• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Produksi Tanaman Tomat Varietas Tora terhadap Perbedaan Kondisi Iklim Mikro Akibat Pemakaian Mulsa Perak dan Hitam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Produksi Tanaman Tomat Varietas Tora terhadap Perbedaan Kondisi Iklim Mikro Akibat Pemakaian Mulsa Perak dan Hitam"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PRODUKSI TANAMAN TOMAT VARIETAS TORA

TERHADAP PERBEDAAN KONDISI IKLIM MIKRO AKIBAT

PEMAKAIAN MULSA PERAK DAN HITAM

FITRI MUNAWAROH

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Produksi Tanaman Tomat Varietas Tora Terhadap Perbedaan Kondisi Iklim Mikro Akibat Pemakaian Mulsa Perak dan Hitam adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

FITRI MUNAWAROH. Respon Produksi Tanaman Tomat Varietas Tora Terhadap Perbedaan Kondisi Iklim Mikro Akibat Pemakaian Mulsa Perak dan Hitam. Dibimbing oleh YONNY KOESMARYONO dan IMPRON.

(6)

iv

ABSTRACT

FITRI MUNAWAROH. Response of Tora Tomato Plants Production in Difference Micro-climatic Condition Effect Using Silver and Black Mulches . Supervised by YONNY KOESMARYONO and IMPRON.

Tora is non-hybrid tomatoes that cultivated and developed by IPB. This tomato has a high potential production and suitable to be planted in the low land. This research aims to analyze the condition of the microclimate around the tomato plants and determine the treatment effect of mulch types that different in productivity. Location of the research at BMKG precisely in Situgede, Dramaga Bogor. Treatment is done is by providing silver and black mulch on tomato plants, the research was done from February to June 2014 . Result shows that tomato plants are growing more optimal in silver mulch than the black mulch treatment. Agronomic components such as plant height, leaf number, and total dry weight obtained that silver mulch treatment is optimal, but by the statistical treatment the significantly affect only in plant height and number of leaves. Interception of radiation in silver and black mulch treatment respectively amounted to 171.4 MJ m-2 and 208.6 MJ m-2 in planting season. Total of radiation use efficiency in a season was 1.7 g/MJ on silver mulch and 1.8 g/MJ on black mulch. The Comparison of the reflected radiation and the radiation that comes in silver mulch is 0.53, while the black mulch is 0.32. Total fruit weight of each plant in silver mulch is 1370 g and the black mulch is 914 g.

.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Geofisika dan Meteorologi

RESPON PRODUKSI TANAMAN TOMAT VARIETAS TORA

TERHADAP PERBEDAAN KONDISI IKLIM MIKRO AKIBAT

PEMAKAIAN MULSA PERAK DAN HITAM

FITRI MUNAWAROH

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Respon Produksi Tanaman Tomat Varietas Tora terhadap Perbedaan Kondisi Iklim Mikro Akibat Pemakaian Mulsa Perak dan Hitam

Nama : Fitri Munawaroh NIM : G24100039

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Yonny Koesmaryono, MS Pembimbing I

Dr Ir Impron, M Agr Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Tania June, Msc Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah agrometeorologi, dengan judul Respon Produksi Tanaman Tomat Varietas Tora Terhadap Perbedaan Kondisi Iklim Mikro Akibat Pemakaian Mulsa Perak dan Hitam.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Yonny Koesmaryono dan Dr Ir Impron selaku pembimbing.Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya (EPR) 4 Suhu Udara 4 Tempat dan Waktu Penelitian 7 Bahan dan Alat 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Kondisi Cuaca selama Penelitian 10 Radiasi Global Harian 12 Albedo 13 Akumulasi Panas Tanaman 13 Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Tomat 15 Tinggi tanaman 15

Jumlah daun 16

Berat kering total per tanaman 17

Indeks Luas Daun dan Koefisien Pemadaman 19

Luas Daun Spesifik 20

Intersepsi Radiasi 21

Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya 22

Pengaruh Faktor Lain 22

(14)

xii

KESIMPULAN DAN SARAN 24

Kesimpulan 24

1 Tomat varietas Tora (Faperta IPB 2014) 3

2 Jarak antar tanaman dalam baris 7

3 Ilustrasi neraca radiasi 9

4 Kondisi suhu rata-rata saat penelitian suhu bola kering dan bola basah 11

5 Kondisi curah hujan saat penelitian 11

6 Nilai radiasi global rata rata harian selama penelitian 12 7 Nilai albedo selama penelitian di sekitar tanaman tomat pada mulsa perak

( ) dan mulsa hitam ( ) 13

8 Tinggi rata-rata tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam

( ) 16 13 Nilai radiasi intersepsi tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa

hitam ( ) 21

14 Hama penyakit (a) ulat buah tomat (b) bercak kering alternaria (dokumen

pribadi) 22

15 Bobot buah tomat selama masa panen pada perlakuan mulsa perak ( )

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Deskripsi tomat varietas Tora IPB 27

2 Data cuaca selama penelitian 29

3 Indeks luas daun dan radiasi intersepsi (nilai k = 0.75) 32 4 Radiasi global, radiasi transmisi dan radiasi reflektan 34

5 Bobot buah total per panen 36

6 Anggaran pengeluaran dan pendapatan 36

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tomat adalah salah satu tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis penting dikarenakan tomat sangat digemari oleh masyarakat dan mempunyai nilai gizi yang tinggi. Tomat juga termasuk sayuran buah yang memberikan banyak manfaat untuk masyarakat. Buah tomat mengandung vitamin A, vitamin C dan sedikit vitamin B yang baik untuk kesehatan dan dapat mengurangi persentase kurang gizi yang sering terjadi di Indonesia. Buah tomat juga mengandung serat yang berfungsi memperlancar proses pencernaan makanan dalam perut, membantu memudahkan buang kotoran. Selain itu buah tomat juga mengandung potasium yang dapat menurunkan gejala tekanan darah tinggi (Cahyono 2008).

Buah tomat termasuk komoditas holtikultura unggulan di Jawa Barat dan menjadi komoditas yang berkontribusi paling besar secara nasional pada tahun 2013 dengan nilai produksi sebesar 353.3 ton (BPS 2013). Banyaknya manfaat dari tomat menyebabkan tanaman tomat mulai dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi. Pada tahun 2012, tomat mengalami kemerosotan nilai produksi yaitu 17% lebih rendah dibandingkan dengan produksi tahun 2013 (BPS 2013).

Bogor merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang daerahnya termasuk dataran rendah dan memiliki curah hujan tinggi. Rata-rata tiap tahun curah hujannya mencapai 3500 – 4000 mm. Oleh karena itu, untuk menghindari penurunan produksi di tahun tahun berikutnya, pembudidayaan tomat di wilayah Bogor juga perlu dioptimalkan. Pemakaian mulsa perlu dilakukan untuk membuat curah hujan yang tinggi di wilayah Bogor tidak begitu berpengaruh negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan tomat serta kualitas buahnya.

Radiasi dan suhu lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat. Radiasi diperlukan dalam proses fisiologis tanaman maupun proses generatifnya (Purwati et al. 2007). Dalam hal ini radiasi matahari digunakan sebagai sumber energi fotosintesis. Untuk mendapatkan tanaman tomat dengan hasil yang baik maka diperlukan penyinaran matahari sepanjang hari di tempat yang terbuka. Selain itu, perbedaan suhu lingkungan yang besar antara siang dan malam hari dapat berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Suhu yang terlalu rendah dapat menghambat pertumbuhan tanaman tomat sedangkan suhu terlalu tinggi juga dapat menyebabkan berkurangnya produksi akibat meningkatnya kematian pada tanaman tomat.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui produksi tanaman tomat terhadap kondisi iklim mikro akibat pemakaian tipe mulsa yang berbeda. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi pembudidaya tanaman tomat untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Tujuan

1. Menganalisis kondisi iklim mikro seperti radiasi dan suhu lingkungan di sekitar tanaman tomat.

(18)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Tomat

Dalam botani atau ilmu tumbuh – tumbuhan, tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut :

Tomat merupakan tanaman herba yang tumbuh tegak dengan tinggi berkisar antara 0.5-2.5 m dan bercabang. Tomat memiliki akar tunggang , batang berbentuk silinder dan bercabang. Bunga tomat berwarna kuning dan tersusun dalam tandan- tandan bunga yang disebut rasemosa dan terdiri atas 4-12 bunga per tandan. Tanaman tomat memiliki bunga hermaprodit dan bersimetri banyak. Buah tomat termasuk buah buni, berdaging dan beragam dalam bentuk maupun ukurannya. Warna buah ditentukan oleh pigmen likopen dan beta karoten. Likopen menyebabkan warna merah pada buah sedangkan betakaroten menyebabkan warna kuning (Wijonarko 1990). Berdasarkan tipe pertumbuhan, tanaman tomat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu (a) Tipe indeterminate (tidak terbatas) adalah tipe yang memiliki pola pertumbuhan tidak terbatas atau fase vegetatifnya tetap tumbuh meskipun telah memasuki masa generatif (b) Tipe determinate (terbatas) adalah tipe yang memiliki pola pertumbuhan terbatas, fase vegetatif berhenti setelah memasuki fase generatif (Purwati et al. 2007).

Bunga pada tanaman tomat termasuk dalam kategori sempurna (hermaprodit) sehingga menurut Thompson et al. (1979), tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri sekaligus mampu melakukan penyerbukan silang dengan bantuan serangga seperti lebah. Bunga tomat berwarna kuning dan tersusun dalam satu rangkaian (dompolan) tergantung varietasnya. Bunga tomat dapat pula menghasilkan buah tanpa adanya persarian, yaitu dengan bantuan zat hormon (fruit-tone) yang disemprotkan langsung pada bunga. Bagian dalam buah memiliki ruang- ruang yang dipenuhi dengan biji. Biji tomat berbentuk pipih, berbulu dan berwarna putih kekuningan atau cokelat muda. Tanaman tomat tergolong tanaman C3 yang cepat jenuh radiasi (Syakur 2002).

Tomat Varietas Tora IPB

(19)

hibrida yang berpotensial tinggi (Arif 2012). Tomat varietas Tora IPB dapat beradaptasi dengan baik di dataran rendah pada ketinggian 100 - 250 mdpl. Tomat ini memiliki keunggulan yaitu memiliki potensi produksi yang tinggi.

Gambar 1 Tomat varietas Tora (Faperta IPB 2014)

Respon Tanaman Tomat Terhadap Cuaca

Tanaman tomat tergolong dalam warm season crop yang memerlukan suhu optimum 200C-280C dengan variasi pergantian suhu sebesar 180C pada malam hari dan 250C pada siang hari pada masa pembungaannya. Nasir (1999) mengemukakan bahwa suhu udara optimum untuk tanaman tomat yaitu18-240C dengan suhu minimum dan maksimum masing-masing 140C dan 260C. Suhu udara yang terlalu panas dan kering akan menyebabkan kepala putik cepat kering dan tempat serbuk sari tidak banyak yang tumbuh sehingga tidak banyak terjadi pembentukan buah.

Tanaman tomat menyenangi tempat yang terbuka dan cukup sinar matahari. Kurangnya sinar matahari menyebabkan pertumbuhan memanjang (etiolasi), lemah dan pucat karena pembentukan kloroplas tidak sempurna. Namun radiasi surya yang terlalu terik kurang baik karena transpirasi akan meningkat serta bunga dan buah muda gugur (Syakur 2002).

Tanaman tomat pada masa vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup. Sebaliknya pada fase generatif memerlukan curah hujan yang sedikit. Curah hujan yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat menyebabkan daya tumbuh yang lebih rendah. Curah hujan yang ideal selama pertumbuhan tanaman tomat berkisar antara 750-1250 mm/tahun. Curah hujan tidak menjadi faktor penghambat dalam penangkaran benih tomat, dimusim kemarau jika kebutuhan air dapat dicukupi dari air irigasi (Pitojo 2005).

Radiasi Matahari

(20)

4

bergantung pada intensitas energi radiasi surya melainkan periode pencahayaannya mulai matahari terbit hingga tenggelam (Handoko 1993).

Suryani (1993) menyatakan bahwa, energi radiasi surya yang mengenai tajuk tanaman tidak sepenuhnya diteruskan ke permukaan tanah. Energi radiasi yang mengenai tajuk tanaman akan mengalami pengurangan saat menuju ke permukaan tanah sehingga radiasi yang berada di bawah tajuk tanaman jumlahnya tidak merata. Hal ini disebabkan adanya perubahan berkas sinar dari radiasi surya yang diintersepsi oleh tanaman akibat gerakan tanaman yang dipengaruhi angin dan perubahan posisi matahari. Transmisi radiasi merupakan radiasi yang diteruskan melewati kanopi tanaman atau energi radiasi yang lolos pada permukaan tanah dibawah tajuk. Transmisi radiasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu struktur kanopi dan jenis tanaman, ukuran luas daun sebagai kanopi dan sudut datang matahari (Rosenberg 1974).

Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya (EPR)

Efisiensi pemanfaatan radiasi surya adalah perbandingan antara bobot kering yang dihasilkan dengan total radiasi intersepsi yang diperoleh selama masa pertumbuhan (Sitaniapessy 1985). Produksi bahan kering untuk pertumbuhan dan penyimpanan pada akhirnya akan menghasilkan berat kering tanaman. Hasil panen ini akan setara dengan hasil berat kering tanaman yang merupakan keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menduga nilai RUE (Sinclair dan Muchow 1999). Metode pertama adalah dengan menghitung RUE menggunakan koefisien pemadaman tajuk (k), LAI dan tingkat pertumbuhan tanaman (Katsura et al. 2008). Metode kedua adalah dengan menentukan hubungan linier antara akumulasi biomassa dan akumulasi radiasi intersepsi selama musim pertumbuhan. Rata-rata nilai RUE pada percobaaan yang telah diteliti adalah berkidar antara 1.38g/ MJ. Nilai RUE sangat bergantung pada proses fotosintesis yang terjadi pada kanopi tanaman dan juga dapat dipengaruhi dari beberapa faktor seperti suhu yang ekstrim, air, dan nutrisi yang diterima tanaman. Menurut Stockle dan Kemanian (2009) nilai RUE dalam g/MJ dari beberapa kelompok tanaman adalah sebagai berikut: tanaman C3 semusim (1.2-1.7), tanaman C4 semusim (1.7-2.0), tanaman umbi-umbian (1.6-1.9). Tanaman tomat merupakan tanaman C3 semusim yang memiliki nilai RUE berkisar 1.2-1.7 g/MJ.

Suhu Udara

(21)

mengawali tahap kritis pada daur hidup tanaman seperti perkecambahan biji, awal pembungaan, dan induksi atau berakhirnya dormansi pada tanaman tahunan. Respon perkembangan tanaman itu sering dipengaruhi oleh faktor lingkungan selain suhu (Mavi 2004).

Pengaruh suhu udara terhadap pertumbuhan terutama pada proses respirasi dan kecepatan proses biokimia dalam fotosintesis. Dalam proses respirasi hasil fotosintesis akan diubah menjadi CO2 dan H2O, sehingga semakin besar respirasi maka laju pertumbuhan tanaman menjadi berkurang. Fotosintesis dan respirasi merupakan reaksi kimia yang dikenal dengan nama proses biokimia intensitas atau kecepatan reaksinya sangat ditentukan oleh aktivitas katalisator (Sangadji 2001).

Akumulasi Panas

Konsep metode akumulasi panas (Heat unit) didasarkan pada teori bahwa perkembangan tanaman tergantung pada jumlah panas yang diakumulasi selama masa pertumbuhan. Jumlah panas yang dibutuhkan oleh tanaman setiap hari sangat tergantung dari suhu rata-rata udara, dimana suhu udara tersebut harus melebihi satu derajat di atas suhu dasar tanaman tertentu (Miller et al. 2001 dalam Melati 2011). Metode jumlah panas pada hakikatnya adalah adanya hubungan antara pertumbuhan tanaman dengan suhu lingkungannya. Dalam hal ini, suhu dianggap sebagai faktor yang mewakili penggunaan energi oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Metode akumulasi panas juga dapat digunakan untuk menentukan umur saat panen yang dapat digunakan berdasarkan pendekatan secara klimatologis dan agronomis. Konsep ini hanya untuk tanaman netral yaitu yang tidak responsive terhadap panjang hari, dengan menganggap faktor lainnya seperti panjang hari tidak berpengaruh, laju perkembangan tanaman berbanding lurus dengan suhu (T) di atas suhu dasar (To). Karena tanaman tomat merupakan tanaman hari netral, maka laju perkembangan dan fenologinya didekati dengan konsep

degree-day atau heat unit. Heat unit tidak dipengaruhi oleh perbedaan lokasi dan

waktu tanam (Koesmaryono et al. 2002). Menurut Syakur (2002) tanaman tomat memiliki akumulasi panas total sebesar 1692 oC hari.

Luas Daun Spesifik

(22)

6

Indeks Luas Daun

Indeks luas daun merupakan rasio antara luas kanopi tanaman dengan tempat berdirinya tanaman (Insani 2013). Kemampuan kanopi tersebut dapat dinyatakan dalam satuan koefisien pemadaman (k) dan besarnya dipengaruhi struktur kanopi tanaman. Indeks luas daun mencerminkan besarnya intersepsi radiasi yang diterima oleh tanaman. Meskipun bagian batang juga ikut mengintersepsi cahaya, tetapi aktivitas lebih efektif terjadi pada daun. Indeks luas daun meningkat dengan meningkatnya intesitas cahaya sampai batas optimum tanaman mengintersepsi. Menurut Pangaribuan et al. (2008), indeks luas daun optimum pada tomat adalah berkisar antara 1.8 – 2.0. Koefisien pemadaman pada tomat umumnya adalah berkisar 0.75 (Hauvelink 1995).

Mulsa

Penggunaan mulsa sebagai penutup tanah merupakan suatu bentuk modifikasi iklim mikro pada tanaman. Akibat penutupan ini akan diatur jenis spektrum matahari yang dibutuhkan oleh tanaman dengan menggunakan jenis penutup. Penggunaan mulsa akan menyebabkan terjadi perubahan pada iklim tanah dan iklim mikro dekat permukaan tanah. Secara umum, pemanfaatan mulsa yang menutup permukaan tanah dengan sisa tanaman atau plastik akan mempengaruhi iklim tanah dan pengaruhnya dapat dilihat pada suhu, kelembaban, hama penyakit, pertumbuhan gulma serta terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Mulsa dapat mencegah tanah dari curah hujan langsung sehingga mengurangi evaporasi dan mengurangi fluktuasi suhu tanah. Penggunaan mulsa pada tanaman ditujukan untuk menjaga kelembaban tanah (Muzirman et al. 2001).

Pada mulsa hitam, warna hitam berfungsi sebagai UV stabilizer sehingga plastiknya tahan sengatan sinar matahari dalam waktu yang lama. Sedangkan mulsa warna perak memiliki fungsi ganda yaitu juga dapat memantulkan sinar matahari yang intensitasnya berlebihan. Fungsi mulsa perak antara lain menekan pertumbuhan gulma, menjaga kestabilan kelembaban udara saat musim penghujan ataupun musim kemarau, mengontrol jumlah air yang tersedia, mengirit pemupukan karena distribusi yang baik karena tidak hilang menguap, dan tidak dikonsumsi oleh tumbuhan lain (tanaman pesaing), mengurangi serangan hama dan penyakit karena pantulan sinar bagian plastik yang berwarna putih dan menghemat biaya tenaga kerja dan waktu (Cahyono 2008).

Curah Hujan

(23)

bagi tanaman. Namun di daerah yang bercurah hujan tinggi akan timbul masalah dalam budi daya tomat.

Menurut Marjadi (1992), di daerah beriklim basah tanaman tomat mudah terserang penyakit layu Fusarium dan penyakit-penyakit lainnya yang ditularkan melalui tanah. Dengan demikian pertumbuhan tanaman terhambat dan pada akhirnya produktivitas tanaman menurun. Curah hujan yang tinggi dapat menghambat persarian (pembuahan).

METODOLOGI

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai Juni 2014 di lahan milik Stasiun Klimatologi Klas 1 BMKG Dramaga Kota Bogor dan Laboratorium Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah solarimeter, termometer bola basah dan bola kering, digital multimeter, alat budidaya, timbangan analitik, kamera, Microsoft office, Get pixel, Adobe photoshop dan SPSS Statistics 21.

Bahan yang digunakan adalah bibit tomat varietas Tora IPB, pupuk, media tanam, mulsa, fungisida, furadan dan data cuaca selama penelitian dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dramaga.

Metode Pelaksanaan

Persiapan lahan dan penanaman

Persiapan lahan yang dilakukan adalah pembersihan lahan dari gulma (rumput), lahan yang bersih akan dibentuk guludan yang juga dicampur dengan pupuk kandang. Bedeng yang dipersiapkan adalah sebanyak 6 dengan jarak antar

(24)

8

bedengan adalah 50 cm dengan jarak tanam 60 cm x 50 cm. Lebar bedengan adalah 100 cm. Populasi per bedeng adalah sebanyak 20 tanaman.

Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman

1. Tinggi tanaman dan jumlah daun diukur pada 3 sampai 11 MST. Tanaman contoh ditentukan sebanyak satu tanaman di setiap ulangan perlakuan dan bukan tanaman pinggir (untuk menghindari boundary effect). Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi dan jumlah daun dihitung dari bawah sampai atas cabang.

2. Pengamatan perkembangan pada tomat dilakukan dengan mencatat setiap perubahan yang terjadi pada tanaman seperti munculnya daun, kuncup dan bunga di logbook sesuai tanggal atau hari setelah semai.

Pengukuran kondisi iklim mikro

1. Pengukuran radiasi dilakukan pada tiap perlakuan dengan menggunakan tube solarimeter yang diletakkan di bawah dan di atas tajuk tanaman tomat. Pengambilan data dilakukan diantara pukul 09.00-15.00 dengan 3-5 kali pencatatan data.

2. Pengukuran suhu di sekitar tanaman dilakukan pada tiap ulangan dengan menggunakan termometer bola basah dan bola kering. Pengambilan data dilakukan pada pukul 07.00, 12.00 dan 17.00 WS.

Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan tanaman

1. Penimbangan bobot kering total dilakukan di lab terpadu Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB. Tanaman yang akan didestruktif merupakan tanaman acak yang bukan tanaman pinggir (untuk menghindari boundary effect). Bobot kering total didapatkan dari pengovenan tanaman destruktif yang dilakukan pada suhu 100oC dalam 18 jam.

2. Pengukuran nilai Indeks Luas Daun (ILD) dan Luas Daun Spesifik (LDS) adalah dengan melakukan scan pada semua daun agar dapat diolah menggunakan

SoftwareGet Pixel.

Pengolahan data

1. Radiasi yang diolah dalam penelitian adalah radiasi intersepsi, efisiensi pemanfaaatan radiasi surya dan albedo

a. Nilai efisiensi pemanfaatan radiasi surya (EPR) dapat ditentukan dari kemiringan garis plotting akumulasi intersepsi radiasi(MJ m-2) dan penambahan berat kering (biomassa) tanaman (g m-2). Efisiensi radiasi dapat dihitung dari persamaan sebagai berikut (Handoko 1994):

� = �����

� = Efisiensi pemanfaatan radiasi surya (g MJ-1) dw = Penambahan biomassa tanaman (g m-2) Q int = Radiasi Intersepsi

b. Intersepsi radiasi surya merupakan besarnya jumlah radiasi yang ditahan oleh tajuk tanaman sehingga tidak sampai ke permukaan tanah. Penghitungannya daat dilakukan dengan rumus dibawah ini:

(25)

Qint = Qo x (1-exp(-k x ILD)

Qint = Radiasi yang diintersepsi tajuk tanaman Qtrans = Transmisi radiasi surya

k = Koefisien pemadaman ILD = Indeks Luas Daun

c. Nilai albedo merupakan perbandingan antara radiasi yang datang dan dipantulkan. Nilai ini didapatkan dengan membandingkan antara radiasi yang terbaca pada tube solarimeter yang menghadap ke atas dan menghadap ke bawah.

Di bawah ini merupakan gambar yang menunjukkan neraca radiasi dalam penelitian

Qtrans = (Q/Q0) x 100%

Qtrans = Transmisi radiasi surya (%)

Qr = Radiasi pantul dari mulsa (MJ m-2)

Q0 = Radiasi di atas tajuk (MJ m-2)

2. Akumulasi panas dalam penelitian dapat dihitung dengan persamaannya adalah sebagai berikut:

AP = ∑��=1 � � ��� − ��� � AP = Akumulasi panas (Co hari); S = Fase perkembangan tanaman; Trataan = Suhu rata-rata harian;

Tdasar = Suhu dasar tanaman tomat (10oC)

3. Indeks luas daun (ILD) dihitung dengan menggunakan software getpixel. ILD dapat ditentukan dengan rumus:

ILD (m2 m-2) = luas daun/luas lahan x jumlah populasi.

4. Luas daun spesifik atau Specific leaf area (SLA) merupakan suatu nilai yang menggambarkan tingkat ketebalan daun. Nilai SLA didapatkan dengan menggunakan rumus:

(26)

10

5. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu warna mulsa. Warna mulsa yang digunakan yaitu mulsa hitam dan perak. Penelitian ini diulang tiga kali sehingga terdapat 6 bedeng tanaman.

Yij = µ + αi+ e ij

Yij = Hasil pengamatan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ = Rataan umum

αi = Pengaruh perlakuan hasil yang diperoleh dari perbedaan pemakaian mulsa ke-i

e ij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j i = 1, 2

j = 1, 2, 3,

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F, apabila terdapat pengaruh nyata (F hitung > F tabel) maka akan diuji lanjut dengan uji duncan multiple

range test (DMRT). Analisis statistik dilakukan untuk melihat ada tidaknya

perbedaan perkembangan dan pertumbuhan tanaman tomat akibat ada tidaknya pemakaian mulsa. Pengujian dilakukan menggunakan uji F. Pengaruh perlakuan dikatakan sebagai pengaruh nyata apabila F tabel lebih kecil daripada F hitung.

F hitung = � �� ���ℎ � � � �� � �� ���ℎ �� �

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Cuaca selama Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kecamatan dramaga yang tepatnya berlokasi di desa Situgede. Berdasarkan data BMKG yang diperoleh telah tercatat bahwa selama penelitian daerah ini memiliki kondisi cuaca dengan suhu rata rata sebesar 25.7 oC, rata rata kelembaban 85.8 % dan curah hujan rata rata sebesar 16 mm.

(27)

Gambar 5 menunjukkan bahwa jumlah adanya hari hujan di daerah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan hari tidak hujan. Hari terjadi hujan dan tidak hujan berturut turut tercatat sebanyak 82 hari dan 23 hari. Pada awal penanaman atau penyemaian tanaman tomat, curah hujan berada pada kisaran 2 sampai 58 mm per hari.

Gambar 5 Kondisi curah hujan saat penelitian 0

(28)

12

Kisaran curah hujan tersebut menyebabkan pada saat fase penyemaian terjadi etiolasi pada pertumbuhan tanaman tomat. Hal ini akibat penutupan awan sepanjang masa penyemaian sehingga intensitas radiasi yang diterima tanaman tomat tidak optimal. Jumlah hari hujan yang banyak dari pemindahan tanam sampai awal masa panen tanaman tomat membuat ketersediaan air mencukupi walaupun tidak ada saluran irigasi teknis. Namun, curah hujan yang terlalu tinggi saat berlangsungnya penanaman tomat juga dapat menyebabkan terjadinya penghambatan proses persarian. Pada Gambar 5 tersebut juga dijelaskan bahwa awal mula pindah tanam dilakukan pada tanggal 23 Maret 2014 yang menunjukkan kondisi curah hujannya dalam tingkat sedang. Curah hujan yang terlalu tinggi pada saat melakukan pindah tanam dapat meningkatkan resiko tanaman tidak dapat bertahan hidup karena cabang dan batang yang masih lemah sehingga rentan dengan air hujan yang sangat deras.

Radiasi Global Harian

Pengukuran intensitas radiasi yang didapatkan pada penelitian ini merupakan data primer yang menggunakan tube solarimeter. Alat ini akan menunjukkan nilai radiasi sesaat yang diterima pada saat terdapat radiasi yang sampai ke permukaan tube solarimeter. Tidak meratanya intensitas radiasi yang didapatkan pada penelitian disebabkan adanya penutupan awan yang sering terjadi di daerah ini. Gambar 6 di bawah ini merupakan rataan Qo yang didapatkan dari kalibrasi dengan BMKG untuk mengetahui kondisi radiasi yang berada di atas tajuk selama penelitian.

Radiasi global rata-rata yang diperoleh selama penelitian adalah sebesar 20 MJ/m2/hari sedangkan total radiasi global didapatkan sebesar 1447 MJ/m2. Penerimaan radiasi di setiap wilayah sering mengalami perbedaan dikarenakan terjadinya penutupan awan yang berbeda dan penyinaran radiasi dalam panjang hari yang tidak sama. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya penerimaan radiasi yang tidak sama dikarenakan seperti jarak antara matahari dan bumi, sudut datang, dan pengaruh dari atmosfer. Menurut Handoko (1993) besar penerimaaan radiasi surya di permukaan bumi mengalami variasi dikarenakan perbedaan tempat dan waktu.

(29)

Albedo

Radiasi surya yang sampai ke permukaan akan mengalami pemantulan dan penyerapan radiasi. Albedo adalah perbandingan antara radiasi surya yang dipantulkan dengan radiasi yang datang. Menurut Akbari (2008) vegetasi berdaun lebar memiliki nilai albedo 0.15 sampai 0.18. Grafik albedo yang ada di bawah ini menunjukkan penutupan lahan yang dikarenakan oleh mulsa. Pada penelitian ini nilai albedo pada mulsa perak memiliki rata rata 0.53 sedangkan pada mulsa hitam memiliki rata rata 0.32.

Radiasi reflektansi adalah pola hamburan yang berasal dari permukaan yang seragam secara spasial seperti daun tanaman atau pun bisa zat lain yang dapat memantulkan cahaya berbeda dari unsur serupa di dekatnya. Permukaan yang berbeda juga memiliki albedo yang berbeda karena albedo sangat dipengaruhi oleh distribusi spektral dan sudut cahaya yang datang (Coakley 2003).

Menurut Vukovich et al. (1987) nilai albedo dan temperatur udara permukaan tertinggi ditemui pada daerah dengan karakeristik vegetasi jarang dan pada musim kering. Nilai albedo terendah dan temperatur udara permukaan terendah ditemui pada daerah yang karakteristik vegetasi yang rapat dan pada musim basah.

Nilai albedo pada Gambar 7 di bawah ini menunjukkan bahwa mulsa perak memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan mulsa hitam disebabkan karena mulsa perak cenderung semakin banyak memantulkan radiasi yang lebih banyak dibandingkan mulsa hitam.

Akumulasi Panas Tanaman

Akumulasi panas yang diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan masak fisiologis tanaman tomat sejak dari semai hingga buah masak pada penelitian ini adalah 1636 oC hari. Nilai ini diperoleh dari perhitungan akumulasi suhu

rata-0

(30)

14

rata harian dengan suhu dasar (10oC). Rata-rata suhu udara di sekitar tanaman tomat adalah pada 26.3oC. Menurut Koesmaryono (2002) degree day tidak dipengaruhi oleh perbedaan lokasi dan waktu tanam. Tanaman tomat ini merupakan tanaman netral yang fenologinya dapat diukur dihitung atau diduga dengan konsep degree

day (heat unit). Penelitian sebelumnya tentang heat unit pada tanaman tomat telah

dilakukan dengan akumulasi total sampai panen adalah 1692 oC hari (Syakur 2012). Nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan akumulasi panas total dengan penelitian ini. Perbedaan jumlah akumulasi panas total dikarenakan penelitian sebelumnya dilakukan didalam rumah tanaman. Dalam rumah tanaman, suhu dan indikator cuaca yang lain dapat diatur sedangkan penelitian ini dilakukan di lapang yang kondisinya memang tergantung pada cuaca di sekitar lokasi penelitian. Akumulasi panas yang yang dibutuhkan saat muncul kuncup pertama sampai matang pertama adalah sebesar 1104.67oC hari.

Tabel 1 di bawah ini merupakan penggambaran fase perkembangan yang dialami oleh tanaman tomat sesuai dengan akumulasi panas yang diperoleh pada saat penelitian berlangsung.

Tabel 1 Akumulasi panas (AP) tanaman tomat

HSS Akumulasi Panas (˚C hari) s Fase Perkembangan

0 0 0 masa tanam

3 1 0.02 muncul tunas

7 5 0.05 muncul 2 daun

14 23 0.12 muncul 4 daun

46 293 0.42 cabang dan daun mulai terlihat banyak 61 532 0.57 muncul kuncup (ditutup oleh kelopak)

64 592 0.60 bunga mulai mekar

67 653 0.63

bunga mengalami mekar sempurna (berwarna kuning)

71 736 0.67

bunga menutup kembali dan berwarna kecoklatan

73 781 0.69

(31)

Pada Tabel 2 di bawah ini dapat dilihat bahwa rata-rata laju akumulasi panas munculnya truss tomat dari truss pertama sampai terakhir yang telah dihitung adalah 0.7 truss/hari. Namun laju truss dalam satuan truss/˚C hari nilainya semakin meningkat dari awal kemunculan truss pertama sampai terakhir yaitu dari 0.002-0.013. Hal ini menunjukkan bahwa semakin hari laju truss semakin meningkat karena semakin tinggi akumulasi panas yang didapatkan oleh tanaman menyebabkan proses perkembangan truss semakin cepat.

Tabel 2 Laju truss tanaman tomat

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Tomat

Tinggi tanaman

Tanaman memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kondisi lingkungan di sekitar, perlakuan, dan sifat genetik dari tanaman itu sendiri. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setelah pindah tanam dari fase penyemaian untuk mengetahui terjadinya perbedaan akibat diberikan perlakuan yang berbeda.

(32)

16

.

Hasil uji statistik pada tinggi tanaman tomat yang diperoleh menunjukkan bahwa perbedaan jenis mulsa berpengaruh nyata pada umur 7 sampai 10 MST namun pada saat setelah awal pindah tanam yaitu berkisar antara 1 sampai 6 MST perbedaan jenis mulsa tidak berpengaruh nyata karena selisih tinggi yang rendah di antara kedua perlakuan.

Tabel 3 Pengaruh jenis mulsa terhadap tinggi rata-rata tanaman

Umur Tinggi rata-rata (cm)

Perak Hitam perbedaan nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%

(33)

Jumlah daun

Pertumbuhan tanaman tomat dilihat juga dari banyaknya jumlah daun yang muncul di tiap minggu. Jumlah daun rata-rata pada perlakuan mulsa perak lebih besar dibandingkan dengan perlakuan mulsa hitam. Jumlah daun rata-rata pada mulsa perak dan hitam secara berturut-turut adalah 255 dan 159 daun. Hal ini disebabkan oleh kemampuan mulsa perak yang dapat membuat radiasi yang diterima tanaman menjadi lebih besar karena pemantulannya sehingga proses fotosintesis untuk pembentukan daun juga berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan mulsa hitam. Di bawah ini merupakan grafik jumlah daun rata-rata tanaman tomat pada 1 sampai 11 MST.

Pada Gambar 9 di atas terlihat bahwa selisih daun pada mulsa perak dan mulsa hitam sangat berbeda. Faktor utama yang menyebabkan besarnya perbedaan selisih jumlah daun ini adalah munculnya penyakit pada daun tomat di perlakuan mulsa hitam, tepatnya umur 7 MST saat tanaman tomat sudah mulai berbunga. Penyakit daun tersebut menyebabkan daun kering dan menghambat pertumbuhan bakal daun yang muncul sehingga jumlah daun pada kedua perlakuan memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Pada grafik diatas, dapat dilihat pada 11 MST terjadi penurunan jumlah daun di kedua perlakuan. Hal ini dikarenakan terjadi pengalokasian konsentrasi energi yang biasanya ke daun telah berubah dan berpusat ke buah tomat sehingga daun yang hijau mulai berkurang di bagian bawah dan mengering.

Hasil uji statistik yang diperoleh pada Tabel 4 di bawah ini menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan jenis mulsa berpengaruh nyata pada jumlah daun saat umur 6 sampai 11 MST sedangkan pada saat awal setelah pindah tanam antara 1 sampai 5 MST perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.

(34)

18

Tabel 4 Pengaruh jenis mulsa terhadap jumlah daun rata-rata tanaman

Umur Jumlah daun rata-rata (cm)

Perak Hitam perbedaan nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%

Berat kering total per tanaman

Berat kering pada tanaman merupakan bukti suatu tanaman mengalami pertumbuhan. Rata-rata berat kering tanaman tomat pada perlakuan mulsa perak lebih besar dibandingkan dengan mulsa hitam. Berat rata-rata maksimum yang didapatkan adalah sebesar 89 g.

Pada Gambar 10 diperoleh bahwa peningkatan berat kering juga menunjukkan bahwa tanaman mengalami pertumbuhan. Hal ini dikarenakan berat kering meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Peningkatan drastis

0

(35)

bobot kering total terjadi saat umur tanaman mencapai 11 MST. Hal ini dikarenakan proporsi buah yang mulai banyak muncul sehingga menambah bobot kering total pada kedua perlakuan meningkat secara signifikan.

Tabel 5 Pengaruh jenis mulsa terhadap berat kering total rata-rata tanaman

Umur Berat kering rata-rata

Perak Hitam perbedaan nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%

Hasil uji statistik menyatakan bahwa perlakuan perbedaan jenis mulsa tidak berpengaruh nyata pada rata-rata berat kering total tanaman tomat. Selisih rata rata yang kecil menyebabkan perlakuan tidak berpengaruh nyata. Namun jika diliat dari kondisi berat kering rata-rata saat pengukuran tercatat bahwa perlakuan menggunakan mulsa perak lebih tinggi dibandingkan dengan mulsa hitam.

Indeks Luas Daun dan Koefisien Pemadaman

Indeks luas daun merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya radiasi intersepsi yang diterima oleh tanaman. Besarnya nilai ILD dapat menggambarkan kerapatan suatu tajuk tanaman.

Pada Gambar 11, semakin besarnya nilai ILD akan mempengaruhi besarnya tajuk dan kerapatan pada tanaman. Hal ini akan menyebabkan radiasi yang sampai

(36)

20

di bawah permukaan tanah menjadi semakin sedikit. Nilai ILD pada penelitian ini menunjukkan nilai yang semakin meningkat dari umur terendah ke umur tertinggi. Nilai ILD tertinggi pada tanaman tomat didapatkan pada saat tanaman akan mengalami masa panen yaitu pada 11 MST dengan nilai 1.2. Menurut Pangaribuan

et al. (2008) tanaman tomat mengalami indeks luas daun maksimum dengan nilai

1.8 – 2.0. Nilai k (koefisien pemadaman) menunjukkan seberapa besar kekuatan tajuk tanaman tomat untuk menahan radiasi yang akan sampai ke permukaan tanah. Koefisien pemadaman pada tomat umumnya adalah berkisar 0.75 (Hauvelink 1995), pada penelitian ini nilai k rata rata adalah 0.34. Nilai k yang terhitung ini sangat kecil dan selisihnya jauh dengan koefisien pemadaman pada rujukan. Nilai k = 0.75 menunjukkan bahwa radiasi transmisi pada tanaman tomat lebih kecil atau daunnya lebih lebat dibandingkan dengan tanaman tomat yang memiliki nilai k = 0.34. Perbedaan selisih yang sangat jauh ini disebabkan oleh beberapa hal seperti munculnya penyakit pada daun tomat, proses pengukuran radiasi dan penempatan tube solarimeter. Koefisien pemadaman tajuk dipengaruhi oleh sifat optik daun, sudut daun, dan transmibilitas daun. Hasil pengukuran k yang didapat menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya nilai LAI maka nilai k semakin menurun. Menurut Boer dan Las (1994), penurunan nilai k dengan peningkatan ILD disebabkan belum sempurnanya penutupan tajuk tanaman sehingga alat tube solarimeter masih dapat menerima radiasi langsung.

Luas Daun Spesifik

(37)

Pada umur pertengahan setelah pindah tanam yaitu pada umur 7-11 MST terlihat penurunan nilai SLA pada daun, pada nilai tersebut daun memiliki tekstur yang lebih tebal dengan luas daun yang lebar.

Perlakuan mulsa perak dan hitam terhadap SLA dapat dilihat pada Gambar 12 menunjukkan bahwa rata rata nilai SLA pada perlakuan mulsa perak lebih rendah dibandingkan dengan mulsa hitam. Pada umur pertengahan tanaman tomat dapat dilihat bahwa antara mulsa perak dan hitam memiliki nilai yang hampir sama dengan grafik yang menurun. Hal ini menunjukkan bahwa SLA yang berbeda hanya terjadi pada awal penanaman, sedangkan pada umur 11 MST memiliki nilai SLA yang selisih nya sedikit. Perbedaan ketebalan pada daun yang tidak sama ini juga dipengaruhi oleh faktor sebaran daun dalam tajuk yang menyebabkan cahaya yang diterima oleh daun tidak selalu dalam jumlah yang sama dan rata. Menurut Hauvelink (1995) rata-rata SLA tanaman tomat pada musim panas adalah 175-250 cm2/gr dan pada musim dingin adalah 300-400 cm2/gr.

Intersepsi Radiasi

Intersepsi radiasi merupakan besarnya radiasi yang mampu di tahan oleh tajuk tanaman. Nilai yang didapatkan dari penelitian menunjukkan bahwa intersepsi radiasi mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya MST. Dalam hal ini intersepsi radiasi memiliki nilai tertinggi pada umur 11 MST yaitu sebesar 13.09 MJ/m2/minggu pada perlakuan mulsa perak dan 12.03 MJ/m2/minggu pada perlakuan mulsa hitam. Nilai tertinggi pada umur tanaman yang sama ini dikarenakan bahwa pada saat 11 MST tanaman masih mengalami masa vegetatif yang optimum. Dapat dilihat pada Gambar 13 di bawah ini bahwa perlakuan mulsa perak menghasilkan nilai intersepsi radiasi yang tinggi daripada mulsa hitam.

0

(38)

22

Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya

Efisiensi pemanfaatan radiasi surya atau Radiation Use Efficiency (RUE) merupakan nilai yang menunjukkan efisiensi radiasi surya dalam proses fotosintesis tanaman untuk menghasilkan biomassa tanaman. Efisiensi pemanfaatan radiasi surya seperti yang telah dijelaskan pada metode penelitian dapat ditentukan dengan membuat plotting kemiringan antara penambahan biomassa dan akumulasi intersepsi radiasi yang diterima oleh tanaman tomat. Perlakuan mulsa perak lebih menghasilkan nilai RUE yang lebih besar dibandingkan dengan mulsa hitam. Semakin besar nilai RUE maka semakin efisien tanaman dalam menggunakan radiasi surya dan semakin besar pula biomassa yang dihasilkan.

Nilai RUE semusim dapat diperoleh dari perbandingan antara penambahan biomassa dan jumlah akumulasi radiasi intersepsi selama musim penanaman berlangsung. Nilai RUE yang hasilkan dari penghitungan tersebut adalah 1.8 g/MJ/musim untuk tanaman dengan perlakuan mulsa hitam dan 1.7 g/ MJ/ musim untuk tanaman dengan perlakuan mulsa perak. Nilai RUE untuk tanaman C3 semusim, termasuk tanaman tomat adalah 1.2-1.7 g/MJ (Stockle dan Kemanian 2009).

Pengaruh Faktor Lain

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman selain suhu dan radiasi yang ada di sekitarnya. Curah hujan, kelembaban dan arah angin juga merupakan beberapa faktor yang dapat menentukan kondisi pertumbuhan tanaman. Dalam proses pertumbuhannya tanaman juga mengalami berbagai masalah yang berhubungan dengan hama dan penyakit. Curah hujan yang cukup dan kelembaban yang memadai membuat penyakit tanaman mudah muncul menyerang tanaman tomat selama dilakukan penelitian.

Hama dan penyakit mulai menyerang saat tanaman tomat memasuki fase mulai munculnya buah. Hama yang muncul adalah ulat tomat buah, hama ini memiliki gejala yang serangannya adalah terdapat buah tomat yang berlubang. Buah tomat yang terserang hama ini akan menjadi busuk dan jatuh ke tanah.

(a) (b)

(39)

Berbeda lagi gejalanya dengan penyakit yang menyerang tanaman tomat. Penyakit yang menyerang beberapa tanaman tomat juga ditemukan saat tanaman berada dalam fase munculnya buah. Penyakit yang menyerang tanaman tomat saat penelitian ini adalah bercak kering Alternaria. Penyakit ini disebabkan oleh patogen cendawan Alternaria solani. Gejala serangannya berupa bercak coklat dengan garis-garis melingkar berwarna lebih gelap pada daun tomat. Buah yang terserang penyakit ini juga menunjukkan gejala permukaan buah menjadi pecah-pecah (Setiawati et al. 2001).

Bobot Buah Total

Bobot buah total merupakan bobot buah yang dihitung secara kumulatif dari awal panen sampai akhir. Pada Gambar 15 di bawah ini bobot buah tiap panen dibedakan di tiap masing-masing tanaman untuk mengetahui bobot per tanaman pada varietas Tora.

Menurut deskripsi varietas, tomat ini dapat menghasilkan bobot buah per tanaman sebesar 901.63 – 1438.61 g. Pada penelitian yang telah dilakukan, tomat dengan perlakuan mulsa perak menghasilkan bobot buah per tanaman sebesar 1412 g sedangkan perlakuan mulsa hitam menghasilkan bobot buah per tanaman sebesar 1124 g. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas pada tomat dengan perlakuan mulsa perak lebih menghasilkan bobot per tanaman yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan mulsa hitam karena pada mulsa perak pemantulan radiasi lebih banyak diterima oleh tanaman dan suhu di sekitar tanaman lebih tinggi sehingga proses perkembangannya lebih cepat. Tomat varietas Tora memiliki tingkat produksi 14.14-28.01 ton/ha. Biasanya dalam per hektar dibutuhkan sekitar 20.000 sampai 25.000 tanaman.

Penghitungan biaya pengeluaran dan pendapatan yang dilakukan selama penelitian khusus dalam hal yang berhubungan dengan budidaya tomat telah

114 116 118 119 122 125 127 129 131 135 136

B

(40)

24

dilakukan (Lampiran 6). Hasilnya menyatakan bahwa pendapatan yang didapatkan dari hasil panen lebih besar dibandingkan pengeluaran. Namun hasil panen yang berkontribusi besar dalam pendapatan adalah panen dari tomat dengan perlakuan mulsa perak karena memang produksi pada perlakuan tersebut lebih besar dibandingkan dengan mulsa hitam.

Hasil wawancara dengan petani tomat juga telah dilakukan, petani tomat mengakui bahwa penggunaan mulsa dapat memberikan manfaat positif yaitu tingkat panen yang 20% lebih besar dibandingkan dengan tanaman tomat yang tidak memakai mulsa. Namun kendala bagi para petani adalah berada pada modal awal, karena harga mulsa ini memang tidak murah yang menyebabkan para petani mengurungkan niat untuk memakai mulsa. Namun saat musim kedua penanaman tomat biasanya para petani berani untuk menggunakan mulsa karena telah memiliki modal awal dari panen tomat sebelumnya. Pembudidayaan tomat yang sering dilakukan berada di wilayah Cisarua Bogor karena memang ketinggian disana sangat cocok untuk dibuat sebagai tempat budidaya tomat sehingga bobot buah per tanaman dapat mencapai 3000-4000 g per tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kondisi iklim mikro pada tanaman dengan perlakuan mulsa perak dan hitam ternyata memiliki perbedaan. Radiasi intersepsi total di tanaman pada perlakuan mulsa perak dan hitam berturut-turut adalah sebesar 171.4 MJ m-2 dan 208.6 MJ m -2 dengan nilai RUE semusimnya 1.7 g/MJdan 1.8 g/MJ. Indek luas daun dari tanaman tomat yang menggunakan mulsa perak ternyata juga menghasilkan nilai yang lebih besar yaitu 1.2 . Dari segi produksi, bobot buah per tanaman pada mulsa perak diperoleh sebesar 1412 g sedangkan pada mulsa hitam sebesar 1124 g dan biomassa kering total pada tanaman dengan perlakuan mulsa perak yang 13% lebih besar dibandingkan dengan tanaman dengan perlakuan mulsa hitam. Budidaya dengan menggunakan mulsa perak perlu dimanfaatkan sebagai modifikasi iklim mikro pada tanaman tomat untuk meningkatkan produksi dan pendapatan yang lebih baik.

Saran

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Akbari H. 2008. Saving energy and improving air quality in urban heat islands. Berkeley: American Institute of Physics

Arif AB. 2012. Pendugaan Heterosis dan Heterobeltiosis pada Enam Genotipe Cabai Menggunakan Analisis Silang Dialel Penuh. Jurnal Hortikultura, 22(2): 103-110

Cahyono B. 2008. Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen pada Tomat. Yogyakarta: Kanisius

Coakley JA. 2003. Reflektance and Albedo Surface. USA: Elsevier Science Handoko. 1993. Klimatologi Dasar. Jakarta: Pustaka Jaya

Harjadi SS. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia

Heuvelink E.1995. Dry matter production in a tomato crop. Journal annals of

botany, 75: 369-379

Insani RC. 2013. Kesesuaian Arah Baris Penerimaan Rasiasi Surya dan Kerapatan Populasi terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Katsura K, Maeda S, Lubis L, Horie T, Cao W, Shiraiwa T. 2008. The high yield of irrigated rice in Yunnan China: a cross-location analysys. Field Crops Res 101, 1-11

Koesmaryono Y, Sangadji S, June T. 2002. Akumulasi panas tanaman soba

(Fagopyrum esculentum) cv. Kitaware pada Dua Ketinggian di Iklim Tropika

Basah. Jurnal Agromet Indonesia, 15 (1):8-13

Marjadi SS. 1992. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Mavi HS, Tupper GJ. 2004. Agrometeorology : Principles and Applications Of

Climate Studies In Agriculture. USA: Haworth Press

Muzirman, Hendri P. 2001. Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak pada Cabe

Kering. Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Pangaribuan D, Pujisiswanto H. 2008. Pemanfaatan kompos jerami untuk meningkatkan produksi dan kualitas buah tomat. Seminar Nasional Sains dan

Teknologi, VII: 1-10

Purwati E, Khairunisa. 2007. Budidaya Tomat Dataran Rendah. Jakarta: Penebar Swadaya

Rosenberg NJ. 1974. Microclimate : The Biological Environment. Newyork: John Wiley & Sons

Thompson HC, Kelly. 1979. Vegetable Crops. New York: McGraw Hill Book Co Sangadji S. 2001. Pengaruh iklim tropis di dua ketinggian tempat yang berbeda terhadap potensi hasil tanaman soba (Fagopyrum esculentum Moench) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tanaman. Jilid 3. Bandung : Institut Teknologi Bandung

Setiawati W, Sulastrini I, Gunaeni N. 2001. Penerapan Teknologi PHT pada

Tanaman Tomat. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran

(42)

26

Stockle CO, Kemanian AR. 2009. Crop radiation capture and use efficiency: A framework for crop growth analysis. In Crop Physiology.Academic Press, Elsevier Inc.p 145-170

Suryani R. 1993. Karakteristik Beberapa Galur Kedelai (Glycine max (L) Merr.) pada Berbagai Tingkat Ketersediaan Air Tanah [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Syakur A. 2012. Pendekatan satuan panas (heat unit) untuk penentuan fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat di dalam rumah tanaman

(greenhouse). Jurnal Agroland, 19(2):96-101

Vukovich, Fred MT, David LM, Robert E. 1987. Surface temperature and Albedo Relationships in Senegal derived from NOAA-7 satellite data. Remote

Sensing of Enviroment, 22:413

Wijonarko. 1990. Pengetahuan Praktis Tomat. Jakarta: CV Yasaguna

(43)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Deskripsi tomat varietas Tora IPB

Asal : Dalam negeri

Golongan varietas : Bersari bebas

Tipe : Determinate

Tinggi tanaman : 63.55 – 94.25 cm

Bentuk penampang batang : Segiempat

Diameter batang : 1.03 – 1.29 cm

Warna kelopak bunga : Hijau muda

Warna mahkota bunga : kuning

Warna kepala putik : kuning

Warna buah intermediet : Orange

Warna buah tua : Merah mengkilap

(44)

28

Populasi per hektar : 20000 – 25000 tanaman

Penciri utama : Bentuk agak lonjong

Buah tidak terlalu asam Keunggulan varietas : Varietas bersari bebas;

Bobot buah besar; Potensi produksi tinggi

(45)
(46)
(47)

Tanggal BK (oC) BB (oC) Kelembaban (%)

15-Mei-14 26.0 25.9 85

16-Mei-14 25.9 25.8 84

17-Mei-14 24.8 24.8 91

18-Mei-14 25.2 25.1 87

19-Mei-14 25.9 25.9 86

20-Mei-14 26.2 26.1 85

21-Mei-14 26.3 26.2 85

22-Mei-14 26.3 26.2 87

23-Mei-14 25.6 25.5 84

24-Mei-14 26.1 26.0 82

25-Mei-14 26.6 26.6 81

26-Mei-14 25.8 25.7 89

27-Mei-14 26.7 26.7 83

28-Mei-14 26.6 26.5 90

29-Mei-14 27.0 26.9 81

30-Mei-14 25.6 25.5 84

31-Mei-14 25.8 25.7 86

01-Jun-14 27.1 27.0 76

02-Jun-14 26.8 26.8 81

03-Jun-14 26.9 26.8 77

(48)

32

Lampiran 3 Indeks luas daun dan radiasi intersepsi (nilai k = 0.75)

minggu

ke- ILD/hari (hitam) ILD/hari(perak) Qint (hitam) Qint (perak)

(49)

minggu

ke- ILD/hari (hitam) ILD/hari(perak) Qint (hitam) Qint (perak)

0.4 0.4 4.4 5.0

0.4 0.5 5.7 6.3

0.4 0.5 4.3 4.7

9 0.5 0.5 6.1 6.6

0.5 0.6 6.8 7.4

0.5 0.6 7.1 7.8

0.6 0.7 8.7 9.7

0.6 0.7 7.7 8.6

0.7 0.8 8.8 9.9

0.7 0.8 4.7 5.3

10 0.7 0.9 9.9 11.2

0.8 0.9 3.6 4.1

0.8 1.0 10.7 12.1

0.8 1.0 7.8 8.9

0.9 1.0 11.7 13.3

0.9 1.1 11.7 13.3

0.9 1.1 13.0 14.8

(50)

34

Lampiran 4 Radiasi global. radiasi transmisi dan radiasi reflektan

Tanggal Mulsa Perak Mulsa Hitam

(51)

Tanggal

Mulsa Perak Mulsa Hitam Qo

Qt Qr Qt Qr

13-Mei-14 14.1 7.9 11.9 4.2 14.6

14-Mei-14 21.7 11.1 22.5 6.7 22.0

15-Mei-14 17.1 9.2 16.1 5.2 17.5

16-Mei-14 20.8 10.7 21.2 6.4 21.2

17-Mei-14 14.6 8.1 12.6 4.3 15.1

18-Mei-14 19.8 10.3 19.9 6.1 20.2

19-Mei-14 20.8 10.7 21.2 6.4 21.2

20-Mei-14 20.6 10.6 21.0 6.3 21.0

21-Mei-14 24.1 12.1 25.8 7.5 24.4

22-Mei-14 20.2 10.5 20.4 6.2 20.6

23-Mei-14 22.3 11.3 23.3 6.9 22.6

24-Mei-14 10.9 6.6 7.5 3.1 11.5

25-Mei-14 23.2 11.7 24.6 7.2 23.6

26-Mei-14 7.7 5.2 3.1 2.1 8.3

27-Mei-14 23.4 11.8 24.9 7.3 23.8

28-Mei-14 16.4 8.9 15.1 5.0 16.9

29-Mei-14 24.1 12.1 25.8 7.5 24.4

30-Mei-14 23.3 11.8 24.8 7.2 23.7

31-Mei-14 25.5 12.7 27.7 8.0 25.8

01-Jun-14 22.9 11.6 24.1 7.1 23.2

02-Jun-14 21.4 11.0 22.0 6.6 21.8

03-Jun-14 21.8 11.1 22.6 6.7 22.1

(52)

36

Lampiran 5 Bobot buah total per panen

Bobot buah (gram)

Lampiran 6 Anggaran pengeluaran dan pendapatan Nama Barang Harga per

satuan (Rp)

Jumlah Total (Rp) Total Pengeluaran

Pupuk NPK 10.000 5 kg 50.000

Mulsa plastik hitam 60.000 Untuk 2 kali penanaman

30.000

Mulsa plastik perak 100.000 50.000

Benih tomat 7.500 2 15.000

insektisida 15.000/50 ml 1 15.000

Furadan 16.000/kg ¼ kg 4.000

Fungisida bubuk 5000/bungkus 3 15.000

(53)

Lampiran 7 Gambar dokumentasi selama penelitian

Penyemaian

Munculnya kuncup

Tanaman pada mulsa hitam Pindah tanam

(54)

38

Tomat mulai berbuah

Tomat mulai menguning

Memasuki masa panen

Penyakit Alternaria pada mulsa hitam

Penyakit Alternaria pada mulsa hitam

(55)

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 2  Jarak antar tanaman dalam baris
Gambar 3 Ilustrasi neraca radiasi
Gambar 4 Kondisi suhu rata-rata saat penelitian suhu bola kering  dan suhu bola
Gambar 6 Nilai radiasi global rata rata  harian selama penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Perancangan Peraturan Daerah yang ada di Provinsi Kalimantan Barat melibatkan peran serta masyarakat luas terutama para pemerhati masalah hukum, Peneliti hukum,

a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan kelompok heterogen, misalnya satu

Pihak yang terlibat dalam konflik terdiri dari mereka yang memiliki posisi sosial dan kekuasaan yang tidak sejajar, yaitu posisi sosial tinggi dan posisi sosial rendah.. Kubu

Potensi lingkungan sumber nektar dan serbuksari yang berupa jenis pembungaan dominan telah ‘dipetakan’ tempat dan waktunya secara sederhana di Jawa oleh peternak lebah madu

Jika Gubernur Jawa Timur selaku Kepala Daerah dan Pemerintah membentuk suatu produk hukum yang akan menjadi payung bagi penyelenggaraan pendidikan menengah

Pertama, program Simantri yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi Bali melalui kerjasama dengan Badan Litbang Pertanian Provinsi Bali yang mengadopsi model primatani secara

Pada perlakuan Dolomit dan konsentrasi MOL bonggol pisang dengan dosis yang semakin tinggi menjadikan tanah yang bersifat masam berubah menjadi netral sehingga

Variabel penghargaan finansial diuji menggunakan kuesioner dari Stolle (1976) dengan tiga pernyataan yaitu penghargaan finansial/ gaji awal yang tinggi, manfaat