• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Organologi Alat Musik Gambus Melayu Buatan Bapak Syahrial Felani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Organologi Alat Musik Gambus Melayu Buatan Bapak Syahrial Felani"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran I

Gambar 75:

Penulis bersama dengan Bapak Syahrial Felani (Dokumentasi Penulis, 2014)

Gambar 76:

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Irwansyah.2004. Alat Musik Dawai. Medan : Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.

Heristina, Dewi dan Takari Muhammad. 2008. Budaya Musik dan Tari Melayu Sumatera Utara. Medan : USU Press.

Hood, Mantle, 1982. The Etnomusikologist, New Edition Kent. The Kent State Universitity Press.

Hornbostel, Erich M. Von And curt sach. 1961. Clasifikation of Musical

Instrument. Translate from original German by Antonie Banes and Klaus P. Wachsman.

Husein, Muhammad,2011.Musik Zapin. Tesis S-2. Medan. Universitas Sumatera Utara.

Khasima, Susumu. Asia Performing Art

Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Koentjaraningrat (ed), 1997. Metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta:

Gramedia.

Koenjaraningrat, 1980. Sejarah Teori antropologi I. Jakarta: Gramedia. Merriam, Alan P. 1964. The Antropology of Music. Illionis : North-western

University Press.

Moleong, L.J, 1990. Penelitian Metodologi Kualitatif, Jakarta, Rosda Karya. Mulyadi, Drs.1984. Akuntansi Biaya Untuk Manajemen. Yogyakarta. BPFE. Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. New York : The

Free Press of Glencoe.

Nor, Mohd Anis Md (ed). 2000. Zapin Melayu di Nusantara. Johor Baru : yayasan warisan Johor.

Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sumut, 1996. Potensi Etnik Sumatera Utara.

Suansri, Nuari Silitonga. 2011. Skripsi. Nur’ Ainun sebagai penyanyi Melayu Sumatera Utara Biografi dan analisis struktur lagu-lagu rentak senandung dan mak inang dua lagu yang dinyayikan. USU.

Simanjuntak, Herman. 2014. Produksi Gitar Bona Pasogit Sipoholon Buatan Bapak Albert Hutagalung di Desa Lumban Baringin Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara: Kajian Terhadap Teknik Pembuatan dan Pemasaran. Skripsi Sarjana Etnomusikologi USU.

Simbolon, Welly. 2010. “Kajian Organologis Garantung Buatan Bapak Junihar Sitohang di Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Helvetia Kota Medan.” Skripsi Sarjana Etnomusikologi. FS. USU. Tidak Diterbitkan.

(3)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Syahrial Felani (informan Kunci) Nama Panggilan : Makyal

Usia : 55 Tahun

Pekerjaan : Pembuat Gambus, Guru, pelaku dalam Kesenian Melayu

Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan no.204 Dusun IV Tj. Morawa 2. Nama : Rida safitri

Nama Panggilan : Ida Usia : 48 Tahun Pekerjaan : Guru

Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan no.204 Dusun IV TJ. Morawa 3. Nama : Roy

Usia : 31 Tahun Alamat : Lubuk Pakam

Pekerjaan : Seniman, Penari, Anggota personil Tamora 88 4. Nama : Robino

Usia : 47 Tahun

Alamat : Dusun 4 Lorong Mulia. Percut sei tuan

Pekerjaan : PNS, pemain gambus/ salah satu orang yang memakai gambus beliau.

5. Nama : Retno Ayumi Usia : 49 Tahun

Alamat : jalan platina III Lk. X gang Mitra, Medan

Pekerjaan : praktisi tari, musik, penulis tentang kebudayaan Melayu 6. Nama : Nazri Effaz

TTL : kp. Besar, Labuhan Deli. 5 juni 1965

Alamat : Jln. Tengku Rizal Nurdin, Dusun II, Pantai Cermin kanan, Sergai

Pekerjaan : pemain Gambus, seniman, pengajar. 7. Nama : Ahmad Fauzi

Alamat : Jln. Gaharu no.34 A Medan Tanggal Lahir : 1 Juni 1960

(4)

BAB III

KAJIAN ORGANOLOGIS GAMBUS

3. 1 Klasifikasi Gambus

Curt Sachs dan Erich Von Hornbostel adalah dua ahli organologi alat musik (instrumentenkunde) berkebangsaan Jerman, yang telah mengembangkan satu sistem pengklasifikasian atau penggolongan alat-alat musik. Sistem penggolongan alat musik Sahcs dan Hornbostel berdasarkan pada sumber penggetar utama dari bunyi yang dihasilkan oleh sebuah alat musik. Selanjutnya Sahcs-Hornbostel menggolongkan berbagai alat musik atas empat golongan besar, yaitu:

A. Kordofon, di mana penggetar utama penghasil bunyi adalah dawai yang direngangkan. Contoh adalah gitar dan biola.

B. Aerofon, di mana penggetar utama penghasil bunyi adalah udara. Sebagai contoh adalah suling, terompet, atau saksofon.

C. Membranofon, di mana pengetar utama penghasil bunyi adalah membrane atau kulit. Contoh adalah gendang dan drum.

(5)

Berdasarkan jenis karakteristik yang terdapat pada gambus dapat digolongkan kedalam jenis chordophone, maka penulis akan melihat dari fisik alat musik tersebut, sehingga gambus tersebut diklasifikasikan menjadi:

1. Chordophone, one or more strings are stretched between fixed points

Kordopon yang memiliki satu senar atau lebih yang direnggangkan antara dua bidang batas yang sudah ditentukan.

2. Composite chordophone, a string bearer and a resonator are organically

united and can not be separted without destroying the instrument.

Kordopon gabungan yang memiliki sebuah tempat senar dan sebuah resonator yang secara organologis disatukan dan tidak dapat dipisahkan tanpa merusak alat musiknya.

3. Lutes, yaitu rancangan senarnya paralel ataupun sejajar dengan kotak suaranya.

4. Handle lute, yaitu lute yang dipegang. Gambus ini dimainkan dengan menggunakan tangan.

5. Long neck lute, yaitu lute yang berleher. Secara fisik gambus ini memiliki leher panjang, dimana leher sebagai papan jari (finger board) dengan letak senarnya sejajar dengan kotak resonatornya.

6. Plucked instrument, yaitu alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik dan secara teknis dipetik dengan menggunakan jari tangan kanan dan terkadang menggunakan claver.

(6)

3.2 Sejarah Singkat Masuknya Gambus di Indonesia

Dari beberapa informasi yang telah penulis temukan diantanranya adalah bapak Syahrial Felani (pembuat gambus), beberapa refrensi berupa buku, dan media internet bahwa asal usul alat musik gambus berasal dari negeri Timur Tengah. Melalui proses penyebaran agama Islam memberikan pengaruh terhadap bentuk keseniannya. Menurut Hamka (1963:87-88, dalam Hasjmy, 1990:3), Agama Islam masuk ke Indonesia secara berangsur- angsur dan dimulai pada abad ketujuh Masehi. Agama Islam datang ke Indonesia dengan dibawa oleh saudagar-saudagar Islam. Saudagar-saudagar-saudagar tersebut bukan hanya dari Arab saja, melainkan ada yang berasal dari Persia dan Gujarat.

Islam yang masuk ke Asia Tenggara diperkirakan melalui baik langsung dari orang-orang Arab atau India. Msuknya Islam yang beridentitas padat ke Asia Tenggara yang tercatat adalah pada abad ke tiga belas. Marcopolo mencatat bahwa tahun 1292 di Sumatera Utara telah berdiri kerajaan bernama Perlak (Hill 1963). Dalam abad-abad ini Islam menyebar ke daerah lainnya. Pada awal abad ke lima belas kerajaan Aru dipesisir Timur Sumatera Utara merupakan suatu kerajaan merupakan suatu kerajaan yang rakyatnya sebagian besar beragama Islam (Coedes 1968:235), sehingga Islam berpengaruh kuat sejak saat ini.

(7)

Sinar,1986:67). Kemungkinan besar seni zapin masuk di era kesultanan-kesultanan Islam di pesisir Timur Sumatera Utara ini. Bagaimana pun selain ajaran Islam, masyarakat Melayu juga menerima seni-seni Islam seperti zapin, yang diperkenalkan oleh para penyiar agama Islam sebagai sarana dakwah jadi abad ke- 17 ini kemungkinan berdasar fakta sejarah masuknya seni-seni Islam dikawasan Sumatera Timur.

Pengaruh yang diberikan Islam kepada masyarakat, memberikan keterangan dan memiliki sifat asasi insan itu ialah akal, dan unsur hakikat inilah yang menjadi perhubungan antara dia dan hakikat semesta. Demikian juga kedatangan Islam dikepulauan Melayu di Indonesia yang membawa rasionalisme dan pengetahuan akhlak serta menegaskan suatu system masyarakat yang terdiri dari individu-individu. Jadi Islam membawa peradaban yang mudah diterima, intelektualitasme, dan ketinggian budi insan di Tanah Melayu.

(8)

3.3 Konstruksi Gambus

Untuk membahas bagian konstruksi ini, penulis mengacu pada gambus buatan Syahrial Felani. Instrumen ini memiliki bagian-bagian yang mempunyai fungsi masing-masing, antara lain sebagai berikut.

Gambar7: Konstruksi Gambus (Dokumentasi Penulis, 2014)

Keterangan:

1. Kepala gambus adalah bagian paling atas tempat telinga gambus/penutup bagian depan. Bentuk kepala inilah yang melambangkan bahwa gambus tersebut berbentuk seperti belalang.

2. Telinga gambus adalah bagian untuk pengatur nada senar gambus pada gambus buatan beliau memiliki 9 telinga gambus, karena gambus buatannya memiliki 9 senar.

(9)

4. Lubang suara berfungsi menyerap suara dari petikan gambus dan memantulkan suara dari bagian kulit gambus yang terbuat dari kulit kambing.Bentuk, jumlah maupun ukuran lubang berdasarkan buatan beliau.

5. Kulit merupakan bahan penutup bagian depan yang terbuat dari kulit kambing, mempunyai lebar 25 cm dan panjang 29 cm.

6. Cedak/kuda-kuda merupakan penyangga senar bagian bawah. Berguna untuk mengatur posisi senar supaya berada diatas kulit kambing, sehingga senar gambus dapat diatur ketegangannya.

7. Ekor merupakan bagian paling ujung bagian gambus untuk mengikat senar-senar gambus.

8. Perut merupakan bagian tempat beradanya lubang resonator.

3.4 Ukuran Bagian-bagian Gambus

(10)

Gambar 8:

Ukuran Panjang Gambus (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.4.1 Bagian Kepala

Bagian kepala memiliki panjang 26 cm, pada bagian penutup kepalanya mempunyai panjang 21 cm, lebar 7,5 cm dan ketebalannya 1 cm. untuk bagian kepala (dilihat dari samping) ketinggiannya memiliki variasi yang berbeda seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 9:

(11)

3.4.2 Bagian Leher

Pada bagian leher terdapat papan jari (finger board) seperti pada bagian gitar, hanya saja yang membedakan pada papan jari gambus tidak terdapat fret yaitu jarak nada dan terdapat lubang suara di papan jari (finger board). Untuk ukuran papan jari dari pada permukaan dan ketebalan bagian atas hingga ke bawah memiliki ukuran yang berbeda seperti yang terlihat pada gambar.

Gambar10: Ukuran Bagian Leher (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.4.3 Bagian Perut

Bagian perut gambus memiliki ukuran panjang 29 cm dan lebar 25 cm yang dilapisi oleh kulit kambing dan tinggi perut mempunyai panjang 15 cm. Pada bagian tengah terdapat cedak yang berfungsi sebagai penyangga senar bagian bawah.

(12)

3.4.4 Bagian Ekor

Bagian ekor adalah bagian yang paling bawah yang terdapat pada gambus ini. Pada bagian ekor beliau membentuknya seperti bentuk kubah rumah ibadah (mesjid). Ukuran ekor buatan beliau memiliki panjang 9 cm, lebar 8 cm dan ketebalannya 2 cm.

Gambar 12: Ukuran Bagian Ekor (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.4.5 Jarak Senar

Pada bagian senar mempunyai jarak yang berbeda dalam penyusunannya. Terdapat 5 baris senar. Untuk bagian atas jarak senar memiliki jarak masing-masing 1 cm, dan untuk ukuran 4 senar yang berlapis memiliki jarak 0,3 cm.

(13)

Gambar 13: Ukuran Jarak Senar (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.5 Teknik Pembuatan Gambus

Pembuatan gambus seluruhnya dilakukan dengan cara buatan tangan (hand made), meskipun seiring perkembangan waktu dan tentunya perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini sudah menggunakan beberapa peralatan mesin untuk membantu meringankan dalam proses pembuatannya agar lebih cepat dan efesien dalam waktu pengerjaannya. Berikut ini akan dijelaskan mengenai bahan bahan, peralatan, dan teknik pembuatan gambus tersebut.

3.5.1 Bahan Baku yang Digunakan

3.5.1.1 Bahan Pembuat Badan gambus

(14)

tersebut sulit dalam pengerjaannya. Dibutuhkan usia kayu nangka yang berusia rata-rata 20 tahun dan sudah berdiameter 36 cm. Beliau peroleh dengan cara memesan/membeli kepada orang yang biasa menjual kayu. Biasanya kayu yang beliau pesan sudah mempunyai ukuran untuk membuat gambus dengan potongan yang berukuran panjang 1 meter dan berdiameter 36 cm. kayu yang mempunyai ukaran tersebut dibelah menjadi dua dan bisa membuat 2 alat musik gambus.

Proses pengeringan kayu terjadi secara alami (dikeringkan dalam ruang terbuka atau diletakan didalam gudang). Tetapi, kayu tersebut memiliki kelemahan jika terlalu kering dibiarkan lama akan memperlambat dalam proses pengerjaannya, kayu akan semakin keras. Kira-kira jika sudah kelihatan kering sebaiknya bahan langsung dikerjakan.

Gambar 14: Batang Kayu Nangka (Dokumentasi: Penulis, 2014)

3.5.1.2 Bahan Pembuat Tutup Gambus

(15)

resonator pada badan gambus dibutuhkan bahan penutupnya memakai kulit Kambing dan lubang resonator pada bagian leher gambus bisa juga menggunakan bahan kayu yang sama atau kayu tersebut adalah sisa potongan yang bisa digunakan untuk membuat penutupnya.

Gambar 15: Bahan Penutup Lubang,

Kulit kambing

(Dokumentasi: Penulis, 2014)

Gambar 17:

(16)

3.5.1.3 Bahan pembuat setelan (tuning peg)

Bahan ini terbuat dari kayu, dibentuk berdasarkan ciri khas yang dimiliki gambus, yang dapat dibedakan dengan tuning peg pada gitar. Alat ini berfungsi untuk menyetel senar tinggi rendahnya senar gambus yang dipasang.

Gambar18: Kupingan (Setelan) (Dokumentasi:Penulis, 2014)

3.5.1.4 Bahan Pembuat Senar

Bahan ini dahulunya terbuat usus kambing, tetapi sekarang menggunakan senar nilon, seperti yang ada pada senar gitar.

Gambar 19:

(17)

3.5.1.5 Bahan pembuat pick

Bahan ini terbuat dari bahan plastik yang berfungsi untuk mempermudah memetik senar pada gambus.

Gambar 20:

Pick

(Dokumentasi: Penulis, 2014)

3.5.2. Bahan Tambahan

3.5.2.1 Lem Kayu

Lem kayu ini berfungsi sebagai alat perekat, yang akan menempelkan bahan penutup pada permukaan bagian depan gambus.

Gambar21: Lem kayu

(18)

3.5.2.2 Melamin dan Thiner

Bahan ini digunakan untuk menutup bagian pori-pori yang terdapat pada kayu dan memperkuat kayu agar dapat bertahan lama.

Gambar 22: Melamin dan Thiner (Dokumentasi: Penulis, 2014)

3.5.2.3 Cat Pilox

Cat ini sebagai pemberian warna pada gambus, agar gambus terlihat lebih menarik, digunakan cat semprot agar cepat kering dan tidak memerlukan waktu yang lama.

Gambar22: Cat Pylox

(19)

3.6 Peralatan yang Digunakan

3.6.1 Senso atau Gergaji Mesin

Digunakan untuk memotong pohon nangka yang akan digunakan untuk bahan pembuatan gambus. Senso ini digunakan dalam tahap kasar, dimana kondisi kayu nangka dalam keadaan masih berbentuk gelondongan/bulat.

Gambar 23: Senso

( Dokumentasi Penulis)

3.6.2 Pahat

Pahat adalah alat berupa bilah besi yang tajam pada ujungnya untuk melubangi resonator. Untuk melubangi lubang yang kecil dibutuhkan pahat yang berbentuk lurus.

Gambar 24: Pahat

(20)

3.6.3 Gergaji

gergaji ini digunakan untuk memotong bagian bagian gambus yang sudah dibentuk.

Gambar 25: Gergaji

(Dokumentasi Penulis, 2014)

3.6. 4 Ketam

Ketam berfungsi untuk membentuk, meratakan, dan menghaluskan permukaan kayu. Dengan menggunakan ketam, proses untuk membentuk, meratakan, dan menghaluskan akan lebih mudah dalam pengerjaannya.

Gambar 26: Ketam

(21)

3.6.5 Amplas

Amplas (disebut juga kertas pasir) adalah sejenis kertas yang digunakan untuk membuatpermukaan benda-benda menjadi lebih halus dengan cara menggosokkan salah satupermukaan amplas yang telah ditambahkan bahan yang kasar kepada permukaan bendatersebut. Amplas atau kertas pasir dipakai pada tahap kerja halus pada pembuatan gambus.

Gambar 27: Amplas

(Dokumentasi Penulis, 2014)

3.6.6 Palu Kayu

Palu kayu digunakan untuk memukul pahat untuk melubangi kayu nangka sebagai lubang resonator pada gambus. Palu kayu terbuat dari batang kayu jambu kelutuk (Guavva), digunakan palu kayu agar permukaan pada pahat tidak mudah rusak pada saat pemukulannya karena pahat pahat yang digunakan terbuat dari besi.

Gambar 28: Palu Kayu

(22)

3.6.7 Penggaris dan Meteran

Untuk mengukur bagian bagian gambus sehingga sesuai dengan kerangkanya, maka digunakan rol meteran. Rol yang digunakan adalah rol yang berukuran 50 cm dan meteran yang digunakan berukuran 5 m, ataupun disesuaikan dengan ukuran kulcapi yang akan ditempah.

Gambar29: Penggaris dan meteran (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.6.8 Gerinda lisrik

Mesin gerinda berfungsi juga untuk meratakan permukaan kayu. Dengan menggunakan mesin tersebut akan mempermudah dalam proses penghalusannya.

Gambar30: Gerinda Listrik

(23)

3.6.9 Bor Listrik

Bapak Syahrial Felani sudah menggunakan bor listrik yang digunakan untuk membuat lubang pada bagian kepala gambus sebagai tempat setelan/kupingan gambus, dengan menyesuaikan diameter dan ukuran mata bor yang digunakan.

Gambar 31: Bor Listrik

(Dokumentasi Penulis, 2014)

3.6.10 Gergaji Besi

karena pada ukuran tuning/kuping pengatur nada yang berukuran relatif kecil, jadi digunakan gergaji berukuran kecil untuk memotongnya.

Gambar 32:

(24)

3.6. 11 Kampak

Kampak digunakan untuk tahap awal proses pengikisan dalam pembentukan dasar pada gambus. Kampak ini mempermudah/mempercepat proses kerja yang awalnya permukaan gambus masih kasar.

Gambar33: Kampak

( Dokumentasi Penulis, 2014)

3.6.12 Pisau dan Spidol

Pisau berfungsi untuk memotong kulit yang sudah diberi tanda dengan ukuran yang sudah ditentukan. Spidol alat untuk memberi tanda replika ataupun letak dimana ukuran dalam proses pengerjaan.

(25)

3.6.13 Mal/matras

Berfungsi untuk mengukur ketepatan jarak antara kepala hingga ekor. Alat ini dibuat sendiri oleh Bapak syahrial felani. Alat ini digunakan untuk mempermudah dalam proses pemotongan pada tahap awal.

Gambar 35: Mal/Matras

(Dokumentasi Penulis, 2014)

3.6.14 Kuas

kuas ini berfungsi untuk proses pengolesan melamin yang sudah tercampur dengan thiner, agar kayu semakin kuat dan pori-pori yang terdapat pada lapisan kayu tertutup.

Gambar36: Kuas

(26)

3.7 Proses Pembuatan

Dalam pembuatan gambus tersebut setelah bahan-bahan sudah tersedia semua maka selanjutnya adalah proses pembentukan bahan dan dibentuk sesuai desain kerangka, konstruksi pada bagian gambus. Penting diketahui, sebuah gambus terdiri dari atas satu rangkaian yang padu mulai dari kepala hingga ekor, tidak ada bagian yang terpisah. Penulis memberi informasi berdasarkan bentuk dan ukuran sebuah gambus yang Beliau buat. Biasanya gambus beliau memiliki ukuran panjang 99 cm yang terbagi kedalam ukuran, seperti ukuran kepala mempunyai panjang 26 cm, panjang leher 35 cm, panjang badan 29 cm, panjang ekor 9 cm. Penghitungan jarak antara kepala hingga badan gambus juga menentukan warna nada yang akan dihasilkan gambus.

Proses pembuatan gambus dilakukan secara manual dan di bantu dengan menggunakan mesin, dari proses pembentukan kasar pada gambus, proses pemahatan pada lubang resonator, hingga proses penghalusan.

Tabel 1:

Tahapan Pengerjaan Dalam Pembuatan Gambus

(27)

3

4

Tahap III

Tahap IV

• Proses Membuat Kupingan Pada

Bagian Kepala Dan Ekor

• Memasang Penutup Bagain Perut,

Leher, Dan Kepala

• Proses Penghalusan / Pengamplasan

• Proses Pendempulan • Proses Pengecatan

• Proses Pembuatan lubang suara • Tahap Akhir

3.7.1 Tahap Pertama

3.7.1.1 Pemilihan Pohon

Pemilihan pohon untuk pembuatan Gambus yang dilakukan oleh Bapak Syahrial Felani sangat diperlukan, biasanya pohon yang dibutuhkan adalah pohon nangka. Pada proses penebangannya, biasanya beliau memesan kepada tukang penebang pohon, jadi beliau tinggal menunggunya saja. terkadang beliau sudah memesan beberapa potongan kayu, jadi apabila ada pesanan untuk membuat sebuah gambus beliau tidak harus mencarinya lagi, sudah ada bahan baku untuk membuatnya. Pohon tersebut sudah memiliki ukuran yang disesuaikan oleh beliau dengan ukuran panjang 1 m, usia yang sudah tua berumur lebih dari 20 tahun dan mempunyai diameter minimal 36 cm.

(28)

Gambar 37:

Gudang TempatPenyimpanan Kayu Nangka (Dokumentasi Penulis, 2014)

Gambar 38:

(29)

3.7.1.2 Pembentukan Pola Dasar

Karena bahan dasar utamanya sudah tersedia yaitu, kayu yang sudah terbelah menjadi dua bagian. Maka, pada bagian yang terbelah akan membentuk suatu permukaan yang datar. Di permukaan tersebut perajin akan membuat pola yang terukur dengan menggunakan mal/matras yang tersedia dengan berbentuk gambar sebuah gambus. Alat seperti penggaris dan spidol digunakan dalam proses ini untuk memberikan suatu tanda, agar proses pemotongan pola berdasarkan bentuk yang telah tersedia.

Gambar 39:

(30)

3.7.1.3 Proses Pemotongan Pola

Setelah bentuk gambus sudah tergambar, maka perajin menggunakan gergaji mesin untuk memotong sisi pada bagian kiri dan kanan. Pada bagian tersebut di buang untuk mempermudah/mempercepat proses pembentukan kasar pada gambus.

Gambar40:

(31)

Gambar 41: Bentuk Pola Gambus (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.7.2 Tahap II

3.7.2.1 Proses Pembentukan Dasar

(32)

pola yang sudah dibangun akan rusak dan cacat, sehingga perajin akan mengulang dari proses awal lagi untuk membuat sebuah gambus yang sempurna secara fisik.

Gambar 42:

Proses Pembentukan Leher Bagian Atas dan Bawah (Dokumentasi Penulis, 2014)

Gambar43:

(33)

Gambar44:

Proses Pembentukan Bagian Perut (Dokumentasi Penulis, 2014)

Gambar 45:

(34)

Gambar 46: Bentuk Kasar Gambus (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.7.2.2Proses Pembuatan Lubang Resonator

(35)

pemahatan agar pahat yang digunakan tidak mudah patah dan rusak. Kemudian, untuk selanjutnya, kayu yang sudah terpahat sesuai dengan garis pola itu dicungkil hingga memiliki kedalaman tertentu.

Gambar 47:

Membuat Lubang Resonator (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.7.2.3Proses Merapikan Lubang

(36)

lubang resonator perajin mengikis ketebalannya dengan ukuran tertentu, sehingga memiliki ketebalan yang sesuai dan sangat berpengaruh terhadap suara yang dihasilkannya.

Gambar 48:

Proses Merapikan Lubang Resonator (Dokumentasi Penulis, 2014)

Gambar 49:

(37)

3.7.2.4Proses Pengikisan

Pada proses ini, Bapak Syahrial Felani mengikis bagian perut dan leher gambus dengan menggunakan alat ketam. Proses pengikisan ini beliau lakukan secara manual. Menurut beliau, jika menggunakan mesin hasil yang didapat tidak maksimal dan body pada gambus tidakterbentuk secara rapi. Proses pengikisannya dapat dirasakan melalui pandangan mata. Tujuan pengikisan ini agar nantinya proses penghalusan mudah untuk dilakukan.

Gambar 50: Proses pengikisan (dokumentasi Penulis, 2014)

Gambar 51:

(38)

Gambar 52:

Bentuk Dasar Gambus Tampak Bagian Belakang dan Samping ( Dokumentasi Penulis, 2014)

3.7.2.5 Membuat Bahan Penutup

Setelah bentuk dasar gambus selesai dilaksanakan, proses selanjutnya adalah membuat bahan penutup gambus yang terdiri dari lubang resonator bagian perut, bagian leher dan kepala.

Pada bagian kepala biasanya menggunakan kayu yang sama dari sisa potongan. Untuk bagian kepala dipotong yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 21 cm, lebar 7,5 cm dan ketebalannya 1 cm. Proses pembuatannya tidak memerlukan waktu yang lama.

(39)

Pada bagian penutup bagian leher juga menggunakan kayu yang sama dari sisa potongan karena kayu tersebut berkualitas baik, yang digunakan sebagai papan jari (finger board). Tetapi papan jari tersebut berbentuk goblet, dimana bagian pangkal hingga ujung ukurannya semakin melebar. Untuk panjangnya berukuran 35 cm, lebar pangkal 4,5 cm hingga ujungnya semakin melebar hingga berukuran 11 cm dan memiliki ketebalan 0,5 cm. Proses pembuatannya tidak memerlukan waktu yang lama.

Gambar 54: Penutup Leher (Dokumentasi Penulis, 2014)

(40)

.

Gambar 55:

Kulit sebagai Penutup Lubang Resonator (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.7.3 Tahap III

3.7.3.1 Proses membuat lubang kupingan bagian kepala dan ekor

(41)

Gambar 56:

Tampak Lubang BagianKkepala (Dokumentasi Penulis, 2014)

0,8cm 1, 5 cm 1,5 cm

Depan Belakang

Gambar 57:

Tampak Lubang Pada bagian ekor ( Dokumentasi Penulis, 2014)

3.7.3.2 Memasang Penutup Bagian Perut, leher dan Kepala

(42)

Setelah selesai memasang penutup bagian kepala dan leher, selanjutnya adalah bagian perut gambus atau lubang resonatornya. Pada proses pemasangannya menggunakan bahan seperti kulit kambing yang sudah dikeringkan. Pada tahap ini, digunakan juga alat perekat seperti lem. Sebaiknya pada pemasangannya dilakukan 2 orang, karena dibutuhkan tenaga yang kuat dalam proses penarikan kulit pada bagian lubang resonatornya. Sehingga kulit tersebut benar-benar terpasang dengan baik, tidak bergelombang dan tersusun secara rapi, sebab berpengaruh pada suara yang dihasilkannya. Sebaiknya ukuran kulit harus memiliki ukuran yang lebih panjang, agar lebih mudah dalam proses penarikannya. Dibutuhkan waktu satu malam agar menempel dengan baik, setelah terpasang dengan baik dan sudah menempel, kemudian perajin merapikannya.

Gambar 58:

(43)

Gambar 59:

Bagian Penutup yang Telah Dirapikan (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.7.3.3 Proses Penghalusan/Pengamplasan

(44)

Gambar 60:

Proses Penghalusan Menggunakan Mesin Tampak pada Bagian Luar

( Dokumentasi Penulis, 2014)

Gambar 61:

(45)

3.7.4 Tahap IV

3.7.4.1 Proses Pendempulan

Pada tahap ini, setelah proses penghalusan selesai, tahap selanjutnya adalah proses pendempulan menggunakan bahan cat melamine. Cat melamin tersebut dicampur dengan bahan cairan berupa thiner, dengan menggunakan kuas sebagai alat untuk mengoleskan pada permukaan kayu yang berfungsi untuk menutup bagian pori-pori yang ada pada bagian permukaan gambus.

Setelah selesai pengecatan dengan menggunakan melamin, sebaiknya gambus dikeringkan pada sinar matahari selama 15 menit. Kemudian, cat melamin yang sudah kering digosok dengan menggunakan kertas pasir hingga merata, akan kelihatan serbuk berwarna putih yang keluar dari proses penghalusan dengan menggunakan kertas pasir tersebut. Sehingga permukaan pori-pori kecil benar-benar tertutup dan terasa lebih halus pada permukaan kayunya. Proses penggunaannya dilakukan oleh beliau, dengan cara tersebut dilakukan sebanyak 2X.

(46)

Gambar63:

Tampak Proses Pengamplasan pada Bagian Depan dan Belakang (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.7.4.2Proses Pengecatan

Pada tahap ini, Setelah selesai pendempulan dengan menggunakan melamin dan proses penghalusan selesai, maka dilanjutkan proses finishing dengan menggunakan cat semprot bermerk pilox. Pemberian cat warna pada gambus akan memberikan warna yang akan terlihat lebih menarik. Kesempurnaan hasil finishing dan pengecatan sangat bergantung pada ketelitian dalam proses pendempulannya yang akan menutup bagian pori-poriatu lubang –lubang kecil, sehingga hasilnya permukaan gambus akan tampak halus, rata, dan mengkilap pada hasil akhirnya. Proses pengeringannya tidak memakan waktu yang cukup lama, hanya dicat berlangsung 30 menit

(47)

Gambar 64:

Proses Pengecatan/Pemberian Warna (Dokumentasi Penulis, 2014)

Gambar 65: Gambus Dikeringkan (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.7.4.3. Proses Pembuatan Lubang Suara

(48)

hanya memiliki 1 buah lubang besar dengan beberapa lubang-lubang kecil yang berada dipinggir lubang besar tersebut. Lubang tersebut mempunyai ukuran berdiameter 3,5 cm dengan bantuan alat bor, agar proses pengerjaannya rapi.

Gambar66: Bentuk Lubang Suara (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.7.4.4 Tahap Akhir

(49)

memperindah gambus buatannya. Kemudian pada bagian tengah diberi lubang untuk tempat pengikat pada senar.

Sementara untuk kuda-kudanya/cedak sebagai pembatas senar dibagian resonatornya memiliki ukuran panjang 9 cm dan tinggi 2,8 cm.

Gambar67:

Pengecatan dan Diberi Lubang pada Kupingan (Dokumentasi Penulis, 2014)

Gambar 68:

Kuda-kuda/Cedak sebagai Pembatas Senar (Dokumentasi Penulis, 2014)

(50)

Gambar 69: Proses Pemasangan Senar

(Dokumentasi Penulis)

(51)

BAB IV

KAJIAN FUNGSIONALGAMBUS

Pada bab ini, penulis mendiskusikan kajian dari gambus. Penulis akan membahas proses belajar, posisi memainkan, teknik memainkan, penyajian gambus, perawatan gambus, nada yang dihasilkan, eksistensi alat musik Gambus, fungsi musik gambus, Nilai ekonomi pada alat musik Gambus.

4.1 Proses Belajar

Menurut wawancara saya dengan Bapak Syahrial Felani proses yang harus dilakuan sebelum memainkan gambus adalah dengan cara melihat permainan, mendengarkan permainan, menghafalkan bunyi instrument, yang kemudian menirukan apa yang dilihat, didengarkan, dan dihafalkan khususnya musik melayu ataupun musik zapin yang mana didalamnya paling dominan yaitu alat musik gambus.

(52)

dibandingkan ke atas (up). Teknik ini adalah teknik dasar dalam menghasilkan bunyi gambus yang tepat.

Setelah teknik dasar sudah dapat dilakukan, maka tahapan selanjutnya adalah teknik menghasilkan nada. Nada-nada yang dihasilkan oleh sebuah gambus didapatkan dengan cara menekan senar pada papan jari (finger board). Hanya saja untuk alat musik gambus tidak memiliki fret seperti yang ada pada alat musik gitar, jadi si pemain harus mengingat jarak senar yang ditekan untuk menghasilkan nada berikutnya. Tahapan ini adalah tahapan yang membutuhkan waktu lama bagi seorang pelajar, apalagi orang tersebut sebagai pemula. Akan tetapi lebih mudah lagi mempelajarinya, apabila seorang pemain dapat memainkan melodi alat musik gitar.

Setelah mengetahui letak dari masing-masing nada, maka selanjutnya proses latihan sangat dibutuhkan untuk memperlancar jari si pemain dalam memainkan seluruh nada yang dihasilkan oleh gambus. Proses belajar yang dilakukan oleh beliau agar mempelancar gerak jari, dibutuhkan teknik penjarian

(fingering) dengan tangga nada yang ada pada gambus. Proses ini agar si pemain nantinya mudah untuk mengingat dimana letak – letak nada pada saat memainkan sebuah lagu.Alat musik gambus juga memiliki tangga nada Mayor dan Minor sama halnya dengan alat musik petik pada gitar.

Setelah pemain sudah mengenal tangga nada ataupun nada-nada yang terdapat pada gambus. Tahap selanjutnya dalam proses belajar gambus adalah menghafal lagu dan menaplikasikannya kedalam gambus. Pada proses ini dibutuhkan penghayatan lagu, agar reportoar yang dimainkan akan lebih indah.

(53)

melodi yang bertujuan untuk menyelaraskan irama dan tempo dengan instrumen lainnya dan sebagai pengantar untuk memainkan lagu pokok. Sementara lagu pokok adalah isi dari sebuah reportoar lagu yang didalamnya berisikan syair atau pantun yang berisikan nasehat-nasehat. Dan selanjutnya, pola salam penutup

(taqtum) merupakan pertanda bagian akhir dari sebuah reportoar lagu.

Menurut Beliau, Walau pun nada pada gambus terdapat tangga nada Mayor tetapi pada umumnya, reportoar lagu Zapin mempunyai tangga nada Minor harmonis. Berikut penulis akan mendeskripsikannya dengan posisi jari yang diletakkan di senar gambus untuk melihat nada nada yang terdapat di senar tersebut.

Untuk itu penulis mendeskripsikan posisi pengambilan titik nada dari senar Gambus tersebut dengan mengikuti pola nada dasar A minor Harmonis yaitu : A – B – C – D – E – F – Gis – A’

Untuk menjelaskannya perhatikan gambar di bawah ini :

Untuk mendapatkan nada yang semakin tinggi maka senar ditekan mengarah pada bagian papan jari (finger board) ujung mendekati lubang suaradan sebaliknya untuk mendapatkan nada yang lebih rendah maka senarnya ditekan mengarah ke kepala Gambus. Seperti penjelasan di atas bahwa alat musik Gambus

(54)

Gambar 71:

Bagian Senar Untuk Mendapatkan Nada

Untuk itu penulis akan mencoba mendeskripsikan proses pengambilan nada-nada dalam Gambus dengan keterangan di atas berdasarkan senar yang di beri nomor dan tanda, kemudian penulis mengukurnya dengan alat penggaris berdasarkan jaraknya.

Keterangan :

(55)

2. Posisi untuk menghasilkan nada B adalah memetik senar IV yang mempunyai nada B, untuk menghasilkan nada B cukup memetiknya saja

(open String).

3. Posisi untuk menghasilkan nada C adalah memetik senar IV yang mempunyai nada B, untuk menghasilkan nada C dengan menekan senar IV dengan jaraknya 5,5 cm.

4. Posisi untuk menghasilkan nada D adalah memetik senar IV yang mempunyai nada B, untuk menghasilkan nada D dengan menekan senar IV dengan jaraknya 10,5 cm.

5. Posisi untuk menghasilkan nada E adalah memetik senar III yang mempunyai nada E untuk menghasilkan nada E cukup memetiknya saja

(Open String).

6. Posisi untuk menghasilkan nada F adalah memetik senar III yang mempunya nada E, untuk menghasilkan nada F dengan menekan senar III dengan jarak 6 cm.

7. Posisi untuk menghasilkan nada Gis adalah memetik senar III yang mempunyai nada E, untuk menghasilkan nada Gis dengan menekan senar 3 dengan jarak 9 cm.

8. Posisi untuk menghasilkan nada A oktaf adalah dengan menekan senar II yang mempunyai nada A cukup memetiknya saja (open String).

4.2 Posisi Tubuh dalam Memainkan Gambus

(56)

diletakkan di perut gambus, siku tangan kanan bersandar di bagian ekor gambus, jari telunjuk dan ibu jari memegang pick (sejenis alat bantu pada gitar yang berfungsi untuk memetik senar gambus) sedangkan jari yang lain diposisikan di bawah badan gambus. Dalam memainkan gambus, si pemain gambus dapat duduk dilantai/dikursi, berdiri dengan posisi badan tegak atau pun tergantung pada posisi yang diinginkan si pemain.

Gambar 72:

Posisi Duduk Memainkan Gambus

(57)

4.3 Teknik Memainkan Gambus

Untuk memainkan gambus tentunya mempunyai teknik agar si pemain gambus bisa bermain dengan maksimal. Teknik memainkan gambus tidak jauh berbeda dengan bermain gitar pada umumnya yaitu jari kiri menekan leher gambus untuk memainkan melodi dan jari kanan untuk memetik senar.

4.4 penyajian Gambus Yang Baik

Berdasarkan informasi Beliau, permainan gambus yang baik tidak hanya kemampuan si pemain gambus dan penghafalan lagu, tetapi penghayatan ataupun naluri musical si pemain gambus juga sangat penting. Apabila perasaan si pemain membawakan lagu dengan penghayatan, maka semakin sempurnalah rasa yang dituangkan dalam lagu tersebut. Faktor instrument gambus yang digunakan cukup berpengaruh dalam penyajian permainan, semakin baik kualitas instrument gambus yang digunakan, maka faktor tersebut sangat mendukung dalam permainan gambus yang baik.

4.5 Perawatan Gambus

(58)

4.6 Nada Yang Dihasilkan Gambus

Sebagai informasi perlu saya beritahukan bahwa penjelasan nada yang akan penulis jelaskan merupakan penjelasan berdasarkan informasi yang saya dapat dari beliau. Karena gambus yang beliau buat memiliki 9 senar, yang terdiri dari 5 baris senar diantaranya 4 baris berlapis 2 sementara 1 senar tidak berlapis yang mempunyai nada terendah. Nada yang dihasilkan pada setiap senar lepas 1 hingga 5 mempunyai nada yaitu :

Senar 1 nada dasar D (paling bawah) Senar 2 nada dasar A

Senar 3 nada dasar E, Senar 4 nada dasar B

Senar lima nada dasar E rendah (paling atas)

Penyeteman nada pada setiap senar gambus buatan beliau dapat dilihat pada gambar tersebut :

Wilayah nada adalah jangkauan nada dari nada terendah sampai nada tertinggi.untuk mengetahui nada-naa yang dihasilkan gambus buatan beliau ini, penulis akan menyertakan materi lagu yang hasilnya dapat dilihat dalam bentuk (visual) berikut. Lagu yang dimaksud adalah repetoar lagu Zapin anak Ayam.

(59)

dimainkan untuk tujuan pengiring tarian dan lagu ini merupakan lagu tradisi yang popular pada masyarakat Melayu khususnya di Medan Labuhan ataupun Di Deli Serdang.

(60)
(61)

4.8 Eksistensi Alat Musik Gambus Melayu di Deli Serdang

Berbicara tentang eksistensi gambus pada budaya musikal Melayu, penulis menjadikan hasil wawancara sebagai patokan untuk melihat bagaimana perkembangan serta keberadaan alat musik ini dalam kehidupan masyarakat Melayu. Hal ini dikarenakan kurangnya literatur yang menggambarkan tentang sejarah dan keberadaan gambus pada kebudayaan Melayu Khususnya Sumatera Utara.

Menurut bapak Nazri Effas (seorang pemain alat musik gambus, penari), beliau adalah informan pangkal (wawancara 25 september 2014), mengatakan nama gambus merupakan kumpulan dari para pemain musik dan penari zapin. Beliau lahir di Tahun 1965, orang tua Beliau bernama Alm. Ahmad Sa’ari Efendi dan Alm. Nur Kamah adalah seorang Seniman. Ayahnya seorang pemain musik marawis dan ibunya adalah seorang penari, orang tuanya mempunyai group kesenian bernama ” group gambus”. Masyarakat sekitar lebih mengenal group gambus, tetapi didalam pertunjukannya alat pembawa melodi tersebut sangat khas terdengar sehingga alat tersebut dinamakan petikan gambus. . Petikan gambus tersebutlah yang dinamakan oud,oud adalah alat musik petik (kordofon) yang memiliki senar ganda tanpa menggunakan fret, instrument ini menjadi instrument utama dalam ensambel musik zapin. Jadi sekitar era tahun 60-an alat musik ini sudah cukup populer di masyarakat khususnya Deli Serdang, karena alat musik tersebut mengiringi pertunjukan Zapin dalam acara pesta perkawinan, khitanan dan upacara-upacara lainnya.

(62)

Tuanku Lukman Sinar, SH, dalam tulisannya Zapin/Gambus Melayu di wilayah Kabupaten Deli Serdang (1998 ). Masuknya kerajaan Islam Haru di Sumatera Timur terjadi awal aabad ke 13, menurut batu nisannya Sultan Malikusaleh Mangkat 1297 M. kerajaan Haru yang meliputi dari wilayah Tamiang (masuk aceh Timur) sampai ke tepi sungai Rokan, beibukota di pinggir sungai Deli, sudah sejak abad ke 13 M mengirimkan misi dagang/lebih dikenal dengan ke kota cina ( dekat Labuhan Deli). Selain kota tersebut juga pulau kampai (Teluk Haru di Langkat), Bedagai (dulunya pusat kerajaan Batak Nagur), kota Arakat (Rantau Parapat) yang dipedalamannya ada pusat kerajaan Pannai bekas reruntuhan candi-candi di Padang Lawas.

(63)

lahirlah kerajaan-kerajaan Melayu dipesisir Timur Sumatera Utara dimana yang besar adalah Langkat, Deli Serdang, Asahan. Kesltanan ini merupakan kerajaan Islam yang penting di Sumatera, kemudian Serdang memisahkan diri dari Kesultanan Deli Tahun 1720 (sinar 1986:67). Kemungkinan besar seni Zapin masuk di era kesultanan-kesultanan Islam dipesisir Timur Sumatera Utara ini, selain ajaran Islam masyarakat Melayu juga menerima seni-seni Islam seperti Zapin yang diperkenalkan oleh para penyiar agama Islam sebagai Sarana Dakwah.

Arti Zapin dalam Wikipedia Indonesia dalam tulisannya Zapin Melayu Dalam Peradaban Islam oleh Bapak Muhammad Takari : 11), secara etimologis Zapin berasal dari bahasa Arab, yang memiliki berbagai makna yaitu kata “Zafn” yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikuti rentak pukulan. Zapin merupakam Khazanah tarian rumpun Melayu yang mendapat Pengaruh dari Arab. Tarian tersebut bersifat edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan sebagai media dakwah islamiyah melalui syair lagu-lagu Zapin yang didendangkan. Sebagai alat yang utama yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut dengan marwas. Sebelum tahun 1960, Zapin hanya di tarikan oleh penari laki-laki namun kini sudah biasa di tarikan oleh penari perempuan bahkan penari campuran laki-laki dengan perempuan. Tari zapin sangat banyak ragam gerak tarinya, walaupun pada dasarnya gerak dasar Zapinnya sama, di tarikan oleh rakyat di pesisir Timur dan Barat Sumatera, Semenanjung Malaysia, Sarawak, Kepulauan Riau, Pesisir Kalimantan, dan Brunei Darussalam.

(64)

musik terdiri dari dua peran yaitu yang membawa melodi alat musik petik ( gambus atau ‘ud) dan pembawa ritme yaitu 3 buah alat pukul kecil (gendang marwas).

(65)

Bapak Syahrial Felani mengatakan gambus sudah sangat dikenal pada tahun 1940-an didaerah Deli Serdang, karena pada masa itu zapin sudah berkembang didaerahnya masing-masing. Gambus tersebut sudah dibawakan kedalam acara-acara seperti pesta perkawinan, menjamu tamu, sunatan. Pada saat itu ensambel musik yang digunakan hanya gambus, Marawis (membranophon) dan vocal, belum bergabung dengan alat musik lainnya seperti biola, akordion. Pada masa itu, pemain gambus cukup banyak, karena ketika pemain gambus dari Binjai/langkat bisa dipanggil untuk diundang memainkannya diDeli serdang, beitu juga sebaliknya. Pada Tahun 1950 an gambus sudah masuk penggabungan dengan biola, akordion, gendang ronggeng dalam suatu ensambel musik melayu menjadikan gambus sebagai pembawa melodi memberikan warna baru. Beliau sendiri mulai belajar bermain gambus pada Tahun 70 an dan ditahun 80 an beliau mencoba untuk berkreasi untuk membuat alat musik gambus dalam mengikuti suatu perlombaan.

Hingga saat ini gambus sudah menjadi alat musik sebagai pembawa melodi untuk mengiringi tarian Zapin, dengan penggabungan alat-alat musik seperti biola, akordion, untuk memberikan warna musik dalam pertunjukannya.

4.9 Fungsi Musik Gambus

Dalam menuliskan fungsi gendang galang, maka penulis mengacu pada teori Alan P.Merriam, yaitu: “...use then refers to the situation in which is employed in human action:function concern the reason for its employment and

particulary the brodaderpurpose which is serves...” (1964:210).

(66)

penggunaan atau menyangkut tujuan pemakain musik itu mampu memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Penulis juga menuliskan beberapa fungsi gambus sebagai tujuan dan akibat yang timbul dari penggunaan yang telah disebutkan di atas, maka dapat ditelusuri melalui fungsi-fungsi antara lain sebagai berikut.

Menurut Allan P. Merriam (1964:219-226) fungsi music dapat dibagikan dalam 10 kategori yaitu :

1. Fungsi Pengungkapan Emosional 2. Fungsi penghayatan Estetis 3. Fungsi Hiburan

4. Fungsi Komunikasi 5. Fungsi Perlambangan 6. Fungsi Reaksi Jasmani

7. Fungsi yang berkaitan dengan reaksi sosial

8. Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan 9. Fungsi kesinambungan budaya

10. Fungsi Pengintegrasian masyarakat

4.9.1 Fungsi Pengungkapan Emosional

(67)

4.9.2Fungsi Hiburan

Gambus juga dapat berfungsi sebagai sarana hiburan, dikarenakan gambus juga dapat dimainkan secara bersama pada ensambel musik melayu yaitu gendang (gendang anak, gendang induk), marwas, biola, akordion, tamburin, rebana. Gambus yang sering difungsikan untuk mengiringi pertunjukan Zapin, acara pesta, sunatan dan nyanyian yang sering ditampilkan dalam pertunjukan yang bersifat hiburan pada masyarakat.

4.9.3 Fungsi Perlambangan

Gambus adalah alat musik petik yang terdapat pada masyarakat melayu, khususnya alat musik gambus yang dibuat oleh Bapak Syahrial yang memiliki karateristik tersendiri. Dari bentuk kepala dilambangkan seperti bentuk belalang, bentuk badan seperti buah pir yang di belah dua, ornament yang terdapat pada fret/leher terukir sepert bunga yang melambangkan symbol dari alam dan bentuk ekor yang melambangkan kubah mesjid.

4.9.4 Fungsi Kesinambungan Budaya

(68)

4.9.5 Fungsi Reaksi Jasmani

Gambus dalam ensambel musik melayu yang digunakan untuk mengiringi tarian zapin yang sebagian gerakannya adalah gerakan yang dinamis yang kerap membuat para penarinya bergerak indah. Apalagi alat musik tersebut sebagai pembawa melodi yang khas. Kesinambungan antara bunyi musikdapat menimbulkan reaksi jasmani dari si penari sehingga dapat menggerakkan tubuhnya dengan indah.

4.9.6 Fungsi Penghayatan Estetis

Suatu keindahan dapat dituangkan dalam bunyi-bunyian yang dihasilkan dari perpaduan instrumen-instrumen musik dalam ensambel musik melayu, yang tertuang melalui permainan ritem maupun melodi yang dapat dinikmati oleh pemusik itu sendiri maupun pendengarnya. Selain itu, pengunkapan emosional yang dilakukan oleh seorang pemain gambus pada saat menghibur diri dapat terjadi ketika si pemain gambus dapat mengahayati permainannya

4.10 Nilai Ekonomi Pada Alat Musik Gambus

Seperti yang dikemukakan oleh Merriam (1964) kebudayaan material musik dalam etnomusikologi, nilai ekonomi alat musik juga penting yang berkaitan dengan distribusi penjualannya.

Selain gambus tersebut dapat digunakan dalam kebudayaannya, ternyata

(69)

untuk dipasarkan kebeberapa daerah sekitarnya seperti daerah Sumatera Utara, Riau dan beberapa daerah lainnya. Untuk menjual sebuah gambus yang sudah jadi dan siap pakai, biasanya Syahrial Felani menjual dengan harga minimal Rp 1.500.000,- kepada pembeli. Dan harga tersebut akan lebih mahal apabila gambus

yang ditawarkanya memiliki kelengkapan penambahan asesoris yang terdapat pada gambus. Misalnya gambustersebut memakai soft case (tas pembungkus Gambus), spull (alat bantu pengeras suara) yang apabila digunakan dapat memberikan efek suara yang keras (sound), apabila digabungkan dengan alat musik seperti keyboard yang merupakan alat musik elektronik. Dengan kelengkapan yang tersedia, Beliau biasanya Mematok harga Rp 2.500.000,-.

(70)

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian-uraian yang Telah penulis jelaskan pada bab-bab sebelumnya maka pada bab ini penulis akan mengambil beberapa kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis lakukan dan sebagai langkah terakhir penulis akan membuat saran sebagai penutup tulisan ini.

5.1 Kesimpulan

Peranan Etnomusikologi sangat peting mengangkat suatu konsep dalam sisitem musical di setiap etnis di dunia ini. Dalam pendekatan Curt Sach dan Hornbostel pengklasifikasian alat musik gambus, dapat diklasifikasikan golongan

chordophone dan disebut sebagai long neck lute yang terbuat kayu yaitu alat musik yang mempunyai leher yang panjang. Terdapat lubang resonator yang ditutup dengan kulit kambing. Tujuan dari pengklasifikasian alat musik tersebut untuk mempermudah permuseuman dalam pengklasifikasian alat musik tersebut. Gambus melayu tersebut adalah hasil akulturasi dari negeri Timur Tengah yang datang ke Tanah Melayu, melalui penyebaran agama Islam mempengaruhi sistem kemasyarakatannya salah satunya media kesenian seperti alat musik tersebut. Di Indonesia sendiri terdapat beragam jenis bentuk dan ukuran gambus yang tersebar di wilayah Nusantara, akan tetapi penulis hanya mengacu pada kajian Organologis yang terdapat di Sumatera Utara salah satunya adalah gambus buatan Bapak Syahrial Felani yang tinggal di Tanjung Morawa, Deli Serdang.

(71)

gambus tersebut, beliau sangat telaten dan lebih mementingkan kualitas suara dan ketahanan gambus yang beliau kerjakan dengan teliti dan penuh kesabaran. Beliau mempunyai kiat – kiat tersendiri dalam membuat sebuah gambus.

Dalam proses belajar, seorang peminat ingin belajar gambus dapat bermain dengan memainkan teknik dasar gambus seperti yang dijelaskan sebelumnya, dan untuk menguasai teknik cepat dalam memainkan melodi, dengan cara memainkan tangga nada secara berulang-ulang. Agar jari-jari yang digunakan cepat dalam mengambil posisi pemindahan misalnya, dari senar satu kesenar berikutnya dan dari tangga nada awal ke tangga nada berikutnya.

5.2 Saran

(72)

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN, BIOGRAFI RINGKAS

SYAHRIAL FELANI SEBAGAI WARGA MASYARAKAT MELAYU

DAN SENIMAN MUSIK MELAYU

Pada bab ini penulis akan menjelaskan gambaran umum tentang lokasi penelitian dan biografi ringkas tentang beliau, yang menyatakan dirinya sebagai orang Melayu, yang pada dasarnya secara keturunan (darah) beliau adalah keturunan Jawa dan Mandailing. Ini juga menjadi salah satu fenomena menarik tentang identitas etnik di dalam kebudayaan Melayu. Beliau, karena lama berada dilingkungan masyarakat Melayu mulai dari bahasa, adat istiadat dan apalagi berbagai kesenian yang Beliau pelajari dari tari-tariannya, membuat instrumen musik, dan memainkan lat musik tersebut.

2.1 Sejarah Berdirinya Kabupaten Deli Serdang

(73)

Sumatera Timur menentang Kongres Rakyat Sumatera Timur yang dibentuk oleh Front Nasional. Negara-negara bagian dan daerah-daerah istimewa lain di Indonesia kemudian bergabung dengan Negara Republik Indonesia (NRI), sedangkan Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur (NST) tidak bersedia. Akhirnya Pemerintah NRI meminta kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk mencari kata sepakat dan mendapat mandat penuh dari NST dan NIT untuk bermusyawarah dengan NRI tentang pembentukan Negara Kesatuan dengan hasil antara lain Undang-Undang Dasar Sementara Kesatuan yang berasal dari UUD RIS diubah sehingga sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Atas dasar tersebut terbentuklah Kabupaten Deli Serdang seperti tercatat dalam sejarah bahwa Sumatera Timur dibagi atas 5 (lima) afdeling, salah satu di antaranya adalah Deli en Serdang. Afdeling ini dipimpin oleh seorang Asisten Residen beribukota di Medan serta terbagi atas 4 (empat) Onder Afdeling yaitu Beneden Deli beribukota Medan, Bovan Deli beribukota Pancur Batu, Serdang beribukota Lubuk Pakam, dan Padang Bedagei beribukota Tebing Tinggi. Masing-masing afdeling ini dipimpim oleh seorang kontelir.

(74)

Pada tanggal 14 November 1956, Kabupaten Deli dan Serdang ditetapkan menjadi Daerah Otonom dan namanya berubah menjadi Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1948 yaitu Undang-undang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dengan Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956. Untuk merealisasinya dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Dewan Pertimbangan Daerah (DPD). Namun, tahun demi tahun terus berlalu merubah perjalanan sejarah dan setelah melalui berbagai usaha penelitian dan seminar-seminar oleh para pakar sejarah dan pejabat Pemerintah Daerah Tingkat II Deli Serdang pada waktu itu (sekarang Pemerintah Kabupaten Deli Serdang), akhirnya disepakati penetapan Hari Jadi Kabupaten Deli Serdang tanggal 1 Juli 1946.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1984, ibukota Kabupaten Deli Serdang dipindahkan dari Kota Medan ke Lubuk Pakam dengan lokasi perkantoran di Tanjung Garbus yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara tanggal 23 Desember 1986.

2.1.1 Letak Geografis Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara 2°57’ - 3°16’ Lintang Utara dan antara 98°33’ - 99°27’ Bujur Timur, merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72 km2. Dari luas Propinsi Sumatera Utara, dengan batas sebagai berikut:

(a) Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera, (b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo,

(75)

(d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.

Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, secara administratif terdapat dua puluh dua (22) Kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang salah satunya adalah Kecamatan Tanjung Morawa.

Berdasarkan hasil sensus penduduk 2013, penduduk Kabupaten Deli Serdang mayoritas bersuku bangsa Jawa (51,77 %), Karo (10,84 %), Toba (10,78 %), Mandailing (6,71%), Melayu (6,22 %), Minangkabau (2,91%) Simalungun (1,68 %), dan lain lain (1,24 %). Sedangkan Agama yang dianut oleh masyarakat Deli Serdang beragama Islam paling besar (78,22%), Kristen (19,30 %), Budha (2,03 %), Hindu (0,17 %), dan lainnya (0,29 %).

2.1.2 Letak Lokasi Penelitian

(76)

2. 2 Latar Belakang Budaya Melayu

Deskripsi Melayu bisa dilihat kedekatannya dengan agama Islam. Melayu memang sangat erat hubungannya dengan Islam, sehingga adapun sebuah ungkapan ataupun gagasan adat yang bersendikan syarak syarak besendikan kitabbulah, yang artinya asas kebudayaan Melayu adalah hukum Islam (syarak). Sehinnga untuk menjadi orang Melayu harus mengikuti adat isriadat Melayu dan beragama Islam (Takari dan Fadlin, 2009).

Syahrial Felani adalah seorang seniman Melayu yang asalnya bukan dari Melayu asli. Beliau adalah keturunan Jawa dan Mandailing, akan tetapi dia menyatakan bahwa dirinya adalah orang Melayu, dengan kemampuannya bisa berbahasa Melayu, beradat istiadat Melayu dan beragama Islam.

Di samping itu identitas Melayu juga dapat dilihat melalui unsur-unsur kebudayaan Melayu. Secara antropologis, unsur-unsur mencakup : agama, bahasa, organisasi, mata pencaharian hidup, kesenian, pendidikan, dan teknologi. Di bawah ini terdapat tujuh unsur berikut.

2.2.1 Agama

(77)

musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahien. Pada abad IV di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Budha, yaitu kerajaan Taruma Negara yang dilanjutkan dengan kerajaan Sunda sampai abad XVI (Luckman Sinar, 1986).

Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abad VII hingga abad XIV,kerajaan Budha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatera. Hal ini di deskripsikan oleh seorang penjelajah Tiongkok yang bernama I-Tsing, yang mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada saat puncak kejayaannya Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah, dan Kamboja (Luckman Sinar, 1986:65).

Di abad XIV juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, yaitu Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dari Wiracarita Ramayana(sejarah dari Ramayana).

Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke XII, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorakan Islam, seperti Samudra Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit sekaligus menandai akhir dari era ini (Takari dan Fadlin 2009).

(78)

dakwah Islam dimulai pada abad II Hijriah, yaitu para pedagang Islam melakukan perdagangan dengan sailan atau Srilangka. Pendapat yang sama juga dikemukakanoleh Burger dan Prajudi (2004). Mansur menambahkan Van leur dalam bukunya Indonesian Trade and Society (2003), menyatakan pada 674 di pantai Barat Sumatera telah terdapat perkampungan (koloni) Arab Islam.

Perkampungan perdagangan ini dimulai dibicarakan lagi pada 618 dan 626. Tahun-tahun berikutnya perkembangan perdagangan ini dimulai mempraktekan ajaran agama Islam. Hal ini mempengaruhi pula perkampungan Arab yang terdapat disepanjang jalan perdagangan di Asia Tenggara. Mansur juga mengkritik keras adanya upaya sebagian sejarawan yang menyatakan bahwa Islam baru masuk ke Indonesia setelah runtuhnya Kerajaan Hindu Majapahit (1478) dan ditandai berdirinya kerajaan Demak.

Pada umumnya keruntuhan Kerajaan Hindu Majapahit sering didongengkan akibat serangan dari kerajaan Islam Demak. Pada hal realitas sejarahnya yang benar adalah Kerajaan Hindu Majaphit runtuh akibat serangan raja Girindrawirdhana dari kerajaan Hindu Kediri pada tahun 1478 M. al-Atts mengatakan sarjana Barat melangsungkan penelitian ilmiah terhadap sejarah dan kebudayaan Kepulauan Melayu-Indonesia telah lama menyebarkan bahwa masyarakat kepulauan ini seolah-olah merupakan masyarakat penyaring, penapis, serta penyatu unsur-unsur berbagai kebudayaan.

(79)

Sebagaimana kegelapan lenyap dipancari sinar surya yang membuat setiap umat Islamselalu mencari kebenaran berdasarkan akal. Demikian juga kedatangan Islam dikepulauan Melayu di Indonesia yang membawa Rasionalisme dan pengetahuan akhlakserta menegaskan suatu sistem masyarakat yang terdiri rari individu-individu. Jadi Islam membawa peradaban yang mudah diterima, intelektualitasme, dan ketinggian budi insane ditanah Melayu. Al-Attas juga menunjukan bukti bahwa dari tangan ulama-ulama Islam lahirlah budaya sastra, tulisan, falsafah, buku, dan lain-lain,yang tidak dibawa peradaban sebelumnya. Islam memang tidak meninggalkan kebudayaan patung (candi) sebagaimana kebudayaan

Pra-Islam (sumber

Disisi lain ada juga disebut dengan ras Proto-Melayu pedalaman, yaitu orang Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, yang memiliki kepercayaan adat istiadat sendiri. Memang pada dasarnya orang luar mengenal sebagian orang Asia itu adalah orang Melayu, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan lain sebagainya. Tetapi pada kenyataannya mereka tidak mengatakannya mereka sebagai orang Melayu, karena mereka memiliki agama, bahasa dan kebudayaan yang tidak sama dengan konsep kebudayaan Melayu.

(80)

istiadat Melayu, beragama Islam, dan juga paham betul tentang kesenian budaya Melayu.

2. 2.2 Bahasa

Bahasa Melayu menjadi bahasa nasional dan bahasa pengantar di semua lembaga publik di sebagian Asia, seperti Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Bahasa Melayu yang menjadi lingua franca penduduk Nusantara sejak sekian lama. Bahasa Melayu juaga telah dipergunakan oleh mayarakat Indonesia, termasuk etnik Melayu.

Akan tetapi dalam kebudayaan Melayu penggunaan bahasa khususnya dialek memiliki perbedaan dari lima kabupaten, jika orang Melayu di pesisir Timur, Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai bahasa Melayu dengan mengalihkan huruf vokal “o” di ujung kosa-kosa kata yang baku menggunakan vocal “a,” sebagai contoh kemano

(kemana), siapo (siapa). Di Langkat dan di Deli mengalihkan hurufvokal “a” menjadi “e” di ujung kosa-kosa katanya, seperti contoh, kemane (kemana), siape

(siapa).

Dari sini kita bisa melihat meskipun akar kebudayaan etnik Melayu itu satu rumpun, namun ada juga perbedaan-perbedaan kecil yang membedakan etnik Melayu. Adapun perbedaan-perbedaan tersebut dikarenakan adanya kebiasaan yang sudah dibawa dari nenek moyang yang pada saat itu mereka memiliki satu pengelompokan yang berbeda-beda (Zein, 1975:89).

(81)

selalu menggunakan bahasa Melayu dialek Deli dan Serdang, terutama untuk pertunjukan teater.

2.2.3 Mata Pencaharian

Bagi orang Melayu yang tingal di desa, mayoritas mereka menjalankan aktivitas pertanian. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran (mixed farming). Dikawasan pesisir pantai, umumnya orang Melayu bekerja sebagai nelayan, yaitu menangkap ikan dilaut dengan menggunakan alat-alat penangkap ikan. Orang Melayu yang tinggal di kota kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja disektor perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan lain-lain.

Penguasaan ekonomi dikalangan orang Melayu perkotaan relatif masih rendah dibandingkan dengan penguasaan ekonomi oleh penduduk non-pribumi, terutama orang Tionghoa. Banyak yang tinggal di kota-kota besar dan mampu hidup berkecukupan. Selain itu banyak orang Melayu yang mempunyai pendidikan yang tinggi, seperti di universitaas di dalam maupun di luar negeri.

(82)

membantu semua orang. Bagi sebahagian besar orang Melayu, mereka mengamalkan ajaran agama Islam untuk terus mencari ilmu, yang sangat berharga yang tidak bisa hilang sampai mati.

Syahrial Felani sebelumnya pernah terjun ke dunia transportasi sebagai supir ataupun kernek. Namun pada saat ini, mata pencaharian Syahrial Felani adalah seorang musisi, selain seorang musisi beliau juga mengajar sebagai guru tari di Binjai, pembuat alat musik gambus, dan menjual beberapa asesoris seperti pakaian perlengkapan pertunjukan kesenian Melayu.

2.2.4 Pendidikan

Sebelum penjajahan Belanda, orang Melayu mendapat pendidikan Agama. Selama penjajahan, peluang pendidikan ala Eropa terbatas untuk orang Melayu di pedesaan, dan terpusat di daerah perkotaan, Pendidikan gaya Eropa sendiri hanya di kembangkan setelah Indonesia merdeka.

Orang Melayu mengalami sebuah perkembangan yang pesat dalam dunia pendidikan. Karena seperti kita ketahui, orang Melayu sangat menjunjung tinggi yang namanya pendidikan ataupun ilmu. Inilah yang mereka bisa maju ke depan lebik baik, karena mereka juga ingin di hormati bukan dilecehkan.

(83)

2.2.5 Teknologi

Etnik Melayu pada dasarnya ingin terus berusaha menguasai teknologi, yang di antaranya bisa kita lihat dari pemakaian alat musik keyboard yang mereka gunakan dalam memainkan lagu-lagu Melayu. Sama halnya dengan teknologi-teknologi lainnya seperti alat komunikasi yang dikenal dengan hanphone yang lazim digunakan semua masyarakat di Indonesia termasuk suku Melayu.

Kemudian ada lampu sebagai alat penerang dirumah, kebanyakan mereka tidak menggunakan lampu teplok yang digunakan pada zaman dahulu untuk menerangi rumahnya. Kemudian ada komputer sebaagai alat untuk mempermudah dalam menyimpan data, dan terkadang laptop juga dipakai atau alat yang lebih canggih di bandingkan dengan komputer dipergunakan pada saat bersekolah, karena alat ini mudah untuk di bawa.

Kendaraan juga sebagai teknologi yang sudah ada pada masyarakat Melayu. Untuk mempermudah perjalanan seperti sepeda motor, yang dulunya mereka menggunakan sepeda sebagai alat kendaraan untuk mencapai tujuan. Tetapi sekarang mereka sudah beralih ke sepeda motor atau yang lebih dikenal dengan “kereta,’’ bahkan ada juga yang menggunakan transportasi kendaraan mobil yang mempermudah perjalanan serta memiliki fasilitas yang baik untuk menepuh perjalanan jauh.

(84)

Jika musisi Melayu sudah dari dulu diperkenalkan alat rekam, seperti merekam suara penyanyi, bunyi instrument musik Melayu, Syarial Felani sudah menggunakan teknologi yang cukup canggih. Beliau menggunakan laptop untuk mengolah untuk mencoba hal-hal yang baru dalam proses pembahaasan lagu-lagu. Beliau juga membuat suatu alat bantu seperti spull guitar untuk membantunya agar suara yang dihasilkannya cukup kuat untuk didengar. Karena suara alat musik gambus yang begitu lembut, sulit untuk didengar jika tidak menggunakan alat bantu. Pada saat proses pembuataan alat musik gambus, dulunya beliau menggunakan gergaji manual untuk pemotongan pada kayu. Akan tetapi, sekarang ini beliau sudah menggunakan gergaji mesin (senso,

chinshaw) untuk mempermudah pemotongan kayu. Jika dilihat kondisi saat ini beliau sudah mengikuti perkembangan zaman dan sudah menikmati teknologi yang sudah ada untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari serta alat-alat rekaman yang digunakannya untuk kepentingannya sebagai seniman Melayu.

2.2.6 Kesenian

Kesenian yaitu sebuah hasil karya yang diciptakan oleh penciptanya sendiri untuk menghasilkan sebuah keindahan. Adapun seni musik yaitu salah satu media ungkapan hati (sumber: www. wikipedia.com). Untuk itu kesenian ini menjadi warisan yang diturunkan secara turun-temurun, agar masyarakat Melayu dapat dikenal dan memiliki identitas untuk diperkenalkan pada masyarakat lain.

(85)

Melayu Sumatera Utara. Pertunjukan musik tradisisonal megikuti aturan-aturan tradisional. Pertunjukan ini, selalu berkaitan dengan penguasaan alam, mantera (jampi) yang tujuannya menjauhkan bencana, mengusir hantu atau setan. Musik tradisi Melayu berkembang secara improvisasi berdasarkan transmisi.

Berdasarkan sistem klasifikasi yang ditawarkan oleh Curt Sachs dan Eric M. Von Horn bostel (1914), maka keseluruhan alat-alat musik Melayu Sumatera Utara dapat dikelompokan kedalam klasifikasi (1) idiofon penggetar utamanya badannya sendiri, (2) membranofon, penggetar utamanya membrane, (3) kordofon, penggetar utamanya senar, (4) aerofon, penggetar utamanya kolom udara. Instrument musik Melayu itu sendiri ialah gendang ronggeng, gendang rebana (hadrah, taar), kompang, gendang silat (gendang dua muka),

gedombak, tabla, dan baya (membranofon). Tetawak, gong, canang, calempong, ceracap (kesi), dan gambang (idiofon). Ud, Gambus, biola, dan rebab

(86)

2.2.7 Sistem Organisasi

Sistem politik Melayu adalah musyawarah, yang dijalankan konteks kebudayaan. Musyawarah yang dijalankan, biasanya membahas mengenai berbagai hal seperti pengelolaan sistem tanah adat berdasarkan budaya dan adat setempat. Sehingga sistem musyawarah yang dijalankan akan memiliki corak dan karakter yang berbeda antara daerah yang lain. Di sini kita dapat melihat bahwa suku Melayu telah mengenal system politik yang mengakar kepada kebudayaan.

Tidak mengherankan bahwa suku Melayu mempunyai ikatan persaudaraan yang kuat, sebab musyawarah memaknakan adanya tolong menolong dan kesetiakawanan social, sebagai suatu pemufakatan. Musyawarah juga merupakan sarana, dimana rakyat dapat diposisikan untuk membangun aturan-aturan dasar dalam kehidupannya yang bersumber kepada adat hukum setempat.

Sama halnya dengan organisasi ataupun perkumpulan yang sudah dibuat oleh orang Melayu itu sendiri. Mereka selalu mengutamakan yang namanya musyawarah yang bertujuan untuk menghargai adanya pendapat-pendapat, dan masukan-masukan yang ingin disampaikan oleh anggota-anggota dalam organisasi tersebut. Salah satu organisasi yang dibentuk oleh masyarakat Melayu adalah MABMI yaitu Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia.

(87)

sungkan-sungkan mengeluarkan biaya sebesar apapun yang namanya melestarikan kebudayaan.

2.3 Pengertian Biografi

Dalam disiplin sejarah biografi dapat didefinisikan sebagai sebuah riwayat hidup seseorang. Sebuah tulisan biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa tulisan yang lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta kehidupan seseorang dan peranan pentingnya dalam masyarakat. Sedangkan biografi yang lengkap biasanya memuat dan mengkaji informasi-informasi penting, yang dipaparkan lebih detail dan tentu saja dituliskan dengan penulisan yang baik dan jelas.

Sebuah biografi biasanya menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian pada hidup seorang tokoh yang menjadi objek pembahasannya. Dengan membaca bografi, pembaca akan menemukan hubungan keterangan dari tindakan yang dilakukan dalam kehidupan seseorang tersebut, juga mengenai cerita-ceritaatau pengalaman-pengalaman selama hidupnya.

Suatu karya biografi biasanya bercerita tentang kehidupan orang terkenal dan orang tidak terkenal, dan biasanya biografi tentang orang yang tidak terkenal akan menjadikan orang tersebut dikenal secara luas, jika didalam biografinya terdapat sesuatu yang menarik untuk disimak oleh pembacanya. Namun demikian biasanya biografi hanya berfokus pada orang-orang atau tokoh-tokoh terkenal saja.

(88)

hidup. Banyak biografi yang ditulis secara kronologis atau memiliki suatu alur tertentu, misalnya memulai dengan menceritakan masa anak-anak sampai masa dewasa, namun ada juaga beberapa biografi yang lebih berfokus pada suatu topik-topik pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung, bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, kliping atau Koran. Sedangkan bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku, refrensi atau sejarah yang memaparkan peranan subjek biografi tertentu.

Beberapa aspek yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain sebagai berikut. (a) Pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu; (d) Pikirkan, hal apalagi yang perlu anda ketahui mengenai orang tersebut, bagian mana dari cerita tentang beliau yang ingin lebih banyak anda utarakan dan tuliskan.

Gambar

Gambar 41: Bentuk Pola Gambus
Gambar 42:  Proses Pembentukan Leher Bagian Atas dan Bawah
Gambar 45:  Proses Pembentukan Bagian Ekor
Gambar 46:  Bentuk Kasar Gambus
+7

Referensi

Dokumen terkait