• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELAAH KRITIS URGENSI PENERAPAN PENDEKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TELAAH KRITIS URGENSI PENERAPAN PENDEKAT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TELAAH KRITIS URGENSI PENERAPAN PENDEKATAN SOSIOLOGI HUKUM DALAM MELIHAT SUATU PERMASALAHAN HUKUM

SOSIOLOGI HUKUM

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD L ALDI (E0011204)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Korelasi antara sosiologi dan ilmu hukum adalah saling berkaitan. Keduanya dimaknai sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi. Hal tersebut diakibatkan oleh disiplin ilmu oleh masing-masing keduanya. Meskipun perbedaan disiplin ilmu terjadi, namun keduanya memiliki hubungan erat dengan aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu hukum lebih mengkaji mengenai konsep yang menjadikan aturan sebagai pagar untuk membatasi tingkah laku manusia. Sedangkan ilmu sosiologi lebih berkutat pada proses perilaku manusia itu sendiri. Inilah mengapa kausalitas ini menyebabkan sosiologi dan ilmu hukum tak dapat dipisahkan.

Sosiologi diambil dari bahasa latin yakni ‘socios’ yang memiliki arti ‘kawan’ dan kata ‘logos’ yang berarti lmu. Dengan demikian, sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari manusia yang hidup bersama atau ilmu tentang tata cara manusia berinteraksi dengan sesamanya sehingga tercipta hubungan timbal balik dan pembagian tugas serta fungsinya masing-masing.

Soerjono Soekanto1 mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu

tentang masyarakat. Masyarakat sebagai objek sosiologis bersifat empiris, realistik, dan tidak bersandar pada kebenaran spekulatif. Sedangkan Menurut Juhaya S. Pradja2, sosiologi mengkaji berbagai gejala sosial yang

akan dihubungkan satu sama lainnya dan dicari signifikansinya terhadap kehidupan manusia secara sistematis dengan teori yang sudah terbangun, tentang hubungan timbal balik dan sebab akibat (casuality) sehingga

1 Soerjono Soekanto, 1987, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, hlm.11.

(3)

dampak atau pengaruh sosialnya dapat ditemukan. Pendapat serupa juga ditambahkan oleh Anthony Giddens3 mengatakan bahwa sosiologi

merupakan disiplin ilmu yang telah mapan dan kuat yang tidak bersifat normatif karena sosiologi tidak menggali apa yang seharusnya terjadi, melainkan apa yang sedang terjadi yang dapat disaksikan oleh semua orang pengetahuan murni (pure science) dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan (applied science).

Jika dikaitkan ke dalam ilmu hukum, ilmu sosiologi memiliki fungsi yang relatif besar. Teutama dalam menciptakan perspektif baru di dalam masyarakat dalam menilai dan melihat ilmu hukum. Dalam definisi hukumnya, Roscoe Pound menekankan bahwa hukum merupakan realitas sosial. Hal itu sejalan dengan yang dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo bahwa hukum harus dipandang sebagai pranata sosial. Hal ini yang menjadikan disiplin baru di bidang hukum yakni sosiiologi hukum untuk dijadikan pijakan kajiannnya. Ilmu ini kemudian dikenal lebih lanjut dengan sebutan sosiologi hukum.

keberadaan sosiologi hukum adalah alat bantu bagi ilmu hukum dalam memperbaiki sehingga hukum itu dapat tegak Dari sinilah juga kelihatan bahwa sosiologi hukum bersifat deskriptif. Ia hanya memaparkan fakta-fakta dan gejala-gejala yang mempengaruhi hukum sehingga ia tidak otonom. Sosiologi hukum bebas nilai pada pencarian benar salah dari suatu perilaku atau tata kelakuan. Berangkat dari argumen tersebut, penulis ingin mengangkat makalah berjudul “Telaah Kritis Urgensi Penerapan Pendekatan Sosiologi Hukum Dalam Melihat Suatu Permasalahan Hukum” secara lebih mendalam dan komprehensif.

II. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah karakteristik sosiologi hukum?

2. Apa kegunaan menggunakan pendekatan sosiologi hukum dalam melihat permasalahan hukum?

(4)

PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK SOSIOLOGI HUKUM

Sebagaimana telah dijelaskan penulis di bab sebelumnya, sosiologi hukum juga merupakan suatu ilmu pengetahuan yang secara teoritis analitis dan empiris menyoroti pengaruh gejala sosial lain terhadap hukum dan sebaliknya4. Sosiologi hukum pun juga tidak lepas dari fakta maupun

realitas karena sosiologi hukum berparadigma fakta sosial. Sosiologi hukum merupakan cabang khusus dari sosiologi yang berperhatian untuk mempelajari hukum tidak sebagai konsep-konsep normatif melainkan sebagai fakta sosial. Berparadigma fakta sosial berarti tidak mengkaji nilai, norma atau ide apapun tentang hokum.

Kajian sosiologi hukum adalah suatu kajian yang objeknya fenomena hukum, tetapi menggunakan optik ilmu sosial dan teori-teori sosiologis, sehingga sering disalahtafsirkan bukan hanya oleh kalangan nonhukum, tetapi juga dari kalangan hukum sendiri5

Senada dengan hal tersebut, Curson menjelaskan penggunaan istilah legal sociology juga menunjukkan studi spesifik tentang situasi-situasi di mana aturan-aturan hukum beroperasi, dan tingkah laku yang dihasilkan dari beroperasinya aturan-aturan hukum itu 6

Ramdini Wahyu7, menyebutkan bahwa ruang lingkup sosiologi

hukum dbagi ke dalam beberapa hal-hal, yakni: 1) proses pembentukan hukum di lembaga legislatif;

2) proses penyelesaian hukum di institusi hukum, yakni kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan;

3) penetapan hukum oleh pengadilan; dan 4) tingkah laku masyarakat dan aparat hukum.

Sederhananya, ruang lingkup dari kajian sosiologi hukum adalah memperbincangkan gejala sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dalam hubungannya dengan tindakan melawan hukum,

4 Soerjono Soekanto, 1994, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 21.

5 Achmad Ali, 1998, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Yarsif Watampone, Jakarta, hlm. 9

6 Ibid, hlm. 138

(5)

tindakan mentaati hukum, tindakan melakukan upaya hukum di kepolisian, kejaksaan dan pengadilan, penafsiran masyarakat terhadap hukum, dan hukum sebagai produk penafsiran masyarakat

Untuk lebih memahami karakteristik dari sosiologi hukum, Roscoe Pound8 mengemukakan bahwa : “The main problem to which sociological

yurist are adressing themselves today is to enable and to compel law making, and also interpretation and application of legal rules, to make more account, and more intelligent account, of the social facts upon which law must proceed and to which it is to be applied…” yang secara singkat artinya, sosiologi hukum mesti dimaknai sebagai suatu pandangan untuk membuat hukum berjalan dan agar hukum dapat efektif diterapkan di masyarakat.

Lebih lanjut, Roscoe Pound juga mengemukakan bahwa : “More specifically, they insist upon six items :

1) The first is the study of the actual social effects of legal institutions and legal doctrines.

2) The sociological study in connection with the legal study in preparation for legislation. The accepted scientific method has been to study other legislation analytically. Comparative legislation has been taken to be the best foundation for wise law-making. But it is not enough to compare the laws themselves. It is more important to study their social operation and the effects which they produce, if any, then put in action.

3) The study of them means of making legal rules effective. This has been neglectedalmost entirely in the past. We have studied the making of law sedulously. Almost the whole energy of our judicial system is employed in working out a consistent, logical, minutely precise body of precedent. But the life of the law is in its enforcement. Serious scientific study of how to make our huge annual output of legislation and judicial interpretation effective is imperative.

4) A means toward the end last considered is legal history, hat is, study not merely of how doctrines have evolved and developed, considered solely as jural materials, but of what social effects the doctrines of the

(6)

law have produced in the past and how they have produced them. (Instead) it is to show us how the law of the past grew out of social, economic and psychological conditions, how it accorded with accomodated itself to them, and how far we can proceed upon that law as a basis, or in disregard of it, with well-grounded expectations of producing the results desired.

5) Another items is the importance of reasonable and just solutions of individual causes, too often sacrificed in the immediate past to the attempt to bring about an imposible degree of certainly. In general sociological yurist stand for what has been called equitable application of law; that is they conceive the legal rule as a general guide to the judge, leading him toward the just result, but insist that within wide limits he should be free to deal with the individual case, so as to meet the demands of justice between the parties and accord with the general reason of ordinary men.

6) Finally, the end, toward which the foregoing points are but some of the means, is to make effort more effective in achieving the purposes of the law”

Tampaklah jelas, bahwa Roscoe Pound mengatakan bahwa studi sosiologis berhubungan erat dengan studi hukum dan dapat dipergunakan untuk mengkaji suatu permasalahan hukum. Titik berat berikut dari perhatian Roscoe Pound adalah bahwa studi para sosiologi hukum itu ditujukan bagaimana membuat aturan hukum tersebut menjadi efektif.

Lebih lanjut, Karakteristik sosiologi hukum semakin jelas jika memperhatikan apa yang telah dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo9

bahwa “Untuk dapat memahami permasalahan yang dikemukakan dalam kitab ujian ini dengan saksama, orang hanya dapat melakukan melalui pemanfaatan teori sosial mengenai hukum. Teori ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai hukum dengan mengarahkan pengkajiannya ke luar dari sistem hukum. Kehadiran hukum di tengah-tengah masyarakat, baik itu menyangkut soal penyusunan sistemnya,

(7)

memilih konsep-konsep serta pengertian pengertiannya, menentukan subjek-subjek yang diaturnya, maupun soal bekerjanya hukum itu, akan tetapi, orang tidak mencoba untuk menjelaskan dalam hubungannya dengan tertib sosial yang lebih luas. Apabila di sini boleh dipakai istilah „sebab-sebab sosial , maka sebab-sebab yang demikian itu hendaklah‟ harus ditemukan, baik dalam kekuatan-kekuatan budaya, politik, ekonomi atau sebab-sebab sosial yang lain”

B. KEGUNAAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGI HUKUM

Secara garis besar, dapat diketahui terlebih dahulu kegunaan utama kajian sosiologi hukum yakni sebagai berikut:

1) Sebagai government social control. Dalam kaitan sosiologi hukum, sosiologi hukum mengkaji ilmu hukum sebagai seperangkat norma khusus yang berlaku serta dibutuhkan guna menegakkan ketertiban dalam kehidupan masyarakat. Lebih khususnya, hukum dipandang sebagai dasar rujukan yang digunakan pemerintah di saat pemerintah melakukan pengendalian terhadap perilaku-perilaku warganya, yang bertujuan agar keteraturan dapat terwujud. Oleh karena itulah, sosiologi hukum mengkaji hukum dalam kaitannya dengan pengendalian sosial dan sanksi internal, yaitu sanksi yang dipaksakan oleh pemerintah melalui alat negara.

2) sebagai suatu proses yang berusaha membentuk warga masyarkat sebagai makhluk sosial yang menyadari eksistensi berbagai norma sosial yang ada di masyarakatnya. Dimana hal tersebut mencakup norma hukum, norma moral, norma agama dan norma sosial lainnya, dan dengan kesadaran tersebut diharapkan warga masyarakat menaatinya.

(8)

dalam konsep Hans Kelsen dengan grundnorm dan teori-teorinya, melainkan stratifikasi yang dapat ditemukan dalam suatu sistem kemasyarakatan. Dalam hal ini dibahas tentang bagaimana dampak adanya stratifikasi sosial itu terhadap hukum dan pelaksanaan hukum. 4) sebagai suatu penjelasan terhadap praktek-praktek hukum. Apabila

praktek itu dibeda-bedakan ke dalam pembuatan undang-undang, penerapan dan pengadilan, maka ia juga mempelajari bagaimana praktek yang terjadi pada masing-masing bidang kegiatan hukum tersebut. Sosiologi hukum juga berusaha untuk menjelaskan, mengapa praktek yang demikian itu terjadi, sebab-sebabnya, faktor-faktor apa yang berpengaruh, latar belakangnya dan sebagainya.

Max Weber menambahkan, bahwa cara pendekatan sosiologi itu disebut sebagai suatu interpretative understanding, yaitu cara dan penjelasan atas suatu permasalahan, memandang perkembangan sesuatu serta efek dari tingkah laku seseorang dalam permasalahan hukum. Oleh Weber, tingkah laku tersebut mempunyai dua segi, yaitu “luar” dan “dalam”. Dengan demikian sosiologi hukum tidak hanya memandang tingkah laku suatu masalah yang tampak dari luar saja, melainkan juga memperoleh penjelasan yang bersifat internal, yaitu yang meliputi motif-motif tingkah laku permasalahan hukum, maka sosiologi hukum tidak membedakan antara tingkah laku yang sesuai dengan hukum dan yang menyimpang. Kedua-duanya sama-sama merupakan objek pengamatan dan penyelidikan dengn menggunakan pendekatan ilmu sosiologi hukum ini10.

Kesimpulannya, Sosiologi hukum utamanya menitikberatkan tentang bagaimana hukum melakukan interaksi di dalam masyarakat dan menekankan perhatiannya terhadap kondisi-kondisi sosial yang berpengaruh bagi pertumbuhan hukum, bagaimana pengaruh perubahan sosial terhadap hukum, dan bagaimana hukum mempengaruhi masyarakat. Obyektifitas betul-betul diutamakan ketika dipergunakan untuk memandang suatu permasalahan hukum.

(9)

BAB III PENUTUP

Sosiologi hukum tidak melakukan penilaian terhadap hukum. Tingkah laku yang menaati hukum dan yang menyimpang dari hukum sama-sama merupakan objek pengamatan yang setaraf. Ia tidak menilai yang satu lebih dari yang lain.

Perhatiannya yang utama adalah hanyalah pada memberikan penjelasan terhadap objek yang dipelajarinya. Pendekatan yang demikian itu sering menimbulkan salah paham, seolah-olah sosiologi hukum ingin membenarkan praktik-praktik yang menyimpang atau melanggar hukum. Sekali lagi dikemukakan di sini, bahwa sosiologi hukum tidak memberikan penilaian atas suatu permasalahan hukum. Melainkan mendekati hukum dari segi objektivitas semata dan bertujuan memberikan penjelasan terhadap fenomena hukum yang nyata. Maka itulah urgensi menggunakan pendekatan sosiologi hukum ke dalam ilmu hukum. Khususnya kedalam suatu permasalahan hukum.

Daftar Pustaka

Achmad Ali. 1998. Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum.Jakarta: Yarsif Watampone;.

Beni Ahmad Saebani. 2007. Sosiologi Hukum. Bandung: CV Pustaka Setia.

Satjipto Rahardjo. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya.

Soerjono Soekanto. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Referensi

Dokumen terkait

Daftar Judul Buku Pengayaan Pengetahuan, Buku Pengayaan Keterampilan, Buku Pengayaan Kepribadian, Buku Referensi, Buku Panduan Pendidik, Buku Pendidikan Anak Usia

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Oleh karena itu akan dirancang dan membangun back-end untuk digunakan oleh aplikasi rumantara yang berbasis web dan mobile dengan konsep arsitektur RESTful ,

Dalam ulasan beliau, ditinjau dari segi aspek sumber, tasawuf dikategorikan sebagai salah satu dari ilmu syariah , yakni bersumber dari syariat al- qur’an dan

dengan konsep pendukung yang lain yakni materi pemuaian pada. matapelajaran

It was determined as a research location due to some reasons: (1) the location is accessable, (2) the research materials are available in the area; (3) The population are

Dengan bernyanyi, siswa dapat menyanyikan lagu dengan memerhatikan ketepatan nada dan tempo dengan penuh percaya diri.. Mengidentifikasi usaha-usaha pelestarian

Apakah anda setuju dengan dua peran yang dijalankan seorang wanita,.. yakni sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah