BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% per tahun pada golongan usia balita. Menurut WHO ±13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang (WHO, 2007).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala : tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. Period
Prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir. Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%) Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Nusa Tenggara Timur juga merupakan Provinsi tertinggi dengan ISPA. Period
Prevalence ISPA Indonesia pada tahun 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda pada tahun 2007(25,5%) (Riskesdas, 2013).
Salah satu penyebab timbulnya penyakit saluran pernapasan adalah kondisi fisik rumah yang buruk. Penyakit saluran pernapasan (Influenza, pilek, dan TBC) dapat mudah menular akibat ventilasi yang tidak memadai. Penyakit pernapasan dan semua penyakit yang menyebar melalui udara mudah sekali menular bila rumah tidak memenuhi syarat kesehatan (Slamet, 2009).
Pencemaran udara merupakan kondisi terjadinya perubahan (pengurangan atau penambahan komposisi udara) dibandingkan keadaan normal dalam waktu, tempat dan konsentrasi tertentu sedemikian rupa sehingga membahayakan kehidupan dan kesehatan masyarakat (Achmadi, 2008).
Secara umum kondisi fisik rumah di Kecamatan Sianjur Mula-Mula merupakan rumah yang masih berbentuk panggung dan bahan bangunan umumnya bersifat nonpermanen (terbuat dari kayu), beratap seng dan rumbia dan belum memenuhi syarat rumah sehat, karena di ruang dapur tidak memiliki ventilasi. Sebagian besar penduduknya merupakan masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai petani. Dan masyarakat juga masih banyak yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak, dan menghangatkan.
bulan Februari terdapat 9 laki-laki, 2 perempuan di desa Aek Sipitudai, bulan Maret terdapat 16 laki-laki, 14 perempuan didesa Aek Sipitudai, bulan April terdapat 13 laki-laki, 10 perempuan di desa Aek Sipitudai, bulan Mei terdapat 21 laki-laki, 5 perempuan di desa Aek Sipitudai, bulan Juni terdapat 9 laki-laki, 6 perempuan di desa Aek Sipitudai, bulan Juli terdapat 16 laki-laki, 13 perempuan di desa Aek Sipitudai, bulan Agustus terdapat 7 laki-laki, 6 perempuan di desa Aek Sipitudai, bulan September terdapat 8 laki-laki, 9 perempuan di desa Aek Sipitudai, bulan Oktober terdapat 15 laki-laki, 5 perempuan di desa Aek Sipitudai, bulan November terdapat 30 laki-laki, 33 perempuan di desa Aek Sipitudai, dan bulan Desember terdapat 21 laki-laki, 16 perempuan di desa Aek sipitudai.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara kondisi fisik rumah dan memasak menggunakan kayu bakar di dalam rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Sianjur Mula-mula Kabupaten Samosir Tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah dan Memasak Menggunakan Kayu Bakar Di Dalam Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1 Untuk mengetahui karakteristik kondisi fisik rumah, yaitu ventilasi, pencahayaan alami, lantai, dinding, langit-langit, dan kepadatan penghuni rumah dengan kejadian ISPA pada Balita di Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir Tahun 2015.
2 Untuk menganalisis hubungan kondisi Fisik rumah (ventilasi, pencahayaan alami, lantai, dinding, langit-langit, dan kepadatan penghuni rumah) dengan kejadiaan ISPA pada balita.
3 Untuk mengetahui jarak antara dapur dengan rumah responden pengguna kayu bakar yang memiliki balita terkena ISPA di Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir Tahun 2015.
1.4 Hipotesis Penelitian
1 Ada hubungan antara kondisi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita 2 Ada hubungan antara memasak menggunakan kayu bakar di dalam rumah
dengan kejadian ISPA pada Balita. 1.5 Manfaat Penelitian
1 Bagi Puskesmas Limbong di Kecamatan Sianjur Mula-Mula, dapat memberikan informasi kesehatan tentang kondisi fisik rumah dan paparan asap kayu bakar dengan kejadian ISPA pada balita.
2 Bagi Masyarakat,dapat memberikan gambaran dalam meningkatkan pengetahuan tentang penyakit ISPA
3 Bagi Peneliti,untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian