• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Penetapan Bea Keluar Terhadap Permintaan Ekspor Rumput Laut Untuk Optimalisasi Industri Pengolahan Karaginan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Penetapan Bea Keluar Terhadap Permintaan Ekspor Rumput Laut Untuk Optimalisasi Industri Pengolahan Karaginan"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PENETAPAN BEA KELUAR

TERHADAP PERMINTAAN EKSPOR RUMPUT LAUT

UNTUK OPTIMALISASI INDUSTRI KARAGINAN

MAS AYU FARADIAH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Penetapan Bea Keluar Terhadap Permintaan Ekspor Rumput Laut untuk Optimalisasi Industri Pengolahan Karaginan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MAS AYU FARADIAH. Analisis Pengaruh Penetapan Bea Keluar Terhadap Permintaan Ekspor Rumput Laut untuk Optimalisasi Industri Pengolahan Karaginan Dibimbing oleh SRI MULATSIH.

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi penghasil rumput laut terbaik di Asia. Hal tersebut seharusnya dapat menguntungkan industri pengolahan rumput laut Indonesia tetapi, sangat disayangkan pemanfaatan rumput laut Indonesia untuk bahan baku industri domestik masih minim. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengurangi ekspor rumput laut yang menyebabkan industri pengolahan rumput laut domestik kekurangan bahan baku dengan cara penetapan Bea Keluar rumput laut. Pada penelitian ini digunakan analisis data panel gravity model untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume permintaan rumput laut dan melihat elastisitas harga ekspor rumput laut, serta analisis elastisitas permintaan untuk mengetahui besaran Bea Keluar untuk bahan baku rumput laut. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang memengaruhi volume ekspor rumput laut ke negara tujuan meliputi harga ekspor berpengaruh negatif dan signifikan, nilai tukar riil berpengaruh positif dan tidak signifikan, GDP riil berpengaruh positif dan signifikan, dan jarak ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan. Penetapan Bea Keluar bahan baku rumput laut hingga 11 persen dapat mengurangi permintaan ekspor dari sepuluh besar negara importir bahan baku rumput laut.

Kata kunci : Bea Keluar, Ekspor rumput laut, gravity model, industri karaginan

ABSTRACT

MAS AYU FARADIAH. Analysis of Customs Exit Influence to Seaweed Demand Export for Optimizing Carrageenan Industry. Dibimbing oleh SRI MULATSIH.

Indonesia is one of the countries that produce the best seaweed in Asia. It should be able to benefit Indonesian seaweed processing industry, however, it is unfortunate use of seaweed Indonesia for domestic industrial raw materials is still minimal. This study aims to reduce the export of seaweed that causes seaweed processing industry domestic shortage of raw materials by setting export duty seaweed. In this study used panel data analysis gravity models to analyze the factors that affect the volume of demand for seaweed, as well as analysis of the elasticity of demand to determine the amount of export duty on raw materials of seaweed. The results showed that the factors that affect the volume of exports to the country of destination seaweed covering the export price significantly and negatively, the real exchange rate not significant and positive, real GDP positive and significant impact, distance significant and negative effect on the economy. Duty Determination seaweed feedstock to 11 percent can reduce demand for exports from the top ten importing countries of raw materials seaweed.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS PENGARUH PENETAPAN BEA KELUAR

TERHADAP PERMINTAAN EKSPOR RUMPUT LAUT

UNTUK OPTIMALISASI INDUSTRI PENGOLAHAN

KARAGINAN

MAS AYU FARADIAH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah Analisis Pengaruh Penetapan Bea Keluar Terhadap Permintaan Ekspor Rumpur Laut untuk Optimalisasi Industri Pengolahan Karaginan. Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan dukungan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih khususnya kepada:

1. Kedua oramg tua serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materi, doa, motivasi, dan semangat yang tak henti-hentinya kepada penulis.

2. Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, M. Sc. Agr, selaku dosen pembimbing skripsi atas segala perhatian, kebaikan, bantuan, motivasi dan bimbingannya selama ini kepada penulis.

3. Ibu Widyastutik, S.E, M. Si, selaku dosen penguji utama yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis.

4. Ibu Ranti Wiliasih, S.P, M. Si, selaku dosen penguji komisi pendidikan yang memberikan banyak saran, arahan, dan kritik kepada penulis.

5. Teman-teman sebimbingan Lita R Rahman, R. Ayu Anindhia, Marsella Pricillia dan Siska Nurwulan atas kerjasama dan segala bantuannya yang diberikan kepada penulis.

6. Sahabat-sahabat terbaik Yulian Adyprasetyo H, Grace, Indah, Anti, Sella, Erni, Ega dan Vicha yang selalu memberikan semangat, doa dan motivasi kepada penulis.

7. Teman-teman dari semasa kecil hingga sekarang Mega Fitri Nemara, Tiara Wahyuni, Ismivita M, Rinta Wulandari dan Sekar Nir Handareni

8. Sahabat IE 48 Marsha, Diah, Try, Claudia, Pristi, Sari, Bunga, Maya, Ocim, Widya, Runis, Sami, dan lain-lain yang telah memberikan kenangan terindah masa-masa perkuliahan bagi penulis.

Bogor, November 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

Konsep Perdagangan Internasional 5

Teori Permintaan ekspor 7

Kebijakan Ekspor 8

Pajak Ekspor 8

Nilai Tukar Riil 9

Harga Ekspor 10

Nilai Ekspor 10

Jarak Ekonomi 10

Pengertian Rumput Laut dan Olahan Rumput Laut 11

Peneliti Terdahulu 12

Kerangka Pemikiran 15

Hipotesis 17

METODE 17

Jenis dan Sumber Data 17

Metode Analisis dan Pengolahan Data 18

Estimasi Model 19

Uji Kesesuaian 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 22

Perkembangan Ekspor Rumput Laut 22

(10)

Bea Keluar untuk Optimalisasi Industri Pengolahan Karaginan 27

SIMPULAN DAN SARAN 30

Simpulan 30

Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN 34

(11)

DAFTAR TABEL

1 Kebutuhan rumput laut global penghasil karaginan di Indonesia (ton

kering) 2

2 Jenis dan sumber data 18

3 Selang nilai statistik Durbin Watson serta keputusannya 22 4 Perkembangan ekspor rumput laut ke sepuluh besar negara tujuan

ekspor 23

5 Pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia ke negara tujuan 23 6 Hasil estimasi volume permintaan ekspor rumput laut Indonesia

menggunakan metode fixed effect dengan pembobotan cross section

(cross-section weighted) 24

7 Kapasitas produksi dan terpasang industri pengolahan rumput laut

(ton) 28

DAFTAR GAMBAR

1 Produksi Echeuma cotonii di Indonesia (ribu ton) 1 2 Permintaan ekspor sepuluh besar negara tujuan ekspor rumput laut

dari tahun 2008 sampai dengan 2013 (%) 3

3 Total ekspor agar-agar dan karaginan tahun 2008 sampai dengan 2013

(Ton) 4

4 Kurva perdagangan internasional 6

5 Dampak keseimbangan parsial akibat pemberlakuan tarif 9

6 Alur kerangka pemikiran 16

7 Perkembangan volume permintaan ekspor rumput laut ke sepuluh

besar negara tujuan (ton) 22

8 Tingkat harga rumput laut dari mulai bahan baku hingga end product 26 9 Produksi rumput laut domestik di Indonesia (ton) 28

10 Rantai pemasaran rumput laut di Indonesia 30

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sepuluh besar negara tujuan ekspor rumput laut 2008-2013 34

2 Hasil uji Pooled Least Squares 36

3 Uji Fixed Effect Model 37

4 Uji Chow 37

5 Uji Hausman 37

6 Uji normalitas 38

7 Uji multikolinearitas 38

8 Uji heteroskedastisitas 38

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumput laut merupakan komoditi yang dapat dijadikan komoditas unggulan. Keunggulan dari rumput laut salah satunya adalah memiliki nilai ekonomi yang tinggi (high value commodity), tidak hanya itu rumput laut juga memiliki pohon industri yang lengkap, spektrum penggunaannya sangat luas, daya serap tenaga kerja yang tinggi, teknologi budidaya yang mudah, masa tanam yang pendek (hanya 45 hari) atau quick yield, dan biaya per produksi dari rumput laut relatif sangat murah. Pengembangan industri rumput laut merupakan program yang sangat tepat dan memiliki prospek yang sangat baik ke depannya.

Di Indonesia terdapat kurang lebih 555 jenis plasma nuftah rumput laut. Jenis rumput laut yang terdapat di Indonesia bernilai ekonomis dan sudah menjadi komoditi ekspor sejak lama. Eucheuma sp, Gracillia sp, Gelidium sp, Hypnea sp dan Sargassum sp merupakan jenis-jenis rumput laut yang berguna untuk industri makanan, minuman, kosmetik, farmasi, cat, tekstil dan industri lainnya. Jenis rumput laut yang tengah dikembangkan di Indonesia saat ini adalah Eucheuma cotonii sebagai penghasil kappa karaginan. Jenis rumput laut tersebut merupakan jenis rumput laut yang permintaannya relatif besar untuk keperluan bahan baku industri baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Budidaya rumput laut (seaweed culture) merupakan bidang budidaya perairan (aquaculture) yang sedang berkembang saat ini, terutama untuk rumput laut jenis Eucheuma cotonii. Bukti dari gencarnya budidaya rumput laut terutama untuk jenis Eucheuma cotonii dapat dilihat pada Gambar 1 menunjukan tren produksi Eucheuma cotonii sp yang terus meningkat mulai dari tahun 2010 hingga tahun 2012. Eucheuma cotonii sp merupakan bahan baku untuk membuat produk turunan rumput laut yaitu karaginan. Karaginan biasa digunakan oleh industri-industri sebagai bahan tambahan pada makanan, farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel, pengental dan penstabil.

Sumber: DG of Aquaculture, TheMinistry of Maritime Affairs and Fishers, 2013 Gambar 1 Produksi Echeuma cotonii di Indonesia (ribu ton)

0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000

(14)

2

Kebutuhan rumput laut secara keseluruhan untuk industri penghasil karaginan terus meningkat setiap tahunnya. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah rumput laut yang dibutuhkan oleh industri penghasil karaginan di Indonesia terus meningkat dari tahun 2009 hingga 2013. Tren peningkatan produksi rumput laut jenis Eucheuma cotonii yang dapat dilihat pada Gambar 1, seharusnya pemenuhan bahan baku industri karaginan dapat terpenuhi secara optimal. Produksi rumput laut dalam negeri sekitar 75 sampai dengan 80 persen dialokasikan untuk ekspor, sedangkan pabrik dalam negeri hanya menyerap 20 persen sebagai bahan baku produksi dalam negeri dan pasar konsumsi hanya sebesar 5 persen. Pihak asing terus berusaha keras untuk menjadikan Indonesia hanya sebagai negara pengirim bahan baku. Padahal rumput laut merupakan komoditi strategis yang dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Bea Keluar rumput laut merupakan salah satu upaya untuk dapat mengurangi ekspor rumput laut keluar negeri. Diharapkan dengan peningkatan harga bahan baku rumput laut, dapat mengurangi permintaan ekspor dari negara importir.

Tabel 1 Kebutuhan rumput laut global penghasil karaginan di Indonesia (ton kering)

Sumber: DKP 2014

Saat ini, Kementrian Perindustrian sedang membahas Rencana Perindustrian Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) sebagai pelaksana amanat pasal 8 ayat 1, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian yang sudah pada tahap finalisasi, industri rumput laut akan menjadi salah satu prioritas yang menjadi andalan masa depan (Kemendagri 2014). Perlu adanya pengembangan struktur industri end product dan produk formulasi yang dapat menciptakan nilai tambah komoditi rumput laut. Kebijakan yang mengatur tentang peningkatan nilai tambah tercantum dalam Undang Nomor 31 Tahun 2004 juncto Undang-Undang Nomor Tahun 2009 Tentang Perikanan pada pasal 24 ayat 1 dan 2. Dengan adanya nilai tambah dari komoditi rumput laut, diharapkan Indonesia dapat mengurangi ekspor rumput laut kering ke luar negeri. Dengan berkurangnya ekspor Indonesia ketersediaan bahan baku berupa rumput laut untuk industri pengolahan karaginan dapat lebih optimal. Peningkatan ketersediaan bahan baku dalam negeri dapat dilakukan melalui penetapan Bea Keluar rumput laut. Kementrian Perdagangan bersama Kementrian Perindustrian masih melakukan pengkajian lebih lanjut tentang penetapan Bea Keluar rumput laut tersebut. Pemberlakuan Bea Keluar terhadap rumput laut mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Nomor : 36/M-DAG/PER/5/2012 tentang Tata

Produk/Tahun 2009 2010 2011 2012 2013

RC 30 000 31 500 33 860 36 400 39 130

SRC-f 27 000 30 375 34 930 40 170 46 195

SRC-nf 8 000 8 200 8 610 9 040 9 490

Total Karaginan 65 000 70 075 76 600 85 610 94 790 Eucheuma sp. 256 620 282 350 311 410 343 910 380 280 Carrageenophytes, dll 25 380 21 250 23 440 25 890 28 620

(15)

3 Cara Penetapan Harga Patokan Ekspor atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang dikenakan Bea Keluar.

Perumusan Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi salah satu negara penghasil rumput laut terbaik di Asia. Hal tersebut seharusnya dapat menguntungkan industri pengolahan rumput laut Indonesia tetapi, sangat disayangkan pemanfaatan rumput laut Indonesia untuk bahan baku industri domestik masih minim. Sebagian besar hasil rumput laut kering Indonesia di ekspor keluar negeri. Sepuluh besar negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 yaitu, Cina, Filipina, Vietnam, Republik Korea, Cili, United Kingdom , USA, Hongkong, Jerman dan Perancis. Menurut Gambar 2 di bawah ini, Cina merupakan negara tujuan ekspor yang memiliki permintaan ekspor paling besar. Permintaan ekspor Cina adalah sebesar 59 persen dari total permintaan ekspor sepuluh besar negara tujuan.

Sumber: UNComtrade 2014 (diolah)

Gambar 2 Permintaan ekspor sepuluh besar negara tujuan ekspor rumput laut dari tahun 2008 sampai dengan 2013 (%)

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa impor karaginan lebih tinggi daripada impor agar-agar. Total impor karaginan terus mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai dengan 2013. Impor karaginan yang terus meningkat disebabkan oleh besarnya ekspor bahan baku rumput laut ke luar negeri, sehingga industtri pengolahan karaginan dalam negeri mengalami kesulitan bahan baku dan sebagian memilih untuk tidak berproduksi sama sekali.

59% 12%

5% 5% 5%

3%

3% 3% 3% 2% China

Philippines Vietnam Korea, Rep. Chile

United Kingdom United States Hong Kong, China Germany

(16)

4

Sumber : UNComtrade 2014

Gambar 3 Total impor agar-agar dan karaginan tahun 2008 sampai dengan 2013 (ribu ton)

Banyak dari Industri dalam negeri yang menggunakan olahan rumput laut seperti karaginan sebagai bahan baku produksinya. Karena sebagian besar bahan baku rumput laut di eskpor ke negara tujuan ekspor, banyak dari industri pengolahan karaginan yang sulit berproduksi, bahkan menghentikan kegiatan produksinya karena kekurangan bahan baku. Sebagai akibatnya industri dalam negeri yang menggunakan karaginan sebagai input produksinya harus mengimpor karaginan, hal tersebut disebabkan karena industri pengolahan karaginan domestik tidak mampu memenuhi permintaan karaginan dari produsen dalam negeri. Industri dalam negeri seperti nestle harus mengimpor karaginan sebesar 230 ton/tahun, nutrijel harus mengimpor karaginan sebesar 30 ton/tahun, ice cream walls dan magnum harus mengimpor sebesar 50-60 ton/tahun, dan masih banyak lagi industri dalam negeri yang harus mengimpor karaginan dari luar negeri (Kemendag 2014). Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan ekspor rumput laut ke negara tujuan ekspor? 2. Bagaimana pengaruh penetapan Bea Keluar rumput laut terhadap

permintaan ekspor rumput laut?

3. Berapa besar Bea Keluar rumput laut untuk dapat menyediakan bahan baku yang diperlukan kapasitas terpasang industri pengolahan karaginan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis perkembangan ekspor rumput laut ke negara tujuan ekspor. 2. Menganalisis pengaruh penetapan Bea Keluar terhadap permintaan ekspor

rumput laut Indonesia.

3. Menentukan besar Bea Keluar rumput laut untuk dapat menyediakan bahan baku yang diperlukan kapasitas terpasang industri karaginan.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

(17)

5

Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang diharapkan dapat membantu khalayak banyak, diantaranya adalah:

1. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah dalam upaya pengurangan ekspor rumput laut untuk tercapainya optimalisasi industri pengolahan karaginan melalui penetapan Bea Keluar rumput laut.

2. Memberikan informasi strategi kepada industri pengolahan karaginan agar dapat menurunkan idle capacity melalui penetapan bea keluar rumput laut untuk mencapai efesiensi dan memiliki daya saing.

3. Diharapkan dapat menjadi media untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan bagi penulis.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Bea Keluar terhadap permintaan rumput laut dan upaya pengoptimalisasian bagi industri karaginan di Indonesia. Periode waktu yang di analisis dimulai dari tahun 2008 sampai dengan 2013. Ditetapkan sepuluh besar negara tujuan ekspor Indonesia untuk komoditi rumput laut yaitu, Cina, Filipina, Vietnam, Republik Korea, Cili, United Kingdom USA , Hongkong, Jerman dan Perancis. Komoditi rumput laut yang diteliti berdasarkan Harmony System (HS) 1996 dengan kode Harmony System (HS) 121220 seaweeds and other algae.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Perdagangan Internasional

Perdagangan Internasional merupakan perdagangan yang dilakukan oleh antara individu dengan individu, antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam pembentukan PDB dari sisi pengeluaran suatu negara (Oktaviani dan Novianti 2009).

(18)

6

antar negara memerlukan alat yang berbeda dan menganggap ekonomi internasional sebagai bagian yang berbeda dari ilmu ekonomi yang biasanya (Salvatore 1997).

Adapun manfaat yang dapat diperoleh secara langsung dari perdagangan internasional menurut Salvatore (1997) adalah sebagai berikut: (1) suatu negara mampu memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi dalam negeri. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan hasil produksi yang dipengaruhi oleh kondisi geografis, iklim tingkat penguasaan iptek dan lain-lain; (2) negara memperoleh keuntungan dari spesialisasi; (3) memperluas pasar dan menambah keuntungan; (4) memungkinkan terjadinya transfer teknologi. Manfaat secara tidak langsung yang diperoleh dari adanya perdagangan internasional antara lain: (1) perluasan dibidang promosi; (2) meningkatkan kemampuan suatu negara untuk memperbaiki kualitas dan mutu produksi; (3) menciptakan iklim persaingan yang sehat dan sarana pemasukan modal asing; (4) adanya peluang untuk meningkatkan teknologi.

Sumber : Salvator, 1997

Gambar 4 Kurva perdagangan internasional

Keterangan :

Pa Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan internasional Oqa Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A (pengekspor)

tanpa perdagangan internasional

X Jumlah komoditas yang diekspor oleh negara A

Pb Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan internasional Oqb Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B (pengimpor)

tanpa perdagangan internasional

M Jumlah komoditas yang diimpor oleh negara B

P* Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdagangan internasional

(19)

7 Gambar 4 menunjukan terjadinya keseimbangan harga relatif di pasar dunia karena adanya perdagangan. Sumbu vertikal menunjukan harga komoditas (P) sedangkan sumbu horizontal menggambarkan jumlah dan kuantitas komoditas yang diminta maupun ditawarkan (Q). Ketika tidak terjadi perdagangan (autarki), keseimbangan negara A dicapai pada Pa=Qa sedangkan keseimbangan negara B dicapai pada saat Pb=Qb . Pada saat harga relatif negara A mengalami kelebihan penawaran. Kelebihan penawaran ditunjukkan oleh kurva ED di pasar dunia.

Ketika kedua negara melakukan perdagangan, negara A akan mengekspor kelebihan penawaran dan negara B akan mengimpor untuk mencukupi permintaan di negaranya. Maka keseimbangan harga yang terjadi di pasar dunia adalah sebesar p* dan jumlah yang diekspor akan sama dengan jumlah yang diimpor Q* dengan asumsi yang melakukan perdagangan hanya dua negara.

Teori Permintaan ekspor

Dalam teori ekonomi dijelaskan bahwa permintaan didasarkan atas tingkat kepuasan dalam mengonsumsi barang dan pendapatan yang dibelanjakan oleh individu tertentu. Konsumen akan berusaha memaksimumkan kepuasaan mereka dengan keterbatasan atau kendala pendapatan (Anindita 2008). Menurut Lipsey et al. (1995) jumlah komoditi total yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta (quantity demand) untuk komoditi tersebut. Banyaknya jumlah komoditi yang dibeli pada setiap rumah tangga pada periode tertentu, akan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, yaitu:

1. Harga komoditi itu sendiri

Hipotesis ekonomi dasar menunjukkan bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas dari barang tersebut akan memiliki hubungan yang negatif, dengan faktor lain dianggap sama (ceteris paribus).

2. Pendapatan

Setiap rumah tangga tentu saja memiliki pendapatan yang berbeda pada periode waktu tertentu. Suatu rumah tangga yang memiliki pendapatan lebih besar, tentu saja akan membeli komoditi tersebut dengan jumlah yang lebih banyak. Hal tersebut akan menggeser kurva permintaan kearah kanan untuk komoditi tersebut. Dengan catatan bahwa komoditi tersebut merupakan barang yang tergolong ke dalam jenis barang normal.

3. Harga barang lain

Pada kasus barang lain merupakan barang substitusi, maka kenaikan harga barang lain akan meningkatkan jumlah yang diminta untuk barang tersebut dan penurunan harga-harga barang lain akan menurunkan jumlah yang diminta untuk barang tersebut. Sedangkan pada kasus barang lain merupakan barang komplementer, maka kenaikan harga barang lain akan menurunkan jumlah yang diminta untuk barang tersebut dan penurunan harga barang lain akan meningkatkan jumlah yang diminta untuk barang tersebut.

4. Selera

(20)

8

lama atau cepat sekali. Hal tersebut dapat menyebabkan pergeseran kurva permintaan ke kanan. Sehingga lebih banyak yang akan dibeli pada tiap tingkat harga.

5. Distribusi pendapatan

Distribusi pendapatan dapat menyebabkan pergeseran kurva-kurva permintaan ke kanan untuk komoditi yang dibeli, terutama oleh mereka yang memperoleh tambahan pendapatan. Sebaliknya, berkurangnya pendapatan akan menggeser kurva-kurva permintaan ke kiri untuk komoditi yang dibeli.

6. Jumlah penduduk

Meningkatnya jumlah penduduk akan menggeser kurva-kurva permintaan untuk komoditi yang dibeli ke arah kanan. Hal tersebut menunjukan bahwa akan lebih banyak komoditi yang dibeli pada setiap tingkat harga.

Kebijakan Ekspor

Kebijakan perdagangan internasional di bidang ekspor diartikan sebagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan memengaruhi struktur, komposisi, dan arah transaksi serta kelancaran usaha peningkatan devisa ekspor suatu negara (Hady 2001). Kebijakan perdagangan internasional di bidang ekspor dikelompokkan menjadi ekspor di dalam negeri dan kebijakan ekspor di luar negeri. kebijakan ekspor di dalam negeri meliputi (Hady 2001):

1. Kebijakan perpajakan.

2. Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendukung peningkatan ekspor barang-barang tertentu.

3. Penetapan prosedur/ tata laksana ekspor yang relatif lebih mudah. 4. Pemberian subsidi ekspor

5. Pembentukan asosiasi eksportir.

6. Pembentukan kelembagaan seperti export processing zone. 7. Larangan atau pembatasan ekspor

Kebijakan ekspor di luar negeri meliputi:

1. Pembentukan Intenational Trade Center (ITPC) di berbagai negara.

2. Pemanfaatan General System Of Preferency (GSP), yaitu fasilitas keringanan biaya masuk yang diberikan negara-negara industri untuk barang manufaktur.

3. Menjadi anggota Commodity Association of Producer dan Commodity Agreement between Producer and Consumer.

Pajak Ekspor

(21)

9 satu pihak tertentu yang memang diuntungkan dengan adanya hambatan perdagangan yang ada.

Bentuk hambatan perdagangan yang paling sering diterapkan disetiap negara adalah tarif. Tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditi yang diperdagangkan lintas batas teritorial. Ditinjau dari aspek dari komoditi berasal tarif dibagi menjadi dua yaitu, tarif impor dan tarif ekspor. Tarif eskpor merupakan pajak yang dikenakan pada suatu komoditi yang diekspor.

Sumber: Salvatore 1997

Gambar 5 Dampak keseimbangan parsial akibat pemberlakuan tarif

Dx dan Sx melambangkan kurva permintaan serta penawaran komoditi X di negara 2. Dalam kondisi perdagangan bebas, harga komoditi C adalah sebesar Px=1 dollar per unit. Negara 2 akan mengkonsumsi sebanyak AB, dan produksi domestik sebesar AC, sedangkan besar yang harus diimpor dari negara lain adalah sebesar CB. Jika negara 2 memberlakukan tarif sebesar 100 persen terhadap komoditi X, maka harga akan meningkat menjadi 2 dollar per unit. Peningkatan harga akan ditanggung oleh konsumen negara 2, sedangkan harga bagi konsumen dunia tidak berubah. Dampak dari kenaikan harga tersebut adalah penduduk negara 2 akan menurunkan konsumsinya menjadi sebesar GH, serta meningkatkan produksi domestiknya menjadi GJ, sedangkan barang yang harus diimpor dari negara lain adalah sebesar JH. Dengan demikian pemberlakuan tarif terhadap konsumsi domestik adalah negatif, yakni sebesar BN, sedangkan terhadap produksi domestik bersifat positif yakni terjadi peningkatan sebesar CM. Namun secara keseluruhan pemberlakuan tarif perdagangan akan merugikan yaitu sebesar BN+CM, meskipun akan memberikan pemasukan pada pemerintah sebesar MJHN.

Nilai Tukar Riil

Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah harga satuan mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri (Salvatore 1997). Nilai tukar antara dua

X

M B

H

N A

G J

C

Dx Sf Sf+T Sx

(22)

10

negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan (Mankiw 2003). Menurut Darvas (2012) variabel nilai tukar riil merupakan hasil kali dari nilai tukar nominal Indonesia terhadap negara tujuan ekspor atau nilai tukar bilateral nominal antara negara yang diteliti dan mitra dagangnya (diukur sebagai harga mata uang asing dari satu unit mata uang domestik) dengan hasil pembagian CPI Indonesia atau indeks harga konsumen negara yang diteliti dengan CPI negara tujuan ekspor atau indeks harga konsumen dari mitra dagang.

�� �� � �� = � �� � � � � �� × �

� ( � )

Nilai tukar riil menyatakan sejauh mana kita dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Apabila nilai tukar riil mengalami peningkatan (apresiasi), maka barang-barang luar negeri relatif murah dan barang-barang dalam negeri akan relatif mahal, sehingga ekspor neto semakin rendah. Namun, ketika nilai tukar semakin menurun (depresiasi), maka barang-barang luar negeri menjadi relatif mahal dan barang-barang dalam negeri relatif murah, sehingga ekspor neto akan semakin tinggi. Dapat disimpulkan bahwa nilai tukar riil dan ekspor memiliki hubungan yang negatif.

Harga Ekspor

Salah satu variabel penting dalam perdagangan internasional adalah harga ekspor dan impor suatu barang. Harga ekspor merupakan harga yang akan menghadapi persaingan, berapa besarnya harga barang di luar negeri. Harga ekspor akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya 2006).

Keunggulan komperatif suatu negara dicerminkan dari perbedaan relatif harga-harga atas berbagai komoditi antara dua negara. Relatif harga-harga tersebut dijadikan pijakan bagi setiap negara untuk melakukan hubungan dagang yang saling menguntungkan (Salvatore 1997).

Nilai Ekspor

Perdagangan internasional mempunyai peran yang cukup besar dalam kemajuan pereonomian nasional. Jika pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran (expenditure approach) adalah: GNP = C + I + G + (X-M), dimana X merupakan nilai ekspor dan M merupakan nilai impor, maka jika nilai ekspor > nilai impor berarti negara tersebut merupakan net export positive, dapat dikatakan negara dengan posisi neraca pembayaran luar negeri surplus. Jika nilai ekspor < nilai impor, maka berarti negara tersebut ,mengalami net exsport negative, dapat dikatakan negara dengan posisi neraca pembayaran luar negeri defisit.

Jarak Ekonomi

(23)

11 digunakanlah jarak ekonomi. Li et al. (2008) mendefinisikan bahwa jarak ekonomi merupakan suatu jarak yang mewakili biaya transportasi oleh suatu negara dalam melakukan kegiatan perdagangan yang dirumuskan sebagai berikut:

� �= � � × � �

� � �

Dimana:

DISTei : Jarak ekonomi antara negara pengekspor dengan pengimpor DISTi : Jarak geografis negara pengimpor

GDPi : Growth Domestic Product negara pengimpor Total GDPi : Total Growth Domestic Product negara pengimpor

Berdasarkan persamaan di atas maka dapat dijelaskan bahwa jarak ekonomi digunakan untuk melihat jarak sebagai faktor yang memengaruhi aliran perdagangan internasional dengan menggunakan jarak geografis dan share GDP yang menunjukkan pertumbuhan perekonomian suatu negara (Ayuwangi dan Widyastutik 2013). Jarak ekonomi dapat dikatakan merupakan penghalang dalam perdagangan. Hal tersebut dikarenakan jarak ekonomi mengindikasikan biaya transportasi dan waktu tempuh barang atau komoditi dari produsen ke konsumen. Semakin jauh jarak ekonomi suatu negara maka akan meningkat pula biaya transportasinya (Wulandari dan Budiasih 2009).

Biaya transportasi merupakan seluruh biaya pemindahan barang atau komoditi dari suatu negara ke negara yang lain. Adanya biaya transportasi dapat memengaruhi perdagangan internasional, sehingga secara tidak langsung akan memengaruhi aliran ekspor.

Pengertian Rumput Laut dan Olahan Rumput Laut

Rumput laut atau seaweed merupakan salah satu tumbuhan laut yang tergolong dalam macroalga benthic yang banyak hidup melekat di dasar perairan. Rumput laut tergolong ke dalam gangga yang hidup di laut dan termasuk ke dalam divisi thallophyta. Berdasarkan kandungan pigmen rumput laut dapat diklasifikasikan kedalam empat kelas yaitu, rumput laut hijau (Cholorophyta), rumput laut merah (Rhodophyta), rumput laut coklat (Phaecophyta) dan rumput laut pirang (Chrysophyta).

Rumput laut merupakan jenis tumbuhan laut yang mempunyai sifat sulit dibedakan antara bagian akar, batang dan daun. Seluruh bagian tumbuhan dinamakan thallus, sehingga rumput laut adalah tumbuhan tingkat rendah. Bentuk thallus rumput laut beranekaragam, ada yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut, dan lain sebagainya.

(24)

12

kertas, cat, bahan kosmetik, bahan laboratorium, pasta gigi, es krim, dan lain-lain (Indriani dan Suminarsih 1999).

Terdapat banyak jenis rumput laut yang hidup di wilayah perairan Indonesia tetapi, beberapa saja yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri. Eucheuma cottonii merupakan jenis rumput laut yang dapat diolah menjadi karaginan. Karaginan banyak digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan, farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel, pengental dan penstabil.

Pohon indsutri hasil laut dengan komoditi Euchema cotonii, memiliki tiga grade sebagai cabang industrinya, yaitu farmasi grade, industrial grade, dan food grade. Farmasi grade rumput laut banyak digunakan dalam industri bahan buatan gigi, pasta gigi, shampoo, sabun dan farmasi. Pada industrial grade rumput laut banyak digunakan untuk industri pakan ternak, pengeboran, cat, printing tekstil, kertas, dan keramik. Sedangkan pada food grade rumput laut banyak digunakan dalam industri soft drink, ice cream, susu cokelat, roti, dan jam.

Penelitian Terdahulu

Hutabarat (2008) menganalisis pengaruh pajak ekspor terhadap kinerja industri kelapa sawit. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan area luas kelapa sawit, produksi CPO, produktivitas CPO, pajak ekspor CPO dan harga CPO domestik. Model kuantitatif yang digunakan adalah model ekonometrika dengan metode Two Stages Square (2SLS) untuk menganailisis pengaruh pajak ekspor terhadap perkebunan kelapa sawit. Hasil penelitian menunjukkan penurunan produksi, penurunan budidaya, peremajaan tanaman kelapa sawit dan pemakaian pupuk merupakan masalah yang harus diantisipasi dalam produksi CPO. Adanya pemberlakuan pajak ekspor dapat menurunkan minat para investor dalam perdagangan internasional industri sawit. Luas areal kelapa sawit Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh areal kelapa sawit tahun sebelumnya. Produktivitas CPO dipengaruhi secara nyata oleh harga CPO domestik dan luas areal kelapa sawit. Ekspor CPO dipengaruhi secara nyata oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar, pajak ekspor dan produksi CPO. Harga domestik dipengaruhi secara nyata oleh produksi CPO, sedangkan ekspor CPO dan pajak ekspor tidak berpengaruh nyata. Dampak kebijakan ekspor hanya berpengaruh pada harga CPO domestik. Penerapan pajak ekspor menyebabkan harga CPO domestik menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan ditiadakannya pajak ekspor.

(25)

13 taraf nyata lima persen yang berarti tidak memengaruhi ekspor rumput laut Indonesia secara signifikan.

Wirawan (2008) menganalisis tentang model permintaan rumput laut Indonesia di pasar Jepang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi yang bertujuan untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis tentang perilaku pembelian, berdasarkan fakta empiris, dari sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Hasil dari penelitian ini adalah permintaan rumput laut Jepang dari evaluasi yang telah dilakukan dapat dijelaskan oleh peubah-peubah yang digunakan dalam model regresi semi log, yaitu peubah harga rata-rata produk rumput laut Indonesia terhadap Jepang (Prij), nilai tukar yen terhadap rupiah (Erij), ekspor rumput laut dari negara pesaing (Mij), dan pendapatan nasional Jepang (GPD). Permintaan rumput laut dapat dijelaskan oleh variabel dalam model sebesar 76.1 persen, sedangkan variabel di luar model dapat menjelaskan 23.9 persen sisanya. Elastisitas permintaan terhadap seluruh variabel bersifat elastis. Analisis regresi dengan model semi logaritmik menunjukkan bahwa China biasa dianggap sebagai pesaing utama Indonesia sebagai eksportir rumput laut ke Jepang. Hal ini ditunjukkan pada elastisitas koefisien negatif, yaitu permintaan terhadap rumput laut China naik akan menyebabkan permintaan terhadap rumput laut Indonesia turun.

Rafiana (2014) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif yang berguna untuk menjelaskan kekuatan daya saing ke masing-masing lima besar negara tujuan ekspor melalui metode RCA (Revealed Comperative Advantages) serta untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing karaginan dan agar-agar, digunakan metode regresi panel data statis. Hasil dari analisis digunakan untuk merumuskan strategi yang dapat mendukung peningkatan daya saing hasil olahan rumput laut berupa karaginan dan agar-agar. Hasil dari penelitian ini yaitu, berdasarkan analisis keunggulan komperatif (Revealed Comperative Advantages) daya saing hasil olahan rumput laut di enam besar negara tujuan ekspor, Indonesia memiliki posisi daya saing yang kuat dengan nilai RCA yang lebih dari satu pada negara Denmark, Italia, Jerman dan United Kingdom. Sementara pada negara Jepang dan USA hasil olahan rumput laut Indonesia baru memiliki daya saing yang kuat dengan nilai RCA yang lebih besar dari satu pada beberapa tahun tertentu. Setelah itu juga diketahui bahwa faktor-faktor yang memengaruhi daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia adalah harga ekspor hasil olahan rumput laut Indonesia, produktivitas industri pengolahan rumput laut, produksi rumput laut Indonesia, nilai ekspor negara pesaing Filipina dan dummy krisis, sedangkan faktor yang tidak berpengaruh terhadap daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia adalah nilai tukar riil. Maka, strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan daya saing hasil olahan rumput laut berupa mengembangkan klaster industri pengolahan rumput laut nasional sehingga dapat meningkatkan ekspor hasil olahan rumput laut.

(26)

14

digunakan untuk menganalisis posisi dayasaing ekspor buah-buahan Indonesia. Pada penelitian ini digunakan analisis data panel gravity model untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran volume ekspor buah-buahan Indonesia (mangga, Manggis, rambutan, pisang dan melon). Pada metode Export Product Dynamic (EPD) dan Revealed Comparative Advantage (RCA) menunjukkan bahwa buah yang memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif adalah buah manggis, mangga, dan jambu. Ekspor buah Indonesia yang kehilangan kesempatan dalam bersaing di negara tujuan adalah stroberi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi aliran ekspor buah Indonesia ke negara tujuan meliputi harga ekspor, populasi, jarak ekonomi, GDP riil dan perkapita, nilai tukar riil, indeks harga konsumen Indonesia, dan variabel dummy krisis yang terjadi di Eropa.

Mafizur (2013) dalam “A Panel Data Analysis of Bangladesh’s Trade: The Gravity Model Approach”, menganalisis tentang panel data dari perdagangan Bangladesh menggunakan pendekatan gravity model. Upaya yang dilakukan untuk memberikan pembenaran teoritis untuk menggunakan model gravitasi dalam analisis perdagangan bilateral dan menerapkan model gravitasi umum untuk menganalisis perdagangan Bangladesh dengan mitra dagang utama dengan menggunakan teknik estimasi data panel. Penelitian ini telah memperkirakan model gravitasi perdagangan (jumlah ekspor dan impor), model gravitasi ekspor dan model gravitasi impor. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perdagangan Bangladesh positif ditentukan oleh ukuran ekonomi, GNP per kapita diferensial dari negara yang terlibat dan keterbukaan negara-negara perdagangan. Faktor penentu utama dari ekspor Bangladesh adalah: nilai tukar, total permintaan impor negara-negara mitra dan keterbukaan ekonomi Bangladesh. Ketiga faktor yang memengaruhi ekspor Bangladesh positif. Nilai tukar, di sisi lain, tidak berpengaruh pada impor Bangladesh; bukan impor ditentukan oleh tingkat inflasi, perbedaan pendapatan kapita dan keterbukaan negara yang terlibat dalam perdagangan per biaya transportasi ditemukan faktor yang signifikan dalam mempengaruhi perdagangan Bangladesh negatif. Juga impor Bangladesh ditemukan dipengaruhi untuk sebagian besar oleh perbatasan antara India dan Bangladesh. Efek spesifik negara menunjukkan bahwa Bangladesh akan melakukan lebih baik dengan perdagangan lebih dengan negara-negara tetangganya. Faktor resistensi multilateral memengaruhi perdagangan dan ekspor Bangladesh positif.

(27)

15 ke persamaan gravitasi standar, yang ditemukan penentu penting dari arus perdagangan bilateral.

Dilanchiev (2012) dalam “Empirical Analysis of Georgian Trade Pattern: Gravity Model”, menjelaskan bahwa perdagangan yang terjadi antara Georgia dengan negara lain dipengaruhi oleh GDP per kapita negara lain, FDI, nilai tukar, jarak geografis antara Georgia dengan negara lain, populasi Georgia, populasi negara lain, dan menggunakan dummy angota EU, sedangkan GDP per kapita Georgia memengaruhi signifikan terhadap perdagangan Georgia. Penelitian ini menggunakan metode analisis gravity model. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perdagangan yang dilakukan dengan negara lain yang memiliki GDP per kapita tinggi akan meningkatkan perdagangan Georgia. Semakin jauh jarak geografis akan mengakibatkan penurunan perdagangan antara Georgia, sehingga ketika investasi meningkat maka akan mengakibatkan peningkatan perdagangan.

Li et al. (2008) dengan penelitiannya yang berjudul “Component Trade and China’s Global Economic Integration”. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi, peningkatan pangsa pasar, FDI, pembangunan infrastruktur termasuk transportasi dan telekomunikasi merupakan faktor yang menentukan keberhasilan perdagangan bilateral Cina. Jarak ekonomi pada penelitian ini memiliki pengaruh negatif terhadap perdagangan bilateral Cina, sehingga pada penelitian ini disarankan sebaiknya perlu dilakukan inovasi teknologi khususnya bagi transportasi agar biaya transportasi dapat dikurangi. Peningkatan perdagangan bilateral Cina dipengaruhi secara positif oleh FDI dan GDP.

Penelitian ini memiliki perbedaan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Dari beberapa penelitian sebelumnya, belum ada penelitian yang menjawab permasalahan bagaimana cara mengurangi permintaan ekspor bahan baku rumput laut ke negara tujuan. Penelitian ini akan menjawab permasalahan tentang bagaimana mengurangi permintaan ekspor rumput laut yang berlebih. Permintaan ekspor tersebut dapat dikurangi dengan penetapan Bea Keluar rumput laut yang bertujuan untuk optimalisasi industri karaginan di Indonesia. Pengaruh penetapan Bea Keluar rumput laut dengan permintaan ekspor rumput laut akan dianalisis menggunakan Gravity Model. Dengan analisis sepuluh besar negara tujuan ekspor rumput laut yaitu, Cina, Filipina, Vietnam, Republik Korea, Cili, United Kingdom, USA, Hongkong, Jerman dan Perancis.

Kerangka Pemikiran

(28)

16

merencanakan untuk membuat kebijakan penetapan Bea Keluar terhadap rumput laut. Analisis secara kuantitatif untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor rumput laut akan digunakan metode panel data dengan menggunakan gravity model yang dapat digunakan untuk menganalisis apa saja faktor-faktor yang berpengaruh nyata secara kuantitatif terhadap volume permintaan ekspor rumput laut, sedangkan untuk mengetahui besaran Bea Keluar yang dapat ditetapkan untuk bahan baku rumput laut digunakan analisis elastisitas harga.

Gambar 6 Alur kerangka pemikiran Permintaan ekspor

Rumput Laut Indonesia

Permintaan ekspor rumput laut dalam jumlah yang besar ke sepuluh besar negara tujuan yaitu,

Cina, Filipina, Vietnam, Republik Korea, Cili, United Kingdom , USA, Hongkong, Jerman dan

Perancis

Penetapan Bea Keluar untuk rumput laut

Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor

rumput laut

Besar Bea Keluar rumput laut untuk penyediaan kapasitas terpasang

industri karaginan

Gravity Model

Strategi untuk mengurangi ekspor rumput laut dan

optimalisasi industri pengolahan karaginan.

(29)

17

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Harga ekspor rumput laut berhubungan negatif terhadap volume ekspor rumput laut Indonesia. Peningkatan harga pada rumput laut akan menurunkan permintaan ekspor dari negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia.

b. Jarak ekonomi Indonesia dengan negara tujuan ekspor akan berpengaruh negatif. Semakin jauh jarak ekonomi yang dimiliki Indonesia dengan negara tujuan ekspor tersebut, akan membuat permintaan ekspor semakin berkurang.

c. Nilai tukar negara tujuan ekspor terhadap dollar diduga memiliki pengaruh positif terhadap permintaan ekspor rumput laut Indonesia. Jika nilai tukar negara tujuan terhadap dollar mengalami peningkatan (apresiasi), maka akan menyebabkan harga barang luar negeri menjadi cenderung lebih murah. Hal tersebut mengakibatkan akan naiknya permintaan ekspor rumput laut Indonesia dari negara tujuan.

d. GDP riil negara tujuan ekspor rumput laut dari Indonesia memiliki hubungan positif terhadap volume ekspor rumput laut. Jika terjadi peningkatan GDP riil maka akan meningkatkan volume ekspor rumput laut Indonesia.

METODE

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan untuk mendukung penelitian ini banyak didapatkan dari instansi terkait yaitu, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Kementrian Perindustrian, Worldbank, CPII, Unctadstat, UNComtrade, jurnal dan internet, penelitian-penelitian terdahulu serta literatur dari berbagai instansi yang dapat membantu berjalannya penelitian ini.

(30)

18

Tabel 2 Jenis dan sumber data

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Pada penelitian ini, untuk menganalisis faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap permintaan ekspor sepuluh besar negara tujuan ekspor digunakan metode analisis regresi data panel gravity model. Hasil dari analisis digunakan untuk merumuskan strategi pengupayaan optimalisasi pada industri karaginan di Indonesia. Untuk mengetahui besaran Bea Keluar rumput laut digunakan analisis elastisitas harga.

Gravity Model

Shepherd (2013) menjelaskan bahwa gravity model merupakan alat yang cocok untuk peneliti yang tertarik menganalisis dampak dari kebijakan tertentu yang terkait dengan perdagangan. Untuk menganalisis faktor-faktor baik faktor ekonomi maupun non ekonomi yang dapat memengaruhi perdagangan antara dua negara akan digunakan gravity model. Selain itu, saat ini gravity model tidak hanya memasukkan variabel jarak dan ukuran ekonomi saja tetapi menambahkan variabel lain seperti tarif yang dikenakan oleh suatu negara. Gravity model didasarkan pada hukum gravitasi teori Sir Isaac Newton. Model ini dapat digunakan untuk menganalis apakah perdagangan antar kedua negara berhubungan lurus dengan pendapatan masing-masing negara yang saling berhubungan tersebut, dan berhubungan terbalik dengan hambatan perdagangan antar kedua negara yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut

Fij=G×Mi×Mj Dij

Dimana :

Fij : Interaksi antardua negara (aliran perdagangan bilateral) Mi : Ukuran ekonomi untuk negara eksportir

Mj : Ukuran ekonomi untuk negara importir Dij : Jarak ekonomi kedua negara

G : Konstanta

Dari persamaan di atas maka dapat dibuat model dasar gravity model seperti yang telah dijelaskan oleh Zarzoso dan Lehman (2003),yaitu:

Xij = β0Yiβ1Yjβ2Ni β3Njβ4Dijβ5Aijβ6Uij Dimana:

Xij : ekspor produk negara i ke negara j Data

Harga runput laut

(31)

19 Yi : GDP eksportir

Yj : GDP importir

Dij : jarak antara dua negara

Aij : faktor lainnya yang dapat memengaruhi perdagangan kedua negara Uij : error term

Analisis elastisitas harga

Analisis elastisitas merupakan salah satu cara untuk meringkas daya tanggap dalam keluaran perusahaan di sebuah industri terhadap harga barang yang lebih tinggi (Nicholson 1999). Analisis ini digunakan untuk mengetahui besar dampak kebijakan Bea Keluar (pajak ekspor terhadap industri karaginan ke sepuluh besar negara tujuan utama). Analisis ini juga digunakan untuk mengetahui seberapa besar kinerja industri karaginan di Indonesia dalam berproduksi, sehingga dapat ditentukan berapa besar Bea Keluar untuk bahan baku rumput laut. Penetapan Bea Keluar bertujuan untuk industri karaginan dapat berproduksi secara optimal. Elastisitas mengukur presentase perubahan nilai variabel tak bebas sebagai akibat dari perubahan presentase (%) dalam nilai dari variabel bebas tertentu (Ceteris Paribus) (Rastykarany 2008). Persamaan elastisitas yang digunakan yaitu:

� = �

� .

Keterangan:

� : Elastitas permintaan bahan baku rumput laut yang didapat dari persamaan (1)

P : Rata-rata harga ekspor rumput laut Indonesia dunia Q :Rata-rata jumlah permintaan ekspor rumput laut dunia

∂Q : Jumlah bahan baku rumput laut yang diperlukan indsutri karaginan ∂P : Pajak yang dapat dikenakan pada bahan baku rumput laut

Estimasi Model

Dari model dasar gravity model, dilakukan transformasi model kedalam bentuk ln (logaritma natural). Transformasi model dasar ke dalam bentuk ln (logaritma natural) bertujuan untuk memenuhi uji asumsi klasik dan menghindari model dari bias. Selain itu, tranformasi model dasar gravity model ke dalam bentuk ln juga dapat mengatasi permasalahan heteroskedastisitas dan menghindari permasalahan normalitas. Estimasi model pada penelitian ini yang sudah ditransformasikan adalah sebagai berikut:

LnVEit = β0 + Lnβ1EPit + Lnβ2ERit + Lnβ3GDPit + Lnβ4DISTit + eit ... (1)

Dimana :

VEit : Volume ekspor rumput laut ke negara tujuan (Kg)

(32)

20

ERit : Nilai tukar (Negara pengekspor/rupiah) GDPit : GDP riil negara tujuan (US$)

eit : Random error

β0 : Konstanta (intercept)

βn : Parameter yang diduga (n = 1,2,…)

i : Time series t : Cross section

Uji Kesesuian Model Pemilihan model terbaik

Pada analisis gravity model pada tahapan pengolahan data akan digunakan tiga pendekatan yaitu, Common Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM). Untuk mendapatkan model terbaik harus dilakukan uji statistik yang terdapat dalam regresi data panel. Uji statistik yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Chow test

Untuk mengetahui model terbaik antara Fixed Effect Model (FEM) atau Pooled Least Square (PLS), perlu dilakukan uji F statistik atau yang biasa disebut dengan Chow test. Hipotesis dari uji ini yaitu:

Ho : Pooles Least Square H1 : Fixed Effects Model

Taraf nyata yang digunakan adalah lima persen. Jadi, apabila nilai probabilitas pada uji ini menunjukkan nilai yang lebih kecil daripada taraf nyata lima persen, maka sudah cukup bukti untuk menolak H0. Sehingga dapat disimpulkan model terbaik berdasarkan hasil uji ini adalah Fixed Effects Model. b. Hausmant Test

Untuk mengetahui model terbaik antara Fixed Effects Model (FEM) atau Random Effects Model (REM), maka perlu dilakukan uji statistik yang memiliki hipotesis sebagai berikut :

H0 : Random Effects Model H1 : Random Effects Model

Taraf nyata yang digunakan pada uji ini adalah sebesar lima persen. Jadi, apabila nilai probabilitas lebih kecil daripada taraf nyata lima persen, maka dapat dikatakan bahwa sudah cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0. Sehingga dapat disimpulkan model terbaik hasil uji ini adalah Fixed Effects Model (FEM).

c. Uji LM atau The Breusch Pagan

Untuk mengetahui pemilihan model terbaik antara Random Effects Model (REM) dan Pooled Least Square (PLS), maka perlu dilakukan uji LM. Hipotesis pada pengujian ini adalah sebagai berikut :

(33)

21 Untuk dapat melakukan penolakan terhadap H0 pada uji ini, perlu dilakukan perbandingan hasil hitung statistik dengan Chi squared. Jika hasil statistik pada uji LM lebih besar daripada nilai Chi squared yang terdapat pada statistik Chi squared, maka dapat dikatakan sudah cukup bukti untuk menolak H0. Sehingga dapat disimpulkan model terbaik dari hasil uji statistik LM adalah Random Effects Model (REM).

Uji kriteria ekonomi

Uji kriteria ekonomi akan dilakukan pada model untuk menganalisis, apakah model yang telah dibuat sesuai dengan kriteria ekonomi dan dugaan hipotesis yang dibuat sebelumnya. Kesesuaian anatara kriteria ekonomi dan model dapat dilihat berdasarkan tanda koefisien pada hasil estimasi model terbaik yang telah didapatkan.

Evaluasi model

Ada beberapa upaya yang harus dilakukan untuk mendapatkan model yang konsisten dan efisien. Maka, perlu dilakukan evaluasi hasil estimasi terhadap model regresi. Evaluasi perlu dilakukan agar model terbebas dari permasalahan multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokolerasi.

1. Multikolinearitas

Dalam model regresi hubungan multikoliniearitas sering kali muncul. Hubungan multikolinearitas dapat terjadi jika dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) bebas berkorelasi antara peubah yang satu dengan yang lainnya. Multikolinearitas dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu, multikolinearitas tinggi, dekat dan tak sempurna.

Permasalahan multikolinearitas dapat diatasi dengan cara memanfaatkan informasi sebelumnya, mengeluarkan peubah dengan koliniearitas tinggi, melakukan transformasi terhadap peubah-peubah dalam model dengan bentuk pembedaan pertama, menggunakan regresi komponen pertama, menggabungkan data cross section dengan data time series, cek kembali asumsi pada waktu membuat model dan penambahan data baru (Juanda 2009).

2. Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi dari model regresi linier adalah bahwa ragam sisaan sama atau homogeny. Tetapi jika ragam sisaan tidak sama untuk tiap pengamatan ke-I dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka dapat dikatakan terdapat permasalahan heteroskedastisitas pada model.

Untuk melihat apakah model telah memenuhi asumsi klasik, dapat dilihat berdasarkan nilai sum squared resid pada hasil pengolahan menggunakan software E-views 6. Permasalahan heteroskedastisitas dapat diatasi dengan memberikan bobot Weight Least Square (WLS) melalui Generelized Least Squared (GLS) pada model atau transformasi data kedalam bentuk logaritma natural.

3. Autokolerasi

(34)

22

adanya inersia, kesalahan-kesalahan dalam spesifikasi model, adanya fenomena sarang laba-laba dan manipulasi data. Adanya autokolerasi dapat dideteksi dengan menggunakan metode grafik atau dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Permasalahan autokorelasi dapat diatasi dengan memberikan pembobotan Generelized Least Square (GLS) pada model.

Tabel 3 Selang nilai statistik Durbin Watson serta keputusannya

Sumber : Juanda (2009)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Ekspor Rumput Laut ke Negara Tujuan Ekspor

Indonesia merupakan salah satu negara terbesar penghasil rumput laut di Asia. Banyak negara yang mengimpor rumput laut dari Indonesia. Ekspor rumput laut dari Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dari Gambar 7 dapat kita lihat tren perkembangan volume ekspor rumput laut ke sepuluh besar negara tujuan terus mengalami peningkatan. Sepuluh besar negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia diantaranya adalah Cina, Filipina, Vietnam, Republik Korea, Cili, United Kingdom, USA, Hongkong, Jerman, dan Perancis. Peningkatan permintaan ekspor rumput laut dari Indonesia yang terus mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan 2013 adalah Cina. Sedangkan volume permintaan ekspor rumput laut dari 9 besar negara lainnya berfluktuatif dari tahun 2008 sampai dengan 2013.

Sumber : UNComtrade 2014 (diolah)

Gambar 7 Perkembangan volume permintaan ekspor rumput laut ke sepuluh besar negara tujuan (ton)

0 100000 200000

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

China Philippines Vietnam

Korea. Rep Chile United Kingdom

USA Hongkong Germany

France

Nilai DW Keputusan

4-dl < DW < 4 Tolak H0, ada autokorelasi positif 4-du < DW < 4-dl Tidak tentu, coba uji yang lain du < DW < 4-du Terima H0

(35)

23

Permintaan ekspor rumput laut ke sepuluh negara tujuan ekspor mengalami peningkatan ekspor rata-rata sebesar 0.1 persen dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013. Peningkatan ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2008 untuk volume ekspor yaitu sebesar 0.6 persen, sedangkan untuk nilai ekspor peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 0.26 persen.

Tabel 4 Perkembangan ekspor rumput laut ke sepuluh besar negara tujuan ekspor

Sumber : UNComtrade 2014 (diolah)

Dari ke sepuluh besar negara tujuan ekspor rumput laut Cina merupakan negara dengan permintaan ekspor tertinggi dengan pangsa pasar sebesar 61 persen. Filipina juga memiliki pangsa yang cukup besar untuk ekspor rumput laut dari Indonesia yaitu sebesar 12 persen, sedangkan untuk Vietnam, Republik Korea dan Cili memiliki pangsa sebesar 5 persen, United Kingdom sebesar 3 persen, USA, Hongkong, Jerman, dan Perancis memiliki pangsa sebesar 2 persen. Untuk negara importir lainnya selain kesepuluh negara terbesar importir rumput laut dari Indonesia hanya memiliki pangsa sebesar 0.3 persen.

Tabel 5 Pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia ke negara tujuan

Sumber : UNComtrade 2014 (diolah)

Tahun Nilai (US$) Perkembangan (%) Volume (ton) Perkembangan (%)

2008 9 516 288 0.6 9 101 0.1

2009 7 559 401 -0.3 8 668 0.0

2010 12 617 065 0.4 11 654 0.3

2011 14 855 290 0.2 15 155 0.2

2012 12 697 076 -0.2 16 208 0.1

2013 15 634 762 0.2 17 107 0.1

Rata-rata 0.1 Rata-rata 0.1

Negara Volume Ekspor (ton) Pangsa Pasar (%)

China 74 372 211 61

Philippines 14 628 507 12

Vietnam 6 598 852 5

Korea, Rep. 6 006 578 5

Chile 5 467 734 5

United Kingdom 3 677 251 3

United States 2 818 258 2

Hong Kong, China 2 111 342 2

Germany 2 961 050 2

France 2 523 652 2

Lain-lain 332 574 0.3

(36)

24

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Rumput Laut

Setelah melakukan pengolahan regresi data panel, diperoleh hasil estimasi model volume permintaan ekspor rumput laut Indonesia yang dapat dilihat pada Tabel 6 dengan negara tujuan ekspor Cina, Filipina, Vietnam, Republik Korea, Cili, United Kingdom, USA, Hongkong, Jerman, dan Perancis yang didapatkan melalui persamaan (1).

Tabel 6 Hasil estimasi volume permintaan ekspor rumput laut Indonesia menggunakan metode fixed effect dengan pembobotan cross section (cross-section weighted)

Keterangan : signifikan pada taraf nyata 5 persen (*)

Tabel 6 memperlihatkan bahwa variabel harga ekspor rumput laut Indonesia ke negara tujuan (LnEP), jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan (LnDIST), Nilai tukar negara tujuan ekspor terhadap dollar (LnER), dan GDP negara tujuan ekspor rumput laut dari Indonesia (LnGDP) merupakan variabel faktor-faktor yang memengaruhi ekspor rumput laut Indonesia ke negara tujuan ekspor.

Hasil pada uji Hausman pada model ini menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.0002 yang lebih kecil daripada taraf nyata sebesar lima persen, sehingga sudah cukup bukti untuk menolak hipotesis nol yang artinya bahwa model terbaik yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM). Model hasil pengolahan regresi data panel di atas telah memenuhi uji ekonomi karena tanda koefisien pada masing-masing variabel bebas telah sesuai dengan hipotesis berdasarkan teori ekonomi yang ada.

Uji asumsi klasik pada model juga telah terpenuhi. Adanya multikoliniearitas disebabkan oleh nilai R2 yang tinggi namun variabel-variabel independennya hanya sedikit yang signifikan. Uji multikoliniearitas dapat dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas dan matrik korelasi antar

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LNEP -0.3386 0.0659 -5.1369 0.0000*

LNER 1.0739 1.7958 0.5980 0.5528

LNGDP 22.8466 4.9049 4.6579 0.0000*

LNDIST -18.4694 4.3962 -4.2013 0.0001*

C -541.2182 119.1752 -4.5414 0.0000

R-squared 0.9788 Mean dependent var 31.4977

Adjusted R-squared 0.9728 S.D. dependent var 29.1047

S.E. of regression 0.6948 Sum squared resid 22.2033

F-statistic 163.61 Durbin-Watson stat 1.7268

Prob(F-statistic) 0.0000

R-squared 0.8566 Mean dependent var 14.9842

Sum squared resid 34.3583 Durbin-Watson stat 1.3066

Weighted Statistics

(37)

25 variabel. Pada model volume ekspor rumput laut Indonesia nilai R2 yaitu 0.9788 dan terdapat empat variabel bebas yang signifikan dan satu variabel yang tidak signifikan, menunjukkan bahwa model terbebas dari multikoliniearitas. Nilai R2 ini menunjukkan bahwa 97.88 persen keragaman variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen dalam model, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel independen di luar model.

Hasil estimasi model volme permintaan ekspor rumput laut Indonesia menunjukkan bahwa Sum Square Residual pada Weighted Statistic sebesar 22.2033 lebih kecil daripada Sum Squared Residual pada Unweighted Statistics sebesar 34.3583, maka disimpulkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

Nilai statistik Durbin Watson sebesar 1.7268, nilai tersebut mendekati 2.0000 sehingga berada di wilayah nonautokolerasi yang mengindikasikan tidak terjadi autokolerasi. Nilai korelasi antar variabel bebas tidak ada yang melebihi nilai R-squared, maka hasil estimasi tidak mengalami masalah autokolerasi

Pada panel data, perlu dilakukan uji normalitas agar dapat melihat normal atau tidaknya error terms. Hal ini dapat dilihat dari nilai Jarque-Bera yang lebih besar dari α, maka menyebar normal. Berdasarkan pengujian model dihasilkan bahwa nilai Jarque-Bera lebih besar daripada α (1.8757 > 0.05) dan juga nilai probabilitas lebih besar daripada α (0.3914 > 0.05), sehingga model volume permintaan ekspor rumput laut Indonesia ini telah memiliki error terms yang menyebar normal.

Harga ekspor rumput laut

Berdasarkan hasil estimasi menggunakan analisis data panel dapat dijelaskan bahwa harga memengaruhi permintaan ekspor rumput laut secara nyata dan negatif. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas dan koefisien harga yaitu, probabilitas sebesar 0.0000 yang lebih besar daripada taraf nyata 5 persen dan koefisien sebesar -0.3386 yang artinya harga berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor rumput laut. Dengan asumsi variabel lain konstan, peningkatan harga ekspor rumput laut sebesar satu persen akan menyebabkan penurunan permintaan ekspor rumput laut sebesar 0.3386 persen. Harga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi jumlah permintaan yang diminta oleh konsumen, semakin tingginya harga yang ditetapkan maka akan mengakibatkan penurunan terhadap jumlah permintaan (Lipsey 1997).

(38)

26

Fenomena tersebut mengharuskan pemerintah untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam mengurangi ekspor bahan baku rumput laut. Penetapan Bea Keluar bahan baku rumput laut merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh pemerintah untuk dapat mengurangi volume ekspor rumput laut ke negara tujuan ekspor. Dengan adanya Bea Keluar harga bahan baku rumput laut akan meningkat, sehingga akan menurunkan permintaan ekspor dari negara importir.

Sumber : DKP 2014

Gambar 8 Tingkat harga rumput laut dari mulai bahan baku hingga end product

GDP Riil negara tujuan ekspor rumput laut

GDP riil negara tujuan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap volume permintaan ekspor rumput laut. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas GDP riil negara tujuan yaitu sebesar 0.0000 dan koefisiennya sebesar 22.8466, sehingga apabila GDP riil negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia mengalami peningkatan sebesar satu persen maka akan menyebabkan peningkatan terhadap volume permintaan rumput laut sebesar 22.8466 persen dengan asumsi cateris paribus.

Semakin tinggi GDP suatu negara maka, akan menyebabkan daya beli negara tersebut terhadap suatu komoditi meningkat. Selain itu, Wulandari dan Budiasih (2009) menjelaskan bahwa semakin besar GDP riil negara tujuan ekspor akan mengindikasikan semakin besar pula kemampuan penyerapan produk yang diperdagangkan. Dengan kata lain, kemampuan melakukan impor negara tersebut akan meningkat.

Jarak ekonomi

(39)

27 koefisiennya sebesar -18.4694 yang berarti jarak ekonomi memiliki hubungan negatif dengan volume permintaan ekspor rumput laut Indonesia.

Jarak ekonomi antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor rumput laut menunjukkan biaya transportasi, sehingga ketika biaya transportasi mengalami peningkatan sebesar satu persen maka permintaan ekspor rumput laut Indonesia akan mengalami penurunan sebesar 29.6011 persen dengan asumsi variabel lainnya cateris paribus. Hubungan negatif dari jarak dengan perdagangan bilateral dikarenakan jarak merupakan proksi untuk biaya transportasi, jadi semakin jauh jarak suatu negara tujuan ekspor akan ikut meningkatkan biaya transportasi sehingga akan mengurangi perdagangan.

Nilai tukar riil

Berdasarkan hasil estimasi terhadap gravity model menggunakan analisis panel data dapat ditunjukkan bahwa nilai tukar riil negara tujuan ekspor terhadap dollar berpengaruh positif dan tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas nilai tukar riil yaitu sebesar 0.5528 yang lebih besar daripada taraf nyata lima persen, serta koefisien nilai tukar riil negara tujuan ekspor yaitu sebesar 1.0739 yang berarti, jika nilai tukar riil negara tujuan ekspor terhadap dollar mengalami peningkatan sebesar satu persen akan menyebabkan peningkatan permintaan ekspor rumput laut Indonesia sebesar 1.0739 persen dengan asumsi cateris paribus. Dengan probabilitas yang kurang dari taraf nyata maka dapat dikatakan bahwa nilai tukar riil negara tujuan ekspor bukan merupakan hal krusial yang memengaruhi permintaan ekspor rumput laut negara importir ke Indonesia.

Nilai tukar bukan merupakan hal krusial yang memengaruhi permintaan ekspor rumput laut Indonesia oleh negara importir. Kecenderungan petani untuk menjual hasil panennya kepada pihak asing dengan cara dibayar dimuka menjadi salah satu penyebabnya. Banyak dari pembeli asing yang langsung datang ke pihak petani dan menawarkan untuk membeli dengan dollar yang dibayar dimuka. Hal tersebut menyebabkan fluktuasi nilai tukar negara tujuan terhadap dollar tidak berpengaruh pada harga bahan baku rumput laut.

Bea Keluar untuk Optimalisasi Industri Pengolahan Karaginan

Gambar

Gambar 1 Produksi Echeuma cotonii di Indonesia (ribu ton)
Gambar 2 Permintaan ekspor sepuluh besar negara tujuan ekspor rumput laut dari
Gambar 3 Total impor agar-agar dan karaginan tahun 2008 sampai dengan 2013
Gambar 4 Kurva perdagangan internasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kegiatan pengembangan profesi guru tidak harus berupa penyusunan karya tulis ilmiah dari hasil penelitian tindakan kelas saja

Setelah anak pulang dari taman kanak-kanak, anak akan kembali dalam lingkungan keluarga, karena orang tua lebih banyak memiliki waktu dan kesempatan serta pemahaman

Cont emporary Chinese Polit ics: An Int roduction Second.

Dilihat dari sudut tujuan penelitian hukum, metode pendekatan yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan metode normatif. Oleh karena

Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan ciri-ciri kemandirian anak usia dini adalah seorang anak yang memiliki rasa tanggung jawab dan kepercayaan

Kemampuan kognitif anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 08 masih rendah karena untuk menyebutkan jumlah benda dengan angka yang melambangkan masih banyak kesalahan,

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari menyebarkan kuisioner kepada konsumen yang telah melihat tayangan iklan Yamaha Jupiter MX

Sebelum kartu dapat digunakan untuk transakasi maka kartu RFID dari pabrikan harus diisi data atau dikonfigurasi terlebih dahulu dengan data no STNK kendaraan, jumlah