• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Pemuda Pencari Kerja terhadap Pekerjaan Pertanian dan Pilihan Pekerjaan di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Pemuda Pencari Kerja terhadap Pekerjaan Pertanian dan Pilihan Pekerjaan di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

MEZIRIATI HENDRI

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi Pemuda Pencari Kerja terhadap Pekerjaan Pertanian dan Pilihan Pekerjaan di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Insititut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014 Meziriati Hendri

(3)

dan Pilihan Pekerjaan di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh EKAWATI SRI WAHYUNI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi pemuda pencari kerja terhadap pekerjaan di sektor pertanian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta menganalisis pekerjaan yang menjadi pilihan bagi pemuda Desa Cihideung Udik. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yang diperkuat dengan data kualitatif. Responden terdiri dari 40 orang pemuda pencari kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor internal pencari kerja seperti: berjenis kelamin perempuan, memiliki keterampilan dan memiliki pengalaman kerja, dan faktor-faktor eksternal seperti status sosial ekonomi rendah, tingkat kosmopolitan rendah dan sosialisasi pekerjaan non pertanian mempengaruhi persepsi negatif terhadap pekerjaan pertanian. Para pemuda pencari kerja desa penelitian lebih memilih pekerjaan di luar pertanian seperti di industri atau pabrik yang berada di daerah Bogor atau Jakarta.

Kata-kata kunci: persepsi, pencari kerja, pemuda desa, pekerjaan pertanian, pekerjaan non pertanian

ABSTRACT

MEZIRIATI HENDRI. Perception on Agriculture Jobs and and Job Preference Among Youth Unemployed in Cihideung Udik, Ciampea District, Bogor Regency. Supervised by EKAWATI SRI WAHYUNI

This research aim to analyse the perception on agricultural employment, and to analyse job preferences among rural youth unemployed in Cihideung Udik village. This research was conducted using quantitative research approach enhanced with qualitative data. The number of respondents were 40 youth job seekers. The research result shows that job seekers internal factors, such as, women, have some skills and some job experience, as well as, external factors such as, low socio economic level, less cosmopolitant, and no agricultural employment experiences tend to have negative perceptions on agricultural employment. Rural youth unemployed in this village prefer to work in non agricultural sectors, such as in manufacturing sector in area around Bogor and Jakarta.

(4)

PERSEPSI PEMUDA PENCARI KERJA TERHADAP PEKERJAAN

SEKTOR PERTANIAN DAN PILIHAN PEKERJAAN DI DESA

CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

MEZIRIATI HENDRI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(5)

Judul Skripsi : Persepsi Pemuda Pencari Kerja terhadap Pekerjaan Pertanian dan Pilihan Pekerjaan di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

Nama : Meziriati Hendri

NIM : I 34100008

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing

Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

(6)
(7)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Pemuda Pencari Kerja terhadap Pekerjaan Pertanian dan Pilihan Pekerjaan di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor”dengan baik. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dariberbagai pihak yang mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MS selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, saran serta kritik yang membangun hingga penulis menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr Nurmala K. Pandjaitan, MS.DEA dan Ir Siti Sugiah M. Mugniesyah,

MS selaku dosen penguji utama dan dosen penguji akademik dalamujian kelulusan yang telah berkenan untuk memberikan arahan, saran dan kritik yang membangun untuk penulisan skripsi ini.

3. Keluarga tersayang, Papa dan Mama (Papa Yanizulhendri dan Mama Resita Eliza), abang Bobi Hendri, adek Rihhadatul Aisy Hendri, yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil, doa, kasih sayang, dan kesabaran

4. Keluarga Haders tercinta, Ayu, Lola, Indah, Yani, Amel, Mira, Deni, Wilda dan 414 tersayang Sekar, Ika, Tita, yang selalu memberikan semangat, bantuan, kebahagiaan dan arti sahabat, saudara dan keluarga bagi penulis

5. Keluarga FORCES 8 dan Minang Vaganza 2013 yang telah mengajarkan arti persahabatan, persaudaraan, dan profesionalitas bagi penulis

6. Sahabat-sahabat penulis yaitu Hermin Rahayu Pertiwi, Vina Rahmadhini, Oktaviola, Rahmy, Natrisya Sekar Arum, Mutmainna, Dinasti, Sara Endarwati, dan kelompok KKP Cisalada Sahda, Puput, Yoga, Desti, Husna, Yunus, serta sahabat sejak SMA Putri dan Jansen yang senantiasa mendukung dalam proses pembelajaran, memberi semangat dan motivasi bagi penulis.

7. Cita, Pak Misnan dan keluarga, beserta warga Desa Cihideung Udik yang senantiasa membantu dalam proses penelitian ini sehingga penulis dapat melakukan penelitian dengan lancar.

8. Teman-teman SKPM angkatan 47 yang telah bersama-sama berproses dalam belajar pengembangan masyarakat dan komunikasi.

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

PENDAHULUAN 1

Latar belakang 1

Masalah penelitian 3

Kegunaan Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Kerangka Pemikiran 13

Hipotesis penelitian 14

Definisi Operasional 15

PENDEKATAN LAPANG 17

Metode Penelitian 17

Teknik Pengumpulan Data 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Teknik Sampling 18

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 18

GAMBARAN UMUM LOKASI 21

Kondisi Geografis 21

Demografi 21

Pendidikan 23

Agama 24

Sarana Kesehatan 24

Sarana dan Prasarana Ekonomi 25

Situasi Ketenagakerjaan 25

GAMBARAN UMUM RESPONDEN 27

Karakteristik pribadi 27

Riwayat Pekerjaan 28

Ikhtisar 33

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI TERHADAP PEKERJAAN

PERTANIAN 35

Persepsi terhadap pekerjaan pertanian 35

Faktor internal 39

Hubungan faktor internal dengan persepsi terhadap pekerjaan pertanian 41

Faktor Eksternal 44

Hubungan faktor eksternal dengan persepsi terhadap pekerjaan pertanian 55

Ikhtisar 58

PILIHAN PEKERJAAN PEMUDA DESA 59

(9)

Pekerjaan di sektor non pertanian 61

Daerah pilihan bekerja 63

Harapan pendapatan 64

Ikhtisar 65

SIMPULAN DAN SARAN 67

Simpulan 67

Saran 67

DAFTAR PUSTAKA 69

LAMPIRAN 73

(10)

DAFTAR TABEL

1. Luas dan persentase pola penggunaan tanah di Desa Cihideung

Udik tahun 2009 21

2. Jumlah dan persentase penduduk Desa Cihideung Udik berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur, Agustus 2013 22

3. Jumlah dan persentase penduduk Desa Cihideung Udik yang sekolah berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2002 dan tahun

2012 23

4. Jumlah sarana pendidikan di Desa Cihideung Udik tahun 2012 24

5. Jumlah sarana kesehatan di Desa Cihideung Udik tahun 2012 24

6. Jumlah sarana dan prasarana ekonomi di Desa Cihideung Udik

tahun 2012 25

7. Jumlah penduduk Desa Cihideung Udik yang bekerja menurut jenis

pekerjaan, tahun 2012 25

8. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur 27

9. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis sekolah

menengah 28

10. Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan kegiatan 29

11. Jumlah dan persentase responden yang langsung mencari pekerjaan

setelah lulus sekolah 29

12. Jumlah dan persentase responden berdasarkan lamaran yang pernah

lolos 30

13. Jumlah dan persentase responden berdasarkan lamaran pekerjaan

yang diajukan 30

14. Jumlah dan persentase sumber informasi lowongan pekerjaan

responden 31

15. Jumlah dan persentase persepsi pemuda Desa Cihideung Udik

terhadap pekerjaan pertanian 38

16. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin 39

17. Jumlah dan persentase responden yang memiliki keterampilan 39

18. Jumlah dan persentase pengalaman bekerja yang dimiliki

responden 40

19. Jumlah dan persentase persepsi pekerjaan pertanian berdasarkan

faktor internal responden 41

20. Jumlah dan persentase responden berdasarkan kepemilikan lahan 45

21. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan

(11)

22. Jumlah dan persentase responden berdasarkan ketetapan pekerjaan

kepala keluarga 46

23. Jumlah dan persentase responden berdasarkan total pendapatan

orangtua perbulan 47

24. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

orangtua 48

25. Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan status sosial ekonomi

keluarga 48

26. Jumlah dan persentase responden berdasarkan topik yang disukai

ketika mengakses internet dan televisi 49

27. Jumlah dan persentase responden berdasarkan waktu yang dihabiskan untuk mengakses media massa dalam sehari 50

28. Jumlah responden berdasarkan kota yang pernah dikunjungi 51

29. Jumlah responden berdasarkan tujuan mengunjungi kota 51

30. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah kota yang

pernah dikunjungi 52

31. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat kosmopolitan 52

32. Jumlah dan presentase responden berdasarjan jenis pekerjaan yang

diharapkan orangtua 54

33. Jumlah dan persentase persepsi pekerjaan pertanian berdasarkan

faktor eksternal responden 55

34. Jumlah dan persentase minat bekerja pemuda Desa Cihideung

Udik 59

35. Jumlah dan persentase persepsi terhadap pekerjaan sektor pertanian

berdasarkan minat bekerja responden 61

36. Jumlah dan persentase responden berdasarkan pilihan pekerjaan 62

(12)

DAFTAR GAMBAR

1. Penurunan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dari

tahun 2008-2012 2

2. Kerangka Pemikiran 14

3. Persentase daerah lamaran pekerjaan responden 31

4. Persentase alasan berhenti bekerja responden 32

5. Proporsi upah yang didapatkan responden per bulan ketika bekerja 33

6. Persentase penilaian pemuda terhadap tingkat kelelahan bekerja di

pertanian 35

7. Persentase penilaian pemuda tentang orang yang cocok bekerja di

pertanian berdasarkan umur 37

8. Persentase penilaian pemuda mengenai orang yang cocok bekerja

di pertanian dari segi pendidikan 37

9. Jenis pekerjaan yang pernah dimasuki responden yang memiliki

pengalaman bekerja 41

10. Responden yang diperkenalkan dan diharapkan bekerja di pertanian 53

11. Daerah pilihan bekerja responden 63

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner 73

2. Panduan Wawancara Mendalam 79

3. Kerangka Sampling 80

4. Hasil Olah data SPSS 81

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk di Indonesia saat ini yaitu mencapai 237,6 juta jiwa (BPS 2010) dan dari keseluruhan total penduduk tersebut 34 persen merupakan pemuda yaitu penduduk yang berumur 15-35 tahun. Umur tersebut merupakan umur yang sangat prima bagi manusia dan pada umur tersebutlah biasanya orang mulai masuk ke dalam dunia kerja. Permasalahan yang belum kunjung terselesaikan dalam dunia ketenagakerjaan di Indonesia yaitu masalah pengangguran. Pengangguran adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari pekerjaan (BPS 2013). Sejalan dengan hal tersebut, Depnakertrans (2012) menyatakan bahwa jumlah pengangguran terbuka atau penduduk yang sedang mencari kerja di Indonesia tergolong tinggi yaitu sebanyak 7.244.956 jiwa dan 40 persen diantaranya merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas atau sederajat.

Pendidikan masyarakat di Indonesia saat ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini terlihat dengan peningkatan angka partisipasi pendidikan masyarakat Indonesia yang tidak hanya di daerah perkotaan, akan tetapi juga sudah mulai merata sampai ke daerah pedesaan. Tentunya hal ini menjadi suatu nilai tambah yang bagus dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia di negeri ini. Simanjuntak (1985) berpendapat bahwa pendidikan tidak hanya meningkatkan pengetahuan, tetapi juga keterampilan dan produktivitas kerja yang nantinya akan meningkatkan penghasilan yang didapatkan.

(15)

Sumber: Diolah dari data Depnakertrans 2008-2012

Gambar 1 Penurunan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dari tahun 2008-2012

Peningkatan pendidikan yang mereka miliki mendorong mereka untuk lebih cenderung mencari pekerjaan yang lebih baik. Raharjo (2004) mengemukakan hasil penelitian di Missouri (AS) yang mendapatkan kenyataan bahwa pemuda yang mempunyai tingkat pendidikan atau kecakapan terbaik telah meninggalkan daerah sektor pertanian dan beranjak ke daerah non pertanian seperti kota. Dalam kata lain, pemuda desa saat ini terutama yang telah berpendidikan minimal SMA sederajat cenderung untuk tidak berminat lagi dan memiliki persepsi kurang baik terhadap pekerjaan pertanian walaupun masih berada di lingkungan daerah pertanian. Dewasa ini telah terdapat beberapa penelitian yang melihat pandangan atau persepsi pemuda terhadap pekerjaan di sektor pertanian, seperti penelitian yang dilakukan oleh Herlina (2002) yang meneliti tentang orientasi nilai kerja pemuda pada keluarga petani perkebunan, penelitian yang dilakukan oleh Anshori (2011) mengenai persepsi dan minat pemuda terhadap pekerjaan pertanian, kemudian penelitian Chandra (2004) yang meneliti mengenai persepsi pemuda desa terhadap pekerjaan di pertanian dan minat bekerja di kota. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, Chandra (2004) merekomendasikan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang persepsi pemuda desa yang sudah tidak bekerja di sektor pertanian terhadap pekerjaan pertanian untuk memperkuat hasil penelitiannya.

Penelitian mengenai persepsi pemuda terhadap pekerjaan pertanian ini pada umumnya masih terfokuspada pemuda secara keseluruhan (umur 15-35 tahun) dengan beragam tingkat pendidikan dan bekerja disektor pertanian. Namun demikian ditengah peningkatan pendidikan hingga ke pedesaan dan banyaknya pemuda pencari kerja saat ini, masih jarang terlihat penelitian mengenai persepsi pemuda pencari kerja yang berpendidikan terhadap pekerjaan pertanian.Rakhmat (2003) mengatakan bahwa persepsi seseorang mengenai suatu hal akan mempengaruhi perilaku seseorang terhadap hal tersebut. Pemuda desa saat ini telah banyak yang meninggalkan pekerjaan pertanian, terlihat dengan usaha mereka untuk melamar di berbagai sektor pekerjaan lain dan mengalami beberapa kali pergantian pekerjaan di luar sektor pertanian. Pemuda yang melakukan hal ini

32

2008 2009 2010 2011 2012

(16)

masih berada pada wilayah dengan sektor pertanian yang menjadi mayoritas pekerjaan penduduk. Hal ini seperti yang ditemukan pada pemuda di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Melihat fenomena tersebut menimbulkan pertanyaan sebenarnya bagaimanakah persepsi pemuda pencari kerja yang berpendidikan terhadap sektor pertanian saat ini?

Masalah penelitian

Desa Cihideung Udik merupakan daerah pertanian dan sebagian besar masyarakatnya masih bertani. Hal ini tentu memberikan penilaian tersendiri bagi pemuda desa yang lahir dan hidup di lingkungan pertanian tersebut.Penilaian atau interpretasi seseorang tentang bagaimana memandang atau mengartikan sesuatu yang ditangkap oleh alat indranya disebut dengan persepsi (Leavit 1978). Persepsi seseorang tentang sejauh mana lingkungan memuaskan dan mengecewakan akan mempengaruhi perilaku orang tersebut dalam lingkungan itu (Rakhmat 2003). Pemuda pencari kerja yang berada pada lingkungan pertanian ini telah meninggalkan pekerjaan pertanian dan berlomba mencari pekerjaan di luar sektor pertanian. Melihat fenomena tersebut menimbulkan pertanyaan bagaimanakah persepsi pemuda desa terhadap pekerjaan di sektor pertanian di Desa Cihideung Udik?

Semakin meningkatnya pendidikan termasuk hingga ke pedesaan membuat masyarakat desa khusunya pemuda yang telah berpendidikan saat ini mulai memikirkan pekerjaan-pekerjaan lain yang berada di luar sektor pertanian. Melihat fenomena tersebut, menimbulkan pertanyaan bagaimanakah pilihan pekerjaan pada pemuda pencari kerja di Desa Cihideung Udik?

Persepsi atau pandangan pemuda terhadap pekerjaan sektor pertanian tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yunita (2011) menjelaskan faktor yang mempengaruhi pandangan dan pengetahuan seseorang terhadap sesuatu adalah karakteristik yang ada di setiap individu tersebut, yang terbagi atas dua kelompok besar yaitu yang berasal dari diri individu itu sendiri (internal) maupun faktor yang berasal dari luar diri individu (eksternal). Untuk itu, perlu diketahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pemuda pencari kerja berpendidikan terhadap pekerjaan di sektor pertanian di Desa Cihideung Udik?

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis persepsi pemuda desa terhadap pekerjaan di sektor pertanian.

2. Menganalisis pilihan pekerjaan pada pemuda pencari kerja di Desa Cihideung Udik.

(17)

Kegunaan Penelitian

(18)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Pemuda

Pada publikasi penyajian informasi Kementerian Pemudadan Olahraga Tahun 2006 dan 2007, yang disebut dengan pemuda adalah penduduk yang berumur 15-35 tahun. Namun, berdasarkan Rancangan Undang-Undang Kepemudaan Tahun 2008, penyebutan pemuda ditujukan untuk penduduk yang berumur 18-35 tahun. Dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 disebutkan secara jelas bahwa umur di bawah 18 tahun dikategorikan sebagai anak. Sehingga definisi pemuda yang digunakan pada publikasi tahun 2008 tidak memasukkan anak (15-17 tahun) sebagai bagian dari pemuda (Kemenpora 2008).

Berdasarkan definisi pemuda yang disebutkan sebelumnya, posisi pemuda yaitu berada diatas masa anak-anak dan remaja. Rohmad (1998) mengatakan pemuda merupakan suatu masa transisidari masa remaja kepada masa dewasa. Pemuda telah dapat dikategorikan ke dalam angkatan kerja karena melihat umur pemuda yang digolongkan mulai dari 16 tahun menurut Undang-Undang nomor 40 tahun 2009 dan 18 tahun menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak walaupun umur tersebut masih termasuk ke dalam umur sekolah.

Ada berbagai faktor yang menyebabkan pemuda memasuki angkatan kerja. Salah satunya karena sudah tidak bersekolah lagi, baik sukarela maupun terpaksa. Sukarela, misalnya apabila seseorang telah menamatkan jenjang pendidikan tertentu, sedangkan yang terpaksa, misalnya karena alasan ekonomi seseorang memilih putus sekolah sementara masih berkeinginan untuk melanjutkan sekolah, dengan kondisi tersebut terpaksa harus bekerja/mencari pekerjaan.

(19)

Herlina (2002) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa pemuda mempersepsikan pekerjaan pertanian sebagai bidang yang tidak memiliki masa depan. Hal ini disebabkan oleh pekerjaan pertanian yang sangat tergantung dengan kondisi alam (cuaca) sehingga sangat sulit untuk diprediksi. Faktor ketidakpastian dalam pekerjaan ini menjadi unsur kekhawatiran utama bagi mereka.

Pencari kerja

Dalam pendekatan labour force, angkatan kerja yaitu seseorang yang aktif secara ekonomi (mencari pekerjaan) dengan dua kemungkinan, yaitu mendapatkan pekerjaan yang digolongkan dengan bekerja (employed person) dan yang tidak atau belum mendapatkan pekerjaan yang digolongkan sebagai pengangguran (unemployed person) (Rusli 2012). Tenaga kerja (manpower) terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labor force) terdiri dari golongan yang bekerja, golongan menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lain-lain (penerima pendapatan). Ketiga golongan dalam kelompok angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering juga dinamakan sebagai potential labor force. Sumarsono (2003) mengungkapkan bahwa pencari kerja yaitu penduduk yang menawarkan tenaga kerja tapi belum berhasil memperoleh pekerjaan dianggap terus mencari pekerjaan .

Kementrian Pertanian (2012) mengemukakan mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, seperti mereka yang :

a. belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan

b.sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.

c.bekerja atau mempunyai pekerjaan, tetapi karena sesuatu hal masih berusaha untuk mendapatkan pekerjaan lain.

Usaha mencari pekerjaan ini tidak terbatas pada seminggu sebelum pencacahan, jadi mereka yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan dan yang permohonannya telah dikirim lebih dari satu minggu yang lalu tetap dianggap sebagai mencari pekerjaan asalkan seminggu yang lalu masih mengharapkan pekerjaan yang dicari ( BPS 2012).

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mencari pekerjaan. Setiawan (2007), Adi (2011) dan Suroso (2012) menemukan bahwa umur, harapan pendapatan, pendidikan, jenis SLTA, keterampilan, pengalaman bekerja dan jenis kelamin berpengaruh terhadap pilihan dan lama mencari kerja. Umur yaitu lama atau waktu yang telah dihabiskan untuk hidup. Umur memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap lama mencari kerja. Suroso (2012) mengatakan bahwa umur yang semakin tua akan semakin sulit untuk mencari kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin lama waktu mencari pekerjaan terkait dengan tingginya aspirasi untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dan sebanding dengan return biaya pendidikannya.

(20)

pertimbangan bahwa dengan upah yang lebih tinggi pencari kerja akan cenderung menginginkan pekerjaan dengan penghasilan yang lebih layak sehingga ada kecenderungan akan mencari pekerjaan yang terbaik sehingga memakan waktu yang lebih lama. Selanjutnya pencari kerja yang mempunyai pengalaman kerja akan memiliki waktu mencari kerja yang lebih cepat dibanding pencari kerja yang tidak memiliki pengalaman pekerjaan sebelumnya

Keterampilan adalah suatu kecekatan, kemampuan, dan keahlian seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dikuasainya. Setiawan (2007) mengungkapkan bahwa pengangguran terutama pada golongan yang terdidik terlihat relatif tinggi disebabkan oleh kurangnya keterampilan, terutama bagi mereka yang baru lulus dari pendidikannya. Tenaga kerja yang memiliki keterampilan kerja didukung tingkat pendidikan yang tinggi, maka tenaga kerja akan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan yang tinggi dan didukung dengan kepemilikan keterampilan akan semakin memudahkan seseorang mendapatkan pekerjaan.

Pilihan pekerjaan

Desa di Indonesia dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu seperti desa pertanian, nelayan, pariwisata, dan lain-lain. Akan tetapi, desa yang paling banyak merupakan desa pertanian (Raharjo 2004). Hayami dan Kikuchi (1987) dalam Prabowo (2012) menyatakan bahwa ketika terjadi fragmentasi lahan di desa dan sektor pertanian tidak dapat lagi diharapkan sebagai sumber mata pencaharian, maka masyarakat akan menyiasati dengan berpartisipasi di kegiatan non pertanian. Dengan demikian terdapat dua pilihan pekerjaan secara garis besar yaitu pekerjaan sektor pertanian dan di luar sektor pertanian.

Kementrian pertanian (2012) mengemukakan pekerjaan yang termasuk ke dalam sektor pertanian yaitu pertanian bercocok tanam, kehutanan dan perburuan serta perikanan. Pekerjaan non pertanian akan menjadi lebih luas karena banyaknya pilihan pekerjaan saat ini yang diluar sektor pertanian. Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, mengklasifikasikan sektor non-pertanian sebagai sektor yang terdiri atas:(1) sektor pertambangan dan penggalian, (2) industri pengolahan, (3) sektor listrik, air, dan gas, (4) konstruksi, (5) perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi, (6) transportasi, pergudangan dan telekomunikasi, (7) lembaga keuangan, real estate, (8) jasa kemasyarakat, sosial dan perorangan.

Belum berkembangnya agroindustri di perdesaan, sehingga usaha tani masih dominan di aspek produksi on farm dengan tingkat pendapatan yang relatif kecil dan belum berkembangnya usaha jasa pelayanan permodalan, dan teknologi, mengakibatkan citra petani dan pertanian lebih sebagai aktivitas sosial budaya tradisional, bukan sosial ekonomi yang dinamis dan menantang. Kondisi ini pada akhirnya kurang menarik minat generasi muda di perdesaan untuk bekerja dan berusaha di bidang pertanian, terlebih bagi mereka yang telah mengikuti pendidikan sekolah menengah ke atas (Kementrian Pertanian 2012).

(21)

pendapatan yang lebih tinggi dan merasa lebih terhormat. Akhirnya sebagai bentuk penolakan terhadap pekerjaan pertanian, banyak angkatan kerja pedesaan yang bermigrasi ke kota.

Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi pilihan pekerjaan pemuda desa saat ini .Malau (2011) yang mengungkapkan bahwa terjadi lonjakan jumlah tenaga kerja di sektor industri dan konstruksi pada bulan Agustus 2011. Tercatat, jumlah tenaga kerja di sektor industri naik sebesar 840 ribu orang, sedangkan pada sektor konstruksi peningkatakan jumlah tenaga kerja sebesar 750 ribu orang. Sejalan dengan hal tersebut, Rinihastuti (2010) menyatakan dalam hasil penelitiannya di Desa Sidoleren bahwa penyebab pemuda desa lebih memilih bekerja di sektor industri kecil dan rumah tangga adalah pandangan tentang pekerjaan di sektor industri itu lebih menyenangkan, santai, mendapatkan gaji yang tetap setiap bulannya dengan jumlah yang lebih besar.

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh dalam memilih pekerjaan. Prabowo (2012) menemukan bahwa faktor pendidikan merupakan faktor yang paling mempengaruhi terhadap pilihan pekerjaan pemuda desa. Lain lagi halnya dengan yang ditemukan Sumarsono (2003) yang menyatakan bahwa pilihan pekerjaan dipengaruhi oleh upah, keterampilan, jam kerja dan pengalaman bekerja.

Persepsi bekerja di sektor pertanian

Khairani (2013) mengemukakan pengertian dari persepsi yaitu proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Ina (2012) menyatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Sejalan dengan hal tersebut, Rakhmat (2003) mengatakan bahwa persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor personal yaitu karakteristik orang yang memberikan respons terhadap stimuli dan faktor situasional merupakan situasi yang berada di luar diri orang tersebut.

(22)

Yunita (2011) menjelaskan faktor yang mempengaruhi persepsi adalah karakteristik yang ada di setiap individu tersebut, yang terbagi atas dua kelompok besar yaitu :

1. Karakteristik internal yang merupakan kondisi atau keadaan spesifik individu yang berkaitan langsung dengan dirinya yang meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan

2. Karakteristik eksternal yang merupakan kondisi atau keadaan seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungannya dan mempengaruhi persepsi atau penilaian seseorang, seperti lingkungan sosial budaya, interaksi antar individu, dan media komunikasi.

Tidak jauh berbeda dengan Yunita (2011), Toha (2003) menyakatan bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terbangun dalam fikirannya dan berbeda beda satu dengan yang lainnya yaitu :

1. Faktor internal, berupa kondisi perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan, minat dan motivasi.

2. Faktor eksternal, berupa latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebudayaan sekitar, keberlawanan, pengulangan gerakan, hal-hal baru dan familiar atau ketidakasingan terhadap suatu objek.

Faktor yang mempengaruhi persepsi pekerjaan sektor pertanian

Chandra (2004) mengemukakan dalam penelitian yang dilakukannya di Desa Jambudipa bahwa pemuda desa secara keseluruhan memiliki persepsi yang baik terhadap pekerjaan di sektor pertanian. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya pemuda bekerja sebagai penggarap daripada buruh tani. Lain lagi halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Anshori (2011) di Desa Slamet Kabupaten Malang, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persepsi generasi muda pedesaan mengenai pekerjaan di sektor pertanian masih cukup baik, walaupun banyak pemuda yang tidak mau bekerja di sektor pertanian.

(23)

sedangkan pendidikan, pendapatan keluarga, upah diluar sektor pertanian, informasi dari luar desa tidak mempunyai hubungan dengan persepsi generasi muda terhadap pekerjaan di sektor pertanian.

Berdasarkan faktor – faktor yang dikemukakan di atas, dapat dilihat bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi pekerjaan pemuda dapat di bagi atas dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal

Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari keadaan spesifik individu yang berkaitan langsung dengan dirinya yang meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan status pernikahan. Dalam kasus pemuda pencari kerja ini, keterampilan dan pengalaman bekerja dimasukkan ke dalam faktor internal karena hal yang berhubungan dengan diri individu dalam mencari pekerjaan.

Jenis kelamin

Jenis kelamin mempengaruhi persepsi seseorang terhadap pekerjaan di sektor pertanian hal ini seperti yang diungkapkan Herlina (2002) dalam penelitiannya bahwa berdasarkan pandangan masyarakat, anak perempuan yang belum menikah tidak pantas masuk ke sektor pertanian karena akan merusak penampilan dan melelahkan. Perempuan yang belum menikah lebih cenderung mempersepsikan pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang kurang baik dan kurang pantas untuknya karena pekerjaan pertanian identik dengan bekerja kasar dan keras yang membutuhkan tenaga yang kuat sehingga dinilai lebih cocok untuk laki-laki. Hal ini membuat mereka selalu menghindari pekerjaan pertanian.

Umur

Chandra (2004) menjelaskan bahwa di Desa Jambudipa, sebagian besar penduduk yang bekerja di sektor pertanian merupakan mereka yang berumur lanjut (40 tahun ke atas), sedangkan pemuda cenderung bekerja di sektor lain. Ketika dihubungkan dengan persepsi, pemuda mempunyai persepsi lebih rendah atau kurang baik terhadap pekerjaan pertanianjika dibandingkan dengan mereka yang berumur lebih tua (40 tahun ke atas). Pemuda lebih memilih bekerja di kota dengan alasan banyak pengalaman baru yang lebih menarik sedangkan pekerjaan di desa hanya untuk menyenangkan hati orang tua atau hanya untuk mencari rokok. Hampir sama dengan hasil penelitian Herlina (2002) yang mengatakan bahwa pemuda mempersepsikan pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang rumit dan melelahkan dan menilai pekerjaan pertanian kurang prospektif bagi masa depan mereka.

Tingkat pendidikan

(24)

memilih menganggur daripada mendapat pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginannya. Dalam hasil penelitiannya, Herlina (2002) mengemukakan bahwa pemuda yang memiliki pendidikan lebih rendah cenderung untuk memiliki penilaian yang lebih baik terhadap pekerjaan pertanian karena keterbatasan mereka untuk masuk ke pekerjaan sektor lain yang membutuhkan persyaratan pendidikan dan keterampilan khusus. Berbeda dengan pemuda yang memiliki pendidikan lebih tinggi, mereka cenderung untuk memilih bekerja di luar sektor pertanian karena dinilai memiliki status sosial tinggi jika dibandingkan dengan pekerjaan pertanian. Pekerjaan seperti menjadi pegawai pabrik dan swalayan dinilai lebih baik karena tidak hanya menggunakan tenaga semata, tapi sedikit banyak membutuhkan pikiran.

Status pernikahan

Herlina (2002) mengatakan bahwa pemuda yang belum menikah, belum memiliki tanggung jawab yang besar, ia pun masih bisa meminta kepada orang tua untuk keperluan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan tekanan untuk bekerja masih kecil sehingga masih selektif dalam pekerjaan. Lain halnya dengan pemuda yang telah menikah, tekanan ekonomi menjadi faktor utama dalam mencari pekerjaan, persepsinya dalam mencari pekerjaan adalah sumber uang, sehingga walaupun pekerjaan tersebut tidak diminatinya, ia akan tetap dikerjakan.

Keterampilan

Ketika seorang pemuda tidak memiliki keterampilan untuk bekerja di sektor formal maka ia akan cenderung untuk memiliki persepsi positif terhadap pekerjaan pertanian (Prambudi 2011). Keterampilan adalah suatu kecekatan, kemampuan, dan keahlian seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dikuasainya. Setiawan (2007) mengungkapkan bahwa pengangguran terutama pada golongan yang terdidik terlihat relatif tinggi disebabkan oleh kurangnya keterampilan, terutama bagi mereka yang baru lulus dari pendidikannya. Tenaga kerja yang memiliki keterampilan untuk bekerja di sektor formal dan didukung tingkat pendidikan yang tinggi, akan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan yang tinggi dan didukung dengan kepemilikan keterampilan akan semakin memudahkan seseorang mendapatkan pekerjaan. Keberadaan keterampilan di luar pertanian ini berarti sebuah persiapan untuk memasuki lapangan pekerjaan di luar pertanian.

Pengalaman bekerja

(25)

menghindari pekerjaan sektor pertanian karena dirasa pekerjaan di luar pertanian lebih enak dan memiliki pendapatan yang pasti.

Dalam hal ini terlihat bahwa faktor internal yang mempengaruhi persepsi terhadap pekerjaan di sektor pertanian dan pilihan pekerjaan yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, keterampilan dan pengalaman bekerja, namun untuk keperluan penelitian yang difokuskan kepada pemuda lulusan SMA dalam empat tahun terakhir yang sedang mencari pekerjaan, maka faktor internal dibatasi menjadi jenis kelamin, keterampilan, dan pengalaman bekerja,

Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu, kondisi atau keadaan seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungannya. Dalam hal pemilihan pekerjaan maupun persepsi pemuda desa terhadap pekerjaan di sektor pertanian ini, faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu status sosial ekonomi keluarga, sosialisasi pekerjaan dan tingkat kosmopolitan

Status sosial ekonomi keluarga

Status atau kedudukan menurut Prasodjo dan Panjaitan (2003) merupakan tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Yulisanti (2000) dalam Lestarini (2007) mengungkapkan status sosial ekonomi ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilannya maka akan semakin tinggi pula status sosial ekonomi seseorang. Basrowi dan Juariyah (2010) mengungkapkan status sosial ekonomi berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi itu sendiri yaitu posisi individu dan kelompok yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang berlaku umum tentang pendidikan, pemilikan barang-barang, dan patisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya. Sementara itu, menurut Sudibyo (1996) kondisi sosial ekonomi adalah keadaan seseorang atau sekelompok orang yang dapat dilihat dari faktor tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan, kekayaan, pemilikan barang barang berharga serta kedudukannya di tengah tengah masyarakat.

Pada desa agraris, lahan merupakan barang berharga. Kepemilikan lahan mengindikasikan bahwa suatu rumah tangga akan menjadi lebih baik dan dapat terlibat dalam aktivitas ekonomi pertanian. Selain itu, kepemilikan lahan juga dapat menjadi indikasi kesejahteraan rumah tangga sehingga anggota rumah tangga dapat mengambil keuntungan dengan berpartisipasi di kegiatan non pertanian. Dalam hubungannya dengan persepsi terhadap pekerjaan pertanian Chandra (2004) menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki lahan cenderung memiliki persepsi yang lebih baik terhadap pekerjaan sektor pertanian.

(26)

yang berhubungan pekerjaan. Apabila jenis pekerjaan seseorang diketahui, maka akan mudah untuk menduga tinggi rendahnya pendidikan, standar hidup, teman, jam kerja dan kebiasaan sehari-hari keluarga orang ini (Setiadi dan Kolip 2010) .

Sosialisasi pekerjaan

Sosialisasi yaitu proses seseorang memperoleh pengetahuan, nilai dan sikap. Suyanto dan Narwoko (2011) mengungkapkan bahwa sosialisasi adalah proses belajar dan pengembangan budaya dari generasi tua kepada generasi muda. Melalui sosialisasi individu masyarakat belajar mengetahui dan memahami tingkah dan tindakan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan. Herlina (2002) menemukan fakta dalam penelitiannya bahwa orangtua telah mensosialisasikan agar anaknya tidak bekerja pada sektor pertanian, para orang tua memberikan pandangan kalau bekerja di sektor pertanian itu capek, dipandang rendah, dan masa depannya tidak terjamin. Hal ini menyebabkan pemuda desa memiliki pandangan atau penilaian yang kurang baik terhadap pekerjaan pertanian sehingga mencoba untuk keluar dari sektor pertanian tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, Chandra (2004) menemukan bahwa semakin baik sosialisasi pekerjaan pertanian maka akan semakin baik persepsi pemuda terhadap pekerjaan pertanian tersebut.

Tingkat kosmopolitan

Menurut Murtiyanti (2005) kekosmopolitan adalah keterbukaan seseorang terhadap informasi dengan melakukan kunjungan ke kota atau desa lainnya untuk mendapatkan berbagai informasi. Tingkat kosmopolitan dapat diukur dari perkembangan sumber inovasi baru, antara lain media elektronik (TV, radio, telepon), media cetak (surat kabar, tabloid, majalah) dan bepergiannya keluar daerah tempat tinggal mereka atau keluar desa (Parlina 2012). Selain itu, Chandra (2004) menambahkan tingkat kosmopolitan dapat juga dilihat dari keterdedahan dengan media massa. Tingkat kosmopolitan ini memiliki hubungan negatif dengan pekerjaan pertanian, ketika tingkat kosmopolitan pemuda rendah maka ia akan cenderung untuk memiliki persepsi yang tinggi atau lebih baik terhadap pekerjaan pertanian.

Kerangka Pemikiran

(27)

pemuda desa terhadap pekerjaan pertanian dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Yunita 2011). Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri individu dan menjadi karakterisik individu tersebut yang meliputi : keterampilan, jenis kelamin, dan pengalaman bekerja. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan individu atau berasal dari luar diri individu, seperti : status sosial ekonomi keluarga, tingkat kosmopolitan, dan sosialisasi pekerjaan (Gambar 2).

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

Hipotesis penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, maka hipotesis dari penelitian ini yaitu diduga :

1. Faktor internal seperti berjenis kelamin perempuan, memiliki keterampilan, pengalaman bekerja dan tidak memiliki lahan akan memiliki persepsi yang negatif terhadap pekerjaan pertanian, serta faktor eksternal yang meliputi status sosial ekonomi keluarga tinggi, tingkat kosmopolitan tinggi, dan sosialisasi pekerjaan di sektor non pertanian memiliki persepsi negatif terhadap pekerjaan sektor pertanian.

2. Pemuda yang memiliki persepsi negatif terhadap sektor pertanian akan memilih pekerjaan di luar sektor pertanian.

Faktor Internal

• Jenis kelamin • Keterampilan • Pengalaman bekerja

Faktor Eksternal

• Status sosial ekonomi keluarga

• Sosialisasi pekerjaan • Tingkat kosmopolitan

Persepsi terhadap pekerjaan pertanian

Pilihan Pekerjaan

Pertanian Non pertanian

Keterangan :

Mempengaruhi

(28)

Definisi Operasional

1. Persepsi yaitu suatu penilaian atauinterpretasi seseorang terhadap sesuatu, yang dalam hal ini pekerjaan di sektor pertanian. Persepsi ini dibedakan atas dua kategori, yaitu positif dan negatif. Persepsi terhadap pekerjaan sektor pertanian ini diukur dengan memberikan skor terhadap pertanyaan khusus persepsi pekerjaan pertanian. Berdasarkan pemberian skor tersebut, maka tingkat persepsi berada pada interval 8-24. Persepsi yang negatif berada pada interval 8-16, dan persepsi positif berada pada interval 17-24. 2. Pilihan pekerjaan yaitu pekerjaan utama yang menjadi pilihan untuk

bekerja. Terdiri dari pekerjaan pertanian dan pekerjaan non pertanian. 3. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari keadaan spesifik individu

yang berkaitan langsung dengan dirinya. Faktor internal ini dilihat dari : 1. Jenis kelamin yaitu ciri seksual responden, yang terdiri dari dua

jenis, yaitu laki-laki dan perempuan.

2. Pengalaman bekerja yaitu suatu keadaan yang memberikan informasi apakah responden pernah memiliki sumber pendapatan sebelumnya di luar sektor pertanian. Hal ini terbagi atas memiliki pengalaman bekerja dan tidak memiliki pengalaman pekerjaan.

3. Keterampilan yaitu suatu keahlian yang dimiliki seseorang. Hal ini ada atau tidaknya keterampilan yang dimiliki oleh seseorang yang berfokus pada keterampilan di luar sektor pertanian. Keterampilan dibagi menjadi dua kategori yaitu tidak memiliki keterampilan dan memiliki keterampilan.

4. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu atau lingkungannya. Faktor eksternal ini dilihat dari :

1. Status sosial ekonomi di sini merujuk kepada posisi seseorang atau sekelompok orang yang membaginya ke dalam kelompok tertentu secara vertikal. Status sosial ekonomi ini dibagi atas status sosial ekonomi tinggi dan rendah. Hal ini dilihat dari kategori keluarga responden, yang dapat diamati dari unsur kepemilikan lahan, pekerjaan, pendapatan dan pendidikan.

• Kepemilikan lahan yaitu ada atau tidaknya lahan pertanian yang dimiliki keluarga responden, yang dilihat dari luas lahan yang dimiliki, dikelompokkan menjadi memiliki lahan > 0,5 Ha diberi skor 2, dan memiliki lahan ≤ 0,5 Ha diberi skor 1.

Pekerjaan yaitu usaha yang dilakukan atau dijalankan

(29)

• Pendapatan yaitu penerimaan atau uang yang dihasilkan seseorang karena pekerjaan yang dilakukannya dalam satu bulan. Pendapatan di sini dilihat berdasarkan rata-rata seluruh pendapatan orangtua responden, rata-rata pendapatan orangtua responden yaitu Rp.2.045.000,- dengan demikian pendapatan ini dikelompokkan menjadi > Rp. 2.045.000: diberi skor 2 dan ≤ Rp. 2.045.000,- : diberi skor 1

• Pendidikan yaitu jenjang pendidikan terakhir yang pernah ditamatkan oleh orang tua. Dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu minimal SMA diberi skor 3, SMP diberi skor 2 dan SD/tidak lulus/tidak sekolah: diberi skor 1

2. Sosialisasi pekerjaan yaitu perkenalan dan pembinaan tentang suatu pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang lebih tua kepada yang lebih muda. Dalam sosialisasi pekerjaan ini dilihat jenis pekerjaan yang disosialisasikan. Jenis pekerjaan yang disosialisasikan terbagi atas pekerjaan pertanian dan non pertanian.

3. Tingkat kosmopolitan yaitu keterbukaan seseorang terhadap informasi yang datang dari luar. Hal ini dilihat dari :

1.Keterdedahan terhadap media massa

a) jumlah media massa yang dilihat dalam sehari, dibagi atas dua bagian yaitu >2 diberi skor 2 dan ≤2 diberi skor 1

b) durasi akses media tersebut dalam sehari dapat dilihat atas dua kelompok yaitu >7 jam diberi skor 2 dan ≤ 7 jam diberi skor 1 2.Kontak terhadap kota

a) Jumlah kota yang dikunjungi dalam tahun ini, dibagi dua yaitu >2 diberi skor 2 dan ≤2 diberi skor 1

b) Frekuensi ke kota dalam tahun ini yaitu jumlah mengunjungi kota dalam tahun ini, yang diukur dengan memberi skor berikut pada masing-masing kota

(30)

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Hal ini dilakukan untuk memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti (Singarimbun 1989).Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah teknik penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Informasi yang dikumpulkan dalam penelitian survei adalah informasi dari responden dengan menggunakan kuesioner. Unit analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah individu.

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Singarimbun (1989) menyatakan bahwa dalam upaya memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diamati, terdapat usaha untuk menambahkan informasi kualitatif pada data kuantitatif. Alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan data kuantitatif adalah kuesioner. Sementara untuk pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui observasi, serta wawancara mendalam kepada beberapa informan. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berupa data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari wawancara kuesioner, wawancara mendalam, serta observasi langsung ke desa tersebut. Sementara data sekunder sebagai data pendukung diperoleh melalui literatur berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan topik penelitian, profil dan data monografi Desa Cihideung Udik, serta data dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah pertanian dan banyaknya jumlah pemuda di desa iniyang berpendidikan sampai SMA sederajat yang sedang mencari pekerjaan di luar sektor pertanian

(31)

Teknik Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemuda pencari kerja lulusan SMA yang ada di desa Cihideung Udik, Kabupaten Bogor. Kerangka sampling dari penelitian ini adalah pemuda Desa Cihideung Udik yang sedang mencari pekerjaan dan merupakan lulusan SMA sederajat dalam empat tahun terakhir. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, didapatlah 68 orang pemuda yang menjadi kerangka sampling. Responden didefinisikan sebagai bagian dari kerangka sampling yang sebelumnya telah ditentukan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 40 orang. Teknik penentuan responden dilakukan melalui teknik simple random sampling, yaitu dengan mengundi secara acak seluruh kerangka sampling hingga didapatlah 40 responden. Selain responden, terdapat juga informan untuk melengkapi data secara kualitatif. Informan yang dipilih adalah pihak-pihak yang memiliki informasi yang diperlukan seperti informasi pertanian yang akan ditanyakan langsung kepada petani yang ada di desa tersebut, dan informasi mengenai profil desa dan dinamika kehidupan sosial budaya masyarakat setempat yang akan ditanyakan kepada kepala desa, tokoh masyarakat, dan pihak lainnya yang dianggap memiliki informasi terhadap kasus yang diteliti.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data primer didapatkan melalui wawancara mendalam dengan menggunakan kuesioner kepada responden. Data tersebut akan diedit terlebih dahulu. Proses editing dilakukan untuk membaca dan memberi koreksi pada setiap kuesioner yang telah diisi. Proses editing ini berguna untuk mengecek kelengkapan data dan logika urutan jawaban atas setiap pertanyaan dalam kuesioner. Setelah itu dilakukan pengkodean data dengan cara membuat buku kode pada Microsoft excel 2010, hal ini dilakukan dengan penyusunan secara sistematis data mentah (yang terdapat dalam kuesioner) kedalam bentuk yang mudah dibaca oleh komputer. Selanjutnya data tersebut dipindahkan ke software SPSS 16.0 untuk dianalisis lebih lanjut. Analisis data menggunakan beberapa alat analisis deskriptif berupa tabel frekuensi, tabulasi silang, gambar, dan grafik untuk melihat pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap persepsi terhadap pekerjaan pertanian. Selain itu, untuk melihat hubungan antar variabel digunakan uji statistik non-parametrik melalui uji Chi-Square dan Spearman. Kedua variabel

dikatakan berhubungan apabila nilai hasil uji (nilai p) lebih kecil dari pada nilai α (alfa). Nilai alfa (α ) yang digunakan di sini yaitu 10 persen (0,1). Secara lebih

rinci untuk melihat keterhubungan antar variabel dijelaskan sebagai berikut. Hipotesa :

H0 : kedua variabel tidak berhubungan H1 : Kedua variabel berhubungan Kriteria uji :

(32)

Ketika hasil nilai p lebih kecil dari alfa (α) maka tolak H0 artinya terima H1 yang berarti kedua variabel memiliki hubungan. Begitupun sebaliknya, ketika

nilai p lebih besar dari alfa (α), maka H0 diterima yang artinya kedua variabel

tidak berhubungan.

Data pada kuesioner tersebut dikelompokkan dan diberi nilai sesuai dengan definisi operasional. Definisi operasional dari setiap variabel disusun berdasarkan teori dan mengacu kepada jawaban responden pada kuesioner. Definisi operasional yang mengacu pada jawaban responden yaitu seperti pendapatan, pemilikan lahan, dan perangkingan pada tingkat kosmopolitan dan status sosial ekonomi.Variabel tingkat pendapatan didapatkan dari rata-rata pendapatan seluruh responden. Pada kuesioner, kolom pendapatan diisi dengan pendapatan orangtua responden berdasarkan satuan waktu ia menerima pendapatan masing-masing, yaitu perhari, perminggu dan perbulan. Kemudian seluruhnya di konversikan menjadi satu satuan waktu yang sama yaitu menjadi pendapatan dalam waktu satu bulan untuk mempermudah membuat perbandingan. Setelah itu, barulah ditemukan rata-rata pendapatan perbulan, yaitu Rp. 2.045.000,-. Pendapatan yang berada di bawah atau sama dengan rata-rata diberi skor 1 dan pendapatan yang berada di atas rata-rata-rata-rata diberi skor 2.

Untuk perangkingan pada variabel status sosial ekonomi, dilihat berdasarkan luas lahan yang dimiliki, pekerjaan, pendapatan dan pendidikan orang tua responden yang penjelasannya terdapat pada bagian definisi operasional. Berdasarkan ketiga hal tersebut, didapatkanlah skor total dari rentang 5-12, dengan rata-rata 6. Skor yang berada di bawah atau sama dengan rata dikategorikan sebagai rendah dan skor total yang berada di atas rata-rata dikategorikan sebagai tinggi. Begitupun dengan perangkingan pada tingkat kosmopolitan. Tingkat kosmopolitan dilihat berdasarkan keterdedahan terhadap media massa yang dan kontak terhadap kota. Keterdedahan terhadap media massa dilihat lagi berdasarkan jumlah media yang diakses dalam sehari dan durasi mengakses media tersebut dalam satu hari. Kemudian untuk kontak terhadap kota dilihat berdasarkanjumlah kota yang dikunjungi dalam satu hari dan frekuensi total mengunjungi kota dalam satu tahun ini. Setelah melihat jumlah skor secara keseluruhan, jumlah skor yang didapatkan adalah antara 5-15. Berdasarkan nilai rata-rata, tingkat kosmopolitan dikatakan rendah apabila skor 5-10, dan dikatakan tinggi jika skor 11-15.

(33)
(34)

GAMBARAN UMUM LOKASI

Bab ini menjelaskan desa yang dijadikan tempat penelitian. Adapun informasi yang terdapat dalam bagian ini yaitu terdiri dari kondisi geografis, demografis, pendidikan, agama, dan situasi ketenagakerjaan, serta potensi ekonomi, wisata dan infrastruktur yang terdapat di lokasi tersebut.

Kondisi Geografis

Desa Cihideung Udik merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.Desa ini terbagi dalam 15 Rukun Warga (RW) dan 48 Rukun Tetangga (RT). Adapun untuk batas-batas wilayah Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogorini yaitu:

sebelah utara : Desa Cihideung Ilir sebelah timur : Kecamatan Dramaga sebelah selatan : Kecamatan Tenjolaya

sebelah barat : Desa Bojong Jengkol dan Kecamatan Tenjolaya Jarak Desa Cihideung Udik dari ibukota kecamatan yaitu sekitar 7 km, kemudian ke ibukota kabupaten yaitu 30 km dan ibukota propinsi adalah 130 km, serta ke ibukota negara berjarak 60 km. Desa Cihideung Udik memiliki luas wilayah 284 Ha dan berada pada ketinggian 600 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan 300–600 mm. Adapun pembagian penggunaan lahan di desa ini seperti yang terdapat pada Tabel1.

Tabel 1 Luas dan persentase pola penggunaan tanah di Desa Cihideung Udik tahun 2009

No Penggunaan Lahan Luas wilayah (Ha/m2)

Persentase (%)

1 Pemukiman 57,0 20,07

2 Persawahan 183,0 64,44

3 Perkebunan 24,2 8,52

4 Kuburan 2,5 0,89

5 Pekarangan 2,0 0,70

6 Perkantoran 0,5 0,18

7 Prasarana umum lainnya 14,8 5,21

Total luas 284,0 100,00

Sumber: Desa Cihideung Udik (2009)

Demografi

(35)

perempuan. Adapun jumlah kepala keluarga di Desa Cihideung Udik adalah 3.428 kepala keluarga. Melihat luas wilayah Desa Cihideung Udik dan jumlah penduduknya, maka dapat diketahui kepadatan penduduk Desa Cihideung Udik yaitu sebesar 50 jiwa/km2. Artinya setiap 1 km2wilayah Desa Cihideung Udik rata-rata terdapat penduduk berjumlah 50 jiwa. Penduduk Desa Cihideung Udik secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cihideung Udik berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur, Agustus 2013

No Kelompok Umur

Sumber: Data Monografi Desa Cihideung Udik, Agustus 2013

Berdasarkan Tabel 2 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk umur produktif (15-64 tahun) di Desa Cihideung Udik adalah 8.268 jiwa, sehingga Rasio Beban Tanggungan (RBT) penduduk Desa Cihideung Udik adalah 68,23 atau dibulatkan menjadi 68. Artinya setiap 100 orang penduduk umur produktif menanggung 68 orang penduduk umur non produktif. Desa Cihideung Udik memiliki wilayah yang cukup luas dibandingkan dengan desa lain yang ada di Kecamatan Ciampea. Letak antar RW di desa ini saling berdekatan dan memiliki masing-masing kampung dan jumlah RT yang berbeda. Lokasi tiap RW di Desa Cihideung Udik adalah sebagai berikut:

(36)

Pendidikan

Pendidikan masyarakat Desa Cihideung Udik mengalami peningkatan dalam beberapa tahun ini. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor desa terdapat peningkatan pendidikan masyarakat dari tahun 2002 sampai kepada tahun 2012. Pada tahun 2002 pendidikan masyarakat sebagian besar merupakan lulusan SD, sedangkan pada tahun 2012 pendidikan sudah mulai merata hingga lulusan SMA sederajat yang kemudian diikuti oleh mulai meningkatnya jumlah lulusan perguruan tinggi. Peningkatan jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cihideung Udik yang sekolah berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2002 dan tahun 2012

Tingkat pendidikan

Sumber: Data Monografi Desa Cihideung Udik (2012)

Pada Tabel 3 terlihat peningkatan pendidikan masyarakat salam 10 tahun terakhir. BPS (2008) mengatakan bahwa mereka yang berpendidikan SLTA ke atas merupakan kelompok terdidik. Masyarakat Desa Cihideung Udik yang termasuk kelompok berpendidikan pada tahun 2012 sudah banyak dibandingkan dengan tahun 2002. Pada tahun 2012, masyarakat yang lulusan SMA sudah mencapai 16,26 persen dari hanya 6,26 persen saja pada tahun 2002. Begitupun dengan lulusan diploma, mengalami peningkatan walaupun tidak banyak yaitu mencapai 0,99 persen dari hanya 0,03 persen saja pada tahun 2002. Peningkatan pendidikan juga terlihat pada lulusan sarjana yang mencapai 3,89 persen dari hanya 0,05 persen saja pada tahun 2002.

(37)

Tabel 4 Jumlah sarana pendidikan di Desa Cihideung Udik tahun 2012

No Sarana pendidikan Jumlah (unit)

1 TK/PAUD 8

2 SD/MI 6

3 SMP/MTs 2

4 SMA/MA 1

5 Pondok pesantren 3

6 Pondok pesantren salapiah 2

Sumber: Data monografi Desa Cihideung Udik ( 2012)

Agama

Masyarakat Desa Cihideung Udik mayoritas beragama islam. Jumlah masyarakat yang beragama islam adalah 14.018 orang, kemudian juga terdapat agama lain seperti agama katolik 5 orang, protestan 6 orang serta agama budha 5 orang. Adapun untuk sarana peribadatan yang terdapat di Desa Cihideung Udik ini hanya ditemukan sarana peribadatan untuk umat islam saja yaitu berupa masjid sebanyak 12 unit dan mushollah sebanyak 21 unit. Hal ini disebabkan karena masyarakat pribumi atau masyarakat yang asli di daerah ini memang seratus persen beragama islam, kemudian semenjak dibangunnya perumahan di desa tersebut, barulah masuk pendatang yang beragama selain islam.

Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Cihideung Udik sudah cukup baik. Desa Cihideung Udik memiliki satu unit puskesmas yang beroperasi secara baik setiap harinya. Hal ini sangat membantu masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan dengan jaraknya yang dekat dan mudah dijangkau serta biaya yang murah. Selain itu Desa Cihideung Udik juga memiliki balai pengobatan/klinik sebanyak satu unit. Ditambah lagi dengan keberadaan 3 orang dokter serta 4 orang bidan, semakin memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan. Adapun untuk sarana kesehatanyang terdapat di Desa Cihideung Udik secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah sarana kesehatan di Desa Cihideung Udik tahun 2012

No Sarana kesehatan Jumlah Satuan

1 Puskesmas 1 Unit

2 Balai pengobatan/klinik 1 Unit

3 Dokter Umum 3 Orang

4 Posyandu 13 Unit

5 Pos KB Desa 15 Orang

6 Bidan 4 Orang

7 Petugas gizi keliling 13 Orang

8 Dukun bayi terlatih 3 Orang

(38)

Sarana dan Prasarana Ekonomi

Desa Cihideung Udik memiliki beberapa industri rumah tangga yang menjadi salah satu mata pencaharian penduduk selain menjadi petani dan pedagang. Terdapat lebih kurang 78 industri rumah tangga di desa ini. Selain itu juga terdapat satu unit mini market yaitu Ceria Mart yang terdapat di RW 08 atau di Kampung Pasar Rebo. Adapun sarana dan prasarana ekonomi yang ada di Desa Cihideung Udik secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah sarana dan prasarana ekonomi di Desa Cihideung Udik tahun 2012

No Sarana kesehatan Jumlah (unit)

1 Koperasi Unit Desa 2 ( tidak aktif)

2 Pasar/ Mini market 1

3 Jasa lembaga keuangan 1

4 Industri rumah tangga 78

5 Perusahaan kecil 1

6 Perusahaan sedang 2

7 Perusahaan besar -

8 Bank -

Sumber: Data Monografi Desa Cihideung Udik ( 2012)

Situasi Ketenagakerjaan

Wilayah Desa Cihideung Udik sebagian besar terdiri dari daerah persawahan yaitu seluas 183 Ha atau sekitar 64,44 persen dari seluruh total wilayah. Oleh karena itu, mata pencaharian penduduk mayoritas masih berada pada bidang pertanian, baik itu petani maupun buruh tani. Jumlah petani dan buruh tani di Desa Cihideung Udik ini adalah masing-masing 543 orang dan 1.867 orang. Kemudian diikuti oleh pedagang sebanyak 1.230 orang, dan pekerjaan lainnya. Adapun pekerjaan masyarakat Desa Cihideung Udik secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah pendudukDesa Cihideung Udik yang bekerja menurut jenis pekerjaan, tahun 2012

No Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 543 10,7

2 Buruh tani 1.867 36,7

3 Pedagang 1.230 24,2

4 Pegawai Negeri Sipil 107 2,1

5 TNI/Polri 5 0,1

6 Karyawan swasta 685 13,5

7 Wirausaha lainnya 655 12,9

Jumlah 5.092 100,0

(39)

Jumlah penduduk yang bekerja biasanya dipandang mencerminkan jumlah kesempatan kerja yang ada (Rusli 2012). Kesempatan kerja di Desa Cihideung Udik lebih banyak di sektor pertanian (46,7 persen) dan perdagangan (24,2 persen). Berdasarkan data monografi,terdapat 1.987 orang yang tidak memiliki pekerjaan atau 24 persen dari seluruh tenaga kerja di Desa Cihideung Udik. Akan tetapi tidak terdapat data secara rinci mengenai jumlah pencari kerja. Data yang tersedia yaitu hanya terbatas pada jumlah pencari kerja berdasarkan permintaan untuk membuat surat keterangan berkelakukan baik dari desa sebagai persyaratan untuk membuat kartu kuning pada dinas tenaga kerja dan tarnsmigrasi. Berdasarkan data tersebut, jumlah pencari kerja pada tahun 2013 terhitung dari bulan Januari hingga September sebanyak 366 orang. Selain itu, masih banyak terdapat pencari kerja yang tidak terdaftar di desa karena tidak pernah mengurus surat keterangan berkelakukan baik tersebut. Adapun untuk pencari kerja lulusan SMA sederajat dalam empat tahun terakhir berjumlah 68 orang pada hari dilakukan sensus oleh peneliti. Pencari kerja di sini dibuktikan dengan adanya paling tidak satu lamaran yang sedang diajukan dalam beberapa bulan terakhir.

(40)

GAMBARAN UMUM RESPONDEN

Karakteristik pribadi

Karakteristik pribadi ini merupakan faktor yang berasal dari keadaan spesifik individu yang berkaitan langsung dengan dirinya. Hal ini dapat dilihat dari umur, dan pendidikan .

Umur

Responden dalam penelitian ini merupakan pemuda pencari kerja yang merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas atau sederajat dalam 4 tahun terakhir. Hal ini menyebabkan umur responden tidak jauh berbeda, hanya berkisar antara 18 tahun hingga 21 tahun.

Tabe l8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur

No Umur Jumlah Persentase (%)

1 18 14 35,0

2 19 11 27,5

3 20 8 20,0

3 21 7 17,5

Total 40 100,0

Pemuda yang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas merupakan pemuda yang berumur 18 tahun yaitu sebesar 35 persen. Hal ini berarti sebagian besar pemuda lulusan SMA yang sedang mencari kerja di Desa Cihideung Udik ini merupakan lulusan SMA tahun ajaran 2013, atau baru saja lulus sekolah. Banyaknya lulusan SMA tahun ini disebabkanoleh mulai sadarnya masyarakat akan pendidikan. Hal ini seperti perkataan Sekretaris Desa Cihideung Udik yaitu Bapak Misnan, “Masyarakat di desa ini sudah mulai sadar akan pendidikan, sudah banyak orangtua yang mau menyekolahkan anaknya hingga ke pendidikan SMA sederajat, dalam dua tahun ini anak-anak lulusan SMA semakin banyak, apalagi yang kelas 3 SMA sekarang, sayangnya kami tidak mempunyai data tertulis di desa”.

(41)

Pendidikan

Pendidikan responden dalam penelitian ini difokuskan kepada lulusan SMA atau sederajat. Hal yang akan dilihat di sini jenis sekolah menengah yang menjadi pendidikan terakhir respoden, SMA atau SMK.

Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis sekolah menengah

No Sekolah Menengah

Jumlah Persentase (%)

1 SMA 10 25

2 SMK 30 75

Total 40 100

Pemuda di Desa Cihideung Udik lebih banyak lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Terlihat pada Tabel 9 pemuda yang lulusan SMK mencapai 75 persen dari total responden. Banyaknya mereka yang lebih memilih untuk mengambil SMK ini disebabkan oleh orientasi mereka untuk langsung bekerja setelah lulus SMK nanti. Pada umumnya mereka tidak mau lagi melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi seperti akademi ataupun universitas. Hal ni seperti yang diungkapkan Ahd (18) ketika ditanya mengapa lebih memilih masuk SMK, “Saya sih pengen langsung dapat kerja Teh, gak mau kuliah lagi, kalau masuk SMA kan gak ada keahlian, susah buat nyari kerja, jadi harus kuliah dulu”.

Mereka yang lulusan SMK ini terdiri dari beragam jurusan. Kebanyakan dari mereka lebih memilih jurusan yang mengarah kepada pekerjaan sektor formal, seperti pemasaran dan perkantoran. Triputrajaya (2011) mengemukakan bahwa sektor formal adalah lapangan usaha yang secara sah terdaftar dan mendapat izin dari pejabat berwenang. Kegiatannya terhimpun dalam Instansi Pemerintah, bentuk badan usaha seperti BUMN, BUMS, dan koperasi.

Sebagian besar dari responden yang lulusan SMK memiliki jurusan yang mengarah kepada pekerjaan sektor formal. Pemasaran menjadi jurusan terbanyak responden yang kemudian juga terlihat jurusan perkantoran dan administrasi. Hanya jurusan otomotif yang memiliki arah yang berbeda dengan kebanyakan jurusan responden. Selain jurusan tersebut diatas, terdapat beberapa jurusan lain seperti perhotelan, teknik komputer jaringan, listrik dan multimedia.

Riwayat Pekerjaan

(42)

mengajak saja. Tidak ada inisiatif sendiri dari mereka untuk melakukan pekerjaan tersebut (Tabel 10).

Tabel 10 Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan kegiatan

Kegiatan Jumlah Persentase (%)

Bekerja 14 35

Tidak bekerja 26 65

Jumlah 40 100

Pemuda Desa Cihideung Udik ini sebagian besar tidak memiliki kegiatan apapun (65 persen). Mereka hanya menunggu lamaran yang mereka ajukan diterima dengan menghabiskan waktu menonton televisi di rumah dan bermain bersama teman-teman sebaya setiap harinya. Tidak ada kegiatan yang produktif secara ekonomi yang dilakukan selama menunggu lamaran yang diajukan diterima, terutama untuk perempuan. Mereka hanya di rumah dan membantu pekerjaan rumah tangga.

Pemuda Desa Cihideung Udik yang sedang mencari pekerjaan ini, tidak seluruhnya yang langsung mencari pekerjaan ketika menyelesaikan pendidikannya di SMA/SMK. Hanya 57 persen yang langsung mencari pekerjaan dan sisanya 43 persen tidak langsung mencari pekerjaan akan tetapi memilih untuk istirahat terlebih dahulu. Istirahat yang mereka maksud di sini yaitu tidak melakukan kegiatan apapun seperti halnya ketika liburan sekolah. Selain itu juga terdapat beberapa responden yang ijazahnya ditahan oleh pihak sekolah karena terkait dengan uang sekolah dan biaya lainnya (Tabel 11).

Tabel 11 Jumlah dan persentase responden yang langsung mencari pekerjaan setelah lulus sekolah

Langsung mencari pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Ya 23 57

Tidak 17 43

Jumlah 40 100

Pada Tabel 11 terdapat 17 orang atau 43 persen pemuda yang tidak langsung mencari pekerjaan begitu lulus sekolah. Sebagian besar dari mereka mengemukakan alasan istirahat untuk melepas penat setelah 12 tahun sekolah. Pada umumnya mereka menghabiskan waktu 3-4 bulan untuk istirahat sebelum mencari pekerjaan.

Informasi lamaran yang sedang diajukan

(43)

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan lamaran yang pernah lolos

Lamaran yang pernah lolos Jumlah (orang) Persentase (%)

Ya 22 55

Tidak 18 45

Jumlah 40 100

Dari 22 orang pemuda yang lamarannya pernah lolos tersebut, terdapat 11 orang responden yang lamarannya pernah lolos sampai tahap akhir akan tetapi tidak diambil. Alasan responden tidak mengambil pekerjaan yang telah berhasil ia tembus tersebut yaitu terkait dengan izin dari orang tua karena pekerjaan terlalu jauh serta terdapat alasan ketidakcocokan upah dan alasan kesehatan. Ketidakcocokan upah di sini yaitu ketika lamaran pekerjaan dinyatakan diterima dan kemudian diketahui upah yang akan didapatkan dari pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan, mereka akan langsung mundur dan membatalkan bekerja di tempat tersebut. “Saya gak jadi ambil karena cuma digaji Rp.800.000,- sebulan teh, kecil amat, mending saya cari yang lain dulu” ( RH 20 tahun).

Pemuda Desa Cihideung Udik sebagian besar mengajukan lamaran pada industri/pabrik (50%), kemudian diikuti oleh lamaran ke supermarket atau mall, restoran dan toko-toko. Hal ini seperti yang dapat diamati pada Tabel 13.

Tabel 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan lamaran pekerjaan yang diajukan

Lamaran yang diajukan Jumlah (orang) Persentase (%)

Industri/pabrik 20 50,0

Swalayan/mall 12 30,0

Restoran 3 7,5

Toko 3 7,5

Lainnya 2 5,0

Jumlah 40 100,0

Pemuda saat ini cenderung untuk mengajukan lamaran ke industri/pabrik karena kemudahan dalam proses lamarannya. Selain itu industrilah yang paling sering terdengar kabar tentang adanya lowongan pekerjaan. Informasi tersebut didapatkan dengan mudah dari teman atau tetangga yang bekerja di industri yang bersangkutan. Hal ini semakin mempermudah para pemuda yang ingin bekerja di industri/pabrik yang sama karena cukup hanya dengan menitipkan lamaran tersebut kepada sumber informasi tadi. Mereka tidak perlu bersusah payah untuk datang ke tempat tersebut sebelum benar-benar ada panggilan dari industri yang bersangkutan.

(44)

rebutan untuk bekerja bagi pemuda setempat. Banyaknya pemuda yang ingin bekerja di swalayan (30%) disebabkan oleh tempat bekerja yang nyaman, dan pekerjaan yang tidak terlalu susah. Hal ini seperti terungkap oleh salah satu responden yang bernama At (18 tahun), “Kalau kerja di swalayan atau mall gitu enak teh, adem, tempat kerjanya pakai AC serta bersih lagi, kita juga berpakaian rapi kalau kerja.” Dalam mengajukan lamaran pekerjaan, pemuda Desa Cihideung Udik ini sebagian besar mengajukan pada lokasi yang hampir sama. Mereka cenderung untuk mencari pekerjaan yang dekat dengan desa mereka sehingga Kota Bogor menjadi lokasi utama untuk mencari pekerjaan (Gambar 3).

Gambar 3Persentase daerah lamaran pekerjaan responden

Berdasarkan data yang diolah dari responden, dari 78 lamaran yang diajukan, terdapat 45 lamaran atau sekitar 58 persen lamaran yang diajukan di Kota Bogor. Selain itu, Kota Jakarta menjadi tujuan kedua untuk bekerja bagi mereka. Pada bagian lainnya di Gambar 3 tersebut diisi oleh masing-masing Kota Bekasi, Karawang dan Tangerang, namun persentase tersebut sangatlah kecil karena pertimbangan jarak yang cukup jauh bagi responden untuk bekerja. Banyaknya lamaran yang diajukan responden ke berbagai tempat tentunya tidak terlepas oleh adanya bantuan dari sumber informasi. Apalagi di zaman serba cepat ini, sumber informasi yang sudah semakin banyak dan praktis semakin memudahkan seseorang untuk mencari informasi yang diinginkan begitupun informasi lowongan pekerjaan. Salah satunya yaitu internet yang menyediakan banyak sekali informasi yang tidak terbatas yang dapat diakses sesuai dengan kebutuhan. Hal ini tidak demikian adanya dengan pemuda di Desa Cihideung Udik, mereka cenderung mendapatkan informasi dari orang yang mereka kenal daripada media massa. Sumber informasi mengenai lowongan pekerjaan yang utama bagi mereka adalah teman mereka sendiri (69%) setelah itu barulah keluarga/kerabat, dan media massa. Adapun untuk sumber informasi lowongan pekerjaan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah dan persentase sumber informasi lowongan pekerjaan responden

Sumber informasi Jumlah (orang) Persentase (%)

Keluarga/kerabat 21 27

Teman 54 69

Orang lain 1 1

Media massa 2 3

Jumlah 78 100

58% 31%

11%

Bogor

Jakarta

Gambar

Gambar 1 Penurunan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dari
Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Tabel 2 Jumlah  dan persentase penduduk Desa Cihideung Udik berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur,  Agustus 2013
Tabel 14 Jumlah dan persentase sumber informasi lowongan pekerjaan responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Studi kelayakan pengembangan usaha Warnet Persada Ciputat ini bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya pengembangan usaha pembukaan cabang baru yang akan dilakukan dan

Menugaskan Kepala Seksi Administrasi Utang dan Hibah untuk menginventarisir dan mengevaluasi secara berkala daftar kode, klasifikasi dan data referensi pinjaman,

14 Saya kurang dapat menerima pendapat orang lain yang berlawanan dengan prinsip saya. 15 Saya berani mengemukakan pendapat saya sejauh tidak menyinggung perasaan

Politics Politics murupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam membuat suatu rumusan peraturan, akan tetapi peran serta politik dan pelaksana kebijakan

peran dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di Dusun Ngentak diwujudkan dalam tujuan dibentuknya kelompok yaitu untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Ngentak yang

Pada daya pemompaan yang sama, penambahan classic twisted tape insert, perforated twisted tape insert I, dan perforated twisted tape insert II berturut-turut

Peningkatan keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model STAD dengan media crossword puzzle berdampak pada meningkatnya hasil belajar

akan ditempuh oleh organisasi dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasional yang sekaligus berusaha memuaskan berbagai kebutuhan para