• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH CELEBRITY ENDORSER DAN IKLAN HUMOR YAMAHA JUPITER MX VERSI JEMBATAN AMBRUK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI SURABAYA (Studi Kasus Pada Konsumen Yamaha Di Rungkut Surabaya Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH CELEBRITY ENDORSER DAN IKLAN HUMOR YAMAHA JUPITER MX VERSI JEMBATAN AMBRUK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI SURABAYA (Studi Kasus Pada Konsumen Yamaha Di Rungkut Surabaya Timur."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh :

Riza Ikhtia Sari

0612010211 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat

dan HidayahNya telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

guna memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Ekonomi

jurusan Manajemen dalam jenjang strata satu fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur dengan judul “ Analisis Pengaruh

Celebrity Endorser dan Iklan Humor Yamaha Jupiter MX Versi Jembatan

Ambruk Terhadap Minat Beli Konsumen di Surabaya”.

Dalam menulis skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak yang telah memberikan motivasi , bimbingan , saran serta dorongan moril

yang baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya penyusunan

skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.

Bapak Prof. Dr . Ir Teguh Soedartono, MP selaku Rektor Universitas

Pembagunan Nasional ‘Veteran” Jawa Timur

2.

Bapak DR. Dhani Ichsanudin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Drs. Ec. Gendut . S, MS selaku ketua Jurusan Manajemen Universitas

Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

4.

Bapak Drs. Ec. Supriyono, SE, MM. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini sehingga

dapat terselesaikan dengan baik.

(3)

ii

6.

Bapak dan mama tercinta serta kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan

restu, dukungan dan doanya selama penulis menempuh kuliah sampai dengan

menyelesaikan skripsi.

7.

Teman-teman yang membantu baik berupa waktu, pikiran, maupun dukungan

secara moril dari awal menulis skripsi hingga terselesaikannya skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan berkah, rahmat dan

hidayahNya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini ,

untuk itu penulis menghargai segala bentuk kritik dan saran yang bersifat

membangun karena hal tersebut sangat membantu menghantarkan pada

kesempurnaan skripsi ini.

Surabaya, Juni 2010

(4)

DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR TABEL ……….. vii

DAFTAR GAMBAR ………. ix

DAFTAR LAMPIRAN ………. x

ABSTRAKSI ………. xi

BAB I PENDAHULUAN ………...………... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………..……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……….………….. 7

1.3 Tujuan Penelitian ………..…….. 7

1.4 Manfaat Penelitian ………....……….……. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………...……… 9

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu …...………...….. 9

2.2. Landasan Teori ……… 11

2.2.1. Pengertian Pemasaran ………... 11

2.2.2. Manajemen Pemasaran ……… 12

2.2.3. Konsep Pemasaran ………. 12

2.2.4. Iklan ....……… 15

2.2.4.1. Pengertian Iklan ….. ……… 15

2.2.4.2 Fungsi Periklanan ……… 16

2.2.4.3. Tujuan Periklanan ….……….. 18

2.2.4.4. Media Periklanan ………..……….. 19

2.2.5. Iklan Televisi ……….. 20

(5)

2.2.5.1. Kekuatan Televisi ………... 20

2.2.6. Humor dan Periklanan Humor .……….………. 21

2.2.6.1. Keuntungan Humor Dalam Periklanan ……..……… 22

2.2.6.2. Iklan Humor ……… 23

2.2.7. Celebrity Endorser ……….. 26

2.2.7.1. Pengertian Celebrity Endorser ………...…………. 26

2.2.7.2. Public Figure Sebagai Endorser ……...……….... 28

2.3.

Minat Beli ………. 29

2.3.1. Pengertian Minat Beli ……….. 29

2.3.2. Indikator Minat Beli ……….………... 29

2.3.3. Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Minat Beli Konsumen 30

2.3.4. Pengaruh Iklan Humor Terhadap Minat Beli Konsumen ...…. 30

2.4.

Kerangka Konseptual ………... 32

2.5.

Hipotesis ……….. 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………. 34

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………. 34

3.1.1. Celebrity Endorser…………..……… 34

3.1.2. Iklan Humor ……….……….. 36

3.1.3 Minat Beli …………...……… 37

3.2.

Skala Pemgukuran Variabel………. 38

3.3. Teknik Penentuan Sampel ……… 39

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……….. 41

3.4.1. Jenis Data ……… 41

3.4.2. Sumber Data ……… 41

3.4.3. Pengumpulan Data ……….. 41

(6)

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ….……… 42

3.5.1. Teknik Analisis SEM ………. 42

3.5.2. Asumsi Model (Struktur Equation Model) ………. 44

3.5.3. Pengujian Hipotesis Kausalitas ………...… 46

3.5.4. Pengujian Model dengan One Step Approach ……… 46

3.5.5. Pengujian Model dengan One Step Approach-Modification... 47

3.5.6. Evaluasi Model ……… 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 52

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ..……… 52

4.1.1. Sejarah Singkat Yamaha Motor Indonesia ……… 52

4.1.2 Analisis Karakteristik Responden ….………... 54

4.1.3. Deskripsi Kredibilitas …………..………. 56

4.1.4. Deskripsi Kecocokan dengan Khalayak ……… 57

4.1.5. Deskripsi Kecocokan dengan Merek ……… 58

4.1.6. Deskripsi Daya Tarik ……… 59

4.1.7. Deskripsi Surprise …………...………. 60

4.1.8. Deskripsi Easy of Incongruity Resolution ……… 61

4.1.9. Deskripsi Warmth ………..……….. 62

4.1.10. Deskripsi Minat Beli ……….……… 63

4.2. Analisis Data ………. 64

4.2.1. Evaluasi Outlier ………. 64

4.2.2. Evaluasi Reliabilitas ……… 65

4.2.3. Evaluasi Validitas ……… 67

4.2.4. Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted …….. 68

4.2.5. Evaluasi Normalitas ……… 69

(7)

vi

4.2.6. Analisis Model One-Step Approach to SEM ………. 70

4.2.7. Uji Kausalitas ……….. 73

4.2.8. Analisis Undimensi First Order………..…………. 74

4.2.9. Analisis Undimensi Second Order ………. 74

4.3. Pembahasan ……… 75

4.3.1. Pembentuk Variabel Laten ... 75

4.3.2.

Pembahasan Celebrity Endorser Terhadap Minat Beli ……... 81

4.3.3. Pembahasan Iklan Humor Terhadap Minat Beli ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 83

5.1. Kesimpulan ………. 83

5.2. Saran ……… 83

(8)

Tabel 1.1. Data Penjualan Sepeda Motor Bulan Januari-Juli tahun 2009 ...… 5

Tabel 2.1. Data Penjualan Jupiter MX Tujuh Bulan Pertama Tahun

2009………. 6

Tabel 3.1. Goodness fit index ………. 51

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………... 54

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...……… 54

Tabel 4.3 Karekteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ………... 55

Tabel 4.4 Karekteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ……… 56

Tabel 4.5. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Kredibilitas …….. 56

Tabel 4.6. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Kecocokan dengan

Khalayak ...….……….. 57

Tabel 4.7. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Kecocokan dengan

Merek ………... 58

Tabel 4.8. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Daya Tarik ..…….. 59

Tabel 4.9. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Surprise ………….. 60

Tabel 4.10. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Easy of Incongruity

Resolution ………..…...…... 61

Tabel 4.11. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Warmth ... 62

Tabel 4.12. Frekuensi hasil jawaban responden mengenai Minat Beli …..….… 63

Tabel 4.13. Outlier Data ………..……… 65

Tabel 4.14. Reliabilitas data ……… 66

Tabel 4.15. Validitas data ………...………. 67

Tabel 4.16. Construct reliability dan Variance extracted ………..….. 68

(9)

Tabel 4.19. Evaluasi criteria Goodness of fit indices Model One-Step

Approach-Modifikasi ……… 72

Tabel 4.20. Hasil uji kausalitas ………...……….. 73

Tabel 4.21. Undimensi First Order ………... 74

Tabel 4.22. Undimensi Second Order... 74

Tabel 4.23. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ………...……….. 75

Tabel 4.24. Frekuensi dan Faktor Loading Kredibilitas ………... 75

Tabel 4.25. Frekuensi dan Faktor Loading Kecocokan dengan Khalayak ….... 76

Tabel 4.26. Frekuensi dan Faktor Loading Kecocokan dengan Merek …... 77

Tabel 4.27. Frekuensi dan Faktor Loading Daya Tarik ………….………... 77

Tabel 4.28. Frekuensi dan Faktor Loading Surprise ……….……... 78

Tabel 4.29. Frekuensi dan Faktor Loading Easy of Incongruity Resolution .... 79

Tabel 4.30. Frekuensi dan Faktor Loading Warmth ………..………... 79

Tabel 4.31. Frekuensi dan Faktor Loading Minat Beli ………..…... 80

(10)

Gambar 1.1. Konsep Inti Pemasaran………... 13

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ……… 32

Gambar 4.1. Model Pengukuran & Struktural One Step Approach –

Base Model ………... 71

Gambar 4.2. Model Pengukuran & Struktural One Step Approach-

Modifikasi ……….. 72

(11)

x

LAMPIRAN 1. Kuisioner

(12)

Oleh :

RIZA IKHTIA SARI

ABSTRAKSI

Perkembangan perekonomian saat ini telah tumbuh dengan pesat. Dalam

bidang ekonomi, pemasaran menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam suatu

usaha. Lewat strategi periklanan dalam hal ini PT. Yamaha Kencana Motor

Indonesia selaku produsen produk Jupiter MX ingin mengkomunikasikan

produknya melalui strategi periklanan dengan memilih artis Komeng sebagai

celebrity endorser dan dengan iklan yang bertema humor untuk menarik perhatian

konsumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Celebrity

Endorser dan Iklan Humor terhadap Minat Beli Yamaha Jupiter MX. Ada dua

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Diduga celebrity endorser

berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen. 2. Diduga iklan humor

berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen

Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas yaitu Celebrity Endorser

(X1), Iklan Humor (X2) dan satu variabel terikat yaitu Minat Beli (Y). Dalam

penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari

menyebarkan kuisioner kepada konsumen yang telah melihat tayangan iklan

Yamaha Jupiter MX versi jembatan ambruk, sesuai dengan sampel semua

konsumen Yamaha yang melihat tayangan iklan Yamaha Jupiter MX versi

jembatan ambruk di wilayah rungkut Surabaya timur, jumlah responden sebanyak

102 orang. Teknik pengukuran variabel menggunakan skala interval, dengan

memakai metode perbedaan semantic (semantic differentials scale). Model yang

digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural

Equation Modeling (SEM)

Dari hasil uji kausalitas didapatkan hasil bahwa faktor celebrity endorser

berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen, dan faktor iklan humor

berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen.

Kata Kunci : Celebrity Endorser, Iklan Humor, dan Minat Beli Konsumen

(13)

1

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman yang semakin pesat telah mengalami begitu

banyak perubahan, sehingga saat ini semakin disadari bahwa pemasaran

tidak hanya usaha menjual produk yang dihasilkan oleh perusahaan secara

agresif tetapi lebih dari itu, perusahaan harus memberikan perhatian lebih

untuk menciptakan kepuasan konsumen. Oleh karena itu, perusahaan yang

sukses adalah perusahaan yang berhasil memuaskan pelanggannya,

sehingga tercipta loyalitas terhadap produk yang ditawarkan serta

merupakan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Tetapi tentu saja

hal tersebut tidak mudah dilakukan mengingat persaingan yang semakin

ketat antara para produsen untuk merebut dan menguasai pasar. Dengan

adanya persaingan tersebut, perusahaan harus menetapkan strategi

pemasaran yang tepat dan efektif mulai dari mencari produk apa yang

menjadi kebutuhan konsumen sampai setelah produk itu terjual.

Menyadari akan hal tersebut, jelas bahwa pemasaran merupakan salah satu

kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya bermula dari perkembangan serta mendapatkan

laba dan dapat memperkuat posisi dalam menghadapi perusahaan pesaing.

Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk

(14)

kegiatan periklanan, selain menyediakan informasi mengenai produk juga

berfungsi untuk mempersuasi potential buyer atas produk yang

ditawarkan. Secara sederhana pengertian periklanan dapat

diidentifikasikan sebagai berikut : “Segala biaya yang harus dikeluarkan

sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi non pribadi dalam

bentuk gagasan, barang, dan jasa.” (Kotler, Armstrong, 2001:153) dan

menurut Institut praktisi Periklanan inggris mendefinisikan istilah tersebut

sebagai berikut :“Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang

paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling

potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya

semurah-murahnya.”(Jefkins, 1995:5). Dengan adanya iklan diharapkan konsumen

tertarik terhadap suatu produk atau jasa untuk mengadakan pembelian

terhadap produk atau jasa yang baru atau mengadakan pembelian ulang

untuk produk atau jasa yang telah dikenal. Adapun beberapa media iklan

yang digunakan : media radio, televisi, majalah, surat kabar dan lain-lain.

Salah satu media elektronik yang efektif adalah televisi. Media televisi

saat ini menarik perhatian perusahaan untuk mengiklankan produknya

karena mampu menjangkau wilayah secara nasional. Agar sebuah iklan

dapat efektif perlu dirancang sedemikian rupa dan dilakukan melalui

media yang tepat agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima serta

dimengerti dan menjangkau pelanggan sasaran. Dibutuhkan suatu

pendekatan pada deferensiasi periklanan dan salah satu yang dapat

(15)

Selebriti dipandang sebagai individu yang digemari oleh

masyarakat dan memiliki keunggulan atraktif yang membedakannya dari

individu lain, sehingga terkadang hanya sekedar kharisma hingga

perkataan yang diucapkan seorang selebriti mampu mempengaruhi

seseorang untuk berhenti dan mengarahkan perhatian kepadanya.

“Menurut definisi, selebriti adalah tokoh (aktor, penghibur, atau atlet)

yang dikenal masyarakat karena prestasinya di dalam bidang-bidang yang

berbeda dari golongan produk yang didukung” (Shimp, 2003:460).

Penggunaan selebriti sebagai endorser atau pendukung dalam kegiatan

promosi sudah berlangsung cukup lama. Oleh karena itu, dengan

menggunakan selebriti sebagai endorser dipercaya dapat mempengaruhi

minat beli konsumen yang kemudian dapat mendongkrak penjualan

produk.

Menurut Ohanian (1991), mengemukakan bahwa hanya selebriti

yang dipersepsikan dengan keahlian dibidangnya, yang secara signifikan

mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk. Sedangkan

menurut O'Mahony dan Meenaghan (1998) dalam Sukmawati dan Suyono

(2005), mengemukakan bahwa karakteristik selebriti sebagai endorser

produk berpengaruh besar pada minat beli konsumen.

Perlu adanya ide kreatif agar dapat membuat suatu iklan yang

tepat. Adapun para peneliti menemukan bahwa unsur humor yang sukses

sebagai alat komunikasi dalam periklanan di Amerika juga dapat sukses di

(16)

pemasar internasional untuk dapat mempelajari aspek-aspek komunikasi

humor yang dapat di terima secara global, namun harus disesuaikan

dengan kebutuhan lokal.

Menurut Shimp (2003:471) para pengiklan beralih menggunakan

humor dengan harapan akan bisa mencapai berbagai tujuan komunikasi

untuk memperoleh perhatian, membimbing pemahaman konsumen tentang

penyataan-pernyataan produk, mempengaruhi sikap, meningkatkan

reliabilitas dan pernyataan yang diiklankan, dan akhirnya menciptakan

tindakan pembelian oleh pelanggan. Sedangkan menurut Sutisna

(2002:282) mendefinisikan iklan humor adalah iklan yang menggunakan

humor sebagai daya tarik iklan agar membuat penerima pesan memperoleh

mood yang positif sehingga probabilitas penerimaan pesan secara baik

akan lebih besar, dan sikap positif akan melahirkan minat membeli.

Penelitian ini mengambil iklan pada media televisi yang cukup

populer yaitu iklan humor “Jupiter MX” dengan menggunakan selebriti

endorser “komeng” versi “Jembatan Ambruk”. Yamaha Jupiter MX

merupakan motor bebek berkapasitas mesin paling besar diantara motor

bebek lainnya yaitu 135 cc dengan berbahan bakar irit serta kelebihan

pada kecepatan, akselerasi, dan handling. Yamaha Jupiter MX ditujukan

pada segmen pria karena kapasitas mesin yang dimilikinya, dengan harga

Rp. 15.630.000 serta kepada mereka usia dewasa tetapi berjiwa muda,

mulai dari usia 25 tahun sampai 40 tahun dikarenakan usia tersebut

(17)

iklan Yamaha Jupiter MX ini menampilkan komeng sebagai celebrity

endorser yang menggambarkan sifat yang humoris. Terdapat banyak versi

dalam iklan Yamaha Jupiter MX, dalam penelitian kali ini diambil versi

“Jembatan Ambruk” dimana tampil si Komeng yang mengendarai Jupiter

MX menerobos ditengah-tengah acara desa cibebek, seperti biasa, karena

kecepatannya, beberapa bangunan di desa cibebek termasuk jembatan dan

menara air, jadi ambruk, baju si komeng juga sobek tercabik-cabik.

Maksud dari iklan versi “Jembatan Ambruk’ tersebut adalah kecepatan

Yamaha Jupiter MX dan alur cerita yang lucu disertai dengan aksi humor.

Idenya menarik dan dapat menghibur serta menarik perhatian konsumen

yang melihat tayangan iklan tersebut dikarenakan mengundang tawa

sehingga konsumen dapat dengan mudah mengingat iklan tersebut.

Dengan adanya iklan tersebut diharapkan dapat mendongkrak penjualan

tetapi pada tahun 2009 Yamaha belum mampu mengalahkan pesaing

utamanya, seperti yang terlihat dibawah ini :

Tabel 1.1 : Tabel data penjualan sepeda motor bulan Januari-Juli

tahun 2009

Merek Total Penjualan Presentase

Honda 1.698.558 45.74%

Yamaha 1.683.778 45.34%

Suzuki 293.440 7.9%

Kawasaki 37.021 1.02 %

(18)

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya dua perusahaan

yang bersaing secara signifikan di tahun 2009. Yamaha yang menjual

produknya sebesar 1.683.778 atau sekitar 45.34% mengalami penurunan

penjualan terutama jenis Jupiter MX.

Penurunan penjualan Yamaha khususnya Jupiter MX diduga oleh

celebrity endorser dan humor yang terdapat dalam iklan tersebut, sehingga

Yamaha sangat meyakini bahwa perlu adanya pembenahan pada celebrity

endorser dan humor yang terdapat dalam iklan agar dapat meningkatkan

penjualan produk. Hal tersebut dibuktikan dengan data penjualan dibawah

ini :

Tabel 1.2 : Tabel data penjualan Yamaha Jupiter MX selama tujuh

bulan pertama tahun 2009

Data : AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) Sumber : www.detikOto.com

Berdasarkan uraian diatas, menarik minat peneliti untuk melakukan

penelitian tentang celebrity endorser dan iklan humor mempengaruhi

Bulan Total Penjualan

Januari 18.726 unit

Februari 17.323 unit

Maret 17.754 unit

April 15.368 unit

Mei 18.814 unit

Juni 16.251 unit

(19)

minat beli konsumen. Sehingga penelitian ini mengambil judul “Analisis

Pengaruh Celebrity Endorser dan Iklan Humor Yamaha Jupiter MX

Versi Jembatan Ambruk terhadap Minat Beli Konsumen di

Surabaya”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan

pada penelitian ini adalah :

1. Apakah Celebrity Endorser pada iklan Yamaha Jupiter MX

berpengaruh terhadap minat beli konsumen di Surabaya?

2. Apakah iklan humor Yamaha Jupiter MX berpengaruh terhadap minat

beli konsumen di Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh Celebrity Endorser terhadap minat

beli konsumen di Surabaya

2. Untuk menganalisis pengaruh iklan humor Yamaha Jupiter MX

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam ilmu pengetahuan di bidang

pemasaran dan sebagai salah satu bekal selain teori yang di dapat selama

perkuliahan pada penerapannya di dunia riil.

b. Bagi Peneliti Mendatang

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi pembaca kajian

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan celebrity endorser,

iklan humor, dan minat beli konsumen adalah sebagai berikut :

a. “Analisis Pengaruh Karakteristik Bintang Idola Iklan (Celebrity

Endorser) Terhadap Minat Beli Konsumen Sebuah Merek

Multivitamin” (Studi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret) yang diteliti oleh Andriastika Sukmawati dan Joko

Suyono dalam jurnal Fokus Manajerial Vol.3 No.1 Tahun 2005.

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil

pengujian secara parsial, thitung menunjukkan bahwa karakteristik

bintang idola iklan yang paling dominan pengaruhnya terhadap minat

beli konsumen multivitamin adalah attraction yaitu sebesar 9,853 dan

dari hasil uji Ftabel adalah 2,46 jadi dari hasil tersebut dapat dikatakan

bahwa Visibility, Credibility, Attraction, dan Power berpengaruh

secara bersama-sama terhadap minat beli konsumen multivitamin yang

dibintangi oleh seseorang bintang iklan.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Andriastika Sukmawati dan

Joko Suyono dengan penelitian ini adalah obyek penelitian dan analisis

(22)

Suyono menggunakan analisis regresi berganda sedangkan penelitiaan

saat ini menggunakan analisis Structural Equation Modelling (SEM).

b. “Pengaruh Iklan Humor di Televisi terhadap Brand Image Produk”

yang diteliti oleh Edi Sukamto dalam jurnal Manajemen dan Bisnis

Vol.6 No.1 Tahun 2008. Latar belakang dari penelitian ini adalah

penggunaan promosi yang menuntut perusahaan untuk kreatif yang

salah satunya adalah periklanan, penggunaan emotional appeals

semakin marak, hal ini dapat dilihat pada iklan-iklan dalam berbagai

media. Humor merupakan salah satu emotional appeals yang paling

sering digunakan dalam iklan. Populasi dalam penelitian ini adalah

individu-individu yang telah melihat tayangan iklan humor diwilayah

Sidoarjo kota. Pengambilan sampel menggunakan metode non

probability sampling, dengan banyaknya responden sebanyak 100

responden dan model yang digunakan dalam menganalisis data yaitu

analisis regresi linier berganda. Perbedaan penelitian yang dilakukan

Edi Sukamto dengan penelitian ini adalah teknik analisis yang

digunakan adalah analisis structural equation models (SEM) dan

variabel dependen yang digunakan adalah minat beli konsumen,

sehingga diharapkan dapat sebagai pembanding dari hasil pengujian

(23)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Pemasaran

Saat ini dunia usaha mengalami perkembangan dan persaingan

yang ketat, oleh sebab itu peranan pemasaran sangatlah penting.

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang harus dilakukan

oleh para pengusaha dalam menjalankan usahanya, agar dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya dan untuk memperoleh

keuntungan yang sebesar-besarnya. Adapun beberapa defenisi dari

pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu :

Menurut Kotler dan Armstrong (2001:7) definisi dari pemasaran adalah :

“Pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang membuat

individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan

inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai

dengan orang lain.”

Sedangkan defenisi pemasaran menurut Lamb, Hair, dan Mc Daniel

(2001:6) “Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan

konsep harga, promosi, dan ditribusi sejumlah ide, barang, dan jasa untuk

menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan

organisasi.”

Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran

adalah suatu interaksi yang berusaha menciptakan hubungan pertukaran

(24)

2.2.2 Manajemen Pemasaran

Pemasaran merupakan kegiatan inti dari tiap perusahaan sehingga

perlu adanya pengelolaan dan koordinasi secara baik serta professional,

oleh sebab itu diperlukan manajemen pemasaran. Kotler, menyatakan

pengertian manajemen pemasaran sebagai berikut :

“Manajemen Pemasaran adalah analisis, perencanaan,

implementasi, dan pengendalian dari program-program yang dirancang

untuk menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang

menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan

perusahaan.” (Kotler dan Armstrong, 2001:18)

Sedangkan menurut Ben M. Enis yang dikutip oleh Alma (2004 :

130) manajemen pemasaran adalah proses untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh individu atau

oleh perusahaan.

Dari definisi tersebut mengandung arti bahwa manajemen

pemasaran sebagai suatu proses yang meningkatkan efisiensi pengeluaran

atau biaya yang digunakan bertujuan untuk menghasilkan kepuasan bagi

pihak-pihak yang terlibat.

2.2.3 Pengertian Konsep Pemasaran

Menurut Kotler (2001:23) konsep pemasaran adalah falsafah

manajemen pemasaran mengatakan untuk mencapai tujuan organisasi

(25)

(target market) dan memuaskan pelanggan secara lebih efektif dan efisien

daripada yang dilakukan oleh pesaing.

Gambar 1.1

Konsep Inti Pemasaran

a. Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan

Kebutuhan adalah suatu pernyataan dari perasaan kekurangan.

Keinginan adalah kebutuhan manusia yang dibentuk oleh budaya dan

kepribadian seseorang.

Permintaan adalah keinginan manusia yang didukung oleh daya beli.

(Kotler dan Armstrong, 2001:8).

b. Produk dan Jasa

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat

memuaskan keinginan atau kebutuhan.

Jasa adalah segala aktivitas atau manfaat yang dapat ditawarkan oleh

suatu kelompok kepada yang lainnya, yang pada dasarnya tidak nyata

dan tidak berakibat pada kepemilikan apapun. (Kotler dan Armstrong,

2001:11).

Produk, Jasa Kebutuhan,

keinginginan, permintaan

Nilai, Kepuasan,

Mutu

Pasar Pertukaran,

transaksi, hubungan

(26)

c. Nilai, Kepuasan, dan Mutu

Nilai adalah selisih antara nilai yang diperoleh pelanggan dengan

memiliki dan menggunakan suatu produk dengan biaya yang

dikeluarkan untuk memperolehnya. (Kotler dan Armstrong, 2001:12).

Kepuasan adalah suatu tingkatan dimana perkiraan kinerja produk

sesuai dengan harapan pembeli. (Kotler dan Armstrong, 2001:13).

Mutu menurut The American Society For Quality Control (Lembaga

pengendalian mutu di AS) mendefinisikan mutu sebagai sifat dan

karakteristik total dari sebuah produk atau jasa yang berhubungan

dengan kemampuannya memuaskan kebutuhan pelanggan. (Kotler dan

Armstrong, 2001:13).

d. Pertukaran, Transaksi, dan Hubungan

Pertukaran adalah suatu tindakan untuk memperoleh obyek yang

diharapkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai

penggantinya. (Kotler dan Armstrong, 2001:13).

Transaksi adalah perdagangan antara dua pihak yang melibatkan: paling

sedikit dua bentuk nilai, persetujuan mengenai kondisi, persetujuan

mengenai waktu, persetujuan mengenai tempat. (Kotler dan Armstrong,

2001:14).

Hubungan pemasaran adalah proses menciptakan, memelihara, dan

meningkatkan hubungan timbal balik dengan pelanggan dan pihak lain

(27)

e. Pasar

Pasar adalah seperangkat pembeli aktual dan potensial dari sebuah

produk. (Kotler dan Armstrong, 2001:15).

2.2.4 Iklan

2.2.4.1 Pengertian Iklan

Institut periklanan inggris mendefinisikan istilah tersebut sebagai

berikut: periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling

persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial

atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang

semurah-murahnya. (Jefkins, 1995:5).

Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2001:153). Periklanan

adalah “Segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan

persentasi dan promosi non pribadi dalam bentuk gagasan, barang, atau

jasa”.

Jadi, iklan sebagai salah satu bagian dari komunikasi

pemasaran, merupakan suatu bentuk komunikasi massa dan dibiayai oleh

sponsor, dalam hal ini perusahaan produsen barang atau jasa, yang di

dalamnya menyediakan informasi mengenai produk atau jasa yang

dihasilkan, bersifat persuasif sehingga membangkitkan minat beli dari

(28)

2.2.4.2 Fungsi Periklanan

Fungsi Periklanan adalah sebagai berikut (Shimp, 2003:357)

1. Informing (Memberi Informasi)

Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru,

mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta

memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. Karena merupakan

suatu bentuk komunikasi yang efektif, berkemampuan menjangkau

khalayak luas dengan biaya per kontak yang relative rendah,

periklanan memfasilitasi pengenalan (introduction) merek-merek baru

meningkatkan jumlah permintaan terhadap merek yang telah ada, dan

meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen (TOMA –

top of mind awareness) untuk merek-merek yang sudah ada dalam

kategori produk yang matang. Periklanan menampilkan peran

informasi bernilai lainnya, baik untuk merek yang diiklankan maupun

konsumennya, dengan mengajarkan manfaat-manfaat baru dari

merek-merek yang telah ada.

2. Persuading (Mempersuasi)

Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan

untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Terkadang, persuasi

berbentuk mempengaruhi permintaan primer, yakni menciptakan

permintaan bagi keseluruhan kategori produk. Lebih sering, iklan

berupaya untuk membangun permintaan sekunder, permintaan bagi

(29)

3. Reminding (Mengingatkan)

Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para

konsumen. Saat kebutuhan muncul, yang berhubungan dengan produk

yang diiklankan, dampak periklanan di masa lalu memungkinkan

merek pengiklan untuk hadir di benak konsumen sebagai suatu

kandidat merek yang akan dibeli. Periklanan yang efektif juga

meningkatkan minat konsumen terhadap merek yang sudah ada dan

pembelian sebuah merek yang mungkin tidak akan dipilihnya.

Periklanan, lebih jauh, didemonstrasikan untuk mempengaruhi

pengalihan merek (brand switching) dengan mengingatkan para

konsumen yang akhir-akhir ini belum membeli suatu merek yang

tersedia dan mengandung atribut-atribut yang menguntungkan.

4. Adding Value (Memberikan Nilai Tambah)

Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi

persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek

dipandang sebagai lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi, dan

lebih unggul dari tawaran pesaing.

5. Assisting (Bantuan untuk Upaya Lain Perusahaan)

Pada saat-saat lainnya, peran utama periklanan adalah sebagai

pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan

dalam proses komunikasi pemasaran. Peran penting lain dari

(30)

proses penjualan produk-produk perusahaan dan memberikan

pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga sebelum melakukan kontak

personal dengan para pelanggan yang prospektif. Terlebih lagi, iklan

melegitimasi atau membuat apa yang dinyatakan (klaim) oleh

perwakilan penjualan menjadi lebih kredibel (lebih dapat dipercaya).

Periklanan juga meningkatkan hasil dari komunikasi pemasaran

lainnya, dan selain itu periklanan juga bisa meningkatkan efektivitas

dari transaksi harga. Jadi dapat dikatakan bahwa periklanan

mempunyai fungsi bisnis yang teramat penting bagi perusahaan,

sebagai suatu bentuk komunikasi yang efektif dalam memberikan

informasi dan memepengaruhi benak konsumen sehingga melakukan

pembelian atas produk yang ditawarkan.

2.2.4.3 Tujuan Periklanan

Menurut Shimp (2003:365).Tujuan-tujuan periklanan (advertising

objectives) adalah tujuan-tujuan yang diupayakan untuk dicapai oleh

periklanan. Penyusunan tujuan periklanan yang baik merupakan tugas

yang paling sulit dari manajeman periklanan, namun tujuan-tujuan tersebut

menjadi fondasi bagi seluruh keputusan periklanan yang ditetapkan.

Terdapat tiga alasan utama mengapa sedemikian esensialnya untuk

menyusun tujuan-tujuan periklanan terlebih dahulu sebelum membuat

keputusan yang berhubungan dengan seleksi pesan dan penetapan media,

(31)

a. Tujuan-tujuan periklanan merupakan ekspresi dari konsensus

manajemen. Proses penyusunan tujuan benar-benar memaksa

personil puncak dibidang pemasaran dan periklanan untuk

menyepakati bahwa periklanan suatu merek akan dilakukan sesuai

periode yang direncanakan sebagaimana tuga-tugas yang harus

dicapainya untuk suatu merek yang spesifik.

b. Penyusunan tujuan memandu aspek-aspek penganggaran, pesan,

dan media dari strategi periklanan suatu merek. Tujuan-tujuan

yang telah ditetapkan itu menentukan berapa banyak uang yang

harus dihabiskan serta memberikan panduan bagi jenis-jenis

strategi pesan dan pilihan media yang diperlukan untuk mencapai

tujuan-tujuan komunikasi pemasaran merek.

c. Tujuan-tujuan periklanan menyadiakan standar-standar sehingga

hasil-hasil periklanan dapat diukur. Sebagaimana akan dijelaskan

kemudian, tujuan-tujuan yang baik menetapkan, standar

perbandingan yang bersifat kuantitatif dan pasti terhadap apa yang

diharapkan yang hendak dicapai oleh suatu iklan. Hasil-hasil

berikutnya kemudian bisa dibandingkan dengan standar-standar

tersebut untuk menentukan apakah periklanan sudah mencapai

tujuan.

2.2.4.4 Media Periklanan

Iklan sebagai suatu bentuk promosi yang bertujuan memberikan

(32)

masyarakat, sebagai bentuk dari komunikasi massa, periklanan yang

dilakukan oleh sponsor tersebut juga bersifat massa sehingga

menggunakan media massa seperti radio, televisi, surat kabar, papan

nama, majalah dan sebagainya. Menurut Tjiptono (1997:271) Media

adalah sarana komunikasi yang dipakai untuk menyampaikan dan

menyebarluaskan pesan-pesan iklan, antara lain radio, televisi, bioskop,

surat kabar, majalah, papan iklan, pos langsung, petunjuk penjualan,

selebaran, pengantar penawaran, dan alat peraga.

2.2.5 Iklan Televisi

Menurut Shimp (2003:529) Televisi secara praktis ada

dimana-mana, di Amerika Serikat dan di seluruh bagian dunia industri. Sebagai

media periklanan, keunikan televisi adalah sangat personal dan

demonstratif, tetapi juga mahal dan dianggap sebagai penyebab

ketidakteraturan (clutter) dalam persaingan.

2.2.5.1 Kekuatan Televisi

Periklanan di televisi mempunyai sejumlah kekuatan (Shimp, 2003:535) :

a. Mendemonstrasikan penggunaan produk

Tidak ada media lain yang dapat menjangkau konsumen secara

serempak melalui indera pendengaran dan penglihatan.

b. Muncul tanpa diharapkan

Iklan televisi menggunakan indra seseorang dan menarik perhatiannya

(33)

c. Memberikan hiburan dan menghasilkan kesenangan

Produk-produk yang diiklankan dapat dihidupkan atau ditampilkan

lebih besar dari aslinya. Produk-produk yang diiklankan ditelevisi

dapat didramatisir dan ditayangkan lebih menggairahkan dan kurang

lazim dari keadaan sesungguhnya.

d. Menjangkau para konsumen satu persatu

Pada saat seorang pembicara atau pendukung (endorser) mendukung

keunggulan suatu produk tertentu. Seperti presentasi penjualan

perorangan, interaksi antara pembicara dan konsumen, terjadi pada

tingkat perorangan.

e. Dapat menggunakan humor

Sebagai strategi periklanan yang efektif, banyak iklan-iklan yang

paling diingat adalah iklan yang menggunakan format humor.

f. Efektif dengan tenaga penjualan perusahaan dan perdagangan.

Para penjual akan lebih mudah untuk menjual merek-merek baru atau

yang telah ada kepasar bila kampanye periklanan utama telah disusun.

g. Kemampuan untuk mencapai dampak yang diinginkan

Dampak adalah mutu/media periklanan yang mengaktifkan kesadaran

konsumen dan ”mengaktifkan ingatannya untuk menerima pesan

(34)

2.2.6 Humor dan Periklanan Humor

Di dalam kamus modern Bahasa Indonesia, Humor di definisikan

sebagai ”kualitas dan kemampuan menggelikan atau sebagai keadaan

pikiran, sikap, suasana hati dan semangat”. Humor kemudian mengalir

mengakibatkan karakteristik dasar ekspresi individu, emosi dan semangat.

Anton prawironegoro (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern,

2005:276)

Menurut Shimp (humor dalam periklanan, 2006.

www.erlangga.com) Humor adalah bahasa universal, sedangkan dalam

wikipedia indonesia humor diartikan sebuah cerita pendek yang

menceritakan suatu kejadian yang lucu dengan harapan dapat membuat

pembacanya tertawa. Kelucuan sebuah humor dapat disebabkan oleh

beberapa hal, misalnya kelakuan para pelaku, kejadian yang umum akan

tetapi diplesetkan, kritik terhadap keadaan, kebodohan, kesalahpengertian,

benturan antar budaya dan hal-hal lain. (www.wikibook.com).

Humor adalah State. Humor adalah kemampuan yang diduga

hanya dikembangkan oleh Manusia. Humor melibatkan aktifitas fisik,

emosi, dan terlebih adalah pemikiran. Humor menggunakan pemikiran

lateral yang juga digunakan dalam pembuatan karya-karya kreatif dan

pengalaman para penemu. Humor punya silogisme tersendiri. Dalam

humor ada ketimpangan, ada kesenjangan, ada loncatan, ada kekurangan,

ada kontradiksi, ada kekagetan, ada keterkejutan, ada wawasan, ada

(35)

2.2.6.1 Keuntungan Humor dalam Periklanan

Menurut Weinberger dan Gulas (1992), keuntungan humor dalam

periklanan adalah:

1. Humor attracts attention

Humor dalam periklanan, biasa dipakai untuk menarik perhatian

pemirsa atau penonton.

2. Humor does not harm comprehension

Humor tidak memiliki efek negative apabila digunakan di dalam

periklanan. Bahkan, humor dapat mempermudah dalam memberikan

pemahaman dari iklan.

3. Humor enhances liking

Humor dapat meningkatkan mood positif. Suasana hati sangat

berpengaruh dalam penerimaan dari tujuan periklanan.

4. Related humor is superior to unrelated humor

Iklan yang menggunakan humor lebih unggul bila dibandingkan

dengan iklan yang tidak menggunakan humor

5. The nature of the product affects the appropriateness of a humor

treatment

Penggunaan humor dalam periklanan dapat menunjukan iklan yang

dimaksud terlihat lebih alami.

2.2.6.2 Iklan Humor

Iklan Humor didefinisikan berbeda di berbagai negara, yang

(36)

Selain perbedaan demografis dalam daya respons terhadap humor, bukti

riset juga menunjukkan bahwa iklan yang bersifat humor hanya bila

evaluasi konsumen terhadap merek yang diiklankan sudah positif. Bila

evaluasi terdahulu adalah negatrif terhadap merek yang diiklankan, iklan

yang bersifat humor akan kurang efektif dibandingkan iklan non humor.

Hasil temuan ini mempunyai pengimbang di dalam hubungan antarpribadi:

Bila kita menyukai seseorang, Anda akan cenderung untuk menganggap

humornya lucu, daripada bila Anda tidak menyukai orang tersebut. Namun

Sutisna (2002:282) mendefinisikan iklan humor adalah iklan yang

menggunakan humor sebagai daya tarik iklan agar membuat penerima

pesan memperoleh mood positif, sehingga probabilitas penerimaan pesan

secara baik akan lebih besar dan sikap positif akan melahirkan minat

membeli.

Menurut Speck (1991). Berdasarkan sejumlah penelitian yang

pernah dilakukan terkait dengan humor pada iklan membuktikan

bahwasanya penggunaan humor sangat berpengaruh secara dramatis dalam

proses evaluasi konsumen terhadap konten-konten humor.

Menurut Alden, Mukherjee, dan Hoyer (2000) humor yang

dirasakan oleh konsumen (perceived humor) dalam iklan meliputi:

1. Surprise (kejutan)

Surprise merupakan suatu perasaan yang timbul disebabkan oleh

adanya suatu keadaan yang terjadi secara tiba-tiba atau diluar

(37)

a. Perubahan Psikologis secara spesifik adalah perubahan sikap

secara tiba-tiba yang membuat konsumen terkejut

b. Pola perilaku adalah ekspresi seseorang yang timbul diluar dugaan.

2. Ease of incongruity resolution (kemudahan dalam memahami

pemecahan yang ganjil)

Keganjilan-keganjilan dalam iklan tidak jarang menimbulkan

kerumitan tersendiri bagi penonton, sehingga humor pada iklan

yang semula bertujuan untuk mendapatkan perhatian penonton

menjadi tersamar dan justru menyerang balik perusahaan dengan

citra yang negatif (Weinberger dan Gulas, 1992). Indikatornya :

a. Iklan mudah dimengerti.

b. Setelah melihat iklan membuat konsumen berkeinginan untuk

membeli.

3. Warmth (kehangatan)

Menurut Homby (1995), warmth adalah suatu perasaan (feelings)

yang menunjukkan afeksi atau sikap bersahabat atas suatu kondisi.

Penelitian yang dilakukan oleh Edell dan Burke (1987)

menemukan bahwasanya feelings of warmth yang secara berkala

ditimbulkan oleh iklan, dapat memberikan pengaruh yang kuat

terhadap ad liking, brand beliefs, brand attitudes, dan purchase

likelihood. Indikatornya :

a. Tayangan iklan dapat melibatkan emosi penonton.

(38)

2.2.7 Celebrity Endorser

2.2.7.1 Pengertian Celebrity Endorser

“Menurut definisi, selebriti adalah tokoh (aktor, penghibur, atau

atlet) yang dikenal masyarakat karena prestasinya di dalam bidang-bidang

yang berbeda dari golongan produk yang didukung.” (Shimp, 2003:460)

Penggunaan selebriti sebagai endorser (pendukung) dalam iklan

suatu produk dipercaya dapat mendongkrak penjualan. Pasalnya, selain

meningkatan brand awareness, sang selebriti juga sekaligus mewakili

kepribadian merek yang mereka bawakan dan diharapkan dapat mendekati

target konsumen dengan baik Menurut Shimp (2003:457), asosiasi

berulang dari suatu merek dengan seorang selebriti akhirnya membuat

konsumen berpikir bahwa mereka tersebut memiliki sifat-sifat menarik

yang serupa dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh si selebriti. Lebih umum

lagi, para konsumen mungkin menyukai merek hanya karena mereka

menyukai selebriti yang mendukung produk tersebut. Pada saat ini sudah

banyak perusahaan di Indonesia yang menggunakan selebriti dalam

menyampaikan pesan-pesan iklan dari produk yang mereka hasilkan.

Mulai dari bintang televisi, aktor film, para atlet terkenal dan lain

sebagainya digunakan secara luas di dalam iklan-iklan di majalah, radio

dan iklan di televisi untuk mendukung produk. Iklan haruslah

menampilkan sesuatu yang mudah di ingat, dan salah satu cara yang dapat

digunakan adalah dengan menggunakan selebriti, yang selanjutnya dapat

(39)

Meskipun begitu besar pengaruh dari penggunaan selebriti sebagai

endorser suatu produk, tetapi tidak semua dapat mencapai hasil yang

sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu

diperhatikan berbagai aspek dalam penentuan selebriti sebagai endorser.

2.2.7.2 Public Figure sebagai Endorser

Menurut Shimp (2003:460), para public figure digunakan secara

luas didalam iklan-iklan di majalah, di radio, dan di televisi sebagai

product endorser. Para public figure banyak diminta sebagai juru bicara

produk. Kemungkinan, sebagai 1/4 dari semua iklan menggunakan

dukungan public figure.

Para pengiklan dan biro-biro iklan bersedia membayar harga yang

tinggi kepada kaum public figure tersebut yang disukai dan dihormati oleh

khalayak yang menjadi sasaran dan yang diharapkan akan mempengaruhi

sikap dan perilaku konsumen yang baik terhadap produk yang didukung.

Menurut Shimp (2003:464) ada beberapa dimensi yang

dipertimbangkan dalam menyeleksi public figure sebagai endorser, yaitu :

1. Kredibilitas

Kemampuan dan prestasi seseorang yang dapat dipercaya untuk

meyakinkan orang lain. Memiliki kesan yang positif di mata

masyarakat juga harus ada. Indikatornya :

a. Keahlian adalah kemampuan selebriti dalam menarik simpati

(40)

b. Ketrampilan adalah tingkat kreativitas bintang iklan tersebut dalam

membintangi suatu iklan.

2. Kecocokan dengan khalayak

Penampilan yang disukai oleh khalayak. Indikatornya :

a. Berjiwa muda adalah semangat yang dimiliki bintang iklan yang

seperti anak muda.

b. Humoris adalah sikap dari bintang iklan yang suka bercanda dalam

iklan tersebut.

3. Kecocokan dengan merek

Seseorang yang mempunyai citra, nilai dan perilaku yang sesuai

dengan kesan yang diinginkan untuk merek yang diiklankan.

Indikatornya :

a. Gaul adalah mengikuti perkembangan mode dan bahasa dalam

membintangi suatu iklan.

b. Enak dilihat adalah proporsi penampilan dan kostum yang sesuai

dalam iklan tersebut.

4. Daya tarik

Sesuatu yang menonjol dari seseorang yang disukai oleh orang lain

yang meliputi sikap dan fisik. Indikatornya :

a. Menjadi inspirasi konsumen yang membeli produk, hal tersebut

dikarenakan setelah konsumen melihat iklan tersebut.

(41)

2.3 Minat Beli

2.3.1 Pengertian Minat Beli

Menurut Howard (1994:41), ” Intention to buy is defined as a mental state

that reflects the buyer’s plan to buy some specified number of unit a

particular brand in some specified time period.” Minat untuk membeli

didefinisikan sebagai keadaan mental yang merefleksikan rencana pembeli

untuk membeli suatu jumlah merek tertentu pada waktu tertentu. Secara

singkat minat beli dapat diartikan sebagai rencana pembelian.

2.3.2 Indikator Minat Beli

Minat beli konsumen dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat menjadi

pemicu timbulnya minat beli. Rangsangan-rangsangan diupayakan

pemasar untuk membuat produk yang menarik dengan tujuan untuk

menarik konsumen. Karena itu, seorang pemasar harus menyediakan

sesuatu yang khusus stimulasi yang menarik perhatian konsumen. Menurut

Ferdinand (2006:242) indikator dari minat beli konsumen yaitu:

1. Intensitas pencarian informasi

Seseorang yang intens mencari informasi mengenai suatu produk

2. Keinginan segera membeli

Seseorang yang berkeinginan segera membeli atau memiliki suatu

produk yang diinginkan.

3. Keinginan Preferensial

Produk tertentu inilah yang diinginkan seseorang bersedia

(42)

2.3.3 Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Minat Beli Konsumen

Menurut Shimp (2003:460), Celebrity endorser dapat

mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen, maka kualitas akan

meningkat dan secara tidak langsung minat para konsumen untuk membeli

produk tersebut akan timbul.

Menurut Ohanian (1991), mengemukakan bahwa hanya selebriti

yang dipersepsikan dengan keahlian dibidangnya, yang secara signifikan

mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk.

Menurut O'Mahony dan Meenaghan (1998), mengemukakan

bahwa karakteristik selebriti sebagai endorser produk berpengaruh besar

pada minat beli konsumen.

Berdasarkan pengertian diatas maka celebrity endorser yang

berkarakteristik serta image baik yang mengacu pada pengetahuan,

pengalaman, keterampilan dan mempunyai keahlian di bidangnya

sehingga dapat menggugah emosi serta sikap dan perilaku konsumen

untuk membeli produk yang didukungnya. Maka apabila selebriti yang

digunakan sesuai dengan produk yang diiklannkan akan dapat

mempengaruhi minat konsumen untuk membeli serta meningkatkan

penjualan produk.

2.3.4 Pengaruh Iklan Humor Terhadap Minat Beli Konsumen

Menurut Shimp (2003:471) para pengiklan beralih menggunakan

(43)

untuk memperoleh perhatian, membimbing pemahaman konsumen tentang

penyataan-pernyataan produk, mempengaruhi sikap, meningkatkan

reliabilitas dan pernyataan yang diiklankan, dan akhirnya menciptakan

tindakan pembelian oleh pelanggan. Bila dilakukan dengan benar dan pada

keadaan yang tepat, humor dapat merupakan teknik periklanan yang

sangat efektif. Maka iklan humor dapat mempengaruhi konsumen untuk

membeli produk yang diiklankan.

Menurut Sutisna (2002:282) mendefinisikan iklan humor adalah

iklan yang menggunakan humor sebagai daya tarik iklan agar membuat

penerima pesan memperoleh mood yang positif sehingga probabilitas

penerimaan pesan secara baik akan lebih besar, dan sikap positif akan

melahirkan minat membeli.

Dari pendapat yang disampaikan oleh para ahli dapat diartikan

bahwa penggunaan humor dalam iklan dapat menarik perhatian konsumen

serta memberikan pemahaman terhadap produk sehingga penyampaian

dan penerimaan pesan dapat diterima dengan baik oleh konsumen maka

(44)

2.4 Kerangka Konseptual

Celebrity Endorser

(X1)

Iklan Humor

(X2)

Minat Beli

(Y) Kecocokan

dengan khalayak Kredibilitas

Kecocokan dengan

merek

Daya tarik

Surprise

Easy of incongruity

resolution

(45)

2.5 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga celebrity endorser berpengaruh positif terhadap minat beli

konsumen

2. Diduga iklan humor berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Untuk memperoleh gambaran yang jelas, serta lebih dapat

memahami isi dan agar definisi yang digunakan di dalam penelitian ini

dapat diukur serta menghilangkan dan menghindari adanya kesalahan

dalam penafsiran, maka variabel – variabel yang berkaitan dengan

penelitian yang akan dianalisis adalah sebagai berikut.

3.1.1 Celebrity Endorser (X1)

Celebrity endorser adalah tokoh (aktor, penghibur, atau atlet) yang

dikenal masyarakat karena prestasinya di dalam bidang-bidang yang

berbeda dari golongan produk yang didukung.

Menurut Shimp (2003:464) ada beberapa dimensi yang

dipertimbangkan dalam menyeleksi public figure, dimensi-dimensi

tersebut adalah :

1. Kredibilitas

Kemampuan dan prestasi seseorang yang dapat dipercaya untuk

meyakinkan orang lain. Memiliki kesan yang positif di mata

masyarakat juga harus ada. Indikatornya :

a. Keahlian adalah kemampuan selebriti dalam menarik simpati

(47)

b. Ketrampilan adalah tingkat kreativitas bintang iklan tersebut dalam

membintangi suatu iklan.

2. Kecocokan dengan khalayak

Penampilan yang disukai oleh khalayak. Indikatornya :

a. Berjiwa muda adalah semangat yang dimiliki bintang iklan yang

seperti anak muda.

b. Humoris adalah sikap dari bintang iklan yang suka bercanda dalam

iklan tersebut.

3. Kecocokan dengan merek

Seseorang yang mempunyai citra, nilai dan perilaku yang sesuai

dengan kesan yang diinginkan untuk merek yang diiklankan.

Indikatornya :

a. Gaul adalah mengikuti perkembangan mode dan bahasa dalam

membintangi suatu iklan.

b. Enak dilihat adalah proporsi penampilan dan kostum yang sesuai

dalam iklan tersebut.

4. Daya tarik

Sesuatu yang menonjol dari seseorang yang disukai oleh orang lain

yang meliputi sikap dan fisik. Indikator :

a. Menjadi inspirasi konsumen yang membeli produk, hal tersebut

dikarenakan setelah konsumen melihat iklan tersebut.

b. Disukai konsumen saat menonton iklan.

(48)

3.1.2 Iklan Humor (X2)

Iklan humor adalah iklan yang menggunakan humor sebagai daya

tarik iklan agar membuat penerima pesan memperoleh mood positif,

sehingga probabilitas penerimaan pesan secara baik akan lebih besar dan

sikap positif akan melahirkan minat membeli.

Menurut Alden, Mukherjee, dan Hoyer (2000) dimensi humor yang

dirasakan oleh konsumen (perceived humor) dalam iklan meliputi:

1. Surprise (kejutan)

Surprise merupakan suatu perasaan yang timbul disebabkan oleh

adanya suatu keadaan yang terjadi secara tiba-tiba atau diluar dugaan

(Homby, 1995). Indikatornya :

a. Perubahan Psikologis secara spesifik adalah perubahan sikap

secara tiba-tiba yang membuat konsumen terkejut

b. Pola perilaku adalah ekspresi seseorang yang timbul diluar dugaan.

2. Ease of incongruity resolution (kemudahan dalam memahami

pemecahan yang ganjil)

Keganjilan-keganjilan dalam iklan tidak jarang menimbulkan

kerumitan tersendiri bagi penonton, sehingga humor pada iklan yang

semula bertujuan untuk mendapatkan perhatian penonton menjadi

tersamar dan justru menyerang balik perusahaan dengan citra yang

negatif (Weinberger dan Gulas, 1992). Sedangkan menurut Alden,

Mukherjee, dan Hoyer (2000), ease of incongruity resolution merujuk

(49)

menemukan solusi atas situasi yang ganjil yang terdapat pada iklan.

Indikatornya :

a. Iklan mudah dimengerti.

b. Setelah melihat iklan membuat konsumen berkeinginan untuk

membeli.

3. Warmth (kehangatan)

Menurut Homby (1995), warmth adalah suatu perasaan

(feelings) yang menunjukkan afeksi atau sikap bersahabat atas suatu

kondisi. Penelitian yang dilakukan oleh Edell dan Burke (1987)

menemukan bahwasanya feelings of warmth yang secara berkala

ditimbulkan oleh iklan, dapat memberikan pengaruh yang kuat

terhadap ad liking, brand beliefs, brand attitudes, dan purchase

likelihood. Indikatornya :

a. Tayangan iklan dapat melibatkan emosi penonton.

b. Tayangan iklan menarik.

3.1.3 Minat Beli (Y)

Minat beli merupakan keadaan mental yang merefleksikan rencana

pembeli untuk membeli suatu jumlah merek tertentu pada waktu

tertentu. Secara singkat minat beli dapat diartikan sebagai rencana

pembelian.

Minat Beli konsumen dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat

(50)

upayakan pemasar untuk membuat produk yang menarik dengan tujuan

untuk menarik konsumen. Karena itu, seseorang pemasar harus

menyediakan sesuatu yang khusus stimulus yang menarik perhatian

konsumen. Menurut Ferdinand (2005:190) indikator minat beli konsumen

yaitu :

1. Intensitas pencarian informasi

Seseorang yang intens mencari informasi mengenai suatu produk.

2. Keinginan segera membeli

Seseorang yang berkeinginan segera membeli atau memiliki suatu

produk yang diinginkan.

3. Keinginan Preferensial

Produk tertentu inilah yang diinginkan, seseorang bersedia

mengabaikan produk lain.

3.2 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval, sedangkan

teknik penyusunan skala menggunakan tujuh poin skala semantic

differential. Skala perbedaan semantic merupakan metode pengukuran

sikap dengan skala penilaian tujuh butir yang menyatakan secara verbal

dua kutub (bipolar). Skala bipolar adalah skala yang berlawanan seperti :

Baik-buruk, Cepat-lambat, dan sebagainya (Moh. Nazir 2005:344).

(51)

skala yang mempunyai dua kata ajektif yang berlawanan menurut urutan

angka yaitu 1-7, misalnya:

1 7

Sangat Tidak Baik Sangat Baik

3.3 Teknik Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 1999:72). Populasi dari penelitian ini

adalah semua konsumen Yamaha yang telah melihat tayangan iklan

Jupiter MX di wilayah Surabaya.

2. Sampel

Menurut Arikunto dalam Riduwan (2004:56) menjelaskan

bahwa sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yang

diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah non

probability sampling (penarikan sampel tidak secara acak) yaitu teknik

yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap

unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sample. Teknik

pengambilan sampel secara purposive sampling yaitu teknik

(52)

sebelumnya, dimana ditentukan terlebih dahulu siapa saja yang

menjadi sampel, bila dipandang sesuai maka subyek tersebut menjadi

sumber data., dalam penelitian ini penyebaran kuisoner hanya kepada

konsumen Yamaha yang telah melihat tayangan iklan Jupiter MX di

wilayah Rungkut Surabaya Timur karena telah mewakili seluruh

konsumen di Surabaya.

Pedoman pengukuran sampel menurut (Ferdinand, 2002:48) sebagai

berikut:

1. 100-200 sampel untuk teknik Maximal Likelihood Estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya

adalah 5-10 dikali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah yang digunakan dalam seluruh variabel

laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 sampai 10

kali. bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

4. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik

estimasi. Misalnya bila jumlah sampel diatas 2500, tehnik estimasi

ADFE (Asymptotically Distribution Free Estimation) dapat

digunakan.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil dari konsumen Yamaha yang

telah melihat iklan humor Jupiter MX di wilayah Rungkut Surabaya Timur

(53)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh langsung dari responden melalui

pengisian kuesioner yang diberikan pada responden berkaitan dengan

variabel penelitian.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari situs www.dark-blood-896.blogspot.com

yaitu data penjualan sepeda motor bebek di Indonesia pada tahun 2009

yang mendukung dalam penelitian ini, dan www.detikOto.com yaitu

data penjualan Yamaha Jupiter MX.

2.4.1. Sumber Data

Merupakan asal mula pengambilan suatu data, dalam penelitian ini

data yang diambil dari kuesioner yang telah diisi oleh responden.

2.4.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data mengenai

obyek yang akan diteliti dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara

Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab untuk mendapatkan informasi mengenai variabel

(54)

dalam hal ini adalah konsumen Yamaha yang telah melihat iklan

Jupiter MX

b. Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar

pertanyaan kepada responden untuk diisi menurut pendapat pribadi

sehubungan dengan masalah yang diteliti dan kemudian tiap jawaban

diberikan nilai (skor). Kuesioner dilakukan di dalam area kota

Surabaya, khususnya di wilayah Rungkut Surabaya Timur.

Kuesioner diberikan pada konsumen Yamaha yang telah melihat iklan

Jupiter MX dan bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner.

c. Metode Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan

secara langsung pada obyek penelitian.

3.5 Teknis Analisis dan Uji Hipotesis

3.5.1 Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian

ini adalah Structural Equation Modelling (SEM). Model pengukuran

faktor Kredibilitas, Kecocokan dengan khalayak, Kecocokan dengan

merek, Daya tarik, Surprise (kejutan), Ease of incongruity resolution

(kemudahan dalam memahami pemecahan yang ganjil), Warmth

(kehangatan), Intensitas pencarian informasi, Keinginan segera membeli,

(55)

Penaksiran pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel

terikatnya menggunakan koefisien jalur. Langkah-langkah dalam analisis

SEM model pengukuran dengan contoh faktor Kredibilitas dilakukan

sebagai berikut:

X1.1 = 1 Kredibilitas + er_1

X1.2 = 2 Kredibilitas + er_2

Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran

model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui Confirmatory Factor

Analysis, maka model pengukuran dengan contoh Faktor Kredibilitas akan

[image:55.612.167.460.456.575.2]

nampak sebagai berikut :

Gambar 3.1 : Model Pengukuran Faktor Kredibilitas

Keterangan :

X1.1.1 : Pertanyaan tentang kemampuan Celebrity Endorser dalam

menarik simpati penonton. Kredibilitas

X 1.1.1

er_2 er_1

(56)

X1.1.2 : Pertanyaan tentang kretivitas Celebrity Endorser dalam

membintangi suatu iklan.

Er_1 : Error term X1j

Demikian juga dengan faktor lain Kecocokan dengan khalayak,

Kecocokan dengan merek, dan faktor pendukung lainnya.

3.5.2 Asumsi Model Structural Equation Modelling

a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas.

1. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau

dapat diuji dengan metode-metode statistik.

2. Menggunakan critical rasio yang diperoleh dengan membagi

koefisien sampel dengan standart errornya dan skewness value

yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai

statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value.

Pada tingkat signifikasi 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis,

maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.

3.Normal Probability Plot [SPSS 10.1]

4.Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan

memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk

menduga ada tidaknya linieritas

b. Evaluasi Atas Outlier

(57)

2. Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada

tingkat p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square [X] pada df

sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis >

dari nilai x adalah multivariate outlier. Menurut Hair (1995) dalam

Ferdinand (2002:97) Outlier adalah observasi atau data yang

memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari

observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim

baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi.

c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity

Menurut Tabachnick & Fidell (1998,p.76) dalam Ferdinand

(2002:109) Dengan mengamati Determinant matriks covarians.

Determinan yang benar-benar kecil mengindikasikan adanya

multikolinearitas atau singularitas.

d. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah

indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa

yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran

mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk

yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu

mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent

variable / construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari

(58)

Sedangkan reliabilitas diuji dengan construct reliability dan

variance-extracted. Construct reliability dan variance-extracted dihitung

dengan rumus berikut :

[ Standardize Loading]2

Construct Reliability =

[( Standardize Loading)2 + j]

[Standardize Loading2]

Variance-Extracted =

[ (Standardize Loading2) + j]

Sementara j dapat di hitung dengan formula j = 1 – [Standardize

Loading]. Secara umum, nilai Construct Reliability yang dapat

diterima adalah > 0,7 dan Variance-Extracted > 0,5 (Ferdinand,

2002:63). Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS

4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap Construct Reliability

regression weigths terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

3.5.3 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi

terstandar dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical

Ratio) atau P (Probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t

hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.

3.5.4 Pengujian Model Dengan One Step Approach

Dalam metode SEM, model pengukuran dan model struktur

(59)

mengalami kesulitan dalam memenuhi fit model. One Step Approach to

SEM digunakan apabila model diyakini dan dilandasi teori yang kuat serta

validitas dan reliabilitas data sangat baik

3.5.5. Pengujian Model dengan One Step Approach-Modification

Apabila dengan One Step Approach-Base Model tidak dapat

dihasilkan evaluasi model yang baik terhadap keseluruhan criteria

goodness fit of index maka akan dilanjutkan dengan One Step

Approach-modification.

3.5.6 Evaluasi Model

Hair et al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory”

menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas

hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data

empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka

model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis

Gambar

Tabel 1.1 : Tabel data penjualan sepeda motor bulan Januari-Juli tahun 2009
Tabel 1.2 : Tabel data penjualan Yamaha Jupiter MX selama tujuh bulan pertama tahun 2009
Gambar 1.1 Konsep Inti Pemasaran
Gambar 3.1 : Model Pengukuran Faktor Kredibilitas

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha dan faktor sosial terhadap minat pemanfaatan teknologi informasi serta

Kualitas suatu lembaga pendidikan bergantung pada kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan. Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam memajukan lembaga

PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA.. KELOMPOK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara stres akademik dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa tahun pertama di Fakultas Psikologi

Menurut Mahanani dan Titisari (2016) pertumbuhan penjualan (sales growth) juga dapat mempengaruhi aktivitas penghindaran pajak (tax avoidance) karena semakin

Pengukuran capaian kinerja yang mencakup penetapan indikator dan capaian kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan dan program yang

Hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar.. Jika

repulsive so that Jonas is forced to search for a new set of satisfiers that is higher in level. The memories he