IDENTITAS PEREMPUAN
DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN MEMOIRS OF A GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN
(SEBUAH KAJIAN SASTRA BANDINGAN)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
Citra Resmi
NIM 1100672
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
IDENTITAS PEREMPUAN
DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA
AHMAD TOHARI DAN MEMOIRS OF A GEISHA KARYA
ARTHUR GOLDEN
(SEBUAH KAJIAN SASTRA BANDINGAN)
Oleh Citra Resmi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Citra Resmi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
IDENTITAS PEREMPUAN
DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN MEMOIRS OF A GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN
(SEBUAH KAJIAN SASTRA BANDINGAN)
oleh
Citra Resmi 1100672
disetujui dan disahkan dalam skripsi oleh
Pembimbing I,
Yulianeta, M.Pd. NIP 197507132005012002
Pembimbing II,
Nenden Lilis Aisyah, M.Pd. NIP 197109262003122001
diketahui oleh
Ketua Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
vii Citra Resmi, 2015
IDENTITAS PEREMPUAN
DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN MEMOIRS OF A GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN
(SEBUAH KAJIAN SASTRA BANDINGAN)
Citra Resmi 1100672
Abstrak
Sebagai artefak budaya, ronggeng dan geisha kerap terdapat dalam karya sastra. Ronggeng dan geisha menjadi sebuah gambaran mengenai posisi perempuan yang terkungkung dalam budaya konservatif. Sebagai bagian dari karya sastra, ronggeng dan geisha memiliki sebuah persejajaran dari segi identitas dan permasalahan perempuan. Persejajaran tersebut tergambar melalui dua novel yang diperbandingkan dalam penelitian ini. Sumber data penelitian ini adalah novel
RDP karya Ahmad Tohari dan novel MOG karya Arthur Golden. Penelitian ini
membandingkan identitas perempuan yang tergambar melalui dua tokoh utama novel. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui struktur novel RDP dan
MOG, memperoleh gambaran mengenai identitas perempuan melalui dua tokoh
WOMAN IDENTITY
IN RONGGENG DUKUH PARUK NOVEL BY AHMAD TOHARI AND MEMOIRS OF A GEISHA BY ARTHUR GOLDEN (A COMPARATIVE
LITERATURE ANALYSIS)
Citra Resmi
1100672
Abstract
ix Citra Resmi, 2015
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
2.1.2 Identitas Perempuan dalam Pandangan Masyarakat Jawa ...9
2.1.3 Identitas Perempuan dalam Pandangan Masyarakat Jepang ...10
2.2.4.3 Analisis Waktu ...18
2.2.5. Aspek Pragmatika ...18
2.2.5.1 Sudut Pandang ...18
2.3 Kajian Sastra Bandingan ...19
2.3.1 Sosiologi Sastra ...21
2.4 Sekilas Mengenai Novel Ronggeng Dukuh Paruk ...24
2.5 Sekilas Mengenai Novel Memoirs of A Geisha ...25
BAB 3 METODE PENELITIAN ...27
3.1 Metode Penelitian...27
BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN ...35
4.1 Analisis Struktur Novel RDP ...35
xi Citra Resmi, 2015
5. Makam Ki Secamenggala ...100
4.1.4 Latar Waktu ...100
4.2 Analisis Struktur Novel MOG ...103
4.2.1 Struktur Alur dan Pengaluran...103
2. Japan Seafood Coastal Company ...163
3. Distrik Gion ...164
4.3.1 Kaitan Antara Struktur dan Gambaran Identitas Perempuan ...179
4.3.2 Gambaran Identitas Perempuan Melalui Identitas Budaya ...187
1. Ronggeng Dukuh Paruk ...187
2. Memoirs Of A Geisha ...191
4.3.3 Gambaran Identitas Perempuan Melalui Identitas Sosial ...196
1. Ronggeng Dukuh Paruk ...196
2. Memoirs Of A Geisha ...199
4.4 Perbandingan Antara Novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Memoirs Of A Geisha ...204
4.4.1 Identitas Pribadi ...204
4.4.1.1 Persamaan ...205
4.4.1.2 Perbedaan ...215
4.4.2 Perbandingan Gambaran Identitas Budaya dalam Novel dengan Kenyataan...220
4.4.3 Perbandingan Gambaran Identitas Sosial dalam Novel dengan Kenyataan...223
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ...228
5.1 Simpulan...228
5.1.1 Struktur Novel RDP dan MOG ...228
5.1.2 Gambaran Identitas Perempuan dalam Novel RDP dan MOG ...229
5.1.3 Persamaan dan Perbedaan Gambaran Identitas Perempuan pada Novel RDP dan MOG ...230
5.2 Saran ...230
DAFTAR PUSTAKA ...232
LAMPIRAN ...235
xiii Citra Resmi, 2015
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian ...29
Bagan 4.1 Analisis Pengaluran Novel RDP ...69
Bagan 4.2 Analisis Fungsi Utama Novel RDP ...88
Bagan 4.3 Analisis Pengaluran Novel MOG ...133
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Analisis Struktur...30
Tabel 3.2 Pedoman Analisis Mengenai Identitas Perempuan ...31
1
yang merupakan tempat kelahiran ronggeng sendiri, ronggeng adalah sebuah
produk seni dari kebudayaan. Ronggeng erat hubungannya dengan tayub, karena
ronggeng secara harfiah berarti penari tayub. Sebagai artefak budaya, ronggeng
memiliki sejarah yang sangat panjang. Dalam sejarahnya, ronggeng merupakan
sebuah penyimbolan dunia sakral dan menjadi wakil dari kepercayaan mistis
budaya Jawa di masa lalu. Sayangnya, pergeseran makna sakral menjadi profan
pada ronggeng telah menjadikan ronggeng sebagai ‘perempuan penghibur’, yang
bukan saja dilekatkan kepada seni tarian, namun justru kepada seksualitas mereka.
Sejajar dengan ronggeng, ‘perempuan penghibur’ juga lahir dalam budaya
Jepang yakni geisha. Geisha pun merupakan sebuah artefak budaya yang lahir
dalam sejarah sangat panjang. Ronggeng dan geisha menjadi sebuah simbol dan
gambaran perempuan yang menarik disimak karena berbagai kontradiksi dan
kompleksitas permasalahan perempuan yang mereka alami. Keduanya amat
termasyhur, terutama karena pandangan negatif terhadap mereka yang terbentuk
melalui berbagai konstruksi sosial dalam masyarakat. Melalui kemasyhuran
ronggeng dan kekentalan nilai seni budaya tersebut, banyak para sastrawan yang
mengangkat tema prosa fiksi mereka dengan tema ronggeng juga geisha.
Di Indonesia sendiri prosa fiksi dengan tema ronggeng sebagai tema
penceritaan utama terhitung banyak. Salah satu yang terkenal adalah trilogi novel
2
Mineko diklaim sebagai sumber inspirasi dari penulisan novel MOG Arthur yang
terkenal. Ia pun melahirkan bukunya yang berisikan catatat kehidupannya sebagai
geisha full-time dalam buku tersebut.
Terdapat beberapa kesejajaran yang menjadi alasan membandingkan dua
novel yang berasal dari dua negara berbeda ini. Kesejajaran yang menjadi dasar
penelitian ini terdapat pada jalan cerita kedua novel yang sama-sama mengisahkan
kehidupan seorang ronggeng dan geisha dan lika-liku permasalahan perempuan
yang mereka alami, terutama karena mereka bukan merupakan perempuan biasa,
namun seorang perempuan penghibur. Kesejajaran kedua terletak pada kenyataan
bahwa penulis kedua novel yang sama-sama berisikan permasalahan perempuan
tersebut merupakan laki-laki. Baik novel RDP dan MOG, keduanya memiliki
kesejajaran menarik lainnya karena sama-sama ditulis oleh pengarang laki-laki.
Kesejajaran terakhir terletak pada fenomena penjualan keperawanan mereka
yang sangat terkenal yakni bukak-klambu bagi ronggeng dan mizuage bagi geisha.
Kesejajaran ini merupakan hal yang mengejutkan, mengingat ronggeng dan
geisha lahir dalam dua budaya yang berbeda. Terdapatnya kesejajaran ini
merupakan penggambaran telak mengenai posisi perempuan dalam budaya yang
terkungkung, di mana pun perempuan itu berada. Dua fenomena penjualan
keperawanan tersebut juga merupakan gambaran bahwa posisi perempuan
tertekan oleh ideologi patriarki dalam masyarakat yang sangat konvensional: Jawa
dan Jepang.
Kesejajaran ini tergambar sangat jelas dalam novel RDP dan MOG.
Keduanya menceritakan perjalanan hidup tokoh utama yakni Srintil dalam RDP
dan Sayuri dalam MOG. Lika-liku permasalahan perempuan keduanya hampir
sama. Permasalahan perempuan keduanya lebih menekankan kepada kompleksitas
identitas mereka sebagai perempuan. Srintil dan Sayuri begitu sulit menemukan
identitas mereka sebagai perempuan yang utuh, terutama karena mereka
merupakan perempuan dengan peran ganda. Di satu sisi mereka adalah perempuan
biasa yang kerap tertekan ideologi patriarki dalam masyarakat, sedangkan di sisi
lain mereka adalah seorang perempuan penghibur yang mampu menerabas
dominasi dunia kelelakian. Hal ini juga yang pada akhirnya melahirkan dua peran,
3
Citra Resmi, 2015
Oleh karena itu, kesejajaran ronggeng dan geisha ini sangat menarik dikaji,
mengingat dunia perempuan dan permasalahnnya merupakan fenomena alot yang
tak kunjung selesai. Dalam penelitian ini akan dipaparkan mengenai perbandingan
novel RDP dan MOG melalui kajian sastra bandingan. Perbandingan ini berupaya
untuk melihat secara jelas dan jernih mengenai bagaimana identitas perempuan
ronggeng dan geisha yang sangat kabur karena tekanan konstruksi sosial budaya
dan nilai idealis patriarki kepada mereka dalam masyarakat.
Penelitian sebelumnya lebih banyak ditemukan pada penelitian mengenai
novel RDP yang memfokuskan penelitiannya mengenai gambaran ronggeng.
Penelitian tersebut berjudul Gambaran Ronggeng dalam Novel Indonesia: Telaah
atas Novel Ronggeng Dukuh Paruk, Ronggeng, dan Karti Ngeledek Krajek yang
ditulis oleh Yulianeta, pada tahun 2013. Penelitian tersebut lebih menitikberatkan
pada gambaran ronggeng pada tiga novel yang bercerita mengenai ronggeng dan
menelaah perbedaan represi pengarang terhadap nilai ronggeng yang
berbeda-beda pada ketiga novel tersebut.
Kiranya persamaan sekaligus pertentangan antara ronggeng dan geisha
melalui dua novel tersohor tersebut menarik. Mengingat menurut peneliti belum
terlalu banyak penelitian yang mengupas mengenai ronggeng juga mengupas
mengenai geisha secara berdampingan. Terdapat beberapa skripsi dan tesis yang
membahasa mengenai kajian interteks terkait MOG dengan novel Indonesia yang
berbau Jepang. Salah satunya adalah tesis yang ditulis oleh Titiek Suyatmi pada
tahun 2010 yang berjudul Kajian Intertekstual dan Nilai Pendidikan antara Novel
Memoirs Of A Geisha Karya Arthur Golden dengan Novel Kembang Jepun Karya
Remy Sylado. Dilihat dari penelitian ini, menekankan pada persamaan struktur
melalui kajian interteks. Sedang persamaan nilai budaya tidak disinggung sama
sekali. Rata-rata penelitian yang mengambil novel MOG sebagai perbandingan
mengacu kepada novel Indonesia yang memiliki unsur Jepang yang kuat dengan
tokoh utama perempuan seperti novel Namaku Hiroko yang ditulis oleh Nh Dini
atau Kembang Jepun yang ditulis Remy Sylado.
Penelitian yang mengkaji konteks latar sosial dan budaya ronggeng dan
geisha belum terlalu banyak peneliti temukan. Terutama yang
4
kaitannya dengan dunia perempuan dan permasalahannya. Atas dasar itulah
peneliti memutuskan untuk mengkaji lebih dalam identitas perempuan yang akan
mencakup semua permasalahan yang ada dalam peran ronggeng dan geisha.
Juga atas dasar perbedaan konteks sastra yaitu konteks sosial dan budaya
yang melatarbelakangi kedua novel, peneliti melakukan perbandingan keduanya
melalui kajian sastra bandingan. Sastra bandingan sendiri merupakan pendekatan
dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori sendiri. Boleh dikatakan teori
apa pun bisa dimanfaatkan dalam penelitian sastra bandingan, sesuai dengan
objek dan tujuan penelitiannya (Damono, 2011, hlm. 1). Maka atas dasar tersebut
peneliti kemudian mengkaji gambaran identitas perempuan yang terkait dengan
kontekstual sastra masing-masing melalui kajian sosiologi sastra sebagai kajian
pendekatan utama. Selain dengan dukungan teori analisis feminisme dalam
beberapa aspek. Pengkajian sosiologi sastra dirasa cocok untuk mengkaji
fenomena yang telah disebutkan di atas.
Dalam penelitian ini dapat terlihat perbandingan keduanya memiliki
persamaan dan perbedaan yang seimbang. Identitas perempuan yang digambarkan
dalam dua novel tersebut bukan suatu fenomena tunggal belaka. Seluruh
kompleksitas mengenai peran seni, seksualitas, konteks sosial dan budaya, juga
stigma yang melekat akan terangkum secara keseluruhan dalam penelitian ini.
Mengingat nilai budaya yang tinggi ini bukan saja berkutat mengenai
permasalahan fiksi namun konteks budaya yang masih belum maksimal tergarap
dalam sebuah penelitian. Oleh karena itu, berdasarkan keminiman konteks budaya
dalam penelitian sebelumnya, penelitian ini bermaksud untuk menggali lebih
dalam permasalahan mengenai identitas perempuan beserta kedudukannya dalam
budaya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur novel RDP (Ronggeng Dukuh Paruk) dan MOG
(Memoirs of A Geisha)?
2. Bagaimana gambaran identitas perempuan melalui dua tokoh utama
dalam masing- masing novel?
3. Bagaimana persamaan dan perbedaan gambaran identitas perempuan
5
Citra Resmi, 2015
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan umum penelitian ini adalah
mengungkapkan bagaimana identitas perempuan yang tergambar melalui
ronggeng dan geisha adalah sebuah kompleksitas. Adapun tujuan khusus
penelitian ini adalah memperoleh deskripsi tentang:
1. Struktur novel RDP dan MOG.
2. Gambaran mengenai identitas perempuan melalui dua tokoh utama
kedua novel.
3. Hasil perbandingan kedua novel tersebut yang menghasilkan persamaan
dan perbedaan gambaran identitas perempuan yang tergambar melalui
tokoh ronggeng dan tokoh geisha.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bagaimana gambaran
identitas perempuan yang kompleks yang dalam peneilitian ini terwakili melalui
dua tokoh perempuan masing-masing novel, ronggeng dan geisha. Pun
memperoleh hasil perbandingan antara keduanya.
1.5 Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini berjudul Identitas Perempuan dalam Novel Ronggeng Dukuh
Paruk Karya Ahmad Tohari dan Memoirs of A Geisha Karya Arthur Golden
(Sebuah Kajian Sastra Bandingan) dan terdiri dari lima bab. Adapun sistematika
penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah meliputi
sejarah singkat ronggeng dan geisha, penelitian terdahulu, dan alasan melakukan
penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan skripsi.
BAB II merupakan kajian teori yang berkaitan dengan judul penelitian ini
yakni meliputi pengertian identitas perempuan, identitas perempuan dalam
pandangan masyarakat Jawa, identitas perempuan dalam pandangan masyarakat
Jepang, pengertian novel, struktur novel; aspek sintaksis, semantik, dan
pragmatik, kajian sastra bandingan, sosiologi sastra, dan terakhir merupakan
6
BAB III merupakan metode penelitian meliputi sumber data, teknik
pengumpulan data, bagan kerangka berpikir penelitian, pedoman analisis struktur,
pedoman gambaran identitas perempuan, pedoman perbedaan dan persamaan
identitas perempuan, dan definisi operasional.
BAB IV merupakan hasil temuan dan pembahasan meliputi struktur
masing-masing novel, kaitan antara struktur dengan gambaran identitas perempuan,
identitas perempuan dalam identitas budaya, identitas perempuan dalam identitas
sosial, persamaan, dan perbedaan.
BAB V merupakan kesimpulan dari penelitian dan saran, daftar pustaka
27
Citra Resmi, 2015
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Objek penelitian, dalam hal ini karya sastra, memiliki banyak dimensi,
banyak aspek, dan unsur. Untuk memahaminya secara lengkap diperlukan teori
dan metode yang sesuai dengan dimensi-dimensi tersebut. Dalam pengertian yang
lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas,
langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya
(Ratna, 2003, hlm. 7).
Penelitian ini merupakan kajian sastra bandingan oleh karena itu metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif komparatif. Metode penelitian ini adalah penggabungan dua teknik
penelitian yaitu dengan menggunakan cara menguraikan (deskriptif) lalu
membandingkan (komparatif). Dalam penelitian ini peneliti akan menguraikan
bagaimana struktur novel RDP dan MOG, bagaimana representasi identitas
perempuan masing-masing, konteks sosial dan budaya negara asal keduanya,
kemudian membandingkannya dengan maksud menemukan persamaan dan
perbedaan keduanya.
3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini ada dua
sumber utama yaitu:
3.2.1 Novel Ronggeng Dukuh Paruk yang ditulis oleh Ahmad Tohari yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama: Jakarta pada tahun 2003 dengan
ketebalan 397 halaman sebagai sumber utama penelitian.
3.2.2 Novel Memoirs of A Geisha yang ditulis oleh Arthur Golden (dialihabahasakan oleh Listiana Srisanti) yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta pada tahun 2003 dengan ketebalan 490 halaman sebagai sumber
28
3.3 Teknik Penelitian
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik studi pustaka. Peneliti akan melakukan telaah buku-buku teks sumber,
literatur yang mendukung dan berkaitan dengan teori kajian penelitian ini.
3.3.2 Teknik Pengolahan Data
Tahapan teknik pengolahan data yang dilakukan di dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Struktur novel RDP dan MOG dianalisis berupa aspek cerita dengan
menggunakan teori kajian analisis stuktur Todorov. Analisis struktur Todorov
tersebut akan menganalisi bagian (1) aspek sintaktik, (2) aspek semantik, dan (3)
aspek verbal. Aspek pertama untuk meneliti urutan peristiwa secara kronologis
dan logis khusus di dalam alur; aspek kedua untuk meneliti tema, tokoh, dan latar,
ini sudah berkaitan dengan penafsiran makna atas lambang (verbal, bahasa); dan
aspek ketiga untuk meneliti sarana atau alat-alat pengungkapannya seperti sudut
pandang, gaya, `atau pengujaran. Dalam penelitian ini, analisis hanya akan
dibatasi pada pembahasan: (1) sekuen dan fungsi utama (aspek sintaktik); (2)
tokoh dan latar (aspek semantis); dan (3) sudut pandang (aspek verba/pragmatis).
2. Menguraikan bagaimana identitas perempuan dalam masing-masing
novel yang tergambar melalui ronggeng dalam novel RDP dan geisha dalam novel
MOG.
3. Terakhir kedua karya ini dibandingkan dengan pendekatan sastra
bandingan yang memasukan unsur sosiologi sastra untuk mendapatkan perbedaan
serta persamaannya.
Teknik pengolahan data yang telah diuraikan di atas, akan dirangkum
29
Citra Resmi, 2015
Bagan 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian
1. Kesejajaran pada novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Memoirs of A
Geisha yang tergambar melalui identitas perempuan milik ronggeng
dan geisha.
2. Persamaan inisiasi di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk dan
Memoirs of A Geisha yang timbul dalam perbedaan budaya dua
negara.
Kajian sastra bandingan dengan pendekatan sosiologi sastra
Persamaan dan Perbedaan identitas perempuan dalam novel ronggeng Dukuh Paruk dan Memoirs of
30
TABEL 3.1 Pedoman Analisis Struktur
No Aspek yang Diteliti Acuan Analisis
1 Tokoh dan
Penokohan
a) Siapakah tokoh utama dalam novel Ronggeng
Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari?
b) Siapakah tokoh utama dalam novel Memoirs of A
Geisha karya Arthur Golden?
c) Siapakah tokoh-tokoh tambahan yang terdapat
dalam dua novel tersebut?
d) Bagaimanakah watak setiap tokoh dan dengan
teknik apakah pengarang menampilkan
tokoh-tokoh tersebut?
a) Dimanakah peristiwa dalam dua novel tersebut
berlangsung?
b) Kapankah peristiwa dalam dua novel tersebut
terjadi?
c) Bagaimana latar sosial yang digambarkan melalui
dua novel tersebut?
4 Penceritaan a) Menggunakan sudut pandang apakah pengarang
dalam dua novel tersebut?
b) Adakah kekhususan sudut pandang tertentu
dalam menggambarkan identitas perempuan pada
dua novel tersebut?
c) Bagian mana sajakah yang termasuk tipe
penceritaan wicara yang dilaporkan, wicara yang
dinarasikan dan wicara yang dialihkan dalam dua
31
Citra Resmi, 2015
TABEL 3.2 Pedoman Analisis Mengenai Identitas Perempuan
No Aspek yang Diteliti Acuan Analisis
1. Identitas Budaya 1) Apa saja dimensi atau aspek yang
menunjukan cakupan identitas budaya
yang bersifat personal/pribadi pada tokoh
perempuan dalam novel RDP dan MOG?
2) Apakah dimensi atau aspek
tersebut menunjukkan pengaruh dari
identitas budaya yang terdapat pada latar
novel RDP dan MOG?
3) Apakah identitas budaya tersebut
mencerminkan identitas budaya
masyarakat tersebut dalam kenyataan?
2. Identitas Sosial 1) Apa saja dimensi atau
aspek yang menunjukan cakupan identitas
sosial yang bersifat personal/pribadi pada
tokoh perempuan dalam novel RDP dan
MOG?
2) Apakah dimensi atau aspek
tersebut menunjukkan pengaruh dari
identitas sosial yang terdapat pada latar
novel RDP dan MOG?
3) Apakah identitas sosial tersebut
mencerminkan identitas budaya
32
TABEL 3.3 Persamaan dan Perbedaan Identitas Perempuan dalam Kedua Novel
No Aspek Acuan analisis
1. Identitas pribadi 1) Bagaimana persamaan gambaran
identitas pribadi dalam kedua novel?
2) Bagaimana perbedaan gambaran
identitas pribadi dalam kedua novel?
2. Identitas budaya Perbandingan Gambaran Identitas dalam Novel
1) Apa saja persamaan identitas budaya
dalam kedua novel?
2) Apa saja perbedaaan identitas budaya
dalam kedua novel?
Perbandingan Gambaran Identitas dalam
Kenyataan
1) Apa saja persamaan identitas budaya
dalam novel dengan kenyataan?
2) Apa saja perbedaan idetitas budaya
dalam novel dengan kenyataan?
3. Identitas sosial Perbandingan Gambaran Identitas Sosial
dalam Novel
1) Apa saja persamaan identitas sosial
dalam kedua novel?
2) Apas aja perbedaaan identitas sosial
dalam kedua novel?
Perbandingan Gambaran Identitas Sosial
dalam Kenyataan
1) Apa saja persamaan identitas sosial
dalam novel dengan kenyataan?
2) Apa saja perbedaan idetitas sosial
33
Citra Resmi, 2015
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian
karya ilmiah agar pembaca mendapatkan penggambaran yang jelas. Oleh sebab
itu, peneliti merasa perlu mendeskripsikan istilah atau variabel yang digunakan
dalam penelitian ini.
1) Identitas Perempuan
Identitas perempuan adalah sebuah acuan untuk memperoleh definisi
mengenai identitas perempuan yang utuh di tengah berbagai macam konstruksi
sosial dan nilai idealis yang ditekankan kepada mereka di masyarakat.
Berdasarkan perumusan konsep dari identitas menurut Alo Liliweri,
mengklasifikasikan identitas personal menjadi tiga dimensi yaitu identitas budaya,
sosial, dan pribadi. Maka dapat disimpulkan identitas perempuan pun mencakup
ketiga dimensi tersebut melalui sudut pandang perempuan serta permasalahan
yang dihadapi oleh perempuan sendiri.
2) Novel
Sudjiman (1998, hlm. 53) mengatakan bahwa novel adalah proses rekaan
yang menyuguhkan tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa serta latar
secara tersusun. Novel sebagai karya imajinatif mengungkapkan aspek-aspek
secara kemanusiaan yang mendalam dan menyajikannya secara halus.
3) Sastra Bandingan
Sastra bandingan adalah sebuah studi teks accros cultural. Dalam sastra
bandingan terdapat upaya interdisipliner, yakni lebih banyak memperhatikan
hubungan sastra menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra
baandingan dapat membandingkan dua atau lebih karya sastra dalam periode
waktu yang berbeda. Sedang konteks tempat, akan mengikat sastra bandingan
menurut wilayah geografis sastra. Melalui sastra bandingan kita dapat melihat
apakah karya sastra yang satu dengan karya sastra yang lain bersinggungan atau
34
4) Sosiologi Sastra
Menurut beberapa ahli teori dan konsep sosiologi sastra selalu berangkat
dari pendapat bahwa karya sastra tidak berangkat dari kekosongan, dalam hal ini
baik itu kekosongan budaya ataupun sosial. Hal ini mempertegas bahwa sastra
akan lahir dari seorang sastrawan dengan sifat sastra yang mimetis. Maka
hubungan antara sastrawan, sastra, dan masyarakat bukanlah sesuatu yang
dicari-cari (Damono, 2010, hlm. 1) melainkan sesuatu yang telah terbentuk secara
konkret sejak awal. Dalam sosiologi sastra, sastrawan atau pengarang mengambil
tempat sebagai hal yang berhubungan dengan konteks sosial dan kultural sedang
sastra sendiri merupakan refleksi yang bersifat mimetis.
228
Citra Resmi, 2015
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah dikemukakan di bab empat, dapat ditarik
simpulan mengenai struktur dan perbandingan identitas perempuan dalam novel
Ronggeng Dukuh Paruk (RDP) dan Memoirs Of A Geisha (MOG). Adapun
simpulan tersebut adalah sebagai berikut.
5.1.1 Struktur Novel RDP dan MOG
Terdapat 781 sekuen dan 164 fungsi utama dalam novel RDP, terdapat
beberapa tiga sekuen kilas balik pada novel RDP, 33 sekuen sorot balik, dan dua
sekuen bayangan. Pada novel MOG terdapat 423 sekuen dan 194 fungsi utama,
terdapat tujuh sekuen kilas balik dan tujuh sekuen sorot balik. Pada novel MOG
terdapat tujuh kilas balik.
Analisis tokoh pada novel RDP menghasilkan dua tokoh utama yakni Srintil
dan Rasus dan lima tokoh tambahan yang berperan penting dalam cerita yakni
Nyai Kartareja, Sakarya, Kartareja, Bajus, dan Marsusi. Dalam novel MOG,
terdapat satu tokoh utama yakni Sayuri dan lima tokoh tambahan yang berperan
penting dalam cerita yakni Mameha, Hatsumomo, Ibu, Nobu Toshikazu, dan
Katua Iwamura.
Terdapat lima latar ruang yang penting dalam novel RDP yakni Dukuh
Paruk, Pasar Dawuan, ruma Kartareja, tempat tahanan komunis, dan makam Ki
Secamenggala. Adapun latar waktunya adalah geger politik komunis sepanjang
tahun 1960 hingga 1965-an. Pada novel MOG terdapat delapan latar ruang yakni
desa Yoroido, Japan Coastal Seafood Company, distrik Gion, okiya Nitta, rumah
teh (ochaya), rumah Arashino, pulau Amami, dan New York City. Latar waktu di
novel MOG berkisar pada tahun 1930-an, pra PD II, dan pasca PD II.
Novel RDP dan MOG memiliki latar sosial yang hampir serupa yaitu latar
sosial yang berhubungan dengan arus pergolakan politik yang menyeret dua tokoh
229
yang amat pribadi, tanah air mungil mereka yang memiliki corak budaya yang
khas, Dukuh Paruk dan Gion.
Adapun kehadiran pencerita dalam novel RDP dan MOG berdasarkan teori
Todorov yakni pencerita ekstern dan intern. Dalam novel RDP pencerita itu
keduanya hadir bersamaan, intern melalui sudut pandang Rasus dan ekstern
melalui pencerita di luar cerita yang memandang dunia lewat Srintil, sedangkan
dalam novel MOG hanya terdapat satu pencerita yaitu intern lewat sudut pandang
Sayuri. Terakhir adalah tipe penceritaan yang terdapat dalam novel RDP dan
MOG ketiganya terdapat di dalamnya secara lengkap yakni wicara yang
dilaporkan, wicara yang dinarasikan, dan wicara alihan.
5.1.2 Gambaran Identitas Perempuan dalam Novel RDP dan MOG
Identitas perempuan dalam penelitian ini mengambil acuan dimensi
identitas yang dikemukakan oleh Liliweri yakni identitas pribadi, identitas
budaya, dan identitas sosial. Dalam identitas budaya dan sosial terdapat beberapa
aspek yang dikaitkan dengan identitas perempuan Srintil dan Sayuri yaitu
pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama, dan
keturunan dari suatu kebudayaan. Sama dengan identitas budaya, identitas sosial
pun meliputi beberapa aspek yaitu umur, gender, kerja, agama, kelas sosial, dan
tempat.
Dalam novel RDP tidak seluruh aspek dalam identitas tersebut dapat
berkaitan, maka dalam identitas budaya Srintil aspek tersebut hanya berkisar
kepada dua aspek yakni pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi serta
keturunan dari suatu kebudayaan. Pada novel MOG aspek identitas budaya
mengalami tambahan selain yang terkait dengan Srintil yakni penerimaan tradisi
dan sifat bawaan. Dalam identitas sosial pun hanya terdapat beberapa aspek bagi
Srintil aspek itu adalah umur, gender, kerja, kelas sosial dan tempat, yang
memiliki kesamaan pada identitas sosial Sayuri.
Pada aspek identitas budaya, pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi
serta keturunan dari suatu kebudayaan membentuk sebuah gambaran ideal bagi
Srintil dan Sayuri sebagai ronggeng dan geisha, di bawah nilai idealis kaum
230
Citra Resmi, 2015
Dukuh Paruk dan bagi Sayuri adalah okiya Nitta, sedangkan identitas sosial
mereka berkisar di luar tanah air mereka yakni masyarakat Jawa dan Jepang
secara universal.
Gambaran identitas yang didapatkan dari kedua tokoh tersebut adalah sama;
identitas mereka sebagai perempuan dan sebagai ‘perempuan penghibur’
sangatlah kabur sehingga terjadi kompleksitas. Konstruksi sosial telah
meniadakan identitas keperempuanan mereka yang utuh dan kerap
menghubungkan mereka dengan dunia prostitusi. Selain menjadi korban
kelelakian melalui pelanggeng ideologi patriarki seperti Nyai dan Ibu, keduanya
juga memiliki kuasa untuk memecah dominasi laki-laki dengan membuat
kelelakian itu tergila-gila kepada kecantikan mereka.
5.1.3 Persamaan dan Perbedaan Gambaran Identitas Perempuan pada Novel RDP dan MOG
Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan terkait dengan identitas pribadi
tokoh Srintil dan Sayuri sebagai pribadi yang kompleks. Persamaan itu meliputi
inisiasi bukak-klambu dan mizuage yang sama-sama meletakkan posisi Srintil dan
Sayuri sebagai subjek yang diperjual-belikan, bentuk perlawanan yang sama dari
keduanya melalui sebuah kesadaran akan hak mereka yang direnggutkan. Mereka
sadar bahwa mereka telah terlalu dibatasi, hal ini terutama dimanifestasikan
melalui kesadaran mereka yang tidak bisa memilih lelaki yang mereka cintai.
Sebagai bentuk perlawanan yang bertahan hingga akhir cerita, keduanya tetap
memilih untuk tetap mencintai kedua laki-laki itu.
Terakhir adalah keterlibatan kedua tokoh dengan dunia politik yang pada
hakikatnya menggambarkan kuasa mereka memecah dominasi laki-laki di dunia
tersebut meskipun ada bentuk penderitaan karena kuatnya sistem patriarki yang
ada. Perbedaan yang terdapat di antara keduanya merupakan sebuah wujud
perbedaan budaya yang menjembatani mereka, meskipun pada dasarnya budaya
tersebut sama-sama meletakkan keperempuan mereka dalam posisi yang rendah.
231
Berdasarkan simpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran. Adapun
saran-saran tersebut adalah sebagai berikut.
1) Penelitian sastra bandingan merupakan penelitian yang menarik karena
ada berbagai aspek yang dapat ditemukan dalam penelitian. Namun, dalam
penelitian ini aspek yang tergali lebih dalam hanya aspek dari segi budaya dan
sosial saja. Isu perempuan seperti dunia perempuan dan segala permasalahan
perempuan yang berkaitan dengan feminisme belum dapat tergali dengan baik
dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti berharap pada penelitian selanjutnya
isu feminis yang ada pada sosok ronggeng dan geisha dapat dikaji lebih dalam,
sebagai bagian daripada kajian feminisme.
2) Berkaitan dengan saran sebelumnya, selama melakukan penelitian ini
peneliti menemukan permasalahan yang berkaitan dengan kajian feminis yakni
mengenai permasalahan eksploitasi perempuan. Penjualan keperawanan ronggeng
dan geisha merupakan sebuah inisiasi yang mengejutkan karena secara kasar hal
tersebut bisa dianggap sebagai sebuah eksploitasi. Keperawanan mereka
diperdagangkan secara paksa. Eksploitasi tersebut bukan saja digambarkan
melalui bukak-klambu dan mizuage saja, namun dari budaya memperjualbelikan
perempuan yang terlihat melalui transaksi seksual yang mereka alami. Namun
karena keterbatasan peneliti, hal ini tidak dapat tergali secara lebih dalam. Oleh
karena itu, peneliti berharap pada penelitian selanjutnya, permasalahan mengenai
232
Citra Resmi, 2015
Daftar Pustaka
Anwar, A. (2009). Genelogi feminis: Dinamika pemikiran feminis dalam
novel pengarang perempuan Indonesia 1933-2005. Jakarta: Penerbit
Republika.
Barnhouse, R. T. (1992). Identitas wanita: Bagaimana mengenal dan
membentuk citra diri. Yogyakarta: Kanisius.
Budiati, C. A. (2010). Aktualisasi diri perempuan dalam sistem budaya Jawa (persepsi perempuan terhadap nilai-nilai budaya Jawa dalam mengaktualisasikan diri) dalam Pamator, 3 (1), hlm. 51—59.
Caturwati, E. (2008). Sinden penari di atas dan di luar panggung. Bandung: Sunan Ambu Press.
Dalby, L. C. (1983). Geisha. Los Angeles: University of California Press.
Damono, S. D. (2011). Sastra bandingan. Kompleks Dosen UI: Editum.
Damono, S. D. (2010). Sosiologi sastra: pengantar ringkas. Kompleks Dosen UI: Editum.
Danandjaja, S. (1997). Folklor Jepang dilihat dari kacamata Indonesia. Pustaka Utama Grafiti: Jakarta.
Djajanegara, S. (2000). Kritik sastra feminis: Sebuah pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Downer, L. (2001). Geisha: The secret history of a vanishing world. London: Headline Book Publishing.
Endaswara, S. (2011). Metodologi penelitian sastra. Yogyakarta: CAPS.
Golden, A. (2003). Memoirs of a geisha. Jakarta: Gramedia.
Greenwood, J. (2013). Geisha: A history of an empowered group.
University of Guelphs: Undergraduate Feminist Journal, (6), hlm.
97—106.
Hellwig, T. (2003). In the shadow of change: citra perempuan dalam sastra
Indonesia. Depok: Desantara.
Lockard, L. (2009). Geisha behind the painted smile. Honors Research
Advisory Seminar, Winter Term February 2009.
Okada, M. (2003). Prolegomenon to geisha as a cultural the gion school and
representation of a “traditional” japan. Paper of a lecture Cornell University on February 24. hlm. 218—224.
Okamura, M. (1983). Peranan wanita jepang. Yogyakarta: UGM Press.
Ratna, N. K. (2004). Teori, metode, dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, N. K. (2003). Paradigma sosiologi sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjiman, P. (1984). Kamus istilah sastra. Jakarta: Gramedia.
Surur, M. (2005). Perempuan multikultural. Jakarta: Desantara Utama.
Suyatmi, T. (2010). Kajian intertekstual dan nilai pendidikan antara novel memoirs of a geisha karya Arthur Golden dengan novel kembang jepun karya Remy Sylado. (Tesis). Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sebelas Maret.
Stanton, R. (2012). Teori fiksi Robert Stanton. Diterjemahkan oleh Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Todorov, T. (1985). Tata sastra. Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Okke K.S. Zaimar, dkk. Jakarta: Djambatan.
Teeuw, A. (1988). Sastra dan ilmu sastra, pengantar teori sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Tohari, A. (2003). Ronggeng dukuh paruk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Underwood, E. (2000). The life of geisha. Singapore: Berkeley Books.
Purba, A. (2010). Sastra indonesia kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pratita, I. I. (2005). “Menguak kehidupan kaum wanita Jepang”. LENTERA, Jurnal Studi Perempuan, 1 (2), hlm. 135—146.
Wasono, S. (2001). Memahami masyarakat lewat sastra: Catatan ringkas atas trilogi ronggeng dukuh paruk karya Ahmad Tohari. Seminar
234
Citra Resmi, 2015
Wellek, dan Austin W. (1990). Teori kesusteraan, Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.
Yulianeta. (2013). Representasi ronggeng dalam novel Indonesia: Telaah
atas novel ronggeng dukuh paruk, ronggeng, dan karti ngeledek ngrajek. Bandung: Laporan Penelitian Pembinaan.
Yulianeta. (2014). Membaca jejak ronggeng dalam prosa fiksi Indonesia. Bandung: Unpad Press.
Zaimar, O. K. S. (1991). Menelusuri makna ziarah karya Iwan S. seri ILDEP. Jakarta: Intermasa.