• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Iklim Keselamatan Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Kernek Bongkar Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Iklim Keselamatan Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Kernek Bongkar Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PERMOHONAN MENJADI INFORMAN Kepada Yth.

Bapak selaku informan Di tempat.

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU,

Nama : Winda Susanti Purba NIM : 121000466

Akan mengadakan penelitian tentang “gambaran iklim keselamatan kerja dan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja kernek bongkarcrude palm oildi PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung tahun 2016”. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak untuk berpartisipasi menjadi informan dalam penelitian ini. Segala hal yang bersifat rahasia akan saya rahasiakan dan saya gunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini.

Apabila Bapak bersedia menjadi informan, maka saya mohon untuk menandatangani lembar pernyataan kesediaan menjadi informan. Atas perhatian dan ketersediaan serta kerjasama yang baik dari Bapak saya ucapkan terimakasih.

Peneliti,

(2)

Nama :

Umur :

Jabatan :

Pendidikan Terakhir : Masa Bekerja :

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan mengenai maksud dari pengumpulan data untuk penelitian tentang “Gambaran Iklim Keselamatan Kerja dan Penggunaan APD pada Pekerja Kernek Bongkar

Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016”. Untuk itu, secara sukarela saya menyatakan bersedia menjadi informan penelitian tersebut.

Adapun bentuk kesediaan saya adalah:

1. Bersedia ditemui dan memberi keterangan yang di perlukan untuk keperluan penelitian.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.

Kuala Tanjung, April 2016 Informan

(3)

GAMBARAN IKL 4. Menjelaskan bahw berharga.

5. Menjawab pertany oleh peneliti.

6. Dalam wawanca kerahasiaannya.

KLIM KESELAMATAN KERJA DAN PEN DUNG DIRI PADA PEKERJA KERNEK B ALM OIL DI PT. MULTIMAS NABATI AS

KUALA TANJUNG TAHUN 2016

wancara mengenai iklim keselamatan kerja dan pe

rimakasih kepada informan karena telah bersedi kenalan dua arah, baik peneliti maupun informan.

ebih dahulu maksud dan tujuan wawancara. hwa pendapat atau saran dan pengalaman i

nyaan wawancara dengan jelas dan jujur san

cara tidak ada jawaban salah atau benar

n informan sangat

sangat diharapkan

(4)

Umur :

Jabatan :

Pendidikan Terakhir :

Masa Bekerja :

DAFTAR PERTANYAAN 1. Nilai manajemen

a. sikap manajemen terhadap keselamatan di tempat kerja

b. komitmen manajemen dalam melaksanakan K3 di tempat kerja 2. Manajemen dan praktek organisasi

a. peralatan keselamatan yang disediakan manajemen/perusahaan b. pelatihan K3 di tempat kerja

c. respon manajemen terhadap kecelakaan/bahaya-bahaya yang terjadi di tempat kerja

3. Komunikasi keselamatan

a. membahas tentang K3 di tempat kerja meliputi topik apa saja yang dibahas, kapan dan dimana pekerja membahas tentang K3.

4. Keterlibatan pekerja dalam kesehatan dan keselamatan kerja a. pentingnya menerapkan K3 di tempat kerja

b. komitmen pekerja dalam menerapkan K3 di tempat kerja

(5)

Ya Tidak

Referensi : Prosedur alat pelindung diri dengan nomor: SOP/MNA-EHS-10-004

LEMBAR OBSERVASI STANDAR PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN JENIS PEKERJAAN UNLOADING MINYAK DARI

TRUCK

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anizar, 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Arcury, T. A., Summers, P., Rushing, J., Grzywacz, J. G., Mora, D. C., Quandt, S. A., Lang, W., dan Mills III, T. H., 2015.Work Safety Climate, Personal Protection Use, and Injuries Among Latino Residential Roofers. American Journal of Industrial Medicine vol.58, 69–76. Diakses 23 Juli 2015; www.onlinelibrary.wiley.com

Budicahyono, A., 2004. Keselamatan Kerja Bahan Kimia di Industri. Gadjahmada University Press. Yogyakarta.

Hadipoetro, S., 2014. Manajemen Komprehensif Keselamatan Kerja.Yayasan Patra Tarbiyyah Nusantara. Jakarta.

Kementerian Kesehatan, RI., 2015. INFODATIN (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI): Situasi Kesehatan Kerja. Jakarta. Diakses 24 November 2015; www.depkes.go.id

Kines, P., Lappalainen, J., Mikkelsen, Kim L., Olsen, E., Pousette, A., Tharaldsen, J., Tomasson, K., dan Torner, M., 2011. Nordic Safety Climate Questionaire (NOSACQ-50); A new tool for diagnosing occupational safety climate. International Journal of Industrial

Ergonomic 41, 634-646. Diakses 6 Juni 2015;

http://www.researchgate.net/publication/230813534

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2010. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.Jakarta.

Miles, M. B., dan Huberman, A. M., 2009. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Moelong, L., 2000.Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Mulyasari, W., 2013. Pengembangan Model Iklim Keselamatan terhadap

Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Prosiding

(16)

Neal, A., dan Griffin, M. A., 2002. Safety Climate and Safety Behaviour. Australian Journal of Management 27 (special issues), 67-73. Diakses 14 Januari 2016; http://www.researchgate.net/publication/27478788

Neal, A., Griffin, M. A., dan Hart, P. M., 2000. The Impact of Organizational Climate on Safety Climate and Individual Behaviour. Safety science 34, 99-109. Diakses 14 Januari 2016; www.elsevier/locate/ssci

Pemerintah Republik Indonesia. 1970. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.Jakarta.

Prihatiningsih dan Sugiyanto, 2010. Pengaruh Iklim Keselamatan dan

Pengalaman Personal terhadap Kepatuhan pada Peraturan

Keselamatan Pekerja Kontruksi. Jurnal Psikologi Vol.37, 82-93. Diakses 7 Juni 2015; www.jurnal.ugm.ac.id

Ridley J., 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.

Rijanto, B. B., 2011. Pedoman Pencegahan Kecelakaan. Mitra Wacana Media. Jakarta.

Sarosa, S., 2012.Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar.PT. Indeks. Jakarta Barat. Siburian, A., 2012. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Terhadap Keselamatan Kerja Perawat IGD RSUD Pasar Rebo Tahun 2012. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Diakses 24 Januari 2016; https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20310394-s43080-Gambaran%20Penggunaan.pdf

Sholihah, Q., dan Kuncoro, W., 2014. Keselamatan Keselamatan Kerja. Penerbit Kedokteran (EGC). Jakarta.

Sugiyono, 2012.Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).CV Alfabeta. Bandung.

Suma'mur P.K., 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).Sagung Seto. Jakarta.

(17)

Veronika, T., 2015. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Terhadap Pemakaian Alat Pelindung Diri dalam Penanganan Sampah Medis

pada Petugas Cleaning Service di RSUD Dr. Pringadi Medan. Skripsi

(18)

Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kualitatif untuk memperoleh gambaran tentang iklim keselamatan kerja dan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja kernek bongkar CPO di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini berlokasi di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan dasar pertimbangan bahwa PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung merupakan perusahaan yang telah menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dan belum pernah dilakukan penelitian tentang iklim keselamatan kerja dan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja kernek bongkar CPO.

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016.

3.3 Instrumen Penelitian

(19)

1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan supaya wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian dan dapat dijadikan pedoman umum wawancara. Wawancara dilakukan terhadap informan yang telah ditentukan oleh peneliti.

2. Lembar observasi

Lembar observasi ini berisi tentang standar operasional prosedur (SOP) APD dan standar penggunaan APD di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung. Lembar observasi ini berguna untuk melihat apakah penggunaan APD sesuai atau tidak dengan SOP dan standar penggunaan APD yang telah ditetapkan oleh PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung.

3. Alat perekam

Alat perekam yang digunakan dalam penelitian ini adalah camera digital

untuk merekam gambar danhandphoneOppo untuk merekam suara.

3.4 Informan

(20)

3.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1 Jenis data

a. Data Primer 1. Wawancara

Wawancara yang mendalam dilakukan terhadap informan dengan menggunakan pedoman wawancara.

2. Observasi lapangan

Observasi dilakukan dengan mengamati langsung pengunaan APD pada pekerja kernek bongkar CPO sesuai dengan SOP APD dan standar penggunaan APD yang ada di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen yang meliputi profil perusahaan, SOP alat pelindung diri, dan standar penggunaan alat pelindung diri PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung.

3.5.2 Cara pengumpulan data a. Metode wawancara

(21)

b. Metode dokumentasi

Dokumentasi meliputi profil perusahaan, SOP APD, dan standar penggunaan APD di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung.

3.6 Definisi Istilah

1. Iklim keselamatan kerja adalah sebuah persepsi pekerja pada sikap manajemen terhadap keselamatan kerja dan persepsi pada sejauh mana kontribusi keselamatan kerja.

2. Penggunaan APD adalah perilaku pekerja dalam memakai APD untuk melindungi diri dari luka/cedera atau penyakit yang diakibatkan adanya kontak dengan bahaya pada saat bekerja di tempat kerja, baik yang bersifat fisik, kimia, dan biologi.

(22)

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah model Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012). Langkah-langkah dalam proses analisis data sebagai berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data berarti merangkum semua data yang diperoleh dilapangan, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, mencari tema dan pola kemudian membuang data yang tidak perlu.

2. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data sebagai kumpulan informasi dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel matriks dan kemudian diuraikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan kesimpulan

(23)

PT. Multimas Nabati Asahan merupakan sebuah perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang diprakarsai oleh beberapa investor Singapura dan Indonesia, yang bergerak dalam industri minyak kelapa sawit dan merupakan bagian dari Wilmar Group dan mulai beroperasi pada 9 september 1996. Pada awalnya PT. Multimas Nabati Asahan hanya mendirikan satu plant saja yang terdiri dari bagian RefinerydanFraksinasi

dengan kapasitas masing-masing 1500 ton/hari. Untuk mengantisipasi permintaan pasar yang terus meningkat maka pada tahun 1999, PT. Multimas Nabati Asahan mendirikan plant kedua dengan kapasitas 1000 ton perhari.

Lahan yang dipergunakan oleh PT. Multimas Nabati Asahan adalah milik sendiri dengan total luas lahan sebesar 143.892,39 m2. PT. Multimas Nabati Asahan terletak di Jl. Access Road Dusun IV Tanjung Permai, Desa Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelah barat PT. Multimas Nabati Asahan berbatasan dengan lahan Pertamina, sebelah timur berbatasan dengan PT. Citra Mill, sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, dan sebelah selatan berbatasan dengan Jl. Acces Road Dusun IV Tanjung Permai.

(24)

PT. Multimas Nabati Asahan memiliki kapasitas produksi PKS 2800/ton CPO/ hari, kapasitas produksi Refinery yang terdiri dariRefinery Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) 2660 MT/hari, Palm Fatty Acid Distilate (PFAD) 120,4 MT/hari, Refinery Bleached Deodorized Palm Steam (RBDPS) 532 MT/hari,

Hydrogenated Palm Kernel Steam (HPKS) 92,63 MT/hari, Hydrogenated Palm Kernel Oil (HPKO) 101,05 MT/hari dan Hydrogenated Palm Kernel Olein

(HPKO) 110,53 MT/hari (Laporan Kegiatan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bulan Januari Tahun 2016).

4.1.1 Visi, misi dan nilai-nilai inti PT. Multimas Nabati Asahan

Visi PT. Multimas Nabati Asahan adalah perusahaan kelas dunia yang dinamis di bisnis agrikultur dan industri terkait dengan pertumbuhan yang dinamis dengan tetap mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar di dunia melalui kemitraan dan manajemen yang baik.

Misi PT. Multimas Nabati Asahan adalah menjadi mitra bisnis yang unggul dan layak dipercaya bagi stakeholders.

Nilai-nilai inti PT.Multimas Nabati Asahan adalah: a. Profesionalisme yang didasari rasa memiliki.

b. Kerendahan hati yang didasari kesederhanaan. c. Integritas yang didasari kejujuran.

(25)

4.1.2 Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja PT. Multimas Nabati Asahan Kebijakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Multimas Nabati Asahan dibuat dan diatur langsung oleh Wilmar Group Indonesia yang ditandatangani langsung oleh Country HeadWilmar Group Indonesia, dimana di dalam kebijakan tersebut dikatakan bahwa:

a. Wilmar Group berkomitmen menyediakan lingkungan kerja yang aman bagi setiap karyawan dan mengupayakan pengamanan yang memadai untuk melindungi karyawan dari kecelakaan/cedera serta melindungi perusahaan dan anak perusahaan dari kerugian atau kerusakan asset.

b. Wilmar Group memprakarsai penerapan, prosedur, dan peraturan keamanan lingkungan kerja.

c. Manajemen bertanggung jawab untuk meminimalisasi semua resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja bagi semua karyawan di masing-masing lokasi dan juga bertanggung jawab untuk melatih semua karyawan agar dapat bekerja dengan aman.

d. Keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab setiap karyawan. e. Setiap karyawan harus mengikuti peraturan dan prosedur keselamatan kerja

dari Wilmar Group.

f. Setiap karyawan memiliki kewajiban untuk bekerja sama dalam program keselamatan kerja di perusahaan dalam mencegah kecelakaan kerja.

(26)

h. Kebijakan perusahaan untuk menjaga lingkungan kerja bebas dari konsumsi alkohol dan penyalahgunaan obat terlarang dan dampaknya.

4.1.3 Prinsip manajemen keselamatan dan kesehatan kerja PT. Multimas Nabati Asahan

Prinsip-prinsip manajemen keselamatan dan kesehatan kerja PT. Multimas Nabati Asahan adalah:

a. Semua kecelakaan dan cedera dapat dicegah.

b. Keterlibatan dari semua karyawan merupakan syarat dasar.

c. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan tanggung jawab manajemen dan semua karyawan.

d. Semua dampak dari pekerjaan dapat dijaga.

e. Pelatihan karyawan untuk bekerja dengan aman merupakan syarat dasar. f. Bekerja dengan aman merupakan syarat dari pekerjaan.

g. Manajemen wajib melakukan audit.

h. Semua kekurangan harus segera diperbaiki.

i. Keselamatan kerja di dalam dan di luar tempat kerja sangat dijunjung tinggi. j. Prosedur dan peraturan kesehatan dan keselamatan kerja harus dilaksanakan

(27)

4.2 Karakteristik Informan

Gambaran karakteristik pekerja kernek bongkar CPO yang menjadi informan pada penelitian ini berdasarkan jabatan dan masa kerja yaitu:

Tabel 4.1 Distribusi informan berdasarkan jabatan Jabatan Jumlah (orang)

Mandor 2

Pekerja kernek bongkar CPO 2

Total 4

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 4 informan, 2 orang bekerja sebagai mandor kernek bongkar CPO dan 2 orang lainnya bekerja sebagai pekerja kernek bongkar CPO.

Tabel 4.2 Distribusi informan berdasarkan masa kerja Masa Kerja Jumlah (orang)

3 tahun 1

4 tahun 2

14 tahun 1

Total 4

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 1 orang telah bekerja sebagai pekerja kernek bongkar CPO selama 3 tahun, sebanyak 2 orang telah bekerja sebagai mandor pekerja kernek bongkar CPO selama 4 tahun, dan sebanyak 1 orang telah bekerja sebagai pekerja kernek bongkar CPO selama 14 tahun.

4.3 Iklim Keselamatan Kerja

(28)

Tabel Matriks 4.1 Matriks nilai manajemen Informan 1

Mandor

Manajemen selalu mendukung untuk keselamatan di tempat kerja dan mengutamakan K3 di tempat kerja. Terbukti dengan adanya safety body harness, APD, safety sign. Manajemen tetap mengatur pekerja supaya bekerja sesuai dengan aturan K3. Manajemen tidak selalu menyalahkan pekerja ketika terjadi kecelakaan karena dilakukan sesuai prosedur ditanya-tanyain dulu.

Informan 2 Mandor

Manajemen sangat mengutamakan K3 karena dari segi penyediaan peralatan keselamatan sudah bagus, kalau ada kecelakaan segera ditangani. Komitmen manajemen dalam melaksanakan K3 di tempat kerja sudah bagus karena semua sudah disediakan seperti APD, safety sign dan saya yakin pada kemampuan manajemen karena semua sudah dikendalikan tinggal kita menjalankan saja dan manajemen sudah mendorong pekerja sesuai dengan aturan K3.

Informan 3 Pekerja

Sikap manajemen dalam melaksanakan K3 ditempat kerja sudah bagus bisa dilihat dari fasilitas yang disediakan seperti APD. Saya yakin pada kemampuan manajemen dalam menangani masalah K3 ditempat kerja karena kapasitasnya sudah terbukti. Manajemen mengutamakan safety. Manajemen memperlakukan pekerja yang terlibat dalam kecelakaan secara adil karena manajemen konsekuen dan dicari dulu penyebab kecelakaan kerja tersebut. Manajemen menyalahkan pekerja ketika terjadi kecelakaan karena pekerja melanggar aturan K3 jadi semua fasilitas sudah diberikan tapi tidak dipakai jika terjadi insiden pekerja tersebut ditanyai. Informan 4

Pekerja

Komitmen manajemen bagus dalam melaksanakan K3 di tempat kerja karena untuk masalah keselamatan sudah bagus pakai safety belt. Saya yakin kemampuan manajemen dalam menangani masalah K3. Menajemen mewajibkan setiap pekerja mengikuti aturan K3 seperti setiap bekerja harus memakai safety belt, helm, dan sepatu.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tentang nilai manajemen kepada informan, dapat diketahui 2 orang informan dari 4 orang informan mengatakan bahwa manajemen sangat mengutamakan K3 dan mendukung keselamatan di tempat kerja hal ini terbukti dengan adanya penyediaan APD dan

(29)

disediakan seperti APD dan manajemen mewajibkan setiap pekerja mengikuti aturan tentang K3.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan mengenai iklim keselamatan kerja tentang manajemen dan praktek organisasi, hal ini dijelaskan dalam tabel matriks berikut.

Tabel Matriks 4.2 Manajemen dan prakek organisasi Informan

1 Mandor

Manajemen sudah menyediakan perlengkapan keselamatan dengan lengkap seperti penyediaan safety belt. Bagi saya penyediaan peralatan keselamatan yang disediakan manajemen sudah cukup. Selama ini belum ada kecelakaan jadi saya tidak tau bagaimana respon manajemen dalam menangani kecelakaan yang terjadi di perusahaan. Saya belum pernah mengikuti pelatihan K3 tapi pengarahan tentang K3 melalui safety talk setiap hari jumaat. Informan

2 Mandor

Manajemen sudah menyediakan peralatan seperti APD, safety sign. Karena belum ada kecelakaan makanya belum tau respon manajemen seperti apa dalam menangani kecelakaan. Pekerja kernek bongkar belum pernah ikut dalam pelatihan K3 ataupun training tentang K3. Pelatihan K3 menurut saya dapat mencegah kecelakaan karena kita di kasih tau cara-cara untuk mengatasi kecelakaan kerja. Pelatihan K3 perlu dilakukan untuk menambah wawasan tentang keselamatan.

Informan 3

Pekerja

Manajemen sudah menyediakan peralatan keselamatan seperti safety belt, sepatu. Peralatan keselamatan yang disediakan sudah mencukupi untuk melindung pekerja. Pada saat kecelakaan terjadi respon manajemen cepat dalam menangani korban atau pekerja yang terlibat dalam kecelakaan. Saya belum pernah mendapat pelatihan K3. Manfaat pelatihan K3 supaya keselamatan kita terjamin. Dengan adanya pelatihan kita di beri arahan tentang mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Informan 4

Pekerja

Perusahaan sudah cukup bagus dalam menyediakan peralatan keselamatan, bisa dilihat dari penyediaan safety belt, safety sign, dan lain-lain. Sejauh ini saya belum pernah mendapat pelatihan K3. Pelatihan K3 dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Belum ada kecelakaan jadi saya tidak tau bagaiman respon manajemen.

(30)

melindungi pekerja dari potensi bahaya yang ada di tempat kerja. Hal ini terbukti dari tidak adanya kasus kecelakaan kerja pada pekerja kernek bongkar. Akan tetapi pekerja kernek bongkar belum pernah mendapat pelatihan K3.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan mengenai iklim keselamatan kerja tentang komunikasi keselamatan, hal ini dijelaskan dalam tabel matriks berikut.

Tabel Matriks 4.3 Komunikasi Keselamatan Informan 1

Mandor

Saya pernah membahas tentang keselamatan mengenai safety sign atau APD jika sudah tidak layak pakai kami lapor ke Bapak. Kami membahas keselamatan pada saat briefing dan safety talk. Informan 2

Mandor

Kami membahas keselamatan kerja setiap hari pada saat briefing atau sebelum dilakukannya pekerjaan. Kami membahas tentang pengunaan APD.

Informan 3 Pekerja

Saya pernah membahas K3 tentang masalah keselamatan kerja yang baik dan benar, cara penggunaan APD. Pekerja sudah diajari bagaimana cara menggunakan alatnya.

Informan 4 Pekerja

Setiap jumat pada saat safety talk kami membahas K3 tentang kebersihan, kerapian, dan APD, keselamatan saat bekerja.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tentang komunikasi keselamatan kepada informan, diketahui semua informan mengatakan bahwa mereka pernah membahas K3 tentang penggunaan APD yang benar, safety sign, keselamatan saat bekerja, kebersihan dan kerapian tempat kerja. Pekerja membahas tentang K3 pada saatbriefingdansafety talksetiap hari jumat.

(31)

Tabel Matriks 4.4 Keterlibatan pekerja dalam kesehatan dan keselamatan kerja Informan 1

Mandor

Penerapan K3 penting di tempat kerja karena untuk keselamatan diri dan semua anggota. Komitmen saya terhadap keselamatan ya saling mengingatkan anggota untuk selalu memakai APD dan berhati-hati saat bekerja. Saya bertanggung jawab untuk menjaga kerapian tempat kerja. Keselamatan tanggung jawab masing-masing karena semua fasilitas sudah disediakan dan saling mengingatkanlah. Saya belum pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keselamatan. Sebisa mungkin bahaya atau kecelakaan kerja harus dihindari dengan cara jika ada kerja yang rawan kita hindari dulu dengan menaruh police line atau safety sign. Kalau ada nearmiss atau hampir terjadi kecelakaan ya dilaporkan, kalau tidak dilaporkan bisa fatal.

Informan 2 Mandor

Menerapkan K3 penting di tempat kerja karena untuk keselamatan semua orang. Kebong belum pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keselamatan tapi diberikan pengarahan mengenai K3 saat briefing dan safety talk. Komitmen saya terhadap keselamatan ditempat kerja selalu memakai APD saat bekerja, wajib menjaga kerapian di tempat kerja, dan bertanggung jawab atas keselamatan orang lain karena pekerja kan anggota kita dan K3 merupakan tanggung jawab bersama.

Informan 3 Pekerja

Penting menerapkan K3 di tempat kerja karna ya untuk mengurangi angka kecelakaan kerja. Komitmen saya terhadap keselamatan di tempat kerja menjaga supaya tidak terjadi kecelakaan di tempat kerja seperti memakai APD, dan hati-hati saat bekerja, dan bertanggung jawab untuk menjaga kerapian di tempat kerja. Bahaya dapat dihindari dengan cara mengetahui tempat kerja dan memakai semua fasilitas yang sudah disediakan. Keselamatan tanggung jawab bersama tapi jika terjadi insiden itu tanggung jawab mandor kami. Saya belum pernah dilibatkan dalam mengambil keputusan tentang keselamatan.

Informan 4 Pekerja

(32)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tentang keterlibatan pekerja dalam K3 kepada informan, dapat diketahui 2 orang informan dari 4 orang informan mengatakan pentingnya menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja karena untuk keselamatan diri sendiri dan semua anggota. Dua orang informan lainnya mengatakan penerapan K3 di tempat kerja penting karena untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan mengurangi angka kecelakaan kerja. Komitmen informan terhadap K3 antara lain memakai safety belt, helm, sepatu boot saat bekerja, wajib menjaga kerapian tempat kerja, saling mengingatkan antar anggota untuk memakai APD dan berhati-hati saat bekerja.

4.4 Penggunaan Alat Pelindung Diri

APD adalah suatu alat yang digunakan oleh pekerja atau orang lain yang berada di suatu daerah kerja atau lingkungan tertentu, untuk melindungi diri terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja atau insiden. Prosedur APD yang di terapkan di PT. Multimas Nabati Asahan berdasarkan referensi dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dan Wilmar Sustainable Company (WCS). Sesuai dengan SOP/MNA-EHS-10-004 prosedur dan penetapan, pengadaan, dan evaluasi APD mengikuti diagram alir pengadaan dan evaluasi APD, dan identifikasi kebutuhan APD Wilmar group.

Tujuan dan ruang lingkup penggunaan APD yaitu: A. Tujuan

(33)

2. Kedisiplinan penggunaan alat pelindung diri pada daerah-daerah yang telah ditentukan.

3. Kesesuaian pemakaian alat pelindung diri yang tepat dan memenuhi standar.

B. Ruang Lingkup

1. Seluruh Perusahaan Wilmar Group Industri 2. Bagian-bagian tubuh yang biasanya di lindungi:

a. Kepala : Otak, Mata, Telinga, Hidung, Wajah b. Badan, Dada, Perut

3. Anggota Tubuh : Kaki-Tangan 4. Tubuh secara keseluruhan

Tabel 4.3 Identifikasi kebutuhan APD WILMAR GROUP

No. Tugas kerja APD Spesifikasi Keterangan 1. Seluruh karyawan Safety Helmet PVC V Guard

(34)

Tabel 4.3 Lanjutan 9. Dilingkungan

Berdebu

Masker Debu Kain Mask 10. Arc Welding Kedok las,

Sarung tangan

≥ 2 meter Safety Belt Full BodyHarness, Fall arrest lanyard 12. Bekerja di daerah

kurang O2

Tabung O2 Tabung O2 13. Bekerja dengan listrik Safety Shoes Anti static PVC 14. Analyst Sarung Tangan

Sesuai dengan F/MNA-EHS-10-004.1 tentang laporan standar penggunaan alat pelindung diri pada Department logistic-pump house untuk unloading area dan jenis pekerjaan unloading minyak dari truck jenis alat pelindung diri yang digunakan antara lainsafety helmet,safety belt, sepatu kulit, dan tutup kepala dari kain.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan mengenai penggunaan alat pelindung diri, hal ini dijelaskan dalam tabel matriks berikut.

Tabel Matriks 4.5 Matriks penggunaan APD Informan 1

Mandor

(35)

Tabel Matriks 4.5 Lanjutan Informan 2

Mandor

Penggunaan APD sudah lengkap karena sudah pakai safety belt, helm, dan sepatu. APD yang digunakan sudah dapat melindungi dari bahaya di tempat kerja karena semua sudah disediakan kita tinggal pakai dan APD yang dipakai nyaman. Kalau pakai sarung tangan jadi susah bekerjanya karena kita harus masuk ke dalam safety belt, dan sepatu boot. APD yang saya gunakan 90 % sudah melindungi saya dari bahaya yang ada di tempat kerja dan nyaman dipakai. Sarung tangan membuat pekerjaan jadi repot.

Informan 4 Pekerja

Kalau untuk kebong, APDnya sudah cukup bagus dan lengkap. Karena APD yang saya gunakan safety belt, helm, sepatu boot dan itu semua sudah cukup untuk melindungi tubuh dari kecelakaan kerja. Kalo sarung tangan kurang cocok karena kita masuk kedalam tangki truck nanti sarung tangannya malah berminyak semua.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tentang penggunaan APD pada pekerja kernek bongkar CPO kepada informan, dapat diketahui bahwa semua informan menjawab penggunaan APD mereka sudah lengkap dan APD tersebut sudah dapat melindungi tubuh pekerja dari bahaya yang ada di tempat kerja. Hal ini terbukti dari belum ada kasus kecelakaan kerja yang menimpa pekerja kernek bongkar CPO.

Tabel Matriks 4.6 Matriks observasi prosedur APD N

o.

Tugas kerja APD Spesifikasi Kesesuaian Keterangan

Ya Tidak

(36)

Berdasarkan hasil observasi prosedur APD, untuk tugas kerja seluruh karyawan, bekerja di ketinggian ≥ 2 meter, dan area kerja relative basah/berair penggunaan APD pada pekerja kernek bongkar CPO sudah sesuai dengan SOP APD perusahaan.

Tabel Matriks 4.7 Matriks observasi standar penggunaan APD berdasarkan jenis pekerjaan

3. Sepatu kulit √ Belum diperbaiki masih memakai Referensi : Laporan standar penggunaan alat pelindung diri dengan nomor : F/MNA-EHS-10-004.1

Berdasarkan hasil observasi standar penggunaan APD untuk jenis pekerjaan

(37)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. Multimas Nabati Asahan diketahui bahwa yang menjadi informan dalam penelitian ini mandor pekerja kernek bongkar CPO dan pekerja kernek bongkar CPO.

Mandor bertanggung jawab atas keselamatan para pekerjanya, peran dan tugasnya mengawasi dan memberikan petunjuk kepada anggota dalam melaksanakan pekerjaaan dan membantu anggota di lapangan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa 2 dari 4 orang informan telah bekerja selama 4 tahun, 1 orang informan telah bekerja selama 3 tahun, dan 1 orang informan telah bekerja selama 14 tahun sebagai pekerja kernek bongkar CPO di PT. Multimas Nabati Asahan.

5.2 Iklim Keselamatan Kerja

Berdasarkan penelitian untuk nilai manajemen, manajemen mendukung keselamatan di tempat kerja dan komitmen manajemen dalam melaksanakan K3 sudah bagus hal ini terlihat dari fasilitas yang disediakan seperti APD, safety sign

(38)

selesai, tidak diperbolehkan berada di area pembongkaran diluar gilirannya sebagai petugas bongkar, menjaga fasilitas dan areastandbyyang telah disediakan selalu dalam keadaan baik dan bersih termasuk juga fasilitas lemari, wastafel, dan alat kebersihan yang telah disediakan.

Hal ini sesuai dengan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Multimas Nabati Asahan yang dibuat dan diatur langsung oleh Wilmar Group Indonesia yaitu manajemen bertanggung jawab untuk meminimalisasi semua resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja bagi semua karyawan di masing-masing lokasi dan juga bertanggung jawab untuk melatih semua karyawan agar dapat bekerja dengan aman. Hal ini juga sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen keselamatan dan kesehatan kerja PT. Multimas Nabati Asahan diantaranya kesehatan dan keselamatan kerja merupakan tanggung jawab manajemen dan semua karyawan, keselamatan kerja di dalam dan di luar tempat kerja sangat dijunjung tinggi, prosedur dan peraturan kesehatan dan keselamatan kerja harus dilaksanakan dengan baik.

Menurut Zohar yang dikutip oleh Winarsunu (2008) menyatakan bahwa iklim keselamatan kerja adalah sebuah persepsi pekerja pada sikap manajemen terhadap keselamatan kerja dan persepsi pada sejauh mana kontribusi keselamatan kerja didalam proses produksi secara umum. Penekanan iklim keselamatan terletak pada persepsi pekerja mengenai peran manajemen didalam melaksanakan program keselamatan kerja (Winarsunu, 2008).

(39)

kerja sesuai dengan Zohar dalam Winarsunu (2008) tentang pengertian iklim keselamatan kerja dan penekanan iklim keselamatan yang terletak pada peran manajemen dalam melaksanakan keselamatan kerja.

Berdasarkan penelitian untuk manajemen dan praktek organisasi, peralatan keselamatan seperti APD, safety sign yang disediakan perusahaan sudah cukup untuk melindungi pekerja dari potensi bahaya yang ada di tempat kerja. Hal ini terbukti dari tidak adanya kasus kecelakaan kerja pada pekerja kernek bongkar CPO. Akan tetapi pekerja kernek bongkar belum pernah mendapat pelatihan K3. Pekerja hanya mendapat pengarahan tentang K3 dari pihak manajemen pada saat

safety talkyang dilaksanakan setiap hari jumat.

Hal ini sesuai dengan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Multimas Nabati Asahan yaitu Wilmar Group berkomitmen menyediakan lingkungan kerja yang aman bagi setiap pekerja dan mengupayakan pengamanan yang memadai untuk melindungi pekerja dari kecelakaan/cedera, manajemen bertanggung jawab untuk meminimalisasi semua resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja bagi semua karyawan di masing-masing lokasi dan juga bertanggung jawab untuk melatih semua karyawan agar dapat bekerja dengan aman.

Berdasarkan penelitian untuk komunikasi keselamatan, biasanya pengarahan tentang K3 dikomunikasikan atau dibicarakan pada saat briefing dan

(40)

dengan penahan tali pengaman,safety sign tentang APD yang wajib digunakan di area tersebut, jalur evakuasi, restricted area, dan peringatan-peringatan lainnya seperti hati-hati handrail dan lantai licin, keselamatan saat bekerja tentang cara menggunakan alat dengan benar dan bekerja dengan aman seperti bekerja mengikuti prosedur yang telah ditentukan, menjaga kebersihan dan kerapian tempat kerja.

Hal ini sesuai dengan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Multimas Nabati Asahan yaitu manajemen bertanggung jawab untuk meminimalisasi semua resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja bagi semua karyawan di masing-masing lokasi dan juga bertanggung jawab untuk melatih semua karyawan agar dapat bekerja dengan aman, setiap pekerja harus mengikuti peraturan dan prosedur keselamatan kerja dari Wilmar Group.

Berdasarkan penelitian untuk keterlibatan pekerja dalam kesehatan dan keselamatan kerja, penerapan K3 di tempat kerja penting karena untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan mengurangi angka kecelakaan kerja. Dan pekerja berkomitmen memakai APD saat bekerja, menjaga kerapian tempat kerja, saling mengingatkan antar anggota untuk memakai APD dan berhati-hati saat bekerja.

(41)

keselamatan kerja di perusahaan dalam mencegah kecelakaan. Hal ini sesuai juga dengan prinsip-prinsip manajemen K3 PT. Multimas Nabati Asahan yaitu keterlibatan dari semua pekerja merupakan syarat dasar, dan bekerja dengan aman merupakan syarat dari pekerjaan.

Iklim keselamatan kerja adalah bentuk spesifik dari iklim organisasi, yang menggambarkan persepsi individu dari nilai keselamatan di lingkungan kerja (Griffin dan Neal, 2000). Iklim keselamatan kerja mempunyai peranan penting terhadap budaya keselamatan kerja melalui sikap (attitudes) yang diekspresikan dalam perilaku keselamatan dan kesehatan kerja (safety behavior) setiap pekerja (Sholihah dan Kuncoro, 2014).

Jika dibandingkan persepsi pekerja terhadap pentingnya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja serta menerapkannya di tempat kerja hal ini sesuai dengan Neal dan Griffin (2000) tentang persepsi individu dari nilai keselamatan di lingkungan kerja. Hal ini sesuai juga dengan Sholihah dan Kuncoro (2014) tentang sikap yang diekspresikan dalam perilaku keselamatan dan kesehatan kerja setiap pekerja.

Menurut Neal dan Griffin (2000), berbagai faktor telah di identifikasi sebagai komponen penting dari iklim keselamatan antara lain:

a. Nilai manajemen menunjukkan perhatian manajemen untuk kesejahteraan pekerja dan bagaimana sikap manajemen terhadap keselamatan dan persepsi bahwa keselamatan itu penting di tempat kerja.

(42)

c. Komunikasi keselamatan diukur dengan menanyakan dimana isu-isu keselamatan dikomunikasikan.

d. Keterlibatan pekerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja sejauh mana persepsi pekerja terhadap pentingnya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja serta menerapkannya di tempat kerja.

Hal ini sesuai dengan komponen penting dari iklim keselamatan kerja yang disampaikan oleh Neal dan Griffin (2000) tentang nilai manajemen, komunikasi keselamatan, keterlibatan pekerja dalam kesehatan dan keselamatan kerja. Akan tetapi pada komponen manajemen dan praktek organisasi belum sesuai karena pekerja kernek bongkar CPO belum pernah mendapat pelatihan K3.

5.3 Penggunaan Alat Pelindung Diri

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, semua informan menjawab penggunaan APD mereka sudah lengkap dan APD tersebut sudah dapat melindungi tubuh pekerja dari bahaya yang ada di tempat kerja dan nyaman dipakai. Pekerja juga mendapat pengarahan tentang penggunaan APD yang benar seperti memakai safety belt yang benar dengan cara mengikat full body harness

(43)

relative basah/berair memakai safety shoes dengan spesifikasi boot PVC with to cap 10”.

Menurut Sum’amur (2009) APD harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Nyaman dipakai.

b. Tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan.

c. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya yang dihadapi.

Jika dibandingkan dengan persyaratan APD yang disampaikan oleh Sum’amur (2009), maka APD yang digunakan pekerja sudah memenuhi persyaratan APD yaitu nyaman dipakai.

Menurut Ridley (2008), ada beberapa prinsip umum yang harus diikuti supaya APD digunakan secara efektif:

a. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi.

b. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut. c. Cocok bagi orang yang menggunakannnya.

d. Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas. e. Memiliki kontruksi yang sangat kuat.

f. Tidak mengganggu APD lain yang sedang dipakai secara bersamaan. g. Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya.

(44)

Menurut Hadipoetro (2014), Pemakaian APD secara rutin dilakukan sesuai dengan instruksi yang benar dan melalui masa percobaan dan pelatihan. Untuk itu perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut.

a.Informasikan kepada setiap pekerja tentang pentingnya penggunaan APD, cara menggunakan alat tersebut.

b. Latih pekerja, dengan baik tentang cara menggunakan dan memelihara alat pelindung diri.

c. Awasi dan periksa, secara teratur penggunaan dan pemeliharaan APD. d. Pastikan semua orang menggunakan APD sesuai dengan indikasi pekerjaan.

Jika dibandingkan pekerja mendapat pengarahan tentang penggunaan APD yang benar hal ini sesuai dengan Hadipoetro (2014) tentang pemakaian APD yaitu informasikan kepada setiap pekerja tentang pentingnya penggunaan APD, cara menggunakan alat tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaaan penggunaan APD antara jenis APD yang digunakan pekerja dengan standar penggunaan APD pada

department logistic-pump house. Hal ini terbukti dari standar penggunaan APD yang ada di department logistic-pump house untuk jenis pekerjaan unloading

minyak dari truck jenis APD yang digunakan yaitu helm, sepatu kulit, safety belt, dan tutup kepala dari kain. Sedangkan jenis APD yang digunakan pekerja kernek bongkar CPO yaitu safety belt, helm, dan sepatu boot. Berdasarkan keterangan bahwa laporan standar penggunaan APD pada department logistic-pump house

(45)

Menurut Anizar (2012), APD yang dapat dipergunakan sesuai dengan faktor bahaya yang ada di lingkungan kerja dan bagian tubuh yang perlu dilindungi, khususnya pada pekerja kernek bongkar CPO. Faktor bahaya yaitu basah dan berair, terpeleset, terjatuh. Bagian tubuh yang perlu di lindungi kepala, kaki, tangan, tubuh. Jenis APD yang digunakan yaitu safety helmet, sepatu bot karet, sarung tangan karet/plastik,safety belt/full body harness.

Jenis-jenis APD berdasarkan penggunaanya dapat dikategorikan dalam beberapa jenis diantaranya:

a. Pelindung kepala/safety helmet dirancang untuk menahan kepala dari benturan atau tusukan dari benda-benda jatuh atau partikel-partikel dan dari sengatan listrik tegangan tingggi. Helm pengaman juga dapat melindungi kepala dan rambut dari jeratan mesin, atau terpapar pada lingkungan berbahaya (Rijanto, 2011).

b. Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki pekerja dari tertimpa benda-benda berat atau keras, tumpahan bahan kimia, kemungkinan tersandung atau tergelincir. Banyak jenis-jenis sepatu keselamatan dan diantaranya adalah sepatu latex/karet tahan bahan kimia dan memberikan daya tarik ekstra pada permukaan licin (Cahyono, 2004).

(46)

area kerja dan kemudian talinya dihubungkan dengan sabuk pengaman atau

harnessyang di pakai pekerja (Rijanto, 2011).

d. Pelindung tangan (sarung tangan) berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas dan dingin, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8 tahun 2010).

Jika dibandingkan dengan jenis APD berdasarkan faktor bahaya dan bagian tubuh yang perlu dilindungi yang disampaikan oleh Anizar (2012), maka APD yang digunakan pada pekerja kernek bongkar CPO dikategorikan belum lengkap. Alat pelindung diri yang belum lengkap dipakai pekerja kernek bongkar CPO yaitu sarung tangan. Saat bekerja pekerja kernek bongkar CPO paling sering menggunakan anggota tubuh yaitu tangan, maka dari itu tangan pekerja perlu dilindungi dari penyakit hubungan kerja yang akan menimpa pekerja diantaranya

(47)

1. Iklim keselamatan kerja terdiri dari: a. nilai manajemen, mengutamakan K3.

b. manajemen dan praktek organisasi, dilaksanakan melalui tersedianya peralatan keselamatan dan pekerja belum pernah mendapat pelatihan K3. c. Komunikasi keselamatan, dilakukan pada saat briefing dan safety talk

setiap hari jumat.

d. Keterlibatan pekerja melaksanakan K3, dengan memakai APD saat bekerja, menjaga kerapian tempat kerja, saling mengingatkan antar anggota untuk memakai APD dan berhati-hati saat bekerja.

(48)

6.2 Saran

1. Sebaiknya manajemen mengikutkan pekerja kernek bongkar CPO dalam pelatihan K3 tentang APD, safety behaviour, K3 kebakaran, dan sebagainya.

(49)

Konsep iklim keselamatan atau safety climate pertama kali diperkenalkan oleh Zohar dalam Mulyasari (2013) yang menekankan pentingnya proses sosial dan organisasi dalam mencegah kecelakaan. Menurut Zohar yang dikutip oleh Winarsunu (2008) menyatakan bahwa iklim keselamatan kerja adalah sebuah persepsi pekerja pada sikap manajemen terhadap keselamatan kerja dan persepsi pada sejauh mana kontribusi keselamatan kerja didalam proses produksi secara umum. Persepsi ini akan memengaruhi perilaku pekerja.

Iklim keselamatan kerja adalah bentuk spesifik dari iklim organisasi, yang menggambarkan persepsi individu dari nilai keselamatan di lingkungan kerja (Griffin dan Neal, 2000). Iklim keselamatan kerja merupakan ciri dan indikator yang penting dari budaya keselamatan kerja di dalam organisasi. Penekanan iklim keselamatan terletak pada persepsi pekerja mengenai peran manajemen didalam melaksanakan program keselamatan kerja (Winarsunu, 2008).

Menurut Schultz dalam Winarsunu (2008), iklim keselamatan kerja paling tidak harus meliputi 3 hal yang harus dibuat secara sehat dan menyenangkan, yaitu: lingkungan fisik kerja, aspek psiko-sosial dari lingkungan komunitas, dan hubungan pekerja-manajemen serta kebijakan kepegawaian.

(50)

diketahui dari tindakan yang berorientasi pada tugas pokok dan kegiatan pendukung untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja (Sholihah dan Kuncoro, 2014).

2.1.1 Faktor-faktor iklim keselamatan kerja

Berbagai faktor telah di identifikasi sebagai komponen penting dari iklim keselamatan. Faktor-faktor ini meliputi (Neal dan Griffin, 2000):

a. Nilai Manajemen (Management Value)

Nilai manajemen menunjukkan perhatian manajemen untuk kesejahteraan pekerja dan bagaimana sikap manajemen terhadap keselamatan dan persepsi bahwa keselamatan itu penting di tempat kerja.

b. Manajemen dan Praktek Organisasi (Management and Organizational Practices)

(51)

c. Komunikasi Keselamatan (Safety Communication)

Komunikasi keselamatan diukur dengan menanyakan dimana isu-isu keselamatan dikomunikasikan.

d. Keterlibatan Pekerja dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Employee Involvement in Workplace Health and Safety)

Keterlibatan karyawan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja sejauh mana persepsi karyawan terhadap pentingnya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja serta menerapkannya di tempat kerja.

Kines dkk (2011) berpendapat bahwa ada tujuh dimensi pembentuk iklim keselamatan yaitu:

Tabel 2.1 Dimensi iklim keselamatan, aspek dan contoh

Dimensi Aspek Contoh

b. Kami yang bekerja di sini memiliki keyakinan dengan keselamatan di tempat kerja mengenai apakah mereka secara

Kami yang bekerja di sini tidak mengambil

(52)

Tabel 2.1 Lanjutan

b. peduli kepada keselamatan masing-masing.

Persepsi pekerja tentang bagaimana mereka sendiri berhubungan dengan keselamatan di tempat kerja

tentang apakah mereka secara umum: a. memprioritaskan keselamatan sebelum tujuan produksi

b. tidak mengundurkan diri dengan kondisi berbahaya atau menerima

a. membahas keselamatan setiap kali masalah tersebut muncul dan belajar dari pengalaman

b. saling membantu untuk bekerja dengan aman

c. menganggap saran keselamatan dari satu sama lain dengan serius dan mencoba memecahkan solusi

b. melihat manfaat dalam perencanaan awal

(53)

Indikator utama dalam mengukur iklim keselamatan kerja meliputi: terdapat apresiasi pribadi terhadap risiko atau bagaimana calon pekerja memandang risiko yang terkait dengan praktek kerja, prioritas kebutuhan pribadi terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja, serta manajemen diri dan kebutuhan untuk merasa aman (Sholihah dan Kuncoro, 2014).

2.2 Alat Pelindung Diri

2.2.1 Definisi alat pelindung diri

Sebagian orang berpendapat bahwa keselamatan kerja hanya diartikan sebagai dipakainya Alat Pelindung Diri (APD) seperti helmet, sarung tangan, masker saat bekerja. Menggunakan APD dalam bekerja merupakan pilihan terakhir setelah berbagai usaha untuk melindungi diri dari bahaya tidak berhasil.

APD dapat didefinisikan sebagai alat yang mempunyai kemampuan melindungi seseorang dalam pekerjaannya, yang fungsinya mengisolasi pekerja dari bahaya di tempat kerja (Rijanto, 2011). Menurut Cahyono (2004), Alat Pelindung Diri adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.08/MEN/VII/ 2010 pasal 1 ayat (1), alat pelindung diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja.

(54)

memberikan perlindungan efektif terhadap macam bahaya yang dihadapi (Suma’mur, 2009).

2.2.2 Jenis-jenis alat pelindung diri

Jenis-jenis APD berdasarkan penggunaanya dapat dikategorikan dalam beberapa jenis:

A. Pelindung Kepala

Pelindung kepala dikenal sebagai safety helmet (Cahyono, 2004). Helm pengaman dirancang untuk menahan kepala dari benturan atau tusukan dari benda-benda jatuh atau partikel-partikel dan dari sengatan listrik tegangan tingggi. Helm pengaman juga dapat melindungi kepala dan rambut dari jeratan mesin, atau terpapar pada lingkungan berbahaya (Rijanto, 2011).

Topi atau helm pengaman dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Kelas A: untuk melindungi kepala dari kekuatan benturan benda-benda yang jatuh, dan dari sengatan listrik akibat kontak dengan konduktor listrik akibat kontak dengan konduktor listrik tegangan rendah.

b. Kelas B: untuk melindungi kepala dari kekuatan benturan benda-benda yang jatuh, dan dari sengatan listrik akibat kontak dengan konduktor listrik akibat kontak dengan konduktor listrik tegangan tinggi.

c. Kelas C: untuk melindungi kepala dari kekuatan benturan benda-benda yang jatuh, tanpa pengaman terhadap listrik (Rijanto, 2011).

(55)

a. Tipe I, melindungi bagian atas kepala saja.

b. Tipe II, melindungi bagian atas dan sebagian bagaian sisi kepala termasuk telinga dan bagian belakang leher.

Untuk mendapat perlindungan yang optimum terhadap berbagai jenis bahaya di tempat kerja, dari sisi desain helm pengaman atau sering juga disebut helm proyek harus memenuhi berbagai jenis kriteria desain diantaranya (Tambunan, 2007):

a. Bagian kulit pelindung/cangkang harus harus memiliki kemampuan untuk menyerap sebagian besar gaya (force transmission) atau guncangan (shock absorption) akibat benturan benda jatuh.

b. Bagian kulit pelindung tidak bisa tembus atau robek oleh benda jatuh. c. Helm pengaman harus harus memiliki kemampuan insulasi terhadap bahaya listrik.

d. Tahan api.

e. Tahan air (water resistant)

f. Bisa diatur penggunaannya sesuai dengan kebutuhan atau ukuran kepala pengguna.

B. Pelindung Telinga

Prinsip pelindung telinga adalah kontak langsung antara bising dengan organ telinga. Pencegahan kebisingan dapat dilakukan pada sumbernya, transmisi, dan penerima bising (Hadipoetro, 2008).

(56)

a. Sumbat telinga (Ear Plug) hanya dapat menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan frekuensi untuk berbicara biasa (komunikasi) tidak terganggu. Sumbat telinga biasanya terbuat dari bahan karet, plastik keras, plastik lunak, lilin, kapas. Kemampuan atenuasi (daya lindung) sekitar 25-30 dB (decible). Bila ada kebocoran sedikit saja dapat mengurangi atenuasi sampai 12 dB. Kelemahan dari sumbat telinga adalah tidak tepat ukurannya dengan lubang telinga pemakai, kadang-kadang lubang telinga kanan tidak sama dengan lubang telinga kiri.

b. Tutup telinga (Ear Muff) ada beberapa jenis yaitu atenuasinya pada frekuensi biasa: 25-30 dB dan atenuasi pada frekuensi 2800-400 Hz, 35-45 dB.

C. Pelindung Mata

Pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8 tahun 2010). Pelindung mata dikenal sebagai safety

(57)

D. Pelindung Wajah

Pelindung wajah dikenal sebagai goggles. Goggless memberikan perlindungan lebih baik daripada safety glasses karena goggles terpasang dekat dengan wajah dan mengitari area mata sehingga melindungi mata dari percikan cairan, uap, uap logam, serbuk, debu, dan kabut. Jenis pelindung wajah lainnya adalah face shield dan welding helmest. Face shield memberikan perlindungan secara meyeluruh dan sering digunakan pada operasi pelebuuran logam, percikan bahan kimia, atau partikel yang melayang. Welding helmets (topeng las) memberikan perlindungan pada wajah dan mata. Topeng las memakai lensa absorpsi khusus yang menyaring cahaya yang terang dan energi radiasi yang dihasilkan selama operasi pengelasan (Cahyono, 2004).

E. Pelindung Tangan

Pelindung tangan (sarung tangan) berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8 tahun 2010).

Berikut ini adalah jenis-jenis sarung tangan dengan penggunaan yang tidak hanya melindungi dari bahan kimia (Cahyono, 2004).

a. Sarung tangan Metal mesh tahan terhadap ujung yang lancip dan menjaga terpotong.

(58)

c. Sarung tanganvinyldanneoprenemelindungi tangan terhadap bahan kimia beracun.

d. Sarung tangan karet melindungi saat bekerja di sekitar arus listrik.

e. Sarung tangan Padded cloth melindungi tangan dari ujung yang tajam, pecahan gelas dan vibrasi.

f. Sarung tanganHeat resistantmencegah terkena panas dan api.

g. Sarung tangan Latex disposable (sekali pakai dibuang) digunakan untuk melindungi tangan dari germ dan bakteri.

h. Sarung tangan Lead-lined (berlapis timbal) digunakan untuk melindungi tangan dari sumber radiasi.

Penampakan (features) pada safety gloves tidak dirancang semata-mata untuk memenuhi estetika dan kenyamanan, namun lebih dari itu. Berikut ini adalah penggolongan safety gloves berdasarkan features yang dimilikinya (Tambunan, 2007):

a.Supported dan unsupported gloves

Secara visual, supported glovesdapat dilihat dari adanya penebalan serat-serat benang atau garis-garis benang pada sarung tangan. Supported gloves lebih sesuai untuk pekerjaan-pekerjaan yang berhadapan dengan bahaya tergores (abrasi), tertusuk, dan sejenisnya.

b. Ketebalan (thickness)

(59)

pada bagian lengan) jika bahaya-bahaya tertentu yang dihadapi pekerja misalnya bahaya percikan bahan kimia, juga membahayakan bagian tersebut.

c. Genggaman (grip/grasp)

Daya genggam padasafety gloveslebih ditujukan pada situasi “kebasahan” pekerjaan. Di tempat dimana tingkat kebasahan pada benda kerja atau alat kerja sangat tinggi, diperlukan sarung tangan dengan daya genggam yang tinggi untuk mengurangi efek licin. Untuk menambah daya genggam, umumnya fabrikator akan memberikan pola-pola tertentu pada sarung tangan seperti bintik, garis, dan sebagainya.

d.Cuff

Cuff merupakan perpanjangan sarung tangan, dirancang untuk melindungi bagian-bagian tangan mulai dari pergelangan tangan dengan panjang dan karakteristik tertentu ke arah pengkal lengan. Bahan cuff antara lain denim, kain rajut, kulit, dan sebagainya. Kegunaan cuff adalah untuk menambah luas area proteksi dan memperkecil kemungkinan masuknya benda-benda atau partikel-partikel yang berbahaya bagi kulit tangan.

F. Pelindung Kaki

Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki pekerja dari tertimpa benda-benda berat atau keras, tumpahan bahan kimia, kemungkinan tersandung atau tergelincir. Banyak jenis-jenis sepatu keselamatan dan diantaranya adalah:

(60)

b. Sepatu butyl yang melindungi kaki terhadap ketone, aldehyde, alcohol, asam, garam dan basa.

c. Sepatu vinyl tahan terhadap pelarut, asam, basa, garam, air pelumas dan darah.

d. Sepatu nitriletahan terhadap lemak hewan, oli dan bahan kimia (Cahyono, 2004).

Sepatu yang digunakan disesuaikan dengan jenis resikonya (Rijanto, 2011):

a. Pada industri ringan atau tempat kerja biasa: 1. Cukup memakai sepatu yang baik.

2. Wanita tidak boleh memakai sepatu bertumit tinggi, atau sepatu dengan telapak yang datar dan licin.

b. Sepatu pelindung (safety shoes) atau sepatu boot: 1. Dapat terbuat dari kulit, karet sintesis atau plastik.

2. Untuk melindungi jari-jari kaki terhadap kejatuhan atau benturan benda-benda keras, sepatu dilengkapi dengan penutup jari dari baja atau campuran baja dengan karbon.

c. Untuk mencegah tergelincir, digunakan sol anti slip luar dari karet alam atau sintesis dengan permukaannya kasar.

d. Untuk mencegah tusukan pada telapak kaki dari benda-benda runcing, sol dilapisi dengan logam.

(61)

f. Sepatu atau sandal yang beralaskan kayu baik dipakai pada tempat kerja yang lembab, lantai yang panas.

G. Pelindung tubuh atau pakaian kerja

Pakaian pekerja harus dianggap sebagai alat pelindung diri. Pada umumnya pakaian pekerja pria yang bekerja melayani mesin-mesin harus berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada bagian dada atau punggung, tiada ada lipatan-lipatan yang mungkin menimbulkan bahaya. Sedangkan pakaian perempuan sebaiknya memakai celana panjang, baju yang pas, tutup rambut dan tidak mengenakan perhiasan (Rijanto, 2011).

Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek (Apron/ Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8 tahun 2010).

H. Pelindung saluran pernapasan

Alat pelindung pernapasan berfungsi memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya di udara tempat kerja, seperti kekurangan oksigen, pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap, dan uap logam), pencemaran oleh gas atau uap (Rijanto, 2011). Untuk mencegah masuknya debu/uap kerja ke dalam mulut dan hidung, maka mulut dan hidung harus diberi alat pelindung. Alat pernapasan yang digunakan memiliki bermacam-macam bentuk, mulai dari yang sederhana yaitu masker sekali pakai sampai respirator yang dilengkapi dengan tabung oksigen (Cahyono, 2004).

(62)

suplai oksigen. Contoh respirator antara lain respirator masker penyaring debu, topeng dengan kanister, respirator dengan partum (cartridge), self-contained breathing apparatus(SCBA).

Beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis respirator yang tepat untuk masing-masing tempat kerja antara lain (Cahyono, 2004):

a. Identifikasi kontaminan di tempat kerja. b. Perkirakan konsentrasi maksimal kontaminan. c. Kenyamanan pemakai respirator.

d. Kesesuain dengan jenis dan tugas kerja.

e. Kesesuaian dengan bentuk wajah individu pemakai untuk mencegah terjadinya celah yang terbuka.

I. Alat pelindung jatuh perorangan

(63)

Menurut Rijanto (2011), alat pelindung jatuh diantaranya adalah sabuk pengaman, tali tambatan, penahan jatuh dan peredam kejut, harness, penahan tali pengaman (safety block), dan tali penggantung. Tali tambatan adalah suatu tali fleksibel yang pendek, tali pengikat atau anyaman yang menghubungkan pekerja dengan titik tambatan. Harness terdiri dari harness dada, dada-pinggang, tubuh-penuh, meliputi perlindungan bagian-bagian tubuh. Harness dapat membuat pekerja lepas terjatuh lebih lama sebelum terhenti tanpa cedera tubuh. Penahan tali pengaman merupakan alat portabel yang dipasang pada titik tambat di atas area kerja dan kemudian talinya dihubungkan dengan sabuk pengaman atau

harnessyang di pakai pekerja.

Menurut Anizar (2012), APD yang dapat dipergunakan sesuai dengan faktor bahaya yang ada di lingkungan kerja dan bagian tubuh yang perlu dilindungi, khususnya pada pekerja kernek bongkar CPO adalah sebagai berikut. Tabel 2.2 Alat pelindung diri menurut faktor bahaya dan bagian tubuh yang

perlu dilindungi

Faktor bahaya Bagian tubuh yang

perlu dilindungi

Alat pelindung diri

Basah dan air Kepala Kaki Tangan

Topi plastik Sepatu bot karet

(64)

2.2.3 Syarat-syarat alat pelindung diri

Alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Sum’amur, 2009).

a. Nyaman dipakai.

b. Tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan.

c. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya yang dihadapi. Proses penggunaan APD harus memenuhi kriteria:

a. Bahaya telah diidentifikasi.

b. APD yang dipakai sesuai dengan bahaya yang dituju.

c. Adanya bukti bahwa APD dipatuhi penggunaannya (Hadipoetro, 2014).

Menurut Ridley (2008), ada beberapa prinsip umum yang harus diikuti supaya APD digunakan secara efektif:

a. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi.

b. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut. c. Cocok bagi orang yang menggunakannnya.

d. Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas. e. Memiliki kontruksi yang sangat kuat.

f. Tidak mengganggu APD lain yang sedang dipakai secara bersamaan. g. Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya.

Operator-operator yang menggunakan APD harus memperoleh: a. Informasi tentang bahaya yang dihadapi.

(65)

d. Konsultasi dan diizinkan memilih APD yang tergantung pada kecocokannya. e. Pelatihan cara memelihara dan menyimpan APD dengan rapi.

f. Instruksi agar melaporkan setiap kecacatan atau kerusakan (Ridley, 2008).

2.2.4 Manajemen alat pelindung diri

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri, manajemen APD meliputi:

a. Identifikasi kebutuhan dan syarat APD.

b. Pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan/kenyamanan pekerja/buruh.

c. Pelatihan.

d. Penggunaan, perawatan, dan penyimpanan. e. Penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan. f. Pembinaan.

g. Inspeksi.

h. Evaluasi dan pelaporan.

Pemakaian APD secara rutin dilakukan sesuai dengan instruksi yang benar dan melalui masa percobaan dan pelatihan. Untuk itu perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut (Hadipoetro, 2014).

A. Informasikan kepada setiap pekerja tentang: a. Mengapa diperlukan penggunaan APD

b. Bila dan dimana alat pelindung diri digunakan c. Bagaimana alat tersebut digunakan

(66)

B. Latih pekerja, dengan baik tentang cara menggunakan dan memelihara alat pelindung diri.

C. Timbulkan minat, pekerja untuk menggunakan APD dalam masa percobaan dan adaptasi dengan alat. Pemakain APD memerlukan waktu untuk beradaptasi dan selama waktu percobaan dibawah pengawasan, sekurangnya beberapa minggu.

D. Awasi dan periksa, secara teratur penggunaan dan pemeliharaan APD.

E. Sediakan suku cadang dan fasilitas, pemeliharaan ditempat kerja untuk penggantian bagian yang rusak secara cepat.

F. Pastikan semua orang menggunakan APD sesuai dengan indikasi pekerjaan. Berikan tanda peringatan di tempat kerja yang wajib menggunakan APD dan untuk itu lakukan:

a. Identifikasi daerah tempat kerja yang membutuhkan APD b. Sediakan APD sesuai dengan indikasi dan jumlah pekerja

c. Pada setiap tempat kerja, pasang tanda peringatan dengan gambar yang menjelaskan jenis APD yang diperlukan didaerah tersebut

d. Awasi dan periksa penggunaan APD yang benar. Lakukan pemeriksaan secara teratur.

G. Berikan dukungan untuk pembersihan dan pemerliharaan APD secara rutin. Untuk itu dilakukan:

(67)

c. Sediakan fasilitas pemeliharaan yang diperlukan d. Pastikan semua suku cadang selalu tersedia setiap saat H. Pastikan bahwa APD dapat diterima oleh pekerja. Untuk itu:

a. Lengkapi setiap pekerja dengan APD yang baik, tepat dan nyaman dipakai b. Lengkapi pemakai APD dengan informasi yang cukup tentang faktor risiko ditempat kerja dan manfaat peralatan untuk melindungi diri

c. Pastikan bahwa setiap orang (pengawas, pekerja, pengunjung, dan lain-lain menggunakan peralatan APD yang ditetapkan).

I. Sediakan tempat yang memadai tempat untuk menyimpan APD. Untuk itu: a. Periksa nomor, ukuran, kualitas semua APD serta cara penyimpanannya b. Pastikan bahwa APD tersebut mudah ditemukan dan inventarisasi

c. Buat rencana kerja pemeriksaan rutin terhadap penggunaan dan pemeliharaan APD

d. Pelihara tempat penyimpanan APD dengan teratur

e. Libatkan para pemakai dalam semua prosedur dari butir diatas sepenuhnya Prosedur penyimpanan yang baik merupakan bagian yang sangat penting dari program pelatihan penggunaan APD.

2.2.5 Peraturan perundangan alat pelindung diri

(68)

a. Pasal 3 ayat 1 sub f, menyebutkan bahwa ”Denganperaturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberikan alat-alat pelindung diri pada pekerja”.

b. Pasal 9 ayat 1 sub c, menyebutkan bahwa ”Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang, alat-alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan”.

c. Pasal 12 sub b, menyebutkan bahwa ”Dengan peraturan perundangan diatur

kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk, memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan”.

d. Pasal 14 sub c, menyebutkanbahwa ”Pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Pasal-pasal yang mengatur tentang penggunaan APD antara lain:

a. Pasal 2 ayat 1,2,3, menyebutkan bahwa “Pengusaha wajib menyediakan APD

bagi pekerja dan harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia atau standar yang berlaku, serta APD diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma.

b. Pasal 3, menyebutkan bahwa “APD meliputi pelindung kepala, mata dan muka,

(69)

c. Pasal 4 ayat 1, menyebutkan bahwa “APD wajib digunakan ditempat kerja”.

d. Pasal 7 ayat 1, menyebutkan bahwa “Pengusaha wajib melaksanakan manajemen APD di tempat kerja”.

2.2.6 Pengadaan alat pelindung diri

Masalah-masalah dalam pengadaan APD sehingga pemakaiannya patut dipertimbangkan adalah sebagai berikut (Anizar, 2012).

1. Pengusaha merasa penyediaan APD hanya akan menambah beban biaya. 2. Pekerja mungkin merasa tidak nyaman.

3. Pengusaha tidak menyadari bahwa jika ada bahaya pada pekerjaan tertentu APD mungkin akan menghindarkan biaya yang lebih besar akibat terjadinya kecelakaan.

4. Perusahaan menyediakan APD tetapi para pekerja enggan memakainya.

2.3 Proses Pembongkaran Crude Palm Oil

Sopir mobil truk tangki yang mengangkut Crude Palm Oil(CPO) terlebih dahulu melapor ke pos sekuriti untuk mengambil nomor daftar ke parkiran. Kemudian memberikan surat tanda terima penyerahan/surat pengantar barang kepada petugas krani timbang untuk ditimbang dan dicatat berat bruto tanki truk dan nomor polisi serta kebun/PKS pengirim.

(70)

dengan menggunakan zona sampel dan untuk setiap tangki truk diambil 1 (satu) botol contoh untuk dianalisa. Petugas laboratorium mengambil contoh CPO dari upper, middle, lower pada pada tangki truk untuk dianalisa. Hal ini dimaksudkan adalah untuk memeriksa kembali kadar air apakah CPO didalam tangki tersebut bercampur dengan air yang dapat mengakibatkan kerusakan mutu.

Petugas untuk pengambilan contoh minyak sawit adalah personil yang telah mendapat pelatihan pengambilan contoh. Contoh diambil dengan cara yang sudah ditentukan pengambilan yang dapat didefinisikan sebagai berikut:

a. Upper sampel adalah contoh yang diambil pada ketinggian setengah dari sepertiga tinggi bagian atas dari keseluruhan cairan.

b. Middle sampel adalah contoh yang diambil pada ketinggian setengah dari tinggi keseluruhan cairan.

c. Lower sampel adalah contoh yang diambil pada ketinggian setengah dari sepertiga tinggi bagian bawah dari keseluruhan cairan.

d.Bottomsampel adalah contoh yang diambil pada permukaan dasar tangki. e. Average sampel adalah contoh campuran upper, middle, lower sampel dengan perbandingan yang sama (single tank composite sample).

Jika ternyata CPO dalam keadaan baik maka pembongkaran CPO dapat dilaksanakan dengan catatan petugas pengambilan contoh harus mendapat paraf pada kartu bongkar.

Gambar

Tabel 4.2 Distribusi informan berdasarkan masa kerja
Tabel Matriks 4.3 Komunikasi Keselamatan
Tabel 4.3 Identifikasi kebutuhan APD WILMAR GROUP
Tabel 4.3 Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Arium Core Finance merupakan solusi dengan itur yang lengkap serta menyeluruh dan dapat mencakup berbagai jenis bisnis pembiayaan, seperti Pembiayaan Konsumen (KPR, KKB,

[r]

Layanan perbankan modern yang menyeluruh, yang memungkinkan BPR, BPRS, Koperasi dan BMT menangani akun tabungan, deposito berjangka, pinjaman, akuntansi, pelaporan operasional

[r]

For banks requiring a secure web-based Internet Banking system to increase and expand customer loyalty, provide banking services to retail and corporate customers anywhere

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pertimbangan sekolah dalam menetapkan sosiologi sebagai mata pelajaran lintas minat, prosedur pemilihan lintas minat sosiologi

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pendekatan bermain lempar tangkap terhadap hasil belajar servis bawah pada siswa kelas VII SMPN 1 Nanga

Ekstrakurikuler merupakan program diluar jam mata pelajaran yang diselenggarakan sekolah untuk mengembangkan potensi non akademik siswa. Salah satu sekolah yang