MEMILIH JAJANAN PADA SISWA KELAS V SD
NEGERI CIPAYUNG 2 KOTA DEPOK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH:
RIFKA TRIASARI
NIM: 1111104000015
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2015
Rifka Triasari, NIM: 1111104000015
The Correlation of Knowledge and Attitudes of Safe Street Food with Behavior in Choosing Street Food on Fifth Grade Students at SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
xvii + 82 pages + 11 tables + 2 schemes + 10 attachments
ABSTRACT
Habit of buying street food is something that can not be separated from the lives of school children. But there is a phenomenon that needs to be aware of the school children‟s street food. Often the mass media report about school children‟s street food found unhygienic and contain a variety of hazardous chemicals, ranging from formalin, borax, until the dangerous dyes. The child‟s behavior of buying street food will influence on health. Meanwhile, the children often become victims because they have not had sufficient knowledge of safe street food. The purpose of this study was to determine the correlation of knowledge and attitudes of safe street food with behavior in choosing street food on fifth grade students at Cipayung 2 Depok Elementary School. This study uses an analytical study with cross sectional design. Data were collected on a sample of 79 students using a questionnaire. Based on the results of Spearman Rank correlation test is known that there is a correlation between knowledge of safe street food with behavior in choosing street food (p = 0,000 and r = 0,471) and there is a correlation between attitudes of safe street food with behavior in choosing street food (p = 0,015 and r = 0,273). Most students showed good results in each category, ranging from knowledge, attitudes, and behavior.
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2015
Rifka Triasari, NIM: 1111104000015
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Jajanan Aman dengan Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
xvii + 82 halaman + 11 tabel + 2 bagan + 10 lampiran
ABSTRAK
Kebiasaan jajan merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan anak sekolah. Namun ada sebuah fenomena yang perlu diwaspadai mengenai jajanan anak sekolah. Seringkali media masa memberitakan berbagai jajanan sekolah ditemukan tidak higienis serta mengandung berbagai zat kimia berbahaya, mulai dari formalin, boraks, sampai zat pewarna berbahaya. Perilaku jajan anak akan berpengaruh terhadap kesehatannya. Sementara, anak sering menjadi korban karena belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang jajanan yang aman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan pada siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada sampel sebanyak 79 siswa dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan (nilai p = 0,000 dan r = 0,471) dan ada hubungan antara sikap mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan (nilai p = 0,015 dan r = 0,273). Sebagian besar siswa menunjukkan hasil yang baik pada masing-masing kategori, mulai dari pengetahuan, sikap, serta perilaku.
Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Jajanan Aman, Anak Sekolah Referensi: 31 (2002-2014)
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : RIFKA TRIASARI
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 20 November 1993 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Sawangan Elok AA1 No.13, RT 001 RW 010, Kelurahan Duren Seribu, Kecamatan Bojong Sari, Depok, Jawa Barat
HP : +6285781343677
E-mail : rifkarifka@rocketmail.com
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. SD Negeri Parung 01 1999-2005
2. SMP Negeri 6 Bogor 2005-2008
3. SMA Negeri 6 Bogor 2008-2011
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-sekarang
ORGANISASI
1. PRAMUKA 2004-2005
2. PASKIBRA 2005-2007
ix
KATA PENGANTAR
Asalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Puji dan syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia serta ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Jajanan Aman dengan Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.”
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta guna menerapkan dan mengembangkan ilmu yang penulis peroleh selama masa kuliah.
Penulis telah berusaha untuk menyajikan tulisan ilmiah yang rapi dan sistematik sehingga dapat memudahkan pembaca dalam memahaminya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka dan rasa terima kasih.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan semangat dari semua pihak baik moril maupun materil, sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.Km., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan sekaligus Dosen Pembimbing Akademik.
4. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan.
5. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp, M.Biomed selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Jamaludin, S.Kp, M. Kep selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih sebesar besarnya telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini 6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama masa kuliah.
x
8. Sahabat-sahabat kesayangan yang selalu saling memberikan doa, perhatian, dukungan, semangat, serta sarannya kepada penulis.
9. Teman-teman seperjuangan PSIK 2011 yang telah berjuang bersama, saling memberikan semangat, dukungan serta bantuannya.
10.Kepala Sekolah SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.
11.Guru-guru SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis harap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukannya.
Ciputat,
xi DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... i
Pernyataan Keaslian Karya ... Error! Bookmark not defined. Abstract ... iii
Abstrak ... iv
Pernyataan Persetujuan ... Error! Bookmark not defined. Lembar Pengesahan ... vi
Daftar Riwayat Hidup ... vii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi... xi
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ringkup Lingkup Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sekolah Dasar ... 8
1. Perkembangan Biologis ... 8
2. Perkembangan Kognitif ... 9
3. Perkembangan Moral ... 10
4. Nutrisi ... 10
B. Makanan Jajanan ... 11
xii
2. Fungsi Makanan Jajanan ... 13
3. Dampak Makanan Jajanan ... 14
4. Makanan Jajanan Aman ... 14
5. Sumber atau Penyebab Pangan Tidak Aman ... 15
6. Bahan Tambahan Pangan ... 16
7. Tanda atau Ciri Pangan Tidak Aman ... 22
8. Dampak Buruk Pangan Tidak Aman ... 24
9. Pencegahan Ketidakamanan Pangan Saat Memilih dan Mengonsumsi Pangan ... 25
C. Pengetahuan ... 25
D. Sikap ... 27
E. Perilaku ... 29
1. Perilaku memilih makanan ... 31
F. Penelitian terkait ... 32
G. Kerangka Teori ... 34
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 35
B. Definisi Operasional ... 36
C. Hipotesis Penelitian ... 38
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 39
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 39
C. Populasi dan Sampel ... 39
1. Populasi ... 39
2. Sampel ... 40
D. Instrumen Penelitian ... 41
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 42
1. Validitas Instrumen ... 42
xiii
F. Langkah-langkah Pengumpulan Data ... 45
G. Pengolahan Data ... 47
1. Editting ... 47
2. Coding ... 47
3. Data Entry ... 47
4. Cleaning ... 47
H. Analisa Data ... 48
1. Analisa Univariat ... 48
2. Analisa Bivariat ... 48
I. Etika Penelitian ... 49
BAB V HASIL PENELITIAN A. Profil SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok ... 51
B. Hasil Uji Normalitas Data ... 53
C. Hasil Analisa Univariat ... 53
D. Hasil Analisa Bivariat ... 60
BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat ... 63
B. Analisis Bivariat ... 75
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 81
xiv
DAFTAR SINGKATAN
SD : Sekolah Dasar
SDM : Sumber Daya Manusia
PJAS : Pangan Jajanan Anak Sekolah
BPOM : Badan Pengawasan Obat dan Makanan FAO : Food and Agriculture Organization
KLB : Kejadian Luar Biasa BTP : Bahan Tambahan Pangan KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia RI : Republik Indonesia
MSG : Monosodium Glutamate
xv
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori 34
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Berbagai Bahan Berbahaya Berdasarkan Permenkes 17
RI No. 1168/Menkes/Per/IX/1999
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel 36 Tabel 4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 40
Kota Depok
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin Siswa 53 Kelas V SD Negeri Cipayung 2
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia Siswa Kelas V 54 SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori 55 Pengetahuan Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2
Kota Depok
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Sikap 56 Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi berdasarkan Daftar Jajanan 57 Pilihan Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota
Depok
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Perilaku 59 Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
Tabel 5.7 Hubungan Pengetahuan mengenai Jajanan Aman 60 Dan Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas
V SD Negeri Cipayung 2 Kota
Tabel 5.8 Hubungan Sikap mengenai Jajanan Aman dan 61 Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumen Perizinan Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Instrumen Lampiran 5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Lampiran 6 Lembar Observasi Jajanan Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas Instrumen Lampiran 8 Hasil Olahan SPSS Univariat Lampiran 9 Hasil Olahan SPSS Bivariat
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa di masa mendatang yang akan menjadi tumpuan kualitas bangsa (Hukormas, 2014). Pembentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimulai sejak masa sekolah akan berpengaruh terhadap kualitas mereka saat mencapai usia produktif. Mengingat anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa, salah satu hal penting yang menjadi perhatian serius saat ini adalah Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) (BPOM RI, 2011). Anak-anak seringkali menjadi korban dari makanan atau jajanan sekolah karena mereka belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang bagaimana mengenali jajanan yang aman (BIN RI, 2012).
Makanan jajanan merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan anak sekolah dasar. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau disebut street food menurut FAO (Food and Agriculture Organization) didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual di jalanan dan di tempat-tempat umum yang langsung dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Kebiasaan mengkonsumsi jajanan turut memberikan kontribusi dan kecukupan energi bagi anak sekolah (Syafitri, 2009).
2004 dalam BPOM RI, 2007). Makanan jajanan turut menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29%, dan zat besi 52% (Judarwanto, 2004).
Jajanan anak sekolah menjadi suatu masalah yang akhir-akhir ini perlu diperhatikan oleh masyarakat, khususnya bagi orang tua, pihak sekolah, dan instansi pelayanan kesehatan karena jajanan anak sekolah sangat berisiko tercemar oleh cemaran biologis atau kimiawi yang dapat mengganggu kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Zat berbahaya yang terkandung dalam jajanan sekolah dapat menimbulkan reaksi akut pada tubuh, yaitu berupa batuk, diare, alergi, kesulitan buang air besar atau bahkan menimbulkan keracunan. Dalam jangka panjang zat berbahaya tersebut akan terakumulasi dan berbahaya bagi kesehatan serta tumbuh kembang anak. Bahkan zat berbahaya tersebut dapat menyebabkan penyakit kanker dan tumor (BIN RI, 2012).
Berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB) pada jajanan anak sekolah tahun 2004-2006, keracunan pangan paling sering dialami oleh kelompok anak sekolah dasar (Hamida, 2012). Hal ini didukung oleh data KLB keracunan pangan BPOM RI yang menunjukkan bahwa sebesar 78,57% kejadian tersebut dialami oleh kelompok anak sekolah dasar (BPOM RI, 2009).
seperti formalin, boraks, rhodamin, Bahan Tambahan Pangan (BTP) seperti siklamat dan benzoat yang melebihi batas aman, serta cemaran mikrobiologi (BPOM RI, 2009). Sejalan dengan data tersebut, pada tahun 2008-2010 dinyatakan bahwa sebesar 40-44% PJAS juga tidak memenuhi syarat (BPOM RI, 2011).
Di Depok sebanyak 60% jajanan sekolah dasar dinyatakan tercemar bakteri air, hal ini berdasarkan hasil survei Dinas Kesehatan Kota Depok terhadap 40 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di Depok sejak Mei 2012. Jajanan yang terbukti tercemar bakteri yaitu batagor, nasi uduk, nasi goreng, mie goreng, dan bakso. Minumannya yaitu es teh manis, es cincau, dan minuman lain yang menggunakan es balok. Ditemukan juga sebanyak 4% jajanan masih mengandung bahan formalin (Toyudho, 2012).
Bahaya yang mengancam kesehatan anak sekolah akibat perilaku jajan harus diperhatikan oleh semua pihak seperti orang tua, pihak sekolah, dan departemen kesehatan (Judarwanto, 2004). Pemilihan makanan jajanan merupakan perwujudan dari perilaku. Faktor terkait makanan, faktor personal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan pemilihan makanan dan faktor sosial ekonomi merupakan tiga kelompok faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan (Shepherd, 1999 dalam Aprillia, 2014).
pada tahun 2011 BPOM meluncurkan Aksi Nasional Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu, dan Bergizi (Aksi Nasional PJAS). Aksi Nasional ini meliputi promosi keamanan pangan melalui komunikasi, penyebaran informasi serta edukasi bagi komunitas sekolah, termasuk guru, murid, orang tua murid, pengelola kantin sekolah, dan penjaja PJAS (BIN RI, 2012). Saat ini telah tercatat bahwa sekolah yang memenuhi syarat untuk jajanan sehat sebanyak 16.993 sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah di seluruh Indonesia. Program ini masih jauh dari harapan karena belum mencapai 10 persen dari jumlah keseluruhan sekolah sebanyak 180 ribu (Republika Penerbit, 2014).
B. Rumusan Masalah
Jajanan sekolah merupakan salah satu varian makanan yang sering dikonsumsi oleh anak-anak. Namun ada fenomena yang perlu diwaspadai oleh berbagai pihak, sering kali media memberitakan berbagai PJAS ditemukan tidak higienis serta mengandung berbagai zat berbahaya mulai dari formalin, boraks, sampai dengan zat pewarna berbahaya Rhodamin B dan Methanyl Yellow. Perilaku jajan anak sekolah sangat berpengaruh terhadap kesehatan karena anak mengkonsumsi jajanan dari tempat yang sama dan dalam waktu yang cukup lama secara berkesinambungan, sementara anak sering menjadi korban akibat memilih jajanan yang berbahaya karena belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang jajanan yang aman. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai jajanan yang aman dengan perilaku memilih jajanan pada siswa kelas V di SDN Cipayung 2 Kota Depok.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan pada siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.
2. Tujuan Khusus
b. Diketahuinya sikap siswa kelas V mengenai jajanan aman di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
c. Diketahuinya perilaku siswa kelas V dalam memilih jajanan di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.
d. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan mengenai jajanan aman dengan perilaku siswa kelas V dalam memilih jajanan di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.
e. Diketahuinya hubungan antara sikap mengenai jajanan aman dengan perilaku siswa kelas V dalam memilih jajanan di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi peneliti, institusi pendidikan, siswa, dan instansi pelayanan kesehatan. a. Bagi peneliti
Peneliti dapat menambah pengetahuan dan memperoleh pengalaman bagi diri peneliti dalam melakukan penelitian ini.
b. Bagi institusi pendidikan
c. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pelajaran serta masukan kepada siswa akan pentingnya memiliki pengetahuan yang baik, sikap yang positif, serta perilaku yang baik dalam memilih jajanan.
d. Bagi instansi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi agar instansi pelayanan kesehatan dapat memberikan penyuluhan kesehatan mengenai jajanan yang aman ke berbagai sekolah dasar.
E. Ringkup Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi
cross sectional. Variabel independen dan dependen diukur secara bersamaan. Variabel dependen yaitu perilaku memilih jajanan pada siswa sekolah dasar dan variabel independen yaitu pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman.
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak Sekolah Dasar
Anak usia sekolah dimulai dari rentang usia 6-12 tahun. Anak pada periode ini mulai memasuki dunia baru, mereka mulai banyak berhubungan dengan orang lain di luar keluarganya, bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanak-kanak, dan bergabung ke dalam kelompok sebaya (Wong, 2008). Masa usia sekolah dasar terbagi dalam dua kategori, yaitu siswa kelas rendah (kelas 1, 2, dan 3) dan siswa kelas tinggi (kelas 4, 5, dan 6). Masa ini ditandai dengan anak mulai memasuki bangku sekolah dasar, dan dimulai sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap dan tingkah lakunya, serta masa dimana anak akan memasuki dunia baru yaitu masa pengenalan lingkungan sosial yang lebih luas (Sudarmawan, 2013).
1. Perkembangan Biologis
2. Perkembangan Kognitif
Saat anak memasuki masa sekolah, mereka mulai memperoleh kemampuan untuk menghubungkan serangkaian kejadian untuk menggambarkan mental yang dapat diungkapkan secara verbal ataupun simbolik. Tahap ini diistilahkan sebagai tahap operasional konkret menurut Piaget. Pada tahap ini anak mampu menggunakan proses berpikir untuk mengalami peristiwa dan tindakan.
3. Perkembangan Moral
Saat pola pikir anak mulai berubah dari egosenstrisme menjadi pola pikir yang lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan standar moral. Anak usia sekolah yang lebih tinggi usianya lebih mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat yang dihasilkannya. Peraturan dan penilaian tidak lagi bersifat mutlak dan otoriter serta mulai berisi lebih banyak kebutuhan dan keinginan orang lain. Mereka menggunakan berbagai pandangan yang berbeda untuk membuat suatu penilaian. Mereka mampu memahami dan menerima konsep bagaimana memperlakukan orang lain seperti halnya mereka ingin diperlakukan (Wong, 2008).
4. Nutrisi
piramida makanan dan elemen-elemen makanan sehat sebaiknya dipelajari (Wong, 2008).
B. Makanan Jajanan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jajanan berarti kudapan atau penganan yang dijajakan. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) jajanan atau yang dikenal dengan street food didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang dapat langsung dimakan atau langsung dikonsumsi (Febry, 2010).
1. Jenis-jenis makanan jajanan
Jenis-jenis makanan jajanan menurut Direktorat Bina Gizi (2011):
b. Makanan camilan, yaitu makanan yang dikonsumsi diantara dua waktu makan. Makanan camilan terdiri dari:
1) Makanan camilan basah, seperti pisang goreng, lemper, lumpia, risoles, dan lain-lain. Makanan camilan ini dapat disiapkan di rumah terlebih dahulu atau disiapkan di tempat penjualan.
2) Makanan camilan kering, seperti keripik, biskuit, kue kering, dan lain-lain. Makanan camilan ini umumnya diproduksi oleh industri pangan baik industri besar, industri kecil, dan industri rumah tangga.
c. Minuman
Kelompok minuman yang biasa dijual meliputi:
1) Air minum, baik dalam kemasan maupun yang disiapkan sendiri
2) Minuman ringan, biasa dijual dalam kemasan seperti minuman teh, minuman sari buah, minuman berkarbonasi, dan lain-lain.
3) Minuman campur, seperti es buah, es cendol, es doger, dan lain-lain.
berwarna-warni (air minum dalam kemasan maupun es sirop tanpa label), minuman jeli, es susu, minuman ringan (soft drink) dan lain-lain merupakan kelompok minuman yang disukai anak-anak (Nuraini, 2007).
2. Fungsi Makanan Jajanan
Menurut Febry (2010), makanan jajanan selain berfungsi sebagai makanan selingan, berperan juga sebagai sarana peningkatan gizi masyarakat. Makanan jajanan berfungsi untuk menambah zat-zat makanan yang tidak atau kurang pada makanan utama dan lauk-pauknya. Selain itu makanan jajanan juga berfungsi, antara lain: a. Sebagai sarapan pagi
b. Sebagai makanan selingan yang dimakan di antara waktu makan makanan utama
c. Sebagai makan siang terutama bagi mereka yang tidak sempat makan di rumah
3. Dampak Makanan Jajanan
Adapun dampak makanan jajanan menurut Febry (2010), yaitu:
a. Bagi anak-anak sekolah, makanan jajanan merupakan perkenalan dengan beragam jenis makanan sehingga menumbuhkan kebiasaan penganekaragaman makanan sejak kecil
b. Makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan (termasuk dalam hal cara pengolahan makanan jajanan, penggunaan zat pewarna yang bukan pewarna makanan, cara penyajian, dan lain-lain), sewaktu-waktu dapat mengancam kesehatan anak
c. Mengakibatkan berkurangnya nafsu makan anak di rumah.
4. Makanan Jajanan Aman
tekstur dapat membuat imunitas tubuh seseorang menurun (Direktorat Bina Gizi, 2011).
5. Sumber atau Penyebab Pangan Tidak Aman
Direktorat Bina Gizi (2011) menyebutkan sumber atau penyebab pangan tidak aman dapat berasal dari 3 cemaran, yaitu cemaran fisik, cemaran kimia, dan cemaran biologis.
a. Cemaran Fisik
Cemaran fisik dapat berupa rambut yang berasal dari pembuat makanan yang tidak menggunakan penutup kepala saat bekerja, potongan kayu, potongan bagian tubuh serangga, pasir, batu, dan lainnya. Cemaran fisik ini dapat mencemari makanan pada tahap proses pemilihan, penyimpanan, persiapan, pemasakan bahan pangan, pengemasan, penyimpanan dan pendistribusian makanan matang serta pada saat makanan dikonsumsi.
b. Cemaran Kimia
Cemaran kimia dapat berasal dari lingkungan yang tercemar limbah industri, radiasi, serta penyalahgunaan bahan berbahaya yang dilarang untuk pangan yang ditambahkan ke dalam pangan. Contoh bahan yang termasuk bahan berbahaya adalah formalin,
rhodamin B, boraks, dan methanil yellow.
makanan pada saat tahap proses pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan, persiapan dan pemasakan, pengemasan, penyimpanan makanan jadi, pendistribusian serta pada saat makanan dikonsumsi.
c. Cemaran Biologis
Cemaran biologis umumnya disebabkan oleh rendahnya kebersihan dan sanitasi. Contoh cemaran biologis yang umum mencemari makanan seperti:
1) Salmonella pada unggas. Salmonella dapat ditularkan dari kulit telur yang kotor
2) E.coli O157-H7 pada sayuran mentah. Kontaminasi dapat berasal dari kotoran hewan maupun pupuk kandang yang digunakan dalam proses penanaman sayur.
Cemaran biologis ini dapat mencemari makanan pada berbagai tahapan, mulai dari tahap pemilihan bahan pangan, penyimpanan bahan pangan, persiapan dan pemasakan bahan pangan, pengemasan makanan matang, penyimpanan makanan matang dan pendistribusiannya serta pada saat makanan dikonsumsi.
6. Bahan Tambahan Pangan
merupakan ingredient khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk tujuan teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan tersebut. Berbagai bahan berbahaya terkadang digunakan sebagai bahan tambahan dalam proses pengolahan pangan.
Berdasarkan Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/IX/1999 dalam Direktorat Bina Gizi (2011), bahan berbahaya yang dimaksud tercantum dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Berbagai Bahan Berbahaya Berdasarkan Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/IX/1999
No. Bahan berbahaya Penggunaan
bagian luar tubuh 3. Formalin Pengawet Sebagai desinfektan,
perekat kayu, bahan penstabil aroma jeruk dalam minuman
9. Kloramfenikol Pengawet
11. Nitrofurazon Pengawet daging
Berbagai BTP yang diperbolehkan untuk digunakan berdasarkan Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 dalam Direktorat Bina Gizi (2011) adalah sebagai berikut:
a. Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat oksidasi bahan pangan. Contohnya: asam askorbat, asam eritorbat, butil hidroksianil.
b. Antikempal (Anticaking Agent)
mengempalnya bahan tepung. Contohnya: kalsium silikat, Na-silikoaluminat.
c. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator)
Pengatur keasaman merupakan bahan tambahan pangan yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroba dan dapat sebagai pengawet. Contohnya: asam asetat, asam sitrat, asam fumarat.
d. Pemanis buatan (Artificial Sweetener)
Pemanis buatan adalah zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada gula. Contohnya: siklamat dan sakarin.
e. Pemutih dan Pematang Tepung (Flour Treatment Agent)
Pemutih dan pematang tepung merupakan bahan tambahan pangan yang digunakan pada bahan tepung dan produk olahannya agar karakteristik warna putih yang merupakan ciri khas tepung yang bermutu baik tetap terjaga. Contohnya: benzoil peroksida. f. Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental (Emulsifier, Stabilizer,
Thickener)
g. Pengawet (Preservative)
Pengawet adalah senyawa yang dapat menghambat dan menghentikan proses fermentasi, pengasaman atau bentuk kerusakan lainnya, atau dapat memberikan perlindungan pangan dari pembusukan. Contohnya: asam benzoat, asam sorbat, asam propionat, nitrit, nitrat.
h. Pengeras (Firming Agent)
Pengeras merupakan suatu bahan tambahan pangan yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya pangan. Contohnya aluminium sulfat dan kalsium klorida.
i. Pewarna (Colour)
Pewarna adalah bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki warna pada makanan agar terlihat menarik. Contohnya betakaroten dan karamel.
j. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa (Flavour, Flavour Enhancer)
Merupakan bahan tambahan pangan yang memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma. Contohnya: Monosodium glutamate (MSG), vetsin, micin, atau penyedap masakan.
k. Sekuestran (Sequestrant)
buruk logam tersebut. Contohnya: kalsium dinatrium edetat, asam fosfat dan garamnya.
7. Tanda atau Ciri Pangan Tidak Aman
Pangan yang tidak aman adalah makanan dan minuman yang mengandung kuman, bahan kimia, dan bahan berbahaya yang bila dikonsumsi akan menimbulkan gangguan kesehatan.
Memilih pangan yang aman memerlukan pengetahuan sederhana tentang tanda atau ciri pangan yang aman. Cara ini mengandalkan ketajaman inderawi konsumen. Meskipun cara ini tidak seteliti pemeriksaan laboratorium tetapi dapat memberikan indikasi bahwa pangan tersebut berisiko tidak aman.
a. Tanda pangan jajanan berformalin menurut Direktorat Bina Gizi (2011)
1) Bakso berformalin memiliki tekstur sangat kenyal dan tidak rusak sampai dua hari pada suhu ruang
2) Mie basah berformalin biasanya lebih mengkilap, tidak lengket satu sama lain, tidak rusak sampai dua hari pada suhu ruang dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es 3) Tahu berformalin memiliki tekstur keras, kenyal tetapi tidak
4) Daging ayam dan daging ikan goreng atau nugget goreng berformalin juga memiliki tekstur yang kenyal dan tidak busuk sampai dua hari pada suhu ruang.
b. Tanda pangan jajanan mengandung boraks menurut Direktorat Bina Gizi (2011)
1) Bakso yang mengandung boraks tampak berwarna agak putih (seharusnya berwarna abu kecoklatan) dan bertekstur sangat kenyal. Bila bakso ini digigit amat kenyal seperti nyaris bola karet dan bila dipantulkan ke dinding atau lantai memantul seperti bola karet
2) Mie basah yang mengandung boraks tampak lebih mengkilap, tidak lengket satu sama lain, tidak gampang putus dan kenyal
3) Lontong dan buras yang mengandung boraks mempunyai tekstur sangat kenyal, berasa tajam dan memberikan rasa getir
4) Kerupuk yang mengandung boraks bertekstur renyah dan menimbulkan rasa getir.
c. Tanda pangan jajanan mengandung pewarna Rhodamin B dan
Methanyl Yellow menurut Direktorat Bina Gizi (2011)
1) Makanan dan minuman berwarna merah atau kuning yang mengandung pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow
3) Pada makanan kadang warna tidak merata (tidak homogen karena ada yang menggumpal)
4) Setelah mengonsumsi terasa sedikit rasa pahit dan gatal di tenggorokan
5) Saos cabe atau saos tomat yang warnanya membekas di tangan, kemungkinan mengandung pewarna Rhodamin B.
8. Dampak Buruk Pangan Tidak Aman
Mengkonsumsi pangan tidak aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan yaitu berupa gejala ringan seperti pusing dan mual, atau yang serius seperti mual-muntah, keram perut, keram otot, lumpuh otot, diare, cacat dan meninggal dunia.
Peristiwa keracunan pangan karena pangan tidak aman tidak hanya berdampak buruk bagi konsumen atau korban, tetapi juga berdampak buruk secara sosial dan ekonomi bagi keluarga, bagi produsen atau industri pangan, dan bagi pemerintah.
9. Pencegahan Ketidakamanan Pangan Saat Memilih dan Mengkonsumsi Pangan
Pencegahan ketidakamanan pangan dapat dilakukan ketika memilih pangan yang akan dikonsumsi dan mengkonsumsi pangan. Menjaga kebersihan diri dan memilih pangan yang aman merupakan bentuk tindakan pencegahan ketidakamanan pangan yang dapat dilakukan. Upaya yang dapat dilakukan dalam menjaga kebersihan diri menurut Direktorat Bina Gizi (2011) adalah:
a. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih b. Memotong kuku secara teratur
c. Menjaga kebersihan dan kesehatan gigi d. Menjaga kebersihan tubuh
Upaya yang dapat dilakukan saat memilih pangan yang aman adalah:
a. Memilih pangan dalam keadaan tertutup b. Memilih pangan dalam kondisi baik c. Mengamati warna makanan
d. Memperhatikan kualitas makanan e. Mengamati label makanan.
C. Pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera penglihatan dan pendengaran (Notoatmodjo, 2010).
Notoatmodjo (2010) menyebutkan secara garis besar pengetahuan seseorang dibagi dalam 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan mampu menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis berarti suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
D. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).
Newcomb dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Seperti halnya dengan pengetahuan, Notoatmodjo (2010) membagi sikap menjadi berbagai tingkatan sebagai berikut:
a. Menerima (receiving)
Menerima berarti seseorang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. Contohnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang tersebut terhadap penyuluhan tentang gizi.
b. Merespons (responding)
Merespons berarti memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang tersebut sudah menerima. c. Menghargai (valuing)
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
E. Perilaku
Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Secara singkat aktivitas manusia tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu, aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, dan aktivitas yang tidak dapat diamati oleh orang lain (Notoatmodjo, 2010).
Skinner (1983) dalam Notoatmodjo (2010) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus – Organisme –Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” (stimulus-organisme-respons). Teori Skinner menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu:
a. Respondent respons atau reflexive, merupakan respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu ysng disebut eliciting stimulus, karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Respondent respons juga mencakup perilaku emosional. b. Operant respons atau instrumental respons, merupakan respons yang
reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons.
Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi apabila respons terhadap stimulus tersebut belum dapat diamati oleh orang lain dari luar secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi apabila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati oleh orang lain dari luar atau “observable behavior”.
Dalam menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku, konsep umum yang sering digunakan dalam berbagai kepentingan program dan beberapa penelitian yang dilakukan adalah teori yang dikemukakan oleh Green (1980). Menurut Green dalam Notoatmodjo (2010) perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor penguat.
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendorong (enambling factor)
Faktor-faktor ini mencakup: ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, bidan, dokter dan sebagainya.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah terkait dengan kesehatan.
1. Perilaku memilih makanan
F. Penelitian terkait
Beberapa penelitian terkait pengetahuan, sikap dan perilaku dalam memilih makanan jajanan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sudarmawan (2013) dengan judul
Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan
Jajanan dengan Perilaku Memilih Jajanan di SDN Sambikerep II/480
Surabaya menggunakan metode penelitian asosiatif. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 71 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai pemilihan jajanan dengan perilaku anak memilih jajanan dengan presentase sebesar 10,1% (Sudarmawan, 2013).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Purtiantini (2010) dengan judul
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan Jajanan
dengan Perilaku Anak Memilih Makanan di SDIT Muhammadiyah Al
Kautsar Gumpang Kartasura menggunakan metode pendekatan cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 58 siswa. Hasil penelitian ini diketahui bahwa berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman tidak ada hubungan antara pengetahuan anak mengenai pemilihan jajanan dengan perilaku anak memilih makanan dan tidak ada hubungan antara sikap anak mengenai pemilihan jajanan dengan perilaku anak memilih makanan (Purtiantini, 2010).
3. Penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2013) dengan judul
Hubungan Pengetahuan Makanan dan Kesehatan dengan Frekuensi
Laboratorium Universitas Negeri Padang merupakan penelitian korelasional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 43 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara pengetahuan tentang makanan dan kesehatan dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan pada anak SD Labor Pembangunan Universitas Negeri Padang. Hal ini berarti, semakin tinggi pengetahuan tentang makanan dan kesehatan, maka semakin rendah frekuensi konsumsi makanan jajanan pada anak (Amelia, 2013).
4. Penelitian yang dilakukan oleh Safriana (2012) dengan judul Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Garot
Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012
G. Kerangka Teori
Bagan 2. 1 Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi dari Direktorat Bina Gizi (2011) dan Shepherd (1999) dalam Aprilia (2014).
Faktor terkait makanan
Faktor personal berkaitan dengan pengambilan keputusan
35 BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur yang akan dilakukan pada penelitian. Kerangka konsep terdiri dari variabel-variabel serta hubungan antara variabel-variabel yang satu dengan variabel-variabel yang lain (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen) yakni pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman, serta variabel terikat (dependen) yakni perilaku siswa memilih jajanan.
Bagan 3.1 Kerangka konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Pengetahuan siswa mengenai jajanan aman
Sikap siswa mengenai jajanan aman
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Pengetahuan
mengenai
jajanan aman
Hasil penginderaan atau hasil
tahu setelah melakukan
penginderaan tentang jajanan
yang aman.
Menggunakan skala
Guttman
Kuesioner Total skor: 14
1. Baik: jika skor ≥ median (nilai median = 13)
2. Kurang baik: jika skor <
median (nilai median = 13)
(Santoso, 2010)
Ordinal
2 Sikap mengenai
jajanan aman
Reaksi atau respons yang
masih tertutup tentang jajanan
yang aman
Menggunakan skala
Guttman
Kuesioner Total skor: 11
1. Mendukung: jika skor ≥
median (nilai median = 11)
2. Tidak mendukung: jika
skor < median (nilai median
= 11)
3 Perilaku
memilih jajanan
Suatu kegiatan atau aktivitas
dalam memilih jajanan.
Memilih atau
mencentang daftar
jenis jajanan yang
tersedia
Kuesioner Total skor:
1. Baik: jika memilih jumlah
jajanan yang diduga tidak aman ≤ median (nilai median = 2)
2. Kurang baik: jika memilih
jumlah jajanan yang diduga
tidak aman > median (nilai
median = 2)
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan awal tentang kemungkinan hasil penelitian mengenai hubungan antar variabel yang diteliti (Dharma, 2011). Hipotesis pada penelitian ini adalah:
1. Terdapat hubungan antara pengetahuan siswa mengenai jajanan aman dengan perilaku siswa memilih jajanan.
39 BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel, dimana variabel independennya yaitu pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman dan variabel dependennya yaitu perilaku memilih jajanan, diukur secara bersamaan pada satu waktu tertentu.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok yang terletak di Jl. Raya Cipayung RT 003 RW 003 No.12 Kelurahan Cipayung Jaya Kecamatan Cipayung Kota Depok. Waktu penelitian dilakukan pada 13 Mei 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Tabel 4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
No Kelas Jumlah Siswa Total
Perempuan Laki-laki
1 V.A 23 siswa 21 siswa 44 siswa 2 V.B 24 siswa 20 siswa 44 siswa 88 Siswa Sumber: SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu total sampling, yaitu mengambil jumlah seluruh anggota populasi sebagai sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sejumlah 88 siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. Adapun kriteria inklusi dan ekslusi pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
1) Seluruh siswa kelas V
2) Siswa yang hadir pada saat hari pengambilan data 3) Siswa yang bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Jenis instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa kuesioner. Peneliti menggunakan kuesioner yang terdiri dari empat bagian, antara lain: 1. Kuesioner A berisi pertanyaan tentang karakteristik responden yang
terdiri dari jenis kelamin dan umur.
2. Kuesioner B berisi 14 pernyataan terkait pengetahuan siswa tentang jajanan yang aman. Skor tertinggi adalah 14.
3. Kuesioner C berisi 11 pernyataan terkait sikap siswa tentang jajanan yang aman. Skor tertinggi adalah 11.
4. Kuesioner D berisi tabel daftar jajanan yang tersedia di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. Jajanan tersebut peneliti bagi menjadi kategori jajanan yang diduga aman dan jajanan yang diduga tidak aman.
Kuesioner yang digunakan untuk ketiga variabel dibuat oleh peneliti sendiri yang mengacu pada materi dalam tinjauan pustaka. Berikut ini adalah tahapan membuat instrumen penelitian menurut Dharma (2011):
2. Menentukan jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Jenis instrumen yang peneliti pakai adalah kuesioner.
3. Membuat kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi instrumen mencakup variabel penelitian, dimensi, dan indikator. (Lihat lampiran 2)
4. Membuat item pernyataan sesuai dengan indikator pada kisi-kisi instrumen.
5. Tentukan skala yang digunakan untuk mengukur setiap indikator. Skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala Guttman. 6. Lakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen dengan cara
menyebarkan instrumen tersebut kepada responden yang telah ditentukan yang memiliki kesamaan karakteristik dengan responden penelitian.
7. Perbaiki instrumen penelitian sesuai dengan hasil uji validitas dan reliabilitas.
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Sebelum melakukan pengumpulan data penelitian, peneliti telah melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen yang akan digunakan. Uji coba validitas dan reliabilitas dilakukan pada 27 April 2015 kepada 30 siswa kelas V SD Negeri Parung 01.
1. Validitas Instrumen
apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Untuk melakukan uji validitas yaitu dengan menghitung korelasi antara item-item pertanyaan dari setiap variabel dengan total skor pertanyaan variabel tersebut. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi
pearson product moment, sebagai berikut (Riwidikdo, 2009):
√ –
Keterangan:
r = koefisien korelasi N = jumlah responden
X = skor tiap item pertanyaan Y = skor total
Untuk mengetahui apakah instrumen yang akan digunakan valid atau tidak, dapat dilakukan dengan melihat hasil perhitungan r hitung. Apabila r hitung > r tabel (0,361) pada N = 30 dengan nilai signifikansi < 0,05 , maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid (Riwidikdo, 2009).
Setelah dilakukan uji pearson dengan menggunakan software
upaya menjaga kebersihan diri sehingga penting untuk ditanyakan dalam kuesioner penelitian. Peneliti selanjutnya memperbaiki kalimat pernyataan dari kedua item tersebut. Pernyataan tidak valid lainnya yaitu item P10 dihilangkan dari kuesioner penelitian. Dari 15 item pernyataan, total item yang akhirnya digunakan dalam penelitian yaitu menjadi 14 item.
Kuesioner C didapatkan hasil pernyataan yang dinyatakan tidak valid yaitu item S2 dengan nilai r = -0.076, item S4 dengan nilai r = 0.355, item S7 dengan nilai r = 0.355, dan item S13 dengan nilai r = 0.285. Keempat item tersebut dihilangkan dari kuesioner penelitian. Dari 15 item pernyataan, total item yang akhirnya digunakan dalam penelitian yaitu menjadi 11 item.
2. Reliabilitas Instrumen
Berikut ini adalah rumus KR-20: ( )
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan Vt = varians total
p = proporsi subyek yang menjawab “ya” q = proporsi subyek yang menjawab “tidak” (Simamora, 2008).
Interpretasi hasil koefisien reliabilitas yaitu jika nilai alfa 1 artinya sangat sempurna, 0,8 artinya sangat bagus, 0,6 artinya bagus, 0,4 artinya cukup, dan < 0,4 artinya jelek (Umar, 2002 dan Budiharto, 2008). Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas menggunakan metode KR-20 didapatkan nilai sebesar 0,704 untuk instrumen pengetahuan dan 0,664 untuk instrumen sikap. Kedua instrumen tersebut dinyatakan reliabel dengan kategori bagus.
F. Langkah-langkah Pengumpulan Data
1. Langkah pertama, peneliti mengajukan surat izin dari fakultas untuk diberikan kepada pihak sekolah mengenai izin mengambil data dan melakukan penelitian di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.
3. Peneliti juga mengajukan surat izin dari fakultas kepada pihak sekolah SD Negeri Parung 01 untuk mengambil data dan melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen.
4. Setelah izin dengan pihak sekolah dan membuat kontrak waktu, peneliti membagikan kuesioner kepada 30 siswa kelas V SD Negeri Parung 01 untuk diuji validitas dan reliabilitasnya yang selanjutnya diolah menggunakan program software statistik.
5. Selanjutnya peneliti melakukan penelitian. Peneliti memasuki ruang kelas dan mulai memperkenalkan diri sekaligus menjelaskan maksud dari penelitian kepada responden. Selanjutnya peneliti membagikan kuesioner kepada seluruh siswa yang hadir dan memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner. Peneliti tetap berada di ruang kelas selama responden mengisi kuesioner tersebut.
6. Setelah kuesioner terkumpul, peneliti melakukan pengecekan apakah data sudah terisi dengan lengkap atau belum. Setelah lengkap, data diberi kode pada masing-masing pertanyaan untuk mempermudah proses analisis data. Kemudian data diproses dengan cara meng-entry
data yang ada pada kuesioner ke dalam program software statistik. 7. Langkah terakhir yaitu mengecek kembali data yang sudah di-entry
G. Pengolahan Data
Berikut tahap-tahap dalam proses pengolahan data menurut (Notoatmodjo, 2010) :
1. Editting
Editting merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, jika memungkinkan perlu pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban-jawaban tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan, maka pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap tersebut tidak diolah.
2. Coding
Coding merupakan proses mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2010). Kode untuk kuesioner B yaitu “benar = 1” dan “salah = 0”. Kode untuk kuesioner C yaitu “setuju = 1” dan “tidak setuju = 0”. Kode untuk kuesioner D yaitu “ya = 1” dan “tidak = 0”.
3. Data Entry
Data entry yakni memasukkan jawaban-jawaban dari responden yang dalam bentuk angka atau huruf ke dalam program software komputer. Program untuk entry data pada penelitian ini menggunakan software
statistik.
4. Cleaning
kembali kemungkinan adanya kesalahan kode dan ketidaklengkapan, selanjutnya dilakukan koreksi atau pembetulan (Notoatmodjo, 2010).
H. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Tujuan analisis univariat adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisa univariat pada penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dari masing-masing variabel.
2. Analisa Bivariat
Setelah analisis univariat dilakukan, akan diketahui hasil dari karakteristik atau distribusi setiap variabel, kemudian dapat dilanjutkan ke analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga mempunyai hubungan atau korelasi (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini analisis bivariat dilakukan terhadap variabel pengetahuan dengan perilaku dan sikap dengan perilaku. Analisis data yang digunakan yaitu menggunakan Uji Korelasi Rank Spearman. Uji ini digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independen skala ordinal dan variabel dependen skala ordinal (Dharma, 2011).
relasi. Namun untuk analisis korelatif seperti pada penelitian ini yang digunakan adalah koefisien korelasi. Interpretasi hasil uji korelasi didapatkan berdasarkan kekuatan nilai koefisien korelasi (r), nilai p, dan arah korelasinya. Kekuatan koefisien korelasi (r) dinyatakan sangat lemah jika nilainya 0,0 sd <0,2. Lemah jika nilainya 0,2 sd <0,4. Sedang jika nilainya 0,4 sd <0,6. Kuat jika nilainya 0,6 sd <0,8. Dan sangat kuat jika nilainya 0,8 sd 1. Berdasarkan nilai p, korelasi dinyatakan bermakna jika p < 0,05. Kemudian arah korelasi disimpulkan berdasarkan positif atau negatifnya nilai korelasi. Apabila nilai korelasi positif maka arah korelasi dua variabel dinyatakan searah (Dahlan, 2011).
I. Etika Penelitian
Penelitian ini menerapkan prinsip etis (Nursalam, 2008) sebagai berikut:
1. Prinsip manfaat
a. Penelitian ini dilaksanakan tidak menimbulkan penderitaan bagi subjek penelitian.
b. Informasi yang telah diberikan oleh subjek, tidak akan dipergunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk apapun.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia
b. Subjek mendapat informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan
3. Prinsip keadilan
a. Subjek diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya deskriminasi
51 BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Profil SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok beralamat di Jl. Raya Cipayung No.12 Kelurahan Cipayung Jaya, Kecamatan Cipayung, Kota Depok. Sekolah ini sudah berdiri sejak tahun 1975. Sekolah dengan luas tanah 1200 m2 ini memiliki 2 buah bangunan. Jumlah ruangan sekolah ini terdiri dari 7 ruang kelas, 2 ruang guru dan tata usaha, dan 1 ruang kepala sekolah.
Tahun 2014/2015 siswa SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok seluruhnya berjumlah 671 siswa, dengan rincian 121 siswa kelas I, 114 siswa kelas II, 126 siswa kelas III, 120 siswa kelas IV, 88 siswa kelas V, dan 102 siswa kelas VI. Setiap kelas terbagi menjadi beberapa rombongan kelas. Kelas I terdiri dari 3 rombongan, kelas II terdiri dari 3 rombongan, kelas III terdiri dari 3 rombongan, kelas IV terdiri dari 3 rombongan, kelas V terdiri dari 2 rombongan, dan kelas VI terdiri dari 3 rombongan.
SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok memiliki visi yaitu: “Berprestasi, Beriman, dan Bertaqwa serta Berwawasan Lingkungan Hidup”.
Adapun tujuan pendidikan SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok, yaitu:
2. Terwujudnya perolehan nilai ujian sekolah daerah melebihi SKL 3. Terwujudnya peningkatan dedikasi dan disiplin seluruh warga
sekolah
4. Terwujudnya lingkungan sekolah yang bernuansa religius
5. Terwujudnya peningkatan kedisiplinan warga sekolah dalam melaksanakan kewajiban sebagai umat beragama
6. Terwujudnya sekolah yang bersih dan peduli lingkungan hidup 7. Terwujudnya kerjasama yang harmonis antar warga sekolah dan
masyarakat
8. Terwujudnya sekolah yang berwawasan lingkungan dan terciptanya sekolah yang peduli lingkungan melalui 3 R, drainase dan MCK sehat.
B. Hasil Uji Normalitas Data
Uji normalitas data ini digunakan untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak. Data dinyatakan berdistribusi tidak normal apabila nilai Kolmogorov Smirnov <0.05, begitu juga sebaliknya (Dahlan, 2011). Pada penelitian ini, data dari semua variabel dinyatakan tidak berdistribusi normal karena menghasilkan nilai Kolmogorov Smirnov 0.000 (<0.05).
C. Hasil Analisa Univariat
1. Gambaran Karakteristik Siswa Kelas V di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
Karakteristik siswa yang dianalisis pada penelitian ini yaitu berdasarkan jenis kelamin dan usia. Hasil dari analisa karakteristik siswa adalah sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
Karakteristik siswa berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki 35 44,3 %
Perempuan 44 55,7 %
Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa dari 79 responden, mayoritas responden adalah perempuan dengan jumlah 44 orang (55,7%), sedangkan responden laki-laki berjumlah 35 orang (44,3%).
b. Usia
Karakteristik siswa berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
Usia Frekuensi (n) Persentase (%)
10 tahun 3 3,8 %
11 tahun 62 78,5 %
12 tahun 14 17,7 %
Total 79 100 %
2. Gambaran Kategori Pengetahuan Siswa mengenai Jajanan Aman
Pengelompokkan responden berdasarkan kategori pengetahuan dibagi menjadi 2, yaitu kategori pengetahuan baik dan kategori pengetahuan tidak baik. Hasil analisa dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Pengetahuan Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 61 77,2 %
Kurang 18 22,8 %
Total 79 100 %
Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa dari 79 responden, 61 di antaranya dinyatakan berpengetahuan baik (77,2%) dan 18 responden dinyatakan berpengetahuan tidak baik (22,8%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai jajanan aman.
3. Gambaran Kategori Sikap Siswa mengenai Jajanan Aman
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Sikap Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)
Mendukung 44 55,7 %
Tidak Mendukung 35 44,3 %
Total 79 100 %
Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berjumlah 44 orang (55,7%) memiliki sikap mendukung mengenai jajanan aman. Sedangkan sisanya berjumlah 35 orang (44,3%) memiliki sikap tidak mendukung.
4. Gambaran Perilaku Siswa Memilih Jajanan
a. Pilihan Jajanan di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi berdasarkan Daftar Jajanan Pilihan Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
Jajanan Frekuensi (n) Persentase (%)
a. Jajanan yang diduga aman
1. Martabak mini 40 50,6 %
2. Batagor (tanpa menambahkan saos)
47 59,5 %
3. Cilok kuah (tanpa menambahkan saos)
14.Minuman gelas/botol
56 70,9 %
15. Air putih 72 91,1 %
b. Jajanan yang diduga tidak aman
banyak dipilih oleh responden adalah makanan papeda (ditambah dengan saos) berjumlah 22 orang (27,8%) dan minuman es mambo berjumlah 39 orang (49,4%).
b. Kategori Perilaku Memilih Jajanan
Pengelompokkan responden berdasarkan kategori perilaku dibagi menjadi 2, yaitu perilaku baik dan perilaku kurang baik. Hasil analisa dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Perilaku Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 60 75,9 %
Kurang 19 24,1 %
Total 79 100 %
D. Hasil Analisa Bivariat
1. Hubungan Pengetahuan mengenai Jajanan Aman dengan
Perilaku Memilih Jajanan
Tabel 5.7
Hubungan Pengetahuan mengenai Jajanan Aman dan Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota
Depok
Pengetahuan
Perilaku Total
P-value
r
Baik Kurang
N % N % N % 0.000 0.471
Baik 53 86,9% 8 13,1% 61 100
Kurang 7 38,9% 11 61,1% 18 100
Total 60 75,9% 19 24,1% 79 100
variabel tersebut sebanding, dimana pengetahuan yang baik disertai dengan perilaku yang baik.
2. Hubungan Sikap mengenai Jajanan Aman dengan Perilaku
Memilih Jajanan
Tabel 5.8
Hubungan Sikap mengenai Jajanan Aman dan Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
Sikap
Perilaku Total
P-value
r
Baik Kurang
N % N % N % 0.015 0.273
Mendukung 38 86,4% 6 13,6% 44 100
Tidak Mendukung
22 62,9% 13 37,1% 35 100
Total 60 75,9% 19 24,1% 79 100
63 BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Karakteristik Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok a. Jenis Kelamin
Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini yaitu berjumlah 79 orang. Responden laki-laki berjumlah 35 orang (44,3%) dan responden perempuan berjumlah 44 orang (55,7%). Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perempuan, hal ini sesuai dengan populasi siswa kelas V dengan jumlah siswa perempuan lebih banyak daripada jumlah siswa laki-laki. Jumlah populasi siswa kelas V yaitu 88 orang dengan rincian 47 siswa perempuan dan 41 siswa laki-laki.