1
ANALISA PERFORMANSI MESIN PENDINGIN
KOMPRESI UAP VARIASI KECEPATAN PUTARAN FAN
KONDENSOR DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK
MENGGUNAKAN R22
Rinaldi Hasri, Suryadimal, ST.,MT1), Ir. Wenny Marthiana, MT2) Program Studi Teknik Mesin-Fakultas Teknologi Industri-Universitas Bung Hatta
Jl. Gajah Mada No.19 Olo Nanggalo Padang 25143 Telp. 0751-7054257 Fax. 0751-7051341
Email : rinaldihasri@yahoo.co.idsuryadimal2004@yahoo.com
wenny_ma@yahoo.com
ABSTRAK
Dengan perkembangan teknologi saat ini, refrigeran (bahan pendingin) yang di pasarkan dituntut untuk ramah lingkungan, di samping aspek teknis lainnya yang diperlukan. Apapun refrigeran yang dipakai, semua memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing oleh karena itu, diperlukan kebijakan
dalam memilih refrigerant yang paling aman berdasarkan kepentingan saat ini
dan masa yang akan datang. Pada penelitian ini, digunakan refrigeran R22 sebagai freon dengan menggunakan kompresor 1 PK kompresor yang digunakan yaitu tipe Hermetik dengan kapasitas 746 watt, pada setiap pengambilan data divariasikan dengan laju aliran udara pada kondensor yaitu dengan mengatur dimer pada fan kondensor yaitu putaran ¼, 2/4, ¾ dan 4/4. Pengambilan data diambil selama 60 menit pada setiap bukaan katup dan dilakukan empat kali yaitu setiap 15 menit. Hal ini dilakukan untuk mengetahui performa dari mesin pendingin kompresi uap yaitu berupa Coefisien of performance (COP) terhadap pengaruh laju aliran udara pada saluran kondensor. Setelah dilakukan penelitian didapat hasil COP tertinggi yaitu 3,83 pada laju aliran udara bukaan katup fan kondensor penuh (4/4) pada menit 45 dan 60 dan yang terendah pada bukaan katup 2/4 pada menit ke-30 yaitu 3,53.
Kata kunci: Refrigeran22, Coefisien of Performance, Kondensor, Dimer, Kompresor Hermetik
2
1. PENDAHULUAN
Sistem refrigerasi sangat
menunjang peningkatan kualitas
hidup manusia. Kemajuan dalam bidang refrigerasi akhir-akhir ini adalah akibat dari perkembangan sistem kontrol yang menunjang
kinerja dari sistem refrigerasi.
Apalikasi dari sistem refrigerasi tidak terbatas, tetapi yang paling banyak digunakan adalah untuk pengawetan
makanan dan pendingin suhu,
misalnya lemasi es, freezer, cold
strorage, air conditioner /AC
Window, AC split dan AC mobil. Dengan perkembangan teknologi
saat ini, refrigeran (bahan
pendingin) yang di pasarkan dituntut untuk ramah lingkungan, di samping
aspek teknis lainnya yang
diperlukan. Apapun refrigeran yang dipakai, semua memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing oleh karena itu, diperlukan kebijakan
dalam memilih refrigerant yang
paling aman berdasarkan
kepentingan saat ini dan masa yang akan datang.
Sebagai sarana praktikum
laboratorium Prestasi Mesin di
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta, Mesin pendingin kompresi uap sangat menunjang dalam proses praktikum di bidang konversi energi. Dalam hal ini penulis melakukan perbaikan kembali mesin pendingin kompresi uap ini agar mahasiswa
yang melakukan praktikum di
laboratorium prestasi mesin dapat
menggunakan alat ini, yang
sebelumnya mesin pendingin
kompresi uap ini mengalami
kerusakan pada
komponen-komponen tertentu seperti alat ukur berupa pressure gauge, thermometer digital, termometer batang, Ampere meter, Volt meter, maupun pada pipa-pipa kapiler yang ada pada mesin pendingin kompresi uap ini. Selain itu juga dilakukan perbaikan pada kulit pembungkus kotak saluran evaporator dan kondensor dengan
mengganti glasswall dan aluminium
foil.
Terkait dengan Hukum
Termodinamika dua muncul istilah refrigerasi dan pengkondisian udara. Bidang refrigerasi dan pengkondisian udara adalah saling berkaitan, tetapi
3
masing-masing mempunyai ruang lingkup yang berbeda. Pengkondisian
udara berupa pengaturan suhu,
pengaturan kelembaban dan kualitas udara. Pengkondisian udara dan refrigerasi juga mempunyai ruang lingkup yang sama yakni dalam hal
pendinginan dan pengurangan
kelembaban. 1.1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Memperoleh nilai COP yang
optimal dengan memvariasikan putaran fan kondensor.
2. Memperoleh putaran fan
kondensor dengan nilai COP yang optimal.
3. Memperbaiki alat uji yang
digunakan sebagai sarana
praktikum laboratorium Prestasi Mesin Program Studi Strata 1 Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mesin pengkondisian Udara
kompresi uap
Bidang refrigerasi dan
pengkondisian udara saling berkaitan satu sama lain, tetapi masing-masing
mempunyai ruang lingkup yang berbeda. Penerapan teknik refrigerasi yang terbanyak refrigerasi industri,
yaitu meliputi pemrosesan,
pengawetan makanan, penyerapan
kalor dari bahan-bahan kimia,
perminyakan, dan industri
petrokimia. Dalam hal yang sama, teknik pengkondisian udara tidak hanya berfungsi sebagai pendingin tetapi lebih dari pada itu. Definisi
pengkondisian udara nyaman
(comfort air conditioning) adalah
“proses perlakuan panas terhadap
udara untuk mengatur suhu,
kelembaban, kebersihan, dan
pendistribusiannya secara serentak guna mencapai kondisi nyaman yang dibutuhkan oleh penghuni yang berada didalamnya”. (W.F. Stoecker & J.W. Jones : 1982)
Dalam tahun 1823,
Cagniard de la Tour (Perancis) melakukan penelitian tentang tingkat keadaan kritis dari gas eter. Setahun kemudian, Humphrey Davy dan asistennya M. Faraday (Inggris), merupakan orang pertama yang
berhasil menemukan cara
mencairkan gas ammonia. Prinsip
4
dikembangkan oleh N.L.S. Carnot (Perancis) dalam tahun 1824 dan
pada tahun itu pulalah teori
termodinamikanya dipublikaskan. Penyegaran udara adalah suatu proses mendinginkan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan yang dipersyaratkan terhadap kondisi udara dari suatu ruang tertentu. Selain itu, mengatur aliran udara dan kebersihannya.
2.2. Sistem Kompresi Uap
A. Siklus Kompresi Carnot
Siklus Carnot secara
thermodinamika bersifat reversible
secara siklus Carnot. Mesin carnot menerima energi kalor pada suhu tinggi merubah sebagian menjadi kerja dan kemudian mengeluarkan sisanya sebagai kalor pada suhu yang
lebih rendah. Siklus refrigerasi
carnot merupakan kebalikan dari siklus mesin carnot. Karena siklus refrigerasi menyalurkan energi dari suhu rendah menuju temperatur yang
lebih tinggi siklus refrigerasi
membutuhkan kerja luar untuk
mendapatkan kerja. Tujuan utama sistem refrigerasi Carnot adalah proses 4-1 penyerapan dari sumber
bersuhu rendah. Seluruh proses
lainnya siklus tersebut dibuat
sedemikian rupa sehingga enegi bersuhu rendah dapat dikeluarkan kelingkungan yang bersuhu lebih tinggi.
B. Siklus Kompresi Uap
Teoritis
Siklus kompresi uap merupakan sikuls yang terbanyak digunakan dalam sistem refrigerasi. Didalam siklus ini, uap dikompresikan dan
mengalami kondensasi menjadi
wujud cair. Selanjutnya cairan
tersebut di uapkan kembali pada
temperatur rendah. Uap yang
dikompresikan dapat berada dalam fase uap kering atau sering disebut kompresi kering dan dalam fase campuran uap-cair atau disebut kompresi basah. Kompresi basah umumnya dihindari karena bersifat merugikan (dapat merusak katup-katup pada kompresor)
Gambar 2.1 Daur kompresi uap
Qc 3 2 Wk 4 1 Qev Kondensor Evaporator Kompresor
5
Gambar 2.2 Diagram P-h dan T-S daur refrigerasi
1. Proses kompresi (1-2)
Refrigeran meninggalkan
evaporator dalam wujud uap jenuh dengan temperatur dan tekanan rendah, kemudian oleh kompresor uap tersebut dinaikkan tekanannya menjadi uap dengan tekanan lebih tinggi ( tekanan kondensor ). Kompresor ini diperlukan untuk
menaikan temperatur refrigeran,
sehingga temperatur refrigeran di
dalam kondensor lebih tinggi
daripada temperatur lingkungan.
Dengan demikian perpindahan panas dapat terjadi dari refrigerant Ke lingkungan. Proses ini berlangsung secara isentropik ( adiabatik dan reversible ).
2. Proses Kondensasi (2-3)
Setelah proses
kompresi,refrigeran berada dalam fase panas lanjut dengan tekanan dan temperatur tinggi. Untuk mengubah wujudnya menjadi cair, kalor harus dilepaskan ke lungkungan. Hal ini dilakukan pada penukar kalor yang
disebut kondensor. Refrigeran
mengalir melalui kondensor dan pada sisi lain dialirkan fuida pendinging ( udara atau air ) dengan temperatur lebih rendah dari pada temperatur refrigeran. Oleh karena itu kalor akan berpindah dari refrigeran ke fuida pendingin dan sebagai akibatnya
refrigeran mengalami penurunan
temperatur dari kondisi uap panas lanjut menjadi kondisi uap jenuh. Selanjutnya mengembun menjadi wujudcair, kemudian keluar dari kondensor dalam wujud cair jenuh ( berlangsung secara reversible dan pada tekanan konstan).
3. Ekspansi (3-4)
Refrigeran dalam wujud cair jenuh mengalir melalui alat ekspansi. Refrigeran mengalami ekspansi pada entalpi konstan dan berlangsung
secara ireversible. Selanjutnya
6
berwujud campuran uap-cair pada tekanan dan temperatur yang sama dengan temperatur dan tekanan evaporator.
4.Proses Evaporasi(4-1)
Refrigeran dalam fase
campuran (uap-cair) mengalir
melalui sebuah penukar kalor yang disebut evaporator. Pada tekanan evaporator, titik didih refrigeran
harus lebih rendah daripada
temperatur lingkungan (media kerja
atau media yang didinginkan)
sehingga dapat terjadi perpindahan panas dari media kerja ke refrigeran. Kemudian refrigeran yang masih berwujud cair Menguap di dalam
evaporator dan selanjutnya
refrigerant meninggalkan evaporator dalam fase uap jenuh.Proses ini berlangsung secara reversible dan pada tekanan yang konstan.
C. Siklus Kompresi Uap Nyata
Walaupun siklus aktual tidak sama dengan siklus sistem, tetapi proses ideal dalam siklus standar sangat bermanfaat dan diperlukan untuk mempermudah analisis siklus
secara teoritik. Pengaruh
penyimpangan siklus aktual dari siklus standar pada saat refrigerasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Penurunan tekanan pada
evaporator dan kondensor.
b. Sub-Cooled
c. Super Heated
d. Proses Kompresi
non-isentropik
Untuk menyatakan unjuk
kerja dari suatu siklus kompresi uap yang ditinjau dampak refrigerasi, laju pelepasan kalor, kerja kompresi,
koefisien Performa (COP) dan
Performance Factor (PF), yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dampak refrigerasi
Adalah besarnya panas yang
dapat diserap oleh refrigeran
persatuan massa. Besarnya dihitung dengan selisih entalpi refrigeran masuk dan keluar kondensor.
qe =𝒬𝑒
𝑚 = h1 − h4 ...(2.1)
7
Adalah kerja yang diterima oleh refrigeran untuk tiap satuan massa refrigeran.
wk =𝑊𝑘
𝑚 = h2 − h1 ... (2.2)
3. Coefisien of Performance (COP)
Adalah perbandingan dampak refrigerasi dengan kerja kompresor
COP = 𝑞𝑒
𝑤𝑘=
(ℎ1−ℎ4)
(ℎ2−ℎ1) ...(2.3)
4. Dampak pelepasan
Adalah jumlah kalor yang
dilepaskan refrigeran tip satuan massa refrigerant
qk =𝑄𝑘
𝑚 = h2 − h3 ...(2.4)
5. Faktor Prestasi
Adalah perbandingan jumlah kalor yang dilepaskan kondensor dengan kerja kompresor
PF = 𝑞𝑘
𝑤𝑘=
(ℎ2−ℎ3)
(ℎ2−ℎ1) ...(2.5)
6. Laju Aliran Udara
Q =
ṁ
.cp. ∆T ... (2.6) 2.3. Komponen Pengkondisian Udara a. Kompresor b. Kondensor c. Evaporator d. Katup ekspansi e. Receiver f. Drier Stariner g. Oil separator h. Akumulator i. Refrigeran2.4. Cara Kerja Air Conditioner
Kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat untuk memampatkan fluida kerja (refrigeran), jadi refrigerant yang masuk ke dalam kompresor dialirkan
ke kondensor yang kemudian
dimanpatkan di kondenser. Di bagian
kondenser ini refrigerant yang
dimanpatkan akan berubah fase dari
refrigeran fase uap menjadi
refrigeran fase cair, maka refrigeran mengeluarkan kalor yaitu kalor penguapan yang terkandung di dalam refrigeran. Adapun besarnya kalor yang dilepaskan oleh kondenser
adalah jumlahan dari energi
kompresor yang diperlukan dan energi kalor yang diambil evaparator
dari substansi yang akan
8
Pada kondensor tekanan
refrigerant yang berada dalam pipa-pipa kondensor relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan refrigerant yang berada pada pipi-pipa evaporator. Setelah refrigeran lewat kondenser dan melepaskan kalor penguapan dari fase uap ke fase
cair maka refrigan dilewatkan
melalui katup ekspansi, pada katup ekspansi ini refrigan tekanannya
diturunkan sehingga refrigeran
berubah kondisi dari fase cair ke fase uap yang kemudian dialirkan ke evaporator, di dalam evaporator ini refrigeran akan berubah keadaannya dari fase cair ke fase uap, perubahan fase ini disebabkan karena tekanan refrigeran dibuat sedemikian rupa sehingga refrigeran setelah melewati
katup ekspansi dan melalui
evaporator tekanannya menjadi
sangat turun. Hal ini secara praktis
dapat dilakukan dengan jalan
diameter pipa yang ada dievaporator relatif lebih besar jika dibandingkan dengan diameter pipa yang ada pada kondensor.
Gambar 2.3 Prinsip Kerja AC Dengan adanya perubahan kondisi refrigerant dari fase cair ke fase uap maka untuk merubahnya dari fase cair ke refrigeran fase uap maka proses ini membutuhkan energi yaitu energi penguapan, dalam hal ini energi yang dipergunakan adalah
energi yang berada di dalam
substansi yang akan didinginkan. Dengan diambilnya energi yang diambil dalam substansi yang akan didinginkan maka enthalpi substansi yang akan didinginkan akan menjadi turun, dengan turunnya enthalpi maka temperatur dari substansi yang akan didinginkan akan menjadi turun. Proses ini akan berubah terus-menerus sampai terjadi pendinginan
yang sesuai dengan keinginan.
Dengan adanya mesin pendingin listrik ini maka untuk mendinginkan atau menurunkan temperatur suatu
9
substansi dapat dengan mudah
dilakukan.
Perlu diketahui Kunci utama
dari Air Conditioner adalah
refrigerant, yang umumnya adalah
Fluorocarbon, yang mengalir dalam
sistem, menjadi cairan dan
melepaskan panas saat dipompa, dan menjadi gas dan menyerap panas ketika tekanan dikurangi. Mekanisme
berubahnya refrigerant menjadi
cairan lalu gas dengan memberi atau mengurangi tekanan terbagi mejadi dua arah, sebuah penyaring udara, kipas, dan cooling coil (kumparan pendingin) yang ada pada sisi ruangan dan sebuah kompresor,
condenser coil (kumparan penukar
panas), dan kipas pada jendela luar. Udara panas dari ruangan melewati filter, menuju ke cooling coil yang berisi cairan refrigeran yang dingin, sehingga udara menjadi dingin, lalu melalui teralis/kisi-kisi kembali ke dalam ruangan. Pada
kompresor, gas refrigerant dari
cooling coil lalu dipanaskan dengan
cara pengompresan. Pada condenser
coil, refrigeran melepaskan panas
dan menjadi cairan, yang tersirkulasi
kembali ke cooling coil. Sebuah
thermostat mengontrol motor
kompresor untuk mengatur suhu ruangan.
3. Metodologi Penelitian 3.1. Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 3.2.Instalasi Pengujian Tidak YA Mulai Studi Literatur Pengumpulan Referensi Tentang Penelitian Pengujian Pengambilan Data Data Berhasil Pengolahan Data dan Analisa Data
Penyusunan Laporan
Kesimpulan
Selesai Persiapan Alat Uji Lengkap Dengan Alat Ukur
10
Gambar 3.2 Instalasi Pengujian 3.3.Peralatan 1. Termokopel 2. Termometer Digital 3. Ampermeter 4. Volt meter 5. Pressure Gauge 6. Stopwatch
3.4.Metode Pengambilan Data
Pada pengujian dengan
menggunakan mesin pendingin
kompresi uap ini dilakukan
dilaboratorium Prestasi Mesin,
refrigeran yang digunakan adalah R-22 sebanyak 500 gram. Penulis melakukan pengujian dengan variasi bukaan katup pada fan kondensor, dengan variasi bukaan yaitu 1/4, 1/2, 3/4, dan 4/4. Dimana untuk setiap bukaan katup pengambilan data
dilakukan setiap 15 menit sekali selama 1 jam. Hal ini dilakukan agar
dapat diketahui bagaimana
performance dan kinerja dari mesin pendingin kompresi uap terhadap variasi bukaan katup kondensor. Variabel data yang didapat adalah T1, T2, T3, T4, P1, P2, P3, P4, Arus (Ampere) dan Tegangan (Volt) yang tercatat pada kompresor.
Langkah-langkah Pengujian
1. Pemeriksaan fisik dari alat pengujian
Pemeriksaan Mesin Pendingin
Kompresi Uap
Pemeriksaan disini adalah
pemeriksaan terhadap komponen-komponen utama mesin pendingin kompresi uap itu sendiri, seperti pemeriksaan terhadap kompresor,
kondensor, evaporator, katup
ekspansi dan instalasi pipa baik dari evaporator, kondensor maupun dari kompresor apakah dalam keadaan baik dan siap dioperasikan atau tidak. untuk mengetahui apakah terjadi kebocoran-kebocoran pada pipa ini dilakukan dengan mengoperasikan mesin pendingin kompresi uap pada posisi on dan mendeteksi instalasi
13 15 4 14 12 5 6 11 10 9 8 7 1 3 2
11
pipa dengan air sabun. Apabila terjadi kebocoran pada instalasi pipa
maka akan terdeteksi dengan
munculnya gelembung-gelembung
pada air sabun yang dioleskan pada permukaan pipa. Hal ini menandakan adanya kebocoran pada pipa. Hal ini sangat perlu sekali diperhatikan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama proses pengujian berlangsung.
Pemeriksaan instalasi kelistrikan
Pemeriksaan terhadap instalasi kelistrikan yaitu pada kabel-kabel listrik untuk mencegah terjadinya konsleting dan percikan bunga api.
Pemeriksaan alat ukur yang
digunakan
Pada pengujian ini alat ukur yang digunakan meliputi : Pressure gauge, ampere meter, volt meter, thermometer digital. Pada alat ukur ini perlu dilakukan pemeriksaan apakah alat ukur tersebut berfungsi dengan baik atau tidak.
Langkah-langkah pengujian :
1. Siapkan peralatan yang akan
dipergunakan pada pengujian kali ini.
2. Periksa mesin Pendingin
Kompresi Uap layak atau tidak di operasikan.
3. Pastikan alat pengambil data
sudah terpasang dengan benar pada titik-titik pengambilan data yang sudah ditentukan.
4. Nyalakan mesin Pendingin
Kompresi Uap
5. Setelah mesin Pendingin
Kompresi Uap menyala selamat
15 menit catat data-data
temperatur dan tekanan yang di dapat dari kompresor, kondensor, evaporator, refrigerant masuk dan keluar tangki air serta tekanan kompresor, evaporator, Kuat arus dan Tegangan yang tercatat pada alat Ukur.
6. Begitu seterusnya hingga
pengujian dilakukan selama 4 jam untuk seluruh bukaan katup, dimana bukaan katup pertama pengambilan data dilakukan setiap 15 menit sekali selama 1 jam. 7. Jika sudah selesai matikan mesin
Pendingin Kompresi Uap.
3.5. Waktu dan Tempat Pengujian Waktu : Bulan Maret-Juni 2015
12
Tempat : Penelitian dilaksanakan
dilaboratorium Prestasi Mesin
Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknologi Industri Kampus III
Universitas Bung Hatta.
4. Analisa Pembahasan
4.1.Tabel Hasil Pengujian
4.2. Analisa Data
Berdasarkan tabel hasil pengujian maka akan dilakukan analisa data berdasarkan diagram berikut.
Gambar 4.1 Diagram P-h siklus kompresi uap ideal
Pengujian I bukaan katup 1/4 dengan waktu 15 menit Pertama
Diketahui : T1 = 31,2 °C T2 = 97,2 °C T3 = 38,2 °C T4 = 21,3 °C A = 3,6 V = 200 P1 = 50 Psi P2 = 330 Psi P3 = 320 Psi P4 = 60 Psi
A. Untuk mencari nilai h digunakan persamaan sebagai berikut :
1. 𝒉𝟏= Nilai Enthalpy 𝑻𝟏
Dimana 𝑇1 = Temperatur refrigeran
dari evaporator ke kompresor : 31.2
℃
Temperatur Enthalpy
31.0 ℃ 414.77 kJ/kg
31.2 ℃ ?
32.0 ℃ 415.00 kJ/kg
Maka di interpolasikan dengan persamaan : 𝐵1 = 31.0 ℃ C1 = 414.77 kJ/kg B = 31.2 ℃ = ? 𝐵2 = 32.0 ℃ C2 = 415.00 kJ/kg 𝑥 = 𝑐1- 𝐵1 𝐵2. (𝑐1− 𝑐2)
13 = 414.77 - 31 32. (414.77 − 415.00) = 414.77 – 0.96 . (-0.23) = 414.77 + 0,2208 ℎ1= 414.99 kJ/kg
Maka didapat nilai enthalpy ℎ1= 414.99 kJ/kg.
2. 𝒉𝟐 = Nilai Enthalpy 𝑻𝟐
Dimana
T2 = Temperatur refrigeran dari
kompresor ke kondensor = 97.2
℃
Temperatur Enthalpy
96.0 ℃ 367.97 kJ/kg
97.2 ℃ ?
Maka diambil data dari grafik dengan persamaan : 𝐵1= 96.0 ℃ 𝑐1= 368.91 kJ/kg B = 97.2 ℃ = ? 𝑥ℎ2𝑠 = 368,91 ℎ2𝑠 = ℎ1 – 368,91 = 414,99 – 368,91 ℎ2𝑠 = 46,08 ℎ2 = ℎ1+ 46,08 = 414,99 + 46,08 ℎ2 = 461,07 kJ/kg.
Makan didapat enthalpy ℎ2= 461,07
kJ/kg.
3. 𝒉𝟑 = Nilai Enthalpy 𝑻𝟑
Dimana
T3 = Temperatur refrigeran
dari kondensor ke katup ekspansi = 38.2 ℃
Temperatur Enthalpy
38.0 ℃ 247.03 kJ/kg
38.2 ℃ ?
39.0 ℃ 248.35 kJ/kg
Maka di interpolasikan dengan persamaan : 𝐵1= 38.0 ℃ 𝑐1= 247.03 kJ/kg B = 38.2 ℃ = ? 𝐵2= 39.0 ℃ 𝑐2= 248.35 kJ/kg 𝑥 = 𝑐1- 𝐵1 𝐵2. (𝑐1− 𝑐2) = 247.03 - 38 39. (247.03 − 248.35) = 247.03 – 0.97 . (-1.32)
14
= 247.03 + 1.2804
ℎ3 = 248.31 kJ/kg
Makan didapat enthalpy ℎ3= 248.31
kJ/kg.
B. Untuk mencari nilai Q digunakan persamaan sebagai berikut : 1. Wk = 𝒏× V × A Dimana Wk = 75 % x 200 x 3,6 = 540 watt = 0,540 Kw
Maka nilai dari Wk adalah 0,540 Kw. 2.
ṁ
= 𝑾𝒌 𝒉𝟐−𝒉𝟏 Dimanaṁ
= 0,540 𝐾𝑤 461,07 −414,99 kJ/kg.ṁ
=
0,540 46,08.ṁ
= 0,0117 kg
Maka nilai dari
ṁ
adalah 0,0117 kg 3.𝑄𝑘 = ṁ (ℎ2 − ℎ3)
Dimana Qk = 0,0117 (461,07 - 248,31) = 0,0117 (212,76) = 2,489 kj/kgMaka nilai dari Qk adalah 2,4892. 4.
𝑄𝑒 = ṁ (ℎ1 − ℎ4)
Dimana Qe = 0,0117 (414,99 - 248,31) = 0,0117 (166,68) = 1,950 kj/kgMaka nilai dari Qe adalah 1,950 kJ/kg
C. Untuk mencari nilai COP (Coefficien Of Performance ) digunakan persamaan sebagai berikut :
Cop =
𝑄𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑊𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟=
1,950 kJ/kg 0,540 kJ/kg= 3,61
C. Untuk mencari nilai PF (Performance Factor)
digunakan persamaan sebagai berikut :
PF =
𝑄𝑘 𝑊𝑘=
2,489 𝑘𝐽/𝑘𝑔 0,540𝑘𝐽/𝑘𝑔 = 4,6015
D. Untuk mencari laju aliran
udara digunakan persamaan
sebagai berikut: Qud =
ṁ
.cp. ∆T Tin = 31,3 + 273 = 304,3 oK Dimana Tin = 304,3 oK T (oK) Ρ (kg/m3) c p (kJ/kgoK) 300 1,1614 1.007 304,3 ? ? 350 0,9950 1.009Maka di interpolasikan dengan
persamaan: ρ = 𝑐1- 𝐵1 𝐵2. (𝑐1− 𝑐2) = 1,1614 - 300 350. (1,1614 − 0,9950) = 1,1614 – 0,857 (0,1664) = 1,1996 kg/m3 cp = 𝑐1- 𝐵1 𝐵2. (𝑐1− 𝑐2) = 1.007−300 350 (1.007-1.009) = 1,0087kJ/kg.K
ṁ =
ρ.A.V = 1,1966 kg/m3 . 3,36 m2 . 2,20 m/s = 8,86 kg/s Qud =ṁ
.cp. ∆T = 8,86 kg/m3 . 1,0086 kj/kg.K . (31,3-27,15) (304,3 – 300,5 oK) = 33,96 kJ/s Tout = 27,5 + 273 = 300,5 oK Didapat nilai: ρ = 1,1996 kg/m3 cp= 1,0081 kj/kg.Kṁ =
ρ.A.V = 1,1996 kg/m3 . 2,147m2 . 2,20 m/s = 5,66 kg/s Qud =ṁ
.cp. ∆T = 5,66 kg/m3. 1,0081 kj/kg.K (3,8oK) = 21,68 kJ/s Q udara = 21,68-33,96 = 12,14 kJ/s 4.3. Grafik 4.3.1. Grafik perbandingan Waktu Vs Qk Waktu Qk Bukaan 1/4 Qk Bukaan 2/4 Qk Bukaan 3/4 Qk Bukaan 4/4 15 2,531 2,18 2,188 2,206 30 2,474 2,153 2,162 2,214 45 2,49 2,188 2,206 2,321 60 2,458 2,187 2,171 2,321Grafik perbandingan Waktu Vs Qk
2.1 2.15 2.2 2.25 2.3 2.35 2.4 2.45 2.5 2.55 0 15 30 45 60 Q k (KJ/KG ) Waktu (menit) Waktu vs Qk Bukaan 1/4 Bukaan 2/4 Bukaan 3/4 Bukaan 4/4
16
Pada grafik perbandingan waktu Vs Qk diatas menunjukan bahwa nilai Qk yang tertinggi terletak pada bukaan katup ¼ yaitu pada waktu 15 menit dengan nilai 2,531, seiring dengan berjalannya waktu, nilai Qe mengalami penurunan. sedangkan nilai Qk terendah terletak pada bukaan katup 2/4 yaitu pada waktu 30 menit dengan nilai 2,153.
4.3.2. Grafik perbandingan Waktu Vs Qe Waktu Qe Bukaan ¼ Qe Bukaan 2/4 Qe Bukaan 3/4 Qe Bukaan 4/4 15 1,983 1,719 1,73 1,745 30 1,962 1,699 1,703 1,756 45 1,978 1,73 1,745 1,842 60 1,946 1,736 1,708 1,842
Grafik perbandingan Waktu Vs Qe
4.3.3. Grafik Perbandingan Waktu Vs COP Waktu COP Bukaan 1/4 COP Bukaan 2/4 COP Bukaan 3/4 COP Bukaan 4/4 15 3,67 3,58 3,6 3,63 30 3,63 3,53 3,54 3,65 45 3,66 3,6 3,63 3,83 60 3,6 3,61 3,55 3,83
Grafik Perbandingan Waktu Vs COP
4.3.4. Grafik Perbandingan Waktu Vs PF Waktu PF Bukaan 1/4 PF Bukaan 2/4 PF Bukaan 3/4 PF Bukaan 4/4 15 4,68 4,54 4,55 4,59 30 4,58 4,48 4,5 4,61 45 4,61 4,55 4,59 4,83 60 4,55 4,55 4,52 4,83
Grafik Perbandingan waktu Vs PF
4.3.5. Grafik perbandingan waktu
Vs Qud Kondensor Waktu Qud Bukaan 1/4 Qud Bukaan 2/4 Qud Bukaan 3/4 Qud Bukaan 4/4 15 11,94 42,5 59,01 74,77 30 11,86 42,46 58,85 74,66 45 11,86 43,44 58,56 74,75 60 11,82 42,53 58,81 74,66 3.4 3.453.5 3.553.6 3.653.7 3.753.8 3.853.9 0 15 30 45 60 C O P Waktu (menit) Waktu vs COP Bukaan 1/4 Bukaan 2/4 Bukaan 3/4 Bukaan 4/4 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 0 15 30 45 60 PF Waktu (menit) Waktu vs PF Bukaan 1/4 Bukaan 2/4 Bukaan 3/4 Bukaan 4/4 1.65 1.7 1.75 1.8 1.85 1.9 1.95 2 0 15 30 45 60 Q e (KJ/KG ) Waktu (menit) Waktu vs Qe Bukaan 1/4 Bukaan 2/4 Bukaan 3/4 Bukaan 4/4
17
Grafik perbandingan waktu Vs Qud
Kondensor
5. Kesimpulan & Saran 5.1.Kesimpulan
Pada tugas akhir analisa
performansi mesin pendingin
kompresi uap variasi kecepatan
putaran fan kondensor dengan
kapasitas kompresor 1 pk
menggunakan R22 ini, variabel yang dicari yaitu nilai enthalpi (h), Kalor evaporator (Qe), kalor kondensor
(Qk), Daya kompresor (Wk),
Coefisien of performance (COP), dan Faktor Performa (PF). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan R22
dengan putaran fan evaporator
konstan dan variasi putaran
kondensor dengan bukaan ¼, 2/4, ¾ dan 4/4.
Setelah dilakukan pengujian dan pengolahan data didapat hasil Qk tertinggi yaitu 2,531 pada bukaan
katup ¼ pada menit ke-15, nilai Qe tertinggi pada bukaan katup fan kondensor ¼ pada menit ke-15, nilai COP yang optimum yaitu 3,83 yaitu pada bukaan katup fan kondensor 4/4 pada waktu 45 dan 60 menit dan nilai PF tertinggi pada bukaan katup 4/4 pada menit 45 & 60 menit.
5.2.Saran
Untuk menghasilkan nilai COP
yang tertinggi pada penggunaan mesin pendingin kompresi uap ini, putaran fan kondensor yang digunakan adalah pada putaran fan penuh atau 4/4.
Dalam melakukan pengujian
menggunakan mesin ini
hendaknya memperhatikan
ketepatan dari alat ukur yang digunakan dan memperhatikan aspek-aspek keselamatan diri dalam melakukan penelitian.
Pada peneliti selanjutnya
hendaknya lebih banyak lagi
menggunakan variasi-variasi
bukaan katup fan, seperti fan kondensor dan evaporator. Dan
memvariasikan jumlah
refrigeran yang digunakan pada setiap pengujian. 8 18 28 38 48 58 68 78 88 0 15 30 45 60 75 Qu d k o n d e n so r (k J/s ) waktu waktu vs Q udara bukaan 1/4 bukaan 2/4 bukaan 3/4 bukaan 4/4
18
DAFTAR PUSTAKA
Stocker, W.F. dan Jones J.W., 1989,
“Refrigerasi dan
Pengkondisian Udara“,
Erlangga, Jakarta.
Trott, AR., 1989., Refrigeration and
Air Conditioning.
Butterworths. Cambridge,
UK.
Dossat, Roy J., 1961, Principles of
Refrigeration, 2 nd edition,
John Willey and Sons, New York.
Effendy, Marwan., 2005. Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin
Kondensor Terhadap
Koefisien Prestasi Air
Conditioning. Jurnal Teknik
Gelagar.
Nasution, Henry., 2008. Teknik
Pendingin dan kriogenik.
Jurusan Teknik Mesin.
Universitas Bung Hatta,
Padang.
Frank P.Incropera., David P.De
Witt.,1996. Fundamentals of
Heat and Mass Transfer,
Fourth edition, United States of American.
Suryadimal., 2012, "Perpindahan Panas I edisi revisi. Bung
Hatta University Pess,
Padang.
Wijaksana, Hendra., 2010. Analisa
Performansi Sistem
Pendingin Ruangan dan
Efisiensi Energi Listrik pada Sistem Water Chiller dengan
Penerapan Metode Cooled
Energy Storage. Universitas