• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di kota sukabumi: periode tahun 1990-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di kota sukabumi: periode tahun 1990-2012"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SUKABUMI:

PERIODE TAHUN 1990-2012

DESTY NURHIDAYANTI CHAERUNNISA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Sukabumi: Periode Tahun 1990-2012 adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Desty Nurhidayanti Chaerunnisa

(4)

ii

ABSTRAK

DESTY NURHIDAYANTI CHAERUNNISA. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Sukabumi.Dibimbing oleh MUHAMMAD FINDI A.

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi.Ketersediaan infrastruktur menjadi tuntutan yang sangat penting dalam menjalankan roda perekonomian suatu wilayah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan perkembangan infrastruktur di Kota Sukabumi dan menganalisis pengaruh dari infrastruktur panjang jalan, listrik, air bersih, ranjang rumah sakit dan sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi. Analisis ini menggunakan metode analisis regresi berganda berbasis OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan data sekunder time series di Kota Sukabumi tahun 1990-2012. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai pengukuran output, panjang jalan (Km), jumlah energi listrik yang terjual (kWh), volume air bersih yang tersalurkan (m3), jumlah ranjang rumah sakit yang tersedia (unit) dan jumlah sekolah (unit). Hasil menunjukan bahwa berdasarkan model dalam analisis, infrastruktur jalan, listrik dan sekolah memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.Sedangkan infrastruktur air bersih dan ranjang rumah sakit memberikan pengaruh yang positif dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi. Kata Kunci: Infrastruktur, OLS, pertumbuhan ekonomi

ABSTRACT

DESTY NURHIDAYANTI CHAERUNNISA. The Impact of Infrastructure Development to Economic Growth in Sukabumi.Supervised by MUHAMMAD FINDI A.

Infrastructure is a driving wheel of economic growth. The availability of infrastructure became an important demand in running the economic wheel of an area. The purpose of this research was to explain the infrastructure developing and analyze the influence of long road, electricity, clean water, hospital bed and school to economic growth in Sukabumi. The analysis was used multiple regression analysis method with OLS (Ordinary Least Square)-based and time series secondary data in Sukabumi from 1990 to 2012. The variable that used in this research was Gross Domestic Regional Product (GDRP) as output measurement, the long road (Km), total of sold-electricity (kWh), the volume of accessed-clean water (m3), total of available-hospital bed (unit) and total of school (unit). The result showed based on model analysis, the long road, electricity and school infrastructure gave a negative influence to economic growth in Sukabumi, whereas clean water and hospital bed infrastructure gave a positive influence and significant contribution to economic growth in Sukabumi.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SUKABUMI:

PERIODE TAHUN 1990-2012

DESTY NURHIDAYANTI CHAERUNNISA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Sukabumi: Periode Tahun 1990-2012

Nama : Desty Nurhidayanti Chaerunnisa NIM : H14100144

Disetujui oleh

Dr. Muhammad Findi, M. E. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec. Ketua Departemen

(8)

vi

PRAKATA

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan.Judul yang dipilih dalam penelitian ini ialah Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Sukabumi: Periode Tahun 1990-2012.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Muhammad Findi, M. E. selaku pembimbing selama proses penyelesaian skripsi, kepada Dr. Wiwiek Rindayati dan Salahudin El- Ayyubi, M. A. selaku penguji siding skripsi, seluruh staf departemen Ilmu Ekonomi IPB yang telah membantu selama proses pembuatan surat, pihak BPS RI dan Kota Sukabumi yang telah menyediakan dan melayani penulis saat proses pengumpulan data, kepada Annisa Fitra, Aprillia Fitria, Dyah Ayu, dan Muhammad Hilman selaku teman satu bimbingan yang telah membantu. Ucapan terima kasih juga kepada Ibu tercinta Titi Nurfianty, Bapak tercinta H. Hidayat Noor dan Kakak tercinta Noviar Ramdhani, Luthfi Ramdhani, S.E, Eva Nurlaela, Dinna Nurul Zannah serta Sahabat tercinta Unggul Nandika Diennasti, Nilam Mayasari, Putri Claristha yang telah memberikan perhatian serta membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini dan telah memberikan dukungan secara moril. Terimakasih juga saya ucapkan pada semua keluarga besar Ilmu Ekonomi 47 yang telah menjadi keluarga selama masa perkuliahan.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi 7

Infrastruktur 9

Penelitian Terdahulu 10

Kerangka Pemikiran Konseptual 11

Hipotesis Penelitian 12

METODE 13

Jenis dan Sumber Data 13

Metode dan Pengolahan Data 13

Analisis Regresi Linear Berganda 13

Model Penelitian 14

HASIL DAN PEMBAHASAN 17

Pertumbuhan Ekonomi di Kota Sukabumi 17

Perkembangan Infrastruktur di Kota Sukabumi 18

Analisis Model Penelitian 23

Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi 26

SIMPULAN DAN SARAN 28

Simpulan 28

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 31

(10)

viii

DAFTAR TABEL

1 Peranan wilayah atau pulau dalam pembentukan PDRB nasional tahun

2009-2012 1

2 Panjang jalan menurut kondisi jalan di Kota Sukabumi tahun

1990-2012 19

3 Jumlah energi listrik yang terjual di Kota Sukabumi tahun 1990-2012 21

4 Nilai VIF untuk uji multikolinearitas 26

5 Hasil estimasi pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi

Kota Sukabumi 27

DAFTAR GAMBAR

1 LPE Kota Sukabumi dan Jawa Barat atas dasar harga konstan 2000

tahun 2001-2012 3

2 PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga konstan 2000 tahun 1990-2012 4 3 Perbandingan pertumbuhan infrastruktur di Kota Sukabumi tahun

2000-2012 6

4 Kerangka Pemikiran 13

5 PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga konstan 2000 tahun 1990-2012 18 6 Distribusi presentase PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga konstan

2000 tahun 2009-2012 berdasarkan sektor 18

7 Jumlah energi listrik yang terjual di Kota Sukabumi tahun 1990-2012 21 8 Jumlah energi listrik yang terjual menurut kategori pelanggan tahun

2012 22

9 Volume air bersih yang disalurkan oleh PDAM di Kota Sukabumi

tahun 1990-2012 22

10 Volume air bersih yangdisalurkan menurut kategori pelanggan tahun

2012 23

11 Jumlah sekolah di Kota Sukabumi tahun 1990-2012 23 12 Jumlah ranjang rumah sakit di Kota Sukabumi tahun 1990-2012 24

13 Uji normalitas 25

14 Jumlah sekolah menurut kondisi sekolah di Kota Sukabumi tahun

2003-2012 29

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai VIF untuk uji Multikolinearitas 31

2 Hasil estimasi model pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan

ekonomi di Kota Sukabumi 31

3 Uji normalitas 31

(11)
(12)
(13)

1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu hal yang penting dilakukan oleh suatu Negara di berbagai belahan dunia manapun dengan tujuan untuk mencapai indikator kesejahteraan sosial (social walfare). Terdapat beberapa indikator yang bisa digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu Negara atau wilayah salah satunya adalah dengan melihat nilai pertumbuhan ekonominya, pertumbuhan ekonomi yang positif menunjukkan adanya peningkatan taraf perekonomian di suatu wilayah sedangkan pertumbuhan ekonomi yang negatif menunjukkan adanya penurunan perekonomian di wilayah tersebut.

Simon Kuznet menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi disuatu Negara atau wilayah dipengaruhi oleh akumulasi modal, sarana dan prasarana, sumberdaya alam, sumberdaya manusia baik jumlah maupun tingkat kualitas penduduknya, kemajuan teknologi, akses terhadap informasi, keinginan untuk berinovasi dan mengembangkan diri serta budaya kerja (Todaro, 2000). Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB), selain itu untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diukur dengan melihat nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Struktur perekonomian didominasi oleh kegiatan-kegiatan yang berada di Pulau Jawa. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) wilayah yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan PDB Nasional adalah Pulau Jawa, hal tersebut dibuktikan dengan data dari tahun 2009-2012 yang menunjukkan bahwa kontribusi Pulau Jawa dalam pembentukan PDB Nasional selalu melebihi 50 persen, sedangkan sisanya berasal dari kontribusi wilayah lain di Indonesia.

Tabel 1 Peranan Wilayah/Pulau dalam pembentukan Produk Domestik Bruto 2009-2012 (persen).

Wilayah/Pulau 2009 2010 2011 2012

Sumatera 22.7 23.1 23.5 23.8

Jawa 58.6 58.1 57.6 57.5

Bali dan NusaTenggara 2.8 2.7 2.6 2.6

Kalimantan 9.2 9.2 9.6 9.3

Sulawesi 4.4 4.5 4.6 4.8

Maluku dan Papua 2.3 2.4 2.1 2.1

Indonesia 100.0 100.0 100.0 100.0

Sumber: BPS RI, 2012.

(14)

2

Infrastruktur merupakan roda penggerak bagi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.Infrastruktur dibedakan menjadi dua jenis, yaitu infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial. Infrastruktur ekonomi adalah infrastruktur fisik, baik yang digunakan dalam produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat luas.Dalam pengertian ini, infrastruktur ekonomi meliputi prasarana seperti tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air bersih, sanitasi, serta pembuangan limbah.Sedangkan infrastruktur sosial antara lain meliputi prasarana kesehatan dan pendidikan.

Pembangunan infrastruktur menjadi faktor penentu keberhasilan pembangunan bangsa. Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan satu sama lain, dengan kata lain ketersediaan infrastruktur juga sudah menjadi suatu tuntutan untuk menjalankan roda perekonomian suatu bangsa, karena Negara yang memiliki infrastruktur baik akan lebih dapat bersaing dibandingkan Negara yang memiliki infrastruktur yang minim.

Di Indonesia, pengembangan infrastruktur masih terpusat di Pulau Jawa. Terdapat tiga provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terbesar bagi pembentukan PDB Nasional yaitu DKI Jakarta sebesar 16.5 persen, Jawa Timur sebesar 14.7 persen dan Jawa Barat sebesar 14.3 persen (BPS, 2011). Jawa Barat sebagai penyangga ibukota yang memiliki daerah Kabupaten/Kota lebih dari 20 daerah juga memiliki peran yang cukup besar dalam meningkatkan perekonomian sehingga pengembangan serta pembangunan infrastruktur di Jawa Barat harus diberi perhatian agar dapat menopang pertumbuhan Jawa Barat serta daerah yang ada di Jawa Barat tersebut.

Satu dari beberapa kota di Provinsi Jawa Barat yang menarik untuk diteliti serta sedang melakukan pembangunan infrastruktur secara besar-besaran adalah Kota Sukabumi. Kota Sukabumi memiliki wilayah dengan luas yang terbatas, serta jumlah penduduk yang hanya sekitar 300 ribu jiwa sehingga kedua hal tersebut tidak bisa dijadikan modal utama dalam pengembangan potensi ekonomi di Kota Sukabumi. Namun, Kota Sukabumi memiliki letak yang strategis diantara dua pusat pengembangan dan pusat pertumbuhan ekonomi yaitu wilayah Bandung Raya dan wilayah megapolitan Jakarta, hal ini menjadi peluang yang dapat menjadi modal dasar dalam menggerakan roda perekonomian.

(15)

3

Gambar 1 LPE Kota Sukabumi dan Jawa Barat tahun 2001-2012 atas dasar harga konstan tahun 2000 (persen).

Sumber: BPS RI, 2012 (diolah).

Pada Gambar 1 menunjukkan perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi dan Jawa Barat Tahun 2001-2012. Pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi dan Jawa Barat terus mengalami peningkatan pertumbuhan dengan nilai yang positif. Dengan kata lain, terjadi peningkatan output produksi barang dan jasa setiap tahunnya. Selama 12 tahun periode pengamatan LPE Kota Sukabumi mencapai 5.08 persen sampai dengan 6.51 persen, dengan angka terendah pada tahun 2001 dan angka tertinggi pada tahun 2007. Sedangkan untuk Provinsi jawa Barat nilai LPE berkisar antara 3.16 persen sampai dengan 6.48 persen, dengan angka terendah pada tahun 2001 dan angka tertinggi pada tahun 2007 dan 2011.

Jika dilihat dari gambar, LPE Kota Sukabumi selalu berada diatas LPE Provinsi Jawa Barat. Namun, fluktuasi terjadipada tahun 2008 hingga tahun 2012, bahkan selama tiga tahun terakhir LPE Kota Sukabumi selalu lebih rendah dari LPE Jawa Barat. Walaupun demikian secara umum perekonomian Kota Sukabumi pada tahun 2012 tetap dikatakan pertumbuhan yang positif, hanya saja mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Sukabumi yang meningkat, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Sukabumi juga meningkat.PDRB merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat perkembangan dan struktur perekonomian di suatu daerah.Selama periode tahun 1990-2012, PDRB Kota Sukabumi menunjukkan terjadinya fluktuasi namun cenderung meningkat.

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

(16)

4

Gambar 2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Sukabumi Tahun 1990-2012. Sumber: BPS Kota Sukabumi, 2013 (diolah).

Gambar 2 menunjukkan peningkatan PDRB Kota Sukabumi Tahun 1990-2012.PDRB Kota Sukabumi jika dilihat dari trend pergerakannya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.Hanya pada tahun 1997 dan tahun1998 PDRB mengalami penurunan namun tidak drastis, setelah itu hingga tahun 2012 PDRB Kota Sukabumi terus mengalami peningkatan.Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi terus meningkat seiring berjalannya waktu. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB Kota Sukabumi menunjukkan bahwa Kota Sukabumi telah menjadi daerah dengan potensi ekonomi yang baik. Meskipun Kota Sukabumi bukan daerah berbasis industri, tetapi selama beberapa tahun kebelakang hingga saat ini banyak investor asing yang mendirikan pabrik sehingga Kota Sukabumi telah menjadi daerah pergerakan arus distribusi barang dan orang. Kondisi tersebut mengharuskan Kota Sukabumi memiliki infrastruktur yang dapat mendukung keberlangsungan kegiatan ekonomi yang ada.Infrastruktur jalan, listrik, air bersih, rumah sakit dan sekolah menjadi beberapa hal yang sangat penting untuk ditingkatkan kualitas serta kuantitasnya demi menunjang keberhasilan kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi.

Dinas Perhubungan Kota Sukabumi dalam anggaran tahun 2013, mendapatkan dana yang berasal dari APBD sebesar 10 milyar rupiah. Alokasi dana tersebut untuk membiayai pembangunan serta perbaikan infrastruktur di Kota Sukabumi. Dalam upaya memperbaiki infrastrukturnya, pemerintah Kota Sukabumi telah merancang suatu perencanaan pembangunan yang tersusun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2013-2018 dan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Rapetada), menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur strategis di Kota Sukabumi dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang mengarah pada penyelesaian pembangunan terminal, dan pembangunan atau pemeliharaan jalan, penyelesaian jalan lingkar selatan, persiapan interchange jalan tol bocimi.

Namun, sampai saat ini kondisi infrastruktur Kota Sukabumi masih kurang baik dan jauh dari kondisi yang diharapkan. Banyak sekali jalan yang rusak, yang akhirnya menyebabkan kemacetan, distribusi barang terhambat serta kecelakaan.Selain itu, jumlah pasokan listrik dan air bersih di Kota Sukabumi

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

(17)

5

dikatakan cukup.Pelayanan rumah sakit serta sekolah juga masih kurang baik.Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan peningkatan nilai PDRB Kota Sukabumi, padahal menurut teori yang ada menyebutkan bahwa PDRB yang meningkat mencerminkan bahwa infrastrukturnya berkontribusi dengan baik terhadap nilai PDRB.

Adanya infrastruktur yang memadai akan memudahkan aktivitas perekonomian yang berlangsung khususnya dalam hal distribusi barang dan jasa sehingga jumlah output yang mampu dihasilkan akan meningkat. Hal ini menyebabkan pemerintah harus bekerja lebih baik lagi dalam mengawasi pembangunan serta perbaikan infrastruktur, karena jika tidak ada pembangunan serta perbaikan infrastruktur maka secara otomatis kegiatan ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi akan terhambat. Sedangkan, keberadaan infrastruktur di Kota Sukabumi sangat dibutuhkan mengingat kontribusinya yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi.Oleh karena itu, permasalahan ini terpilih menjadi fokus penelitian. Penelitian ini menganalisis pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi serta menganalisis bagaimana kondisi infrastruktur di Kota Sukabumi.

Perumusan Masalah

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu Negara. Pembangunan infrastruktur sangat memberikan dampak yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi serta pengembangan terhadap sektor-sektor lainnya yang ditandai dengan mobilitas penduduk yang tinggi, percepatan laju arus barang, peningkatan kualitas dan kuantitas sarana pembangunan dan peningkatan efisiensi dari sarana pembangunan tersebut. Infrastruktur yang memiliki kuantitas serta kualitas yang baik memang sangat diperlukan bahkan menjadi sebuah tuntutan khususnya bagi Indonesia yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi setiap tahunnya. Karena infrastruktur yang baik dan memadai akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi serta mempercepat proses pembangunan.

(18)

6

Gambar 3 Perbandingan pertumbuhan infrastruktur di Kota Sukabumi tahun 2000-2012.

Sumber: BPS Kota Sukabumi, 2012 (diolah).

Berdasarkan Gambar 3 pertumbuhan infrastruktur di Kota Sukabumi tidak selalu menunjukkan peningkatan.Infrastruktur air bersih dan listrik mengalamai peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa PLN dapat memenuhi kebutuhan pasokan listrik untuk wilayah Kota Sukabumi meskipun mengalami penurunan pada tahun 2009 setelah sebelumnya meningkat drastis pada tahun 2008. Begitu juga dengan air bersih, pertumbuhan yang tetap setiap tahunnya sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan air bersih di Kota Sukabumi sudah terpenuhi dengan baik.

Panjang jalan mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya, penurunan tersebut mengurangi panjang jalan dalam kondisi baik. Oleh karena itu, pemerintah harus memperhatikan kondisi jalan dengan cara pemeliharaan secara berkala. Infrastruktur sekolah dan ranjang rumah sakit mengalami pertumbuhan yang cukup baik, meskipun untuk ranjang rumah sakit mengalami penurunan pada tahun 2001 sampai 2003 namun itupun bukan penurunan yang drastis. Hal ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan untuk pendidikan serta kesehatan sudah terpenuhi dengan baik di Kota Sukabumi.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perkembangan infrastruktur di Kota Sukabumi?

2. Bagaimana peran serta pengaruh dari infrastruktur jalan, listrik, air bersih, ranjang rumah sakit dan sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini diantaranya:

1. Mengidentifikasi perkembangan infrastruktur di Kota Sukabumi?

(19)

7

Manfaat Penelitian

Disamping untuk menjawab permasalahn yang ada, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagiberbagai pihak, antara lain:

1. Bagi pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan mengenai pembangunan infrastruktur yang dapat meningkatkan pembangunan ekonomi.

2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan informasi bagi penelitian-penelitian lainnya.

3. Bagi masyarakat umum, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan umum mengenai perkembangan infrastruktur yang ada di Kota Sukabumi.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada Kota Sukabumi di Provinsi Jawa Barat dari tahun 1990 hingga 2012.Data yang dipakai merupakan data sekunder.Penggunaan data dalam penelitian ini dimulai sejak tahun 1990.Infrastruktur yang akan diteliti adalah infrastruktur ekonomi yang meliputi infrastruktur jalan berdasarkan kondisi jalan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi listrik PLN menurut klasifikasi yang disediakan oleh P.T. PLN Distribusi Jawa Barat cabang Kota Sukabumi, ketersediaan air bersih yang disediakan oleh PDAM, serta infrastruktur sosial meliputi infrastruktur kesehatan dan pendidikan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

Todaro (2000) menyebutkan bahwa pembangunan paling tidak harus memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis dalam memahaminya.Komponen yang paling hakiki tersebut yaitu kecukupan makanan (sustenance), memenuhi kebutuhan pokok, meningkatkan rasa harga diri atau jati diri (self-esteem), serta kebebasan (freedom)untuk memilih. Todaro (1998), juga mendefinisikan pembangunan merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dari struktur sosial sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga nasional sebagai akselerator pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan, dan kemiskinan absolut. Sedangkan dalam arti sempit, Glasson (1977) mendefinisikan pembangunan wilayah yaitu kemampuan wilayah yang bersangkutan untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan.

Menurut Rustiadi et all (2005), secara filosofis proses pembangunan dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik.

(20)

8

nasional.Kegagalan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan terjadi jika laju pertumbuhan ekonomi daerah meningkat, namun tingkat pendapatan masyarakat masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan belum mampu menciptakan spread effect maupun trickling down effect yang mementingkan kebutuhan masyarakat.

Menurut Anwar (1992), kegiatan pembangunan seringkali bersifat eksploitasi dengan menggunakan teknologi yang padat modal dan kurang memanfaatkan tenaga kerja setempat, sehingga manfaatnya bocor keluar wilayah. Lebih lanjut dikatakan, multiplier yang ditimbulkan kurang dapat ditangkap secara lokal dan regional, sehingga penduduk setempat seolah-olah menjadi penonton. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya disparitas terhadap pembangunan atau tingkat pertumbuhan suatu wilayah, sehingga kemampuan wilayah dalam mengelola barang dan jasa, baik dalam bentuk barang jadi maupun setengah jadi akan berbeda.

Todaro dan Smith (2006) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses peningkatan kapasitas produksi dalam suatu perekonomian secara terus menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin lama semakin besar. Ada tiga komponen utama dalam menentukan pertumbuhan ekonomi setiap bangsa, yaitu:

1. Akumulasi modal, meliputi semua bentuk investasi baru yang ditanamkan seperti tanah, peralatan fisik, serta sumber daya manusia melalui perbaikan di bidang kesehatan, pendidikan, dan keterampilan.

2. Pertumbuhan jumlah penduduk, yang pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan angkatan kerja.

3. Kemajuan teknologi, yang diartikan sebagai cara untuk menyelesaikan pekerjaan.

Akumulasi modal diperoleh bila sebagian dari pendapatan yang diterima saat ini ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan meningkatkan output dan pendapatan di masa yang akan datang. Pengadaan pabrik-pabrik, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku akan meningkatkan stock modal (capital stock) dan tingkat output yang ingin dicapai. Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus ditopang oleh berbagai investasi penunjang yang disebut dengan investasi infrastruktur sosial dan ekonomi.Pengadaan infrastruktur ini meliputi pembangunan jalan, penyediaan energi listrik, penyediaan sarana air bersih, perbaikan sanitasi, pembangunan fasilitas komunikasi, dan sebagainya. Keseluruhan dari adanya penyediaan infrastruktur ini sangat dibutuhkan dalam menunjang dan mengintegrasikan aktivitas-aktivitas ekonomi dalam suatu negara.

Selanjutnya terdapat teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Robert Solow yang dikenal dengan model pertumbuhan Solow (Solow growth model). Model ini dirancang untuk menunjukan bagaimana persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa di suatu negara secara keseluruhan (Mankiw, 2003).

(21)

9

Sukirno (2006), mendefinisikan pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan perekonomian suatu Negara dari waktu ke waktu.Perkembangan tersebut dinyatakan dalam bentuk presentase perubahan pendapatan nasional pada satu tahun tertentu terhadap pendapatan nasional tahun sebelumnya.

Infrastruktur

Menurut Kwik Kian Gie (2002), infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur dapat mempengaruhi

marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur dapat berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988).

Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, serta instalasi-instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000).

Begitu banyak dan besarnya peran infrastruktur sehingga dalam sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat oleh Aschauer, 1989 dan Munnell, 1990 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi, adalah sebesar 60% (Dikun, 2003).

The World Bank (1994) mengelompokkan infrastruktur ke dalam beberapa jenis, diantaranya :

1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yangdiperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi publicutilities (tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang dansebagainya).

2. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan, dan rekreasi.

3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi.

Infrastruktur dapat digolongkan sebagai modal atau kapital.Infrastruktur tergolong sebagai social overhead capital, berbeda dengan modal yang berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan produksi, perluasan infrastruktur tidak hanya menambah stok dari modal tetapi juga sekaligus meningkatkan produktivitas perekonomian dan taraf hidup masyarakat luas.

(22)

10

Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai rujukan, antara lain:Prasetyo (2008) melakukan studi mengenai

“Ketimpangan dan Dampak Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di Wilayah Kawasan Barat Indonesia (KBI)”. Analisis regresi data panel

digunakan untuk melihat besarnya pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi dan pandapatan perkapita di KBI. Infrastruktur yang diteliti meliputi: panjang jalan, listrik dan air bersih. Analisis dilakukan dengan data 14 provinsi di KBI dan pada kurun waktu 1995-2006. Dengan menggunakan model fixed effect

ditemukan bahwa masing-masing infrastruktur memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan juga pendapatan perkapita.

Sari, Perwita (2009) melakukan studi mengenai “Pengaruh Infrastruktur

terhadap Pertumbuhan Ekonomi 25 Kabupaten tertinggal KTI”membahas

tentang gambaran umum keragaman dan menganalisis pengaruh infrastruktur khususnya infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap pertumbuhan ekonomi 25 kabupaten tertinggal Kawasan Timur Indonesia (KTI). Penelitian menggunakan data sekunder berupa data panel 25 kabupaten tertinggal KTI untuk periode 3 tahun (2003, 2005 dan 2007). Teknik estimasi yang dilakukan adalah analisis regresi data panel dengan metode Generalized Least Square (GLS).

Hasil penelitian dengan menggunakan model fixed effect menunjukkan bahwa infrastruktur ekonomi (panjang jalan, jumlah keluarga pengguna telepon, jumlah keluarga pengguna listrik) dan infrastruktur sosial (jumlah sekolah) serta program P2IPDT yang dilakukan KNPDT berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sehingga dapat membantu kabupaten tertinggal menjadi suatu kabupaten yang terbuka dan mampu berinteraksi dengan “dunia luar” sehingga akses ke berbagai faktor produksi menjadi semakin mudah untuk dijangkau.

Andriani, Evanti (2013) “Analisis Peran Infrastruktur terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat”.penelitian ini menjelaskan

perkembangan infrastruktur di Jawa Barat dan menganalisis peran infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Analisis ini menggunakan data panel dengan model fixed effect yang menggunakan data di 26 kabupaten/kota yang ada di Provinsi jawa Barat dalam kurun waktu 2007-2011. Hasil menunjukkan bahwa infrastruktur di Jawa Barat terus meningkat. Berdasarkan model dalam analisis, infrastruktur jalan, listrik dan air bersih memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dimana infrastruktur listrik memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi.

Suyanto, Vitasari (2013) “Pengaruh Infrastruktur terhadap produk

Domestik Regional Bruto Per Kapita Kabupaten Tertinggal dan Non-Tertinggal di Indonesia”. Analisis ini menggunakan metode data panel pada 159 kabupaten di Indonesia tahun 2009-2011dengan rincian 119 kabupaten non-tertinggal dan 40 kabupaten non-tertinggal.Hasil dari penelitian menunjukan bahwa ketersediaan infrastruktur sekolah, rumahsakit dan jalan lebih besar pengaruhnya di kabupaten tertinggal sedangkan ketersediaan listrik lebih besar pengaruhnya di kabupaten non-tertinggal.

Jurnal hasil penelitian Rindang Bangun Prasetyo dan Muhammad Firdaus (2009) “Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Wilayah Indonesia”. Analisis ini menggunakan data panel 26 Provinsi di

(23)

11

padat karya sehingga kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan untuk menyerap tenaga kerja lebih efektif dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, infrastruktur listrik, jalan dan air berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Indonesia.

Kerangka Pemikiran

Keterkaitan antara pembangunan infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi ditandai dengan peningkatan output. Apabila suatu daerah tidak memiliki infrastruktur yang baik, akan menghambat kegiatan ekonomi di daerah tersebut untuk berkembang. Namun, apabila infrastruktur di daerah tersebut berkembang dengan baik maka akan terjadi peningkatan pendapatan nasional yang diakibatkan oleh tingginya mobilitas penduduk serta mudahnya akses distribusi barang dan jasa sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat.

Teori yang terkait dengan infrastruktur adalah teori Cobb-douglas, dalam fungsi produksinya menyatakan bahwa produktivitas output terdiri dari tenaga kerja, modal dan teknologi. Setiap peningkatan pada jumlah tenaga kerja, modal dan tekonologi akan mengakibatkan perubahan pada tingkat output yang dihasilkan. Modal yang digunakan yaitu dari sektor infrastruktur yang kemudian diagregasi menjadi infrastruktur ekonomi dan sosial.Dalam penelitian ini difokuskan pada infrastruktur ekonomi meliputi infrastruktur jalan, listrik dan air bersih.Kemudian infrastruktur sosial meliputi infrastruktur rumah sakit dan sekolah. Peningkatan infarstruktur ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Sukabumi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi ini akan meningkatkan aktivitas produksi dari berbagai sektor. Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dijelaskan pada Gambar 4.

Gambar 4 Kerangka Pemikiran

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian berdasrkan teori yang tertera pada pendahuluan diantaranya:

Kondisi Perekonomian Jawa Barat

Pembangunan Infrastruktur di Kota Sukabumi

Infrastruktur Sosial -Ranjang Rumah Sakit

- Sekolah Infrastruktur Ekonomi

- Air Bersih -Listrik - Panjang Jalan

(24)

12

1. Panjang jalan yang ada di Kota Sukabumi mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan jalan akan memperlancar proses pendistribusian dan mempermudah akses antar daerah.

2. Jumlah energi listrik yang terjual mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi karena semakin banyak jumlah listrik yang terjual menggambarkan banyaknya energi listrik yang di konsumsi oleh masyarakat, yang berarti ketersediaan akses daerah terhadap energi listrik dapat membantu meningkatkan pergerakan ekonomi Kota Sukabumi. 3. Jumlah air bersih yang tersalurkan mempunyai pengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan akses terhadap air bersih akan meningkatkan pemenuhan kebutuhan akan air bersih untuk keperluan masyarakat di Kota Sukabumi.

4. Peningkatan taraf pendidikan akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi karena tingginya tingkat pendidikan akan meningkatkan produktivitas seseorang.

5. Rasio ranjang rumah sakit berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi karena semakin tersedianya ranjang rumah sakit menunjukkan bahwa akses bagi kesehatan tenaga kerja semakin mudah sehingga produktivitas tenaga kerja akan meningkat.

METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time series tahun 1990-2012.Data yang digunakan dalam analisis adalah data Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Sukabumi, infrastruktur jalan, air bersih, listrik, rumah sakit dan pendidikan.Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), baik BPS pusat maupun BPS Daerah Kota Sukabumi.Selain itu, data sekunder dapat diperoleh juga melalui studi kepustakaan dan literarur yang relevan serta berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

Data yang diperoleh digunakan untuk menganalisis variabel yang berpengaruh terhadap pendapatan Kota Sukabumi, serta sektor-sektor perekonomian yang berkembang dari tahun 1990-2012. Data tersebut merupakan data time series dan diolah menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan

MINITAB 14.

Metode Analisis dan Pengolahan Data

(25)

13

(m3), ranjang rumah sakit (unit) dan jumlah sekolah (satuan) terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi. Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel 2007 dan MINITAB 14.Analisis deskriptif digunakan dengan bantuan grafik dan diagram untuk memaparkan kondisi Infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.

Analisis Regresi Linier berganda

Analisis regresi linier berganda merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguraikan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel independennya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

time series, maka dapat diolah menggunakan perangkat lunak (software) Minitab 14.Menurut Gujarati (2006), metode OLS dapat digunakan jika memenuhi beberapa asumsi sebagai berikut :

1. Nilai rata-rata bersyarat dari unsur gangguan populasi , tergantung kepada nilai tertentu variabel yang menjelaskan adalah nol.

2. Varians bersyarat dari residual adalah konstan atau homokedastik. 3. Tidak ada autokorelasi dalam residual.

4. Variabel yang menjelaskan adalah nonstokasti.

5. Tidak ada multikolinearitas diantara variabel yang menjelaskan. 6. Variasi residual menyebar normal.

Jika asumsi tersebut dipertahankan dalam model regresi linier berganda, maka penduga terkecilnya mempunyai variasi minimum yang merupakan penduga linier tak bias terbaik atau Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).

Setelah mendapatkan parameter estimasi, langkah selanjutnya adalah melakukan berbagai pengujian statistik, ekonomi dan ekonometrika.Pengujian statistik dilakukan dengan uji signifikasi (uji t), analisis varian (uji F) dan uji koefisien determinasi ( ).Sedangkan untuk pengujian ekonometrika dilakukan untuk mengestimasi parameter regresi dengan menggunakan OLS asumsi-asumsi klasik.Untuk melihat ada atau tidaknya pelanggaran terhadap asumsi klasik maka harus dilakukan uji autokorelasi, uji multikolineritas dan uji heteroskedastisitas. Apabila terjadi pelanggaran asumsi maka akan diperoleh hasil estimasi yang tidak valid.

Model Umum Analisis Regresi Berganda:

Menurut Winarno (2007), model umum analisis regresi berganda dapat digambarkan seperti berikut:

Dimana:

Y = Variabel endogen atau tak bebas

i = Tahun

= intersept atau nilai Y saat i= 0 X1, X2, Xn = Variabel eksogen atau bebas = Parameter dari X 1i, X 2i, X ni

(26)

14

Model Penelitian

Pada penelitian ini, model yang digunakan mempunyai bentuk:

LN_Y = LN + LN_JLN + LN_LTK+ LN_AIR+ LN_RRS+ LN_SK

Dimana:

Y = Produk Domestik Regional Bruto Kota Sukabumi (Juta Rupiah).

JLN = Jumlah Panjang Jalan (Km).

LIST = Jumlah Energi Listrik yang Terjual di Kota Sukabumi (kWh).

AIR = Volume Air Bersih yan Disalurkan (m3). RRS = Jumlah Ranjang Rumah Sakit (Unit). SKL = Jumlah Sekolah (Unit).

a0 = konstanta (intersept).

b1, b2, b3, b4, b5 =Parameter yang Diduga.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan syarat statistik yang harus dipenuhi analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS).Selain itu, untuk mendapatkan analisis regresi linear berganda yang baik harus memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat dicapai jika memenuhi kriteria berikut:

1. b1dan b2 merupakan penaksir linear dimana penaksir tersebut merupakan

fungsi linear dari variabel acak Y.

2. kedua penaksir tidak bias yakni, E(b1)= B1 dan E(b2)= B2. Jika

penerapannya dilakukan secara berulang-ulang, maka rata-rata b1 dan

b2akan sama dengan nilai B1 dan B2.

3. E( 2)= 2, yang artinya varians kesalahan dari OLS tidak bias. Jika

penerapannya dilakukan berulang-ulang maka nilai taksiran dari varians kesalahan akan tepat sama dengan nilai varians sebenarnya.

4. b1dan b2 merupakan penaksir yang efisien, yang artinya var (b1) lebih kecil

daripada varians penaksir linear tak bias lainnya untuk B1 dan var (b2)

lebih kecil daripada varians penaksir linear tak bias lainnya untuk B2.

Dengan demikian penaksir B1dan B2 dengan OLS sebenarnya akan lebih

tepat dibandingkan metode lainnya walaupun memberikan penaksir tak bias juga dari parameter yang sebenarnya.

Uji Ekonometrika

untuk menguji asumsi klasik di dalam suatu penelitian, dilakukan beberapa pengujian diantaranya:

1. Uji Normalitas

(27)

15

nyata , maka error term dalam model yang digunakan terdistribusi secara normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar variabel bebas dalam model regresi. Menurut Gujarati (2006), adanya multikolinearitas dapat terlihat melalui:

a. Nilai R-squared yang tinggi namun sedikit rasio yang signifikan. b. Korelasi berpasangan yang tinggi antar variabel bebasnya.

c. Melakukan regresi tambahan dengan memberlakukan variabel bebas sebagai salah satu variabel terikat dan variabel bebas lainnya tetap diberlakukan sebagai variabel bebas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa model yang digunakan terbebas dari masalah heteroskedastisitas.Masalah ini terjadi jika variansi dari suatu error tidak konstan (tetap).Cara yang dilakukan untuk mendeteksi masalah ini dapat dilakukan dengan uji White.

Heteroskedastisitas dapat terjadi dalam suatu model jika nilai statistic

White lebih besar dari X2. 4. Uji Autokorelasi

Suatu model terindikasi telah terjadi autokorelasi jika antara suatu pengamatan dengan pengamatan lainnya memiliki keterkaitan. Untuk mendeteksi adanya masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM) yang nantinya akan menghasilkan statistik Breusch-Godfrey. Pengujian Breusch-Godfrey

dilakukan dengan meregresi residual.Bila nilai probability (P-value) lebih kecil dari taraf nyata, maka model yang digunakan mengandung autokorelasi.

Uji Kriteria Statistik

a. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi( ) mengukur goodness of fit dari persamaan regresi linear berganda. Nilai menyatakan persentase keragaman total dari peubah tidak bebas yang dijelaskan oleh semua peubah secara bersama-sama.

Nilai R2 berkisar antara nol dan satu, kecocokan model dikatakan lebih baik jika R2 semakin mendekati 1.

b. Uji T-statistik

Uji-t dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang dapat menjelaskan atau berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Hipotesis pengujian ini adalah:

H0 = j = 0

H1 = j 0

Jika nilai t-statistik >t (n-k-1) maka dikatakan tolak H0 yang

(28)

16

c. Uji F-statistik

Uji ini digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara bersama-sama.Jika model yang digunakan signifikan maka model tersebut dapat menjelaskna atau memprediksi keragaman variabel terikat. Hipotesis pengujian ini adalah:

H0 = 1 = 2=…= k (tidak ada pengaruh).

H1 = minimal ada satu j yang 0 (ada pengaruh).

Dikatakan tolak H0 jika Fhit>F (k, n-k-1) yang artinya paling tidak ada

satu variabel bebas yang signifikan dan berpengaruh terhadap variabel tak bebas secara statistik. Dikatakan terima H0 jika Fhit > yang

artinya tidak ada sama sekali variabel bebas yang signifikan dan berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Ekonomi di Kota Sukabumi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa atau negara dalam melakukan pembangunan ekonomi. Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi dapat digunakan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).Nilai PDRB yang dilihat yaitu nilai PDRB atas dasar harga konstan, karena PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan pertumbuhan riil barang dan jasa dalam suatu periode tertentu serta tidak memperhitungkan tingkat perkembangan inflasi yang ada.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi, pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 5.29 persen, meningkat sekitar 1.1 persen dibandingkan tahun 2011. PDRB atas dasar harga konstan memang selalu menunjukan peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut terlihat pada Gambar 5, dari tahun 1990 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar Rp. 2.082.287 juta rupiah. Nilai PDRB Kota Sukabumi pada tahun 1990 adalah sebesar Rp. 67.604 juta sedangkan tahun 2012 sebesar Rp. 2.149.891 juta.

Gambar 5 PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga konstan 2000 Tahun1990 sampai 2012.

Sumber: BPS RI, 2012 (diolah).

Besarnya nilai PDRB tidak terlepas dari kontribusi tiap sektor terhadap pembentukan PDRB tersebut. Terdapat 9 sektor yang terdiri dari pertanian,

0

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

(29)

17

pertambangan dan penggalian, industri, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan dan jasa-jasa.

Gambar 6 Distribusi presentase PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga konstan 2000 tahun 2009-2012 berdasarkan sektor.

Sumber: BPS Kota Sukabumi, 2013 (diolah).

Gambar 6 menunjukkan besarnya presentase kontribusi tiap sektor terhadap PDRB Kota Sukabumi tahun 2009-2012. Dapat dilihat selama kurun waktu empat tahun sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah perdagangan hotel dan restoran yaitu sebesar 45%, selanjutnya adalah sektor pengangkutan dan komunikasi lebih dari 15%, sedangkan yang terbesar ketiga adalah sektor jasa-jasa yang memberikan kontribusi diatas 10%. Untuk enam sektor lain memberikan kontribusi kurang dari 10%. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa sektor yang memberikan kontribusi kurang dari 10 persen dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena setiap sektor saling memberikan pengaruh satu sama lain.

Perkembangan Infrastruktur di Kota Sukabumi Infrastruktur Jalan

Jalan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari transportasi darat. Transportasi darat merupakan sarana pengangkutan barang dan jasa yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Pembangunan yang terus meningkat akan menjadi tuntutan bagi pembangunan jalan yang dapat melancarkan arus faktor produksi, memudahkan mobilitas penduduk dan melancarkan lalu lintas barang antar daerah. Adanya pembangunan jalan di suatu daerah merupakan upaya untuk memeratakan pembangunan daerah.

(30)

18

Tabel 2 Panjang jalan menurut kondisi jalan di Kota Sukabumi tahun 1990-2012.

Tahun Baik Sedang Rusak Total

1990 21.65 22.557 9.368 54 1991 33.58 10.81 11.53 55.92 1992 22.93 24.27 7.2 54.4 1993 35.34 14.23 7.96 57.53 1994 37.64 15.67 8.99 62.3 1995 57.45 17.55 8.45 83.45 1996 111.616 33.96 3.26 148.836 1997 35.685 72.939 21.052 129.676 1998 58.774 68.765 20.342 147.881 1999 87.104 55.441 15.856 158.401 2000 99.956 41.649 24.989 166.594 2001 88.104 64.067 14.409 166.58 2002 110.664 64.067 14.409 189.14 2003 93.686 49.957 22.95 166.593 2004 95.294 50.814 23.332 169.44 2005 43.118 45.567 35.643 124.328 2006 39.276 45.367 38.685 123.328 2007 61.93 35.55 27.14 124.62 2008 63.45 37.55 23.62 124.62 2009 82.03 29.45 31.05 142.53 2010 80.47 26.08 14.76 121.31 2011 82.65 35.58 19.83 138.06 2012 83.77 36.87 19.93 140.57 Jumlah 863.277 581.19 218.085 1662.552 Sumber: BPS Kota Sukabumi, 2013.

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa kondisi jalan yang baik pada tahun 1990 hingga tahun 1995 mengalami kenaikan dan penurunan antara 21,65 Km hingga 57,45 lalu meningkat drastis pada tahun 1996 mencapai 111,616 Km. kemudian tahun 1997 kondisi jalan baik mengalami penurunan kembali sebesar 35,685 Km. Pada tahun 2009-2012 mengalami kondisi yang stabil mencapai 83.778 Km setelah sebelumnya pada tahun 2005-2006 mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga mencapai 39.276 Km. Penurunan tersebut diakibatkan oleh peningkatan jalan dengan kondisi rusak yang terus menerus meningkat dengan peningkatan tertinggi pada tahun 2006 mencapai 38,685 Km.

(31)

19

Infrastruktur Listrik

Energi listrik merupakan salah satu energi yang sangat diperlukan sebagai faktor pendukung produksi serta kehidupan sehari-hari. Energi listrik memiliki peranan yang cukup besar dalam mendorong pembangunan nasional. Selain untuk kebutuhan sehari-hari energi listrik juga sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan ekonomi yang ada di Kota Sukabumi. Infrastruktur listrik di Kota Sukabumi sebagian besar diproduksi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kebutuhan listrik meningkat setiap tahunnya, hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan jumlah listrik yang terjual di Kota Sukabumi tahun 1990-2012. Tabel 3 Jumlah energi listrik yang terjual di Kota Sukabumi tahun 1990-2012.

Tahun listrik Tahun Listik 1990 10.236.971 2002 91.849.167 1991 11.639.686 2003 101.754.398 1992 12.779.119 2004 111.707.580 1993 14.187.545 2005 130.654.263 1994 12.078.978 2006 176.764.695 1995 18.465.004 2007 161.339.869 1996 22.679.137 2008 169.932.153 1997 22.782.396 2009 182.771.022 1998 41.023.117 2010 166.825.328 1999 78.621.595 2011 209.763.727 2000 89.225.393 2012 228.938.236 2001 98.156.677 2012 228.938.236

Total 2.393.138.385

Sumber: BPS Kota Sukabumi, 2013

Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dilihat pertumbuhan jumlah energi listrik yang terjual pada gambar berikut:

Gambar 7 Jumlah energi listrik yang terjual di Kota Sukabumi Tahun 1990-2012. Sumber: BPS Kota Sukabumi, 2013 (diolah).

Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat jumlah energi listrik yang terjual mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2011-2012 mencapai 228,938,236 kWh.Peningkatan tersebut sejalan dengan perkembangan kegiatan ekonomi dan meningkatnya jumlah pelanggan di Kota Sukabumi.

0.00 50,000,000.00 100,000,000.00 150,000,000.00 200,000,000.00 250,000,000.00

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012

kW

h

(32)

20

Dari sisi kategori pelanggan yang menggunakan listrik, energi listrik banyak dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga. Seperti yang terlihat pada Gambar 8 energi listrik yang terjual di Kota Sukabumi pada tahun 2012 banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga sebesar 93 persen, hal tersebut disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk yang terus menerus meningkat. Energi listrik yang digunakan untuk keperluan usaha menjadi pengguna energi listrik kedua meskipun hanya sebesar 6 persen, hal tersebut disebabkan oleh banyaknya sentra usaha yang ada di Kota Sukabumi.

Gambar 8 Energi listrik terjual menurut kategori pelanggan di Kota Sukabumi Tahun 2012.

Sumber: BPS Kota Sukabumi, 2013 (diolah).

Infrastruktur Air Bersih

Air bersih merupakan suatu kebutuhan pokok yang dapat menunjang keberlangsungan kehidupan manusia. Terpenuhinya kebutuhan akan air bersih akan meningkatkan produktivitas seseorang, dengan begitu pengembangan infrastruktur air bersih harus dilakukan di setiap daerah agar kebutuhan masyarakat terhadap air bersih dapat terpenuhi. Pengembangan infrastruktur yang di gunakan dalam penelitian ini adalah ketersediaan air bersih yang di produksi dan dikelola oleh PDAM di Kota Sukabumi. Dengan terus meningkatnya jumlah penduduk di Kota Sukabumi menjadikan akses ketersediaan air bersih harus terus ditingkatkan.

Gambar 9 Volume air bersih yang disalurkan oleh PDAM Kota Sukabumi Tahun 1990-2012.

Sumber: BPS Kota Sukabumi, 2013 (diolah).

93%

6% 1% 0%

RumahTangga Usaha Umum Industri

0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 201

1

2012

m

3

(33)

21

Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat volume air bersih yang disalurkan PDAM Kota Sukabumi dalam kurun waktu 1990-2012 dengan total 92,797,031 m3. Dalam hal ini terjadi pertumbuhan yang cukup tinggi pada tahun 2012 mencapai 20 persen setelah sebelumnya mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun 2009-2011 mencapai -3.272 persen. Peningkatan volume air bersih yang disalurkan ini diakibatkan oleh meningkatnya jumlah penduduk serta kegiatan perekonomian yang ada di Kota Sukabumi.

Dalam gambar 10 dapat dilihat volume air bersih yang disalurkan menurut jumlah pelanggan, sebanyak 93 persen PDAM menyalurkan air bersih untuk kepentingan rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan rumah tangga akan air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci, memasak dll. Untuk kategori pelanggan usaha sebesar 6 persen dan pelanggan industri sebesar 1 persen.

Gambar 10 Volume air bersih yang disalurkan menurut Kategori Pelanggan Tahun 2012.

Sumber: BPS Kota Sukabumi, 2013 (diolah).

Infrastruktur Sekolah

Sekolah (SD, SMP, SMA, SMK Negeri atau Swasta) merupakan salah satu sarana penyedia layanan pendidikan bagi masyarakat. Sekolah berperan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing. Semakin tinggi kualitas seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraannya. Pendidikan tidak hanya melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas saja, tetapi juga menciptakan iklim yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Hal ini akan meningkatkan pula perekonomian daerah.

93%

6% 1% 0%

RumahTangga Usaha Umum Industri

0 100 200 300

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 201

1

2012

U

n

it

(34)

22

Gambar 11 Jumlah sekolah di Kota Sukabumi Tahun 1990-2012. Sumber: BPS Kota Sukabumi, 2013 (diolah).

Berdasarkan Gambar 11 dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah sekolah di Kota Sukabumi sangat fluktuatif. Pada tahun 1996-1999 terjadi peningkatan yang cukup tinggi sebesar 277 unit sekolah, namun mengalami penurunan pada tahun 2000-2006 yang diakibatkan oleh banyaknya bangunan sekolah yang rusak. Namun, pada tahun 2007 meningkat kembali hingga tahun 2012 sebesar 262 unit sekolah. Ditinjau berdasarkan tingkat pertumbuhannya, jumlah sekolah di Kota Sukabumi memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 1.812 persen.

Infrastruktur Ranjang Rumah Sakit

Ranjang rumah sakit menunjukkan kapasitas rumah sakit dalam menampung masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Semakin tinggi daya tampung rumah sakit mengindikasikan bahwa pelayanan kesehatan semakin baik dan hal tersebut akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang baik serta akan meningkatkan produktifitas sumber daya manusia dalam melakukan kegiatan ekonomi.

Gambar 12 Jumlah ranjang rumah sakit di Kota Sukabumi Tahun 1990-2012. Sumber: BPS Kota Sukabumi, 2013 (diolah).

Berdasarkan Gambar 13 dapat dilihat bahwa jumlah ranjang rumah sakit meningkat setiap tahunnya.Meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun 2001, sedangkan pada tahun 2001 pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya ranjang rumah sakit yang belum sempat di perbaharui oleh pihak rumah sakit, namun pada tahun tersebut data masyarakat yang sakit menurun pula sehingga pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi tetap meningkat. Setelah itu, ranjang rumah sakit mengalami peningkatan kembali hingga tahun 2012 mencapai 614 unit. Ditinjau berdasarkan pertumbuhannya, ranjang rumah sakit mengalami pertumbuhan dengan rata-rata 5.964 pesen per tahun.

Analisis Model Penelitian Uji Kriteria Ekonometrika

analisis ini digunakan untuk menjelaskan pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi dengan menggunakan data time series.

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa variabel bebas, diantaranya panjang jalan (JLN), jumlah energi listrik yang terjual (LTK), jumlah

0 200 400 600 800

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

U

ni

t

(35)

23

volume air yang disalurkan (AIR), jumlah ranjang rumah sakit (RRS) dan jumlah sekolah (SKL).

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda berbasis

Ordinary Least Square (OLS).Untuk mendapatkan analisis regresi linear berganda yang baik maka model harus memenuhi criteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Sehingga dilakukanlah uji criteria ekonometrika untuk menguji asumsi klasik seperti uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan untuk memastikan bahwa model tersebut memenuhi kriteria BLUE.

1.Uji Normalitas

Dari hasil pengujian, dapat terlihat nilai probabilitas Jarque Bera

sebesar 0.150.nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata lima persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menolak H0 atau

residual error terdistribusi normal di dalam model.

2.Uji Multikoliearitas

Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai matriks korelasi antar variabel.Suatu data dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas jika nilai VIF antar variabel bebas <10.Pada table 2 dapat dilihat bahwa nilai masing-masing VIF antar variabel bebas tidak lebih besar dari 10 yang berarti model yang digunakan terbebas dari masalah multikolinearitas atau tidak ada hubungan linear antar peubah bebasnya. Tabel 4 nilai VIF untuk uji multikolinearitas.

RESI1

Variabel Koefisien Probability VIF

(36)

24

3.Uji heteroskedastisitas

Untuk menguji masalah heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji-F atau meregresikan kembali model dengan Lnresid^2.dari pengujian tersebut diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.764 atau lebih besar dari taraf nyata lima persen. Sehingga, dapat dikatan bahwa model tersebut bebas dari masalah heteroskedastisitas yang berarti variansi error bersifat konstan.

4.Uji Autokorelasi

Masalah autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson statistik. Dari hasilestimasi yang didapat nilai DW diperoleh sebesar 1,74153 atau mendekati 2 sehingga dapat dikatakan bahwa model tersebut bebas dari masalah auto korelasi.

Uji Kriteria Statistik

Untuk menguji validitas suatu model penelitian serta mengevaluasi model berdasarkan kriteria statistik dapat dilakukan pengujian sebagai berikut:

1.Uji Koefisien determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menjelaskan seberapa besar variabel-variabel bebas dalam model yang dapat menjelaskan variabel terikat dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, nilai R2 yang muncul adalah sebesar 0.989006, sehingga dapat dikatakan bahwa sebesar 98,9 persen perubahan pada variabel terikat (Pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang terdapat di dalam modeldan sisanya sebesar 1,1 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

2.Uji F-statistik

Uji ini digunakan untuk menguji signifikasi variabel bebas dalam memengaruhi variabel terikat yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai probabilitas F-statistik (0.000) atau lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pada model yang dipilih paling tidak terdapat minimal satu variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.

3.Uji t-statistik

(37)

25

Tabel 5Hasil estimasi persamaan pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.

R-squared 0.989006

Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 5%

Pengaruh Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Sukabumi

Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat pada tabel 5 dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel bebas di dalam model berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi pada taraf nyata lima persen. Pengaruh masing-masing infrastruktur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

Infrastruktur Jalan

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa panjang jalan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien infrastruktur jalan sebesar -0.045001, yang artinya setiap pertambahan panjang jalan sebesar satu persen akan menurunkan pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi sebesar 0.045001 persen (cateris paribus). Hal ini, tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan bahwa panjang jalan akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.

Adanya perbedaan hasil pengujian dengan hipotesis awal disebabkan oleh kondisi jalan yang rusak di Kota Sukabumi yang semakin lama semakin meningkat. Saat ini kondisi jalan yang rusak terdapat di beberapa titik yaitu jalur perlintasan antara Sukabumi-Cianjur-Bandung yang mencapai 30 Km. Selain itu, jalan rusak juga terdapat di beberapa ruas jalan raya di Kota Sukabumi yaitu jalan Ciseureuh, Cisaat, Baros dan Sukaraja.

Infrastruktur Listrik

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa energi listrik yang terjual berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien infrastruktur listrik sebesar -0.05061, sehingga infrastruktur listrik tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya pelanggan listrik dengan kategori rumahtangga yaitu sebesar 93 persen, sehingga

Variabel Koef SE Koef t-statistik Prob

AIR 3.3519 0.1292 25.94 0.000*

LISTK -0.0506 0.03674 -1.38 0.192

JLN -0.0450 0.00649 -6.94 0.000*

RRS 1.2897 0.1057 12.2 0.000*

SKL -1.8641 0.3769 -4.95 0.000*

(38)

26

energi listrik yang terjual di Kota Sukabumi lebih banyak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, memasak dan kebutuhan rumahtangga lainnya dibandingkan untuk industri yang hanya sebesar 0 persen dalam penggunaan listrik.

Dari proporsi penggunaan listrik tersebut, dapat disimpulkan bahwa energi listrik tidak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi. Hal itu dikarenakan oleh pasokan listrik tidak banyak digunakan untuk kegiatan ekonomi.

Infrastruktur Air Bersih

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa jumlah air bersih yang disalurkan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien infrastruktur air bersih sebesar 3.3519 yang artinya setiap kenaikan volume air bersih yang disalurkan sebesar satu persen maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 3.3519 persen (cateris paribus). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa kenaikan volume air bersih yang disalurkan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.

Volume air bersih yang tersalurkan menunjukkan seberapa besar konsumsi air yang dikonsumsi masyarakat.Semakin besar jumlah volume air yang digunakan menggambarkan seberapa besar akses suatu daerah terhadap ketersediaan air bersih.Air bersih yang digunakan dalam penelitian ini adalah air bersih yang disalurkan oleh PDAM Kota Sukabumi.

Infrastruktur Ranjang Rumah Sakit

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa jumlah ranjang rumah sakit memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien infrastruktur ranjang rumah sakit sebesar 1.2897 yang artinya setiap kenaikan jumlah unit ranjang rumah sakit akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi. Hali ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan bahwa kenaikan jumlah unit ranjang rumah sakit akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi. Jumlah unit ranjang rumah sakit yang tersedia menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.Semakin banyak jumlah ranjang rumah sakit mengindikasikan pelayanan kesehatan yang semakin baik. Hal tersebut akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang semakin baik serta meningkatkan produktifitas sumber daya manusia dalam melakukan kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.

Infrastruktur Sekolah

(39)

27

berbeda dengan hipotesis awal yang menyebutkan bahwa kenaikan jumlah sekolah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.

Perbedaan hasil dengan hipotesis awal disebabkan oleh meningkatnya jumlah sekolah yang rusak setiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 13 Jumlah sekolah menurut kondisi sekolah tahun 2003-2012. Sumber: BPS Kota Sukabumi, 2013 (diolah).

Berdasarkan gambar 13 dapat dilahat bahwa kondisi sekolah dengan keadaan rusak meningkat hingga tahun 2012 mencapai 30 sekolah yang rusak dan didominasi oleh gedung sekolah dasar. Meskipun jumlah sekolah dengan kondisi baik meningkat juga, namun keberadaan sekolah dengan kondisi rusak akan menghambat proses pendidikan disebagian wilayah serta menurunkan kualitas sekolah di Kota Sukabumi.

Selain itu, jumlah pengajar yang belum memadai disertai dengan kualitas pengajar yang belum baik pula serta kurangnya kesadaran orang tua untuk memberikan pendidikan bagi anak-anaknya yang menyebabkan sekolah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil yang dilakukan yaitu pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. PDRB Kota Sukabumi dari tahun 1990-2012 cenderung meningkat namun terjadi penurunan pada tahun 1998 dikarenakan krisis yang terjadi di Indonesia. Perkembangan Infrastruktur di Kota Sukabumi Cenderung meningkat setiap tahunnya meskipun ada beberapa penurunan. Infrastruktur panjang jalan cenderung meningkat, namun sempat mengalami penurunan pada tahun 2005 dan 2006 dikarenakan terjadinya penurunan kualitas jalan yang ditandai dengan meningkatknya jumlah kondisi jalan yang rusak. Infrastrukur listrik cenderung meningkat setiap tahunnya dikarenakan oleh peningkatan jumlah penduduk serta semakin

0 50 100 150 200 250 300

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Rusak

Sedang

Gambar

Tabel 1  Peranan Wilayah/Pulau dalam pembentukan Produk Domestik Bruto 2009-2012 (persen)
Gambar 2    Produk Domestik Regional Bruto Kota Sukabumi Tahun 1990-2012. Sumber:        BPS Kota Sukabumi, 2013 (diolah)
Gambar 3    Perbandingan pertumbuhan infrastruktur di Kota Sukabumi tahun         2000-2012
Gambar 4 Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Obyek penelitian ini adalah guru penjasorkes yang mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Bandung untuk diteliti dalam kompetensi pedagogik yang dikuasainya

Pengaruh Model P roject Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Mata Pelajaran Biologi Kelas X Sma Negeri.. 2 Surakarta Tahun

Penelitian dilakukan dengan metode evaluatif komparatif terhadap anak usia 12-14 bulan dengan berat lahir 1.501-2.499 gram untuk menilai kesetaraan antara pemeriksaan

Prestasi belajar yang dicapai peserta didik baik kognitif, afektif, dan psikomotor sudah dicapai; (2) Adapun hambatan dalam kinerja mengajar guru berdasarkan

Berdasarkan simpulan yang diperoleh dari penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, penulis menyarankan beberapa hal berikut : (1)Bagi guru/peneliti yang ingin

Faktor pengungkit (leverage factor) yang dominan dari masing-masing dimensi adalah sebagai berikut: dimensi ekologi yaitu pembuangan limbah pertanian; dimensi ekonomi

Pandangan Spolsky (1998:57) yang menyatakan bahwa kelompok etnis menggunakan bahasa sebagai salah satu ciri yang paling maknawi, memperlihatkan pentingnya bahasa (bahasa etnis)

Saya tidak mengerti apapun Saya tidak mengerti semuanya Saya ingin belajar bahasa Lampung Terima kasih, sudah menolong saya belajar bahasa Lampung?. Saya belajar bahasa Lampung