LAMPIRAN III
Perhitungan beban pendinginan pada penelitian.
Bangunan yang digunakan dalam melakukan penelitian berlokasi di daerah
40oLU. Temperature didalam ruangan dan diluar bangunan di anggap sama.
Tinggi ruangan 3 m, ukuran ruangan 3 x 3 m, luas pintu, ukuran pintu 1,5 x 2, ukuran
jendela 1 m x 1,5 m , atap terbuat dari atap datar 115mm dan 50 mm gypsum, lantai
terbuat dari concret 100 mm , kondisi udara luar, 35,2 oC, kondisi udaara dalam 26 oC penghuni ruangan 3 orang peneliti, daya lampu 40 Watt, ventilasi yang ada 7
L/s/orang, infiltrasi 3 orang keluar masuk dari pintu selama 1 jam.
1. Menghitung beban pendinginan dari atap
a. Menentukan tipe atap dari tabel.
Pada penelitian ini tanpa menggunakan langit-langit (ceiling).
b. Menentukan nilai CLTD dari tabel.
c. Menghitung koreksi pada CLTD dimana perbedaan temperature harian
adalah 11oC. koreksi = 25,5 – 24,2 + (35,2 – 11/2-29,4) = 1,3 + 0,3 = 1,6oC
Oleh karena itu semua angka CLTD harus dikoreksi menjadi
CLTD corr= CLTDtabel + 1,6oC
d. Menghitung beban pendinginan dari atap
Qs= UA x CLTDcorr
Dimana U = 0,51 W/m2K dan A= 3x3 = 9m2 misalnya untuk jam 8 pagi adalah:
Qs = 0,51x9x (-2+1,6) = -1,836 (dimana arti negative adalah atap masih
menyerap panas pada jam 8 pagi).
Pada perhitungan pukul 9 s/d pukul 21. Dilakukan sama seperti
2. Menghitung panas transmisi dinding selatan
Koefisien pindahan panas dari dinding selatan adalah U = 1,36 W/m2K.
Luas permukaan dinding selatan 3x3 = 9 m2.
Karena kondisi ruangan dan luar sama, maka koreksi pada ini sama dengan
koreksi atap + 1,6oC.
Qs = UA x CLTDcorr = 1,36 x 9 x (9+16) = 129,744 Watt
3. Menghitung panas transmisi dari dinding timur
Koefisien pindahan panas pada dinding timur adalah U = 2,73 W/m2K. luas permukaan dinding timur = 3x3 – (1x1,5) = 13,5 m2 salah satu contoh di hitung pada pukul 16.00
Qs= 2,73 x 13,5 x (20+16)
Qs= 793,0684 Watt
4. Menghitung panas melalui pintu yang ada didinding barat.
Data yang diberikan adalah U = 1,08 W/m2K dan A= 1,5x1= 1,5 m2. Qs = UA x CLTDcorr = 1,08 x 1,5 x (27+16) = 1,62 x 28,6 = 46,332 Watt
5. Mengnitung beban dari konduksi melalui jendela yangterbuat dari kaca, untuk
interval waktu pukul 08.00 s/d 21.00. koefisien perpindahan panas
menyeluruh untuk gelas 4,6 W/m2K dan luas total jendela adalah 1,5 m2. Perhitungsn pada pukul 16.00 adalah:
Qs = UA x CLTDcorr = 4,6 x 1,5 x (8 + 1,6) = 16,5 Watt
6. Panas transmisi dari jendela dihitung dengan menggunakan persamaan
7. Panas dari manusia maka panas sensible dan panas laten dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan :
Qs = N x 75 x CLF
Qs = N x 55
Jam mulai melakukan penelitian pukul 8 pagi dan selesai pukul 21.00.
Perhitungan untuk beban dari seorang peneliti diruangan ini pada pukul 16.00
(setelah 9 jam didalam ruangan).
Qs = 1 x 75 x 0,63 = 47,25 Watt
Qs = 1 x 55 = 55 Watt
8. Beban dari lampu
Beban yang diberikan lampu untuk masing-masing jenis dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:
Qs = W x Ful x Fsat x CLF
Maka beban dari lampu pada pukul 16.00 (9 jam setelah dinyalakan).
Qs = 40 x 1 x 1 = 40 Watt
9. Panas dari udara ventilasi.
Panas dari udara ventilasi dan infiltrasi dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
Qs = 1,23 Q (T0-T1)
Ql = 3010Q (w0-w1)
Dimana Q adalah besarnya udara pentilasi dan infiltrasi dalam L/s. laju udara
ventilasi yang disarankan pada bangunan yang diperlukan untuk penilitian ini
7 liter/detik/orang. Dengan menggunakan angka ini, maka kebutuhan udara
ventilasi adalah:
V = 3 x 7 = 21
Maka panas sensible dan panas laten udara ventilasi pada pukul 16.00 adalah:
Qs = 21 x 1,23 x (35,2-26) = 79,212 Watt
Ql = 21 x 3010 x (0,0159-0,0140) = 120,099 Watt
Perhitungan beban dari udara infiltrasi sama dengan beban dari udara
infiltrasi, yang berbeda adalah cara menentukan laju udara infiltrasi.
Pada penelitian ini jendela tertutup rapat, maka nilai infiltrasi udara = 0
Dari dinding juga dianggap = 0
Infiltrasi yang mungkin disini adalah pembukaan pintu. Standart biasa digunakan 1,4 m2 akan masuk udara tiap kali terjadi pembukaan pintu.
Pada penelitian ini diasumsikan pintu luar digunakan 3 orang perjam,
dengan menggunakan angka tersebut dapat dihitung laju udara
infiltrasinya.
V = 3 x 1,4 x 1000/3600 = 1,16 L/s
Maka panas sensible dan panas laten udara infiltrasi adalah :
Qs = 1,16 x 1,23 x (35,2 – 26) = 13,1192 Watt
DAFTAR PUSTAKA
[1] Dadang Edi Kurniawan, Mega Nur Sasongko. 2008. Pengaruh Penambahan Subcooling Terhadap Unjuk Kerja Mesin Pengdingin Refrigeran (MC-22), Universitas Bawijaya
[2]J.W Linton,W.K Snelson, 1996. “comparison of r-407c, r-410a with r-22”.Purdue University
[3]http://www.academia.edu/9966296/Prinsip_Kerja_Mesin_Pendingin_dan_Reparas inya (diakses tanggal 3 Desember 2015)
[4]http://pengertian-dan-contoh.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-rotor-dan-kompresor-rotary.html (diakses tanggal 7 Desember 2015)
[5]https://klinikac.co.id/refrigerant/ (Diakses tanggal 23 Februari 2016)
[6].http://mesin.ub.ac.id/jurnal/jurnal/data/jurnal2.pdf (Diakses tanggal 24 Februari 2016)
[7]Arismunandar, Heizo Saito, 1986.Penyegaran Udara, Pradnya Paramita, Jakarta.
[8]Ambarita, Himsar. 2012,Buku Kuliah Teknik Pendingin & Pengkondisian Udara. Medan.
[9]EE IIT, Kharagpur, 2008. Refrigeration and Air Conditioning.India
[10]Incropera, DeWitt, dkk. 1981. Fundamentals of heat and Transfer.6th ed. New york: John Wiley& Sons
[11]G.F Hundy, A.R Trott,dkk.2008.Refrigeration and Air Conditioning, 4nd ed,
UK:Butterworth-Heinemann
[12]ASHRAE, ASHRAE Handbook 2009, Fundamentals, Atlanta,GA, 2009.
[13] ASHRAE, ASHRAE Handbook 1997, Fundamentals, Atlanta,GA, 1998.
[14]M.J. Moran, H.N Shapiro.2006. Fundamentals of Engineering thermodynamics, 5th ed, John Willey&sons
[16] I. Dincer, M.Kanoglu.2006.Refrigeration Systems and Aplications, 2nd ed,John Wiley & Sons Inc
[17] C.P Arora.1981.Refrigeration and air conditioning.New Delhi: Tata McGraw Hill
[18] Poernomo,Heroe. 2015. Analisis Karakteristik Unjuk Kerja Sistem Pendingin (Air Conditioning) Yang Menggunakan Freon R22 Berdasarkan Pada
Variasi Putaran Kipas Pendingin Kondensor. Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
[19] Ridhuan, Kemas dan I Gede Angga. 2013. Pengaruh Media Pendigin Air Pada
Kondensor Terhadap Kemampuan Kerja Mesin Pendingin. Universitas
Muhammadiyah Metro
[20] Kern, D. Q. 1950. Process Heat Transfer. New York : McGraw-Hill
[21] Cengel, Yunus.A. 2003. Heat Transfer: A Practical Approach, 2nd
ed. New York :McGraw-Hill
[22] Kuppan, T. 2000. Heat Exchanger Design Handbook. New York : Marcel Dekker,Inc
[23] Holman, J.P. 1986. Heat Transfer, 6th edSingapore : McGraw-Hill book.Co [24] Stoecker, W.F. 1986. refrigeration and air conditioning, 2nd edNew York :
McGraw-Hill Inc
30 BAB III
METODOLOGI
3. 1. Tempat dan Waktu.
Tempat penelitian atau pengujian dilakukan di PTKI Medan, Jalan
Mendan Tenggara VII . Waktu penelitian atau pengujian dan pengerjaan
selama 3 bulan.
3. 2. Bahan yang Digunakan .
Pada penelitian ini, bahan pengujian yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Satu Unit AC LABTECH 1 PK.
Gambar 3. 1. Satu Unit AC LABTECH 1 PK.
31
Model : TG1-5
Serial number : 897588
Voltase : 220-240 V
Kapasitas : 900 Btu/hr
Daya : 795 Watt
Ampere : 4.1 A
Refrigeran : R-22
2. Pipa tembaga.
Pipa tembaga digunakan sebagai saluran referigant dari kondensor ke
evaporator yang akan dinginkan d e n g a n a i r d i d a l a m s u b c o o l e r . Pipa
tembaga banyak dimanfaatkan di industri pendingin karena memiliki
konduktivitas termal yang baik dan ketahanan terhadap korosi [22].
Gambar 3. 2. Pipa Tembaga.
3. Kotak Styrofoam (Cooler Box).
Wadah penampung air hasil kondensasi yang digunakan adalah kotak
Styrofoam, karena Styrofoam dapat menjaga suhu benda didalamnya dala m
jangka waktu yang cukup lama [23], Karena memiliki nilai konduktivita thermal
32
Gambar 3. 3. Kotak Styrofoam (Cooler Box).
4. Pipa Sambungan U.
Diguanakan untuk membentuk pipa -pipa tembaga yang akan dibentuk
menjadi seperti bentuk subcool.
Gambar 3. 4. Pipa Sambungan U.
5. Selang Air.
Selang air untuk saluran air Styrofoam untuk di alirkan menuju subcooler, yang
dipompakan oleh pompa aquarium. Yang berfungsi untuk mendinginkan refrigeran
33
Gambar 3. 5. Selang Air.
6. Refrigeran.
Untuk terjadinya suatu proses pendinginan diperlukan suatu bahan yang
mudah dirubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya. Refrigeran yang
digunakan pada pengujian ini adalah R-22 Dupont.
Gambar 3. 6. Refrigeran R-22 Dupont.
7. Sub cooler.
Subcooling biasanya digunakan sehingga ketika refrigeran mengalir mencapai
katup ekspansi termostatik, totalitas dalam nyabentuk cair, dengan demikian,
memungkinkan katup berfungsi dengan benar. Jika gas mencapai katup ekspansi,
dalam sistem pendingin, serangkaian fenomena biasanya tidak diinginkan dapat
terjadi. ini mungkin berakhir mengarah ke perilaku serupa dengan yang diamati
dengan fenomena kilat-gas: masalah dalam regulasi minyak di seluruh
siklus; penyalahgunaan berlebihan dan tidak perlu kekuasaan dan limbah
listrik; kerusakan dan kemerosotan dari beberapa komponen dalam instalasi; kinerja
yang tidak teratur dari sistem keseluruhan, dan dalam situasi yang benar-benar belum
ditonton, gigi bahkan hancur.
Aplikasi lain yang penting dan sangat umum subcooling adalah penggunaan
tidak langsung pada proses pemanasan berlebih.Pemanasan berlebih analog dengan
34
menggunakan penukar panas internal. Subcooling ini menyajikan diri dari pemanasan
berlebih dan sebaliknya, yang memungkinkan panas mengalirdari refrigeran pada
tinggi tekanan (cair), satu dengan tekanan rendah (gas). Hal ini menciptakan
kesetaraan energik antara subcooling dan fenomena pemanasan berlebih ketika tidak
ada kehilangan energi.
Biasanya, cairan yang sedang subcooled lebih panas dari refrigeran yang
sedang superheated, memungkinkan suatu fluks energi dalam arah yang
dibutuhkan. Pemanasan berlebih sangat penting bagi operasi kompresor karena sistem
kurang mungkin memberikan kompresor dengan campuran gas cair, situasi yang
umumnya mengarah pada kehancuran kompresor gas karena cair uncompressible. Hal
ini membuat subcooling sumber mudah dan meluas panas untuk proses pemanasan
berlebih.
Sebagian besar dari sistem pendingin menggunakan bagian dari kondensor
untuk subcooling yang, meskipun sangat efektif dan sederhana, dapat dianggap
sebagai faktor berkurang dalam kapasitas kondensasi nominal. Situasi yang sama
dapat ditemukan dengan superheating mengambil tempat di evaporator, dengan
demikian, penukar panas internal adalah solusi yang baik dan relatif murah untuk
memaksimalkan panas kapasitas pertukaran.
Akhirnya, aplikasi luas lagi subcooling adalah meningkatkan dan
economising. Terbalik terhadap pemanasan berlebih, subcooling, atau jumlah panas
ditarik dari refrigeran cair pada proses subcooling, memanifestasikan dirinya sebagai
peningkatan pada kapasitas pendinginan dari sistem. Ini berarti bahwa setiap
penghapusan panas tambahan setelah kondensasi (subcooling) memungkinkan rasio
yang lebih tinggi dari penyerapan panas pada tahap lebih lanjut dari siklus. Perlu
dicatat bahwa pemanasan berlebih memiliki persis efek terbalik, dan bahwa penukar
panas internal saja, tidak mampu meningkatkan kapasitas sistem karena efek
meningkatkan dari subcooling redup oleh pemanasan berlebih, membuat keuntungan
35
bergerak refrigeran dan / atau untuk menghilangkan panas menggunakan sampai
kurang energi karena mereka melakukannya pada cairan tekanan tinggi yang
kemudian dingin atau subccol tekanan rendah (yang lebih sulit untuk mendinginkan)
cairan.
Gambar 3.7 Subcooler
8. Pipa PVC
Tempat terjadinya pendinginan yang dilakukan pada pipa tembaga aliran referigant
dari kondensor menuju evaporator.
Gambar 3.8 Pipa PVC
3. 3. Alat Ukur Yang Digunakan.
Alat-alat ukur yang digunakan pada pengujian alat pendingin kon densor
36
1. Clamp Meter (Tang Ampere).
Merupakan alat ukur praktis yang bisa dipergunakan dengan mudah saat
pengukuran kuat arus, tanpa harus memutus atau membuat kabel jumper guna
mengetahui berapa besaran kuat arus yang mengalir pada beban rangkaian
elektronik atau listrik.
3.9. Tang Ampere
2. Manifold Gauge.
Fungsi manifold :
Mengetahui tekanan rendah pada sebuah sistem pendingin.
Mengetahui tekanan tinggi pada sebuah sistem pendingin.
Sebuah alat wajib dalam pengisian gas refrigerant.
Mengetahui adanya kebocoran pada sistem.
Jumlah manifold gauge yang digunakan pada pengujian mesin ini
sebanyak 5 manifold. Tekanan dapat juga diukur dengan cara yang lain. Seperti
menggunakan manometer, pipa pordon dan efek piezoelectric sesuai dengan
kebutuhan masing-masing [24]. Namun pada pengujian ini alat pengukur tekanan
37
Gambar 3. 10. Manifold Gauge.
3. Pengukur Suhu/Temperatur.
Untuk mengukur suhu suatu benda yang diinginkan, alat pengukur suhu
yang digunakan untuk pengujian mesin ini sebanyak 4 b u a h .
Gambar 3. 11. Alat Pengukur Suhu.
3. 4. Peralatan Yang Digunakan. 1. Pompa Vakum.
Pompa vakum digunakan untuk memvakumkan alat mesin pendingin agar
38
Gambar 3. 12. Pompa Vakum.
Spesifikasi Pompa Vakum :
Merek :AKURI
Model No. : V P - 1C-2
Kapasitas : 220 l/m
Motor HP : ½
Volt : 220 V / 50/60 Hz
2. Pompa Aquarium.
Pompa aquarium digunakan untuk memompakan air dingin sisa kondensasi
dari evaporator ke pipa tembaga yang telah dibentuk dan ditempatkan didepan
kondensor dan kembali lagi ke kotak Styrofoam dan seterusnya secara sirkulasi.
Spesifikasi pompa aquarium:
Merek :AMARA
Model : SP-260
Volt : 220 V/ 240V
Frequence : 50/60 Hz
39
H. Max : 2 M
F. Max : 3000L/H
Gambar 3. 13. Pompa Aquarium.
3. Pentil Selang Manifold Gauge.
Pentil digunakan sebagai tempat selang manifold gauge agar tekanan dapat
dibaca tanpa ada kebocoran dan dapat dibongkar pasang sehingga lebih praktis,
pentil dilas pada pipa yang ingin diukur.
Gambar 3. 14. Pentil Selang Manifold Gauge.
4. Las Tembaga dan Las Besi.
Untuk menyambung pipa pendingin kondensor, menyambungkan pentil
40
Gambar 3. 15. Kawat Las.
5. Flaring Tool.
Berfungsi untuk mengembangkan ujung pipa agar dapat disambung
dengan pipa lain atau sambungan berulir.
Gambar 3. 16. Flaring Tool
6. Pemotong pipa tembaga (Tube Cutter).
Prinsip kerja dari pemotong pipa tembaga ini adalah menjepit dan memutar
pipa tembaga sesuai denga ukuran yang dibutuhkan. Saat proses pemotongan
41
Gambar 3. 17 Tube Cutter.
3.5. Alasan Penggunaan R-22
CFC (Chloro-Fluoro-Carbon) alias R22 memegang peranan penting dalam
sistem refrigerasi, sejak ditemukan pada tahun 1930. Hal ini dikarenakan CFC
memiliki properti fisika dan termal yang baik sebagai refrigeran, stabil, tidak mudah
terbakar, tidak beracun dan kompatibel terhadap sebagian besar bahan komponen
dalam sistem refrigerasi.
SIFAT-SIFAT REFRIGERAN
Sifat – sifat refrigerant yang harus dipenuhi untuk kebutuhan mesin pendingin adalah
:
Tekanan penguapan harus cukup tinggi, Sebaiknya refrigeran memiliki temperatur pada tekanan yang lebih tinggi, sehingga dapat dihindari kemungkinan
terjadinya vakum pada evaporator dan turunnya efisiensi volumetrik karena
naiknya perbandingan kompresi.
42
rendah, sehingga penurunan prestasi kondensor dapat dihindarkan, selain itu
dengan tekanan kerja yang lebih rendah, mesin dapat bekerja lebih aman karena
kemungkinan terjadinya kebocoran, kerusakan, ledakan dan sebagainya menjadi
lebih kecil.
Kalor laten penguapan harus tinggi, Refrigeran yang mempunyai kalor laten penguapan yang tinggi lebih menguntungkan karena untuk kapasitas refrigerasi
yang sama, jumlah refrigeran yang bersirkulasi menjadi lebih kecil.
Volume spesifik ( terutama dalam fasa gas ) yang cukup kecil. Refrigeran dengan kalor laten penguapan yang besar dan volume spesifik gas
yang kecil ( berat jenis yang besar ) akan memungkinkan penggunaan kompresor
dengan volume langkah torak yang lebih kecil. Dengan demikian untuk kapasitas
refrigerasi yang sama ukuran unit refrigerasi yang bersangkutan menjadi lebih
kecil. Namun, untuk unit pendingin air sentrifugal yang kecil lebih dikehendaki
refrigeran dengan volume spesifik yang agak besar. Hal tersebut diperlukan untuk
menaikkan jumlah gas yang bersirkulasi, sehingga dapat mencegah menurunnya
efisiensi kompresor sentrifugal.
Koefisien prestasi harus tinggi, Dari segi karakteristik thermodinamika dari refrigeran, koefisien prestasi merupakan parameter yang terpenting untuk
menentukan biaya operasi.
Konduktivitas termal yang tinggi, Konduktivitas termal sangat penting untuk menentukan karakteristik perpindahan kalor.
Viskositas yang rendah dalam fasa cair maupun fasa gas, Dengan turunnya tahanan aliran refrigeran dalam pipa, kerugian tekanannya akan berkurang.
Konstanta dielektrika dari refrigeran yang kecil, tahanan listrik yang besar, serta tidak menyebabkan korosi pada material isolator listrik. Sifat-sifat tersebut
dibawah ini sangat penting, terutama untuk refrigeran yang akan dipergunakan
43 Refrigeran hendaknya stabil dan tidak bereaksi dengan material yang dipakai, jadi
juga tidak menyebabkan korosi.
Refrigeran tidak boleh beracun dan berbau merangsang. Refrigeran tidak boleh mudah terbakar dan mudah meledak.
3.6. Alasan Menggunakan AC Split 1-PK
Adapun alas an penulis menggunakan AC split 1 PK pada penelitian ini
karene ruangan yang digunakan pada penelitian ini sebesar 3x3 meter.
1. apabila penulis memakai AC 1/2 PK, ya ruangan tetap bisa dingin tapi AC
tersebut harus bekerja 100% dengan Kecepatan Fan maksimum dan suhu
remote 16 derajat misalnya baru ruangan bisa terasa dingin, terutama di siang
hari apalagi bila di kamar tersebut ada jendela yang menghadap barat dimana
sinar mentari siang menuju sore sedang panas-panasnya, AC tersebut pasti
tidak tahan lama karena kinerja kompressor yang harus terus harus maksimal.
Ini pun akan berdampak pada konsumsi listrik yang semakin boros karena
kompressor akan lebih banyak hidup daripada mati. Dan pada saat kompressor
menyala konsumsi listrik sebesar PK AC akan terus terkonsumsi.
2. Kalau anda memakai AC 3/4 PK, anda cukup menggunakan kecepatan Fan 1,
suhu remote 22 derajat dan ruangan sudah terasa dingin. Ini akan berdampak
langsung pada konsumsi listrik AC tersebut, walaupun AC 3/4PK
menggunakan listrik sebesar 600 Watt atau 530 Watt untuk tipe Low Watt
tetapi kompressor akan lebih sering mati dan tidak perlu bekerja maksimal
sehingga akan memperpanjang umur AC itu sendiri.
3. 7. Set – Up Eksperimental.
Air yang digunakan sebagai pendingin Subcool adalah air yang di tambah
44
Styrofoam mampu menjaga suhu dingin dengan jangka waktu yang cukup lama.
Air yang telah diisi di Cooler Box akan dialirkan ke subcool yang berupa
pipa-pipa P V C yang telah dibentuk sedemikian rupa. Dimana air dingin yang
dipompakan menggunakan pompa aquarium dengan daya 45 Watt akan mengalir
melalui pipa-pipa PVC dari atas (masukan) hingga kebawah (keluaran), dan
kembali lagi ke Cooler Box dan dipompakan kembali hingga seterusnya. Pada
saat air hasil kondensasi mengalir melewati pipa -pipa PVC yang didalamnya
telah terdapat pipa tembaga aliran masuk refrigerant ke evaporator sebelum
katup ekspansi sehingga terjadi proses pendinginan pada pipa tembaga masu kan
evaporator tersebut.
3.8. Dimensi Utama Subcool.
Adapun dimensi dari alat subcool ini dapat digambarkan sebagai berikut :
45 3. 9. Langkah Pembuatan Subcool Dengan Media Pendingin Air Ditambah
Es Batu
3. 9. 1. Pembentukan Subcool
1. Membentuk Pipa Tembaga Subcool.
Pipa tembaga yang telah disediakan dipotong sesuai panjang yang
ditentukan dan disambung setiap pipa menggunakan sambungan U dan dilas agar
kuat dan tidak bocor.
2. Membentuk pipa PVC Sebagai Wadah Mengalirnya Air Pendingin
Pipa PVC yang telah disediakan dipotong sesuai panjang yang ditentukan
dan disambung setiap pipa menggunakan sambungan T dan dilem menggunakan
lem plastik agar kuat dan tidak bocor.
3. Pemasang pipa tembaga yang telah dibentuk kedalam pipa PVC
Pipa tembaga yang telah disediakan dipotong sesuai panjang yang
ditentukan dipasang kedalam pipa PVC, agar tidak terjadinya bocor dilem
menggunakan lem besi.
3. Pemasangan subcool
Pada proses pemasangan subcool masukan refrigren dari keluaran kompresos
46
evaporator sebelum katup ekspansi kemudian dilas agar tidak terjadinya bocor.
3. 9. 2. Perancangan Sistem Sobcool
1. Perancangan posisi selang inlet dan outlet pada pipa pendingin subcool dengan
media pendingin air dan penambahan es batu.
Pada bagian atas pipa PVC Subcool adalah sebagai masukan air
pendingin subcool mengggunakan selang air yang telah dihubungkan dengan
pipa bagian atas tersebut. Bagian bawah merupakan keluaran air pendingin
menggunakan selang air yang telah dihubungkan dengan pipa bagian bawah
tersebut.
Gambar 3.19. Posisi Selang Inlet dan Outlet dari Air Pendingin.
Keterangan Gambar :
1. Selang Inlet
2. Selang Outlet
2. Penempatan posisi masing-masing selang pada kotak pendingin (Styrofoam)
dan pompa aquarium didalam.
47
Gambar 3. 20. Posisi masing-masing selang.
Keterangan Gambar :
1. Selang air pendingin masuk ke pipa Subcool
2. Selang keluaran air dari pipa pendingin Subcool ke stryfoam
Gambar 3.21. Pompa Aquarium Didalam Kotak Styrofoam.
3.10. Langkah-langkah Penelitian
Prosedur pengujian dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pemasangan alat ukur 5 manifold gauge untuk mengetahui besarnya Pompa Auarium
2
48
tekanan di empat titik yaitu : manifold gauge pada pipa kompresor,
pada pipa sebelum kondensor, pada pipa sesudah kondensor sebelum
pipa kapiler, pada pipa kondensor setelah pipa kapiler dan pada
selang pengisian refrigerant.
2. Pemasangan alat ukur temperature sebanyak 6 dengan posisi : pada
pipa kompresor, pada pipa sebelum kondensor, pada pipa setelah
kondensor sebelum pipa kapiler, pada pipa setelah kondensor setelah
pipa kapiler, didalam dan diluar ruangan.
3. Pemasangan clamp meter untuk mengetahui besarnya arus listrik
yang digunakan mesin pendingin.
Gambar 3. 22. Pemasangan manifold gauge, Termometer
dan clamp meter.
4. Proses pemvakuman dengan menggunakan pompa vakum dengan tujuan
agar kotoran-kotoran yang ada dari sisa pemotongan pipa, saat me-las dapat
terbuang dan tidak terjadi penyumbatan serta dapat mnegetahui adanya
kebocoran. Proses pemvakuman dilakukan selama 15 -20 menit
5. Pengisian Refrigeran Dupont R-22, Pada saat pengisian refrigerant
harus menggunakan manifold (keadaan mesin pendingin telah
49
pada mesin pendingin tidak hanya oksigen (angin) saja dan ditunggu
hinga tekanan konstan pada angka 60 Psi (30 menit) setelah itu
pengambilan data bisa dilakukan.
Gambar 3. 23. Proses pengisian Freon Dupont R -22.
6. Setelah tekanan Freon konstan (60 Psi) maka air kondensasi yang
telah ditampung dialirkan dengan cara menghidupkan pompa aquarium yang
telah dicelupkan kedalam kotak Styrofoam. Pada saat air kondensasi
dipompakan melewati pipa-pipa PVC maka pada pipa tembaga akan
terjadi pendinginan (proses kondensasi).
7. Proses pengambilan data dilakukan 3 kali yaitu :
50
* Siang hari : 13:00 WIB
* Malam hari : 21:00 WIB
Pengambilan data dilakukan selama satu jam setiap 5 menit dan mencatat
semua data dari alat pengukur secara bersamaan. Mulai dari tekanan dan
suhu pada sistem pendingin, suhu udara luar, suhu didalam ruangan, dan
besarnya arus litrik.
3.11. Rangkaian Alat Pada Penelitian
3.11.1. Rangkaian Alat Pada Pengujian AC Standar
Rangkaian alat pada pengujian AC standar dapat dilihat pada gambar
Gambar 3.24 Rangkaian Alat Pada Pengujian AC Standar berikut.
Gambar3.24 Rangkaian Alat Pada Pengujian AC Standar T4
P3
3 T3
P1
1
P2
2
T1
T2
51 3.12.2. Rangkaian Alat Pada Pengujian AC dengan Menggunakan Subcool dengan
Menggunakan Air Sebagai Media Pendingin
Rangkaian alat pada pengujian AC dengan menggunakan subcool dengan
menggunakan air sebagai media pendingin dapat dilihat pada gambar Gambar3.25.
Rangkaian Alat Pada Pengujian AC dengan Menggunakan Subcool berikut.
52
53 3.13. Flowchart Penelitian.
Berikut merupakan tahapan dalam penelitian yang dimulai dari studi literatur
dilanjutkan ke tahapan persiapan, secara garis besar dapat dilihat dari gambar 3.26
diagram alir proses pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
`
Tahapan Persiapan Pembuatan Subcool
Pemasangan pipa pendingin Subcool Pemasangan alat ukur dan Cooler Box
Pengumpulan Data Tekanan
Temperatur Kuat arus
Pengolahan Data
Temperatur, Tekanan, Kuat arus Studi Literatur
Mulai
Analisa Data
Kesimpulan
Selesai Tidak
54
55 BAB IV
ANALISADATA
4. 1.HasilPengujian.
Data yang diambil dari pengujian adalah data Tekanan sebelum
kondensor, tekanan sesudah kondensor, tekanan sesudah kondensor dan sebelum
pipa kapiler, Ampere (besarnya kuat arus pemakaian), dan suhu. Pengujian dilakukan
dengan dua kondisi AC yang berbeda, yaitu:
1. Pengujian AC LABTECH1-PK dalam kondisi standard pabrikan, dimana data
yang diambil saat pengujian berupa tekanan, temperature, arus listrik.
2. Pengujian AC LABTECH 1-PK yang telah dimodifikasi dengan
menggunakan subcool yang menggunakan air sebagai media pendingin
dengan penambahan es batu.
Pengujian pertama dilakukan pada kondisi standard untuk mengetahui
kinerja dan efisiensi sehingga data-data hasil pengujian dapat dibandingkan dengan
AC yang telah dimodifikasi.
Hasil pengujian terbagi atas 2 bagian yaitu:
1. Pengujian Standard: P agi hari (09:00Wib), Siang hari (13:00Wib), Malam
hari (20:00Wib)
2. Pengujian dengan menggunakan subcooldengan waktu yang sama pada saat
pengujian standard.
56
AC standard dalam hal ini yaitu AC tanpa pemasang analat subcool tetapi
kompresor telah dipindahkan ke luar tempat yang disediakan agar pemasangan alat
ukur dapat dilakukan pada pipa-pipa kompresordan kondensor.
1. PengujianAC Standart pagi hari.
Pengujian Pagi hari dilakukan pada pukul 09: 00 Wib selama satu jam dengan
selang waktu setiap 5 menit. Artinya setiap 5 menit akan diambil atau
dicatatdata-data dari alat pengukur mulai dari tekanan disetiap titik, dan temperature setiap titik.
Pada pengujian refrigerant yang dipakai yaitu jenis R-22 dengan tekanan ± 60 Psi
dan ditunggu ± 30 menit hingga tekanan refrigerant stabil atau konstan. Dapat dilihat
pada tabel 4.1.Data Pengujian AC Standard Pagi Hari. Sedangkan diagram p-h pada
pengujian standar dan menggunakan subcool dapat dilihat pada lanpiran 1.
Refrigeran: R-22 Dupont.
Tekanan refrigerant:± 60Psi.
Waktu: Rabu ,03februari 2016.
Berikut data hasil pengujian AC kondisi standar pagi hari.
Tabel4.1.Data Pengujian AC Standard Pagi Hari.
57
9:45 4.69 55 290 285 56 18.9 81.6 39.3 13.6
9:50 4.58 55 290 285 58 19 81.5 39 13.6
9:55 4.63 55 290 285 56 18.8 81.7 39.3 13.7 10:00 4.62 55 290 290 56 18.8 81.8 39.1 13.1
1. Titik 1 (kondisi uap jenuh) Pada waktu 09.00
P1 = 55 Psi = 379.212 kPa (untuk mencari entalpi dilakukan interpolasi) maka
dari tabel Thermodynamic Properties of �� Freon 22 (R-22)
dilakukan interpolasi) maka dari tabel Thermodynamic Properties of ��
Freon 22 (R-22) Refrigerant diperoleh :
58
Dari perhitungan diatas, maka diperoleh entalpi setiap tekanan pada
pengujian pagi hari AC standart, dapat dilihat pada table 4.2. Nilai entalpi setiap
59
Tabel.4.2. Nilai entalpi setiap tekanan pada pengujian pagi hari AC standart
Tekanan (Psi) Nilai entalpi
Waktu kuat arus
(I) P1 P2 P3 P4 h1 h2 h3 h4
9:00 4.74 55 285 285 58 401.9604 447.9489 263.884 263.884 9:05 4.72 55 290 285 58 401.9604 447.6709 263.884 263.884 9:10 4.64 55 285 285 59 401.9604 447.7747 263.884 263.884 9:15 4.67 55 285 285 59 401.9604 447.6771 263.884 263.884 9:20 4.74 55 285 285 58 401.9604 447.7677 263.884 263.884 9:25 4.67 55 285 285 58 401.9604 448.2207 263.884 263.884 9:30 4.63 55 285 285 57 401.9604 447.9489 263.884 263.884 9:35 4.61 55 285 285 56 401.9604 448.1301 263.884 263.884 9:40 4.65 55 280 280 56 401.9604 448.5001 262.831 262.831 9:45 4.69 55 290 285 56 401.9604 447.5789 263.884 263.884 9:50 4.58 55 290 285 58 401.9604 447.487 263.884 263.884 9:55 4.63 55 290 285 56 401.9604 447.6709 263.884 263.884 10:00 4.62 55 290 290 56 401.9604 447.7629 264.957 264.957
Setelah diperoleh entalpi setiap tekanan maka dapat di hitung kapasitas
pendinginan, daya kompresor, laju aliran massa refrigeran, kapasitas evaporator,
kalor kondensor dan COP dengan perhitungan sebagai berikut :
60
Kapasitas pendinginanpada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.5 sebagai berikut:
RE = h1– h4
= 401,9604– 263.8846
= 138.0758kJ/kg
2. Daya Kompresor
Daya kompresor pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.6 sebagai berikut:
Wcom = V x I x cos θ
= 220 x 4,74 x 0,85
= 0.88638 kW
3. Laju Aliran Massa Refrigeran
Laju aliran massa pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.7 sebagai berikut:
Maka kapasitas evaporator pada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.8 sebagai berikut:
61
= 0.019274(401,9604– 263.8846)
= 2.661266 kW
5. Kalor Kondensor
Qk= ṁref(h2– h3) kW
Maka kalor kondensor pada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.9 sebagai berikut:
Qk = ṁref(h2– h3)
= 0.019274(456,9594– 263,8846)
= 3.547646 kW
6. Koefisien Prestasi (COP)
COP = Qe ṁ� (h2−h1)
Maka koefisien prestasi pada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.10 sebagai berikut:
COP = Qe ṁ� (h2−h1)
= 2.661266
0.019274 (447 .9489−401 .9604 )
=3.002398
Dari perhitungan diatas maka diperoleh besar dari kapasitas pendinginan,
daya kompresor, laju aliran massa refrigeran, kapasitas evaporator, kalor kondensor
dan COP pada pengujian pagi hari setiap selang waktu 5 menit selama 60 menit AC
standar, Dapat dilihat pada table 4.3. Nilai kapasitas pendinginan, daya kompresor,
laju aliran massa refrigeran, kapasitas evaporator, kalor kondensor dan COP
62
Tabel 4.3. Nilai kapasitas pendinginan, daya kompresor, laju aliran massa refrigeran,
kapasitas evaporator, kalor kondensor dan COP pengujian pagi hari AC standart
Waktu ER
(kJ/kg)
W com (kW)
Mref (kg/s)
Qev
(kW) Qk (kW) COP
09:00 138.0758 0.88638 0.019274 2.661266 3.547646 3.002398
09:05 138.0758 0.88264 0.019309 2.666154 3.548794 3.020658
09:10 138.0758 0.86768 0.018939 2.615027 3.482707 3.013814
09:15 138.0758 0.87329 0.019102 2.637553 3.510843 3.020249
09:20 138.0758 0.88638 0.01935 2.671793 3.558173 3.014275
09:25 138.0758 0.87329 0.018878 2.606559 3.479849 2.984758
09:30 138.0758 0.86581 0.018827 2.599507 3.465317 3.002398
63
09:40 139.1288 0.86955 0.018684 2.599489 3.469039 2.989465
09:45 138.0758 0.87703 0.019225 2.654551 3.531581 3.02675
09:50 138.0758 0.85646 0.018812 2.597523 3.453983 3.03286
09:55 138.0758 0.86581 0.018941 2.615316 3.481126 3.020658
10:00 137.0032 0.86394 0.018862 2.584194 3.448134 2.991173
2. PengujianAC Standart siang hari.
BerikutdatahasilpengujianACkondisistandarsianghari. Dapat dilihat pada table
4.4. data pengujian pada siang hari AC standart sebagai berikut:
Tabel 4.4.data pengujian pada siang hari AC standart
Tekanan (Psi) (oC)
Waktu kuat arus
(I) P1 P2 P3 P4 T1 T2 T3 T4
13:00 4.58 54 290 290 56 20.4 83 40.6 13.3 13:05 4.59 55 300 300 56 23.4 83.4 41.1 13.4 13:10 4.65 55 305 305 57 24.5 83.5 41.6 13.7 13:15 4.65 55 300 300 56 24.2 83.3 41.3 13.4 13:20 4.62 54 295 295 56 21.4 83.1 41.4 13.3
64
1. Titik 1 (kondisi uap jenuh) Pada waktu 13.00
P1 = 54 Psi = 372.317 kPa (untuk mencari entalpi dilakukan interpolasi) maka
dari tabelThermodynamic Properties of �� Freon 22 (R-22)
dilakukan interpolasi) maka dari tabelThermodynamic Properties of ��
Freon 22 (R-22) Refrigerant diperoleh :
P (kPa) T (°c) h (kJ/kg) h (kJ/kg)
1900 80 447.5 446.1
1999.480 83 ? ?
65
3. Pada Titik 3 nilai enthalpy h3=h4(kondisi cair jenuh)
66
Dari perhitungan diatas, maka diperoleh entalpi setiap tekanan pada
pengujian siang hari AC standart, dapat dilihat pada table 4.5. Nilai entalpi setiap
tekanan pada pengujian siang hari AC standart berikut:
Tabel.4.5. Nilai entalpi setiap tekanan pada pengujiansiang hari AC standart
Tekanan (psi) Nilai entalpi
Setelah diperoleh entalpi setiap tekanan maka dapat di hitung kapasitas
pendinginan, daya kompresor, laju aliran massa refrigeran, kapasitas evaporator,
kalor kondensor dan COP dengan perhitungan sebagai berikut :
1. Kapasitas Pendinginan
Kapasitas pendinginanpada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.5 sebagai berikut:
ER = h1– h4
= 401.7482 – 264.9572
67
2. Daya Kompresor
Daya kompresor pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.6 sebagai berikut:
Wcom = V x I x cos θ
= 220 x 4,58 x 0,85
= 0.8564 kW
3. Laju Aliran Massa Refrigeran
Laju aliran massa pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.7 sebagai berikut:
ṁ = Wcom
(h2−h1)
= 220 .4,58.0,85
448 .8667−401 ,7482 kJ /s Kj /kg
=0.018177 kg/s
4. Kapasitas Evaporator
Kapasitas evaporator pada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.8 sebagai berikut:
Qe = ṁref (h1-h4)
= 0.018177 (401.7482 – 264.9572)
= 2.486412kW
68
Kalor kondensor pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.9 sebagai berikut:
Qk = ṁref(h2– h3)
= 0.018177 (448.8667 – 264.9572)
= 3.342872kW
6. Koefisien Prestasi (COP)
Koefisien performansi pada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.10 sebagai berikut:
COP = Qe ṁ� (h2−h1)
= 2.486412
0.018177 (448 .8667−401 ,7482 )
= 2.903127
69
Tabel 4.6. Nilai kapasitas pendinginan, daya kompresor, laju aliran massa refrigeran,
kapasitas evaporator, kalor kondensor dan COP pengujian siang hari AC standart
Waktu ER (kJ/kg)
W com (kW)
Mref (kg/s)
Qev
(kW) Qk (kW) COP
13:00 136.791 0.85646 0.018177 2.486412 3.342872 2.903127
13:05 134.8434 0.85833 0.018516 2.496756 3.355086 2.908854
13:10 133.7782 0.86955 0.018907 2.529339 3.398889 2.908791
13:15 134.8434 0.86955 0.018796 2.5345 3.40405 2.914726
13:20 135.7178 0.86394 0.01848 2.508092 3.372032 2.903086
13:25 135.7178 0.8602 0.018473 2.507177 3.367377 2.914645
13:30 135.93 0.86207 0.018561 2.523031 3.385101 2.926713
13:35 135.93 0.8602 0.018558 2.522593 3.382793 2.932566
13:40 134.8434 0.87703 0.018919 2.551152 3.428182 2.908854
13:45 134.8434 0.85646 0.01855 2.501397 3.357857 2.920623
13:50 137.0032 0.84898 0.018099 2.479688 3.328668 2.920785
13:55 137.0032 0.85272 0.018215 2.495506 3.348226 2.926525
70 3. PengujianAC Standart pada malam hari.
Data hasilpengujianACkondisistandarmalamhari, dapat dilihat pada tabel
4.7.DataPengujianACStandardPagiHari Tabel data pengujian pada malam hari AC
standart berikut:
Tabel4.7.DataPengujianACStandardPagiHariTabel data pengujian pada malam
hari AC standart
1. Titik 1 (kondisi uap jenuh) Pada waktu 20.00
P1 = 55 Psi = 379.212 kPa (untuk mencari entalpi dilakukan interpolasi) maka
dari tabel Thermodynamic Properties of �� Freon 22 (R-22)
Refrigerantdiperoleh :
71
dilakukan interpolasi) maka dari tabelThermodynamic Properties of ��
Freon 22 (R-22) Refrigerant diperoleh :
72
maka nilai h2= 444.18 kJ/kg
3. Pada Titik 3 nilai enthalpy h3=h4 (kondisi cair jenuh)
P3 =275 Psi = 1896,058 kPa (untuk mencari entalpi dilakukan interpolasi) maka dari
tabel Thermodynamic Properties of �� Freon 22 (R-22) Refrigerant
Dari perhitungan diatas, maka diperoleh entalpi setiap tekanan pada
pengujian siang hari AC standart dapat dilihat pada tabel 4.8. Nilai entalpi setiap
tekanan pada pengujian malam hari AC standartberikut:
Tabel.4.8. Nilai entalpi setiap tekanan pada pengujianmalam hari AC standart
73
Setelah diperoleh entalpi setiap tekanan maka dapat di hitung kapasitas
pendinginan, daya kompresor, laju aliran massa refrigeran, kapasitas evaporator,
kalor kondensor dan COP dengan perhitungan sebagai berikut :
1. Kapasitas Pendinginan
Kapasitas pendinginanpada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.5 sebagai berikut:
ER = h1– h4
= 401.9604– 261.8064
= 140.154 kJ/kg
2. Daya Kompresor
Daya kompresor pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.6 sebagai berikut:
Wcom = V x I x cos θ
= 220 x 4,69 x 0,85
= 0.87703kW
74
Laju aliran massa pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.7 sebagai berikut:
Kapasitas evaporator pada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.8 sebagai berikut:
Qe = ṁref (h1-h4)
= 0.020773 (401.9604 – 261.8064)
= 2.911427 kW
5. Kalor Kondensor
Kalor kondensor pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.9 sebagai berikut:
Qk = ṁref(h2– h3)
= 0.020773 (444.18– 261.8064)
= 3.788457kW
6. Koefisien performansi (COP)
Koefisien performansi pada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.10 sebagai berikut:
75
= 2.911427
0.020773 (444 .18−401 ,9604 )
= 3.319643
Dari perhitungan diatas maka diperoleh besar dari kapasitas pendinginan,
daya kompresor, laju aliran massa refrigeran, kapasitas evaporator, kalor kondensor
dan COP pada pengujian pagi hari setiap selang waktu 5 menit selama 60 menit AC
standar, dapat dilihat pada tabel 4.9. Nilai kapasitas pendinginan, daya kompresor,
laju aliran massa refrigeran, kapasitas evaporator, kalor kondensor dan COP
pengujian malam hari AC standartsebagai berikut :
Tabel 4.9. Nilai kapasitas pendinginan, daya kompresor, laju aliran massa refrigeran,
kapasitas evaporator, kalor kondensor dan COP pengujian malam hari AC standart
Waktu ER
20:00 140.154 0.87703 0.020773 2.911427 3.788457 3.319643
20:05 139.9418 0.86955 0.020277 2.837664 3.707214 3.26337
20:10 138.9166 0.86394 0.020239 2.811473 3.675413 3.254246
20:15 140.8251 0.8602 0.0197 2.774247 3.634447 3.225118
20:20 141.9425 0.84711 0.0194 2.753707 3.600817 3.250708
20:25 141.7254 0.83963 0.019062 2.701516 3.541146 3.217507
76
20:35 140.154 0.86581 0.020507 2.87418 3.73999 3.319643
20:40 140.361 0.8602 0.020351 2.856459 3.716659 3.320692
20:45 140.1529 0.89199 0.021174 2.967588 3.859578 3.32693
20:50 139.5416 0.89199 0.021238 2.963649 3.855639 3.322514
20:55 139.3358 0.8789 0.020856 2.906039 3.784939 3.30645
21:00 139.3358 0.87703 0.020749 2.891075 3.768105 3.296438
4.1.2. Pengujian dengan menggunakan subcool
ACdengan penambahan subcool da n se mua a la t ukur t ela h t erpasa ng
denga n ba ik pada t it ik -t it ik t ert ent u.
1. Pengujian pada pagi hari dengan menggunakan subcool
Berikut data hasil pengujianAC dengan menggunakan subcool p a g i hari,
dapat dilihat pada tabel 4.10. Data Pengujian AC dengan menggunakan subcool
p a g i hari berikut:
Tabel4.10 DataPengujianACdengan menggunakan subcool p a g i hari.
77
1. Titik 1 (kondisi uap jenuh) Pada waktu 09.00
P1 = 63 Psi = 434.370 kPa (untuk mencari entalpi dilakukan interpolasi) maka
dari tabel Thermodynamic Properties of �� Freon 22 (R-22)
dilakukan interpolasi) maka dari tabel Thermodynamic Properties of
��Freon 22 (R-22) Refrigerant diperoleh :
78
3. Titik 3 (kondisi cair jenuh)
P3 =195 Psi = 1344,478 kPa (untuk mencari entalpi dilakukan interpolasi)
4. Pada Titik 4 nilai enthalpy h4=h5 (kondisi campuran antara uap dan cair)
P4 = 64 Psi = 441,264 kPa (untuk mencari entalpi dilakukan interpolasi) maka
dari tabel Thermodynamic Properties of �� Freon 22 (R-22) Refrigerant
diperoleh :
P (kPa) h (kJ/kg)
79
441,264 ?
451,1 196.5
x−x1
x2−x1
= y−y1
y2−y1
441,264− 451,1 436,3− 451,1 =
y− 195.3 196.5− 195.3
y =195.7025 kJ/kg
maka nilai h4 = 195.7025 kJ/kg
Dari perhitungan diatas, maka diperoleh entalpi setiap tekanan pada pengujianpagi
hari AC dengan penambahan subcool,dapat dilihat pada tabel 4.11. Nilai entalpi
setiap tekanan pada pengujian pagi hari menggunakan subcoolberikut:
Tabel.4.11. Nilai entalpi setiap tekanan pada pengujian pagi hari menggunakan
subcool
Tekanan (Psi) Nilai Entalpi
80
Setelah diperoleh entalpi setiap tekanan maka dapat di hitung kapasitas
pendinginan, daya kompresor, laju aliran massa refrigeran, kapasitas evaporator,
kalor kondensor dan COP dengan perhitungan sebagai berikut :
1. Kapasitas Pendinginan
Kapasitas pendinginanpada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.5 sebagai berikut:
ER = h1– h5
= 402,841 – 195.7025
= 207.1385 kJ/kg
2. Daya Kompresor
Daya kompresor pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.6 sebagai berikut:
Wcom = V x I x cos θ
= 220 x 4,58 x 0,85
= 0,856 kW
81
Laju aliran massa pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.7 sebagai berikut:
Kapasitas evaporator pada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.8 sebagai berikut:
Qe = ṁref (h1-h4)
= 0.0167154 (402,841 – 195.7025)
= 3.462399kW
5. Kalor Kondensor
Kalor kondensor pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.9 sebagai berikut:
Qk= ṁref(h2– h3)
= 0.0167154(452,177– 242,693)
= 3.501605 kW
6. Koefisien performansi (COP)
Koefisien performansi pada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.10 sebagai berikut:
82
= 3,501
0.0167154(452.177−402,841)
= 4.198526
Dari perhitungan diatas maka diperoleh besar dari kapasitas pendinginan,
daya kompresor, laju aliran massa refrigeran, kapasitas evaporator, kalor kondensor
dan COP pada pengujian siang hari setiap selang waktu 5 menit selama 60 menit AC
dengan menggunakan subcooldapat dilihat pada tabel 4.12. Nilai kapasitas
pendinginan, daya kompresor, laju aliran massa refrigeran, kapasitas evaporator,
kalor kondensor dan COP pengujian pagi hari AC dengan menggunakan
subcoolsebagai berikut :
Tabel 4.12. 4.12. Nilai kapasitas pendinginan, daya kompresor, laju aliran massa
refrigeran, kapasitas evaporator, kalor kondensor dan COP pengujian pagi hari AC
dengan menggunakan subcoolsebagai berikut :
Waktu ER (kJ/kg) W com (kW) Mref (kg/s) Qev (kW) Qk (kW) COP
09:00 207.1385 0.82467 0.0167154 3.462399 3.501605 4.198526
09:05 207.4625 0.8228 0.0165009 3.423314 3.47073 4.160567
09:10 208.0114 0.82093 0.016574 3.447574 3.489139 4.199595
09:15 208.0114 0.80971 0.0162903 3.388571 3.423784 4.184919
09:20 207.8154 0.81532 0.0163057 3.388585 3.428675 4.156142
09:25 208.0114 0.81719 0.0165255 3.437488 3.464638 4.206474
09:30 207.4625 0.8228 0.0166667 3.457708 3.479683 4.202368
09:35 208.5345 0.82467 0.0166768 3.477698 3.487579 4.217078
09:40 208.8728 0.82093 0.0164541 3.436822 3.440709 4.186499
83
09:50 208.8728 0.81906 0.016511 3.448694 3.442902 4.210551
09:55 209.2840 0.82093 0.0164806 3.449119 3.439939 4.201478
10:00 209.2840 0.80784 0.0162612 3.403208 3.391988 4.212726
Data hasil pengujian AC dengan menggunakan subcool siang hari, dapat
1. Titik 1 (kondisi uap jenuh) Pada waktu 13.00
P1 = 61 Psi = 420.580 kPa (untuk mencari entalpi dilakukan interpolasi) maka
dari tabel Thermodynamic Properties of ��Freon 22 (R-22)
84
dilakukan interpolasi) maka dari tabel Thermodynamic Properties of ��
Freon 22 (R-22) Refrigerant diperoleh :
85
3. Titik 3 (kondisi cair jenuh)
P3 =195 Psi = 1344,478 kPa (untuk mencari entalpi dilakukan interpolasi)
4. Pada Titik 4 nilai entalpih4=h5 (kondisi campuran antara uap dan cair)
86
Dari perhitungan diatas, maka diperoleh entalpi setiap tekanan pada
pengujian pagi hari AC dengan penambahan subcool dapat dilihat pada tabel 4.14
Nilai entalpi setiap tekanan pada pengujian siang hari menggunakan subcool berikut:
Tabel.4.14. Nilai entalpi setiap tekanan pada pengujian siang hari
menggunakan subcool
87
Setelah diperoleh entalpi setiap tekanan maka dapat di hitung kapasitas
pendinginan, daya kompresor, laju aliran massa refrigeran, kapasitas evaporator,
kalor kondensor dan COP dengan perhitungan sebagai berikut :
1. Kapasitas Pendinginan
Kapasitas pendinginanpada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 4.1 sebagai berikut:
ER = h1– h5
= 449.341– 196.2615
= 206.9035 kJ/kg
2. Daya Kompresor
Daya kompresor pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 4.2 sebagai berikut:
Wcom = V x I x cos θ
= 220 x 4.58 x 0,85 = 0,856kW
3. Laju Aliran Massa Refrigeran
Laju aliran massa pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 4.3 sebagai berikut:
Kapasitas evaporator pada menit pertama dapat dihitung dengan
88
Qe = ṁref (h1-h5)
= 0.016859(403,165 – 196.2615)
= 3.488161kW
5. Kalor Kondensor
Kalor kondensor pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 4.5 sebagai berikut:
Qk = ṁref(h2– h3)
= 0.016859 (452,3029– 242,697)
= 3.533721kW
6. Koefisien performansi (COP)
Koefisien performansi pada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 4.6 sebagai berikut:
COP = Qe ṁref(h2−h1)
= 3.488161
0.016859 (452,3029−403.165)
= 4.21067
Dari perhitungan diatas maka diperoleh besar dari kapasitas pendinginan,
daya kompresor, laju aliran massa refrigeran, kapasitas evaporator, kalor kondensor
dan COP pada pengujian siang hari setiap selang waktu 5 menit selama 60 menit AC
dengan menggunakan subcooldapat dilihat pada tabel 4.15 Nilai kapasitas
pendinginan, daya kompresor, laju aliran massa refrigeran, kapasitas evaporator,
kalor kondensor dan COP pengujian siang hari AC dengan menggunakan subcool
89
Tabel 4.15. Nilai kapasitas pendinginan, daya kompresor, laju aliran massa refrigeran,
kapasitas evaporator, kalor kondensor dan COP pengujian siang hari AC dengan
menggunakan subcool
13:00 206.9035 0.82841 0.016859 3.488161 3.533721 4.21067
13:05 207.8154 0.80597 0.01607 3.33964 3.402967 4.143628
13:10 208.3385 0.80223 0.01597 3.327203 3.387387 4.147443
13:15 208.1634 0.80784 0.016228 3.378118 3.426894 4.181667
13:20 207.4625 0.80971 0.016155 3.351578 3.414511 4.139233
13:25 207.4625 0.81345 0.016367 3.395581 3.449863 4.174296
13:30 208.0114 0.81345 0.016395 3.410336 3.443035 4.192434
13:35 208.1634 0.81158 0.016492 3.432963 3.448483 4.229975
13:40 208.0114 0.81532 0.016516 3.435486 3.430936 4.213666
13:45 208.0114 0.81345 0.016619 3.456941 3.4454 4.249727
13:50 208.5345 0.81158 0.016581 3.457667 3.43748 4.260414
13:55 208.5345 0.80784 0.016476 3.435914 3.41722 4.253211
14:00 207.9035 0.80971 0.01649 3.42757 3.41396 4.23309
Data hasil pengujian AC dengan menggunakan subcool malam hari, dapat dilihat
pada Tabel 4.16. Data Pengujian AC dengan menggunakan subcool M a la m H ari
berikut:
90
1. Titik 1 (kondisi uap jenuh) Pada waktu 20.00
P1 = 62 Psi = 427.475 kPa (untuk mencari entalpi dilakukan interpolasi) maka
91
P2 = 203 Psi = 1399,636; T = 78,2 °c (untuk mencari entalpi dan suhu dilakukan
interpolasi) maka dari tabel Thermodynamic Properties of �� Freon 22
(R-22) Refrigerant diperoleh :
P (kPa) T (°c) h (kJ/kg) h (kJ/kg)
3. Titik 3 (kondisi cair jenuh)
P3 = 195 Psi = 1344,478 kPa (untuk mencari entalpi dilakukan interpolasi) maka dari
92
4. Pada Titik 4 nilai enthalpy h4=h5(kondisi campuran antara uap dan cair)
P4 = 65 Psi = 448.159 kPa (untuk mencari entalpi dilakukan interpolasi) maka dari tabel Thermodynamic Properties of ��Freon 22 (R-22) Refrigerant
Dari perhitungan diatas, maka diperoleh entalpi setiap tekanan pada
pengujian pagi hari AC dengan penambahan subcool dapat dilihat pada tabel 4.17
Nilai entalpi setiap tekanan pada pengujian malam hari menggunakan subcool
93
Tabel.4.17. Nilai entalpi setiap tekanan pada pengujianmalam hari
menggunakan subcool
Setelah diperoleh entalpi setiap tekanan maka dapat di hitung kapasitas
pendinginan, daya kompresor, laju aliran massa refrigeran, kapasitas evaporator,
kalor kondensor dan COP dengan perhitungan sebagai berikut :
1. Kapasitas Pendinginan
Kapasitas pendinginanpada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.5 sebagai berikut:
ER = h1– h5
94
= 207.0555 kJ/kg
2. Daya Kompresor
Daya kompresor pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.6 sebagai berikut:
Wcom = V x I x cos θ
= 220 x 4,43 x 0,85
= 0,828 kW
3. Laju Aliran Massa Refrigeran
Laju aliran massa pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.7 sebagai berikut:
Kapasitas evaporator pada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.8 sebagai berikut:
Qe = ṁref (h1-h5)
= 0.01695(403.317– 196.2615)
= 3.509501kW
5. Kalor Kondensor
Kalor kondensor pada menit pertama dapat dihitung dengan menggunakan
95
Qk = ṁref(h2– h3)
= 0.01695(452.192– 246,563)
= 3.485322 kW
6. Koefisien Prestasi (COP)
Koefisien performansi pada menit pertama dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.10 sebagai berikut:
COP = ṁ Qe � (h2−h1)
= 3,327
0.01695 (452.192–403,317)
= 4.23643
Dari perhitungan diatas maka diperoleh besar dari kapasitas pendinginan,
daya kompresor, laju aliran massa refrigeran, kapasitas evaporator, kalor kondensor
dan COP pada pengujian malam hari setiap selang waktu 5 menit selama 60 menit
AC dengan menggunakan subcooldapat dilihat pada tabel 4.18. Nilai kapasitas
pendinginan, daya kompresor, laju aliran massa refrigeran, kapasitas evaporator,
kalor kondensor dan COP pengujian malam hari AC dengan menggunakan subcool
96
Tabel 4.18. Nilai kapasitas pendinginan, daya kompresor, laju aliran massa refrigeran,
kapasitas evaporator, kalor kondensor dan COP pengujian malam hari AC dengan
menggunakan subcool
Waktu ER (kJ/kg)
W com (kW)
Mref (kg/s)
Qev
(kW) Qk (kW) COP
20:00 207.0555 0.82841 0.01695 3.509501 3.485322 4.23643
20:05 207.4715 0.80597 0.016219 3.364909 3.34599 4.174981
20:10 208.0204 0.80223 0.01617 3.363761 3.334683 4.193013
20:15 208.0204 0.80784 0.016174 3.364598 3.336896 4.164931
20:20 207.8154 0.80971 0.016119 3.349814 3.311133 4.137054
20:25 207.8154 0.81345 0.016275 3.382261 3.339102 4.157921
20:30 207.8154 0.81345 0.016248 3.376559 3.334844 4.150912
20:35 207.8154 0.81158 0.016292 3.385806 3.339879 4.171869
20:40 208.3385 0.81532 0.016313 3.39857 3.342831 4.168387
20:45 207.8154 0.81345 0.016275 3.382261 3.335164 4.157921
20:50 207.8154 0.81158 0.016238 3.374526 3.972536 4.157971
20:55 208.3385 0.80784 0.01619 3.373086 3.959514 4.175438
97 4.1.3. Analisa Performansi
4.1.3.1.Hubungan Waktu Dengan Daya Kompresor a. Pengujian Pagi Hari
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Waktu Terhadap Daya Kompresor Pengujian pagi Hari
Dari gambar 4.1 diatas dapat dilihat bahwa selama 60 menit, rata-rata daya
kompresor yang diperoleh AC standar adalah sebesar 0,872 kW, sedangkan rata-rata
daya kompresor dari AC setelah dimodifikasi adalah sebesar 0,822 kW.
b. Pengujian Siang Hari
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Waktu Terhadap Daya Kompresor Pengujian Siang Hari
9:05 9:10 9:15 9:20 9:25 9:30 9:35 9:40 9:45 9:50 9:55
10:00
13:20 13:25 13:30 13:35 13:40 13:45 13:50 13:55 14
98
Dari gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa selama 60 menit, rata-rata daya
kompresor yang diperoleh pada AC standaradalah sebesar 0,862 kW,
sedangkan rata-rata daya kompresor dari AC setelah dimodifikasi adalah sebesar
0,813 kW.
c. Pengujian Malam Hari
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Waktu Terhadap Daya Kompresor Pengujian Malam Hari
Dari gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa selama 60 menit, rata-rata daya
kompresor yang diperoleh pada AC standar adalah sebesar 0,871 kW, sedangkan
rata-rata daya kompresor dari AC setelah dimodifikasi adalah sebesar 0,816 kW.
4.1.3.2. Hubungan Waktu Dengan Kapasitas Pendinginan a. Pengujian Pagi Hari
20:20 20:25 20:30 20:35 20:40 20:45 20
99
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Waktu Terhadap Kapasitas Pendinginan Pengujian Pagi Hari
Dari gambar 4.4 diatas dapat dilihat bahwa selama 60 menit, rata-rata kapasitas pendinginan yang diperoleh AC standar adalah sebesar 138.075 kJ/kg, sedangkan kapasitas pendinginan AC setelah dimodifikasi adalah sebesar 208.011 kJ/kg.
b. Pengujian Siang Hari
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Waktu Terhadap Kapasitas Pendinginan Pengujian Siang Hari
Dari gambar 4.5 diatas dapat dilihat bahwa selama 60 menit, rata–rata kapasitas pendinginan yang diperoleh AC standar adalah sebesar 135,93 kJ/kg, sedangkan kapasitas pendinginanAC setelah dimodifikasi adalah sebesar 2007,462 kJ/kg.
0
13:00 13:05 13:10 13:15 13:20 13:25 13:30 13:35 13:40 13:45 13:50 13:55 14:00
100
c. Pengujian Malam Hari
Gambar 4.6 Grafik hubungan waktu terhadap kapasitas pendinginan pengujian malam hari
Dari gambar 4.6 diatas dapat dilihat bahwa selama waktu 60 menit, rata-rata kapasitas
pendinginan yang diperoleh AC standar adalah sebesar 140,154 kJ/kg, sedangkan
kapasitas pendinginan dari AC setelah dimodifikasi adalah sebesar 207,815 kJ/kg.
4.1.3.3. Hubungan Waktu Dengan Kalor Kondensor a. Pengujian Pagi Hari
Gambar 4.7 Grafik hubungan waktu terhadap kalor kondensor pengujian Pagi hari
0
20:00 20:05 20:10 20:15 20:20 20:25 20:30 20:35 20:40 20
101
Dari gambar 4.7 diatas dapat dilihat bahwa selama waktu 60 menit, rata-rata kalor
kondensor yang diperoleh AC standar adalah sebesar 3,453 kW, sedangkan rata-rata
kalor kondensor dari AC setelah dimodifikasi adalah sebesar 3,677 kW.
b. Pengujian Siang Hari
Gambar 4.8 Grafik hubungan waktu terhadap kalor kondensor pengujian sore hari
Dari gambar 4.8 diatas dapat dilihat bahwa selama waktu 60 menit, rata-rata kalor
kondensor yang diperoleh AC standar adalah sebesar 3,37 kW, sedangkan rata-rata
kalor kondensor dari AC setelah dimodifikasi adalah sebesar 3,507 kW.
c. Pengujian Malam Hari
Gambar 4.9 Grafik hubungan waktu terhadap kalor kondensor pengujian malam hari
3 3.2 3.4 3.6
13:00 13:05 13:10 13:15 13
:2
0
13:25 13:30 13:35 13:40 13:45 13:50 13:55 14:00
Qk
20:00 20:05 20:10 20:15 20:20 20:25 20:30 20:35 20:40 20:45 20:50 20:55 21:00
102
Dari gambar 4.9 diatas dapat dilihat bahwa selama waktu 60 menit, rata-rata kalor
kondensor yang AC standar adalah sebesar 3,675 kW, sedangkan rata-rata kalor
kondensor dari AC setelah dimodifikasi adalah sebesar 3.649 kW.
4.1.3.4. Hubungan Waktu Dengan COP a. Pengujian Pagi Hari
Gambar 4.10 Hubungan Waktu Terhadap COP Pengujian Pagi Hari
Dari gambar 4.10 diatas dapat dilihat bahwa dalam waktu 60 menit, rata-rata COP
yang diperoleh AC standar adalah sebesar 3,02 sedangkan rata-rata COP dari AC
setelah dimodifikasi adalah sebesar 4,42.
b. Pengujian Siang Hari
9:00 9:05 9:10 9:15 9:20 9:25 9:30 9:35 9:40 9:45 9:50 9:55 10:00
103
Gambar 4.11 Hubungan Waktu Terhadap COP Pengujian Sore Hari
Dari gambar 4.11 diatas dapat dilihat bahwa dalam waktu 60 menit, rata-rata COP
yang diperoleh AC standar adalah sebesar 2,917 sedangkan rata-rata COP dari AC
setelah dimodifikasi adalah sebesar 4,42.
c. Pengujian Malam Hari
Gambar 4.12 Hubungan Waktu Terhadap COP Pengujian Malam Hari
Dari gambar 4.12 diatas dapat dilihat bahwa dalam waktu 60 menit, rata-rata COP
yang diperoleh AC standar adalah sebesar 3,26 sedangkan rata-rata COP dari AC
setelah dimodifikasi adalah sebesar 4,17.
0
13:00 13:05 13:10 13:15 13:20 13:25 13:30 13:35 13:40 13:45 13:50 13:55 14:00
CO
20:00 20:05 20:10 20:15 20:20 20:25 20:30 20:35 20:40 20:45 20:50 20:55 21:00
104 4.2.Penghematan Konsumsi Listrik AC
4.2.1. Konsumsi Listrik AC Standar
Penggunaan daya listrik AC standar, diasumsikan AC dipergunakan selama 10
jam/hari. Maka dapat dihitung biaya untuk penggunaan AC standart selama 10
jam/hari adalah sebagai berikut:
Daya listrik = Daya AC standart x 10 jam
= 0.866627 kW x 10 jam
= 8,66627kW (per10 jam)
Tarif dasar listrik PLN = Rp 1.409,16,-/kWh (TDL PLN pada bulan januari 2016
untuk daya 1300 W)
Biaya Listik AC = Daya listrik selama 10 jam x Tarif Dasar Listrik
=8,66627kWh x Rp 1.409,16-/kWh
= Rp.12.212,16 (per 10 jam)
4.2.2. Konsumsi Listrik Setelah Dimodifikasi
Penggunaan daya listrik AC setelah penambahan subcool, diasumsikan AC
dipergunakan selama 10 jam/hari. Maka dapat dihitung biaya untuk penggunaan AC
setelah penambahan subcool selama 10 jam/hari adalah sebagai berikut:
Daya listrik = Daya AC setelah dimodifikasi x 10 jam
= 0.814115 x 10 jam
= 8,14115 kW (per 10 jam)
Tarif dasar listrik PLN = Rp 1.409,16,-/kWh (TDL PLN pada bulan januari 2016
105
Biaya Listrik AC = Daya listrik selama 10 jam x Tarif Dasar Listrik
= 8,14115kWh x Rp 1.409,16-/kWh
=Rp. 11.472,18 (per 10 jam)
Penghematan yang diperoleh apabila menggunakan subcool adalah sebagai
berikut:
Selisih biaya = Rp. 12.212,16 - Rp. 11472.18