• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penyakit ISPA dan DBD pada Balita Terkait Kondisi Topografi dan Iklim (Kasus: Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Penyakit ISPA dan DBD pada Balita Terkait Kondisi Topografi dan Iklim (Kasus: Kabupaten Bogor)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

Loading

Gambar

Gambar 1  Peta ketinggian tempat (mdpl) kecamatan kajian wilayah Bogor
Gambar 4  Rata-rata kemiringan lereng (%) dari nilai terkecil ke nilai terbesar kecamatan kajian Kabupaten Bogor
Gambar 5  Rataan IR ISPA balita tahun 2004-2013 berdasarkan slope (a) dan elevasi
Gambar 6  Rataan IR DBD balita tahun 2004-2013 berdasarkan slope (a) dan elevasi (b)
+4

Referensi

Dokumen terkait

imunisasi tidak lengkap dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas. Cempaka dengan nilai p value= 0,000 dengan Odds Ratio 3,99

Untuk mengetahui hubungan antara kejadian stunting dengan frekuensi penyakit Diare dan ISPA pada balita usia 12-48 bulan di wilayah Puskesmas Gilingan Surakarta

Kesimpulan: Frekuensi ISPA dan diare lebih sering terjadi pada balita stunting dibandingkan dengan balita normal. Tidak ada hubungan kejadian stunting dengan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan secara signifikan terhadap penyakit ISPA pada balita antara lain keberadaan perokok di dalam rumah, penggunaan

Faktor karakteristik balita dan perilaku keluarga terhadap kejadian ISPA

perokok dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Pintu Batu, Kecamatan Silaen,. Kabupaten Toba Samosir

Tingginya angka kejadian ISPA, yang mana usia balita adalah kelompok yang paling rentan terhadap infeksi dan kondisi fisik rumah sebagian besar bangunannya

Tidak ada hubungan kejadian stunting dengan frekuensi ISPA maupun diare pada balita usia 12-48 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.. Kata Kunci: kejadian