41

a. Editing

Dimaksudkan untuk meneliti kembali formulir data, memriksa kembali data yang terkumpul apakah sudah lengkap, terbaca jelas, tidak meragukan, terdapat kesalahan atau tidak, dan sebagainya. b. Coding

Untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

c. Data entry

Memasukkan data ke dalam komputer, menyusun data dalam bentuk tabel-tabel yaitu tabel distribusi frekuensi.

d. Tabulating

Menyusun data dengan bantuan komputer dan diolah menggunakan komputer.

e. Verifikasi

Pemeriksaan visual terhadap data yang telah dimasukkan ke komputer.

f. Output

Hasil analisis kemudian dicetak.

2. Analisis Data

Analisis data dilakukan menggunakan teknologi komputer. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis Data Univariat

(62)

Rhodamin B dan perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B sebagai varibel terikat dan pengetahuan tentang pewarna Rhodamin B, sikap terhadap penggunaan pewarna Rhodamin B sebagai variabel bebas.

2. Analisis Data Bivariat

(63)

43

I. Alur Penelitian

Gambar 4. Alur Penelitian Mendatangi sekolah dasar yang

merupakan sampel penelitian, menentukan pedagang jajanan yang

sesuai kriteria inklusi

Wawancara terstruktur dengan pedagang, dan mengambil sampel

jajanan

Menguji sampel jajanan dengan tes kit

dari BPOM, apakah positif atau tidak mengandung pewarna Rhodamin B

Menghasilkan dua data, yakni data hasil

wawancara dan data hasil pengujian

Menganalisis data menggunakan

teknologi komputer

(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pedagang berpengetahuan baik berjumlah 20 pedagang (54,1%) dan 17 pedagang lainnya berpengetahuan kurang (45,9%).

2. Pedagang dengan sikap baik berjumlah 15 pedagang (40,5%) dan yang memiliki sikap kurang berjumlah 22 pedagang (59,5%).

3. Pedagang yang menggunakan Rhodamin B berjumlah 19 pedagang (51,4%) dan yang tidak menggunakan berjumlah 18 pedagang (48,6%).

4. Terdapat hubungan yang signifikan atau bermakna antara pengetahuan terhadap perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B dengan nilai p=0,001 (<0,05).

(65)

61

B. Saran

1. Memerlukan diadakannya peningkatan pengawasan dan tindak lanjut serta penyuluhan dari instansi terkait mengenai bahaya bahan tambahan pangan berbahaya (pewarna Rhodamin B) kepada pedagang dalam hal ini khususnya pihak sekolah dasar.

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Marti, Motarjemi, Yasmine. 2004. Dasar-Dasar Keamanan Makanan untuk Petugas Kesehatan. Jakarta : EGC.

Ajzen, I. 2005. Attitude, Personality, and Behavior (2nd Edition). Berkshire. UK : Open University Press-Mc Graw Hill Education.

Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Andarwulan, N., Madanijah, S., Zulaikhah. 2009. Laporan Penelitian : Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional Tahun 2008. Bogor Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI.

Astuti, R., Meikawati, W., Sumarginingsih, S. 2010. Penggunaan Zat Warna “Rhodamin B” pada Terasi Berdasarkan Pengetahuan dan Sikap Produsen Terasi di Desa Bonang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. Skripsi. Semarang : Universitas Muhammadiah.

Ayu, L.P. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pedagang Jajanan Anak Sekolah Dasar Terhadap Perilaku Penggunaan Pewarna Rhodamin B di 2 Kecamatan Bandar Lampung Tahun 2011. Skripsi. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Azwar, S. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannnya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Budavari, S. Editor. 1996. The Merck Index. Edisi 12. Whitehouse, USA : Merck and Co.,Inc.

Dahlan, S. 2013. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

(67)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1988. Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan Menurut Tujuan Penggunaan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.942/MenKes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Jajanan Makanan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Bahaya Penggunaan Rhodamin B sebagai Pewarna Makanan . Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Dampak dan Penggolongan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Depatemen Kesehehatan Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Easy Test. 2011. Prosedur Pemakaian Test Kit Rhodamin B. Tersedia pada http ://easytestkit.com. Diakses Tanggal 18 September 2015.

Fadillah. 2006. Identifikasi Kandungan Bahan Tambahan Makanan (BTM) pada Makanan Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Kompleks Kota Palopo Tahun 2006. Skripsi. Makasar : Universitas Hasanudin.

Hutajulu, A.T. 2004. Peranan Wanita Desa Dalam Pembangunan Pada Masyarakat Batak yang Patrilineal. Studi Kasus di Desa Ompu Raja Hutaea, Kecamatan Laguboti, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Dalam Panen 20 Tahun. Bogor : Puspa Swara.

Joko, P.A., Kutanegara, T., Latief, S. 2013. Sumber Daya Manusia Tantangan Masa Depan. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Judarwanto, W. 2012. Perilaku Makan Anak Sekolah. Tersedia pada http : //www.gizi.depkes.go.id. Diakses pada Tanggal 18 September 2015. Makmun, A.S. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Rosda Karya Remaja. Notoadmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.

Jakarta : Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Novita, S., Andriyani, R. 2013. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pedagang

jajanan tentang Pemakaian Natrium Siklamat dan Rhodamin B. Skripsi. Surabaya : Universitas Airlangga.

(68)

Pratiknya, W.A. 2008. Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Rahmanita, I. 2011. Hubungan Pengetahuan, Sikap serta Perilaku Ibu Mengenai Jajanan Anak SD yang Mengandung Bahan Pengawet dan Pewarna di Kelurahan Beringin Jambi Tahun 2011. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.

Sentra Informasi Keracunan, Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI. 2005. Pedoman Pertolongan Keracunan untuk Puskesmas, Buku IV Bahan Tamabahan Pangan.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen Pendekatan : Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi (Mixed Methods), Penelitian Tindakan (Action Research), Penelitian Evaluasi. Bandung : ALFABETA.

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Surya, M. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : PPB-IKIP Bandung.

Syafitri, Yunita, et al. 2009. Kebiasaan Jajan Siswa Sekolah Dasar (Studi Kasus di SDN Lawanggintung 01 Kota Bogor). Bogor : IPB.

Trestiati, M. 2003. Analisis Rhodamine B pada Makanan dan Minuman Jajanan Anak Sekolah Dasar (Studi Kasus : Sekolah Dasar di Kecamatan Margaasih). Tesis. Bandung : Pascasarjana Fakultas Kesehatan Lingkungan.

Wahyuningtyas D.K. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Penjual Dengan Kadar Zat Pewarna Rhodamin B Pada Mie Di Kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Semarang 2008. Skripsi. Semarang : Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro.

Wisnu, C. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Bina Aksara.

Gambar

Gambar 1. Struktur kimia Rhodamin B
Tabel 1. Daftar zat pewarna berbahaya (*)
Gambar 2. Kerangka Teori Penelitian
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan sebagai pengalaman dalam merealisasikan teori yang telah didapat dibangku kuliah, khususnya mengenai

Uji validitas tersebut dilakukan dalam rangka pelaksanaan penelitian untuk penyusunan skripsi dengan judul “ Hubungan pengetahuan dan sikap mengenai pemilihan makanan jajanan

Mendapatkan pengalaman langsung dalam merencanakan penelitian, melakukan penelitian, menghitung hasil penelitian secara langsung yang berkaitan dengan hubungan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun tingkat pengetahuan pedagang terhadap pemakaian rhodamin B dan natrium Siklamat masih kurang sebanyak 53,8%, tetapi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan tentang pengaruh pemberian konseling melalui video, pengetahuan, sikap, kepatuhan diet dan kadar

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan ilmu bagi peneliti sehingga dapat mengetahui dan menyikapi ilmunya mengenai pengaruh pengetahuan

Penelitian ini Bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pedagang makanan jajanan terhadap penggunaan formalin dan boraks pada jajanan di Wilayah Kota Tanah Grogot Tahun

Karakteristik Siswa dan Orangtua Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap tentang zat pengawet dan pewarna berbahaya terhadap tindakan siswa kelas VIII