• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Padi Organik Dan Konvensional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Padi Organik Dan Konvensional"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI PADI

ORGANIK DAN KONVENSIONAL

NURLELA MACHMUDDIN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Padi Organik dan Konvensional adalah benar karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain pada tesis ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka di bagian akhir tesis.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

NURLELA MACHMUDDIN. Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Padi Organik dan Konvensional. Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI dan YUSMAN SYAUKAT.

Penerapan teknologi dalam usahatani padi organik masih sangat terbatas di tingkat petani padi. Tantangan dalam budidaya padi organik adalah dalam hal konversi lahan yang memerlukan waktu sekitar 2 tahun sehingga di awal penerapannya produktivitas tanaman dari lahan yang dikonversi menurun. Sistem budidaya padi organik multikultur, memerlukan perawatan yang harus intensif membuat komponen labor cost menjadi tinggi dibandingkan budidaya padi secara konvensional. Efisiensi merupakan alat untuk mengukur kinerja usahatani padi organik dan usahatani padi konvensional.

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis perbandingan penggunaan input, produksi, dan analisis usahatani padi organik dengan usahatani padi konvensional, (2) menganalisis perbandingan efisiensi teknis usahatani padi organik dan konvensional, (3) mengidentifikasi faktor-faktor penyebab perbedaan efisiensi teknis pada usahatani padi organik dan konvensional, (4) menganalisis perbandingan efisiensi alokatif dan ekonomis usahatani padi organik dan konvensional. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Penentuan daerah penelitian menggunakan purposive dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode disproportionate stratifiedrandom sampling dengan jumlah sampel masing-masing 50 petani padi organik dan konvensional. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas stochastic frontier dan fungsi biaya frontier.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan input-input dan teknologi organik pada usahatani padi organik menghasilkan rata-rata produksi lebih tinggi (6.054 kilogram per hektar) dibandingkan produksi padi rata-rata pada usahatani konvensional (4.664 kg per hektar) dengan penggunaan input kimia. Begitupun dengan penerimaan dan keuntungan pada usahatani padi organik lebih tinggi dibandingkan pada usahatani padi konvensional. Analisis efisiensi menunjukkan bahwa usahatani padi organik dan usahatani padi konvensional telah efisien secara teknis. Namun, sahatani padi organik belum diterapkan secara luas oleh petani di daerah penelitian sebab terdapat sejumlah kendala-kendala. Faktor sosial ekonomi penyebab perbedaan efisiensi teknis antar petani pada usahatani organik di daerah penelitian yaitu pengalaman petani dalam berusahatani padi organik. Hal ini berarti bahwa efisiensi teknis yang tinggi akan dicapai oleh petani yang telah lama mengusahakan teknologi organik, tentunya dengan kondisi petani yang tergabung dalam kelompok tani dan intensif mendapatkan penyuluhan. Efisiensi alokatif dan ekonomis petani pada usahatani padi organik lebih tinggi dibandingkan pencapaian efisiensi alokatif dan ekonomi pada usahatani padi konvensional. Biaya benih yang lebih hemat dan juga produksi padi organik yang lebih tinggi menjadi penyebab efisiensi alokatif dan ekonomis yang lebih tinggi pada usahatani padi organik.

(5)

SUMMARY

NURLELA MACHMUDDIN. Analysis of economic efficiency on organic and conventional rice farming. Supervised by NUNUNG KUSNADI and YUSMAN SYAUKAT.

The application of technology in organic rice farming is still very limited in the level of farmers. Problems in organic rice farming is land conversion which takes about 2 years so that at the beginning of the application, crop productivity is decreased. Beside that, the organic rice farming is multicultural system, requiring intensive labor that make components labor cost being higher than conventional rice farming. Efficiency is a tool to measure the performance of the organic and conventional rice farming.

This study aims to (1) analyze the ratio of input use, production, and farm analysis of organic rice farming compared conventional rice farming, (2) analyze the comparison of technical efficiency of organic rice farming and conventional rice farming, (3) identify the factors that cause differences in technical efficiency on organic rice farming and conventional rice farming, (4) analyze the allocative and economic efficiency of organic and conventional rice farming This study was conducted in Tasikmalaya Regency, West Java Province. The determination of the study area of using a purposive sampling was conducted by the method of disproportionate stratified random sampling to collect each of 50 farmers organic and conventional rice. The data was then analyzed using a production function of the Cobb-Douglas stochastic frontier and the frontier cost functions.

The results showed that production in organic rice farming is higher (6.054 kilograms per hectare) compared to production in conventional rice farming (4.664 kg per hectare). Organic rice farming using inputs organic such as fertilizers and pesticides organic while in the conventional rice farming using inputs chemical. Analysis of farming shows that revenue and profit in organic rice farming is higher than in conventional rice farming. Efficiency of organic rice farming and conventional rice farming has been technically efficient. However, organic rice farming has not been widely applied by farmers in the area of research because there are a number of constraints. Socio-economic factors causing differences in technical efficiency among organic farmers in the area of research is the experience of farmers in organic rice farming. This means that the high technical efficiency to be achieved by farmers who have been seeking organic technology. Of course, with the condition of farmers in the intensive farmer groups and get counseling. Allocative efficiency and economical farmers on organic rice farming is higher than allocative efficiency and economy in conventional rice farming. Cost saving of seed and high production in organic rice farming as a source of gain in allocative and economic efficiency.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI PADI

ORGANIK DAN KONVENSIONAL

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tema yang dipilih pada penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Oktober 2014 ini adalah mengenai analisis efisiensi ekonomi usahatani padi organik dan konvensional. Tesis ini disusun sebagai tugas akhir dari tugas belajar pada Program Magister Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak atas bantuan dan dukungan sehingga tesis ini dapat terselesaikan yaitu kepada:

1. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Prof.Dr.Ir.Yusman Syaukat, M.Ec sebagai Anggota Pembimbing, Prof. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS, dan Dr Meti Ekayani,S.Hut,M.Sc sebagai Penguji Luar Komisi yang telah membimbing dengan baik dan memberikan banyak masukan demi kesempurnaan tesis ini.

2. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor atas segala ilmu yang diberikan selama proses perkuliahan dan InsyaaAllah ilmu yang telah diberikan akan menjadi bekal dan diamalkan oleh penulis. Begitu juga kepada Kepala Tata Usaha Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian beserta staff atas pelayanan akademik dan kemahasiswaan.

3. Pihak DIKTI yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan melalui beasiswa BPPDN calon dosen kepada penulis.

4. Pengahargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada keluarga yaitu orang tua penulis Bapak Machmuddin dan Ibu Hadisa atas doa, semangat dan kasih sayang yang tak terhingga, serta kepada paman Kadir Hamzah dan Istri atas dukungan moril dan materil.

5. Teman-teman Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) khususnya S2 angkatan 2013 dan juga kepada teman-teman S2 EPN angkatan 2012 atas diskusi dan semangat yang diberikan kepada penulis.

6. Teman-teman di Komoditas SEFTER, Pondok Kemuning 25, dan Rumana IPB asal Sulsel atas kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan S2.

7. Pihak-pihak lain yang namanya tidak disebutkan namun telah banyak memberikan saran dan informasi selama penulisan tesis ini.

Semoga tesis ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dan yang memerlukannya untuk kepentingan yang lebih baik.

Bogor, Maret 2016

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 6

Efisiensi Usahatani dan Faktor Input yang Mempengaruhi Efisiensi

Usahatani Padi 6

Faktor Penyebab Perbedaan Efisiensi Teknis 8

3 KERANGKA TEORITIS 11

Pengertian Efisiensi Teknis, Alokatif, dan Ekonomis 11

Model Efek Inefisiensi 14

Kerangka Pemikiran Penelitian 16

Hipotesis Penelitian 17

4 METODE PENELITIAN 18

Lokasi dan Waktu Penelitian 18

Metode Pengambilan Sampel 19

Jenis dan Sumber Data 19

Metode Analisis Data 20

5 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 28

Gambaran Umum dan Geografis 28

Deskripsi dan Karakteristik Petani Responden 30

Pengembangan Padi Organik di Kabupaten Tasikmalaya 35

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 37

Penggunaan Input, Produksi dan Analisis Usahatani Padi Organik dan

Konvensional 37

Analisis Fungsi Produksi dan Efisiensi Usahatani Padi 45 Faktor Penentu Perbedaan Efisiensi Teknis Petani Padi 54 Efisiensi Alokatif dan Ekonomi Usahatani Petani Padi 56

7 SIMPULAN DAN SARAN 60

Simpulan 60

Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN 67

(12)

DAFTAR TABEL

1 Batas wilayah administratif Kabupaten Tasikmalaya 28 2 Perkembangan luas tanam luas panen, produksi dan produksivitas

padi konvensional dan padi organik tahun 2005-2013 di Kab.

Tasikmalaya 29

3 Karakteristik petani padi organik dan konvensional di Kabupaten

Tasikmalaya tahun 2015 30

4 Luas penguasaan lahan petani padi organik dan konvensional di

Kabupaten Tasikmalaya tahun 2015 33

5 Status kepemilikan lahan petani padi organik dan konvensional di

Kabupaten Tasikmalaya tahun 2015 33

6 Dummy keaktifan petani responden padi organik dan konvensional

dalam kelompoktani 34

7 Rata-rata penggunaan input dan produksi padi per hektar pada usahatani padi organik dan usahatani padi konvensioal di Kabupaten

Tasikmalaya 37

8 Analisis usahatani padi organik dan usahatani padi konvensional di

Kabupaten Tasikmalaya 44

9 Hasil pendugaan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan menggunakan metode OLS pada usahatani padi organik dan

konvensional 46

10 Hasil pendugaan fungsi produksi stochastic frontier pada usahatani padi organik dan konvensional dengan metode MLE 47 11 Sebaran efisiensi teknis (ET) pada petani padi organik dan

konvensional di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2015 51 12 Hasil pendugaan faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis

dengan pendekatan SFA pada usahatani padi di Tasikmalaya 2015 54 13 Hasil penurunan fungsi biaya frontier dari fungsi produksi petani

pada usahatani padi organik dan usahatani padi konvensional 57 14 Sebaran efisiensi alokatif, dan ekonomis pada usahatani padi organik

dan usahatani padi konvensional 57

DAFTAR GAMBAR

1 Efisiensi pada orientasi input 12

2 Konsep Fungsi Produksi Frontier 14

3 Alur Kerangka Pemikiran 16

4 Sebaran tingkat Efisiensi Teknis (ET) pada petani padi organik dan

konvensional 52

5 Sebaran tingkat Efisiensi Alokatif (EA) pada petani padi organik dan

konvensional 58

6 Sebaran tingkat Efisiensi Ekonomi (EE) pada petani padi organik

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil pendugaan fungsi produksi usahatani padi organik di 69 2 Hasil pendugaan fungsi produksi usahatani padi konvensional di

Kabupaten Tasikmalaya dengan metode OLS menggunakan program

SPSS.15 71

3 Hasil pendugaan fungsi produksi dan inefisiensi teknis usahatani padi organik di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2015 dengan metode

MLE menggunakan Program Frontier 4.1 73

4 Hasil pendugaan fungsi produksi dan inefisiensi teknis usahatani padi konvensional di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2015 dengan

metode MLE menggunakan Program Frontier 4.1 77

5 Hasil uji skala usaha usahatani padi organik di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 dengan metode OLS menggunakan

program SAS 9.13 81

6 Hasil uji skala usaha usahatani padi konvensional di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2015 dengan metode OLS menggunakan

program SAS 9.13 82

7 Uji Statistik/ Uji T saling Bebas antara usahatani padi organik

maupun usahatani padi konvensional 83

8 Nilai efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi usahatani padi organik

dengan mengunakan fungsi dual frontier 84

9 Nilai efisiensi alokatif dan ekonomi usahatani padi konvensional

dengan mengunakan fungsi dual frontier 85

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan produksi hasil pertanian yang terus-menerus di sektor pertanian merupakan salah satu upaya pemerintah dalam membangun pertanian menuju pertanian yang tangguh. Hal ini dikarenakan sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting sebagai sumber utama kehidupan dan sumber pendapatan utama bagi masyarakat petani (Muzdalifah 2011). Secara umum terdapat tiga cara meningkatkan produksi usahatani yaitu ; (1) meningkatkan penggunaan input seperti lahan, tenaga kerja, dan variasi capital, (2) menerapkan teknologi baru, dan (3) melakukan manajemen organisasi produksi dengan teknologi yang tersedia untuk meningkatkan efisiensi produksi (Li 2000). Penelitian efisiensi masih merupakan subyek penelitian di negara berkembang maupun di negara maju. Penelitian efisiensi tersebut menjadi lebih penting bagi negara berkembang dimana potensi peningkatan produksi pertanian melalui perluasan area produksi dan pengadopsian teknologi baru sangat terbatas. Studi tersebut dapat membantu negara-negara berkembang dengan menentukan sejauh mana peningkatan produksi dapat dilakukan melalui peningkatan efisiensi usahatani berdasarkan sumber daya dan teknologi yang tersedia (Kibbara 2005).

Perhatian masyarakat dunia terhadap persoalan pertanian dan lingkungan global beberapa tahun ini menjadi meningkat. Kepedulian tersebut diwujudkam dengan melaksanakan usaha-usaha yang terbaik untuk menghasilkan pangan tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya tanah, air, dan udara. Dari perhatian tersebut maka muncullah konsep pertanian yang tidak lagi hanya menitikberatkan pada produksi yang tinggi dalam waktu yang singkat, tetapi lebih berorientasi pada peningkatan produksi secara berkesinambungan dengan tetap mempertahankan kualitas lahan dan kelestarian lingkungan serta menghasilkan produk yang aman untuk dikonsumsi. Konsep pertanian seperti ini dikenal dengan istilah pertanian organik (Yanti 2005). Pertanian organik merupakan suatu sistem produksi yang tidak menggunakan pupuk sintetis, pestisida, bahan-bahan yang mempercepat pertumbuhan dan bahan aditif lainnya (AOI 2013).

(15)

2

diproduksi oleh petani skala kecil yang mayoritas berada di Indonesia. Sehingga dalam penelitian ini padi atau beras dipilih sebagai objek dalam penelitian.

Roadmap program pengembangan industri beras di Indonesia baik dalam program jangka pendek (2005-2010), jangka menengah (2011-2015) maupun jangka panjang (2016-2025), masih tetap dikonsentrasikan pada peningkatan produksi beras untuk kebutuhan konsumsi langsung, namun dalam program jangka menengah dan jangka panjang selain tetap dikonsentrasikan pada peningkatan produksi beras nasional juga diikuti dengan program perbaikan kualitas beras agar mampu bersaing dengan beras dunia. Pengembangan beras organik merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas beras agar mampu bersaing dengan pasar ekspor. Ahmad (2007) memproyeksikan kebutuhan pasar dan produksi padi organik di Indonesia terus meningkat dari tahun 2005 sampai 2009. Tahun 2005 produksi padi mampu memenuhi kebutuhan pasar yaitu sekitar 55,03 ton. Namun pada tahun berikutnya produksi padi organik ini tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini dikarenakan peningkatan produksi tidak seimbang dengan peningkatan yang lebih besar pada kebutuhan pasar. Pada tahun 2009, produksi padi organik di Indonesia hanya sebesar 57,70 ton, sedangkan kebutuhan pasar sebesar 114,11 ton. Kondisi ini merupakan peluang untuk mengembangkan padi/beras organik di Indonesia.

(16)

3 dengan kelayakan ekonomis sebuah usaha pertanian, kerusakan lingkungan dan masalah sosial lainnya. Keberlanjutan pertanian organik tidak dapat dipisahkan dengan dimensi ekonomi, dimensi lingkungan dan dimensi sosial.

Perumusan Masalah

Pengembangan dan perhatian pertanian organik di Indonesia dirintis sejak diluncurkannya program Go Organic 2010 oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2000. Diharapkan bahwa pada tahun 2010 Indonesia akan menjadi produsen produk pertanian organik terbesar di dunia, mendorong terwujudnya pertanian yang tangguh, berdaya saing, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. Kenyataannya saat ini pertanian organik belum berkembang dan masih sangat sedikit produk yang dihasilkan. Artinya, belum banyak petani yang menerapkan usaha pertanian secara organik (Mayrowani 2012). Padahal dengan pengembangan usahatani padi organik juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani padi. Saat ini, petani padi organik yang dijadikan sebagai demplot dalam hal budidaya padi organik adalah petani organik di wilayah Kabupaten Tasikmalaya sebab petani organik di kabupaten Tasikmalaya telah disertifikasi organik oleh SNI dan IMO (Institue for Marketecology) dari Swiss (Dinas Pertanian Jawa Barat 2015).

(17)

4

komponen labor cost menjadi tinggi dibandingkan dengan sistem konvensional. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah sistem organic farming ini menguntungkan bagi petani dan secara ekonomis efisien serta dapat bersaing dengan sistem konvensional yang telah berpuluh tahun menjadi tumpuan dan pemberi makan penduduk dunia?. Analisis melalui efisiensi merupakan hal utama untuk menaksir keberlanjutan dan optimalisasi sumberdaya internal petani (Madau 2007).

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan yang dirumuskan, maka tujuan umum penelitian ini untuk menganalisis efisiensi ekonomi pada usahatani padi organik . Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis teknologi penggunaan input, produksi, dan analisis usahatani padi organik dan padi konvensional.

2. Menganalisis perbandingan efisiensi teknis usahatani padi organik dengan usahatani padi konvensional.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab perbedaan efisiensi teknis pada usahatani padi organik dan usahatani padi konvensional.

4. Menganalisis perbandingan efisiensi alokatif dan ekonomis usahatani padi organik dengan usahatani padi konvensional.

Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini nantinya akan bermanfaat :

1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi gambaran tentang kondisi (fenomena) praksis usahatani padi organik di Indonesia, khususnya di Jawa Barat dalam hal: efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomis dibandingkan dengan pertanian konvensional. Dengan demikian, hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai informasi untuk memahami penyebab lambatnya pertumbuhan penerapan metode organik di wilayah tersebut, sehingga dapat dirumuskan kebijakan atau intervensi yang dapat dilakukan untuk memperluas jangkauan penerapan metode bertani organik, jika memang cara bertani ini memberikan banyak kelebihan dibanding anorganik (konvensional).

2. Bagi pihak yang berkepentingan memajukan pertanian, dengan mengetahui sumber-sumber penyebab terjadinya inefisiensi dalam usahatani padi organik diharapkan akan memudahkan dalam mencari solusi permasalahan dan kendala penerapan padi organik.

3. Sebagai bahan referensi dan literatur bagi penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

(18)

5 petani telah melewati periode konversi serta lahannya telah tersertifikasi. Sedangkan petani padi konvensional adalah petani padi yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia pada lahan padinya dan atau petani padi yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia selama 3 musim tanam sebelumnya. 2. Benih padi yang ditanam petani tidak ditentukan jenis varietasnya melainkan

hanya ditentukan dari umur tanaman padi yakni sekitar 110-120 hari .

3. Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan pada satu periode musim tanam.

4. Padi organik adalah padi yang dibudidayakan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI 6729:2013. mengenai sistem pangan organik dan telah mendapatkan pengawasan dari lembaga sertifikasi. Kriteria padi organik menurut SNI 6729:2013 adalah :

1) Benih yang dipakai adalah benih organik atau benih konvensional tanpa perlakuan kimia.

2) Kesuburan tanah dipelihara melalui penggunaan pupuk organik dan dilarang menggunakan pupuk kimia sintesis serta melakukan pencegahan pencemaran bahan kimia di area pertaniannya.

3) Tidak menggunakan pestisida sintesis, hormon kimia sintesis dalam pengendalian hama, penyakit tanaman (HPT), dan tumbuhan liar (gulma). 4) Tidak menggunakan seluruh produk hasil rekayasa genetika (transgenik)

dalam proses budidaya dan pengolahan.

5) Penggunaan semua peralatan dan wadah pada kegiatan panen dan pasca panen terhindar dari pencemaran bahan kimia.

6) Tidak membakar bahan dan sisa tanaman di lahan organik

7) Lamanya masa konversi, produksi pangan organik hanya dimulai pada saat produksi telah mendapat sistem pengawasan.

8) Ditambahkan juga dalam beberapa defenisi mengeni pertanian organik, Herawati et.al. (2014) menyimpulkan bahwa pertanian organik tidak menggunakan air berlebihan, penanganan dan pencegahan hama / penyakit dilakukan melalui rotasi tanaman, pilihan varietas, penggunaan natural predators dan pestisida nabati, Bersifat multikultur, memperhatikan lingkungan hidup dan konservasi habitat.

9) Pengertian pupuk organik dalam penelitian ini didasarkan pada Permentan No. 2/Pert/Hk.060/2/ 2006, bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa.

(19)

6

2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab 2 akan diuraikan mengenai penelitian terdahulu tentang efisiensi usahatani khususnya yang terkait dengan usahatani padi organik dan usahtani padi anorganik (konvensional), penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor input dalam usahatani padi yang mempengaruhi efisiensi, dan hasil-hasil penelitian mengenai sumber-sumber penyebab terjadinya perbedaan tingkat efisiensi teknis yang dicapai.

Efisiensi Usahatani dan Faktor Input yang Mempengaruhi Efisiensi Usahatani Padi

Efisiensi merupakan sebuah konsep ekonomi yang penting dan digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi suatu unit produksi (Nurhapsa 2013) baik dalam upaya peningkatan produksi, pendapatan, ataupun dalam pengembangan suatu teknologi. Studi yang terkait dengan efisiensi pada berbagai komoditi dan usaha pertanian telah banyak dilakukan baik di negara maju, maupun di negara berkembang. Diantaranya pada penelitian Akinbode et.al (2011) di Nigeria menggunakan pengukuran efisiensi (teknis, alokatif, dan ekonomis) sebagai pedoman untuk mengetahui kemungkinan produktivitas tanpa pengembangan teknologi baru. Hasilnya menunjukkan hasil bahwa rata-rata petani sudah efisien secara teknis yakni sebesar 0,737 dan efisien secara alokatif (0,893). Aneani (2011) menggunakan konsep efisiensi untuk mengukur efisiensi ekonomi pada produksi usahatani kakao untuk mengetahui optimasi penggunaan sumberdaya dilokasi penelitian. Hasilnya penelitiannya menunjukkan bahwa skala usaha petani kakao berada pada tingkat increasing return to scale. Bukan hanya pada tanaman, Dwizwornu (2014) mengukur tingkat efisiensi ekonomi penggunaan input pada usaha peternakan ayam boiler dengan tujuan untuk menilai kenerja usaha peternakan. Hasilnya menunjukkan bahwa produsen ayam boiler tidak sepenuhnya efisien secara ekonomi karena rata-rata efisiensi ekonomi produsen atam boiler adalah 0,69 atau 69 persen. Berbagai hasil kajian tersebut dapat menjadi acuan bahwa kajian-kajian mengenai masalah kinerja usahatani, peningkatan produktivitas, keuntungan, optimasi sumberdaya, penerapan teknologi dan lain-lain kususnya negara berkembang seperti di Indonesia dapat diamati melalui efisiensi suatu usahatani. Kisaran tingkat efisiensi pada berbagai hasil penelitian relatif beragam baik antar komoditi maupun antar negara. Tetapi dengan merujuk pada Coelli et.al (1998) batas suatu usahatani dikatakan efisien bila mencapai tingkat 0,7.

(20)

7 menunjukkan kinerja ekonomi suatu unit produksi. Madau (2005) menambahkan bahwa variabel perbedaan penggunaan teknologi diduga mempengaruhi efisiensi produksi usahatani. Kesadaran dan pemahaman petani terhadap teknologi secara efisien merupakan faktor kunci yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun kebijakan Ogunayinka dan Ajibefun (2004).

Kinerja usahatani padi organik dapat dilihat dari seberapa besar usahatani tersebut dapat mengalokasikan input-inputnya secara proporsional untuk menghasilkan produksi yang maksimal dan seberpa besar dapat memberikan keuntungan bagi petani. Madau (2005); Yasin (2014); Tien (2011); Rubinos (2007); Nurani (2014); dan Gultom (2014), melakukan penelitian mengenai tingkat keuntungan dan efisiensi usahatani organik. Yasin (2014) membandingkan efisiensi keuntungan usahatani gandum organik dan gandum anorganik di Pakistan menggunakan analisis Cobb-Douglas Stochastic frontier (SFA). Penelitian Tiedemann and Uwe (2012) juga menganalisis mengenai efisiensi teknis dengan menggunakan model SFA dan menyimpulkan bahwa efisiensi teknik usahatani pada lahan konvensional di Jerman lebih tinggi (93.5 persen) dibandingkan usahatani pada lahan organik (92.8 persen). Dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi stochastic frontier, temuan yang sama juga pada penelitian yang dilakukan oleh Madau (2005) yang melakukan komparasi estimasi efisiensi teknik antara pertanian cereal organik dan non organik di Italia. Kesimpulannya bahwa pertanian cereal anorganik lebih efisien secara teknis dengan nilai 0,902 dibandingkan dengan nilai efisiensi teknis usahatani cereal organik dengan nilai 0,83. Tetapi bukan berarti usaha tani konvensional lebih efisien dibanding usahatani cereal organik, karena kedua usaha tani tersebut berada pada kondisi teknologi frontier yang berbeda. Di Indonesia, penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani padi organik di Jawa barat diantaranya telah dilakukan oleh Nurani (2014) dan Gultom (2014) yang menyimpulkan bahwa usahatani padi organik maupun semi organik yang dilakukan oleh petani responden di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor tergolong efisien secara teknis. Nilai rata-rata efisiensi teknis (0,78).

Penentuan dan perhatian terhadap faktor yang mempengaruhi besaran efisiensi teknis juga merupakan hal yang sama pentingnya dengan penentuan besaran efisiensi teknis dalam menilai kenerja suatu usahatani (Latruffe 2012). Beragam faktor produksi dianalisis untuk membuktikan faktor produksi mana yang mempengaruhi efisiensi. Khususnya pada tanaman pangan, Madau (2005); Yasin (2014); Tien (2011); Rubinos (2007); Nurani (2014); dan Gultom (2014), menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata mempengaruhi produksi dan efisiensi usahatani padi yaitu luas lahan, benih, penggunaan pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi usahatani umumnya menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic frontier dengan metode estimasi OLS dan MLE.

(21)

8

dengan tenaga kerja keluarga, sementara semakin luas lahan yang digarap maka akan semakin tidak terurus, karena tidak mampu menyewa tenaga kerja luar yang semakin banyak. Rahayu (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan pupuk organik meningkatkan risiko dari usahatani padi organik yaitu risiko terhadap variasi produksi antar petani. Pupuk organik pada umumnya digunakan petani mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang dimiliki oleh pupuk organik seperti yag dipaparkan Andoko (2007) adalah: (1) memperbaiki struktur tanah, (2) memperbaiki daya ikat air pada tanah, (3) memperbaiki daya ikat tanah terhadap unsur hara, (4) mengandung unsur hara lengkap, tetapi dalam jumlah yang sedikit. Selain kelebihan pupuk organik yang tersebut diatas, menurut Sutanto (2002) pupuk organik juga mempunyai kelemahan diantaranya adalah (1) kandungan unsur hara yang rendah, (2) menyediakan unsur hara dalam jumlah yang sangat terbatas, (3) penyediaan hara terjadi sangat lambat, kandungan unsur hara yang lengkap tetapi dalam jumlah yang sedikit. Yasin (2014) dalam penelitiannya yang mengkaji mengenai efisiensi keuntungan pertanian organik di Pakistan yang menggunakan analisis Cobb-Douglas Stochastic frontier menyimpulkan bahwa sifat usahatani organik adalah padat karya sehingga membutuhkan biaya tenaga kerja yang tinggi yang akan berdampak pada penurunan efisiensi keuntungan.

Dengan merujuk pada penelitian terdahulu, maka penulis melakukan penelitian lebih dalam mengenai bagaimana efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi usahatani padi organik dan konvensional yang dianalisis dengan menggunakan model Stochastic Frontier dan dengan metode OLS dan MLE.

Faktor Penyebab Perbedaan Efisiensi Teknis

(22)

9 (Gultom 2014); (Kusnadi et.al 2011). Fauziah (2010) dalam penelitiannya menambahkan variabel teknik budidaya sebagai sumber-sumber penyebab terjadinya inefisiensi teknis pada usahatani tembakau.

Umur petani dikatakan mempunyai efek terhadap tingkat efisiensi karena umumnya dipercaya bahwa umur petani terkait dengan pengelolaan dan produktifitas tenaga kerja. Petani yang berada pada umur produktif akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan petani yang berada pada umur tidak produktif. Kusnadi et al. (2011) dan Nurani (2014) menyatakan bahwa variabel umur berpengaruh nyata dan negetif dalam efisiensi, dengan kata lain makin tua umur petani, maka efisiensi akan semakin menurun. Lebih lanjut Rukka (2006) menambahkan bahwa umur produktif sangat berpengaruh dengan kemampuan fisik petani untuk bekerja secara optimal. Petani yang sudah tua cenderung melakukan sistem pertanian dengan cara yang sama, sedangkan petani dengan usia yang lebih muda relatif lebih terbuka dengan kamajuan teknologi, serta mempunyai rasa ingin tahu yang lebih besar, sehingga lebih terbuka dengan adanya informasi tentang teknologi yang mungkin disampaikan.

Investasi sumberdaya manusia merupakan alat utama untuk meningkatkan efisiensi (Yasin 2014). Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pendidikan mempunyai dampak positif terhadap efisiensi keuntungan usahatani gandum organik di Pakistan. Pendidikan petani dikatakan berpengaruh terhadap tingkat efisiensi dengan dugaan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki petani akan menentukan kemampuan mereka dalam penerapan teknologi yang ada. Petani yang berpendidikan tinggi akan lebih terbuka dalam menerima informasi dan menerima perubahan teknologi sehingga dapat meningkatkan efisiensi atau menurunkan efisiensi (Kusnadi et al. 2011). Rukka (2006) menambahkan bahwa tingkat pendidikan formal petani sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam merespon suatu inovasi. Makin tinggi tingkat pendidikan formal petani diharapkan makin rasional dalam pola pikir dan juga daya nalarnya.

Petani yang memiliki pengetahuan usahatani cukup lama diharapkan dapat lebih terampil dalam mengelolah usahataninya. Berdasarkan pengalaman yang dimiliki, petani akan mampu mengambil keputusan yang rasional untuk usahataninya sehingga akan berdampak pada efisiensi usahatani (Nurani 2014). Petani dengan pengalaman berusahatani yang terus bertambah menjadi lebih terspesialisasi, yang berarti bahwa mereka telah mempunyai keterampilan yang lebih serta pengalaman dalam upaya peningkatan produksi yang bagus.

Pengalaman berusahatani diperoleh dari “learning by doing”, dengan demikian diharapkan usahatani akan menjadi lebih efisien (Akhilomen et al 2015).

Status kepemilikan lahan yang digunakan petani akan berpengaruh terhadap tingkat efisiensi petani. Dengan kepemilikan lahan akan meningkatkan sense of belonging sehingga akan mempengaruhi efisiensi (Tinaprilla 2012). Kepemilikan lahan dapat menjadi motivasi bagi petani dalam menerapkan suatu teknologi baru yang dapat mendorong peningkatan efisiensi (Nurani 2014).

(23)

10

Faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat efisiensi dalam usahatani yaitu keterlibatan anggota keluarga. Keterlibatan anggota keluarga dalam usahatani padi merupakan faktor yang sangat penting karena terkait dengan pengambilan keputusan dalam penggunaan input produksi maupun penggunaan tenaga kerja(Nurani 2014) . Hasil estimasi dalam penelitian Prayoga (2010) terhadap fungsi inefisiensi teknis menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga usia produktif negatif dan signifikan berpengaruh terhadap inefisiensi teknik, dengan kata lain jumlah anggota keluarga usia produktif berpengaruh terhadap peningkatan efisiensi teknik.

Intensitas pertemuan dengan penyuluh diduga mempengaruhi efisiensi usahatani. Penyuluhan merupakan aspek yang penting karena berhubungan dengan transfer pengetahuan dari peneliti atau penyuluh kepada petani sehingga petani bisa membuat keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan produktivitas usahataninya. Penyuluhan dapat mengatasi kesenjangan teknologi antar petani misalnya, penggunaan varietas unggul atau mesin baru serta kesenjangan manajemen antar petani (Anderson and Feder 2003). Dengan demikian, penyuluhan diduga berkontribusi untuk peningkatan efisiensi dan produksi padi. Akinbode et al.(2011); Abedullah et.al (2006) berpendapat bahwa variabel kontak atau intensitas pertemuan dengan penyuluh berpengaruh terhadap penurunan inefisiensi. Hal yang sama dalam penelitian Prayoga (2010) yang menunjukkan bahwa ferkuensi mengikuti penyuluhan berpengaruh dalam meningkatkan efisiensi usahatani.

Pengetahuan mengenai teknik budidaya mulai dari pengolahan tanah sampai dengan penanganan pasca panen yang sesuai dengan rekomendasi akan menghasilkan tingkat efisiensi yang cukup tinggi, dan sebaliknya besarnya tingkat inefisiensi bisa disebabkan karena petani tidak memperhatikan teknik budidaya yang benar (Lee and Kwon 2004); (Zeni et al. 2002 ); Fauziah (2010).

(24)

11

3

KERANGKA TEORITIS

Fokus utama pembahasan pada bagian ini adalah pada telaahan kerangka pemikiran teoritis yang mendasari pendekatan yang digunakan untuk mengukur besaran tingkat efisiensi teknis produksi padi organik. Pembahasannya dimulai dari pengertian efisiensi, pengukuran efisiensi, bentuk-bentuk fungsi stokastik dan pendekatan fungsi produksi stokastik frontier (Stochastic Production Frontier - SPF).

Pengertian Efisiensi Teknis, Alokatif, dan Ekonomis

Efisiensi pada dasarnya merupakan alat pengukur untuk menilai pemilihan kombinasi input-output. Akan tetapi menurut Soekartawi (2002) ada tiga kegunaan mengukur efisiensi diantaranya yaitu (1) sebagai tolok ukur untuk memperoleh efisiensi relatif, mempermudah perbandingan antara unit ekonomi satu dengan lainnya. (2) apabila terdapat variasi tingkat efisiensi dari beberapa unit ekonomi yang ada maka dapat dilakukan penelitian untuk menjawab faktor-faktor apa yang menentukan perbedaan tingkat efisiensi. (3) informasi mengenai efisiensi memiliki implikasi kebijakan karena manajer dapat menentukan kebijakan perusahaan secara tepat.

(25)

12

Pengukuran efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis dapat didekati dari dua sisi yaitu pendekatan dari sisi input dan pendekatan dari sisi output. Pengukuran efisiensi teknis dari sisi input (Indeks efisiensi teknis Kopp) merupakan ratio dari input atau biaya batas (frontier) terhadap input atau biaya observasi. Sedangkan pengukuran efisiensi teknis dari sisi output (indeks efisiensi teknis Timmer) merupakan ratio dari output observasi terhadap output batas. Indeks efisiensi Timmer digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur efisiensi teknis di dalam analisis stochastic frontier, sedangkan indeks efisiensi teknis Kopp digunakan untuk mengukur efisiensi teknis yang menggunakan konsep efisiensi Farrell (1957) atau konsep efisiensi teknis dari fungsi biaya dual. Konsep efisiensi Farrel (1957) dapat dilihat pada Gambar 1.

Pada Gambar 1, dapat dijelaskan konsep efisiensi pada kondisi pengukuran berorientasi input. Garis axis dan ordinat pada Gambar 1 mencerminkan laju penggunaan masing-masing input persatuan output. Sedangkan kurva SS’ menggambarkan isoquant unit yang efisien (efficient unit isoquant), yaitu tempat titik-titik yang menunjukkan kombinasi jumlah faktor produksi minimum yang diperlukan untuk memproduksi satu satuan output.Semua titik yang terletak pada garis SS’ dan yang berada diatasnya dapat dicapai, sedangkan semua titik yang

terletak antara garis SS’ dan titik O tidak dapat dicapai. Dengan demikian garis SS’menggambarkan proses produksi yang secara teknis paling efisien. Titik P dan

Q menggambarkan dua usahatani yang berbeda yang menggunakan kombinasi input dengan proporsi input X1 dan X2 yang sama. Keduanya berada pada garis yang sama dari titik O untuk memproduksi satu unit Yo. Titik P berada diatas kurva isoquant, sedangkan titik Q menunjukkan usahatani yang beroperasi pada kondisi yang secara teknis efisien (karena beroperasi pada kurva isoquant frontier). Titik Q mengiplementasikan bahwa usahatani memproduksi sejumlah output yang sama dengan usahatani di titik P, tetapi dengan jumlah input yang lebih sedikit. Jadi, rasio OP/OQ menunjukkan efisiensi teknis (TE) usahatani P, yang menunjukkan proporsi dimana kombinasi input pada P dapat diturunkan, rasio input X1/X2 konstan, sedangkan output tetap.input pada P dapat diturunkan, rasio input X1/X2 konstan, sedangkan output tetap.

Sumber: Coelli et al. (1998)

(26)

13 Untuk mengetahui tingkat efisiensi harga diperlukan informasi harga masing-masing input. Dianggap garis AA’ mencerminkan harga relatif input X1 dan X2. Gambar 1 menunjukkan bahwa titik Q yang terletak pada garis SS’ memerlukan sumberdaya yang lebih mahal daripada di titik Q’. Karena setiap

kombinasi input yang terletak pada garis yang sejajar dengan garis AA’, tetapi

lebih jauh dari titik O, mencerminkan kombinasi input yang lebih besar daripada kombinasi input yang terletak pada garis SS. Jarak RQ menunjukkan adanya efisiensi harga yang masih dapat ditingkatkan. Efisiensi harga usahatani P diukur dari rasio OR dengan OQ. Berdasarkan Gambar 1, ukuran efisiensi teknis dari konsep Farrell dapat dirumuskan sebagai berikut :

Efisiensi Teknis ( TE) = Dengan manajemen pengelolaan yang baik maka dapat menggeser jarak dari titik P ke titik Q sehingga petani bisa mencapai efisiensi teknis, demikian pula dengan efisiensi alokatif dengan pengelolaan penggunaan input dengan harga yang minimum maka akan diperoleh efisiensi alokatif yang pada akhirnya kombinasi dari efisiensi teknis dengan efisiensi alokatif akan diperoleh efisiensi ekonomi.

Konsep pengukuran efisiensi teknis dalam penelitian ini dapat juga digambarkan melalui konsep fungsi produksi frontier pada Gambar 2 yang menunjukkan konsep pengukuran efisiensi berorientasi input dan output. Pengukuran efisiensi berorientasi input merupakan kondisi bahwa secara proporsional berapa banyak jumlah input yang harus dikurangi tanpa mengubah jumlah output produksi. Efisiensi teknis dari sisi input diukur dari rasio antara input atau biaya batas (frontier) terhadap input atau biaya observasi. Sedangkan pengukuran berorientasi output merupakan kondisi bahwa secara proporsional berapa banyak jumlah output yang harus ditingkatkan tanpa mengubah jumlah input yang digunakan (Coelli et al. 1998). Suatu usahatani akan efisien secara teknis saat beroperasi pada fungsi produksi frontier dan sebaliknya suatu usahatani tidak efisien secara teknis saat beroperasi di bawah fungsi produksi frontier. Suatu usahatani dapat meningkatkan efisiensinya dengan meningkatkan output pada satu set input yang sama atau menggunakan input yang minimal untuk menghasilkan output yang sama. Semakin dekat suatu usahatani ke arah frontier, maka akan lebih efisien secara teknis.

(27)

14

menggunakan input yang minimal untuk menghasilkan output yang sama. Kedua usaha tersebut membuat usahatani X akan lebih efisien dari posisi awalnya.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud efisien yaitu posisi individu usahatani relatif terhadap frontier. Apakah berada pada output frontier ataukah di bawah output frontier dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan, kondisi geografis, karakteristik usahatani termasuk di dalamnya skala usahatani, kepemilikan, spesialisasi, karakteristik petani sebagai manager, praktik budidaya, dan pengelolaan usahatani (Ogunyinka 2004).

Model Efek Inefisiensi

Penentuan sumber-sumer inefisiensi teknis tidak hanya memberikan informasi pada sumber-sumber potensial dari inefisiensi tetapi juga menyarankan kebijakan-kebijakan untuk diimplementasikan atau dieliminasikan dalam rangka untuk meningkatkan efisiensi total. Kebijaakan-kebijakan yang akan diusulkan untuk memperbaiki produktivitas usahatani dengan jalan memperbaiki proporsi penggunaan input ataukah memperkenalkan teknologi baru ke dalam sistem usahatani yang telah ada.

Terdapat dua pendekatan alternatif untuk menguji sumber-sumber inefisiensi teknis. Pendekatan pertama adalah prosedur dua tahap, yang mana tahap pertama terkait pendugaan terhadap skor efisiensi (efek inefisiensi) bagi individu perusahaan. Tahap kedua merupakan pendugaan terhadap regresi dimana skor efisiensi (inefisiensi dugaan) dinyatakan sebagai fungsi dari variabel sosial ekonomi yang diasumsikan mempengaruhi efek inefisiensi. Pendekatan kedua adalah prosedur tahap dimana efek inefisiensi dalam stochastic frontier dimodelkan dalam bentuk variabel yang dianggap relevan dalam menjelaskan inefisiensi dalam proses produksi. Guna mengukur inefisiensi teknis digunakan variabel ui yang diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N

( , σ2

). Model inefisiensi yang digunakan merujuk pada model Coelli et al. (1998). Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang dapat dikendalikan petani) dan faktor-faktor eksternal serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan

Sumber : Ogunyinka 2004

Y

Y

Output

Satu set Input

v

X

X

Y

X

Z

Fungsi Produksi Frontier

(28)

15 intensitas input dan harga relatifnya merupakan sumber-sumber efisiensi. Perilaku faktor-faktor eksternal dianggap “given” karena berada di luar kontrol petani. Faktor-faktor eksternal dapat dikategorikan atas dua yakni (1) strictly external, karena mutlak berada di luar kendali petani (seperti iklim, hama dan penyakit tanaman) dan (2) quasi external, karena dengan suatu tindakan kolektif, intens dan waktu yang cukup tersedia, dan/atau dengan bantuan pihak-pihak kompeten, petani mempunyai kesempatan untuk mengubahnya (seperti faktor harga dan infrastruktur).

Kualitas sumberdaya manusia (petani) merupakan faktor internal yang sangat penting. Semakin tinggi kualitas diharapkan akan semakin tinggi kemampuan petani di dalam mengadopsi teknologi dan mengelola usahataninya sehingga dapat meningkatkan efisiensi. Tingkat penguasaan teknologi budidaya dan pascapanen serta kemampuan petani mengakumulasikan dan mengolah informasi yang relevan dengan kegiatan usahataninya sehingga kemampuan pengambilan keputusan dapat dilakukannya secara tepat, merupakan beberapa cakupan faktor internal yang penting. Variabel-variabel seperti pendidikan formal, pengalaman dan keterampilan, manajemen dan umur petani merupakan beberapa indikator penting yang dapat dijadikan sebagai faktor-faktor penentu tingkat efisiensi usahatani. Dalam penelitian ini model yang akan dikembangkan adalah Technical Eficiency Effect Model (TE Effect Model) yang digagas oleh Battese dan Coelli (1995) maupun Yao dan Liu (1998). Model ini mengestimasi besarnya nilai efisiensi dan inefisiensi dilakukan secara simultan dengan program FRONTIER Version 4.1 (Coelli et al., 1998) dengan pilihan TE Effect Model seperti yang ditujukan pada persamaan 3.4.

Model yang dispesifikasi oleh Coelli, et al. (1998) yakni spesfikasi efek-efek inefisiensi teknis di dalam model stokastik frontier diasumsikan menyebar secara independen (tapi tidak identik) dari variabel-variabel acak yang non negatif. Untuk usahatani i dalam tahun t, efek inefisiensi teknis uit diperoleh dari sebaran truncated normal N( itt,σ2) dengan formula matematis sebagai berikut:

Uit = δ zit... (3.4) di mana zit adalah komponen sistematis yang terdiri dari vektor karakteristik perusahaan yang berkaitan dengan efisiensi teknis. Komponen zit adalah 1xM dari varibel-variabel bebas yang diamati yang memiliki nilai tetap

(29)

16

Kerangka Pemikiran Penelitian

Usahatani padi memerlukan sejumlah input tertentu untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Input dalam usahatani padi terdiri dari benih, pupuk, obat-obatan pemberantas hama dan penyakit, tenaga kerja, dan luas lahan. Penggunaan input pada usahatani padi organik berbeda antar petani baik dari jenis maupun jumlah input yang digunakan. Dari hal ini maka dilakukan penelitian mengenai bagaimana kinerja usahatani padi organik dibandingkan dengan usahatani padi konvensional yang dapat dilihat melalui analisa perbandingan efisiensinya yang terdiri dari efisiensi teknis, alokatif, dan efisiensi ekonomi. Alur kerangka berfikir penelitian ini dapat disajikan pada gambar 2 berikut.

(30)

17 Tingkat penguasaan dan aplikasi teknologi yang berbeda-beda dalam usahatani padi organik akan mempengaruhi perbedaan tingkat efisiensi teknis (Prayoga 2010). Tingkat penguasaan dan aplikasi teknologi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat teknik budidaya padi organik sesuai dengan yang dianjurkan oleh SNI No.01-6729-2013.

Selain hal tersebut, terdapat sejumlah faktor diduga menjadi sumber inefisiensi yakni berasal dari atribut yang melekat pada diri petani seperti pengalaman berusahatani, umur, dan pendidikan, juga dapat disebabkan oleh faktor eksternal seperti status lahan usahatani, jumlah anggota keluarga keanggotaan dalam kelompok tani, dan frekuensi pertemuan dengan penyuluh tingkat penerapan organiksesuai SNI.

Hipotesis Penelitian

Berdasasrkan pemaparan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Perbandingan penggunaan input, produksi, dan keuntungan pada usahatani padi organik lebih tinggi dibandingkan pada usahatani konvensional sebab pengadaan input pada usahatani padi organik dibuat sendiri oleh petani.

2. Perbedaan penguasaan teknologi pada penerapan usahatani padi organik berpengaruh terhadap penggunaan jumlah dan jenis input yang menyebabkan variasi atau keragaman produksi antar petani. Adanya keberagaman menunjukkan bahwa penerapan usahatani padi organik diduga belum efisien secara teknis jika dibandingkan dengan usahatani padi konvensional.

3. Faktor sosial ekonomi yang diduga mempengaruhi efisiensi teknis dalam usahatani padi organik yaitu : (1) Umur petani diduga mempunyai efek terhadap tingkat efisiensi. Umur sangat berpengaruh dengan kemampuan fisik petani untuk bekerja secara optimal; (2) Pendidikan, petani yang berpendidikan tinggi akan lebih terbuka dalam menerima informasi dan menerima perubahan teknologi sehingga akan meningkatkan efisiensi; (3) Pengalaman usahatani dapat meningkatkan efisiensi, sebab pengalaman akan mampu mengarahkan petani dalam mengambil keputusan yang rasional untuk usahataninya sehingga akan berdampak pada efisiensi usahatani; (4) Keanggotaan dalam kelompok tani diuga merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi tingkat inefisiensi petani. Diduga petani yang tergabung dalam kelompok akan lebih cepat mendapatkan informasi yang terkait dengan teknologi baru, peningkatan produktivitas tanaman, atau informasi pasar; (5) Intensitas pertemuan dengan penyuluh diduga mempengaruhi efisiensi usahatani. Penyuluhan merupakan aspek yang penting karena berhubungan dengan transfer pengetahuan dari peneliti atau penyuluh kepada petani sehingga petani bisa membuat keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan efisiensi usahataninya; dan (6) teknik budidaya mulai dari pengolahan tanah sampai dengan penanganan pasca panen yang sesuai dengan rekomendasi akan menghasilkan tingkat efisiensi yang tinggi.

(31)

18

4

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa :

1. Jawa Barat merupakan sentra produksi padi organik terbesar di Indonesia yang telah dikembangkan di sejumlah kabupaten, salah satunya di kabupaten Tasikmalaya. Kemudian Kementerian Pertanian menjadikan petani padi organik yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Simpatik di Kabupaten Tasikmalaya sebagai demonstration plot (demplot) dalam pengembangan tanaman padi organik sejak tahun 2014. Hal ini karena hasil produksi petani telah mampu menjangkau negara Amerika Serikat, Malaysia, Eropa, dan Jerman (Diperta 2010).

2. Kabupaten Tasikmalaya merupakan daerah sentra produksi padi organik yang dijadikan lokasi intervansi oleh Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya selama 2 tahun terakhir , yang dikelompokkan menjadi 5 wilayah kecamatan Cisayong, Manonjaya, Sukaraja, Mangunreja, dan Salawu.

Dari 39 kecamatan yang ada di Kabupaten Tasikmalaya, ada 5 kecamatan yang ditempati oleh sejumlah petani yang telah membudidayakan padinya secara organik. Dari lima kecamatan tersebut, kemudian dipilih 2 kecamatan dengan pertimbangan bahwa :

1. Kecamatan tersebut merupakan wilayah yang paling banyak memiliki jumlah petani padi organik yang telah disertifikasi serta telah dijadikan wilayah percontohan dalam pengembangan padi organik.

2. Kondisi lahan pertanian yang relatif tidak jauh berbeda antara lahan yang digunakan pada usahatani padi organik dan usahatani padi konvensional.

(32)

19 tanam tiba, atau petani menanami lahan sawahnya dengan tamanan palawija seperti kedelai, kacang panjang, timun, atau kacang tanah. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juli tahun 2015.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi yang akan dijadikan sasaran penelitian adalah populasi petani yang menerapkan usahatani padi sawah. Sampel penelitian yaitu petani yang menerapkan usahatani padi organik maupun non organik (konvensional) yang dipilih secara sengaja (purposive). Petani responden baik petani organik maupun petani konvensional dipilih dari salah satu kelompoktani yang masing-masing berada di Kecamatan Salawu dan Kecamatan Cisayong, dan Kecamatan Padakembang. Khususnya di kecamatan Padakembang, dipilih satu kelompoktani yang murni konvensional atau tidak pernah berusahatani padi organik.

Petani yang melakukan usahatani padi organik ditandai dengan status lahan petani yang telah disertifikasi oleh lembaga sertifikasi resmi. Saat ini jumlah petani organik yang lahannya telah disertifikasi di Kabupaten Tasikmalaya (Kecamatan Manonjaya, Sukahening, Salawu, dan Cisayong) adalah 519 petani (data Gapoktan Simpatik 2015). Dari keseluruhan jumlah petani padi organik yang ada di Kabupaten Tasikmalaya kemudian diambil secara acak sebesar 10 persen yang dianggap telah representatif, sehingga diperoleh jumlah responden petani organik adalah 50 petani. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi usahatani padi organik jika dibandingkan dengan tingkat efisiensi usahatani padi konvensional, maka metode pengambilan sampel dalam penelitian ini distrata secara tak proporsional (disproportionate stratified random sampling). Oleh karena itu dipilih juga responden petani padi konvensional sebagai pembanding sebanyak 50 petani, dimana 40 persennya berada di Kecamatan Padakembang sehingga total sampel yang akan diteliti sebanyak 100 petani.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah cross section (kerat lintang) tahun 2015. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden, yaitu petani padi sawah dengan mengganakan kuesioner yang telah dipersiapkan.

(33)

20

Metode Analisis Data

Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Untuk menjelaskan mengenai efisiensi yang terdapat dalam suatu proses produksi sebelumnya perlu dipelajari mengenai dasar teori produksi. Menurut Beattie dan Taylor (1985) produksi merupakan kombinasi dan koordinasi beberapa material dan beberapa kekuatan (berupa input, faktor, sumber daya atau jasa produksi) untuk menciptakan suatu barang atau jasa (output). Debertin (1986) mendeskripsikan fungsi produksi sebagai hubungan teknik yang menggambarkan perubahan dari input atau sumberdaya menjadi output atau komoditi. Menurut Coelli et al. (1998) yang dimaksud dengan fungsi produksi yaitu istilah yang identik dengan batas produksi (production frontier).

Petani yang bertujuan memaksimumkan keuntungannya akan bekerja pada daerah rasional dalam proses produksi yaitu saat elastisitasnya 0<E< 1 (Debertin 1986). Penjumlahan elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi sekaligus menunjukkan tingkat besaran skala ekonomi usaha (return to scale). Skala ekonomi usaha merupakan respon dari perubahan output yang dihasilkan karena perubahan proporsional dan seluruh inputnya. Fungsi produksi linier berganda, Cobb-Douglas dan translog dapat digunakan untuk menguji fase pergerakan skala ekonomi usaha (return to scale) atas perubahan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam suatu proses produksi yaitu dengan menjumlahkan elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi. Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi yang sering dipakai dalam penelitian usahatani. Beberapa hal yang menjadi alasan pokok mengapa fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai para peneliti, termasuk dalam penelitian ini yaitu: (a) Fungsi produksi Cobb-Douglas relevan untuk sektor pertanian yang telah dibuktikan secara empiris, khususnya untuk penelitian dengan menggunakan data cross section. (b) Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain, hal ini dikarenakan fungsi dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linier, yaitu dengan jalan melogaritmakan variabel yang dibangun dalam model, baik dengan logaritma biasa atau dengan logaritma natural. (c) Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi sekaligus menunjukkan besaran elastisitas, dimana elastisitas dari produksi akan mengukur kemampuan reaksi dari input terhadap output. (d) Data input dan data output siap digunakan.

(34)

21 Terlepas dari bentuk fungsi produksi yang biasa digunakan, sasaran dari proses produksi adalah mencapai efisiensi yang tinggi dalam berproduksi. Ada dua konsep fungsi produksi yang perlu diperhatikan perbedaannya untuk mengukur efisiensi, yaitu fungsi produksi batas (production frontier) dan fungsi produksi rata-rata. Menurut Coelli et.al (1998) yang dimaksud dengan fungsi produksi di dalam sebagian besar buku teks ekonomi tersebut merupakan istilah yang identik dengan batas produksi (production frontier). Pemilihan fungsi produksi Stochastic Frontier berdasarkan argumen bahwa usahatani padi diasumsikan tingkat produktivitas yang telah dicapai oleh petani sudah mendekati kondisi maksimum (frontier), sehingga peningkatan produktivitasnya masih dapat dilakukan di lahan yang sama. Fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi yang dipakai untuk mengukur bagaimana fungsi produksi sebenarnya terhadap posisi frontiernya (Soekartawi, 2002). Fungsi produksi frontier telah banyak diaplikasikan pada bidang pertanian, perikanan, peternakan hingga ekonomi finansial. Salah satu keunggulan fungsi ini dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain adalah kemampuannya untuk menganalisa keefisienan ataupun ketidakefisienan teknik suatu proses produksi. Hal ini dimungkinkan dengan diintroduksikannya suatu kesalahan baku yang merepresentasikan efisiensi teknik kedalam suatu model yang telah ada kesalahan bakunya. Selain itu, frontier dapat menganalisis biaya dan keuntungan (Kumbakar and Lovel 2003).

Model fungsi produksi stochastic frontier (stochastic production frontier) merupakan perluasan dari model asli deterministic, untuk mengukur efek-efek yang tak terduga (stochastic effect) di dalam batas produksi. Pendekatan frontier deterministic tidak mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan bahwa keragaan usahatani dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diluar kontrol pengelola karena model produksi deterministic frontier ini tidak dapat menguraikan komponen residual ui untuk menjadi pengaruh efisiensi dan pengaruh eksternal yang tidak tertangkap (random shock) sehingga nilai inefisiensi teknis cenderung bernilai tinggi, karena dipengaruhi sekaligus oleh dua komponen error yang tidak terpisah (Kebede 2001). Coelli et al. (1998) menjelaskan bahwa di dalam fungsi produksi deterministc frontier tidak ada ukuran yang disertakan untuk menghitung kemungkinan pengaruh lain dari faktor kesalahan dan faktor penganggu yang bisa berada diatas batas produksi.

(35)

22

secara terpisah dan cukup terinci mengemukakan konsep tentang fungsi produksi stokastik frontier, di mana kesalahan pengganggu eksternal (vi) ditambahkan pada variabel kesalahan pengganggu acak internal yang non negative (ui) menjadi:

Ln(yi) = 0+ i ln(Xi) + vi - ui i = 1, 2,..., N ...(4.1) Sesuai dengan model stokastik, maka di dalam model persamaan tersebut terdapat dua jenis error term yakni vi dan ui . Kesalahan pengganggu acak vi, diperhitungkan sebagai ukuran kesalahan yang terkait dengan faktor-faktor eksternal, seperti pengaruh cuaca, serangan hama dan penyakit, keberuntungan, kondisi lingkungan, dan lain-lain, pada nilai-nilai dari variabel output, bersama-sama dengan kombinasi efek dari variabel-variabel input yang tidak dispesifikasi di dalam model fungsi produksi. Sedangkan kesalahan pengganggu acak ui, adalah variabel kesalahan yang bernilai non negatif dan berkaitan dengan faktor internal yang diduga mempengaruhi tingkat inefisiensi usaha yang diasumsikan sebarannya bersifat non negative truncation dengan rata-rata i dan varians . Lovell dan Schmidt mempertegas kembali bahwa variabel vi adalah independen dan secara identik didistribusikan (independently & identicaly distributed-i.i.d) sebagai variabel-variabel acak normal dengan mean 0 dan varians konstan ( ) bebas dari ui yang diasumsikan sebagai variabel-variabel acak yang menyebar setengah normal (half-normal distribtution) atau disebut juga truncated normal distribution. Vektor input xi digunakan untuk mendefinisikan efisiensi teknik observasi ke-i. Rasio output observasi ke-i, terhadap output potensial didefinisikan sebagai fungsi frontier.

Parameter-parameter dari fungsi produksi stokastik frontier dapat diestimasi dengan menggunakan baik metode maximum-likelihood (ML) maupun corrected ordinary least-squares (COLS) seperti yang disarankan oleh Coelli et al., (1998). Bukti empiris yang telah dikaji oleh Coelli dan kawan-kawan itu menunjukkan bahwa ML secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan COLS ketika kontribusi dari efek inefisiensi teknis terhadap total variansnya lebih besar dibandingkan dengan hasil dari COLS. Jadi metode ML memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan COLS. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian efisiensi padi organik dalam penelitian ini lebih memilih untuk menggunakan ML. Pendekatan dilakukan dengan software Frontier Version 4.1.

Tahap awal dari pembentukan model adalah penentuan variabel penelitian. Ada dua macam variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Yang menjadi variabel bebas adalah jumlah padi yang dihasilkan (Y). Sedangkan pemilihan variabel bebas (Xi) dilakukan dengan pertimbangan bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap variasi produksi. Model empiris fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas yang digunakan dalam penelitian ini dirumuskan pada persamaan 4.1. Dengan memasukkan lima variabel bebas ke dalam persemaan (4.1) maka secara matematis model persamaan penduga fungsi produksi stochastic frontier pada usahatani padi dalam penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut :

1. Model persamaan untuk kelompok petani organik

(36)

23 Y= jumlah total produksi padi organik (kg gabah basah panen)

X1 = luas lahan (ha) X2 = benih (kg)

X3 = pupuk kompos (kg) X4 = MOL (liter)

X5 = pestisida nabati (liter) X6 = tenaga kerja (HKSP)

0 = intersep

1, 2, 3, 4, 5, 6 = parameter yang diestimasi vi- ui = error term (efek inefisiensi di dalam model) 2. Model persamaan untuk kelompok petani konvensional

lnY= 0+ 1ln X1+ 2ln X2+ 3ln X3+ 4ln X4 + 5ln X5 + vi − ui ...(4.3) Y= jumlah total produksi padi organik (kg gabah basah panen)

X1 = luas lahan (ha) X2 = benih (kg)

X3 = pupuk anorganik (kg) X4 = pestisida kimia (liter) X5 = tenaga kerja (HKSP)

0 = intersep

1, 2, 3, 4, 5 = parameter yang diestimasi

vi- ui = error term (efek inefisiensi di dalam model)

Fungsi Cobb Douglas hanya mampu menjelaskan daerah produksi I dan II, dan tidak dapat menjelaskan daerah III (Beatty and Taylor,1985). Oleh karena itu tanda besaran parameter yang diharapkan adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 > 0, dengan kata lain diharapkan memberikan nilai parameter dugaan yang bertanda positif. Nilai koefisien positif berarti dengan meningkatnya input berupa lahan, benih, pupuk, MOL pada usahatani organik, pestisida, dan tenaga kerja diharapkan akan meningkatkan produksi padi.

Jika diperoleh parameter yang bertanda negatif dan merupakan bilangan pecahan, maka fungsi produksi dugaan merupakan bilangan pecahan, sehingga fungsi produksi dugaan tidak dapat digunakan untuk menentukan fungsi biaya dual. Dengan demikian efisiensi alokatif dan ekonomis tidak dapat diukur. Untuk mengatasi masalah tersebut, dibentuk model fungsi produksi stochastic frontier yang baru dengan melakukan pengurangan, penambahan, atau perubahan-perubahan pada variabel-variabel penjelas yang disertakan ke dalam model hingga diperoleh fungsi produksi yang memiliki semua parameter dugaan betanda positif (Tanjung 2003).

Analisis Efisiensi Teknis dan Model Efek Inefisiensi Teknis

Analisis efisiensi teknis dapat diukur dengan menggunakan rumus berikut (Coelli 1998):

TE = = =

(37)

24

Dimana yi adalah produksi aktual dari pengamatan, dan y* adalah dugaan produksi frontier yang diperoleh dari produksi frontier stochastic. Efisiensi teknis untuk seorang petani berkisar antara nol dan satu atau nilai TEi yaiu 0 ≤ TEi ≤ 1. Nilai efisiensi teknis tersebut berhubungan terbalik dengan efek inefisiensi teknis dan hanya digunakan untuk fungsi yang memiliki jumlah output dan input tertentu (cross section data). Nilai efisiensi teknis petani dikategorikan cukup efisien jika bernilai > 0.7 (Coelli et al. 1998) .

Model efek inefisiensi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli (1998). Variabel ui yang digunakan untuk mengukur efek inefisiensi teknis, diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N(μit, 2). Berbagai penelitian terdahulu diantaranya Gultom (2014); Nurhapsa (2013); Haryani (2009); dan Madau (2005) menyatakan bahwa berbagai faktor sosial ekonomi dan demografi akan berpengaruh dan menentukan tingkat efisiensi suatu usahatani. Persamaan model estimasi faktor-faktor atau efek inefisiensi teknis pada masing-masing sampel petani padi organik dinyatakan sebagai berikut:

ui = 0 + ageZage + eduZedu + konZkon + orgZorg + klpDklp + penyDpeny +

sniZsni...(4.5) dimana:

ui = efek inefisiensi teknis

δ0 = konstanta

Zage = umur petani (tahun)

Zedu = tingkat pendidikan formal petani (tahun)

Zkon = pengalaman berusahatani padi konvensional (tahun) Zorg = pengalaman berusahatani padi organik (tahun)

Dklp = Dummy keanggotaan dalam kelompok tani (D5 = 1 jika aktif dalam kelompoktani, D5 = 0 jika tidak)

Zpeny = Frekuensi pertemuan dengan penyuluh selama berusahatani padi organik (kali)

Zsni = persentase tingkat penerapan teknik budidaya padi organik sesuai dengan SNI. No.01-6729-2013 (persen)

Tanda parameter yang diharapkan adalah: δedu, δkon,δorg,δklp, δpeny,δsni > 0 dan

δage< 0.

Agar konsisten maka pendugaan parameter fungsi produksi dan inefficiency function pada persamaan (4.2), (4.3) dan persamaan (4.4) dilakukan secara simultan dengan program FRONTIER 4.1 (Coelli, 1998). Menurut Greene (1993) yang diacu dalam Haryani (2009) bahwa metode pendugaan pada model stochastic frontier yang tidak bias adalah dengan menggunakan Maximum Likelihood. Metode pendugaan Maximum Likelihood (MLE) pada model stochastic frontier dilakukan melalui proses dua tahap. Tahap pertama menggunakan metode OLS untuk menduga parameter teknologi dan input-input produksi ( i) dan tahap kedua menggunakan metode MLE untuk menduga

Gambar

Gambar 1 Efisiensi pada orientasi input
Gambar 2 Konsep Fungsi Produksi Frontier
Gambar 3 Alur Kerangka Pemikiran
Tabel 1 Batas wilayah administratif  Kabupaten Tasikmalaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Strategi SO adalah strategi yang paling sesuai karena dari diagram SWOT posisi pesantren dalam pengembangan hutan rakyat/penghijauan berada pada sel 1. Strategi

Hasil ini bersesuaian dengan hasil keputusan yang didapati daripada kajian di Sri Lanka yang mendapati terdapat korelasi yang negatif antara suhu dan kepadatan nyamuk di mana

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh secara simultan dan parsial antara investasi dalam negeri, investasi asing, dan laju inflasi terhadap pertumbuhan

oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan isolasi bakteri asam laktat dari produk fermentasi, seperti peda, bekasam, terasi,dan rusip yang berpotensi

xiii lintas dan hubungannya dengan kadar haemoglobin (studi kasus polisi lalu lintas yang bertugas di jalan raya kota Semarang) oleh Sri Suciani (2007) dengan

Perlakuan terhadap sinyal suara jantung abnormal sama dengan jantung normal, suara jantung berkemungkinan memiliki 16 hingga 24 cuplikan, penulis hanya mengambil 16 dari 24

Selain itu, hasil analisis dengan BLASTn menunjukkan persentase query cover yang tinggi yang artinya seluruh basa primer dalam penelitian ini sama dengan basa yang

Penelitian molekuler seperti metode PCR-SSCP untuk mengamati keragaman gen Hormon Pertumbuhan telah banyak dikembangkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang