• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar Ilmu Hukum 012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengantar Ilmu Hukum 012"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Pengantar Ilmu Hukum

Nama: Haryo Nugroho

(2)

1.

Tersangka : Orang yang disangka melakukan delik.

2.

Terdakwa : Orang yang diproses di pengadilan.

3.

Terpidana : Orang yang menerima dakwaan.

4.

Masyarakat : 2 orang atau lebih hidup bersama yang memiliki kepentingan bersama/ kelompok-kelompok manusia yang tinggal di suatu tempat tertentu.

5. Faktor manusia bermasyarakat :

a. Hasrat untuk memiliki kebutuhan hidup pokok, b. Mencapai suatu tujuan,

c. Hasrat mengadakan keturunan. 6. Syarat masyarakat :

a. Paling sedikit 2 orang yang mengadakan interaksi,

b. Dalam Inderaksi menggunkakan bahasa yang dapat dimengerti satu dengan lainnya,

(3)

7. Masyarakat sebagai keluarga : keluarga inti dan keluar besar. 8. Masyarakat sebagai kehidupan :

a. Masyarakat primitive dan modern b. Masyarakat desa dan kota,

c. Masyarakat territorial : tempat tinggal yang sama. d. Masyarakat genealogis : Ikatan pertalian darah.

e. Masyarakat territorial genealogis :Pertalian darah dan kebetulan di daerah yang sama.

9. Kebutuhan dasar manusia dapat dibedakan menjadi: a. Basic needs : Makanan.

b. Safety needs : Asuransi. c. Social needs : Interaksi. d. Esteemed needs : Jabatan.

e. Self actualization needs : Melukis.

10. Kaidah sosial adalah pedoman tingkah laku manusia yang berfungsi melindungi kepentingan manusia baik sebagai individu maupun kelompok. Kaidah social dibagi menjadi 4, yaitu:

a. Kaidah kesusilaan : bersifat otonom, berasal dari setiap hati individu.

b. Kaidah agama : Kaidah yang berasal dari Tuhan, yang dapat bersanksikan neraka atau pidana bila kaidah agama tersebut menjadi satu dengan hukum setempat. c. Kaidah kesopanan : Suatu hal yang didasarkan atas kebiasaan kepatutan dan

kepantasan yang berlaku dalam masyarakat. Sanki pelanggar : cemooh.

d. Kaidah hukum : Aturan yang dibuat oleh penguasa yang sah. Sanksi pelanggar tergantung pada pelanggaran yang di perbuat.

11. Kapan kaidah sosial muncul? Kaidah hukum muncul pada saat orang ingin kehidupan bermasyarakat.

(4)

13. Timbulnya kaidah social menurut Gatot Soemartono “kaidah social timbul sejak manusia hidup bermasyarakat, lalu pertumbuhan dan perkembangan masyarakat melahirkan beberapa macam kaidah dan norma”.

14. Mengapa diperlukan kaidah hukum? Perlindungan dan pengaturan kepentingan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang diberikan oleh kaidah agama, kesusilaan dan kesopanan biasa masih belum cukup dan memuaskan. Kesimpulannya kaidah hukum dengan ketiga kaidah sosial adalah

a) Untuk memberikan perlindungan secara lebih tegas terhadap kepentingan-kepentingan manusia yang telah dilindungi oleh kaidah sosial yang lain.

b) Melakukan pengaturan terhadap kepentingan-kepentingan manusia yang belum diatur oleh ketiga kaidah sosial yang lain.

15. Definisi hukum oleh Van Apeldoorn: Bahwa tidak mungkin manusia membuat definisi hukum secara memuaskan karena hukum memiliki beragam bentuk dan sangat luas. 16. Genus hukum : Kaidah sosial.

17. Ciri-ciri : a) Adanya perintah dan larangan,

b) Perintah/ larangan harus diikuti semua orang, c) Sanksi hukum yang tegas.

18. Beda kaidah hukum dengan kaidah lainnya adalah sanksinya dapat dipaksakan. 19. Sanksi adalah sebuah sebuah hukuman berasal dari kegagalan mengikuti hukum yang

berlaku.

20. Di Indonesia, secara umum, dikenal sekurang-kurangnya tiga jenis sanksi hukum yaitu: a. sanksi hukum pidana

b. sanksi hukum perdata

c. sanksi administrasi/administratif

21. Di Indonesia, secara umum, dikenal sekurang-kurangnya tiga jenis sanksi hukum yaitu:

 sanksi hukum pidana

 sanksi hukum perdata

(5)

22. Dalam hukum pidana, sanksi hukum disebut hukuman. Menurut R. Soesilo, hukuman adalah: “Suatu perasaan tidak enak (sengsara) yang dijatuhkan oleh hakim dengan vonis kepada orang yang telah melanggar undang-undang hukum pidana”

23. Hukuman sendiri diatur dalam pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yaitu:

I. Hukuman pokok, yang terbagi menjadi: a) hukuman mati

b) hukuman penjara c) hukuman kurungan d) hukuman denda

II. Hukuman-hukuman tambahan, yang terbagi menjadi: a) pencabutan beberapa hak yang tertentu b) perampasan barang yang tertentu c) pengumuman keputusan hakim

24. Dalam hukum perdata, putusan yang dijatuhkan oleh hakim dapat berupa:

a) putusan condemnatoir yakni putusan yang bersifat menghukum pihak yang dikalahkan untuk memenuhi prestasi (kewajibannya). Contoh: salah satu pihak dihukum untuk membayar kerugian, pihak yang kalah dihukum untuk membayar biaya perkara. b) putusan declaratoir yakni putusan yang amarnya menciptakan suatu keadaan yang sah

(6)

c) putusan constitutif yakni putusan yang menghilangkan suatu keadaan hukum dan menciptakan keadaan hukum baru. Contoh: putusan yang memutuskan suatu ikatan perkawinan.

Jadi, dalam hukum perdata, bentuk sanksi hukumnya dapat berupa: a) kewajiban untuk memenuhi prestasi (kewajiban)

b) hilangnya suatu keadaan hukum, yang diikuti dengan terciptanya suatu keadaan hukum baru

25. Sanksi administrasi/administratif, adalah sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran administrasi atau ketentuan undang-undang yang bersifat administratif. Pada umumnya sanksi administrasi/administratif berupa;

a) Denda (misalnya yang diatur dalam PP No. 28 Tahun 2008),

b) pembekuan hingga pencabutan sertifikat dan/atau izin (misalnya yang diatur dalam Permenhub No. KM 26 Tahun 2009),

c) penghentian sementara pelayanan administrasi hingga pengurangan jatah produksi (misalnya yang diatur dalam Permenhut No. P.39/MENHUT-II/2008 Tahun 2008), d) tindakan administratif (misalnya yang diatur dalam Keputusan KPPU No.

252/KPPU/KEP/VII/2008 Tahun 2008).

26. Napoleon mengeluarkan code penal menjadi ada 2 sistem hukum yang mendominasi dunia, yaitu civil law (romawi kuno) dan anglo saxon (inggris). KUH Perdata Indonesia termasuk code penal.

27. Prof. Kansil mengemukakan bahwa hukum meliputi beberapa unsur, yaitu: I. Peraturan mengenai tingkah laku manusia.

II. Peraturan itu dibuat oleh badan resmi yang berwajib. III. Peraturan bersifat memaksa.

IV. Sanksi terhadap pelaggaran peraturan adalah tegas. 28. Pendekatannya: Normatif (Jeremy Betham) dan sosiologis.

29. Law is a tool for social engineering- Rosche Pound. 30. Tata urutan perundang udangan Indonesia.

(7)

II. Undang-Undang.

Keputusan bersama oleh Presiden dan parlemen untuk menjabarkan atau melaksanakan aturan-aturan yang diatur dalam UUD.

III. PERPU (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang).

Peraturan pemerintag yang dibuat oleh Presideb dalam hal ikhwal kepentingan yang memaksa sebagai pengganti undang-undang.

IV. Peraturan Pemerintah.

Keputusan hukum yang dibuat oleh Presiden untuk melaksanakan UU secara riil dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat pada masyarakat.

V. Peraturan Daerah.

Keputusan hukum yang dibuat pemerintah daerah bersama DPRD untuk melaksanakan tugas tugas daerah.

31. Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan bersifat memaksa dan bila dilanggar berakibat sanksi yang jelas.

32. Sumber hukum ada 2, yaitu :

I. Sumber hukum materiil adalah faktor yang menentukan isi hukum yang berlaku. Ada 3 yaitu :

a) Sosiologis; b) Historis; c) Filosofis.

II. Sumber hukum formal adalah faktor-faktor yang menentukan cara berjalannya hukum materiil. Berikut adalah sumber-sumbernya.

1) Undang-undang

Dilihat dari bentuknya, hukum dibedakan menjadi: (a). Hukum tertulis

(b). Hukum tidak tertulis

(8)

umum. Misalnya:

Ketetapan MPR, Peraturan pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU), Keputusan Presiden (KEPRES), Peraturan Daerah (PERDA), dll

b. Undang-undang dalam arti formal, yaitu: setiap peraturan negara yang karena bentuknya disebut Undang-undang atau dengan kata lain setiap . a. Konsideran (membantu, membawa, mengingat).

b. Dictum (pasal-pasal untuk mengisi rectvacuum).

2) Kebiasaan atau Hukum tak tertulis

Kebiasaan (custom) adalah: semua aturan yang walaupun tidak ditetapkan oleh pemerintah, tetapi ditaati oleh rakyat, karena mereka yakin bahwa aturan itu berlaku sebagai hukum.

3) Yurispudensi

adalah: keputusan hakim terdahulu yang kemudian diikuti dan dijadikan pedoman oleh hakim-hakim lain dalam memutuskan suatu perkara yang sama.

4) Traktat

Adalah: perjanjian yang dilakukan oleh kedua negara atau lebih.

Perjanjian yang dilakukan oleh 2 (dua) negara disebut Traktat Bilateral, sedangkan Perjanjian yang dilakukan oleh lebih dari 2 (dua) negara disebut Traktat Multilateral. Selain itujuga ada yang disebut sebagai Traktat Kolektif yaitu perjanjian antara beberapa negara dan kemudian terbuka bagi negara-negara lainnya untuk mengikatkan diri dalam perjanjian tersebut.

5) Doktrin Hukum

(9)

Dalam Yurispudensi dapat dilihat bahwa hakim sering berpegangan pada pendapat seorang atau beberapa sarjana hukum yang terkenal namanya. 6) Perjanjian

Perjanjian adalah hubungan antara dua orang atau lebing berdasarkan kata sepakat yang menimbulkan hukum. Syarat sah perjanjian ada , yaitu:

a) Kata sepakat; b) Cakap;

c) Suatu hal tertentu; d) Kausa yang halal. 33. Gradifikasi : pemberian.

34. 2 Saksi dalam pengadilan : memberatkan dan meringankan. 35. Unus testis nullus testus : asas satu saksi bukan saksi. 36. Das solen membutuhkan das sein/kenyataan.

37. Peristiwa hukum adalah peristiwa yang oleh hukum diberi akibat hukum. 38. Akibat hukum adalah Timbul atau lenyapnya hak dan kewajiban.

39. Fungsi hukum yaitu

a. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat

Hukum sebagai norma merupakan petunjuk untuk kehidupan. Manusia dalam

masyarakat, hukum menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk, hukum juga memberi petunjuk, sehingga segala sesuatunya berjalan tertib dan teratur. Begitu pula hukum dapat memaksa agar hukum itu ditaati anggota masyarakat.

b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan social lahir batin - Hukum mempunyai ciri memerintah dan melarang

- Hukum mempunyai sifat memaksa

- Hukum mempunyai daya yang mengikat fisik dan Psikologis

Kaena hukum mempunyai cirri, sifat dan daya mengikat, maka hukum dapat memberi keadilan ialah dapat menentukan siapa yang bersalah dan siapa yang benar.

(10)

Daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat digunakan atau di daya gunakan untuk menggeraakkan pembangunan. Disini hukum dijadikan alat untuk membawa masyarakat kearah yang lebih maju.

d. Fungsi kritis hukum

Dr. Soedjono Dirdjosisworo, S.H dalam bukunya pengantar ilmu hukum, hal 155 mengatakan :

“Dewasa ini sedang berkembang suatu pandangan bahwa hukum mempunyai fungsi kritis, yaitu daya kerja hukum tidak semata-mata melakukan pengawasan pada aparatur pemerintah (petugas) saja melainkan aparatur penegak hukum termasuk didalamnya”. 40. Fungsi hukum secara universal adalah melindung kepentinga manusia.

41. Fungsi hukum khusus ada 3, yaitu:

I. Memaksa, mempertegas, melengkapi;

II. Social engineering: Merekayasa atau membuat tingkah laku manusia; III. Pengendalian sosial :

i. Bersifat preventif;

ii. Bersifat represif : Mengembalikan keseimbangan yang terganggu (Restutio in entegum).

IV. Fungsi integratif : Memancarkan proses interaksi pergaulan sosial. V. Mendorong interaksi dalam masyarakat.

42. Tujuan hukum

a) Ketertiban, ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat;

b) Memastikan kepastian hukum : Setiap orang akan mendapatkan hanya pada keadaan tertentu.

(11)

44. Teori-teori tujuan hukum ada 3, yaitu

a. Teori Etis: Terdapat suatu teori yang mengajarkan bahwa hukuman itu semata-mata menghendaki keadilan. Aritoteles kemudian membagi keadilan ke dalam dua jenis keadilan, yaitu keadilan distributif dan keadilan komutatif.

a) Keadilan distributif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah menurut jasanya.

b) Keadilan komutatif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap orang sama banyaknya, tanpa mengingat jasa-jasa perseorangan.

Teori etis tersebut kemudian dipatahkan oleh L. J. Van Apeldoorn, karena menurutnya teori etis ini dianggap berat sebelah dan terlalu mengagung-agungkan keadilan yang pada akhirnya tidak mampu membuat peraturan umum. “Summun ius, summa iniuria”, keadilan tertinggi dapat berarti ketidakadilan tertinggi.

b. Teori Utilitas

Aliran utilitas menganggap, bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan warga masyarakat. Dan kebahagiaan atau manfaat bagi orang satu belum tentu sama menurut orang yang lain. Maka, teori utilitas pun dianggap sebagai teori yang berat sebelah, sebab teori ini pun dianggap bersifat subjektif, relatif dan individual.

c. Teori Campuran

(12)

masyarkat secara adil dan damai dengan mengadakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang dilindungi sehingga tiap-tiap orang mendapat apa yang menjadi haknya masing-masing sebagaimana mestinya.

45. Tugas hukum : Tercapainya keteraturan dalam masyarakat. 46. Dalam pidana tidak ada tuntutan melainakan gugatan.

47. Asas Nebis in Idem : Orang tidak pisa diperkarakan untuk kasus yang sama kedua kalinya.

48. Asas similia similibus : Untuk perkara serupa diutus sama. 49. Tugas hukum menurut Purnadi adalah Dwitunggal:

I. Menjamin hukum terjalani.

II. Kemanfaatan (menjamin kepastian hukum yang didalamnya terkandung tugas yaitu keadilan dan kepastian).

50. Peraturan-peraturan yang tidak mengandung ajaran hukum: I. Peraturan-peraturan pada hukum acara.

II. Peraturan yang tidak ada perintah/larangan. III. Rumusan pengertian pada suatu kitab hukum.

IV. Peraturan memperluas dan mengubah isi petunjuk lain. V. Peraturan yang merujuk petunjuk lain.

51. Keputusan hakim harus berdasarkan 3 hal, yaitu I. Kepastian , berasal dari undang-undang.

II. Keadilan, berasal dari pandangan hakim tersebut. III. Kemanfaatan, gabungan dari keduanya.

52. Keadilan bersifat khusus, hukum bersifat umum.

Keadilan merupakan perwujudan dari hukum, hukum itu abstrak. Hukum kasustik, keadilan subjektif.

53. Yang terpenting dalam keputusan hakim adalah konsiderannya(pertimbangannya). 54. Fiat justitia et poreat mundus: Walau langit runtuh hukum harus ditegakkan. 55. Lex dura sed tamen scripta: Hukum itu keras,dan begitulah bunyinya. 56. Hukum memikiki 2 sifat, yaitu:

a. Imperatif/Memaksa: Peraturan atau norma hukum yang dalam keadaan konkret tidak dapat dikesampingkan oleh para pihak yang bersengketa atauharus di taati secara mutlak. Contoh: Pasal 1320 BW syarat sah perjanjian.

(13)

perjanjian boleh tertulis atau tidak tertulis.

57. Soejono Soekanto menyatakan bahwa, hukum berisikan 3 hal, yaitu I. Perintah;

II. Larangan ;

III. Pernyataan pribadi.

58. Hubungan hukum dengan keadilan dapat dibedakan, karena masing-masing memiliki konsepsi yang lain. Berikum merupakan bentuknya:

I. Hukum tidak ada hubungannya dengan baik atau buruk. II. Keadilan berdasarkan pada moral manusia.

III. Keadilan berlaku pada hukum (paton).

IV. Konsepsi jujur dan objektif sangan mempengaruhi sistem-sistem hukum. V. Antara kepastian hukum dan keadilan saling tarik menarik.

VI. Hukum mementukanperaturan yang bersifat umum. VII. Keadilan itu urusan hakim.

VIII. Dalam memutus perkara hakim tidak saja berpatokan pada keadilan, tetapi kepastian hukum dan kemanfaatan proporsional.

59. Konsep bahwa hukum mengarah kepada keadilan tercermin pada 2 hal, yaitu: I. Equality before the law (Kesetaraan di depan hukum),

II. Audit et alteram partem

Tiada orang dapat di hakimi sebelum mendengarkan kedua belah pihak.

60. Kekusaan: Kemampuan untuk memaksakan kehandak seseorang/kelompok kepada orang lain.

61. Sumber kekuasaan ada 2, yaitu formal dan fisik. a. Kemampuan pribadi;

b. Otoritas; c. Kecantikan.

62. Hubungan hukum dengan kekuasaan, yaitu I. Hukum bisa ada tanpa kekuasaan.

II. Kekuasaan merupakan sumber pelengap bila hukum tidak dilaksanakan secara benar.

III. Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan, kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman.

63. Keputusan hakim ada , yaitu I. Diktum;

II. Konsideran; III. Identitas.

(14)

65. Utilitas => kemanfaatan => pembuat uu => abstrak, umum, objektif.

66. Campuran => ketertiban + keadilan => hakim => identitas, konsideran, dan diktum. 67. Hukum sebagai ilmu pengetahuan.

Hukum diliahat sebagai karya manusia untuk mencari kebenaran. 68. Hukum sebagai tata hukum.

Keseluruhan aturan hukum sekarang di suatu tempat pada suatu waktu. 69. Hukum sebagai petugas hukum.

Dianggap warga masyarakat yang awam seperti apa yang dilihatnya. 70. Fiksi hukum adalah semua orang dianggap tahu hukum.

71. Sistem hukum adalah kesatuan utuh dari suatu rangkaian yang saling kait mengait. 72. Prof. Sudikno mengatakan sistem hukum merupakan tatanan atau kesatuan yang utuh

yang tediri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain yaitu kaidah atau pernyataan tentang apa yang seharusnya, sehingga sistem hukum merupakan sistem normatif.

73. Mengapa hukum menjadi suatu sistem?

Karena sistem hukum merupakan sesuatu yang abstrak dan terbuka artinya bahwa sistem hukum itu terdiri dari unsur yang tidak konkret, tidak dapat dilihat, dan unsur-unsur itu memiliki timbal balik dengan lingkungannya, serta unsur-unsur-unsur-unsur lain yang tidak termasuk dalam sistem mempunyai pengaruh terhadap unsur suatu sistem.

(15)

yang bermanfaat bagi warga masyarakat, sehingga diberlakukan hukum benar-benar nyata pada rana empiris tanpa paksaan.

75. Menurut L.M.Friedman Hukum harus memiliki :

I. Substance; II. Structure; III. Legal culture. 76. Mengapa hukum suatu sistem?

Agar terjadi koordinasi keseluruhan peraturan sehingga tercapai tujuan secara efektif. 77. Asas-asas hukum:

1. Audi et alteram partem atau audiatur et altera pars.

Bahwa para pihak harus didengar. Contohnya, apabila persidangan sudah dimulai, maka hakim harus mendengar dari kedua belah pihak yang bersengketa, bukan hanya dari satu pihak saja.

2. Bis de eadem re ne sit action atau Ne bis in idem

Mengenai perkara yang sama dan sejenis tidak boleh disidangkan untuk yang kedua kalinya. Contohnya, periksa Pasal 76 KUH Pidana.

3. Clausula rebus sic stantibus.

Suatu syarat dalam hukum Internasional bahwa suatu perjanjian antar Negara masih tetap berlaku, apabila situasi dan kondisinya tetap sama.

4. Cogitationsis poenam nemo patitur

Tiada seorang pun dapat dihukum oleh sebab apa yang dipikirkannya. 5. Concubitus facit nuptias

Perkawinan dapat terjadi karena hubungan kelamin 6. Die normatieven kraft des faktischen

Perbuatan yang dilakukan berulang kali memiliki kekuatan normative. Contoh pada Pasal 28 UU No.4 tahun 2004.

7. De gustibus non est disputandum Mengenai selera tidak dapat disengketakan.

(16)

Membuat kekeliruan itu manusiawi, namun tidaklah baik untuk memprtahankan terus kekeliruan tersebut.

9. Fiat justitia ruat coelum atau fiat justicia pereat mundus.

Sekalipun esok langit akan runtuh atau dunia akan musnah, keadilan harus tetap ditegakkan.

10. Geen straf zonder schuld Tiada hukuman tanpa kesalahan. 11. Hodi mihi cras tibi

Ketimpangan atau ketidakadilan yang menyentuh perasaan, tetap tersimpan dalam hati nurani rakyat.

12. In dubio pro reo

Dalam keragu-raguan diberlakukan ketentuan yang paling menguntungkan bagi si terdakwa.

13. Juro suo uti nemo cogitur

Tak ada seorang pun yang diwajibkan menggunakan haknya. Contohnya, orang yang berpiutang tidak mempunyai kewajiban untuk menagih terus.

14. Koop breekt geen huur

Jual beli tidak memutuskan sewa menyenya. Perjanjian sewa-menyewa tidak berubah, walaupun barang yang disewanya beralih tangan. Contohnya, pada pasal 1576 KUH Perdata.

15. Lex dura sed tamen scripta atau Lex dura sed ita scripta

Undang – undang bersifat keras (memaksa), sehingga tidak dapat diganggu gugat dan telah tertulis. Contohnya, pada Pasal 11 KUH Pidana.

16. Lex niminem cogit ad impossibilia

Undang-undang tidak memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin. Contohnya, periksa Pasal 44 KUH Pidana.

(17)

Peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan yang lebih rendah tingkatannya , lihat dalam Pasal 7 UU No.10 Tahun 2004

18. Lex posterior derogat legi priori

Peraturan yang lebih baru mengesampingkan peraturan yang sebelumnya. Contohnya, UU No.14 Tahun 1992 tentang UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mengesampingkan UU No. 13 Tahun 1965.

19. Lex specialis derogate legi generali

Peraturan yang lebih khusus mengesampingkan peraturan yang bersifat lebih umum. Contohnya, pemberlakuan KUH Dagang terhadap KUH perdata dalam hal perdagangan.

20. Matrimonium ratu et non consummatum

Perkawinan yang dilakukan secara formal, namun belum dianggap jadi mengingat belum terjadi hubungan kelamin. Contohnya, perkawinan suku sunda

21. Melius est accieperer quam facerer injuriam

Lebih baik mengalmi ketidakadilan, daripada melakukan ketidakadilan. 22. Nullum crimen nulla poena sine lege

Tidak ada kejahatan tanpa peraturan perundang – undangan yang mengaturnya Analisisnya :

Tidak ada kejahatan tanpa peraturan perundang – undangan yang mengaturnya? Bahwa semua kejahatan yang terjadi diindonesia adalah yang melanggar undang -undang. karena pernyataan diatas menyatakan bahwa tidak ada kejahatan tanpa peraturan perundang – undangan yang mengaturnya, jadi suatu tindak kejahatan dikatakan sebagai perbuatan melanggar hukum apabila melanggar undang – undang yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

(18)

Tiada suatu perbuatan dapat dihukum, kecuali atas kekuatan dalam ketentuan pidana dalam UU yang telah ada lebih dahulu daripada perbuatan itu. Lebih jelasnya lihat Pasal 1 ayat (1) KUH Pidana.

24. Nemo plus juris tarnsferre potest quam ipse habet

Tak seorang pun dapat mengalihkan lebih banyak haknya daripada yang ia miliki. 25. Opinio necessitates

Keyakinan atas sesuatu menurut hukum adalah perlu sebagai syarat untuk timbulnya hkum kebiasaan.

26. Pacta sunt servanda

Setiap perjanjian itu mengikat para pihak dan harus ditaati dengan itikad baik. Lebih jelas periksa Pasal 1338 KUH Perdata.

27. Presumption of innocence

Bias juga disebut asas praduga tidak bersalah, yaitu bahwa seseorang dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan hakim yang menyatakan ia bersalah dan putusan hakim tersebut telah mempunyai kekuatan yang tepat. Liah penjelasan di Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang KUHAP butir 3C.

28. Quiquid est in territorio, etiam est de territorio

Asas hukum dalam internasional yang menyatakan bahwa apa yang ada berada dalam batas-batas wilayah Negara tunduk kepada hukum Negara itu.

29. Qui tacet consentire videtur

Siapa yang berdiam diri dianggap menyetujui. 30. Res nullius credit occupant

Benda yang ditelantarkan pemiliknya dapat diambil untuk dimiki. 31. Res judicata pro veritate habeteur

Putusan hakim dianggap benar sampai ada putusan hakim lain yang mengoreksinya.

(19)

Keadilan tertinggi dapat berarti ketidakadilan tertinggi. 33. Similia similibus

Dalam perkara yang sama harus diputus dengan hal yang sama pula, tidak pilih kasih.

34. Testimonium de auditu

Kesaksian dapat didengar dari orang lain. 35. Unus testis nullus testis

Satu orang saksi bukanlah saksi. Lebih jelas lihat Pasal 185 ayat 2 KUHAP. 36. Ut sementem feceris ita metes

Siapa yang menanam sesuatu dialah yang akan memetik hasilnya. Dan sipa yang menabur angin, dialah yang akan menuai badai.

37. Vox populi vox dei

Suara rakyat adalah suara Tuhan. 38. Verba Volant scripta manent.

Kata-kata biasanya tidak berbekas sedangkan apa yang ditulis tetap ada. 78. Klasifikasi hukum

I. Menurut sumbernya

1) Sumber hukum materiil adalah faktor yang menentukan isi hukum yang berlaku. Ada 3 yaitu :

a. Sosiologis; b. Historis; c. Filosofis.

2) Sumber hukum formal adalah faktor-faktor yang menentukan cara berjalannya hukum materiil. Berikut adalah sumber-sumbernya.

a. Undang-undang;

(20)

b. Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan, misalanya Undang- Undang merek, Hak Cipta, Hak Paten, Kepailitan, Arberase, PT, Yayasan, Koperasi, Notaris, dan sebagainya.

 Kodifikasi artinya membukukan hukum sejenis secara lengkap, dan sistematis menjadi satu dalam kitab undang-undang.

2. Hukum tidak tertulis.

Hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat tetapi tidak tertulis.

III. Hukum menurut tempat berlakunya

1. Hukum nasional: Hukum yang berlaku pada suatu negara.

2. Hukum internasional: Hukum yang mengatur hubungan negara-negara dalam dunia internasional.

3. Hukum asing: hukum yang berlaku pada negara lain.

4. Hukum gereja: kumpulan norma-norma yang ditetapkan gereka untuk para anggotanya.

IV. Pembagian hukum menurut masa berlakunya

1. Ius constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.

2. Ius Constituendum, yaitu hukum yang berlaku dimasa yang akan datang.

V. Menurut fungsinya/ cara mempetahankannya. 1. Hukum Material

Hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan. Contoh hukum pidana, perdata, dagang.

(21)

Hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-car melaksanakan dan mempertahankan hukum material.

VI. Menurut sifatnya.

1. Hukum yang memaksa.

Hukum yang dalam keadaan bagaimanapun juga harus mempunyai paksaan mutlak.

2. Hukum yang melengkapi.

Hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.

VII. Hukum menurut wujudnya. 1. Hukum obyektif

Hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan tidak mengenai orang atau golongan tertentu.

2. Hukum subjektif

(22)

1. Hukum umum

Hukum yang berlaku untuk seluruh warga negara. 2. Hukum khusus

Hukum yang berlaku pada golongan tertentu. IX. Menurut isinya :

1. Hukum privat (sipil).

Hukum yang mengatur antara orang satu dengan orang yang lain. Terdiri dari:

1. Hukum perdata. 2. Hukum dagang.

2. Hukum public (hukum negara).

Hukum yang mengatur antara negara dengan warga negara. Terdiri dari:

1. H. Tata Negara

Hukum yang mengatur bentuk dan susunan susunan pemerintahan suatu negara serta hubungan kekuasaan antara alat pelengkapnya satu dengan yang lain.

2. H. Administrasi Negara

Hukum yang mengatur cara-cara menjalankan tugas dari kekuasaan alat-alat perlengkapan negara.

3. Hukum Pidana 4. Hukum Internasional

5. Hukum antar tatata hukum/ intergentil/antar golongan

Keseluruhan peraturan hukum yang mengatur apabila terjadi hubungan hukum keperdataan kepada 2 orang yang tunduk kepada hukum yang berbeda.

6. Hukum adat a. Pengertian.

(23)

disatu mempunyai sanksi dan di pihak lain dalam keadaaan tidak dikodifikasikan, karena itu disebut adat.

b. Lingkungan Hukum Adat.

Van Vollenhoven sebagai Bapak Hukum Adat Indonesia menyatakan dalam bukunya Adatrecht, Indonesia memiliki 19 lingkungan hukum rechtskring, yakni :

 Aceh (Aceh Besar, Aceh Barat, Singkel, Simeulue);

 Tanah Gayo, Alas dan Batak serta pulau Nias dan Batu;

 Daerah Minangkabau dan Mentawai;

 Sumatra Selatan dan Enggano;

 Daerah Melayu (Sumatra Timur, Jambi-Riau, dan Indragiri);

 Bangka dan Belitung;

 Kalimantan (Tanah Dayak);

 Minahasa;

 Gorontalo;

 Daerah Toraja;

 Sulawesi Selatan;

 Kepulauan Ternate;

 Kepulauan Ambon dan Maluku;

 Irian;

 Kepulauan Timor;

 Bali dan Lombok;

 Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Madura;

(24)

 Jawa Barat.

X. Prof. Sudikno mengartikan penemuan hukum sebagai pembentukan hukum oleh hakim atau petugas-petugas hukum lainnya yang diberi tugas melaksanakan hukum terhadap peristiwa-peristiwa hukum yang konkrit.

Dalam buku Panduan Bantuan Hukum mengenai cara penemuan hukum disebutkan dapat dilakukan dengan dua metode (menurut Sudikno), yakni: a. Interpretasi atau penafsiran, merupakan metode penemuan hukum yang

memberi penjelasan yang gamblang mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup kaedah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu.

Macam-macam cara penafsiran hukum 1)Dalam pengertian subyektif dan obyektif.

Dalam pengertian subyektif ,apabila ditafsirkan seperti yang di kehendaki oleh pembuat undang-undang.Dalam pengertian obyektif,apabila penafsiran lepas dari pada pendapat pembuat undang-undang dan sesuai dengan adat bahasa sehari-hari.

2)Dalam pengertian sempit dan luas.

Dalam pengertian sempit(restriktif),yakni apabila dalil yang ditafsirkan di beri pengertian yang sangat di batasi misalnya;Mata uang (pasal 1756 KUH Perdata)pengertian hanya uang logam saja dan barang di artikan benda yang dapat dilihat dan di raba saja.dalam pengertian luas (ekstensif),ialah apabila dalilyang di tafsirkan di beri pengertian seluas-luasnya.Misalnya: Pasal 1756Perdata alinea ke-2 KUH Perdata tentang mata uang juga diartikan uang kertas.

(25)

a)Otentik,Ialah penafsiran yang seperti diberikan oleh pembuat undang-undang seperti yang di lampirkan pada undang-undang-undang-undang sebagai penjelas.Penafsiran ini mengikat umum.

b)Doktrinair,Ialah penafsiran yang didapat dalam buku-buku dan hasil-hasil karya karya para ahli.hakim tidak terikat karena penafsiran ini hanya memiliki nilai teoretis.

c)Hakim,Penafsiran yang bersumber pada hakim(peradilan)hanya mengikat pihak-pihak yang bersangkutan dan berlaku bagi kasus-kasus tertentu(pasal 1917 ayat (1) KUH Perdata.

C.Macam-Macam metode Penafsiran

Supaya dapat mencapai kehendak dan maksud pembuat undang-undang serta dapat menjalankan undang-undang-undang-undang sesuai dengan kenyataan sosial maka hakim dapat menggunakan beberapa cara penafsiran

(interpretative methoden) antara lain sebagai barikut. 1.Penafsiran secara tata bahasa (Grammatikal)

Penafsiran secara tata bahasa ,yaitu suatu cara penafsiran undang-undang menurut arti perkataan (istilah)yang terdapat dalam undang-undang-undang-undang yang bertitik tolak pada arti perkataan –perkataan dalam hubunganya satu sama lain dalam kalimat kalimat yang yang di pakai dalam

undang-undang.dalam hal ini hakim wajib mencari arti kata-kata yang lazim di pakai dalam bahasa sehari-hari yang umum,oleh karena itu di pergunakan kamus bahasa atau meminta bantuan padapara ahli bahasa.

(26)

sepeda dan bejak.dalam hal ini sering penjelasan kamus bahasa atau menurut keterangan para ahli bahasa belum dapat memberikan kejelasan tantang pengertian kata yang di maksud dalam undang-undang tersebut .Oleh karena itu hakim harus pula mempelajari kata yang bersangkutan dengan peraturan yang lain.

2.Penafsiran Sistematis

Penafsiran sistematis adalah suatu penafsiran yang menghubungkan pasal yang satu dengan pasal-pasal yang lain dalam suatu perundang-undangan yang bersangkutan atau pada perundang-perundang-undangan hukum

lainnya,atau membaca penjelasan suatu perundang –undangan,sehingga kita mengerti apa yang di maksud.Misalnya dalam peraturan

perundang-undangan perkawinan yang mengandung azaz monogamy sebagai mana di atur dalam pasal 27 KUH perdata menjadi dasar bagi pasal 34,60,64,68 KUH Perdata dan 279 KUH Pidana.

3.Penafsiran Historis

Penafsiran historis adalah menafsirkan undang-undang dengan cara melihat sejarah terjadinya suatu undang-undang itu dibuat. Penafsiran ini ada 2 macam :

a).sejarah hukumnya,Yang diselidiki maksudnya berdasarkan sejarah terjadinya hukum tersebut.Sejarah terjadinya hukum dapat diselidiki dari memori penjelasan ,laporan-laporan perdebatan dalam DPRdan surat menyurat antara menteri dengan komisi DPR yang bersangkutan.

(27)

f,-sekarang ditafsirkan dengan uang RI,sebab harga barang lebih mendekati pada waktu KUHP itu di buat.

4.Penafsiran Sosiologis(Teleologis)

Pada hakikatnya suatu penafsiran UU yang di mulai dengan cara gramatikal selalu harus di akhiri dengan penafsiran sosiologis.kalau tidak demikian maka tidak mungkin hakim dapat membuat suatu keputusan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan hukum di dalam masyarakat ,sehingga dengan demikian penafsiran sosiologis adalah penafsiran yang disesuaikan dalam keadaan masyarakat.Misalnya; di Indonesia masih banyak peraturan yang berlaku yang berasal dari zaman colonial ,sehingga untuk menjalankan peraturan itu hakim harus dapat menyesuaikan dengan keadaan masyarakat Indonesia pada saat sekarang.

5.Penafsiran Autentik(resmi)

Penafsiran auyentik adalah penafsiran resmi yang diberikan oleh pembuat undang-undang.Misalnya:Pada pasal 98 KUHP ;”malam” berarti waktu antara matahari terbenam dan matahari terbit ,dan pasal 97 KUHP : Hari adalah waktu selama 24 jam dan yang di maksud dengan bulan adalah waktu selama 30 hari.

6.Penafsiran Nasional

Penafsiran nassional adalah penafsiran yang menilik sesuai yidaknya dengan sistem hukum yang berlaku .Mislnya :Hak milik Pasaal 570 KUHS sekarang harus ditafsirkan menurut hak milik sistem hukum Indonesia. 7.Penafsiran Analogis

(28)

masukkan ,lalu dianggap sesuai dengan bunyi peraturan

tersebut.misalnya;”menyambung’ aliran listrik dianggap sama saja dengan mengambil aliran listrik.

8.Penafsiran ekstensif

Penafsiran ekstensif adalah suatu penafsiran yang dilakukan dengan cara memperluas arti kata-kata yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan sehingga suatu peristiwa dapat dimasukkan ke dalam.Misalnya ; “aliran listrik’ termasuk juga atau di samakan dengan “benda’.

9.Penafsiran Restriktif

Penafsiran restriktif adalah Suatu penafsiran yang di lakukan dengan cara membatasi atau mempersempit arti kata-kata yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Misalnya; Kerugian hanya terbatas pada kerugian materil saja sedangkan kerugian immateriilnya termasuk didalam nya.

10.Penafsiran a contrario(menurut peringkaran)

Penafsira a contrario adalah penafsiran suatu penafsiran yang

dilakukan dengan cara memberikan perlawanan pengertian antara pengertian konkret yang dihadapi dan peristiwa yang di atur dalam

undang-undang.Sehingga dengan berdasarkan perlawanan pengertian itu dapat di ambil kesimpulan bahwa peristiwa yang dihadapi itu tidak di liputi oleh undang yang di maksud atau berada di luar ketentuan undang-undang tersebut.

(29)

tenggang waktu tersebut untuk melakukan perkawinan lagi setelah putusnya perkawinan pertama.Maksud tenggang waktu dalam pasal 34 KUH Perdat tersebut adalah untuk mencegah adanya keraguan-keraguan mengenai kedudukan anak,berhubungan dengan kemungkinan bahwa seorang sedang mengandung setelah perkawinannya putusatau bercerai.jika anak itu dilahirkan setelah perkawinann yang berikutnya dalam tenggang waktu sebelum lewat 300 hari setelah putusnya perkawinan pertama maka

berdasarkan undang-undang kedudukan anak tersebut adlah anak dari suami pertama.

b. Konstruksi hukum, dapat digunakan hakim sebagai metode penemuan hukum apabila dalam mengadili perkara tidak ada peraturan yang mengatur secara secara khusus mengenai peristiwa yang terjadi.

Konstruksi hukum ini dapat dilakukan dengan menggunakan logika berpikir secara:

I. Argumentum per analogiam atau sering disebut analogi. Pada analogi, peristiwa yang berbeda namun serupa, sejenis atau mirip yang diatur dalam undang-undang diperlakukan sama.

II. Penyempitan hukum. Pada penyempitan hukum, peraturan yang sifatnya umum diterapkan terhadap peristiwa atau hubungan hukum yang khusus dengan penjelasan atau konstruksi dengan memberi ciri-ciri.

(30)
(31)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran beban kerja fisik yang telah dilakukan menggunakan denyut jantung untuk perjalanan Solo-Semarang diperoleh sebesar 92,33 denyut/menit dan untuk perjalanan

Agar kebijakan tersebut sesuai dengan permasalahan dan situasi aktual maka dilaksanakan pertemuan pengembangan kebijakan dan pedoman pelak- sanaan kegiatan program

Data yang diperoleh mengenai Efektivitas Penerapan Absensi Finger Print terhadap Disiplin Pegawai Tenaga Kependidikan STMIK AKAKOM Yogyakarta mempunyai indikator-indikator yang

Melalui kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul POLA KOMUNIKASI GAY PELAKU ONE NIGHT STAND MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA (Studi Kasus Pola Komunikasi

(4) Pergeseran anggaran belanja dari BA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya (BA 999.08) ke BA BUN Pengelolaan Belanja Subsidi (BA 999.07) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

program BOS yang dikoordinasikan oleh Kementerian Agama, dengan alokasi anggaran sebesar Rp4,0 triliun; (2) BOS Pendidikan Menengah yang dikoordinasikan oleh Kementerian

Terjemah hadis 5: Maksiyat kepada Allah itu dapat menghalangi ilmu b.Tafsir Hadis 5 Ceramah dan Tanyajawab Hafalan dan menyalin hadis terkait berikut terjemahdan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gaya kepemimpinan dan kinerja antara auditor pria dan auditor wanita yang dilihat dari komitmen organisasi,