DAFTAR PUSTAKA
Afaf, Nafiah. 2008. Analisis Pengaruh Pengumuman Penerbitan Obligasi
terhadap Return Saham di Bursa Efek Jakarta, Tesis. Diakses melalui
Library.mp.ipb.ac.id
Ananta, A. 1987. Landasan Ekonometrika, PT. Gramedia, Jakarta.
Ang, Robert. 2001. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Media Soft Indonesia, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Barry, C. B, Mann, S.C, Mihov, dan Rodriguez, M. (2009). Interest Rate And The
Timing of Corporate Debt Issues Journal of Banking and Finance, Vol. 33, Issue No. 4
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002. Defenisi Obligasi
Syariah
Fabozzi, Frank J. 1999. Bond Markets, Analysis and Strategies fourth edition. Prentice Hall, Inc. United States of America.
Foster, George. 1986. Financial Statement Analysis, Prentice Hall International, Inc. United States of America.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. E. Edisi 5, Universitas Diponegoro, Semarang.
Jogiyanto, H.M. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 2008, BPFE, Yogyakarta.
Kuncoro, Mudrajat. 2009. Metodologi Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3, Erlangga, Jakarta.
Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah.
Pramastuti, Suluh. 2007. Analisis Kebijakan Dividen: Pengujian Deviden
Signaling Theory dan Rent Extraction Hypothesis. Program Pascasarjana
Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.
Sekaran, Uma. 2005. Metodologi Penelitan, Salemba Empat, Jakarta
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung.
Sumardi, Lucy. 2007. Analisis Pengaruh Penerbitan Obligasi terhadap Abnormal
Return Saham di Bursa Efek Jakarta: Periode 2000-2006. Tesis, Universitas
Indonesia
Suryomurti, Wiku. 2011. Super Cerdas Investasi Syariah, Qultum Media, Jakarta.
Sutedi, Adrian. 2009. Aspek Hukum Obligasi & Sukuk, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.
Syafri Harahap, Sofyan, 2008. Analisa Kritis atas Laporan Kuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tariq, Ali Arsalan. 2004. Managing Financial Risks of Sukuk Structures. Tesis S2 yang dipublikasikan.
Tim Kajian Simplikasi Penerbitan Efek Syariah (sukuk).2012. Kajian Simplikasi
Penerbitan Efek Syariah (sukuk), Bapepam, Jakarta. www.Bapepam.or.id
www.DirektoratKebijakanPembiayaanSyariah2008.or.id www.idx.co.id
www.Pefindo.or.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih (Sugiyono, 2008: 57).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet
dengan situs www.idx.co.id, www.pefindo.com, dan www.duniainvestasi.com.
Waktu penelitian direncanakan dari Agustus 2015 sampai September 2015.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dilakukan untuk menghindari ketidaktepatan dalam
membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian yang dilakukan
peneliti. Penelitian ini dilakukan dengan batasan-batasan pada masalah sebagai
berikut:
a. Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas, likuiditas, dan
leverage.
b. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peringkat obligasi syariah
(sukuk).
c. Objek penelitian ini adalah perusahaan penerbit obligasi syariah (sukuk) yang
3.4 Defenisi Operasional Penelitian
Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen dan tiga variabel
independen. Defenisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Defenisi Parameter Skala Ukur
Peringkat Obligasi
Return on Asset Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
��� =��� � � �� Rasio
Current Ratio Kesanggupan suatu perusahaan untuk
Debt to Equity Ratio Perbandingan hutang perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan
� =�� �� � � �� �� � � Rasio
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto,
2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan penerbit obligasi
syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014. Populasi dalam
penelitian ini sebanyak 21 perusahaan penerbit obligasi syariah (sukuk).
Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili populasi. Agar
sampel dapat memberikan informasi yang mewakili populasi, dibutuhkan metode
pemilihan sampel yang tepat (Mudrajad Kuncoro, 2009:128). Oleh karena itu,
peneliti menentukan metode pemilihan sampel berdasarkan metode purposive
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008: 78). Kriteria pemilihan sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan-perusahaan penerbit obligasi syariah (sukuk) dari tahun
2011-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan lengkap selama
periode 2011-2014.
3. Obligasi syariah (sukuk) yang diterbitkan perusahaan tersebut diperingkat
oleh Pemeringkat Efek Indonesia (PT. PEFINDO).
Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Pemilihan Sampel
No Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah
1. Perusahaan-perusahaan penerbit obligasi syariah (sukuk) dari tahun 2011-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
21
2 Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan lengkap selama periode 2011-2014.
(5)
3 Obligasi syariah (sukuk) yang diterbitkan perusahaan tersebut diperingkat oleh Pemeringkat Efek Indonesia (PT. PEFINDO).
(7)
Jumlah Akhir Sampel 9
Sumber: (data diolah, 2015)
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka diperoleh sampel
penelitian sebanyak 9 perusahaan dengan jumlah observasi (n) sebanyak 36
Tabel 3.3
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.
Data sekunder biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Sugiyono, 2007:309).
Data ini berupa data perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah (sukuk)
pada tahun 2011-2014 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berasal dari
hasil publikasi dari Bapepam-Lk, Buku referensi, internet, dan literatur ilmiah
yang berkaitan dengan topik penelitian
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data yang
diperlukan adalah metode dokumentasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data
dengan mempelajari dan menggunakan informasi dari laporan keuangan
perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah (sukuk) pada tahun 2011-2014 dan
3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Uji Asumsi Klasik
Suatu model dikatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai
sifat-sifat tidak bias sebagai suatu penafsir. Di samping itusuatu model dikatakan cukup
baik dan dikatakan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari
serangkaian uji asumsi klasik yang melandasinya.
Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil
estimasi regresi yang dilakukan benar-benar terbebas dari adanya gejala
heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi.
Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah
memenuhi persyaratan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) yakni tidak
terdapat heteroskedastisitas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat
autokorelasi (Sudrajat, 1988:164).
Oleh karena itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan. Pengujian-pengujian
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
3.8.1.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,2013:160).
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.
Pengujian yang paling tepat pada uji normalitas adalah uji statistik non-parametrik
Kolmogrov-Smirnov (KS). Konsep dasar dari uji Kolmogrov-Smirnov adalah
distribusi normal baku. Distribusi Normal baku adalah data yang telah
ditransformasikan dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi
sebenarnya uji Kolmogrov-Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji
normalitasnya dengan data normal baku. Apabila nilai signifikansi dari uji
Kolmogrov-Smirnov > 0,05 maka data distribusi normal (Ghozali, 2013:165).
3.8.1.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas
(Ghozali, 2006:105). Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau
tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
dependen dengan taraf signifikansi 5%, maka ada indikasi terjadi
heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model
yang diamati tidak memiliki varians yang konstant dari satu observasi ke
observasi lainnya (Hanke &Reitsch,1998:259). Artinya, setiap observasi
mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang
melatarbelakangi tidak terangkum dalam spesifikasi model. Gejala
heteroskedastisitas lebih sering dijumpai dijumpai dalam data silang tempat
daripada runtut waktu, maupun juga sering muncul dalam analisis yang
3.8.1.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2013:91 ). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
orgotonal (Ghozali, 2013:91).
3.8.1.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi
linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual ) pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu ) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal
ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena “gangguan”
pada seseorang individu/ kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada
individu/ kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2013:110).
Pengujian terhadap adanya fenomena autokorelasi dalam data yang
dianalisis dapat dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson Test (DW).
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi
(Ghozali,2013:110).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat melalui
Tabel 3.4. Kriteria Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl < d <4
Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4 –du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi, positif
atau negatif
Tidak ditolak Du < d < 4 – du
3.8.2 Uji Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan
linier antara dua variabel atau lebih. Di mana satu variabel sebagai variabel
dependen (terikat) dan yang lainnya sebagai variabel independen (bebas). Hasil
analisis regresi adalah berupa koefisien regresi untuk masing-masing variabel
independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel
dependen dengan suatu persamaan.
Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel atau lebih, juga menunjukan arah hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen.
Formulasi untuk persamaan regresi linier berganda Gujarati dalam Ghozali
(2013:96) adalah sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 +β3X3 +ε
Di mana:
Y = Peringkat sukuk
β0 = Konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien regresi berganda
x2 = Variabel likuiditas
x3 = Variabel Leverage
ε = Variabel pengganggu
3.8.3 Uji Hipotesis
3.8.3.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen/ terikat (Ghozali, 3012:98). Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : b1 = b2 = b3 = 0 (secara simultan profitabilitas, likuiditas, dan leverage
tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi syariah (sukuk)).
Ha : b1 ≠ b2≠ b3≠ 0 (secara simultan profitabilitas, likuiditas, dan leverage berpengaruh terhadap peringkat ob;igasi syariah (sukuk)).
Dalam penelitian ini F hitung akan dibandingkan dengan F tabel dengan
tingkat signifikansi α = 5%. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka keputusannya
adalah H0 diterima Ha ditolak dan jika nilai signifikansi < 0,05 maka
keputusannya H0 ditolak dan Ha diterima. Kriteria penilaian hipotesis statistik F
adalah sebagai berikut:
H0 diterima jika Fhitung≤ Ftabel
3.8.3.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t menunjukan seberapa besar pengaruh satu variabel independen secara
parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:84).
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : b1, b2, b3, = 0 (secara parsial suatu profitabilitas, likuiditas, dan
leverage tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi syariah
(sukuk)).
Ha : b1, b2, b3 ≠ 0 (secara parsial profitabilitas, likuiditas, dan leverage berpengaruh terhadap peringkat obligasi syariah (sukuk)).
Dalam penelitian ini t hitung akan dibandingkan dengan t tabel dengan
tingkat signifikansi α = 5%. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka keputusannya
adalah H0 diterima, Ha ditolak dan jika nilai signifikansi < 0,05 maka
keputusannya H0 ditolak dan Ha diterima. Uji dilakukan dengan membandingkan
nilai t hitung dengan nilai t tabel dengan kriteria sebagai berikut:
H0 diterima jika ttabel ≤ thitung ≤ ttabel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno kemudian membentuk
Jawatan Listrik dan Gas, yang berada di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan
Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik saat itu adalah sebesar 157,5
MW. Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN
(Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) dengan bidang usaha
penyediaan listrik, gas, dan kokas. Tanggal 1 Januari 1965 BPU-PLN dibubarkan,
diikuti pembentukan dua perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara
(PLN) sebagai pengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai
pengelola gas.
Tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan
Listrik Negara (PLN) berubah menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara,
bertindak sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan
tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Tahun 1994
Pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam
bisnis penyediaan llistrik. PLN kemudian beralih menjadi Perusahaan (Persero)
dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum.
Seiring dengan terbitnya UU Nomor 30 Tahun 2009, PLN bukan lagi sebagai
PKUK namun sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan tugas
PLN yang dikelola sampai akhir tahun 2014 telah semakin berkembang menjadi
39.257 MW.
4.1.2 PT. Indosat Tbk.
Didirikan pada tahun 1967, PT. Indosat Tbk (Indosat) adalah
penyelenggara jasa telekomunikasi dan informasi terkemuka di Indonesia. Indosat
menyediakan layanan selular, data tetap, dan layanan broadband nirkabel serta
layanan telekomunikasi tetap atau layanan suara tetap termasuk SLI, sambungan
tetap nirkabel serta sambungan telepon tetap dan layanan digital. Selain itu,
bersama anak-anak perusahaannya, PT Indosat Mega Media (IM2) dan PT
Aplikanusa Lintasarta, Indosat menyediakan layanan data tetap atau Multimedia,
Internet & Komunikasi Data (MIDI) serta IPVPN, penyewaan jalur, layanan
internet, dan layanan teknologi informasi segmen korporat. Saham Indosat tercatat
di Bursa Efek Indonesia
4.1.3 PT. Adhi Karya (Persero) Tbk.
Architecten-Ingenicure-en Annemersbedrijf Associatie Sellen de Bruyn,
Reyerse en de Vries N.V. adalah cikal bakal ADHI. Perusahaan milik Belanda ini
dinasionalisasi dan ditetapkan sebagai PN Adhi Karya pada tanggal 11 Maret
1960. Nasionalisasi ini menjadi pemacu pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Status PN Adhi Karya berubah menjadi Perseroan Terbatas pada 1 Juni 1974,
yang disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia.
Pada tahun 2004, ADHI menjadi perusahaan konstruksi pertama yang
sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia. Sebagai perseroan terbuka, ADHI
kepentingan, termasuk bagi kemajuan industri konstruksi di Indonesia yang
semakin pesat.
Menghadapi persaingan antar industri konstruksi yang semakin ketat,
Perseroan melakukan redefenisi visi dan misi yakni Menjadi Perusahaan
Konstruksi Terkemuka di Asia Tenggara. Perseroan juga memperkenalkan tagline
‘Beyond Construction”. Hal ini menegaskan motivasi Perseroan untuk bergerak
ke bisnis lain yang masih terkait dengan inti bisnis Perseroan.
4.1.4 PT. Mayora Indah Tbk
PT. Mayora Indah Tbk. (Perseroan) didirikan pada tahun 1977 dengan
pabrik pertama berlokasi di Tangerang. Menjadi perusahaan publik pada tahun
1990. Sesuai dengan anggaran dasarnya, kegiatan usaha perseroan diantaranya
adalah dalam bidang industri. Saat ini, PT. Mayora Indah Tbk. Dan entitas anak
memproduksi dan secara umum mengklasifikasikan produk yang dihasilkannya ke
dalam 6 divisi yang masing-masing mengahasilkan produk berbeda namun
terintegrasi, yaitu: Biskuit, Kembang gula, Wafer, Coklat, Kopi, dan Makanan
kesehatan.
Di Indonesia, Perseroan tidak hanya dikenal sebagai perusahaan yang
memproduksi makanan dan minuman olahan, tetapi juga dikenal sebagai market
leader yang sukses menghasilkan produk-produk yang menjadi pelopor pada
kategorinya masing-masing.
4.1.5 PT. Summarecon Agung Tbk.
PT. Summarecon Agung Tbk didirikan pada tahun 1975 oleh Bapak
real estat. Dimulai dengan membangun 10 hektar lahan di kawasan rawa-rawa di
daerah Kelapa Gading, para pendiri perusahaan berhasil mengubah kawasan
tersebut menjadi salah satu daerah hunian dan bisnis paling bergengsi di Jakarta.
Dan seiring berjalannya waktu, Summarecon berhasil membangun reputasi sebgai
salah satu pengembang properti terkemuka di Indonesia, khususnya dalam
pengembangan kota terpadu atau lebih dikenal dengan ‘township’. Summarecon
membangun kota terpadu yang mengintegrasikan pengembangan perumahan
dengan komersial, yang didukung oleh fasilitas yang beragam dan lengkap bagi
para penghuninya. Dalam tiga dasawarsa terakhir, Summarecon telah
mengembangkan kemampuan di segala bidang real estat meliputi pengembangan,
arsitek, teknik, manajemen proyek dan konstruksi, perencanaan tat kota,
infrastruktur, teknik desain yang berkelanjutan, manajemen kota terpadu, dan
manajemen properti ke dalam pengembangan kota terpadu.
Unit bisnis Summarecon saat ini dikelompokkan berdasar tiga aktivitas
yang berbeda, yaitu: Pengembangan properti, investasi dan manajemen properti,
rekreasi dan hospitality, dan lainnya.
4.1.6 PT. Salim Ivomas Pratama
Beberapa anggota dari Grup SIMP memiliki sejarah operasional yang
dimulai sejak awal tahun 1970-an (dalam hal ini divisi minyak goreng dan lemak
nabati) dan awal tahun 1980-an (dalam hal ini divisi perkebunan). Pada tahun
1997, PT. ISM mengakuisisi kepemilikan saham beberapa perusahaan yang
mengembangkan bisnisnya menjadi salah satu perusahaan yang memproduksi
melalui dua divisi utama, yaitu divisi perkebunan dan divisi minyak goreng dan
lemak nabati.
4.1.7 PT. Pupuk Kalimantan Timur
PT. Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) adalah anak Perusahaan dari
PT Pupuk Indonesia (persero) yang didirikan pada 7 Desember 1977. Pada
awalnya proyek Pupuk Kaltim dikelola oleh perusahaan minyak negara Pertamina
dengan fasilitas pabrik pupuk terapung atau pabrik di atas kapal. Namun karena
beberapa pertimbangan teknis, proyek tersebut dialihkan ke darat sesuai dengan
Keppres No.43 tahun 1975 dan kemudian melalui Keppres No. 39 tahun 1976
pengelolaanya diserahkan dari Pertamina kepada Departemen Perindustrian.
Mulai 2004, seiring dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan (SK Menperindag), Pupuk Kaltim bertanggung
jawab atas distribusi urea bersubsidi di Kawasan Timur Indonesia. Sejak saat itu,
Pupuk Kaltim telah membangun jaringan pemasaran di berbagai wilayah
Indonesiadan saat ini, wilayah tanggung jawab Pupuk Kaltim meliputi Kawasan
Timur Indonesia dan sebagian besar Jawa Timur dan Kalimantan, kecuali
Kalimantan Barat. Bisnis utama Pupuk Kaltim adalah memproduksi dan menjual
amoniak, urea, pupuk NPK, dan pupuk organik, baik untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri maupun luar negeri.
4.1.8 PT. Mitra Adi Perkasa
PT. Mitra Adiperkasa Tbk adalah sebuah perusahaan dengan merek-merek
kelas menengah atas di Indonesia. Berdiri pada tanggal 23 Januari 1995, Mitra
November 2004. MAP dibesarkan oleh Boyke Gozali dan pamannya, Sjamsul
Nursalim melalui PT. Satya Mulia Gema Gemilang. Perusahaan ini memiliki
jaringan ritel dengan total luas ruangan lebih dari600.000 m2, dengan 1828 gerai
di lokasi ritel utama pada 59 kota besar di Indonesia dengan lebih dari 21.000
karyawan.
4.1.9 PT. Adira Dinamika Finance Tbk
PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk berdiri pada tanggal 13 November
1990. Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan yang terakhir, kegiatan usaha
perusahaan antara lain: Sewa Guna Usaha (Leasing), anjak piutang (Factoring),
pembiayaan konsumen (consumer finansing), usaha kartu kredit, dan
menyediakan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif
Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam
penelitian ini maka digunakanlah analisis deskriptif. Analisis deskriptif ini
meliputi nilai rata-rata, jumlah data, dan standar deviasi dari 3 variabel
independen sebagai variabel yang mempengaruhi Peringkat obligasi syariah. Hasil
Tabel 4.1 Statistik deskriptif Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation
Minimu
m Maximum
Peringkat Sukuk 36 15,64 1,659 12 18
ROA 36 5,7933 4,64331 -4,89 16,31
CR 36 132,9969 56,06909 40,63 276,11
DER 36 186,1439 116,38477 65,14 635,84
Sumber: Hasil penelitian, 2015 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dengan N = 36 waktu amatan,
Peringkat Obligasi mempunyai nilai minimum 12 dan nilai maksimum 18.
Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 1,659 dan nilai
rata-rata (mean) sebesar 15,64. Nilai rata-rata-rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan
dengan standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data
berdistribusi dengan baik.
Return on Asset mempunyai nilai minimum - 4,89 dan nilai maksimum
16,31. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 4,64331 dan
nilai rata-rata (mean) sebesar 5,9733. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar
dibandingkan dengan standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa
data berdistribusi dengan baik.
Current Ratio mempunyai nilai minimum 40,63 dan nilai maksimum
276,11. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 56, 06909
dan nilai rata-rata (mean) sebesar 132, 9969. Nilai rata-rata (mean) yang lebih
besar dibandingkan dengan standar deviasi (standard deviation) menunjukkan
Debt to Equity Ratio mempunyai nilai minimum 65,14 dan nilai
maksimum 635,84. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar
116,38477 dan nilai rata-rata (mean) sebesar 186,1439. Nilai rata-rata (mean)
yang lebih besar dibandingkan dengan standar deviasi (standard deviation)
menunjukkan bahwa data berdistribusi dengan baik.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk normalitas adalah
Kolmogorov Smirnov. Uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dalam Tabel 4.2
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Uji Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 36
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.18701958
Most Extreme Differences Absolute .098
Positive .092
Negative -.098
Kolmogorov-Smirnov Z .586
Asymp. Sig. (2-tailed) .883
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai residual terdistribusi
normal dengan Asymp.Sig (2-tailed) > 0,05 yaitu sebesar 0,883, sehingga model
memiliki residual yang terdistribusi normal. Dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara
normal.
Metode lain untuk mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan
metode analisis grafik, baik dengan melihat grafik secara histogram atau dengan
melihat secara Normal Probability Plot. Normalitas dapat dideteksi dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan
melihat histogram dari residualnya.
Berdasarkan tampilan grafik histogram (dapat dilihat pada Gambar 4.1),
uji normalitas dengan melihat grafik secara histogram dapat disimpulkan bahwa
variabel residual berdistribusi normal karena data mengikuti arah garis grafik
histogramnya.
Sedangkan berdasarkan grafik normal plot (dapat dilihat pada gambar 4.2),
dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Hal ini
mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 4.2 Normal Plot
4.2.2.2Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh hasil bahwa variabel ROA, CR, dan DER bebas
dari multikolinearitas yang ditunjukkan dengan nilai tolerance > 0,10 dan nilai
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROA ,895 1,117
CR ,945 1,058
DER ,902 1,109
4.3 Dependent Variable: Peringkat Sukuk Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data diolah)
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah grup
mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut. Hasil dari uji
heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut:
Gambar 4.3 Scatterplot
Berdasarkan hasil scatterplot, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak
bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi.
4.2.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Cara mengetahui adanya autokorelasi
dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Hasil dari uji autokorelalsi dapat
dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
a. Predictors: (Constant), DER, CR, ROA b. Dependent Variable: Peringkat Sukuk
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, hasil uji autokorelasi dengan Durbin-Watson
menunjukkan angka sebesar 1,704. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel
Durbin-Watson pada signifikansi 5% jumlah sampel data 36 (n = 36), jumlah
variabel independen 3 (K = 3), didapatkan nilai dl = 1,2953 dan nilai du = 1,6539.
Syarat tidak adanya autokorelasi positif atau negatif pada penelitian adalah du < d
< 4 – du dengan 1,6539 < 1,704 < 4 – 1,6539; 1,6539 < 1,704 < 2,3461 maka
dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada penelitian ini.
4.2.3 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui arah
regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients terhadap ketiga variabel yaitu
ROA, CR, dan DER terhadap Peringkat Obligasi Syariah ditunjukkan pada Tabel
4.5 berikut:
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
a. Dependent Variable: Peringkat Sukuk
Dari Tabel 4.5 dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = 12,578 – 0,39X1 + 0,015X2 + 0,007X3
Berdasarkan persamaan regresi linier berganda diperoleh koefisien regresi
ROA sebesar – 0,39. Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan
negatif antara ROA terhadap Peringkat Obligasi Syariah. Koefisien regresi CR
sebesar 0,015. Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan positif
antara CR terhadap Peringkat Sukuk. Koefisien regresi DER sebesar 0,007.
Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan positif antara DER
terhadap Peringkat Obligasi Syariah.
Dari persamaan regresi linier berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Nilai konstanta persamaan di atas sebesar 12,578. Artinya apabila nilai ROA
(X1), CR (X2), dan DER (X3) dianggap konstan, maka Peringkat Obligasi
2. ROA memiliki nilai koefisien regresi yang negatif yaitu sebesar – 0,39. Nilai
koefisien negatif menunjukan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap
Peringkat Obligasi Syariah. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi
kenaikan ROA sebesar 1%, maka peringkat Obligasi Syariah akan mengalami
penurunan sebesar 0,39 poin dengan asumsi variabel independen lain dinggap
konstan.
3. CR memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 0,015. Nilai
koefisien yang positif menunjukkan bahwa CR berpengaruh positif terhadap
Peringkat Sukuk. Hal ini menggambarkan jika terjadi kenaikan CR sebesar
1%, maka Peringkat Sukuk akan mengalami kenaikan sebesar 0,015 poin
dengan asumsi variabel independen lain dianggap konstan.
4. DER memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 0,007. Nilai
koefisien positif menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif terhadap
Peringkat Obligasi Syariah. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi
kenaikan DER sebesar 1x, maka Peringkat Obligasi Syariah akan
mengalammi kenaikan sebesar 0,007 poin, dengan asumsi variabel
independen lain dianggap konstan.
4.2.4 Pengujian Hipotesis
4.2.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui arah
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Persamaan
independent yaitu ROA, CR, dan DER terhadap Peringkat Obligasi Syariah
Perusahaan ditunjukkan pada Tabel 4.6 berikut
Tabel 4.6
Hasil Hipotesis Secara Serempak (Uji F) ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 46,990 3 15,663 10,164 ,000a
Residual 49,316 32 1,541
Total 96,306 35
a. Predictors: (Constant), DER, CR, ROA b. Dependent Variable: Peringkat Sukuk
Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh nilai Fhitung sebesar 10,164 sedangkan
Ftabel pada tingkat kepercayaan α = 5% adalah 2,90. Nilai Fhitung 10,164 > Ftabel 2,90
dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan demikian berarti H1 diterima dan H0
ditolak, atau dapat dinyatakan bahwa ROA, CR, dan DER berpengaruh signifikan
terhadap Peringkat Obligasi Syariah Perusahaan penerbit obligasi syariah.
4.2.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen (secara parsial) yang terdiri atas ROA, CR, dan DER terhadap
Peringkat Obligasi Syariah. Hasil uji t dapat kita lihat pada Tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7
Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Coefficientsa
Kriteria pengambilan keputusan menggunakan taraf nyata 5% untuk uji
dua arah (α/2 = 0,05/2 = 0,025) dengan derajat bebas (df) = n – k = 36 – 4 = 32.
Nilai t tabel dengan taraf nyata α/2 = 0,025 dan df = 32 adalah 2,0369.
1. Pengujian ROA (X1) terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Y) menunjukkkan
signifikansi (0,415) > α (0,05) dan thitung adalah - 0,826 dimana thitung (- 0,826)
< ttabel (2,0369), maka H1 ditolak dan H0 diterima. Artinya karena tingkat
signifikansi > 0,05 dan thitung bertanda negatif, maka secara parsial ROA
berpengaruh negatif dan tidak signikan terhadap Peringkat Obligasi Syariah.
2. Pengujian CR (X2) terhadap Peringkat Obligasi (Y) menunjukkan signifikansi
(0,000) < α (0,05) dan thitung adalah 3,916 dimana thitung (3,916) > ttabel
(2,0369), maka H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya karena tingkat
signifikansi < 0,05 dan thitung bertanda positif, maka secara parsial CR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Peringkat Sukuk.
3. Pengujian DER (X3) terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Y) menunjukkkan
signifikansi (0,001) < α (0,05) dan thitung adalah 3,634 dimana thitung (3,634) >
ttabel (2,0369), maka H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya karena tingkat
signifikansi < 0,05 dan thitung bertanda positif, maka secara parsial DER
berpengaruh positif dan signikan terhadap Peringkat Obligasi Syariah.
4.2.4.3 Koefisien Determinasi
Koefisien determinansi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai R2 terletak antara 0 sampai
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil analisis
data diperoleh hasil uang ditunjukkan pada Tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb Mode
l R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,699a ,488 ,440 1,241
a. Predictors: (Constant), DER, CR, ROA
b. Dependent Variable: Peringkat Sukuk
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai adjusted R2 adalah
0,440. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 44,0% Peringkat Obligasi Perusahaan
dipengaruhi oleh variasi dari ketiga variabel independen yang digunakan yaitu
Return on Asset (ROA), Current Ratio (CR), dan Debt to Equity Ratio (DER).
Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Sukuk)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki nilai thitung
lebih kecil dari ttabel (- 0,826 < 2,0369) dan nilai signifikansi di atas 0,05 yaitu
0,415. Sehingga dapat diartikan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap peringkat sukuk .
Profitabilitas mengukur efektivitas perusahaan yang ditunjukkan oleh laba
yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan. Dalam penelitian ini,
membandingkan laba bersih dengan total aset. Hasil ini sejalan dengan beberapa
penelitian sebelumnya menemukan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap peringkat obligasi, antara lain penelitian yang dilakukan oleh
Wulandari, dkk (2011) dan Melis (2014).
Rasio profitabilitas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba, namun tidak secara signifikan mempengaruhi peringkat
sukuk. Penyebab hasil ini tidak signifikan disebabkan oleh penggunaan laba yang
dilakukan oleh perusahaan untuk berinvestasi maupun membayar kewajiban
jangka pendek atau jangka panjangnya, sehingga laba yang ada pada data
sekunder tidak mencerminkan laba yang sebenarnya dan laba tersebut tidak
digunakan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang terkait dengan sukuk.
4.3.2 Pengaruh Likuiditas Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Sukuk)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa likuiditas memiliki nilai thitung lebih
besar dari ttabel (3,916 > 2,0369) dan nilai signifikansi di bawah 0,05 yaitu 0,000.
Sehingga dapat diartikan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap
peringkat sukuk.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan
Current Ratio (CR) selama periode penelitian mempengaruhi peringkat sukuk
secara signifikan. Current Ratio yang tinggi menunjukkan keefektifan perusahaan
dalam menggunakan modal kerja yang digunakan untuk kegiatan operasional
perusahaan sehingga perusahaan mampu menghasilkan keuntungan. Selain itu,
seluruh kewajiban jangka pendek. Hal ini akan menimbulkan keyakinan terhadap
investor sehingga berdampak pada peringkat sukuk. Hasil penelitian ini
memperkuat hasil yang sebelumnya dilakukan oleh Afiani (2012) dan Puspitasari
dkk (2013) yang menyatakan bahwa Current Ratio berpengaruh positif dan
signifikan terhadap peringkat sukuk.
4.3.3 Pengaruh Leverage Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Sukuk)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa leverage memiliki nilai thitung lebih
besar dari ttabel (3,634 > 2,0369) dan nilai signifikansi di bawah 0,05. Rasio
leverage memiliki nilai positif yang berarti bahwa meningkatnya leverage akan
berpengaruh terhadap semakin tingginya peringkat sukuk, dan sebaliknya semakin
kecil leverage akan berpengaruh pada semakin rendahnya peringkat sukuk.
Sehingga dapat diartikan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap
peringkat sukuk.
Rasio leverage dalam penelitian ini diproksi dengan Debt to Equity Ratio
(DER) yaitu dengan membandingkan total kewajiban dengan total ekuitas. Rasio
ini digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutangnya.
Jika rasio ini cukup tinggi, maka hal tersebut menunjukkan tinginya penggunaan
hutang, sehingga hal ini dapat membuat perusahaan mengalami kesulitan
keuangan dan biasanya memiliki risiko kebangkrutan yang cukup besar. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Adrian
(2011) dan Pertiwi (2013) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan
dalam penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara serempak Return on Asset (ROA), Current Ratio (CR), dan Debt to
Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap Peringkat Obligasi
Syariah (Sukuk).
2. Secara parsial Return on Asset (ROA) berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Sukuk). Sedangkan Current
Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Peringkat Obligasi Syariah (Sukuk).
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan Penerbit Obligasi (Emiten)
Emiten hendaknya memperbaiki atau meningkatkan kinerja keuangannya,
guna meningkatkan minat dan kepercayaan investor untuk berinvestasi. Hal
tersebut dapat dilakukan misalnya dengan selalu tepat waktu dalam melunasi
kewajiban jangka pendeknya, sehingga likuiditas perusahaan selalu terjaga
dengan baik dan menggunakan lebih sedikit hutang dibandingkan modal
keuangan yang diukur dengan rasio leverage dan likuiditas terbukti mampu
mempengaruhi kenaikan obligasi perusahaan manufaktur yang terdapat di
Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi Investor dan Calon Investor
Bagi para investor yang ingin menginvestasikan dananya dalam bentuk
obligasi syariah (sukuk) hendaknya memperhatikan peringkat sukuk
perusahaan, memilih sukuk dengan rasio likuiditas dan rasio leverage yang
baik, karena perusahaan yang memiliki peringkat sukuk serta rasio likuiditas
dan leverage yang baik menandakan semakin kecil kemungkinan perusahaan
tersebut akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya pada saat
jatuh tempo.
3. Bagi Peneliti Selajutnya
a. Objek pada penelitian ini hanya terbatas pada sukuk yang terdaftar di
BEI dan diperingkat oleh PT. PEFINDO. Peneliti selanjutnya dapat
menggunakan perusahaan pemeringkat efek yang lebih beragam yang
juga beroperasi di Indonesia, seperti PT Fitch Rating Indonesia dan PT.
ICRA Indonesia.
b. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,440
atau 44% yang berarti variasi dari peringkat sukuk yang dapat dijelaskan
oleh variabel-variabel independen dalam penelitian ini sebesar 44% dan
sisanya 56% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obligasi
Obligasi berasal dari bahasa Belanda “obligatie” yang secara harfiah
berarti hutang atau kewajiban. Obligasi merupakan salah satu bentuk surat
berharga yang saat ini sangat marak beredar dalam kegiatan pasar modal di
Indonesia. Menurut Pasal 1 butir 34 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1548/KMK.013/1990 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991, obligasi adalah bukti utang dari emiten
yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan
pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun sejak tanggal emisi.
Arthur J. Keown dalam buku nya yang berjudul Basic Financial
Management mengemukakan bahwa Obligasi atau bond adalah surat utang jangka
panjang yang dikeluarkan oleh peminjam, dengan kewajiban untuk membayar
kepada bond holder (pemegang obligasi) sejumlah bunga tetap yang telah
ditetapkan sebelumnya. Obligasi adalah suatu perikatan yang berisi janji (Sutedi,
2009 : 1)
2.2 Obligasi Syariah
The Council of the Islamic Fiqh Academy, dalam pertemuan ke-6 yang
diadakan di Jeddah, Arab Saudi, 14 – 20 Maret 1990 membahas mengenai
1. Obligasi yang memberikan kewajiban untuk membayar jumlah obligasi dan
bunganya terkait dengan face value atau keuntungan yang telah ditetapkan
sebelumnya, dilarang dalam syariah. Penerbitan, pembelian, dan negosiasi
obligasi tersebut semuanya dilarang karena terkait dengan bunga pinjaman
(interest-bearing loans)
2. Zero coupon bonds juga dilarang karena dijual pada harga yang lebih rendah
dari face value-nya. Pemilik obligasi tersebut akan memperoleh keuntungan
dari perbedaan harga yang merupakan diskon dari obligasi.
3. Obligasi Berhadiah juga dilarang karena dipinjamkan dengan kewajiban untuk
membayar keuntungan yang telah ditentukan atau jumlah tambahan yang
diambil sesuai keinginan pihak-pihak tertentu. Obligasi ini juga diibaratkan
sebagai judi (Qimar).
Dengan kata lain, obligasi dilarang dalam Islam karena mengandung unsur
riba (bunga) didalamnya juga mengharuskan peminjam untuk membayar sejumlah
nilai obligasi ditambah jumlah tertentu sesuai bunga. Dilarangnya kegiatan yang
berkaitan dengan obligasi, membuat AAOIFI Shari’a Board membuat suatu
alternatif pembiayaan sebagai pengganti obligasi yang disebut Sukuk. Di
Indonesia, sukuk dikenal dengan nama obligasi syariah yang dibedakan dengan
obligasi konvensional.
2.2.1 Pengertian Obligasi Syariah
Ketentuan yang mengatur tentang penerbitan sukuk, terutama dari sisi
syariah telah ditetapkan oleh Accounting and Auditing Otganization for Islamic
Sukuk. AAOIFI sendiri mendefenisikan sukuk sebagai sertifikat bernilai sama
yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu aset, hak
manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi
tertentu.
Menurut Undang-undang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), obligasi
syariah adalah Surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah,
sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap asset SBSN, baik dalam mata uang
rupiah maupun valuta asing.
Akad-akad yang dapat digunakan dalam penerbitan SBSN: Ijarah,
Mudarabah, Musyarajah, Istishna’, akad lainnya sepanjang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan kombinasi dari dua akad atau lebih.
Menurut Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan No. KEO130/BL/2006 Peraturan No. IX.A.13: Sukuk adalah efek
syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili
bagian penyertaan yang tidak terpisah atau tidak terbagi atas kepemilikan asset
berwujud tertentu, nilai manfaat, dan jasa atas asset proyek tertentu atau aktivitas
investasi tertentu.
Menurut Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
Fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002:
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/ margin/ fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
2.2.2 Sekilas Sejarah Perkembangan Obligasi Syariah
Sesungguhnya, obligasi syariah (sukuk) ini bukan merupakan istilah baru
dalam sejarah Islam. Istilah tersebut sudah dikenal sejak abad pertengahan,
dimana umat Islam menggunakannya dalam konteks perdagangan internasional.
Sukuk merupakan bentuk jamak dari kata sakk yang memilliki arti yang sama
dengan sertifikat atau note. Ia dipergunakan oleh pedagang pada masa itu sebagai
dokumen yang menunjukkan kewajiban finansial yang timbul dari usaha
perdagangan dan aktivitas komersial lainnya. Namun demikian, sejumlah penulis
Barat yang memiliki concern terhadap sejarah Islam dan Bangsa Arab,
menyatakan bahwa sakk inilah yang menjadi akar kata cheque dalam bahasa latin,
yang saat ini telah menjadi sesuatu yang lazim dipergunakan dalam transaksi
dunia perbankan kontemporer.
Dalam perkembangannya, The Islamic Jurisprudence Council (IJC)
kemudian mengeluarkan fatwa yang mendukung berkembangnya sukuk. Hal
tersebut mendorong Otoritas Moneter Bahrain (BMA – Bahrain Monetary
Agency) untuk meluncurkan saham sukuk berjangka waktu 91 hari dengan nilai 25
juta dolar AS pada tahun 2001. Kemudian Malaysia pada tahun yang sama
meluncurkan Global Corporate Sukuk di pasar keuangan Islam internasional.
Inilah sukuk global yang pertama kali muncul di pasar internasional. Selanjutnya,
penerbitan sukuk di pasar internasional terus bermunculan. Tidak ketinggalan,
tahun 2002 pemerintah Malaysia menerbitkan sukuk dengan nilai 600 juta dolar
AS dan terserap habis oleh pasar dengan cepat, bahkan sampai terjadi over
subscribe. Begitu pula pada Desember 2004, pemerintah Pakistan menerbitkan
sukuk di pasar global dengan nilai 600 juta dolar AS dan langsung terserap habis
oleh pasar.
2.2.3 Karakteristik Obligasi Syariah (sukuk)
Obligasi Syariah mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, obligasi
syariah menekankan pendapatan investasi bukan berdasarkan kepada tingkat
bunga (kupon) yang telah ditentukan sebelumnya. Tingkat pendapatan dalam
obligasi syariah berdasar kepada tingkat rasio bagi hasil (nisbah) yang besarnya
telah disepakati oleh pihak emiten dan investor. Kedua, dalam sistem
pengawasannya selain diawasi oleh pihak wali amanat maka mekanisme obligasi
syariah juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (di bawah Majelis Ulama
Indonesia) sejak dari penerbitan obligasi sampai akhir dari masa penerbitan
obligasi tersebut. Dengan adanya sistem ini maka prinsip kehati-hatian dan
perlindungan kepada investor obligasi syariah diharapkan bisa lebih terjamin.
Ketiga, jenis industri yang dikelola oleh emiten serta hasil pendapatan perusahaan
penerbit obligasi harus terhindar dari unsur non halal.
Secara umum, ketentuan mekanisme mengenai obligasi syariah adalah
sebagai berikut :
1. Obligasi syariah haruslah berdasarkan konsep syariah yang hanya memberikan
pendapatan kepada pemegang obligasi dalam bentuk bagi hasil atau revenue
2. Obligasi syariah mudharabah yang diterbitkan harus berdasarkan pada bentuk
pembagian hasil keuntungan yang telah disepakati sebelumnya serta
pendapatan yang diterima harus bersih dari non halal.
3. Nisbah (rasio bagi hasil) harus ditentukan sesuai kesepakatan sebelum
penerbitan obligasi tesrsebut.
4. Pembagian pendapatan dapat dilakukan secara periodik atau sesuai ketentuan
bersama, dan pada saat jatuh tempo hal itu diperhitungkan secara keseluruhan.
5. Sistem pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah
atau oleh Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI.
6. Apabila perusahaan penerbit obligasi melakukan kelalaian atau melanggar
syarat perjanjian, wajib dilakukan pengembalian dana investor dan harus dibuat
surat pengakuan utang.
7. Apabila emiten berbuat kelalaian atau cedera janji maka pihak investor dapat
menarik dananya.
8. Hak kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat dipindah tangan kepada
pihak lain sesuai kesepakatan akad perjanjian.
Tabel 2.1
Perbandingan Obligasi Syariah (Sukuk) dengan Obligasi Konvensional
Deskripsi Obligasi Syariah Obligasi Konvensional
Penerbit Pemerintah, korporasi Pemerintah, korporasi
Sifat Instrumen Sertifikat kepemilikan/
penyertaan atas suatu aset
Instrumen pengakuan utang
Penghasilan Imbalan, bagi hasil, margin Bunga kupon, capital gain
Jangka waktu Pendek – menengah Menengah – panjang
Underlying asset Perlu Tidak perlu
Price Market price Market price
Investor Islami, konvensional Konvensional
Penggunaan dana hasil penerbitan
Harus sesuai syariah Bebas
2.2.4 Jenis Obligasi Syariah (Sukuk)
Jenis sukuk berdasarkan Standar Syariah AAOIFI No.17 tentang
Investment Sukuk, terdiri dari :
1. Sertifikat kepemilikan dalam aset yang disewakan.
2. Sertifikat kepemilikan atas manfaat, yang terbagi menjadi 4 (empat) tipe :
Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset yang telah ada, Sertifikat kepemilikan
atas manfaat aset di masa depan, sertifikat kepemilikan atas jasa pihak tertentu
dan Sertifikat kepemilikan atas jasa di masa depan.
3. Sertifikat salam.
4. Sertifikat istishna.
5. Sertifikat murabahah.
6. Sertifikat musyarakah.
7. Sertifikat muzara’a.
8. Sertifikat musaqa.
9. Sertifikat mugharasa.
Sementara itu Academy for International Modern Studies (AIMS)
mengklasifikasikan jenis sukuk sebagai berikut:
1. Sukuk mudharabah
2. Sukuk musyarakah
3. Sukuk ijarah
4. Sukuk murabahah
5. Sukuk salam
7. Sukuk hybrid
Di samping itu, AIMS juga membagi sukuk menjadi empat kelompok
berdasarkan aset atau proyek yang menjadi dasar transaksinya, sebagai berikut:
1. Sukuk yang mewakili kepemilikan pada aset berwujud (sebagian besar berupa
transaksi sale and lease back atau direct lease);
2. Sukuk yang mewakili kemanfaatan atau jasa (mendasarkan pada transaksi sub
lease atau penjualan jasa/sale of service);
3. Sukuk yang mewakili bagian ekuitas dalam usaha atau portofolio investasi
tertentu (berdasarkan akad musyarakah atau mudharabah);
4. Sukuk yang mewakili piutang atau barang yang diterima di masa depan
(berdasarkan murabahah, salam, atau istishna).
Atas dasar proyek atau aset yang mendasarinya tersebut di atas, sukuk
dapat juga dikelompokkan menjadi dua yaitu sukuk yang dapat diperdagangkan
dan sukuk yang tidak dapat diperdagangkan. Sukuk yang dapat diperdagangkan
(tradable sukuk) adalah sukuk yang mewakili aset berwujud atau porsi
kepemilikan dari usaha atau portofolio investasi tertentu. Contohnya : sukuk
ijarah, sukuk mudharabah, atau sukuk musyarakah. Sementara sukuk yang
mewakili piutang dalam bentuk uang maupun barang tidak dapat diperdagangkan
(non-tradable sukuk). Contohnya : sukuk salam, sukuk istishna, atau sukuk
murabahah.
Di Indonesia, fatwa DSN MUI baru mengatur beberapa jenis Obligasi
Syariah yaitu Obligasi Syariah Mudharabah (fatwa Nomor
Obligasi Syariah Mudharabah Konversi (fatwa Nomor 59/DSN-MUI/V/2007).
Jenis-jenis sukuk yang dimungkinkan untuk diterbitkan berdasarkan Peraturan
Bapepam dan LK Nomor IX.A.14 tentang Akad-Akad yang Digunakan Dalam
Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal adalah sukuk Mudharabah dan sukuk
Ijarah.
2.2.5 Peringkat Obligasi Syariah (Sukuk)
Dalam investasi, peringkat merupakan salah satu hal yang sangat penting
karena menentukan suatu perusahaan atau negara bisa mendapatkan pendanaan
dari penerbitan obligasi atau tidak dan berapa besar kupon atau imbal hasil yang
harus dibayarkan agar diterima investor. Dalam investasi, baik saham, reksadana,
maupun obligasi, perubahan rating terutama rating suatu negara bisa menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi arah investasi. Maka dari itu, investor perlu
mengetahuinya.
Peringkat adalah suatu penilaian yang terstandarisasi terhadap kemampuan
suatu negara atau perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya. Karena
terstandarisasi artinya rating suatu perusahaan atau negara dapat dibandingkan
dengan perusahaan atau negara lain sehingga dapat dibedakan siapa yang
mempunyai kemampuan lebih baik, siapa yang kurang. Peringkat dikeluarkan
oleh perusahaan pemeringkat dan biasanya untuk menjadi perusahaan
pemeringkat harus mendapat izin resmi dari pemerintah (Pefindo). Peringkat
obligasi yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat memberikan gambaran tentang
kredibilitas (credit worthiness) dan mempengaruhi penjualan obligasi tersebut
Peringkat obligasi adalah opini tentang kelayakan kredit dari penerbit
obligasi berdasarkan faktor-faktor risiko yang relevan. Peringkat yang diberikan
bukan merupakan sebuah rekomendasi untuk membeli, menjual, atau
mempertahankan suatu obligasi. Opini ini berfokus pada kapasitas dan kemauan
penerbit obligasi untuk memenuhi kewajibannya secara tepat waktu. Opini yang
diberikan juga tidak spesifik menunjuk suatu obligasi tetapi untuk perusahaan
penerbit obligasi tersebut. Peringkat obligasi tersebut memberikan analisis tentang
kelayakan kredit perusahaan sehingga dapat digunakan untuk berbagai macam
tujuan finansial dan komersial, seperti negosiasi leasing jangka panjang atau
meminimalisasi letter of credit untuk vendor. Selain itu, perusahaan dapat
memilih untuk menerbitkan peringkat yang didapatkan pada publik atau
merahasiakannya. (Ong: 2002).
Sebelum melakukan penjualan obligasi, kebanyakan korporasi akan
meminta lembaga pemeringkat untuk memberikan peringkat. Dalam proses
pemeringkatan ini, hal yang paling penting adalah pertemuan dengan manajemen
korporat. Pertemuan ini dimaksudkan untuk melakukan review yang detail
terhadap rencana operasional dan finansial perusahaan, kebijakan manajemen, dan
faktor-faktor kredit lain yang dapat mempengaruhi peringkat. CFO dan CEO
perusahaan biasanya mewakili manajemen dalam pertemuan yang dijadwalkan
beberapa kali ini.
Pada umumnya, lembaga pemeringkat akan meminta laporan keuangan
yang sudah diaudit, laporan keuangan interim, deskripsi tentang kegiatan operasi
mempengaruhi tingkat pengembalian obligasi yang diharapkan oleh investor.
Semakin buruk peringkat suatu obligasi, maka akan semakin tinggi pula tingkat
pengembalian hasil yang akan dituntut investor atas suatu obligasi.
Obligasi berperingkat rendah akan menyediakan tingkat kupon yang
tinggi. Sebaliknya obligasi dengan peringkat tinggi menandakan bahwa kualitas
obligasi teersebut bagus sehingga dapat memberikan tingkat kupon yang rendah
(Darmawan, 2007). Peringkat obligasi penting karena obligasi dengan peringkat
yang rendah biasanya memiliki biaya bunga yang lebih tinggi. Tetapi,
penelitian-penelitian terakhir menunjukkan bahwa peringkat obligasi kurang mencerminkan
risiko obligasi. Harga saham dan harga obligasi dari suatu perusahaan tidak
memperlihatkan efek yang abnormal diakibatkan oleh perubahan peringkat. Hal
ini mungkin disebabkan oleh karena peringkat obligasi didasarkan pada informasi
yang tersedia di publik dan tidak menambahkan informasi baru bagi pasar. (Ross,
et al., : 2008).
Perusahaan-perusahaan umumnya berusaha untuk mempertahankan
peringkat obligasi yang dimilikinya karena menguntungkan bagi perusahaan.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh adalah kemampuan untuk
menerbitkan commercial paper, jalan masuk ke pasar modal dan investor, dan
hubungan yang lebih baik dengan pihak ketiga. Keuntungan-keuntungan yang
diperoleh tersebut mendorong perusahaan untuk mempertahankan peringkat
obligasinya dengan mengurangi penggunaan hutang pada saat menjelang
mencegah penurunan peringkat obligasi dan mendorong peningkatan peringkat
obligasi tersebut (Kisgen, 2006).
Peringkat obligasi saat ini dipandang penting. Securities and Exchange
Commission (SEC), dalam laporannya mengenai peran dan fungsi lembaga
pemeringkat, menyatakan bahwa pentingnya peringkat obligasi bagi investor telah
meningkat secara signifikan sehingga mempengaruhi struktur transaksi finansial,
akses penerbit obligasi terhadap modal, dan kemampuan investor dalam
melakukan investasi. Bahkan majalah The Economist (2005) menyatakan bahwa
saat ini lembaga-lembaga pemeringkat adalah salah satu institusi yang paling
berpengaruh di pasar modal.
Manfaat umum dari proses pemeringkatan obligasi adalah (Rahardjo,
2004):
1. Sistem informasi keterbukaan pasar yang transparan yang menyangkut
berbagai produk obligasi akan menciptakan pasar obligasi yang sehat dan
transparan juga.
2. Efisiensi biaya. Hasil peringkat obligasi yang bagus biasanya memberikan
keuntungan, yaitu menghindari kewajiban persyaratan keuangan yang
biasanya memberatkan perusahaan, seperti penyediaan sinking fund dan
jaminan aset.
3. Menentukan besarnya coupon rate, semakin bagus peringkatnya, cenderung
4. Memberikan informasi yang obyektif dan independen menyangkut
kemampuan pembayaran hutang, tingkat risiko investasi yang mungkin
timbul, serta jenis dan tingkatan hutang tersebut.
5. Mampu menggambarkan kondisi pasar obligasi dan kondisi ekonomi pada
umumnya.
Adapun beberapa manfaat yang akan didapatkan oleh emiten adalah:
1 Informasi posisi bisnis. Pihak perusahaan dapat mengetahui posisi bisnis dan
kinerja usahanya dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.
2 Menentukan struktur obligasi. Perusahaan dapat menentukan beberapa syarat
atau struktur obligasi yang meliputi tingkat suku bunga, jenis obligasi, jangka
waktu jatuh tempo, jumlah emisi obligasi serta berbagai struktur pendukung
lainnya.
3 Mendukung kinerja. Apabila emiten mendapatkan peringkat yang cukup
bagus maka kewajiban menyediakan sinking fund atau jaminan kredit bisa
dijadikan pilihan alternatif.
4 Alat pemasaran. Peringkat obligasi yang baik terlihat lebih menarik sehingga
dapat membantu pemasaran obligasi tersebut.
5 Menjaga kepercayaan investor. Peringkat obligasi yang independen akan
membuat investor merasa lebih aman sehingga kepercayaan bisa lebih
terjaga.
Di Indonesia, perusahaan yang mendapat izin serta menjadi market leader
dalam pemberian rating adalah PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia).
usaha serupa yaitu Fitch Rating Indonesia dan ICRA (Indonesia Credit Rating
Agency). Umumnya perusahaan yang mendapat izin dari pemerintah Indonesia
hanya memeringkat perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia.
Sementara rating terhadap kemampuan membayar hutang suatu negara dilakukan
oleh perusahaan pemeringkat yang mendapat pengakuan internasional. Dahulu
perusahaan pemeringkat ini didominasi oleh 3 pemain besar seperti Standard &
Poor, Moody’s Investor Service, dan Fitch Rating. Namun, belakangan ini juga
semakin bermunculan perusahaan pemeringkat yang ratingnya juga diakui selain 3
pemain besar di atas. Perusahaan pemeringkat lainnya yaitu JCRA (Japan Credit
Rating Agency) dan Rating & Information Service Inc.
Tabel 2.2
Interpretasi Rating Pefindo
Rating Keterangan
AAA Obligasi yang diperingkat sebagai AAA adalah obligasi dengan peringkat tertinggi yang diberikan oleh Pefindo. Kapasitas penerbit obligasi untuk membayar kewajiban jangka panjangnya sangat superior dibandingkan dengan penerbit obligasi Indonesia lainnya.
AA Obligasi dengan peringkat AA hanya berbeda sedikit dengan obligasi dengan peringkat AAA. Kapasitas penerbit obligasi untuk membayar kewajiban jangka panjangnya sangat kuat dibandingkan dengan penerbit obligasi Indonesia lainnya.
A Obligasi dengan peringkat A mengindikasikan kapasitas penerbit obligasi untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya relatif kuat dibandingkan dengan penerbit obligasi lainnya, tetapi obligasi ini tetap lebih mudah terpengaruh oleh perubahan keadaan dan kondisi ekonomi daripada obligasi peringkat AAA dan AA.
BBB Obligasi berperingkat BBB mengindikasikan parameter yang cukup aman dibandingkan dengan obligasi Indonesia lainnya. Memburuknya kondisi ekonomi atau perubahan keadaan akan mempengaruhi kapasitas penerbit obligasi untuk membayar kewajiban jangka panjangnya.
BB Obligasi dengan peringkat BB menggambarkan parameter perlindungan
yang relatif agak lemah dibandingkan dengan obligasi lainnya. Kapasitas dari penerbit obligasi untuk membayar kewajiban jangka panjangnya cukup rawan terhadap ketidakpastian terhadap kondisi bisnis, finansial, dan ekonomi.
B Obligasi dengan peringkat B menggambarkan parameter perlindungan yang